file · web viewuniversitas gunadarma. bekasi. 2013. ... tidak perlu mengurus nomor...
Post on 06-Feb-2018
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS PAPER HAK ATAS KEKAYAAN TENTANG INTELEKTUAL
“MEREK DAGANG LOTTO”
Disusun Oleh :
Nama : Indra Maulana YusufNPM : 36409947Kelas : 4ID04Mata Kuliah : Hukum Industri # (Softskill)Dosen : Rossi Septy Wahyuni, ST.,
MT
JURUSAN TEKNIK INDUSTRIFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI2013
1.1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Banyak hal yang didapatkan dari merek-merek terkenal terutama dalam
hal ekonomi. Keuntungan dalam bentuk materi akan mudah didapatkan dengan
cara yang instan. Dimana pada saat ini bayak sekali kasus yang numpang / nebeng
dengan merek terkenal agar dapat mendongkrak keuntungan dan poularitas sebuah
merek yang kurang mendapat perhatian dari konsumen. Banyak merek yang
kelihatannya seperti merek aslinya tetapi sebenarnya tidak palsu yang sering
disebut dengan aspal (asli tapi palsu).
Banyak alasan saat ini mengapa tindakan pemanfaatan merek-merek terkenal
dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Agar mudah dipasarkan mudah untuk bertransaksi jual beli.
2. Tidak perlu mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HKI .
3. Mengurangi pengeluaran untuk untuk membangun citra produknya (brand
image).
4. Tidak perlu membuat divisi riset dan pengembangan untuk dapat
menghasilkan produk yang selalu up to date.
Jika hanya dipandang dari segi ekonomi memang pemanfaatan merek akan
memberi dampak luar biasa untuk meraup keuntungan serta popularitas sebuah
merek yang baru seumur jagung. Tiba-tiba dengan cara yang gampang sudah
menjadi konsumsi dimasyarakat. Kenyataan ini memang tidak bisa disangkal
karena fakta dilapangan, dimana msyarakat memiliki kriteria untuk
mengkonsumsi suatu produk. Salah satu dari kriteria tersebut melihat merek
sebuah produk kemudian baru membelinya.
Dengan berbagai kasus yang sudah beranak pinak di tengah masyarakat ini
membuat banyak merek yang di jiplak / contek. Baik dari segi bentuk, ukuran,
warna, desain, tulisan, penyebutan, gambar dan masih banyak lagi. Meski sudah
dibuat regulasi yang mengatur mengenai hal ini. Namum tetap saja plagiarisme
masih melekat di kehidupan masyarakat terutama dibidang perdagangan yang
memang sangat erat dengan merek. Sudah banyak merek yang mengalami
penolakan dan tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan. Karena banyaknya
merek kembar tetapi beda yang ditemukan ditengah masyarakat. Ternyata fakta
yang ada menunjukkan tidak hanya dalam merek yang berada dalam negeri.
Kesamaan antara merek dalam negeri dengan mereka diluar negeri juga
dimungkinkan terjadi. Hal-hal lain juga dapat dimungkinkan terjadi dan akan
dibahas dan dikaji lebih mendalam lagi. Dalam penolakan dan tidak
didaftarkannya sebuah merek akan dibahas berdasarkan dengan kasus yang sudah
terjadi. Untuk dicari pemecahan masalah dan diberikan kesimpulan yang bersifat
ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan tentu dapat
terlihat banayak hal yang peru dibenahi. Maka dapat ditentukan hal-hal yang akan
menjadi rumusan masalah yaitu :
1. Mengapa kasus plagiarisme bisa dan masih tetap terjadi dalam masyarakat ?
2. Bagaimanakah kasus penolakan dan tidak bisa didaftarkannya sebuah merek
bisa terjadi ?
3. Bagaimanakah problem solving untuk kasus yang telah terjadi dimasyarakat
dan cara pencegahannya?
2.1 Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Merek
Terkait dengan berbagai kasus merek yang terjadi perlu untuk diketahui
apa pengertian dari merek itu sendiri. Pengertian dari merek secara yuridis
tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 15 tahun 2001 yang berbunyi sebagai
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”. Indonesia
adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan berbagai regulasi yang telah
dilahirkan untuk mengatai berbagai masalah. Berkaitan dengan kasus-kasus terkait
merek yang banyak terjadi. Tidak hanya membuat aturan-aturan dalam negeri,
negeri seribu ini juga ikut serta dalam berbagai perjanjain dan kesepakatan
internasional. Salah satuya adalah meratifikasi Kovensi Internasional tentang
TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU Nomor 7 Tahun 1994
Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) sesuai dengan
kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 Indonesia sudah
harus menerapkan semua perjanjian-perjanjian yang ada dalam kerangka TRIPs
(Trade Related Aspects of Intellectual Property Right, Inculding Trade in
Counterfeit Good), penerapan semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam TRIPs
tersebut adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia sebagai anggota dari
WTO (Word Trade Organization). Karena peranan yang begitu urgent demi
berjalannya dan progress dunia perdagangan baik barang maupun jasa dalam
kegiatan perdagangan dan penanaman modal.
