uts lingbis
Post on 16-Apr-2015
46 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJIAN TENGAH SEMESTER LINGKUNGAN BISNIS
CASE WAJIB:GOOD CORPORATE GOVERNANCE
CASE PILIHAN :
PENERAPAN SUSTAINABILITY REPORTING SEBAGAI INFORMASIPERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN TERHADAP
LINGKUNGAN SOSIAL SERTA DAMPAKNYATERHADAP PERUSAHAAN
OLEH:NI MADE WISNI ARIE PRAMUKI
2012200712
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG
2012
CASE WAJIB :
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Menurut pendapat saya cara akuntan menangani masalah penerapan GCG adalah :
1. Bagi akuntan publik.
Dalam menjalankan profesionalismenya, dengan tetap berpegang teguh terhadap kode etik yang telah
digariskan dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Salah satu factor GCG tidak dapat berjalan
maksimal karena kurang independensinya akuntan dan akibatnya banyak skandal yang terjadi dan
mengakibatkan kerugian bahkan kepailitan kedua belah pihak seperti misalnya jatuhnya Enron dan
KAP Athur Andersen. Disinlah para auditor atau akuntan ini memiliki tanggung jawab yang
ambigius. Di satu sisi mereka harus bersikap dan bekerja untuk perusahaan yang membayar mereka,
di sisi lain mereka harus memperhatikan kepentingan para investor yang bergantung sepenuhnya
kepada kebenaran laporan audit mereka.
2. Bagi akuntan manajemen.
Cara akuntan manajemen menangani masalah GCG dengan menjamin berjalannya prosedur
sebagaimana yang seharusnya (compliance) dan mencegah terjadinya transaksi keuangan dan
kecurangan lain yang menyimpang dalam perusahaan.
Sedangkan peranan akuntan dalam berbagai aktivitas penerapan masing-masing prinsip GCG
sebagai berikut :
1. Prinsip Kewajaran (fairness).
Laporan keuangan dikatakan wajar bila laporan keuangan tersebut memperoleh opini atau
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari akuntan publik. Laporan keuangan
yang wajar berarti laporan keuangan tersebut tidak mengandung salah saji material, disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (dalam hal ini adalah Standar
Akuntansi Keuangan). Peran akuntan independen (akuntan publik) adalah memberikan keyakinan
atas kualitas informasi keuangan dengan memberikan pendapat yang independen atas kewajaran
penyajian informasi dalam laporan keuangan. Adanya kewajaran laporan keuangan dapat
mempengaruhi investor untuk membeli atau menarik sahamya pada sebuah perusahaan. Jelaslah
bahwa kegunaan informasi akuntansi dalam laporan keuangan akan dipengaruhi oleh adanya
kewajaran penyajian. Kewajaran penyajian dapat dipenuhi jika data yang ada didukung oleh adanya
bukti-bukti yang syah dan benar serta penyajiannya tidak ditujukan hanya untuk sekelompok orang-
orang tertentu.
Bagi akuntan manajemen, meskipun dia bekerja untuk pihak manajemen, mereka tetap harus
memegang profesionalisme mereka karena akuntan sebagai profesi dalam melaksanakan tugasnya
dibatasi oleh kode etik dan mereka harus tetap menjaga public trust dari masyarakat. Memang sering
terjadi konflik dalam diri akuntan yang bekerja pada perusahaan karena di satu pihak mereka harus
tetap memegang kode etik profesi namun di lain pihak kadangkala mereka harus menuruti keinginan
manajemen perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kode etik. Bila terjadi hal yang demikian, keputusan uantuk berdiri pada pihak yang mana ada
pada diri akuntan. Bila akuntan tersebut memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya, tentu dia
tetap memegang etika profesi untuk mengungkapakan informasi akuntansi dalam laporan keuangan
perusahaan secara fair sesuai dengan prinsip dan standar yang berlaku.
Dengan ditegakkannya prinsip fairness ini, paling tidak akuntan berperan membantu pihak
stakeholders dalam menilai perkembangan suatu perusahaan dan membantu mereka untuk
membandingkan kondisi perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Untuk itu, laporan keuangan
yg disajikan harus memiliki daya banding (comparability). Daya banding dapat diperoleh jika
informasi akuntansi disajikan secara konsisten, baik konsisten dalam pemakaian metode akuntansi
maupun konsisten dalam pengukurannya. Jika penggunaan metode dan prinsip penyajian setiap
tahunnya berbeda, akan sulit kiranya para pemakai untuk melakukan perbandingan atau melakukan
penilaian terhadap perkembangan usaha perusahaan.
