untitled

Post on 19-Jul-2015

239 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

I.PENDAHULUAN A. Latar belakang 1. Penetapan pH tanah Nilai pH atau aktifitas ion hidrogen adalah ciri kimia paling penting dari tanah sebagai media tumbuh tanaman ( Jakson, 1958 ). Untuk menyeragamkan pengertian m aka ditetapkan bahwa : pH = - log (H) pH adalah tingakat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggu nakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air ak i mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunya i sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 14. Air mur ni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7. Nilai pH berkisar antara 0 sampai de ngan 14. semakin tinggi kepekatan ion H tanah maka semakin rendah pH. Jika sebal iknya, semakin rendah kepekatan ion H tersebut makin tinggi nilai pH , berdasark an nilai pH disepakati bahwa reaksi tanah disebut basa bila pH > 7, netral pada pH 7 dan asam jika pH < 7. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah meng andung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dim ana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bert ahan terhadap penyakit. Parameter ini perlu ditentukan karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat dipengaruhi reaksi tanah tersebut. Setiap jenis tanama n berbeda sifat kepekatan dan sifat ketahanan terhadap reaksi tanah. Reaksi tana h yang masam menjadi masalah di Indonesia. Kemasaman tanah dibagi atas kemasan a ktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif dibedakan oleh ion H larutan tanah , sedangkan kemasaman potensial oleh ion Al dan H pada komplek serapan. Nilai ke masaman aktif dapat ditetapkan dengan larutan H dan kemasaman potensial dengan l arutan 1 N KCl. Reaksi kemasan tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalisnitas tanah dinyata kan dengan nilai ph. Ph tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperan gkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan ph tanah adalah salah sat u uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagosis masalah pertumb uhan pada tanaman. Misalnya, daun yang bewarna hijau pucat pada tanaman sakit da pat disebabkan oleh beberapa faktor. Apabila ph pada tanah serendah 5,5 atau kur ang, disebabkan oleh difesiensi besi, karena senyawa-senyawa besi mudah larut da lam keadaan asam. Apabila tanah adalah 8 (phnya) maka kemungkinan adanya difesie nsi besi perlu diperhitungkan sungguh-sungguh karena seyawa-seyawa besi sangat s ukar larut pada tanah yang ph 8 ph tanah dapat dipersamakan sperti suhu tubuh he wan. Kedua uji itu dapat dengan mudah dan memeberikan suatu informasi dasar yang berguna untuk menentukan apa kiranya penyakit atau masalah yang mungkin dialami . 2. Penetapan BO ( bahan organik tanah ) Tanah tersusun dari: (a) bahan padatan, (b) air, dan (c) udara. Bahan padatan te rsebut dapat berupa: (a) bahan mineral, dan (b) bahan organik. Bahan mineral ter diri dari partikel pasir, debu dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur ta nah. Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskip un kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+5%) tetapi memegang peranan p enting dalam menentukan Kesuburan Tanah. Bahan organik adalah kumpulan beragam s enyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekompos isi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil m ineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Bahan organik tanah dapat berasal dari: (1) sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa: (a ) daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah, dan (e) akar. (2) sumber s ekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya dan mikrof auna. (3) sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupu k kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati. Di samping itu bahan yang tahan terhadap perombakan selanjutnya di ubah oleh jasad mikro dari bahan aslinya melalui penyusunan kembali menjadi bahan berwarna cokla

t atau hitam dan bersifat koloidal yang dikenal sebagai humus. Bahan organik tanah mempunyai peranan dalam penilaian suatu tanah sebagai media tempat tumbuh tanaman ia merupakan pengatur kelembaban dan aerasi. Pemantapan st ruktur sumber hara bagi tanaman terutama N, P, S dan B. meningkatakan kapasitas tukar kation dan merupakan sumber energi bagi aktifitas jasad mikro tanah. Disam ping itu ia berperan sebagai salah satu faktor penciri dalam klasifikasi tanah. Kadar bahan organik dalam lapisan olah tanah pertanian berkisar dari rendah hing ga 5 persen pada tanah mineral dan bias mendekati 60 persen di tanah organik. Di bawah lapisan oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecendrungan menurun. Apabila ada orang mulai menyebutkan soal bahan organic dalam tanah trofika timbu lnya pemandangan yang umum dianut yaitu bahwa tanah trofika mempunyai kandungan bahan organic yang rendah karena suhu dan laju percepatan yang tinggi. Maka bena r-benar diusahahkan benar-benar untuk dapat mempertahankan kandunagan bahan orga nic yang sedikit itu, dan oleh karena itu pengawetan bahan organic sangat perlu agar tanah trofika tetap produktif. Ketika pernyataan yang terakhir itu ditentan g oleh para ilmuan tanah inggris pada pertemuan di ibadan , Nigeria, pada tahun 1972, banyak penelitian dari pandapat yang bertentangan tadi dari catatan. Tentu saja masing-masing pihak mempunyai bukti untuk mendukung pendapat masing masing 3. Penetapan Tekstur Tektur tanah adalah perbandingan relatip (dalam persen) fraksi-fraksi pasir,debu ,liat. Terktur tanah penting untuk kita ketahui, karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia dan kimia tanah. Contohnya adalah, besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dala m tanah amat ditentukan oleh tektur. Jika beberapa contoh tanah dietapkan atau dianalisa di laboraturium, maka hasiln ya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beran eka ragam ukurannya ada yang berukuran colloid, sangat halus, halus, kasar dan s angat kasar. Partikel partikel ini telah dibagi kedalam group-group atau kelompo k-kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, wa rna,berat atau sifat lainya. Group partikel ini disebut pula separate tanah (soi l separate). Analisa laboraturium dalam partikel-partikel tanah itu dipisahkan d inamika analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah. Te rdapat beberapa penjelasan untuk pertanyaan mengapa tanah trofika lebih tinggi b ahan organicnya dari pada yang diperkirakan pada umumnya. Hal ini paling jelas a dalah ketiadaan hubungan langsung antara warna dan kandungan bahan organic. Kare na bahan organic tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organic pada misal nya mengandung semua unsure hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan. Baha n organic itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung tergantung pada bahan organic sebagai makananya dan menyumbang untuk keadaan fisik yang menguntu ng denagn mencampurakan tanah dan membuat saluran, tentu saja banyak hal yang ak an menarik dalam mengelola bahan organic untuk membuat tanah menjadi lebih produ ktif. 4. Penetapan KTK ( Kapasitas Tukar Kation ) Arti partikel dan pertukaran kation bagi penyediaan hara tanaman adalh penting. Kation kompleks serapan dipaksa memasuki larutan, disi mereka diasimilasikan ole h jasad renik atau diserap oleh tanaman. Bila hubungan antara koloid tanah dan a kar tanaman sangat berdekatan maka akan terjadi pertukaran langsung antara tanah dan akar. Dalam hal ini orang beranggapan bahwa ion H yang dihasilkan akar meng gantikan kation-kation yang diperlukan tanaman langsung dari permukaan komplek s erapan dan koloid tanah. Mudah tidaknya kation-kation tersebut dapat digantikan oleh ion H dari akar tega ntung kejenuhan kation tersebut dikomplek serapan. Bila kejenuhan tinggi maka ak an mudah digantikan , sebaliknya bila kejenuhannya sangat rendah. Kejenuhan suat u kation adalah perbandingan kation tersebut dengan seluruh kation terserap (KTK ) kejenuhan kation yang dinyatakan dalam persen. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat dikelo mpokkan menjadi tiga, yaitu:

