uji kebisingan
Post on 12-Dec-2015
134 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau
kompresi mekanikal (gelombang longitudinal) dan merambat melalui medium.
Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, maupun gas. Bunyi
merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi secara teoritis suara murni dapat
dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz)
dan amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam decibel (dB).
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20
Hz sampai 20 kHz (Sahrul, 1997).
Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan menyebutkan bahwa
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi,
yaitu frekuensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran
yang sampai di telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besarnya
arus energi yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaan frekuensi dan intensitas
bunyi menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik
yang berbeda (Mulia, 2005).
Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan dampak bagi
kehidupan manusia di dunia, termasuk juga di Indonesia. Seiring perkembangan
tersebut, salah satu sektor kemajuan yang sangat pesat di Indonesia adalah sarana
transportasi. Sarana transportasi memberikan kemudahan kepada manusia dalam
menjalankan aktivitasnya, sehingga hampir setiap orang di Indonesia memiliki
kendaraan pribadi, baik mobil atau motor. Hal tersebut dapat memberikan dampak
yang negatif jika tidak diimbangi dengan adanya upaya pengendalian, karena
semakin meningkatnya jumlah kendaraan di Indonesia, menyebabkan kebisingan
jalan raya semakin meningkat yang berakibat terganggunya kenyamanan dan
kesehatan manusia. Pengukuran tingkat kebisingan jalan raya di tempat-tempat
2
umum seperti tempat pendidikan, tempat ibadah, layanan kesehatan publik, dan
pusat perdagangan jasa sangat diperlukan agar tingkat kebisingan jalan raya pada
tempat tersebut dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu kesehatan dan
kenyamanan masyarakat.
Masalah kebisingan akibat lalu lintas yang padat di daerah perkotaan bukan
merupakan masalah baru, sehingga sulit untuk mendapatkan lokasi yang tenang
agar segala aktivitas dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996, tempat pendidikan,
tempat ibadah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan memiliki ambang batas
tingkat kebisingan tertentu. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan
pengukuran tingkat kebisingan jalan raya guna mengetahui apakah tingkat
kebisingan yang terjadi masih dapat ditolerir atau sudah melampaui ambang batas.
Nilai kebisingan yang sudah melampaui ambang batas, perlu dilakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari kebisingan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan nilai Traffic Noise Index (TNI) di jalan raya depan
SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-
mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief
Rahman Hakim No.155 Surabaya?
2. Apa faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom
Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas
Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim
No.155 Surabaya?
3. Bagaimana upaya mengatasi tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom
Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas
Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim
No.155 Surabaya?
3
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Mengetahui perbandingan nilai Traffic Noise Index (TNI) di jalan raya depan
SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-
mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief
Rahman Hakim No.155 Surabaya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nilai kebisingan di jalan raya
depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan
Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi
(FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan
Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya.
3. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tingkat kebisingan di
jalan raya depan SMPN 45 Surabaya, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah
dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo, Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi
(FKG) Universitas Airlangga, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan
Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya.
4
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga dan
kompresi mekanikal, atau gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, dan gas.
Secara teoritis, bunyi dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi
yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude dalam desibel (dB). Batas frekuensi
bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia sekitar 20 Hz sampai 20 kHz
pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responnya (Sahrul,
1997).
Terdapat dua hal yang menentukan kualitas bunyi, yaitu:
1. Frekuensi Bunyi
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut Hz, yaitu
jumlah dari frekuensi bunyi yang sampai ditelinga manusia setiap detiknya.
Telinga manusia mampu mendengar frekuensi 16 – 20.000 Hz, sedangkan
sensitivitas terhadap frekuensi-frekuensi tersebut berbeda-beda (Suma’mur,
1996).
2. Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah arus energi persatuan luas yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB), dengan membandingkannya terhadap kekuatan dasar 0,0002
dyne/cm2, yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat
didengar oleh telinga normal (Suma’mur, 1988).