2. Prinsip Akuntabilitas (accountability)
Prinsip Akuntabilitas (accountability) adalah merupakan tanggung jawab manajemen melalui
pengawasan yang efektif yaitu dengan dibentuknya komite audit. BAPEPAM mensyaratkan bahwa
anggota komite audit minimum sebanyak 3 orang dan salah satu anggotanya harus akuntan. Komite
audit mempunyai tugas utama untuk melindungi kepentingan pemegang saham ataupun pihak-pihak
lain yang berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas reliabilitas dan integritas informasi dalam
laporan keuangan dan laporan operasional lain beserta kriteria untuk mengukur, melakukan
klasifikasi dan penyajian dari laporan tersebut. Untuk alasan itulah profesi akuntan sangat diperlukan
dan mempunyai peranan yang penting untuk menegakkan prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas
diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham
(prinsipal) dan manajemen (agen). Dengan adanya independensi dari komite audit tersebut akan
mempengaruhi investor dalam melakukan pilihannya untuk membeli atau melepas suatu saham yang
bisa dilihat dari adanya abnormal return .
3. Prinsip Transparansi (transparency).
Prinsip transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan.
Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas penyajian informasi yang disampaikan
perusahaan. Oleh karena itu akuntan manajemen (yang bekerja pada perusahaan) dituntut untuk
menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-
indikator yang sarna. Untuk itu informasi yang ada dalam perusahaan harus diukur, dicatat, dan
dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Prinsip
transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam penyajian yang lengkap (disclosure) atas semua informasi yang
dimiliki perusahaan. Peran akuntan manajemen, internal auditor, dan komite audit menjadi penting
terutama dalam hal penyajian informasi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan secara
transparan kepada pemakainya.
4. Prinsip Responsibilitas (responsibility).
Prinsip ini berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat yaitu dengan
cara mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat,
pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya. Prinsip ini berkaitan juga dengan kewajiban perusahaan
untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Seiring dengan perubahan sosial
masyarakat yang menuntut adanya tanggungjawab sosial perusahaan, profesi akuntan juga mengalami
perubahan peran. Pandangan pemegang saham dan stakeholder lainnya saat ini tidak hanya
memfokuskan pada perolehan laba perusahaan tetapi juga memperhatikan tanggungjawab sosial dan
lingkungan perusahaan. Selain itu kelangsungan hidup perusahaan tidak hanya ditentukan oleh
pemegang saham tetapi juga oleh stakeholder yang lain (misalnya masyarakat dan penmerintah).
CASE PILIHAN:
Penerapan Sustainability Reporting Sebagai Informasi Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap
Lingkungan Sosial Serta Dampaknya Terhadap Perusahaan
1.Latar Belakang
Pencemaran dan eksploitasi lingkungan merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian
semua pihak baik pemerintah, swasta dan juga masyarakat. Beberapa tahun terkahir ini, dampak negatif
yang muncul akibat dari kerusakan lingkungan telah kita rasakan. Dari yang biasa terjadi seperti banjir
sampai yang luar biasa seperti lumpur Lapindo yang terjadi di daerah Sidoarjo, sampai saat ini belum
ada jalan keluar untuk menghentikan luapan lumpur tersebut. Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat
kesadaran masyarkat dan perusahaan swasta khususnya sektor industri dalam menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
Salah satu usaha pemerintah untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi,
adalah dengan mencanangkan program go green, baik ke sektor pendidikan, perusahaan swasta,
masyarakat dan juga instansi pemerintah. Program ini mendapat perhatian khusus dari berbagai profesi,
salah satunya adalah profesi akuntan dengan mencanangkan program green accounting. Green
accounting adalah jenis akuntansi lingkungan yang menggambarkan upaya untuk menggabungkan
manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi atau suatu hasil keuangan
usaha.1
Green Accounting yang merupakan bagian dari Akuntansi Sustainabilitas dengan CSR
(Corporate Social Responsibility) sebagai jargonnya. CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan amanah isi pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas
1 Pengertian green accounting, http://ratna0412.wordpress.com/2010/06/09/green-accounting/
(UUPT) yang terbaru, yakni UU Nomer 40 Tahun 2007 2 serta Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas.3 Melalui undang-undang ini,
industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya. Meningkatnya tingkat kepedulian
kualitas kehidupan, harmonisasi sosial dan lingkungan ini juga mempengaruhi aktivitas dunia bisnis,
maka, lahirlah gugatan terhadap peran perusahaan agar mempunyai tanggungjawab sosial. Disinilah
salah satu manfaat yang dapat dipetik perusahaan dari kegiatan CSR. Dalam konteks inilah aktifitas
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi menu wajib bagi perusahaan, di luar kewajiban yang
digariskan.