1. KTK koloid anorganik atau dikenal sebagai KTK liat tanah, 2. KTK koloid organik atau dikenal sebagai KTK bahan organik tanah, dan 3. KTK total atau KTK tanah. Suatu tanah mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jum lah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terserap. Sebaliknya p ada tanah-tanah yang ber KTK rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh banya k karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berlebihan. Pemupukan kation tentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berleb ihan. Pemupikkan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber KTK rendah adalah tid ak efisien. Kapasitas tukar kation totak ( KTK )tanah adalah jumlah muatan negatife tanah ba ik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik ( liat ) maupun koloid organic ( humus ) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan organic tanah me skipun tergantung derajat humifikasinya mempunyai KTK paling besar dibanding kol oid-koloid liat. Mudah tidaknya kation-kation tersebut dapat digantikan oleh ion H dari akar tega ntung kejenuhan kation tersebut dikomplek serapan. Bila kejenuhan tinggi maka ak an mudah digantikan , sebaliknya bila kejenuhannya sangat rendah. Kejenuhan suat u kation adalah perbandingan kation tersebut dengan seluruh kation terserap (KTK ) kejenuhan kation yang dinyatakan dalam persen. Suatu tanah mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jum lah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terserap. Sebaliknya p ada tanah-tanah yang ber KTK rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh banya k karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berlebihan. Pemupukan kation tentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berleb ihan. Pemupikkan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber KTK rendah adalah tid ak efisien. 5. Penetapan Al-dd Aluminium ( Al ) merupakan unsure ketiga penyusun lithosfer setelah oksigen dan silica, yaitu 15%. Dalam struktur liat, dan Al dan Si merupakan unsur-unsur inti penyusun lempeng pertama dan keduanya. Dalam dinding tentahedral liat, 15% situ s diduduki Al dan sisanya 85% diduduki Si (Grim cit. mengel dan Kirkby, 1982 ) Pengaruh keracunan Al terutama membatasi kedalaman maupun percabangan akar, sehi ngga akan menghambat daya serap tanaman terhadap hara lain. Pada beberapa tanama n, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang mirip difesiensi P, kekerdilan m enyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau dan gelap dan lambat matang,batang d aun dan urat d tanaman daun berwarna unggu , ujung daun menguning dan mati. Pada tanaman lain menunjukkan gejala defisiensi Ca yang terinduksi atau tertekannya transfortasi Ca dalam tanaman, yaitu dedaunana mudah mengeriting atau menggulung dan titik tumbuh atau tangki daun tumbang. Akar yang terluka secara khas terlih at menggemuk dan rapuh. Pucuk akar dan akar lateral menjadi tebal dan berubah co klat. Dari data kamprath dan foy (1985) secara umum dapat dikatakan bahwa jagung merup akan tanaman yang paling tolerans terhadaop Al, kemudian kelompok yang berketaha naan sedang meliputi kapas (Gossypium hirsutum L.), kedelai, lobak (Raphanus sat ivus L), sorgum, kubis, cantle (Avena sativa L) dan gandum sedangakan kelompok s ensitive mauoun meliputi : jelai (Hardeum vulgare L), selada, bit gula dan timot i (Phleum pratese L). Tingginya kejenuhan Al dalam tanah masam. Kejenuhan Al > 50-60% pertumbuhan tana man jagung menurun secara tajam. Pada tanah mineral berkejunuhan Al < 30%, produ ksi jagung dapat mencapai hampira 90% maksimum/ perkembanagn akar jagung dapat m encapai hamper 90% maksimum. 6. Pengapuran Tanaman merupakan makhluk hidup autotrof, atau makhluk hidup yang dapat menghasi lkan atau membuat makanan sendiri. Tanaman menggunakan energi matahri sebagai ba han bakar. Selain itu, tanaman juga membutuhkan unsur hara sebagai bahan makanan

nya. Seperti : nitrogen, fosfor, kalium dan lain lain. Unsur unsur hara tersebut kebanykan didapatkan oleh tanaman dari tanah. Oleh karena itu, kandungan unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan unsur hara di dalam tanah ialah pH tanah atau reaksi tanah. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tana man makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 p ada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pa da umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat. Konsentrasi Alumunium dan besi (Fe) yang tinggi pada tanah memungkinkan terjadin ya ikatan terhadap fosfor dalam bentuk alumunium fosfat atau Fe-fosfat. P yang t erikat oleh alumunium tidak dapat digunakan oleh tanaman makanan ternak. Tanam an makanan ternak yang ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah biasanya juga menunjukkan klorosis (peleburan klorofil sehingga daun berwarna pucat) akibat k ekurangan nitrogen atau kekurangan magnesium. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pengapuran dengan tujuan menaikkan Ph Dari pH masam (dibawah 7) menjadi netral. B. Tujuan 1. Penetapan pH Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apakah tanah itu masam atau basa 2. Penetapan Bahan Organik Praktikum ini bertujuan untuk memperdalam asal usul maupun factor yang mempengar uhi bahan organik tanah lapangan serta di laboratorium menalar peranan bahan org anic tanah dalam tujuan pemakaian. 3. Penetapan Tekstur tanah Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tekstur tanah yang kita teliti dan seba gai data dalam penentuan penanaman. 4. Penetapan KTK Praktikum ini bertujuan untuk memperdalam pengertian tentang tata cara dalam pen etapan KTK yang sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah dalam tujuan pemakaian. 5. Penetapan Al -dd Praktikum ini bertujuan untuk memperdalam pengertian tentang penetapan Al -dd ba ik secara di lapangan maupun di laboratorium dalam tujuan pemakaian

