unej - potensi jus buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibar period on tit is
Post on 28-Jul-2015
623 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POTE�SI JUS BUAH DELIMA MERAH DALAM
PE�CEGAHA� KELAHIRA� PREMATUR AKIBAT
PERIODO�TITIS
KARYA TULIS MAHASISWA
Oleh :
1. Heryuntari D. Cahyani (071610101107)
2. Elyda A.A. Misrohmasari (041610101037)
3. Angga Septian (071610101036)
FAKULTAS KEDOKTERA� GIGI
U�IVERSITAS JEMBER
2008
KATA PE�GA�TAR
Dengan kerendahan hati kami panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah
SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Potensi Jus Buah Delima Merah
Dalam Pencegahan Kelahiran Prematur Akibat Periodontitis” tepat pada
waktunya. Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat.
1. drg. Hj. Herniyati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti
lomba ini;
2. drg. Happy Harmono, M. Kes., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember yang telah memberikan berbagai fasilitas
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat waktu;
3. Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing karya tulis
ilmiah ini yang telah membimbing dan banyak memberikan masukan yang
berarti;
4. Orang tua kami yang dengan sepenuh hati selalu mendoakan kesuksesan kami
dalam setiap waktunya;
5. Pihak- pihak lain yang telah memberi dorongan moril sehingga kami bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.
“Tak ada gading yang tak retak”, kami sadar bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari
sempurna, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak diharapkan
demi lebih baiknya karya tulis ilmiah ini.
Demikian karya tulis ilmiah ini kami susun, semoga bermanfaat demi kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menambah pengetahuan pembaca sekalian.
Jember, 8 September 2008
Penyusun
RI�GKASA�
Potensi Jus Buah Delima Merah Dalam Pencegahan Kelahiran Prematur
Akibat Periodontitis; Heryuntari Dian Cahyani, 071610101107; Elyda Akhya
Afida Misrohmasari, 041610101037; Angga Septian 071610101036; 2008: 28
halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Buah Delima (Ar Rumman) dalam Al Quran disebutkan tiga kali, yaitu dalam
Surat Al An’am 99 dan 141, serta Ar Rahman 68 dan dalam beberapa hadist.
Dalam salah satu ayat tersebut diperintahkan untuk mempelajari dan
memanfaatkannya dengan baik. Salah satu pemanfaatan buah delima adalah
dengan pembuatan jus buah delima merah yang banyak mengandung senyawa
polifenol yaitu flavonoid dan tanin. Kandungan polifenol telah terbukti dalam
beberapa penelitian digunakan dalam penanganan penyakit penyakit yang
diakibatkan inflamasi kronis.
Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan penyangga
gigi. Faktor penyebab utama periodontitis yaitu bakteri plak yang lebih mudah
berkembang pada ibu yang mengalami kehamilan dikarenakan faktor hormonal.
Bakteri dan produknya dapat menginfeksi janin melalui jalur hematogen yang
berakibat pada kelahiran prematur.
Kelahiran prematur adalah kelahiran bayi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan
dua pertiganya lahir dengan berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
Dibandingkan dengan bayi yang lahir secara normal, bayi prematur lebih banyak
mengalami gangguan baik semasa periode neonatal maupun pada masa
perkembangan. Infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
merupakan penyebab utama (40%) terjadinya kelahiran prematur selain faktor-
faktor lainnya. Apabila tidak ditangani dengan baik akan dapat menjadi penyulit
pada kehamilan. Salah satu bahan dari alam yang aman dan potensial dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan manusia adalah buah delima merah.
Nampaknya, kandungan flavonoid dan tanin dalam buah delima merah berpotensi
untuk dimanfaatkan dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menelaah bagaimana potensi
dan mekanisme aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima
merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember pada bulan Juli hingga September tahun 2008. Penulisan
karya tulis ini disusun berdasarkan studi pustaka atau melalui pendekatan teoritik,
yaitu dengan mengumpulkan berbagai referensi yang berasal dari hasil penelitian
pada jurnal ilmiah, buku teks ilmiah dan situs-situs internet yang berhubungan
dengan masalah yang diangkat, kemudian menganalisisnya sehingga dapat
diambil suatu kesimpulan tentang potensi jus buah delima merah dalam
pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis.
Pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis selama kehamilan dapat
dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri plak dan mengurangi
produksi prostaglandin akibat infeksi bakteri plak. Patogenitas penjalaran infeksi
berupa produk prostaglandin dan sitokin di dalam tubuh pada wanita hamil akan
menyebabkan terjadinya kontraksi otot uterus. Kontraksi otot uterus pada wanita
hamil yang terjadi sebelum waktunya akan menyebabkan persalinan dini. Hal ini
akan mengakibatkan terjadinya kelahiran bayi prematur.
Jus buah delima merah kaya akan dua tipe polifenol yaitu flavonoid dan tanin
yang dalam beberapa penelitian terbukti membunyai daya antimikroba. Senyawa
antimikroba golongan fenol akan mengoksidasi gugus sulfidril (SH) menjadi
ikatan disulfida (S-S) pada enzim bakteri, sehingga enzim yang berperan dalam
pengambilan glukosa, glikolisis dan pembentukan glukan terhambat yang
mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan pembentukan plak gigi terhambat.
Reaksi oksidasi pada sel bakteri menyebabkan perubahan permeabilitas membran
sel bakteri yang berupa kebocoran komponen intraseluler dan hilangnya
keseimbangan osmotik. Akibatnya membran sitoplasma mengkerut membentuk
vesikel sehingga terjadi pengendapan serta koagulasi sitoplasma bakteri.
Pengendapan ini menghambat perbaikan dinding sel serta akhirnya menyebabkan
kehancuran sel dan mengakibatkan kematian bakteri. Berkurangnya jumlah
bakteri baik yang berada di rongga mulut ataupun yang ada dalam janin akan
berakibat berkurangnya reaksi inflamasi tubuh. Hal ini berarti berkurangnya
sistesis mediator inflamasi yang akan menurunkan produksi prostaglandin
sehingga kelahiran prematur dapat dicegah.
Melalui konsumsi jus buah delima merah yang banyak mengandung flavonoid,
proses iflamasi dapat dihambat. Mekanisme flavonoid dalam menghambat
terjadinya inflamasi melalui 2 cara yaitu : (1) menghambat pelepasan asam
arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial; dan
(2) menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses inflamasi. Turunnya
kandungan asam arakidonat (AA) pada sel target dan sel efektor yang terdapat
pada membran fosfolipid jaringan, berakibat pada penurunan produksi
prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat dihindari.
Simpulan yang dapat diambil berdasarkan telaah dan analisis mengenai potensi
dan mekanisme aksi buah delima merah, maka pemberian minuman jus buah
delima merah pada masa kehamilan dapat mencegah kelahiran prematur akibat
periodontitis. Melalui kajian awal ini, perlu adanya kajian lebih lanjut tentang
kandungan jus buah delima merah bagi kesehatan dan penelitian in vivo untik
mengetahui secara tepat besar dosis yang dibutuhkan.
Kata kunci : jus buah delima merah, flavonoid, tanin, periodontitis, kelahiran
prematur, prostaglandin.
DAFTAR ISI
HALAMA� JUDUL ................................................................................... i
HALAMA� PE�GESAHA� ..................................................................... ii
KATA PE�GA�TAR ................................................................................. iii
RI�GKASA� .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
BAB 1. PE�DAHULUA� .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan dan manfat penulisan..................................... 5
BAB 2. TELAAH PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Delima.............................................. ......................................... 6
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ................................................ 7
2.1.2 Habitat dan Penyebarannya.............................................. 8
2.1.3 Kandungan Kimia Delima .............................................. 9
2.1.4 Manfaat Delima................................................................. 10
2.2 Jus Buah Delima Merah ............................................................ 11
2.3 Flavonoid .................................................................................. 11
2.4 Tanin ......................................................................................... 12
2.5 Kelahiran Prematur ................................................................... 13
2.5.1 Definisi Kelahiran Prematur ............................................ 13
2.5.2 Etiologi Kelahiran Prematur ............................................ 14
2.5.3 Patogenesis Kelahiran Prematur ...................................... 14
2.5.4 Akibat Kelahiran Prematur .............................................. 16
2.6 Prostaglandin............................................................................. 17
2.6.1 Definisi Prostaglandin..................................................... 17
2.6.2 Struktur dan Biosintesis Prostaglandin ........................... 17
2.6.3 Pengaruh Prostaglandin terhadap Persalinan .................. 18
2.7 Periodontitis
2.7.1 Gejala periodontitis........................................................... 19
2.7.2 Patogenesis periodontitis.................................................. 21
BAB 3. METODE PE�ULISA�................................................................ 22
3.1 Lokasi Penulisan ...................................................................... 22
3.2 Waktu Penulisan....................................................................... 22
3.3 Bahan dan Sumber Referensi ................................................... 22
3.4 Analisis Bahan dan Sumber Referensi ..................................... 22
3.5 Alur Penulisan.......................................................................... 23
BAB 4. PEMBAHASA� ............................................................................. 24
BAB 5. SIMPULA� DA� SARA�............................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
DAFTAR GAMBAR
2.1 Buah Delima Merah ............................................................................... …...
........................................................................................................................... 7
2.2 Struktur Kimia Flavonoid...............................................................................
12
2.3 Struktur kimia isomer-isomer dari ellagitanin dalam jus buah delima merah ..
13
2.4 Struktur Kimia Prostaglandin........................................................................
......................................................................................................................... 18
3.1 Skema alur penulisan karya tulis ilmiah .......................................................
......................................................................................................................... 23
4.1 Skema mekanisme intervensi buah delima merah dalam mencegah kelahiran
prematur ........................................................................................................
