universitas atma jaya universitas trisakti u d a y a n a
Post on 05-Oct-2021
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8K NT So ekKONFERENSI NASIONAL TEKNIK SIPIL
Peran Rekayasa Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur Perkotaan BerkelanjutanUntuk Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
PROSIDINGK NT So ek 8
Tahun 2014
Diselenggarakan oleh:
UNIVERSITAS TRISAKTIUNIVERSITAS
PELITA HARAPANUNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHAUNIVERSITAS ATMA JAYA
YOGYAKARTA UNSUNIVERSITASU D A Y A N A
ISBN 978-602-71432-1-0
Kota Bandung
Volume 1 : Struktur - Manajemen KonstruksiInfrastruktur - Lingkungan
Buku Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) ke-8“Peran Rekayasa Sipil dalam Pembangunan Infrastruktur Perkotaan BerkelanjutanUntuk Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia”
Buku ini resmi diterbitkan oleh Jurusan Teknik Sipil - Institut Teknologi Nasional Bandungatas kerja sama dengan konsorsium Perguruan Tinggi:
Universitas Atma Jaya YogyakartaUniversitas Trisakti - Universitas Pelita Harapan - Universitas Udayana
Universitas Sebelas Maret - Universitas Kristen Maranatha - Universitas Tarumanegara
Dilarang menjual dan menggandakan buku prosiding ini tanpa izin dari Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara KoNTekS
Buku Prosiding Volume 1, Cetakan Pertama, 16 Oktober 2014
ISBN 978-602-71432-1-0
Kata Pengantar
Dunia rancang bangun dan pengelolaan infrastruktur di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin komplek. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan akan infrastruktur yang menunjang perkembangan Indonesia semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup. Perkembangan yang pesat muncul pada basis-basis wilayah perkotaan, sehingga penanganan wilayah perkotaan khususnya dalam hal penyediaan infrastruktur yang terus berkelanjutan sangat diperlukan untuk menunjang segala bentuk kegiatan di perkotaan yang tidak akan pernah berhenti.
Untuk menghadapi permasalahan dunia infrastruktur perkotaan, baik dalam tahap pra-pembangunan (studi dan perencanaan), tahap pembangunan, maupun tahap pasca pembangunan yang sering disebut dengan tahap operasional dan pemeliharaan, maka dunia akademisi khususnya bidang ke-teknik sipil-an dirasa perlu untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan saling bertukar pikiran dan informasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam dunia teknik sipil. Kegiatan yang dilaksanakan adalah Konferensi Nasional Teknik Sipil ke 8 dengan tema PERAN REKAYASA SIPIL DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA yang diselenggarakan di Kota Bandung atas kerja antar perguruan tinggi yaitu Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Trisakti, Universitas Pelita Harapan, Universitas Udayana, Universitas Sebelas Maret, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Tarumanegara dan Institut Teknologi Nasional sebagai tuan rumah kegiatan. Konferensi Nasional Teknik Sipil ke 8 secara umum dimaksudkan untuk menyediakan wadah saling tukar menukar informasi antar akademisi, praktisi dan mahasiswa bidang teknik sipil mengenai perkembangan ilmu dan teknologi infrastruktur, dan dengan tujuan memberikan masukan bagi pemangku kepentingan dalam meningkatkan kualitas infrastruktur perkotaan berkelanjutan.
Besar harapan kita semua, bahwa acara ini diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi dan informasi, serta dapat turut membantu berbagai pihak dalam mengatasi solusi dari permasalahan infrastruktur perkotaan di Indonesia. Dalam buku prosiding ini telah disusun seluruh hal yang berkaitan dengan infrastruktur perkotaan, sehingga di masa yang akan datang buku ini dapat berguna untuk membantu menemukan solusi dan mungkin dapat memunculkan ide-ide konstruktif yang baru mengenai masalah infrastruktur perkotaan.
Akhir kata, semoga acara konferensi ini dapat terus berlangsung untuk menjaga silaturahmi bagi kita semua.
Bandung, Oktober 2014
Panitia KoNTekS 8
viii
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................. i Daftar Isi ........................................................................................................... ii Kata Pengantar ................................................................................................ viii Kata Sambutan Ketua Panitia KoNTekS 8 ...................................................... ix Kata Sambutan Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta ....................................... x Kata Sambutan Rektor Itenas Bandung .......................................................... xi KELOMPOK PEMINATAN STRUKTUR hal. PENGARUH PEMODELAN PADA ANALISIS STABILITAS TERHADAP DAYA DUKUNG STRUKTUR BAJA STUDI KASUS: SCAFFOLDING PT.PUTRACIPTA JAYASENTOSA Wiryanto Dewobroto
STR - 1
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG TAK BERATURAN AKIBAT BEBAN GEMPA SNI 03-1726-2002 DAN SNI 03-1726-2012 Mario Asneindra, Zulfikar Djauhari, Alex Kurniawandy
STR - 10
ANALISIS GETARAN ACAK PADA STRUKTUR NON-LINIER Anwar Dolu, Anrinsyah Nasution
STR - 22
PREDIKSI KEKUATAN STRUKTUR TRUSS 2D KOMPOSIT BAJA RINGAN - KAYU LAMINASI Hendy Linggo Wibowo, Andreas Triwiyono dan Ali Awaludin
STR - 32
DURABILITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN LEMBARAN GFRP AKIBAT BEBAN FATIK Rudy Djamaluddin, Rita Irmawati, Arbain Tata dan Jamaluddin Bangki
STR - 43
STUDI KEBUTUHAN DAN PEMANFAATAN DATABASE MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI DI INDONESIA Krishna Mochtar
STR - 52
PENGEMBANGAN PROGRAM PERHITUNGAN BERBASIS INTERNET UNTUK PEMBELAJARAN METODE ELEMEN HINGGA Wong Foek Tjong dan Liliana
STR - 61
PENGARUH BAHAN TAMBAH SUPERPLASTICIZER PADA WORKABILITAS KETAHANAN ABRASI DAN KUAT TEKAN BETON GRANOLIT M. Fauzie Siswanto dan Mariati W.