2.2 Kebisingan
2.2.1 Pengertian Kebisigan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB). Menurut Suma’mur (1996), bunyi bisa menjadi kebisingan
ketika bunyi tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti
gangguan percakapan, gangguan tidur, dan lain-lain. Menurut keputusan Menteri
6
Negara Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan
dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada bunyi
di lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekuensi
dan intensitas. Pada hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran yang sampai di
telinga setiap detiknya, sedangkan intensitas merupakan besarnya arus energi
yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaan frekuensi dan intensitas bunyi
menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang
berbeda (Mulia, 2005).
Kebisingan lalu lintas menjadi sumber dominan dari kebisingan lingkungan
di perkotaan. Banyak orang yang terpengaruh oleh kebisingan lalu lintas di rumah
mereka. Sumber kebisingan yang terkait dengan transportasi berasal dari mobil
penumpang, sepeda motor, bus, dan kendaraan berat. Setiap kendaraan
menghasilkan kebisingan, namun sumber dan besarnya dari kebisingan dapat
sangat bervariasi tergantung jenis kendaraan. Sebuah studi oleh Yamaguchi dkk
(1994) menyimpulkan fluktuasi kebisingan yang acak disebabkan oleh perubahan
periodik arus lalu lintas. Kebisingan lalu lintas menggangu kegiatan dasar
masyarakat seperti tidur, istirahat, belajar, dan berkomunikasi. Pada umumnya
masalah yang terkait dengan kebisingan adalah gangguan komunikasi dan
gangguan tidur (Griefhan dkk, 2000).
Kebisingan yang berlebihan juga dapat mengakibatkan masalah-masalah
mental dan kesehatan fisik. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang- orang
yang tinggal di dekat jalan-jalan dan lalu lintas yang sibuk atau dekat dengan
bandara, menghabiskan waktu lebih sedikit di halaman mereka, dan memiliki
jumlah tamu lebih sedikit dari orang-orang yang tinggal di daerah lebih tenang
(Bluhm, 2004).
2.2.2 Sumber – sumber Kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak
bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
7
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga.
Dilihat dari sifat, sumber kebisingan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan sebagainya.
b. Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan
lainnya.
Berdasarkan bentuk sumber suara yang dikeluarkannya ada dua:
a. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya
sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak.
b. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis. Contohnya kebisingan yang
timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.
Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi:
a. Bising interior
Merupakan bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau
mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat
musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung
tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring, dan lain-
lain.
b. Bising eksterior
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun
udara, dan alat-alat konstruksi.
Di Industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu:
a. Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
b. Vibrasi, kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin yang
terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan
udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain
(Sahrul, 1997).
8
2.2.3 Pengendalian Kebisingan
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengendalian
kebisingan lalu lintas (Hobbs, 1979):
1. Desain jalan dan lokasi
a. Lokasi jalan
Jalan dibangun pada lokasi yang jauh dari daerah sensitif dengan harapan
dapat mengurangi tingkat kebisingan dan membawa suasana daerah sekitarnya
terbebas oleh polusi udara.
b. Peredam kebisingan
Pembuatan dan penempatan berbatasan dengan jalan akan sangat efektif
untuk mengurangi kebisingan. Tanaman memberikan pengurangan tidak lebih dari
5 dB.
c. Membuat terowongan
Suara yang dikeluarkan atau ditimbulkan kendaraan akan diredam oleh
dinding-dinding terowongan sehingga dapat mengurangi kebisingan.
d. Elevasi
Jalan yang dibangun ditempat yang lebih tinggi ataupun ditempat yang lebih
rendah dari sumber kebisingan dapat mengurangi tingkat kebisingan yang
diterima oleh receiver.
e. Klakson
Menurut keputusan menteri perhubungan No. KM 8 Tahun 1989 pasal 7
disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat suara klakson kendaraan bermotor ditentukan serendah-rendahnya 90
dB dan setinggi-tingginya 118 dB.
2. Ketentuan sebagai mana diatur dalam ayat 1 diukur pada tempat yang tidak
memantulkan suara pada jarak yang serendah-rendahnya 2 meter di depan
kendaraan.
9
f. Gradien
Tanjakan sebesar 5% dapat meningkatkan kebisingan (khusus yang
ditimbulkan oleh truk) sebesar 3 dB, dan tanjakan sebesar 7% (curam) dapat
meningkatkan kebisingan sebesar 5 dB.
g. Desain perkerasan
Penggunaan agregat halus pada campuran perkerasan dapat mengurangi
kebisingan sebesar 5 – 10 dB.
