widiatmoko: era hijriyah dan masehi

Post on 02-Dec-2015

342 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Setiap tahun umat Islam seluruh dunia selalu berjumpa dengan bulan suci mereka. Bulan itu adalah bulan Ramadan. Nama bulan itu sendiri bermakna panas terik. Nama bulan itu dalam era Hijriyah merupakan urutan bulan ke-9. Dalam penggunaannya, kata dari nama bulan itu tidak mengalami perubahan transliterasi dalam bahasa-bahasa dunia. Kata itu dipinjamkan secara utuh dan menjadi salah satu kosa kata dalam bahasa-bahasa, seperti Belanda, Prancis, Jerman, Italia, Portugis, Spanyol, Swahili, dan Turki. Dalam literatur Inggris populer, Ramadan telah mulai digunakan sejak sebelum 1851 M. Majalah The Times memadankan Ramadan dengan November dalam penanggalan Masehi yang disebutnya November merupakan the financial Ramadan of the Sublime Porte sebagai ungkapan pemerintah Turki ketika menjanjikan reformasi keuangan dan penurunan harga secara nasional.

TRANSCRIPT

ERA HIJRIYAH DAN MASEHI

Oleh

WidiatmokoE.: moko.geong@gmail.com

W.: http://mokogeong.multiply.comJakarta, Indonesia

PengantarSabtu, 1 Ramadan 1430 H, jam 8.30 dibaca hari Sabtu tanggal 1 bulan Ramadan jam delapan lewat tiga puluh menit. Pembacaan gabungan antara penanggalan Hijriyah dan Masehi itu menunjuk pada kalender. Tahun 1430 adalah era. Gabungan kalender dan era menghasilkan 1 Ramadan 1430.

Setiap tahun umat Islam seluruh dunia selalu berjumpa dengan bulan suci mereka. Bulan itu adalah bulan Ramadan. Nama bulan itu sendiri bermakna panas terik. Nama bulan itu dalam era Hijriyah merupakan urutan bulan ke-9. Dalam penggunaannya, kata dari nama bulan itu tidak mengalami perubahan transliterasi dalam bahasa-bahasa dunia. Kata itu dipinjamkan secara utuh dan menjadi salah satu kosa kata dalam bahasa-bahasa, seperti Belanda, Prancis, Jerman, Italia, Portugis, Spanyol, Swahili, dan Turki. Dalam literatur Inggris populer, Ramadan telah mulai digunakan sejak sebelum 1851 M. Majalah The Times memadankan Ramadan dengan November dalam penanggalan Masehi yang disebutnya November merupakan the financial Ramadan of the Sublime Porte sebagai ungkapan pemerintah Turki ketika menjanjikan reformasi keuangan dan penurunan harga secara nasional.

Era MasehiAda beberapa era yang dikenal oleh manusia. Mereka mencakupi era Mesir Kuno, era Siryani di Suria, era Ibrani, era Persia, era Juliani, era Gregorian, dan era Hijriyah. Era Masehi mendasarkan atas penghitungan perjalanan bumi mengelilingi matahari selama 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik. Era Hijriyah mendasarkan atas penghitungan perjalanan bulan mengelilingi bumi selama 29 hari, 12 jam, 44 menit, dan 3 detik. Penghitungan dalam setahun era Hijriyah adalah 354 hari, 8 jam, 48 menit, dan 36 detik. Perbedaan antara era Masehi dan Era Hijriyah dalam setahun adalah 10 hari 23 jam.

Era Masehi dihitung sejak kelahiran Nabi Isa a.s. Meskipun demikian, pada waktu kelahirannya, tidak ditemukan era Masehi. Era Masehi baru disusun dan diusulkan oleh seorang rahib bernama Denys le Petit pada 532 Masehi. Pada waktu itu, Denys mencoba menghitung mundur untuk menemukan tanggal lahir Nabi Isa a.s. Menurut hasil hitung Denys, Nabi Isa a.s. lahir pada 25 Desember, 532 tahun sebelumnya. Ahli lain rupanya mengalami kesukaran untuk menemukan kapan kelahiran Nabi Isa a.s. itu. Dengan demikian, Denys menetapkan bahwa era Masehi dimulai pada hari Sabtu, tanggal 1 Januari 532 tahun sebelumnya.

1

Pada perkembangannya, era Masehi baru dipakai di dunia Barat setelah tiga atau empat abad kemudian, yakni pada abad ke-9 atau ke-10. Dengan demikian, sebelumnya, belum ada penggunaan era Masehi. Dalam penghitungan mundur, hanya terdapat tahun 1 Masehi dan tahun 1 sebelum Masehi. Dan, era Masehi tidak mengenal tahun 0.