STR - 69
PENGARUH BAHAN TAMBAH BESTMITTEL PADA WORKABILITAS DAN KUAT TEKAN BETON M. Fauzie Siswanto
STR – 75
STUDI PERBANDINGAN HASIL EKSPERIMEN DAN PEMODELAN ELEMEN HINGGA 3D KOLOM PERSEGI DENGAN TULANGAN PENGEKANG YANG DIMODIFIKASI Anang Kristianto dan Iswandi Imran
STR – 82
iii
PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK Johanes Januar Sudjati, Lisa Caroline dan Christian Mukti Tama
STR – 90
PERILAKU BEBAN – DEFORMASI PELAT FLEKSIBEL DIDUKUNG DENGAN KOLOM-KOLOM ECO-SICC Agus Setyo Muntohar, Sri Atmaja P. Rosyidi, Willlis Diana dan Iswanto
STR – 95
GAYA GESER DASAR SEISMIK BERDASARKAN SNI-03-1726-2002 DAN SNI-03-1726-2012 PADA STRUKTUR GEDUNG GRAND EDGE, SEMARANG Agustinus Agus Setiawan
STR – 102
KUAT LENTUR DAN SERAPAN BUNYI PANEL BETON AGGREGAT PET Kusno Adi Sambowo , Achmad Basuki dan Galuh Chrismaningwang
STR – 112
ANALISIS PLASTIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAUT GESER EKSENTRIS DENGAN METODE SECANT Kamaludin
STR - 119
OPTIMASI UKURAN PENAMPANG, TOPOLOGI DAN BENTUK STRUKTUR PADA STRUKTUR RANGKA BATANG RUANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA HYBRID Richard Frans dan Yoyong Arfiadi
STR – 127
KAJIAN KOMPOSISI CAMPURAN DAN KINERJA NICE-APPEARANCE SELF-COMPACTING CONCRETE Bernardinus Herbudiman dan Siti Nur Raudhatul Fikry
STR – 137
STUDI BETON RINGAN TEKNOLOGI FOAM DENGAN PENGGUNAAN SERAT NON METAL (POLETHYLENE) TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS Purnawan Gunawan, Wibowo dan Muhammad Afaza Muttaqin
STR – 144
KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TEKIKAN Galuh Chrismaningwang, Agus Setiya Budi, Halwan A.S dan Mustamir S.
STR – 153
PENGUJIAN KUAT TARIK ROCK ANCHOR PADA PONDASI MENARA LISTRIK TIPE SINGLE SHAFT STRUCTURE Rivai Sargawi
STR – 161
KAJIAN DAKTILITAS SISTEM PORTAL BERDINDING GESER TERHADAP BEBAN LATERAL Nur Laeli Hajati
STR – 168
PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI Petrus Peter Siregar dan Ade Lisantono
STR – 176
PENGARUH PENAMBAHAN POLIMER ELASTOMER TERHADAP NILAI MODULUS KEKAKUAN LENTUR DAN SUDUT FASE DARI CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG Novita Pradani
STR – 181
ANALISIS MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON CAMPURAN AC-WC MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH SULFUR Ratnasari Ramlan, Arief Setiawan dan Sulaeman Ronta
STR – 189
KAJIAN PENGARUH DISPERSI SERAT SINTETIS TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK Rosidawani, Iswandi Imran, Saptahari Sugiri dan Ivindra Pane
STR – 199
PENGARUH LEBAR CINCIN BAJA DALAM MENGEKANG BETON TERHADAP PENINGKATAN PERFORMA BETON Endah Safitri, Iswandi Imran, Nuroji, dan Solihin Asa Ad
STR – 208
iv
PENGARUH PENGGUNAAN PS BALL TERHADAP KUAT TEKAN BETON Ronald Simatupang dan Naning Diyah Ulfaturosida
STR – 214
KAPASITAS LENTUR TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V Agus Setiya Budi, Endang Rismunarsi, Galuh Chrismaningwang dan Fitra A.
STR – 221
DEFLEKSI TURAP KANTILEVER BAJA DAN BETON MENGGUNAKAN PLAXIS 2D Herdianto dan Asriwijanti Desiani
STR – 229
USULAN APLIKASI INOVATIF EGFRP STRAP SEBAGAI PENGEKANG EKSTERNAL KOLOM BETON YANG DIBEBANI SECARA AKSIAL KONSENTRIS Ricky Wijoyo, Tavio dan I Gusti Putu Raka
STR – 238
PELUANG PENGGUNAAN SISTEM KLEP PRAKTIS SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI SAMBUNGAN LEWATAN TULANGAN Tavio dan Joi Fiktori
STR – 244
PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK REAKTIF TERHADAP KEKUATAN TEKAN BETON Tavio dan Candra Gunawan
STR – 249
PERILAKU HUBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR BETON NORMAL, MUTU TINGGI DAN BUBUK REAKTIF DENGAN BEBAN LATERAL STATIK MONOTIK Pio Ranap Tua Naibaho, Bambang Budiono, Awal Surono dan Ivindra Pane
STR – 254
PREDIKSI FRAKTUR DAKTAIL PADA PENDISIPASI ENERGI PIPA BAJA DENGAN PENDEKATAN MIKROMEKANIK Junaedi Utomo, Muslinang Moestopo, Adang Surahman, Dyah Kusumastuti dan Ivindra Pane
STR – 261
KEKUATAN TAHANAN LATERAL SAMBUNGAN GESER KOMPOSIT BAMBU LAMINASI BETON DENGAN VARIASI PANJANG TERTANAM KONEKTOR (DOWEL) PADA BAMBU DAN BETON Nor Intang Setyo H, Iman Satyarno, Djoko Sulistyo dan T.A Prayitno
STR – 270
STUDI KAPASITAS KOLOM CFST LANGSING DENGAN METODA ANALITIS Lydia dan Tulus Hendranaja Gunawan
STR – 277
PERBANDINGAN NILAI DEFLEKSI DAN REGANGAN HASIL ANALISIS SOFTWARE EVERSTRESSFE TERHADAP HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM MULTILAYER Firdaus Chairuddin, Christian Gerald Daniel, Richard Tungadi dan, Yuada Rumengan
STR – 285
ANALISIS EKSPERIMENTAL BESI BETON SEBAGAI ADHESIVE ANCHOR AKIBAT BEBAN GESER MURNI PADA BETON MUTU RENDAH Johannes Tarigan, Nursyamsi dan Sheila Hani Nasution
