zoss new format
Post on 29-Nov-2015
110 Views
Preview:
TRANSCRIPT
2
C. RENCANA OUTLINE
I. PENDAHULUAN
Anak-anak termasuk kelompok pengguna jalan yang rentan. Mereka belum
dapat merespon bahaya secara cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan kecerdasannya
belum sepenuhnya berkembang, oleh karena itu mereka adalah kelompok yang harus
dimengerti dan dibantu. Fenomena yang terjadi saat ini adalah hilangnya hak pejalan
kaki, baik di trotoar maupun di badan jalan. Ada kecenderungan pengemudi
kendaraan bermotor tidak memberi hak jalan (to yield) kepada pejalan kaki, sehingga
tabrakan antara kendaraan dan pejalan kaki sering tidak dapat dihindarkan yang
berakibat luka-luka atau kematian.
Keselamatan anak merupakan tanggung jawab bersama, karenanya
pemerintah, masyarakat, dan swasta harus saling bahu membahu dalam memberikan
atau menciptakan perlindungan terhadap keselamatan anak-anak. Sehubungan
dengan keselamatan lalu lintas di jalan raya di lingkungan kawasan sekolah atau
pendidikan sangat diharapkan bahwa anak-anak dapat datang dan pergi ke/dari
sekolah dalam keadaan selamat.
Suweda (2009 : 2) menyebutkan lalu lintas yang tertib dan teratur dapat
tercipta bila, tersedianya prasarana dan sarana yang mencukupi sesuai kebutuhan dan
terdapatnya peraturan dan perundangan-undangan yang mendukung, serta adanya
kebiasaan dari pemakai jaringan lalu lintas yang sadar dan taat akan peraturan,
beretika, berempati di dalam berlalu lintas.
Salah satu perhatian khusus pemerintah pada anak-anak usia sekolah adalah
dengan inisiatif menggulirkan program Zona Selamat Sekolah (ZoSS) yang bertujuan
untuk membangun budaya keselamatan berlalu lintas. Pembangunan ZoSS
diharapkan membangun kesadaran dari berbagai pihak akan pentingnya melindungi
masyarakat khususnya anak-anak sebagai pengguna jalan.
Zona selamat sekolah (ZoSS) merupakan suatu zona untuk ruas jalan tertentu
pada lingkungan sekolah dengan kecepatan yang berbasis waktu. Penggunaan
rekayasa lalu-lintas seperti rambu pembatasan kecepatan, marka jalan yang
3
bertuliskan Zona Selamat Sekolah bertujuan untuk meningkatkan perhatian
pengemudi terhadap penurunan batas kecepatan di ZoSS pada jam-jam sekolah.
Penerapan ZoSS pada intinya adalah untuk melidungi pejalan kaki, khususnya anak
sekolah dari bahaya kecelakaan lalu lintas, dimana kendaraan yang berada pada zona
sekolah harus dengan kecepatan rendah untuk memberikan waktu reaksi yang lebih
lama untuk mengantisipasi gerakan anak sekolah yang bersifat spontan dan tidak
terduga, sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Secara visual Jalan Laksamana Malahayati, Kota Juang, Kabupaten Bireuen,
merupakan jalan yang banyak dilalui kendaraan bermotor. Jalan tersebut
menghubungkan pemakai jalan dari pusat kota dan sekitarnya ke pusat perkantoran
dan komplek sekolah. Adapun sekolah-sekolah yang berada di komplek tersebut
antara lain SD Negeri 21, SD Negeri 02, dan SD Negeri 04. Pada jalan menuju
komplek sekolah tersebut belum didapati fasilitas penunjang keselamatan bagi
pengguna jalan baik berupa marka jalan ataupun rambu-rambu lalu lintas.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui ZoSS dibutuhkan si area sekitar sekolah dasar tersebut. Penelitian ini
dilakukan dengan cara menghitung tingkat pelayanan jalan (level of service) melalui
volume Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) dan mengetahui kecepatan rata-rata yang
mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Dan mengalisis
karakteristik perilaku pengantar dan penyebrang jalan yang akan berpengaruh
terhadap kebutuhan ZoSS di sekolah dasar tersebut.
