ukl-upl underpass gasibu (asli)
Post on 08-Feb-2016
622 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
PRAKATA
Perkembangan Kota Bandung yang dinamis dan cepat dalam bidang fisik
maupun non fisik menuntut tersedianya sarana dan prasarana transportasi
yang mendukung. Pembangunan underpass Gasibu merupakan salah satu
pemecahan dan penyelesaian masalah penanganan kemacetan akibat
kepadatan lalu lintas di salah pintu masuk Kota Bandung akibat dibukanya
Jalan Tol Purbaleunyi dan Jalan Layang Pasupati.
Mengingat bahwa pelaksanaan pembangunan underpass Gasibu akan
menyebabkan terjadinya dampak terhadap lingkungan, baik itu dampak positif
maupun negatif, maka sebagaimana dipersyaratkan sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku di Departemen Pekerjaan Umum pada khususnya dan
Nasional pada umumnya harus dilakukan penyusunan Dokumen UKL/UPL
apabila sebuah kegiatan tidak wajib dilakukan AMDAL.
Bandung, November 2005
PT. Jasa Mitra Manunggal
Ir. B. Zakaria
Ketua Tim
i
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1-1
1.1 LATAR BELAKANG 1-1
1.2 LANDASAN HUKUM 1-3
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN UKL/UPL 1-3
1.4 WILAYAH STUDI 1-4
1.5 METODOLOGI PENGUMPULAN DATA 1-5
1.5.1 PENGUMPULAN DATA PRIMER 1-5
1.5.2 PENGUMPULAN DATA SEKUNDER 1-5
BAB 2 RENCANA KEGIATAN 2-6
2.1 IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN UKL/UPL 2-6
2.1.1 IDENTITAS PEMRAKARSA 2-6
2.1.2 IDENTITAS PENYUSUN 2-6
2.2 LOKASI KEGIATAN 2-6
2.3 GAMBARAN UMUM RENCANA KEGIATAN 2-8
2.4 DESKRIPSI PEKERJAAN 2-8
2.4.1 SPESIFIKASI TEKNIS UNDERPASS GASIBU 2-8
2.4.2 TAHAP KEGIATAN PEMBANGUNAN UNDERPASS GASIBU 2-12
BAB 3 KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK 3-18
3.1 KOMPONEN LINGKUNGAN FISIK-KIMIA 3-18
3.1.1 IKLIM 3-18
3.1.2 KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN 3-21
3.1.3 KUALITAS AIR 3-24
3.1.4 GEOLOGI 3-25
3.1.5 RUANG, LAHAN, DAN TANAH 3-29
3.2 KOMPONEN BIOLOGI 3-34
3.2.1 FLORA DARAT 3-34
ii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
3.2.2 FAUNA DARAT 3-35
BAB 4 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL 4-36
4.1 IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL 4-36
4.2 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI 4-37
4.2.1 KERESAHAN SOSIAL MASYARAKAT 4-37
4.2.2 BERKURANGNYA LAHAN MILIK PENDUDUK AKIBAT PEMBEBASAN LAHAN 4-37
4.3 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL PADA TAHAP KONSTRUKSI 4-38
4.3.1 PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KECEMBURUAN SOSIAL MASYARAKAT 4-38
4.3.2 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 4-38
4.3.3 PENINGKATAN EROSI DAN PELUMPURAN 4-39
4.3.4 PERUBAHAN BENTANG ALAM (PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN) 4-40
4.3.5 PENEBANGAN VEGETASI 4-41
4.3.6 PEMINDAHAN JARINGAN UTILITAS PDAM, PLN, DAN TELKOM 4-41
4.3.7 GANGGUAN ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN TERJADINYA GENANGAN SERTA MENURUNNYA
KUALITAS AIR 4-42
4.3.8 GANGGUAN TERHADAP KEGIATAN LALU LINTAS (KERUSAKAN PRASARANA JALAN) 4-43
4.4 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL PADA TAHAP PASCA KONSTRUKSI 4-43
4.4.1 TERGANGGUNYA MOBILITAS AKIBAT DIBANGUNNYA UNDERPASS GASIBU 4-43
4.4.2 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 4-44
4.4.3 PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN SEKITAR RUMIJA 4-46
4.5 RINGKASAN 4-47
BAB 5 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN 5-48
5.1 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI 5-48
5.1.1 PENGUKURAN DAN PENETAPAN LOKASI PROYEK 5-48
5.2 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP KONSTRUKSI 5-49
5.2.1 PERSIAPAN KONSTRUKSI 5-49
5.2.2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5-52
5.3 PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PASCA KONSTRUKSI 5-64
5.3.1 PENGELOLAAN GANGGUAN MOBILITAS PENDUDUK 5-64
5.3.2 PENANGANAN DAMPAK KEBISINGAN DAN KUALITAS UDARA 5-66
5.3.3 PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN 5-67
iii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 6 UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN 6-69
6.1 PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI 6-69
6.1.1 KERESAHAN SOSIAL MASYARAKAT 6-69
6.1.2 BERKURANGNYA LAHAN MILIK PENDUDUK AKIBAT PEMBEBASAN LAHAN 6-70
6.2 PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP KONSTRUKSI 6-71
6.2.1 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 6-71
6.2.2 PENYERAPAN TENAGA KERJA 6-72
6.2.3 PENINGKATAN EROSI DAN PELUMPURAN 6-74
6.2.4 PERUBAHAN BENTANG ALAM 6-75
6.2.5 PENEBANGAN VEGETASI 6-76
6.2.6 GANGGUAN ALIRAN PERMUKAAN DAN TERJADINYA GENANGAN SERTA MENURUNNYA
KUALITAS AIR 6-77
6.2.7 GANGGUAN TERHADAP KEGIATAN LALU LINTAS 6-78
6.3 PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PASCA KONSTRUKSI 6-79
6.3.1 TERGANGGUNYA MOBILITAS MASYARAKAT AKIBAT ADANYA UNDERPASS GASIBU 6-79
6.3.2 PENURUNAN KUALITAS UDARA DAN PENINGKATAN KEBISINGAN 6-81
6.3.3 PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN SEKITAR RUMIJA 6-82
DAFTAR PUSTAKA vii
iv
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja___________________________________________2-13
Tabel 2-2 Jenis Pekerjaan dan Alat yang Digunakan_________________________________2-14
Tabel 2-3 Kapasitas Peralatan yang Digunakan_____________________________________2-14
Tabel 2-4 Jenis Bahan Konstruksi Yang Digunakan__________________________________2-15
Tabel 3-1 Curah Hujan Rata–Rata Bulanan__________________________________________3-19
Tabel 3-2 Temperatur Udara di Wilayah Studi______________________________________3-19
Tabel 3-3 Kelembaban di Wilayah Studi____________________________________________3-20
Tabel 3-4 Kecepatan dan Arah Angin di Wilayah Studi______________________________3-20
Tabel 3-5 Metode Analisis dan Peralatan Sampling_________________________________3-21
Tabel 3-6 Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi__________________________________3-23
Tabel 3-7 Kebisingan di Wilayah Dampak Primer___________________________________3-24
Tabel 3-8 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali di Wilayah Dampak Primer_____3-24
Tabel 3-9 Volume Lalu Lintas Ruas Untuk Masing-Masing Ruas_____________________3-30
Tabel 3-10 Volume Jam Puncak Dan Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas_3-31
Tabel 3-11 Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas_______________________3-32
Tabel 3-12 Jenis Tumbuhan di Wilayah Studi________________________________________3-34
Tabel 4-1 Matriks Interaksi Antara Kegiatan Rencana Pembangunan Underpass Gasibu dengan Komponen Lingkungan________________________________________________4-36
Tabel 4-2 Matriks Potensi Dampak_________________________________________________4-46
v
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Orientasi Wilayah Studi_________________________________________________1-4
Gambar 2-1 Rencana Pembangunan Underpass Gasibu______________________________2-7
Gambar 2-2 Potongan Melintang Segmen Awal dan Pertengahan___________________2-10
Gambar 2-3 Potongan Melintang Pada Bagian Terowongan_________________________2-11
Gambar 2-4 Sketsa Pengoperasian Underpass Gasibu______________________________2-17
Gambar 3-1 Pengambilan Contoh Udara dan Kebisingan di Lokasi 1________________3-22
Gambar 3-2 Peta Geologi Kota Bandung___________________________________________3-28
Gambar 3-3 Volume Pergerakan Kendaraan Di Kawasan Gasibu____________________3-33
Gambar 4-1 Salah Satu Saluran Drainase di Wilayah Studi_________________________4-40
Gambar 4-2 Jaringan Utilitas PDAM dan PLN________________________________________4-42
vi
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu
Pusat Kegiatan Nasional yang berkembang secara dinamis dan cepat, baik fisik
maupun nonfisik. Pertumbuhan kawasan-kawasan perdagangan dan jasa
dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa Bandung merupakan salah satu
kota tujuan wisata belanja yang berkembang dengan sangat cepat. Di sisi lain,
hubungan Bandung dengan Ibukota negara tampaknya semakin dekat
dikarenakan dibukanya Jalan Tol Purbaleunyi serta dioperasikannya jalan
layang Pasupati. Kota Bandung, bagi sebagian warga Ibukota tampaknya
merupakan salah satu tujuan wisata akhir pekan yang paling menarik untuk
dikunjungi. Keadaan ini menyebabkan aktifitas perekonomian di Bandung
menjadi semakin berkembang dan membutuhkan akomodasi pergerakan yang
tinggi.
Kondisi jaringan jalan kota di Bandung saat ini masih belum dapat mendukung
kebutuhan pergerakan yang cepat, aman, dan efisien. Beberapa titik pada
sistem jaringan yang merupakan pintu masuk ke Kota Bandung merupakan
lokasi-lokasi rawan macet yang menyebabkan kekurangnyamanan. Kondisi ini
dapat mempengaruhi citra kota Bandung dan sangat mungkin berpengaruh
pada persepsi pengunjung kota sehingga menurunkan minat pengunjung
untuk datang di akhir pekan, ini mungkin akan mempengaruhi perekonomian
kota di kemudian hari. Tingginya aktivitas perkotaan jika tidak ditunjang
dengan sistem prasarana transportasi dan sistem sarana transportasi akan
menurunkan daya tarik Kota Bandung sebagai kota jasa pariwisata dan kota
jasa perdagangan lainnya. Perjalanan beberapa koridor yang melintasi Kota
Bandung saat ini telah dilayani oleh ruas-ruas jalan setingkat jalan arteri baik
koridor timur-barat maupun utara-selatan. Khusus untuk perjalanan timur-
1
PENDAHULUAN
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
barat pada saat ini telah dilayani oleh tiga ruas jalan setingkat jalan arteri
yaitu jalan tol Padalarang-Cileunyi, Jalan Soekarno-Hatta, dan jalan Jendral
Sudirman-Asia Afrika-Ahcmad Yani. Selain itu, jarak yang relatif dekat dari
Bandung ke ibukota negara Jakarta membuat demand perjalanan Bandung-
Jakarta meningkat secara pesat. Dibukanya jalan tol Cipularang menjadikan
perjalanan Bandung-Jakarta menjadi sangat singkat, dapat ditempuh selama 2
jam.
Untuk mengimbangi dibukanya jalan tol Cipularang, perjalanan dalam kota,
dan sarana penunjang perjalanan menerus yang melintas Kota Bandung,
khususnya koridor timur-barat maka pemerintah kota dibantu oleh pemerintah
pusat telah mengantisipasinya dengan membangun jalan layang Pasteur-
Surapati. Namun demikian di sejumlah titik-titik di wilayah Kota Bandung
masih meninggalkan sejumlah potensi konflik lalu lintas. Salah satu titik rawan
konflik lalu lintas tersebut adalah di sekitar lapangan Gasibu.
Lokasi di sekitar lapangan Gasibu disamping harus menjadi persimpangan
dengan kinerja yang efisien dalam pelayanan lalu lintas, juga harus mampu
mempertahankan keindahan sekeliling Gedung Sate untuk tetap menjadi
lingkungan dengan landscape yang khas dan asri dengan Gedung Sate
sebagai centre of view dan landmark Kota Bandung yang telah dikenal.
Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 39/MENLH/11/1996
tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL,
setiap proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia harus dilengkapi
dengan dokumen kajian lingkungan dan dokumen-dokumen lain dalam upaya
mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif suatu kegiatan.
Pembangunan infrastruktur semacam jembatan layang, sekalipun telah
melalui proses kajian yang cukup komprehensif dan diperkirakan tidak
menimbulkan dampak yang sangat besar bagi lingkungan di sekitarnya, dapat
memberikan gangguan-gangguan yang mungkin saja mengubah keadaan
beberapa komponen lingkungan di sekitar kegiatan. Karena itu, sekalipun
kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan yang tidak wajib AMDAL, maka
upaya pengelolaan dan upaya pemantauan terhadap komponen lingkungan
yang diperkirakan terkena dampak tetap harus dilakukan.
2
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan ini
dimaksudkan sebagai dokumen referensi dan dokumen pendukung bagi
pemrakarsa dalam penyiapan, pelaksanaan, dan evaluasi proyek
pembangunan underpass Gasibu dalam kerangka mengurangi dampak negatif
proyek dan meningkatkan dampak positif proyek terhadap lingkungan di
sekitar proyek. Dokumen ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup no. Kep-12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Dokumen ini
meliputi kajian terhadap situasi proyek secara umum, identifikasi dampak,
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya-upaya pemantauan lingkungan yang
mungkin dilakukan sesuai dengan kapasitas proyek. Dokumen disusun
mengikuti beberapa dokumen standar, petunjuk teknis, atau pedoman pada
bidang jalan dan jembatan dan melakukan kajian terhadap praktik-praktik
yang lazim dilakukan dalam pengelolaan lingkungan maupun pemantauan
lingkungan pada pekerjaan semacam.
1.2 Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL
ini meliputi :
1. Undang-undang RI no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
2. PP No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
3. Perda No. 06 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pengairan;
4. Kepmen LH No. 2 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan PP AMDAL;
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 39/MENLH/11/1996
tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL;
6. Kepka Bapedal No. 299/11 Tahun 1996 Tentang Pedoman Teknis Kajian
Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL;
7. Peraturan Menteri PU No. 69/PRT Tahun 1995 Tentang AMDAL Bidang PU;
8. Kepmen LH No. Kep-48/MENLH/11 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat
Kebisingan/BTK.
3
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.3 Tujuan dan Kegunaan UKL/UPL
Tujuan dari pembuatan dokumen UKL dan UPL ini adalah untuk melakukan
identifikasi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan underpass
Gasibu serta menyusun rekomendasi usaha penanganan dampak yang terdiri
dari masa pra konstruksi, masa konstruksi, dan masa pasca konstruksi.
1.4 Wilayah Studi
Koridor lokasi perencanaan Underpass Gasibu terletak antara 6,89399 LS -
6,90441 LS, dan 107,60914 BT - 107,62665 BT. Batas ini merupakan jarak
yang ditarik sejauh lebih kurang 500 m ke arah barat dan timur serta 200 m
kearah utara dan selatan dari titik sentral yang diasumsikan terletak di depan
lapangan gasibu. Penentuan koridor ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan data
akan kondisi dan kinerja sistem jaringan jalan yang akan mendukung
manajemen lalu lintas di lokasi yang akan dibangun underpass, termasuk
didalamnya pembangunan jalan Pasupati yang telah selesai dilaksanakan.
Selain itu, penentuan koridor tersebut ditujukan untuk mengantisipasi dampak
terhadap manajemen lalu lintas pada jaringan jalan lokal disekitar lokasi yang
ditimbulkan setelah pembangunan underpass.
Lokasi pembangunan underpass rencananya ditempatkan pada ruas jalan
Surapati dengan perkiraan panjang sekitar 100 – 200 m. Dan merupakan satu
kesatuan fungsi dengan jembatan layang Pasupati. Koridor perencanaan dan
lokasi underpass ditampilkan pada Gambar 1-1.
4
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Keterangan
: Koridor perencanaan Underpass
: Ruas jalan rencana ditempatkannya Underpass
Gambar 1-1 Orientasi Wilayah Studi
5
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.5 Metodologi Pengumpulan Data
1.1.1 Pengumpulan Data Primer
1.5.1.1Observasi Lapangan
Dilakukan di koridor jalan sekitar kawasan Gasibu, antara lain jalan layang
Pasupati, Jalan Panatayuda, Jalan Aria Jipang, Jalan Bagusrangin, Jalan
Wirayuda Barat, Jalan Wirayuda Timur, Jalan Diponegoro, Jalan Sentot
Alibasyah, Jalan Suci, Jalan Merak, dan sekitar Jalan Gagak. Data yang diambil
adalah geometrik jalan, kondisi flora dan fauna, aliran sungai dan drainase,
fasilitas umum dan sosial serta pengukuran daerah milik jalan.
1.5.1.2Pengambilan Contoh Udara dan Air
Dilakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu pada bagian hulu dan hilir dari
lokasi kegiatan. Hulu dan hilir tersebut ditentukan berdasarkan arah dan
kecepatan angin. Contoh udara dan air yang diambil selanjutnya akan melalui
pengujian di laboratorium untuk mendapatkan besaran kualitas udara,
kebisingan dan kualitas air di wilayah studi sebelum proyek dilaksanakan.
1.5.1.3Penyebaran Kuesioner
Dalam kegiatan penyusunan laporan ini tidak dilakukan penyebaran kuesioner
di sekitar wilayah studi, karena telah diidentifikasi bahwa sekitar lokasi jarang
ditemukan lokasi permukiman, lebih banyak instansi pemerintahan dan
tempat perniagaan. Sehingga dalam pembahasan lebih lanjut banyak
meggunakan data sekunder.
1.1.2 Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunjungi instansi terkait
yang menjadi sumber data. Instansi – instansi tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kecamatan dan Kelurahan di sekitar wilayah studi;
2. BPLHD Propinsi Jawa Barat;
3. BPLH Kota Bandung.
6
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 2 RENCANA KEGIATAN
2.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun UKL/UPL
1.1.3 Identitas Pemrakarsa
Nama : Kegiatan Studi Penyusunan UKL/UPL Pembangunan
Underpass Gasibu
Status : Dinas Bina Marga Kota Bandung
Alamat : Jl. Cianjur No. 4, Bandung - 40271
Telepon : 022 - 7278853
Penanggung Jawab : Kepala Dinas Bina Marga Kota Bandung
1.1.4 Identitas Penyusun
Nama Konsultan : PT. Jasa Mitra Manunggal
Direktur Utama : Ir. Samik Ibrahim
Alamat Konsultan : Jl. Pahlawan No 22 Bandung
Telepon : 022 -
2.2 Lokasi Kegiatan
Lokasi pembangunan underpass Gasibu secara administratif terletak di
perbatasan 2 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Cibeunying Kidul dan
Kecamatan Coblong. Rencana underpass Gasibu dapat dilihat pada .
7
RENCANA KEGIATAN
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 2-2 Rencana Pembangunan Underpass Gasibu
8
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
2.3 Gambaran Umum Rencana Kegiatan
Pekerjaan yang akan dilakukan adalah pembangunan underpass di sekitar
kawasan Gasibu yaitu tepat di ruas jalan antara lapangan Gasibu dan taman
monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dengan menambah jalur (frontage) di
kedua sisi pada ruas jalan Surapati. Underpass yang akan dibangun adalah
sesuai dengan kebutuhan lajur setelah ujung jembatan layang Pasupati dan
juga untuk mengakomodasi kemungkinan dikembangkannya jalan tol dalam
kota Bandung yaitu jalan dengan tipe 4/2 D masing-masing lajur dengan lebar
3,5 m dan concrette barier sebagai pemisah jalur. Penambahan jalur (frontage)
pada ruas Surapati direncanakan 2 lajur sisi utara (menuju arah timur) dan 2
lajur pada sisi Selatan (menuju arah barat). Di sekitar jalan Panatayuda
direncanakan dibangun 1 (satu) ramp-off dari arah jalan layang Pasupati dan
di sisi selatan akan dibangun 1 (satu) ramp-on menuju arah jembatan layang
Pasupati. Dengan penambahan ini, type jalan pada ruas Surapati menjadi 8/2
D hingga sekitar PUSDAI, dengan lebar median 2 m dan separator yang
memisahkan jalur lambat dengan jalur cepat masing-masing selebar 1 m.
Rencana pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan waktu, penggunaan quarry
dan sumber biaya kegiatan belum terdefinisi secara pasti. Pada saat ini,
kegiatan telah dilengkapi dengan kajian kelayakan yang secara kuat
merekomendasikan solusi yang disebutkan pada paragraf di atas untuk segera
dilaksanakan. Pemrakarsa belum melakukan upaya penyebarluasan informasi
kepada masyarakat menyangkut rencana kegiatan ini. Dengan demikian,
dapat diasumsikan bahwa kegiatan belum mendapatkan komentar ataupun
validasi secara politis.
