usulan - wawasan pendidikan | semua serba … · web viewpenelitian tindakan kelas meningkatkan...
Post on 20-May-2018
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JERMANSISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 SIDOARJO
DENGAN MENGGUNAKAN ROLE PLAY
Oleh :
Ernesta Dwi Winasis PujiastutiNIP. 131 901 072
Kemitraan antara :Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
denganDitjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
SMA NEGERI 3 SIDOARJODINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SIDOARJO
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Judul Penelitian Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman
Dengan Menggunakan Role Play Siswa Kelas XI
Bahasa SMA Negeri 3 Sidoarjo
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat/Gol/NIP
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor dan
No.Telp
f. Alamat Rumah dan
No.Telp
DRA. ERNESTA DWI WINASIS PUJIASTUTI
Wanita
Pembina / IV a / 131 901 072
SMAN 3 Sidoarjo
Jl. Dr Wahidin 130 Sidoarjo
(031) 8961625
Pondok Sidokare Indah D 17 Sidoarjo
(031) 8945389 / Flexi (031) 71960938
Lama Penelitian 3 bulan : September s.d. November 2006
Biaya yang diperlukan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Sumber Dana Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
Mengetahui Sidoarjo, 15 November 2006Kepala SMAN 3 Sidoarjo Peneliti
Drs. H. Subagyo, MSi. Ernesta Dwi Winasis PNIP 130 934 642 NIP 131 901 072
MenyetujuiKetua Lemlit Universitas Negeri Malang
Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.PdNIP.131 652 225
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat yang
dianugerahkan kepada kami sehingga penulisan laporan penelitian tindakan kelas
yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Siswa Kelas
XI BAHASA SMA Negeri 3 Sidoarjo Dengan Menggunakan Role Play “ telah
selesai.
Tujuan penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini untuk
meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jerman siswa dengan menggunakan
Role Play, dan juga untuk mengembangkan professional guru di bidang
pendidikan.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd, selaku Ketua Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang. Yang telah memfasilitasi pelatihan
penelitian tindakan kelas.
2. Bapak MG. Hadi Sutjipto, SH, MM., selaku Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Sidoarjo, yang telah memberi kesempatan sebagai perwakilan guru
di kabupaten Sidoarjo untuk mengikuti kegiatan ini.
3. Bapak Drs. H. Subagyo, MSi, selaku Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo,
yang telah memberikan dukungan untuk mengikuti pelatihan penelitihan
tindakan kelas.
4. Ibu Dra. Umi Dayati, MPd dan Dra. Harti Kartini, MPd selaku
Pembimbing yang mendampingi selama penelitian .
5. Suami dan anak-anak tercinta yang memberikan doa dan dukungan
moril serta teman–teman sejawat yang telah memberikan motivasi kepada
penulis.
Semoga laporan penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi pembaca
khususnya para guru dalam mengemban tugas mulia sebagai pendidik.
Sidoarjo, 15 November 2006
Peneliti
2
ABSTRAK
Ernesta Dwi Winasis Pujiastuti. 2006. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Sidoarjo Dengan Menggunakan Role Play.
Kata Kunci : Bahasa Jerman, Berbicara, Role Play
Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang termasuk dalam program pilihan yang ditawarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 bagi siswa SMA.
Pemerolehan bahasa asing pada siswa SMA masih tergolong baru, sehingga materi pelajaran yang diperoleh masih sangat sederhana, yakni tentang perkenalan dan kehidupan di sekolah. Materi tersebut memang kurang menarik jika dibandingkan dengan pemerolehan bahasa Inggris yang sudah mereka pelajari sejak di bangku taman kanak-kanak bahkan play group. Ketidaktertarikan siswa terhadap pembelajaran juga didukung adanya kondisi siswa yang masuk program bahasa, hanya tiga orang dari 17 siswa yang murni memilih kelas propram bahasa sedangkan lainya karena tidak lulus kriteria masuk kelas program IPA maupun IPS. Kondisi seperti ini menimbulkan berbagai kendala, misalnya siswa yang pasif, hanya memilih diam dan kurang motivasi.
Kendala-kendala yang terjadi memotivasi peneliti untuk mengadakan sebuah penelitian dengan harapan dapat memberi variasi pembelajaran. Peneliti mencobakan teknik Role play untuk mengatasi kendala tersebut. Role Play memang mempunyai daya tarik tersendiri. Banyak hal yang dipelajari oleh siswa sebelum role play dilaksanakan. Pertama siswa menyiapkan sebuah narasi. Disinilah siswa belajar memproduksi kalimat, secara tidak langsung siswa belajar memilih kosakata yang tepat, menggunakan tatabahasa yang benar serta melafalkan ujaran dengan tepat, di samping belajar bermain peran yang bermanfaat untuk latihan tampil percaya diri didepan kelas.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Bahasa SMAN 3 Sidoarjo, dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus. Setiap siklus membutuhkan dua kali pertemuan dan setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketertarikan siswa terhadap Bahasa Jerman mulai meningkat. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi melalui pengamatan visual maupun hasil perekaman. Dengan role play perbendaharan kosakata siswa meningkat, begitu juga dengan penggunaan tatabahasanya. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, dan semakin terampil menggunakannya dalam kalimat, maka mereka akan semakin terampil berbicara.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….................... i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………......... ii
KATA PENGANTAR …...…………………………………………......... iii
ABSTRAK ………………………………...………………………............ iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………….... v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………....... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….…. 1
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ……………..………………. 4
1. Perumusan Masalah …………………………………………... 4
2. Pemecahan Masalah ……….…………………………………. 5
3. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 5
4. Manfaat Penelitian…………………………….………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Berbicara ………………………………………………………...... 7
B. Berbicara Sebagai Seni dan Ilmu …………………………............ 8
C. Role Play …………………………………………………………. 9
1. Penggunaan Role Play …...…………………………………… 10
2. Manfaat Role Play……………………………………………. 11
3. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Role Play …..…….. 12
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Jerman merupakan mata pelajaran yang baru dikenal oleh siswa
SMA di kelas X program Inti dengan durasi waktu 2 x 45 menit setiap minggu.
Materi yang diajarkan relatif masih sederhana yakni bagaimana memperkenalkan
diri dan orang lain serta bagaimana percakapan di sekolah. Sedangkan di kelas XI
program bahasa ada penambahan jam mengajar yakni 4 x 45 menit. Perlu juga
diketahui bahwa siswa-siswa yang masuk ke dalam kelas bahasa mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda, ada yang karena memang menjadi pilihan pertama
pada saat memilih program di kelas XI, tetapi kebanyakan mereka terpaksa masuk
kelas bahasa oleh karena tidak lulus kriteria penetapan penjurusan baik IPA
maupun IPS.
Dari 17 siswa, mereka yang memilih program bahasa pada pilihan
pertama sebanyak 3 siswa atau 17,6 %, sedangkan 2 siswa atau 11,7 % sebagai
pilihan kedua dan selebihnya adalah benar-benar siswa yang tidak memilih
program bahasa. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi siswa pada saat
pembelajaran, siswa yang kurang berminat mempelajari bahasa, nampak dikelas
kurang aktif, lebih banyak diam. pernah peneliti mencoba untuk tanya jawab lisan
tentang materi yan sudah pernah diajarkan, namun hanya 3-5 siswa yang memberi
respon sedangkan yang lain hanya diam. Suasana belajar kurang menyenangkan.
Keterpaksaan masuk kelas program bahasa benar benar menjadikan suasana yang
sulit bagi mereka untuk menyesuaikan proses pemelajaran.
5
Dengan kondisi tersebut di atas tentunya suasana belajar di kelas bahasa
menjadi kurang kondusif, begitu pula dengan motivasi belajar siswanya yang
rendah dibandingkan dengan siswa yang berada di program IPA maupun IPS.
Sekalipun materi–materi yang diajarkan tergolong sangat sederhana namun tidak
membuat siswa dapat mudah menerima ataupun tertarik mempelajarinya. Di
samping itu tatabahasa yang mereka pelajari juga masih sangat sederhana,
mungkin bisa dikatakan mempelajari Bahasa Jerman tingkat Taman Kanak-
Kanak di negara Jerman. Padahal siswa lebih senang membahas materi–materi
yang berhubungan dengan dunia remajanya.
Peneliti mencoba memberi variasi lain untuk menumbuhkan ketertarikan
siswa terhadap Bahasa Jerman. Salah satu strategi yang telah peneliti lakukan
adalah belajar sambil bermain, yang dikemas dalam sebuah permainan peran atau
yang dikenal dengan role play. Agar mereka merasa senang dengan pembelajaran
Bahasa Jerman, tema role play didiskusikan bersama sesuai dengan keinginan
mereka.
Dengan role play, siswa akan mempersiapkan terlebih dulu bentuk
percakapannya, kalimat-kalimat yang hendak disampaikan. Dan saat
memproduksi kalimat inilah banyak kendala yang mereka hadapi, antara lain:
pilihan kosakata, ujaran, pelafalan maupun ketatabahasanya. Masalah yang paling
banyak dijumpai adalah proses menyusun kalimat sesuai dengan tatabahasa
Jerman. Sehubungan banyak kemiripan antara Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris,
peneliti sesering mungkin mengkaitkan materi pelajaran Bahasa Jerman dengan
menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
6
penyusunan kalimat dan mempercepat pemahaman materi Bahasa Jerman
sehingga tampilan mereka dalam bermain peran dapat optimal.
Banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan berbicara, namun peneliti
lebih cenderung memilih teknik role play karena memiliki daya tarik tersendiri
bagi siswa. Mengapa demikian? Pertama siswa terlebih dulu menyusun sebuah
narasi, mereka secara tidak sengaja belajar menyusun kalimat menurut tata bahasa
Jerman yang benar. Andaikan kalimat yang mereka hasilkan tidak sesuai dengan
tatabahasa yang benar dan kosakata yang tepat, maka akan mempersulit
pemahaman bagi lawan bicaranya ataupun bagi yang mendengarkan.
Gillian Porter Ladousse (1987) memberi dukungan bahwa role-play
menambah variasi, perubahan perilaku dan kesempatan memproduksi kalimat
serta banyak kesenangan.(role play into the classroom adds variety, a change of
pace and opportunities for a lot of language production and also a lot of fun!) .
Pendampingan guru dalam hal ini mutlak diperlukan karena mereka masih baru
mengenal tatabahasa Jerman dan minim kosakata. Kedua, setelah siswa selesai
menyusun narasi, mereka belajar memperagakan isi narasi tersebut dalam unjuk
kerja yang berupa bermain peran. Siswa secara tidak sengaja lagi belajar
melafalkan kosakata dengan benar dan juga belajar akting sesuai dengan yang
mereka perankan. Dengan semakin sering siswa diberi kesempatan untuk tampil
di depan kelas baik itu menjawab pertanyaan ataupun unjuk kerja lainnya, lama-
kelamaan mereka akan berani menyampaikan gagasannya, dan nantinya mereka
akan mempunyai rasa percaya diri. Tidak sedikit orang yang takut berbicara baik
secara formal maupun informal didepan forum.
