upaya pembinaan kepribadian dan...
Post on 05-Feb-2018
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA PEMBINAAN KEPRIBADIAN DAN KEMANDIRIAN ANAK
ASUH DALAM PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PADA PSAA
AL-KHAIRIYAH CILANDAK BARAT
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SYAMSUL BAHRI
NIM: 1110054100053
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syamsul Bahri
i
ABSTRAK
Syamsul Bahri
Upaya Pembinaan Kepribadian dan Kemandirian Anak Asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Al-Khairiyah Cilandak Barat
Melihat fenomena yang ada sekarang, banyak kita dapati tingkah laku remaja
yang bertentangan dengan norma-norma ajaran agama, seperti mabuk-mabukan,
perkelahian, perkosaan, bahkan sudah ada yang menjurus kearah pembunuhan.Untuk
mewujudkan remaja berkepribadian tinggi dan berbudi pekerti yang luhur, diperlukan
adanya pembinaan khusus yang dapat memberikan sentuhan yang membangkitkan
semangat remaja dalam segala bidang.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apa saja upaya yang
dilakukan oleh PSAA Al Khairiyah dalam memberikan pembinaan kepribadian dan
kemandirian bagi anak asuh, metode apa yang digunakan dalam melakukan
pembinaan kepribadian dan kemandirian bagi anak asuh, serta apa saja faktor
pendukung dan penghambat PSAA Al Khairiyah dalam melakukan pembinaan bagi
anak asuh.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
metode deskriptif analisis. Dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan
Ketua PSAA Al Khairiyah dan beberapa pengurus serta tiga anak asuh, dimana anak
asuh tersebut memiliki kriteria yaitu sudah memasuki usia remaja. Observasi
dilakukan untuk menggambarkan sarana dan prasarana yang ada di PSAA Al
Khairiyah dan dokumentasi digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan
kegiatan pembinaan yang ada di PSAA Al Khairiyah.
Adapun hasil penelitian ini adalah, upaya yang dilakukan PSAA Al Khairiyah
dalam upaya memberikan pembinaan kepribadian dan kemandirian bagi anak asuh
adalah melalui pendidikan agama seperti membaca Al-Qur’an, mengkaji kitab,
pendidikan akhlak, dan ceramah. Selain itu upaya yang dilakukan dengan
memberikan bantuan dana pendidikan formal bagi anak asuh. Metode yang
digunakan dalam memberikan pembinaan adalah melalui pengasramaan dan
pelayanan konseling. Selain itu terdapat pula faktor pendukung diantaranya adanya
kepedulian masyarakat sekitar, perhatian dari Pemerintah dan lokasi yang strategis
dan faktor penghambat antara lain sarana dan prasarana yang belum memadai, SDM
yang minim, pemanfaatan media elektronik yang kurang maksimal dan donatur yang
tidak tetap.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Upaya Pembinaan Kepribadian Dan Kemandirian Anak Asuh di Panti
Sosial Asuhan Anak Al Khairiyah Cilandak Barat”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya, dan semoga kita termasuk dalam golongan yang
istiqomah menjalankan sunnahnya hingga hari kiamat.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu
Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial, Ibu Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial. Terima kasih atas nasehat dan
bimbingannya.
3. Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing yang telah membantu
mengarahkan, memberikan masukan dan selalu bersedia meluangkan
waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Seluruh dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada
penulis.
5. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai Ibu Hj. Farida S.Pd dan Bapak
Madinah Haka yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Dan untuk kakak
yang sangat penulis sayangi Oktavina S.Pd, yang turut memberikan
motivasi kepada penulis dan dukungan demi kelancaran skripsi ini.
6. Rekan-rekan Praktikum 1 dan Praktikum 2 dan seluruh teman-teman
Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan
namanya satu-persatu.
7. Serta sahabat-sahabat Majelis Nurul Hidayah dan Al Habib Abdurrahman
bin Muhammad Al Haddad yang turut mendoakan dan memberikan
motivasi kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.
Jakarta, Februari 2017
Syamsul Bahri
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................................7
E. Metodelogi Penelitian ............................................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................................................18
A. Anak Yatim ..........................................................................................................................18
1. Pengertian Anak Yatim ..................................................................................................19
2. Pola Pengasuhan Anak Yatim ........................................................................................19
B. Konsep Pembinaan ...............................................................................................................24
1. Pengertian Pembinaan ....................................................................................................24
2. Pembinaan Yatim Piatu Menurut Islam .........................................................................26
v
3. Jenis-Jenis Pembinaan Dalam Islam …………………………………………………28
4. Upaya-Upaya Dalam Pembinaan ……………………………………………………..31
C. Kepribadian ..........................................................................................................................34
1. Pengertian Kepribadian ..................................................................................................34
2. Aspek-Aspek Kepribadian .............................................................................................35
3. Faktor Penghambat Perkembangan Kepribadian ...........................................................36
D. Kemandirian ………………................................................................................................38
1. Pengertian Kemandirian ……........................................................................................38
2. Aspek-Aspek Kemandirian ….......................................................................................40
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ........................................................41
E. Kesejahteraan Sosial ………………………………….......................................................44
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ……………………………………………………..44
2. Nilai dan Prinsip Kesejahteraan Sosial ………………………………………………46
3. Metode Intervensi Sosial …………………………………………………………….50
4. Bidang Kesejahteraan Sosial ………………………………………………………...51
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA .............................................................................65
A. Latar Belakang Berdiri dan Perkembangannya ....................................................................65
B. Tujuan Yayasan Al Khairiyah ..............................................................................................67
C. Visi dan Misi ........................................................................................................................68
D. Struktur Organisasi ...............................................................................................................69
E. Program Kerja ……………………………………….........................................................72
vi
F. Sarana dan Prasarana ……………………………………………………………………..74
G. Jemis Pembinaan di PSAA Al Khairiyah …………………………………………...........76
H. Pendanaan …………………………………………………………………….......…....…77
BAB IV TEMUAN LAPANGAN & ANALISIS .......................................................................78
A. Upaya yang Dilakukan PSSA Al Khairiyah Dalam Pembinaan Kepribadian dan
Kemandirian Anak Asuh .....................................................................................................78
1. Upaya Pembinaan Kepribadian…………….....................................................................78
a. Memberikan Pembinaan Pendidikan Agama...............................................................78
b. Memberikan Bantuan Dana Pendidikan Formal…..…………………………………81
2. Upaya Pembinaan Kemandirian… ……………………………………………………..83
a. Memberikan Keterampilan Budidaya Ikan Lele……………………...…………….83
b. Memberikan Pembinaan Kewiraushaan Penjualan Telur
Puyuh……………………..…………………………………………………………85
c. Memberikan Keterampilan Menjahit……….………………………………………86
B. Faktor Pendukung dan Penghambat PSAA Al Khairiyah dalam Melakukan
Pembinaan Kepribadian dan Kemandirian bagi Anak
Asuh.....................................................................................................................................93
1. Faktor Pendukung…….. …………………………………...........................................93
a. Kepedulian Masyarakat ……………………………………………………………..93
b. Perhatian Pemerintah …………………………………………………………...…..94
c. Lokasi Strategis ……………………………………………………………………..96
2. Faktor Penghambat ……………………………………………………………………97
vii
a. Sarana dan Prasarana yang Kurang
Memadai…………………………………………………………………………….97
b. Minimalnya Sumber Daya Manusia ………………………………………………..98
c. Pemanfaatan Media Elektronik Yang Kurang Maksimal………………………….100
d. Donatur Yang Tidak Tetap………………………………………………………...101
BAB V PENUTUP......................................................................................................................106
A. Kesimpulan .........................................................................................................................106
B. Saran ...................................................................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................109
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Karakteristik Informan…………………………………........... 10
Tabel 2.1 Klasifikasi HSO......................................................................... 44
Tabel 3.1 Data Pegawai di PSAA Al-Khairiyah Cilandak Barat ............. 67
Tabel 3.2 Data Anak Asuh Berdasarkan Status Keluarga ........................ 67
Tabel 3.3 Data Anak Asuh Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 68
Tabel3.4 Jadwal Kegiatan Belajar Yayasan PSAA Al-Khairiyah............ 71
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Pedoman Observasi
Lampiran 5 Pedoman Dokumentasi
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Hasil Observasi
Lampiran 8 Hasil Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, sehingga ia memiliki
hak asasi manusia yang melekat dan tak terpisahkan dari semua anggota manusia.
Setiap anak akan mengalami perkembangan pada setiap fase kehidupannya. Pada
masa ini anak mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.
Perkembangan psikososial pada anak sangat berperan penting untuk kehidupan
sang anak kedepannya. Karena pada tahapan ini anak belajar menjadi makhluk
sosial yang menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja
sama. Jika anak tidak bisa melewati masa-masa perkembangan psikososial sudah
pasti akan mengalami kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.1
Pada masa perkembangan psikososial ini, anak akan menjalani proses
mengenal norma dan peraturan dalam sebuah komunitas (masyarakat). Anak akan
selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan psikososial adalah mutlak
bagi setiap orang untuk dipelajari, beradaptasi dan menyesuakan diri.
Anak yang masih berkembang, berubah dan masih memiliki sifat
ketergantungan kepada orang lain. Serta keadaannya secara mutlak masih
membutuhkan bantuan, bimbingan dari orang tua, keluarga atau pengganti dari
1 Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010),Cet,1.h,8
2
orang tua dan keluarganyalah untuk menyelenggarakan hidup dan
kehidupannya.Disinilah tugas orang tua dan keluarga menjadi tanggung jawab
untuk membimbing, mendidik dan mengarahkan kedewasaan jasmani dan
rohaninya sehingga anak menjadi manusia yang mampu hidup mandiri didalam
menjalani kehidupannya.2
Proses perkembangan yang dialami anak akan menimbulkan permasalahan
bagi mereka sendiri dan bagi mereka yang berada didekat dengan lingkungan
hidupnya.3 Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang pesat pada era
global saat ini terasa sekali pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat, khususnya
dalam bidang pendidikan, sosial dan budaya.4Dan melihat fenomena yang ada
sekarang, banyak kita dapati tingkah laku remaja yang bertentangan dengan
norma-norma ajaran agama, seperti mabuk-mabukan, perkelahian, perkosaan,
bahkan sudah ada yang menjurus kearah pembunuhan.Untuk mewujudkan remaja
berkepribadian tinggi dan berbudi pekerti yang luhur, diperlukan adanya
pembinaan khusus yang dapat memberikan sentuhan yang membangkitkan
semangat remaja dalam segala bidang.
Indikator yang sangat nyata adalah semakin banyaknya para pelajar yang
terlibat dalam tindak pidana.Berdasarkan data yang dihimpun Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas Anak) pada bulan januari tahun 2015.Jumlah anak
yang bermasalah dengan hukum di Jakarta masih sangat tinggi. Dalam setahun
terakhir, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat 1.851
2 Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010),Cet,1.h,76 3 Y.Singgih D.Gunarsa.Psikologi Remaja,(Jakarta: Gunung Mulia, 2004),hal. 3
4 M. Sulton dan M.Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Prespektif
Global,(Yogyakarta: Laksbang PresSindo,2006), hal.1
3
anak berusia di bawah 18 tahun tersangkut kasus kriminal. Artinya, jumlahnya
meningkat dua kali lipat daripada tahun sebelumnya, yakni 730 kasus. Berdasar
data Komnas Anak, 52 persen atau sekitar 166 kasus merupakan tindak pidana
pencurian. Sisanya, merupakan kasus kekerasan, pemerkosaan, penyalahgunaan
narkotika, perjudian, dan penganiayaan. Di antara sejumlah kasus yang ditangani
penyidik, sekitar 89 persen berakhir di pengadilan. Jika dilihat dari usia, anak-
anak yang berurusan dengan hukum sangat memprihatinkan. Yang termuda
berusia 9-12 tahun.Jumlahnya mencapai 9 persen.Artinya, mereka belum
memahami tindakannya dapat berakibat hukuman badan. Sisanya, dilakukan anak
usia 13-18 tahun.5
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sikdisnas)
No.20/2003 dikatakan bahwa, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Meski begitu, pada umumnya
pendidikan biasa diidentikan dengan sekolah sebagai institusi formal yang
dilegalisir oleh Negara. Sehingga yang terkonstruk di masyarakat adalah, jika
ingin mendapatkan pendidikan, seseorang harus bersekolah.
Permasalahannya adalah tidak semua orang bisa dengan mudah
bersekolah. Banyak hal yang seringkali menjadi hambatan sekaligus permasalahan
dalam pendidikan kita sampai saat ini. Menurut penulis, beberapa permasalahan
5 http://www.jawapos.com/baca/artikel/11053/kurang-perhatian-1851-anak-dki-bermasalah-
hukum#http 6 Undang-undang Repubik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
4
itu antara lain yaitu kurangnya akses dan juga persoalan budaya (patriarki).
Permasalah-permasalahan ini membuat masyarakat miskin dan marjinal7
(misalnya perempuan) sulit untuk mengenyam pendidikan formal.
Panti Asuhan Al-Khairiyah beserta perangkatnya yang ada adalah sebagai
lembaga sosial yang memberikan pendidikan di daerah Cilandak Barat. Adanya
panti asuhan Al-Khairiyah dengan segala aspek kehidupan dan perjuangannya
memiliki nilai yang strategis dalam membina insan yang berkualitas dalam ilmu,
iman, dan amal. Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah bahwa Panti Sosial
Asuhan Anak Al-Khairiyah banyak melahirkan remaja-remaja yang mandiri.
Menurut data Lembaga Rohis ada 15 panti yang tidak pada naungan
pemerintah yang berada di Jakarta Selatan, seperti salah satunya yaitu Yayasan
Al-Mubarokah. Yayasan Al-Mubarokah yang berada di Lebak Bulus, yayasan
tersebut memiliki kesamaan dengan panti Al-Khairiyah keduanya mempunyai
program pendidikan dan pembinaan pada anak asuhnya. Akan tetapi yayasan Al-
Mubarokah tidak memberikan pelayanan berupa keterampilan dikarenakan
kurangnya sumber tenaga yang ada di yayasan tersebut, yayasan Al-Mubarokah
hanya terfokus dengan pendidikan pembinaan saja, namun sebaliknya yayasan Al-
Khairiyah memberikan pembinaan, bimbingan serta keterampilan untuk para anak
asuhnya.8
Yayasan Al Khairiyah mempunyai program yang cukup baik dalam
hal pembinaan dan bimbingan. Namun itu hanya terbatas pada pembekalan saja
7 Masyarakat Marjinal adalah mereka yang terpinggirkan atau lemah dalam segi akses,
ekonomi, sosial, hukum, budaya dan sebagainya, sehingga membuat mereka tidak dapat
menikmati kehidupan yang adil dan setara seperti orang-orang pada umumya. 8 http://rohis.itsar.org/daftar-panti-asuhan-di-jakarta-dan-sekitarnya-2015/http
5
tetapi untuk selanjutnya, berhasil atau tidaknya pengurus tidak bertanggung jawab
tergantung pada usaha anak asuh ketika sudah berada di masyarakat.
Panti Asuhan Al-Khairiyah yang terletak di Cilandak Barat Jakarta Selatan
adalah salah dari sekian panti asuhanyang ada di Jakarta, bertanggung jawab
untuk membina akhlak anak asuh, agar supaya mereka menjadi manusia yang
beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Di Panti Asuhan Al-Khairiyahini lebih
aktif dalam kegiatan keagamaan dan keterampilan. Dari sinilah maka penulis
tertarik untuk mengetahui lahirnya Panti Sosial Asuhan Anak Al-Khairiyah dan
peranannya dalam pembinaan pada anak asuh.
Yayasan ini didirikan pada tahun 1987 olehUmi Hj. Marwanih. Beliau
adalah pendiri Panti Asuhan Al-Khairiyah ini yang dilatarbelakangi oleh
keprihatinan Umi Hj. Marwanih terhadap perilaku masyarakat dan anak remaja
yang putus sekolah sehingga tidak sedikit yang melanggar aturan-aturan norma
masyarakat dan aturan-aturan agama. Meskipun panti asuhan ini masih terbatas
pada kalangan anak-anak serta remaja putra dan putri saja, akantetapi orientasi
utama juga diberikan terhadap masyarakat sekitarnya, yakni masyarakat Cilandak
Barat. Pada mulanya pembinaan ini hanya melalui pengajian rutin ibu-ibu yang
diadakan setiap minggunya, yang mana para jamaahnya yaitu dari kalangan
masyarakat menengah kebawah, lalu adanya dorongan dari masyarakat sekitar
yang akhirnya didirikannya Panti Sosial Asuhan Anak Al-Khairiyah.
Dari sinilah peneliti menjadikan Panti Asuhan Al-Khairiyah sebagai obyek
penelitian, dimana Panti Asuhan sebagai lembaga masyarakatyang memiliki
peranan penting masyarakat sekitar dalam memberikan pembinaan serta
6
kemandirian dan kreatifitas anak. Karena pendidikan akhlak merupakan jiwa dari
pendidikan Islam itu sendiri seperti nama pada panti tersebut dengan tujuan anak
menjadi manusia yang mampu hidup mandiri didalam menjalani kehidupannya.
Atas dasar itulah yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih jelas,
dalam sebuah skripsi yang berjudul ” Upaya Pembinaan Kepribadian
Dan Kemandirian Anak Asuh Dalam Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Pada PSAA Al-Khairiyah Cilandak Barat”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlau luas, maka peneliti
memfokuskan hanya pada Upaya Pembinaan Kepribadian dan
Kemandirian Anak Asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Al-Khairiyah
Cilandak Barat.
2. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, penulis membuat
rumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan Panti
Sosial Asuhan Anak Al-Khairiyah kepada anak asuh?
b. Bagaimana upaya yang dilakukan Panti Sosial Asuhan Anak Al-
Khairiyah dalam memberikan pembinaan kepribadian dan
kemandirian kepada anak asuh ?
7
c. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
memberikan pembinaan kepribadian dan kemandirian anak asuh di
Panti Sosial Asuhan Anak Al-Khairiyah ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan Panti
Sosial Asuhan Anak Al-Khairiyah kepada anak asuh.
2. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan Panti Asuhan Al-Khairiyah
dalam pembinaan kepribadian dan kemandirian kepada anak asuh.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
kepribadian dan kemandirian kepada anak asuh.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis
Memberikan sumbangan pengembangan pengetahuan bagi
kompetensi pekerjaan sosial yang berkaitan dengan upaya pembinaan
kepribadian dan kemandirian anak asuh.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan dan saran kepada lembaga Pemerintah
maupun non Pemerintah dalam melakukan pembinaan kepribadian dan
kemandirian bagi anak asuh.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif Etnografi. yaitu uraian dan penafsiran suatu budaya atau
8
sistem kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan
mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup.
Etnografi merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai
proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap
suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat
dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per
satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.9
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa
membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain.
Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna
mendapat data-data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan adalah
berupa kata-kata karena adanya penerapan metode kualitatif. Laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Panti Sosial Asuhan
Anak Al-Khairiyah, Jl.H.Batong II RT07/006 No 56 (12430) Kel.
Cilandak Barat (021) 7510913.
9 http://pinkqu.blogspot.com/2013/04/ringkasan-jenis-jenis-penelitian.html
9
Waktu penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2015 sampai
dengan Juli 2016.
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian
ini adalah ialah purposive sampling. Pemilihan purposive sampling
berdasarkan karena ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan
dilakukan.10
Strategi sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
strategi typical sampling atau sampling yang bersifat khas atau unik.
Typical sampling adalah suatu strategi yang digunakan untuk kasus-
kasus yang bersifat khas atau unik atau individu-individu yang
memiliki karakteristik unik. Unik dapat berarti tidak biasa, tetapi
bukan merupakan suatu hal yang ekstrim. Identifikasi yang dapat
dilakukan oleh peneliti adalah dengan bertanya langsung kepada
individu yang bersangkutan atau dengan menggunakan data
demografis atau data survei, tergantung dari kasus yang akan diteliti.11
Untuk itu peneliti memilih beberapa pengurus dari PSAA Al-
Khairiyah dan beberapa anak asuh PSAA Al-Khairiyah.
Keterangan informasi yang akan diperoleh dapat dilihat pada tabel
berikut:
10 Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h. 106.
11
Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h. 108.
10
Tabel 1.1
Karakteristik Informan
5. Sumber Data
Data Primer diperoleh dari proses penelitian langsung dari
partisipan atau sasaran penelitian, yaitu sumber yang berasal dari
Ketua PSAA Al-Khairiyah, Penanggung jawab program kepribadian
dan kemandirian serta beberapa siswa sebagai penerima manfaat dari
program pembinaan kepribadian dan kemandirian.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur,
buku-buku, Perpustakaan, atau internet yang terkait dengan penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu
wawancara dan studi dokumen.
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang salah
satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi
No Informasi yang
dicari Informan Jumlah
1 Profil PSAA Al-
Khairiyah
Ketua PSAA Al-
Khairiyah
1 Orang
2 Program
Kepribadian PSAA
Al-Khairiyah
Penanggung Jawab
Program Kepribadian
PSAA Al-Khairiyah
2 Orang
3 Program
Kemandirian
Penanggung Jawab
Program Kemandirian
PSAA Al-Khairiyah
2 Orang
4 Anak Asuh
Manfaat Program
Kepribadian dan
Kemandirian
3 Orang
Jumlah 8 Orang
11
untuk suatu tujuan tertentu.12
Bentuk wawancara yang digunakan
adalah wawancara tidak terstruktur karena peneliti akan
melakukan wawancara secara mendalam dan percakapan ini mirip
dengan percakapan informal.
b. Teknik Observasi
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,
kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.13
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat
berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat
didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.14
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
12 Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.118.
13
M.Djunaidi Ghono dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 165.
14
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.131.
12
bersangkutan.15
Teknik dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah foto-foto, brosur, buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian, teori maupun literatur lainnya.
7. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah
data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-
ketegori/struktur klarifikasi.16
Ada beberapa cara dalam menganalisis
data, secara garis besar peneliti ini dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya diperoleh dari
lapangan jumlahnya cukup banyak.
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan
data.Penelitian kualitatif tersebut disusun dan disajikan dalam
bentuk narasi, visual gambar, bagan, tabel, dan lain sebagainya.
c. Penyimpulan Data (Conclusion Drawing/verification)
Pengambilan kesimpulan data dengan menghubungkan tema
penelitian, sehingga mempermudah untuk menarik kesimpulan.
15
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h.143. 16
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.66
13
8. Teknik Keabsahan Data
Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan
bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi
persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal ini
dikarenakan banyak hal, yaitu karena, (1) alat penelitian yang
diandalkan adalah wawancara dan observasi mendukung banyak
kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol
dalam observasi partisipatif, (2) sumber data kualitatif yang kurang
akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.17
Oleh sebabitu,
hendaknya seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam
bukunya Metodologi Kualitatif dalam menentukan keabsahan data
adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.18
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sehingga data yang
diperoleh sangat berpeluang untuk keluar dari obyektifitas, untuk itu
cukup penting untuk penulis melakukan pemeriksaan kembali data
yang diperoleh, dengan tujuan untuk mendapatkan kevalidan data.
Teknik keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah
triangulasi sumber dan metode. Menurut Burhan Bungin, triangulasi
yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
sedangkan triangulasi sumber membandingkan apa yang dikatakan
17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 156. 18
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 330.
14
didepan umum dengan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
9. Tinjauan Pustaka
Ada berbagai macam hasil penelitian yang mempunyai hubungan
dengan judul penulis, dan tidak terdapat judul yang sama dengan
penulis gunakan, yaitu Metode Bimbingan Agama Untuk Pembinaan
Penyandang Masalah Sosial di Jakarta Barat. Adapun hasil penelitian
yang mempunyai hubungan dengan judul penulis itu adalah.
1. Asrul Muharam Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam 2007, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pola Komunikasi Dalam
Pembinaan Keagamaan Di Panti Sosial Bina Laras 04 Cipayung
Jakarta Timur”.
Penulis skripsi diatas menjelaskan pola komunikasi dalam
pembinaan keagamaan di panti rehabilitasi sosial bina laras 04
adalah pola komunikasi kelompok (group communication) yang
bersifat sentralistik, Dimana seorang Pembina menjadi pusat
sentral dalam berkomunikasi terutama dalam memberikan materi-
materi pembinaan keagamaan terhadap pekerja seks komersial
(PSK) yang menjadi murid binaannya.