Pada tahun 1961 Indonesia mempunyai Undang-undang baru mengenai
merek perusahaan dan perniagaan LN. No. 290 Tahun 1961 dengan 24 pasal dan
tidak mencantumkan sanksi pidana terhadap pelanggaran merek. Dengan
meningkatnya perdagangan dan industri serta terbukanya sistem ekonomi yang
dianut Indonesia maka lahir berbagai kasus merek. Dengan pesatnya progres
dunia perdagangan marak sengketa merek yang khususnya menyerang pemilik
merek terkenal yang menimbulkan konflik dengan pengusaha lokal, berbagai
alasan yang menyebabkannya diantaranya :
1. Terbukanya sistem ekonomi nasional, sehingga pengusaha nasional dapat
mengetahui dan memanfaatkan merek-merek terkenal untuk digunakan dan
didaftar lebih dulu di Indonesia demi kepentingan usahanya.
2. Pemilik merek terkenal belum atau tidak mendaftarkan dan menggunakan
mereknya di Indonesia.
Banyaknya sengketa merek maka pada tahun 1987 pemerintah
menetapkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-
HC.01.01 Tahun 1987 tentang “Penolakan Permohonan Pendaftaran Merek yang
mempunyai Persamaan dengan Merek Terkenal Orang lain”. Dengan adanya
aturan tersebut maka banyak sekali pemilik merek terkenal yang mengajukan
gugatan pembatalan mereknya dan banyak pula perpanjangan merek yang ditolak
oleh kantor merek dikarenakan mempergunakan merek orang lain. Keputusan
tersebut kemudian direvisi dengan Keputusan Menteri Kehakiman No. M.03-
HC.02.01 untuk lebih memberikan perlindungan terhadap pemilik merek-merek
terkenal.
Selama masa berlakunya UU No. 21 Tahun 1961, banyak sekali
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam dunia perdagangan, dimana
norma dan tatanan dagang telah berkembang dan berubah dengan cepat, hal
tersebut menyebabkan konsepsi yang tertuang dalam Undang-undang merek
Tahun 1961 sudah sangat tertinggal jauh sekali. Untuk mengantisipasi
perkembangan tersebut maka pemerintah pada waktu itu mengeluarkan UU No.
19 Tahun 1992 tentang merek (LN. No.81 Tahun 1992) sebagai pengganti UU
No.21 tahun 1961.
B. Contoh Kasus
Meski memang sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai merek.
Tetapi dalam penegakannya dan pelaksanaannya dilapangan tidak bisa lepas dari
persengketaan. Dalam kasus sengketa merek “LOTTO” misalnya oleh perusahaan
Singapura dan pengusaha Indonesia. Kasus ini terjadi antara Newk Plus Four Far
East (PTE) Ltd, yang dimana adalah pemakai pertama merek “LOTTO” untuk
barang-barang seperti pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana panjang, rok
span, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga, baju olah raga,
kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi, dengan Hadi
Darsono seorang pengusaha dari Indonesia yang produk handuk dan sapu
tangannya yang juga menggunakan nama “LOTTO” sebagai merek. Merasa
dirugikan akibat kesamaan merek perusahaan LOTTO Singapura pun membawa
masalah persengketaan ini ke Pengadilan Negeri.
Atas kasus ini memang merek tidak hanya berperan sebagai pengenal
tetapi harus juga sebuah simbol atau tanda yang membedakan dengan jelas antara
satu dengan yang lainnya. Maka seharusnya sebuah merek itu memiliki suatu ciri
khusu yang identik dengan kepribadiannya dan memang terlahir baru. Buka
sebuah merek yang diperbaharui atau sesuatu produk gagal yang diperbaiki
menjadi lebih baik.
3.1 Pembahasan
A. Pembahasan Secara Umum
Pemakaian sebuah merek tidak hanya sebatas untuk meraup keuntungan.