................................................................................................................... 24
DAFTAR TABEL
2.1 Komposisi Gizi per 100 gram Buah Delima ........................................... 9
.......................................................................................................................
2.2 Kategori kelahiran prematur WHO........................................................ 28
BAB 1. PE�DAHULUA�
1.1 Latar Belakang
Allah telah menjelaskan segala sesuatunya di Al Quran sebagai pedoman hidup
manusia di dunia, termasuk berbagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran surat Al Anam: 99, yang
artinya:
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh
tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang korma tangkai tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima,
yang serupa dan yang tidak serupa Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya
berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda ( kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Dalam ayat ini jelas diperintahkan kepada manusia untuk memperhatikan
keberagaman dan keindahan disertai seruan agar merenungkan ciptaan-ciptaan-
Nya yang amat menakjubkan. Allah menciptakan tatanan ini dan
memperlihatkannya kepada manusia agar mereka mengambil hikmah dan
mensyukurinya. Bersyukur dengan terus berupaya untuk mempelajari kekuasaan
kekuasaan Allah dan memanfaatkannya dengan baik.
Salah satu kekuasaan Allah ini terbukti dengan berbagai khasiat dari delima.
Delima atau Ar Rumman dalam bahasa Arab, merupakan salah satu buah yang
disebutkan dalam ayat Al Quran di atas dan banyak terdapat di Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia. Ada beberapa jenis delima yang yaitu delima putih, delima
merah, delima susu wantah, dan delima hitam buahnya berwarna ungu tua. Dari
ketiga jenis itu, yang paling terkenal adalah delima merah. Delima merah sering
ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, juaga dapat dikonsumsi
buahnya. (Astawan 2008 dan Sastroamidjojo 1997 dalam Wiryowidagdo 2008)
Kecuali sebagai tanaman hias, pohon delima merah mempunyai buah yang enak
untuk dikonsumsi dan banyak bermanfaat bagi kesehatan (Wiryowidagdo 2008).
Pemanfaatan buah delima untuk keperluan kesehatan ini telah dilakukan sejak
berabad abad tahun yang lalu (Shukla et al 2008).
Jus buah delima merah kaya akan dua tipe polifenol, yaitu kelompok flavonoid
seperti anthocyanin dan tanin terhidrolisis seperti punicalagin (Louba, 2007).
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang banyak terdapat di alam. Senyawa ini
adalah zat pemberi warna merah, ungu, biru dan kuning buah dan tumbuh
tumbuhan (Lenny 2006, h. 14), sedangkan tanin merupakan kandungan tumbuhan
yang memberikan rasa sepat pada buah delima merah (Robinson 1995, h. 71).
Pemanfaatan buah ini semakin sering dilakukan terbukti sebagaimana penelitian
Menezes (2006), yang menunjukkan bahwa buah delima berfungsi sebagai anti
bakteri yang digunakan sebagai alternatif perawatan bakteri plak. Selain itu, buah
delima juga berperan dalam pengobatan penyakit inflamasi kronis seperti
periodontitis (Lansky dan Newman 2007, h.194).
Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan penyangga
gigi yang mengakibatkan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar
dengan pembentukan poket atau terjadinya resesi (Carranza et al. 2006, h.120).
Faktor penyebab utama periodontitis yaitu bakteri plak (Fitria 2006, h. 61).
Bakteri yang paling banyak berperan terhadap timbulnya periodontitis adalah
bakteri Gram negatif, diantaranya yaitu Porphyromonas gingivalis (Pg),
Actinobacillus actinomycetemcomitans (Aa), Prevotella intermedia (Pi), dan
Bacteroides forsythus (Bf). Endodoksin Bakteri Gram negatif anaerob
lipopolisakarida (LPS) menyebabkan aktifitas biologis yang menyebabkan
keradangan pada host yang ditandai adanya mediator mediator iflamasi (Djais
2006, h. 55 dan Fitria 2006, h.60).
Pada wanita hamil bakteri dan produknya mudah berkembang dan menginfeksi
jaringan periodontal. Hal ini disebabkan karena ada adanya perubahan hormonal
pada saat kehamilan sehingga bakteri dan produknya dengan cepat berdifusi ke
jaringan dibanding keadaan normal (Fitria 2006, h. 62). Dari jaringan periodontal
di rongga mulut, bakteri dan produknya dapat masuk dan berpengaruh pada janin
melalui jalur hematogen (Herawati & Hendrawati 2001, h. 91).
Beberapa penelitian pada wanita dengan kelahiran prematur didapati mempunyai
peningkatan jumlah yang signifikan bakteri AA dan BF pada plak subgingiva,
daripada wanita yang tidak mengalami prematur (Fitria 2006, h. 62). Penelitian
Offenbacher et al (1998) ditemukan fakta bahwa walaupun tanda tanda infeksi
traktus genito urine klinis dan subklinis tidak ada, selaput ketuban utuh dan tidak
ada tanda tanda awal kerusakan, namun ditemukan konsentrasi mediator inflamasi
yaitu prostaglandin E2 (PG-E2) dan tumor necroting factor α (TNF- α) di cairan
amnion meningkat tinggi dibandingkan dengan kelahiran normal.
Bayi prematur menurut WHO (World Health Organization) adalah bayi yang lahir
sebelum 37 minggu usia kehamilan. Kelahiran bayi prematur merupakan salah
satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat. Hal ini menjadi masalah penting
di bagian obstetri khususnya di bidang perinatalogi, karena baik di negara
berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas bayi
terbanyak adalah bayi yang lahir prematur (Nuada et al. 2004, h. 14). Secara
global kira-kira 16% per tahun (lebih dari 200 juta) terjadi kelahiran prematur di
dunia. Menurut Mealey dan Klokkevod (2002), kejadian kelahiran prematur
adalah 7-11% di AS, 4-12% di Eropa, 10-12% di Afrika, 15% di Asia dan 6% di
Australia, dan sebagian besar (60%) meninggal. Di Indonesia angka kejadian
kelahiran prematur berkisar antara 10-20% (Nuada et al. 2004, h. 14). Di wilayah
negara-negara ASEAN, angka kematian bayi akibat gangguan perinatal pada
tahun 1997 adalah 41,4 % di Indonesia, lebih tinggi dari Vietnam (38%), Filipina
(36%), Thailand (30%), Malaysia (11%), dan Singapura (5%) (Offenbacher et al.
1998, h. 234).
Dibandingkan dengan bayi yang lahir normal, bayi prematur lebih banyak
mengalami gangguan baik semasa periode neonatal maupun pada masa
perkembangan. Ganggungan tersebut dapat berupa gangguan perkembangan saraf,
gangguan pernafasan, anomali kongenital dan seringnya komplikasi selama
perawatan yang dapat mengakibatkan kematian dan hambatan perkembangan
pada bayi. Bayi yang lahir prematur membutuhkan perawatan khusus, baik dari
keluarga dan lingkungan sosial sehingga biaya perawatannya akan lebih banyak.
Penyebab kelahiran prematur belum dapat diidentifikasi dengan pasti karena
penyebabnya multifaktorial, namun beberapa faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian kelahiran prematur telah teridentifikasi. Kelahiran prematur dapat
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, pemakaian obat-obatan, faktor tingkah
laku, nutrisi dan keadaan patologis pada masa kehamilan (Dasanayake 1998, h.
207).
Mekanisme patogenik sebagai respon terhadap penjalaran infeksi bakteri dan
produknya adalah berupa produk prostaglandin dan sitokin yang berasal dari ibu
hamil dan janinnya (Hill, 1998). Prostaglandin merupakan derivat asam lemak
yang dihasilkan oleh membran fosfolipid (Guyton dan Hall 1997, h. 549 ). Dalam
keadaan normal menjelang proses persalinan, prostaglandin diproduksi terutama
pada amnion. Produksi ini akan meningkat secara fisiologis hingga ambang batas
yaitu pada saat kelahiran, prostaglandin akan menginduksi dilatasi servikal dan
menyebabkan proses kelahiran. Namun, produksi yang abnormal dari mediator ini
akan menyebabkan kelahiran prematur (Hill, 1998).
Kelahiran prematur akibat infeksi bakteri terjadi karena adanya endotoksin yang
merangsang produksi prostaglandin sehingga menyebabkan terjadinya kontraksi
miometrium dan juga adanya respon infeksi yang mengakibatkan kerusakan
struktur uterus dan pembuluh darah plasenta (Nuada et al. 2004). Sampai saat ini,
berbagai kemajuan diagnostik dan penanganan untuk mencegah terjadinya
kelahiran prematur belum memuaskan. Oleh sebab itu, upaya pencegahan untuk
terjadinya kelahiran prematur akibat periodontitis merupakan hal yang sangat
penting untuk segera dikaji.