2.4 Deskripsi Pekerjaan
1.1.5 Spesifikasi Teknis Underpass Gasibu
Desain underpass yang direncanakan berdasarkan kondisi sebagai berikut :
1. Terdiri dari 1 ramp on dan 1 ramp off;
2. Tidak melakukan perubahan pergerakan lalu lintas simpang. Pergerakan
belok kanan, lurus dan belok kiri pada lengan Jl.Wirayuda timur, Jl.Sentot
Alisyahbana dan Jl. Surapati difasilitasi dengan menggunakan
pengaturan sinyal.
9
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Beberapa keuntungan dari desain ini antara lain :
Tidak membutuhkan pembebasan lahan yang luas untuk membangun
underpass dan pengaturan lalu lintas simpang di kawasan Gasibu;
Pergerakan kendaran simpang (belok kanan, lurus dan belok kiri) dapat
terlayani;
Tingginya fleksibilitas pengaturan arus lalu lintas dan manajemen
simpang.Hal tersebut dimungkinkan karena tersedianya cukup ruang
diatas underpass untuk melakukan manajemen lalu lintas;
Karena hanya 1 ramp on/off, tidak ada weaving pada frontage road;
Tidak ada konflik pejalan kaki dengan kendaraan yang melewati
underpass. Pergerakan pejalan kaki antar kawasan Gasibu dan kawasan
monumen perjuangan dapat difasilitasi secara aman dan efisien (karena
duck diatas underpass sangat lebar dan memungkinkan keleluasaan
pergerakan pejalan kaki);
Manajemen lalu lintas simpang lebih mudah, karena meminimalisasi
konflik diatas duck underpass.
Beberapa kekurangan dari desain ini yaitu :
Dengan menerapkan 1 ramp on dan 1 ramp off, utilisasi pengunaan
underpass tidak optimum. Mengakomodasi pergerakan barat-timur
hanya dari dan ke Jembatan layang Pasupati, mengakibatkan utilisasi
Underpass tidak maksimum, lebih kurang 50 %
10
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 2-3 Potongan Melintang Segmen Awal dan Pertengahan
11
POTONGAN – A - A
POTONGAN – B - B
POTONGAN – C - C
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 2-4 Potongan Melintang Pada Bagian Terowongan
12
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.1.6 Tahap Kegiatan Pembangunan Underpass Gasibu
2.4.1.1Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah kegiatan survei lapangan yang
meliputi :
1. Studi kelayakan baik ditinjau dari segi teknis, finansial dan lingkungan;
2. Pengukuran lapangan
Kegiatan pengukuran lapangan dilakukan untuk memastikan pembangunan
underpass terletak pada RUMIJA.
3. Pengadaan tanah (lahan) dan pembebasan lahan untuk keperluan
konstruksi
Kegiatan pengadaan lahan dilakukan setelah pengukuran lapangan dan
kemudian dilakukan pematokan. Apabila proyek mengenai lahan
masyarakat, maka harus dilakukan pembebasan lahan untuk dijadikan
daerah milik jalan.
4. Identifikasi lokasi dan penyiapan lahan base camp.
Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan lokasi base camp yang tidak
mengganggu lingkungan sekitar namun tersedia pula fasilitas – fasilitas
pendukung bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
2.4.1.2Tahap Konstruksi
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi antara lain
pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat berat dan material
konstruksi, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur dan pelapisan underpass.
Masa konstruksi diperkirakan akan berlangsung selama 1 (satu) tahun.
1. Penyiapan dan pembersihan lahan
Kegiatan ini merupakan kegiatan pematangan tentang batas proyek serta
merupakan persiapan akhir sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi.
2. Pengadaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja
Pengadaan tenaga kerja untuk pembangunan underpass Gasibu akan
dilakukan oleh pelaksana proyek diawal kegiatan konstruksi yaitu dengan
apabila memungkinkan merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar
proyek yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Kemungkinan
13
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
3 4 7 8 9 10 11 12
6
2 194
3 Beton Struktural Kelas K 350 :a. Kolom pier 250
b. Kepala pier 870
4 Beton Struktural Kelas K 250- Dind. Pen. Tnh Pile Cap dan Abutmen 462
5 Beton tak bertulang kelas K 125- Pile cap dari pier 6.574
6 Tulangan U 40 unt Fly Over 815
7 Bored cast in place conc. 6.691
8 Test untuk bore pile 6
9 Galian Struk. Kedalaman 1 m unt pile cappier 165
16.033
1 2 65No
Jumlah Tenaga Kerja Terserap.
Jumlah Orang Hari
Jenis KegiatanBulan Pengerjaan
Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar
1Pekerjaan Galian unt Drainase dan SaluranAir
besar proyek akan merekrut tenaga kerja yang berasal dari daerah lain
apabila tenaga yang ada di lokasi proyek kurang/tidak tersedia. Tenaga
kerja dengan tingkat keahlian menengah keatas, merupakan tenaga tetap
dari pelaksana proyek. Karena itu akan terjadi mobilisasi pekerja ke daerah
sekitar lokasi kegiatan (proyek)
Perkiraan jumlah total tenaga kerja yang terserap untuk kegiatan ini adalah
25.924 orang hari (Tabel 2-1 ). Dengan demikian setiap hari jumlah pekerja
yang akan dipekerjakan berkisar sekitar 36 orang. Bila ditinjau berdasarkan
kurun waktu pelaksanaan konstruksi, maka jumlah tenaga kerja yang
terserap akan bervariasi seiring dengan volume pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
Tabel 2-1 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja
14
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
3. Mobilisasi Alat Berat dan Material Konstruksi
a) Alat berat
Pekerjaan konstruksi underpass Gasibu akan memerlukan berbagai alat-
alat berat. Mobilisasi alat-alat berat akan dilaksanakan sesuai dengan
tata cara konstruksi serta jadwal dan rencana kerja dari kontraktor.
Pekerjaan akan berlangsung di sepanjang waktu pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Alat–alat berat yang diperkirakan akan digunakan untuk
masing–masing jenis pekerjaan sehingga perlu dimobilisasi secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 2-2.
Tabel 2-2 Jenis Pekerjaan dan Alat yang Digunakan
No. Jenis Pekerjaan Alat Berat yang Digunakan
1. Pekerjaan Tanah Grader, Road Roller, Vibro Roller, Back Hoe, Dump Truk, Bulldozer, Bor Pile
2. Pondasi Bor Pile3. Pekerjaan Pier, Abutment Beton Ready Mix4. Pekerjaan Struktur
- Erection Girder, Diafragma, Deck Slab
- Pengecoran Lantai Kendaraan, Trotoar
CrabeBeton Ready Mix
5. Pekerjaan Perkerasan Jalan Dump Truck, Asphalt Finisher, Pneumatic Tyre Roller, Tandem Roller, Tanki Air, Asphalt Mixing Plant, Asphalt Sprayer
Sedangkan kapasitas masing – masing alat yang akan digunakan pada
kegiatan konstruksi Underpass Gasibu adalah seperti tercantum pada
Tabel 2-3.
Tabel 2-3 Kapasitas Peralatan yang Digunakan
No. Jenis – Jenis Alat Kapasitas1. Back Hoe 1,50 m3
2. Bulldozer 1,25 m3
3. Road Roller 8 – 10 Ton4. Vibro Roller 6 – 8 Ton5. Grader 2,00 m3
6. Crane 10 Ton7. Bor8. Mollen 5,00 m3
15
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
No. Jenis – Jenis Alat Kapasitas9. Vibrator
10. Dump Truk 10 m3
11. Pneumatic Tyre Roller 8 – 10 Ton12. Tandem Roller 8 – 10 Ton13. Asphalt Mixing Plant 50 Ton/Jam
b) Material Konstruksi
Material konstruksi yang akan digunakan untuk pekerjaan struktur
merupakan beton jadi atau precast yang kedatangannya akan
disesuaikan dengan jadwal pekerjaan. Dengan demikian penyimpanan
sementara material konstruksi tidak memerlukan tempat yang terlalu
luas. Rincian jenis bahan konstruksi yang digunakan selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 2-4, sedangkan perkiraan volumenya dapat
dilihat pada Error: Reference source not found.
Tabel 2-4 Jenis Bahan Konstruksi Yang Digunakan
No. Jenis Bahan Kapasitas
1 Beton Ready Mix (Beton Jadi)
2 Besi Beton Bahan
3 Gelagar Jembatan Gelagar Jadi
4 Diafragma Jembatan Difragma Jadi
5 Deck Slab Beton Lantai Jadi
6 Elastomeric Bearing Pad Dudukan Jembatan Jadi
7 Railing Bahan
8 Aspal Bahan Jadi
4. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi kegiatan pembongkaran aspal, galian tanah untuk
struktur, cofferdam, pekerjaan timbunan, timbunan tanah subgrade serta
clearing dan grubbing.
5. Pekerjaan Struktur
16
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
6. Pekerjaan lain – lain
Pekerjaan yang termasuk didalamnya adalah perbaikan saluran drainase,
pembuatan trotoar, pemasangan kereb, pembuatan marka jalan, dan
pemasangan lampu penerangan jalan.
2.4.1.3Tahap Pasca Konstruksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca konstruksi adalah sebagai berikut :
7. Pengaturan lalu lintas
Kegiatan ini meliputi peraturan dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas.
Underpass dipergunakan untuk memfasilitasi pergerakan menerus dari
arah barat ke timur dan sebaliknya, sedangkan kendaraan menuju arah
lainnya menggunakan jalur (frontage) yang telah disediakan. Jalur lambat
digunakan untuk lalu lintas lokal, angkutan kota, dan sepeda motor
sedangkan jalur cepat digunakan untuk lalu lintas menerus atau kendaraan
yang akan menggunakan jalan layang Pasupati dan jalan sekitar underpass.
Untuk itu diperlukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang mengatur
pengoperasian underpass ini.
8. Pengoperasian Jalan Layang dan Jalur Lambat
Jalan dioperasikan berdasarkan peraturan yang telah dibuat dan
sebelumnya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media massa
maupun media elektronik agar masyarakat mengerti mengenai pengaturan
lalu lintas di koridor Gasibu dan underpass Gasibu tersebut.
9. Pemeliharaan jalan layang dan ruas jalan Surapati-Suci
Untuk mengoptimalkan masa layanan dan kualitas diperlukan upaya
pemeliharaan jalan secara berkala. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi
pembersihan ruas jalan, perbaikan struktur jalan yang rusak dan
pengecatan marka dan rambu–rambu sepanjang ruas jalan. Pemeliharaan
underpass ini dilakukan dalam 3 bentuk pemeliharaan yaitu :
Jaminan pekerjaan (selama 1 tahun setelah konstruksi selesai);
Pemeliharaan rutin (1 tahun sekali setelah masa jaminan pekerjaan
selesai);
Pemeliharaan Berkala (3 Tahun sekali).
17
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 2-5 Sketsa Pengoperasian Underpass Gasibu
18
Keterangan :
a : terdiri dari 1 ramp on dan 1 ramp off
b : jalur pedestrian
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
19
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 3 KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA
DAMPAK
3.1 Komponen Lingkungan Fisik-Kimia
Komponen lingkungan fisik–kimia yang dikaji dalam studi UKL/UPL underpass
Gasibu meliputi iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air, hidrologi,
geologi serta ruang lahan dan tanah.
1.1.7 Iklim
Pengumpulan data iklim dilakukan dengan pencarian data sekunder tentang
iklim yaitu temperatur udara, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan
angin. Data iklim dikumpulkan dari Stasiun Meteorologi Geofisika Bandung.
a) Tipe Iklim dan Curah Hujan
Kondisi iklim di wilayah studi dan sekitarnya, relatif sama seperti iklim daerah
lain di Indonesia yaitu beriklim tropis, dengan dua musim yaitu musim kering
dan musim basah. Curah hujan cukup tinggi dan berdasarkan klasifikasi
menurut Schmidt dan Ferguson wilayah studi dan sekitarnya tergolong tipe
iklim A. Curah hujan rata – rata bulanan di wilayah studi berkisar antar 47,1 –
295,5 mm dimana curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan
tertinggi pada bulan Maret. Sedangkan hari hujan berkisar antara 5 – 25 hari.
Data curah hujan di wilayah studi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-1.
KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK
20
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Tabel 3-5 Curah Hujan Rata–Rata Bulanan
No.
Bulan Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
1. Januari 191,3 242. Februari 167,4 233. Maret 295,5 254. April 204,7 225. Mei 152,8 166. Juni 159,6 137. Juli 103,1 118. Agustus 47,1 59. September 65,2 8
10. Oktober 226,6 2011. November 288,6 2312. Desember 231,3 21
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 – 2003
b) Temperatur Udara
Suhu udara rata – rata bulanan di Kota Bandung berkisar 23,1 0C – 24,1 0C,
dimana temperatur udara terendah (23,10C) terjadi pada bulan Februari
sementara tertinggi (24,10C) terjadi pada bulan September dan Oktober
(Tabel3-2)
Tabel 3-6 Temperatur Udara di Wilayah Studi
No
.Bulan
Temperatur (0C)Rata - rata
Minimum Maksimum
1. Januari 23,4 24,0 23,72. Februari 23,3 23,5 23,13. Maret 23,5 24,1 23,84. April 23,7 24,3 23,95. Mei 23,4 24,1 23,86. Juni 23,2 23,9 23,57. Juli 23,0 23,7 23,38. Agustus 23,1 23,9 23,49. September 23,7 24,4 24,1
10. Oktober 23,9 24,5 24,111. November 23,7 24,3 23,912. Desember 23,5 24,2 23,9
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 - 2003
c) Kelembaban Udara
Kelembaban Udara Nisbi berkisar antara 69,5% yang terjadi pada bulan
September dan 81,2% yang terjadi pada bulan Maret dan November. Data
kelembaban dan tekanan udara di wilayah studi selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 3-3.
21
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Tabel 3-7 Kelembaban di Wilayah Studi
No. Bulan Kelembaban Nisbi (%)
1. Januari 80,32. Februari 80,03. Maret 81,24. April 81,05. Mei 78,56. Juni 76,27. Juli 75,08. Agustus 70,29. September 69,5
10. Oktober 77,211. November 81,212. Desember 78,8
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 - 2003
d) Arah dan Kecepatan Angin
Kecepatan angin rata – rata di wilayah studi berkisar antara 3,0 m/det yang
terjadi pada bulan April, November dan tertinggi sebesar 6,0 m/det yang
terjadi pada bulan Februari. Angin dominan adalah arah Barat atau angin
Timur. Data kecepatan dan arah angin di wilayah studi selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 3-4.
Tabel 3-8 Kecepatan dan Arah Angin di Wilayah Studi
No
.Bulan
Kecepatan Rata –
Rata (knot)Arah
1. Januari 4,9 Barat2. Februari 5,2 Barat3. Maret 4,1 Barat4. April 3,3 Barat5. Mei 4,0 Barat6. Juni 3,8 Timur7. Juli 4,2 Timur8. Agustus 4,5 Timur9. September 5,0 Timur10. Oktober 4,2 Timur11. November 3,8 Barat12. Desember 4,6 Barat
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, 1998 - 2003
22
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Sedangkan untuk iklim dan cuaca pada saat studi berlangsung yaitu bulan
Desember, dilakukan pengujian pada 2 lokasi yang berbeda di sekitar wilayah
studi.
Tabel 3. 1 Kondisi Iklim dan Cuaca di Lokasi Pengujian
NO
.Parameter Satuan
Baku
Mutu
Hasil Pengujian
1 2
1 Suhu 0C - 26,67 28,672 Kecepatan Angin m/det - 0,283 0,2833 Arah Angin - - Barat Barat4 Kelembaban % - 53,67 53,335 Tekanan mmHG - 769,1 765,5
Sumber : Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Lokasi 1 : Jl. GagakLokasi 2 : Jl. Panatayuda
1.1.8 Kualitas Udara dan Kebisingan
Pengambilan contoh udara untuk analisis gas H2S, NOX, NH3, SOX, CO, Pb dan
debu (TSP) dilakukan dengan metode langsung, yaitu penangkapan udara di
lapangan dengan bantuan pereaksi kimia (reagent). Pengambilan contoh
udara untuk pengukuran kadar debu menggunakan filter debu dan pompa
hisap. Pompa hisap yang digunakan adalah jenis high volume sampler (HVS).
Parameter kebisingan diukur dengan alat Noise Level Meter.
Metode analisis, alat analisis dan sampling yang digunakan untuk mengukur
parameter kualitas udara di wilayah dampak primer dapat dilihat pada Tabel
3-5.
Tabel 3-9 Metode Analisis dan Peralatan Sampling
No
.
Parameter Metode Analisis Alat Analisis Alat Sampling
1. H2S Spectrofotometer
Gas Sampler
2. NOX Saltzman Spectrofotometer
Gas Sampler
3. NH3 Nessler Spectrofotometer
Gas Sampler
4. SOX Pararosanilin Spectrofotometer
Gas Sampler
5. CO NDIR Spectrofotomete Gas Sampler
23
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
r6. Pb Destruksi AAS Gas Sampler7. Debu Gravimetrik Timbangan
AnalitikHVS
Sumber : Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004
Gambar 3-6 Pengambilan Contoh Udara dan Kebisingan di Lokasi 1
a) Kualitas Udara
Kualitas udara memperlihatkan bahwa seluruh parameter yang diuji masih di
bawah baku mutu kualitas udara ambien yang dipersyaratkan (Tabel 3-10).
Uraian kondisi masing – masing parameter kualitas udara adalah sebagai
berikut :
Konsentrasi (kandungan) H2S hasil pengukuran berkisar dibawah 1,1 µg/m3.
Konsentrasi parameter ini di kedua lokasi sama;
Konsentrasi NOX hasil pengukuran berkisar antara 2,01 – 2,53 µg/m3.
Konsentrasi tertinggi yaitu sebesar 2,53 µg/m3 di lokasi 1. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan jumlah kendaraan yang melewati lokasi
ini, terutama kendaraan yang berbahan bakar bensin. Meskipun demikian
24
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
konsentrasi NOX di lokasi tersebut masih di bawah ambang batas yang
dipersyaratkan oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 400 µg/m3;
Konsentrasi NH3 berkisar antara 20,27 – 53,49 µg/m3, konsentrasi tertinggi
pada lokasi 2;
Konsentrasi SOX hasil pengukuran berkisar antara 384,80 – 386,70 µg/m3,
konsentrasi tertinggi pada lokasi 1. Meskipun demikian konsentrasi
tersebut masih berada di bawah ambang batas SOX yang dipersyaratkan
oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 900 µg/m3;
Konsentrasi CO hasil pengukuran berkisar antara 702,00 – 936,00 µg/m3,
konsentrasi tertinggi di lokasi 2. Meskipun demikian kadar CO di lokasi ini
masih berada di bawah ambang batas CO yang dipersyaratkan oleh PP 41
Tahun 1999 yaitu sebesar 30.000 µg/m3. Timbulnya CO di udara
disebabkan oleh gas yang dihasilkan dalam ruang bakar kendaraan sebagai
akibat dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan
yang mengandung karbon atau oleh pembakaran di bawah tekanan dan
temperatur tinggi. Gas CO diproduksi oleh proses – proses yang artifisial
dan 80%-nya berasal dari asap kendaraan bermotor. Peningkatan gas CO
pada asap kendaraan terjadi bila campuran bahan bakar dengan oksigen
(udara) tidak cukup untuk memproduksi CO2 sehingga yang dihasilkan
adalah CO;
Konsentrasi Pb di kedua lokasi adalah sama yaitu 0,03 µg/m3. Konsentrasi
Pb di lokasi ini masih berada di bawah ambang batas Pb yang
dipersyaratkan oleh PP 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2 µg/m3;
Konsentrasi debu (TSP) hasil pengukuran berkisaar antara 31,37 – 39,58
µg/m3. Konsentrasi tertinggi terdapat di lokasi 1. Kandungan debu di lokasi
studi tidak melampaui baku mutu yang dipersyaratkan oleh PP 41 tahun
1999 yaitu maksimum 230 µg/m3.