2. Perencanaan penggunaan lahan
a. Lebar jalan
Jalan sempit didepan sebuah gedung dapat meneruskan dan memperkuat
kebisingan.
b. Konstruksi gedung
Jendela merupakan mata rantai terlemah dalam penyaluran kebisingan.
Material kaca dapat menyebabkan pengurangan kebisingan.
c. Jarak dari jalan
Kebisingan akan berkurang sekitar 4,5 dB untuk setiap penggandaan jarak
antara sumber dan penerima.
d. Orientasi gedung dan rancangannya
Gedung dapat didesain untuk memperkecil kebisingan dengan
mengorientasikan menjadi lebih terbuka (misal memperbanyak jendela dan pintu)
pada sisi luar yang jauh dari sumber kebisingan dan menempatkan bagian yang
sensitif (ruang tamu, tempat tidur) jauh dari sumber kebisingan, serta penataan
tata bangunan sangat mendukung untuk mengurangi kebisingan, menjadikan
faktor pengendalian pertumbuhan bangunan dalam penataan bangunan pada
masing-masing ruas jalan yang ada dipertimbangkan berdasarkan fungsi jalan
yang ada, yaitu:
1. Jalan arteri : 32 m
2. Jalan arteri sekunder : 29 m
3. Jalan kolektor sekunder : 23 m
4. Jalan lokal sekunder : 17 m
10
3. Mengurangi kebisingan dari sumbernya yaitu kendaraan
Hal ini mudah dicapai dengan peningkatan desain kendaraan agar lebih
halus suaranya dan peningkatan sistem perawatan, yaitu:
a. Badan kendaraan bermotor
Pada saat kendaraan bergerak, kemungkinan besar akan terjadi getaran-
getaran dan gesekan-gesekan atas komponen-komponen kendaraan yang
menimbulkan suara. Keras dan lemahnya suara ini tergantung pada jenis, usia, dan
perawatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, gesekan antara ban kendaraan
dengan permukaan jalan dan badan kendaraan dengan udara dapat menimbulkan
kebisingan. Suara ini akan semakin keras seiring dengan bertambahnya kecepatan
kendaraan.
b. Motor atau mesin
Alat penggerak kendaraan bermotor yang ada pada saat ini menggunakan
motor bakar. Pengoperasian motor bakar akan menimbulkan suara karena adanya
gesekan bagian-bagian yang bergerak dan bergetar, meskipun sudah
diantisipasi dengan pelumasan, keras atau lemahnya suara tergantung
pada umur dan perawatan kendaraan. Kendaraan yang berbahan bakar
bensin umumnya menimbulkan suara yang lebih halus daripada yang
menggunakan bahan bakar solar.
c. Klakson
Menurut keputusan menteri perhubungan No. KM 8 Tahun 1989 pasal 7
disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat suara klakson kendaraan bermotor ditentukan serendah- rendahnya 90
dB dan setinggi-tingginya 118 dB.
2. Ketentuan sebagai mana diatur dalam ayat 1 diukur pada tempat yang tidak
memantulkan suara pada jarak yang serendah-rendahnya 2 meter didepan
kendaraan.
d. Knalpot
Terjadinya pembakaran bahan bakar dengan udara dapat terjadi dengan
sempurna, apabila campuran bahan bakar dan udara ditekan oleh torak pada ruang
silinder mesin pada tekanan yang tinggi. Biasanya, sisa hasil pembakaran yang
11
dibuang masih mempunyai tekanan yang cukup tinggi dan berpotensi untuk
menimbulkan kebisingan.