Beberapa faktor yang telah penulis kemukakan pada intinya
faktor penghambat lebih dominan berasal dari dalam diri seorang
PSK itu sendiri. Oleh karena itu pembinaan dipanti tersebut lebih
menanamkan kepada kesadaran, pembinaan mental dan
keagamaan. Sebagai pondasi yang kuat dalam menghadapi
15
berbagai masalah-masalah serta serta sebagai usaha untuk
menghindari kembalinya para warga binaan pada kebiasaan
sebelumnya.
2. Nurul Hikmah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, Dalam skripsi yang berjudul:
Peran Yayasan Al-Fikr Dalam Pelayanan Sosial Terhadap Yatim
Piatu Di Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Tangerang.
Penjelasan skripsi diatas yaitu Subjek dan Objeknya : subjek
skripsi ini adalah peran yayasan Al-Fikr dalam pelayanan sosial
terhadap siswa yatim piatu dan objeknya adalah Desa Gembing Rt
02/04 Balaraja Barat Tangerang.
Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah:
pertama, kegiatan pelayanan sosial apa saja yang diberikan kepada
anak-anak yatim piatu di Yayasan Al-Fikr Gembong Balaraja ?
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (mahasiswa Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2004) dengan judul
“Peran Pondok Pesantren Al-Qur’aniyah dalam Pemberdayaan
Yatim Piatu di Kelurahan Jurang Mangu, Kecamatan Pondok Aren,
Kota Tangerang Selatan”. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis
menjelaskan tentang pemberdayaan yang diberikan oleh Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah kepada anak-anak yatim piatu dan
menjelaskan tentang faktor pendukung, faktor penghambat, serta
dampaknya terhadap warga sekitar.
16
4. Iin Nurhayati (mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2006) dengan judul “Stretegi Panti Asuhan
Baiturrahman dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid
Jami Bintaro Jaya”. Iin melakukan penelitian tentang
pemberdayaan anak asuh melalui pelayanan yang pada strategi
pengembangan bidang pendidikan dan bidang bantuan sosial.
Dari penelitian-penelitian ini adalah, para peneliti hanya
memberikan gambaran tentang keseluruhan proses pelayanan
sosial yang dilakukan oleh lembaga, baik itu lewat pemberdayaan
maupun strategi-strategi yang dilakukan tanpa melihat apakah
anak-anak asuh yang berada didalam lembaga benar-benar
terpenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk menganalisa kebutuhan dasar anak
asuh. Adapun penelitian ini berisikan tentang pembinaan
pengembangan kemandirian dan kreatifitas yang diberikan oleh
panti asuhan Al-Khairiyah kepada anak asuh serta faktor yang
mendukung.
10. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian (terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, teknik pemilihan subyek dan informan,
sumber data, teknik analisis data, teknik keabsahan data), serta
Sistematika Penulisan.
17
BAB II Landasan Teori, Bab ini mengemukakan tentang
Konsep Pembinaan, Kepribadian, Kemandirian, serta Kesejahteraan
Sosial.
BAB III Gambaran Umum, Bab ini meliputi Sejarah Singkat
Lembaga, Profil Lembaga, Visi dan Misi Lembaga, Tujuan, Landasan
Konseptual, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana.
BAB IV Hasil Penelitian dan Analisis Data, Pada bab ini memuat
tentang temuan-temuan dan analisis yang mendukung secara garis
besar mengenai pelayanan yang diberikan kepada anak asuh dalam
melakukan pembinaan kepribadian dan kemandirian, upaya yang
dilakukan PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan pembinaan
kepribadian dan kemandirian, serta faktor pendukung dan penghambat
dalam melakukan pembinaan kepribadian dan kemandirian.
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anak Yatim
1. Pengertian Anak Yatim
Secara kebahasaan istilah yatim memiliki dua pengertian. Pertama,
istilah yatim bersal dari perkataan al-yummu yang berarti terputusnya
hubungan anak dengan orang tua sebelum anak-anak itu mencapai usia
akil-balig. Kedua, perkataan yatim mengacu pada sesuatu atau seseorang
yang sendiri, menyendiri, tunggal, atau sebatang kara sebagaimana tersurat
pada ungkapan ad-durrat al-yatimah yang berarti mutiara tunggal atau
pada ungkapan al-bayt al-yatim yang berarti rumah yang menyendiri,
yakni rumah yang jauh dari tetangga.1
Dari uraian kebahasaan tersebut, dapat ditarik suatu pengertian
bahwa yatim adalah anak-anak yang kehilangan bapak dan ibu atau
kehilangan bapak saja karena meninggal dunia, ketika usia mereka belum
dewasa. Akibat dari kehilangan bapak dan atau ibu tersebut, maka anak-
anak yatim bukan saja kehidupannya menjadi sebatang kara, tetapi juga
mereka kehilangan pencari nafkah, pendidikan dalam lingkungan keluarga,
tokoh yang memberikan rasa aman, dan figur teladan yang menjadi
sumber inspirasi dalam kehidupan anak.
Ada dua persoalan penting yang dihadapi anak-anak yatim dalam
pengertian kehilangan orang tua, yakni dimensi psikologis dan dimensi
1 Asep Usman Ismail, MA. Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam Yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan, (Tangerang:
Penerbit Lentera Hati 2012), h. 166
19
ekonomis.Secara psikologis, anak-anak yatim adalah anak-anak yang
kehilangan orang tua, bapak dan ibu, yang memberikan perlindungan, rasa
aman, cinta, dan kasih sayang.Sementara ekonomis, anak-anak yatim
adalah anak-anak yang kehilangan orang tua yang memberikan nafkah
untuk kelangsungan hidup, kesehatan dan pendidikan.Anak-anak yatim
dari kalangan kaum dhuafa kehilangan dua-duanya sekaligus, kehilangan
dimensi psikologis maupun ekonomis. Sementara anak-anak yatim hanya
kehilangan dimensi psikologis saja, sedangkan dari segi ekonomis tidak
kehilangan sesuatu apapun.2
2. Pola Pengasuhan Anak Yatim
Menurut catatan Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, perkataan al-
yatim dan yatiman dalam bentuk tunggal dan perkataan al-yatama dalam
bentuk jamak disebut di dalam Al-Qur‟an sebanyak 22 kali.Pertama,
kelompok ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkenaan dengan anak-anak yatim
yang memiliki harta.terhadap mereka, Al-Qur‟an menekankan agar para
wali anak-anak yatim melindungi diri dan harta mereka sebagaimana
dipaparkan pada ayat berikut3:
2 Asep Usman Ismail, MA Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam Yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan, (Tangerang:
Penerbit Lentera Hati 2012), cet1, hal. 167 3 Asep Usman Ismail, MA Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam Yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan, (Tangerang:
Penerbit Lentera Hati 2012), cet1, hal. 168
20
م رشد ا ٱبتها ٱنيتمى حتى إذا بهغا ٱنىكاح فإن ءاوستم مى
ا إسراف نا تأكه م ن م أم ا إني مه فٲدفع بدارا أن يكبرا ا
مه كان فقيران غىيك ا فهيأكم بٲنمعرف فإذا ا فهيستعفف
حسيب كفى بٲنه م دا عهي م فأش ن م أم ٦ا دفعتم إني
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin.Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas
(pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka
harta-hartanya.Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih
dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di
antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri
(dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin,
maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian
apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah
kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.
Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)”
(QS.an-Nisa [4]:6)
أ ي أحسه حتى يبهغ أشديۥ فا نا تقربا مال ٱنيتيم إنا بٲنتي
٤٣ا ل بٲنعد إن ٱنعد كان مس
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya”(QS. Al-Isra’[17]:34).
Ayat ini hemat penulis, menegaskan prinsip pengasuhan anak
yatim dan pengelolaan harta mereka sebagai berikut4:
a. Bahwa wali anak-anak yatim, baik orang maupun lembaga,
yang menangani dan bertanggungjawab mengurusi anak-anak
yatim, tidak dibolehkan menggunakan harta tersebut untuk
4 Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan Membangun
Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan, (Tangerang: Penerbit Lentera
Hati 2012), cet1, hal.169
21
kepentingan pribadinya mengalokasikan dan mengelola harta
mereka kecuali dengan cara dan sistem yang mendatangkan
manfaat dan mengembangkan harta itu sendiri bagi
kepentingan anak-anak yatim hingga mereka dewasa, yang
memiliki harta warisan dari orang tua mereka.
b. Bahwa cara dan sistem yang mendatangkan manfaat dan
mengembangkan harta anak yatim itu adalah sistem yang
sekurang-kurangnya menjamin keutuhan harta itu sedemikian
rupa dengan dokumen dan surat-surat yang absah dan memiliki
kekuatan hukum yang kuat, serta menjadikan harta itu
mendatangkan keuntungan dan bertambah.
c. Bahwa lembaga sosial yang mengurusi anak yatim, seperti
Panti Asuhan dan Yayasan Amal Sosial hendaklah
mengembangkan kapasitas pelayanan sosialnya secara
professional dengan manajemen yang rasional, terbuka, dan
dapat dipertanggungjawabkan di hadapan akuntan publik.
d. Sekiranya lembaga-lembaga sosial, yang mengurusi anak-anak
yatim tersebut menawarkan program kepada masyarakat dan
meminta masyarakat untuk memberikan bantuan finansial,
maka penawaran program tersebut, menurut hemat penulis,
merupakan janji kepada masyarakat yang harus dipenuhi
dengan sebaik-baiknya; karena janji akan dimintai
pertanggungjawaban, baik di dunia maupun di akhirat,
sebagaimana disebutkan pada ayat di atas bahwa :
22
“sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawaban.”
Singkatnya, bahwa lembaga sosial yang bertanggung jawab
atas pengasuhan anak-anak yatim yang mempunyai harta
warisan itu harus dapat mempertanggugjawabkan aset
kekayaan anak-anak yatim tersebut kepada masyarakat luas.
Menurut hemat penulis, menegaskan prinsip-prinsip etika rasional
dan modern dalam menangani anak yatim, terutama anak yatim perempuan
yang memiliki aset kekayaan. Pertama, hindarilah hubungan yang terlalu
dekat dengan mereka dengan menerapkan sistem pergaulan yang islami.
Kedua, teguhkan pendirian untuk mengurusi harta anak yatim secara
profesional, amanah dan ikhlas dengan dukungan sistem administrasi yang
rapihdan modern agar para pengurus Yayasan Amal Sosial, Panti Asuhan
Anak Yatim, atau Pesantren Yatim Piatutidak sampai tergoda untuk
memakan, menggunakan, dan menyelewengkan harta anak yatim, karena
tindakan itu merupakan tindakan kezaliman yang nyata. Ketiga, buanglah
jauh-jauh pikiran, rencana, dan niat untuk menikahi anak yatim perempuan
yang memiliki aset kekayaan, jika tidak bisa melindungi diri mereka dan
aset kekayaannya dengan adil.5
Adapun terhadap anak yatim yang tergolong dhuafa, al-Qur‟an dan
as-Sunnah menegaskan beberapa sikap dan perlakuan yang harus
diperlihatkan kepada mereka. Pertama, hendaklah orang-orang beriman
memuliakan mereka dengan memberikan perlindungan kepada anak-anak
yatim dari rasa takut, cemas, dan sedih karena kehilangan orang tua.
5 Asep Usman Ismail, MA Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam Yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan,(Tangerang:
Penerbit Lentera Hati 2012), h. 170
23
Kedua, menanggung biaya hidup mereka dengan sebaik-baiknya secara
wajar, layak, dan sederhana sesuai dengan pola hidup yang berlaku pada
masyarakatnya. Ketiga, menjamin kelangsungan pendidikan anak-anak
yatim dengan sebaik-baiknya sehingga mereka mendapat bekal pendidikan
yang cukup untuk bisa hidup (life skill education) secara mandiri dan
bermatabat. Keempat, memosisikan anak-anak yatim sebagaimana anak
sendiri dengan mengintegrasikan mereka dalam kehidupan keluarga
sehingga mereka tidak kehilangan kehangatan, keintiman, perlindungan,
cinta dan kasih sayang dalam satu keluarga yang utuh. Anak-anak yatim
sebaiknya dipelihara dengan pola asuh sistem keluarga, bukan dengan
sistem panti asuhan. Mereka sebaiknya dijadikan anak angkat oleh setiap
keluarga muslim yang mampu lahir batin; namun jika sistem ini belum
memungkinkan, bisa saja anak-anak yatim itu diasuh dalam sebuah panti
dengan pola pengasuhan sebagaimana layaknya di dalam keluarga.
Hendaklah melakukan evaluasi internal secara kritis, terutama
tentang manajemen pelayanan, kualitas pelayanan, cakupan pelayanan,
pola asuh, dan bimbingan, terutama bimbingan tentang pengembangan
potensi diri secara holistic, yaitu pengembangan seluruh potensi diri anak
yatim yang meliputi potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual. Dengan demikian, anak-anak yatim itu memiliki kesempatan
yang sama dengan anak-anak yang bukan yatim dalam mengembangkan
potensi kecerdasan mereka dengan menumbuhkan minat baca,
mengembangkan kemampuan memahami isi bacaan, dan menambah
wawasan pengetahuan.
24
B. Konsep Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan telah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
“bina” kata “pembinaan” yang mendapatkan akhiran “an” berasal dari
“bina” yang berarti bangun, memperbaiki atau memperbaharui.6 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembinaan mengandung arti
penyempurna, pembaharuan usaha, tindakan dan persiapan yang akan
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil berguna untuk memperoleh
hasil yang baik.7
Menurut Miftah Thoha Pembinaan adalah suatu tindakan, proses,
hasil, atau pernyatan yang lebih baik.Dalam hal ini menunjukkan adanya
kemanjuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai
kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur
dari definisi pembinaan yaitu pertama pembinaan itu bisa berupa suatu
tindakan, proses, atau pernyataan tujuan. Dan yang kedua, yaitu
pembinaan bisa menunjukkan pada perbaikan atas sesuatu.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan
terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki
tujuan hidup tertentu dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Apabila tujuan tersebut tidak tercapai maka manusia akan
berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.8
6 Departemen Sosial R.I Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial 2010), hal.117 7 Poerdaminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
cet ke-3 h.23 8 Musanef, Manajemen Kepegawaian di Indonesia,(Jakarta: Tri Ubaya Sakti. 2009), h, 35
25
Secara konseptual, pembinaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pembinaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dan dihubungkan dengan
kemampuan individu untuk membuat individu melakukan apa yang
diinginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Dalam pelaksaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada
hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan pemecahan
persoalan yang dihadapi dengan sebak-baiknya, dan pragmatis dalam arti
mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga
bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktik.
Arti kata “pembinaan” di tinjau dari segi terminologi yaitu:
Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan agar terus menerus
untuk memperbaiki, mengangkat, mengarahkan dan mengembangkan
kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan sehari-hari
baik dalam kehidupan pribadi, maupun kehidupan sosial masyarakat.9
Menurut Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP-4) memberi pengertian tentang pembinaan adalah segala upaya
pengelolaan berupa merintis, meletakan dasar, melatih membiasakan,
memelihara dan mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta
mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan,
9 Proses Penerangan Bimbingan atau dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam pada
Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984), h.8
26
mewujudkan manusia sejahtera, dengan mengadakan dan menggunakan
segala dana dan daya yang dimiliki.10
Menurut Mangunhardjana, pembinaan adalah suatu proses belajar
dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal
baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang
menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan
kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan
yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani
secara lebih efektif.11
2. Pembinaan Yatim Piatu Menurut Islam
Adapun beberapa hal yang pokok dalam pembinaan anak yatim
yaitu diantaranya:
a. Memelihara Hartanya
Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat oleh bapaknya, dan
ia (bapaknya) meninggalkan warisan untuk anak tersebut, baik banyak
maupun sedikit, haruslah dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal ini apabila keadaan anak yatim tersebut
masih kecil atau sudah dewasa tetapi belum dapat mengurus sendiri
hartanya. Sedangkan orang yang ikut mengurusnya boleh
mempergunakan dengan maksud yang baik dan wajar. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:
10
Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Penceraian BP-4, Membina Keluarga
Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h.3 11
A. Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, (Jakarta:Kanisius,1989), h.12
27
ي أحسه حتى يبهغ أشديۥ نا تقربا مال ٱنيتيم إنا بٲنتي
Artinya:
“ Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.” (Q.S Al An‟am,
6:152).
b. Menjamin makan dan minumnya
Menjamin makan dan minumnya adalah kebutuhan pokok bagi
kehidupan manusia. Tanpa makan dan minum manusia akan lemah
baik secara fisik maupun daya pikirnya. Orang yang suka berbuat baik
kepada anak yatim, dikasihinya, diusap kepalanya dengan maksud
disantuni diberi makan, pakaian, nanti hati mereka akan menjadi lunak,
mau menerima nasehat dan sebagainya. Dan apa-apa yang dicita-
citakan insya Allah akan tercapai. Demikian janji Allah terhadap orang
mengasuhi anak yatim.
c. Memberikan Kasih Sayang
Sebagaimana pengertian anak yatim yaitu anak yang kehilangan
kasih sayang dari orang tuanya, karena meninggal dunia.Sebagai
realisasi dari pemberian kasih sayang terhadap anak yatim misalnya
dengan cara memberikan santunan berupa uang, pakaian atau makanan
pada hari-hari raya besar umat Islam, atau mengajak ke tempat-tempat
rekreasi atau ke tempat-tempat bersejarah untuk menambah wawasan
mereka. Apabila mereka melakukan kesalahan hendaklah ditegur
dengan lemah lembut dan wajar, jangan langsung memarahinya.
28
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
ر ٩فأما ٱنيتيم فها تق
Artinya :
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang”(Q.S. Ad-Dhuha, 93:9)
d. Memberikan Pendidikan
Selain memberikan kasih sayang dan memberikan nafkah
kepada anak yatim, kita wajib memberikan pendidikan kepada mereka
yang berorientasi kepada akhlak, diantaranya adalah mengajarkan tata
cara melaksanakan shalat kepada anak-anak.
3. Jenis-Jenis Pembinaan dalam Islam
Allah SWT dengan hikmah-Nya menciptakan manusia dalam
berbagai macam keadaan, bermacam tingkat kehidupan, sehingga
perlu adanya pemahaman pada diri agar ia tidak mudah terbawa oleh
suatu keadaan. Oleh karena itu untuk menjaga kondisi yang baik harus
dijaga, dibina, dan dikembangkan dari mulai lahir hingga mati. Ada
beberapa jenis pembinaan diantaranya adalah :
a. Pembinaan Aqidah
Aqidah merupakan suatu hal yang dominan dalam ajaran Islam,
oleh karena itu apabila seseorang akan masuk agama Islam, maka hal
yang pertama yang harus dilakukan adalah penanaman aqidah pada
orang tersebut yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,
karena masalah aqidah adalah merupakan suatu hal yang sangat pokok,
29
maka perlu adanya penanaman aqidah yang sebenar-benarnya dalam
kalbu dan jiwa kita dengan menempuh jalan yang sudah digariskan
Rasulullah SAW. Caranya yaitu dengan pendidikan, pengajaran dan
pembinaan yang sistematik serta kemudian merawatnya sampai hidup
subur sehingga akhirnya aqidah itu dapat mencapai puncak tertinggi
yakni tertanam kokoh dan tak mungkin terobohkan lagi.
Pada saat ini kita sedang disibukkan dengan pembangunan di
segala bidang, termasuk juga pembangunan di bidang aqidah. Sudah
tiba saatnya bagi kita umat Islam untuk memurnikan kembali aqidah,
mengembalikan aqidah menurut apa yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Untuk meluruskan kembali aqidah banyak caranya,
banyak jalan yang harus ditempuh. Diantaranya yang terpenting yaitu
memperdalam kembali dan memperteguh keimanan, mengamalkan Al-
Qur‟an dan Hadits, menegakkan keadilan dan beraqidah seperti aqidah
Rasulullah.
b. Pembinaan Akhlak
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,
yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan,tanpa
melakukan maksud untuk memikirkan lebih lama. Maka jika sifat
tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan akal dan
norma agama, dinamakan akhlak yang baik, manakala ia melahirkan
tindakan yang jahat maka dinamakan akhlak yang buruk.12
12
Mahyudin, Kuliah Aklak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet ke-4, h.4
30
Akhlak mempunyai posisi yang sangat penting dalam ajaran
agama Islam, baik sebagai individu maupun anggoa masyarakat dan
bangsa. Sehingga setiap aspek dari agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak dalam kehidupan manusia, maka
risalah Rasulullah SAW yang paling utama adalah memperbaiki
akhlak. Pembinaan akhlak pada saat ini di mana banyak berbagai
kesulitan sebagai dampak dari kemajuan di bidang IPTEK, sangat
diperlukan untuk melahirkan anak-anak yang berakhlak mulia. Oleh
karena itu pembinaan akhlak harus dirancang dengan strategi yang
baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk
menghasilkan manusia yang baik akhlaknya.
c. Pembinaan Ibadah
Bahwa hubungan manusia dengan Allah disebut pengabdian
atau biasa yang kita sebut dengan ibadah. Hubungan manusia dengan
Allah diwujudkan dalam perbuatan ibadah dan ibadah tidak boleh
terputus walau sesaat. Ibadah yang langsung kepada Allah disebut
ibadah mahdhab, adapun ibadah yang berupa hubungan sesama
makhluk disebut ghairumahdhab.
“kata ibadah berasal dari bahasa Arab, yaitu abada yang
berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Dalam ilmu fiqih ibadah
diartikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya.13
13
Abudin Nata, “Metodologi Studi Islam”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada, 2003),
cet ke-8, h.370
31
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah,
karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid.Majlis Tarjih
Muhammadiyah mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan
diri kepada Allah melaksanakan segala perintah-Nya dan
mengamalkan segala yang diizinkan-Nya. Ibadah ada yang umum dan
ada juga yang khusus. Yang umum adalah segala amalan yang
diizinkankan Allah, sedangkan yang khusus adalah apa yang telah
ditetapkan Allah akan perincian-perincianya, tingkat dan cara-caranya
yang tertentu.14
C. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah metode berpikir manusia terhadap
realita.Kepribadian juga merupakan kecendrungan-kecendrungan manusia
terhadap realita.15
Dengan kata lan kepribadian adalah apa yang ada dalam
pikiran dan hati kita.
Personality as the reasonably stable patterns of emotions,
motivers, and behavior that distinguish one person form another.
Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikenakan ataupun ditinggalkan
sebagimana orang yang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya
mode tertentu. Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan.
Ketika seseorang melihat ataupun mendengar mengenai sesuatu hal, maka
ia akan mengumpulkan informasi tersebut dan mengolahnya sesuai dengan
kaidah berpikir yang telah diambilnya sebagai standar dalam berpikirnya.
14
Abudin Nata, “Metodologi Studi Islam”, h.82 15
Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian, (Bandung: Refika Aditama 2007), hal. 254
32
Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu yang relatif
permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individualis pada
perilaku seseorang.16
Menurut W. Stern seorang psikolog (1871-1938) asal Jerman
mengemukakan bahwa kepribadian adalah aktualisasi dan realisasi dari
hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.17
Adapun menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan kepribadian adalah
hasil kerja bareng dan dinamika integratif dari struktur kepribadian, yang
terdiri dari potensi nahsiyah (jasad dan naluri) dan potensi akal dalam
penggunaannya.18
2. Aspek-Aspek Kepribadian
Para ahli psikologi menekankan bahwa yang dipelajari oleh
psikologi bukanlah jika tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang
kelihatan atau tersembunyi. Tingkah laku manusia dianalisis dalam tiga
aspek, yatiu:
a. Aspek kognitif (pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, khayalan, daya
bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi
dari aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek afektif, yatu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan
kehidupan alam perasaan dan emosi. Fungsinya sebagai energi atau
tenaga mental yang menyebabkan tingkah laku.
16
Spencer A. Rathus, Psychology Consepts and Connection, Eight Edition, (USA:
Thomson HigherEducation, 2007) hal 399 17
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1987), hal 63 18
Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian, (Bandung: Refika Aditama 2007), hal.288
33
c. Aspek motorik yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku
manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.19
3. Faktor Penghambat Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan
oleh dua faktor, yaitu:
A. Faktor Internal Diri
Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yang
berasal dari dalam diri individu sendiri disebabkan oleh:
1) Individu yang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas
Individu yang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas
kemudian hanya mengikuti arus ataupun gaya hidup orang lain.