Tabel 3-10 Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi
No
.Iklim Satuan
Baku
Mutu
Kualitas udara
1 2
Udara Ambien1. H2S µg/m3 - <1.1 <1.12. NOX µg/m3 400,00 2,53 2,013. NH3 µg/m3 - 20,27 53,494. SOX µg/m3 900,00 386,70 384,805. CO µg/m3 30000,0 702,00 936,00
25
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
06. Pb µg/m3 2,00 0,03 0,037. Debu (TSP) µg/m3 230,00 39,58 31,37
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Lokasi 1 : Jl. GagakLokasi 2 : Jl. Panatayuda
b) Kebisingan
Tingkat kebisingan di rencana lokasi Pembangunan underpass Gasibu dan
sekitarnya berkisar antara 59,3 – 86,9 dBA. Tingkat kebisingan tertinggi
terukur di lokasi 2 yang mencapai 86,9 dBA. Tingkat kebisingan di kedua lokasi
pengukuran sudah melampaui ambang batas yang dipersyaratkan bagi
kawasan perumahan dan pemukiman sebesar 55 dBA. (Tabel 3-7)
Kebisingan akibat transportasi kendaraan bermotor bersumber dari suara
mesin, knalpot, klakson dan suara gesekan ban. Suara bising tersebut bukan
hanya berpengaruh terhadap kualitas kenyamanan untuk tinggal, akan tetapi
pada akhirnya berdampak pada kesehatan manusia, terutama pada aspek
psikologis.
Tabel 3-11 Kebisingan di Wilayah Dampak Primer
No
.
Kebising
an
Satua
n
Bak
u
Mut
u
Hasil Pengujian Hasil Pengujian
1 2
1 Kebisingan dBA 55 * 59,3 – 79,8 60,1 – 86,9
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengendalian Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Keterangan :*) Kep. MENLH No. 48 Tahun 1996 Peruntukkan Kawasan Perumahan dan PemukimanLokasi 1 : Jl. Gagak
Lokasi 2 : Jl. Panatayuda
1.1.9 Kualitas Air
Untuk memperoleh data kualitas air dilakukan dengan pengambilan contoh air.
Disamping itu dilakukan pula pengukuran beberapa parameter kualitas air
secara langsung di lapangan (in site).
Pengambilan contoh air dilakukan dengan cara grab sampling. Jumlah sampel
untuk analisis tersebut digunakan masing – masing 1 liter air dari setiap lokasi.
26
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Lokasi pengambilan contoh air dilakukan di 2 lokasi yaitu pertama Jl. Gagak
dan lokasi kedua di Jl. Panatayuda.
Hasil analisis laboratorium mengenai kondisi air sumur dibandingkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No. No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990. Hasil
pemeriksanaan laboratorium air sumur gali di daerah Jl. Gagak menunjukkan
tidak adanya parameter yang melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Air
sumur gali di daerah Jl. Panatayuda menunjukkan bahwa parameter pH berada
di bawah nilai Baku Mutu yang ditetapkan (6,5 – 9) yaitu sebesar 6,06;
sedangkan untuk parameter lainnya tidak melampaui baku mutu yang
dipersyaratkan. Lebih lengkap mengenai data hasil pengujian kualitas air
sumur gali tersebut dapat dilihat pada Tabel 3-8.
Tabel 3-12 Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali di Wilayah Dampak Primer
No
.Parameter Satuan Baku Mutu*
Hasil Pengujian
1 2
FISIKA1 Bau - Tidak Berbau Tidak
BerbauTidak
Berbau2 Warna TCU 50 10 163 Residu Terlarut (TDS) Mg/L 1500 295,0 180,74 Kekeruhan NTU 25 3,07 0,765 Suhu 0C Suhu udara +3
0C23,8 25,7
KIMIA ANORGANIK1 Aluminium (Al) mg/L 0,2 0,064 < 0,0082 Besi (Fe) mg/L 1 0,15 0,013 Detergen (MBAS) mg/L 0,5 < 0,01 < 0,014 Fluorida (F) mg/L 1,5 0,45 0,235 Kadmium (Cd) mg/L 0,005 < 0,0005 < 0,00056 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 218 1297 Klorida (Cl-) mg/L 600 54,0 36,28 Kromium (Cr)6+ mg/L 0,05 0,02 0,029 Mangan (Mn+) mg/L 0,5 0,193 0,024
10 Nitrat (NO3-, N) mg/L 10 0,9 3,4
11 Nitrit (NO2-, N) mg/L 1 0,706 0,041
12 pH - 6,5 – 9 7,28 6,06^13 Seng (Zn) mg/L 15 0,17 0,0914 Sianida (Cn) mg/L 0,1 <0,005 < 0,00515 Sulfat (SO4) mg/L 400 17,8 28,516 Nilai Permanganat
(KmnO4)mg/L 10 2,46 2,46
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan PDAM Bandung, Tahun 2004Keterangan : 1. Air Sumur Gali Jl. Gagak
2. Air Sumur Gali Jl. Panatyuda
27
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
*) Parameter yang diuji merupakan bagian dari parameter Air Bersih yang tercantum pada Permenkes No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990
1.1.10 Geologi
Cekungan Bandung dibentuk oleh kombinasi Lake Deposit dari Produk
Gunung api muda dan gunung api tua. Di bagian utara dan barat cekungan
lebih banyak didominasi oleh lapukan breksi tufaan, lava batu pasir,
konglomerat, dimana breksi bersifat andesit, basalt , lava, berksi tufaan dan
konglomerat, membentuk punggung-punggung tak teratur dan terkadang
sangat curam.
Lebih ke utara Tufa pasir berasal dari produk gunung Dano dan gunung
Tangkuban Perahu, berupa tufa pasir coklat mengandung kristal-kristal
horenblenda yang kasar, lahar lapuk kemerah-merahan, lapisan-lapisan lapili
dan breksi, lebih ketimur lagi berupa undifferentiated old volcanic produk /
produk gunung api tua tak teruaraikan yang berupa breksi gunung api, lahar
dan lava berselang seling.
Bagian barat cekungan Bandung merupakan kombinasi Lake deposit dengan
kedalaman 0 – 125 m berupa lempung tufaan, batupasir tufaan dan kerikil
tufaan membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar dibeberapa tempat,
mengandung kongkresi-kongkresi gamping, sisa tumbuhan. Pada beberapa
lokasi terdapat sisipan breksi.
Di bagian Timur dan selatan cekungan Bandung didominasi oleh endapan yang
berupa lempung ketufaan, batu pasir tufaan dengan kedalaman 0-130 m.
Selengkapnya peta geologi cekungan Bandung dapat dilihat pada Gambar 3-2.
Data mengenai fisiografi dan geologi diperoleh dengan mengoleksi data
sekunder dari studi/kajian yang dilakukan oleh tim studi kelayakan teknis.
Data fisiografi yang dikumpulkan mengenai beberapa parameter seperti
proses geomorfologi. Sedangkan data geologi meliputi parameter litologi
(tanah dan batuan), stratigragi, struktur geologi sifat tanah dan batuan dimana
didalamnya termasuk sifat keteknikan tanah/batuan secara umum.
a) Stratigrafi
28
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Lokasi studi secara regional tersusun oleh satuan batuan sedimen yang
berumur Tersien – Kuarter, batuan hasil kegiatan gunung api kuarteer dan
endapan permukaan yang terdiri dari :
1. Endapan Danau terdiri dari lempung organik dan gambut dengan sisipan
pasir dan lempung, terutama pada sisi dari cekungan danau Bandung
Purba.
2. Endapan Hasil Gunung Api Muda tak teruraikan terdiri dari pasir tufaan,
lapili, lava dan aglomerat sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat
menjadi tanah merah.
3. Endapan Hasil Gunung Apir Tua tak teruraikan (Formasi Cikapundung)
terdiri dari breksi dengan sisipan lava, Pumice Lapili dengan komposisi
basalt-andesit.
4. Batuan instrusi terdiri dari intrusi andesit, basalt dan dasit tersebar di
sebelah barat, utara dan selatan lokasi studi.
b) Struktur Geologi
Berdasarkan peta geologi cekungan Bandung (Tolocqyki, M dkk, 1992),
struktur geologi di daerah penyelidikan tidak berkembang tetapi di bagian
selatan daerah penyelidikan terdapat 2 (dua) zona sesar dengan arah ±
N1200E, sedangkan di bagian barat dijumpai zona sesar dengan arah ±
N1500E.
c) Geomorfologi
Daerah penyelidikan underpass Gasibu, mempunyai kemiringan lereng 0% -
3% dengan ketinggian 470,00 m – 700,00 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan Peta Geologi Teknik lembar Bandung, Jawa Barat yang diterbitkan
Direktorat Tata Lingkungan (Djadja dan Hermawan, 1996) Skala 1 : 100.000.
Daerah Gasibu dan sekitarnya dilatar belakangi oleh kesamaan sifat fisik tanah
dan batuannya dapat dibedakan menjadi 8 (delapan) satuan geologi teknik,
bila tebal tanah kurang dari 1 (satu) meter maka akan dipetakan sebagai
batuan dasarnya. Masing – masing satuan geologi teknik mempunyai sifat fisik
dan keteknikan yang bervariasi.
29
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 3-7 Peta Geologi Kota Bandung
30
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.1.11 Ruang, Lahan, dan Tanah
Analisis ruang dan lahan dilakukan secara interpolasi dengan menggunakan
peta administrasi dan tata guna lahan disamping observasi lapangan. Dengan
cara matching, overlay peta, analisis fungsional dan analisis kemungkinan
perubahan untuk mendapatkan kesesuaian rencana pembangunan underpass
Gasibu.
a) Ruang
Untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, maka sektor industri perlu dipacu
lebih tinggi lagi dengan membangun pusat – pusat industri yang diharapkan
juga akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Dalam pembangunan
sektor industri ini, Kota Bandung memperlihatkan kemajuan yang sangat
pesat. Hampir di seluruh bagian kota telah berkembang daerah industri yang
cukup padat dan ditempati oleh berbagai jenis industri bagi home industry
maupun industri besar. Di dalam RDTR Kota Bandung sampai dengan tahun
2003, telah dialokasikan pula lahan kawasan industri yang terletak di Ujung
Berung dan Gede Bage. Dalam RDTR Kota Bandung tersebut juga telah
ditetapkan fungsi Kota Bandung yaitu sebagai Pusat Pemerintahan, Pusat
Pendidikan, Pusat Industri, Pusat Perdagangan Regional Jawa Barat dan
sebagai Etalase Jawa Barat.
Konsep struktur tata ruang wilayah (makro) di lokasi studi tidak terlepas dari
adanya konsep Bandung Metropolitas Area (BMA), dimana Bandung menjadi
bagian struktur tata ruang kota yang terintegrasi dengan kota – kota lain di
sekitarnya, sehingga pengembangan tata ruang untuk wilayah Kota Bandung
khususnya untuk wilayah pembangunan Bojonegara harus singkron dengan
rencana tata ruang di sekitarnya. Rencana struktur pusat pelayanan Kota
Bandung pada tahun 2010 diarahkan mempunyai 2 pusat pengembangan,
yaitu Alun – alun dan Gedebage.
b) Tanah
31
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Jenis-jenis tanah dilokasi studi adalah umumnya jenis-jenis tanah di Cekungan
Bandung sesuai dengan tekstur tanah dan sebarannya, kedalaman efektif
masing-masing tanah bervariasi, adalah sebagai berikut :
1) Aluvial dengan kedalaman efektif 30-60 cm, tekstur tanah halus, sebaran
dibagian utara yaitu daerah yang relatif datar.
2) Latasol dengan kedalaman efektif <30 cm, tekstur tanah kasar, sebaran
dibagian selatan yang berupa perbukitan.
3) Padsolik merah kuning dengan kedalaman efektif >90 cm, tekstur tanah
halus, sebaran dibagian yang berombak.
4) Padsolik merah kuning dengan kedalaman efektif >90 cm, tekstur tanah
kasar, sebaran dibagian selatan yang memiliki formal bergunung.
c) Lalu lintas
Pencacahan volume lalu lintas dilakukan selama 12 jam secara menerus yang
dimulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. Pencacahan dilakukan di
4 ruas jalan yang sekitar taman gasibu yang dapat dikatakan sebagai 4 lengan
simpang yang menghubungkan taman gasibu, monumen perjuangan dan jalan
layang pasupati., keempat pos pencacahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ruas jalan Wirayuda timur (utara )
2. Ruas jalan P.H.H Mustofa ( Timur)
3. Ruas Jalan Surapati (barat bagian bawah)
4. Ruas Jalan akses jalan layang Pasupati (barat bagian atas)
Tabel 3-13 Volume Lalu Lintas Ruas Untuk Masing-Masing Ruas
Dari hasil pencacahan tersebut diketahui volume masing-masing jenis
kendaraan pada setiap ruas, volume jam puncak serta volume total untuk
masing-masing ruas seperti digambarkan dalam Tabel 3-9 menunjukan volume
lalu lintas tertinggi terjadi pada ruas Wirayuda Timur dengan volume total 12
jam mencapai 25.511 kendaraan disusul oleh jalan layang Pasupati dengan
32
TC Ruas 01 Wirayuda Timur 25,511 49,787 TC Ruas 02 P.H.H Hasan Mustofa 20,380 30,333 TC Ruas 03 Pasupati 20,590 30,427 TC Ruas 04 Surapati 8,393 12,587
No .Pos Ruas Volume Total 12JamLHR
(Kend/hari)
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
volume total 12 jam sebesar 20.590 kendaraan dan jumlah volume terendah
terjadi pada ruas Surapati dengan volume total 12 jam sebesar 8.393
kendaraan.
Untuk mengetahui komposisi volume kendaraan, jam sibuk dan volume jam
puncak untuk masing-masing ruas dapat dilihat pada Tabel 3-10, terlihat
bahwa jam sibuk umumnya terjadi pada sore hari antara pukul 16.00 – 18.00
yang terjadi di 3 ruas jalan yakni Wirayuda timur (arah utara), Pasupati dan
Surapati (arah barat) sedangkan jam sibuk untuk ruas jalan P.H.H Mustofa
(arah timur) terjadi pada pagi hari yakni antara pukul 07.45 - 08.45.
Tabel 3-14 Volume Jam Puncak Dan Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas
No .Pos Ruas Jam Puncak
Volume Jam Puncak
TotalSepeda
Motor
Kendaraan
Penumpang
Ringan
Truk
sedang
Truk
Besar
Bus
TC Ruas 01 Wirayuda Timur 17.00-18.00 2559 1146 17 3 9 3734
TC Ruas 02 P.H.H Hasan Mustofa 07.45-08.45 1562 691 7 15 0 2275
TC Ruas 03 Pasupati 16.15-17.15 1437 784 49 3 9 2282
TC Ruas 04 Surapati 16.30-17.30 480 458 5 0 1 944
Volume lalu lintas jam puncak tertinggi terjadi di ruas jalan Wirayuda timur
sebesar 3.734 kendaraan, dan volume trendah terjadi pada ruas jalan Surapati
dengan volume jam puncak sebesar 480 kendaraan. Secara umum jenis
kendaraan sepeda motor selalu mendominasi komposisi volume lalu lintas
berkisar antara 47 % - 60 % pada seluruh ruas yang diamati, disusul oleh
kendaraan kendaraan mobil penumpang ringan berkisar antara 39 % - 52 %,
secara lengkap komposisi volume lalu lintas dapat dilihat pada tabel Tabel 3-
11.
33
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Tabel 3-15 Komposisi Lalu Lintas Untuk Masing-Masing Ruas
No .Pos Ruas
Komposisi Lalu lintas Jumlah
Sepeda
Motor
Kendaraan
Penumpan
g Ringan
Truk
sedang
Truk
BesarBus
Total
12 jam
TC Ruas
01Wirayuda Timur
15,247 9,946 184 53 81 25,511
59.77% 38.99% 0.72% 0.21% 0.32% 100.00%
TC Ruas
02P.H.H Hasan Mustofa
11,542 8,603 87 136 12 20,380
56.63% 42.21% 0.43% 0.67% 0.06% 100.00%
TC Ruas
03Pasupati
11,576 8,395 504 61 20,590 20,590
56.22% 40.77% 2.45% 0.30%100.00
%100.00%
TC Ruas
04Surapati
3,961 4,362 47 3 20 8,393
47.19% 51.97% 0.56% 0.04% 0.24% 100.00%
34
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 3-8 Volume Pergerakan Kendaraan Di Kawasan Gasibu
35
Jl. Wirayuda Timur
Jl. P.H.H MustofaJl. Surapati & Pasopati
SM
10250
MP
13179
TS
3173
TB
244
BUS
1220
SM
7566
MP
3661
TS
488
TB
244
BUS
244
SM
6345
MP
2441
TS
244
TB
244
BUS
244
SM
2108
MP
1898
TS
211
TB
211
BUS
211
SM
6958
MP
4428
TS
633
TB
211
BUS
211
SM
11808
MP
12651
TS
843
TB
422
BUS
211
SM
6575
MP
3287
TS
149
TB
149
BUS
149
SM
2092
MP
5080
TS
747
TB
149
BUS
149
SM
6276
MP
5080
TS
149
TB
149
BUS
149
VOLUME LALU-LINTAS 2005
Dalam Satuan Kendaraan
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
d) Kegiatan disekitar
Kegiatan yang berada di lokasi studi terutama pada ruas jalan layang Pasupati
hingga Jalan Gagak dan Pusdai diantaranya adalah : perkantoran, bank,
lapangan olahraga, restoran dan rumah makan, jasa dan perdagangan. Secara
umum kegiatan yang berada di sepanjang lokasi didominasi oleh kegiatan jasa
dan perdagangan diantaranya rumah makan, restoran, dan lainnya.
3.2 Komponen Biologi
Metode pengumpulan data untuk biota darat (flora dan fauna) yang digunakan
adalah metode survei/jelajah. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah
dengan menginventarisasi jenis flora dan fauna darat yang dijumpai di lokasi
proyek dan sekitarnya.
1.1.12 Flora Darat
Flora atau vegetasi di wilayah studi umumnya merupakan jenis tumbuhan
yang sengaja ditanam untuk peneduh/pohon pelindung, untuk menambah
keindahan (estetika), sebagai sumber buah-buahan. Oleh karena itu jenis
tumbuhan yang dijumpai umumnya adalah tumbuhan yang mempunyai nilai
ekonomis dan estetis.
Jenis tumbuhan disepanjang jalur jalan pada umumnya terdiri dari pohon
palem raja, flamboyan, kere payung dan angsana. Sementara itu di
pekarangan bangunan-bangunan sepanjang jalan dan pemukiman sekitarnya
terdapat berbagai jenis tanaman hias, tanaman buah dan jenis yang termasuk
kategori langka atau dilindungi. Jenis tanaman di lokasi studi disajikan pada
Tabel 3-12.
Tabel 3-16 Jenis Tumbuhan di Wilayah Studi
NO NAMA LOKAL NAMA ILMIAH LOKASI MAYORITAS1 Palem Raja Roystonea Regia Jl. Surapati2 Kere Payung Filicium Decipiens Jl. Surapati3 Flamboyan Deloniz Regia Jl. Surapati 4 Angsana Pterocarpus Indicus Jl. Surapati
Sumber : Hasil Survey Primer, 2005
36
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.1.13 Fauna Darat
Jenis fauna yang ada di suatu daerah berkaitan erat dengan kondisi lahan
sebagai habitat jenis fauna tersebut. Oleh karena itu mengingat bahwa tata
guna lahan di lokasi proyek dan sekitarnya umumnya merupakan jasa,
perdagangan, dan perkantoran, maka jenis-jenis fauna yang dijumpai juga
merupakan jenis-jenis yang sudah beradaptasi dengan pemukiman, disamping
fauna domestik (ternak). Seluruh jenis fauna yang dijumpai di lokasi proyek
dan sekitarnya tidak terdapat jenis yang termasuk kategori jenis langka atau
dilindungi.
37
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 4 JENIS DAMPAK YANG TIMBUL
4.1 Identifikasi Dampak Potensial
Rencana kegiatan pembangunan underpass Gasibu yang berpotensi
menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan diidentifikasi dengan
menggunakan metode matriks interaksi (Tabel 4-1). Matriks interaksi tersebut
kemudian digunakan sebagai panduan menentukan besaran dan sifat dampak.