STR – 293
GESER DASAR SEISMIK MENURUT SNI 1726:2012 Suradjin Sutjipto
STR – 301
KELOMPOK PEMINATAN MANAJEMEN KONSTRUKSI hal. STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS PADA KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI YOGYAKARTA Amos Setiadi
MK - 1
ANALISA RESIKO DAN PENGENDALIAN K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE AUSTRALIAN/NEW ZEALAND STANDARD (STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN MESJID RAYA DARUSSALAM KOTA PALANGKA RAYA) Subrata Aditama K. A. Uda, Waluyo Nuswantoro, Paramitha Andhini
MK – 17
IDENTIFIKASI KOMPETENSI PERENCANA PERUMAHAN SEBAGAI USAHA MK – 25
v
MENGATASI BACKLOG RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI DI INDONESIA Albani Musyafa
STUDI SIMULASI PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE FLASH Michael Hendry Saputra dan Yohanes L. D. Adianto
MK – 32
HAMBATAN TENAGA KERJA TERAMPIL DALAM MEMPEROLEH SERTIFIKAT KETERAMPILAN DI BIDANG JASA KONSTRUKSI Anton Soekiman dan Edvina Wahyuni Fitri
MK – 41
LIFE CYCLE ANALYSIS (LCA) EMISI KARBON DIOKSIDA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PADA BANGUNAN TINGKAT TINGGI) Hermawan, Puti Farida Marzuki, Muhamad Abduh dan R. Driejana
MK – 50
MODEL HUBUNGAN FAKTOR KETIDAKPASTIAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN BAYESIAN BELIEF NETWORK Fahirah F., Tri Joko Wahyu Adi dan Nadjadji Anwar
MK – 57
NILAI KERUSAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN BENER MERIAH Saiful Husin, Fachrurrazi dan Ziana
MK – 65
MODEL ESTIMASI ANGGARAN BIAYA REHABILITASI RUMAH TINGGAL AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI Tripoli, Mahmuddin dan Mubarak
MK – 73
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LOKAL DENGAN TENAGA KERJA YANG DIDATANGKAN DI KOTA PALU (PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG) Nirmalawati dan Andi Subhan Nur
MK – 80 STUDI TENTANG FAKTOR YANG MENENTUKAN BIAYA KUALITAS PADA PROYEK PERUMAHAN Herry Pintardi Chandra
MK – 88
STUDI KASUS TENTANG KEPUASAN PENGHUNI SEBUAH PERUMAHAN DI SURABAYA Herry Pintardi Chandra
MK – 96
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA WASTE MATERIAL PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG (KASUS PEMBANGUNAN GEDUNG REKTORAT BLOK B DAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO) Andi Asnudin, Mastura Labombang
MK – 104
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PADA MANAJER PROYEK KONSTRUKSI Ferianto Raharjo dan Harijanto Setiawan
MK – 111
RELASI ANTARA KEPUASAN KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN PENERAPAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI Leonardus A. Satriawan dan Peter F. Kaming
MK – 121
TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI Peter F kaming, Wurfram I. Ervianto dan Gideon R. Gardiawan
MK – 129
STRATEGI PENETAPAN HARGA DALAM TENDER PROYEK OLEH KONTRAKTOR Peter F. Kaming, Harijanto Setiawan, dan Dhany I.Kartolo
MK – 137
CONSTRUCTION WASTE PADA PROYEK-PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Peter F. Kaming, Ferianto Raharjo dan Hario Wejoseno
MK – 146
vi
OPTIMASI JUMLAH SEGMEN DALAM PENERAPAN LINE OF BALANCE DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING Muhammad Rizky Waskito Aribowo dan Bambang E. Yuwono
MK – 155
STUDI PENDEKATAN LIFE CYCLE COST (LCC) PADA BANGUNAN RUKO (STUDI KASUS BANGUNAN RUKO LANTAI DI KOTA SORONG) Suriano Buyung
MK – 162
STUDI PENDAHULUAN MENGENAI ANATOMI SENGKETA KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DI INDONESIA Felix Hidayat dan Muchammad Sarwono Purwa Jayadi
MK – 171
DUALISME KEBIJAKAN PEMERINTAH SEBAGAI SALAH SATU MENGENAI IJIN PENGERUKAN PENYEBAB SENGKETA KONSTRUKSI DI INDONESIA STUDI KASUS : PP NO. 5/2010 DAN PERMENHUB NO. 52/2011 Felix Hidayat
MK – 184
IDENTIFIKASI FAKTOR KETERLAMBATAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI Dewi Yustiarini, Rochany Natawidjana dan Erlina Fransiska
MK – 191
KAJIAN KOEFISIEN UPAH PEKERJAAN DINDING BATA BANGUNAN TIGA LANTAI Hazairin, Bernardinus Herbudiman dan Handi Rusmiyadi
MK – 198
PENGARUH KOMPETENSI PERANCANG ARSITEKTUR TERHADAP KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROYEK BANGUNAN GEDUNG HUNIAN DI JAKARTA BARAT Manlian Ronald Adventus dan Jonathan Walewangko
MK – 205
KOMPONEN BIAYA YANG SIGNIFIKAN MEMPENGARUHI ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI JALAN LINGKAR Fajar S Handayani
MK – 216
STUDI RISIKO PROYEK KONSTRUKSI DI SUMATERA BARAT DENGAN METODA CONTENT ANALYSIS ARTIKEL BERITA SURAT KABAR Benny Hidayat dan Anggraini Rasidi
MK – 217
ANALISIS PRODUKTIVITAS PABRIKASI BALOK BAJA HONEYCOMB Sandy Sasmita dan Theresita Herni S.