Dengan menganalisis perkembangan CSR, didapatkan bahwa terdapat keterbatasan alam
dalam mendukung kehidupan manusia sehingga perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan
membuat manusia peduli tidak hanya terhadap lingkungan hidup tapi juga pada lingkungan
sosialnya (sustainability communication). Para akuntan di Indonesia telah turut menyadari
bahwa pentingnya penyusunan sustainability report karena di dalamnya terdapat prinsip dan
standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara
menyeluruh dan tentu saja berbeda dengan yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
Dengan adanya hal tersebut kinerja perusahaan bisa langsung dinilai oleh pemerintah,
masyarakat, organisasi lingkungan, media massa khususnya pada investor dan kreditor (bank)
karena investor maupun kreditor (bank) tidak mau menanggung kerugian yang disebabkan oleh
adanya kelalaian perusahaan tersebut terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungannya.
2Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/26940/node/703 PP No 47 Tahun 2012, http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f98d3a83cfd2/node/22/pp-no-47-tahun-2012-tanggung-jawab-sosial-
dan-lingkungan-perseroan-terbatas
2. Permasalahan dan Pertanyaan Kajian
a. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam menanggulangi isu-isu lingkungan ?
b. Bagaimanakah pelaksanaan Sustainability Reporting di Indonesia
c. Hal-hal apa sajakah yang diungkap dalam Sustainability Reporting ?
d. Bagaimanakah dampak penerapan Sustainability Reporting terhadap kinerja perusahaan ?
e. Bagaimanakah peran yang diambil oleh profesi akuntan dalam Sustainability Reporting ?
3.Metode Pemecahan Permasalahan
Metode pemecahan permasalahan yang dipakai dalam menjawab permasalahan dari makalah
yang berjudul Penerapan Sustainability Reporting Sebagai Informasi Pertanggungjawaban Perusahaan
Terhadap Lingkungan Sosial adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan yang bersumber
dari literature literature seperti buku-buku yang terkait, jurnal nasional dan internasional, artikel, berita,
pidato-pidato, majalah serta sumber-sumber lain dari internet. Kajian pustaka umumnya dimaknai
berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur) yang ada
kaitannya tema yang akan diangkat dalam makalah ini.
4.Pembahasan Kajian.
Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Isu-Isu Lingkungan.
Problema lingkungan Indonesia sekarang ini boleh dibilang luar biasa. Mulai dari bencana alam,
perubahan iklim hingga kerusakan ekosistem. Berbagai aspek penyebab bencana bisa saja bersumber
dari berbagai faktor, namun pengaruh faktor buruknya perilaku manusia terhadap kelestarian alam
nampaknya merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan. Implikasi dari kenyataan ini
adalah rusaknya ekosistem dan berbagai sumber daya alam akibat banjir, tanah longsor dan pemanasan
global.
Terlepas dari persoalan apakah bencana sekarang ini merupakan warisan buruknya pengelolaan
lingkungan di masa lalu, yang jelas manajemen lingkungan di Indonesia mengalami keterpurukan.