Tabel 4-17 Matriks Interaksi Antara Kegiatan Rencana Pembangunan Underpass Gasibu dengan Komponen Lingkungan
No
Jenis Kegiatan
Komponen LIngkungan
Pra Konstruk
siKonstruksi
Pasca Konstruk
si
Su
rvei La
pan
gan
Relo
kasi
Uti
litas
Peng
ad
aan
dan
Mob
ilisa
si T
en
ag
a
Kerj
a
Mob
ilisa
si A
lat
Bera
t d
an
Mate
rial
Kon
stru
ksi
Peke
rjaan
Tan
ah
Peke
rjaan
Str
ukt
ur
Pela
pis
an
Jala
n L
ayan
g
Peng
op
era
sian Jala
n L
ayang
Pem
elih
ara
an
Jala
n L
ayan
g
I. KIMIA FISIK1. Kualitas Udara/Kebisingan
√ √ √ √ √
2. Hidrologi √3. Kualitas Air √ √4. Geologi √5. Ruang, Lahan dan Tanah
√ √
II BIOLOGI1. Biota Air √ √
III SOSIAL1. Kependudukan √2. Mata Pencaharian √ √ √ √ √ √3. Sarana/Prasarana Umum
√ √ √
4. Persepsi Masyarakat √ √ √ √ √ √ √ √ √
38
JENIS DAMPAK YANG TIMBUL
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
5. Lalulintas √ √ √ √ √6. Kesehatan Masyarakat √ √ √ √ √
Keterangan : √ = Dampak Potensial
4.2 Jenis Dampak yang Timbul Pada Tahap Pra Konstruksi
1.1.14 Keresahan Sosial Masyarakat
Dampak ini umumnya bersifat negatif, langsung dan memiliki kemungkinan
berbalik (reversible). Indikasi adanya dampak biasanya muncul pada saat
kegiatan survei, pengukuran lapangan dan pengadaan lahan. Dampak yang
muncul berupa keresahan masyarakat. Indikatornya adalah adanya tanggapan
dan reaksi masyarakat yang negatif terhadap proyek, serta adanya usaha-
usaha menghambat pelaksanaan kegiatan tersebut. Keresahan umumnya
terjadi diantara anggota masyarakat yang memiliki kepentingan langsung
terhadap lokasi pekerjaan, misalnya pemilik warung atau usaha lain di tepi
jalan atau pun pihak-pihak yang memiliki sisa lahan relatif sempit, sehingga
jika pembangunan dilakukan dapat mengurangi kenyamanan akses.
Dampak ini tetap perlu dikelola, meskipun sebagian besar responden (68%)
menyatakan tidak akan merasakan gangguan yang ditimbulkan oleh kegiatan
pendataan seperti pengukuran, pematokan, dan wawancara. Untuk skala –5
sampai dengan +5, dampak ini diperkirakan memiliki besaran –1 dengan
probabilitas sedang.
1.1.15 Berkurangnya Lahan Milik Penduduk Akibat Pembebasan Lahan
Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah pembebasan lahan.
Indikatornya adalah reaksi penerimaan/penolakan masyarakat yang lahannya
berkurang akibat pembebasan lahan. Reaksi yang muncul dapat berupa
penetapan harga tanah jauh di atas harga pasar atau adanya upaya-upaya
penggalangan masyarakat untuk menolak pembebasan lahan. Dampak ini
bersifat negatif terhadap kelangsungan kegiatan, terutama apabila terjadi
pada pelebaran ruas karena dapat mengakibatkan geometri jalan tidak
seragam. Pengurangan lahan milik penduduk ini akan berdampak langsung
karena masyarakat harus memulai pemindahan barang, meubel dan
39
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
memundurkan pagar rumah. Perlu diwaspadai lebih jauh karena mungkin akan
terjadi pembalikan dampak apabila ada provokasi diantara masyarakat.
Besaran dampak diperkirakan –5, namun probabilitasnya relatif rendah karena
sebagian besar lahan yang tersedia telah dibebaskan. Persoalan mungkin akan
berkembang kurang baik pada masa pasca kontruksi, terutama apabila
beberapa restoran gagal menyediakan lahan parkir bagi tamunya.
4.3 Jenis Dampak yang Timbul Pada Tahap Konstruksi
1.1.16 Penyerapan Tenaga Kerja Dan Kecemburuan Sosial Masyarakat
Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun pendatang,
berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja perorangan. Tersedianya
peluang kerja tersebut sekaligus membuka peluang terjadinya persaingan
diantara mereka. Persaingan tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan
kecemburuan sosial.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan underpass Gasibu ini
memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang diantaranya merupakan 23
orang tenaga kasar. Biasanya kelompok tenaga kerja yang sudah mempunyai
hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana lebih berpeluang untuk
mendapatkan kesempatan tersebut. Diharapkan recruitment pekerja
dilaksanakan dengan mengutamakan tenaga kerja lokal. Sebanyak 20%
responden menyatakan berkeinginan untuk bekerja pada proyek ini, hal ini
harus diakomodasikan dengan baik untuk menghindari terjadinya
kecemburuan sosial yang akan berdampak langsung pada pelaksanaan
pekerjaan.
Dampak ini dapat bersifat positif, berpengaruh langsung, sangat mungkin
berbalik dan berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan. Mengingat
besarnya jumlah peminat untuk ikut berperan dalam kegiatan ini sebagai
pekerja cukup besar, maka probabilitas dampak ini dapat diasumsikan tinggi,
dengan nilai besaran +3. Indikatornya adalah ada/tidaknya keresahan
masyarakat sehubungan dengan penyerapan tenaga proyek.
40
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.1.17 Penurunan Kualitas Udara Dan Peningkatan Kebisingan
Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah :
a. Pengangkutan material konstruksi;
b. Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah;
c. Pekerjaan struktur konstruksi perkerasan beton, jembatan, drainase, dan
bangunan penahan longsor serta median.
Komplain masyarakat terhadap proyek karena cepat dan tebalnya penyebaran
lapisan debu pada lantai, tembok, atap, atau properti lainnya dapat dijadikan
indikator awal sebelum dilakukannya pengukuran sesuai ketentuan yang
berlaku. Untuk dapat mengefektifkan umpan balik dari masyarakat,
mekanisme penerimaan umpan balik dan pengelolaan umpan balik perlu
disiapkan. Indikatornya adalah baku mutu udara ambien dan kebisingan. Pada
tahapan ini dampak terhadap kualitas udara berlangsung pada periode yang
tertentu, sesuai jadwal pekerjaan. Namun demikian, jika tidak dilakukan upaya
pengurangan dampak, kemungkinan terjadi dampak turunan berupa
meningkatnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan. Selain itu, meningkatnya kadar debu pada musim
kemarau dapat mendorong penyebaran penyakit-penyakit infeksi bakteria,
seperti TBC, Typhus, dan penyakit-penyakit perut lainnya.
Dampak peningkatan polusi udara dan kebisingan ini akan dirasakan langsung
oleh masyarakat. Selain itu, dampak ini akan memiliki probabilitas tinggi.
Besaran dampak pada skala –5 sampai dengan +5 adalah –4.
1.1.18 Peningkatan Erosi Dan Pelumpuran
Sumber dampak adalah hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah
pengurugan yang belum dilakukan pemadatan dan gangguan fungsi saluran
drainase lokal dan gorong-gorong. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan
erosi adalah:
a) Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah;
b) Pengangkutan material;
c) Pekerjaan struktur: perkerasan beton, jembatan, drainase dan dinding
penahan longsor.
41
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Gambar 4-9 Salah Satu Saluran Drainase di Wilayah Studi
Sebagian besar responden (36%) menyatakan akan sangat terganggu dengan
pekerjaan gali-urug yang menimbulkan becek dan debu dan sebagian besar
responden juga mengkhawatirkan mengenai menurunnya kualitas air di
sekitar wilayah studi. Indikatornya adalah adanya pengendapan material pada
outlet saluran-saluran pembuangan, maupun sungai-sungai disekitarnya dan
drainase. Indikator lain yang juga dapat digunakan sebagai gejala awal adalah
kebersihan lingkungan kerja dan adanya pengelolaan terhadap sampah dan
ceceran tanah. Jika lokasi pekerjaan tidak senantiasa dijaga dalam keadaan
bersih, maka kemungkinan terjadinya penyumbatan pada saluran drainase
pada musim hujan akan besar.Dampak ini bersifat langsung, tidak berbalik,
dan memiliki probabilitas tinggi. Besaran dampak diperkirakan –3.
1.1.19 Perubahan Bentang Alam (Perubahan Tata Guna Lahan)
Sumber dampaknya adalah pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan,
pembangunan jembatan layang yang relatif lebih tinggi dari daerah di
42
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
sekitarnya. Dampak ini dapat bersifat negatif apabila terdapat situs-situs yang
memiliki nilai arsitektur estetik di sekitar lokasi pekerjaan atau adanya
gangguan terhadap gelombang radio/televsi yang mungkin berpengaruh pada
sistem komunikasi atau penangkapan televisi masyarakat di sekitarnya.
Sepanjang pengamatan, tampaknya tidak terdapat situs estetik di sekitar
lokasi.
1.1.20 Penebangan Vegetasi
Sumber dampaknya adalah penyiapan lahan untuk konstruksi underpass.
Dampak ini dapat bersifat negatif karena iklim di sekitar lokasi pekerjaan akan
semakin panas dengan tidak adanya vegetasi sebagai pelindung dari sinar
matahari dan penyerapan CO2. Sepanjang pengamatan, terdapat 4 jenis
vegetasi mayoritas yang terdapat di wilayah studi yaitu palem raja, angsana,
flamboyan, dan kere payung. Sebanyak 41% responden menyatakan tidak
terganggu akan penebangan vegetasi dikarenakan hal tersebut telah terjadi
pula pada pekerjaan sebelumnya yaitu proyek jalan layang Pasupati, namun
masyarakat mengharapkan adanya penanaman kembali vegetasi di lokasi
pekerjaan agar iklim di sekitarnya kembali seperti semula.
Dampak turunan yang dapat timbul akibat penebangan vegetasi ini adalah
terjadinya peningkatan temperatur lokal. Menurunnya minat masyarakat untuk
berjalan kaki, dan menurunnya nilai estetika. Dampak ini akan memberi
pengaruh langsung terhadap peningkatan temperatur dan penurunan nilai
estetika. Dampak ini dapat berbalik, karena memberi dampak turunan dengan
probabilitas sedang. Besaran dampak diperkirakan –4.
1.1.21 Pemindahan Jaringan Utilitas PDAM, PLN, dan Telkom
Sumber dampak adalah kegiatan pembangunan underpass yang mengganggu
posisi jaringan pipa primer maupun transmisi dari PDAM, jaringan listrik dan
jaringan telepon. Kondisi jaringan utilitas membentang sepanjang koridor Jalan
Surapati dan Suci serta berjarak hanya 2 meter dari bahu jalan saat ini
43
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
(terletak pada RUMIJA). Pada saat pembangunan underpass, jaringan utilitas
yang ada harus dipindahkan terlebih dahulu.
Gambar 4-10 Jaringan Utilitas PDAM dan PLN
Sebanyak 57% responden akan merasa sangat terganggu apabila terjadi
pemadaman sementara pada saat relokasi utilitas yang terkena pemindahan.
Sebagian besar responden (34%) juga akan merasa terganggu oleh kemacetan
yang disebabkan oleh relokasi utilitas tersebut. Indikator dari dampak ini
adalah terhentinya untuk sementara pelayanan fasilitas air bersih, listrik, dan
telekomunikasi yang menggunakan jaringan utilitas tersebut. Sehingga perlu
diperhitungkan biaya dan waktu yang minimum untuk pemindahan jaringan
utilitas tersebut agar tidak terlalu lama mengganggu pelayanannya.
Dampak ini bersifat negatif, apabila tidak dikelola dengan baik, dampak ini
sangat mungkin berpengaruh buruk meskipun tidak berbalik (Irrevisible).
Dampak akan langsung dirasakan oleh masyarakat dengan probabilitas
44
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
sedang. Mengingat kekhawatiran masyarakat, dengan tingkat probabilitasnya,
besaran dampak ini diperkirakan mencapai –4.
1.1.22 Gangguan Aliran Air Permukaan dan Terjadinya Genangan Serta
Menurunnya Kualitas Air
Sumber dampak adalah kegiatan yang terkait dengan :
a) Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah;
b) Pekerjaan struktur
Hal ini akan menimbulkan kondisi aliran permukaan dan saluran-saluran
drainase, serta bentang alam yang ada disekitar lokasi kegiatan yang rusak
dan mengganggu aliran permukaan. Indikatornya adalah rusak atau tidak
berfungsinya saluran drainase disekitar lokasi kegiatan, sehingga terjadi
genangan air dan kualitas air sekitar lokasi. Dampak ini bersifat langsung,
memungkinkan pembalikan dan terjadinya dampak turunan, probabilitas
tinggi. Besaran dampak diperkirakan –2.
1.1.23 Gangguan Terhadap Kegiatan Lalu Lintas (Kerusakan Prasarana
Jalan)
Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak kerusakan prasarana jalan
adalah :
- Transportasi material, peralatan konstruksi dan bahan urugan;
- Mobilisasi dan alat-alat berat di jalan umum yang tidak mampu bergerak
cepat;
- Ceceran tanah di jalan-jalan umum yang terjadi selama ada kegiatan
pekerjaan tanah, galian, timbunan, angkutan, perataan, pemadatan.
Dampak kerusakan prasarana jalan ini dapat menimbulkan :
- Kondisi kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan
peralatan proyek
- Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin
karena ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan,
dan lain-lain).
45
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Indikatornya adalah : kerusakan prasarana jalan, intensitas dan frekuensi
kecelakaan. Sebanyak 87% responden menyatakan merasa terganggu dengan
berlangsung mobilisasi alat berat dan material karena akan menyebabkan
kemacetan, debu dan kebisingan. Dampak ini bersifat tidak langsung pada
masyarakat di lokasi kegiatan, tidak memiliki efek pembalikan, dan
probabilitas sedang. Besaran dampak diperkirakan –3.
4.4 Jenis Dampak Yang Timbul pada Tahap Pasca Konstruksi
1.1.24 Terganggunya Mobilitas Akibat Dibangunnya Underpass Gasibu
Sumber dampak adalah beroperasinya jalan menjadi barrier kebebasan
pejalan kaki di kawasan seperti Gasibu dan sekitarnya untuk menuju ke
tempat di seberang jalan baik untuk kepentingan ekonomis maupun budaya.
Peraturan-peraturan yang melingkupi beroperasinya jalan juga membatasi
kebebasan masyarakat dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaannya.
Indikatornya adalah frekuensi perlintasan oleh pejalan kaki dan tingkat
kecelakaan yang terjadi sepanjang underpass Gasibu yang terjadi. Dampak ini
akan dirasakan langsung oleh sebagian masyarakat, terutama pengguna
angkutan umum dan pejalan kaki, serta merupakan dampak yang membalik,
karena dapat mengganggu efisiensi lalu lintas. Peluang kejadian dampak
adalah sedang dan besaran diperkirakan –2.
1.1.25 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Sumber dampak adalah pengoperasian underpass Gasibu. Tingkat pelayanan
lengan persimpangan yang dihitung berdasarkan V/C-ratio pada tahun 2005
adalah 0,68 (Survei Primer, 2005). Tingkat pelayanan ini sudah mendekati
kejenuhan, sehingga volume lalulintas mungkin tidak akan bertambah cukup
besar apabila proyek tidak dibangun, sehingga emisi yang diharapkan akan
dilepas dari sepanjang lengan persimpangan tidak bertambah cukup besar.
Pertumbuhan total lalulintas yang diharapkan pada tahun 2009 adalah 2,3 kali
jumlah kendaraan per hari yang melalui lengan-lengan persimpangan pada
46
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
tahun ini. Jika ini terjadi, maka lengan-lengan persimpangan akan
memberikan generasi emisi linear dengan pertumbuhan lalulintas. Jika tidak
ada upaya penurunan laju emisi kendaraan, kondisi ini dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara secara signifikan di lokasi pekerjaan pada akhir
tahun prediksi dan membuat rumah-rumah yang berada dekat dengan lokasi
pekerjaan tidak layak huni.
Namun demikian, permasalahan ini merupakan permasalahan pada skala lokal
dan regional. Penanganan untuk ini tidak bisa hanya dilakukan secara parsial
pada satu lokasi saja. Karena itu, upaya yang perlu dilakukan adalah menekan
pertumbuhan lalulintas dengan mengefektifkan berbagai upaya pengelolaan
sistem transportasi untuk mengurangi pertumbuhan laju emisi dan
menyebarkan lalulintas lebih merata. Indikatornya adalah baku mutu
lingkungan dari parameter kualitas udara seperti Nox, COx, SO2, O3, Pb, debu
dan kebisingan.
Pada saat ini, kualitas udara masih jauh di bawah ambang batas baku mutu
kualitas udara ambien yang dipersyaratkan. Namun tingkat kebisingan di
rencana lokasi pekerjaan telah melampaui ambang batas yang dipersyaratkan
bagi kawasan jasa dan perdagangan (55 dBA) yaitu berkisar antara 59,3 – 86,9
dBA. Tingkat kebisingan ini diperkirakan akan meningkat pada saat tahap
konstruksi dan meningkat 3 dBA pada lima tahun mendatang akibat
meningkatnya kecepatan rata – rata dan volume kendaraan. Sebagian besar
responden (64%) menyatakan akan merasa terganggu hingga sangat
terganggu dengan polusi udara dan kebisingan yang ditimbulkan oleh
operasional underpass Gasibu.
Proyeksi kualitas udara dengan menggunakan parameter pertumbuhan linier
volume kendaraan di wilayah studi, menunjukkan bahwa beberapa parameter
kualitas udara mengalami peningkatan walaupun hingga akhir tahun rencana
yaitu tahun 2029 belum melampaui batas ambang baku mutu masing –
masing parameter. Parameter NH3 yang pada tahun 2004 mencapai angka
53,49 µg/m3, pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai angka 84,80
µg/m3 dan tahun 2029 diperkirakan mencapai angka 119,79 µg/m3. Proyeksi
kadar NOX di wilayah studi pada tahun 2014 hingga tahun 2029 mengalami
47
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
peningkatan seiring dengan meningkatnya volume kendaraan, namun kadar
parameter ini belum melampaui batas ambang baku mutu yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 400 µg/m3. Kadar NOX pada tahun 2014 diperkirakan
mencapai 4,01 µg/m3 dan tahun 2029 diperkirakan mencapai 5,67 µg/m3.
Begitu juga yang terjadi pada proyeksi kadar CO, peningkatannya tidak
melampaui ambang batas baku mutu (30.000 µg/m3). Pada tahun 2014, kadar
CO diperkirakan sebesar 1.483,91 µg/m3 dan pada tahun 2029 diperkirakan
kadar CO di wilayah studi mencapai angka 2.096,24 µg/m3.
Sementara itu, proyeksi kadar SOX pada tahun 2014 – 2029 menunjukkan
adanya peningkatan mendekati ambang batas baku mutu yang ditetapkan
(900 µg/m3). Pada tahun 2014, proyeksi parameter SOX mencapai angka
613,07 µg/m3 dan pada tahun 2029 diperkirakan akan mencapai angka 866,04
µg/m3. Dampak ini bersifat langsung, namun sangat memungkinkan terjadinya
pembalikan dampak terhadap inprastruktur apabila tidak ditangani dengan
baik. Peluang kejadian dampak adalah tinggi dengan besaran –3.
1.1.26 Perubahan Tata Guna Lahan Sekitar Rumija
Sumber dampak adalah peruntukkan lahan di wilayah studi yang tidak
terkendali dan menyimpang dari RTRW yang telah ditetapkan, karena
keberadaan dan pengoperasian underpass Gasibu. Indikatornya adalah
terdapatnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa perdagangan disekitar
RuMIJA dan jalan akses yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Melihat
perubahan ruang yang ada, dampak ini dapat berarti positif pada sistem
perekonomian kota Bandung dan akan mendukung pertumbuhan ruang bisnis.
Namun demikian apabila tidak ditangani dengan baik, situasi akan mengarah
pada pertumbuhan bangunan ilegal. Dampak ini bersifat langsung, membalik,
dengan peluang kejadian tinggi. Besaran dampak diperkirakan +3.
Tabel 4-18 Matriks Potensi Dampak
N
oJenis Dampak
Lokas
i
Taha
p
Duras
i
Lsg/T
LsgRev/Irr
Prob
.