Merek memiliki tujuan lain yang tidak hanya bisa dipandang dari segi ekonomi.
Merek juga memiliki peran untuk memperlancar kegiatan perdagangan barang
atau jasa untuk melaksanakan pembangunan. Untuk diperlukan perlindungan
merek agar tidak membuat “aktifis plagiarisme” semakin gencar dengan praktek
kotornya. Karena pada dasarnya perlindungan merek tidak hanya untuk
kepentingan pemilik merek saja akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat
luas sebagai konsumen.
Tidak hanya terjadi di Indonesia masalah mengenai perlindungan merek
juga marak terjadi diberbagai negara. Keuntungan yang didapatkan dengan cara
yang tidak sulit mendorong sebuh merek untuk ditiru atau numpang tenar
layaknya seorang artis. Peniruan merek terkenal marak terjadi memang dilandasi
oleh “itikad tidak baik”. Semata-mata tujuannya hanyalah materi, memperoleh
keuntungan dengan numpang nama, dan sebuah popularitas sebuah merek.
Perlakuan yang seperti ini memang tidak seharusnya dan tidak selayaknya
untuk mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan terhadap merek terkenal
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain dibutuhkan respon serta inisiatif
pemilik merek, dapat juga dilakukan oleh kantor merek dengan menolak
permintaan pendaftaran merek yang sama atau mirip dengan merek terkenal.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan yaitu :
1. Tidak mengatur definisi dan kriteria merek terkenal.
2. Penolakan atau pembatalan merek, atau larangan penggunaan merek yang
merupakan reproduksi, tiruan atau terjemahan yang dapat menyesatkan atas
suatu barang atau jasa yang sama atau serupa apabila perundang-undangan
negara tersebut mengatur atau permintaan suatu pihak yang berkepentingan.
3. Gugatan pembatalan dapat diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dari
pendaftaran, namun tidak ada jangka waktu apabila pendaftaran itu dilakukan
dengan itikad tidak baik.
Terhadap perlindungan merek terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tentang merek diatur
dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 ayat 3 (a) yang berbunyi dalam Pasal 6:
1. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa
sejenisnya.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b) dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
3. Permohonan juga harus ditolak oleh Direktur Jenderel apabila Merek tersebut:
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hokum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak. Kemudian penjelasan pasal tersebut di atas menyatakan: Pasal 6
ayat (1) Huruf b: Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan
atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan
umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang
bersangkutan. Disamping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal
yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar besaran, investasi di
beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai
bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa Negara. Apabila hal-hal di
atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan
lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survey guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar
penolakan. Pasal 6 Ayat (2) : Cukup jelas Pasal 6 Ayat (3) Huruf a: yang
dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama badan hukum yang
digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam daftar Umum Merek.
Dari ketentuan diatas dapat ditentukan kriteria-kriteria yang dapat digunakan
untuk menentukan keterkenalan suatu merek terkenal yaitu:
Pengetahuan masyarakat yang relevan terhadap merek.
Pengetahuan masyarakat terhadap promosi merek.
Didaftar oleh pemiliknya diberbagai negara.
Selain perlindungan yang telah diatur dalam pasal 6 ayat 1 (b), ayat 2 dan
ayat 3 (a) UU No. 15 Tahun 2001, sebetulnya bagi siapa saja yang dengan sengaja
mempergunakan merek milik orang lain dapat dikategorikan telah melakukan
sesuatu kejahatan dan diancam dengan pidana penjara maupun denda
sebagaimana diatur dalam pasal 90, 91, 92, 93, dan 94 Undang undang No. 15
Tahun 2001.
B. Analisis Kasus
Dikaitkan dengan kasus yang ada suatu merek tidak dapat didaftar atas
dasar permohonan yang diajukan pemohon yang beritikat tidak baik dan pemohon
ada niat dan sengaja untuk meniru, membonceng atau menjiplak ketenaran merek
lain demi kepentingan usahanya yang mengakibatkan menimbulkan kerugian
pihak lain atau menyesatkan konsumen. Pemohon adalah pihak yang mengajukan
permohonan. Permohonan yaitu permintaan pendaftaran merek yang diajukan
secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal adalah Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang
dipimpin oleh Menteri.
Pendaftaran suatu merek berfungsi sebagai berikut :
1. Untuk barang bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang terdaftar,
2. Dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhannya atau sama pada
pokoknya yang dimohonkan oleh permohonan lain untuk barang / jasa sejenis,
3. Sasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau
sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/ jasa sejenis.
