akuntansi6c.files.wordpress.com · web viewkomisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar...
Post on 22-Apr-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AUDIT INTERN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Topik Khusus
Dosen : Yogi Ginanjar, SE., AAk
Disusun Oleh :
Aay Haniyah 14.06.1.0058
Dina Ariandari 14.06.1.0075
Jetti Refahani 14.06.1.0086
(Kelompok 5 Kelas Akuntansi C)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAJALENGKA2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua khususnya kepada
kelompok kami, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Tugas Akuntansi
Topik Khusus yang berjudul “AUDIT INTERN”.
Kami menyadari tentunya dalam penyusunan atau pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun segi bentuk. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Kami ucapkan banyak
terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan meningkatkan
motivasi dan semangat yang tinggi terhadap Mata Kuliah Akuntansi Topik
Khusus.
Majalengka, Mei 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... iDAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang............................................................................11.2 Identifikasi Masalah...................................................................21.3 Maksud dan Tujuan....................................................................2
1.3.1 Maksud..............................................................................21.3.2 Tujuan...............................................................................2
BAB I1 PEMBAHASAN2.1 Pengertian audit intern................................................................42.2 Sejarah audit intern.....................................................................52.3 Dasar Hukum audit intern di Indonesia......................................72.4 Fungsi, Tujuan dan Peran audit intern........................................72.5 Ruang Lingkup audit intern.......................................................112.6 Standar Profesi Pemeriksa Inern ..............................................142.7 Laporan Audit Intern.................................................................18
BAB III CONTOH KASUS 3.1 Kasus PT. Kereta Api Indonesia (KAI).................................... 233.2 Analisis Kasus PT. KAI............................................................24
BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan...............................................................................................254.2 Saran.........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan semakin
terbukanya peluang usaha dan investasi menyebabkan resiko terjadinya
kecurangan pada perusahaan semakin tinggi, mengacu ke berbagai kasus baik
didalam maupun diluar negeri, menunjukkan bahwa kecurangan dapat terjadi
dimana saja dan termasuk yang cukup besar ada disektor usaha. Banyak
perusahaan yang didalam perusahaannya terdapat kecurangan, baik yang
bersumber dari internal perusahaan maupun dari external perusahaan.
Yang bersumber dari internal perusahaan adalah terdiri dari anggota
perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak terkait mulai dari pegawai,
pejabat dan direksi bahwa dewan komisaris juga pemilik rentan terhadap
konsekuensi hukum sebagai dampak dari kecurangan. Sedangkan dari external
perusahaan adalah orang diluar perusahaan. Untuk mencegah terjadinya
kecurangan, pemegang peran utamanya adalah dari internal auditor sesuai dengan
fungsinya yaitu berupaya untuk menghilangkan/mengeleminir sebab-sebab
timbulnya kecurangan tersebut. Tidak hanya innternal auditor saja yang dapat
mencegah kecurangan, kesadaran dari pihak yang berperan dalam perusahaan pun
harus mengupayakan dirinya untuk tidak melakukan kecurangan demi
keberlangsungan perusahaan tersebut.
1
Peran intenal auditor sangat dibutuhkan dalam melakukan risiko kecurangan.
Auditor internal perlu mengetahui manajemen risiko perusahaan untuk melakukan
kontrol terhadap perusahaan. Auditor internal dapat menerapkan COSO
framework dalam penerapan pengendalian internal yang dapat mengelola dan
meninimalisasi risiko perusahaan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Audit Intern?
2. Bagaimana sejarah Audit Intern?
3. Apa saja dasar hukum Audit Intern?
4. Apa fungsi atau peran Audit Intern?
5. Bagaimana ruang lingkup Audit Intern?
6. Apa Standar Profesi Pemeriksa Intern ?
7. Bagaimana Laporan Audit Intern?
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud dari penulisan dan penyusunan makalah ini diantaranya ialah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Akuntansi Topik Khusus
2. Untuk memahami dan memperjelas materi tentang Audit Intern.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan dan penyusunan laporan ini diantaranya ialah :
2
1. Untuk mengetahui apa pengertian audit intern
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah audit intern.