Transaparansi publik penanganan bencana lingkungan seperti kasus Lapindo juga tertutup rapat, dan
manajemen lingkungan yang dilakukan pemerintah terkesan tambal sulam, sekedar menumbuhkan
emphaty masyarakat yang sudah mulai menipis. Salah satu bukti rendahnya penerapan manajemen
lingkungan di Indonesia adalah tidak diwajibkannya pelaporan lingkungan bagi perusahaan-perusahaan
go publik di Indonesia. Pelaporan lingkungan bagi perusahan publik di Indonesia sebatas voluntary
disclosure yang manajemennya diatur tersendiri melalui kementrian lingkungan hidup. Kran
transparansi pengelolaan lingkungan yang tidak terbuka lebar ini memicu apriori masyarakat terhadap
kebijakan pengelolaan lingkungan oleh perusahaan publik. Padahal, permasalahan lingkungan dewasa
ini sangat menjadi perhatian, baik oleh konsumen maupun investor. Investor asing memiliki
kecenderungan mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari
munculnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan tanah, rusaknya ekosistem, polusi air, polusi
udara dan polusi suara.
Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No
23/1997 tentang manajemen lingkungan, aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia mengenai
prosedur dan persyaratan listing dan PSAK. Pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan dalam laporan tahunan perseroan terbatas di Indonesia telah diwajibkan melalui Pasal 66
Ayat 2 Undang-Undang No.40/ 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sejak beberapa tahun terakhir
Bapepam-LK telah pula mengeluarkan aturan yang mengharuskan emiten mengungkapkan pelaksanaan
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) di dalam laporan tahunan perusahaan.4
Peraturan terbaru pemerintah adalah telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dengan dikeluarkannya regulasi terbaru ini
4 Ferry Budiman Dan Supatmi, Pengaruh Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (Isra) Terhadap Abnormal Return Dan Volume
Perdagangan Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Pemenang ISRA Periode 2005-2008)
diharapkan perusahaan mempunyai komitmen untuk bersungguh-sungguh dalam meningkatkan
kesadaran perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya.
Pelaksanaan Sustainability Reporting di Indonesia .
Di Jepang laporan lingkungan muncul sejak tahun 1993. Kesadaran untuk menerbitkan laporan
itu meningkat setelah di tahun 2001 Pemerintah Jepang mengeluarkan pedoman penyusunan laporan
lingkungan. Hasilnya,pada tahun 2003 lebih dari 380 perusahaan besar di Jepang telah mengeluarkan
laporan lingkungan. Dari 100 perusahaan terbesar di Jepang, 78% di antaranya telah menerbitkan
laporan lingkungan pada tahun 2003. Jepang merupakan negara yang paling peduli terhadap penerbitan
laporan keberlanjutan. Di Hong Kong laporan ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1997,
kemudian sejak itu hingga tahun 2003 sudah 20 perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan secara
rutin setiap tahun.
Di Indonesia banyak perusahaan yang telah melaksanakan aktivitas CSR di lapangan. Akan
tetapi belum banyak yang mengungkapkan aktivitas tersebut dalam sebuah laporan. Hanya beberapa
perusahaan yang telah mengungkapkan informasi lingkungan dan tanggungjawab sosial di dalam
laporan tahunan perusahaan. Beberapa di antaranya membuat laporan CSR tersendiri, terpisah dari
laporan tahunan. Dibandingkan dengan negara lain, harus diakui bahwa perkembangan praktik laporan
keberlanjutan di Indonesia berjalan lambat. Jika penyusunan laporan keuangan diwajibkan oleh
Undang-undang Perseroan Terbatas, sedangkan untuk laporan keberlanjutan belum ada ketentuan
perundang-undangan yang mewajibkan pembuatan laporan tersebut. Khusus untuk mewajibkan
penyusunan laporan keberlanjutan di Indonesia nampaknya masih perlu waktu, terutama kesiapan
dalam sistem pendukung seperti adanya standar pelaporan yang bisa diterima secara umum dan
ketersediaan tenaga yang berkompeten untuk menyusun laporan tersebut, termasuk tenaga yang
melakukan fungsi assurance.5
5 Akuntan Indonesia, Edisi No. 3/Tahun I/November 2007, “Audit Lingkungan, Keharusan?”
Hal-hal yang diungkap dalam Sustainability Reporting
Pengungkapan terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability (SEES) sekarang
ini menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada para
stakeholder. Sustainability reporting sebagaimana yang direkomendasikan oleh Global Reporting
Initiative (GRI) terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi (economic), lingkungan
(environmental), dan sosial (social). Ketiga aspek ini dikenal dengan Triple Bottom Line. Bentuk
pelaporan ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif pada kinerja yaitu antara corporate social
responsibility dan Corporate Financial Performance (CFP) .