Kalender era Masehi berasal dari kalender Romawi kuno. Kalender Romawi kuno ditetapkan oleh raja Romulus pada abad ke-7 atau ke-8 sebelum Masehi. Pada ketentuan raja, awal tahun dimulai pada bulan Martius dan diakhiri pada bulan December. Panjang tahun adalah 10 bulan. Setiap bulan terdiri atas 30 atau 31 hari sehingga dalam setahun terdapat 304 hari. Setelah itu terdapat celah musim dingin yang tidak ada kalendernya. Raja kedua Numa Pompilius membagi celah musim dingin menjadi dua bulan yakni bulan Januarius dan Februarius. Dua bulan tambahan sebanyak 50 hari itu diletakkan di akhir tahun sehingga dalam setahun terdapat 354 hari. Pada bulan Januarius ditambahkan satu hari lagi sehingga dalam setahun terdapat 355 hari. Raja kelima Tarquinius Priscus (616 – 579 SM) mengubah kalender menjadi kalender republik. Pada kalender republik itu, Februarius 28 hari; Martius, Maius, Julius (Quintilis), dan October, masing-masing 31 hari; serta Januarius, Aprilis, Junius, Augustus (Sextilis), dan December, masing-masing 29 hari sehingga dalam setahun terdapat 355 hari. Raja Priscus juga memindahkan awal tahun ke bulan Januarius. Namun pada 510 SM, melalui pengusiran orang Estrucan, awal tahun dikembalikan ke bulan Maret. Pada setiap akhir tahun, orang Romawi melakukan pembayaran upah. Acapkali, upah berkenaan dengan pekerjaan pada musim yang dipengaruhi oleh kedudukan matahari. Dengan 355 hari setahun, kedudukan matahari bergeser dari akhir tahun ke akhir tahun berikutnya. Kemudian, orang Romawi menambahkan 22 dan 23 hari selang-seling pada setiap dua tahun, dan tambahan diselipkan di antara tanggal 23 dan 24 Februarius. Dengan demikian, setiap empat tahun terdapat 1465 hari atau rerata setahun terdapat 366,25 hari.

Julius Ceasar memanggil Sosigenes untuk membenahi kalender. Sosigenes menggunakan tahun dengan 365,25 hari. Pada tahun 46 SM, Sosigenes menambah 67 hari ke dalam kalender sehingga pada tahun itu terdapat 445 hari. Mulai tahun 45 SM, Romawi menggunakan kalender baru, yakni tahun dimulai pada tanggal 1 Januarius. Bulan Januarius, Martius, Maius, Quintilis (Juli), September, November terdiri atas 31 hari. Bulan Aprilis, Junius, Sextilis (Agustus), October, dan December terdiri atas 30 hari. Bulan Februarius terdiri atas 29 hari. Dalam setahun terdapat 365 hari. Dan, setiap empat tahun, di antara tanggal 23 dan 24 Februari ditambah satu hari.

Pada 44 SM, Senat Romawi mengusulkan bulan Quintilis diubah menjadi Julius untuk menghormati Julius Caesar. Pada 8 SM, Senat mengusulkan bulan Sextilis diubah menjadi Augustus untuk menghormati Augustus Caesar. Bulan Julius dan Augustus masing-masing terdiri atas 31 hari. Satu hari tambahan pada bulan Agustus diambil dari bulan Februarius sehingga bulan Februarius berkurang menjadi 28 hari. Karena terdapat berturut-turut Julius, Augustus, September sebanyak 31 hari, kemudian diadakan perubahan. Dengan perubahan itu, September dan November terdiri atas 30 hari serta October dan December menjadi 31 hari. Dalam setahun terdapat 365 hari. Dan, setiap empat tahun, bulan Februarius terdiri atas 29 hari.

Ternyata, penambahan satu hari dalam empat tahun itu terlalu banyak. Satu tahun tropis terdiri atas 365,242199 hari sehingga setelah lebih dari 15 abad, kelebihan itu menjadi sepuluh hari. Pada 1582 M, Gregorius XIII memangkas kalender sebanyak

2

10 hari sehingga setelah tanggal 4 October, besoknya menjadi tanggal 15 October. Selain itu, setiap empat abad, dikurangi 3 hari. Pengurangan ini ditempuh dengan menghilangkan tahun kabisat pada tahun ratusan yang tidak habis dibagi empat ratus. Maknanya, tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan merupakan tahun kabisat tetapi tahun 1600 dan 2000 merupakan tahun kabisat.