Kandungan senyawa polifenol golongan flavonoid dan tanin dalam buah delima,
nampaknya dapat membuka peluang baru akan pemanfaatannya dalam mengatasi
masalah kelahiran prematur di Indonesia. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk
membuat terobosan baru dengan memperkenalkan buah delima merah yang
memiliki potensi dalam mencegah kelahiran prematur akibat periodontitis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan tentang bagaimana potensi dan mekanisme aksi secara ilmiah
kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam pencegahan kelahiran
prematur akibat periodontitis.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisa
1.3.1 Tujuan Penulisan
Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menelaah potensi dan mekanisme
aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam
pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis.
1.3.2 Manfaat Penulisan
Manfaat ilmiah yang dapat diperoleh setelah menelaah potensi dan mekanisme
aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam
karya tulis ilmiah ini antara lain sebagai: (a) dasar untuk melakukan penelitian
ilmiah secara in vivo dari flavonoid dan tanin yang terkandung dalam buah
delima merah sehingga dihasilkan bahan alternatif yang potensial dan aman
dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis; dan (b) informasi
kepada masyarakat luas, khususnya pemerhati di bidang kesehatan mengenai
manfaat buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat
periodontitis.
BAB 2. TELAAH PUSTAKA
2.1 Delima
Buah Delima (Ar Rumman ) dalam Al Quran disebutkan dalam Surat Al An’am
99 dan 141 serta Ar Rahman 68 yang artinya :
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh
tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang korma tangkai tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima,
yang serupa dan yang tidak serupa Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya
berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda ( kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman
(Al An’am ;99)
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan
janganlah kamu berlebih lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
orang yang berlebih lebihan (Al An’am : 141).
Di dalam keduanya (surga) ada (macam macam) buah buahan dan kurma serta
delima (Ar Rahman : 68).
Sebuah hadits mauquf dan marfu’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda bahwa tidak satupun buah delima yang kita makan melainkan dibuai
dengan biji buah delima surga. Harb dan lainnya meriwayatkan juga dari Ali bin
Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda dan memerintahkan untuk memakan buah
delima beserta minyak dan atau lemaknya karena dapat mengaktifkan pencernaan.
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Delima merupakan tanaman perdu dengan batang yang bengkok dan
bercabang dengan tingggi 1 – 5 m ( Tjitrosoepom 1994, h. 229 ) dengan
batang pohon delima bulat, bercabang, berduri, ketika masih muda berwarna
coklat setelah tua berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, bentuk lanset, tepi
rata, ujung runcing,pangkal tumpul, panjang 1-8 cm, lebar 5-15 mm, tulang
daun menyirip, permukaan mengkilat dan berwarna hijau. Bunga pohon
delima mempunyai kelopak yang berlekatan, berwarna merah atau kuning
pucat, pada mahkota berbentuk membulat, tangkai sari melengkung berwarna
kuning, sedangkan putiknya berwarna putih, merah atau kuning. Buahnya
berupa buni, butat, diameter 5-12 cm, hijau kekuningan. Bentuk buah delima
bulat dan terkadang bundar. Lazimnya, buah delima bergelantungan pada
tandan. Pada delima yang masih muda buahnya berwarna hijau atau kemerah
– merahan dan setelah tua warnanya akan berubah sesuai dengan jenisnya
(Gembong 1994, h. 229) (Gambar 2.1).
Sumber: Wiryowidagdo 2008
Gambar 2.1. Buah Delima Merah
Klasifikasi taksonomi delima adalah sebagai berikut ini.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Punicaceae
Marga : Punica
Jenis : Punica granatum L..
Nama umum/dagang : Delima
(Santoso 1998. h.44)
Terdapat tiga jenis delima yang tersebar di Indonesia, dikelompokkan
berdasarkan warna buahnya, yaitu delima putih yang berbunga putih, delima
merah yang berbunga merah, delima susu wantah yang berbunga merah, dan
delima hitam yang berbunga merah dan kulit buahnya berwarna ungu tua. Dari
ketiga jenis itu, yang paling terkenal adalah delima merah.
Delima merah sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias,
sekaligus untuk dimakan buahnya. Beberapa kultivarnya yang kerdil bahkan
telah dikembangkan khusus sebagai tanaman hias. Delima merah memiliki
rasa yang lebih manis dan segar, sedangkan delima putih rasanya lebih sepat
dan kesat, serta kurang manis (Wiryowidagdo 2008 & Astawan 2008).
2.1.2 Habitat dan Penyebarannya
Delima merupakan jenis tumbuhan subtropik, tumbuhan ini dapat bertahan
hidup pada suhu musim dingin yang rendah yaitu -10° C. Buah berkualitas
paling baik dihasilkan dari daerah yang beriklim dingin yang sejuk atau pada
musim panas yang panas dan kering. Delima ini tidak akan berbuah dengan
baik di daerahdaerah yang beriklim sangat lembab. Pada keadaan lingkungan
yang kering diperlukan pengairan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
delima. Pohon delima toleran terhadap tanah yang bagi kebanyakan tanaman
buah-buahan lain tidak dapat tumbuh subur, termasuk tanah berkapur dan
tanah basa. Di Asia Tenggara, pohon delima tumbuh dengan baik sampai
ketinggian 1600 m dari permukaan laut pada berbagai tipe tanah dengan
kisaran yang luas. Di wilayah yang lebih basah pohon delima akan selalu
hijau, pembungaan dan pembuahan menjadi berkepanjangan, dan kualitas
buah menjadi lebih rendah (IPTEKnet 2008).
2.1.3 Kandungan Kimia Delima
Komposisi gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima
adalah: energi 68 kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2
g. Komposisi gizi secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Gizi per 100 gram Buah Delima
Komponen Gizi Kadar
Air (g) 80,97
Energi (kkal) 68
Protein (g) 0,95
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 17,17
Serat (g) 0,6
Kalsium (mg) 3
Besi (mg) 0,3
Magnesium (mg) 3
Fosfor (mg) 8
Kalium (mg) 259
Natrium (mg) 3
Seng (mg) 0,12
Tembaga (mg) 0,07
Selenium (mkg) 0,6
Vitamin C (mg) 6,1
Thiamin (mg) 0,03
Riboflavin (mg) 0,03
Niasin (mg) 0,3
Asam pantotenat (mg) 0,596
Vitamin B6 (mg) 0,105
Asam folat (mkg) 6
Fitosterol (mg) 17
Sumber : Astawan 2008
Kandungan penting lain yang terdapat pada delima adalah golongan polifenol
yang merupakan senyawa terbesar yang ditemukan pada tumbuhan, seperti
flavonoid dan tanin. Akar buah delima mengandung alkaloid pelletierine.
Kulit buah dan kulit batang delima mengandung 20-30 persen elligatanin
(tanin), triterpenoid, dan 0,5-1 persen alkaloid yang terdiri dari pelletierine
yang sangat toksik atau beracun, methylpelletierine, dan pseudopelletierine.
Kulit kayu dengan kandungan alkaloid pelletierin dan biji buah delima kaya
akan serat, pectin, dan gula, esterogen, isoflavon, phytoesterogen. (Astawan
2008)
2.1.4 Manfaat Delima
Hampir semua bagian dari buah delima bisa dimanfaatkan, baik sebagai bahan
makanan hingga sebagai bahan obat – obatan. Beberapa penelitian telah
menjelaskan fungsi buah delima sebagai anti oksidan, anti bakteri,
antiinflamasi, anti virus dan beberapa terapi penyakit kanker (Lansky dan
Newman 2007, h.179; Morton 1987, h. 355).
Ekstrak metanol yang terdapat pada kulit delima merupakan senyawa yang
ampuh melawan bakteri penyebab diare seperti, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan Salmonella typhi. Fungsi anti bakteri dan anti
mikroba juga terlihat pada uji fitoterapi buah delima yang mampu malawan
streptococci strains S. mutans, S. mitis, and C. Albicans, yang merupakan
mikroba dalam rongga mulut (Morton 1987, h. 355).
Tingginya kandungan tanin yang berkhasiat sebagai astringen, yaitu
menyusutkan selaput lendir usus sehingga pengeluaran cairan diare berkurang.
Sementara alkaloid pelletierine pada akarnya sangat membantu mengeluarkan
cacing pita dan cacing gelang dari usus. Kandungan asam sitrat dan sodium
sitran juga digunakan dalam perawatan dispesia dan lepra (Astawan 2008).
Kandungan polifenol pada buah delima terbukti dapat menjadi alternatif
pencegahan dan pengobatan yang disebabkan oleh inflamasi seperti atritis.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa buah delima dapat mencegah
proliferasi sel kanker dan memodulasi sinyal subseluller dan apoptosis pada
inflamasi.