4. Pengoperasian lalu lintas
a. Kecepatan
Kendaraan yang berasal dari mobil ( tidak termasuk truk ) akan berkurang
sejalan dengan berkurangnya kecepatan. Setiap pengurangan kecepatan sampai
setengahnya dapat mengurangi kebisingan sebesar 9 dB. Oleh karena itu
kebisingan dapat dikurangi dengan adanya pembatasan kecepatan.
b. Pengaturan rute
Lalu lintas harus diarahkan agar menjauh dari daerah-daerah pemukiman
padat penduduk, khususnya untuk kendaraan-kendaraan barang dan bus- bus
besar.
c. Arus lalu lintas lancar
Pada saat lalu lintas tidak mengalami hambatan atau kemacetan, dapat
mengurangi tingkat kebisingan lalu lintas.
d. Kepadatan lalu lintas
Kebisingan dapat dikurangi dengan mengurangi kepadatan lalu lintas karena
setiap pengurangan kepadatan sampai setengahnya dapat mengurangi kebisingan
sebesar 3 dB.
5. Pembatasan kebisingan
Selain cara-cara diatas kebisingan dapat ditanggulangi dengan beberapa
model penanggulangan kebisingan yang merupakan hasil rujukan dari hasil
penelitian negara-negara maju, baik Eropa, Amerika, dan juga Asia yang antara
lain dapat berupa:
a. Peredam bising
b. Tanggul tanah
c. Zona penyangga
2.2.4 Jenis-Jenis Kebisingan
Berdasarkan atas sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi
menjadi lima, yaitu (Buchari, 2007):
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas, yaitu bising yang
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-
12
turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit, yaitu bising
yang juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler dan katup
gas.
c. Bising terputus-putus (intermitten), yaitu bising yang tidak terjadi secara terus
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas dan
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising implusif, yaitu bising yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi
40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.
Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, dan meriam.
e. Bising implusif berulang, sama dengan bising implusif, hanya saja terjadi
secara berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan atas pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu (Soeripto, 2008):
a. Bising yang mengganggu (irritating noise), yaitu bising yang intensitasnya
tidak keras. Misalnya orang yang mendengkur.
b. Bising yang menutupi (masking noise), yaitu bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam kebisingan dari sumber lain.
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise), yaitu bunyi yang
intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), bunyi jenis ini akan
merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
2.2.5 Alat Pengukuran Kebisingan
Sound level meter adalah alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Alat ini
digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dB dan dari
frekuensi 20 Hz-20.000 Hz. Secara umum cara pengukuran Sound level meter
adalah sebagai berikut:
1. Waktu mengukur, sound level meter diletakkan setinggi telinga.
2. Arahkan mikrophon kearah rambatan gelombang suara dengan membentuk
sudut 70°.
13
3. Lakukan pengukuran dimana tenaga kerja menghabiskan waktu kerjanya.
Apabila didalam pengambilan sampling terdapat beberapa hasil pengukuran
(intensitas suara), maka untuk mendapatkan nilai rata-rata dapat dilakukan dengan
penambahan atau pengurangan (David dkk, 1978).
2.2.6 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Baku mutu tingkat kebisingan dirumuskan berdasarkan keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996. Berikut baku mutu tingkat
kebisingan:
Tabel 2.2 Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Anonimb, 1996)
Peruntukan Kawasan/Lingkungan
Kegiatan
Tingkat kebisingan (dB)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
2. Perdagangan dan jasa
3. Perkantoran
4. Taman (ruang terbuka hijau)
5. Industri
6. Kantor pemerintahan
7. Tempat rekreasi
8. Khusus:
- Bandar Udara
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
70
65
50
70
60
70
70
70
70
60
55
55
55
2.3 Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang
berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembapan merupakan
jumlah uap air di udara, sedangkan kelembapan mutlak adalah sejumlah uap air
dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara (misalnya gram
per kilogram udara). Jumlah uap air yang tersimpan di udara (pada kejenuhan)
14
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembapan nisbi adalah
persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah
temperatur dan tekanan tertentu. Kelembapan merupakan salah satu faktor
ekologis yang mempengaruhi aktivitas organisme seperti penyebaran, keragaman
harian, keragaman vertikal dan horizontal (Umar, 2013).
2.4 Kecepatan Angin
Menurut ilmu klimatologi, angin diamati dalam kecepatan dan arahnya.