MK – 221
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PEKERJAAN KONSTRUKSI MENGGUNAKAN ASTM E-2691-11: APLIKASI DAN KETERBATASANNYA Andreas Wibowo, Anton Soekiman dan Wahyu Wuryanti
MK – 245
MENENTUKAN KEWAJARAN HARGA PENAWARAN RELATIF TERHADAP HARGA PERKIRAAN SENDIRI Andreas Wibowo
MK – 253
STUDI WILLINGNESS TO PAY (WTP) KONTRAKTOR UNTUK PREMI ASURANSI KECELAKAAN PEKERJA TERAMPIL KONSTRUKSI Fransiscus Donny
dan Andreas F.V. Roy
MK – 261
PERBANDINGAN HARGA RANGKA ATAP BAJA RINGAN BENTUK ATAP LIMASAN PADA BERBAGAI JENIS PENUTUP ATAP Zaenal Arifin
MK – 269
BAR BENDER SCHEDULLING TULANGAN BETON DENGAN MS VISUAL BASIC 6.0 Widi Hartono, Sofa Marwoto, Sugiyarto dan Paula Krisma Wardani
MK – 277
PRIORITAS PEMELIHARAAN GEDUNG KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA Widi Hartono, Sugiyarto dan Abdul Aziz Nurdin B.
MK – 286
vii
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA Wulfram I. Ervianto
MK – 297
KAJIAN ESTIMASI BIAYA PARAMETRIK PADA TAHAP PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG PASCA GEMPA Afrizal dan Yohanes L.D. Adianto
MK – 303
KELOMPOK PEMINATAN INFRASTRUKTUR hal. INOVASI GAMBOOSTER (GADJAH MADA BAMBOO SHELTER) SEBAGAI SMART AND ECO FRIENDLY TEMPORARY SHELTER BAGI KORBAN BENCANA Puji Utomo, Erwin Novian Zein, Abdul Halil Mubaraq Mursidi, Agung Wahyu Utomo
dan
Lutfi Afipah Oktorin
INF - 1
INOVASI BOX PUZZLE SHELTER (BPS) SEBAGAI HUNIAN SEMENTARA BAGI KORBAN BENCANA YANG PRAKTIS Erwin Novian Zein, Puji Utomo dan Annisa Firlani
INF - 8
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA DALAM PENGEMBANGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA METROPOLITAN AREA Tri Joko W. Adi, Ria A. A. Soemitro dan Farida Rahmawaty
INF - 15
KELOMPOK PEMINATAN LINGKUNGAN hal. KETERPADUAN REKAYASA PENGELOLAAN AIR HUJAN DAN SISTEM BATA BERTAUTAN DALAM MENCIPTAKAN MASYARAKAT-DESA SEHAT DAN SEJAHTERA Susilawati Cicilia Laurentia dan Baltasar Dore
L – 1
PENGEMBANGAN MODUL LATIH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) BERBASIS GIS DAN SISTEM DINAMIK Rina Marina Masri, Wahyu Wibowo, dan Mardiani
L – 9
PERILAKU TANAH GAMBUT BERSERAT YANG DISTABILISASI DENGAN CAMPURAN KAPUR DAN ABUTERBANG Yulianto F. E. dan Harwardi F
L - 18
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 65
NILAI KERUSAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL AKIBAT BENCANA
GEMPA BUMI DI KABUPATEN BENER MERIAH
Saiful Husin1, Fachrurrazi2 dan Ziana3
1,2,3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syekh Abdurrauf No. 10 Banda Aceh 23111
Email: saifulhusin@gmail.com, fachrurrazi.unsyiah@gmail.com, zianazoel@gmail.com
ABSTRAK
Bencana alam gempa bumi merupakan salah satu bentuk kerawanan bencana di wilayah Aceh. Salah satu peristiwa gempa bumi besar terjadi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh pada 2 Juli 2013 yang lalu. Bencana tersebut telah mengakibat sejumlah kerugian material dan juga jiwa manusia. Kerusakan akibat gempa terjadi pada sejumlah infrastruktur, salah satunya adalah perumahan penduduk. Sebagai tindak lajut dari penanganan bantuan pasca bencana, pemerintah dituntut untuk segera mempersiapkan anggaran dalam rangka rehabilitasi rumah penduduk yang rusak. Besaran anggaran yang dibutuhkan perlu dianalisis dengan baik sesuai dengan tingkat kerusakan dan nilai kerugian yang timbul. Mempertimbangkan kondisi tersebut, penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi jumlah dan tingkat kerusakan rumah penduduk, serta menentukan besaran nilai kerusakan yang timbul. Lingkup kajian dibatasi pada 1.146 unit rumah dengan tingkat kerusakan ringan di delapan kecamatan terdampak di Kabupaten Bener Meriah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan dengan mengidentifikasi komponen bangunan yang rusak, jenis kerusakan, dan dilanjutkan dengan pengukuran volume kerusakan. Nilai kerusakan dihitung berdasarkan besaran volume dan harga satuan pekerjaan dari komponen yang rusak. Hasil analisis menunjukkan bahwa kerusakan dominan terjadi pada komponen non struktur yaitu plesteran pada 1.049 unit rumah (91,5%) dan dinding pada 962 unit rumah (83,9%). Jenis kerusakan yang dominan terjadi berupa retak dan pecah. Kerusakan jenis tersebut dominan terlihat pada seluruh komponen yang rusak. Nilai kerusakan yang timbul adalah sebesar Rp. 8.022.140.279. Nilai kerusakan terbesar terjadi di Kecamatan Wih Pesam dengan nilai Rp. 2.746.179.253 dan yang terendah terjadi di Kecamatan Permata dengan nilai Rp. 89.895.161. Secara umum, rata-rata nilai kerusakan yang timbul per rumah adalah sebesar Rp. 7,000,122. Potensi kerusakan sangat mungkin timbul bila pembangunan suatu konstruksi tidak dilaksanakan dengan kaedah yang baik. Pemahaman terhadap potensi kerusakan komponen dan jenis kerusakan semestinya menjadi perhatian disetiap proses pembangunan konstruksi, mulai dari tahapan perencanaan, pembangunan/pengawasan, juga pada tahap penggunaan dan pemeliharaan.