7
Pendapat ini didukung oleh Maidar G. Arsjad yang juga menyatakan
bahwa banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan,
namun mereka sering kurang terampil menyajikannya secara lisan. Apalagi
berbicara secara formal tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Walaupun
secara alamiah setiap orang mampu berbicara, namun berbicara secara formal atau
dalam situasi resmi sering menimbulkan kegugupan sehingga gagasan yang
dikemukakan menjadi tidak teratur. Bahkan yang lebih parah lagi ada orang yang
tidak berani berbicara sama sekali. Anggapan bahwa setiap orang dengan
sendirinya dapat berbicara, telah menyebabkan pembinaan kemampuan berbicara
ini sering diabaikan. (1987: 23)
B. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
permasa-lahan yang ada dapat di rumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana penggunaan role play dapat meningkatkan kemampuan berbicara
Bahasa Jerman?
b. Apakah penggunaan role play dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Jerman ?
2. Pemecahan Masalah
Rendahnya kemampuan berbicara Bahasa Jerman siswa kelas XI Bahasa
SMA Negeri 3 Sidoarjo disebabkan oleh perasaan takut berpendapat. Hal ini
8
menyebabkan hasil pembelajaran kurang optimal. Jika siswa punya keberanian
berbicara dan berpendapat serta disajikan pendekatan yang lebih variatif dan
menarik akan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman. Teknik
role play dipandang oleh peneliti tepat untuk mengatasi masalah tersebut, karena
dengan teknik ini maka siswa secara tidak sengaja belajar melafalkan ujaran
dengan benar dan menyusun kalimat dengan menggunakan kosakata yang tepat
serta tatabahasa yang benar melalui peran yang mereka mainkan. Semakin sering
siswa memproduksi kalimat maka semakin lancar mereka mengungkapkan
gagasan atau idenya.
3. Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa Jerman dengan
menggunakan Role Play diharapkan :
a. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jerman dengan
menggunakan role play .
b. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman dengan
menggunakan role play.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berarti bagi :
a. Guru sebagai peneliti: berdampak bagi pengembangan profesionalisme guru
terutama dalam penyusunan karya tulis ilmiah, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Jerman.
9
b. Siswa: mudah menerima materi pelajaran khususnya meningkatkan
kemampuan berbicara, dan merasa mendapat perhatian serta kesempatan
untuk menyampaikan gagasan sesuai dengan kemampuannya.
c. Guru Lain: sebagai rujukan bagi teman sejawat untuk mengembangkan
profesionalitasnya, terutama dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang
nantinya beroleh manfaat untuk kenaikan pangkat.
d. Lembaga: adanya sumber daya manusia yang berkualitas, maka akan
menghasilkan anak didik yang berkualitas pula sehingga secara otomatis
tujuan pendidikan akan tercapai secara optimal.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Berbicara
Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan
personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-
kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek-aspek lain seperti cara berpakaian atau
mendandani pengantin, adalah bersifat eksternal, tetapi ujaran sudah bersifat
inheren, pembawaan. (Tarigan,1996:15)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-
ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,neurologis,
semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehinga dapat dianggap
sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. (Tarigan,1996:15)
Dengan demikian maka berbicara itu lebih daripada hanya sekedar
pengucapan bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara
11
merupakan instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir
secara langsung apakah sang pembicara memahamai atau tidak, baik bahan
pembicaraanya maupun para penyimaknya: apakah dia bersikap tenang, serta
dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-
gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. (Mulgrave,
1954:3–4).
B . Berbicara sebagai seni dan ilmu
Wilayah ‘berbicara” biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu :
1. Berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts).
2. Pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences) (Mulgrave,1954:6).
Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga ilmu.
Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan
pada penerapannnya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat sebagai berikut:
(1) Berbicara di muka umum, (2) Semantik: Pemahaman makna kata, (3) Diskusi
kelompok, (4) Argumentasi, (5) Debat, (6) Prosedur parlementer, (7) Penafsiran
lisan, (8) Seni drama, (9) Berbicara melalui udara
Kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang perlu
ditelaah antara lain: (1) Mekanisme bicara dan mendengar, (2) Latihan dasar bagi
ajaran dan suara, (3) Bunyi-bunyi bahasa, (4) Bunyi-bunyi dalam rangkaian
ujaran, (5) Vowel-vowel, (6) Diftong-diftong, (7) Konsonan-konsonan, (8)
Patologi ujaran. (Mulgrave,1954:9)
Dalam berbicara ini peneliti meneliti Seni Drama dalam meningkatkan
kemampuan berbicara (khususnya Bahasa Jerman). Dengan demikian peneliti
12
memandang berbicara sebagai seni dalam hal ini, yaitu penekanan diletakkan pada
penerapan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.
C. Role Play
Menurut Gillian Porter Ladousse (1987:5) ‘role play’ berasal dari kata
‘role’ yang artinya ambil bagian dalam sebuah kegiatan khusus dan ‘play’ yang
artinya peranan itu diambil/dipakai dalam sebuah lingkungan dimana siswa dapat
mengembangkan sepenuhnya daya cipta dan bermain. Sekelompok siswa bermain
peran di dalam kelas dengan baik sama halnya dengan sekolompok anak yang
sedang bermain sekolah-sekolahan, perawat dan dokter, atau Star wars. Keduanya
secara tidak sadar mengaktualisasikan dan dengan bermain peran mereka
mencobakan pengetahuan dunia nyatanya dan mengembangkan kemampuannya
untuk berinteraksi dengan masyarakat. Kegiatan ini sangat menyenangkan dan
tidak merusak pribadi siswa atau anak tersebut. Bermain peran ini akan dapat
menumbuhkan kepercayaan diri daripada merusaknya.
Pernyataan yang hampir sama diungkapkan oleh Joanna Budden dalam
http://www.teachingenglish.org.uk/think/speak/role_play.shtml (10 Oktober
2006), tentang role play bahwa role play is any speaking activity when you either
put yourself into somebody else's shoes, or when you stay in your own shoes but
put yourself into an imaginary situation, yang artinya adalah kegiatan berbicara
dimana pemain dapat berperan menjadi orang lain atau dapat berperan menjadi
dirinya sendiri tetapi berimajinasi dalam berbagai situasi. Orang yang berimajinasi
adalah bahwa siswa dapat berperan dalam waktu tertentu sebagai jutawan, bintang
film dan lain lain. Siswa juga dapat berpendapat seperti orang lain yang sedang
mereka perankan. Sedangkan situasi imajinatif adalah bahwa bahasa yang
13
digunakan menurut skenario situasi yang diperankan, misalnya di restoran, check
in di bandara dan lain-lain.(Imaginary situations - Functional language for a
multitude of scenarios can be activated and practised through role-play. 'At the
restaurant', 'Checking in at the airport' ). Dengan demikian, role play adalah
suatu kegiatan berbicara dimana pemain dapat berperan sebagai orang lain
maupun dirinya sendiri dalam berbagai situasi imajinatif yang mampu
mengembangkan kemampuan daya cipta dan bermain sepenuhnya.
1. Penggunaan Role Play
Secara luas disetujui bahwa belajar terjadi bila kegiatan-kegiatannya
menyenangkan dan dapat diingat. Jeremy Harmer yang dikutip oleh Gillian
Porter Ladousse (1987:6) menegaskan, penggunaan role play digunakan dengan
alasan sebagai berikut; a) menyenangkan dan memotivasi, b) siswa yang diam
mendapat kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka ke arah kemajuan,
lingkungan di dalam kelas dan di luar kelas menjadi tak terbatas serta
menawarkan kesempatan penggunaan bahasa secara luas. Selain itu para siswa
yang mendapat kesempatan menggunakan Bahasa Inggris bisa mengulang Bahasa
Inggrisnya dalam situasi yang nyaman. Situasi nyata dapat tercipta dan para siswa
mendapatkan keuntungan dari latihan. Kesalahan apapun yang mereka buat tidak
membebani.
2. Manfaat Role Play
14
a. Banyak macam pengalaman bisa dibawa kedalam kelas lewat role play.
Rentangan fungsi dan struktur bahasa dan luasnya kosakata yang
diperkenalkan melaju/berkembang tanpa batas. Melalui role play kita bisa
melatih siswa mengembangkan ketrampilan berbicara dalam berbagai situasi.
b. Role Play meletakkan siswa pada berbagai situasi yang bermanfaat untuk
mengembangkan bahasa dalam memperlicin hubungan sosial
c. Beberapa orang sedang belajar Bahasa Inggris untuk tujuan kehidupanya;
khususnya bagi orang yang akan bekerja atau bepergian ke luar negeri.
d. Role Play membantu kebanyakan siswa pemalu dengan menyediakannya
sebuah topeng. Beberapa siswa pendiam mungkin mempunyai kesulitan dalam
berinteraksi dan beraktivitas lainnya. Dengan role play siswa terbebas oleh
karena mereka tidak merasa pribadinya terlibat.
e. Alasan terpenting menggunakan role play tidak lain adalah kegembiraan.
Sekali siswa memahami dengan apa yang diharapkan, mereka menikmati
imajinasinya.
Akhirnya, role play merupakan salah satu dari seluruh teknik komunikasi
yang mengembangkan siswa lancar berbahasa, yang memajukan interaksi di
dalam kelas, dan yang meningkatkan motivasi. Role play juga tidak hanya
mendorong siswa belajar bersama rekan seusianya, tetapi juga meningkatkan
kebersamaan guru dan siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses belajar.
Role play mungkin merupakan teknik yang paling fleksibel dan guru-guru yang
segera mengunakan role play dapat mempertemukan kebutuhan–kebutuhan yang
tak terbatas dengan latihan bermain peran secara efektif dan tepat.
3. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Role Play
15
a. Siap untuk berhasil
Role play di tingkat dasar. Mencoba memikirkan bahasa yang akan siswa
gunakan. Siswa mungkin perlu ekstra dukungan untuk memiliki bahasa
tersebut. Ketika mereka sedang bermain peran, siswa merasa telah dilengkapi
dengan bahasa yang memadai. Untuk tingkat lebih tinggi, siswa tidak perlu
banyak dukungan tetapi mereka perlu waktu masuk dalam peranan itu.
b. Peranan Guru
Beberapa kemungkinan peranan guru, yakni a) Fasilitator, siswa mungkin
membutuhkan kosakata baru dari guru, b) Penonton: guru mengamati,
memberi komentar dan nasehat pada akhirnya, c) Partisipan: kadang-kadang
ikut ambil peranan pada permainan tersebut
c. Bawalah situasi kegiatan menjadi hidup. Bermain perang dengan mengambil
cerita dan juga properti yang nyata, misalnya berperan sebagai pemilik pizza
dengan pelanggannya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih
menyenangkan dan mudah diingat.
d. Tetap nyata dan relevan. Cobalah menjaga peranan siswa untuk bermain
senyata mungkin. Walaupun itu sulit siswa diajak untuk membayangkan
kegiatan tersebut terjadi di jantung kota di Inggris.
e. Feed in language. Saat siswa macet mendapatkan kata atau frasa, guru
memberikan bantuan berperan seolah-olah sebagai kamus berjalan. Jika tidak
guru bisa mengijinkan siswa untuk minta timeout guna mencari arti kata di
kamus. Adalah pokok atau fundamen menyuapi siswa dengan bahasa yang
dibutuhkan. Dengan demikian, siswa akan mempelajari kosakata dan
tatabahasa alam lingkungan yang mudah diingat dan alami.