Pada tahap pertama, penelitian ini dilakukan secara manual dengan cara
mencatat data yang diperlukan secara langsung di lapangan, data yang dicatat antara
lain, geometrik jalan, volume lalu lintas, dan kecepatan lalu lintas. pengamatan
dilakukan selama 4 hari yaitu : Senin, Rabu, Kamis, Sabtu. Dasar dari pengambilan
hari pengamatan tersebut adalah menurut perkiraan dimana secara visual hari-hari
tersebut dapat mewakili aktivitas masyarakat selama seminggu. Kemudian data-data
yang telah didapatkan dilakukan analisis tingkat pelayanan jalan (level of service)
yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Tahap kedua
adalah melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa saat menyebrang
jalan dan perilaku kendaraan pengantar dan melakukan wawancara menggunakan
4
bantuan kuesioner untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap keselamatan
berlalu lintas pada anak-anak dalam bentuk persentase, dengan cara membagi
formulir pertanyaan kepada 100 orang tua murid secara acak.
Setelah dilakukan pengolahan dan menganalisis data yang mengacu pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, maka diperoleh hasil seperti yang
diharapkan, yaitu mengetahui tingkat pelayanan jalan (level of service), kecepatan
rata-rata dan mengetahui apakah ZoSS dibutuhkan di area sekolah tersebut. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak terkait
(Pemkab dan Dinas Perhubungan) Kabupaten Bireuen tentang kebutuhan ZoSS, serta
bermanfaat bagi kawasan sekolah tersebut pada masa yang akan datang.
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang mendukung
perencanaan yang di kutip dari referensi dalam bentuk buku, jurnal, atau tulisan
ilmiah lainnya yang ada kaitannya dengan perencanaan yang dilakukan dan akan
digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menyelesaikan masalah pada bab III.
2.1. Jenis Jalan Berdasarkan Fungsi
Menurut sukirman (1999 : 19), jalan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1. Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor, adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul (pembagian)
dengan cirri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
2.2 Keselamatan Jalan
5
Wedha (2001 : 8) menjelaskan bahwa keselamatan lalu lintas merupakan
salah satu bagian dari tujuan teknik lalu lintas yang meliputi : keamanan,
kenyamanan, dan keekonomisan dalam transpotasi orang maupun barang.
Keselamatan lalu lintas sangat terkait pada proses pengembangan suatu perencanaan
jalan raya.
2.2.1 Kecelakaan lalu lintas
Anonim (2004 : 3), lokasi yang dinyatakan sebagai lokasi rawan kecelakaan
lalu lintas apabila :
a. Memiliki angka kecelakaan yang tinggi ;
b. Lokasi kejadian kecelakaan relatif menumpuk ;
c. Lokasi kecelakaan berupa persimpangan atau segmen ruas jalan sepanjang
100-300 m untuk jalan perkotaan, ruas jalan 1 km untuk jalan antar kota ;
d. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan retang waktu yang relative sama; dan
e. Memiliki penyebab kecelakaan dengan factor yang spesifik.
2.2.2 Elemen-elemen keselamatan jalan
1. Geometrik Jalan
Sukirman (1999 : 17) menjelaskan bahwa perencanaan geometrik jalan adalah
bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik
sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang
optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah, dengan tujuan
menghasilkan infrastruktur yang aman, nyaman, lancar, teratur, ekonomis serta
ramah lingkungan. Salah satu bagian dari geometrik jalan adalah penampang
melintang meliputi : jalur lalu lintas, lajur, bahu jalan, median, trotoar, dan saluran
tepi/samping.
2. Fasilitas Pelengkap Jalan
6
Suweda (2009 : 5) menjelaskan bahwa fasilitas pelengkap jalan adalah
kelengkapan dari suatu jalan untuk mendukung fungsi jalan agar pergerakan
kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, pejalan kaki dan hewan di dalam
suatu jaringan atau prasarana yang disebut dengan jalan dapat terlaksana dengan
selamat, aman, nyaman serta mudah dan ekonomis. Fasilitas pelengkap ini terdiri
dari marka jalan, rambu lalu lintas, dan sebagainya.