3. Untuk mengetahui apa saja dasar hukum audit intern di indonesia.
4. Untuk mengetahui apa fungsi atau peran audit intern.
5. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup audit intern.
6. Untuk mengetahui bagaimana standar profesi pemeriksa intern.
7. Untuk mengetahui bagaimana laporan audit intern
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Audit Intern
Audit intern menurut Hiro Tugiman ; istilah audit internal didalam
akuntansi mempunyai arti yang sangat penting, menurut Hiro Tugiman dalam
bukunya “ Standar Profesional Internal Audit” (2005,11), pengertian audit intern
adalah sebagai berikut: “Audit internal atau pemeriksaan intern adalah suatu
fungsi penilaian independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”
Amin Widjaya Tunggal mengatakan dalam bukunya “Internal Auditing”
(2005;3) adalah : “Audit internal adalah pekerjaan penilaian yang bebas
(Independent) dalam suatu organisasi untuk meninjau kegiatan-kegiatan
perusahaan guna memenuhi kebutuhan pimpinan.”
Sedangkan menurut Lawrence B. Sawyer, dkk yang dialihbahasakan oleh
Desi Adharini dalam bukunya “Audit Internal Sawyer” (2005;10), pengertian
audit intern adalah sebagai berikut: “Audit intern adalah sebuah penilaian secara
sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan
control yang berbeda-beda dalam organisasi unuk menentukan apakah (1)
Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan (2) risiko yang
dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi (3) Peraturan
eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4)
criteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan
4
secara efisien dan ekonomis; (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif
semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan
membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara
efektif.”
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa audit intern
adalah kegiatan penilaian yang tidak terikat (Independen) dalam suatu organisasi
atau perusahaan dan kegiatan dari audit intern ini adalah menilai pekerjaan,
operasi atas program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi atau
program tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan menjalankan tanggung
jawabnya secara efektif guna memenuhi kebutuhan pimpinan.
2.2 Sejarah Audit Intern
Sejarah internal audit berkembang dari waktu ke wajtuengikuti perubahan
yang terjadi pada dunia usaha. Audit internal telah dimulai 3.500 tahun SM yaitu
semenjak zaman peradaban Mesopotamia. Sejarah mencatat beberapa Negara
pada waktu ituseperti : Mesir, Cina, Yahudi mulai menerapkan internal audit
masih sangat sederhana, misal : setiap penyerahan hasil pertanian ke
organisasidesa mensyaratkan adanya dokumen yang sah, sehingga mudah di
periksa dan di verifikasi oleh yang berwenang. Berbeda di yunani dimana orang-
orang Yunani telah mementingkan control atau transaksi-transaki keuangan,
sedangkan kerajaan Romawi kuno menerapkan sistem dengan laporan, dimana
verifikasi melalui pelaporan lisan atas semua laporan keuangan.
5
Internal Audit Di Abad Pertengahan
Pada abad ke 13 di mulai pencatatan keuangan melalui system pembukuan
berpasangan (double entry) yaitu setiap transaksi dicatat pada sisi debit dan kredit.
Sistem ini memudahkan mengawasi arus kas masuk dan keluar sehingga seorang
auditor mudah untuk memeriksa keuangan perusahaan maupun keuangan Negara.
Internal Audit Di Masa Revolusi Industri
Dimulai ketika terjadi Revolusi Industri di Inggris, dimana perusahaan-
perusahaan mulai memperkerjakan akuntansi untuk memeriksa catatan
keuangannya melaui jurnal maupun laporan keuangan dan dokumen-dokumen
lainnya sebagai bahan bukti.
Audit Internal Di Abad 19
Orang-orang kaya Inggris mulai ber Investasi ke lintas Negara seperti ke
Amerika Serikat dan mereka menginginkan verifikasi keuangan cesara
independent atas investasinya melalui auditor-auditor dari Inggris dengan
memakai metode dan prosedue audit yang bisa diterima oleh pihak-pihak terkait.