16
f. Pembetulan kesalahan. Ada banyak cara untuk membenarkan kesalahan ketika
menggunakan teknik bermain peran. Beberapa siswa senang dibenarkan
langsung setelah permainan selesai. Kalimat yang salah bisa ditulis dipapan
tulis untuk dikoreksi bersama. Ada 3 cara dalam pembetulan kesalahan, yakni:
1) Self Correction Jika alat perekaman seperti video atau audiocasette ada,
siswa diberi kesempatan mendengarkan hasil tampilannya dan merenungkan
bahasa yang telah digunakan. Mereka mungkin dengan mudah memeriksanya,
2) Peer – correction. Teman sekelasnya bisa mengoreksi kesalahan temannya.
Hati-hati untuk tetap menjaga bahwa koreksi teman sebaya merupakan
pengalaman positif dan menguntungkan untuk keterlibatan semua siswa, dan
3) Buat catatan kesalahan-kesalahan yang umum demi keberhasilan pelajaran
berikutnya agar siswa tidak kehilangan motivasi setelah dibetulkan. Negosiasi
dengan siswa terlebih dulu bagaimana mereka ingin dikoreksi.
g. Gunakan imajinasimu dan bersenanglah.
Bermain peran yang paling sukses yang saya lakukan tahun lalu bersama
dengan sekelompok remaja. Kelas dibagi dengan kelompok berpasangan
dengan memerankan skater boy yang akhirnya mempertemukan mantan teman
wanitanya diakhir konser. Hasilnya sangat lucu dan saya terkejut ketika
mereka semua ikut ambil peranan. Akhirnya, Role play bisa menjadi kegiatan
yang menyenangkan. Anda mungkin terkejut dengan hasil akhirnya.
Dalam Role Play (Bermain Peran), pemain diminta untuk melakukan
peran tertentu dan menyajikan "permainan peran" dan melakukan "dialog-dialog"
tertentu yang menekankan pada karakter, sifat atau sikap yang perlu dianalisa.
Bermain peran haruslah mengungkapkan suatu masalah atau kondisi nyata yang
17
akan dipergunakan bahan diskusi atau pembahasan materi tertentu. Dengan
demikian, setelah selesai melakukan peran, langkah penting adalah analisis dari
bermain peran tersebut. Para pemain diminta untuk mengemukakan peran dan
perasaan mereka tentang peran yang dimainkan, demikian pula dengan peserta
yang lain.
Menerapkan role play ke dalam kelas dapat menambah variasi, perubahan
dan kesempatan menghasikan bahasa dan juga memberikan banyak kesenangan.
Role play juga dapat menjadi bagian dari kelas secara menyeluruh. Jika guru
yakin bahwa kegiatan akan berlangsung dan dukungan penting tersedia akan
membawa keberhasilan. Bagaimanapun juga jika guru tidak yakin akan kesahihan
bermain peran maka dia jatuh ke dalam keinginannya tersebut. Oleh karena itu
berpikirlah positif dan terus lakukan memungkinkan anda mendapatkan kejutan
yang menyenangkan.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut
Classroom Action Research (CAR). PTK adalah bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan rasional dari
tindakan–tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam terhadap
tindakan–tindakan yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan melalui
4 tahap, yakni: Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan
(Observation), dan Refleksi (Reflective). Penelitian Tindakan Kelas ini juga
berpijak pada 2 (dua) landasan,yaitu :
a. Keterlibatan (Involvement) yaitu keterlibatan guru dalam penggelaran
penelitian tindakan kelas.
b. Perbaikan (Improvement) yaitu komitmen guru untuk melakukan perbaikan
termasuk perubahan dalam cara berfikir dan kerjanya sendiri.
Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti berkolaborasi dengan 2 (dua)
orang guru, seorang guru bahasa Inggris kelas XII dan seorang guru Bahasa
Jerman kelas X. Mereka membantu peneliti mengumpulkan data pada saat
penelitian sedang berlangsung dan juga memberikan informasi–informasi selama
proses penelitian berlangsung.
19
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus dan setiap
siklus diharapkan ada perubahan yang dicapai.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu kelas XI Bahasa SMAN 3 Sidoarjo tahun
pelajaran 2006-2007 dengan jumlah sampel sebanyak 17 siswa. Sebagai
pertimbangan mengapa kelas ini dipilih untuk menjadi objek penelitian, karena
peneliti mengajar di kelas tersebut, serta mendapatkan banyaknya siswa dalam
kelas ini yang nampak pasif dalam pembelajaran bahasa asing, mereka kurang
berani mengambil inisiatif dalam berbicara sekalipun jumlah tatap muka/jam
mengajar lebih banyak dibanding kelas lainnya. Dengan kondisi tersebut
memungkinkan peneliti malakukan variasi–variasi pembelajaran.
C. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa tahun
pelajaran 2006–2007 dengan jumlah 17 orang dengan rincian 14 siswa perempuan
dan 3 siswa laki-laki.
Jenis data yang dihimpun adalah data kualitatif karena penelitian ini
merupakan penelitian proses yang dilakukan selama tindakan berlangsung. Untuk
mempermudah pengumpulan data, peneliti meyusun sebuah rubrik penilaian yang
meliputi; 1) Pemahaman, 2) Pelafalan, 3) Komunikasi Interaktif, 4) Isi Cerita, 5)
Sikap, dan 6) Struktur. Dalam pengumpulan data ini peneliti dibantu dua orang
pengamat. Keduanya adalah guru SMAN 3 Sidoarjo. Selain itu pengumpulan data
diperoleh dari dokumentasi yang berupa perekaman suara dan pengambilan
20
gambar. Data yang dihimpun tersebut tidak hanya diperuntukkan kelengkapan
laporan penelitian tetapi juga sebagai arsip sekolah.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan melalui observasi dengan menggunakan
instrumen yang berupa lembar observasi, lembar rubrik penilaian dan
dokumentasi. Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan.
Tim peneliti mengisi rubrik yang telah disediakan dan mencatat kejadian-kejadian
selama tindakan berlangsung. Selain itu tim peneliti juga mengambil dokumentasi
untuk merekam suara siswa dengan menggunakan audiocasette. Hal ini ditujukan
agar siswa mempunyai kesempatan untuk mendengarkan hasil tampilannya dan
merenungkan bahasa yang telah digunakan. Mereka mungkin dengan mudah
memeriksanya.
Kegiatan observasi ini dilakukan dengan 3 siklus. Pada siklus pertama
peneliti bersama tim pengamat melakukan sesuai rencana pelaksanaan tindakan.
Hasil observasi yang telah dihimpun, didiskusikan bersama yang selanjutnya
direfleksikan pada siklus berikutnya yakni perbaikan atas kendala-kendala yang
telah dilakukan siswa selama proses penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik
diskripsi. Adapun diskripsi yang dipakai untuk mengetahui kemampuan berbicara
Bahasa Jerman dengan menggunakan role play adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman, 2) Komunikasi Interaktif, 3) Pelafalan, 4) Isi cerita, 5) Sikap, dan
6) Struktur. Teknik analisisnya menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
21
Analisis kualitatif dipergunakan untuk mengolah data hasil pengamatan selama
proses pembelajaran, sedangkan analisis kuantitatif dipergunakan untuk mengolah
data hasil belajar. Adapun kriteria penilaian dituangkan dalam sebuah rubrik
penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rubrik Penilaian Role Play
Kategori Kriteria Skor Bobot Nilai1. Pemahaman Dalam setiap kali pembicaraan, siswa dapat
1. dapat mengungkapkan 4 - 5 kalimat dan saling terkait2. dapat mengungkapkan 2- 3 kalimat dan saling terkait3. dapat mengungkapkan 1 kalimat dan terkait4. tidak dapat mengungkapkan kalimat
4321
25 2518114
2. Pelafalan 1. Sangat jelas dan mendekati penutur asli 2. Sangat jelas walaupun dengan aksen bahasa ibu3. Kurang jelas dan mempengaruhi makna4. Tidak jelas dan tidak bermakna
4321
20 2015105
3.Komunikasi Interaktif
1. Percaya diri dan lancar dalam mengambil giliran bicara serta mampu mengoreksi diri jika melakukan kesalahan
2. Percaya diri meskipun ada pengulangan dan keraguan3. Lebih banyak merespon dan berinisiatif4. Tidak mampu merespon dan berinisiatif
4
321
20 20
15105
4. Isi cerita 1. Sesuai tema 2. Sesuai tema tetapi sedikit ada penyimpangan3. Kurang sesuai dengan tema4. Tidak sesuai dengan tema
4321
15 151173
5. Sikap 1. Ekspresi dan suara penuh penjiwaan dan menarik perhatian
2. Gaya dan suara kadang kadang kurang penjiwaan3. Gaya dan suara kurang menarik serta terkesan
menghafal4. Tidak ada ekspresi serta suara tidak jelas
4
321
10 10
853
6. Struktur 1. Tatabahasa dan kosakata tepat 2. Tatabahasa dan kosakata kadang kadang kurang tepat 3. Tatabahasa dan kosakata kurang tepat dan mempengaruhi makna 4. Tatabahasa dan kosakata sulit dipahami .
432
1
10 1085
3
Jumlah Nilai Keseluruhan
Untuk menilai kemampuan berbicara Bahasa Jerman, peneliti
menggunakan pedoman penilaian yang diadopsi dari pedoman penilaian
pelaksanaan ujian praktik berbicara dari Departemen Pendidikan Nasional.
Dari hasil perolehan data, peneliti memberikan batasan-batasan
ketuntasan, untuk masing-masing kategori, yaitu: 1) Pemahaman, siswa dapat
22
mengungkapkan 2 sampai 3 kalimat dalam setiap kali pembicaraan, 2) Pelafalan,
sangat jelas walaupun dengan aksen bahasa ibu, 3) Komunikasi Interaktif, siswa
percaya diri meskipun ada pengulangan dan keraguan, 4) Isi cerita, sesuai tema
walau ada sedikit penyimpangan, 5) Sikap, gaya dan suara kadang kurang
penjiwaan, dan 6) Struktur, tatabahasa dan kosakata kadang-kadang kurang tepat.
Untuk kategori tatabahasa, peneliti tidak memberikan bobot yang tinggi,
mengingat tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kemampuan
berbicara. Jika siswa dalam memproduksi kalimat masih ditemukan tatabahasa
yang belum benar, sejauh tidak mengubah makna dan pesan yang mau
disampaikan dapat dipahami, maka merak akan ditoleransi dalam pencapaian
ketuntasan minimal.