GRI membuat kerangka pelaporan, yang ditujukan sebagai sebuah kerangka yang dapat diterima
umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi. Kerangka ini
didesain untuk digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasinya.
Kerangka ini juga memperhatikan pertimbangan praktis yang dihadapi oleh berbagai macam organisasi
dari perusahaan kecil sampai kepada perusahaan yang memiliki operasi ekstensif dan tersebar di
berbagai lokasi.
Kerangka Pelaporan GRI mengandung kandungan isi umum dan sektor secara spesifik yang telah
disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan secara umum
dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari sebuah organisasi. Panduan Pembuatan Laporan
Berkelanjutan terdiri atas Prinsip-prinsip Pelaporan, Panduan Pelaporan dan Standar Pengungkapan
(termasuk di dalamnya Indikator Kinerja) Elemen-elemen ini dipertimbangkan memiliki bobot dan
kepentingan yang sama. Kerangka Pelaporan itu terdiri dari : 1)Panduan dan Prinsip Pelaporan, 2)
Standar Pengungkapan, 3) Parameter Laporan , 4) Tata Kelola, Komitmen, dan Keterlibatan dan 5).
Tanggung jawab pada Lingkungan.6
Dampak Penerapan Sustainability Reporting Terhadap Perusahaan
Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi pergeseran paradigma bisnis. Pada awalnya bisnis
dibangun dengan paradigm single P alias Profit. Atas dasar pandangan ini, tujuan utama perusahaan
adalah menghasilkan laba setinggi-tingginya tanpa mempertimbangkan dampak yang muncul dari
kegiatan usaha. Namun, pandangan ini berubah seiring dengan munculnya berbagai kasus yang
merugikan lingkungan. Paradigma bisnis tidak lagi mengacu pada single P, tetapi berubah menjadi
Triple P (Profit, People dan Planet). Jadi bisnis yang dibangun haruslah menguntungkan tidak hanya
bagi perusahaan tetapi bermanfaat juga bagi manusia/pekerja, dan lingkungannya. Pandangan ini
didasarkan pada konsep Sustainable development, yaitu konsep pembangunan dimana untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia sekarang tidak boleh mengganggu kemampuan generasi yang akan datang
dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Atas dasar ide ini muncullah konsep sustainability
management, atau corporate social responsibility, atau corporate citizenship. Ada beberapa alasan yang
mendorong perusahaan mengimplementasikan sustainability management. Alasan tersebut didasarkan
pada manfaat yang diyakini dapat diperoleh dari praktik tersebut, yaitu:
1) Untuk menunjukan kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan
2) Bagi Stakeholders : membangun kepercayaan, dan memperkuat hubungan serta komunikasi
3) Mengurangi risiko korporat dan melindungi nama baik (reputasi).
4) Analisa investasi bagi investor (Socially Responsible Invesment/SRI)
5) Menghasilkan daya saing yang tinggi dalam perolehan kapital/pinjaman, SDM, Pemasok,
Hasil survey menunjukkan temuan yang mendukung alasan di atas. Survei PWC terhadap CEO global
2003 tentang CSR menyatakan bahwa 79% dari lebih 1.000 CEO di 33 negara mengakui bahwa
6 Pedoman Laporan Berkelanjutan GRI G3, https://www.globalreporting.org/languages/bahasaindonesia/Pages/default.aspx
“sustainability is vital to the profitability of any company”. Survei lainnya yang dilakukan terhadap
350 perusahaan besar di Eropa melaporkan bahwa 78% dari eksekutif (responden) mengakui bahwa
“integrating responsible business practices make a company more competitive . Kondisi inilah yang
mendorong meningkatnya praktik sustainability management. 7
Peran yang diambil oleh profesi akuntan dalam Sustainability Reporting.
Untuk mendukung upaya pelaporan sustainibilitas, maka dibentuklah sebuah organisasi Global Reporting
Initiative (GRI). GRI mempunyai misi sebagai lembaga yang merancang, mengembangkan, dan menyebarluaskan
pedoman penerapan Sustainability Reporting. Secara umum, pedoman GRI terdiri dari empat bagian. Bagian
pertama adalah pengantar. Bagian kedua berisi tentang penjelasan mengenai penggunaan pedoman GRI. Bagian
ketiga tentang prinsip-prinsip pelaporan. Dan bagian keempat menjelaskan isi pelaporan Sustainability Reporting.