Syarat dan Tata cara Permohonan Pendaftaran Merek menurut Undang-Undang
No. 15 Tahun 2001 tentang Merek terdapat pada pasal 7 yaitu:
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan:
o Tanggal, bulan, dan tahun;
o Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;
o Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui
Kuasa;
o Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna;
o Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal
Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.
2. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
3. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang
atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
4. Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.
5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara
bersama – sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
6. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas Merek
tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang
mewakilkan.
7. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan melalui
Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak
atas Merek tersebut.
8. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual.
9. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan
Hak kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata
cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
Di dalam kasus “LOTTO” ini, “LOTTO” Singapura memiliki bukti.
Memiliki nomor pendaftaran merek dari Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman dengan pendaftaran No. 137430, yang diajukan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Terdapat kelalaian yang dilakukan oleh
Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman dengan memberikan
nomor pendaftaran juga kepada “LOTTO” Indonesia.
Setelah pengajuan perkara “LOTTO” Singapura ditolak oleh Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dengan alasan bukti kasus tersebut tidak kuat, akhirnya
“LOTTO” Singapura mengajukan permohonan kasus kepada Mahkamah Agung.
Tidak hanya menuntut “LOTTO” milik Hadi Darsono ( Tergugat I ), mereka juga
menuntut Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman bagian merek
(Tergugat II) karena telah lalai memberikan nomor pendaftaran merek kepada
perusahaan yang namanya sama tetapi berbeda usaha barangnya setelah
perusahaan pertama mendaftarkan mereknya kepada Direktorat Paten dan Hak
Cipta Departemen Kehakiman.
Terdaftarnya suatu merek dagang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman dapat dibatalkan oleh Hakim bilamana merek ini
mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan
merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan,
walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal tersebut
berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia internasional.
Dalam kasus ini Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam
perkara merek terkenal Seven Up – LANVIN – DUNHILL: MA-RI No. 689
K/SIP/1983 dan MA-RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu
pendaftaran merek dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam
keseluruhan dengan suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan,
walaupun untuk barang yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek
dagang terkenal.
Pengadilan tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I. Tindakan
Tergugat I, tidak saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar ketertiban
umum di bidang perdagangan serta kepentingan khalayak ramai. Setelah
memeriksa perkara ini Mahkamah Agung dalam putusannya berpendirian bahwa
judex facti salah menerapkan hukum, Pengadilan Negeri mengesampingkan
kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari merek LOTTO di
Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan perlindungan hukum
menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu, Tergugat I tidak dapat
mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat membuktikan keaslian
bukti-bukti yang diajukannya. Sehingga putusannya harus dibatalkan selanjutnya,
Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini. Pendirian Mahkamah
Agung tersebut di dasari oleh alasan juridis yang intinya sebagai berikut:
Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO di
Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976 dan
4-3-1985.
Merek “LOTTO” secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai
merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum untuk
melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah raga beserta
perlengkapannya.
Merek “LOTTO”, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan
saputangan, pada 6 Oktober 1984.
Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan Tergugat I
berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang
didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang. Dengan
mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam kelompok barang sejenis
kelengkapan berpakaian seseorang dengan merek yang sama, dengan
kelompok barang yang telah didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah Agung
menyimpulkan Tergugat I ingin dengan mudah mendapatkan keuntungan
dengan cara menumpang keterkenalan satu merek yang telah ada dan beredar
di masyarakat. Hal ini berarti Tergugat I dalam prilaku perdagangannya yaitu
menggunakan merek perniagaan yang telah ada merupakan perbuatan yang
bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak mempunyai itikad baik.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, akhirnya Mahkamah Agung memberikan
putusan yang amarnya sebagai berikut:
Mengadili:
Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Mengadili Sendiri :
a. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
b. Menyatakan Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek
dagang “LOTTO” dan oleh karena itu, mempunyai hak tunggal/khusus
untuk memakai merek tersebut di Indonesia.
c. Menyatakan bahwa merek “LOTTO” milik Tergugat I yaitu yang
didaftarkan pada Tergugat II dengan nomor registrasi 87824 adalah sama
dengan merek Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata, maupun suara,
dan oleh karena itu dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya
khalayak ramai tentang asal-usul dan kualitas barang.
d. Menyatakan pendaftaran merek dengan registrasi 187824 dalam daftar
umum atas nama Tergugat I batal, dengan segala akibat hukumnya.
e. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati putusan ini dengan
membatalkan pendaftaran merek dengan nomor registrasi 197824 dalam
daftar umum.
