zarun 11
Post on 27-Dec-2015
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
“Pembentukan DPD dilandasi gagasan untuk mengubah system perwakilan menjadi system dua kamar (bikameral) hal tersebut
merupakan hal yang lazim terdapat pada banyak negara demokrasi. DPD tersebut dilembagakan berdasarkan BAB VII A Pasal
22C dan 22D dalam UUD 1945 pasca amandemen”.
A. Latar Belakang
Dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Indonesia
keterwakilan rakyat merupakan kemutlakan dalam system demokrasi. Termasuk
didalamnya keberadaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan lembaga baru
dalam tata hukum di Indonesia. DPD adalah badan perwakilan tingkat pusat yang baru
(Perubahan Ketiga UUD 1945). DPD juga merupakan representasi aspirasi masyarakat
dari setiap daerah yang telah memperjuangkan suara serta kepentingan daerah demi tetap
terjaganya semangat persatuan dan kesatuan.
Gerakan reformasi pada pertengahan tahun 1998 menjadi salah satu wujud
perkembangan Indonesia sebagai suatu bangsa yang menjadi pertanda penyesuaian
struktur-struktur berbangsa dan bernegara dengan perubahan zaman dan tuntutan-tuntutan
yang berkembang dalam masyarakat. Masa transisi Indonesia menuju demokrasi
merupakan salah satu tahapan yang menjadi fase penting perkembangan Indonesia. Salah
satu aspek yang menjadi bagian dari proses transisi Indonesia menuju demokrasi adalah
reformasi di bidang ketatanegaraan yang di antaranya mencakup proses perubahan
konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945).
Dengan perubahan tersebut bukan saja berarti tidak ada lagi Utusan Daerah dan
Utusan Golongan dalam keanggotaan MPR, serta tidak ada lagi anggota MPR yang
diangkat, tetapi juga dibentuknya sebuah lembaga negara baru yang bernama Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).
Keberadaan Utusan Daerah dalam komposisi keanggotaan MPR sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum diubah) kurang memberi makna bagi
kepentingan daerah. Hal ini karena tugas dan wewenang MPR yang tidak terkait dengan
pembentukan undang-undang. Tugas dan wewenang MPR sebagaimana diatur dalam
UUD 1945 (sebelum diubah) adalah mengubah undang-undang dasar, menetapkan garis-
garis besar haluan negara, serta memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden.
Namun, dalam perkembangannya DPD masih banyak mengalami keterbatasan
dalam hal menjalankan tugas dan fungsinya sebagai representasi masyarakat. Dalam
sistem dua kamar pada lembaga MPR yang terdiri dari DPR dan DPD seharusnya kedua
lembaga tersebut mempunyai kewenangan yang seimbang akan tetapi dalam
kenyataannya DPD hanya mempunyai kewenangan untuk mengusulkan saja tidak sampai
memutuskan asanya ketidakharapan itu terlihat dalam susunan dan kedudukan DPD yang
diatur oleh Undang-Undang.
Penerapan system bikameral di Indonesia yang lunak, dimana fungsi dan wewenang
DPD sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD dibatasi hanya pada kepentingan-kepentingan
kewilayahan (daerah) seperti otonomi daerah, perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah, penggabungan dan pemekaran daerah, hubungan antara pusat dan daerah. Padahal
pembatasan fungsi dan wewenang tersebut dapat mematikan kreativitas dan hasrat politik
DPD untuk lebih berpartisipasi secara berkesinambungan manyangkut kondisi
kebangsaan dan kenegaraan, yang akibatnya mendorong ketidakefektifan parlemen dalam
merumuskan dan mengartikulasikan harapan dan keinginan masyarakat.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, dapat diambil suatu perumusan masalah
yaitu bagaimanakah kewenangan DPD sebagai Badan Legislatif berdasarkan Pasal 22 D
UUD 1945?
BAB II
PEMBAHASAN
“Salah satu perubahan penting setelah dilakukannya perubahan terhadap UUD 1945 adalah perubahan terhadap Pasal 2 ayat
(1) yang berbunyi: "Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang." Rumusan semula
Pasal 2 ayat (1) tersebut bunyinya adalah: "Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan
undang-undang."
DPD merupakan lembaga baru yang muncul melalui perubahan ketiga UUD 1945.
hadirnya DPD dalam struktur ketatanegaraan Indonesia diatur dalam Pasal 22 C dan 22 D.
Adapun dalam Pasal 22 D kewenangan DPD diatur sebagai berikut:
1. Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta pertimbangan keuangan pusat dan daerah, serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
3. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai, otonomi daerah pembentukan pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, . pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
4. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dengan Undang-Undang.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 telah mengakibatkan
berbagai perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara di Indonesia. Salah satu
perubahan yang sangat mendasar adalah kewenangan di bidang perundang-undangan,
khususnya kewenangan membentuk undang-undang.
“Perubahan kewenangan pembentukan undang-undang merupakan akibat dari perubahan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang dilakukan pada Perubahan Pertama dan Perubahan Kedua UUD 1945. Selain itu juga munculnya suatu lembaga
negara baru yang diatur dalam Pasal 22C dan Pasal 22D, yaitu Dewan Perwakilan Daerah (selanjutnya ditulis DPD) yang diberikan kewenangan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi dan kehendak daerah dalam pembentukan undang-undang
yang berhubungan dengan pelaksananan otonomi daerah”.