Delima terbukti mampu menurunkan pertumbuhan tumor prostat secara
signifikan (Seeram 2006). Penelitian yang lain melaporkan bahwa buah
delima dapat menurunkan kadar kolesterol dan penyakit penyakit
kardiovaskuler lainnya ( Shukla et al. 2008), sedangkan konsumsi jus delima
kaya polifenol pada tikus dengan atheroslerotis menunjukkan pencegahan
secara signifikan pada lesi artherosclerotic dan sebagai bagian dari terapi
kanker prostat (Malik, 2005).
2.2 Jus Buah Delima Merah
Salah satu cara yang mudah untuk pengolahan buah delima merah adalah dengan
pembuatan jus. Ada dua metode umum dalam pembuatan jus buah delima yaitu
pertama, dengan mengelupas kulit dan membuang bijinya kemudian dihancurkan
dengan mesin penghancur (blender). Metode kedua adalah membelah buah
menjadi dua bagian dan langsung dilakukan menghancuran dengan mesin
penghancur semua bagain dalam buah kemuadian dilakukan penyaringan. Dalam
metode kedua ini biasanya akan ditambahkan gula untuk menghilangkan rasa
sepat yang diakibatkan kandungan tanin pada buah (Morton 1987).
Kedua metode pengolahan ini tidak mempengaruhi jumlah anthocyanin, yaitu
warna pada jus, asam organic dan komposisi gula. Pembuatan jus tanpa
mengelupas kulit merupakan cara yang paling mudah dan ekonomis untuk
direrapkan dalam kehidupan sehari hari. Dengan cara ini jus akan lebih tahan
lama. Hal yang paling tidak menguntungkan pada cara ini adalah rasa sepat yang
dihasilkan oleh jus, namun hal ini bisa diatasi dengan pencampuran jus bersama
buah lain dan gula (Miguel et al. 2004).
Komponen fenol utama yang terdapt pada jus buah delima dapat dibagi dalam 4
kelompok. Kelompok pertama adalah salah satu kelompok flavonoid, yaitu
pigmen anthocyanin. Kelompok kedua adalah tanin yang terhidrolisis, yaitu
punicallagin. Kelompk ketiga yaitu ellagic acid dan glukosanya, sedangkan
kelompok keempat adalah kelompok besar tanin yang terhidrolisis lainnya (Gil et
al. 2000, h.4586).
2.3 Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang paling dapat ditemukan di
alam dan pada hampir semua bagian tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka
dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen terikat
pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6
(Lenny 2006, h. 14) (Gambar 2.2).
Sumber : Robinson 1995, h. 191
Gambar 2.2. Struktur Kimia Flavonoid
Flavonoid dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu, flavon, isoflavon, flavanon,
flavonol, khakon, antosianin yang banyak terdapat pada buah delima.
Penggolongan flavonoid ini didasarkan pada perbedaan struktur kimianya yaitu
perbedaan substituen cincin heterosiklik yang mengandung oksigen dan
perbedaan distribusi gugus hidroksil (Sabir 2003, h.82).
Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida,
dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara
suatu gula dan suatau alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida
(Lenny 2006, h. 17).
2.4 Tanin
Tanin merupakan kandungan tumbuhan yang bersifat fenol dan mempunyai rasa
sepat. Secara kimia tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan yaitu tanin yang
terhidrolisis dan tanin kondensasi. Tanin yang terhididrolisi mengandung ikatan
ester yang dapat terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida ester. Bagian
alkohol dari ester ini biasanya gula dan sering kali glukosa. (Robinson, 1991:71-
72).
Beberapa tanin, seperti punicalgin yang ada pada buah delima merah bertindak
sebagai isomer yang dominan dari ellagitanin mempunyai aktivitas antioksidan
yang besar (Gambar 2.3). Tanin menghambat pertumbuhan tumor dan mengurangi
kadar LDL darah serta menghambat enzim seperti reverse transkriptase dan DNA
topoisomerase (Seeram et al. 2006).
Sumber : Seeram et al. 2006
Gambar 2.3.Struktur kimia isomer-isomer dari ellagitanin dalam jus buah delima
merah
2.5 Kelahiran Prematur
2.5.1 Definisi Kelahiran Prematur
Kelahiran Prematur menurut WHO (1979) didefinisikan sebagai bayi yang
lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan atau kurang dari 259 hari
(Prawiroharjo, 2002). Menurut Meadow dan Newell (2005, h. 69), dua pertiga
dari bayi yang lahir prematur merupakan bayi yang lahir dengan berat lahir
rendah (kurang dari 2500 gram).
Tabel 2.2 Kategori kelahiran prematur WHO
Klasifikasi Definisi
Prematur Kurang dari 37 minggu usia kehamilan
Sangat prematur Kurang dari 32 minggu usia kehamilan
Prematur yang ekstrim Kurang dari 28 minggu usia kehamilan
Sumber : Tucker dan McGuire 2004, h.676 ; Kamali, 2005
2.5.2 Etiologi Kelahiran Prematur
Pada beberapa kasus, penyebab dari kelahiran prematur hampir tidak dapat
terdiagnosis hal ini disebabkan karena etiologinya yang multifaktorial (Von
Der Pool 1998, h. 2). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelahiran
prematur dapat berasal dari ibu, janin dan lingkungan antara lain: (1) ibu yang
hamil dengan usia dibawah 18 tahun dan diatas 40 tahun, (2) keadaan sosial
ekonomi dan pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan yang rendah
menyebabkan asupan gizi dan pengawasan terhadap kehamilan kurang, (3)
risiko obstetrik seperti adanya riwayat kelahiran prematur pada ibu hamil,
aborsi dan multipara dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya, (4)
kehamilan dengan janin yang mengalami hindramnion dan kelainan
kromosom, (5) faktor dari lingkungan seperti radiasi dan zat toksik dalam
rokok, dan (6) adanya infeksi pada ibu hamil (Oedijani 2003, h. 24).
Infeksi bakteri merupakan keadaan yang sering ditemukan pada kelahiran
prematur. Secara umum infeksi bakteri terjadi melalui 2 jalur primer yaitu
infeksi transervikal (ascending infection) dan hematogen (transplacental
infection). Kadang-kadang terjadi kombinasi 2 jalur misalnya infeksi
mikroorganisme secara ascending mengenai endometrium dan kemudian
masuk ke peredaran darah fetus melalui vili khorion. Infeksi transplasental
merupakan transmisi virus, bakteri atau parasit secara hematogenesis yang
dapat terjadi selama masa kehamilan (Oedijani 2003, h. 24). Hal ini
dibuktikan dengan adanya fakta bahwa meskipun tidak terdapat tanda klinis
maupun sub klinis pada traktus genitourin dan keadaan selaput ketuban masih
utuh, namun ditemukan konsentrasi mediator inflamasi yaitu prostaglandin
dan Tumor -ecrotizing Factor Αlpha (TNF-α) di cairan amnion meningkat
tinggi (Offenbacher et al. 1998).
2.5.3 Patogenesis Kelahiran Prematur
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke
dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir lain (Mochtar,
1998). Proses ini berlangsung secara kompleks yang merupakan perpaduan
faktor ibu dan janin. Uterus yang pada masa kehamilan tenang, frekuensinya
semakin meningkat pada bulan-bulan terakhir kehamilan (Challis et al 2000).
Pada proses persalian normal beberapa saat sebelum kelahiran kadar
progesteron akan menurun sedangkan estrogen meningkat, yang
mengakibatkan perubahan perubahan yaitu; (1) pelunakan dan pematangan
serviks; (2) peningkatan jumlah reseptor oksitosin pada miometrium; (3)
peningkatan respon kontraksi dari mometrium terhadap uterotonin
(Cunningham et al. 1997, h. 83-84). Dan selama proses kelahiran, akan terjadi
dilatasi servik yang akan mengaktifkan reseptor peregangan servik (cervical
stretch receptor). Saraf sensori dari reseptor peregangan servik akan
merangsang hipotalamus dan pituitari posterior untuk melepaskan hormon
oksitosin yang secara khusus menyebabkan kontraksi. Oksitosin memiliki
peran penting dalam mengoptimalkan proses persalinan yaitu bekerja secara
sinergis dengan prostaglandin yang diproduksi di dalam jaringan intrauterin.
Pelepasan oksitosin akan meningkat hingga kelahiran sempurna (Wynn et al.
1987, h 150).
Pada kelahiran prematur yang disebabkan oleh infeksi bakteri plak seperti
periodontitis akan terjadi peningkatan prostaglandin secara dini. Hal ini
dijelaskan oleh Moliterno dan Monteiro (dalam Fitria 2006, h. 61), yang
menyatakan bahwa infeksi oleh bakteri dan produknya pada membran janin
dan amnion akan merangsang makrofag yang terdapat pada membran janin
dan plasenta untuk menghasilkan sitokin proinflamatori yang berupa
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan Tumor -ecrosis Factor Alpha
(TNF-α). Sitokin proinflamatori ini merupakan mediator pada proses
keradangan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan merangsang
produksi prostaglandin.