Dengan mengikuti jalan hidup orang lain maka ia tidak akan
dapat mengembangkan potensi yang ia miliki sehingga
kepribadiannya tidak akan berkembang dan hanya akan menjadi
individu yang selalu bergantung kepada orang lain.
2) Individu yang kurang termotivasi dalam hidupnya
Individu yang tidak mempunyai motivasi dalam hidupnya
akan membuat dirinya menjadi pribadi yang malas dan enggan
untuk mengembangkan dirinya sehingga dia hanya mau
menjalani hidup dengan apa yang ia punya tanpa ada usaha
untuk mengembangkan potensi dirinya.
19
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1987), hal. 68
34
3) Individu yang enggan menelaah
Individu yang enggan menelaah berarti individu yang tidak
mau mengintropeksi dirinya. Individu yang terlalu percaya diri
ataupun yang terlalu tidak percaya diri bisa menghambat
kepribadiannya. Karena hal ini dapat menjadikan seseorang
yang sombong atau justru individu yang minder.
4) Faktor usia
Seseorang yang telah berumur merasa bahwa mereka telah
lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaan jenuh
untuk berubah lagi setelah berbagai perubahan yang dilakukan
sepanjang usia.
B. Faktor Eksternal Diri
Hambatan perkembangan kepribadian individu secara
eksternal terjadi diantaranya disebabkan oleh:
1) Faktor tradisi budaya
Pada setiap budaya, seseorang mengalami tekanan untuk
mengembangkan pola kepribadian yang sesuai harapan standar
yang ditentukan budayanya. Kelompok menetapkan budaya
sebagai model untuk pola kepribadian yang dsetujui untuk
menekan individu-individu yang tergabung di dalamnya untuk
berperilaku sesuai norma budaya kelompok tersebut. Karena
tekanan tersebut, individu akhirnya menyesuaikan diri
mengikuti pola perilaku yang diterapkan oleh kelompok dan
35
pada akhirnya perilaku tersebut menetapkan kecenderungan
pola perilaku indvidu.
2) Penerimaan Sosial/Masyarakat
Penerimaan sosial masyarakat juga mempengaruhi keinginan
individu untuk mengembangkan kepribadiannya, penerimaan
sosial yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri yang
berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan
penerimaan sosial yang rendah akan menjadikan seseorang
rendah diri, menarik diri dari kontak sosial dan terjadi
kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri.
D. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian mempunyai pengertian dari berbagai istilah seperti
otonomi (otonomy), Independen (independent), self reliance.Pada dasarnya
kemandirian dapat dimanifestasikan dalam bentuk sikap maupun
perbuatan, sebab sebenrnya sikap merupakan dasar dari terbentuknya suatu
perbuatan. Kemandirian sendiri dalam islam dapat dilihat dari orang yang
sudah memasuki fase baligh, yaitu dimana anak telah sampai dewasa
karena usia ini anak cenderung akan kesadaran penuh terhadap dirinya
sendiri sehingga diberikan tanggung jawab berupa agama, kehidupan
sosial dan pemilihan kesejahteraan bagi dirinya.20
20
Abdul Mujib, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2002), h.75
36
Kemandirian merupakan suatu kemampuan psikologis yang
seharusnya sudah dimiliki secara sempurna oleh individu-individu masa
akhir remaja. Istilah kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti
diri sendiri, berdiri sendiri, berarti bertanggung jawab atas perilaku sendiri.
Kemandirian adalah merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting
sebab selain dapat mempengaruhi kinerja (performance) individu.
Kemandirian juga dapat membantu seseorang untuk mencapai tujuan
hidupnya tanpa didukung dengan sifat kemandirian dalam diri seseorang,
maka sulit baginya untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam
penyelesaian tugas-tugas kerjanya, atau dengan kata lain kemandirian
adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang
lain.21
Kemandirian seseorang ditentukan dari sikapnya, karena
kemandirian berkaitan erat dengan sikap seseorang yang dilakukan karena
sikap tampaknya mempengaruhi tingkah laku melalui dua mekanisme
yang berbeda. Kita dapat memberikan pemikiran yang hati-hati pada sikap
dan kita mampu memprediksi tingkah laku dalam situasi dimana kita tidak
dapat melakukan pemikiran tersebut. Sikap mempengaruhi tingkah laku
dengan membentuk persepsi kita terhadap situasi.22
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu keadaan pada seorang
individu yang telah mengenali identitas dirinya, mampu melakukan suatu
hal untuk dirinya sendiri, memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
21
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika,1997), h.89 22
W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2004), h.78
37
kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, dan mampu bertanggungjawab terhadap
apa yang dilakukannya.
2. Aspek-Aspek Kemandirian
Ada beberapa aspek kemandirian yang perlu dipahami yaitu:
a. Pengambilan keputusan : memiliki kemampuan untuk memilih atau
menentukan suatu hal sesuai dengan apa yang diyakini.
b. Kebebasan : mampu berperilaku percaya diri untuk mentukan jalan
hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain
c. Kontrol diri : mampu menahan ekspresi, emosi, dan untuk
mengatur perilaku dalam situasi sosial.
d. Sikap asertif : memiliki kecenderungan maupun menggunakan hak
dalam berhadapan dengan orang lain tanpa menyinggung perasaan.
e. Tanggung jawab terhadap diri dan orang lain : memiliki kesadaran
bahwa diri pribadi merupakan bagian dari manusia yang harus
bertindak sesuai dengan moral sosial, serta mengetahui hak dan
kewajiban dalam masyarakat.23
Menurut Yusuf dalam bukunya tentang psikolosi anak dan remaja
dikutip dari Douvan bahwa kemandirian terdiri dari tiga aspek
perkembangan, yaitu:
a. Kemandirian aspek emosi, yaitu ditandai oleh kemampuan remaja
memecahkan ketergantungan (sifat kekanak-kanakannya) dari orang
23
Anggara Kusumaatmaja, “Hubugan Kemandirian dengan Prestasi Akademik Remaja
di Perguruan Tinggi.” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Unversitas Indonesia, 2002), h.15
38
tua dan mereka dapat memuaskan kebutuhan kasih sayang dan
keakraban di luar rumahnya.
b. Kemandirian aspek perilaku, kemandirian berperilaku merupakan
kemampuan remaja untuk mengambil keputusan tentang tingkah laku
pibadnya, seperti dalam memilih pakaian, sekolah/pendidikan, dan
pekerjaan.
Kemandirian aspek nilai, kemandirian nilai ditunjukkan remaja dengan
dimilikinya seperangkat nilai-nilai yang dikonstruksikan sendiri oleh
remaja, menyangkut baik-buruk, benar-salah, atau komitmennya terhadap
nilai-nilai agama.24
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Dalam kehidupan masyarakat kita, metode “mempengaruhi” adalah
metode yang penting digunakan baik melalui radio, televisi, majalah oleh
karena itu sejumlah penyebab yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Individu sering mencari sumber informasi yang mendukung
pendapatnya yang sudah ada.
b. Banyak informasi melalui media cetak (massa) tidak datang secara
langsung kepada kita, tetapi disampaikan oleh pemimpin opini dalam
kelompok tempat kita bergabung.
c. Informasi yang menyimpang kerap kali diubah bentuknya sedemikian
rupa.25
24
S.N.L. Yusuf, Psikologi Anak dan Remaja (Bandung: PT. Rosdakarya, 2000), h.81 25
Samsunu Wijyanti Mar‟at dan Lieke Indieningsih Kartono, Prilaku Manusia Pengantar
Singkat Psikologi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006),h.65
39
Ada bebeapa faktor yang dapat menyebabkan kemandirian
seseorang terbentuk antara lain:
a. Faktor Internal
Faktor-faktor interal didalam diri sendiri, yaitu selektifitas, daya
pilihan, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengelola pengaruh-
pengaruh yang datang dari luar dirinya adalah :
1) Faktor pengembangan dan Kemandirian dan Kematangan.
Seiring dengan pertumbuhan usia dan keterkaitan kematangannya,
manusia memasuki tahap perkembangan dan tugas perkembangan yang
berbeda Secara psikologis, sehubungan dengan tugas perkembangan
tersebut manusia yang dewasa dan matang harus menjadi pribadi yang
mandiri.
2) Faktor jenis kelamin
Laki-laki dituntut untuk mandiri dari pada perempuan, karena
sebagian masyarakat menganggap bahwa anak laki-laki memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap masa depan kehidupan keluarganya.26
b. Faktor Eksternal
Dalam faktor eksternal ini faktor yang berasal dari yang
mempengaruhi kemandirian seseorang, salah satu sumber penting yang
jelas-jelas membentuk sikap kita dari orang lain melalui proses
pembelajaran-pembelajaran ini terjadi melalui beberapa proses yaitu:
26
Tina Afiatin, “Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian,” Jurnal Psikologi
thnXX no.1(1993) Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, h.4
40
1) Pembelajaran berdasarkan asosiasi prinsip dasar psikologi bahwa
ketika stimulus muncul berulang-ulang diikuti stimulus yang lain,
maka stimulus pertma akan segera dianggap sebagai tanda-tanda
berbagai mnculnya stimulus yang mengikutinya. Classical
conditioning yangt terjadi melalui penampilan stimulus dibawah
ambang kesadaran seseorang
2) Belajar untuk mempertahankan pandangan yang benar, bentuk dasar
dari pembelajaran dimana respon yang menimbulkan hasil positif atau
mengurangi hasil negatif diperkuat.
3) Pembelajaran berdasarkan observasi, belajar dari contoh salah satu
bentuk dasar belajar dimana individu mempelajari tingkah laku atau
pemikiran baru melalui observasi terhadap orang lain.
4) Perbandingan sosial dan pembentukan sikap, sebuah proses dasar
untuk pembelajaran melalui observasi. Proses dimana kita
membandingkan diri kita dengan orang lain untuk menentukan apakah
pandangan kita terhadap kenyataan sosial benar atau salah.
E. Organisasi Pelayanan Sosial (HSO)
1. Pengertian Organisasi Pelayanan Sosial
HSO merupakan wadah yang dibentuk dengan tujuan untuk
membantu masyarakat memenuhi kebutuhannya, dan juga untuk
mempermudah proses pelayanan, sejumlah proram disusun secara
sistematis sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
tepat sasaran. Human Service Organizations (HSO) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. HSO memiliki ruang lingkup
41
yang lebih luas yang meliputi organisasi pemerintah (government
organizations), organisasi non pemerintah (non government
organizations), maupun pihak swasta (private organizations) yang
memperhatikan masalah-masalah sosial dan masalah kesejahteraan
sosial dalam arti sempit seperti masalah yang terkait prostitusi, anak
jalanan, tuna netra, tuna rungu dan tuna grahita.27
2. Klasifikasi HSO
Organisasi pelayanan sosial dibedakan dengan birokrasi, salah
satunya karena fakta bahwa “bahan dasar” terdiri dari manusia dan
dapat dibedakan oleh transformasi yang mereka tujukan dalam diri
klien. Oleh karena itu, organisasi pelayanan sosial dapat
diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi berikut:
1. Tipe yang dilayani
Hasenfeld membagi tipe klien menjadi dua, yaitu:
Normal Funcsioning (berfungsi secara normal) yaitu
organisasi yang mandat utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang dipandang
berfungsi secara baik.
Malfuncsioning (kurang berfungsi secara baik) organisasi
yang mandate utamanya adalah mengontrol, mengurangi dan
memperbaiki penyakit atau penyimpangan orang-orang yang
dipandang kurang berfungsi secara baik.
27
Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Jakarta: FISIP UI
Press, 2005), h.86
42
2. teknologi transformasi (seperti prosedur-prosedur dan teknik-
teknik yang mereka gunakan untuk membawa perubahan dalam
diri klien)
Hasenfeld membagi tipe teknologi informasi organisasi menjadi
tiga, yaitu:
People-processing technologies
Teknologi ini berusaha mentransformasikan klien bukan
dengan mengubah sifat-sifat mereka, akan tetapi dengan
memberikan mereka suatu label sosial dan status public
yang membangkitkan reaksi-reaksi yang bermanfaat dari
unit sosial yang lain. Misalnya penyandang masalah akan
mendapatkan perlakuan tertentu dari organisasi bentuknya
dengan membuat diagram masalah bahwa orang tersebut
akan kelihatan memiliki masalah tertentu.
People-sustaining technologies
Teknologi ini berusaha mencegah, memelihara dan
memperlambat memburuknya kesejahteraan personal klien
tanpa merubah ciri-ciri orang tersebut. Misalnya pelayanan
dukungan kepada panti asuhan, pelayanan akomodasi
People-changing technologies
Teknologi ini bertujuan secara langsung mengubah sifat-
sifat klien dalam rangka memperbaiki kesejahteraan
mereka. Misalnya melakukan terapi individual atau terapi
43
kelompok, memberikan konseling, perawatan penyakit,
rehabilitasi pekerjaan sosial.
People-controling technologies
Teknologi ini melakukan aktifitas dalam mengontrol,
membatasi atau dalam beberapa hal menekan prilaku orang
tertentu. Misalnya lembaga pemasyarakatan, pelayanan
koreksional, rumah sakit.28
Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang
dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang
lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6 thun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 “Kesejahteraan sosial ialah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi
rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.29
28
Yeheskel Hasenfeld, Human Service Organizations, (USA: Prentice Hall, inc. 1974),
h.78 29
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar
Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan (Jakarta: FISIP UI Press, 2005), h.16
44
People
processing
People
sustaining
People
chaning
People
controlling
Fungsional BPS
Badan
Akreditasi
Jaminan
sosial
Rumah
peristirahatan
Sekolah
umum
Pramka
PKBI
Pelayanan
koreksional
Malfunctioning Klinik
diagnostic
Pengadilan
anak
Rumah
perawatan
Panti asuhan
Rumah
Pusat
rehabilitasi
korban
narkotika
Rumah sakit
Lembaga
pemasyarakatan
3. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Pelayanan kesejahteraan sosial adalah serangkaian kegiatan
pelayanan yang ditunjukkan untuk membantu individu, keluarga,
kelompok, organisasi, dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami
permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, perlindungan,
pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan
guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi
kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi
sosial
Pelayanan kesejahteraan sosial diartikan juga sebagai bentuk
tindakan nyata atau aktifitas yang dilaksanakan oleh individu, kelompok,
masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau
45
menanggulangi permasalahan masyarakat sehingga terwujud kesejahteraan
sosial yang diharapkan.30
Dalam pengertian lebih luas, Romanyshyn menyatakan, bahwa
pelayanan kesejahteraan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan,
memelihara, dan meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu
dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya
kolektifitas seperti kelompok sosial, organisasi, serta masyarakat.31
The Social Work Dictionary, menyebutkan bahwa pelayan
kesejahteraan sosial merupakan aktifitas pekerja sosial dan profesi lain
dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah
ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian
sosial, individu, keluarga kelompok, dan masyarakat. Jenis pelayanan
kesejahteraan sosial yang spesifik adalah membantu orang memanfaatkan
sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan, mengevaluasi
kemampuan orang dalam memelihara anak dan ketergantungan yang lain
konseling dan psikoterapi, penghubung dan rujukan, mediasi, advokasi
kasus sosial, menginformasikan organisasi yang menyediakan pelayanan
kesehatan dan mengkaitkan klien dengan sistem sumber.32
Menurut Alfred J. Khan, pelayanan-pelayan yang diberikan oleh
lembaga kesejahteraan sosial disebut dengan “pelayan kesejahteraan
sosial”. Di negara-negara berkembang tertentu, pelayanan kesejahteraan
30
Dwi Heru Sukoco, Modul Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Tingkat Ahli
Madya (Jakarta: Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pegawai Departemen Sosial), h.88 31
Warto, dkk. Efektifitas Program Pelayanan Sosial di Panti dan Non Panti (Yogyakarta:
B2P3KS Press, 2009), h.10 32
Dwi Heru Sukoco, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategis
(Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial), h.102
46
sosial dimaksudkan sebagai pelayanan yang difokuskan pada bantuan
untuk perorangan atau keluarga yang mengalami masalah penyesuaian diri
dan pelaksaan sosial, ketelantaran. Di negara lainnya digunakan istilah
“pelayan sosial” untuk mencakup apa yang terkandung dalam pengertian
pelayanan kesejahteraan sosial diatas ditambah dengan:
1. Bantuan sosial, yaitu dengan ditekankan pada pemberian bantuan
uang dan atau barang.
2. Program-program kesehatan yang tidak tercakup program yang
dikembangkan oleh swasta.
3. Pendidikan
4. Perumahan rakyat
5. Program-program ketenagakerjaan
6. Fasilitas umum33
Secara idiologis, pelayanan kesejahteraan sosial didasari keyakinan
bahwa tindakan sosial dan pengorganisasian sosial merupakan suatu wujud
nyata dari kebijakan sosial sebagai representasi kehendak publik dalam
mempromosikan kesejahteraan kewarganegara.34
Dari beberapa uraian mengenai pengertian pelayanan kesejahteraan
sosial diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesejahteraan
sosial adalah suatu kegiatan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dan
pemecahan masalah yang dialami oleh individu, keluarga, dan masyarakat
yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi sosial, dan lembaga swadaya
33
Nurdin Widodo, dkk, Studi Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah Terlantar Melalui
Panti Sosial Bina Remaja (Jakarta: P3KS Press, 2009), h.24 34
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, Dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h.14
47
masyarakat agar mereka memiliki harga diri dan kepercayaan diri sehingga
mampu menjalankan fungsi sosial dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Tujuan pelayanan sosial menurut Anthony H. Pascal adalah35
:
1) Memberikan perlindungan kepada orang yang mengalami
kehilangan kemampuan. Pelayanan kesejahteraan sosial
dilaksanakan untuk melindungi orang yang tidak memiliki
kemampuan lagi disebabkan oleh kondisi tertentu.
2) Menyediakan pilihan-pilhan kepada penerima pelayanan.
Karena setiap orang memiliki potensi diri dan masalah yang
berbeda-beda. Maka setiap orang dapat memilih bentuk dan jenis
pelayanan tertentu sesuai dengan potensi dan masalah yang
dihadapinya
3) Mengembangkan keberfungsian sosial. Kondisi ini ditandai
dengan ketidakmampuan dalam memenuhi sosial dasar. Pelayanan
sosial diberikan untuk membantu orang agar mereka dapat
memenuhi kebutuhan sosial dasar.
4) Meningkatkan keadilan untuk memperoleh kesempatan.
Pelayanan kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya menciptakan
keadilan bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai kesempatan
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
35
Alit Kurnisari, dkk., Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi
Putra (PSMP), (Jakarta: P3KS Press, 2009), h.15
48
5) Memelihara terpenuhinya kebetuhan minimal. Kebutuhan
minimal ini diarahkan pada pengertian kebutuhan dasar yang
meliputi makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Pelayanan
kesejahteraan sosial diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan
minimal ini, baik bersifat fisik-organis, sosial, dan psikologis.
5. Fungsi Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Untuk melakukan upaya-upaya dalam proses pembinaan maka
hendaknya perlu dilakukan penggalian masalah. Untuk menghindari
membesarnya masalah maka perlu dilakukan pencegahan yang berarah.
Dalam perspektif kesejahteraan sosial upaya pencegahan tersebut
adalah bagian dari fungsi usaha kesejahteraan sosial.
a. Fungsi Pencegahan
Kata pencegahan secara umum berarti suatu tindakan untuk
menghalangi, merintangi atau menahan terjadinya sesuatu.Dalam
dunia Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) pencegahan diartikan sebagai
upaya untuk menghalangi, merintangi, atau menahan terjadinya dan
berkembangnya atau timbulnya kembali masalah sosial. Berdasarkan
atas pengertian itu maka fungsi pencegahan dalam usaha kesejahteraan
sosial mengandung tiga unsur kegiatan yaitu:36
1. Mencegah timbulnya masalah sosial
2. Mencegah berkembangnya atau meluasnya masalah sosial dalam
kehidupan masyarakat.
36
Departemen Sosial R.I Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial), hal.47
49
3. Mencegah timbulnya atau kambuhnya kembali permasalahan sosial
yang pernah dialami/disandang oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat.
b. Fungsi Penyembuhan
Fungsi penyembuhan dalam dunia pekerjaan sosial sering juga
disebut fungsi rehabilitasi yang diartikan sebagai proses
refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan
penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi
sosialnya dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan proses
refungsionalisasi karena kegiatan penyembuhan ini mendasarkan diri
pada asumsi bahwa para penyandang masalah kesejahteraan sosial itu
karena masalah yang dideritanya mereka kehilangan kemampuannya
untuk berfungsi sosial. Dengan berdasarkan atas asumsi itu usaha
kesejahteraan sosial berusaha mengembalikan kemampuan mereka
untuk berfungsi sosial lagi, itulah sebabnya usaha kesejahteraan sosial
ini dikatakan melaksanakan refungsionalisasi atau memfungsikan
kembali.
Diantaranya dari Fungsi penyembuhan, fungsi penyembuhan
memiliki tiga tujuan. Yaitu:
1. Memelihara kemampuan orang, baik sebagai individu, kelompok
maupun sebagai anggota masyarakat untuk mempertahankan
hidupnya.
2. Memulihkan kembali mereka-mereka yang karena sesuatu hal
terganggu kemampuannya untuk berfungsi sosial sehingga hidupnya
50
terasing dari kehidupan ramai, untuk berfungsisosial kembali dan
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berfungsi sosial.
3. Menunjang dan menjaga keluarga keluarga untuk melaksanakan
fungsi sosialisasi terhadap generasi muda yang bersifat mencegah agar
seseorang tidak terasing dari kehidupan bersama.
c. Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan yaitu usaha pengembangan dan penyuluhan
adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan rasa kesadaran
dan tanggung jawab sosial para warga masyarakat degan meningkatan
taraf peradapan suatu kelompok masyarakat, menghilangkan tata cara
hidup yang sudah tidak serasi dengan jaman dan sebagainya, usaha-usaha
yang dilandaskan atas perikemanusiaan dan kegotong-royongan dan
sebagainya.
Berdasarkan atas uraian itu maka usaha kesejahteraan sosial yang
berfungsi pengembangan ini akan mempunyai 3 ciri pokok yaitu:37
1. Ingin meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
2. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial untuk
berpatisipasi dalam kehidupan masyarakat.
3. Berusaha untuk menjalarnya efek ganda dalam lingkugan sosial,
keluarga dan masyarakat.
d. Fungsi Penunjang
Yang dimaksud dengan fungsi usaha kesejahteraan sosial yang
berfungsi menunjang adalah usaha kesejahteraan sosial yang
37
Departemen Sosial R.I,Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial 2010) hal.85
51
akanmenunjang program dari fungsi profesi lain dalam artian usaha
kesejahteraan sosial itu dipergunakan untuk lebih meningkatkan mutu
keberhasilan yang ingin dicapai oleh profesi tersebut misalnya:38
1. Fungsi Usaha Kesejahteraan dalam program kesehatan.
2. Fungsi Usaha Kesejahteraan Sosial dalam program-program
pendidikan.
3. Fungsi Usaha Kesejahteraan Sosial dalam program pelayanan para
narapidana masih ada di Lembaga Permasyarakatan.
6. Pelayanan Kesejahteraan Sosial dan Panti
Panti sosial merupakan salah model atau sistem pelayanan
kesjeahteraan sosial berbasis lembaga (instutional based) yang
dikembangkan di Indonesia. Model atau sistem lainnya yaitu pelayanan
berbasis keluarga (family based) dan pelayanan berbasis masyarakat
(community based). Berbagai model atau sistem pelayanan kesejahteraan
sosial tersebut diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan masyarakat.39
Didalam sistem panti sosial ini, pelayanan kesejahteraan
sosial diberikan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
yang berada di panti sosial dalam batas waktu tertentu. Selama batas waktu
tertentu tersebut panti sosial memenuhi kebutuhan dasar penerimaan
manfaat dan memberikan bimbingan mental spiritual dan sosial.