Berdasarkan batasan – batasan ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh
siswa untuk masing-masing kategori, maka dapat diperoleh skor dan nilai minimal
sebagai berikut:
Tabel 3.2Bobot dan Nilai Ketuntasan Minimal
Kategori Kriteria Skor Nilai1. Pemahaman Dalam setiap kali pembicaraan, siswa dapat
1. dapat mengungkapkan 2- 3 kalimat dan saling terkait 318
23
2. Pelafalan 1. Sangat jelas walaupun dengan aksen bahasa ibu 3 15
3. Komunikasi Interaktif
1. Percaya diri meskipun ada pengulangan dan keraguan 3 15
4. Isi cerita 1. Sesuai tema tetapi sedikit ada penyimpangan 3 11
5. Sikap 1. Gaya dan suara kadang kadang kurang penjiwaan 3 8
6. Struktur 1. Tatabahasa dan kosakata kadang kadang kurang tepat 3 8
Jumlah Nilai Keseluruhan 18 75
Dari tabel 3.2 dapat disimpukan bahwa siswa dikatakan tuntas adalah
siswa yang telah memenuhi kriteria minimal dari masing-masing kategori, dengan
memperoleh bobot minimal sejumlah 18 (delapan belas) yang dikonversikan ke
dalam nilai, yakni 75 (tujuh puluh lima). Jadi, Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) pada pembelajaran Bahasa Jerman dengan menggunakan role play, adalah
75. Hal ini juga sudah sesuai dengan standart Kriteria Ideal Ketuntasan Minimal
dari Badan Standar Nasional Pendidikan.
F. Prosedur Penelitian/Tahap Penelitian
1. Siklus I
a. Penyusunan Rencana Tindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran Bahasa Jerman
dengan pokok bahasan mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana
berbentuk dialog sederhana tentang kehidupan sekolah. Sehubungan pokok
bahasan kehidupan sekolah terlalu luas, maka peneliti membagi menjadi 5 sub
pokok bahasan. Hal ini disesuaikan dengan jumlah kelompok di lokasi penelitian.
Kelima sub pokok bahasan tersebut meliputi percakapan (1) di perpustakaan,
(2) di kelas, (3) di kantin, (4) di halaman sekolah, dan (5) di ruang Usaha
24
Kesehatan Sekolah (UKS). Percakapan tersebut akan dikemas dalam bentuk role
play.
Selain penyusunan rencana pembelajaran, peneliti bersama siswa
membagi kelima sub pokok bahasan ke dalam lima kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 3 sampai 4 orang dengan rincian; kelompok 1 sebanyak 3 siswa,
kelompok 2 sebanyak 3 siswa, kelompok 3 sebanyak 3 siswa, kelompok 4
sebanyak 4 siswa, dan kelompok 5 sebanyak 4 siswa. Seluruh siswa kelas Bahasa
berjumlah 17 siswa. Pembagian anggota kelompok dan pemilihan sub pokok
bahasan dilaksanakan secara acak, karena kemampuan mereka dipandang rata-rata
sama. Ada dua orang yang dominan, Grace dan Merisa, dari 17 orang, yang tidak
memungkinkan dibagi menjadi lima kelompok. Situasi yang demikian, peneliti
memutuskan untuk mengunakan pengelompokan secara acak.
Setelah terbentuk kelompok, masing–masing kelompok mendiskusikan
topik yang telah mereka terima. Peran peneliti sangat diharapkan sekali oleh
setiap anggota kelompok untuk penyusunan kalimat, karena sangat terbatasnya
pengetahuan tatabahasa yang siswa miliki.
Kegiatan lain yang peneliti lakukan pada tahapan ini yakni penyusunan
instrumen pengambilan data saat tindakan berlangsung. Instrumen tersebut antara
lain berupa: 1) lembar rubrik role play, 2) lembar pengamatan untuk guru, dan
kaset untuk perekaman. (Instrumen terlampir)
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran diawali dengan penataan ruang kelas yang sesuai untuk
kegiatan penyusunan narasi role play oleh masing-masing kelompok. Tempat
duduk disetting dalam kelompok. Peran peneliti sangat dibutuhkan pada saat
25
proses penyusunan ini. Peneliti membantu setiap anggota kelompok yang
mengalami kesulitan, baik kesulitan dalam pemilihan kosakata, kesulitan
penulisan kalimat dengan tatabahasa Jerman yang benar, pelafalan yang tepat,
maupun cara memerankannya. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
tindakan ini 2 x 45 menit.
Setelah selesai penyusunan narasi ruang kelas disetting sesuai dengan
ruang gerak role play. Untuk lebih menarik para siswa diperbolehkan
menggunakan kostum sesuai dengan peran yang mereka terima. Hal ini ditujukan
untuk mendukung penjiwaan siswa dalam bermain peran.
c. Pengamatan
Pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti dibantu oleh dua orang pengamat
untuk membantu mengamati selama proses pembelajaran dengan bantuan
instrumen–instrumen yang telah disediakan. Di samping itu peneliti juga
mengambil dokumentasi, pengambilan gambar saat tampil, juga merekam suara
meraka. Hal ini dilakukan untuk keperluan perbaikan pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Tahapan ini dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan selesai. Refleksi
segera dilakukan setelah siswa bermain peran agar mereka masih ingat dengan apa
yang telah mereka lakukan. Dan apabila mereka membuat kesalahan, mereka
segera mengetahuinya dan diharapkan bisa mengambil suatu tindakan yang sesuai
yang berguna bagi perbaikan dirinya. Oleh sebab itu peneliti diharapkan segera
menganalisa data ataupun catatan yang telah mereka dapatkan bersama pengamat
saat proses pelaksanaan tindakan berlangsung. Dari hasil perolehan data tersebut,
26
peneliti segera mengambil suatu tindakan yang tepat untuk perbaikan tindakan
pada siklus berikutnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal.
2. Siklus lI
a. Penyusunan Rencana Tindakan II
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang akan diambil
berdasarkan perolehan data pada siklus pertama dengan tujuan agar pada siklus
kedua siswa dapat memperbaiki kesalahannya dengan harapan tidak mereka
lakukan pada siklus ini.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran diawali dengan penataan ruang kelas yang sesuai untuk
kegiatan penyusunan narasi role play oleh masing-masing kelompok. Tempat
duduk disetting dalam kelompok. Peran peneliti sangat dibutuhkan pada saat
proses perbaikan baik narasi maupun bermain peran. Pendampingan peneliti
masih sangat diperlukan untuk memperbaiki segala kesulitan yang telah mereka
perbuat, baik kesulitan dalam pemilihan kosakata, kesulitan penulisan kalimat
dengan tatabahasa yang benar, pelafalan yang tepat, maupun cara
memerankannya. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan ini 2 x 45
menit.
Setelah selesai penyusunan narasi, ruang kelas kembali disetting sesuai
dengan ruang gerak role play. Dan untuk menjaga penampilan yang lebih menarik
para siswa tetap diperbolehkan menggunakan kostum sesuai dengan perannya.
c. Pengamatan
27
Peneliti masih tetap dibantu oleh dua orang pengamat untuk mengamati
proses pembelajaran. Di samping itu peneliti juga mengambil dokumentasi berupa
pengambilan gambar dan perekaman suara untuk keperluan pelaporan dan
perbaikan pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Peneliti bersama pengamat melakukan analisis data yang diperoleh dan
memberikan refleksi pada siswa yang masih melakukan kesalahan, sedangkan
bagi yang sudah baik diberi motivasi untuk meningkatkan kualitas
pembicaraannya agar kosakata yang mereka peroleh ada peningkatan.
3. Siklus lII
a. Penyusunan Rencana Tindakan III
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang akan diambil
berdasarkan perolehan data pada siklus kedua agar pada siklus ketiga ini, siswa
dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbicara Bahasa Jerman.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran masih tetap diawali dengan penataan ruang kelas yang
sesuai untuk kegiatan perbaikan narasi role play oleh masing-masing kelompok.
Motivasi peneliti masih diperlukan pada saat proses pengembangan baik narasi
maupun bermain peran. Setelah selesai pengembangan narasi, ruang kelas kembali
disetting sesuai dengan ruang gerak role play. Dan untuk menjaga penampilan
yang lebih menarik para siswa tetap diperbolehkan menggunakan kostum sesuai
dengan perannya.
c. Pengamatan
28
Peneliti masih tetap dibantu oleh dua orang pengamat untuk mengamati
proses pembelajaran. Di samping itu peneliti juga mengambil dokumentasi yan
berupa pengambilan gambar maupun suara untuk keperluan pelaporan.
d. Refleksi
Peneliti bersama pengamat melakukan analisis data yang diperoleh dan
memberikan refleksi pada siswa yang masih belum memperoleh hasil yang
optimal. Pada siklus terakhir ini siswa juga dimintai pendapatnya untuk
mengetahui sejauh mana minat mereka terhadap pembelajaran berbicara dengan
mengunakan role play.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pelaksanaan tindakan ini, peneliti akan menganalisis data yang
diperoleh selama proses penelitian berlangsung yakni bagaimana kemampuan
berbicara Bahasa Jerman siswa kelas XI Bahasa dengan menggunakan role play
menunjukkan adanya peningkatan. Untuk itu peneliti akan (1) mendiskripsikan
kegiatan belajar mengajar saat penelitian berlangsung, dan (2) mendiskripsikan
hasil dari kegiatan kegiatan yang telah dilakukan siswa.
A. Siklus l
1. Penyusunan Rencana Tindakan
Pada tahap ini telah dilaksanakan penyusunan rencana tindakan yang
meliputi, 1) rencana pembelajaran, 2) jadwal kegiatan siklus 1, 3) lembar rubrik
role play, 4) lembar pengamatan untuk guru, dan 5) lembar angket siswa.
(Instrument terlampir). Dalam rencana pembelajaran, penulis mengambil tema
kehidupan sekolah (Schulleben) yang dibagi dalam 5 (lima) sub topik, yakni (1) di
perpustakaan (In der Bibliothek, (2) di kelas (In der Klasse), (3) di kantin (In der
Kantine), (4) di halaman sekolah (In der Halle), dan (5) di ruang Usaha Kesehatan
Sekolah (Im UKS Raum). Sesuai dengan rencana bahwa penulis akan menerapkan
30
role play dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas XI
bahasa, maka kelima sup topik ini akan di kembangkan lewat bermain peran.
Selain penyusunan rencana pembelajaran, peneliti bersama siswa
membagi kelima sub pokok bahasan ke dalam lima kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 3 sampai 4 orang dengan rincian; kelompok 1 sebanyak 3 siswa,
kelompok 2 sebanyak 3 siswa, kelompok 3 sebanyak 3 siswa, kelompok 4
sebanyak 4 siswa, dan kelompok 5 sebanyak 4 siswa. Seluruh siswa kelas Bahasa
berjumlah 17 siswa.
Mengingat jumlah siswa kelas XI Bahasa yang paling kecil dibandingkan
dengan kelas lainnya, tidaklah sulit membagi mereka dalam kelompok.
Pembagian kelompok dilakukan secara acak dengan cara mengambil undian,
begitu pula dengan penentuan sub topik yang akan mereka bahas juga dilakukan
secara acak melalui pengundian.
Setiap kelompok diberi waktu satu minggu untuk mempersiapkan
pembuatan narasi dan juga membahas bagaimana mereka bermain peran. Peneliti
dalam hal ini, mendampingi siswa untuk tanya jawab tentang pelaksanaan
tindakan.
Untuk lebih menarik para siswa diperbolehkan menggunakan kostum
sesuai dengan peran yang mereka terima. Hal ini ditujukan untuk mendukung
penjiwaan siswa dalam bermain peran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran diawali dengan penataan ruang kelas yang sesuai untuk
kegiatan role play oleh masing-masing kelompok. Tempat duduk disetting dalam
kelompok. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tindakan ini adalah 4 x 45
31
menit atau dua kali pertemuan, setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 x 45
menit. Pertemuan pertama digunakan untuk pembuatan narasi dan pertemuan
kedua untuk pelaksanaan role play. Pembelajaran diawali dengan tanya jawab
guru dan siswa tentang kehidupan di sekolah. Siswa memberi respon dengan
menyampaikan beberapa kalimat. Setelah itu baru pelaksanaan role play dimulai.