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penetapan pH Tanah Hampir semua ph tanah mempunyai ph anatara 4-9, walaupun bukan derajat tanah per tanian. Ph merupakan suatu ukuran dalam mengenali suatu derajat tanah baik masam maupun basa, perkembangan ph secara alami tergantung dari banyak faktor,diantar anya yang sangat penting yaitu hujan dan vegetasi. Pengaruh ph tanah terhadap pe rtumbuhan tanaman dapat di bagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak lang sung. Pengaruh langsung yaitu pada akar tanaman dengan ph 4-10 dapat menyebabkan rusaknya perakaran pada tanaman sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah ket ersedian unsure hara baik unsur hara makro maupun mikro serta memungkinkan timbu lnya keracunan tanaman pada ph rendah oleh tanaman. (Soepardi,2002) Kemasaman Tanah (pH) Pengelompokan kemasaman tanah berbeda dengan pengelompokkan terhadap sifat kimia tanah lain, karena untuk kemasaman tanah (pH) dikelompokka n dalam enam kategori berikut: (1) sangat masam untuk pH tanah < 4,5 (2) masam u

ntuk pH tanah berkisar antara 4,5 s/d 5,5 (3) agak masam untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d 6,5 (4) netral untuk pH tanah berkisar antara 6,6 s/d 7,5 (5) ag ak alkalis untuk pH tanah berkisar antara 7,6 s/d 8,5 (6) alkalis untuk pH tanah > 8,5. Sifat tanah yang terpenting adalah keasaman netral dan basa (alkalis). Penyataan ini didasarkan pada jumlah H melebihi jumlah ion OH, banyak kandungan Al, Fe, M n. Umumnya ditemukan pada tanah yang basa, sedangkan pada tanah basa atau alkali kepekatan ion OH melebihi ion H. kandungan Al, Fe, Mn rendah banyak basa terkan dung di dalamnya (Ca, Mg, K, Na). serta umumnya terdapat pada tanah beriklim ker ing. ( Hanafiahl.2004 ) Ada dua cara penetapan pH tanah untuk derajat keasamannya yaitu dengan menggunak an alat pH meter yaitu prinsipnya adalah menggunakan indicator melalui perbedaan warna yang telah dsitunjukkan. Dapat juga menggunakan kertas lakmus yang terdir i dari dua warna yaitu merah dan biru. Warna merah menunjukkan asam dan biru man unjukkan basa. Penggunaan kertas lakmus lebih murah biaya yang digunakan dibandi ngkan dngan menggunakan pH meter namun untuk mendpatkan hasil yang akurat dengan tingkat ketelitisi yang tinggi diperlukan pH meter. Tanah sulfat masam merupakan tanah yang umumnya berasal dari endapan maine, yang terdiri dari senyawa sianida. Tanah ini berasal dari oksidasi yang memberikan k easaman tinggi. Disamping itu Al dan H berasal dari hasil dekomposisi organic da n oksidasi pirit, asam juga salah satu bahan organic yang merupakan senyawa yang berperan dalam melarutkan basa sehingga cepat hilang. (Hanafiah, 2004) Kemasaman dapat terbagi menjadi dua yaitu kemasaman cadangan dan kemasan aktif.. Kemasaman cadangan adalah apabila ion H dapat dipertukarkan (H-dd) atau yang te rserap dalam koloid, sedangkan kemasaman aktif yaitu ion H bebas atau ion H laru t dalam tanah. Beberapa faktor yang dapat mempengraruhi ph tanah diantaranya yai tu kejenuhan basa yang apabila kadar KB rendah maka ph juga randah . lalu sifat misel yaitu koloid organic lebih mudah mendisosiallisasikan ion H kedalam laruta n dibandingkan koloid liat. Serta macam kation yang terserap,dimana Na sukar lar ut dalam tanah yang sangat rendah. Sehingga pada tanah dengan kandungan Na tingg i maka ph juga tinggi. (Agus, 2006) Kation-kation yang dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga yang cukup besar u ntuk memperlambat pencuciannya dari tanah tetapi sejumlah besar kation mengalami diisosiasi dari permukaan kation itu siap digunakn tanaman. Pada diisosiasi, ba sa yang dapat dipertukarkan menyebabka terjadinya hidrolisis sehingga dihasilkan ion-ion OH. H yang dapat dipertukarkan menggalami diisosiasi dan menyumbangkan H ke larutan tanah menurut persamaan berikut : Misel - H H (Terserap) dalam larutan H yang dapat dipertukarkan adalah sumber utama H sampai dengan ph tanah Menjadi dibawah 6, bila Al pada lempeng liat octahedral Al menjadi tidak mantap dan dise rap sebagai All yang dapat dipertukarkan. Al yang dapat pertukarkkan merupakan s umber H menurut persemaan berikut: H Misel - Al + 3HO Al(OH) + Misel H---- H Tidak larut H Beberapa faktor yang mempengaruhi ph tanah diantaranya karbodioksida yang dihasi lkan dari pernafasan melarut dalam larutan tanah membentuk asam karbonat lemah. Pengaruh ini terlihat pada tanah-tanah kapur dan tanah alkali lainya untuk waktu ribuan tahun, yang menunjukkan bahwa asam karbonat dalam tanah mempunyai perana n yang kurang berarti dalam penentuan ph tanah. Asam karbbonat memudahkan pengik isan dan berperan dalam pencucian. B. Penetapan Bahan Organik Tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu kesetimbangan dinamis dengan l ingkungannya ( lingkungan hidup atau lingkungan lainnya ). Tanah tersusun atas l ima komponen yaitu :

partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil rombakan bahan-bahan batuan dan anorganik yang terdapat pada permukaan karek bumi ( sekitar 45% ). Bahan organic yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang dan berbagai hasi l kotoran binatang ( sekitar 5% ). Air ( sekitar 20-30% ) Udara tanah ( sekitar 20-30% ) Kehidupan jasad renik. Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang seda ng atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi m aupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia he terotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah, meliputi: (1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik yan g mudah terurai, (2) menghasilkan humus tanah yang berperanan secara koloidal dari senyawa sisa m ineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi, (3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar ketimban g koloid anorganik, (4) menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap mineral oksida dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P tanah, d an (5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan pelarutan P oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik. Kandungan bahan organic tanah yang dalam keseimbanagan dengan nabatah merupakan fungsi pertambahan serat peremputan karbon organic tahunan. Rumus berikut ini me nerangkan pada hubungan itu : C = bm K Dan a = bm Dimana : C = persentase karbon organic tanah dalam keseimbanagan ( ton/ha ) b = junlah tahunan bahan organic segar yang ditambahkan pada tanah ( ton/ha) m = laju perubahan bahan organic segar menjadi karbon organic tanah ( persen ) a = tambahan tahunan krbon organic tanah ( ton/ha) k = laju percepatan tahunan dari karbon organic tanah ( persen ) Tambahan tahunan bahan organic segar seperti serasa, dahan, dan akar yang mati ( b) lebih kurang 5 ton/ha bahan kering dihutan trofika dan kira-kira 1 ton/ha dih utan iklim sedang. Kisaran yang sebenarnya yangn ada di dalam kepustakaan adalah dari 3 sampai 15 ton/ha di hutan trofis dan 1 sampai 8 ton /ha di hutan iklim s edang. Sabana trofika memeberikan tambahan dari 0,5 sampai 1,5 ton/ha. Prairie d aerah iklim sedang kira-kira 1,5 ton/ha. ( Sanchez, 2001 ) Oleh karena itu terdapatlah hubungan yang berlawanan antara bentuk nabatah trofi ka dan iklim sedang. Hutan udika memberikan memberikan sekitar lima kali lebih b anyak bahan organic segar dari pada yang diberikan hutan semacam itu diwilya ikl im sedang,terutama dalam bentuk serasa untuk dua keadadn tersebut. Perbedaan ini disebabkan oleh laju pertumbuhan hutan trofikl lebih cepat. Tambahan bahan orga nic yang segar pada prairie wilaya iklim sedang membentuk akar ( sistemnya ) yan g lebih melimpah, sedangkan pertumbuhan disabana trofika sering pembakaran tahun an sabana makin mengurangi pertambahan bahan organic segar. ( Sachez, 2001 ) Tanah organic dibedakan dari tanah mineral dengan adanya 20 sampai 30 persen bah an organic ( tergantung pada tektur dan bahan tanah mineral ). Suatu cirri khas dari tanah oganiknik adalah statifikasi atau pelapisan yang mewakili macam tumbu han yang menghasilkan bahan organic sebagai akibat perubahan iklim atau taraf ai r. ( Sarwono, 2001 ) Kumpulan bahan organic dalam tanah disetarakan dengan danau. Perubahan pada tara f air danau tergantung pada perbedaan jumlah air yang masuk dengan air yang kelu ar. Bahan organic tanah terurai menjadi tanah mineral dengan laju yang sama deng an 1 sampai 4 persen paretahun. Dengan menganggap bahan organic sebesar 2 persen dan terdapat 40.000 pon bahan organic per akre potongan alur, 800 pon organic t anah akan hilang terurai tiap tahunnya. Sebaliknya bila 800 pon humus terbentuk

dari sisa-sisa yang di tambahakan kedalam tanah, kandungan bahan organic tanah a kan tetap sama dari tahun ke tahun tanah akan berada dalam taraf keseimbangan. ( Sarwono, 2001 ) C. Penetapan Tektur tanah Tektur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah, teristimewanya tektur tanah merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau kelompok partike l dengan ukuran lebih kecil dari kerikil ( diameternya kurang dari 2 milimeter ) . Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk darilapisan-lapisan tanah ada juga yang mempengaruhi tektur dan mempengaruhi penggunaan tanah. Pemisahan tanah biasanya diperkirakan menjadi kelompok dengan ukuran-ukuran part ikel mineral dengan diameter kurang dari 2 milimeter atau ukuran lebih keci dari kerikil.Pasir merupakan suatu fraksi yang berukuran 2,0 milimeter dan berdasrka n sistem USDA :pasir dibedakan mejadi pasir sangat halus, halus, sedang, kasar d an sangat kasar.Debu adalah suatu fraksi yang berukuran 0,05-0,002 milimter. Pada partikel dengan ukuran 0,05 milimeter sangat sulit mebedakan partikel-parti kel dengan tangan biasa. Pasir yang sangat halus, abrasuvnya terasa sanagat ring an, sedangkan debu terasa lunak sperti tepung. Tanah yang mempunyai kapasitas ti nggi untuk mengikat air tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Karena, suatu kombina si yang unik antara area permukaan dan ukuran pori. ( Endang, 2002 ) Tektur tanah dibagi menjadi 12 kelas : pasir ( sandy ) pasir berlempung ( loam sandy ) lempung berpasir ( sandy loam ) lempung ( loam ) lempung liat berpasir ( sandy-clay loam ) lempung liat berdebu ( sandy-slit loam ) lempun g berliat ( clay loam ) lempung berdebu ( silty loam ) debu ( silt ) liat berpasir ( sandy-loam ) lit berdebu ( silty-clay ) liat ( clay ) Dilapangan tektur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indera perasa ( ku lit jari jempol dan telunjuk ) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran, makin peka idra perasa ini, hasil penetapanya akan mendekati kebenaran taau makin iden tik dengan hasil penetapan dilaboraturium. Di laboraturium, tektur tanah umumnya ditetapkan melalui metode, yaitu pipet (ku rang teliti) atau metode hydrometer bouyoucus (lebih teliti) yang keduanya didasrk an pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel - partikel tanah dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya akan meningkat ecara patan (density) sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel tambahan seca ra kudratik. Melalui metode hydrometer : fraksi pasir merupakan partikel-partikel yang turun kedasar suspensi selama kura ng dari 40 detik. fraksi debu turun antara 40 detik hingga hamper dua jam, sedangkan sisanya yang masih tersuspensi merupakan liat Proporsi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah ini kemudian dicocokkan deng an proporsi pada segitiga tekstur. Misalnya tanah O berkadar pasir 26%, debu 25% , dan liat 50% maka berarti tanah bertekstur liat. Peran tektur tanah seperti yang diuraikan diatas akan mempengaruhi pertumbuhan d an produksi tanaman Menurut foth (1984) pinus resinosa juga ideal pada tanah bertektur lempun g berp asir meskipun juga dibandingkan dengan tanah bertektur pasir yang yang diberi ai r irigasi. Menerur piatna et. Al ( 1995 ) bahwa tektur tanah dapat ditemukn di laboraturium ditemukan di laboraturim dan lapangan. Analisa penentuan tektur tanah dilaborat urium terlebih dahulu harus dihindari bahan pekat yang terdapat didalamnya. Tekt ur tanah penting untuk diketahui karena komposisi ketingga fraksi tanah menentuk