Departemen sosial sebagai instansi pemerintah memberikan
batasan tentang panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan
38
Departemen Sosial R. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,(Yogyakarta: Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial) hal.96 39
Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, h.97
52
sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah
kesejahteraan sosial kearah kehidupan normatif secara fisik, mental
dan sosial. Dalam hal ini departemen sosial, miliki kedudukan
melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap pani-panti sosial.40
Fungsi panti yang memadai tentunya harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Yakni bagaimana keberadaan panti dari aspek
kelembagaan. Pemenuhan kebutuhan dasar penerimaan manfaat,
pelayanan teknis, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta
pendanaannya. Oleh karena itu fungsi panti dalam pelayanan dilihat
dari beberapa aspek, yakni41
;
1. Aspek kelembagaan sebuah panti sosial perlu memiliki AD/ART,
visi dan misi, legalitas serta izin operasional.
2. Aspek Pemenuhan kebutuhan dasar sebuah panti didirikan
memiliki kewajiban untuk mampu memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar bagi penerima manfaatnya, yang meliputi,
pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan serta
kebutuhan sehari-hari lainnya.
3. Aspek pelayanan teknis, tergantung dari masalah penerima
manfaat dan jenis pelayanan yang diberikan. Secara umum
pelayanan teknis ini meliputi kegiatan sejak pendekatan awal,
40
Alit Kurnisari, dkk., Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi
Putra (PSMP) (Jakarta: P3KS Press, 2009),h.17 41
Alit Kurnisari, dkk., Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi
Putra (PSMP) (Jakarta: P3KS Press, 2009),h.19
53
assesment, perencanaan intervensi, intervensi, monitoring dan
evaluasi hinggga pembinaan lanjut pasca pelayanan.
4. Aspek sumber daya manusia atau (SDM) mencakup aspek
penyelenggara panti dan aspek pengembangan SDM.
Penyelenggara panti meliputi unsur pimpinan, operasional
pelayanan, dan unsur penunjang. Untuk penngembangan SDM
panti perlu memiliki program pengembangan SDM bagi personil
panti.
5. Aspek saran dan prasarana meliputi sarana pelayanan teknis,
sarana perkantoran dan sarana umum.
6. Untuk aspek pembiayaan perlu memiliki anggaran yang berasal
dari sumber tetap dan tidak tetap.
7. Memahami Konsep Organisasi Sosial
Organisasi pelayanan ini muncul sebagai akibat dari semakin
kompleksnya tuntutan manusia akan rasa tenang, tentram, nyaman, dan
terbebas dari berbagai permasalahan baik yang menyangkut individu,
kelompok maupun permasalahan dalam masyarakat.42
Oleh karena itu
badan-badan atau organisasi-organisasi sosial, baik yang bersifat formal
maupun non formal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi
sosial dalam bidang kesejahteraan sosial.
Organisasi sosial pada hakikatnya adalah kumpulan dari norma-
norma sosial yang diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi
masyarakat lebih jauh. Organisasi sosial adalah pola-pola yang telah
42
Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Malang: UMM Press, 2007), h.126
54
mempunyai kekuatan tetap atau pasti untuk mempertemukan beragam
kebutuhan manusia, yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang telah
mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah mapan untuk
memenuhi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu
instruktur.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pengembangan usaha
bidang sosial dalam usaha kesejahteraan sosial sebagaimana yang
dikemukakan Sumarno Nugroho antara lain adalah:43
1. Kemampuan mengenal masalah mereka sendiri.
2. Keinginan dan ikut serta mencari alternatif pemecahan masalah.
3. Keterlibatan individu dalam pelaksanaan usaha kesejahteraan
sosial.
4. Penyebaran metode-metode swadaya berswadaya.
5. Bimbingan dan bantuan dari pemerintah.
F. Usaha Kesejahteraan Sosial
Salah satu bentuk usaha kesejahteraan sosial adalah terbentuknya
lembaga sosial atau organisasi sosial atau panti sosial yang merupakan
wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana usaha
kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai
kegiatan secara kongkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun
masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu
sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun
komunitas.
43
Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Malang: UMM Press, 2007), h.127
55
Usaha kesejahteraan sosial memberikan sumbangan untuk
mewujudkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial setiap warga dari
segala lapisan. Untuk mewujudkan dari kesejahteraan sosial sebagimana
telah dikemukakan, perlu disusun suatu program dan kegiatan yang
bermuara pada tujuan kesejahteraan sosial. Program-prgram itulah yang
biasa disebut usaha kesejahteraan sosial yang meliputi semua upaya,
program dan kegiatan yang ditunjukkan untuk mewujudkan, membina,
memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.44
Sebagai suatu upaya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat, usaha kesejahteraan sosial (UKS) menjadi sebuah rutinitas
sebagai upaya pengembangan sumber-sumber daya dalam menumbuhkan,
membina dan meningkatkan terwujudnya kesejahteraan sosial serta
menunjang usaha-usaha lain yang mempunyai tujuan sama. Upaya tersebut
didasarkan prinsip-prinsip dasar kesejahteraan sosial, yakni, pertama setiap
manusia berhak untuk mendapatkan taraf kesejahteraan yang sebaik-
baiknya. Kedua, usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab
bersama antara negara dan masyarakat. Ketiga, dalam melaksanakan
kesejahteraan sosial akan sangat diwarnai oleh sistem nilai yang berlaku
dalam masyarakat, seperti nilai-nilai kemanusiaan, kekeluargaan,
kegotong-royongan, kebersaamaan dan kesetiakawanan.45
Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang nyata
baik ia bersifat langsung ataupun tidak langsung sehingga apa yang
44
Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa Pemikiran Tentang Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Malang: UMM Press, 2007), h.120 45
Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997), h.46
56
dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditunjukkan
untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga
masyarakat, dan bukan sekedar program pelayanan ataupun kegiatan yang
lebih dititik beratkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri
ataupun menjadikan sebagai “punggung” untuk sekedar mengekspresikan
penampilan diri sendiri dalam suatu lembaga.
Belakangan ini juga cukup populer bentuk usaha kesejahteraan sosial
dengan memberikan pelayanan semi-panti yang lebih terbuka dan tidak
kaku. Para pekerja sosial menentukan program kegiatan, pendampingan,
dan berbagai pelayanan sosial dalam rumah singgah. Rumah terbuka untuk
aktifitas, rumah belajar, rumah persinggahan, rumah keluarga pengganti.46
1. Bidang Kesejahteraan Sosial
Secara konvensional ada beberapa bidang yang masuk dalam
bidang kesejahteraan sosial dalam arti sempit, digambarkan oleh Fink
(1974), Friedlander (1980), Mendoza (1981) dan Zastrow (1966)
antara lain meliputi:
1. Bidang yang Terkait Dengan Sistem Penyampaian Layanan
(Service Delivery System).
Menurut Friedlander memainkan peranan penting, karena
dengan pengembangan jaringan sistem penyampaian layanan baik
maka salah satu unsur penting dalam proses pemberian bantuan
terhadap klien dapat terpenuhi, yaitu dalam kaitan dengan:
46
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2006), h.164
57
Layanan dapat diterima dari para petugas ataupun lembaganya
(dalam hal ini lembaga non pemerintah); dan
Layanan yang ditawarkan oleh lembaga pemerintah, baik di
tingkat pusat, provinsi maupun lokal.
Bentuk layanan yang ditawarkan dari sistem ini dapat
beragam, seperti bantuan terhadap; yatim-piatu, rumah sakit, lanjut
usia, penyandang cacat, lembaga yang memberi bantuan terhadap
keluarga dari terpidana penjara, rumah penampungan untuk para
gelandangan, dan lain sebagainya.
2. Bidang yang Terkait Dengan Layanan Sosial Terhadap
Keluarga.
Layanan terhadap keluarga merupakan bidang garapan yang
menarik, karena sebagai unit dasar terkecil dari suatu masyarakat,
keluargalah yang membentuk dan mengembangkan kepribadian
seseorang. Di beberapa negara terdapat berbagai bentuk layanan
yang lebih mengkhususkan diri dari pada keluarga sebagai
homemaker services, ataupun layanan untuk para imigran dan
imigran.
3. Bidang yang Terkait Dengan Pelayanan Terhadap Anak-Anak
Dan Generasi Muda.
Fink melihat layanan terhadap anak mempunyai tanggung
jawab, antara lain untuk mendukung kehidupan keluarga,
pencegahan dan perlindungan terhadap anak agar mereka tidak
ditelantarkan ataupun dianiaya. Layanan semacam ini dilakukan
58
oleh berbagai macam lembaga yang bertujuan untuk menyediakan
cara agar anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat.
Dalam kaitannya dengan pengembangan area ini, para
petugas yang bergerak di bidang ini haruslah mempunyai
pengetahuan mengenai perkembangan anak, dinamika keluarga,
peran orang tua dan pengaruh faktor sosial budaya terhadap
perkembangan anak.layanan terhadap anak-anak dan generasi
muda itu sendiri mempunyai bentuk yang beragam. Beberapa
bentuk layanan yang diberikan pada negara yang sudah
berkembang antara lain:
Layanan kesehatan ibu dan anak
Layanan untuk anak cacat
Layanan kesejahteraan anak
Layanan untuk yatim piatu dan anak terlantar
Perlindungan pekerja anak
Layanan tempat penitipan anak (day care dan child care)
4. Bidang yang Terkait Dengan Kesejahteraan Sosial Untuk
Lanjut Usia (Lansia).
Bentuk layanan yang diberikan bagi lansia dapat berbentuk
layanan guna memenuhi kebutuhan fisik ataupun kebutuhan psikis
mereka.Layanan yang diberikan dapat berbentuk layanan dalam
panti seperti panti wredha (nursing home), ataupun layanan non-
panti, seperti homemaker services, meals-on-wheels; ataupun
organized home care.
59
5. Bidang yang Terkait Dengan Kelompok Khusus.
Mendoza menjelaskan bidang yang terkait dengan kelompok
khusus ini sangat beragam diantaranaya adalah:
Kelompok penyalahgunaan narkoba
Kelompok perempuan yang secara sosial kurang
diuntungkan (social disadvantaged women)
Kelompok lansia
Kelompok penyandang cacat
6. Bidang yang Terkait Dengan Lembaga Pendidikan.
Dalam lembaga pendidikan praktisi kesejahteraan sosial dapat
bergerak sebagai konselor ataupun menjadi pembimbing baik di
tingkat dasar maupun tingkat pendidikan menengah. Karena dalam
proses belajar mengajar tidak jarang para mahasiswa menemui
situasi yang memberikan tekanan (stressful situation), di mana di
saat itu diperlukan pihak yang dapat menjadi teman bicara yang
dapat meredakan dan menyalurkan stress mereka.
7. Bidang yang Terkait Dengan Pengentasan Kemiskinan.
Dalam kaitan dengan pengentasan kemiskinan, Friedlander
lebih menonjolkan pada peran praktisi dalam mengembangkan
kebijakan, program aksi komunitas di masyarakat dan
pengembangan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan. Pada
kelompok ini, praktisi lebih banyak terkait dalam melakukan
perubahan sosial terencana di level komunitas ataupun intervensi
komunitas.
60
BAB III
GAMBARAN UMUM
YAYASAN PANTI ASUHAN YATIM PIATU DAN FAKIR MISKIN
AL KHAIRIYAH
A. Latar Belakang Berdiri dan Perkembangannya
Yayasan Panti Asuhan Al-Khairiyah, beralamatkan di Jl. H. Batong II
Rt.007/06 Cilandak Barat Jakarta Selatan. Tekad pendirian yayasan Al-Khairiyah
ini diawali dengan pengajian ibu-ibu majlis taklim yang berdomisili di daerah
Cilandak Barat saja, yang dadakan setiap satu minggu sekali. Pencetus pendiri
yayasan panti asuhan Al-Khairiyah ini adalah Umi Hj. Marwanih , pada tahun
1979. Umi Hj. Marwanih pada awalnya mulai mengurus beberapa anak yatim
yang dititipkan oleh warga sekitar Cilandak Barat yang tidak mampu membiayai
anaknya untuk sekolah.1
Awalnya Umi Hj. Marwanih membiayai anak-anak asuhnya dengan
swadaya sendiri. Namun, setelah beberapa bulan berjalan semakin banyak anak-
anak asuh yang dititipkan kepadanya. Kemudian Umi Hj. Marwanih mencari jalan
untuk mendapatkan tempat tinggal dan biaya bagi anak-anak asuhnya yang
semakin bertambah. Selain itu, dikarenakan desakan dari masyarakat sekitar dan
ibu-ibu majlis taklim yang turut menganjurkan agar Umi Hj. Marwanih untuk
mendirikan yayasan, yang nantinya dapat menampung anak-anak yang
1 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
61
membutuhkan asuan dan pendidikan selain dari orang tua mereka yang kurang
mampu.2
Berkat bantuan dari para dermawan di sekitar Cilandak Barat dan ibu-ibu
majlis taklim yang dipimpinnya. Sehingga memperoleh dana untuk memulai
pembangunan dan pembiayaan bagi anak asuhnya. Dengan berkat Rahmat Allah
SWT, pada tanggal 12 Agustus 1987 dimulailah peletakan batu pertama sebagai
pertanda dimulailah pembangunan Yayasan Al-Khairiyah. Sehingga sekarang
yayasan tersebut sudah memiliki bangunan permanen berlantai dua.
Kemudian pada tanggal 23 Juli 1989 melalui Akte Notaris Endang Erawati
SH, kami diresmikan pada kegiatan ini menjadi bentuk yayasan bernama Panti
Asuhan Al-Khairiyah.3
Yayasan Al-Khairiyah ini merupakan lembaga sosial yang mempunyai
tujuan membantu anak-anak yatim, anak terlantar dan ekonomi lemah. Panti
Asuhan Al-Khairiyah ini mempunyai pedoman, pedoman yang dianutkan ini
adalah berpedoman pada nilai-nilai agama yang kuat yaitu islam. Agar anak-anak
asuh dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dan
pendidikan yang memang mereka harus dapatkan.
Sekarang Yayasan Al-Khairiyah dipimpin oleh Bapak H. Abdillah, yaitu
anak dari Umi Hj. Marwanih segala wewenang panti sosial ini dipegang oleh
Bapak H. Abdillah beserta kakak-kakak dan adik-adiknya serta sanak kerabat Umi
2 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016 3 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
62
Hj. Marwanih. Yayasan Al-Khairiyah tidak sembarangan dalam menerima anak
asuhnya, tetapi salah satu pengurus panti atau pengelola di panti harus melihat dan
mensurvei terlebih dahulu, jika anak tersebut memang sangat membutuhkan
bantuan dalam pendidikan, maka anak tersebut dapat tinggal dipanti dengan
segala persyaratan.4
Adapun persyaratannya adalah orang tua anak tersebut harus meminta
surat keterangan dari RT, RW dan Lurah bahwa anak tersebut dapat tinggal di
panti. tetapi bagi anak yang sudah sekolah dan orang tuanya tidak mampu lagi
untuk menyekolahkannya, maka orang tua tersebut harus membawa surat
keterangan dari sekolah asalnya. Agar anak tersebut dapat meneruskan
sekolahnya. Panti sosial ini hanya dapat menyekolahkan anak-anak asuhnya
hingga tinggat SLTA saja, setelah itu mereka dikembalikan kepada keluarganya
masing-masing.lalu bagi anak yang sudah lulus SLTA dan ia berasal dari luar
daerah, biasanya diberikan kesempatan untuk mencari pekerjaan dan
diperbolehkan tinggal dipanti untuk sementara.
Jumlah anak asuh di panti asuhan Al-Khairiyah sekarang ini sudah
mencapai 60 anak asuh, (data terlampir) anak-anak asuh yang menghuni di panti
ini tidak hanya anak-anak yang berasal dari sekitar Cilandak Barat saja, tetapi
sekarang sebagian ada yang berasal dari luar daerah seperti Kota Serang Banten.
B. Tujuan Yayasan Al-Khairiyah
Yayasan Panti Asuhan Al-Khairiyah ini merupakan institusi yang lahir
dari dan untuk masyarakat muslim khususnya yaitu mereka yang berdomisili di
4 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
63
Cilandak Barat dan masyarakat muslim pada umumnya. Beranjak dari sejarah
pendiriannya, adapun yayasan ini memiliki tujuan yaitu5:
“Memberikan layanan pada anak-anak yatim piatu, anak-anak terlantar dan
anak-anak kurang mampu, agar mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat
hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun
masyarakat.
C. VISI dan MISI
Sebelum organisasi atau sebuah lembaga menentukan tujuan-tujuan,
terlebih dahulu harus menetapkan visi dan misi organisasi. Visi dan misi
organisasi menyajikan kerangka kerja yang menuntun suatu nilai dan kepercayaan
organisasi. Pernyataan visi misi dari suatu organisasi memainkan peran penting
dalam strategi pembangunan sistem kualitas. Visi dan misi memberikan identitas
organisasi dan pemahaman terhadap arah yang dituju.
Visi (vision) adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi di masa yang akan datang. Sedangkan misi (mission) adalah suatu
pernyataan sikap tentang aktifitas dari perusahaan atau organisasi.
Adapun visi dari Yayasan Al-Khairiyah adalah6:
“Membentuk anak-anak asuh yang memiliki jiwa mandiri, serta dapat
berguna bagi Bangsa dan Negara”
5 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016 6 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
64
Adapun misi dari Yayasan Al-Khairiyah adalah :
Berangkat dari visinya yaitu: Membentuk anak-anak asuh yang memiliki
jiwa mandiri, serta dapat berguna bagi Bangsa dan Negara, maka Yayasan Al-
Khairiyah memiliki misi sebagai berikut:
a. Mewujudkan Panti Asuhan Al-Khairiyah sebagai sarana pendidikan bagi anak
yang membutuhkannya.
b. Menciptakan kesadaran kepada masyarakat yang memiliki kelebihan harta
dengan rasa tanggung jawab sosial.
D. Struktur Organisasi
Dalam suatu organisasi atau lembaga dengan segala aktifitasnya, terdapat
hubungan diantara orang-orang yang menjalankan aktifitasnya tersebut.Semakin
banyak kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi, semakin kompleks pula
hubungan-hubungan yang ada, untuk itu dibutuhkan suatu bagan yang
menggambarkan tentang hubungan tersebut termasuk hubungan antara masing-
masing kegiatan atau fungsi.Bagan yang dimaksud organisasi atau struktur
organisasi.
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme
formal bagaimana organisasi iu dikelola. Struktur organisasi menunjukan
kerangka atau susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu organisasi. Struktur ini memegang spesialis kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
besaran (ukuran) satuan kerja.
65
Adapun Struktur Organisasi Panti Asuhan Al-Khairiyah adalah7:
Adapun penjelasan berdasarkan struktur diatas ialah :
Ketua Yayasan : H. Abdillah
Sekretaris : Agus Baihaqi, S.Sos
Bendahara : Hj. Siti Rahmah
Bagian Rumah Tangga : Hj. Azizah
Bagian Pendidikan : H. A. Abdul Wahab S.Pdi
E. Deskripsi Pekerjaan
a) Ketua Yayasan
1. Menyusun strategi dan program kerja di yayasan Panti Sosial Asuhan
Anak Al-Khairiyah
2. Memberikan pengarahan, koordinasi, dan pelaksanaan tugas kepada
seluru anggota pengurus Yayasan Al-Khairiyah
3. Memberikan bimbingan, petunjuk serta pengamanan kepada seluruh
anak asuh
7 Hasil Observasi di Kantor PSAA Al Khairiyah, 27 Juli 2016
KETUA YAYASAN
BENDAHARA SEKRETARIS
BAGIAN RUMAH
TANGGA
BAGIAN PENDIDIKAN
66
b) Sekretaris
1. Menyusun dan mempersiapkan arsip dan surat menyurat yang
diperlukan
2. Menyusun laporan kegiatan PSAA Al-Khairiyah
c) Bendahara
1. Menyusun anggaran penerimaan dari para donator tetap dan donator
tidak tetap serta anggaran pengeluaran Yayaasan Al-Khariyah beserta
anak asuhnya.
2. Menyusun laporan keuangan Yayasan Al-Khairiyah
d) Bagian Rumah Tangga
Memenuhi kebutuhan warga panti baik berupa bahan-bahan makanan,
pakaian anak asuh dan lain sebagainya untuk keperluan sehari-hari dan
juga memonitor segala perbaikan unit-unit bangunan panti asuhan yang
sudah tidak layak digunakan.
e) Bagian Pendidikan
1. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada seluruh anak asuh Al-
Khairiyah tentang : Shalat, mengaji serta keterampilan lain seperti
menjahit, shalawatan, bercocok tanam dan budidaya hewan ternak.
2. Mengembangkan pendidikan agama terhadap seluruh anak asuh.
Adapun jumlah seluruh pegawai PSAA Al-Khairiyah Cilandak
Barat adalah 10 orang seperti terlihat dalam table dibawah ini:
67
Tabel 3.1
Data Pegawai di PSAA Al-Khairiyah Cilandak Barat
NO NAMA JABATAN
1 H. Abdillah Ketua Yayasan
2 Agus Baihaqi, S.Sos Sekretaris
3 Hj. Siti Rahmah Bendahara
4 Hj. Azizah Bagian Rumah Tangga
5 H. A. Abdul Wahab S.Pdi Bagian Pendidikan
6 Leha Petugas dapur
7 Andri Zarkasih Instruktur Keterampilan
8 Hasan Basri Instruktur Keterampilan
9 Maisaroh Instruktur Keterampilan
10 Idris Petugas Keamanan
Sumber : TU PSAA Al Khairiyah Cilandak Barat
F. Profil Anak Asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Al-Khairiyah.
Tabel 3.2
Data Anak Asuh Berdasarkan Status Keluarga
NO Status Keluarga Keterangan
1 Orang Tua Tidak Mampu 10 Orang
2 Yatim 3 Orang
3 Piatu 1 Orang
4 Yatim Piatu 5 Orang
5 Perceraian Keluarga 3 Orang
6 Anak Terlantar 4Orang
Jumlah 26 Orang
Sumber : TU PSAA Al-Khairiyah
Daya tampung Anak Asuh PSAA Al-Khairiyah Cilandak Barat 2016 ini
terdapat 26 orang anak asuh yang biasanya mencapai 50 anak. Berdasarkan tabel
68
tersebut, terdapat sepuluh orang yang berstatus orang tua tidak mampu, tiga orang
yatim, satu orang piatu, lima orang bertatus yatim piatu, tiga orang perceraian
keluarga dan empat orang anak terlantar.
Di bawah ini adalah profil anak asuh di PSAA Al-Khairiyah Cilandak Barat
berdasarkan tingkat pendidikan, data anak asuh pada tingkat SD terdapatsatu
orang, tingkat SMP tiga belas orang, tingkat SMA/SMK dua belas orang dapat
dilihat dengan rinci pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Data Anak Asuh Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO. Tingkat Pendidikan Kelas 6 Kelas I Kelas II Kelas
III
KET
1 SD 1 1
2 SMP 3 6 4 13
3 SMK 3 9 12
Jumlah 26 Orang
Sumber : TU PSAA Al-Khairiyah Cilandak Barat
G. Program Kerja
Setiap suatu lembaga atau organisasi, pasti memiliki program kerja karena
dengan adanya program, kegiatan-kegiatan yang direncanakan akan lebih terarah,
begitu pula adanya Yayasan Al-Khairiyah. Secara garis besar segala bentuk
aktifitas yang bergulir di lingkungan panti asuhan Al-Khairiyah dapat
dikategorikan kepada beberapa kategori yaitu8:
8 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
69
1. Memberikan pendidikan kepada anak asuh, baik pendidikan umum maupun
pendidikan agama
Kegiatan ini dilakukan secara rutinitas yaitu dilakukan setiap hari setelah
shalat maghrib hingga waktu isya. Di yayasan itu sendiri dilengkapi dengan
majelis ta’lim yang sering digunakan untuk pengajian ibu-ibu. Dalam
pembinaan rohani ini pembimbing memberikan pelajaran-pelajaran agama
seperti ilmu fiqih, tajwid serta tahlil dan doa sehari-hari.
2. Memberikan Santunan
Memberikan santunan atau bantuan yang dilakukan secara rutin oleh Yayasan
Al-Khairiyah, pemberian santunan ini tidak sebatas diberikan untuk anak asuh
yang berada di panti saya namun fakir miskin yang berada disekitar yayasan
juga diberikan santunan berupa sembako seperti beras, minyak, gula dll.