Munculnya undang-undang perusahaan Inggris maka pentingnya
pertanggungjawaban kepada Investor, karena AS belum memiliki undang-undang
yang mengatur tentang pemeriksaan keuangan, sehingga audit merupakan
pengganti untuk memenuhi kebutuhan para pengusaha. Kebutuhan ini
memberikan tekanan pada audit neraca, dengan lebih menitikberatkan pada
pendekatan analitis terhadap akun-akun keuangan.
6
2.3 Dasar Hukum Audit Intern
Dasar hukum audit intern sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NOMOR 60 Tahun 2008
tentang SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH[8].
2. Ketetapan MPR Nomor VIII / MPR / 2001, Tanggal 9 November tentang
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Undang-undang Nomor 28 tahun1999 tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pegelolaan Keuangan
Negara.
5. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 Tentang Pedoman Pengawasan
Melekat.
2.4 Fungsi , Peran dan Tujuan Audit Intern
2.4.1 Fungsi
Seperti telah dikemukakan bahwa Internal Auditing merupakan salah satu
unsur daripada pengawasan yang dibina oleh manejemen, dengan fungsi utama
adalah untuk menilai apakah pengawasan intern telah berjalan sebagaimana yang
diharapkan.Adapun fungsi Internal Auditing secara menyeluruh mengenai
pelaksanaan kerja Intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Adapun fungsi Internal Auditing secara menyeluruh mengenai
pelaksanaan kerja Internal Auditing dalam mencapai tujuannya adalah:
7
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian
akuntansi, keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan
prosedur yang ditetapkan.
3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggungjawabkan
dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko
kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang
dikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kwalitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah
dibebankan.
Dari penjelasan diatas, bahwasanya tujuan dan luas pemeriksaan intern
tersebut dalam membantu semua anggota manajemen dalam pelaksanaan tugasnya
secara efektif dengan menyediakan data yang objektif mengenai hasil analisa,
penilaian, rekomendasi, dan komentar atas aktivitas yang diperiksanya. Sebab itu
internal auditing haruslah memperhatikan semua tahap-tahap dari kegiatan
perusahaan dimana dia dapat memberikan jasa-jasanya dalam rangka usaha
pencapaian tujauan perusahaan.
Sedangkan menurut Sawyer (2005:32) Fungsi internal audit bagi
manajemen antara lain:
1. Fungsi pengawasan terhadap semua kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak
mampu diawasi sendiri oleh top manajement.
8
2. Fungsi identifikasi dan peminimalan risiko.
3. Fungsi validasi laporan ke manajer.
4. Fungsi support atau membantu manajemen dalam bidang-bidang teknis /
khusus.
5. Fungsi membantu proses pengambilan keputusan.
6. Fungsi analisis masa depan - bukan hanya untuk masa lalu.
7. Fungsi membantu manajer untuk pengelolaan perusahaan.
2.4.2 Peran
Ada beberapa peran yang dibawakan oleh auditor intern adalah sebagai
berikut :
1. Peran sebagai pemecah masalah temuan audit pada hakikatnya adalah
masalah. Auditor intern harus mampu menggunakan metode pemecahan
masalah ( problem solving ) yang rasional.
2. Temuan yang ada dari pelaksanaan audit bisa menjurus pada timbulnya
konflik bila seorang auditor kurang mampu menyelesaikan dengan audit.
Konflik dapat bisa di lalui dengan cara :
a. Di hindari. Auditor yang suak enghindari konflik cenderung mereka reaksi
emosional dengan mencari cara yang lebih aman minta di pindahkan atau
bahkan keluar dari pekerjaannya.
b. Di bekukan. Membekukan konflik adalah taktik untuk menangguhkan
tindakan.
9
c. Di konfrontasikan. Masalah atau temuan bisa langsung di konfrontasikan
dengan auditee.