Besara
n
1 Keresahan Sosial Masyarakat A P/K/O 2 th Lsg Rev S -12 Berkurangnya lahan milik B P 1 th Lsg Rev R -5
48
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
penduduk akibat pembebasan lahan
3 Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
A K/O > 2 th Lsg Irr T -4
4 Penyerapan Tenaga Kerja A K 2 th Lsg Rev T +35 Kecemburuan sosial masyarakat
(penyerapan tenaga kerja)A K 2 th T. Lsg Rev R -1
6 Peningkatan erosi dan pelumpuran
C K 2 th Lsg Irr T -3
7 Perubahan bentang alam (perubahan tata guna lahan)
B K/O > 2 th Lsg Rev R -2
8 Penebangan vegetasi A+B K >2 th Lsg Rev S -49 Pemindahan jaringan utilitas
PDAM, PLN dan TelkomB P 6 bln T. Lsg Irr S -1
10 Gangguan aliran permukaan dan terjadinya genangan serta menurunnya kualitas air
C K 2 th Lsg Rev T -2
11 Gangguan terhadap kegiatan lalu lintas (kerusakan prasarana jalan)
B K 2 th T. Lsg Rev S -3
12 Perubahan Tata Guna Lahan Sekitar Damija
A K/O > 2 th T. Lsg Rev T +3
13 Gangguan mobilitas A+B O > 2 th Lsg Rev S -2Keterangan :Lokasi :A = Sekitar Lokasi PekerjaanB = Sepanjang ruas Surapati-SuciC = Regional
Tahap :P = PrakonstruksiK = KonstruksiO = Operasional (Pasca Konstruksi)
Sifat DampakLsg = Berdampak langsungT. Lsg = Berdampak tidak langsung
Rev = Dapat berbalikIrr = Tidak berbalik
Prob = Probability (Peluang kejadian)T = TinggiS = SedangR = Rendah
Besaran :Besaran dampak dengan skala penilaian +5 hingga – 5
4.5 Ringkasan
Secara keseluruhan, terdapat 13 dampak yang perlu mendapatkan
pengelolaan. Keseluruhan dampak tersebut terjadi pada saat pra konstruksi,
masa konstruksi dan pasca konstruksi. Ringkasan potensi dampak dari setiap
dampak yang dievaluasi berdasarkan lokasi, tahapan kegiatan, durasi, sifat
dampak, peluang kejadian, dan besarnya dampak dapat dilihat pada Tabel 4-2.
49
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 5 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
5.1 Pengelolaan Lingkungan Pada Tahap Pra Konstruksi
1.1.27 Pengukuran dan Penetapan Lokasi Proyek
Pekerjaan pengukuran dan penetapan lokasi proyek dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan akurat dengan pembahasan sebagai
berikut :
a. Dampak penting yang dikelola
Kemungkinan tanah penduduk terkena proyek dapat menimbulkan
keresahan masyarakat (pemilik tanah) karena berkurangnya luas lahan
yang mereka miliki. Keresahan tersebut juga didorong oleh gambaran akan
nilai ganti rugi atas tanah yang kemungkinan di bawah harga pasaran
setempat untuk proyek.
b. Sumber dampak
Keresahan masyarakat tersebut di atas diakibatkan oleh kegiatan
pengukuran lahan untuk proyek.
c. Tolok ukur dampak
Intensitas dan frekuensi keluhan warga/pemilik tanah yang terkena
pengukuran tentang ketidakpastian akan tanahnya, apakah akan terkena
proyek ataukah tidak.
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
Meniadakan atau menekan sampai batas minimal keresahan masyarakat
akibat pengukuran lokasi proyek.
e. Upaya pengelolaan lingkungan
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rencana
proyek meliputi rencana pembebasan tanah dan jadwal pelaksanaan
kegiatan.
Melakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya
spekulan tanah yang dapat merugikan para pemilik tanah.
50
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Melakukan upaya-upaya persuasif (penyuluhan) agar warga tidak
mudah terpancing oleh pihak luar yang ingin meraih keuntungan
dengan motif-motif tertentu.
f. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di kawasan di mana dilakukan
pengukuran rencana lokasi proyek, terutama pada area yang dilintasi
proyek.
Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali per dua bulan kedua sejak
pelaksanaan pengukuran.
g. Instansi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Panitia Pembebasan Tanah Untuk Proyek
- Pemrakarsa
Pengawas
- Dinas Bina Marga Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Kelurahan dan Kecamatan masing - masing
Penerima laporan
Pemerintah Kota Bandung
5.2 Pengelolaan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi
1.1.28 Persiapan Konstruksi
a. Pembersihan Lahan dan Pengoperasian base-camp
1. Dampak penting yang dikelola
Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan
pembersihan lahan dan pengoperasian base-camp. Pembersihan lahan
pada musim kemarau dapat menimbulkan gangguan debu di sekitar
lokasi proyek dan peningkatan kebisingan, sedangkan pengoperasian
base-camp lebih berperan pada peningkatan kebisingan.
2. Sumber dampak
Pembersihan lahan dan kegiatan base-camp
3. Tolok Ukur dampak
Intensitas kebisingan dan kualitas udara serta keluhan masyarakat
51
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengurangi kadar pencemaran debu
Mengurangi intensitas kebisingan
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala pada musim
kemarau.
Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam
istirahat terutama pada malam hari.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area kegiatan masyarakat yang
menjadi sumber debu serta di lokasi base-camp.
Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan
pada siang hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu.
7. Instansi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Panitia Pembebasan Tanah untuk Proyek
- Pemrakarsa
Pengawas
- Pengawas Proyek
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat.
b. Penyerapan Tenaga Kerja dan Kecemburuan Sosial Masyrakat
1. Dampak penting yang dikelola
Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun
pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja
perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka
peluang terjadinya persaingan diantara mereka, dari persaingan
tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
2. Sumber dampak
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi underpass Gasibu ini memberikan
kesempatan kerja sebanyak 36 orang dan sekitar 23 orang diantaranya
merupakan tenaga kasar. Kelompok tenaga kerja yang sudah
52
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana
berpeluang untuk mendapatkan kesempatan tersebut.
3. Tolok ukur dampak
Keluhan penduduk sekitar tapak kegiatan terhadap penyerapan
tenaga kerja proyek.
Proporsi tenaga kerja setempat dengan tenaga kerja kelompok sub-
kontraktor pelaksana
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Menghindarkan terjadinya persaingan tenaga kerja setempat dengan
kelompok tenaga kerja proyek agar tidak menimbulkan kecemburuan
sosial.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Memberikan prioritas kepada tenaga kerja lokal untuk terlibat pada
proyek, terutama untuk tenaga kasar.
Menerapkan hubungan kerja sistem kontrak, kejelasan kinerja, dan
proses pemutusan kontrak.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi kegiatan konstruksi
Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali pada saat menjelang
pelaksanaan setiap jenis kegiatan konstruksi atau masa penerimaan
tenaga kerja.
7. Instansi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Kontraktor/sub-kontraktor pelaksana
Pengawas
- Dinas Bina Marga Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkunganan Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Daerah Kota Bandung
53
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
1.1.29 Pelaksanaan Konstruksi
5.2.1.1Pekerjaan Tanah
a. Penanganan Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan
Kebisingan
1. Dampak penting yang dikelola
Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan
pekerjaan tanah (galian, timbunan, pemadatan, area sub-grade).
Kegiatan pekerjaan tanah pada musim kemarau dapat menimbulkan
gangguan debu di sekitar lokasi proyek dan peningkatan kebisingan.
2. Sumber dampak
Pekerjaan tanah yang meliputi pekerjaan galian, timbunan, pemadatan
dan area sub-grade.
3. Tolok ukur dampak
Intensitas kebisingan dan kualitas udara serta keluhan masyarakat
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengurangi kadar pencemaran debu
Mengurangi intensitas kebisingan
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Melakukan sosialisasi pada masyarakat setempat;
Melakukan penutupan / pemagaran di sekeliling lokasi proyek;
Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala di musim
kemarau;
Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam
istirahat terutama pada malam hari.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di pusat kegiatan masyarakat yang
menjadi sumber debu.
Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan
pada siang hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu.
7. Instansi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Kontraktor/Sub-kontraktor
- Pemrakarsa
54
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Pengawas
- Dinas Tata Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Kelurahan dan Kecamatan masing - masing
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
b. Penanganan Dampak Erosi dan Pelumpuran
1. Dampak penting yang dikelola
Hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah pengurugan
yang belum dilakukan pemadatan;
Gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong
2. Sumber dampak
Pekerjaan tanah;
Pembuatan saluran drainase
3. Tolok ukur dampak
Tidak ada pengendapan material pada outlet saluran-saluran
pembuangan, maupun sungai-sungai di sekitarnya;
Tidak ada gangguan pada saluran drainase lokal atau gorong-
gorong;
Total erosi/pelumpuran tidak boleh lebih dari 800 kg/ha/hari hujan.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mencegah timbulnya pengendapan lumpur di saluran drainase lokal;
Mencegah terjadinya gangguan pada outlet saluran drainase lokal
yang akan menghambat laju aliran permukaan pada musim hujan.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Membuat bak penampungan lumpur sebelum dialirkan ke
sungai/drainase terdekat;
Melakukan pembersihan lumpur dari saluran drainase lokal;
Segera melakukan pemadatan pada daerah yang diurug;
Menutup bahan galian yang ditimbun dengan plastik atau bahan lain
yang tidak tembus air, terutama dilakukan pada musim hujan;
55
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Membuat sudut kemiringan tebing/lereng tidak terlalu curam
(<25%).
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial
menimbulkan dampak, yaitu : lokasi galian, timbunan serta
pemadatan tanah, pembuatan saluran drainase jalan (open ditch, v-
culvert dan box culvert), dan saluran-saluran drainase lokal yang
berdekatan;
Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan
selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Konsultan Supervisi
- Dinas Pengairan Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
c. Penanganan Perubahan Bentang Alam
1. Dampak penting yang dikelola
Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, dan
perubahan bentuk lansekap, Perubahan-perubahan ini dapat
mempengaruhi nilai estetika dan memberikan gangguan pada sistem
komunikasi radio serta gelombang televisi.
2. Sumber dampak
Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, dan pendirian
underpass
3. Tolok ukur dampak
Protes masyarakat pencinta lingkungan dan laporan adanya gangguan
terhadap penerimaan televisi maupun sistem komunikasi.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
56
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Mencegah terganggunya sistem komunikasi vital yang dapat
membahayakan aktifitas masyarakat lain di sekitar lokasi.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Menampung keluhan masyarakat mengenai gangguan gelombang
komunikasi;
Melakukan kerjasama dengan instansi dan masyarakat untuk
memperbaiki posisi antene penerima televisi, radio dan sistem
komunikasi.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan pada areal dengan radius 50 m. di
sekitar lokasi;
Pengelolaan dilakukan sepanjang masa konstruksi dan sekurang-
kurangnya selama 6 bulan setelah masa operasi underpass.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
- Dinas Bina Marga, Kota Bandung
- Kelurahan dan Kecamatan masing - masing
Penerima Laporan
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat
- Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Barat
d. Penanganan Penebangan Vegetasi
1. Dampak penting yang dikelola
Penebangan vegetasi di sepanjang koridor Surapati, Wirayuda, dan Suci.
2. Sumber dampak
Konstruksi underpass dan pelebaran jalan
3. Tolok ukur dampak
Meningkatnya suhu udara dan hilangnya pelindung dari sinar matahari
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
57
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Melakukan penanaman kembali atau pemindahan vegetasi yang telah
ada jika memungkinkan pada lokasi yang telah ditentukan
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Memperhitungkan lokasi penanaman kembali vegetasi yang tepat
sehingga dapat dilakukan pada saat tahap konstruksi berjalan dan
sesuai dengan rencana yang ada serta tidak saling mengganggu;
Membuat perencanaan penghijauan di lokasi proyek dengan
menanam tanaman berdaun lebar seperti Filicium, Angsana dan
Palm Raja
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Dilakukan di sepanjang lokasi pekerjaan;
Pengelolaan lingkungan dilakukan pada saat dan setelah
penebangan atau pemindahan vegetasi.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
- Dinas Pertamanan Kota Bandung
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Pertamanan Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
e. Penanganan Pemindahan Jaringan Utilitas PDAM, PLN serta Telkom
1. Dampak penting yang dikelola
Pemindahan jaringan utilitas PDAM, PLN serta Telkom yang terganggu
konstruksi underpass Gasibu dan pelebaran jalan di koridor Surapati-
Suci.
2. Sumber dampak
Konstruksi underpass dan pelebaran jalan
3. Tolok ukur dampak
Terganggunya pelayanan utilitas di lokasi kegiatan dan sekitarnya
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
58
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Mempercepat pemindahan jaringan utilitas sehingga gangguan
pelayanan tidak terlalu lama.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Memperhitungkan lokasi pemindahan jaringan utilitas yang baru dan
waktu yang tepat untuk pemindahan;
Melakukan sosialisasi gangguan dari kegiatan yang ada pada
masyarakat melalui media massa dan secara langsung.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area sekitar proyek, yaitu lokasi
jaringan utilitas yang terganggu sepanjang koridor Surapati-Suci;
Pengelolaan lingkungan dilakukan sebelum kegiatan konstruksi
dimulai.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait);
- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
- Perusahaan Listrik Negara (PLN);
- PT. Telkom.
Pengawas
- Pemerintah Kota Bandung;
- Perusahaan Daerah Air Minum;
- Perusahaan Listrik Negara;
- PT. Telkom.
Penerima Laporan
- Dinas Bina Marga Kota Bandung;
- Pemerintah Kota Bandung.
f. Penanganan Perubahan Aliran Air dan Kualitas Air
1. Dampak penting yang dikelola
Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan
dan area sub-grade, dapat mengakibatkan perubahan perubahan aliran
air dan kualitas air sekitar lokasi kegiatan, dimana lokasi kegiatan
melalui sungai-sungai kecil. Dimana masyarakat sekitar lokasi
59
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
menggunakan air tanah sebagai sumber air dalam kehidupannya.
Disamping lokasi proyek merupakan daerah cacthment area.
2. Sumber dampak
Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan dan area
sub-grade
3. Tolok ukur dampak
Perubahan kualitas air sekitar lokasi kegiatan.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mencegah penurunan kualitas air dan mengendalikan perubahan aliran
air pada musim hujan.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Melakukan pengendalian terhadap aliran air (khususnya pada musim
hujan), dengan mempersiapkan drainase-drainase;
Mencegah pengendapan lumpur di sungai-sungai kecil.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area sekitar proyek, yaitu
lokasi sekitar permukiman dan sungai-sungai kecil yang dilalui
(sungai kondisi buruk);
Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa pelaksanaan
proyek dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Bapeda, Kota Bandung
Penerima Laporan
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
- Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat
5.2.1.2Transportasi Peralatan dan Material proyek
a. Penanganan Dampak Peningkatan Kebisingan dan Kualitas Udara
1. Dampak penting yang dikelola
60
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Kebisingan dan kualitas udara yang timbul dari kegiatan proyek dapat
mengganggu kenyamanan bertempat tinggal khususnya untuk lokasi
kegiatan yang berdekatan dengan lokasi kegaitan masyarakat.
2. Sumber dampak
Kegiatan kegiatan pengangkutan bahan, material dan peralatan, dan
kegiatan pemadatan, dapat meningkatkan kebisingan karena deru
mesin kendaraan pengangkutan dan alat berat;
Kegiatan pemancangan tiang pondasi dengan hammer pile;
Kegiatan kompaksi urugan tanah, batuan dan konstruksi beton;
Kegiatan pemancangan tiang pancang jembatan.
3. Tolok ukur dampak
Seberapa jauh tingkat kebisingan dan kualitas udara di lokasi
permukiman penduduk melampaui Baku Mutu Lingkungan sesuai
dengan Kep. Men. LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41/1999
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai
dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang
diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No.
Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan
penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu,
terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Untuk mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara
yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika
memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal
pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam
hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk.
Kendaraan yang digunakan harus dalam keadaan baik dan material
bahan konstruksi yang diangkut dalam keadaan tertutup.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang rute pengangkutan dan
area sekitar proyek, yaitu lokasi sekitar kegiatan masyarakat;
61
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3 kali per minggu
pada musim kemarau.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
b. Penanganan Gangguan terhadap Kegiatan Lalu lintas
1. Dampak penting yang dikelola
Kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan peralatan
proyek;
Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena
ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan
dan lain-lain).
2. Sumber dampak
Transportasi material, peralatan, konstruksi dan bahan urugan;
Mobilisasi alat-alat berat yang tidak mampu bergerak cepat;
Ceceran tanah di jalan umum yang terjadi selama ada pekerjaan
tanah : galian, timbunan, perataan dan pemadaman.
3. Tolok ukur dampak
Kerapatan kerusakan permukaan jalan dan amblesan badan jalan;
Kelancaran lalu lintas dan tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan
alternatif di sekitar tapak proyek;
Kecepatan perjalanan kendaraan dan frekuensi terjadinya hambatan
tiap hari akibat mobilisasi alat-alat berat proyek, transportasi
material dan peralatan lainnya.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
62
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Meniadakan atau setidaknya menekan sampai batas minimal
dampak yang dapat mengganggu kelancaran mobilitas masyarakat;
Dampak yang tidak mungkin untuk dihindarkan, diupayakan agar
pengaruhnya tidak meluas dan dapat dibatasi pada radius paling
sempit;
Mengurangi terjadinya kerusakan jalan yang dilalui oleh angkutan
material dan angkutan kendaraan berat.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Sesegera mungkin memperbaiki jalan umum yang rusak akibat
kegiatan transportasi material dan peralatan proyek. Pelaksanaan
kegiatan tersebut dilakukan dengan berkoordinasi bersama instansi
terkait;
Menyertakan petugas (Polantas) untuk mengawal pergerakan alat-
alat berat, transportasi material dan peralatan proyek yang
menggunakan trailer untuk menghindarkan terjadinya kemacetan
dan kecelakaan lalu lintas;
Kendaraan-kendaraan pengangkut (trailer) harus menyalakan lampu-
lampu tanda peringatan yang mudah terlihat oleh sesama pengguna
jalan umum;
Menutup bak truk pengangkut tanah urug dengan plastik terpal, baik
dalam keadaan isi maupun kosong untuk menghindarkan ceceran
tanah di jalan umum terutama pada musim hujan karena dapat
mengakibatkan permukaan jalan menjadi licin;
Melakukan pengaturan lalu lintas dan pengalihan lajur jalan,
terutama bagi angkutan umum yang melewati lokasi tapak proyek;
Melakukan koordinasi mengenai perubahan APILL dengan instansi
terkait.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di jalan arteri di sekitar tapak proyek,
terutama di pertemuan kawasan Gasibu. Sedangkan pengelolaan untuk
perbaikan jalan yang rusak akibat kegiatan proyek dilakukan di
sepanjang jalur pengangkutan material dan peralatan proyek.
Pengelolaan lingkungan dilakukan secara terus menerus selama
kegiatan pengangkutan bahan dan material berlangsung.
7. Instansi pengelolaan lingkungan
63
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek
- Kontraktor/Sub-Kontraktor Pelaksana
- Polres setempat
Pengawasan
- Dinas Bina Marga Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat
5.2.1.3Pekerjaan Konstruksi Jalan
a. Penanganan Dampak Genangan dan Aliran Air
1. Dampak penting yang dikelola
Limpasan air hujan dari daerah sekitar yang tidak dapat mengalir
sehingga terjadinya genangan di daerah perkebunan dan lokasi-lokasi
tertentu yang relatif datar dan menurun (lembah).
2. Sumber dampak
Pekerjaan konstruksi yang meliputi konstruksi beton jalan, jembatan,
drainase dan konstruksi penahan longsor.
3. Tolok ukur dampak
Air limpasan di daerah sekitar jembatan dapat mengalir dengan lancar.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Menjaga kelancaran aliran air dan luapan air sungai ke arah hilir
Mencegah terjadinya genangan permanen pada musim hujan .
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Agar diusahakan pekerjaan penimbunan dilakukan pada bulan-bulan
dengan curah hujan rendah (konsultasi dengan Badan Meteorologi
dan Geofisika)
Sebelum dilakukan penimbunan, agar disediakan saluran samping
(pada sisi luar sebelah utara) dan disediakan saluran yang melintas
rencana timbunan, pada daerah yang terendah.
64
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Selama berlangsungnya pekerjaan penimbunan, agar saluran-
saluran tersebut dipelihara.
Saluran-saluran tersebut tetap dipertahankan dan dibuat permanen,
sebagai bagian dari sistem drainase Jalan .
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial terkena
dampak, yaitu pada lokasi sekitar penimbunan untuk meninggikan
rencana badan Jalan.
Pengelolaan lingkungan dilakukan sejak mulai pelaksanaan
pekerjaan penimbunan sampai diselesaikannya pekerjaan saluran
dan gorong-gorong sesuai rencana, terutama pada musim hujan.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub Kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Konsultan Supervisi
- Dinas Pengairan Kota Bandung.