Williams (dalam Oedijani 2003, h. 27). Fosfolipase A2 adalah enzim yang akan
menghidrolisis asam arakidonat menjadi prostanoid. Fosfolipase terdapat
disemua membran sel dan akan muncul karena produk bakteri. Salah satunya
adalah prostaglandin. Peningkatan prostaglandin selama kehamilan dapat
menyebabkan kontraksi uterus dan rupturnya membran secara dini.
Selain respon imun dari ibu serta infeksi bakteri dan produknya, janin juga
memiliki peranan dalam proses persalinan prematur. Pada janin yang
terinfeksi, akan terjadi peningkatan produksi corticotropin releasing hormone
(CRH) oleh hipotalamus dan plasenta janin yang menyebabkan peningkatan
sekresi kortikotropin janin. Peningkatan sekresi kortikotropin akan
mengakibatkan peningkatan produksi kortisol oleh kelenjar adrenal. Selain itu,
pada janin akan terjadi peningkatan produksi sitokin proinflamatori. Adanya
peningkatan kortisol dan sitokin proinflamatori merangsang produksi
prostaglandin oleh janin (Goldenberg et al 2000, h. 5).
2.5.4 Akibat Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur merupakan tantangan bagi perawatan kesehatan perinatal.
Sebagian besar terjadi kematian selama periode perinatal pada bayi yang lahir
prematur. Kelahiran prematur akan berpengaruh pada kesehatan bayi sehingga
membutuhkan perawatan lebih lama di rumah sakit dengan biaya perawatan
yang tinggi (Tucker dan McGuire 2004).
Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin
dan sebagian bayi baru lahir. Bayi pematur yang dilahirkan pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan prematuritas, antara lain sindroma
gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia
karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna, perdarahan spontan
dalam ventrikel otak lateral akibat anoksia otak yang erat kaitannya dengan
gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang dan
gangguan sistem saraf pusat lain (Graham, 2002; Damanik et al., 2004).
Bayi prematur paru-parunya memiliki kemampuan minimum berkembang
dalam rahim untuk mempersiapkan kehidupan di luar rahim. Produksi
surfaktan seringkali tidak memadai untuk mencegah alveolar collapse dan
atelektasis, sehingga bayi yang lahir akan mengalami sindrom gawat nafas
(respiratory distress syndrome) atau disebut penyakit membran hialin dan
berlanjut pada keadaan asfiksia (lemas) dan kemudian meninggal (Challis et al
2002)
Sindrom susunan saraf pusat dapat terjadi pada bayi yang lahir prematur. Hal
ini disebabkan oleh tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan
menelan. Ketidakmatangan pusat pernafasan di batang otak mengakibatkan
apneic spells. Sedangkan infeksi sepsis atau meningitis kira-kira empat kali
lebih berisiko pada bayi prematur daripada bayi normal. Fungsi ginjal pada
bayi prematur masih belum matang, sehingga batas konsentrasi dan dilusi
cairan urin kurang memadai seperti pada bayi normal (Graham 2002;
Damanik et al. 2004).
2.6 Prostaglandin
2.6.1 Definisi Prostaglandin
Prostaglandin adalah sederetan asam lemak tak jenuh 20 karbon yang
mengandung cincin siklopentana dan merupakan suatu mediator yang
mempunyai berbagai macam efek fisiologis. Bersama dengan prostasiklin dan
tromboksan akan membentuk prostanoid, yaitu kelas dari derivat asam lemak
dan subklas eikosanoid (Harrison 2007).
Nama prostaglandin berasal dari kata prostate dan glands yang berarti kelenjar
prostat. Zat-zat ini pertama kali diisolasi dari cairan semen tetapi sekarang
dapat disintesis pada kebanyakan organ tubuh (Ganong 1998). Prostaglandin
berfungsi mengaktivasi respon inflamasi yang menimbulkan rasa sakit dan
panas, bekuan darah bila pembuluh darah rusak, menginduksi persalinan dan
berbagai proses dalam kehamilan serta bekerja pada berbagai organ tubuh
seperti saluran percernaan dan ginjal (Ophardt 2003).
2.6.2 Struktur dan Biosintesis Prostaglandin
Struktur prostaglandin (Gambar 2.6) terdiri dari 20 kerangka karbon yang
mempunyai 5 cincin (siklopentana) dengan 2 rantai samping alifatik (Katzung,
2002). Prostaglandin memiliki berbagai variasi struktur yaitu berupa 1 satu
ikatan, 2 ikatan, atau 3 ikatan ganda. Pada kelima cincinnya terdapat juga
ikatan ganda, sebuah keton, atau alkohol (Ophardt 2003).
Sumber : Katzung, 2002
Gambar 2.4 Struktur Kimia Prostaglandin
Prostaglandin merupakan derivat asam karboksilat yang berasal dari asam
lemak tidak larut yang dibentuk secara endogen dengan efek fisiologi yang
besar (Katzung, 2002; Ophardt, 2003). Secara biokimia, prostaglandin
disintesis dari asam lemak (asam arakidonat). Asam arakidonat merupakan
prekusor obligat untuk biosintesis prostaglandin. Prostaglandin dibentuk oleh
asam arakidonat yang bebas, sehingga asam arakidonat harus dilepaskan dari
bentuk esternya sebelum diubah menjadi prostaglandin (Cunningham et al.
1997, h. 224-225)
2.6.3 Pengaruh Prostaglandin terhadap Persalinan
Prostaglandin merupakan salah satu agen uterotonin yang bertanggung jawab
dalam mempersiapkan uterus untuk persalinan. Kadar prostaglandin di dalam
cairan amnion, darah, urin ibu dan jaringan intrauterin meningkat pada saat
persalinan. Prostaglandin (PGE2 dan PGF2α) yang diproduksi pada stadium
kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau
kelahiran janin (Cunningham et al. 1997, h.225). Prostaglandin juga bekerja
menginduksi perubahan-perubahan pada pematangan servik dengan merubah
metabolisme matriks ekstraseluler. Selain itu, prostaglandin juga memiliki
peran dalam proses adaptasi janin terhadap kelahiran dengan menghambat
pergerakan dan pernafasan janin untuk menghemat energi, mengatur jalur
HPA (Hypothalamic Pituitary Adrenal) dan memelihara aliran darah dalam
uterus dan plasenta (Challis et al., 2002).
Prostaglandin sebagai mediator dalam proses persalinan pada mamalia
berfungsi untuk mengurangi sintesis kolagen pada membran janin dan
meningkatkan ekspresi matriks metaloproteinase (MMP) pada fibroblas (Parry
dan Strauss, 1998). Pada proses rupturnya membran janin, MMP terlibat
dalam proses degradasi kolagen interstisial (Crider et al 2005.h 594).
2.7 Periodontitis
Periodontitis didefinisikan sebagai keradangan kronis yang terjadi pada jaringan
penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dalam bentuk
kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan
poket atau terjadinya resesi. Jaringan penyangga gigi atau jaringan periodontal
terdiri dari ligamen priodontal, sementum, tulang alveolar dan gingiva (Carranza
et al 2006, h.120).
2.7.1. Gejala Periodontitis
Pasien akan menyadari pertama kali terjadinya periodontitis kronis ketika gusi
berdarah pada saat penyikatan atau makan dan merasakan adanya ruang antar
gigi yang disebabkan pergerakan gigi. Karena periodontitis kronis biasanya
tidak terasa maka biasanya pasien tidak menyadari terjadinya penyakit ini.
Adanya daerah impaksi makanan menambah ketidaknyamanan pasien. Namun
rasa sakit dan gatal pada gusi juga mungkin terjadi (Carranza et al 2006,
h.497).
Secara klinis periodontitis dibedakan dengan gingivitis berdasarkan adanya
hilangnya perlekatan. Hal ini sering disertai dengan pembentukan poket
periodontal, resesi atau keduanya. Pada beberapa kasus, resesi margin gingiva
meyertai hilangnya perlekatan, sehingga jika pengukuran kedalaman poket
dilakukan tanpa pengukuran level perlekatan klinis maka akan menutupi
perkembangan penyakit yang sedang terjadi. Tanda tanda klinis dalam
keradangan seperti perubahan warna, kontur, konsistensi dan perdarahan saat
probing tidak selalu positif menunjukkan hilangnya perlekatan. Sebaliknya,
adanya perdarahan berkelanjutan saat probing pada beberapa kali kunjungan
menjadi indikator terpercaya tentang adanya inflamasi dan potensi terjadinya
kehilangan perlekatan pada area perdarahan. Kehilangan perlekatan yang
berhubungan dengan periodontitis berkembang baik secara berkelanjutan atau
periode tertentu pada aktifitas penyakit (Carranza et al 2006, h. 104; Djais
2006, h. 54).
Secara rongenologis akan tampak rusaknya lamina dura pada sisi mesial dan
distal puncak septum interdental yang menandai awal terjadinya periodontitis.
Area radiolusen terbentuk pada mesial atau distal dari puncak tulang septal.
Proses destruksi pada puncak septum interdental menyebabkan tinggi tulang
berkurang dan perubahan densitas tulang dan tinggi tulang alveolar (Carranza
et al. 2006, h. 565-568; Djais 2006, h. 54).