Berdasarkan kesepakatan bahwa kelompok tampil sama dengan nomor kelompok,
maka kelompok 1 tampil lebih dulu baru disusul kelompok 2, 3, 4, dan terakhir
kelompok 5. Telah hadir sebagai pengamat Bapak Maliki dan Ibu Ananda,
keduanya adalah guru Bahasa Inggris SMAN 3 Sidoarjo. Bertepatan dengan
pelaksanaan tindakan siklus satu ini ada kunjungan tim dari Lemlit Universitas
Negeri Malang, sehingga banyak memberikan masukan untuk perbaikan tindakan
di siklus satu ini. Sebagai kelengkapan administrasi, maka setiap penampilan
siswa diambil gambarnya. Dan bagi mereka yang sedang tampil dilakukan
perekaman suara, agar mereka dapat mendengarkan hasil penampilannya.
3. Observasi Tindakan
Suasana kelas saat tindakan dimulai, siswa nampak tenang dan sedikit
agak tegang. Hal ini mungkin adanya beberapa guru dan tamu yang ikut hadir
dalam pelaksanaan tindakan. Keseriusan siswa juga nampak pada penampilan
berperan mereka. Rasa percaya diri siswa mulai terbangun, hal ini nampak pada
penampilan mereka. Tak satupun kelompok yang tidak tampil, hanya ada satu
kelompok yang satu angotanya tidak hadir sehingga menyebabkan mereka tampil
kurang optimal. Namun demikian kelompok yang anggotanya tidak lengkap,
dengan diberi motivasi untuk mengimprovisasi, mereka akhirnya memainkan
perannya juga.
32
Hasil dari keseluruhan kategori yang harus dipenuhi, hampir semua
kategori kurang optimal, terutama kategori pelafalan dan struktur yang masih
perlu diperbaiki. Sehubungan kedua pengamat tidak memahami Bahasa Jerman,
maka mereka tidak mengetahui kesalahan dalam pelafalan begitu juga dengan
kalimat-kalimat yang para siswa ucapkan. Pada penampilan kelompok pertama
yang terdiri dari 3 siswa, mereka bermain peran dengan sup topik ’In der Halle’.
Kelompok ini dapat bermain peran dengan bagus, hanya bagaimana pelafalan dan
juga penyusunan kalimat kurang dapat dipahami karena tatabahasa yang tidak
benar, misalnya ’er einladt ich und Erika’. yang seharusnya ’er ladt mich und
Erika ein’. Siswa memang belum saatnya mengetahui perubahan kata ganti orang.
Pada penampilan kelompok kedua yang beranggotakan 3 orang siswa, kesulitan
lebih banyak mereka lakukan dalam penyusunan kalimat, dimana pakem kata
kerja dalam kalimat yang selalu menempati posisi kedua kurang mereka
perhatikan, sehingga hampir semua penempatan kata kerja dalam kalimat tidak
sesuai dengan tatabahasa Jerman. Kendala – kandala ini juga terjadi pada
kelompok 3, 4 maupun 5. Namun demikian pada kelompok lima telah muncul
istilah-istilah atau disebut ausdruck, misalnya Ich habe einen Termin, danke
ebenfals, dan juga konjugasi haben dalam kalimat ’ Hast du dein Buch finden? ’.
Dalam setiap tampilan, setiap kelompok rata-rata-rata membutuhkan waktu
selama kurang lebih 5 menit.
Dari data yang terkumpul diatas, dapat diketahui bahwa untuk kategori
pertama yakni kategori pemahaman yang berupa pengungkapan kalimat yang
saling terkait , siswa hanya mampu mengungkapkan 1 sampai 2 kalimat dan tidak
banyak siswa yang mengungkapkan satu kalimat. Kategori pelafalan merupakan
33
kategori yang paling sulit bagi siswa. Kebanyakan siswa melafalkan seperti
bahasa ibu, dan beberapa orang siswa melafalkan ujaran yang kurang jelas
sehingga mempengaruhi makna. Sedangkan untuk kategori yang meliputi isi
cerita dan bagaimana mengkomunikasikan rata–rata siswa cukup baik. Kategori
penyusunan kalimat dengan tatabahasa yang benar merupakan kategori yang
paling sulit dialami siswa. Peneliti sebelumnya sudah dapat memprediksi akan
kendala ini, oleh karenanya tidak memberikan bobot yang tinggi pada kategori ini.
Jika kategori tatabahasa ini diberi bobot yang tinggi, maka akan banyak siswa
yang tidak tuntas, dan hal ini membuat siswa kurang termotivasi dengan model
pembelajaran ini. Hasil observasi dan perolehan data yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti dan pengamat sebagai berikut:
Tabel 4.1.Perolehan Hasil Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman
Dengan Menggunakan Role Play Pada Siklus I
No KelompokResponden
Nama AnggotaResponden
Perolehan Nilai Setiap Kategori
TotalNilai Tuntas/
Tdk tuntasA B C D E F
1 I Diah Ratnawati 18 10 15 15 10 5 73 Tuntas2 Evi Masnunah 18 10 10 15 8 5 66 Tdk Tuntas3 Nimas Anggun K. 25 15 15 15 10 8 88 Tuntas4 II Argi Yudha Prasetya 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas5 Celsa Dwi Hartono 18 15 15 15 8 5 76 Tuntas6 Meriska Trisnawati 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas7 III Nika Angraini 11 10 10 15 8 5 59 Tdk Tuntas8 Yulia Kartika Nur IS 11 10 10 15 8 5 59 Tdk Tuntas9 Gita Ayu Yuniar 11 10 10 15 8 5 59 Tdk Tuntas10 IV Diyah Anjar S 18 15 15 15 8 5 76 Tuntas11 Madinatul Munawaroh 18 15 15 15 8 5 76 Tuntas12 Satrio Hariadi Pramono 11 15 10 15 8 5 64 Tdk Tuntas13 Dania Ika Hariyanti 0 0 0 0 0 0 0 Tdk hadir14 V Erica Septiasari 18 15 15 15 8 5 76 Tuntas15 Grace Valencia 18 15 15 15 8 5 76 Tuntas16 Ismail Habibi Lubis 11 10 10 15 8 5 59 Tdk Tuntas17 Utami Dewi Kartika 18 15 15 15 8 5 76 Tuntas
Keterangan Kategori:A. Pemahaman C. Komunikasi Interaktif E. Sikap
34
B. Pelafalan D. Isi Cerita F. Struktur
4. Refleksi Tindakan.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak informasi yang perlu
diambil untuk perbaikan penampilan siswa, antara lain: 1) Setiap kelompok diberi
kesempatan untuk merevisi naskah yang mereka berbuat, 2) Guru memberi
kesempatan siswa bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan role play,
terutama penyusunan kalimat sesuai dengan tatabahasa Jerman yang benar, dan
juga pemilihan kosakata, 3) Guru memperbaiki pelafalan siswa yang belum tepat,
4) Penggantian salah satu pengamat yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu
yang sama, yaitu dari Bapak Maliki ke Bapak Handy yakni pengamat yang
mengajar Bahasa Jerman.
Untuk melatih siswa memproduksi kalimat semakin lebih banyak, perlu
menambahkan durasi tampilan menjadi kurang lebih 8 menit pada siklus ke dua.
B. Siklus 2
1. Penyusunan Rencana Tindakan.
Pada tahap ini, peneliti melakukan pergantian pengamat, yakni Bapak Handi
Kembar, seorang guru Bahasa Jerman di kelas X. Pada siklus pertama, dia tidak
bisa hadir karena ada keperluan kedinasan. Pergantian ini diharapkan mampu
memberikan perolehan data dari siswa agar lebih optimal.
Lamanya penampilan ditingkatkan dari 5 menit menjadi 8 menit. dengan
bertambahnya waktu tampilan, maka siswa perlu menambah ujaran-ujarannya.
Pendampingan guru sangat sering pada saat ini, mengingat pengetahuan mereka
tentang Bahasa Jerman masih terbatas.
35
Sehubungan ada penambahan waktu tampilan, siswa berupaya untuk
menambah dialognya. Peran guru saat ini, 1) memberi motivasi, agar siswa dapat
mencurahkan ide-idenya untuk dituangkan ke dalam dialog, 2) memfasilitasi
setiap kelompok untuk mengoreksi kesalahan dalam penyusunan kalimat, 3)
mengoreksi pelafalan dari kalimat yang baru mereka susun, 4) sebagai model
dengan menunjukkan pada siswa bagaimana memerankan seorang tokoh, serta 5)
menunjukkan strategi bagaimana tampil percaya diri, tidak malu-malu.
2. Pelaksanaan Tindakan
Seperti halnya pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, setting tempat
duduk diatur sesuai dengan ruang gerak role play. Waktu yang diperlukan untuk
pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini 2 kali pertemuan, pertemuan pertama
untuk memperbaiki narasi, dan semua kategori yang belum terpenuhi, sedangkan
pertemuan kedua untuk pelaksanaan role play. Setelah selesai perbaikan narasi,
siswa menampilkan masing-masing perannya. Pada saat penampilan berlangsung,
telah hadir dua orang pengamat, yakni Ibu Ananda Ekawati dan Bapak Handy,
seorang guru Bahasa Jerman. Kehadiran Pak Handy ini untuk yang pertama
kalinya. Seperti pada siklus pertama, perekaman suara dan pengambilan gambar
tetap berlangsung pada siklus kedua ini.
3. Observasi Tindakan.
Hasil pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung pada
siklus kedua ini, memang ada peningkatan walaupun belum semua siswa tampil
sesuai dengan kriteria, terutama kategori isi cerita. Pada umumnya masing-masing
kelompok sudah dapat menceritakan apa yang terjadi pada kehidupan di sekolah,
36
isi cerita sudah baik. Yang masih perlu diperbaiki adalah bagaimana mereka
mengekspresikan dialognya dengan suara yang keras, gaya yang penuh penjiwaan
serta tampil percaya diri. Kemampuan menarik perhatian masih perlu diperbaiki.
Disamping itu masalah utama siswa pada pertemuan siklus kedua ini, yakni pada
pelafalan dan tatabahasa. Kedua kategori ini memang perlu mendapat perhatian
lebih.