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Propinsi Jawa Barat
b. Penanganan Dampak Peningkatan Kebisingan, Penurunan
Kualitas Udara, dan Potensi Kebakaran
1. Dampak penting yang dikelola
Kebisingan, kualitas udara dan potensi kebakaran yang timbul dari
kegiatan konstruksi jalan yang meliputi konstruksi beton, jembatan,
drainase dan konstruksi penahan longsoran, dapat mengganggu
kenyamanan khususnya untuk lokasi kegiatan yang berdekatan dengan
lokasi kegiatan masyarakat.
2. Sumber dampak
Kegiatan konstruksi perkerasan beton;
Kegiatan pemancangan tiang pondasi jembatan;
Kegiatan konstruksi drainase;
Kegiatan konstruksi penahan longsor.
3. Tolok ukur dampak
65
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Seberapa jauh tingkat kebisingan dan kualitas udara di lokasi
permukiman penduduk melampaui Baku Mutu Lingkungan sesuai
dengan Kep. Men. LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41/1999.
Seberapa besar potensi kebakaran terjadi akibat penggunaan alat – alat
mekanik dan listrik termasuk genset dan bahan bakar.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara
sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang
diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No.
Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga
kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak
terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam
hari.
Mengatasi potensi kebakaran secara dini dengan menyediakan alat
pemadam kebakaran di lokasi – lokasi rawan kebakaran.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Untuk mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara
yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika
memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal
pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam
hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk.
Menempatkan alat pemadam kebakaran jenis APAR untuk mencegah
terjadinya kebakaran dini dan jenis APAP untuk mengatasi terjadinya
kebakaran di penyimpanan bahan bakar dan genset.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang lokasi proyek
khususnya daerah permukiman.
Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3x per minggu
pada musim kemarau.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Konsultan Supervisi
66
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
- Dinas Tata Kota Bandung
- Dinas Kebakaran Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat.
5.3 Pengelolaan Lingkungan pada Tahap Pasca Konstruksi
1.1.30 Pengelolaan Gangguan Mobilitas Penduduk
1. Dampak penting yang dikelola
Gangguan terhadap mobilitas horisontal penduduk dan kebiasaan
penduduk karena beroperasinya underpass Gasibu.
2. Sumber dampak
Beroperasinya underpass Gasibu dari jalur cepat menjadi barrier kebebasan
pejalan kaki dan pengguna kawasan Gasibu sekitarnya untuk menuju ke
tempat di seberang underpass Gasibu baik untuk kepentingan ekonomis
maupun Sosial-budaya. Peraturan-peraturan yang melingkupi
beroperasinya underpass Gasibu juga membatasi kebebasan masyarakat
dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaannya, diantaranya adalah
menyeberang jalan dan melalui jalan pintas untuk menuju suatu tempat.
3. Tolok ukur dampak
Frekuensi kecelakaan lalu lintas di sekitar underpass Gasibu akibat
penyeberangan pejalan kaki atau aktifitas lain oleh penduduk di Ruang
Milik underpass Gasibu.
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengupayakan agar mobilitas horisontal masyarakat di sekitar underpass
Gasibu dapat berlangsung dengan lancar dan selamat.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Memasang rambu-rambu lalu lintas penyeberangan sekitar lokasi
aktivitas penduduk;
Memasang rambu peringatan untuk para pengemudi di sekitar lokasi
kegiatan masyarakat. Secara periodik melakukan penyuluhan kepada
masyarakat di sekitar Jalan mengenai peraturan dan beraktifitas di
ruang milik jalan.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
67
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Lokasi pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang
dilakukan adalah :
- Pemasangan rambu-rambu peringatan dan
penyeberangan sekitar lokasi permukiman;
- Penyuluhan kepada penduduk dilakukan di semua
permukiman yang berdekatan dengan jalan.
Periode pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
- Pemasangan rambu peringatan dan penyebrangan
Jalan dilakukan sebelum jalan dioperasikan;
- Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan pada tahun
pertama dioperasikannya jalan.
7. Instansi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa proyek jalan
Pengawas
- Dinas Bina Marga Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung.
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
1.1.31 Penanganan Dampak Kebisingan dan Kualitas Udara
1. Dampak penting yang dikelola
Peningkatan bising dan penurunan kualitas udara dari lalu lintas kendaraan
yang mengganggu kenyamanan kegiatan masyarakat di sekitar underpass
Gasibu.
2. Sumber dampak
Volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan bermotor yang melintas di
underpass Gasibu.
3. Tolok Ukur dampak
Seberapa jauh tingkat kebisingan dan kualitas udara di lokasi permukiman
penduduk melampaui Baku Mutu Lingkungan sesuai dengan Kep. Men. LH
No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41/1999
68
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai
dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan
sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No.
41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar
tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat
khususnya pada malam hari.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Melakukan penataan landscape dengan tanaman sekitar ruas jalan yang
padat kegiatan. Dimana tanaman sekaligus berfungsi sebagai peredam
bising dan pereduksi polusi udara;
Mengatur kecepatan kendaraan untuk sedapat mungkin melintas pada
kecepatan optimum bising (40-50 km/jam);
Mengatur waktu masuk kendaraan berat.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang lokasi proyek khususnya
pada lokasi padat kegiatan;
Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 1 kali per bulan
pada musim kemarau.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
1.1.32 Perubahan Tata Guna Lahan
1. Dampak penting yang dikelola
Pada tahap operasional jalan, lahan di sekitar ruas underpass Gasibu akan
meningkat nilai ekonominya, sehingga akan terjadi perubahan penggunaan
lahan di sekitar ruas jalan, seperti munculnya pedagang di bawah jembatan
69
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
layang atau di sepanjang trotoar di sekitar jalan Surapati- Suci. Untuk itu
dampak penting yang perlu dikelola pada tahap operasional underpass
Gasibu adalah melakukan pengendalian terhadap perubahan fungsi lahan
sekitar jalan yang merupakan daerah publik dan formal.
2. Sumber dampak
Operasional underpass Gasibu.
3. Tolok ukur dampak
Perubahan Fungsi lahan di sekitar jalan
4. Tujuan pengelolaan lingkungan
Mencegah meluasnya perubahan fungsi lahan sekitar lokasi rencana jalan.
5. Upaya pengelolaan lingkungan
Melakukan kerjasama dengan Dinas Tramtib untuk melaksanakan
penertiban lokasi.
Mengintensifkan pengawasan bersama masyarakat sekitar underpass
dan Jalan Surapati-Suci.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemilik lahan sekitar lokasi
underpass Gasibu , tentang pentingnya menjaga ruang publik .
Pemerintah daerah dengan instansi terkait menyusun Kebijakan dan
aturan pemanfaatan lahan sekitar ruas underpass Gasibu.
6. Lokasi dan periode pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi underpass dan sepanjang
Jalan Surapati-Suci.
Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada tahap operasional dan
pemeliharaan, minimal 1 kali pada tahun pertama operasional jalan.
7. Institusi pengelolaan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek (Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
- Lembaga RT/RW di sekitar lokasi.
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan
Pemerintah Kota Bandung
70
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
BAB 6 UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
6.1 Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Pra Konstruksi
1.1.33 Keresahan Sosial Masyarakat
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi sosial masyarakat,
khususnya persepsi masyarakat di wilayah studi karena kegiatan survei,
pengukuran lapangan, dan pengadaan lahan yang dapat menimbulkan
dampak penting berupa timbulnya keresahan sosial masyarakat.
Indikatornya adalah adanya tanggapan dan reaksi masyarakat yang
negatif, serta adanya hambatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
- Memperoleh informasi lebih dini tentang situasi keresahan masyarakat
pada masa seteleh pengukuran lokasi proyek.
- Menekan sampai batas minimal terhadap potensi gangguan kamtibmas
yang bertitik tolak dari kegiatan proyek
- Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
c) Metoda dan cara pemantauan lingkungan
Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk terutama para
pemilik tanah yang terkena pembebasan lahan untuk lokasi proyek.
d) Pemantauan lingkungan
Pemantauan dilakukan satu kali per dua bulan sejak dilakukan pengukuran
sampai dengan pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
- Panitia Pembebasan Tanah Untuk Proyek
- Pemrakarsa
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
71
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
- Polwiltabes Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pemrakarsa selaku pengelolan kegiatan, berupa
biaya yang diperlukan untuk:
- Pengamatan atas perilaku masyarakat.
- Melakukan wawancara dengan penduduk.
- Pengamatan proses pembayaran ganti rugi/ kompensasi.
1.1.34 Berkurangnya Lahan Milik Penduduk Akibat Pembebasan Lahan
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah reaksi masyarakat terhadap
kegiatan pembebasan lahan. Indikatornya adalah reaksi
penerimaan/penolakan masyarakat yang lahannya berkurang akibat
pembebasan lahan.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
Mendeteksi tanggapan masyarakat yang kehilangan lahan.
Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
c) Metode dan cara pemantauan lingkungan
Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk yang
kehilangan lahan.
Mengamati taraf hidup/pendapatan penduduk yang kehilangan
lahan.
d) Lokasi dan periode pemantauan
lingkungan.
Pemantauan lingkungan dilakukan di area-area permukiman di
mana terjadi pembebasan tanah, terutama pada area permukiman yang
terlintasi proyek .
Pemantauan lingkungan dilakukan sejak penetapan lokasi proyek,
pendataan pemilik tanah sampai dengan enam bulan pertama setelah
penyerahan ganti rugi. Pemantauan lingkungan dilakukan satu kali per
dua bulan.
72
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
- Panitia Pembebasan Tanah Untuk proyek
- Pemrakarsa
- Aparat keamanan setempat (Polsek setempat)
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Kecamatan Sukajadi dan Cicendo
Penerima Laporan
- Dinas Propinsi Jawa Barat
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pertanahan Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan
untuk:
Mengamati perilaku penduduk yang kehilangan lahan, termasuk
pendapatan/taraf hidupnya.
Wawancara dengan penduduk yang terkena proyek.
6.2 Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi
1.1.35 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi kualitas udara
disekitar lokasi kegiatan yang menurun, karena kegiatan:
- pengangkutan material konstruksi.
- Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah,
- Pekerjaan struktur konstruksi perkerasan beton, jembatan, drainase,
dan bangunan penahan longsor serta median.
Indikatornya adalah baku mutu udara ambien dan kebisingan seperti
tingkat kebisingan dan tingkat pencemaran udara debu.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
- mendeteksi kondisi/perubahan kualitas udara disekitar lokasi
kegiatan
73
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
- mendeteksi tanggapan penduduk disekitar lokasi kegiatan
- masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan
c) Metode dan cara pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat
kualitas udara di lokasi kegiatan dan menganalisis di laboratorium dan
mengamati tanggapan penduduk yang berada di sekitar lokasi kegiatan
dengan melakukan wawancara.
d) Lokasi dan periode pemantauan
Pemantauan lingkungan dilakukan di
lokasi-lokasi permukiman yang berada di lokasi kegiatan
Pemantauan lingkungan dilakukan
setiap 3 bulan sekali selama kegiatan berlangsung
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan
- Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggungjawab pengelola kegiatan berupa biaya yang diperlukan
untuk mengukur tingkat kualitas udara dan wawancara dengan penduduk
di sekitar lokasi kegiatan.
1.1.36 Penyerapan Tenaga Kerja
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun
pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja
perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka
74
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
peluang terjadinya persaingan diantar mereka. Dari persaingan tersebut
kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan Underpass Gasibu ini
memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang diantaranya merupakan
23 orang tenaga kasar. Biasanya kelompok tenaga kerja yang sudah
mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana lebih
berpeluang untuk mendapatkan kesempatan tersebut.
Indikatornya adalah ada/tidaknya keresahan masyarakat sehubungan
dengan penyerapan tenaga proyek
b) Tujuan pemantauan lingkungan
Untuk mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja lokal oleh proyek
Pembangunan Underpass Gasibu.
Mengantisipasi munculnya persaingan antara tenaga kerja lokal
perorangan dengan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-
kontraktor yang potensial menimbulkan kecemburuan sosial.
c) Metode dan cara pemantauan lingkungan
Observasi lapangan disertai wawancara dengan penduduk disekitar
tapak kegiatan dan tenaga kerja proyek. Wawancara tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya persaingan tenaga kerja
dan kecemburuan sosial yang bersumber dari penyerapan tenaga kerja
oleh proyek.
Memeriksa catatan jumlah tenaga kerja dan proporsi tenaga kerja lokal
perorangan dan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-
kontraktor yang akan dialokasikan pada setiap jenis pekerjaan.
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di area permukiman sekitar tapak
kegiatan dan di lokasi kegiatan konstruksi.
Pemantauan lingkungan dilakukan sejak masa penerimaan tenaga kerja
konstruksi sampai dengan selesainya pekerjaan konstruksi. Pemantauan
tersebut dilaksanakan satu kali dalam satu bulan.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa proyek
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
75
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
- Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang
diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan melakukan wawancara.
1.1.37 Peningkatan Erosi dan pelumpuran
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang perlu dipantau adalah hanyutan tanah dari lokasi
kegiatan proyek, daerah pengurugan yang belum dilakukan pemadatan
dan gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong. Kegiatan-
kegiatan yang dapat menimbulkan erosi adalah:
Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah.
Pengangkutan material.
Pekerjaan struktur: perkerasan beton, jembatan, drainase dan dinding
penahan longsor.
Indikatornya adalah adanya pengendapan material pada outlet saluran-
saluran pembuangan, maupun sungai-sungai disekitarnya dan drainase.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
Mendeteksi dan mengamati pengendapan lumpur di saluran drainase.
Mengamati kerusakan badan jalan.
Memberikan masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
c) Metode dan cara pemantauan lingkungan
Melakukan survei dan pengamatan di lapangan tentang kondisi badan
jalan dan saluran drainase .
Mengamati metode pelaksanaan konstruksi khusunya didaerah yang
potensial seperti lokasi galian, timbunan dan pemadatan serta
pembuatan saluran drainase.
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial menimbulkan
dampak erosi seperti lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah dan
pembuatan saluran drainase jalan dan jembatan yang hampir sepanjang
rute proyek underpass Gasibu.
76
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan
selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa proyek
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima laporan
- Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang
diperlukan untuk pengamatan di lapangan dan pengukuran.
1.1.38 Perubahan Bentang Alam
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang perlu dipantau adalah perubahan bentuk dan profil
lingkungan karena adanya pekerjaan galian dan pembangunan jembatan
layang.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
Mencegah terjadinya gangguan estetika dan gangguan
komunikasi pada instansi penting.
c) Metode dan cara pemantauan lingkungan
Melakukan survai inventarisasi gedung dan penggunaan fasilitas
komunikasi pada lingkungan di sekitar lokasi.
Membuka dan mengefektifkan kotak pengaduan
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Lokasi Pemantauan adalah pada radius 50 m sekitar underpass.
Pemantauan lingkungan dilakukan 1 kali/bulan selama kegiatan
berjalan.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
77
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Pemrakarsa proyek
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang
diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran perubahan
fungsi lahan.
1.1.39 Penebangan Vegetasi
a) Faktor Lingkungan dan Sumber Dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi vegetasi di koridor
jalan Surapati-Suci yang disebabkan oleh penyiapan dan pembersihan
lahan untuk konstruksi underpass dan pelebaran jalan.
Indikatornya adalah hilangnya vegetasi yang meningkatkan suhu udara dan
tidak adanya pelindung dari sinar matahari di sepanjang koridor jalan
underpass.
b) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Mendeteksi keberadaan vegetasi di sepanjang koridor jalan Surapati-
Suci.
Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan
c) Metode dan Cara Pemantauan Lingkungan
Mengamati kondisi dan lokasi vegetasi yang ada di sepanjang lokasi
pekerjaan
Mengamati pelaksanaan penanaman kembali vegetasi yang
berlangsung
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang lokasi pekerjaan yang
terkena penebangan atau pemindahan vegetasi.
Pemantauan lingkungan dilakukan pada tahap penyiapan lahan untuk
konstruksi jalan layang dan pelebaran jalan. Pemantauan dilakukan mulai
78
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
saat penebangan dan pemindahan vegetasi hingga selesai dan
diperkirakan berlangsung selama 3 bulan.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa proyek
- Dinas Pertamanan Kota Bandung
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Pertamanan Kota Bandung
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan penebangan
dan pemindahan vegetasi di lokasi pekerjaan.
1.1.40 Gangguan Aliran Permukaan Dan Terjadinya Genangan Serta
Menurunnya Kualitas Air
a) Faktor Lingkungan dan Sumber Dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi aliran permukaan dan
saluran-saluran drainase, serta bentang alam yang ada disekitar lokasi
kegiatan yang rusak dan mengganggu aliran permukaan karena :
Penyiapan dan pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah
Pekerjaan struktur
Indikatornya adalah rusak atau tidak berfungsinya saluran drainase
disekitar lokasi kegiatan, sehingga terjadi genangan air dan kualitas air
sekitar lokasi.
b) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Mendeteksi kondisi saluran drainase yang dapat menimbulkan
genangan air
Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan
c) Metode dan Cara Pemantauan Lingkungan
Mengamati kondisi saluran drainase yang ada disekitar lokasi kegiatan
79
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Mengamati pola aliran permukaan termasuk adanya genangan air
disekitar lokasi kegiatan
Mengukur kualitas air
Mengamati metode pelaksanaan konstruksi yang berjalan
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial terjadi genangan
dan sekitar sungai yang dilalui rute rencana jalan, seperti lokasi galian,
timbunan serta pemadatan tanah dan pembuatan saluran drainase jalan
dan jembatan serta sungai kondisi buruk yang dilalui underpass Gasibu.
Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan
selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pemrakarsa proyek
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima laporan
- Pemerintah Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang
diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran kualitas air di
laboratorium.
1.1.41 Gangguan Terhadap Kegiatan Lalu Lintas
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah :
- Kondisi kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan
peralatan proyek
- Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena
ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan,
dan lain-lain).
Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak kerusakan prasarana jalan
adalah :
80
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
- Transportasi material, peralatan konstruksi dan bahan urugan.
- Mobilisasi dan alat-alat berat di jalan umum yang tidak mampu
bergerak cepat.
- Ceceran tanah di jalan-jalan umum yang terjadi selama ada kegiatan
pekerjaan tanah : galian, timbunan, angkutan, perataan, pemadatan.
Indikatornya adalah : kerusakan prasarana jalan, intensitas dan
frekuensi kecelakaan.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
Untuk memperoleh informasi lebih awal guna menyusun dan
menyempurnakan sistem pengelolaan lebih lanjut.
Hasil-hasil pemantauan digunakan sebagai dasar acuan untuk
mencegah atau memperkecil kerusakan dan kecelakaan lalu lintas di
sekitar dan sepanjang tapak proyek.
Untuk dijadikan dasar guna menyiapkan pola-pola pemantauan yang
lebih efektif setelah jalan beroperasi.
c) Metode pemantauan lingkungan
Melakukan observasi lapangan dan pengamatan kerusakan rute jalan
pengengkutan material.
Melakukan evaluasi tingkat kecelakaan.
d) Lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di jalur pengangkutan bahan/material
dari tempat quarry dan lokasi yang dipakai jalur pengangkutan material
atau kendaraan berat.
Pada dasarnya periode pemantauan lingkungan dilakukan selama ada
kegiatan proyek, minimal 1 kali per bulan.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
- Pemrakarsa Proyek, Konsultan Supervisi atau badan lain yang
ditunjuk
- Polres setempat
Pengawas
– Polres setempat
– Dinas Perhubungan yang berkaitan
Penerima Laporan
- Polda Jawa Barat
81
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat
- Dinas Bina Marga Pripinsi Jawa Barat
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan
untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran tingkat kecelakaan.
6.3 Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Pasca Konstruksi
1.1.42 Terganggunya Mobilitas Masyarakat Akibat Adanya Underpass Gasibu
a) Faktor lingkungan dan sumber dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi sosial
masyarakat pada permukiman yang terdapat disepanjang underpass
Gasibu yang terganggu interaksi sosial dan mobilitas horisontal
penduduk, karena keberadaan jalan yang memotong lokasi kegiatan;
Beroperasinya jalan menjadi barrier kebebasan penduduk
sekitarnya untuk menuju ke tempat di seberang jalan baik untuk
kepentingan ekonomis maupun budaya. Peraturan-peraturan yang
melingkupi beroperasinya jalan juga membatasi kebebasan masyarakat
dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaannya, diantaranya adalah
merumput dan menggembalakan ternak di tempat terbuka yang banyak
terdapat pakan ternak seperti di dalam Ruang Milik jalan,
membuat/melalui jalan pintas untuk menuju suatu tempat;
Indikatornya adalah frekuensi perlintasan oleh penduduk tingkat
kecelakaan yang terjadi sepanjang underpass Gasibu yang dialami oleh
masyarakat sekitar underpass Gasibu.
b) Tujuan pemantauan lingkungan
Mendeteksi apakah pendudk yang lokasinya terpotong oleh trase
jalan terganggu interaksi sosial dan mobilitasnya.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan.