Konfrontasi bisa di lakukan dengan 2 jalan, yaitu :
1. Dengan memakai kekerasan, misalnya dengan kekuasaan direktur utama
auditee di paksa melaksanakan rekomendasi audit.
2. Dengan memakai strategi negosiasi, dengan strategi ini kedua pihak bisa
menang.
3. Peran pewawancara. Komunikasi yang akan dlakukan aleh auditor sering
kali berbentuk wawancara. Tujuannya adalah mencari fakta dan bukan
opini.
4. Peran “negosiator” dan “ komunikator”, kedua peran ini juga dijumpai
pada saat melakukan auditing, mungkin peran komunikator akan lebih
menonjol dibanding dengan negosiator.
Sebagai komunikator, posisi auditor agak berbeda meskipun komunikasi
bukan hal yang baru lagi, auditor mewujudkan komunikasi yang efektif bukanlah
hal yang mudah.
Dengan demikian ke empat peran di atas perlu di pahami, karena bisa jadi
auditor membutuhkan langkah-langkah khusus ketik berhadapan dengan
manajemen. Selain itu auditor harus mengembangkan hubungan antar manusia
yang baik. Dalam hal ini, peran kepribadian auditor menjadi sangat menentukan.
10
2.4.3 Tujuan
Tujuan dan tugas pengauditan internal pada dasarnya membantu anggota
manajemen dalam meringankan tanggung jawabnya dengan aktivitas penelaahan,
rangkaian, penilaian, dan analisa informasi aktivitas perusahaan. Dengan hasil
pengauditannya memberikan kesimpulan dan rekomendasi kepada manajer yang
berkepentingan dengan menyediakan suatu landasan untuk tindakan perbaikan
yang harus di lakukan. Tujuan tugas pengauditan internal menakup dalam
peningkatan berbagai jenis pengendalian yang ada dalam organisasi perusahaan
lebih efektif dengan manfaat dan beban secara layak.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang internal auditor untuk
mencapai tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian internal, dan pengendalian
operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan
biaya yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan
dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi
dapat dipercaya.
11
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen..
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektivitas
2.5 Ruang Lingkup Audit Intern
Ruang lingkup audit atau cakupan (scope) pekerjaan internal audit adalah
seluas fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang finansial dan non
finansial.
1. Audit finansial
Merupakan jenis audit yang lebih berorientasi (focus) apda masalah
keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan yang
telah disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak pada
masalah audit keuangan saja, namun titik berat lebih difokuskan pada audit
operasional di perusahaan. Hal tersebut disebabkan audit atas laporan keuangan
perusahaan telah dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum
(general audit) tahunan. General audit dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) atau badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) serta
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Audit Operasional
Istilah lain dari audit operasional adalah audit manajemen (management
audit) atau audit kinerja (performance auditing). Sasaran dari audit operasional
adalah penilaian maasalah efesiensi, efektifitas dan ekonomis (3E). Pada saat ini
dan kemudian hari, audit operasional (audit manajemen) semakin penting
12
perannya bagi organisasi usaha. Bagi perusahaan, yang penting dari hasil audit
bukan semata-mata masalah kebenaran formal, tetapi manfaatnya untuk
meningkatkan kinerja organisasi. Selain internal auditor, audit operasional juga
dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
3. Compliance Audit
Audit ketaatan / kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang
bertujuan untuk menguji apakah pelaksaan/kegiatan telah sesuai dengan ketentuan
/peraturan yang berlaku. Peraturan / ketentuan yang dijadikan kriteria dalam
compliance audit antara lain :
Peraturan / Undang undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau
Badan/Lembaga lain yang terkait.
Kebijakan/Sistem & Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
perusahaan (Direksi).
Selain internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Bagi perusahaan yang telah mendapatkan ISO 19000 dan sejenisnya,
compliance audit perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka mempertahankan
sertifikat ISO yang telah diraih perusahaan tersebut.