Menurut Suweda (2009 : 5), marka adalah suatu tanda jalan yang berada di
permukaan jalan atau diatas permukaan jalan yang berfungsi untuk mengarahkan
arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Marka terdiri dari
marka garis membujur, marka garis melintang, marka garis serong, dan marka
lainnya seperti marka untuk penyebrang penjalan kaki yang dinyatakan dengan zebra
cross. Sedangkan rambu lalu lintas adalah salah satu alat pelengkapan jalan dalam
bentuk tertentu, memuat lambang, huruf, angka, kalimat atau perpaduan diantaranya
yang digunakan untuk memberikan peringatan, petunjuk, larangan dan perintah bagi
pemakai jalan.
2.3 Zona Selamat Sekolah
Menurut Suweda (2009 : 2), Zona Selamat Sekolah adalah zona untuk ruas
jalan tertentu pada lingkungan sekolah dengan kecepatan yang berbasis waktu untuk
mengatur kendaraan di lingkungan sekolah dasar.
Anonim (2009 : 5) menjelaskan pada dasarnya semua sekolah berhak untuk
menerapkan program zona selamat sekolah ini, namun dalam pelaksaannya perlu
ditentukan prioritas sekolah yang harus didahulukan antara lain :
a. Sekolah dengan situasi lalu lintas di sekitarnya yang membahayakan murid,
seperti volume lalu lintas tinggi serta kecepatan arus lalu lintas tinggi.
b. Sekolah dengan situasi kemacetan lalu lintas yang menyulitkan anak untuk
berjalan kaki, bersepeda maupun menjangkau angkutan umum.
c. Sekolah yang sangat antusias dan didukung pihak swasta, masyarakat, dan
pemerintah untuk menjalankan program Zona Selamat Sekolah.
7
2.4 Karakteristik Lalu Lintas
Menurut Bukhari, dkk (1997 : 64), dalam perencanaan dan operasional sistem
angkutan, karakteristik lalu lintas akan mencerminkan sifat-sifat aliran kendaraan dan
penumpang secara kualitatif dan kuantitatif pada sistem tersebut. Sifat-sifat itu timbul
dari interaksi antara pengemudi kendaraan dan semua fasilitas-fasilitas pelayanan
lalu lintas yang muncul dalam berbagai ukuran, volume dan kecepatan adalah dua
buah variable yang ikut ambil bagian dalam karakteristik lalu lintas.
2.4.1 Volume Lalu Lintas
Menurut Bukhari, dkk (1997 : 14), volume lalu lintas adalah jumlah lalu
lintas yang melewati satu titik atau tampang melintang jalan dalam satu satuan waktu
tertentu, yang diukur dan dinyatakan dalam satuan kendaraan per satuan waktu.
secara sistematis, pengertian volume lalu lintas juga dapat dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
q= nT ………………………………………………………………………… (2.1)
Dimana :
q = Volume lalu lintas (kend/jam);
n = Jumlah kendaraan yang melewati titik/tampang melintang jalan dalam
interval waktu T (kend) ;
T = Interval waktu pengamatan (Jam).
Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka volume lalu lintas dari suatu jalan
dapat ditentukan dengan menghitung secara langsung pada jalan yang bersangkutan
jumlah kendaraan yang lewat dalam interval waktu tertentu. Namun demikian,
komposisi lalu lintas yang terdapat pada satu aliran lalu lintas sangat bervariasi mulai
8
dari kendaraan ringan sampai dengan truk berat. Oleh karena itu perhitungan jumlah
kendaraan dalam usaha pengumpulan data volume lalu lintas di lapangan, maka tiap-
tiap kendaraan yang terdapat pada suatu aliran lalu lintas perlu di konversikan ke
dalam satuan mobil penumpang/smp (MKJI 1997).
Adapun satuan mobil penumpang yang digunakan untuk kondisi dan situasi
di Indonesia dapat dilihat pada Table 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Emp untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah
Tipe JalanArus Lalu lintas per lajur
(Kend/jam)
Emp
HV MC
Dua lajur satu arah (2/1)
Empat lajur Terbagi (4/2D)
0
≥ 1050
1,3
1,2
0,4
0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) dan
Enam lajur terbagi (6/2D)
0
≥1100
1,3
1,2
0,4
0,25
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997: 5 - 38)
2.4.2 Kecepatan Lalu Lintas
Bukhari, dkk (1997 : 8) menerangkan bahwa kecepatan adalah jarak yang
ditempuh kendaraan pada lajur jalan dalam suatu satuan waktu tertentu dan biasanya
dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam). Besarnya kecepatan berkaitan dengan
jarak dan waktu perpindahan. Selain itu kecepatan juga dipengaruhi oleh kepadatan
lalu lintas, keamanan, kenyamanan dan murah atau mahalnya biaya perjalanan.