Memberikan masukan untuk pengelolaan lingkungan lebih lanjut
guna menekan sampai batas minimal terjadinya kecelakaan di jalan
akibat aktifitas penduduk di ruang milik jalan dan sekitarnya.
c) Metode dan cara pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara:
82
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Mengamati kehidupan sosial masyarakat pada pusat kegiatan
yang terpotong underpass Gasibu.
Mengamati tanggapan masyarakat di lokasi tersebut tentang
keberadaan underpass Gasibu.
Mengamati dan mengevaluasi tingkat kecelakaan yang terjadi
sepanjang underpass Gasibu.
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi kegiatan yang
terpotong oleh underpass Gasibu;
Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian
Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan
tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian
jalan tersebut.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pengelola Jalan
Pengawas
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan
untuk pengamatan tentang pola kehidupan sosial masyarakat dan
tanggapan terhadap keberadaan underpass Gasibu.
1.1.43 Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
a) Faktor Lingkungan dan Sumber Dampak
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah kondisi udara di sekitar pusat
kegiatan di sepanjang underpass Gasibu, pengoperasian jalan ini yang akan
menjadi padat mengingat pada rencana penataan Kota Bandung ke depan.
Indikatornya adalah baku mutu lingkungan dari parameter kualitas udara
seperti Nox, SO2, O3, Pb, debu dan kebisingan.
b) Tujuan Pemantauan Lingkungan
83
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Mendeteksi kualitas udara dan kebisingan di lokasi pusat kegiatan yang
berada di sepanjang underpass Gasibu;
Masukan untuk penyempurnaan kegiatan pengelolaan lingkungan
c) Metode dan Cara Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara :
Mengukur tingkat kualitas udara (SO2, Nox, O3, CO, Pb, debu dan
kebisingan) disekitar lokasi permukiman di sepanjang jalan Kota
Bandung
Mengamati usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengendalikan
/memperkecil pencemaran udara dan kebisingan
Mengamati tanggapan penduduk yang berdiam di permukiman di
sepanjang underpass Gasibu
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi pusat kegiatan sekitar
underpass Gasibu dan sepanjang Jalan Surapati-Suci;
Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian underpass
Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut,
sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan
tersebut.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pengelola Jalan
Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
Penerima Laporan
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan
untuk pengukuran kualitas udara dan analisis dilaboratorium.
1.1.44 Perubahan Tata Guna Lahan Sekitar Rumija
a) Faktor Lingkungan dan Sumber dampak
84
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Faktor lingkungan yang akan dipantau adalah peruntukkan lahan di wilayah
studi yang tidak terkendali dan menyimpang dari RTRW yang telah
ditetapkan, karena keberadaan dan pengoperasian underpass Gasibu.
Indikatornya adalah terdapatnya bangunan-bangunan permukiman dan
jasa perdagangan disekitar damija dan jalan akses yang tidak sesuai
dengan peruntukannya.
b) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Mendeteksi timbulnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa
perdagangan disekitar damija dan jalan akses
Masukan untuk penyempurnaan kegiatan pengelolaan lingkungan.
c) Metode dan Cara pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara :
Pengamatan terhadap timbulnya permukiman dan kegiatan lain yang
dapat merubah peruntukan lahan
Mengkaji peruntukan lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang
yang ditetapkan
d) Lokasi dan periode pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang trase jalan dan daerah
milik jalan Kota Bandung Lestari.
Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian underpass
Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut,
sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan
tersebut.
e) Instansi pemantauan lingkungan
Pelaksana
Pengelola Jalan
Pengawas
- Dinas Bina Marga Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
Penerima Laporan
- Bapeda Kota Bandung
- Dinas Tramtib Kota Bandung
- Pemerintah Kota Bandung
f) Pembiayaan pemantauan lingkungan
85
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan
untuk melakukan pengamatan dan evaluasi pemanfaatan tata ruang
sekitar rumija.
86
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL (1998), Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak
Lingkungan, Seri I, Jakarta.
BAPEDAL (1998), Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak
Lingkungan, Seri VI, Jakarta.
Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan (2003), Manual
Manajemen Lingkungan Jalan Perkotaan, Standar dan Pedoman Jidil II,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
Maradjo, Marah (1985), Flora Indonesia “Tanaman Pelindung”, PT. Gita Karya,
Jakarta.
OEDC (1994), Environmental Impact Assessment of Roads, Road Transport
Research, Paris.
Tunggal, Arif Djohan (2001), Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan
Hidup, Harvarindo, Jakarta.
Pamekas (1991), M, Ir, Eng., Panduan Untuk Menyusun dan Menilai AMDAL
Proyek Bidang Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
vii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
LAMPIRAN
viii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Lampiran 1 Ringkasan Upaya Pengelolaan Lingkungan
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
Tahap Pra Konstruksi
Pengukuran dan Penetapan Lokasi Proyek
- Kemungkinan tanah penduduk terkena proyek telah menimbulkan keresahan masyarakat (pemilik tanah) karena dapat mengurangi luas lahan yang mereka miliki. Keresahan tersebut juga didorong oleh gambaran akan nilai ganti rugi atas tanah yang kemungkinan di bawah harga pasaran setempat untuk proyek.
- Keresahan masyarakat tersebut di atas diakibatkan oleh kegiatan pengukuran lahan untuk proyek.
Meniadakan atau menekan sampai batas minimal keresahan masyarakat akibat pengukuran lokasi proyek.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rencana proyek meliputi rencana pembebasan tanah dan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Melakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya spekulan tanah yang dapat merugikan para pemilik tanah.
Melakukan upaya-upaya persuasif (penyuluhan) agar warga tidak mudah terpancing oleh pihak luar yang ingin meraih keuntungan dengan motif-motif tertentu.
Pengelolaan lingkungan dilakukan di kawasan di mana dilakukan pengukuran rencana lokasi proyek, terutama pada area yang dilintasi proyek.
Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali per dua bulan kedua sejak pelaksanaan pengukuran.
-
Tanah Untuk Proyek
-
-Kota Bandung
-Lingkungan Hidup Kota Bandung
-
Bandung
Tahap Konstruksi
Pembersihan Lahan dan Pengoperasian Base-camp
Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan pembersihan lahan dan pengoperasian base-camp. Pembersihan lahan pada musim kemarau dapat menimbulkan gangguan debu di sekitar lokasi proyek dan
Mengurangi kadar pencemaran debu
Mengurangi intensitas kebisingan
Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala pada musim kemarau.
Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam istirahat terutama pada malam hari.
- Pengelolaan lingkungan dilakukan di area permukiman penduduk yang menjadi sumber debu serta di lokasi base-camp.
- Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan pada siang
Pelaksana-
Tanah untuk Proyek
- Pengawas
Pengawas Proyek Penerima Laporan
-Bandung
ix
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
peningkatan kebisingan, sedangkan pengoperasian base-camp lebih berperan pada peningkatan kebisingan.
Sumber dampak adalah pembersihan lahan dan kegiatan base camp
hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu.
-Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat.
Penyerapan Tenaga Kerja
Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka peluang terjadinya persaingan diantara mereka, dari persaingan tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan underpass Gasibu ini memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang dan sekitar 23 orang diantaranya merupakan tenaga kasar. Kelompok tenaga kerja yang sudah mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana berpeluang untuk mendapatkan kesempatan
Menghindarkan terjadinya persaingan tenaga kerja setempat dengan kelompok tenaga kerja proyek agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial
Memberikan prioritas kepada tenaga kerja lokal untuk terlibat pada proyek, terutama untuk tenaga kasar.
Menerapkan hubungan kerja sistem kontrak, kejelasan kinerja dan proses pemutusan kontrak
Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi kegiatan konstruksi
Pengelolaan lingkungan dilakukan satu kali pada saat menjelang pelaksanaan setiap jenis kegiatan konstruksi atau masa penerimaan tenaga kerja.
Pelaksana
-kontraktor pelaksana
Pengawas
-Bandung
-Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
-Kota Bandung
Penerima Laporan
-Kota Bandung
x
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
tersebut.
Pekerjaan Tanah
Penanganan Dampak Erosi dan Pelumpuran
Hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah pengurugan yang belum dilakukan pemadatan
Gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong
Yang disebabkan oleh : Pekerjaan tanah Pembuatan saluran
drainase
Mencegah timbulnya pengendapan lumpur di saluran drainase lokal
Mencegah terjadinya gangguan pada outlet saluran drainase lokal yang akan menghambat laju aliran permukaan pada musim hujan.
Melakukan pembersihan lumpur dari saluran drainase lokal.
Segera melakukan pemadatan pada daerah yang diurug.
Menutup bahan galian yang ditimbun dengan plastik atau bahan lain yang tidak tembus air, terutama dilakukan pada musim hujan.
Membuat sudut kemiringan tebing/lereng tidak terlalu curam (<25%)
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial menimbulkan dampak, yaitu : lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah, pembuatan saluran drainase jalan (open ditch, v-culvert dan box culvert), dan saluran-saluran drainase lokal yang berdekatan.
Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
Pelaksana-
(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas-
Lingkungan Hidup Kota Bandung
--
Kota Bandung Penerima Laporan-
Bandung
Penanganan Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
Gangguan terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan di sekitar daerah permukiman sehubungan dengan kegiatan pekerjaan tanah (galian, timbunan, pemadatan, area sub-grade). Kegiatan pekerjaan tanah pada musim kemarau dapat menimbulkan gangguan debu di sekitar lokasi proyek dan peningkatan kebisingan.
Sumber dampak adalah :Pekerjaan tanah yang meliputi pekerjaan galian, timbunan, pemadatan dan area sub-grade.
Mengurangi kadar pencemaran debu
Mengurangi intensitas kebisingan
Melakukan penutupan / pemagaran di sekeliling lokasi proyek
Melakukan penyiraman sumber debu secara berkala pada musim kemarau.
Jika memungkinkan menghindarkan jadwal kegiatan pada saat jam istirahat terutama pada malam hari.
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area permukiman penduduk yang menjadi sumber debu
Periode pengelolaan lingkungan untuk pencemaran debu dilakukan pada siang hari musim kemarau minimal 2 kali seminggu
Pelaksana- Kontraktor/Sub-
kontraktor- Pemrakarsa
Pengawas- Dinas Tata Kota
Bandung- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah Daerah
Kota Bandung- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
xi
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
Penanganan Perubahan Bentang Alam
Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan dan perubahan bentuk lansekap. Perubahan-perubahan ini dapat mempengaruhi nilai estetika dan memberikan gangguan pada sistem komunikasi radio serta gelombang televisi
Sumber dampak adalah :Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan dan pendirian underpass
Mencegah terganggunya sistem komunikasi vital yang dapat membahayakan aktivitas masyarakat di sekitar lokasi.
Melakukan kerjasama dengan instansi dan masyarakat untuk memperbaiki posisi antene penerima televisi maupun radio
- Pengelolaan lingkungan dilakukan pada areal dengan radius 50 m di sekitar lokasi
- Pengelolaan dilakukan sepanjang masa konstruksi dan sekurang – kurangnya selama 6 bulan setelah masa operasi jembatan layang
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
- Dinas Marga Kota Bandung
Penerima Laporan- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
- Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat
- Dinas Marga Propinsi Jawa Barat
Penanganan Perubahan Aliran Air
dan Kualitas Air
Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan dan area sub-grade, dapat mengakibatkan perubahan - perubahan aliran air dan kualitas air sekitar lokasi kegiatan, dimana lokasi kegiatan melalui sungai-sungai kecil. Dimana masyarakat sekitar lokasi menggunakan air tanah sebagai sumber air dalam kehidupannya. Disamping lokasi proyek merupakan daerah cacthment
Mencegah penurunan kualitas air dan mengendalikan perubahan aliran air pada musim hujan.
Melakukan pengendalian terhadap aliran air (khususnya pada musim hujan), dengan mempersiapkan drainase-drainase.
Mencegah pengendapan lumpur di sungai-sungai kecil.
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area sekitar proyek, yaitu lokasi sekitar permukiman dan sungai-sungai kecil yang dilalui (sungai Buruk).
Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada masa pelaksanaan proyek dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
xii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
area.
Sumber dampak adalah :Pekerjaan tanah yang meliputi galian, timbunan, pemadatan dan area sub-grade
- Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat
Transportasi Peralatan dan Material Proyek
Penanganan dampak peningkatan kebisingan dan kualitas udara
Kebisingan dan kualitas udara yang timbul dari kegiatan proyek dapat mengganggu kenyamanan bertempat tinggal khususnya untuk lokasi kegiatan yang berdekatan dengan lokasi permukiman.
Sumber dampak adalah : Kegiatan pengangkutan
bahan, material dan peralatan, dan kegiatan pemadatan, dapat meningkatkan kebisingan karena deru mesin kendaraan pengangkutan dan alat berat.
Kegiatan pemancangan tiang pondasi dengan hammer pile.
Kegiatan kompaksi urugan tanah, batuan dan konstruksi beton
Kegiatan pemancangan tiang pancang jembatan
Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari
Untuk mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk. Kendaraan harus dalam keadaan baik dan menutup material yang diangkut.
Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang rute pengangkutan dan area sekitar proyek, yaitu lokasi sekitar permukiman
Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3x per minggu pada musim kemarau.
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah Kota
Bandung
xiii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
Penanganan Gangguan terhadap kegiatan lalu lintas (kerusakan jalan)
Kerusakan jalan pada jalur transportasi material dan peralatan proyek.
Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan dan lain-lain).
Sumber dampak adalah : Transportasi material,
peralatan, konstruksi dan bahan urugan
Mobilisasi alat-alat berat yang tidak mampu bergerak cepat
Ceceran tanah di jalan umum yang terjadi selama ada pekerjaan tanah : galian, timbunan, perataan dan pemadaman.
Meniadakan atau setidaknya menekan sampai batas minimal dampak yang dapat mengganggu kelancaran mobilitas masyarakat, terutama penduduk yang berdomisili di sekitar tapak proyek.
Dampak yang tidak mungkin untuk dihindarkan, diupayakan agar pengaruhnya tidak meluas dan dapat dibatasi pada radius paling sempit.
Mengurangi terjadinya kerusakan jalan yang dilalui oleh angkutan material dan angkutan kendaraan berat
Sesegera mungkin memperbaiki jalan umum yang rusak akibat kegiatan transportasi material dan peralatan proyek. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan berkoordinasi bersama instansi terkait.
Menyertakan petugas (Polantas) untuk mengawal pergerakan alat-alat berat, transportasi material dan peralatan proyek yang menggunakan trailer untuk menghindarkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
Kendaraan-kendaraan pengangkut (trailer) harus menyalakan lampu-lampu tanda peringatan yang mudah terlihat oleh sesama pengguna jalan umum.
Menutup bak truk pengangkut tanah urug dengan plastik terpal, baik dalam keadaan isi maupun kosong untuk menghindarkan ceceran tanah di jalan umum terutama pada musim hujan karena dapat mengakibatkan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di jalan arteri di sekitar tapak proyek, terutama di pertemuan kawasan Gasibu. Sedangkan pengelolaan untuk perbaikan jalan yang rusak akibat kegiatan proyek dilakukan di sepanjang jalur pengangkutan material dan peralatan proyek.Pengelolaan lingkungan dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pengangkutan bahan dan material berlangsung
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek- Kontraktor/Sub-
Kontraktor Pelaksana
- Polres Setempat Pengawasan
- Dinas Bina Marga Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
Penerima laporan- Pemerintah Kota
Bandung- Direktorat Lalu
Lintas Polda Jawa Barat
xiv
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
permukaan jalan menjadi licin
Pekerjaan Konstruksi Jalan
Penanganan dampak genangan dan aliran air
Limpasan air hujan dari daerah sekitar yang tidak dapat mengalir sehingga terjadinya genangan di daerah perkebunan dan lokas – lokasi tertentu yang relatif datar dan menurun (lembah)
Sumber dampak adalah :Pekerjaan konstruksi yang meliputi konstruksi beton jalan, jembatan, drainase dan konstruksi penahan longsor
Menjaga kelancaran aliran air dan luapan air sungai ke arah hilir
Mencegah terjadinya genangan permanen pada musim hujan
Agar diusahakan pekerjaan penimbunan dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan rendah (konsultasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika)
Sebelum dilakukan penimbunan, agar disediakan saluran samping (pada sisi luar sebelah utara) dan disediakan saluran yang melintas rencana timbunan, pada daerah yang terendah.
Selama berlangsungnya pekerjaan penimbunan, agar saluran-saluran tersebut dipelihara.
Saluran-saluran tersebut tetap dipertahankan dan dibuat permanen, sebagai bagian dari sistem drainase jalan
Pengelolaan lingkungan dilakukan di area yang potensial terkena dampak, yaitu pada lokasi sekitar penimbunan untuk meninggikan rencana badan Jalan.
Pengelolaan lingkungan dilakukan sejak mulai pelaksanaan pekerjaan penimbunan sampai diselesaikannya pekerjaan saluran dan gorong-gorong sesuai rencana, terutama pada musim hujan
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
(Kontraktor/Sub Kontraktor terkait)
Pengawas- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Konsultan Supervisi- Dinas Pengairan
Kota Bandung. Penerimaan
laporan- Pemerintah Kota
Bandung- Dinas Pengairan
Propinsi Jawa Barat
Penanganan dampak
Kebisingan dan kualitas udara yang timbul dari kegiatan
Mengurangi intensitas bising dan
Untuk mengurangi intensitas bising dan
Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
xv
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara
konstruksi jalan yang meliputi konstruksi beton, jembatan, drainase dan konstruksi penahan longsoran, dapat mengganggu kenyamanan bertempat tinggal khususnya untuk lokasi kegiatan yang berdekatan dengan lokasi permukiman.
Sumber dampak adalah : Kegiatan konstruksi
perkerasan beton Kegiatan pemancangan
tiang pondasi jembatan. Kegiatan konstruksi
drainase Kegiatan konstruksi
penahan longsor.
meningkatkan kualitas udara sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari
meningkatkan kualitas udara yang mengganggu kenyamanan bertempat tinggal penduduk, jika memungkinkan dilakukan dengan cara menghindarkan jadwal pelaksanaan kegiatan pada jam-jam istirahat, terutama pada malam hari bila lokasi kegiatan berdekatan dengan permukiman penduduk.
lokasi proyek khususnya daerah pusat kegiatan masyarakat.
Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 3x per minggu pada musim kemarau.
(Kontraktor/Sub-kontraktor terkait)
Pengawas- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah Kota
Bandung- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
Tahap Pasca Konstruksi
Pengelolaan gangguan mobilitas penduduk
Gangguan terhadap mobilitas horisontal penduduk dan kebiasaaan penduduk karena beroperasinya Underpass Gasibu
Sumber dampak adalah beroperasinya Underpass Gasibu menjadi barrier kebebasan penduduk sekitarnya untuk menuju ke tempat di seberang underpass baik untuk kepentingan ekonomis maupun sosial – budaya. Peraturan – peraturan yang melingkupi beroperasinya underpass Gasibu juga membatasi kebebasan
Mengupayakan agar mobilitas horisontal penduduk di sekitar underpass Gasibu dapat berlangsung dengan lancar
Memasang rambu – rambu lalu lintas penyeberangan sekitar lokasi aktivitas penduduk
Memasang rambu peringatan untuk para pengemudi di sekitar lokasi permukiman. Secara periodik melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar jalan mengenai peraturan dan beraktivitas di daerah milik jalan
Lokasi pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan adalah - Pemasangan rambu-
rambu peringah dan penyeberangan sekitar lokasi permukiman
- Penyuluhan kepada penduduk dilakukan di semua permukiman yang berdekatan dengan jalan
Periode pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
Pengawas- Dinas Bina Marga
Kota Bandung- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah Kota
Bandung
xvi
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
masyarakat dalam menjalankan kebiasaannya – kebiasaannya, diantaranya adalah menyeberang jalan dan melalui jalan pintas untuk menuju suatu tempat
- Pemasangan rambu peringatan dan penyeberangan jalan dilakukan satu kali sebelum jalan dioperasikan
- Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan pada tahun pertama dioperasikannya jalan
Penanganan Dampak Kebisingan dan Kualitas udara
Peningkatan bising dan penurunan kualitas udara dari lalu lintas kendaraan yang mengganggu kenyamanan permukiman penduduk di sekitar Underpass Gasibu.
Sumber dampak adalah volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan bermotor yang melintas di Underpass Gasibu.