an sifat fisik dan sifat kimia ( Sanchez, 2001 ) Tektur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemu dahan pengelolahan, keseburan dan debu beberapa tanah umumnya terdiri dari miner al kaya akan unsure hara ( kartasapoetra, 2000 ) D. Penetapan KTK ( kapasitas tukar kation ) Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tan aman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) a tau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang d apat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan neg atif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram ta nah atau me kation per 100 g tanah.Jumlah total kation yang dapat dipertukarkan ( cation exchangeable ) pada permukaan koloid bermuatan negatife ini disebut kap asitas tukar kation ( KTK ) catiaon exchange capacity, yang dinyatakan dalam mg ( milligram per 100 g tanah ( mg 100 g ) kering oven, KTK ini dinyatakan dalam b entuk berat ekivalen yang merupakan ukuran kimiawi setara 1 gram hidrogen dan me mpunysi atom H sebesar jumlah Avogadro ( 6,02 x 10 ). Kapasitas tukar kation totak ( KTK )tanah adalah jumlah muatan negatife tanah ba ik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik ( liat ) maupun koloid organic ( humus ) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan organic tanah me skipun tergantung derajat humifikasinya mempunyai KTK paling besar dibanding kol oid-koloid liat. Mudah tidaknya kation-kation tersebut dapat digantikan oleh ion H dari akar tega ntung kejenuhan kation tersebut dikomplek serapan. Bila kejenuhan tinggi maka ak an mudah digantikan , sebaliknya bila kejenuhannya sangat rendah. Kejenuhan suat u kation adalah perbandingan kation tersebut dengan seluruh kation terserap (KTK ) kejenuhan kation yang dinyatakan dalam persen. Suatu tanah mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jum lah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terserap. Sebaliknya p ada tanah-tanah yang ber KTK rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh banya k karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berlebihan. Pemupukan kation tentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berleb ihan. Pemupikkan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber KTK rendah adalah tid ak efisien. Perbandingan antara kadar kation basa : KTK efektif disebut kejenuhan basa (%kb) , sedangkan perbandingan kadar Al dibanding KTK efektif disebut kejenuhan Al (%K -Al)., sedangkan juga diperlukan nilai kejenuhan kation-asam (% K-ka). Dari berbagai pengamatan cirri tektur tanah, ternyata KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sam a, KTK juga bertambah besar. Makin halus tektur tanah makin besar pula jumlah ko loid liat dan koloid organiknya, sehingga KTKjuga makin besar. Sebaliknya tektur kasar seperti demikian pula koloid organiknya, sehingga KTK juga relative lebih kecil demikian pula koloid organiknya, sehingga KTK juga relative lebih kecil d ari pada tanah bertektur halus. Pertukaran ion Ca denagn H berlangsung secara ekuivalen.apabila terjadi penuruna na ion H, atau terjadi penambahan ion Ca misalnya denagn pengapuran maka reaksi akan beralih kekiri sebaliknya jika H bertambah atau ion Ca berkurang. Dimana ho kum keseimbangan reaksi kimia berlaku. Penetapan nilai KTK liat di laboraturium tergantung pada jenis liatnya 1. untuk tanah berliat sistem silikat ( vermikulit, montmorillonit dan illit ) s eperti tanah andosol, nilai KTK dapat ditetapkan dengan larutan buffer larutan ( penyangga) pada ph 7,0 dan 8,2 seperti ammonium asetat. 2. untuk tanah berliat kaolinit dan oksidik-aksidik (gibsit dan geothit) seperti tanah latosol dan podsolik merah-kuning ditetapkan dengan larutan garam nonbuff er, seperti KCl pada ph tanah alami. Kenyataan menunjukkan, bahwa KTK dari berbagai tanah sangat beragam, bahkan tana h sejenisnyapun berbeda KTKnya. Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan cirri tanah itu yang antara lain adalah: reaksi tanah atau ph

tektur tanah atau jumlah liat jenis mineral liat bahan organil pengapuran dan pemupukkan Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2, ya itu: 1. KTK muatan permanen, dan 2. KTK muatan tidak permanen. KTK muatan permanen adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi isom orf. Substitusi isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan u kuran atau diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi rendah di da lam struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-oktahedron . KTK muatan tidak permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation ya ng dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif l iat bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanism e patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar H+ dan OH- dari larutan tanah. sebelumnya pengaruh dari masing-masing faktor tersebut terhadap besarnya KTK tan ah ada baiknya ditinjau dulu mengenai prinsip pertukaran kation itu sendiri.pert ukaran katin merupakan reaksi umum yang terjadi dan merupakan salah satu reaksi yang terpenting dalam tanah. Dasar-dasar serapan dan pertukaran kation telah dib icarakan dengan jelas. Dengan demikian pertukaran kation oleh kation lain yang t erjadi pada permukaan koloid tanah dapat dikemukakan secara sederhana.pergantian ion lain dengan hidrogen (H) akan dipakai sebagai contoh terjadi fenomena itu. E. Penetapan Al-dd Efek kenaikan ph ini terutama sebagai konsekuen meningkatnya konsentrasi ion hid roksil yang bereaksi dan mengendapakan Al- larut. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada tanah mineral berph 50-60% pertumbuhan tanaman jagung menurun secara tajam. Pada tanah mineral berkejunuhan Al < 30%, produksi jagung dapat mencapai hampira 90% maksim um/ perkembanagn akar jagung dapat mencapai hamper 90% maksimum. Perkembangan ak ar jagung baru terhambat pada kejenuhan Al > 60%. Tanaman sensitive seperti kapa s, kedelai dan alfalfa mencapai optimum hanya jika kejenuhan Al mendekati 0 (Han afiah, 2004). Sistem perakaran secara keseluruhan tampak bergerombol, dengan banyak lateral ya ng menggemuk tetapi tanpa cabang atau bulu-bulu akar, sehingga tidak efektif dal am penyerapan hara (Hanafiah, 2004). Secara fisiologis dan biokomia, keracunan Al menyebabkan : tergantung pembelehan sel pada pucuk akar dan akar lateralnya. pengerasan dinding sel akibat terbentuknya jalinan peptin abnormal berkurangnya replikasi DNA akibat meningkatnya kekerasan helk ganda DNA. Terjadinya penyematan (fiksasi) P dalam tanah menjadi tidak tersedia atau pada p ermukaan akar. menurunnya respirasi akar terganggunya enzim-enzim regulator fosforilasi gula terjadinya penumpukkan polisakarida dinding sel terganggunya penyerapan pengangkutan dan penggunaan beberapa unsure essensial se perti Ca, Mg, K, P, Fe (Hanafiah, 2004).

