“wewenang dan keabsahan wewenang: negara dan warga negara” pengantar ilmu politik

Post on 08-Jan-2016

114 Views

Category:

Documents

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

“Wewenang dan Keabsahan Wewenang: Negara dan Warga Negara” Pengantar Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Komunikasi 2009/2010 By Gilang Desti Parahita. Kartu Tanda Penduduk. Merepresentasikan apa?. Warga negara (Citizen) 1. Warga negara sebagai entitas politik (Aristotle, Politics) - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

“Wewenang dan Keabsahan Wewenang: Negara dan Warga Negara”

Pengantar Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi

2009/2010

By Gilang Desti Parahita

Kartu Tanda Penduduk Merepresentasikan apa?

Warga negara (Citizen) 1 Warga negara sebagai entitas politik (Aristotle, Politics)

- manusia sepenuhnya apabila memimpin pihak lain (kata phusin zoon politikon)- polites: seseorang yang memerintah dan diperintah - warga negara (laki-laki, pejuang, majikan) berada di derajat tertinggi karena kemampuannya di antara orang-orang yang setara

- kepemilikan atas oikos (infrastruktur material) dan kiprah pada tingkat polis (ideal superstruktur) - perang, perdagangan, keamanan, antarnegara, dll- warga negara bertindak tidak melalui benda-benda (tanah, dinding, perdagangan), melainkan oikos dan polis

Warga negara 2 Warga negara sebagai pemilik harta dan taat hukum (Gaius)- Pemahaman individu sebagai pemilik - Seseorang bertindak berdasarkan sesuatu, dan semua

tindakan tersebut ditujukan untuk melindungi kepemilikan- Hubungan yang timbul akibat kepemilikan dan tindakan

membutuhkan peraturan yang harus ditaati warga negara (legalis homo)

- Kewarganegaraan berimplikasi pada kepemilikan, imunitas, hak, kewajiban

- Muncul kaum borjuis

Warga negara 3 Warga negara adalah orang yang bersedia

dipimpin pihak lain demi terjaminnya kepemilikan, hak-hak, dan kebahagiaan

Semua warga negara berpartisipasi secara setara dan terus menerus pada setiap aksi-aksi Kedaulatan (JJ Rousseau)

Wewenang (Authority) Kekuasaan yang didasarkan pada perjanjian Sehingga seseorang atau kelompok memiliki

hak untuk mengeluarkan sejumlah perintah Perintah yang harus ditaati

Apakah perbedaan antara wewenang dan kekuasaan?

Uang

Aset

Kecantikan/Ketampanan

Sihir

Popularitas

Pengikut

IPTEK

Tipe Wewenang Subtantif dan personal Formal (Thomas Hobbes)

- rasional-legal (dinamis, impersonal)

- tradisional (impersonal, non rasional)

- karismatis (dinamis, non rasional)

- nilai-rasional-legal (Spencer, 1970)

pemilihan kepala daerah DIY

Keabsahan Wewenang (Legitimacy) Wewenang suatu pemerintahan didapat melalui

ancaman (coercion), bujuk rayu (persuasion) atau penerimaan secara alamiah.

Pemerintahan modern lebih efisien dijalankan dengan kewenangan yang didapat melalui penerimaan secara alamiah karena lebih efisien

Wewenang tidak dapat dideteksi melalui kehadiran atau ketidakhadiran fisikal, melainkan derajat penerapan.

Penjara Panoptik ala J Bentham (1785)

Contoh bagaimana wewenang hukum dijalankan secara efektif dan efisien

Sumber Keabsahan Wewenang Pencapaian kebijakan Kebiasaan Latar belakang agama atau identitas budaya Prosedural

Warga, media, dan terorisme

Karakteristik warga negara demokrasi Toleransi Partisipasi aktif Derajat minat dan informasi yang tinggi Dukungan untuk negara

Toleransi Keragaman (diversity) Perbedaan (difference) Sikap, perilaku, agama, pilihan politik, minat

Yogyakarta City of Tolerance

Etnis Cina di Indonesia

Partisipasi Aktif Demokrasi: hubungan dua arah Pemilu Hak warga Kelas menengah Indonesia Demokrasi deliberatif Tidak hirarkis dan teknokratik

“golput”, participatory budgeting, komite sekolah

Partisipasi Warga di Indonesia Desentralisasi dan partisipasi (UU No. 32 Tahun

2004) Perencanaan pembangunan (Musrenbang), RKJP Pemilihan kepala daerah, DPRD Transparansi dan akuntabilitas Schonwalder (1997) dan Geller (2001): partisipasi di

Indonesia masih didominasi oleh the pragmatic school yang menempatkan partisipasi sebagai alat untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas pemerintahan