3. Memberikan pembayaran uang sekolah
Yayasan Al-Khairiyah ini sangat memperhatikan pendidikan anak-anak
asuhnya, yaitu dengan memberikan tunjangan pembayaran uang SPP anak
asuh.Kegiatan ini diberikan pada tiap bulan bagi pembayaran uang sekolah
dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah kejuruan.Segala pembayaran
ditanggung oleh yayasan.
4. Meningkatkan taraf hidup
Yayasan Al-Khairiyah dalam upaya meningkatkan taraf hidup tidak selalu
harus bersifat konsumtif tetapi produktif. Hal ini dilakukan supaya anak tidak
selalu berpangku tangan kepada yayasan tersebut, tetapi harus kreatif dan
dapat memberikan hasil yang baik. Seperti misalnya pelayanan menabung
bagi anak asuh.
70
5. Memberikan keterampilan
Yayasan Al-Khairiyah selain memberikan pembinaan, santunan, dan
meningkatkan taraf hidup, juga memberikan keterampilan-keterampilan
khusus diantaranya.Yaitu : Kursus Komputer, Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris. Tak hanya itu yayasan juga memberikan keterampilan-keterampilan
lain misalnya bercocok tanam, budidaya hewan ternak seperti: ikan lele,
kewirausahaan penjualan telur puyuh. Semua itu dilakukan diluar jam sekolah
atau dihari libur. Tujuan itu agar kelak semua anak asuh mempunyai keahlian
dan tidak buta sama sekali dengan bahasa dan tekhnologi yang sudah maju
seperti sekarang ini. Sehingga ketika sudah tidak berada di yayasan lagi, si
anak bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya.
Selain program kerja yang memiliki orientasi jangka panjang dan
kontinyuitas di PSS Al-Khairiyah juga memiliki jadwal kegiatan belajar baik
berupa pembinaan kepribadian dan kemandirian yang dilakukan sehari-hari,
sebagai kegiatan penunjang agar anak-anak asuhnya memiliki kemampuan dalam
berbagai bidang seperti keagamaan dan keterampilan umum.9
9 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua Yayasan PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
71
Table 3.4
Jadwal Kegiatan Belajar Yayasan Panti Asuhan Al-Khairiyah
NO Hari Pelajaran Waktu
1 Senin Ilmu Fiqih Ba’da Maghrib
2 Selasa Shalawat + Iqra Ba’da Maghrib
3 Rabu Alquran + Shalawat Ba’da Maghrib
4 Kamis Membaca surah Yasin +
Waqiah + Al-Mulk
Tahlilan + Ratiban
Pembacaan Maulid
5 Jumat Bercocok Tanam +
menjahit dan Budi daya
Hewan Ternak
Ba’da Ashar
6 Sabtu Bercocok Tanam +
menjahit dan Budi daya
Hewan Ternak
Pagi dan Siang
7 Minggu Les Berbahasa Inggris
Bercocok Tanam +
menjahit dan Budi daya
Hewan Ternak
Pagi dan Siang
Sumber : Hasil Wawancara dengan Ketua Yayasan PSAA Al-Khairiyah
Selain jadwal kegiatan belajar anak asuh yang tertulis diatas, untuk
pembelajaran secara formal seperti sekolah, itu dikerjakan di luar sekolah.
H. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan bagian yang terpenting yang harus
dimiliki dan diadakan oleh setiap lembaga atau organisasi baik lembaga bisnis
maupun lembaga sosial termasuk Al-Khairiyah disini sebagai lembaga sosial.
Karena adanya sarana dan prasarana ini akan menjadi penunjang dari setiap
aktifitas yayasan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pembinaan serta
kesejahteraan anak asuhnya.
72
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Yayasan Panti Asuhan
Yatim Piatu dan Fakir Miskin Al-Khairiyah adalah :
1. Kantor
2. Ruang Tamu
3. Ruang Jaga
4. Asrama
5. Kamar tidur
6. Tempat tidur
7. Komputer
8. Lemari Pakaian
9. Ruang Makan
10. Ruang Masak
11. Mushola / Aula
12. MCK
13. Tempt Wudhu
14. Perpustakaan
15. Ruang Belajar
16. Ruang Keterampilan
Dengan adanya sarana dan prasarana sebagai aktifitas dipanti asuhan ini,
diharapkan semua kegiatan maupun tujuan yang ditetapkan oleh Yayasan Al-
Khairiyah dapat berjalan dengan baik dan Lancar.
I. Jenis Pembinaan di Panti Sosial Asuhan Al-Khairiyah
Pembinaan yang diberikan oleh Panti Asuhan terhadap para anak asuh
dibagi menjadi dua kategori yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan
kemandirian.10
1. Pembinaan Kepribadian adalah pembinaan yang bertujuan
meningkatkan kualitas pribadi anak asuh agar memiliki mental
10
Wawancara pribadi dengan Ustadz H.A. Abdul Wahab selaku PembinaBagian
Pendidikan di PSAA Al Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016
73
spiritual yang baik, memiliki kesadaran hukum yang baik, memiliki
kesadaran berbangsa dan ernegara yang baik dan memiliki
kemampuan intelektual yang baik.
2. Pembinaan Kemandirian adalah pembinaan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan anak asuh untuk mencari penghidupan
melalui kegiatan bimbangan kerja.
Masing-masing kategori pembinaan diatas dapat diuraikan lagi sebagai
berikut:
1. Program Pembinaan Kepribadian terbagi menjadi :
a. Program membaca Al-Quran
Gambar 3.1: Program Pembinaan Kepribadian
Anak asuh mempelajari Al Quran dengan tujuan memperoleh
petunjuk Ilahi dalam upaya menata kehidupan mulai dari sejak dini
sampai dewasa (kehidupan dirinya sendiri), sesuai dengan
kapasitasnya selaku bagian dari tatanan kehidupan.
74
b. Program Pengajian Kitab ilmu agama
Gambar 3.2: Program Pembinaan Kepribadian
Pendidikan yang paling utama untuk diberikan kepada anak
asuh adalah pendidikan agama, karena pendidikan agama inilah yang
akan membimbingnya untuk senantiasa berada didalam jalan
kebaikan. Dan dengan dia mengetahui tentang agamanya, maka dia
akan mengetaui tentang tujuan dia hidup di dunia ini. Aqidah dan
Akhlak merupakan suatu hal yang dominan dalam ajaran Islam, oleh
karena itu apabila seseorang mempelajari agama Islam, maka hal yang
pertama yang harus dilakukan adalah penanaman aqidah pada anak.
75
c. Program ceramah agama
Gambar 3.3: Program Pembinaan Kepribadian
Pidato yang baik akan memberikan kesan positif bagi orang-
orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato/
berbicara didepan umum dapat membantu dalam mencapai karir yang
baik. Pidato juga selalu digunakan dalam ruang lingkup yang resmi.
Misalnya di institusi pendidikan, pemerintahandan lain-lain. Di PSAA
Al-Khairiyah ini juga anak asuh diajarkan untuk belajar berpidato
untuk melatih kemampuan anak asuh berbicara di depan khalayak dan
juga melatih kepercayaan diri pada anak asuh.
76
2. Program Pembinaan kemandirian terbagi menjadi :
a. Peternakan : Kewirausahaan Penjualan telur ayam puyuh
Gambar 3.4: Program Pembinaan Kepribadian
PSAA Al-Khairiyah juga memberikan pembinaan
kewirausahaan kepada anak-anak asuh dengan cara menjual telur
puyuh tersebut kepada masyarakat sekitar. Telur yang dihasilkan
merupakan hasil budidaya burung puyuh di PSAA Al-Khairiyah, anak
asuh diajarkan tentang cara memelihara dan pemberi pakan yang baik
serta anak asuh juga berfokus pada penjualan telur tersebut.
77
b. Perikanan : lele,
Gambar 3.5: Program Pembinaan Kepribadian
Upaya kemandirian yang diberikan oleh PSAA Al-Khairiyah
kepada anak asuh salah satunya adalah budidaya ikan lele. Budidaya
ikan lele merupakan salah satu unit pembinaan kemandirian di PSAA
Al-Khairiyah dimana pihak PSAA Al-Khairiyah menyediakan tempat
untuk melakukan kegiatan budidaya ikan lele, menyediakan bibit ikan,
menyediakan pakan serta menyediakan seorang mentor untuk
memberikan edukasi sekaligus mengawasi budidaya ikan lele yang
dilakukan oleh para anak asuh.
78
c. Menjahit
Gambar 3.6: Program Pembinaan Kepribadian
PSAA Al-Khairiyah juga memberikan keterampilan menjahit
bagi para anak asuh. Mereka diajarkan bagaimana menjahit baju dan
celana, mereparasi baju dan celana. Tujuannya adalah dengan mereka
memiliki keterampilan menjahit diharapkan mereka mampu memiliki
usaha menjahit sendiri.
J. Pendanaan
Merupakan faktor penunjang yang sangat penting bagi setiap organisasi
atau yayasan yaitu pendanaan untuk terlaksananya program kerja, dan merupakan
faktor penghambat suatu program kerja organisasi atau yayasan apabila dana tidak
memadai. Dalam melaksanakan program-programnya PSAA Al-Khairiyah
memiliki sumber pendanaan dari Pemerintah dan dari para donatur.
79
BAB IV
ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
Berdasarkan temuan lapangan, maka pada bab ini peneliti akan menjelaskan
tentang jenis pembinaan di PSAA Al Khairiyah, dalam upaya pembinaan yang
dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan pembinaan menggunakan
model atau sistem pelayanan berbasis lembaga (instutional based) seperti yang sudah
dijelaskan di bab II halaman 48, pelayanan kesejahteraan sosial berbasis panti
mempunyai sifat pelayanan yang berbentuk pencegahan, rehabilitasi sosial,
pengembangan, perlindungan, dan penunjang guna mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Sehingga penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan
fungsi sosial. Hasil temuan lapangan tersebut akan dianalisa sesuai dengan teori yang
peneliti anggap relevan.
A. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Pada PSAA Al-Khairiyah dalam
Pembinaan Kepribadian dan Kemandirian Anak Asuh
1. Pelayanan Pengasramaan
Pelayanan yang diberikan oleh PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan
pembinaan bagi anak asuh adalah melalui Pelayanan Kesejahteraan Sosial
seperti yang sudah dijelaskan pada (bab II halaman 42) People-sustaining
technologies, Teknologi ini berusaha mencegah, memelihara dan
memperlambat memburuknya kesejahteraan personal klien tanpa merubah
ciri-ciri orang tersebut. Misalnya pelayanan dukungan kepada panti asuhan,
pelayanan akomodasi.
80
The Social Work Dictionary menyebutkan pelayanan kesejahteraan
sosial merupakan aktifitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka
membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan,
memperbaiki keberfungsian sosial, individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat.
PSAA Al-Khairyah memberikan Pelayananakomodasi berupa pelayan
pengasramaan dengan tujuan agar anak asuh diharapkan dapat fokus
dalam belajar. Tidak hanya belajar di sekolah tetapi juga belajar dalam
ilmu agama dan keterampilan lainnya, berikut penuturan dari H. Abdillah
selaku Ketua PSAA Al-Khairiyah:
“jadi metode yang kita pilih disini itu adalah pengasramaan. Kenapa
pengasramaan? Karena dengan anak-anak ada di asrama ini, kita harapkan
mereka bisa fokus dalam belajar.Tidak hanya belajar sekolah yang fokus,
tapi juga disinikan ada belajar agama, ada belajar keterampilan seperti
menjahit, budi daya ikan lele. Dan dengan mereka ada di asrama, kita bisa
lebih gampang untuk mengontrol mereka.”1
Senada dengan Ketua PSAA Al-Khairiyah, Bapak Agus Baihaqi
juga mengatakan bahwa metode pengasramaan yang dipilih sudah tepat,
karena demi memudahkan mengontrol anak asuh dan diharapkan anak-
anak bisa lebih fokus dalam belajar, berikut penuturannya:
“Kalau buat kita disini, yang paling pas itu metodenya ya pengasramaan
karena memudahkan kita untuk memantau mereka, maklum aja ya karena
tidak semua anak-anak jarak sekolahnya deket panti. Terus juga kita
pengen mereka fokus belajar kalau di asrama, dan di asrama inikan juga
1 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku ketua PSAA Al-Khairiyah, Jakarta, 27
Juli 2016
81
diajarin ilmu agama yang mungkin tidak didapatkan mereka ditempat lain.
Kalau di sekolah cuma dapet pelajaran agama sedikit tapi kalau di asrama
setiap hari ada kegiatan yang sifatnya agama, misalnya mengaji, sholat
berjamaah.”2
Berdasarkan informasi diatas terlihat bahwa metode yang
digunakan dalam melakukan pembinaan adalah pengasramaan.Metode ini
dipilih karena pihak PSAA Al-Khairiyah menginginkan para anak asuh
fokus dalam belajar selain itu juga lebih mudah untuk memantau anak
asuh dalam berkegiatan sehari-hari.
Selain itu pelayanan pengasramaan yang diberikan oleh panti ini
telah menyediakan bangunan permanen, tempat beribadah, ruang kantor
pengurus panti, tersediannya 2 kamar (1 kamar untuk anak laki-laki dan 1
kamar untuk anak perempuan, yang difasilitasi dengan 4 buah kipas angin,
tempat tidur, bantal, seprei, lemari pakaian, meja gosokan, setrikaan, dan
lemari sepatu di depan pintu kamar), ruang dapur, laboratorium komputer,
1 ruang aula dengan difasilitasi alat musik, 12 kamar mandi.3
Bentuk dari program pelayanan pengasramaan ini yaitu dengan
memberikan anak-anak asuh tempat tinggal yang nyaman dan tentram.
Tujuan program ini untuk membantu anak asuh yang ada di panti dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari mereka baik di dalam panti maupun
kegiatan di luar panti, supaya mereka bisa betah dan nyaman tinggal di
panti, karena panti adalah tempat tinggal atau rumah kedua untuk mereka.
2 Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku pengurus di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016. 3 Observasi gedung PSAA Al Khairiyah 24 Agustus 2016.
82
Menurut hasil penelitian penulis bahwa pelayaan pengasramaan ini
sudah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya oleh
PSAA Al-Khairiyah ini. Jumlah kamar dan kapasitas tempat tidur
sebanding dengan jumlah anak yang ada di panti ini. Selain itu setiap
bulan mereka juga mendapatkan perlengkapan mandi dan mencuci
pakaian seperti sabun, deterjen, shampo, pasta gigi, pewangi pakaian. Hal
ini diungkapkan oleh salah seorang siswa di PSAA Al Khairiyah:
“waktu saya datang kesini, saya langsung dikasih tau oleh staf kamar saya
disini, ini tempat tidur saya, ini lemari saya gitu kak, terus juga sebulan
sekali inipasti deh dapat keperluan mencuci, kaya deterjen, atau juga
pewangi pakaian buat nyetrika baju, pokonya lengkap kak.”4
Namun beberapa fasilitas yang ada di kamar mereka seperti AC
akan segera ditarik oleh panti. Menurut pengakuan anak asuh hal tersebut
dikarenakan menurut pihak panti fasilitas tersebut terlalu mewah untuk
anak panti. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang anak asuh
sebagai berikut:
“iyah kak disini sih lengkap kok fasilitasnya. Tapi nih yah kak, katanya
sih nanti kayak AC bakal ditarik sama panti. Jadi kita tidur ngga pakai AC
lagi, terus kak kalo tidur cuma pakai kipas angin ajah. Terus tuh kak
pakaian kotor kita disediakannya pakai plastik aja. Kan jadi ngga rapi yah
kak.Kalau aku denger sih yah kak dari ibu pengasuh, kita itu terlalu
mewah untuk ukuran anak panti. Jadi ngga perlu tidur pakai AC.”5
4 Wawancara pribadi dengan Ridwan selaku anak asuh, Jakarta 24 Agustus 2016.
5 Wawancara pribadi dengan Ali selaku anak asuh, Jakarta 24Agustus 2016.
83
Mengenai hal tersebut kemudian dijelaskan oleh Bapak Baihaqi
selaku pembina di PSAA Al-Khairiyah, mengapa beberapa fasilitas yang
ada di panti dan di kamar mereka harus ditarik:
“oh mengenai hal tersebut ya dikarenakan guling yang mereka pakai
memang sudah tidak layak menurut kami. Kami sedang melakukan
pengajuan untuk membeli bantal guling yang baru. Kalau mengenai AC,
memang akan kita cabut karena untuk ukuran panti itu terlalu
mewah,mewah disini bukan hal yang gimana gimana ya. Tapi masalah AC
memang untuk semua panti ngga boleh ada, efeknya ngga baik buat
mereka, jadi malas dan manja dan juga untuk hemat akomodasi
pembayaran listrik juga.Orang mereka tinggal dirumah aja ngga pakai AC
kok takutnya mereka jadi ketergantungan ketika sudah keluar dari panti
dan jadi tidak mandiri.”6
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa PSAA Al-Khairiyah
Diberikannya pelayanan pengasramaan bagi anak asuh. pelayanan ini
diberikan agar dalam pelaksanaan pembinaan diharapkan anak asuh dapat
fokus dalam belajar, para pengasuh juga akan lebih mudah untuk
mengontrol serta pembinaan kemandirian juga diharapkan lebih intensif
melalui pelayanan pengasramaan. Selain itu PSAA Al-Khairiyah juga
memberikan pelayanan fasilitas-fasilitas kepada anak asuh guna
mendukung aktivitas sehari-hari seperti shampoo, sabun, tempat tidur, dan
sebagainya. Namun berdasarkan hasil temuan di lapangan, terdapat
beberapa pernyataan dari para santri bahwa fasilitas AC yang selama ini
ada akan ditarik oleh pihak panti dikarenakan fasilitas tersebut dinilai
6 Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 24Agustus 2016
84
terlalu mewah, selain itu juga guna menghemat biaya operasional pihak
panti.
2. Pelayanan Konseling
Pelayanan yang diberikan oleh PSAA Al-Khairiyah dalam
melakukan pembinaan bagi anak asuh adalah melalui Pelayanan
Konseling, pelayanan ini bertujuan secara langsung mengubah sifat-sifat
klien dalam rangka memperbaiki kesejahteraan mereka seperti yang sudah
dijelaskan pada (bab II halaman 42) People-changing technologies.
Pelayanan konseling yang dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah adalah
dengan memanggil para anak asuh yang terlihat memilki masalah seperti
malas dalam mengikuti pelajaran, memiliki konflik dengan teman dan lain
sebagainya. Dalam memberikan pelayanan konseling, pihak PSAA Al-
Khairiyah bekerjasama dengan psikolog. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Bapak Agus Baihaqi sebagai berikut :
“Kita sih manggil anak-anak yang sekiranya kita lihat ada masalah,
misalnya berantem sama temen, melanggar tata tertib, ya kaya gitulah.
Nah biasanya kalo seminggu sekalinya itu kita ajuin 3 atau 4 orang.
Misalnya nih kira-kira ada anak yang kok sekarang agak aneh ya, kok dia
ada perubahan, dia suka bolos, suka diem termenung atau apalah itu. Itu
kita ajuin 3 atau 4 orang per minggu. Begitu psikolog datang kita kasih
aja.Psikolog biasanya datang seminggu sekali, tapi kadang 2 minggu,
tergantung sih dia bisanya kapan gitu, udah dijadwalin sama dianya.”7
Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang anak asuh di panti.
Ia menyatakan bahwa psikolog tidak hanya menyelesaikan masalah-
7 Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 24Agustus 2016
85
masalah pada siswa yang dianggap bermasalah, namun juga memberikan
motivasi kepada para siswa, berikut penuturannya:
“Psikolog yang datang kesini setiap hari jumat. Tapi tergantung dianya
bisa apa engga jarang datang juga soalnya kak. Aku juga jarang si kak…
konseling gitu sama psikolog. Biasanya lebih sering cerita aja sama temen
dibanding psikolog. Lebih enak aja kak sama teman kayak curhat gitu
jadinya.terus juga psikolognya suka kasih motivasi aja ke kita-kita.”8
Berdasarkan pernyataan diatas, terlihat bahwa PSAA Al-Khairiyah
memiliki pelayanan konseling bagi para anak asuh yang memiliki masalah
di panti seperti bertengkar dengan teman, bolos sekolah dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan konseling tersebut, pihak panti bekerjasama dengan
psikolog.Selain memberikan konseling bagi para anak asuh, psikolog juga
memberikan motivasi kepada para anak asuh di panti. Namun pada
pelaksanaannya psikolog tersebut jarang memberikan pelayanan konseling
bagi para anak asuh sehingga anak asuh lebih nyaman untuk bercerita
kepada temannya.
B. Upaya yang Dilakukan PSAA Al-Khairiyah Dalam Memberikan
Pembinaan Kepribadian dan Kemandirian Bagi Anak Asuh
1. Upaya Pembinaan Kepribadian
a. Memberikan Pembinaan Pendidikan Agama
Pendidikan agama adalah salah satu point penting yang ditekankan
pada anak asuh di PSAA Al Khairiyah. Tujuan dari pendidikan agama
sendiri adalah untuk meningkatkan kualitas pribadi anak asuh agar
8 Wawancara pribadi dengan Nadia selaku anak asuh, Jakarta 24 Agustus 2016.
86
memiliki mental spiritual yang baik, memiliki kesadaran hukum yang
baik, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang baik dan
memiliki kemampuan intelektual yang baik. Dalam memberikan
pembinaan pendidikan agama, PSAA Al Khairiyah memiliki program-
program bagi anak asuh yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak
melalui metode ceramah, belajar membaca Al-Qur’an, pengkajian kitab-
kitab agama seperti kitab fiqih dan anak-anak diminta untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan Bapak H. Abdillah Ketua PSAA Al
Khairiyah:
“Untuk pembinaan kepribadian sendiri adalah pembinaan yang
tujuannya itu untuk meningkatkan mental spiritual anak asuh,
memberikan pengetahuan tentang hukum dan bernegara.Dalam
pembinaan kepribadian ini biasanya pihak panti mengemasnya dalam
bentuk kegiatan-kegiatan seperti kegiatan membaca Al-Qur’an,
ceramah, pengkajian kitab-kitab, pendidikan akhlak.Nah untuk
pengetahuan tentang hukum dan bernegara itu kita masukan sebagai
materi-materi dalam ceramah, seperti itu aja sih.”9
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Abdul Wahab selaku
pengurus PSAA Al Khairiyah, bahwa pembinaan kepribadian adalah
pembinaan yang fokus pada spiritual dan kebangsaan. Pembinaan
kepribadian ini biasa dilakukan setiap hari senin hingga kamis ba’da
maghrib.
“Untuk pembinaan kepribadian ini kalau kita lihat ya sama dengan
pembinaan spitiual atau agama, dimana anak-anak diajarkan bagaimana
9 Wawancara pribadidengan H. Abdillah selaku Ketua PSAA Al-Khairiyah, Jakarta 27 Juli
2016.
87
membaca Al-Qur’an, mengkaji kitab-kitab agama, mendengarkan
ceramah, menghafal surat-surat dan sebagainya. Namun dalam
pembinaan kepribadian ini juga kita masukkan materi-materi
kebangsaan dalam ceramah. Dan kegiatan pembinaan ini dilakukan dari
hari senin hingga kamis ba’da maghrib.”10
Selain hasil wawancara, peneliti juga memperkuat hasil temuan
lapangan melalui dokumentasi. Gambar ini diambil pada saat anak-anak
asuh melakukan kegiatan mengaji bersama ba’da maghrib. Pada
gambar tersebut terlihat bahwa kegiatan mengaji ini dihadiri oleh
beberapa anak asuh dan dipimpin oleh satu orang ustadz.
Gambar 4.1: Kegiatan Pembinaan Kepribadian
Dokumentasi Pribadi Peneliti
Berdasarkan informasi diatas, terlihat bahwa pembinaan
kepribadian di PSAA Al-Khairiyah memiliki tujuan untuk
meningkatkan mental spiritual anak asuh melalui kegiatan-kegiatan
spiritual seperti membaca Al-Qur’an, ceramah, dan lain sebagainya.
Tidak hanya berfokus pada pembinaan yang bersifat spiritual, namun
10
Wawancara pribadi dengan H. Abdul Wahab selaku Pembina PSAA Al Khairiyah, 27 Juli
2016.