Mengurangi intensitas bising dan meningkatkan kualitas udara sampai dengan maksimal sama dengan Nilai Ambang Batas yang diperkenankan sesuai dengan Keputusan Menteri LH No. Kep-48/MENLH/11/96 dan PP No. 41 tahun 1999, sehingga kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitar tapak kegiatan tidak terganggu, terutama pada jam-jam istirahat khususnya pada malam hari.
Melakukan penataan landscape dengan tanaman sekitar ruas jalan yang padat pemukiman. Dimana tanaman sekaligus berfungsi sebagai peredam bising dan pereduksi polusi udara.
Mengatur kecepatan kendaraan untuk sedapat mungkin melintas pada kecepatan optimum bising (40-50 km/jam)
Mengatur waktu masuk kendaraan berat
Pengelolaan lingkungan dilakukan sepanjang lokasi proyek khususnya pada lokasi permukiman
Periode pengelolaan secara terus-menerus minimal 1xper bulan pada musim kemarau.
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek
Pengawas- Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah Kota
Bandung
Perubahan Tata Guna Lahan
Pada tahap operasional jalan, lahan di sekitar ruas underpass Gasibu akan meningkat nilai ekonominya, sehingga akan terjadi perubahan penggunaan lahan di sekitar ruas jalan,
Mencegah meluasnya perubahan fungsi lahan sekitar lokasi rencana jalan
Melakukan kerjasama dengan Dinas Tramtib untuk melaksanakan penertiban lokasi.
Mengintensifkan pengawasan bersama
Pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi underpass Gasibu dan sepanjang Jl. Surapati.
Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada
Pelaksana- Pemrakarsa Proyek- Lembaga RT/RW di
sekitar lokasi Pengawas
- Badan Pengelola
xvii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Dampak Penting yang
dikelola dan sumber
dampak
Tujuan pengelolaan
lingkungan Upaya pengelolaan
lingkungan
Lokasi dan periode
pengelolaan lingkungan
Instansi pengelolaan
lingkungan
seperti munculnya pedagang di bawah jembatan layang atau di sepanjang trotoar di sekitar jalan Surapati-SUci. Untuk itu dampak penting yang perlu dikelola pada tahap operasional Underpass Gasibu adalah melakukan pengendalian terhadap perubahan fungsi lahan sekitar jalan yang merupakan daerah publik dan formal.
Sumber dampak adalah operasional Underpass Gasibu
masyarakat sekitar Underpass dan Jalan Surapati-suci
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemilik lahan sekitar lokasi Underpass Gasibu , tentang pentingnya menjaga ruang publik .
Pemerintah daerah dengan instansi terkait menyusun Kebijakan dan aturan pemanfaatan lahan sekitar ruas Underpass Gasibu.
tahap operasional dan pemeliharaan, minimal 1 kali pada tahun pertama operasional jalan.
Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah Kota
Bandung
xviii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
Lampiran 2 Ringkasan Upaya Pemantauan Lingkungan
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
Tahap Pra Konstruksi
Keresahan sosial masyarakat.
Kondisi sosial masyarakat, khususnya persepsi masyarakat di wilayah studi karena kegiatan survei, pengukuran lapangan, dan pengadaan lahan yang dapat menimbulkan dampak penting berupa timbulnya keresahan sosial masyarakat. Indikatornya adalah adanya tanggapan dan reaksi masyarakt yang negatif, serta adanya hambatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
- Memperoleh informasi lebih dini tentang situasi keresahan masyarakat pada masa seteleh pengukuran lokasi proyek.
- Menekan sampai batas minimal terhadap potensi gangguan kamtibmas yang bertitik tolak dari kegiatan proyek
- Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk terutama para pemilik tanah yang terkena pembebasan lahan untuk lokasi proyek.
Pemantauan dilakukan satu kali per dua bulan sejak dilakukan pengukuran sampai dengan pelaksanaan konstruksi di lokasi proyek.
b. Pelaksana
- Panitia Pembebasan Tanah Untuk Proyek
- Pemrakarsa Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Polwiltabes Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah
Kota Bandung
Menjadi tanggung jawab pemrakarsa selaku pengelolan kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk:- Pengamatan
atas perilaku masyarakat.
- Melakukan wawancara dengan penduduk.
- Pengamatan proses pembayaran ganti rugi/ kompensasi.
Berkurangnya lahannya milik penduduk akibat pembebasan lahan.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya mata pencaharian dan pendapatan masyarakat di wilayah studi, karena kegiatan pengadaan lahan yang menyebabkan hilangnya sumber mata pencaharian penduduk.
Mendeteksi tanggapan masyarakat yang kehilangan sumber mata pencahariannya.
Mendeteksi pendapatan penduduk yang kehilangan sumber mata pencaharian.
Observasi lapangan dan wawancara dengan penduduk yang kehilangan sumber mata pencaharian.
Mengamati taraf hidup/pendapatan penduduk yang kehilangan mata pencaharian.
Pemantauan lingkungan dilakukan di area-area permukiman di mana terjadi pembebasan tanah, terutama pada area permukiman yang terlintasi proyek
Pemantauan lingkungan dilakukan sejak penetapan
Pelaksana- Panitia
Pembebasan Tanah Untuk proyek
- Pemrakarsa- Aparat
keamanan setempat (Polsek setempat)
Pengawas- Badan
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk: mengamati
perilaku penduduk yang
xix
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
Indikatornya adalah menurunnya taraf hidup dan pendapatan penduduk yang terkena pembebasan lahan.
Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
lokasi proyek, pendataan pemilik tanah sampai dengan enam bulan pertama setelah penyerahan ganti rugi. Pemantauan lingkungan dilakukan satu kali per dua bulan.
Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Kecamatan Sukajadi
Penerima Laporan- Dinas
Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pertanahan Kota Bandung
kehilangan mata pencahariannya, termasuk pendapatan/taraf hidupnya.
Wawancara dengan penduduk yang terkena proyek.
Tahap Konstruksi
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.
Kondisi kualitas udara disekitar lokasi kegiatan yang menurun, karena kegiatan:a. pengangkutan
material konstruksi.b. Penyiapan dan
pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah,
c. Pekerjaan struktur konstruksi perkerasan beton, jembatan, drainase, dan bangunan penahan longsor serta median.
Indikatornya adalah baku mutu udara ambien dan kebisingan seperti tingkat kebisingan dan tingkat
a. mendeteksi kondisi/perubahan kualitas udara disekitar lokasi kegiatan
b. mendeteksi tanggapan penduduk disekitar lokasi kegiatan
c. masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan cara mengukur tingkat kualitas udara di lokasi kegiatan dan menganalisis di laboratorium dan mengamati tanggapan penduduk yang berada di sekitar lokasi kegiatan dengan melakukan wawancara
a. Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi-lokasi permukiman yang berada di lokasi kegiatan yaitu di wilayah Cibeunying.
b. Pemantauan lingkungan dilakukan setiap 3 bulan sekali selama kegiatan berlangsung
Pelaksana- Pemrakarsa
Pengawas- Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima Laporan- Dinas
Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
Menjadi tanggungjawab pengelola kegiatan berupa biaya yang diperlukan untuk mengukur tingkat kualitas udara dan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi kegiatan
xx
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
pencemaran udara debu.
Kecemburuan sosial masyarakat (penyerapan tenaga kerja).
Kegiatan konstruksi dapat menyerap tenaga kerja lokal maupun pendatang, berupa kelompok tenaga kerja maupun tenaga kerja perorangan. Tersedianya peluang kerja tersebut sekaligus membuka peluang terjadinya persaingan diantar mereka. Dari persaingan tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan Underpass Gasibu ini memberikan kesempatan kerja sebanyak 36 orang diantaranya merupakan 23 orang tenaga kasar. Biasanya kelompok tenaga kerja yang sudah mempunyai hubungan kemitraan dengan sub-kontraktor pelaksana lebih berpeluang untuk mendapatkan kesempatan tersebut.
Indikatornya adalah ada/tidaknya keresahan
- Untuk mengetahui tingkat penyerapan tenaga kerja lokal oleh proyek Pembangunan Jalan Kota Bandung
- Mengantisipasi munculnya persaingan antara tenaga kerja lokal perorangan dengan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-kontraktor yang potensial menimbulkan kecemburuan sosial.
- Observasi lapangan disertai wawancara dengan penduduk disekitar tapak kegiatan dan tenaga kerja proyek. Wawancara tersebut dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya persaingan tenaga kerja dan kecemburuan sosial yang bersumber dari penyerapan tenaga kerja oleh proyek.
- Memeriksa catatan jumlah tenaga kerja dan proporsi tenaga kerja lokal perorangan dan tenaga kerja dari kelompok tenaga kerja mitra sub-kontraktor yang akan dialokasikan pada setiap jenis pekerjaan
Pemantauan lingkungan dilakukan di area permukiman sekitar tapak kegiatan dan di lokasi kegiatan konstruksi.
Pemantauan lingkungan dilakukan sejak masa penerimaan tenaga kerja konstruksi sampai dengan selesainya pekerjaan konstruksi. Pemantauan tersebut dilaksanakan satu kali dalam satu bulan.
Pelaksana- Pemrakarsa
proyek Pengawas- Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung
Penerima laporan- Pemerintah
Kota Bandung
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan melakukan wawancara.
xxi
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
masyarakat sehubungan dengan penyerapan tenaga proyek
Peningkatan Erosi dan pelumpuran
Hanyutan tanah dari lokasi kegiatan proyek, daerah pengurugan yang belum dilakukan pemadatan dan gangguan fungsi saluran drainase lokal dan gorong-gorong. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan erosi adalah:a. Penyiapan dan
pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah.
b. Pengangkutan material.
c. Pekerjaan struktur: perkerasan beton, jembatan, drainase dan dinding penahan longsor.
Indikatornya adalah adanya pengendapan material pada outlet saluran-saluran pembuangan, maupun sungai-sungai disekitarnya dan drainase.
- Mendeteksi dan mengamati pengendapan lumpur di saluran drainase.
- Mengamati kerusakan badan jalan.
- Memberikan masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
- Melakukan survei dan pengamatan di lapangan tentang kondisi badan jalan dan saluran drainase
- Mengamati metode pelaksanaan konstruksi khusunya di daerah yang potensial seperti lokasi galian, timbunan dan pemadatan serta pembuatan saluran drainase.
Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial menimbulkan dampak erosi seperti lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah dan pembuatan saluran drainase jalan dan jembatan yang hampir sepanjang rute proyek Underpass Gasibu .Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
Pelaksana- Pemrakarsa
proyek Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima laporan- Dinas
Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran.
Perubahan bentang alam.
Perubahan bentuk dan profil lingkungan karena adanya pekerjaan galian dan pembangunan
- Mencegah terjadinya gangguan estetika dan gangguan
- Melakukan survai inventarisasi gedung dan penggunaan
- Lokasi pemantauan adalah pada radius 50 m sekitar jembatan layang
Pelaksana- Pemrakarsa
proyek Pengawas
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan,
xxii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
jembatan layang. komunikasi pada instansi penting
fasilitas komunikasi pada lingkungan di sekitar lokasi
- Membuka dan mengefektifkan kotak pengaduan
- Pemantauan lingkungan dilakukan 1 kali/bulan selama kegiatan berjalan
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung
- Dinas Perhubungan Kota Bandung
Penerima laporan- Pemerintah
Kota Bandung- Dinas
Perhubungan Propinsi Jawa Barat
berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran perubahan fungsi lahan.
Gangguan aliran permukaan dan terjadinya genangan serta menurunnya kualitas air.
Kondisi aliran permukaan dan saluran-saluran drainase, serta bentang alam yang ada disekitar lokasi kegiatan yang rusak dan mengganggu aliran permukaan karena :a. Penyiapan dan
pembersihan lahan, serta pekerjaan tanah
b. Pekerjaan struktur
Indikatornya adalah rusak atau tidak berfungsinya saluran drainase disekitar lokasi kegiatan, sehingga terjadi genangan air dan kualitas air sekitar lokasi.
- Mendeteksi kondisi saluran drainase yang dapat menimbulkan genangan air
- Masukan untuk penyempurnaan pengelolaan lingkungan
- Mengamati kondisi saluran drainase yang ada disekitar lokasi kegiatan
- Mengamati pola aliran permukaan termasuk adanya genangan air disekitar lokasi kegiatan
- Mengukur kualitas air
- Mengamati metode pelaksanaan konstruksi yang berjalan
Pemantauan lingkungan dilakukan di area yang potensial terjadi genangan dan sekitar sungai yang dilalui rute rencana jalan, seperti lokasi galian, timbunan serta pemadatan tanah dan pembuatan saluran drainase jalan dan jembatan serta sungai Buruk yang dilalui Underpass Gasibu .
Pemantauan lingkungan dilakukan terutama pada masa sebelum dan selama musim hujan dengan frekuensi pengelolaan 1 kali/bulan.
Pelaksana- Pemrakarsa
proyek Pengawas
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tata Kota Bandung
Penerima laporan- Pemerintah
Kota Bandung
Menjadi tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan di lapangan dan pengukuran kualitas air di laboratorium.
Gangguan Faktor lingkungan yang - Untuk - Melakukan Pemantauan lingkungan Pelaksana Menjadi
xxiii
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
terhadap kegiatan lalu lintas (kerusakan prasarana jalan).
akan dipantau adalah :a. Kondisi kerusakan
jalan pada jalur transportasi material dan peralatan proyek
b. Kecelakaan lalu lintas pada musim hujan akibat jalan licin karena ceceran tanah (slip ban, kendaraan terperosok keluar badan jalan, dan lain-lain).
Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak kerusakan prasarana jalan adalah :a. Transportasi
material, peralatan konstruksi dan bahan urugan.
b. Mobilisasi dan alat-alat berat di jalan umum yang tidak mampu bergerak cepat.
c. Ceceran tanah di jalan-jalan umum yang terjadi selama ada kegiatan pekerjaan tanah : galian, timbunan, angkutan, perataan, pemadatan.
Indikatornya adalah : kerusakan prasarana
memperoleh informasi lebih awal guna menyusun dan menyempurnakan sistem pengelolaan lebih lanjut.
- Hasil-hasil pemantauan digunakan sebagai dasar acuan untuk mencegah atau memperkecil kerusakan dan kecelakaan lalu lintas di sekitar dan sepanjang tapak proyek.
- Untuk dijadikan dasar guna menyiapkan pola-pola pemantauan yang lebih efektif setelah jalan beroperasi.
observasi lapangan dan pengamatan kerusakan rute jalan pengengkutan material.
- Melakukan evaluasi tingkat kecelakaan.
dilakukan di jalur pengangkutan bahan / material dari tempat quarry dan lokasi yang dipakai jalur pengngkutan material atau kendaraan berat, seperti material yang didatangkan dari palu melalui pelabuhan Kota Bandung.
Pada dasarnya periode pemantauan lingkungan dilakukan selama ada kegiatan proyek, minimal 1 kali per bulan.
- Pemrakarsa Proyek, Konsultan Supervisi atau badan lain yang ditunjuk
- Polres Setempat
Pengawas- Polres
Setempat - Dinas
Perhubungan yang berkaitan
Penerima Laporan- Polda Jawa
Barat- Dinas
Perhubungan Propinsi Jawa Barat
- Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Barat
tanggung jawab pengelola kegiatan, berupa kegiatan yang diperlukan untuk pengamatan dilapangan dan pengukuran tingkat kecelakaan.
xxiv
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
jalan, intensitas dan frekuensi kecelakaan.
Tahap Pasca Konstrusi
Terganggunya mobilitas penduduk di desa / permukiman yang terpotong trase Underpass Gasibu .
Kondisi sosial masyarakat pada permukiman yang terdapat disepanjang Underpass Gasibu terganggu interaksi sosial dan mobilitas horisontal penduduk, karena keberadaan jalan yang memotong lokasi permukiman.Beroperasinya jalan menjadi barrier kebebasan penduduk untuk menuju ke tempat di seberang jalan.
Indikatornya adalah frekuensi perlintasan oleh penduduk tingkat kecelakaan yang terjadi sepanjang Underpass Gasibu yang dialami oleh masyarakat sekitar Underpass Gasibu .
- Mendeteksi apakah penduduk yang lokasinya terpotong oleh trase jalan terganggu interaksi sosial dan mobilitasnya.
- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan.
- Memberikan masukan untuk pengelolaan lingkungan lebih lanjut guna menekan sampai batas minimal terjadinya kecelakaan di jalan akibat aktifitas penduduk di daerah milik jalan dan sekitarnya.
- Mengamati kehidupan sosial masyarakat pada permukiman yang terpotong trase Underpass Gasibu .
- Mengamati tanggapan penduduk di lokasi tersebut tentang keberadaan Underpass Gasibu .
- Mengamati dan mengevaluasi tingkat kecelakaan yang terjadi sepanjang Underpass Gasibu .
- Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi permukiman yang terpotong oleh trase Underpass Gasibu .
- Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan tersebut.
Pelaksana- Pengelola Jalan
Pengawas- Dinas
Perhubungan Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
Penerima Laporan- Pemerintah
Kota Bandung
Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk pengamatan tentang pola kehidupan sosial masyarakat dan tanggapan terhadap keberadaan Underpass Gasibu .
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
Kondisi udara di sekitar permukian di sepanjang trase underpass Gasibu , pengoperasian jalan ini yang akan menjadi padat mengingat pada rencana penataan Kota Bandung ke depan.
- Mendeteksi kualitas udara dan kebisingan di lokasi permukiman yang berada disepanjang Underpass Gasibu
- Masukan untuk penyempurnaan
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara :- Mengukur
tingkat kualitas udara (SO2, Nox, O3, CO, Pb, debu
- Pemantauan lingkungan dilakukan di lokasi permukiman sekitar trase Underpass Gasibu , yaitu sekitar desa Sekambing dan desa Segendis atau sekitar Sta. 0+200 , Sta
Pelaksana- Pengelola Jalan
Pengawas- Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
Penerima Laporan
Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk pengukuran
xxv
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
Indikatornya adalah baku mutu lingkungan dari parameter kualitas udara seperti Nox, SO2, O3, Pb, debu dan kebisingan.
kegiatan pengelolaan lingkungan
dan kebisingan) disekitar lokasi permukiman disepanjang jalan Kota Bandung – Lestari
- Mengamati usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengendalikan/memperkecil pencemaran udara dan kebisingan
- Mengamati tanggapan penduduk yang berdiam di permukiman di sepanjang trase Underpass Gasibu
10+500 dan Sta 15+000.
- Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama pengoperasian jalan tersebut.
- Pemerintah Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Barat
kualitas udara dan analisis di laboratorium.
Perubahan tata guna lahan sekitar damija.
Peruntukkan lahan di wilayah studi yang tidak terkendali dan menyimpang dari RTRW yang telah ditetapkan, karena keberadaan dan pengoperasian Underpass Gasibu .
Indikatornya adalah terdapatnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa perdagangan disekitar damija dan jalan akses yang tidak
- Mendeteksi timbulnya bangunan-bangunan permukiman dan jasa perdagangan disekitar damija dan jalan akses
- Masukan untuk penyempurnaan kegiatan pengelolaan lingkungan.
Pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan memakai cara : - Pengamatan
terhadap timbulnya permukiman dan kegiatan lain yang dapat merubah peruntukan lahan
- Mengkaji peruntukan lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang yang
- Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang trase jalan dan daerah milik jalan Kota Bandung Lestari.
- Pemantauan lingkungan dilakukan pada awal pengoperasian Underpass Gasibu dan terus berlangsung selama pengoperasian jalan tersebut, sekitar 6 bulan sekali selama 5 tahun pertama
Pelaksana- Pengelola Jalan
Pengawas- Dinas Bina
Marga Kota Bandung
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung
- Dinas Tramtib Kota Bandung
Penerima Laporan- Dinas
Penataan Ruang
Menjadi tanggung jawab Pengelola kegiatan, berupa biaya yang diperlukan untuk melakukan pengamatan dan evaluasi pemanfaatan tata ruang sekitar Damija.
xxvi
Laporan UKL/UPL Pembangunan Underpass Gasibu
TAHAPAN
INDIKATOR
Faktor lingkungan
dan sumber dampak
Tujuan pemantauan
lingkunganMetoda dan cara
pemantauan
lingkungan
Lokasi dan periode
pemantauan
lingkungan
Instansi pemantauan
lingkungan
Pembiayaan
pemantauan
lingkunga
sesuai dengan peruntukannya.
ditetapkan- Mengamati
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam mengendalikan peruntukan lahan di sekitar damiija.
pengoperasian jalan tersebut.
dan Permukiman Kota Bandung
- Pemerintah Kota Bandung
xxvii
top related