Kata kunci: nilai kerusakan, bangunan, rumah, rusak ringan, gempa bumi
1. PENDAHULUAN
Bencana alam gempa bumi merupakan salah satu bentuk kerawanan bencana di wilayah Aceh. Salah satu peristiwa gempa bumi besar terjadi di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh pada 2 Juli 2013 yang lalu. Bencana tersebut telah mengakibat sejumlah kerugian material dan juga jiwa manusia. Kerusakan akibat gempa terjadi pada sejumlah infrastruktur, salah satunya adalah perumahan penduduk. Sebagai tindak lajut dari penanganan bantuan pasca bencana, pemerintah dituntut untuk segera mempersiapkan anggaran dalam rangka rehabilitasi rumah penduduk yang rusak. Besaran anggaran yang dibutuhkan perlu dianalisis dengan baik sesuai dengan tingkat kerusakan dan nilai kerugian yang timbul. Diperlukan observasi menyeluruh pada bangunan rumah yang rusak agar penyediaan anggaran dapat benar-benar efisien dan tepat sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, ada sejumlah permasalahan yang harus dijawab. Pertama, seberapa banyak komponen bangunan yang mengalami kerusakan dan jenis kerusakan apa yang timbul. Permasalahan berikutnya adalah menjawab seberapa besar volume kerusakan yang muncul pada tiap komponen. Dan kemudian seberapa besar nilai kerusakan yang terjadi pada tiap rumah.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 66
Beranjak dari permasalahan di atas, penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi jumlah dan tingkat kerusakan rumah penduduk, serta menentukan besaran nilai kerusakan yang timbul. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran potensi kerugian yang mungkin terjadi dengan memahami kecedurang kerusakan komponen beserta jenis kerusakannya. Penelitian ini dilakukan pada delapan kecamatan terdampak di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh untuk rumah dengan tingkat kerusakan ringan. 2. KAJIAN PUSTAKA
Kerusakan dan Perbaikan/Perawatan Bangunan
Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Hal ini tersebut dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman. Kegiatan pemeliharaan atau perawatan bangunan diperlukan manakala bangunan telah digunakan atau mengalami kerusakan oleh berbagai sebab. Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung dijelaskan bahwa pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. Ada beberapa istilah yang digunakan berkaitan dengan pelaksanaan perawatan bangunan, yaitu : a. Rehabilitasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai
dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
b. Renovasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya
c. Restorasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
Kerusakan bangunan didefinisikan sebagai tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara mengklasifikasikan intensitas kerusakan bangunan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu: 1) Kerusakan ringan
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi. Kerusakan komponen juga mungkin terjadi pada beberapa komponen struktural, namun daya pikul beban komponen tersebut tidak banyak berkurang. Nilai kerusakan yang terjadi terhadap bangunan < 30% dari kondisi baru dari bangunan tersebut. Tindakan yang perlu dilakukan adalah berupa perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar daya tahan bangunan tetap terpelihara.
2) Kerusakan sedang Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain. Nilai kerusakan yang terjadi terhadap bangunan < 45% dari kondisi baru bangunan tersebut. Tindakan yang dilakukan adalah perbaikan secara arsitektur (repair) dan restorasi (restoration).
3) Kerusakan berat Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Nilai kerusakan yang terjadi terhadap bangunan < 65% dari kondisi baru bangunan tersebut. Tindakan yang diakukan adalah perbaikan secara perkuatan (Strengthening).
Komponen dan Jenis Kerusakan Bangunan
Bangunan gedung termasuk rumah tinggal terdiri atas sejumlah komponen yang dapat dibedakan atas komponen struktur dan komponen non-struktur (komponen utilitas dan komponen arsitektur). Merujuk pada Suparjo, dkk (2009), secara umum jenis kerusakan yang mungkin terjadi pada dua kelompok komponen tersebut ditunjukkan dalam Tabel 1.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 67
Tabel 1. Komponen dan jenis kerusakan
Penanganan Rehabilitasi Pasca Bencana
Penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah masyarakat diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pelaksanaan penanganan pemberian bantuan dapat dilakukan melalui : a. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat merupakan bantuan Pemerintah sebagai stimulan untuk
membantu masyarakat memperbaiki rumahnya yang mengalami kerusakan akibat bencana untuk dapat dihuni kembali.
b. Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dapat berupa bahan material, komponen rumah atau uang yang besarnya ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi dan evaluasi tingkat kerusakan rumah yang dialami.
c. Bantuan Pemerintah untuk perbaikan rumah masyarakat sebagaimana dimaksud diberikan dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan karakter daerah dan budaya masyarakat, yang mekanisme pelaksanaannya ditetapkan melalui koordinasi BPBD.