4. Fraud Audit
Audit kecurangan (Fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk
mengungkap adanya kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang merugikan perusahaan / negara dan menguntungkan pribadi maupun
13
kelompok (Organisasi) atau pihak ketiga. Istilah lain dari fraud audit adalah audit
khusus atau audit investigasi (investigative audit). Dalam fraud audit, internal
auditor perlu membuat bagan arus (flow chart) serta modus operasi berupa uraian
tentang cara cara melakukan tindak kejahatan (tindak pidana korupsi).
Perkembangan fraud audit pada saat ini cukup pesat, misalnya untuk mengungkap
adanya fraud dibidang keuangan diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik
(foensic accounting) dalam kejahatan keuangan di perusahaan, seperti halnya
dalam ilmu kedokteran terdapat bedah forensik untuk mengungkap penyebab
terjadinya kematian seseorang. Saat ini telah berkembang juga fornsik audit, hal
ini terkait dengan upaya pemenuhan bukti audit yang akan dipakai untuk
kepentingan sidang di Pengadilan sehingga bukti audit tersebut dapat berkekuatan
hukum.
2.6 Standar Profesi Pemeriksa Intern
Dalam melakukan pekerjaannya harus mengikuti standar profesi dan kode
etik serta aturan lain yang berkaitan, berikut ini adalah ringkasan dari standar
profesi pemeriksa intern yang dibuat oleh Institute of Internal Auditors (IIA)
(Akmal, 2006: 13);
1. Independensi: pemeriksa intern harus bebas dan terpisah dari aktivitas yang
diperiksanya.
1) Status organisasi dari pemeriksa intern harus memberikan kebebasan
untuk memenuhi tanggung jawab pemeriksaan yang dibebankan
kepadanya.
14
2) Pemeriksa intern dalam melaksanakan tugasnya harus obyektif.
2. Kemampuan Profesional: pemeriksa intern harus menggunakan keahlian dan
ketelitian dalam menjalankan profesinya.
1) Bagian Pemeriksa Intern
Kepegawaian: unit pemeriksa intern harus menjamin dimilikinya keahlian
teknis dan latar belakanag pendidikan yang memadai bagi para
pemeriksanya.
Pengetahuan dan kecakapan: unit pemeriksa intern harus memperoleh para
pemeriksa yang mempunyai pengetahuan dan kecakapan mengenai
berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
Supervisi: unit pemeriksa intern harus melakukan supervisi ke para
pemeriksa yang melakukan tugas pemeriksaan.
2) Pemeriksa Intern
Ketaatan dengan standar profesi: para pemeriksa internal harus mematuhi
standar pemeriksaan yang berlaku.
Pengetahuan dan kecakapan: para pemeriksa intern harus memiliki atau
mendapatkan pengetahuan, kecakapan dan disiplin ilmu yang penting
dalam melaksanakan pemeriksaan.
Hubungan antar manusia dan komunikasi: pemeriksa intern harus mampu
menghadapi orang lain dan mampu berkomunikasi secara efek.
Pendidikan berkelanjutan: para pemeriksa intern harus selalu
mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan.
15
Ketelitian profesional: ketelitian profesional harus dilaksanakan dalam
setiap penugasan yang dilakukan.
3) Lingkup pekerjaan pemeriksa intern harus meliputi pengujian dan evaluasi
terhadap kecukupan dan efektivitas pengendalian manajemen serta kualitas
pelasanaan tanggung jawab yang diberikan.
a. Keandalan Informasi: pemeriksa intern harus memeriksa keandalan
informasi keuangan dan operasi serta cara-cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkannya.
b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan undang-
undang: pemeriksa intern harus memeriksa sistem yang telah ditetapkan
untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai kebijaksanaan,
rencana, prosedur, peraturan dan undang-undang dan harus menentukan
apakah organisasi telah mematuhi hal-hal tersebut di atas.
c. Perlindungan terhadap aktiva: pemeriksa intern harus memeriksa alat atau
cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan jika perlu dilakukan
pemeriksaan fisik mengenai keberadaan aktiva tersebut.
d. Penggunaan sumber daya ekonomis dan efisien: pemeriksa intern harus
menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan sumber daya.
e. Pencapaian tujuan: pemeriksa intern harus menilai pekerjaan, operasi dan
program untuk menentukan apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan dan sasaran semula serta apakah telah dilaksanakan secara tepat dan
sesuai rencana.