Berdasarkan pengertian di atas, definisi kecepatan juga dapat dinyatakan dengan
rumus berikut :
V= st ………………………………………………………………………… (2.2)
Dimana :
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
9
s = Jarak yang dilalui masing-masing kendaraan (km)
t = Waktu tempuh yang diperlukan masing-masing kendaraan (jam)
2.4.3 Kapasitas jalan
MKJI (1997) kapasitas di definikan sebagai arus maksimum melalui suatu
titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk
jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua
arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas
ditentukan per lajur.
Tabel 2.2 Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan
Tipe jalanKapasitas Dasar
(smp/jam)Catatan
Empat lajur terbagi atau Jalan
satu arah1650 Per lajur
Empat lajur tak terbagi
Dua lajur tak terbagi
1500
2900
Per lajur
Total dua arah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997: 5-50)
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya kapasitas
pelayanan jalan berdasarkan MKJI (1997) adalah sebagai berikut :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs smp/jam ….……………………. (2.3)
Dimana :
C = Kapasitas jalan (smp/jam/arah)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
2.4.4 Tingkat Pelayanan Jalan
10
Bukhari, dkk (1997 : 83) menerangkan bahwa tingkat pelayanan jalan
merupakan suatu ukuran kualitatif dari jalan sebagai rangkuman dari berbagai faktor,
yang meliputi kecepatan, waktu tempuh perjalanan, gangguan lalu lintas dan
hambatan lainnya, kebebasan bergerak, kenyamanan, keamanan, murah atau
mahalnya biaya perjalanan. Berdasarkan pertimbangan maka di pilihlah kecepatan
operasional kendaraan dan angka perbandingan antara volume dengan kapasitas
sebagai factor yang paling menentukan dalam usaha untuk mengevaluasi tingkat
pelayanan jalan. Dalam penelitian ini tingkat pelayanan jalan akan ditentukan
berdasarkan hubungan antara kecepatan (V) dengan angka perbandingan antara
volume dan kapasitas jalan (V/C).
Tabel 2.3 Klasifikasi Kualitas Pelayanan Jalan
V/C Tingkat Pelayanan Keterangan
0 – 0,2 A Arus lancar, volume rendah, kecepatan tinggi
0,2 – 0,45 BArus stabil, volume sesuai untuk jalan luar kota, kecepatan terbatas
0,45 – 0,7 CArus stabil, volume sesuai untuk jalan kota kecepatan di pengaruhi oleh lalu lintas
0,7 – 0,85 D Mendekati arus tidak stabil, kecepatan rendah
0,85 – 1 EMendekati arus tidak stabil, volume pada / mendekati kapasitas, kecepatan rendah
>1,00 FArus terhambat, kecepatan rendah, volume diatas kapasitas, banyak berhenti
Sumber : anonim (2010:4)
2.4.5 Analisa Statistik
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat (2006 : 24) menyatakan
terdapat 3 parameter dalam perencanaan ZoSS dengan menggunakan statistik uji Z
adalah sebagai berikut :
1. Analisis kecepatan kendaraan
11
Sd=√∑ ( X i−X )2
n−1 ………………………………………………………….. (2.4)
x=∑ X i
n ………………………………………………………....... (2.5)
Zhit=x−20
Sd
√n ………………………………………………………….. (2.6)
Dimana :
Sd = Standar deviasi
Xi = Kecepatan
X = Kecepatan rata-rata
n = Jumlah Sampel
Untuk kepercayaan 95%, didapat nilai Ztabel = 1,645. Nilai Zhit dibandingkan dengan
Ztabel, maka kesimpulan yang didapat :
- Zhit ≤ Ztabel maka jalan di sekolah tersebut sudah selamat dengan tingkat
kesalahan 5%
- Zhit > Ztabel maka jalan di sekolah tersebut belum selamat dengan tingkat
kesalahan 5%
2. Analisis karakteristik perilaku pengantar
Zhit=P−0,5
√ P−0,5n ………………………………………………………………. (2.7)
P=∑ kelompok
n ……………………………………………………………… (2.8)
Dimana :
P = nilai rata-rata
12
n = jumlah sampel
Untuk tingkat kepercayaan 95%, maka akan didapat nilai Z tabel = 1,645. Nilai Zhit
dibandingkan dengan Ztabel, maka kesimpulan yang didapat :
- Zhit ≥ Ztabel Perilaku pengantar di sekolah tersebut sudah selamat dengan
tingkat kesalahan 5%