Tujuan pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi rumah masyarakat agar dapat mendukung kehidupan masyarakat, seperti komponen rumah, prasarana, dan sarana lingkungan perumahan yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan sosial dan ekonomi yang memadai sesuai dengan standar pembangunan perumahan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Nilai Kerusakan Bangunan
Kajian kerusakan bangunan akibat bencana alam telah dikaji pada beberapa aspek. Suparjo, dkk (2009) menganalisis kerusakan bangunan gedung beserta nilai kerusakan akibat gempa bumi menggunakan pendekatan indeks kondisi bangunan. Penentuan indeks dilakukan dengan aplikasi Analitical Hierarchy Process (AHP). Ahya (2012) juga telah mengkaji bentuk-bentuk kerusakan dan mengestimasi besarnya biaya kerugian untuk perbaikan komponen bangunan yang rusak akibat banjir. Di samping itu penelitian tersebut juga menganalisis capacity factor (tempat-tempat pengalihan banjir), hazard factor ( potensi bahaya), vulnerability (kerentanan). Kajian mengenai tingkat kerusakan komponen bangunan beserta teknis perbaikan juga diuraikan oleh Boen (2010). Kajian ini dibuat berdasarkan kondisi bangunan pasca gempa bumi di Provinsi Sumatera Barat. Kajian difokuskan pada tata cara perbaikan dan perkuatan bangunan, terutama untuk komponen struktur bangunan. Nilai kerusakan bangunan dapat dianalisis menggunakan kaedah dalam estimasi biaya konstruksi. Besaran anggaran sebuah konstruksi ditentukan oleh besar-kecilnya volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan. Volume pekerjaan ditentukan dalam ukuran satuan panjang, luas, ataupun kubikasi sesuai dengan ukuran standar harga satuan pekerjaan. Penentuan harga satuan pekerjaan terutama untuk bangunan milik pemerintah dianalisis menggunakan standar Analisa SNI Tahun 2008. Lingkup pekerjaan yang tersedia pada Analisa SNI 2008 adalah pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan dinding, pekerjaan plesteran, pekerjaan beton, pekerjaan
No. Komponen Jenis Kerusakan
Non Struktur 1. Penutup Atap (PA) Lepas/pecah, retak 2. Penutup Plafon (PF) Pecah/lepas, retak 3. Rangka Plafon (RF) Patah 4. Dinding Tembok (DT) Retak Diagonal, spall 5. Penutup Lantai (PL) Reak, pecah/lepas,terangkat 6. Kusen Pintu dan Jendela (KP) Lepas, patah 7. Daun Pintu dan Jendela (DP) Lepas, patah 8. Engsel pintu dan jendela (EP) Kendur, lepas/patah Struktur 1. Rangka Atap (RA) Patah, retak 2. Balok Ring (BR) Spall, retak pada ujung-ujung 3. Plat Lantai (LT) Spall, retak 4. Balok (B) Spall, retak pada ujung-ujung 5. Sloof (S) Spall, reak terangkat 6. Kolom (K) Spall, retak, pecah pada joint-joint 7. Pondasi (P) Turun/terangkat
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 68
penutup atap, pekerjaan langit-langit, pekerjaan sanitasi, pekerjaan besi dan alumunium, pekerjaan kunci dan kaca, pekerjaan penutup lantai dan dinding, serta pekerjaan pengecatan. 3. METODE PENELITIAN
Objek dari penelitian ini adalah rumah penduduk yang rusak akibat gempa di Kabupaten Bener Meriah pada Tanggal 2 Juli 2013. Jumlah rumah yang diobservasi adalah sebanyak 1.146 unit rumah berlantai satu dengan tingkat kerusakan ringan. Rumah tersebut tersebar di delapan kecamatan. Sebaran data ditujukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Rumah yang Diobservasi
No Kecamatan Jumlah Rumah (unit)
1. Pintu Rime Gayo (KPR) 76 2 Gajah Putih (KGP) 163 3. Timang Gajah (KTG) 346 4. Wih Pesam (KWP) 386 5. Bukit (KBK) 83 6. Bandar (KBD) 74 7. Bener Kelipah (KBN) 9 8. Permata (KPM) 9 Total 1.146
Sumber: BPBD Kabupaten Bener Meriah (2013) Penelitian ini dilakukan dalam urutan tahapan berikut : 1. Identifikasi kerusakan pada komponen bangunan
Proses identifikasi diawali dengan melakukan observasi lapangan pada rumah dengan tingkat kerusakan ringan. Pengamatan dilakukan secara visual berdasarkan kerusakan yang tampak pada seluruh komponen rumah. Pencatatan kerusakan komponen kemudian diklasifikasi dalam dua kelompok kerusakan, yaitu kerusakan non-struktur dan struktur. Pengelompokan dilakukan menurut klasifikasi yang ditunjukkan dalam Tabel 1. Ada beberapa penyesuaian pembagian komponen yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi pengamatan lapangan. Pada komponen non-struktur, komponen dinding tembok dipisahkan menjadi komponen dinding bata (DB) dan plesteran (PS), sedangkan komponen daun pintu dan jendela (DP) serta engsel pintu dan jendela (EP) tidak disertakan lagi mengingat tidak ditemui adanya kerusakan komponen ini di lapangan. Pada komponen struktur, dilkukan penambahan komponen tombak layar (TL), sedangkan komponen plat lantai (LT) serta pondasi (P) tidak disertakan lagi mengingat tidak ditemui adanya kerusakan komponen ini di lapangan . Analisis statistik deskriptif berupa perhitungan rata-rata (mean) digunakan untuk menilai besar-kecilnya proporsi komponen yang rusak.
2. Analisis jenis kerusakan pada komponen bangunan Pengamatan jenis kerusakan dilakukan bersamaan pada saat observasi kerusakan komponen. Jenis kerusakan diidentifikasi dari tiap komponen yang rusak. Jenis kerusakan diamati berdasarkan pola yang ditunjukkan dalam Tabel 1.
3. Analisis nilai kerusakan bangunan Nilai kerusakan bangunan dianalisis berdasarkan volume komponen bangunan yang rusak serta harga satuan pekerjaan dari komponen tersebut. Besaran volume kerusakan diperoleh dari pengukuran di tiap komponen pada saat observasi lapangan dilakukan. Untuk harga satuan pekerjaan, nilainya dihitung dengan menggunakan standar Analisa SNI Tahun 2008. Harga material/upah merupakan harga yang berlaku di Kabupaten Bener Meriah.
4. HASIL DAN DISKUSI
Kerusakan Komponen Bangunan
Bangunan rumah terbagi dalam 7 (tujuh) komponen non-struktur dan 6 (enam) komponen struktur. Pada komponen non-struktur, kerusakan cenderung terjadi pada komponen plesteran (PS) dan dinding bata (DB) dengan proporsi masing-masing 92,8% dan 86,3%. Proporsi tersebut menunjukkan bahwa kerusakan pada dinding bata mestinya
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 69
juga diikuti oleh kerusakan pada plesteran (pada rumah yang dindingnya diplester). Namun kerusakan pada plesteran belum tentu diikuti dengan kerusakan pada dinding bata. Pada komponen struktur, kerusakan cenderung terjadi pada komponen kolom (K) dan balok (B). Namun kerusakan tersebut terjadi hanya dalam proporsi yang relatif kecil dengan jumlah di bawah 50%. Mengingat kajian hanya dilakukan pada bangunan rumah berlantai satu, maka kolom yang dimaksud disini adalah berupa kolom praktis atau bukan kolom struktural. Kerusakan dengan proporsi terndah timbul pada rangka plafon (RF) dan kusen pintu//jendela (KP) untuk komponen non-struktur. Pada komponen struktur kerusakan terkecil timbul pada rangka atap (RA) dan sloof (S). Proporsi kerusakan pada komponen pekerjaan secara rinci ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Kerusakan Komponen Bangunan
No Kecamatan Jlh.