Kecepatan angin adalah jarak tempuh massa udara yang bergerak dalam waktu
tertentu dan satuannya adalah jarak per waktu seperti meter (m) per detik,
kilometer (km) per jam, sedangkan arah angin merupakan arah datangnya angin
(Syamsu, 2008).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Daerah yang menerima energi panas
matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan
udara yang cenderung lebih rendah, sehingga akan terjadi perbedaan suhu dan
tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas yang mengakibatkan
terjadinya aliran udara pada daerah tersebut (Lakitan, 2002).
2.5 Traffic Noise Index
Traffic noise index mengungkapkan tingkat gangguan kebisingan terhadap
masyarakat atau manusia seringkali dipakai index gangguan kebisingan, misalnya
Equivalent Noise Level, Noise Pollution Level, dan Traffic Noise Index.
Harga TNI dapat dihitung dengan memakai rumus:
TNI = 4(L10 - L90) + L90 – 30.................................................................................(1)
Berdasarkan rumus diatas, diketahui bahwa harga TNI dipengaruhi oleh fluktuasi
kebisingan lalu lintas yang dinyatakan oleh selisih antara L-10 dengan L-90 (Rice
and Walker, 1982).
15
2.6 Profil lokasi praktikum kebisingan
2.6.1 SMPN 45 Surabaya
SMP Negeri 45 Surabaya berdiri sejak tahun 2009 bertempat di Jl.
Mulyorejo, yang beratapkan satu dengan SDN Mulyorejo. Pada awal berdirinya,
SMP Negeri 45 Surabaya hanya mempunyai 3 rombongan belajar (rombel) pada
kelas VIII dengan jumlah siswa 114 yang dipimpin oleh Ibu Yulia Krisnawati dan
wakil Bapak Sukirman. Pada saat ini SMP Negeri 45 mempunyai jumlah 822
siswa dengan jumlah rombel 22 masing-masing rombel kelas 1 mempunyai 8
rombel, Kelas 2 mempunyai 8 rombel, dan kelas 3 mempunyai 6 rombel. Pada
saat ini, SMPN 45 dipimpin oleh Ibu Triworo Purnoningrum dan di wakili oleh
Ibu Loloek dan Bapak Achmad Zaini (Anonime, 2014).
2.6.2 Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al Mukarrom
Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah berdiri tanggal 31 Juli 1987. Lokasi
Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah di jalan Mulyorejo 78 Surabaya. Pada
saat ini, Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dipimpin oleh Drs. H. Ahmad
Marzuqi Abbas, M.PdI. Masjid Al Mukarrom berlokasi di jalan Mulyorejo 78
Surabaya (Anonimc, 2014).
2.6.3 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga berlokasi di Jl. Mayjen.
Prof. Dr. Moestopo No. 47. Sejarah pendidikan dokter gigi di Indonesia dimulai
ketika Dr. R. J. F. Van Zaben, Direktur N.I.A.S. (Nedherlands Indische Artsen
School) pada bulan April 1928 diminta pendapatnya mengenai kemungkinan
pendirian sekolah untuk pendidikan dokter gigi di Surabaya oleh Dr. Lonkhuizen
yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat.
Melalui pertimbangan dan persiapan pendiriannya, pendidikan dokter gigi di
Surabaya dapat terlaksana tahun itu juga tepatnya pada bulan Juli 1928 dengan
nama School Tot Opleideng Van Indische Tandartsen (STOVIT). Seiring dengan
perjalanannya, pendidikan dokter gigi di Surabaya ini sempat berganti-ganti nama
sesuai dengan kondisi kenegaraan pada saat itu. Terakhir dengan berdirinya
Universitas Airlangga pada tanggal 10 Nopember 1954, maka nama pendidikan
diganti menjadi “Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga” yang berlaku
sampai saat ini (Anonimd, 2012).
16
2.6.4 Supermarket Giant
Giant hypermarket adalah anak perusahaan dari Hero Group yang
merupakan salah satu supermarket terlama di Indonesia. Hero supermarket adalah
pelopor untuk konsep berbelanja kebutuhan sehari-hari, produk dan bahan
makanan segar di lingkungan yang lebih bersih, sehat dan modern. Hero sebagai
multi format retailer membuka Hero supermarket, Giant supermarket, Giant
hypermarket, Starmart, dan Guardian. Giant hypermarket sendiri didirikan untuk
memberikan pelayanan dan mutu yang baik, pilihan merk serta produk lokal
maupun etnik dengan harga murah (Anonima, 2014).