16
4) Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan harus meliputi perencanaan
pemeriksaan, pengujian dan evaluasi informasi, pemberitahuan hasil dan
tindak lanjut.
a. Perencanaan pemeriksaan: pemeriksa intern harus membuat
perencanaan untuk setiap penugasan pemeriksaan yang dilakukannya.
b. Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa intern harus
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan membuktikan
kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.
c. Penyampaian hasil pemeriksaan: pemeriksa intern harus membuat
laporan atas hasil pemeriksaan yang dilakukannya dan disampaikan ke
pejabat yang tepat.
d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa intern harus memonitor
apakah atas temuan dan rekomendasi yang diperoleh telah dilakukan
tindak lanjut yang tepat.
5) Manajemen bagian pemeriksa intern harus dikelola secara baik dan tepat.
a. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab: pimpinan pemeriksa intern
harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab.
b. Perencanaan: pimpinan pemeriksa intern harus menetapkan rencana
bagi pelaksanaan tanggung jawab bagiannya.
c. Kebijakan dan prosedur: pimpinan pemeriksa intern harus membuat
berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis yang akan
dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa intern.
17
d. Manajemen sumber daya manusia: pimpinan pemeriksa intern
harusmenetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan
SDM pada bagiannya.
e. Pemeriksa ekstern: pimpinan pemeriksa intern harus
mengkordinasikan tugas-tugas pemeriksa intern dengan pemeriksa
ekstern.
f. Pengendalian mutu: pimpinan pemeriksa intern harusm menetapkan
dan mengembangkan mutu atau jaminan kualitas ketika mengevaluasi
berbagai kegiatan bagian pemeriksa intern.
2.7 Laporan Internal Auditor
Laporan internal auditor merupakan sarana pertanggungjawaban internal
auditor atas penugasan pemeriksaan oleh pimpinan. Melalui laporan ini internal
auditor akan mengungkapkan dan menguraikan kelemahan yang terjadi dan
keberhasilan yang dapat dicapai.
1. Pemeriksaan.
Sebelum membuat laporan, internal auditor terlebih dahulu mengadakan
pemeriksaan terhadap bagian yang diperiksa.Dalam melaksanakan internal auditor
terlebih dahulu menyusun rencana kerja periksaan yang disetujui pimpinan
perusahaan.
Berdasarkan rencana kerja pemeriksaan yang telah disusun dan disetujui
Direksi atau berdasarkan informasi yang diperoleh baik yang dari dalam maupun
dari luar tentang adanya suatu penyelewengan yang akan merugikan kepentingan
18
perusahaan, maka start internal auditing (auditor) akan mengadakan usulan
pemeriksaan kepada manajemen. Dalam usulan pemeriksaan, star internal
auditing hendaknya memberikan pertimbangan-pertimbangan yang beralasan,
yang menjadi dasar usulan pemeriksaan yang dilakukan. Disamping itu setiap
usulan pemeriksaan harus dapat menggambarkan kepada manajemen jumlah
waktu dan biaya yang dibutuhkan dan susunan auditor yang akan melaksanakan
tugas tersebut.