Pasal 22 D UUD 1945 pada intinya adalah mengenai kewenangan DPD meliputi tiga
aspek, yaitu:
1. Dapat mengajukan RUU kepada DPR
2. Ikut membahas RUU
3. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang
Dari tiga kewenangan tersebut pada umumnya dikaitkan dengan otonomi daerah dan
desentralisasi kekuasaan pemerintahan termasuk pengelolaan sumber daya alam di daerah,
pendidikan, agama dan perpajakan. Berdasarkan Pasal 41 UU No. 22 Tahun 2003 tentang
Susduk, fungsi DPD dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.
2. Pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu.
Kewenangan dan fungsi yang demikian menggambarkan adanya hubungan
subordinasi dalam kedudukan DPD, karena DPD ruang kewenangannya tidak lebih hanya
untuk mengusulkan, turut membantu dan melakukan pengawasan. Dalam pengajuan usul
RUU DPD hanya menyalurkan kepada DPR karena kewenangan untuk menetapkan RUU
tersebut tetap berada pada persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.
Pasal 42 ayat (3) UU Susduk bahkan menyatakan bahwa pembahasan RUU yang
diusulkan oleh DPD tersebut dilakukan sebelum DPR membahas RUU tersebut dengan
Pemerintah. Hal ini justru terkesan DPD diberikan posisi sebagai sampingan dalam
mekanisme pembahasan RUU. Terkait dengan kewenangan pengawasan DPD terhadap
pelaksanaan UU da;lam bidang-bidang tertentu, oleh Pasal 24 D ayat (3) dinyatakan bahwa
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Dari uraian sebelumnya jelas peran DPD sebagai parlemen yang secara content
menjadi saluran aspirasi bagi daerah sangatlah sulit terwujud karena kewenangan DPD
berdasarkan Pasal 22 D UUD 1945 dan Pasal 42-48 UU Susduk sangatlah sempit. Selain itu,
dari ketentuan Pasal 22 D dilihat bahwa DPD hanyalah badan komplementer DPR. Hal ini
didasarkan pada ketentuan yang menegaskan bahwa DPD dapat mengajukan kepada DPR
Rancangan Undang-Undang.
Selanjutnya pada ketentuan lain yang menegaskan DPD menyampaikan hasil
pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Dan
seharusnya sebagai Lembaga Tinggi baru dalam Parlemen Indonesia DPD harus diperkuat
eksistensinya, tidak sekedar menjadi pelengkap dari hubungan antar lembaga tinggi dalam
parlemen. Selama ini DPD dalam menjalankan wewenangnya hanya bisa dilaksanakan
melalui DPR sehingga DPD akan terus bergantung kepada DPR dalam bekerja. Padahal,
kondisi demikian menyebabkan DPD memiliki ruang gerak yang terbatas baik oleh konstitusi
maupun sikap politik DPR.
Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya DPD sebagai badan legislatif
sangatlah terbatas. Selain itu, kedudukan DPD dalam bidang legislatif juga lemah
dikarenakan DPD bukan badan legislatif penuh. DPD hanya berwenang mengajukan dan
membahas rancangan undang-undang dibidang tertentu saja yang disebut secara enumeratif
dalam UUD.
Terhadap hal-hal lain pembentukan undang-undang hanya ada pada DPR dan
Pemerintah. Meskipun bukan lembaga legislatif penuh seharusnya DPR juga memperhatikan
dan membahas RUU yang disampaikan oleh DPD dan mengikutsertakan DPD dalam
pembahasan RUU yang berkaitan dengan bidang-bidang yang disebutkan dalam UUD 1945.
Mengingat, DPD dipilih secara langsung dalam pemilu seperti halnya DPR. Seharusnya
mempunyai kewenangan yang sama pula dengan DPR khususnya dalam bidang legislasi.
Meskipun, secara normatif posisi DPD dalam sistem ketatanegaraan Indonesia cukup
kuat, namun posisinya dalam bidang legislasi sangatlah lemah. Padahal dari aspek
kewakilannya terhadap rakyat, posisi DPD sangatlah kuat karena dipilih langsung oleh
rakyat, sehingga sangat logis bila perannya dalam pembentukan suatu UU disejajarkan
dengan DPR.
Keberadaan DPD telah membangkitkan harapan masyarakat di daerah bahwa
kepentingan daerah dan masalah-masalah yang dihadapi daerah dapat diangkat dan
diperjuangkan di tingkat nasional. Bahwa kebijakan-kebijakan publik baik di tingkat nasional
maupun daerah tidak merugikan dan bahkan berpihak kepada kepentingan daerah dan
kepentingan rakyat di seluruh tanah air. Bahwa DPD akan menjamin kepentingan daerah
sebagai bagian yang serasi dari kepentingan nasionial, dan kepentingan nasional secara serasi
merangkum kepentingan daerah. Bahwa kepentingan daerah dan kepentingan nasional tidak
bertentangan dan tidak perlu dipertentangkan.
BAB III
KESIMPULAN
Reformasi menjadi salah satu wujud perkembangan Indonesia sebagai suatu bangsa yang
menjadi pertanda penyesuaian struktur-struktur berbangsa dan bernegara dengan perubahan
zaman dan tuntutan-tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Masa transisi Indonesia
menuju demokrasi merupakan salah satu tahapan yang menjadi fase penting perkembangan
Indonesia. Konfigurasi DPD yang demikian merupakan sesuatu yang kurang tepat, bahkan
dalam penilaian banyak pakar hukum tata negara, merupakan hal ganjil jika ditinjau dari
konsep dua kamar lembaga perwakilan. Harus diakui konsep sistem bikameral dalam
konstitusi kita tidak mengacu kepada sistem bikameral mana pun juga, sehingga disebut khas
Indonesia. Jika dibandingkan dengan sistem bikameral di negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Manan, Bagir. 2005. DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru. Yogyakarta: FH-UII Press, Cetakan Ketiga.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat 2002.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
top related