Profesi akuntan secara tradisional dipahami hanya sebagai pencatat transaksi keuangan perusahaan,
pembuat laporan keuangan, dan melakukan audit atas laporan keuangan. Namun seiring dengan perubahan sosial
masyarakat, profesi akuntan pun terus mengalami perubahan peran. Profesi akuntan berkembang dengan
melakukan diversifikasi dalam area non akuntansi dan jasa konsultasi. Peranan akuntan saat ini antara lain
meliputi: penyusunan sistem informasi dan biaya, pencegahan fraud dan melakukan pengendalian internal, juga
sebagai penilai bisnis dan asset.
Dalam wacana sustainability ini, akuntan juga dapat memberikan peranannya. Peranan tersebut dapat
diwujudkan dalam proses penyiapan SR (Sustainability Reporting), audit atas Sustainability Reporting , dan
mengembangkan Sustainability Reporting serta melakukan berbagai penelitian mengenai SR.8
Proses Penyiapan Sustainability Reporting
Proses penyajian SR dilakukan dengan beberapa mekanisme. Pertama, penyusunan kebijakan perusahaan. Dalam
hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang berkaitan dengan sustainability development, kemudian
mempublikasikan kebijakan tersebut beserta dampaknya. Kedua, tekanan pada rantai pemasok. Harapan
masyarakat pada perusahaan untuk memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan juga memberikan
7 Sustainability Reporting ,http://staff.undip.ac.id/akuntansi/anis/2009/06/04/sustainability-reporting-tugas-mata-kuliah-teori-akuntansi/8 Peran Akuntan dalam Sustainability Reporting, http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/339-peranakuntandalamsustainabilityreporting
tekanan pada perusahaan untuk menetapkan standar kinerja dan pelaporan sustainability kepada para pemasok dan
mata rantainya. Ketiga, keterlibatan stakeholders. Keempat, voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masyarakat
meminta perusahaan untuk mengembangkan aspek-aspek kinerja sustainability dan meminta perusahaan untuk
membuat laporan pelaksanaan sustainability. Apabila perusahaan belum melaksanakan, maka perusahaan harus
memberikan penjelasan. Selain mekanisme di atas, mekanisme lain adalah rating dan benchmaking, pajak dan
subsidi, ijin-ijin yang dapat diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan. Dalam proses penyiapan SR, peran
akuntan manajemen sangat besar. Akuntan yang menjadi top manajemen dapat membuat kebijakan yang
mendorong SR. Selain itu, akuntan yang menjadi manajer level menengah dapat berperan dalam pengukuran
sustainability yang dilakukan perusahaan serta dampak-dampaknya.
Audit atas Sustainability Reporting
Sustainability Reporting perlu didukung oleh proses assurance, dalam hal ini adalah audit atas Sustainability
Reporting. Dalam pedoman GRI (Global Reporting Initiative) juga dinyatakan bahwa salah satu prinsip pelaporan
adalah dapat diaudit. Audit diperlukan karena stakeholders perlu keyakinan bahwa informasi yang disajikan
dalam SR dapat diandalkan, netral, dan tepat waktu. Peran sebagai auditor atas Sustainability Reporting ini dapat
dilakukan oleh akuntan public. Hal ini didasarkan fakta bahwa akuntan public sudah berpengalaman dalam
melakukan audit. Namun, yang masih menjadi ganjalan adalah belum ada standar audit untuk Sustainability
Reporting.
Secara kelembagaan peranan para profesi akuntan yang tergabung dalam IAI adalah
bekerjasama dengan National Center for Sustainability Reporting (NCSR), yang beranggotakan
Indonesian-Netherlands Association (INA), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). Adapun kerja
sama yang dimaksud adalah mengadakan forum Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA)
untuk memberikan apresiasi terhadap perusahaan yang telah menyelenggarakan laporan keberlanjutan
(sustainability report), baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan
(annual report). ISRA adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah
membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek
ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri. Dengan diadakanya
ISRA diharapkan mampu untuk memotivasi perusahaan-perusahaan untuk menerapkan Sustainability
Reporting, sebagai bentuk pelaporan pertanggung jawaban sosial perusahaan dan lingkungannya.