Pada beberapa tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang mirip difesi ensi P, kekerdilan menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau dan gelap dan la mbat matang,batang daun dan urat d tanaman daun berwarna unggu , ujung daun meng uning dan mati. Pada tanaman lain menunjukkan gejala defisiensi Ca yang terinduk si atau tertekannya transfortasi Ca dalam tanaman, yaitu dedaunana mudah mengeri ting atau menggulung dan titik tumbuh atau tangki daun tumbang. Akar yang terluk a secara khas terlihat menggemuk dan rapuh. Pucuk akar dan akar lateral menjadi tebal dan berubah coklat Penggunaan garam-garam sebagai asupan pada tanah berpengaruh terhadap kelarutan Al. pemakaian 2,24 ton/ha gypsum pada tanah berph 4,8 meninggkatkan kelarutan Al dan 0,56 menjadi 1,19 ppm, sedangkan pada tanah lempung berdebu berph 4,7 kelar utan Al antara 1,9-10 ppm. Pemakaian 1 me KCl/100 g meningkatkan kelarutan Al me njadi CaCl(beberapa author, cit. nyak et al, 1982) pemakaian pupuk fosfat dan pu puk organic penggelolaan KTK tanah dan penggenangan tanah secara periodic diketa hui berpengaruh sebaliknya atau menurunkan kelarutan Al dalam tanah. Untuk mendapatkan kelarutan Al >3 ppm maka ph tanah harus 8,5. Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalis. Pernyataan ini dida sarkan pada jumlah ion H atau OH dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari ion OH, maka disebut masam. Bila ion H sama dengan ion OH disebut netral, dan bila ion OH lebih banyak daripada ion H disebut alkalis. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi pH tanah melalui dua cara, yaitu (1) pengaruh la ngsung ion hidrogen dan (2) pengaruh tidak langsung yakni tidak tersedianya unsu r hara tertentu dan adanya unsur-unsur yang beracun. tanaman pertanian mempunyai respon yang berbeda terhadap pH. Kebanyakan tanaman tumbuh baik pada tanah deng an pH 6 6,5. Reaksi tanah dapat digunakan untuk memberantas penyakit-penyakit pa da tanaman yang kurang peka terhadap pH dibandingkan dengan tanamannya. Uji pH tanah dilakukan untuk mengetahui reaksi tanah yang diamati agar mengetahu i kandungan ion H dan OH-nya, sehingga dapat diketahui pH pada tanah tersebut. P ada praktikum ini, setiap kelompok mengambil sampel tanah dari tempat yang berbe da. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dari tiap tiap jenis dan lokasi ta nah agar dapat di bandingkan. Sampel tanah diambil dari 2 lapisan tanah tersebut , yang juga akan digunakan sebagai perbandingan. Untuk kelompok III, sampel tanah di ambil di kampus unsri indralaya, tepatnya di belakang jurusan hama dan penyakit tumbuhan. Setelah sampel tanah di ambil, sam

pel tanah tersebut dikering anginkan dan di ayak dengan ayakan 2 mm dan selanjut nya dilakukan uji pH di laboratorium dengan menggunakan pH meter. Uji pH dilakuk an dengan menggunakan 2 indikator, yang pertama H2O dan KCl. Selain itu juga di gunakan larutan buffer (larutan penyangga) yaitu pada pH 4 dan pH 7. Larutan buf fer ini digunakan untuk menghilangkan efek dari pengujian pH yang baru dilakukan . Setelah dilakukan pengujian, maka di dapatkan hasil untuk indikator H2O pada lap isan pertama 4,12 , dan indikator KCl 3,62. Ini berarti tanah lapisan I memilki kriteria tanah masam, karena pH-nya yang di bawah 7. Pada lapisan II, dengan ind ikator H2O didapat hasil sebesar 4,79, sedangkan untuk indikator KCl diperoleh n ilai sebesar 4. Tanah pada lapisan kedua juga berkriteria masam. Kelompok yang l ainnya juga mendapatkan hasil yang sama yaitu tanah dengan kriteria masam. Hal i ni sesuai dengan keadaan tanah di daerah ini yang kebanyakan bersifat masam. Hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.Unsur unsur hara yang dibutuhkan tanaman banyak tersedia pada pH netral. Pada tanah-ta nah yang bereaksi masam ini memungkinkan adanya unsur -unsur, misalnya Al, Mn da n Fe yang bersifat toksik bagi tanaman, sehingga tanaman dalam penyerapan unsur hara menjadi terganggu, akibatnya tanaman bisa mati. Untuk mengurangi kemasaman tanah dapat dilakukan dengan pengapuran. Adapun sebab-sebab yang dapat menyebabkan tanah tersebut bereaksi sebagai masam antara lain berhubungan dengan adanya ion H+, unsur Al, unsur Fe, unsur Mn serta unsur logam yang lain, terjadinya desosiasi gugus fungsional dari bahan organik , dan pemakaian pupuk yang berfisiologis masam secara terus-menerus. Selain itu daerah yang bercurah hujan tinggi memiliki tanah yang masam karena tercucinya ka tion- kation basa yang ada pada tanah sehingga pH menjadi rendah. Untuk mengatas i kemasaman pH ini dilakukan pengapuran dengan tujuan meningkatkan pH-nya. Kapur yang digunakan berupa kapur pertanian, biasanya digunakan kalsit (CaCO3) atau d olomit (CaMg(CO3)2. B. Penetapan Bahan Organik Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik tana h juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah yang tidak sehat me miliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah penting untuk menyam in produktivitas pertanian. Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat pelapukan bahan organik berbeda-beda dan tercampu r dari berbagai macam bahan Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapa t dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Fungsi Biologi: menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba ) tanah, menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah, memberikan kontri busi pada daya pulih (resiliansi) tanah b. Fungsi Kimia: merupakan ukuran kapasi tas retensi hara tanah penting, untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah , menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K.c. Fungsi Fisika: mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah, untuk meningkatkan stabili tas struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, perubahaha n moderate terhadap suhu tanah. Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling ber kaitan satu dengan yang lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nut risi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan orga nik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah. Oleh karena bahan organik sangat penting dan sangat mempengaruhi sifat sifat tan ah, maka pengamatan terhadap bahan organik tanah perlu dilakukan. Pada praktikum kimia tanah ini menggunakan sampel tanah yang pada setiap pengmatannnya. Jadi, sampel tanah yang digunakan sama dengan sampel tanah yang digunakan untuk penent uan pH. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui hubungan antara sifat sifat tanah tersebut. Tanah yang digunakan sebanyak 0,5 gr. Pengamatan bahan organik juga dilakukan di laboratorium. Tanah yang ditimbang te rsebut ditambahkan kalium bikromat dan asam sulfat dan diamkan selama 30 menit. Setelah itu ditambahkan aquadest, asam pospat dan natrium floraid. Setelah itu d