- Zhit < Ztabel Perilaku pengantar di sekolah tersebut belum selamat dengan
tingkat kesalahan 5%
3. Analisis perilaku siswa saat menyebrang jalan
Zhit=P−0,5
√ P(1−P )n ………………………………………………………… (2.9)
Untuk tingkat kepercayaan 95%, maka akan didapat nilai Z tabel = 1,645. Nilai Zhit
dibandingkan dengan Ztabel, maka kesimpulan yang didapat :
- Zhit ≥ Ztabel Perilaku pejalan kaki di sekolah tersebut sudah selamat dengan
tingkat kesalahan 5%
- Zhit < Ztabel Perilaku pejalan kaki di sekolah tersebut belum selamat dengan
tingkat kesalahan 5%
2.5 Kuisioner
Menurut Sugiono (1999 : 135), kuisioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertnyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan di
ukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuisioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
13
luas. Kuisioner dapat berupa pertanyaan / pernyataan terbuka atau tertutup, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Sugiono (1999 : 79) menjelaskan bahwa jumlah anggota sampel sering
dinyatakan dengan ukuran sampel . jumlah sampel yang 100 % mewakili populasi
adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi
1000 dan hasil penelitian itudiberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada
kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi, maka
peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah
sampel menajuhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan
umum).
III. METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan disajikan mengenai langkah-langkah penelitian, untuk
menentukan data yang diperlukan dan metode yang digunakan dalam pengolahannya
yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan. Kegiatan penelitian ini diawali dengan perumusan masalah dan
penetapan tujuan penelitian, serta penentuan alat ukur hingga teknik analisis yang
digunakan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, sesuai dengan bagan alir
proses penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.1.4 halaman 23.
3.1 Metode pengumpulan data
Sesuai dengan jenis kebutuhan data, maka teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dibagi dalam dua tipe, yaitu pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di
lapangan, baik pengukuran geometrik jalan maupun pencatatan karakteristik lalu
lintas. Sedangkan data sekunder adalah data penunjang yang dibutuhkan untuk
membantu kelengkapan penelitian ini.
14
3.1.1 Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan berupa peta jaringan jalan Kabupaten Bireuen
yang diperoleh dari Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, dan sketsa lokasi
pengamatan, sebagai acuan untuk melihat letak lokasi pengamatan.
3.1.2 Data Primer
Pengumpulan data primer akan dilakukan dengan peninjauan langsung ke
lokasi penelitian. Data primer yang diperlukan adalah data ukuran geometrik jalan
berupa ukuran penampang melintang jalan seperti : lebar jalur lalu lintas, lebar lajur
lalu lintas, lebar median, dan sebagainya. Selain itu juga akan dilakukan pengambilan
gambar dari aktifitas lalu lintas, data kelengkapan fasilitas yang tersedia saat ini,
serta data kondisi/karakteristik lalu lintas seperti : volume lalu lintas, kecepatan dan
jenis kendaraan yang melintasi lokasi tersebut. Untuk membantu kesempurnaan
penelitian diperlukan formulir pengamatan perilaku penyebrang jalan, perilaku
pengantar/penjemput, serta wawancara dengan bantuan kuisioner untuk mengetahui
persepsi orang tua yang berkaitan dengan keselamatan anak-anak.
1. Geometrik jalan
Untuk mengetahui kondisi geometrik jalan, di lakukan pengukuran lebar
perkerasan dan lebar bahu jalan denganmenggunakan pita ukur (meteran). Sedangkan
unuk mengukur pias pengamatan kecepatan yaitu menggunakan alat ukur
speedometer kendaraan.
