an audit final

14
1. KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR PENDAHULU (SEBELUM PENUNJUKKAN) Seksi 315 parg. 3 Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi antara auditor pendahulu dan auditor pengganti dievaluasi. Namun, auditor dapat membuat proposal untuk perikatan audit sebelum melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu. Sifat proposal ini belum final sampai komunikasi dengan auditor pendahulu dievaluasi. Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan. Auditor pengganti harus selalu memperhatikan antara lain, bahwa auditor pendahulu dan klien mungkin berbeda pendapat tentang penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau hal-hal signifikan yang serupa. Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada auditor pendahulu yang nantinya akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan. Hal-hal yang dimintakan keterangan harus mencakup: a. Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen. b. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang serupa. c. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan tanggung jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan masalah masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern. d. Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor. 2. PEMBUATAN SURAT PERIKATAN (ENGAGAMENT LETTER) seksi 320 parg. 4

Upload: desriawaty-pardede

Post on 05-Jul-2015

114 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: an Audit Final

1. KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR PENDAHULU (SEBELUM PENUNJUKKAN) Seksi 315 parg. 3

Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi antara auditor pendahulu

dan auditor pengganti dievaluasi. Namun, auditor dapat membuat proposal untuk perikatan audit

sebelum melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu. Sifat proposal ini belum final sampai

komunikasi dengan auditor pendahulu dievaluasi.

Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu

dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang bermanfaat

kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan. Auditor

pengganti harus selalu memperhatikan antara lain, bahwa auditor pendahulu dan klien mungkin

berbeda pendapat tentang penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau hal-hal signifikan yang

serupa.

Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada

auditor pendahulu yang nantinya akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau

penolakan perikatan. Hal-hal yang dimintakan keterangan harus mencakup:

a. Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen.

b. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit,

atau soal-soal signifikan yang serupa.

c. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan tanggung jawab setara

tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan masalah masalah yang berkaitan

dengan pengendalian intern.

d. Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor.

2. PEMBUATAN SURAT PERIKATAN (ENGAGAMENT LETTER) seksi 320 parg. 4

Baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik

sebelum dimulainya suatu perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan dengan perikatan

tersebut. Surat perikatan dapat pula mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas

penunjukan perikatan, tujuan dan lingkup audit, dan luasnya tanggung jawab auditor kepada klien

dan bentuk laporan.

Umumnya surat perikatan berisi:

a. Tujuan audit atas laporan keuangan.

b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan

profesional yang harus dianut oleh auditor.

Page 2: an Audit Final

d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk

menyampaikan hasil perikatan.

e. Fakta bahwa karena sifat pengujian dan keterbatasan bawaan lain suatu audit, dan dengan

keterbatasan bawaan pengendalian intern, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari tentang

kemungkinan beberapa salah saji material tidak dapat terdeteksi.

f. Akses yang tidak dibatasi terhadap catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa pun yang

diminta oleh auditor dalam hubungannya dengan audit.

g. Pembatasan atas tanggung jawab auditor.

h. Komunikasi melalui e-mail.

Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:

a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.

b. Harapan untuk menerima konfirmasi tertulis dari manajemen tentang representasi yang dibuat dalam

hubungannya dengan audit.

c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah sesuai dengan

membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.

d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan bagi kliennya.

e. Basis perhitungan fee dan pengaturan penagihannya.

3. PERSIAPAN PELAKSANAAN AUDIT (Seksi 311)

A. Perencanaan Audit

Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus direncanakan

sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha

entitas tersebut (lihat paragraf 07).

b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang

signifikan (lihat paragraf 09), termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk

mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.

f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).

Page 3: an Audit Final

g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti

risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak

yang mempunyai hubungan istimewa.

h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor

tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,

laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

B. Supervisi

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah

tujuan tersebut tercapai. Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang

mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat,

lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang bersangkutan dengan

penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk

setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing

signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah

tersebut.

4. PENETAPAN STRATEGI MENYELURUH / seksi 312

A. Resiko audit

Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan

fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan karakteristik

kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, bahwa salah saji

material terdeteksi. Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung

salah saji material.

Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut

mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan

sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal

yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat

terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan.

Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:

a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.

b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta.

Page 4: an Audit Final

c. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. 5

Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum kepentingan auditor

secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material dalam

laporan keuangan.

Dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan

(2 tipe ini dijelasakan pada Seksi 316):

a. salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan, dan

b. salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva.

B. Materialitas

Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara gabungan,

material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat

dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan

dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan

yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai

materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup

pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang

apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat

mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi

tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan memperhitungkan

keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

5. PEMBUATAN RENCANA AUDIT (Seksie 312 parg. 12) .....TOLONG DILANJUTKAN MERANGKUM DARI

SEKSI 312 MULAI DARI PARG. 12.....