88
PSAA Al-Khairiyah dalam pembinaan kepribadian juga memberikan
pengetahuan terkait dengan wawasan kebangsaan yang dikemas
dengan metode ceramah. Pembinaan kepribadian ini dilakukan tiap
hari senin hingga kamis ba’da maghrib. Pembinaan pendidikan agama
yang dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah merupakan salah satu bentuk
pembinaan menurut Islam (lihat bab II, h. 28), dimana salah satu
pembinaan menurut Islam adalah dengan cara memberikan pendidikan
yang berorientasi pada pendidikan akhlak dan sebagainya.
b. Memberikan Bantuan Dana Pendidikan Formal
Berdasarkan tujuan didirikannya PSAA Al-Khairiyah, yaitu
memberikan bantuan pendidikan bagi anak asuh yang tergolong
kurang mampu. Tujuannya adalah agar anak asuh tersebut dapat
memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang melalui jenjang
pendidikan. Melalui pendidikan, diharapkan anak asuh akan mudah
dalam mencari pekerjaan dengan adanya ijazah dan keterampilan yang
mereka miliki. Tujuan selanjutnya adalah untuk menyelamatkan
generasi muda dari permasalaha sosial seperti kriminalitas,
pengangguran dan lain sebagainya.Untuk dapat memberikan bantuan
dana pendidikan bagi para anak asuh, PSAA Al-Khairiyah
menggunakan dana bantuan dari Pemerintah maupun dari para
donatur. Berikut pernyataan dari Bapak H. Abdillah selaku ketua
PSAA Al-Khairiyah mengatakan bahwa, sejauh ini upaya yang
dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah adalah upaya bersifat prefentif
89
atau pencegahan sebagaimana tujuan didirikannya PSAA Al-
Khairiyah yaitu untuk mencegah kenakalan remaja yang didasari oleh
putus sekolah karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk
menyekolahkan, untuk itu PSAA Al-Khairiyah memberikan dana
untuk sekolah, berikut penuturannya:
“Dalam pelaksanaan pembinaan disini, kita sudah melakukan upaya-
upaya agar tujuan pembinaan dapat sesuai dengan target pencapaian.
Nah upaya-upaya yang dilakukan PSAA Al-Khairiyah ini adalah
dengan cara memberikan pendidikan dan pengasramaan bagi para anak
asuh. Hal tersebut didasari oleh tujuan didirikannya lembaga ini mas,
dimana kita melihat kenakalan remaja dimana-mana, banyak anak
yang putus sekolah, sehingga untuk menekan permasalahan tersebut
kita melakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan yang kita
lakukan ini ya berbentuk memberikan pendidikan dan pengasramaan
secara gratis bagi anak-anak asuh. Kira-kira begitu.”11
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Agus Baihaqi, beliau
mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah
adalah untuk menekan permasalahan sosial yang ada, terutama
permasalahan yang menyangkut dengan permasalahan sosial seperti
anak-anak yang putus sekolah, kriminalitas dan pengangguran:
Berdasarkan data diatas, dalam melaksanakan pembinaan bagi
anak asuh PSAA Al-Khairiyah memberikan bantuan berupa bantuan
dana pendidikan formal bagi para anak asuh. Selain itu upaya yang
dilakukan PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan upaya preventif atau
pencegahan bagi anak asuh agar anak tersebut tidak terjerumus dalam
11 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua di PSAA Al Khairiyah, Jakarta
27 Juli 2016.
90
permasalahan sosial adalah bagian dari implementasi dari perpektif
usaha kesejahteraan sosial (lihat bab 2, h. 51) dimana terdapat tiga
unsur kegiatan diantaranya adalah mencegah timbulnya masalah
sosial. PSAA Al-Khairiyah melakukan upaya pencegahan sebagai
bentuk kepedulian pada permasalahan sosial pada anak seperti putus
sekolah dan kenakalan remaja. Kepedulian tersebut diaplikasikan pada
pelayanan dan pembinaan yang ada di PSAA Al-Khairiyah
diantaranya memberikan bantuan dana pendidikan bagi para anak
asuh.
2. Upaya Pembinaan Kemandirian
a. Memberikan Keterampilan Budidaya Ikan Lele
Ternak Lele merupakan usaha kecil yang bisa di jalankan dengan
modal yang seadanya.Budi daya ikan Lele Salah satu upaya untuk
memberikan kecakapan hidup anak asuh dan upaya untuk
mewujudkan panti asuhan yang mandiri.
Sesuai dengan tujuan dari pembinaan kemandirian adalah untuk
meningkatkan kemampuan anak asuh untuk mencari penghidupan
melalui kegiatan bimbingan kerja. Upaya kemandirian yang diberikan
oleh PSAA Al-Khairiyah kepada anak asuh salah satunya adalah
budidaya ikan lele. Budidaya ikan lele merupakan salah satu unit
pembinaan kemandirian di PSAA Al-Khairiyah dimana pihak PSAA
Al-Khairiyah menyediakan tempat untuk melakukan kegiatan
budidaya ikan lele, menyediakan bibit ikan, menyediakan pakan serta
91
menyediakan seorang mentor untuk memberikan edukasi sekaligus
mengawasi budidaya ikan lele yang dilakukan oleh para anak asuh.
Setelah ikan tersebut panen, ikan tersebut akan dijual kepada
masyarakat sekitar panti dan kepada para pengusaha tempat makan
pecel lele yang tinggal disekitar panti. Selain itu, ikan lele tersebut
juga digunakan untuk konsumsi anak asuh. Hasil penjualan dari ikan
lele tersebut akan diberikan pada anak asuh dengan persentase 70%
untuk anak asuh sebagai tambahan uang saku serta 30% untuk
keperluan kegiatan budidaya tersebut. Berikut penuturan Bapak Agus
Baihaqi selaku sekretaris PSAA Al-Khairiyah:
“Kalau pembinaan kemandirian disini, kita mendidik anak-anak
supaya memiliki kemampuan yang nantinya bisa digunakan untuk
mencari uang.Bentuk dari kegiatan kemandirian ini bentuknya budi
daya lele. Jadi pihak panti itu memfasilitasi tempat, bibit, makanan
sama guru ibaratnya. Terus kalo ikannya udah panen, nanti kita jual ke
orang-orang sekitaran sini aja. Nah uangnya nanti kita bagi-bagi, 70%
untuk anak-anak karena mereka yang menanam ikan, mengurus
sampai siap panen, yang 30% kita gunakan untuk keperluan budidaya
ini.12
”
Peneliti juga memperkuat hasil temuan lapangan dengan
melakukan studi dokumentasi, yaitu mengambil gambar pada lokasi
budi daya ikan lele yang menjadikan pusat pembinaan kemandirian
bagi para anak asuh di PSAA Al-Khairiyah.
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris PSAA Al-Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
92
Gambar 4.2: Kegiatan Pembinaan Kemandirian Budidaya Ikan
Lele
Dokumentasi pribadi peneliti
Berdasarkan informasi diatas, terlihat bahwa pembinaan
kemandirian yang dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah adalah
memberikan keterampilan kepada anak asuh berupa budi daya ikan
lele. Tujuan dari pembinaan kemandirian ini adalah sebagai bentuk
memandirikan anak asuh dari segi ekonomi dikemudian hari.
b. Memberikan Pembinaan Kewirausahaan Penjualan Telur Puyuh
Selain memberikan keterampilan budidaya ikan lele, PSAA Al-
Khairiyah juga memberikan pembinaan kewirausahaan kepada anak-
anak asuh dengan cara menjual telur puyuh tersebut kepada
masyarakat sekitar. Telur yang dihasilkan merupakan hasil budidaya
burung puyuh PSAA Al-Khairiyah, anak asuh diajarkan tentang cara
memelihara dan memberi pakan yang baik serta juga berfokus pada
93
penjualan telur kepada masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan agar anak
asuh memiliki jiwa wirausaha sejak dini. Berikut penuturan Bapak
Agus Baihaqi:
“anak-anak disini juga dikasih pendidikan kewirausahaan mas, salah
satunya ya jualan telur puyuh. Mereka jualan ke orang-orang sekitar
panti aja dan uangnya itu nanti untuk uang saku mereka
pribadi.Sebenarnya mereka juga bisa diajarkan budidaya telur puyuh,
tapi kita mau fokus supaya anak-anak itu punya jiwa
kewirausahaan.13
”
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Abdul Wahab selaku
pengurus PSAA Al-Khairiyah. Beliau mengatakan bahwa anak-anak
di PSAA Al-Khairiyah diberikan pendidikan kewirausahaan melalui
praktek langsung menjual telur puyuh:
“untuk anak-anak kita bekali dengan pembinaan kewirausahaan,
bahkan bukan sekedar teori tapi langsung praktek. Nah prakteknya itu
anak-anak kita minta untuk menjual hasil panen telur burung puyuh.14
”
Peneliti juga memperkuat hasil temuan lapangan dengan
melakukan studi dokumentasi, yaitu mengambil gambar pada lokasi
budidaya burung puyuh yang juga menjadikan pusat pembinaan
kemandirian bagi para anak asuh di PSAA Al-Khairiyah.
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku sekretaris PSAA Al-Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016 14
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Wahab selaku Pembina di PSAA Al-Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016
94
Gambar 4.3: Kegiatan Pembinaan
KemandirianKewirausahaan Penjualan Telur Burung Puyuh
Dokumentasi pribadi peneliti
Berdasarkan informasi diatas bahwa PSAA Al-Khairiyah
memberikan pembinaan kewirausahaan bagi para anak asuh dengan
cara mengajarkan mereka untuk menjual telur burung puyuh kepada
masyarakat sekitar PSAA Al-Khairiyah dan hasil dari penjualan
tersebut nantinya menjadi uang saku bagi mereka
c. Memberikan Keterampilan Menjahit
PSAA Al-Khairiyah juga memberikan keterampilan menjahit bagi
para anak asuh. Mereka diajarkan bagaimana menjahit baju dan
celana, mereparasi baju dan celana. Tujuannya adalah dengan mereka
memiliki keterampilan menjahit diharapkan mereka mampu memiliki
usaha menjahit sendiri. Berikut penuturan dari Bapak Agus Baihaqi:
95
“anak-anak disini juga diajarin menjahit dari mulai jahit celana dan
baju. Terus juga mereka bisa vermak baju sama celana. Kita
mengajarkan mereka menjahit itu supaya nanti kedepannya mereka
bisa punya usaha jahit sendiri. Setidaknya kita mengajarkan hal yang
bermanfaat untuk mereka dimasa depan. 15
”
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Hj. Rahmah selaku
penanggung jawab keterampilan menjahit. Beliau mengatakan bahwa
keterampilan menjahit ini awalnya memang membosankan bagi anak-
anak muda, tapi kita terus berikan motivasi bahwa hal yang tadinya
dianggap membosankan bisa menjadi sumber mata pencaharian
nantinya jika ditekuni. Anak-anak diajarkan dari dasar seperti
bagaimana caranya membuat pola sampai jadi sebuah baju, berikut
penuturannya:
“biasa ya anak-anak muda suka susah kalo diajarin jahit, banyak yang
pada bolos kalo kelas menjahit. Tapi kita semua terus berikan
motivasi, kita bilang ke mereka kalo menjahit ini ditekuni, nanti bisa
jadi mata pencaharian.Ya lama-lama anak-anak pada ngertilah
terutama yang udah pada besar.Kita disini juga ngajarinnya pelan-
pelan, mulai dari dasar, gimana caranya buat pola sampai jadi sebuah
baju atau celana.Seperti itu.16
”
15
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku pengurus di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta, 27 Juli 2016 16
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Rahmah selaku pengurus di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016
96
Gambar 4.4: Pembinaan Kemandirian Keterampilan Menjahit
Dokumentasi pribadi peneliti
Berdasarkan informasi diatas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menjahit merupakan keterampilan yang kurang diminati
oleh para anak asuh, padahal keterampilan menjahit ini jika ditekuni
akan menjadi mata pencaharian nantinya. Dan materi yang diberikan
juga dimulai dari yang dasar seperti membuat pola dan seterusnya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan di PSAA Al-
Khairiyah
1. Faktor Pendukung
a. Kepedulian Masyarakat
Bantuan dari masyarakat sekitar adalah seperti adanya donator dan
kepedulian mereka terhadap kesehatan anak asuh. Jika ada anak asuh
yang sakit, biasanya petugas kesehatan dari RW yang terlebih dahulu
memeriksa keadaan anak, berikut penuturan dari Ibu Hj. Rahmah:
“Kita juga dapat bantuan dari masyarakat mas, Alhamdulillah
masyarakat sekitar juga peduli sama anak-anak disini.Bantuan dari
97
masyarakat itu macam-macam bentuknya, ada yang menjadi donatur,
pemberian bahan makanan, dan sebagainya. Terus juga kepedulian
masyarakat itu besar banget mas, kalau anak-anak disini ada yang
sakit, biasanya tim kesehatan dari RW yang datang untuk memeriksa
anak yang sakit, kalau misalnya bisa ditangani ya mereka yang
menangani, tapi kalau tidak bisa ditangani baru kita rujuk ke dokter.”17
Selain itu Bapak Agus Baihaqi juga menambahkan bahwa bantuan
dari masyarakat sekitar biasanya berupa tim kesehatan dari lingkungan
RW yang akan memeriksakan kondisi kesehatan anak-anak asuh.
Berikut penuturannya:
“kalau lingkungan disini itu sangat peduli sama anak-anak. kalau
misalnya ada anak yang sakit itu biasanya tim kesehatan di RW sini
yang meriksa kondisi anak-anak. kalo sekiranya cuma sakit-sakit biasa
aja ya paling dikasih obat sama tim kesehatan dari RW, tapi kalo
misalnya kondisi anak-anak parah ya nanti dirujuk ke rumah sakit. Ya
intinya masyarakat sekitar itu mendukunglah sama anak-anak.”18
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa dukungan dari masyarakat
sekitar terhadap anak asuh terutama dalam fakor kesehatan. Bantuan
dari masyarakat bagi anak-anak asuh adalah berupa tim kesehatan dari
RW yang datang ke PSAA Al-Khairiyah ketika ada anak asuh yang
sakit.
b. Perhatian Pemerintah
Pemerintah tersebut adalah adanya bantuan dana untuk operasional
kegiatan di PSAA Al-Khairiyah. Menurut penuturan Bapak H.
17
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Rahmah selaku Bendahara di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016. 18
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
98
Abdillah, bantuan dari Pemerintah berupa bantuan dana dan bantuan
pemberian SDM. SDM yang dimaksud adalah pihak Pemerintah
mendatangkan tutor untuk memberikan ilmu kepada anak-anak asuh di
PSAA Al Khairiyah, berikut penuturannya:
“Alhamdulillah sekali kita ini masih diperhatikan oleh
Pemerintah.Kita dapat bantuan dari Pemerintah, ada yang bentuknya
uang dan ada yang bentuknya pengiriman SDM. Kalau yang berbentuk
uang itu biasanya kita gunakan untuk kegiatan operasional panti, dan
untuk bantuan SDM itu biasanya kita didatangkan tutor, misalnya tutor
menjahit. Cuma untuk bantuan dari Pemerintah itu yang sifatnya tidak
tetap.”19
Hal senada juga dijelaskan oleh Bapak Abdul Wahab selaku
pengurus PSAA Al-Khairiyah. Beliau mengatakan bahwa selama ini
PSAA Al-Khairiyah memang mendapatkan bantuan dana dari
Pemerintah walaupun bantuan tersebut sifatya tidak tetap. Selain
bantuan dana, Pemerintah juga terkadang memberikan bantuan SDM
yaitu tutor-tutor atau pengajar bagi anak asuh di PSAA Al-Khairiyah,
berikut penuturannya:
“Iya kita juga sering dapat bantuan dari Pemerintah, ya biasanya
bantuan uang, uangnya kita gunakan untuk melakukan pembinaan dan
biaya operasional panti lainnya. Tapi kadang Pemerintah juga
mengirimkan tenaga pengajar untuk anak-anak disini.Ya kita sih
bersyukur sekali dengan adanya bantuan ini, cuma sayangnya bantuan
tersebut sifatnya tidak tetap.”20
19
Wawancara pribadi Bapak H. Abdillah selaku Ketua PSAA Al Khairiyah, Jakarta 27 Juli
2016. 20
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Wahab selaku Pembina di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
99
Berdasarkan penuturan diatas, terlihat bahwa PSAA Al-Khairiyah
dalam menjalankan pembinaan mendapatkan bantuan dari Pemerintah.
Bantuan tersebut adalah bantuan dana dan bantuan berupa pengiriman
SDM sebagai tenaga pengajar bagi anak-anak di PSAA Al-Khairiyah,
namun bantuan dari Pemerintah tersebut sifatnya tidak tetap.
c. Lokasi Strategis
Bantuan terakhir yang dirasakan sebagai faktor pendukung bagi
pihak PSAA Al-Khairiyah adalah lokasi yang strategis. Lokasi PSAA
Al-Khairiyah dirasa cukup strategis, berada di ibu kota Jakarta,
mempermudah bagi donatur-donatur yang ingin memberikan bantuan,
berikut penuturan dari Bapak Agus Baihaqi:
“panti ini itu berada di Jakarta, di kawasan Cilandak, jadi sebenarnya
lokasi kita strategis. Karena lokasi kita yang strategis, jadi
mempermudah para donatur yang ingin memberikan bantuan ke anak-
anak.”21
Selain itu menurut penuturan Bapak Abdul Wahab, lokasi yang
strategis juga menjadi poin lebih bagi PSAA Al-Khairiyah. Dengan
lokasi yang strategis tersebut mempermudah para donatur untuk
mengirimkan bantuannya, berikut penuturannya:
“ya kalo dibilang lokasinya strategis sih bisa dibilang iya. Soalnya
lokasi kita mudah dijangkau dan itu yang ngebuat kita sering
kedatangan donatur untuk kasih bantuan ke anak-anak”22
21
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016. 22
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Wahab selaku Pembina di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
100
Berdasarkan informasi diatas, lokasi PSAA Al-Khairiyah yang
strategis ternyata emenjadi salah satu poin yang cukup penting.Karena
lokasinya yang strategis dan mudah untuk dijangkau, hal tersebut juga
mempermudah para donatur dalam memberikan bantuan bagi anak
asuh di PSAA Al-Khairiyah.
2. FaktorPenghambat
a. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
PSAA Al-Khairiyah dalam menjalankan berbagai pembinaan,
tidak terlepas dari sarana dan prasarana.Sarana dan prasarana
merupakan salah satu faktor yang menunjang bagi setiap
pembinaan yang dilakukan, namun pada temuan lapangan, peneliti
menemukan bahwa sarana dan prasarana yang ada di PSAA Al-
Khairiyah ternyata kurang memadai. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan Bapak Agus Baihaqi:
“Kalau faktor penghambat pasti ada, contohnya kaya sarana dan
prasarana disini yang belum memadai padahal kegiatan itukan bisa
berjalan dengan baik, mencapai tujuan kalau ditunjang dengan
sarana dan prasarana. Contohnya aja kaya pembinaan menjahit ya,
disini mesin jahitnya tidak banyak, jadi kalau ada kelas menjahit
ya anak-anak harus gantian.Cuma ya kita sebagai pengurus
berusaha mensyukuri dan memaksimalkan yang ada.”23
Hal senada disampaikan oleh Ibu Hj. Rahmah. Beliau
mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di PSAA Al-
Khairiyah belum maksimal sehingga terkadang membuat kegiatan
23
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
101
pembinaan menjadi terhambat meskipun hambatan tersebut tidak
terlalu besar, berikut pernyataannya:
“untuk sarana dan prasarana sih ya bisa dibilang belum maksimal
terutama untuk pembinaan yang sifatnya individual kaya menjahit.
Disini tidak terlal banyak mesin jahitnya jadi ya paling untuk
mensiasatinya anak-anak bergantian, padahal harusnya udah ganti
materi baru tapi karena keterbatasan mesin jahit ya jadi lebih lama
aja. Kalo untuk yang lain kaya misalnya ruangan atau apa sih
kayanya udah cukup baik menurut saya pribadi.”24
Peneliti juga menanyakan kepada salah satu anak asuh
sebagai penerima pembinaan atau penerima manfaat dari sarana
dan prasarana:
“kalo ruangannya sih disini lumayan enak, lumayan bagus, cuma
kalo untuk kegiatan-kegiatan yang lain kaya budi daya lele gitu-
gitu tempatnya kurang luas, terus juga mesin jahitnya cuma sedikit
jadi harus gantian.”
Berdasarkan pernyataan diatas, diperoleh informasi bahwa
sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor penghambat dalam
menjalankan kegiatan pembinaan seperti jumlah mesin jahit yang
masih sedikit, kolam untuk budi daya lele yang kurang
luas.Namun hal tersebut masih bisa ditangani oleh pihak panti.
b. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Kurangnya sumber daya manusia atau SDM ternyata juga
menjadi faktor penghambat bagi PSAA Al-Khairiyah. SDM yang
dimaksud disini adalah tenaga pengajar dan pengasuh bagi anak-
24
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Rahmah selaku Bendahara di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
102
anak yang ada di panti. Menurut Bapak H. Abdillah, untuk tenaga
pengajar yang masih kurang adalah tenaga pengajar untuk bahasa
inggris dan komputer, selain itu juga kurangnya tenaga pengasuh
yang mengawasi anak-anak ketika mereka di asrama yang masih
kurang, berikut penuturannya:
“kita disini memang kekurangan guru untuk bahasa inggris dan
komputer, makanya pembinaan kemandirian untuk bahasa
inggris dan komputer belum berjalan maksimal karena belum
ada gurunya. Terus juga untuk yang jagain anak-anak disini,
semacem pengasuh ya namanya, itu masih kurang
mas.Sedangkan anak-anak disini yang harus diawasi juga
banyak. ”25
Hal senada disampaikan oleh Bapak Abdul Wahab yang
menyatakan bahwa PSAA Al-Khairiyah saat ini kekurangan
tenaga pengasuh yang bertugas untuk menjaga anak-anak
terutama di malam hari:
“kalo yang saya lihat si kita kurang tenaga pengasuh yang jagain
anak-anak, soalnya pak ustad atau orang-orang kantornya itu
enggak nginep disini, jadi kita memang butuh pengasuh untuk
jagain anak-anak, takut anak-anak ada yang keluar malem, ada
yang enggak belajar, lebih kesitu sih.”26
Berdasarkan informasi diatas, terlihat bahwa PSAA Al-
Khairiyah memiliki kendala kekurangan SDM yaitu kurangnya
tenaga pengajar bahasa inggris dan komputer. Selain itu juga
25
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdillah selaku Ketua PSAA Al Khairiyah, Jakarta
27 Juli 2016 26
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Wahab selaku Ketua di PSAA AL Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
103
PSAA Al-Khairiyah kekurangan tenaga pengasuh, dimana tugas
pengasuh tersebut adalah menjaga dan mengawasi anak-anak
asuh di malam hari.
c. Pemanfaatan Media Elektronik yang Kurang Maksimal
PSAA Al-Khairiyah saat ini dalam mensosialisasikan
programnya belum memanfaatkan media elektronik secara
maksimal. Hal ini sangat disayangkan oleh pihak PSAA Al-
Khairiyah karena memang di panti tersebut belum menggunakan
media sosial sebagai media promosi atau sosialisasi panti karena
memang di PSAA Al-Khairiyah tidak ada tenaga ahli di bidang
teknologi informasi, berikut penuturan dari Bapak Agus Baihaqi:
“karena kita tidak punya orang IT di panti ya mas, jadi kita belum
pernah mempromosikan panti ini lewat media sosial. Padahal
sekarang modelnya apa-apa pakai medsos dan kalo pakai medsos
kan jadi lebih gampang orang tau panti kita, dan bisa jadi itu
sebagai jalan bagi para donatur yang ingin memberikan
bantuan.”27
Namun pernyataan berbeda dilontarkan oleh Ibu Hj.
Rahmah, beliau mengatakan bahwa sejauh ini PSAA Al-Khairiyah
telah menggunakan media sosial sebagai media promosi untuk
PSAA Al-Khairiyah. Melalui facebook PSAA Al-Khairiyah,
berikut kutipan wawancara dengan Ibu Hj. Rahmah:
“sebenernya kita juga punya facebook untuk sosialisasi dan
promosi panti, tapi ya memang kurang maksimal digunainnya.
27
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Baihaqi selaku Sekretaris di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016.