2.7.2 Patogenesis Periodontitis
Faktor bakteri plak merupakan faktor utama terjadinya periodontitis. Potensi
patogenik dari bakteri yang khas bervariasi antara individu yang satu dengan
yang lain (Djais 2006, h. 54). Bakteri yang paling banyak berperan terhadap
timbulnya periodontitis adalah bakteri Gram negatif, diantaranya yaitu
Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Prevotella
intermedia, dan Bacteriodes forsythus (Djais 2006, h. 55; Fitria 2006, h. 60).
Pada kondisi normal bakteri Gram negatif berkolonisasi didekat atau diatas
supragingiva dengan melekatkan diri pada reseptornya diatas bakteri Gram
positif. Bakteri plak berkembang pada margin gingiva meluas ke dalam
subgingiva, menyebabkan kerusakan sel epitel. Bakteri Gram negatif anaerob
ini, mengeluarkan endotoksin biologi aktif atau lipopolisakarida (LPS) yang
menyebabkan aktifitas biologis tertentu (Djais 2006, h. 55; Fitria 2006, h. 60).
Pelepasan endototoksin LPS dari dinding sel bakteri Gram negatif anaerob
menyebabkan aktivitas biologis yang merusak jaringan. Endotoksin
mempunyai kemampuan yang tinggi sebagai substansi toksik yang
memberikan efek langsung terhadap jaringan dan pada aktivasi respons host.
Hal ini dapat secara berlanjut mengakibatkan ulserasi gingiva berupa udema,
perdarahan, nyeri lokal sekeliling gigi. Perannya yang penting dalam
periodontitis adalah kemampuan LPS untuk mensintesis sitokin
proinflamatori, interleukin (IL-1), tumor necrosis factor-α (TNF- α),
prostaglandin E2 (PGE2 ) dan enzim hidrolitik (Carranza et al. 2006, h. 95).
Sekresi mediator keradangan seperti sitokin dan prostaglandin akan
memberikan respons terproduksinya beberapa matrix metalloproteinase
(MMPs). MMPs dikeluarkan sebagai proenzim tidak aktif terutama dari
fibroblas (MMP-1) dan leukosit, termasuk monosit (MMP-1) dan neutrofil
(MMP-8), yang menyebabkan destruksi jaringan ikat periodontal (fibroblas)
dan resorbsi tulang alveolar pada kondisi periodontitis (Carranza et al. 2006,
h. 95).
BAB 3. METODE PE�ULISA�
3.1 Lokasi Penulisan
Lokasi penulisan dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dengan sumber referensi yang berasal dari Perpustakaan Pusat Universitas
Jember, Ruang Baca Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, dan situs-situs
yang ada di internet..
3.2 Waktu Penulisan
Karya tulis ilmiah ini disusun mulai awal bulan Juli 2008 dan diselesaikan pada
bulan September 2008.
3.3 Bahan dan Sumber Referensi
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode pendekatan teoritik. Metode
ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai macam literatur yang berasal dari
hasil penelitian dalam jurnal ilmiah, artikel ilmiah, dan buku teks ilmiah dan
berbagai sumber yang berhubungan dengan buah delima, flavonoid, tanin,
periodontitis, kelahiran prematur, dan prostaglandin. Bahan dan sumber referensi
tersebut diperoleh melalui telaah pustaka, browsing internet dan observasi
lapangan serta melalui konsultasi dengan dosen pembimbing
3.4 Analisis Bahan dan Sumber Referensi
Langkah-langkah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini meliputi: (1) penentuan
potensi bahan alam yang ada dalam AlQuran yaitu buah delima; (2) mencari
referensi tentang kandungan buah delima; (3) mencari masalah yaitu adanya
resiko kelahiran prematur pada ibu yang mengalami periodontitis dan menjadi
salah satu masalah kesehatan di Indonesia; (4) mengumpulkan bahan referensi dan
mencari informasi mengenai masalah tersebut; (5) mengembangkan dan
menganalisis permasalahan, dilakukan suatu telaah mengenai kelahiran prematur
akibat periodontitis dan memahami mekanisme aksi secara ilmiah kandungan jus
buah delima merah di dalam tubuh, terutama pada kehamilan dengan
periodontitis; (6) mencari pemecahan masalah dan mencari alternatif usulan
berdasarkan analisis yang telah disusun, selanjutnya (7) diambil suatu simpulan
tentang potensi kandungan jus buah delima merah dalam mencegah risiko
kelahiran prematur akibat periodontitis.
3.5 Alur Penulisan
Alur penulisan karya tulis ilmiah ini dapat dijelaskan secara singkat melalui
diagram dibawah ini;
Gambar 3.1 Skema alur penulisan karya tulis ilmiah
Penentuan Masalah
Pengumpulan Bahan Referensi
dan Mencari Informasi
Pengembangan dan Analisis Bahan
Referensi serta Informasi
Pemecahan Masalah dan Pemberian
Alternatif Usulan
Simpulan
Menentukan Potensi Alam dalam Al Quran
BAB 4. PEMBAHASA�
Buah Delima (Ar Rumman) dalam Al Quran disebutkan tiga kali, yaitu dalam
Surat Al An’am 99 dan 141, serta Ar Rahman 68 dan dalam beberapa hadist. Hal
ini menunjukkan bahwa buah delima sejak zaman Rasulullah Muhammad S.A.W
mempunyai makna dan hal penting dalam kehidupan. Diantara berbagai macam
buah delima, buah delima merah merupakan jenis yang paling banyak ditemukan.
Sekarang melalui perkembangan teknologi yang ada buah delima merah dapat
disajikan dalam berbagai bentuk salah satunya dalm bentuk jus buah delima
merah yang kandungannya mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia.
Jus buah delima merah mempunyai kandungan fenol utama flavonoid dan tanin
(Louba, 2007). Kandungan tanin dalam buah delima mempunyai aktifitas
antibakteri (Okubo et al. 1992; McSweeney, Palmer & Krause 2000; Howel
2004) dan kadungan flavonoid berfungsi dalam penurunan aktifitas inflamasi
(Sabir 2003; Shukla et al. 2008; Lansky dan Newman 2007).
Periodontitis yang merupakan keradangan kronis pada jaringan periodontal dan
salah satu penyakit di rongga mulut yang paling banyak ditemukan di masyarakat
(Indirawati 2002). Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan keseimbangan
flora normal rongga mulut dan perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi
kondisi rongga mulut (Herawati dan Hendrawati, 2001). Selama kehamilan akan
terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang mengakibatkan
peningkatan vaskularisasi dan permeabilitas pembuluh darah jaringan periodontal
serta mempengaruhi perkembangan plak dengan dominasi bakteri anaerob yang
akan memperberat proses peradangan. Penyakit periodontal mempunyai potensi
bakterimia terutama pada ibu hamil yang mempunyai banyak plak dan peradangan
pada jaringan periodontalnya. Penyakit periodontal memudahkan proses invasi
bakteri dan produknya dalam mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
melalui peredaran darah (hematogen) (Zubardiah dan Dewi 2003).
Melalui jalur hematogen bakteri dalam rongga mulut dapat mencapai uterus
membentuk koloni dan menginfeksi janin. Bakteri dan produknya akan
menimbulkan peradangan intrauterin dan berinteraksi pada membran plasenta
yang memicu prostaglandin. Produk bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan adalah enzim, lipopolisakarida (LPS) dan asam lipoteikhoik (LTA).
Produk tersebut akan menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti
interleukin (IL) dan prostaglandin (Oedijani 2003, h. 24). Umumnya, sebagian
besar bakteri menghasilkan enzim fosfolipase A2 yang akan melepaskan asam
arakidonat dari fosfolipid membran janin untuk menstimulus sintesis
prostaglandin (Suwiyoga, 2004). Prostaglandin (PGE2 dan PGF2α) yang
diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot
uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al 1997, h. 228). Produksi
prostaglandin yang berlebih sebelum puncak kehamilan akan menyebabkan
kelahiran prematur.
Penyebab kelahiran bayi prematur sendiri sangat kompleks dan multifaktorial.
Faktor risiko untuk terjadinya kelahiran prematur adalah adanya riwayat kelahiran
prematur sebelumnya, riwayat memakai obat-obatan, abortus pada trimester
kedua, dan adanya riwayat menderita penyakit seksual. Faktor-faktor lainnya
dapat berupa konsumsi alkohol, merokok, status nutrisi dan adanya infeksi saluran
genitourin (Nuada et al., 2004). Oleh sebab itu, pada masa kehamilan kondisi
kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap janinnya.
Kesehatan ibu hamil secara keseluruhan perlu diperhatikan karena seringnya
kejadian kelahiran prematur disebabkan oleh karena infeksi (Nuada et al., 2004).
Kelahiran prematur dianggap sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh
sejumlah penyakit seperti infeksi intrauterin yang menyebabkan inflamasi,
peregangan uterin yang berlebihan, serta pendarahan intrauterin. Dari keseluruhan
penyebab kelahiran prematur, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa infeksi
merupakan penyebab utama yaitu 40% dari seluruh penyebab kelahiran prematur
(McGregor et al., 2001; Romero et al., 2003; Khaskeli et al., 2006).