Era HijriyahBerbeda dari era Masehi, era Hijriyah digunakan ketika umat Islam berpijak dari al Quran surat al Baqarah: 189 dan at Taubah: 36. Menurut Ath Thabari dalam Tarikh ath Thabari jilid II, disebutkan adanya perintah Nabi Muhammad kepada umat Islam untuk menjadikan hijrahnya ke Madinah pada Rabi’ul Awal sebagai awal kalender umat Islam. Al Biruni menyebut tahun-tahun keberadaan mereka di Madinah hingga wafatnya sebagai tahun sesudah hijrah. Sebutan bulan Rabi’ul Awal itu telah menunjukkan adanya bukti bahwa orang-orang Arab sudah mengenal sistem penghitungan bulan yang berdasarkan atas lamanya waktu bulan mengelilingi bumi berserta nama-nama dan urutan bulannya. Salah satu bukti paling mudah adalah bahwa Nabi Muhammad lahir pada Rabi'ul Awal yang pada saat itu belum ada penggunaan era Hijriyah. Meskipun demikian, orang-orang Arab telah menggunakan nama bulan Rabi'ul Awal. Bukti lainnya adalah petunjuk dari hadits yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad mengetahui orang-orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram. Dikatakan, “Rasulullah tiba di Madinah dan melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka berkata, ‘Ini adalah hari baik. Ini adalah hari ketika Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa a.s. berpuasa.’ Rasulullah bersabda, ’Aku lebih berhak daripada Musa daripada kalian.’ Maka Rasulullah berpuasa dan memerintahkan sahabatnya berpuasa” (H.R. Bukhari no. 2004). Berdasarkan atas riwayat itu, disimpulkan bahwa orang-orang Yahudi sejak dahulu telah mengetahui 10 Muharram, yang bermakna juga mengetahui nama-nama dan urutan bulan Qamariyah. Singkatnya, sejatinya bulan Qamariyah tidak hanya dikenal oleh orang-orang Arab pada ribuan tahun lalu, tetapi dikenal juga oleh orang-orang selain Arab pada jaman sebelum Islam.

Selanjutnya, dalam penentuan era Hijriyah, khalifah Umar ibnu Khatab dan para sahabatnya mendiskusikan penyempurnaan kalender yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Akhirnya, disepakati bahwa kalender Islam dimulai dari hijrah Nabi Muhammad ke Madinah pada 16 Juli 622 M. Musyawarah itu berlanjut dengan penentuan nama-nama bulan dalam setahun era Hijriyah. Nama-nama bulan itu ditentukan oleh arti penting yang terdapat pada setiap bulan. Disepakati, bahwa Muharram merupakan bulan pertama setelah bulan Dzulhijah – bulan ketika umat Islam melakukan ibadah haji. Sebelas bulan setelahnya berturut-turut diberi nama Safar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Tsani, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijah. Beberapa ahli mengemukakan bahwa Safar memiliki makna pengosongan Mekkah dari orang-orang yang hendak bepergian pada bulan ini. Ahli-ahli lain berpendapat bahwa penamaan Safar menunjuk pada penyerbuan suku-suku lain dan kemudian pengambilan harta rampasan perang sehingga yang kalah perang tidak sedikitpun membawa harta mereka. Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di bulan Safar adalah: perang Khaibar pada 7 H, pernikahan antara Ali ibnu Abi Thalib dan Fathimah pada 2 H, dan sebagainya.

3

Bulan ketiga adalah Rabi’ul Awal. Ia bermakna bulan pertama musim semi. Beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan ini adalah: kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad , hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah, kelahiran anak perempuan Abu Bakar as Shidiq yang bernama Asma pada 6 tahun sebelum kenabian Muhammad , kelahiran putri Nabi Muhammad yang bernama Ruqayah pada 7 tahun sebelum kenabian, penunjukkan Abu Bakar as Shidiq sebagai khalifah, pernikahan Ummu Kulzum dengan Utsman ibnu Affan pada 3 H, wafatnya Zainab pada 4 H, dan wafatnya Ibrahim putra Nabi Muhammad dengan Maryam al Qibthiy pada 10 H.

Bulan keempat adalah Rabi’ul Tsani. Ia bermakna bulan kedua musim semi.Bulan kelima adalah Jumadil Ula. Peristiwa yang terjadi pada bulan ini adalah:

dinyatakannya Khalid ibnu Walid sebagai suhada oleh Nabi Muhammad , pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah, wafatnya Zaid ibnu Haritsah pada 8 H, dan wafatnya Abdul Muthalib kakek Nabi Muhammad .

Bulan keenam adalah Jumadil Akhir.Bulan ketujuh adalah Rajab. Makna Rajab adalah penghormatan. Peristiwa yang

terjadi pada bulan ini adalah Nabi Muhammad melakukan Isra’ dan Mi’raj, perang Tabuk pada 9 H sebagai perang terakhirnya Nabi Muhammad , terjadinya bai’atul aqabah kedua pada 12 H, wafatnya Imam Abu Hanifah pada 15 Rajab 150 H, wafatnya Imam Safi’i pada 14 Rajab 204 H, wafatnya Imam Muslim pada 24 Rajab 261 H, dan wafatnya Imam Nawawi pada 14 Rajab 677 H.