2. Volume lalu lintas
Pengumpulan data volume lalu lintas dilakukan secara manual dengan
mencatat langsung jumlah berbagai jenis kendaraan yang melewati jalan sekitar
sekolah, untuk tiap-tiap arah pada masing-masing jalan. Pengamatan volume lalu
15
lintas akan dilakukan selama 4 hari yaitu : Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu pada
pukul 07.30 – 08.30 wib saat masuk sekolah dan 12.00 – 13.00 pada saat sekolah
usai, dengan interval waktu pengamatan setiap 5 menit
Untuk lebih memudahkan dalam usaha pengumpulan data volume lalu lintas
di lapangan, maka pada setiap pos pengamatan ditempatkan 3 orang pencatat.
Masing-masing pengamat bertugas untuk mencatat jumlah dan jenis kendaraan
bermotor yang bergerak lurus melewati pos pengamatan. Pencatatan untuk jumlah
tiap-tiap jenis kendaraan yang melewati pos pengamatan dicatat pada formulir
pengamatan lalu lintas yang telah disediakan dengan bantuan alat tulis dan alat
hitung (hand tally counter).
3. Kecepatan lalu lintas
Pengumpulan data kecepatan dilakukan selama 1 hari, yaitu hari Selasa.
Kegiatan pencatatan dilakukan dengan mengambil beberapa sampel kendaraan pada
jam masuk sekolah, yaitu pada pukul 07.30-08.30 wib.
Kecepatan yang diamati pada penelitian ini dalah kecepatan setempat.
Metode pengamatan dilakukan dengan 2 pias pengamatan didepan sekolah dengan
panjang 60 meter. Jumlah pencatat pada penilitian ini berjumlah 2 orang, yang
ditempatkan pada garis awal dan akhir pada pias pengamatan. Peralatan yang
digunakan adalah stopwatch, form pengamatan dan perangkat alat tulis. Stopwatch
dihidupkan pada saat bagian muka kendaraan berada pada garis awal dan dimatikan
pada saat bagian muka kendaraan tersebut berada pada garis akhir dari pias
pengamatan.
4. Pengamatan terhadap perilaku
Pengamatan perilaku penyebrang jalan adalah pengamatan terhadap
karakteristik siswa dimulai ketika akan menyebrang sampai selesai menyebrang. Ada
4 (empat) kriteria yang dinilai terhadap karakter siswa dalam menyebrang jalan,
yaitu:
16
a. Prosedur baku cara menyebrang / 4 T (Tunggu sejenak, Tengok kanan,
Tengok kiri, Tengok kanan lagi)
b. Cara menyebrang (berjalan atau berlari)
c. Fasilitas yang digunakan (dengan zebra cross, atau tanpa fasilitas)
d. Status penyebrang (mandiri atau tidak mandiri)
Pengamatan perilaku pengantar adalah pengamatan terhadap ketertiban
penghantar sebagai pengguna jalan, dimulai sejak memberhentikan kendaraan,
menurukan anak, hingga berangkat kembali. Ada 3 (tiga) kriteria yang dinilai
terhadap perilaku pengantar yaitu:
a. Arah kedatangan pengantar (di sebelah sekolah atau di depan sekolah)
b. Lokasi berhenti (pada tempatnya atau sembarangan)
c. Menurunkan anak dari kendaraan (sisi kiri/ di trotoar atau sisi kanan/di badan
jalan)
Data yang telah didapat dimasukkan kedalam formulir yang disediakan seperti pada
Lampiran B Formulir B.2.1 dan Formulir B.2.2 halaman 25-26
5. Kuisioner
Survei wawancara orang tua dilakukan untuk mengetahui persepsi mereka
terhadap keselamatan anak-anak dalam berlalu lintas. Survei dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner kepada 100 responden secara acak, kuisioner tersebut berisi
pertanyaan kepada orang tua siswa yang meliputi :
a. Cara anak berangkat sekolah
b. Cara anak pulang sekolah
c. Orang tua mengantar anak ke sekolah
d. Fasilitas lalu lintas yang tersedia / yang digunakan
e. Tata cara menyebrang / car anak menyebrang jalan
f. Perilaku pengemudi kendaraan di depan sekolah
g. Fasiltas yang dibutuhkan
h. Pengetahuan tentang program ZoSS dari pemerintah
17
3.2 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Pada sub bab ini akan dijelaskan cara pengoalahan data yang didapat dari
pengamatan di lapangan untuk pengambilan sampel dan di olah dengan
menggunakan teori-teori dan persamaan-persamaan yang terdapat pada tinjauan
kepustakaan. Metode pengolahan data hanya dilakukan pada data primer, sedangkan
untuk data sekunder hanya untuk data pelengkap.