Menurut Goldenberg dan Rouse (1998), upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi efek buruk akibat kelahiran prematur yaitu pencegahan dan
penundaan kelahiran. Hal ini bertujuan untuk mengurangi mortalitas maupun
morbiditas akibat kelahiran prematur. Upaya yang bisa dilakukan meliputi
identifikasi kelahiran prematur secara dini, pemberian obat-obatan tokolisis,
istirahat, perawatan infeksi serta intervensi nutrisi.
Penambahan nutrisi yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi jus buah
delima merah. Konsumsi jus delima merah untuk pencegahan kelahiran prematur
dilakukan dengan dua mekanisme utama, yaitu pertama menghilangkan faktor
penyebab utama periodontitis, yaitu bakteri plak dan yang kedua yaitu mencegah
abnormalnya produksi prostaglandin yang dapat memicu kelahiran prematur
(Gambar 4.1). Kedua mekanisme ini diperankan oleh kandungan golongan fenol
utama dalam jus buah delima merah yaitu tanin dan flavonoid.
(--)
(--)
(--)
Gambar 4.1. Skema mekanisme intervensi buah delima merah dalam mencegah
kelahiran prematur
Senyawa antimikrobial golongan fenol akan mengoksidasi gigus sulfidril (SH)
menjadi ikatan disulfida (S-S) pada enzim bakteri, sehingga enzim yang berperan
Bakteri plak
Periodontitis
Asam Arakidonat
Melepaskan LPS dan
faktor mikroba yang
lain
Desidua dan
Amnion
Sitokin Proinflamatori
IL-1β, IL-6, dan TNF-α
Inflamasi
Hematogen/
ransplasental
Protaglandin Kontraksi
Miometrium
Kelahiran Prematur
Jus buah
delima
Jus buah
delima
dalam pengambilan glukosa, glikolisis dan pembentukan glukan terhambat yang
mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan pembentukan plak gigi terhambat.
Reaksi oksidasi pada sel bakteri menyebabkan perubahan permeabilitas
membaran sel bakteri yang berupa kebocoran komponen intraseluler dan
hilangnya kesimbangan osmotik. Akibatnya membran sitoplasma mengkerut
membentuk vesikel sehingga terjadi pengendapan serta koagulasi sitoplasma
bakteri. Pengendapan ini menghambat perbaikan dinding sel serta akhirnya
menyebbakan kehancuran sel dan mengakibatkan kematian bakteri (Kanzil dan
Rudy, 2002 :148). Berkurangnya jumlah bakteri baik yang berada di rongga mulut
ataupun yang ada dalam janin akan berakibat berkurangnya reaksi inflamasi
tubuh. Hal ini berarti berkurangnya sistesis mediator mediator inflamasi yang
akan menurunkan produksi prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat
dicegah.
Akibat buruk proses inflamasi yang telah terjadi pada kondisi periodontitis dapat
dikurangi dengan memodulasi produksi prostaglandin. Sifat anti inflamasi dari
flavonoid telah terbukti secara in vivo maupun in vitro. Mekanisme flavonoid
dalam menghambat terjadinya inflamasi melalui 2 cara yaitu : (1) menghambat
pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel
endothelial; dan (2) menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses
inflamasi (Sabir 2003, h. 84). Terhambatnya pelepasan asam arakidonat dapat
mencegah terproduksinya prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat
dihindari.
Buah delima merah merupakan jenis nutrien baru yang terbukti mempunyai
manfaat tinggi bagi kesehatan manusia. Melalui diet buah delima merah, akan
terjadi peningkatan diet senyawa polifenol yang berpengaruh pada penurunan
jumlah bakteri penyebab periodontitis dan menurunkan kandungan asam
arakidonat (AA) pada sel target dan sel efektor yang terdapat pada membran
fosfolipid jaringan dan akibatnya terjadi penurunan produksi prostaglandin.
BAB 5. SIMPULA� DA� SARA�
5.1 Simpulan
Berdasarkan telaah berbagai literatur mengenai potensi dan mekanisme aksi
secara ilmiah kandungan buah delima merah maka pemberian minuman jus buah
delima merah pada masa kehamilan dapat mencegah kelahiran prematur akibat
periodontitis melalui penghambatan pertumbuhan bakteri plak dan penurunan
produksi prostaglandin yang terbentuk secara dini pada masa kehamilan.
5.2 Saran
Berdasarkan telaah di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut.
1. Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang kandungan jus buah delima merah
bagi kesehatan.
2. Perlu adanya penelitian secara in vivo tentang pengaruh pemberian jus
buah delima merah pada kehamilan dengan periodontitis untuk
mengetahui besar dosis yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Terjemahan. J
Astawan,M.2008. Delima Si Cantik yang Istimewa, cybermed. Available at :
http://cybermed.cbn.net.id/cbprlt/common/banner.aspx.[3Agustus
2008].
Aviram, M, Dornfeld, L, Rosenblat, M, Volkova, N, Kaplan, M, Coleman, R,
Hayek, T, Presser, D, & Fuhrman, B. 2000. Pomegranate juice
consumption reduces oxidative stress, atherogenic modifications to
LDL, and platelet aggregation: studies in humans and in
atherosclerotic apolipoprotein E–deficient mice. American Journal of
Clinical -utrition. 71 (5):1062-1076.
Carranza, F., Newman M., Takel H. 2006. Clinical Periodontologi. 10th edition.
Philadelphia: WB Saunders. .
Challis, J.R.G., Matthews, S.G., Gibb, W., Lye, S.J. 2000. Endocrine and
Paracrine Regulation of Birth at Term and Preterm. Endocrine
Reviews. 21 (5): 541-50.
Challis, J.R.G., Sloboda, D.M., Alfaidy, N., Lye, S.J., Gibb, W., Patel, F.A.,
Whittle, W.L., Newnham, J.P. 2002. Prostaglandis and Mechanisms of
Preterm Birth. Reproduction. 124:1-17
Cunningham, F.G., McDonald, P.C., Gant, N.F. 1997. Obstetri Williams. Alih
bahasa Joko Suyono. Williams Obstetrics. Ed 18. Jakarta: EGC.
Crider, K.S., Whitehead, N., Buus, R.M. 2005. Genetic Variation Associated with
Preterm Birth: A HuGE Review. Genet Med 2005. 7 (9): 593-604.
Damanik M.S., Indarso, F., Harianto, A. 2004. Etika dan Masalah Perawatan
pada Bayi Prematur. Pelatihan Perawatan Neonatologi: 1-12.
Dasanayake, A 1998, Poor periodontal health of the pregnant woman as a risk
factor for low birth weight, Ann Periodontal. 3 (1) : 206-212.
Djais, A.2006. Periodontitis sebagai faktor resiko jantung koroner aterosklerosis,
Jurnal PDGI. 56 (2) : 53-59.
Fitria, E. 2006. Kadar IL-1B dan IL-8 sebagai penanda periodontitis, faktor resiko
kelahiran prematur. Jurnal PDGI. 56 (2): 60-64.
Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Gembong, T. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Gil, M., Barbera´n, F., Pierce, B., Holcroft, D., Kader, A. 2000. Antioxidant
Activity of Pomegranate Juice and Its Relationship with Phenolic
Composition and Processing. J. Agric. Food Chem. 48 (10) : 4581-
4589.
Goldenberg, R.L., Hauth, J.C., Andrews, W.W. 2000. Intrauterine Infection and
Preterm Delivery. The -ew England Journal of Medicine. 324 (20):
1500-07.
Graham, P. 2002. Premature Infant. Available at: www.merck manual.com. [16
Februari 2007].
Guyton, A & Hall, J 1997, Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 9 Cetakan I. Alih
Bahasa : Irawati Setiawan, KA. Tengadi dan A.Santoso, Judul Asli :
Textbook of medical physiology (1995). Jakarta: EGC.
Harrison, K. 2007. Prostaglandin. available at :http://en.wikipedia.org/wiki/
Prostaglandin. [16 Februari 2007].
Herawati, D & Hendrawati. 2001. Kesehatan periodontal jelek dari ibu hamil
sebagai faktor resiko pada berat bayi lahir rendah. Majalah Ilmiah Dies
-atalis FKG UGM ke-40 CERIL IX : 99-102.
Hill, G 1998, Preterm birth : associations with genital and possibly oral
microflora. Ann Perodonta. 3: 222-232.
Howell, A. 2004. Hydrolyzable tannin extracts from plants effective at inhibiting
bacterial adherence to surfaces. Avilable at:
http://www.freepatentsonline.com/20040013710.pdf [29 Agustus
2008]
Indirawati. 2002. Upaya Peningkatan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Sesuai
Kebutuhan Masyarakat Setempat. http://digilib. ekologi. litbang.
depkes. go.id /go. php?node=18 [ 23 November 2007].
IPTEKnet. 2008. Delima. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=2. [29
Juli 2008 ]
Lansky, E., Newman, R. 2006. Punica granatum (pomegranate) and its potential
for prevention and treatment of inflammation and cancer. Journal of
Ethnopharmacology. 109 :177-206.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavanoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan :
FMIPA USU.