104
Padahal kalo digunainnya maksimal, ya masyarakat bisa lebih
kenal panti kita.”28
Berdasarkan informasi diatas, dapat diketahui bahwa PSAA
Al-Khairiyah dalam pelaksanaannya sudah menggunakan media
sosial yaitu facebook dalam mempromosikan dan
mensosialisasikan panti, namun dalam penggunaan media sosial
tersebut masih belum maksimal.
d. Donatur yang Tidak Tetap
PSAA Al-Khairiyah dalam memberikan pembinaan bagi
para anak asuh sering kali mendapatkan bantuan dana dari para
donatur. Namun donatur tersebut bukanlah donatur tetap dan hal
tersebut dirasakan para pengurus sebagai salah satu faktor
penghambat karena tidak adanya kepastian besaran dana yang
nantinya akan berengaruh terhadap pembinaan bagi para anak
asuh, berikut pernyataan dari Bapak H. Abdillah:
“yang kita rasain itu ya bantuan dari donatur yang tidak menentu.
Memang kita tidak bisa prediksi berapa donatur tidak tetap yang
kasih bantuan tiap bulannya. Cuma ya, kalo aja bantuan dari
donatur itu jelas nominalnya dan berkelanjutan misalnya tiap
bulan sekali, ya kita akan bersyukur sekali. Karena dana dari
donatur itu juga kita gunakan untuk pembinaan anak-anak. kalo
aja dana yang didapat banyak bulan ini misalnya, ya kita kadang
panggil guru bahasa inggris atau computer buat ngajarin anak-
anak.”29
28
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Rahmah selaku Bendahara di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta 27 Juli 2016. 29
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Abdul Wahab selaku Pembina di PSAA Al
Khairiyah, Jakarta 27 Juli 2016.
105
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Hj. Rahmah, beliau
mengatakan bahwa bantuan dari donatur itu sangat membantu
dalam memberikan pembinaan kepada anak-anak di PSAA Al-
Khairiyah, namun sangat disayangkan bahwa bantuan tersebut
sifatnya tidak tetap, berikut penuturannya:
“bantuan dari para donatur itu sangat membantu kita ya dalam
memberikan pembinaan untuk anak-anak disini, hanya saja
pembinaan kadang kurang maksimal karena memang tidak
dipungkiri juga ya kalo bantuan dari donatur itu berpengaruh sama
pembinaan. Ya mungkin faktornya karena dananya dari donatur
tidak menentu, balik lagi ya karena donaturnya tidak tetap, ya
kaya gitulah mas.”30
Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa kendala
yang dialami oleh PSAA Al-Khairiyah adalah masalah donatur
yang tidak tetap dalam memberikan bantuan. Bantuan dari donatur
sangatlah diperlukan bagi proses pembinaan anak asuh di PSAA
Al Khairiyah.
30
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Rahmah selaku Bendahara di PSAA Al Khairiyah,
Jakarta, 27 Juli 2016.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya yang
dilakukan PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan pembinaan kepribadian dan
kemandirian bagi anak asuh. Dengan menggunakan teori usaha kesejahteraan
sosial dan ilmu kesejahteraan sosial, maka akan terlihat pelayanan
kesejahteraan apa saja yang telah diberikan PSAA Al-Khairiyah dalam
memberikan pembinaan kepribadian dan kemandirian bagi anak asuh, upaya
apa yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan serta apa saja faktor
pendukung dan penghambat dalam memberikan pembinaan bagi anak asuh.
Pelayanan yang diberikan PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan
pembinaan kepribadian dan kemandirian adalah dengan cara memberikan
pelayanan-pelayanan bagi anak asuh, pelayanan tersebut diantaranya
pelayanan pengasramaan, pelayanan kesehatan, pelayanan konseling, dan
pelayanan pendidikan. Namun pelayanan yang difokuskan dalam melakukan
pembinaan kepribadian dan kemandirian adalah pelayanan pengasramaan dan
pendidikan. Pelayanan pengasramaan difokuskan agar anak asuh lebih mudah
diawasi dan agar anak asuhtersebut lebih fokus dalam belajar.
Upaya yang dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah dalam melakukan
pembinaan adalah melalui upaya preventif atau pencegahan dimana dalam
upaya preventif tersebut pihak lembaga berusaha untuk mengurangi
107
permasalahan sosial pada anak yaitu berfokus pada anak yang putus sekolah.
Upaya ini dilakukan agar anak-anak tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.
Selain itu upaya rehabilitasi juga dilakukan oleh PSAA Al-Khairiyah dengan
memberikan biaya pendidikan, memberikan pendidikan keagamaan dan
keterampilan menjahit, budidaya ikan lele dan kewirausahaan penjualan telur
puyuh, kegiatan tersebut termasuk dalam pembinaan kepribadian dan
kemandirian yang ada di PSAA Al-Khairiyah.
Selain itu, dalam menjalankan pembinaan kepribadian dan
kemandirian, PSAA Al-Khairiyah juga memiliki faktor-faktor pendukung dan
penghambat. Faktor pendukung meliputi bantuan dari Pemerintah berupa dan
ada tutor, dukungan dari masyarakat dengan membentuk tim kesehatan RW
dan memeriksa kondisi anak-anak yang menderita sakit, serta lokasi panti
yang strategis. Selain itu faktor penghambat juga dirasakan oleh PSAA Al-
Khairiyah seperti sarana dan prasarana yang belum maksimal, kurangnya
SDM atau tenaga pengajar bahasa inggris dan komputer, pemanfaatan media
elektronik sebagai media promosi dan sosialisasi panti dan adanya donatur
yang tidak tetap. Namun faktor-faktor hambatan ini masih bisa ditangani oleh
pihak PSAA Al-Khairiyah dan tidak terlalu mengganggu jalannya pembinaan
bagi anak asuh.
108
B. Saran
Saran yang hendak penulis ajukan, tidak lain hanyalah sekedar
memberi sedikit masukan yang tentunya dengan harapan agar pembinaan
kepribadian dan kemandirian di PSAA Al-Khairiyah dapat lebih baik lagi dan
dapat berjalan seoptimal mungkin.
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah:
1. Untuk mengoptimalkan kegiatan pembinaan akan lebih baik apabila
peran pengasuh bukan hanya sebatas figur saja, tetapi juga harus
terlibat secara langsung dalam proses kegiatan pembinaan.
2. Hendaknya dalam pembinaan kepribadian agak lebih tegas terhadap
anak asuh, agar anak asuh lebih dapat disiplin lagi dalam
melaksanakan kegiatan pembinaan-pembinaan yang diberikan oleh
panti.
3. Untuk mengetahui proses kegiatan pendidikan anak asuh hendaknya
senantiasa bekerja sama dengan guru sekolah untuk memantau anak
asuh agar mengetahui proses dan perkembangan kegiatan anak asuh di
sekolahnya masing-masing.
109
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahyadi Abdul Aziz. Psikologi AgamaKepribadian Muslim Pancasila. Bandung:
Sinar Baru. 1988.
Almanshur Fauzan dan Ghony M. Djunaidi. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2012
Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan public, dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana. 2009.
Departemen Sosial R.I. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Balai
Besar Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial 2010
Dra. Desmita, M.Si.Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2010
Herdiansyah Haris .Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika. 2010.
Ismail, Asep Usman. Al-quran dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Rintisan
Membangun Paradigma Sosial Islam Yang Berkeadilan Dan
Berkesejahteraan. Ciputat: LenteraHati. 2012.
Kamisa. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. 1997.
Mahyudin. Kuliah Aklak Tasawuf, cet. 4. Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Mangunhardjana A. Pembinaan Arti dan Metodenya. Jakarta:Kanisius. 1989.
Mujib Abdul. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2002.
Musanef. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Tri Ubaya Sakti. 2009
110
Mar’at, Samsunu Wijyanti. dan Kartono, Lieke Indieningsih. Prilaku Manusia
Pengantar Singkat Psikologi. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.
Nata Abudin.Metodologi Studi Islam, cet. 8 Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada.
2003.
Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2009.
RukmintoISbandi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar
Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Depok: FISIP UI Press.
2005.
Situmorang, Chazali H. Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah. Jakarta:
Gunung Agung. 2010.
Suharto Edi. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
2001.
Sulton M. dan Khusnuridlo M. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Prespektif
Global. Yogyakarta: Laksbang PresSindo. 2006.
Suud Muhammad. Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka.
2006.
Spencer A. Rathus. Psychology Consepts and Connection, Eight Edition. USA:
Thomson Higher Education, 2007.
S.N.L. Yusuf. Psikologi Anak dan Remaja. Bandung: PT. Rosdakarya. 2000.
W.A Gerungan, Psikologi Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama. 2004.
W.J.S. Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. 3 Jakarta: Bulan
Bintang, 1978.
Yadi Purwanto. Psikologi Kepribadian. Bandung: Refika Aditama 2007.
111
Yeheskel Hasenfeld. Human Service Organizations. USA: Prentice Hall, inc 1074
Skripsi
Anggara Kusumaatmaja.“Hubugan Kemandirian dengan Prestasi Akademik
Remaja di Perguruan Tinggi.” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Unversitas
Indonesia, 2002), h.15
Tina Afiatin.“Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian,” Jurnal Psikologi
thnXX no.1(1993) Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, h.4
Media Online
Angka perceraian meningkat.
http://www.vemale.com/relationship/keluarga/31001-fenomena-perceraian-
di-indonesia-ternyata-inilah-penyebabnya.html, diakses pada 18 September
2015.
Anak yang bermasalahdenganhukum
http://www.jawapos.com/baca/artikel/11053/kurang-perhatian-1851-anak-
dki-bermasalah-hukum.html diakses pada 4maret 2016.
Daftar Panti Asuhan di Jakarta.
http://rohis.itsar.org/daftar-panti-asuhan-di-jakarta-dan-sekitarnya-2015/html
.
Pedoman wawancara ketua panti
Nama :
Jabatan :
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya panti ini?
2. Apa visi, misi serta tujuan didirikannya panti?
3. Bagaimana proses tahapan penerimaan anak di panti ini?
4. Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti ini?
5. Apa saja program kerja yang dijalankan di panti?
6. Apa saja jenis pembinaan yang ada di panti ini?
7. Apa saja upaya yang dilakukan dalam melakukan pembinaan?
8. Metode apa yang digunakan pihak panti dalam melakukan pembinaan bagi anak asuh?
9. Apa saja faktor pendukung dalam melakukan pembinaan di panti (dukungan pemerintah,
dukungan masyarakat sekitar, serta lokasi keberadaan panti)?
10. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pembinaan di panti (sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, pemanfaatan media elektronik dan donatur)?
Pedoman wawancara pengurus panti
Nama :
Jabatan :
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
1. Apa visi, misi serta tujuan didirikannya panti?
2. Bagaimana proses tahapan penerimaan anak di panti ini?
3. Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti ini?
4. Apa saja program kerja yang dijalankan di panti?
5. Apa saja jenis pembinaan yang ada di panti ini?
6. Apa saja upaya yang dilakukan dalam melakukan pembinaan?
7. Metode apa yang digunakan pihak panti dalam melakukan pembinaan bagi anak asuh?
8. Apa saja faktor pendukung dalam melakukan pembinaan di panti (dukungan pemerintah,
dukungan masyarakat sekitar, serta lokasi keberadaan panti)?
9. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pembinaan di panti (sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, pemanfaatan media elektronik dan donatur)?
Pedoman wawancara untuk anak
Nama :
Usia :
Kelas :
Tanggal Wawancara :
1. Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pihak panti?
2. Kapan pelayanan konseling dilakukan oleh panti?
3. Bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh panti?
4. Apa saja bentuk pembinaan kepribadian yang ada di panti?
5. Apa saja bentuk pembinaan kemandirian yang ada di panti?
Pedoman Observasi
1. Untuk menggambarkan bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang ada di PSAA Al
Khairiyah
Pedoman Dokumentasi
1. Untuk mengetahui jumlah anak asuh yang ada di PSAA Al Khairiyah
2. Untuk menggambarkan kegiatan pembinaan yang ada di PSAA Al Khairiyah
3. Untuk menggambarkan sarana dan prasarana yang ada di PSAA Al Khairiyah
Transkip Wawancara Ketua Panti
Nama : H. Abdillah
Tanggal wawancara : Jakarta 27 Juli 2016
Tempat wawancara : PSAA Al Khairiyah
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya panti ini?
Jawab : Berdirinya panti ini sebenarnya dari tekad pendiri yayasan Al Khairiyah yaitu
Umi saya Hj. Marwanih yang diawali dari pengajian ibu-ibu majlis taklim yang diasakan
setiap seminggu sekali di Cilandak Barat. Berdirinya sekitar taun 1979 dulu sih Umi
hanya mengurus beberapa anak yatim yang tidak mampu untuk sekolah sampe akhirnya
banyak anak-anak yang dititipin sama Umi. Karena semakin banyak otomatis butuh biaya
yang tidak sedikit jadi yaa Umi sama ibu-ibu majelis taklim mendirikan yayasan ini dan
mencari donatur di sekitar wilayah Cilandak Barat. Terus tanggal 23 Juli 1989 lewat Akte
Notaris Endang Erawati SH, diresmikan menjadi yayasan bernama Panti Asuha Al-
Khairiyah.
2. Apa visi, misi serta tujuan didirikannya panti?
Jawab : visinya adalah membentuk anak-anak asuh yang memiliki jiwa mandiri, serta
dapat berguna bagi Bangsa dan Negara. Misinya ada dua, yang pertama adalah
mewujudkan Panti Asuhan Al-Khairiyah sebagai sarana pendidikan bagi anak yang
membutuhkannya. Kedua adalah Menciptakan kesadaran kepada masyarakat yang
memiliki kelebihan harta dengan rasa tanggung jawab sosial. Adapun tujuan daripada
didirikannya panti yaitu memberikan layanan pada anak-anak yatim piatu, anak-anak
terlantar dan anak-anak kurang mampu, agar mereka menjadi anggota masyarakat yang
dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun
masyarakat.
3. Bagaimana proses tahapan penerimaan anak di panti ini?
Jawab : Calon anak asuh harus melampirkan surat keterangan dari RT, RW dan
Kelurahan sebagai bukti bahwa anak tersebut bersedia untuk tinggal dan mengikuti
pembinaan di panti. Bagi anak yang pernah mengalami putus sekolah, mereka juga harus
melampirkan surat keterangan dari sekolah yang lama agar dapat melanjutkan sekolah.
4. Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti ini?
Jawab : pelayanan yang ada di panti ini ada empat yaitu, pelayanan pengasramaan (lihat
di bab 4) konseling (pihak panti mendatangkan psikolog untuk memecahkan masalah
anak-anak dan memberikan motivasi, hanya saja psikolog tersebut datangnya tidak
menentu), kesehatan (bekerjasama dengan tim kesehatan RW setempat untuk memeriksa
kondisi anak dan terkadang dokter juga didatangkan. Anak-anak sudah dibekali dengan
bpjs kesehatan) dan pendidikan (pendidikan agama seperti mengaji, mengkaji kitab,
pendidikan keterampian yaitu budi daya lele dan menjahit, budi daya telur puyuh)
5. Apa saja program kerja yang dijalankan di panti?
Jawab : kalo disini kita punya 5 program kerja, pertama yaitu memberikan pendidikan
kepada anak asuh, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama. Kedua,
memberikan santunan yang tidak hanya diberikan untuk anak asuh namun juga untuk
fakir miskin. Ketiga, memberikan pembayaran uang sekolah yaitu memberikan tunjangan
pembayaran uang SPP anak asuh di setiap bulannya. Keempat, meningkatkan taraf hidup
dengan mengajarkan anak asuh untuk menabung sehingga anak tidak hanya berpangku
tangan kepada yayasan saja. Kelima adalah memberikan keterampilan mencakup Kursus
Komputer, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, budidaya ikan lele, serta ternak burung
puyuh.
6. Apa saja jenis pembinaan yang ada di panti ini?
Jawab : saya selaku pengurus dan ketua di yayasan ini engga mau neko-neko dalam
mendidik anak, makanya dalam memberikan pembinaan kepada anak asuh kita buat
program yang amat sangat terarah yaa. Disini kita punya dua jenis pembinaan pertama
pembinaan kepribadian dimana bertujuan meningkatkan kualitas pribadi anak asuh agar
memiliki mental spiritual yang baik, memiliki kesadaran hukum yang baik, memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara yang baik dan memiliki kemampuan intelektual yang
baik. Kedua pembinaan kemandirian yang tujuannya meningkatkan kemampuan anak
asuh untuk mencari penghidupan melalui kegiatan bimbangan kerja.
7. Apa saja upaya yang dilakukan dalam melakukan pembinaan?
Jawab : Untuk pembinaan kepribadian sendiri adalah pembinaan yang tujuannya itu
untuk meningkatkan mental spiritual anak asuh, memberikan pengetahuan tentang hukum
dan bernegara. Dalam pembinaan kepribadian ini biasanya pihak panti mengemasnya
dalam bentuk kegiatan-kegiatan seperti kegiatan membaca Al-Qur’an, ceramah,
pengkajian kitab-kitab. Nah untuk pengetahuan tentang hukum dan bernegara itu kita
masukan sebagai materi-materi misalnya dalam ceramah, seperti itu aja sih. Dalam
pelaksanaan pembinaan disini, kita sudah melakukan upaya-upaya agar tujuan pembinaan
dapat sesuai dengan target pencapaian. Nah upaya-upaya yang dilakukan PSAA Al
Khairiyah ini adalah dengan cara memberikan pendidikan dan pengasramaan bagi para
anak asuh. Hal tersebut didasari oleh tujuan didirikannya lembaga ini mas, dimana kita
melihat kenakalan remaja dimana-mana, banyak anak yang putus sekolah, sehingga untuk
menekan permasalahan tersebut kita melakukan upaya pencegahan.Upaya pencegahan
yang kita lakukan ini ya berbentuk memberikan pendidikan dan pengasramaan secara
gratis bagi anak-anak asuh.Kira-kira begitu.
8. Metode apa yang digunakan pihak panti dalam melakukan pembinaan bagi anak asuh?
Jawab : jadi metode yang kita pilih disini itu adalah pengasramaan. Kenapa
pengasramaan?Karena dengan anak-anak ada di asrama ini, kita harapkan mereka bisa
fokus dalam belajar.Tidak hanya belajar sekolah yang fokus, tapi juga disinikan ada
belajar agama, ada belajar keterampilan seperti menjahit, budi daya ikan lele.Dan dengan
mereka ada di asrama, kita bisa lebih gampang untuk mengontrol mereka.
9. Apa saja faktor pendukung dalam melakukan pembinaan di panti (dukungan pemerintah,
dukungan masyarakat sekitar, serta lokasi keberadaan panti)?
Jawab : Alhamdulillah sekali kita ini masih diperhatikan oleh Pemerintah.Kita dapat
bantuan dari Pemerintah, ada yang bentuknya uang dan ada yang bentuknya pengiriman
SDM.Kalau yang berbentuk uang itu biasanya kita gunakan untuk kegiatan operasional
panti, dan untuk bantuan SDM itu biasanya kita didatangkan tutor, misalnya tutor
menjahit.Cuma untuk bantuan dari Pemerintah itu yang sifatnya tidak tetap.
10. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pembinaan di panti (sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, pemanfaatan media elektronik dan donatur)?
Jawab : kita disini memang kekurangan guru untuk bahasa inggris dan komputer,
makanya pembinaan kemandirian untuk bahasa inggris dan komputer belum berjalan
maksimal karena belum ada gurunya. Terus juga untuk yang jagain anak-anak disini,
semacem pengasuh ya namanya, itu masih kurang mas.Sedangkan anak-anak disini yang
harus diawasi juga banyak.
Pedoman wawancara pengurus panti
Nama : Hj. Siti Rahmah
Jabatan : Bendahara
Tanggal wawancara : Jakarta, 27 Juli 2016
Tempat wawancara : PSAA Al-Khairiyah
1. Apa visi, misi serta tujuan didirikannya panti?
Jawab : fokus didirikannya yayasan ini tujuannya agar anak-anak yang
kurang beruntung bisa merasakan pendidikan dan kehidupan yang layak bagi
anak-anak seusianya. Karena memang kewajiban seorang anak itu kan belajar
yaaa, supaya nanti ketika mereka mendapat pengetahuan bisa berguna untuk
masa depannya, supaya bisa meningkatkan kualitas hidupnya kelak di masa
depan.
2. Bagaimana proses tahapan penerimaan anak di panti ini?
Jawab : memang engga semua anak bisa kita taruh di yayasan ini, yaa kita
analisa mana yang kira-kira sangat membutuhkannya. Membuat surat
keterangan dari RT, RW dan Kelurahan setempat untuk tinggal dan diasuh di
panti.
3. Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti ini?
Jawab : Jadi gini ya dijelasin dulu bahwa salah satu tujuan didirikannya panti
ini yaitu untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu
dan biasa kita sebut anak asuh.Saat ini panti kami sudah menyekolahkan anak
asuh dari tingkat SD sampai SMA. Nah cuma ini yang perlu diketahui, kita
juga melibatkan anak asuh dalam memilih sekolah tapi dengan syarat nilai
UN mereka harus tinggi, misalnya mereka mau masuk SMA favorit, ya kita
usahakan supaya mereka bisa diterima disana, namun kita arhkan dulu ke
sekolah negeri. Tapi kalau untuk mereka yang nilai UN-nya tidak terlalu
tinggi, kita daftarkan mereka di sekolah-sekolah yang dekat dengan panti.Nah
dalam memilih sekolah juga kita arahkan jarak sekolah tidak boleh terlalu
jauh dari panti.
4. Apa saja program kerja yang dijalankan di panti?
Jawab : detailnya bisa kmau tanyakan langsung sama pak H. Abdillah selaku
ketua yayasan, atau pak Agus yaa. Beliau-beliau ini bisa menjelaskan secara
detail program kerja yayasan ini.
5. Apa saja jenis pembinaan yang ada di panti ini?
Jawab : Kalau disini mas, anak-anak itu kita kasih pembinaan kemandirian
yang bentuknya menjahit, beternak lele dan telur burung puyuh, hal ini kita
lakukan agar setelah mereka lulus nanti, ada ilmu atau keterampilan yang bisa
digunakan untuk mencari uang, sehingga mereka bisa mandiri secara
ekonomi.
6. Apa saja upaya yang dilakukan dalam melakukan pembinaan?
Jawab : Biasa ya anak-anak muda suka susah kalo diajarin jahit, banyak yang
pada bolos kalo kelas menjahit. Tapi kita semua terus berikan motivasi, kita
bilang ke mereka kalo menjahit ini ditekuni, nanti bisa jadi mata pencaharian.
Ya lama-lama anak-anak pada ngertilah terutama yang udah pada besar. Kita
disini juga ngajarinnya pelan-pelan, mulai dari dasar, gimana caranya buat
pola sampai jadi sebuah baju atau celana. Seperti itu. Sebisa mungkin kita
para pengurus membuat anak asuh sibuk yaa, karena dengan begitu mereka
jadi tidak berbuat hal yang aneh-aneh. Apalagi sampe kena bujuk teman nya
yang nakal yaa.
7. Metode apa yang digunakan pihak panti dalam melakukan pembinaan bagi
anak asuh?
Jawab : cara yang digunakan di panti dengan asrama yaa jadi anak-anak bisa
fokus belajar secara maksimal, melakukan konseling dengan mendatangkan
seorang konselor karena kan anak-anak remaja malu untuk curhat jadi penting
adanya seorang konselor, yang peling penting yaa itu tadi pendidikan mas.
8. Apa saja faktor pendukung dalam melakukan pembinaan di panti (dukungan
pemerintah, dukungan masyarakat sekitar, serta lokasi keberadaan panti)?
Jawab : Kita juga dapat bantuan dari masyarakat mas, Alhamdulillah
masyarakat sekitar juga peduli sama anak-anak disini.Bantuan dari
masyarakat itu macam-macam bentuknya, ada yang menjadi donatur,
pemberian bahan makanan, dan sebagainya. Terus juga kepedulian
masyarakat itu besar banget mas, kalau anak-anak disini ada yang sakit,
biasanya tim kesehatan dari RW yang datang untuk memeriksa anak yang
sakit, kalau misalnya bisa ditangani ya mereka yang menangani, tapi kalau
tidak bisa ditangani baru kita rujuk ke dokter.
9. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pembinaan di panti (sarana dan
prasarana, sumber daya manusia, pemanfaatan media elektronik dan donatur)?