Ada kedekatan yang terjalin antara guru dan siswa, yakni pada saat siswa
sedang berkoordinasi mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki saat mereka bermain
peran ataupun sebelumnya, saat penyempurnaan narasi. Siswa dengan perasaan
tanpa takut, terkesan santai tapi serius menyampaikan pertanyaan–pertanyaan
mengenai penampilan mereka. Suasanapun nampak terkesan akrab. Data yang
peneliti telah peroleh pada siklus kedua, terangkum pada tabel 4.2. sebagai
berikut:
Tabel 4.2Perolehan Hasil Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman
Dengan Menggunakan Role Play Pada Siklus II
37
No KelompokResponden
Nama AnggotaResponden
Perolehan Nilai Setiap Kategori Total
NIlaiTuntas/
Tdk tuntasA B C D E F
1 I Diah Ratnawati 18 15 20 15 10 8 86 Tuntas2 Evi Masnunah 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas3 Nimas Anggun K 25 15 15 15 10 10 90 Tuntas4 II Argi Yudha P. 18 15 20 15 10 10 88 Tuntas5 Celsa Dwi Hartono 18 15 15 15 8 10 81 Tuntas6 Meriska Trisnawati 25 15 20 15 10 8 93 Tuntas7 III Nika Angraini 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas8 Yulia Kartika Nur IS 18 15 20 15 8 8 84 Tuntas9 Gita Ayu Yuniar 18 10 15 15 8 8 74 Tuntas10 IV Diyah Anjar S 18 15 20 15 8 8 84 Tuntas11 Madinatul M. 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas12 Satrio Hariadi P 18 15 10 15 8 8 74 Tdk Tuntas13 Dania Ika Hariyanti 18 15 10 15 8 8 74 Tdk Tuntas14 V Erica Septiasari 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas15 Grace Valencia 18 15 20 15 10 8 86 Tuntas16 Ismail Habibi Lubis 11 10 10 15 8 8 62 Tdk Tuntas17 Utami Dewi Kartika 18 15 15 15 10 8 81 Tuntas
Keterangan Kategori:C. Pemahaman C. Komunikasi Interaktif E. SikapD. Pelafalan D. Isi Cerita F. Struktur
Dari enam kategori yang dinilai pada penampilan role play siklus kedua
ini, baik melalui pengamatan secara langsung saat tampil maupun dari hasil
perekaman suara telah peneliti temukan data, antara lain: 1) Kategori Pemahaman,
ada dua orang siswa yang berhasil mengungkapkan lebih dari tiga kalimat setiap
kali berbicara, nampak dalam tabel hanya ada dua siswa yang memperoleh skor
maksimal, yakni 25. Sedangkan yang lain, masih memperoleh skor 18 yang
artinya siswa baru mampu mengungkapkan 2 sampai 3 kalimat setiap kali
mendapat giliran berbicara, 2) Kategori Pelafalan, hampir semua siswa masih
terpangaruh dengan bahasa ibu, 3) Kategori Komunikasi Interaktif , hampir semua
siswa sudah memiliki kepercayaan diri tetapi kadang masih mengulang-ulang
ujaran, 4) Kategori Isi Cerita, sudah sesuai dengan tema walaupun masih ada
38
unsur – unsur yang tidak perlu disampaikan dalam dialognya. 5) Kategori Sikap,
pada umumnya cukup baik, hanya kadang mereka masih tampil dengan gaya dan
suara yang kurang penjiwaan. Untuk tampil seperti layaknya pemain sinetron
memang perlu banyak pembinaan, tetapi karena terbatasnya kemampuan guru
juga menjadi kendala, maka dari itu peneliti tidak menuntut bermain seperti
seorang artis melainkan cukup menjiwai sudah dikategorikan tuntas, 6) Kategori
Tatabahasa, ada pengembangan dalam pemilihan kosakata, begitu pula dengan
tatabahasa yang digunakan dalam kalimat. Mereka sudah banyak yang memahami
pembentukan kalimat Präsens, bagaimana memposisikan kata kerja dalam kalimat
juga sudah benar.
4. Refleksi Tindakan.
Setelah seluruh siswa menampilkan role play, guru dan siswa
mendengarkan hasil rekaman, masing-masing siswa mencari kekurangannya.
Posisi siswa saat refleksi duduk bersama anggota kelompoknya, tujuannya agar
perbaikan lebih terfokus. Pengamat dalam hal ini, juga memberi masukan untuk
perbaikan di siklus berikutnya.
Dari kendala–kendala yang terjadi pada siklus kedua, masing-masing
kelompok diberi kesempatan untuk tanya jawab mengenai hasil penampilannya.
Perbaikan dilakukan pada saat berlangsung tanya jawab. Mengenai bagaimana
komunikasi mereka nampak interaktif, peneliti menjadikan dirinya sebagai model
untuk ditiru, misalnya dengan cara menirukan gaya dan suara seorang dokter yang
sedang berkomunikasi dengan pasiennya. Sedangkan untuk mengatasi siswa yang
tampil belum percaya diri, peneliti mengatasinya dengan banyak cara, misalnya 1)
menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan-lahan
39
sebanyak tiga kali, 2) Sebelum memulai berbicara, hendaknya memandangi apa
saja yang ada disekitarnya, 3) Berusaha menyapa orang-orang dihadapannya
dengan memberi senyuman.
Bagi siswa yang tidak bertanya sama sekali, guru memancing pertanyaan
agar siswa tersebut berani mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.
Pemberian motivasi untuk tampil lebih baik, juga peneliti lakukan pada saat tanya
jawab dalam kelompok.
Sehubungan masih ada kendala pada siklus kedua ini, peneliti menindak
lanjuti pada siklus ketiga.
C. Siklus 3
1. Rencana Pelaksanaan Tindakan.
Berdasarkan hasil analisa perekaman suara, pada siklus ketiga ini peneliti
menambahkan beberapa unsur yang sebelumnya hanya sebagian ditemukan pada
percakapan di siklus kedua. Penambahan unsur-unsur ini barlaku untuk semua
kelompok Untuk kelompok pertama dengan sub topik ’In der Kantine’, unsur –
unsur yang harus masuk dalam percakapan mereka antara lain; 1) Die Speisekarte
zeigen, 2) das Esssen bestellen, 3) die Getranke bestellen, 4) wie man serviert, 5)
die Presise fragen, 6) wie man bezahlt, untuk kelompok dua dengan sub topik ’In
der Klasse’, unsur – unsurnya meliputi; 1) uber den Unterricht besprechen, 2)
Meinung uber der Unterricht, 3) uber die Kollege besprechen, 4) neu Schuler
kennenlernen, 5) Meinung nach dem Lehrer geben, 6) Extrakurrikular nehmen.
Sedangkan pada kelompok tiga yang mendapatkan tema ’ In UKS Raum’
meliputi; 1) der Grund in UKS gehen, 2) die Krankheit zeigen, 3) wielange sie
40
krank ist, 4) die Krankheit untersuchen, 5) Medikamente geben, 6) Rat geben.
Untuk kelompok keempat yang memilih tema ’In der Bibliothek’,unsur yang
harus mereka masukkan yaitu; 1) ein Buch lesen, 2) ein Buch leihen, 3) wie der
Biblothekar serviert, 4) das Buch zuruckgeben, 5) die Scwierigkeiten, um das
Buch zu finden, 6) Rat geben, sedang untuk kelompok terakhir yakni kelompok
lima dengan tema ’In der Halle’, unsur-unsurnya; 1) Den Lehrer treffen, 2)
Kennenlernen, 3) zu Geburtstag einladen, 4) sich verabreden, 5) wie Sie das
Geschenk kaufen, 6) womit Sie fahren. Penambahan unsur-unsur ini bertujuan
agar siswa mampu meningkatkan kualitas berbicaranya. Dengan penambahan
unsur-unsur tersebut, siswa akan meningkatkan kemampuan mereka dalam
menyusun kalimat, yang secara tidak langsung jumlah kosakata mereka akan
bertambah.
Peneliti juga mempersiapkan perekaman suara pada siklus ketiga ini. Tujuan
dari perekaman ini, nantinya siswa dapat mendengarkan sendiri bagaimana
penampilannya. Mereka diharapkan dapat mengevaluasi sendiri apakah semua
kategori yang harus dipenuhi, sudah mereka lakukan. Selain itu, peneliti
mengingatkan kembali pada siswa untuk membawa kamus, agar pencarian
kosakata baru bisa dengan cepat diatasi dan tidak mengganggu kelompok lain.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terbagi dalam dua tahap, yakni tahap persiapan dan
tahap penampilan. Pada tahap persiapan, siswa terlebih dulu menyusun narasi
dengan menambahkan unsur-unsur yang telah diberikan oleh guru. Semua unsur
tersebut harus masuk kedalam dialog, jika mereka ingin memperoleh hasil yang
41
optimal. Suasana nampak sibuk dengan pencarian kata-kata baru dengan bantuan
kamus. Guru masih terus mendampingi mereka pada saat ini.
Pada pelaksanaan tindakan saat ini, pengambilan data dan pencatatan
kejadian tetap berlangsung. Kedua pengamat juga hadir pada siklus ketiga ini.
Setiap tampilan direkam suaranya dan juga diambil gambarnya, dan siswa juga
diperbolehkan menggunakan kostum yang sesuai dengan perannya.
Durasi tampilan pada siklus terakhir ini adalah paling lama, waktu yang
diperlukan untuk setiap tampilan kurang lebih 10 menit. Keseluruhan waktu
dibutuhkan kurang lebih 60 menit.
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini berjalan lancar dan tak satupun siswa
yang tidak hadir.
3. Observasi Tindakan
Pada tahap persiapan siswa, semua siswa nampak antusias untuk menyusun
narasi, kecuali Ismail. Setelah peneliti mengadakan pendekatan, ternyata dia
kurang sehat. Sekalipun kurang sehat, peneliti melihat adanya komitmen untuk
bekerja sama meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman. Kesulitan
siswa dalam menyusun kalimat juga masih nampak, namun bisa diatasi dengan
memberikan bimbingan. Guru merasa senang karena seringnya koordinasi
membuat jarak antara guru dan siswa menjadi semakin dekat.
Dari hasil observasi yang diperoleh peneliti dari lembar penilaian dan
pengamatan selama pelaksanaan tindakan berlangsung telah diperoleh data pada
tabel 4.3. berikut ini:
Tabel 4.3Perolehan Hasil Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman
Dengan Menggunakan Role Play Pada Siklus III
42
No KelompokResponden
Nama AnggotaResponden
Perolehan Nilai Setiap KategoriTotalNIlai
Tuntas/Tdk tuntas
A B C D E F
1 I Diah Ratnawati 18 15 20 15 10 10 88 Tuntas2 Evi Masnunah 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas3 Nimas Anggun K. 25 15 20 15 10 10 95 Tuntas4 II Argi Yudha P. 25 15 20 15 10 10 95 Tuntas5 Celsa Dwi Hartono 18 15 15 15 8 10 81 Tuntas6 Meriska Trisnawati 25 15 20 15 10 10 95 Tuntas7 III Nika Angraini 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas8 Yulia Kartika Nur IS 18 15 20 15 8 8 84 Tuntas9 Gita Ayu Yuniar 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas10 IV Diyah Anjar S. 18 15 20 15 10 8 86 Tuntas11 Madinatul M. 18 15 15 15 8 8 79 Tuntas12 Satrio Hariadi P. 18 15 10 15 10 8 76 Tuntas13 Dania Ika Hariyanti 18 15 10 15 10 8 76 Tuntas14 V Erica Septiasari 25 15 15 15 8 10 88 Tuntas15 Grace Valencia 18 15 20 15 10 10 88 Tuntas16 Ismail Habibi Lubis 18 15 10 15 10 8 76 Tuntas17 Utami Dewi Kartika 25 15 15 15 10 10 90 Tuntas
Keterangan Kategori:A. Pemahaman D. Isi CeritaB. Pelafalan E. SikapC. Komunikasi Interaktif F. Struktur
Dari enam kategori yang harus dipenuhi oleh siswa, ada peningkatan untuk
masing – masing kategori pada siklus ketiga ini. Pada kategori A, yakni kategori
pemahaman sudah ada beberapa siswa memperoleh skor maksimum yakni 25,
yang berarti siswa dapat mengungkapkan lebih dari tiga kalimat untuk setiap kali
mendapat giliran berbicara, sedangkan yang lainnya mendapat skor 18, yang
artinya siswa dapat mengungkapkan lebih dari satu kalimat, dan tak satupun siswa
tidak menjawab. Ada peningkatan ujaran pada setiap tampilan mereka. Untuk
kategori pemahaman siswa mampu mengungkapkan ujaran – ujarannya dengan
tiga sampai 5 kalimat bahkan ada yang lebih, yakni pada kelompok lima.