Louba, B 2007. What are the medical properties of pomegranates?. Journal of
Chinese Clinical Medicine. 2 (9). [21 Agustus 2008].
Malik, A., Afaq, F., Sarfaraz, S., Adhami, V., Syed, D., & Mukhtar, H. 2005.
Pomegranate fruit juice for chemoprevention and chemotherapy of
prostate cancer.Proc -atl Acad Sci. 102(41): 14813–14818.
McSweeney, C.S., Palmer, B. and Krause, D.O. 2000. Rumen microbial ecology
and physiology in sheep and goats fed a tannin-containing diet, In J. D.
Brooker (ed.), p. 140-145.
Meadow, S.R. & Newell, S. J. 2005. Pediatrika. Ed 7. Jakarta : Erlangga.
Mealey, B, & Klokkevod, P. ‘Periodontal Medicine’, dalam : Clinical
Periodontology 2002. 9th Ed. Philadelphia : WB Saunders Company.
Menezes SM, Cordeiro LN, & Viana GS. 2006. Punica granatum (pomegranate)
extract is active against dental plaque. J Herb Pharmacother. 6 (2): 79-
92.
Miguel, G., Dandlen, S., Antunes, D., Neves, A., & Martins, D. 2004. The Effect
of Two Methods of Pomegranate (Punica granatum L) Juice
Extraction on Quality During Storage at 4°C. J Biomed Biotechnol. (5):
332–337.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologi.
Jakarta : EGC.
Morton, J. 1987. Fruits of warm climates. Miami : FL
Nuada, I, Kartaka, M, Suastika, K.2004. Risiko partus prematurus iminien pada
kehamilan dengan infeksi saluran kemih. Maj Obstet Ginecol Indones,
28 (1) : 14-19.
Offenbacher, S, Jared. H.L, O’Reily, P.G, Wells, S.R, Salvi, G.E, Lawrence, H.P,
Sokransky, S.S, Beck, J.D.1998. Potential pathogenic mechanism of
periodontitis associated pregnancy complications. Ann Periodontal.3:
233-250.
Oedijani. 2003. Mekanisme Patogenik Hubungan Periodontitis dan Bayi Prematur
Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal PDGI. 53 (1): 23-30.
Okubo, T., Ishihara, N., Oura, A., Serit, M., Kim, M., Yamamoto, T. and
Mitsuoka, T. 1992. In vivo effects of tea polyphenol intake on human
intestinal microflora and metabolism. Biosci. Biotechnol. Biochem.
56:588-591
Ophardt, C. 2003. Virtual Chem Book. Virginia: Elmhurst College.
Parry, S. & Strauss, J.F. 1998. Prematur Rupture of the Fetal Membranes. The
-ew England Journal of Medicine. 338 (10): 663-670.
Prawiroharjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Robinson,T.1995. Kandungan organik tumbuhan tinggi, Bandung : Penerbit ITB.
Sabir, A. 2003. Penggunaan Flavonoid di Kedokteran Gigi. Maj. Ked. Gigi. (Dent.
J.) Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III 81-87.
Santoso, B. 1998. Toga 2. Yogyakarta : penerbit Kanisius.
Seeram, N., Henning, S., Zhang, Y., Suchard, M., Li, Z. & Heber, D. 2006.
Pomegranate Juice Ellagitannin Metabolites Are Present in Human
Plasma and Some Persist in Urine for Up to 48 Hours. J. -utr. 136:2481-2485.
Shukla, M, Gupta, K, Rasheed, Z, Khan, K, Haqqi, T. 2008. Bioavailable
constituents/metabolites of pomegranate (Punica granatum L)
preferentially inhibit COX2 activity ex vivo and IL-1beta-induced
PGE2 production in human chondrocytes in vitro. Journal of
Inflammation 2008. 5 (9):19 Available at:http://www.journal-
inflammation.com/content/5/1/9. [Agustus 2008]
Tucker, J., & McGuire, W. 2004. Epidemiology of Preterm Birth. British Medical
Journal. 329: 675-678.
Von Der Pool, B.A. 1998. Preterm Labor: Diagnosis and Treatment. American
Family Physician. 57 (10): 1-13.
Wiryowidagdo, S. 2008. Delima (Punica granatum l.) Obat tradisional Indonesia
yang merupakan sumber antioksidan, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia. Available at: http://www.isfinational.or.id. [3 Agustus
2008]
Wynn, K., Macey R.I., Misami, E. 1987.The Phisiology Coloring Book. New
York: Happer Collins Publisher: 150-151.
CURICULUM VITAE
Nama : Heryuntari Dian Cahyani
Tempat/ tanggal lahir : Magetan, 07 Januari 1987
NIM : 071610101107
Fakultas/ Universitas : Kedokteran Gigi/ Universitas Jember
Alamat asal : Kel. Sampung Rt/Rw 03/III Kec.Kawedanan, Magetan
Propinsi Jawa Timur
Alamat di Jember : Jln. Baturaden 1 No.3 Kec Sumbersari, Kab. Jember
Provinsi Jawa Timur, 68121
No. Telp./HP : 085235817487
Hobi : Membaca,Olahraga, Menonton TV
Cita-cita : Dokter Gigi
Motto : Sukses =1% kecerdasan + 99 keringat
Riwayat pendidikan : TK PSM Gorang - gareng (1994)
SDN Sampung II (2000)
SMP Negeri 1 Kawedanan (2003)
SMU Negeri I Magetan (2006)
Riwayat organisasi :
1. Staf Bidang Kemuslimahan Islamic Dentistry Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember periode 2007-2008
xlii
CURICULUM VITAE
Nama : Elyda Akhya Afida Misrohmasari
Tempat/ tanggal lahir : Ponorogo/ 2 Juli 1986
NIM : 041610101037
Fakultas/ Universitas : Kedokteran Gigi/ Universitas Jember
Alamat asal : Campursari, Sambit, Ponorogo, Jawa Timur
Alamat di Jember : Jln. Mastrip 27, Sumbersari, Jember
Jawa Timur, 68121
No. Telp./HP : (0331)321521/081336436770
Hobi : Membaca
Cita-cita : Dokter Gigi
Motto : Daripada menggugat gelap lebih baik nyalakan lilin
Riwayat pendidikan : TK Dharma Wanita Campursari (1992)
SDN Campursari (1998)
SLTP N 1 Jetis (2001)
SMU N 1 Ponorogo (2004)
Riwayat organisasi :
1. Staff Bidang Kreatifitas Siswa OSIS SLTP N 1 Jetis (1999/2000)
2. Staff Bidang Kerohanian Islam OSIS SMU N 1 Ponorogo (2002/2003)
3. Bendahara umum Yought English Study Club (YESC) SMU 1 Ponorogo
(2002/2003)
4. Staff Bidang Kesejahteraan Mahasiswa SEMA FKG UNEJ (2006/2007)
5. Staff Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Islamic Dentistry FKG
UNEJ (2006-2007)
6. Sekertaris Umum KAMMI Komisariat Eksakta Jember
7. Ketua Umum Islamic Dentistry FKG UNEJ (2007/2008)
8. Ketua Umum UKM PELITA UNEJ (2008/2009)
Prestasi lomba :
1. The Best Telling Story Contest for Junior High School se-eks Karisidenan
Madiun Th. 2000
2. Juara 3 English Debate Contest for Senior High School se-eks Karisidenan
Madiun Th. 2003
3. The Best English Debate Contest for Economic Affair for Senior High
School se-eks Karisidenan Madiun Th.2003
4. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tk. Universitas Jember Th.
2007
Judul Karya Tulis yang pernah dibuat :
1. Metode Anak Asuh Yayasan Tegalsari, Jetis, Ponorogo dalam
Meningkatkan Pencapaian Wajib Belajar 9 Tahun.
2. Potensi Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) dalam Menurunkan
Risiko Kelahiran Prematur Akibat Infeksi Intrauterin.
xliii
CURICULUM VITAE
Nama : Angga Septian
Tempat/ tanggal lahir : Nganjuk / 05 Juni 1989
NIM : 071610101036
Fakultas/ Universitas : Kedokteran Gigi/ Universitas Jember
Alamat asal :Desa Nglawak Rt :1 Rw :01 Kec. Kertosono Kab.Nganjuk,
Provinsi Jawa Timur, 64351
Alamat di Jember :Jln. Kalimantan 1 Gg Sadewa 44 Kec
Sumbersari,Kab.Jember Provinsi Jawa Timur, 68121
No. Telp./HP : 085649366436
Hobi : Sepakbola, Basket, Badminton
Cita-cita : Dokter Gigi
Motto : Do the best and keep peace,love, respect
Riwayat pendidikan : TK Pertiwi (1996)
SDN Nglawak 1 (2001)
SMP Negeri 1 Kertosono (2004)
SMU Negeri I Kertosono (2007)
Riwayat organisasi :
1. Sekretaris OSIS SMA Negeri 1 Kertosono (2005-2006)
2. Anggota komisi C PSMKGI
top related