Model Negara Menurut Kapasitas dan Intensi Pengaturan Publik (Centeno dan Portes (2003)

State regulatory capacity

High I: Liberal State

(AS, Inggris)

II: Welfare state

(Prancis, Jerman)

III: Totalitarian State

(Korut, Kuba)

Low IV: Absent state

(Somalia, Zaire)

V: Enclave state:

(Kenya, bolivia, Angola)

VI:

Frustrated state

(Argentina, Peru, Ekuador)

Low Medium High

State Regulatory Intent

Minat dan Informasi Cukup wawasan Minat Masa kampanye Hak warga untuk memperoleh informasi dan

menyampaikan laporan terjadinya penyimpangan kekuasaan

RUU Kerahasiaan NegaraAsas penyelenggaraan negara berdasarkan UU

No. 28/1999: keterbukaan

Dukungan untuk negara Suportif Skeptis Elit baru di luar negara

Partai oposisi, Porto Allegre

Apakah Anda sebagai warga negara demokratis telah bersikap kritis terhadap pemerintah terpilih?

Modal Sosial (Robert Putnam) Interaksi komunitas yang menghasilkan sikap

dan perilaku berdasarkan atas prinsip kepercayaan dan kemanfaatan

Kewarganegaraan tak akan tercipta tanpa adanya kemampuan dari warga negara untuk bekerja sama, saling menghormati, dan mengenali satu sama lain

Budaya Politik 1 Asumsi-asumsi etis yang mengatur hubungan-

hubungan di antara warga negara dan warga negara dengan pemerintah, dan warga dengan tata aturan politik (political order)

Segala sikap dan nilai yang ditunjukkan masyarakat secara bersama-sama, yang menjadi dasar perilaku politik.

Tipe-tipe Budaya Politik (Almond dan Verba)

a. Budaya politik subyek-parokial (the parochial- subject culture)

b. Budaya politik subyek-partisipan (the subject-participant culture)

c. Budaya politik parokial-partisipan (the parochial-participant culture)

Budaya Politik 2 Generalisasi yang ceroboh mengenai budaya politik:

Almond dan Verba, The Civic Culture (1965) Ronald Inglehart (2005): negara makmur dan

industrial sedang mengalami perubahan pada budaya yang semula peduli pada keamanan digantikan oleh ekspresi diri, sebagaimana yang nampak pada perubahan generasional umum terjadi di Eropa

Alexis de Tocqueville (Democracy in America, 1980): individualitas dan kebebasan, ketergantungan pada politik lokal, organisasi sukarela, gairah akan kemajuan, pantang menyerah

Sepatu

Ricuh

Sifat Budaya Politik Non perilaku, melainkan berupa

sikap,kepercayaan, mitos Nampak pada sistem politik Masif

Sosialisasi Politik Nilai dan asumsi yang dimiliki warga

mengenai politik dibangun melalui proses sosialisasi politik

Forum: rumah, sekolah, peer group, masyarakat, media

Dimensi ranah publik politik Dahlgren: institusi media, representasi media, struktur sosial, dan interaksi sosiokultural

Definisi Sosialisasi Politik proses pembelajaran dari pengalaman/ pola-

pola aksi; pewarisan pengetahuan, keyakinan, sikap,

pola dan perilaku politik antar generasi; sosialisasi berlangsung sepanjang hidup.

Perubahan politik atau stagnasi?

Politik dan media Media sebagai sumber keabsahan kekuasaan

dan wewenang Media sebagai pendukung pendidikan sipil Media sebagai ranah publik bagi kepentingan

publik ditampilkan dan didefinisikan, terutama di televisi

Kesimpulan Penelitian Dobkin (1992) Media televisi meneguhkan konstruksi

pemerintah tentang adanya “ancaman terorisme” yang menyebabkan “krisis publik”

Pemerintah memerlukan media massa untuk melegitimasi konstruksi atas peristiwa politik kekerasan dan kebijakan politik tertentu

Penelitian Dobkin dan Teori Penularan Media massa AS mengesahkan adanya “ancaman

terorisme” dan “krisis publik” sehingga aksi teror yang berskala kecil dan sedikit terkesan menjadi fenomena

Media massa meneguhkan upaya pemerintah AS untuk melakukan counterterrorism yang tidak tepat sasaran dan tidak mengatasi akar permasalahan

Bahan bacaan Beiner, R. Theorizing Citizenship Inglehart, I. Modernization, Cultural Change, and

Democracy: Human Development Sequence. Meyer, Thomas. Media Democracy: How the Media

Colonize Politics. Shively, W.P. Power Choice: an Introduction to

Political Science Basjir, W.W. Keindahan yang Menipu: Partisipasi

dalam Penganggaran Daerah di Indonesia.

top related