Jawab : Untuk sarana dan prasarana sih ya bisa dibilang belum maksimal
terutama untuk pembinaan yang sifatnya individual kaya menjahit. Disini
tidak terlal banyak mesin jahitnya jadi ya paling untuk mensiasatinya anak-
anak bergantian, padahal harusnya udah ganti materi baru tapi karena
keterbatasan mesin jahit ya jadi lebih lama aja. Kalo untuk yang lain kaya
misalnya ruangan atau apa sih kayanya udah cukup baik menurut saya pribadi.
Sebenernya kita juga punya facebook untuk sosialisasi dan promosi panti, tapi
ya memang kurang maksimal digunainnya. Padahal kalo digunainnya
maksimal, ya masyarakat bisa lebih kenal panti kita. Bantuan dari para
donatur itu sangat membantu kita ya dalam memberikan pembinaan untuk
anak-anak disini, hanya saja pembinaan kadang kurang maksimal karena
memang tidak dipungkiri juga ya kalo bantuan dari donatur itu berpengaruh
sama pembinaan. Ya mungkin faktornya karena dananya dari donatur tidak
menentu, balik lagi ya karena donaturnya tidak tetap, ya kaya gitulah mas.
Pedoman wawancara pengurus panti
Nama : Agus Baihaqi S.Sos
Jabatan : Sekertaris
Tanggal wawancara : Jakarta, 27 Juli 2016
Tempat wawancara : PSAA Al-Khairiyah
1. Apa visi, misi serta tujuan didirikannya panti?
Intinya sih memberikan kesempatan bagi ana-anak yang kurang mampu, anak terlantar,
supaya mereka bisa mendapatkan hak-haknya sebagai anak untuk belajar, hidup dengan
layak dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarga atapun masyarakat
tentunya dengan memberikan pendidikan karakter agar mereka juga tidak terjerumus
pergaulan bebas dan kenakalan-kenakalan remaja.
2. Bagaimana proses tahapan penerimaan anak di panti ini?
Jawab : harus ada surat keterangan RT, RW dan Kelurahan setermpat karena orang
tuanya tidak mampu sehingga anak tersebut bisa tinggal di panti. Lalu kita survey apakah
memang anak ini benar-benar membutuhkan bantuan kalau iya nanti kita follow up.
3. Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti ini?
Jawab : Kita sih manggil anak-anak yang sekiranya kita lihat ada masalah, misalnya
berantem sama temen, melanggar tata tertib, ya kaya gitulah. Nah biasanya kalo
seminggu sekalinya itu kita ajuin 3 atau 4 orang. Misalnya nih kira-kira ada anak yang
kok sekarang agak aneh ya, kok dia ada perubahan, dia suka bolos, suka diem termenung
atau apalah itu. Itu kita ajuin 3 atau 4 orang per minggu. Begitu psikolog datang kita
kasih aja.Psikolog biasanya datang seminggu sekali, tapi kadang 2 minggu, tergantung
sih dia bisanya kapan gitu, udah dijadwalin sama dianya.
4. Kalau bentuk pelayanan kesehatannya seperti apa pak?
Jawab : jadi misalnya ada anak yang sakit ada anak yang apa, disini kan anak-anaknya
sudah memakai bpjs, jadi kalo anak-anak yang sakit atau apa langsung dbawa ke
puskesmas. Disini juga disdiakan obat-obatan tapi itu buat sakit yang ringan-ringan aja.
Kayak pusing, terus juga buat perempuan yang lagi haid, minyak tawon, vitamin-vitamin.
Tapi kalo cek kesehatan, disini setahun sekali ada , wajib sampai harus di rontgen. Kalau
lingkungan disini itu sangat peduli sama anak-anak.
5. Lalu apa saja pelayanan pendidikan yang diberikan oleh panti kepada anak asuh?
Jawab : Masalah persekolahan, dia mau sekolah dimana.Kita anjurin di Negeri.Kalau
misalnya dia ngga dapat di Negeri, ya kita daftarin di Sekolah swasta yang lokasinya
dekat dari panti. Kalau misalnya anak-anak dapat sekolah negeri dia bisa tentukan sendiri
sekolahnya tapi dengan catatan jangan jauh dari panti.
6. Apa saja program kerja yang dijalankan di panti?
Jawab : program kerja pastinya memberikan pendidikan kepada anak asuh, memberikan
pendidikan umum dan keagamaan, memberikan santunan, melakukan pembayaran uang
sekolah, memberikan keterampilan demi meningkatkan taraf hidup.
7. Apa saja jenis pembinaan yang ada di panti ini?
Jawab : Kalau pembinaan kemandirian disini, kita mendidik anak-anak supaya memiliki
kemampuan yang nantinya bisa digunakan untuk mencari uang. Bentuk dari kegiatan
kemandirian ini bentuknya budi daya lele. Anak-anak disini juga dikasih pendidikan
kewirausahaan mas, salah satunya ya jualan telur puyuh. Mereka jualan ke orang-orang
sekitar panti aja dan uangnya itu nanti untuk uang saku mereka pribadi. Sebenarnya
mereka juga bisa diajarkan budidaya telur puyuh, tapi kita mau fokus supaya anak-anak
itu punya jiwa kewirausahaan. Anak-anak disini juga diajarin menjahit dari mulai jahit
celana dan baju. Terus juga mereka bisa vermak baju sama celana. Kita mengajarkan
mereka menjahit itu supaya nanti kedepannya mereka bisa punya usaha jahit sendiri.
Setidaknya kita mengajarkan hal yang bermanfaat untuk mereka dimasa depan.
8. Apa saja kendala yang dirasakan dalam menjalankan pembinaan?
Jawab : karena kita tidak punya orang IT di panti ya mas, jadi kita belum pernah
mempromosikan panti ini lewat media sosial. Padahal sekarang modelnya apa-apa pakai
medsos dan kalo pakai medsos kan jadi lebih gampang orang tau panti kita, dan bisa jadi
itu sebagai jalan bagi para donatur yang ingin memberikan bantuan.
9. Apa saja upaya yang dilakukan dalam melakukan pembinaan?
Jawab : Kalau untuk upaya yang dilakukan oleh PSAA ini berbentuk pencegahan,
mencegah anak-anak dari kenakalan remaja dan putus sekolah, kriminalitas serta
pengangguran nantinya makanya kita PSAA Al Khairiyah ini memberikan pembinaan
untuk mengurangi permasalahan sosial tersebut dengan cara memberikan bantuan dana
sekolah bagi anak-anak.
10. Metode apa yang digunakan pihak panti dalam melakukan pembinaan bagi anak asuh?
Jawab : Kalau buat kita disini, yang paling pas itu metodenya ya pengasramaan karena
memudahkan kita untuk memantau mereka, maklum aja ya karena tidak semua anak-anak
jarak sekolahnya deket panti. Terus juga kita pengen mereka fokus belajar kalau di
asrama, dan di asrama inikan juga diajarin ilmu agama yang mungkin tidak didapatkan
mereka ditempat lain. Kalau di sekolah cuma dapet pelajaran agama sedikit tapi kalau di
asrama setiap hari ada kegiatan yang sifatnya agama, misalnya mengaji, sholat
berjamaah. Selain itu disini juga menggunakan metode pelayanan konseling. Kita sih
manggil anak-anak yang sekiranya kita lihat ada masalah, misalnya berantem sama
temen, melanggar tata tertib, ya kaya gitulah. Nah biasanya kalo seminggu sekalinya itu
kita ajuin 3 atau 4 orang. Misalnya nih kira-kira ada anak yang kok sekarang agak aneh
ya, kok dia ada perubahan, dia suka bolos, suka diem termenung atau apalah itu. Itu kita
ajuin 3 atau 4 orang per minggu.Begitu psikolog datang kita kasih aja.Psikolog biasanya
datang seminggu sekali, tapi kadang 2 minggu, tergantung sih dia bisanya kapan gitu,
udah dijadwalin sama dianya.
11. Kemarin saya sempat mewawancarai salah satu anak asuh disini pak yang mengatakan
bahwa beberapa fasilitas kamar ditarik oleh pihak panti. Bagaimana bapak menanggapi
hal tersebut?
Jawab : oh mengenai hal tersebut ya dikarenakan guling yang mereka pakai memang
sudah tidak layak menurut kami. Kami sedang melakukan pengajuan untuk membeli
bantal guling yang baru. Kalau mengenai AC, memang akan kita cabut karena untuk
ukuran panti itu terlalu mewah,mewah disini bukan hal yang gimana gimana ya. Tapi
masalah AC memang untuk semua panti ngga boleh ada, efeknya ngga baik buat mereka,
jadi malas dan manja dan juga untuk hemat akomodasi pembayaran listrik juga.Orang
mereka tinggal dirumah aja ngga pakai AC kok takutnya mereka jadi ketergantungan
ketika sudah keluar dari panti dan jadi tidak mandiri.
12. Apa saja faktor pendukung dalam melakukan pembinaan di panti (dukungan pemerintah,
dukungan masyarakat sekitar, serta lokasi keberadaan panti)?
Jawab : kalau lingkungan disini itu sangat peduli sama anak-anak. kalau misalnya ada
anak yang sakit itu biasanya tim kesehatan di RW sini yang meriksa kondisi anak-anak.
kalo sekiranya cuma sakit-sakit biasa aja ya paling dikasih obat sama tim kesehatan dari
RW, tapi kalo misalnya kondisi anak-anak parah ya nanti dirujuk ke rumah sakit. Ya
intinya masyarakat sekitar itu mendukunglah sama anak-anak. Panti ini itu berada di
Jakarta, di kawasan Cilandak, jadi sebenarnya lokasi kita strategis. Karena lokasi kita
yang strategis, jadi mempermudah para donatur yang ingin memberikan bantuan ke anak-
anak.
13. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pembinaan di panti (sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, pemanfaatan media elektronik dan donatur)?
Jawab : Kalau faktor penghambat pasti ada, contohnya kaya sarana dan prasarana disini
yang belum memadai padahal kegiatan itukan bisa berjalan dengan baik, mencapai tujuan
kalau ditunjang dengan sarana dan prasarana.Contohnya aja kaya pembinaan menjahit ya,
disini mesin jahitnya tidak banyak, jadi kalau ada kelas menjahit ya anak-anak harus
gantian.Cuma ya kita sebagai pengurus berusaha mensyukuri dan memaksimalkan yang
ada.
Pedoman wawancara pengurus panti
Nama : H. Abdul Wahab
Jabatan : Bagian Pendidikan
Tanggal wawancara : Jakarta, 27 Juli 2016
Tempat wawancara : PSAA Al-Khairiyah
1. Apa visi, misi serta tujuan didirikannya panti?
Jawab : kalau untuk latar belakang didirikannya yayasan ini, tujuan, visi dan misi bisa
dijelaskan oleh pak haji Abdillah selaku ketua yayasan ini. Beliau bisa menjelaskan
secara rinci, karena memang yang mendirikan yayasan PSAA Al-Khairiyah ini kan umi
yang merupakan ibunda beliau.
2. Bagaimana proses tahapan penerimaan anak di panti ini?
Jawab : disini kita sebagai pengurus dalam proses penerimaan anak asuh, harus survei
terlebih dahulu, apakah anak ini sangat membutuhkan bantuan dalam pendidikan atau
tidak. Tahap awal orang tua harus meminta surat keterangan dari RT, RW dan Lurah
bahwa anak tersebut dapat tinggal di panti karena orang tuanya sudah tidak mampu lagi
meyekolahkannya. Lalu harus membawa surat keterangan dari sekolah asalnya, agar anak
tersebut dapat meneruskan sekolahnya.
3. Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan oleh panti ini?
Jawab : jenis pelayanan di panti ini ada pembinaan kepribadian intinya kita mau
memperkuat karakter anak biar engga terjerumus sama kenakalan-kenakalan anak jaman
sekarang disitu kita perkuat jasmani dan rohaninya. Lalu ada pembinaan kemandirian
supaya anak asuh itu engga melulu berpangku tangan dan hanya mengandalkan yayasan
untuk memenuhi kebutuhannya, tapi kita ajarkan cara bercocok tanam, berternak biar
bisa berwirausaha lah yaa walaupun levelnya masih kecil.
4. Apa saja program kerja yang dijalankan di panti?
Jawab : proker yang dijalan oleh panti hmm lumayan banyak yaa. Seperti memberikan
pendidikan kepada anak asuh, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama,
memberikan santunan, memberikan pembayaran uang sekolah, meningkatkan taraf hidup,
memberikan keterampilan.
5. Apa saja jenis pembinaan yang ada di panti ini?
Jawab : Untuk pembinaan kepribadian ini kalau kita lihat ya sama dengan pembinaan
spitiual atau agama, dimana anak-anak diajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an,
mengkaji kitab-kitab agama, mendengarkan ceramah, menghafal surat-surat dan
sebagainya. Namun dalam pembinaan kepribadian ini juga kita masukkan materi-materi
kebangsaan dalam ceramah. Dan kegiatan pembinaan ini dilakukan dari hari senin hingga
kamis ba’da maghrib.
6. Apa saja upaya yang dilakukan dalam melakukan pembinaan?
Jawab : untuk anak-anak kita bekali dengan pembinaan kewirausahaan, bahkan bukan
sekedar teori tapi langsung praktek. Nah prakteknya itu anak-anak kita minta untuk
menjual hasil panen telur burung puyuh.
7. Metode apa yang digunakan pihak panti dalam melakukan pembinaan bagi anak asuh?
Jawab : metodenya yaitu tadi yaa pelayanan. Lebih kepada pengasramaan, konseling,
dan pendidikan.
8. Apa saja faktor pendukung dalam melakukan pembinaan di panti (dukungan pemerintah,
dukungan masyarakat sekitar, serta lokasi keberadaan panti)?
Jawab : Iya kita juga sering dapat bantuan dari Pemerintah, ya biasanya bantuan uang,
uangnya kita gunakan untuk melakukan pembinaan dan biaya operasional panti lainnya.
Tapi kadang Pemerintah juga mengirimkan tenaga pengajar untuk anak-anak disini. Ya
kita sih bersyukur sekali dengan adanya bantuan ini, cuma sayangnya bantuan tersebut
sifatnya tidak tetap. Ya kalo dibilang lokasinya strategis sih bisa dibilang iya. Soalnya
lokasi kita mudah dijangkau dan itu yang ngebuat kita sering kedatangan donatur untuk
kasih bantuan ke anak-anak
9. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pembinaan di panti (sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, pemanfaatan media elektronik dan donatur)?
Jawab : kalo yang saya lihat si kita kurang tenaga pengasuh yang jagain anak-anak,
soalnya pak ustad atau orang-orang kantornya itu enggak nginep disini, jadi kita memang
butuh pengasuh untuk jagain anak-anak, takut anak-anak ada yang keluar malem, ada
yang enggak belajar, lebih kesitu sih. Yang kita rasain itu ya bantuan dari donatur yang
tidak menentu. Memang kita tidak bisa prediksi berapa donatur tidak tetap yang kasih
bantuan tiap bulannya. Cuma ya, kalo aja bantuan dari donatur itu jelas nominalnya dan
berkelanjutan misalnya tiap bulan sekali, ya kita akan bersyukur sekali. Karena dana dari
donatur itu juga kita gunakan untuk pembinaan anak-anak. kalo aja dana yang didapat
banyak bulan ini misalnya, ya kita kadang panggil guru bahasa inggris atau computer
buat ngajarin anak-anak.
Pedoman wawancara untuk anak
Nama : Ali
Usia : 17 tahun
Kelas : XI SMK
Tanggal Wawancara : Jakarta, 24 Agustus 2016
1. Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pihak panti?
Jawab : iyah kak disini sih lengkap kok fasilitasnya. Tapi nih yah kak, katanya sih nanti
kayak AC bakal ditarik sama panti. Jadi kita tidur ngga pakai AC lagi, terus kak kalo
tidur cuma pakai kipas angin ajah .Terus tuh kak pakaian kotor kita disediakannya pakai
plastik aja.Kan jadi ngga rapi yah kak.Kalau aku denger sih yah kak dari ibu pengasuh,
kita itu terlalu mewah untuk ukuran anak panti.Jadi ngga perlu tidur pakai AC.
2. Kapan pelayanan konseling dilakukan oleh panti?
Jawab : kalau konseling biasanya setiap seminggu sekali kak, tidak semua anak akan
dikonseling dalam satu hari itu. Jadi dalam sehari kita bergantian apalagi anak-anak yang
punya masalah di sekolah atau di lingkungan panti.
3. Bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh panti?
Jawab : kesehatan sih… Yaaa,,,, karena kalo itu kan ada petugas kesehatan , disini
kadang-kadang ada anggota RW sini yang dateng untuk mengecek kesehatan kita. Jadi
melalui anggota RW dulu kak.Mereka membantu kasih makanan terus ngasih obat untuk
kita.Ia merawat kita gitu kak. Karena kan juga disedian obat-obatan juga kak disini kalo
emang penyakitnya gak terlalu parah. Kalo Dokter dateng ya seminggu sekali aja.
4. Apa saja bentuk pembinaan kepribadian yang ada di panti?
Jawab : kegiatan mengaji sama pengurus panti, mendengarkan dan belajar ceramah,
bareng sama temen-temen yang tinggal di asrama intinya kita diajarkan untuk berani
berbicara di depan orang banyak.
5. Apa saja bentuk pembinaan kemandirian yang ada di panti?
Jawab : kebanyakan anka laki-laki tertarik dengan kegiatan beternak telur puyuh dan
ikan lele, terus yang perempuan sebagian besar menjahit. Tetapi ada beberapa anak laki-
laki yang ikut kegiatan menjahit, begitupun sebaliknya.
Pedoman wawancara untuk anak
Nama : Nadia
Usia : 14 tahun
Kelas : 8 siswi SMPN 86 Jakarta
Tanggal Wawancara : Jakarta, 24 Agustus 2016
1. Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pihak panti?
Jawab : disini lengkap kak, ada kamar mandi, tempat tidur, lemari baju, pokoknya kaya
di rumah sendiri. Malah kadang-kadang yang engga ada di rumah ada di panti hehe.
2. Kapan pelayanan konseling dilakukan oleh panti?
Jawab : Psikolog yang datang kesini setiap hari jumat. Tapi tergantung dianya bisa apa
engga jarang datang juga soalnya kak. Aku juga jarang si kak… konseling gitu sama
psikolog. Biasanya lebih sering cerita aja sama temen dibanding psikolog. Lebih enak aja
kak sama teman kayak curhat gitu jadinya.terus juga psikolognya suka kasih motivasi aja
ke kita-kita
3. Bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh panti?
Jawab : kalo hanya untuk sakit ringan biasanya cuma pake obat-obat warung yang
disediakan oleh panti. Kalo parah kaya demam tinggi atau step dibawa ke dokter atau
puskesmas biasanya kita dibantu juga sama warga setempat.
4. Apa saja bentuk pembinaan kepribadian yang ada di panti?
Jawab : ngaji, ceramah, sholat berjamaah, kita juga biasa disiplin disini punya jadwal
piket kak.
5. Apa saja bentuk pembinaan kemandirian yang ada di panti?
Jawab : kalo aku sam temen-temen perempuan yang lain kebanyakn ikut menjahit, tapi
ada sih sebagian yang ikut semua kegiatan. Sebenernya tergantung dari masing-masing
minat kita disini, ibu dan ayah asuh kita disini engga maksa jadi kita bisa pilih.
Pedoman wawancara untuk anak
Nama : Ridwan
Usia : 14 tahun
Kelas : 8 SMP Yaspia
Tanggal Wawancara : Jakarta, 24 Agustus 2016
1. Apa saja fasilitas yang diberikan oleh pihak panti?
Jawab : waktu saya datang kesini, saya langsung dikasih tau oleh staf kamar
saya disini, ini tempat tidur saya, ini lemari saya gitu kak, terus juga sebulan
sekali inipasti deh dapat keperluan mencuci, kaya deterjen, atau juga pewangi
pakaian buat nyetrika baju, pokonya lengkap kak.
2. Kapan pelayanan konseling dilakukan oleh panti?
Jawab : engga tentu sih kaa kapan nya kita konseling, tapi emang setiap
minggu pasti ada konseling paling cuma beberapa orang aja engga semua.
3. Bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh panti?
Jawab : dokter dari puskesmas biasanya dateng kesini seminggu sekali. Terus
kalo ada yang sakit flu atau demam disini ada obat-obatan. Kalo parah baru
dibawa ke puskesmas.
4. Apa saja bentuk pembinaan kepribadian yang ada di panti?
Jawab : biasanya disini kita ada mengaji, ceramah, bareng sama temen-temen
yang tinggal di asrama.
5. Apa saja bentuk pembinaan kemandirian yang ada di panti?
Jawab : saya sama temen-temen ikut beternak telur puyuh dan ikan lele,
teman yang perempuan kebanyakan menjahit.
Hasil Observasi
Waktu Observasi : 24 Agustus 2016
Tempat Observasi : PSAA Al Khairiyah
Orang yang terlibat : Bapak Agus Baihaqi
Deskripsi:
Peneliti tiba di PSAA Al-Khairiyah pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB. Peneliti kemudian
menemui Bapak Agus Baihaqi untuk meminta izin melakukan observasi. Setelah diberikan izin,
peneliti memulai observasi dengan memperhatikan bangunan PSAA Al Khairiyah. Banguan
PSAA Al Khairiyah termasuk bangunan yang permanen, dan dibagian depan terdapat masjid
yang tidak terlalu besar, kemudian tidak jauh dari masjid terlihat ruang kantor pengurus panti. Di
dalam ruangan kantor tersebut terdapat beberpa unit computer yang sedang digunakan. Tidak
jauh dari ruang kantor terdapat ruang aula yang biasa digunakan untuk acara santunan, dan di
dalam ruang aula juga terdapat beberapa alat musik. Ruang aula adalah ruangan yang disekat
dengan ruang laboratorium computer.
Setelah itu peneliti menuju ke belakang untuk melihat kamar-kamar bagi anak asuh.
Terdapat dua buah kamar dimana satu kamar untuk anak laki-laki dan satu kamar untuk anak
perempuan. Di depan kamar terdapat lemari sepatu. Masing-masing kamar tersebut, peneliti
melihat 10 unit tempat tidur bertingkat dan bantal, dan masing-masing kamar dilengkapi dengan
1 unit AC dan 2 unit kipas angin. Di sudut kamar terdapat meja setrikaan dan setrikaan,
disamping meja setrika terdapat lemari-lemari yang digunakan untuk menyimpan baju anak-
anak. Tidak jauh dari kamar, terdapat 12 kamar mandi yang biasa digunakan oleh anak-
anak.Setelah keluat dari kamar anak, peneliti melihat ruang dapur. Di ruang dapur tersebut
terdapat 2 unit kompor 2 tungku, tabung gas, lemari es, dan rak piring.
HASIL DOKUMENTASI
Salah satu kegiatan pembinaan kepribadian yang diberikan oleh PSAA Al-Khairiyah
Cilandak Barat adalah memberikan pembinaan pendidikan agama untuk para anak asuh
yang dilaksanakan setelah shalat maghrib. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kualitas
pribadi anak asuh agar memiliki mental spiritual yang baik. Tidak hanya berfokus pada
pembinaan yang bersifat spiritual, namun PSAA Al-Khairiyah dalam pembiaan
kepribadian juga memberikan pengetahuan terkait dengan wawasan kebangsaan yang
dikemas melalui dengan cara ceramah.
Salah satu kegiatan pembinaan kepribadian yang diberikan oleh PSAA Al-Khairiyah
Cilandak Barat adalah memberikan pembinaan kemandirian. Berupa pembinaan
keterampilan menjahit, budidaya ikan lele dan kewirausahaan penjualan telur puyuh.
Kegiatan ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak asuh untuk
mencari penghidupan melalui kegiatan bimbingan kerja dan juga sebagai bentuk
memandirikan anak asuh dari segi ekonomi dikemudian hari. Serta menanamkan
kemampuan potensi anak asuh dalam hal membuat atau menciptakan sesuatu untuk
melakukan kegiatan atau hal yang baik dan cermat terhadap sumber-sumber yang ada
dilingkungannya.
Pada gambar diatas terlihat sarana dan prasarana berupa kamar tidur, tempat tidur, dapur,
mushola serta tempat pembinan kemandirian yang mana standarisasi sebuah panti harus
memiliki sarana dan prasarana yang cukup agar program pelayanan kesejahteraan sosial
dapat berjalan dengan baik
top related