4.1.1 Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Menjadi bahan pertimbangan baru bahwa apabila terdapat merek yang
sama, ada yang meniru merek atau yang disebut dengan numpang tenar.
Tidak sepenuhnya adalah kesengajaan atau kesalahan dari pelaku di dunia
perdagangan bisa juga karena kesalahan dari pihak yang memeriksa dan
memberikan perlindunagn atas merek itu sendiri.
Dalam kasus ini jika terjadi kekeliruan dari Direktorat Paten dan Hak
Cipta Departemen Kehakiman bagian merek karena telah memberikan
nomor registrasi kepada Hadi Darsdono untuk menggunakan merek
“LOTTO” yang sebenarnya telah terdaftar di Indonesia pada tahun tanggal
29/6/1976 dan 4-3-1985. Menurut data yang kami dapatkan, hal ini
dikarenakan oleh Direktorat Paten dan Hak Cipta Departmen Kehakiman
kurang teliti dalam mengecek akan merek “LOTTO” tersebut.
Gugatan yang diajukan oleh Singapura kepada Mahkamah Agung
mendapatkan keputusan yang terbaik untuk Singapura, karena dalam kasus
ini Singapura memberikan bukti-bukti yang jelas kepada Mahkamah
Agung dengan menunjukkan surat-surat , dan bukti pembayaran yang telah
Ia dapatkan dari Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman
bagian merek pada tahun 1976 dan 1985. Sementara Hadi Darsono
didapati mempunyai maksud yang tidak baik, dengan mendaftarkan
“LOTTO” kepada Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen
Kehakiman bagian merek, Hadi Darsono ingin dengan mudah
mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu
merek yang telah ada dan beredar di masyarakat. Hal ini berarti Hadi
Darsono selaku Tergugat 1 dalam prilaku perdagangannya yaitu
menggunakan merek perniagaan yang telah ada merupakan perbuatan
yang bersifat tidak jujur, tidak patut atau tidak mempunyai itikad baik.
Selain dibutuhkan informasi yang up to date mengenai dunia perdagangan
khusunya mengenai merek agar tidak terjadi kesalahan. Juga dibutuhkan
kesadaran untuk berlaku jujur dalam mencari keuntungan disertai dengan
perberlakuan hukum yang adil dan memungkinkan juga dilakukan
pembaharuan aturan yang ada dengan aturan yang baru. Juga dalam
penegakannya para aparat hukum haruslah bertindak lebih teliti lagi agar
tidak terjadi kesalahan lagi dan juga harus bertindak adil.
B. Saran
Dalam menentukan sebuah keputusan para aparat hukum dalam kasus ini
Pengadilan Negeri hendaknya bersikap lebih bijak dalam menentukan
keputusan hukuman. Perlu sebiah pertimbangan yang matang sebelum
memberikan keputusan bahwa Hadi Dasono tidak bersalah. Karena
Pengadilan Negeri tidak melihat alasan yang tidak baik dari Hadi Darsono
yaitu untuk mengambil keuntungan yang dapat ia peroleh dari penjualan
produk-produk “LOTTO” dengan menjual ketenaran nama “LOTTO”
tersebut. Sebab tidak sepenuhnya kesalahan dari Hadi Darsono sebab
kekeliruan dari Bagian Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen
Kehakiman yang kurang teliti.
Bagian Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman
harusahnya lebih teliti dalam memeriksa data-data merek yang ada. Agar
tidak mengalami kesalahan yang sama lagi. Karena jika hal ini terus
menerus terjadi akan menggangu ketertiban perdagangan yang berada di
Indonesia. Agar meminimalisir bahkan menghilangkan kesalahan serta
kecurangan atas merek di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Djubaedillah. R, Sejarah, Teori dan Praktek Hak Milik Intelektual di
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
Harapan, M. Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di
Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 19 Tahun 1992, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1994.
Rizawanto Wanita, Undang Undang Merek Baru 2001, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002.
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-perlindungan-
konsumen/ diakses pukul 11:39 hari senin tanggal 28 Maret 2011
http://bjnatasyakusumah.blogspot.com/2010/04/studi-kasus-tentang-
sengketa-atas-merek.html diakses pukul 11:42 hari senin tanggal 28 Maret
2011
UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek
http://bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/04/09/makalah-tentang-hak-
kekayaan-intelektual-kasus-merek-yang-tidak-bisa-didaftarkan-dan-
ditolak-pendaftarannya/
top related