Sebagai dasar untuk melakukan suatu pemeriksaan, standar internal
auditor harus memperoleh surat penugasan yang dibuat oleh Direksi atau yang
ditunjuk untuk itu. Surat penugasan ini merupakan suatu bentuk bukti persetujuan
Direksi untuk melaksanakannya tugas pemeriksaan dan bahwa program
pemeriksaannya telah dapat dilaksanakannya. Agar pelaksanaan dilapangan dapat
berjalan dengan lancar perlu persiapan, sebagai berikut:
a) Pengumpuian data/informasi yang menjadi dasar usulan pemeriksaan.
b) Kertas-kertas kerja pemeriksaan (working paper), kertas kerja ini merupakan
alat yang dapat dipergunakan oleh staf-stafinternal auditing untuk
menghimpun data.
c) Auditing program setiap rencana pemeriksaan perlu disusun terlebih dahulu
program pemeriksaan yang menggambarkan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan oleh star internal auditing tersebut.
d) Peralatan lain-lain yang dapat membantu memperlancar jalannya pemeriksaan
hendaknya dipersiapkan dengan baik.
19
2. Laporan.
Setelah melakukan pemeriksaan, internal auditor menyusun laporan kepada
pihak manajemen. Adapun bentuk penyajian laporan dapat berupa :
a. Tertulis (Written)
1. Tabulasi
a. Laporan akuntansi formal
b. Statistik
2. Uraian atau paparan singkat
3. Grafik.
4. Suatu kombinasi dari berbagai bentuk diatas.
b. Lisan
1. Presentasei formal group, ini dapat meliputi penggunaan berbagai alat
visual.
2. Konferensi individual.
Dalam laporan tertulis, data disampaikan secara lengkap dan menyeluruh
(konprehensif).Sementara lisan dapat berupa pemaparan atas hal-hal yang
dianggap perlu ditonjolkan dan cenderung informasi yang disampaikan tidak
menyeluruh.
Agar laporan internal auditor informatif, maka sebaiknya laporan tersebut
memenuhi beberapa unsur yang menjadi dasar bagi penyusunan laporan. Menurut
"Norma Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara" pada point norma
20
pelopor yang disusun oleh Bapeka khususnya pada norma pelopor, point tiga,
disebutkan:
Tiap laporan harus :
a. Menerangkan dengan jelas ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
b. Dibuat seringkas mungkin, akan tetapi harus jelas dan cukup lengkap, agar
dapat dimengerti oleh pihak yang menggunakannya.
c. Manyajikan fakta-fakta dengan teliti, lengkap dan layak, apabila terdapat
suatu penyimpangan atau kesalahan, sedapat mungkin dijelaskan sebab
dan akibatnya.
d. Menyajikan pendapat dan kesimpulan pemeriksa secara objektif dan dalam
bahasa yang jelas dan sederhana.
e. Semata-mata membuat informasi yang didasarkan pada fakta pendapat dan
kesimpulan yang di dalam kertas kerja didukung oleh bukti yang
memadai.
f. Sedapat mungkin membuat rekomendasi pemeriksa sebagai dasar untuk
pengambilan tindakan untuk mengusahakan kebaikan.
g. Lebih mengutamakan usaha-usaha perbaikan daripada kecaman.
Selain sebagai pedoman yang diungkapkan sebelumnya, khusus dalam
penyajian dalam laporan tertulis, internal auditor perlu memperhatikan beberapa
prinsip penyajian. Prinsip penyajian tersebut lebih dikenal dengan prinsip 10
(sepuluh) C. Hal ini perlu diperhatikan dengan maksud agar laporan mudah
dimengerti dan informasi yang terkandung didalamnya mudah diserap
21
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Correct, penyajian harus tepat dan benar.
b. Complete, disajikan secara lengkap.
c. Concise, penyajian sesingkat mungkin.
d. Clear, informasi yang disampaikan harus jelas.
e. Comprehensive, laporan harus bersifat menyeluruh.
f. Comperative, sedapat mungkin laporan harus diperbandingkan.
g. Conciderate, informasi yang disajikan harus relevan.
h. Celerity, laporan harus selesai pada waktunya.
i. Candid, laporan harus objektif.
j. Coordinate, laporan harus dapat dikoordinasikan dengan laporan-laporan
lainnya.
22
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Kasus PT. Kereta Api Indonesia (KAI)
Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan
Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak
menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor
Eksternal. Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan
dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan
keuangan PT. KAI.