Pada kategori B (Pelafalan), semua siswa belum bisa melafalkan kata atau
frase seperti penutur asli, pengaruh bahasa ibu memang begitu besar terhadap
43
pemerolehan bahasa asing, terlebih pada Bahasa Jerman yang baru mereka
pelajari. Namun peneliti masih tetap memperhatikan masalah ini. Waktu dua atau
tiga bulan memang belum cukup bagi siswa untuk melafalkan ujaran seperti
penutur asli. Siswa masih perlu banyak belajar untuk kategori ini. Untuk kategori
C (Komunikasi Interaktif), rasa percaya diri siswa saat penampilan di siklus ke
tiga ini jauh lebih baik. Mereka nampak sungguh-sungguh bermain peran seperti
tontonan di televisi. Mereka sudah tidak malu-malu, hal ini nampak tanpa
dipanggil gilirannya, siswa berinisiatif sendiri untuk segera tampil. Namun
demikian, masih ada yang belum mampu mengoreksi kesalahan yang mereka
perbuat, sehingga skor maksimum yang mereka peroleh hanya 15, sedang skor
maksimum untuk kategori ini adalah 20, dimana siswa mampu mengoreksi diri
jika melakukan kesalahan, dan percaya diri serta lancar.
Pada kategori D (isi cerita), semua siswa telah mendapatkan skor
maksimum yakni 15, yang artinya semua unsur yang diberikan telah didapatkan
dalam dialog. Sedangkan pada kategori E (Sikap), semua siswa telah memperoleh
skor maksimum, 10, artinya semua siswa telah tampil baik, menarik perhatian,
penuh penjiwaan dan suara cukup keras. Pada kategori F (Tatabahasa), masalah
tatabahasa masih merupakan problem bagi siswa, terutama pada kelompok tiga
dan empat. Hal ini wajar karena waktu yang relatif pendek belum cukup untuk
menguasai seluruh perubahan bentuk kalimat Präsens, sehingga skor maksimum
belum dapat diraih.
4 . Refleksi
44
Setelah berakhirnya pelaksanaan role play, siswa mendengarkan hasil
rekaman suara dan bersama peneliti saling mengoreksi kesalahan yang telah
mereka perbuat.
Model pembelajaran dengan menggunakan role play ini telah
membangkitkan motivasi belajar siswa khususnya dalam Bahasa Jerman. Sebagai
ungkapan kebanggaan atas tindakan yang telah siswa lakukan, guru telah
memberikan reward berupa kata-kata pujian. Hal ini ditujukan agar siswa lebih
mantap dengan kemampuannnya yang telah mulai meningkat.
Pada akhir siklus peneliti telah mengadakan wawancara mengenai model
pembelajaran dengan menggunakan role play, kebanyakan siswa merasa senang
mengikuti kegiatan ini.
D. Pembahasan
Penelitian tentang penggunaan role play sebagai model pembelajaran, dalam
upaya meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jerman telah selesai
dilaksanakan. Banyak hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Pada awal penelitian di siklus pertama, siswa nampak kurang termotivasi untuk
melakukan penelitian tindakan ini. Ada kesan bahwa siswa kurang berminat
dengan kegiatan ini. Hal ini terlihat pada penampilan mereka yang terkesan
asal – asalan, walaupun tidak semuanya. Dari data yang diperoleh, 7 dari 16
siswa tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75, siswa
yang telah tuntas sebanyak 9 siswa atau 53 %. Batas minimal ketuntasan
sebesar 75 sesuai dengan standar Kriteria Ideal Ketuntasan Minimal dari Badan
Standar Nasional Pendidikan tahun 2006.
45
b. Kendala pada siklus pertama yang ditindaklanjuti di siklus kedua telah
menunjukkan peningkatan yang berarti dalam perolehan skor. Hal ini nampak
pada perolehan data pada tabel 4.2, dimana siswa yang tuntas mengalami
kenaikan, dari 9 siswa di siklus I menjadi 14 siswa yang tuntas di siklus II, jadi
sekitar 83 % telah tuntas. Kendala yang dialami siswa masih terkait pada
masalah pemahaman, pelafalan, komunikasi interaktif, sikap dan penyusunan
kalimat sesuai dengan tatabahasa Jerman yang benar. Perbaikan kesalahan yang
dilakukan dalam kelompok kecil ternyata lebih efektif dibandingkan penjelasan
secara klasikal. Hal ini disebabkan, siswa lebih berani menyampaikan
pendapatnya. Dengan adanya koordinasi yang intens ternyata juga memberi
manfaat baik bagi guru dan siswa untuk menjalin hubungan yang harmonis.
c. Pada umumnya siswa kurang variatif dalam mengembangkan isi cerita yang
sesuai dengan tema yang diberikan. Pendampingan guru pada saat ini sangat
diharapkan, agar ide–ide, pendapat ataupun daya kreatifitas siswa terbangun.
Pada siklus ketiga, siswa diberi beberapa unsur yang harus masuk dalam
percakapan mereka, ternyata mereka mampu mengembangkan ide-idenya yang
telah dituangkan dalam naskah ceritanya.
d. Menurut hasil perolehan data terakhir pada siklus ketiga ini, dari semua
kategori yang harus dipenuhi dalam bermain peran, siswa telah berhasil
melampaui batas minimal nilai ketuntasan, yakni 75. Namun demikian dalam
hal pelafalan masih perlu ditingkatkan dalam bentuk latihan–latihan.
e. Penggunaan model pembelajaran ini telah meningkatkan rasa percaya diri
siswa, hal ini nampak pada saat mereka memerankan beberapa peran yang
harus mereka mainkan. Memang belum semua siswa tampil percaya diri, tetapi
46
sudah ada perkembangan dengan suara dan sikap yang cukup menjiwai, bahkan
ada yang mirip dengan karakter tokoh yang diperankan.
f. Pembelajaran dengan menggunakan model role play ini akan bermanfaat bagi
peningkatan kemampuan siswa dalam pemerolehan bahasa asing, karena
pemahaman melalui pengalaman visual dapat tersimpan lama dalam benak
siswa. Disamping itu ada kerja sama ataupun koordinasi yang terjalin baik
antara guru dan siswa, tentunya hal ini dimaksudkan agar tujuan akhir
pembelajaran Bahasa Jerman tercapai.
g. Koreksi bersama dari hasil perekaman maupun pengamatan memang baik, jika
dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan selesai. Siswa masih segar dalam
ingatannya dengan segala sesuatu yang baru saja mereka lakukan. Koreksi
bersama kadang juga membawa dampak yang tidak diinginkan, misalnya
kesalahan yang dibuat diketahui semua siswa. Untuk mengatasi masalah
tersebut memang perlu koordinasi lebih dulu antara guru dengan siswa, agar
hubungan keduanya berlansung harmonis.
47
BAB V
PENUTUP
A Simpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas tentang penggunaan role play, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Role play merupakan model pembelajaran yang tepat, karena siswa termotivasi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Jerman. Hal ini dapat kita
lihat pada saat siswa menyusun kalimat, banyak materi tatabahasa yang
seharusnya mereka peroleh pada semester berikutnya, oleh karena diperlukan
maka mereka harus mempelajarinya, sehingga guru hendaknya membantu
memfasilitasi.
b. Dengan terampilnya siswa menyusun kalimat, maka perbendaharaan kosakata
siswa bertambah, serta pemahaman akan tatabahasa akan lebih baik Selain
pemahaman tatabahasa yang semakin meningkat, khususnya pola kalimat
Präsens. Semakin terampil siswa menyusun kalimat dengan kosakata yang
tepat, maka mereka akan semakin terampil berbicara.
48
c. Ada peningkatan dalam hal keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil
didepan kelas atau forum karena role play mengkondisikan siswa untuk
bermain peran dihadapan umum sehingga secara tidak langsung rasa percaya
diri dapat ditumbuhkan dan perasaan takut cenderung berkurang.
d. Dengan adanya koordinasi yang intens ternyata juga memberi manfaat baik
bagi guru dan siswa untuk menjalin hubungan yang harmonis. Hal ini terjadi
pada saat proses pelaksanaan tindakan berlangsung, khususnya dalam persiapan
pembuatan narasi maupun persiapan tampilan. Hubungan yang harmonis antara
guru dan siswa, dapat mengurangi rasa takut siswa pada guru.
e. Suasana kelas nampak lebih hidup dan siswa sentris, sehingga pembelajaran
lebih bermakna dan menyenangkan.
f. Pada pelaksanaan tindakan, ada dua kategori dari enam kategori yang masih
perlu ditindak lanjuti, yakni masalah pelafalan, sikap dan ketatabahasaan.
Pengaruh bahasa ibu begitu besarnya sehingga siswa sulit melafalkan ujaran–
ujaran seperti penutur aslinya. Walau demikian, dengan adanya role play
setidaknya siswa lebih terlatih mengungkapkan dan melafalkan kalimat dengan
intonasi yang benar.
B. Saran
1. Role play diharapkan sering dilaksanakan pada model pembelajaran bahasa,
khususnya Bahasa Asing, mengingat manfaat role play dapat membantu siswa
menguasai penggunaan bahasa.
2. Role play merupakan model pembelajaran yang menarik. Sejalan dengan itu
diharapkan mata pelajaran selain bahasa, bisa menerapkannya dalam proses
pembelajaran.
49
3. Guru Bahasa diharapkan memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa siswanya dengan menggunakan banyak model
pembelajaran, yang membuat proses pembelajaran lebih menarik dan siswa
merasa senang sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta:BSNP
G.Arsjad, Maidar, Dra. dan U.S, Mukti, Drs.1988. Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga
Joanna Budden, British Council. Spain, http://www.teachingenglish.org.uk/think/
speak/role_play.shtml (10 Oktober 2006)
Ladousse, Gillian Porter. 1987. Role Play. Oxford: Oxford University Press
Nur, Mohamad, Prof.Dr. 1999. Teori Belajar. Surabaya : University Press
UNESA
Paulston, Christina Bratt, dkk. 1975. Developing Communicative Competence.
Pittsburg: Universiy of Pittsburg Press.
Poole, Deborah and Thrush, Emily Austin.l991. Interactions II: A Speaking
Activities Book . Singapore: McGraw-hill, Inc.