itambahkan dyphenilamine. Selanjutnya dititrasi dengan menggunakan ferrous amoni um sulfat hingga warnanya biru berlian. Volume titrasi inilah yang akan digunaka n untuk menghitung persentase C-organik pada tanah tersebut. Selain mencari volu me titrasi ini, juga dicari volume titrasi blanko. Balnko ini di buat denagn men ggunakan bahan bahan yang sama namun tidak menggunakan tanah, kedua hasil titras i ini yang digunakan untuk mendapatkan kadar C-organik. Setelah didapatkan volume titrasinya, maka digunakan rumus untuk mencari persent ase C- Organik : ( 1 (t/b)) x f. setelah didapat maka dicari persentase bahan or ganiknya, dengan rumus : 1,724 x % C-Organik. Berdasarkan kategori unsur hara pe nyusun biomass kering, terdiri dari:Karbon (C = 44%), Oksigen (O = 40%),Hidrogen (H = 8%), dan Mineral (8%). Kandungan bahan organik dalam tanah secara umum adalah 5 %, tetapi walaupun demi kian peranan bahan organik sangatlah besar. Di dalam tanah, bahan-bahan organik mengandung kurang lebih sebanyak 58 % karbon. Dari hasil pengamatan kelompok III , diperoleh kandungan bahan organik dari sampel tanah lapisan I sebanyak 2,824 % dan kandungan C-organiknya 1,638 %. Berarti terdapat 58 % c organik di dalam ba han organik tanah tersebut. Sedangkan untuk sampel tanah lapisan II kandungan ba han organiknya adalah 2,649 % yang mengandung 1,536 % C-organik. Berartri terdap at 57,9 % c- organiuk di dalam bahan organik tanah tersebut. Namun pada kelompok II didapatkan persentase bahan organik yang bernilai negatif (-), hal ini kemun gkinan terjadi dikarenakan kesalahan prosedur pada saat titrasi. Lapisan I lebih tinggi kadar bahan organiknya, dikarenakan lapisan I terletak le bih atas dibandingkan lapisan II. Selain itu, tempat pengambilan sampel tanah te rletak di sekitar populasi tanaman akasia. Di daerah ini banyak ditemukan daun d aun kering. C. Penetapan Tekstur Hydrometer Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandi ngan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandu ngan pasir, debu dan liat. Tekstur adalah perbandingan relatip fraksi pasir, debu, liat dalam persen. Tekst ur tanah penting untuk kita ketahui,oleh karma komposisi tiga fraksi butir-butir tanah terrsebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tan ah. Sebagai contoh, besarnya lapangan permukaan dari ion-ion di dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah. Partikel-partikel ini telah dibagi kedalam group atau kelompok-kelompok atas das ar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimia, wartna, berat atau sifat lainnya. Group partikel ini disebut pua separate tanah. Analisa laboratorium da lam tanah dimana partikel-partikel itu dipisahkan dan didistribusikan menurut uk uran partikel tanah. Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau di analisis di laboratorium, maka has ilnya memperlihatkan beberapa ragam ukuran, ada yang berukuran koloid, sangat ha lus, halus, kasar, dan sangat kasar. Dibidang pertanian penentuan tekstur tanah sangat penting sekali karna dapat mem pengaruhi dan berhubungan erat sekali dengan plastiwitas, tekanan, pengolahan ta nah dan permeabilitas. Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan ha lus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi: (1) pasir, yaitu butir tanah yan g berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm. (2) debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm. (3) liat, yaitu butir tanah y ang berukuran kurang dari 0,002 mm. Pengamatan tekstur tanah dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Namun lebih dianjurkan untuk pengamatan di laborat orium, dikarenakan pengamatam. Di laboratorium lebih akurat. Pengamatan tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan beberapa metode, antar a lain : metode pipet dan metode hydrometer. Pada praktikum kimia tanah ini, dil akukan dengan menggunakan metode hydrometer. Dikatakan metode hydrometer, karena pengukurannya digunakan alat yang bernama hydrometer.

Pengamatan ini juga menggunakan sampel tanah yang sama. Tanah yang digunakan seb anyak 50 gr. Tanah tersebut dimasukkan ke dalam wadah untuk pengocokan. Tanah te rsebut di tambah air sebanyak wadah. Setelah itu, ditambahkan calgon sebanyak 10 ml. Calgon ini berfungsi untuk memisahkan partikel partikel tanah. Setelah di kocok selama 30 menit, larutan tanah tersebut dimasukkan ke dalam sil inder 1000 ml. Volumenya juga ditambah dengan aquadest hingga 1000 ml. Lalu di u kur suhunya. Setelah itu di kocok sebanyak 40 kali, dan masukkan hydrometer untu k mendapatkan R1 kemudioan didiamkan selama 2 jam. Kemudian di ukur lagi dengan hydrometer untuk menentukan R2. Selain itu juga diukur suhu ruangan. Setelah didapatkan data data berupa R1 , R2 , t1 , t2, Maka dicari persentase pa sir, persentase liat dan persentase debu. Dengan menggunakan rumus. Setelah di d apatkan persentasenya maka persentase di samakan dengan segitiga tekstur. Pada Kelompok III didapatkan hasil dengan R1 = 11, R2 = 5, persentase pasir 74,4 %, persentase liat = 15,6 %, dan persentase debu = 10 %. Setelah di sesuaikan d engan segitiga tekstur, diketahui bahwa tekstur tanah tersebut adalah lempung be rpasir. Pengamatan ini hanya di lakukan pada sampel tanah lapisan I. Hal ini dilakukan k arena keterbatasan waktu. Tekstur tanah berupa lempung berpasir, menyatakan bahwa tanah tersebut memiliki ketiga fraksi tanah, sehingga membentuk lempung. Namun frkasi pasir lebih banyak , walaupun lebih didominasi oleh lempung. Bila dibandingkan dengan hasil dari kelompok lain, Maka dapat disimpulkan bahwa tekstur tiap tanah itu berbeda. Tekstur tanah ini dapat menjadi acuan akan kadar hara yang ada, dengan masih mempertimbangkan sifat sifat tanah yang lain. Karen a tekstur tanah akan mempengaruhi sifat sifat tanah yang lain terutama sifat fis ika tanah. D. Penetapan KTK Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemam puan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur h ara yang terjerap dapat ditukarkan dengan barium (Ba+) atau ammonium (NH4+), kem udian jumlah Ba atau NH4 yang terjerap ini ditentukan kembali melalui penyulinga n. Jumlah Ba atau NH4 yang tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur hara y ang ditukar pada koloid tanah tadi Selain Kapasitas tukar kation ada juga kapasi tas tukar anion. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negatif, KTK dapat dikelo mpokkan menjadi tiga, yaitu: 1. KTK koloid anorganik atau dikenal sebagai KTK li at tanah, 2. KTK koloid organik atau dikenal sebagai KTK bahan organik tanah, da n 3. KTK total atau KTK tanah. Berdasarkan sumber muatan negatif tanah, nilai KT K tanah dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. KTK muatan permanen, dan 2. KTK muatan ti dak permanen. Kapasitas Tukar Kation total tanah adalah jumlah total daerah tempat penukaran b aik koloid organik maupun koloid mineral. Untuk sebagian besar tanah bahan organ ik merupakan komponen dengan kapasitas tukar kation paling besar. Kapasitas Tuka r Kation bahan organik meningkat sesuai dengan humifikasi. Sekitar 200 sampai 30 0 miliekivalen per seratus tanah bahan organic yang dihumifikasi dengan baik ata u humus. Liat mempunyai variasi KTK yang tinggi, sekitar < 10 untuk liat oksida sampai > 100 untuk liat 2:1 Kapasitas tukar kation ini menandakan jumlah kation yang dapat berpindak di dala m suatu tanah. Oleh karena itu, sifat kimia tanah berupa kapasitas tukar kation ini perlu dilakukan yang juga dijadikan patokan di dalam melakukan pemupukan dan pengapuran. Pada praktikum ini dilakukan dengan sampel tanah yang sama dengan praktikum sebe lumnya. Tanah yang digunakan sebanyak 1 gr, tanah tersebut dimasukkan ke dalam e rlenmeyer dan ditambahkan natrium asetat. Lalu di kocok selama 30 menit. Setelah 30 menit, larutan tersebut di saring dengan kertas saring ( kertas W 41) . Endapan pada kertas saring tersebutlah yang dicuci dengan alkohol 96 % sebanya k 3 kali. Hasil dari saringan tersebut di tambahkan natrium asetat sebanyak 20 m l, setelah itu diambil 1 ml. Lalu dijadikan 25 ml dengan menggunakan aquadest. L alu larutan itu di cek dengan menggunakan alat yaitu flem fotometer. Alat flem f