5. Rekomendasi Hasil Kajian
1) Bagi Pemerintah
Hasil kajian ini, penulis merekomendasikan kepada pemerintah untuk membuat aturan atau regulasi
khusus tentang pedoman Sustainability Reporting. Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan
aturan terbaru yakni PP No 47 Tahun 2012, namun belum mewajibkan perusahaan untuk membuat
Sustainability Reporting secara terpisah di luar laporan tahunan.
2) Bagi Perusahaan
Hasil kajian ini, penulis merekomendasikan kepada perusahaan untuk melaporkan Sustainability
Reporting, dan mempublikasikannya kepada stakeholder secara terpisah diluar laporan tahunan
perusahaan. Sustainability Reporting dibuat terpisah dengan laporan tahunan perusahaan dengan
maksud agar investor merasa yakin bahwa perusahaan telah melakukan pertanggungjawaban social
dan lingkungan (CSR) kepada stakeholdernya.
3) Bagi Profesi Akuntan
Hasil kajian ini, penulis merekomendasikan kepada para profesi akuntan untuk mempersiapkan diri
dalam audit Sustainability Reporting, jika nantinya pemerintah benar-benar mewajibkan perusahaan
membuat Sustainability Reporting secara terpisah diluar laporan tahunan perusahaan.
6. Penutup
Permasalahan lingkungan, bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah semata, akan tetapi
menjadi tanggung jawab kita semua termasuk profesi akuntan dan perusahaan itu sendiri. Go Green
merupakan salah satu program pemerintah terkait dengan lingkungan dan para profesi akuntan
menjabarkan dalam bentuk Green Accounting. Green Accounting merupakan bagian dari Akuntansi
Sustainabilitas yang di laporkan dalam bentuk sustainability reporting dengan CSR (Corporate Social
Responsibility) sebagai jargonnya.
Untuk maksud tersebut, diperlukan instrument berupa aturan atau regulasi yang jelas dan tegas
baik dari pihak pemerintah sendiri dan juga dari pihak proofesi audit. Bagi pihak perusahaan, salah
satu manfaat penerapan sustainability reporting adalah dapat dijadikan sebagai salah kriteria minat
investor agar mau berinvestasi ke dalam sebuah perusahaan. Investor tidak hanya melihat laporan
kinerja saja, tetapi juga melihat bagaimana perusahaan tersebut menjaga lingkungan dan
keberlangsungan bisnisnya di masa depan .
Hasil kajian ini masih jauh dari sempurna, untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian baik dengan menggunakan metode kuantitatif maupun metode kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Akuntan Indonesia, Edisi No. 3/Tahun I/November 2007, “Audit Lingkungan, Keharusan?” , http://www.iaiglobal.or.id/v02/referensi/detail.php?catid=7&id=25.(Diakses tanggal 29 Nopember 2012)
Anis Chariri,http://staff.undip.ac.id/akuntansi/anis/2009/06/04/sustainability-reporting-tugas-mata-kuliah-teori-akuntansi/(Diakses tanggal 28 Nopember 2012)
Ferry Budiman Dan Supatmi, Pengaruh Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (Isra) Terhadap Abnormal Return Dan Volume Perdagangan Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Pemenang ISRA Periode 2005-2008). (Diakses tanggal 29 Nopember 2012)
Erry Febianto.S, http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/339-peranakuntandalamsustainabilityreporting. (Diakses tanggal 29 Nopember )
PP No 47 Tahun 2012, http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f98d3a83cfd2/node/22/pp-no-47-tahun-2012-tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-terbatas.(Diakses tanggal 28 Nopember 2012)
Pedoman Laporan Berkelanjutan Global Reporting Initiative G3, https://www.globalreporting.org/languages/bahasaindonesia/Pages/default.aspx.(Diakses tanggal 29 Nopember)
Ratna Assyura,http://ratna0412.wordpress.com/2010/06/09/green-accounting/ (Diakses tanggal 28 Nopember 2012)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/26940/node/70.(Diakses tanggal 28 Nopember 2012)
top related