Salah satu masalahnya yaitu Beban Ditangguhkan yang berasal dari
penurunan nilai persediaan.Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember
2005 sebesar Rp. 6 milyar yang merupakan penurunan nilai persediaan tahun
2002 yang belum diamortisasi, menurut Komite Audit harus dibebankan sekaligus
pada tahun 2005 sebagai beban usaha. Selain itu juga ada hal yang direfentifikasi
turut berperan dalam masalah pada laporan keuangan PT. KAI Indonesia yaitu :
a. Auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit, yang berperan
hanya auditor Eksternal.
b. Komite audit tidak ikut serta dalam proses penunjukkan auditor sehingga
tidak terlibat proses audit.
23
c. Manajemen (tidak termasuk auditor eksternal) tidak melaporkan kepada
komite audit dan komite audit tidak menanyakannya.
3.2 Analisis Kasus
Menghindari munculnya permasalahan yang sama di masa yang akan
datang. Berikut ini beberapa solusi dan rekomendasi yang disarankan kepada PT
KAI untuk memperbaiki kondisi yang telah terjadi:
seharusnya Komunikasi yang intens antara Auditor Eksternal dengan Komite
Audit sangat diperlukan agar tdak terjadinya miss komunikasi atau berbeda
pandangan yang pada akhirnya akan memunculkan resiko, Manajemen juga dalam
penyusunan laporan keuangan seharusnya dilakukan secara tepat waktu, akurat
dan full disclosure selain itu juga Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan
tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan.
24
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa profesi internal audit
sudah dimulai 3.500 tahun SM yaitu semenjak zaman peradaban Mesopotamia
dan terus berkembang sampai sekarang, antara lain ditunjukan dengan :
Perkembangan dari masa-kemasa menunjukan perkembangan dan
kemajuan yang sangat baik dilihat dari zaman peradaban Mesopotamia
sampai sekarang.
Terdapat organisasi-organisasi, peran dan fungsi, dasar hukum serta
auditor-auditor yang lebih baik lagi.
Para internal auditor berusaha memperbaiki tujuan utama yang didasari
hukum dasar internal audit yang ada baik dalam internal audit pemerintah
ataupun swasta.
1.2 Saran
Internal Auditor Harus Bisa Memberikan Nilai Tambah Fungsi Audit Internal Harus Didasarkan pada Mandat/Kewenangan yang
Kuat dan Jelas Pahami dengan Baik Tujuan Stakeholders Fungsi Audit Internal Harus Memperoleh dan Menyajikan Informasi
Secara Akurat Fungsi Audit Internal Harus Mencermati Budaya dan Situasi Politis yang
Sedang Berlangsung.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hoesodo,Soekardi,Peran Internal Auditor Abad 21, Materi Traning Internal Audit
Tingkat Manajerial, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Jakarta, 1999.
Sawyer, Lawrence B., ” Sawyer’s Internal Auditing : The Practice of Modern
Internal Auditing”, The Institute of Internal Auditors, 2003.
The Institute Internal Auditors, The Standars for The Professional Practice Of
Internal Auditing (SPPIA), 2002.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NOMOR 60 Tahun 2008 tentang
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH, yang di perbanyak oleh
BPKP.
Lal Balkaran., Adaptasi ”Two Sides of Auditing” (Internal Auditor, “Back to
Basics,),Oktober 2008
Maitland Avenue., The Institute of Internal Auditors, Statement on Internal
Auditing Standards (SIAS) no.9: Risk Assessment, Altamonte Springs, Florida,
1991, hal 249.
Kokasih Ruchyat, AUDITING PRINSIP DAN PROSEDUR, Ananda,
Yogyakarta, 1984, hal 6.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2155712-satuan-
pengawasan-intern-auditor/#ixzz2Nl05qUvQ
http://www.ypia.co.id/read/tentang-ypia/sejarah-ypia/1-Sejarah-YPIA.html
top related