50
Tarigan, Henry Guntur, Prof. Dr. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta :
Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah
Menengah
RENCANA PEMBELAJARAN
Nama : Ernesta Dwi Winasis PSekolah : SMAN 3 SidoarjoMata pelajaran : Bahasa JermanKelas / Semester : X I BAHASA / 1 (satu)Waktu : 2 x 45 Menit
STANDAR KOMPETENSI
BERBICARA
Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Identitas Diri dan Kehidupan Sekolah
KOMPETENSI DASAR
1. Menyampaikan informasi secara lisan dengan lafal yang tepat dan nyaring dalam kalimat sederhana sesuai konteks yang mencerminkan kecakapan berbahasa yang santun dan tepat.
2. Melakukan dialog sederhana dengan lancar dan nyaring yang mencerminkan kecakapan berkomunikasi dengan santun dan tepat.
INDIKATOR1. Melakukan dialog sederhana berbentuk role play dengan lafal dan intonasi
yang benar .
TUJUAN PEMBELAJARAN :1. Siswa dapat melakukan dialog sederhana berbentuk bermain peran (role play)
tentang kehidupan di sekolah.
MATERI POKOK
51
1. Sub Tema : Percakapan singkat sederhana tentang Schulaktivität Contoh : In der Kantine, Im UKS Raum, In der Bibliothek, In der Halle, In der Klasse.
2. Struktur : Präsens, Konjugation haben, Artikelwörter (bestimmt und unbestimmt)
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARANA. Pembuka Pembelajaran
1. Memberi salam2. Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
B. Proses Pembelajaran1. Tanya Jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di sekolah.2. Pembagian kelompok dan sub tema .3. Penyusunan narasi dari tema yang diberikan dalam kelompok4. Guru membantu siswa menyusun kalimat.5. Guru membantu siswa pelafalan.6. Guru membantu siswa tentang bagaimana bermain peran yang sesuai dengan
tokoh yang diperankan.7. Siswa bermain peran.
C. Penutup Pembelajaran1. Diskusi bersama dari hasil penampilan seluruh siswa2. Guru memperbaiki ujaran-ujaran yang belum benar baik lafal maupun
tatabahasanya.3. Siswa memperbaiki penampilanya yang kurang baik.
PENILAIAN :Penilaian dilakukan dengan cara penilaian proses. Dilakukan ketika siswa bermain peran dan pada saat penyusunan narasi.
BAHAN DAN SUMBER BELAJAR1. Bahan ajar : Kontakte Deutsch I2. Kamus3. Alat penilaian proses pembelajaran
Sidoarjo, 22 Oktober 2006 Guru Bahasa Jerman
52
Ernesta Dwi Winasis NIP. 131 901 072
Rubrik Role Play Siklus 1
Nama Yang Dinilai : Kelas/No :Hari/Tanggal Pelaksanaan :
Kategori Kriteria Skor Bobot Nilai1. Pemahaman Dalam setiap kali pembicaraan, siswa dapat
4. dapat mengungkapkan 4 - 5 kalimat dan saling terkait5. dapat mengungkapkan 2- 3 kalimat dan saling terkait6. dapat mengungkapkan 1 kalimat dan terkait4. tidak dapat mengungkapkan kalimat
4321
25 2518114
2. Pelafalan 5. Sangat jelas dan mendekati penutur asli 6. Sangat jelas walaupun dengan aksen bahasa ibu7. Kurang jelas dan mempengaruhi makna8. Tidak jelas dan tidak bermakna
4321
20 2015105
3.Komunikasi Interaktif
5. Percaya diri dan lancar dalam mengambil giliran bicara serta mampu mengoreksi diri jika melakukan kesalahan
6. Percaya diri meskipun ada pengulangan dan keraguan7. Lebih banyak merespon dan berinisiatif8. Tidak mampu merespon dan berinisiatif
4
321
20 20
15105
4. Isi cerita 5. Sesuai tema 6. Sesuai tema tetapi sedikit ada penyimpangan7. Kurang sesuai dengan tema8. Tidak sesuai dengan tema
4321
15 151173
5. Sikap 5. Ekspresi dan suara penuh penjiwaan dan menarik perhatian
6. Gaya dan suara kadang kadang kurang penjiwaan7. Gaya dan suara kurang menarik serta terkesan
menghafal8. Tidak ada ekspresi serta suara tidak jelas
4
321
10 10
853
6. Struktur 5. Tatabahasa dan kosakata tepat 6. Tatabahasa dan kosakata kadang kadang kurang tepat 7. Tatabahasa dan kosakata kurang tepat dan mempengaruhi makna 8. Tatabahasa dan kosakata sulit dipahami.
432
1
10 1085
3
Jumlah Nilai Keseluruhan
Penilai II Penilai I
53
Rubrik Role Play Siklus 2
Nama Yang Dinilai : Kelas/No :Hari/Tanggal Pelaksanaan :
Kategori Kriteria Skor Bobot Nilai1. Pemahaman Dalam setiap kali pembicaraan, siswa dapat
1. dapat mengungkapkan 4 - 5 kalimat dan saling terkait2. dapat mengungkapkan 2- 3 kalimat dan saling terkait3. dapat mengungkapkan 1 kalimat dan terkait4. 4. tidak dapat mengungkapkan kalimat
4321
25 2518114
2. Pelafalan 1. Sangat jelas dan mendekati penutur asli 2. Sangat jelas walaupun dengan aksen bahasa ibu3. Kurang jelas dan mempengaruhi makna4. Tidak jelas dan tidak bermakna
4321
20 2015105
3.Komunikasi Interaktif
1. Percaya diri dan lancar dalam mengambil giliran bicara serta mampu mengoreksi diri jika melakukan kesalahan
2. Percaya diri meskipun ada pengulangan dan keraguan3. Lebih banyak merespon dan berinisiatif4. Tidak mampu merespon dan berinisiatif
4
321
20 20
15105
4. Isi cerita 1. Sesuai tema 2. Sesuai tema tetapi sedikit ada penyimpangan3. Kurang sesuai dengan tema4. Tidak sesuai dengan tema
4321
15 151173
5. Sikap 1. Ekspresi dan suara penuh penjiwaan dan menarik perhatian
2. Gaya dan suara kadang kadang kurang penjiwaan3. Gaya dan suara kurang menarik serta terkesan
menghafal4. Tidak ada ekspresi serta suara tidak jelas
4
321
10 10
853
6. Struktur 1. Tatabahasa dan kosakata tepat 2. Tatabahasa dan kosakata kadang kadang kurang tepat 3. Tatabahasa dan kosakata kurang tepat dan 4. mempengaruhi makna 5. Tatabahasa dan kosakata sulit dipahami.
432
1
10 1085
3
Jumlah Nilai Keseluruhan
Penilai II Penilai I
54
Rubrik Role Play Siklus 3
Nama Yang Dinilai : Kelas/No :Hari/Tanggal Pelaksanaan :
Kategori Kriteria Skor Bobot Nilai1. Pemahaman Dalam setiap kali pembicaraan, siswa dapat
1. dapat mengungkapkan 4 - 5 kalimat dan saling terkait2. dapat mengungkapkan 2- 3 kalimat dan saling terkait3. dapat mengungkapkan 1 kalimat dan terkait4. tidak dapat mengungkapkan kalimat
4321
25 2518114
2. Pelafalan 1. Sangat jelas dan mendekati penutur asli 2. Sangat jelas walaupun dengan aksen bahasa ibu3. Kurang jelas dan mempengaruhi makna4. Tidak jelas dan tidak bermakna
4321
20 2015105
3.Komunikasi Interaktif
1. Percaya diri dan lancar dalam mengambil giliran bicara serta mampu mengoreksi diri jika melakukan kesalahan
2. Percaya diri meskipun ada pengulangan dan keraguan3. Lebih banyak merespon dan berinisiatif4. Tidak mampu merespon dan berinisiatif
4
321
20 20
15105
4. Isi cerita 1. Sesuai tema dan berisi semua unsur yang ditentukan2. Sesuai tema tetapi tidak semua unsur dicantumkan3. Kurang sesuai dengan tema4. Tidak sesuai dengan tema
4321
15 151173
5. Sikap 1. Ekspresi dan suara penuh penjiwaan dan menarik perhatian
2. Gaya dan suara kadang kadang kurang penjiwaan3. Gaya dan suara kurang menarik serta terkesan
menghafal4. Tidak ada ekspresi serta suara tidak jelas
4
321
10 10
853
6. Struktur 1. Tatabahasa dan kosakata tepat 2. Tatabahasa dan kosakata kadang kadang kurang tepat 3. Tatabahasa dan kosakata kurang tepat dan 4. mempengaruhi makna 5. Tatabahasa dan kosakata sulit dipahami.
432
1
10 1085
3
Jumlah Nilai Keseluruhan
Penilai II Penilai I
55
LEMBAR PENGAMATAN
Nama Sekolah : SMAN 3 SidoarjoKelas /Program : XI BAHASANama Guru : Ernesta Dwi WinasisSiklus : . . . .Pertemuan : . . . .Tanggal : . . . .
No Aspek yang diamati Nilai KetYa TidakI
II
III
IV
PERSIAPAN1. Memberi salam2. Menjelaskan rencana pembelajaran3. Menjelaskan bagaimana bermain peran 4. Bersama siswa membentuk kelompok 5. Menugasi siswa membuat narasi role play
PELAKSANAANA. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2. Menunjukkan kriteria penilaian role play baik
dari guru maupun teman sebaya.3. Menjelaskan bahwa kegiatan role play diamati
B. Kegiatan Inti1. Mempresentasikan Role Play2. Mengawasi jalannya Role Play
C. Penutup1. Mengevaluasi kegiatan.2. Merespon siswa yang bertanya.3. Mengkoreksi kesalahan yang dibuat siswa
PENGELOLAAN WAKTU1. Mengatur waktu dengan efektif
SUASANA KELAS1 Berpusat pada siswa2 Berpusat pada guru
56
Pengamat II Pengamat I
Handy Kembar Dra Ananda EkawatiNIP. NIP. 130 816 492
Refleksi pada siklus 3
1. Durasi waktu penampilan setiap kelompok 10 menit.
2. Pada percakapan poin – poin dibawah ini harus terpenuhi
In der Kantine
1. Die Speisekarte zeigen
2. das Esssen bestellen
3. die Getranke bestellen
4. wie man serviert
5. die Presise fragen
6. wie man bezahlt
In der Klasse
1. uber den Unterricht besprechen
2. Meinung uber der Unterricht
3. uber die Kollege besprechen
4. neu Schuler kennenlernen
5. Meinung nach dem Lehrer
geben
6. Extrakurrikular nehmen
In UKS Raum
1. der Grund in UKS gehen
2. die Krankheit zeigen
3. wielange sie krank ist.
4. die Krankheit
untersuchen
5. Medikamente geben
6. Rat geben
In der Bibliothek
1. ein Buch lesen
2. ein Buch leihen
3. wie der Biblothekar
serviert
4. das Buch zuruckgeben
5. die Scwierigkeiten,um das
Buch zu finden
6. Rat geben
In der Halle
1. Den Lehrer treffen
2. Kennenlernen
3. zu Geburtstag einladen
4. sich verabreden
5. wie Sie das Geschenk kaufen
6. womit Sie fahren
3. Unsur-unsur diatas bisa anda kembangkan.
4. Perhatikan kriteria penilaian
57
top related