Rumah
(unit)
Komponen Kerusakan (unit rumah)
Non-Struktur Struktur
PA PP RP DB PS KP PL RA BR B S K TL
1 Pinto Rime Gayo 76
1 1 1 57 76 - 11 - 32 10 1 41 43
1.3% 1.3% 1.3% 75.0% 100.0% - 14.5% - 42.1% 13.2% 1.3% 53.9% 56.6%
2 Gajah Putih 163 3 1 2 149 153 2 33 1 24 72 2 89 59
1.8% 0.6% 1.2% 91.4% 93.9% 1.2% 20.2% 0.6% 14.7% 44.2% 1.2% 54.6% 36.2%
3 Timang Gajah 346
1 - - 239 288 - 33 - 40 61 - 108 85
0.3% - - 69.1% 83.2% - 9.5% - 11.6% 17.6% - 31.2% 24.6%
4 Wih Pesam 386 12 9 - 374 378 9 82 - 105 65 18 229 78
3.1% 2.3% - 96.9% 97.9% 2.3% 21.2% - 27.2% 16.8% 4.7% 59.3% 20.2%
5 Bukit 83 - - - 78 79 - 7 - 15 32 - 74 20
- - - 94.0% 95.2% - 8.4% - 18.1% 38.6% - 89.2% 24.1%
6 Bandar 74 - 4 4 74 74 - 16 - 1 10 1 9 -
- 5.4% 5.4% 100.0% 100.0% - 21.6% - 1.4% 13.5% 1.4% 12.2% -
7 Bener Kelipah 9
2 1 1 9 7 - 1 - 2 5 - 6 -
22.2% 11.1% 11.1% 100.0% 77.8% - 11.1% - 22.2% 55.6% - 66.7% -
8 Permata 9 - - - 9 9 - 1 - 3 8 - - -
- - - 100.0% 100.0% - 11.1% - 33.3% 88.9% - - -
Jumlah Total
(unit) 1.146 19 16 8 989 1.064 11 184 1 222 263 22 556 285
% 100 1,7% 1,4% 0,7% 86,3% 92,8% 1,0% 16,1% 0,1% 19,4% 22,9% 1,9% 48,5% 24,9%
Jenis Kerusakan pada Komponen Bangunan
Analisis jenis kerusakan dilakukan pada komponen bangunan dengan tingkat kerusakan terbesar, yaitu plesteran dan dinding bata (komponen non-struktur) serta kolom dan balok (komponen struktur). Deskripsi jenis kerusakan secara rinci ditunjukkan dalam Tabel 4. Kerusakan yang cenderung terjadi pada bangunan rumah adalah dalam bentuk retak. Keretakan yang meuncul merupakan retak kecil dengan lebar celah berada dalam kisaran 0,075 cm hingga 0,6 cm. Bila dikaji dari komponen yang rusak, sebagai contoh pada komponen plesteran, jenis kerusakan berupa retak terjadi pada lebih 75% rumah dari total 1.146 unit rumah dengan tingkat kerusakan ringan. Jenis keruskan berupa retak juga dominan terjadi pada komponen bangunan yang lain, yaitu dinding bata, kolom, dan balok. Jenis kerusakan pecah merupakan bentuk kerusakan yang juga ditemui, walaupun proporsi kejadiannya cenderung kecil dalam kisaran di bawah 25% dari seluruh bangunan yang tingkat kerusakan ringan. Bentuk-bentuk kerusakan tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi Gambar 1 dan Gambar 2.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 70
Tabel 4. Jenis Kerusakan pada Komponen Bangunan
Komponen Jenis
Kerusakan
Jumlah Kerusakan per Kecamatan
(unit) Total
Rumah
(unit)
% dari
Total Rumah
Rusak KPR KGP KTG KWP KBK KBD KBN KPM
Plesteran
Retak 70 140 246 238 79 69 9 9 860 75,04 Pecah 6 13 42 140 - 4 - - 205 17,89
Dinding bata Retak 40 128 173 239 48 46 9 3 686 59,86 Pecah 17 21 66 135 23 11 - 6 279 24,35 Roboh - - - - 7 - - - 7 0,61
Kolom Retak 16 55 77 146 18 - 3 2 317 27,66 Pecah 25 34 31 83 56 - 3 6 238 20,77
Balok Retak - 72 - - - - - 6 78 6,81 Pecah/
renggang - - - - - - - 2 2 0,17
Gambar 1. Tipikal Jenis Kerusakan pada Plasteran dan Dinding
Gambar 2. Tipikal Jenis Kerusakan pada Kolom
Hasil observasi menunjukkan bahwa kerusakan cenderung disebabkan oleh penggunaan material yang belum memenuhi kaedah konstruksi bangunan tahan gempa. Pada komponen konstruksi beton bertulang, sangat jarang ditemui penggunaan kerikil yang baik sebagai campuran beton. Material tersebut umumnya diganti dengan batu karang yang mudah diperoleh di kabupaten tersebut. Penggunaan kerikil sendiri relatif jauh lebih mahal akibat harus didatangkan dari kabupaten lain. Permasalahan metode pelaksanaan juga dapat diduga menjadi penyebab. Sebagai
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 71
contoh, retakan yang terjadi antara kolom praktis dan dinding. Kondisi ini muncul akibat tidak ada jangkar pengikat dinding ke komponen perkuatan (kolom praktis). Selain itu, kaedah penggunaan unsur-unsur perkuatan baik kolom praktis atau balok untuk bidang dinding > 6 m2 juga belum mendapat perhatian yang serius. Pada beberapa rumah juga ditemui bangunan yang tidak menggunakan konstruksi beton bertulang terutama pada kolom praktis. Nilai Kerusakan Bangunan
Nilai kerusakan bangunan dianalisis berdasarkan volume kerusakan dari tiap komponen dan harga satuan komponen tersebut. Hasil analisis ditunjukkan dalam Tabel 5. Untuk 1.146 unit rumah dengan tingkat kerusakan ringan, nilai kerusakan yang timbul adalah sebesar Rp. 8.022.140.279. Nilai kerusakan terbesar terjadi di Kecamatan Wih Pesam dengan nilai Rp. 2.746.179.253 dan yang terendah terjadi di Kecamatan Permata dengan nilai Rp. 89.895.161. Secara umum, rata-rata nilai kerusakan yang timbul per rumah adalah sebesar Rp. 7,000,122. Bila dikaji menurut wilayah, rata-rata nilai kerusakan terbesar terjadi di Kecamatan Bener Kelipah senilai Rp. 15.300.829, walaupun jumlah rumah yang rusak hanya berjumlah 9 unit. Proporsi nilai kerusakan menunjukkan bahwa besarnya jumlah rumah yang rusak belum tentu berkorelasi positif terhadap tingginya nilai kerusakan. Besaran nilai kerugian juga ditentukan oleh jumlah volume dan komponen apa saja yang rusak, terutama kerusakan pada komponen struktur. Komponen struktur berkontribusi sebesar 20-25% total anggaran, sedangkan dinding (termasuk plesteran) hanya memberi kontribusi 10-15% sebagaimana juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri PU No. 45/PRT/M/2007.