otometer ini menggunakan prinsip pembakaran. Setelah didapatkan hasil pembacaan. Maka di gunakan dalam rumus penentuan KTK. M aka didapatlah hasil pada tabel hasil. Untuk kelompok III didapatkan hasil pada lapisan I sebesar 19,575 sedangkan pada lapisan II KTK-nya sebesar 8,7. Setelah didapatkan hasilnya, maka bisa dibandingkan antara tanah lapisan I dan l apisan II, juga antara masing masing kelompok. Menurut Hakim et al. (1986), besa rnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan cirri tanah itu sendiri yang antara la in adalah : Reaksi tanah atau pH, Tekstur tanah atau jumlah liat, Jenis mineral liat, Bahan organik, Pengapuran dan pemupukan.Berdasarkan hasil hasil pada penga matan atau praktikum sebelumnya dapat diketahui pengaruh jumlah liat terhadap KT K. Apabila jumlah liatnya tinggi maka KTK-nya juga kana tinggi. Berarti KTK dan jumlah liat di dalam tanah berbanding lurus. Selain jumlah liat reksi tanah (pH) dan bahan organik juga mempengaruhi KTK pada suatu tanah. Dengan mengetahui KTK ini, kita dapat memperkirakan jumlah pupuk a tau kapur yang akan digunakan. Karena apabila KTK tidak diperhitungkan, maka aka n banyak pupuk atau kapur yang akan terbuang percuma. Jika KTk suatu tanah renda h, maka pemupukan tidak bisa dilakukan dalam jumlah besar. Karena tanah tidak ma mpu untuk memnukarkan kation kation yang ada. Oleh karena hal itulah KTK juga sa ngat dibutuhkan. Mudah tidaknya kation-kation tersebut dapat digantikan oleh ion H dari akar tega ntung kejenuhan kation tersebut dikomplek serapan. Bila kejenuhan tinggi maka ak an mudah digantikan , sebaliknya bila kejenuhannya sangat rendah. Kejenuhan suat u kation adalah perbandingan kation tersebut dengan seluruh kation terserap (KTK ) kejenuhan kation yang dinyatakan dalam persen kapasitas tukar kation tanah san gat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam t anah berbeda-beda pula. E. Penetapan Al-dd Kandungan Al-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode titrasi. Kegiatan tit rasi pada tahap pertama akan mengukur jumlah total asam yang dititrasi dapat dig antikan oleh ion K+, yang setara dengan jumlah H-dd dan Al-dd. Titrasi pada taha p kedua akan mengukur jumlah ion H yang diganti sehingga jumlah ion Al yang diga ntikan dapat dihitung dengan pengurangan. Kandungan H-dd dan Al-dd ini dinyataka n dalam me terhadap kation per 100 gram tanah kering. Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah masam d i Indonesia. Perkiraan jumlah kapur didasarkan oleh jumlah Al-dd yang terdapat d idalam tanah. Jumlah Al-dd yang dikendalikan kapur ditunjukkan untuk mencapai pH tertentu yang paling sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman Penetapan Al-dd ini dilakukan sebagai acuan dalam melakukan pengapuran. Kamprah (1970), merekomondasikan penentuan kebutuhan kapur untuk tanah tropik berdasarka n Al yang dapat dipertukarkan (Al-dd). Dalam hal ini tanah tropik adalah tanah m ineral yang telah tercuci hebat, seperti tanah oxisol dan tanah ultisol. Rekomondasi kebutuhan kapur berdadarkan kebutuhan Al yang beracun dan sangat ber kaitan dengan tingginya Al-dd pada tanah-tanah mineral masam pada daerah tropik. Dengan demikian tujuan pengapuran akan tercapai Penerapan Al-dd bermanfaat sebagai tolok ukur kebutuhan kapur pada tanah masam d i Indonesia. Perkiraan jumlah kapur didasarkan oleh jumlah Al-dd yang terdapat d idalam tanah. Jumlah Al-dd yang dikendalikan kapur ditunjukkan untuk mencapai pH tertentu yang paling sesuai untuk pertumbuhan suatu tanaman Toksisitas Al merupakan konsekuensi tingginya kejenuhan Al dalam tanah masam. Ke jenuhan Al > 50-60% pertumbuhan tanaman jagung menurun secara tajam. Pada tanah mineral berkejunuhan Al < 30%, produksi jagung dapat mencapai hampira 90% maksim um/ perkembanagn akar jagung dapat mencapai hamper 90% maksimum. Perkembangan ak ar jagung baru terhambat pada kejenuhan Al > 60%. Tanaman sensitive seperti kapa s, kedelai dan alfalfa mencapai optimum hanya jika kejenuhan Al mendekati 0 Efek kenaikan ph ini terutama sebagai konsekuen meningkatnya konsentrasi ion hidroks il yang bereaksi dan mengendapakan Al- larut. Hal ini juga menunjukkan bahwa pad a tanah mineral berph

top related