PENETAPAN RESIKO BAWAAN

a. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu

salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko

salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu

dibandingkan dengan yang lain.

Page 5: an Audit Final

b. RESIKO PENGENDALIAN

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam

suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern

entitas.

c. DETEKSI

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang

terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan

penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada

waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi

karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut

diperiksa 100%.

6. PEMBUATAN PROGRAM AUDIT

PROGRAM AUDIT (311.05)

Standar auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor harus

mempertimbangkan sifat, luas dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus

mempersiapkan suatu program audit tertulis untuk setiap audit. Program audit (audit program)

tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting

untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit akan sangat beragam tergantung pada kondisi

audit, praktik, serta kebijakan kantor akuntan tersebut.

Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan

prosedur audit top-down dan buttom-up ketika mengembangkan suatu program audit. Strategi audit

meliputi keseimbangan antara prosedur pelaksanaan untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis

klien dengan pengendalian internnya, membandingkan saldo keuangan dengan jumlah yang

diharapkan, serta menentukan keseimbangan antara pengujian pengendalian dan pengujian

subtantif.

Elemen Kunci Program Audit :

Top-down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan atas

entitas serta bisnis dan industrinya

Page 6: an Audit Final

Prosedur Analitis

Prosedur Awal

Pengujian Estimasi Akuntansi

Pengujian Penyajian dan Pengungkapan

Pengujian Pengendalian

Pengujian Transaksi

Pengujian Saldo

Bottom-up : Mengevaluasi bukti transaksi pendukung dan akumulasinya dalam laporan keuangan

Prosedur analitis (analytical procedur) Meneliti hubungan yang dapat diterima antara data

keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan

keuangan

Prosedur awal. Meliputi prosedur untuk memperoleh pemahaman atas:

1. factor persaingan bisnis dan idustri klien,

2. struktur pengendalian internnya, auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk

memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun

pengendali dalam buku besar

Pengujian estimasi akuntansi . Bisanya meliputi pengujian subtantif atas saldo. Namun

mengevaluasi kelayakan estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam laporan keuangan

bisanya memerlukan pemahaman ats bisnis dan indusri, oleh karena itu pengujian estimasi

akuntansi memiliki komponen prosedur audit top-down yang signifikan.

Page 7: an Audit Final

Pengujian pengendalian (tests of control)adalah pengujian pengendalian intern yang

ditetapkan oleh strategi audit dan auditor.

Pegujian transaksi adalah pengujian subtantif yang terutama meliputi tracing atau vouching

transaksi berdasarkan bukti documenter yang mendasari.

Pengujian saldo (tests of balances) berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang

saldo akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut

Pengujian penyajian dan pengungkapan (test of presentation and dis-closure) mengevalusi

penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratka oleh GAAP.

Maksud suatu program audit adalah untuk mengatur secara sistematis prosedur audit yang

dilaksakan selama audit belangsung, Auditor menentukan tujuan audit spesifik yang telah

dikembangkan berdasarkan asersi audit ketika mengembangkan program audit. Sebuah

contoh program audit yang berkaitan dengn pengujian subtantif atas assersi piutang usaha

disajikan dalam gambar 6-9. Pengujian pengendalian tidak disajikan dalam contoh ini karena

pengujian harus dibuat sesuai dengn pengendalian intern klien.

Auditor mempertimbangkan bauran dari prosedur audit (prosedur analitis, tracing dan

voucing, konfirmasi dan sebagainya) yang secara ekonomis dapat memberikan audior

keyakinan yang memadai tentang tujuan audit, dan akhir nya tentang laporan keuangan

secara keseuruhan. Oleh karena itu, auditor merencanakan bukti audit yang harus diperoleh

dalam pelaksaan suatu audit. Sebagaimana telah dibahas dalam bab sebelumnya, keputusan

tentang bukti berkaitan dengan keputusan tentang materialitas dan resiko audit. Bab ini

memberikan gambaran umum tentang pilihan-pilihan prosedur audit yang tersedia bagi

auditor, bab7,8 dan9 akn dibahas tentang pertimbangan program audit yang spesipik

Selama audit belangsung perubahan kiondisi yangterjadi dapat menyebabkan perlunya

memodifikasi prosedur audit yang teah direncanakan. Auditor harus senantiasa mewaspadai

pengaruh bukti audit pada kebutuhan untuk memodifikasi ringkup awal pada suatu audit.