Bulan kedelapan adalah Sya’ban. Makna Sya’ban adalah peningkatan kedamaian secara berulang. Pada bulan ini segala ampunan diberikan dan puncaknya diraih pada Ramadan. Peristiwa pada bulan ini adalah: adanya malam pengampunan pada malam ke-15, dan pemindahan arah shalat ke Ka’bah dari Baitul Muqaddas di Yerusalem pada 15 Sya’ban dua tahun setelah hijrahnya Nabi Muhammad .

Bulan kesembilan adalah Ramadan. Makna Ramadan diambilkan dari bahasa Arab ‘ramada’, yakni panas terik. Ada beberapa argumentasi tentang penamaan itu, yakni bulan puasa yang senantiasa disertai oleh teriknya panas matahari. Di samping itu, keadaan perut orang yang berpuasa meningkat temperaturnya pada bulan Ramadan. Ada juga makna yang menyatakan bulan yang di dalamnya terdapat pembakaran segala dosa manusia yang berpuasa dan pada malam-malam terakhir di bulan itu terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di bulan ini adalah: lahirnya cucu Nabi Muhammad yang bernama Hasan pada 15 Ramadan, turunnya al Quran dari Lauh Mahfudz pada malam ke-27 Ramadan, perang Badar pada 12 Ramadan 2 H, pernikahan Nabi Muhammad dengan Saudah pada 10 H, pernikahan Nabi Muhammad dengan Zainab binti Khuzaima pada 3 H, wafatnya putri Nabi Muhammad yang bernama Ruqayah pada 2 H dalam usia 23 saat terjadinya perang Badar, wafatnya Khadijah pada 11 Ramadan 10 H, wafatnya Fathimah pada 3 Ramadan 11 H, dan wafatnya Ali ibnu Abi Thalib pada Jumat 27 Ramadan 40 H dalam usia 57.

Bulan kesepuluh adalah Syawal. Syawal memiliki makna pendorong. Sebelum Islam, orang-orang Arab memercayai bahwa segala pernikahan yang diselenggarakan pada bulan ini akan selalu gagal. Dengan demikian, hadirnya bulan Syawal itu sejatinya untuk mendorong keluarnya keyakinan tentang kepercayaan itu. Hari pertama Syawal adalah ‘Idul Fitri, hari para muslim kembali ke keadaan suci setelah berpuasa sebulan penuh. Pada bulan ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, para muslim dianjurkan

4

untuk berpuasa sunah selama enam hari. Beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan ini adalah: perseteruan di antara Bani Qainuqa yang berlangsung antara perang Badar dan Uhud pada 2 H, lahirnya cucu Nabi Muhammad yang bernama Husain, wafatnya paman Nabi Muhammad yang bernama Abu Thalib pada 5 H, dan lahirnya Imam Bukhari pada 194 H.

Bulan kesebelas adalah Dzulqa’dah. Makna Dzulqa’dah adalah suatu bulan di antara bulan-bulan haji pada dua tahun yang berbeda. Beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan ini adalah: perang Khandaq pada 5 H, perjanjian Hudaibiyah pada 6 H, bai’atul ridwan pada 6 H, dan Nabi Muhammad dan para sahabatnya kembali ke Mekkah untuk melakukan umrah pada 7 H.

Bulan terakhir adalah Dzulhijah, yang memiliki makna bulan haji, ibadah yang dilakukan sebagai manifestasi salah satu rukun Islam. Beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan ini adalah: Nabi Muhammad melakukan ibadah haji perpisahan, ditaklukannya Mesir oleh tentara Khalifah Umar, dan ditunjuknya Utsman ibnu Affan sebagai khalifah ketiga.

PenutupEra Hijriyah dan Masehi disusun atas argumentasi yang berbeda. Era Hijriyah

mendasarkan atas penghitungan waktu peredaran bulan mengelilingi bumi. Dengannya, ia disebut tahun Qamariyah yang setahun lamanya 354 hari, 8 jam, 48 menit, dan 36 detik. Era Masehi mendasarkan atas penghitungan bumi mengelilingi matahari. Dengannya, ia disebut tahun Syamsiyah yang setahun lamanya 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik. Perbedaan di antara kedua era itu adalah 10 hari 23 jam.

Pustaka Rujukan Al Munajjid, Sheikh Muhammed Salih. Safar. http://www.islam-qa.com. Naga, Dali S. Tanggal Julian di dalam Komputer.

http://staffsite.gunadarma.ac.id/dali. Siregar, P. “Kalender Hijriyah”, Buletin Dakwah, No. 02, Tahun XXXVI, Jumat ke-

2, 12 Muharram 1430 H/9 Januari 2009. http://www.inter-islam.org .

***

5

top related