3.2.1 Volume lalu lintas
Data volume lalu lintas yang diperoleh dilapangan terdiri dari campuran
berbagai jenis kendaraan sehingga harus diubah ke dalam satuan mobil penumpang
(smp) dengan cara mengalihkan angka ekivalensi terhadap masing-masing jenis
kendaraan dengan menggunakan persamaan pada Tabel 2.1 yang tertera pada
halaman 8.
3.2.2 Kecepatan lalu lintas
Kecepatan setempat diperoleh dari hasil bagi antara panjang pias pengamatan
dengan lama waktu yang diperlukan oleh kendaraan untuk melewatinya sesuai
dengan rumus (2.2) halaman 8. Kemudian data diolah dengan menggunakan statistik
uji Z sesuai dengan persamaan (2.6) halaman 10.
3.2.3 Tingkat pelayanan jalan
Tingkat pelayanan diperoleh berdasarkan kecepatan dan juga angka
perbandingan antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan. Kecepatan yang
digunakan adalah kecepatan dari seluruh pengamatan yang dirata-ratakan. Nilai
kecepatan rata-rata dan angka perbandingan antara volume lalu lintas maksimum
18
dengan kapasitas jalan kemudian diplotkan kedalam grafik, dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar B.1.4 halaman 23.
3.2.4 Pengamatan terhadap perilaku
Hasil dari data pengamatan terhadap perilaku penyebrang dan perilaku
terhadap pengantar dilakukan pengolahan dengan menggunakan statistik uji normal
sesuai dengan persamaan (2.7) dan (2.9) halaman 11.
3.2.5 Kuisioner
Data hasil wawancara responden akan dilakukan pengolahan dengan
menggunakan persentase yang akan digambarkan melalui bar chart dan pie chart.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai hal-hal yang menjadi pemecahan masalah
dari bab-bab sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan akan dievaluasi dengan menggunakan rumus-rumus dan sejumlah teori
yang dikemukakan.
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diolah dari rumus-rumus dan teori-
teori yang disebutkan pada bab sebelumnya sehingga diperoleh hasil yang menjadi
tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui tingkat pelayanan jalan (Level Of Service)
melalui volume lalu lintas harian rata-rata (LHR), mengetahui kecepatan rata – rata
yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Raya (MKJI), karakteristik perilaku
pengantar dan penyebrang jalan yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan ZoSS di
19
sekolah dasar tersebut, dan Mengetahui apakah ZoSS dibutuhkan di area sekitar
sekolah dasar tersebut.
4.2 Pembahasan
Pembahasan dilakukan berdasarkan hasil data serta hal-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian ini dan pokok permasalah dalam penelitian ini, yaitu dengan
memperlihatkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dan analisa data.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data, maka akan diambil
beberapa kesimpulan yang relevan. Saran akan diberikan dari hasil pengolahan data
yang diperoleh setelah penelitian dan diskusi masalah yang ditinjau.
20
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
2. Anonim, 2006. Pedoman Teknis Program ZoSS di 11 Kota di Pulau Jawa.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
3. Bukhari R.A, dkk, 1997, Rekayasa Lalu Lintas, Bidang Studi Teknik
Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
4. Sugiono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung
5. Sukirman, S., 1999, Dasar – Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova,
Bandung.
6. Suweda, I. W., 2009. “ Pentingnya Pengembangan Zona Selamat Sekolah Demi
Keselamatan Bersama di Jalan Raya”, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol 13 No.1.
7. Wedha, N. Y., 2001, Audit Keselamatan Jalan, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
top related