7. PENENTUAN WAKTU PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT (Seksi 313 parg. 10)

Page 8: an Audit Final

Ketika merencanakan audit, auditor tidak hanya harus memutuskan prosedur apa akan

dilaksanakan (sifat) dan berapa banyak item yang yang harus diperiksa (luas) tetapi juga

kapan prosedur itu harus diterapkan (penetapan waktu). Penetapan waktu yang direncanakan

dengan baik akan memungkinkan auditor untuk menjadwalkan waktunya dan waktu

asistennya secara lebih baik serta mendorong efisensi audit.

Ketika melakukan audit atas laporan keuangan, umumnya auditor menetapkan

kerangka waktu auditing dalam satu tahun. Secara teori, audit dimulai pada hari pertama

tahun berjalan dan berlanjut sampai akhir tahun. Dalam kenyataannya, audit terus

berlangsung hingga setelah akhir tahun karena jumlah dalam akun neraca biasanya tidak

dapat diketahui sampai akhir tahun. Jumlah akun neraca tersebut tidak dapat diaudit

seluruhnya sampai semuannya diketahui. Sebagai contoh, menurut sistem periodik,

persediaan akhir tidak dapat diketahui sampai jumlah itu dihitung dan dijumlahkan pada akhir

tahun.

Pengujian audit diklasifikasikan berdasarkan penentuan waktu dalam melaksanakan

pekerjaan :

a. Sebelum akhir tahun (pekerjaan interim)

b. Setelah akhir tahun (pekerjaan akhir tahun)

Bagian signifikan dari pekerjaan audit pada beberapa klien dapat dilakukan sebagai

pekerjaan interim. Dengan melakukan beberapa tugas audit sebelum akhir tahun, auditor

dapat mengurangi beban kerja akhir tahun. Hal ini terutama menjadi penting apabila auditor

melayani berbagai klien dengan akhir tahun yang sama (misalnya, 31 Desember), yang akan

membuat beban pekerjaan menjadi berat kecuali beberapa tugas audit diahlikan ke tanggal

sebelumnya. Demikain juga, jika batas waktu audit laporan keuangan di perpendek setelah

akhir tahun, maka auditor akan lebih praktis melakukan lebih banyak pengujian interim.

Page 9: an Audit Final

a. Pengujian Pengendalian Interim.

Penetapan resiko pengendalian seringkali dilakukan sebagai pekerjaan interim.

Apabila hal ini terjadi, maka auditor akan menetapkan resiko pengendalian selama periode

yang telaah dan menentukan bukti tambahan apa yang harus diperoleh selama periode tersisa.

Untuk melakukan penentuan ini, auditor harus mempertimbangkan signifikansi asersi yang

tercakup, mengevaluasi tingkat efektivitas perancangan dan pengoperasian prosedur tersebut,

hasil pengujian pengendalian yang digunakan untuk melakukan evaluasi, periode tersisa dan

bukti tentang perancangan atau operasi yang merupakan hasil pengujian substantive yang

dilakukan selama periode tersisa. Selain itu auditor harus menemukan bukti tentang sifat dan

luas dari setiap perubahan penting dalam pengendalian internal yang terjadi selanjutnya pada

periode interim.

b. Pengujian Substantif interim

Terkadang ketika auditor menemukan bahwa penetapan resiko pengendalian adalah

rendah pada tanggal interim, maka auditor juga dapat melakukan pengujian substantif

tertentu, seperti mengkonfirmasi piutang, per tanggal interim. Penetapan resiko yang rendah

akan memungkinkan auditor untuk mengurangi pengujian substantif. Dalam kasus ini auditor

telah mengurangi pengujian substantif (konfirmasi piutang) dengan mengubah waktu

pengujian ketimbang mengubah sifat atau luas pengujian.

Meskipun auditor lebih menekankan pada penetapan resiko pengendalian

pengendalian daripada pengujian substantif ketika melaksanakan pekerjaan interim (interim

work), namun auditor dapat melakukan pengujian substantif pada tanggal interim tanpa

memperhatikan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan. Dalam praktiknya, pengujian

substantif umumnya dilakukan untuk jenis-jenis pengujian substantif berikut :

Page 10: an Audit Final

Pengujian transaksi pada akun neraca seperti property, investasi, hutang, dan

ekuitas (misalnya, untuk mendukung saldo akhir peralatan, penambahan dan

pengendalian penarikan vouching)

Pengujian transaksi pada akun pendapatan dan beban (misalnya, vouching

semua beban yang dikeluarkan dalam jumlah dolar tertentu)

Beberapa prosedur analitis (misalnya menghitung persentase laba kotor

bulanan).

Auditor dapat melakukan pengujian substantif ini meskipun penetapan tingkat resiko

pengendalian yang direncanakan tinggi. Lebih lanjut, pelaksanaan pengujian tersebut pada

tanggal interim seringkali efisien dan efektif.