Tabel 5. Nilai Kerusakan Bangunan
No Kecamatan Jumlah Rumah
(unit)
Nilai Kerusakan
(Rp)
%
Nilai Kerusakan
Rerata
(Rp)
1. Pintu Rime Gayo (KPR) 76 373.085.608 4,65 4.909.021 2 Gajah Putih (KGP) 163 1.817.029.894 22,65 11.147.423 3. Timang Gajah (KTG) 346 1.121.627.367 13,98 3.241.698 4. Wih Pesam (KWP) 386 2.746.179.253 34,23 7.114.454 5. Bukit (KBK) 83 888.941.941 11,08 10710.144 6. Bandar (KBD) 74 847.673.589 10,57 11.455.049 7. Bener Kelipah (KBN) 9 137.707.465 1,72 15.300.829 8. Permata (KPM) 9 89.895.161 1,12 9.988.351 Total 1.146 8.022.140.279 100,00 7,000,122
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan : a. Nilai kerusakan 1.146 unit rumah dengan tingkat kerusakan ringan di Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar
Rp. 8.022.140.279. Nilai kerusakan terbesar terjadi di Kecamatan Wih Pesam dengan nilai Rp. 2.746.179.253 dan yang terendah terjadi di Kecamatan Permata dengan nilai Rp. 89.895.161. Secara umum, rata-rata nilai kerusakan yang timbul per rumah adalah sebesar Rp. 7,000,122.
b. Jenis kerusakan yang cenderung terjadi pada bangunan rumah adalah dalam bentuk retak. Keretakan yang meuncul merupakan retak kecil dengan lebar celah berada dalam kisaran 0,075 cm hingga 0,6 cm. Bila dikaji dari komponen yang rusak, sebagai contoh pada komponen plesteran, jenis kerusakan berupa retak terjadi pada lebih 75% rumah dari total 1.146 unit rumah dengan tingkat kerusakan ringan.
c. Pada komponen non-struktur, kerusakan cenderung terjadi pada komponen plesteran (PS) dan dinding bata (DB) dengan proporsi masing-masing 92,8% dan 86,3%. Sedangkan pada komponen struktur, kerusakan cenderung terjadi pada komponen kolom (K) dan balok (B) dengan proporsi masing-masing 48,5% dan 22,9%.
d. Secara umum, hasil analisis nilai kerusakan telah dapat menjadi salah satu referensi bagi pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi. Lebih jauh dari hal tersebut, peristiwa bencana ini telah dapat memberikan pembelajaran bukan saja di kalangan akademisi, namun juga berbagai komponen masyarakat secara luas termasuk pemerintah akan potensi kerusakan yang mungkin timbul bila pembangunan suatu konstruksi tidak dilaksanakan dengan kaedah yang baik. Pemahaman terhadap potensi kerusakan komponen dan jenis kerusakan kiranya akan menjadi perhatian pada setiap proses pembangunan konstruksi, mulai dari tahapan perencanaan, pembangunan/pengawasan, juga pada tahap penggunaan dan pemeliharaan.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8)
Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
MK - 72
UCAPAN TERIMA KASIH
Makalah ini telah dapat terwujud atas peran serta dari sejumlah pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan pengahargaan kepada : 1. Bupati Kabupaten Bener Meriah Bapak Ir. Ruslan Abdul Gani, Dipl.HE; 2. Ketua Jurusan Teknik Sipil Unsyiah Bapak Ir. Maimun Rizalihadi, M.Sc.Eng dan Koordinator Tim Investigasi
Bapak Dr. Ir. Abdullah, M.Sc; 3. Anggota Tim Investigasi Sdr. Febrina Hasida Idham, ST dan Ayu Annisa, ST.
DAFTAR PUSTAKA
Ahya, W., 2012, Identifikasi Kerusakan dan Kerugian Akibat Banjir Pada Bangunan Perumahan di Kota
Lhoksukon, Tugas Akhir, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Boen, T., dkk, 2010, Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana yang Rusak Akibat Gempa Bumi, Cetakan Kedua,
WSSI, Jakarta. BPBD Kabupaten Bener Meriah, 2013, Data Kerusakan Gempa Bumi Tanggal 2 Juli 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung
Negara. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Suparjo, I., Priyosulityo, H., dan Sudarmoko, 2009, ‘Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan dan Analisis Biaya
Perbaikan Gedung Akademi Keperawatan Panti Rapih Pasca Gempa’, Forum Teknik Sipil, No. 19, pp. 987-999.
Undang-undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman.
top related