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Praktikum metode dan teknik analisis lingkungan pengukuran kebisingan
jalan raya dilaksanakan di beberapa tempat yaitu, kelompok 1-2 di depan SMPN
45 Jalan Mulyorejo No.184 Surabaya (7o16’S 112o43’E), kelompok 3-4 di
Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah Jalan Mulyorejo No.78-92 Surabaya
(07º15’S 122º46’E), kelompok 5-6 di depan Halte Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga (7°15’56.2”S 112°45’26.1”E), dan kelompok 7-8 di depan
supermarket Giant, Jalan Arief Rahman Hakim No.155 kelurahan Keputih
kecamatan Sukolilo, Surabaya, dengan koordinat (07o17’22”S 112o47’12’’E).
Gambar 3.1.1 Lokasi Pengukuran Kelompok 1-2 di Depan SMPN 45
Surabaya
Gambar 3.1.2 Lokasi Pengukuran Kelompok 3-4 di Lembaga Pendidikan
Hidayatul Ummah Jalan Mulyorejo No.78-92, Surabaya
U
U
U
U
18
Gambar 3.1.3 Lokasi Pengukuran Kelompok 5-6 di Depan Halte Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya
Gambar 3.1.4 Lokasi Pengukuran Kelompok 7-8 di Depan Supermarket
Giant, Jalan Arief Rahman Hakim No.155 kelurahan Keputih kecamatan Sukolilo,
Surabaya
3.1.2 Waktu
Praktikum metode dan teknik analisis lingkungan pengukuran kebisingan
jalan raya dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 26 September 2014 pada waktu
yang berbeda, yaitu kelompok 1-2 pukul 08.10-10.30 WIB, kelompok 3-4 pukul
08.50-10.30 WIB, kelompok 5-6 pukul 08.50-10.40 WIB, dan kelompok 7-8
pukul 08.00 – 10.30 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metode dan teknik analisis lingkungan
pengukuran kebisingan jalan raya adalah sound level meter (SLM), sling
psychrometer, anemometer, dan stopwatch.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu akuades.
U
U
19
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengukuran Kebisingan dengan Menggunakan Sound Level Meter
Langkah pertama adalah sound level meter dikalibrasi terlebih dahulu
sebelum digunakan, microphone diarahkan pada sumber suara dan tombol power
ditekan. Selektor diatur pada posisi fast atau slow dan diatur pula selektor range
intensitas kebisingan, kemudian besar skala yang muncul pada sound level meter
dibaca dan dicatat. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan waktu
pengukuran 10 detik yang akan dilakukan selama 1 jam pengukuran yang akan
diperoleh 240 data.
Skema cara kerja sound level meter dapat dilihat pada gambar berikut ini.
telah terbaca
Gambar 3.3.1 Pengukuran kebisingan
3.3.2 Pengukuran Kelembaban dengan Menggunakan Sling Psychrometer
Langkah pertama termometer kering dan termometer basah pada sling
psychrometer ditarik keluar. Kain pada termometer basah dibasahi dengan air
secukupnya, kemudian sling psychrometer diputar dengan kecepatan sedang
secara konstan selama 2 menit di atas kepala. Besar skala yang muncul pada
termometer kering dan termometer basah dibaca dan dicatat. Lagkah selanjutnya
termometer kering dan termometer basah dimasukan kembali seperti keadaan
awal dengan angka-angka pada termometer kering dan termometer basah
disejajarkan terlebih dahulu, dengan begitu nilai kelembaban akan diketahui.
Skala yang telah terbaca dicatat.
Sound level meter diarahkan ke
sumber bunyi.
Alat yang akan digunakan
dikalibrasi.
Skala monitor sound level
meter tiap 10 detik sekali
selama 10 menit dibaca.
Selektor diatur pada posisi slow
atau fast.
20
Skema cara kerja sling psychrometer dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.3.2 Pengukuran kelembaban udara
3.3.3 Pengukuran Kecepatan Angin dengan Menggunakan Anemometer
Langkah pertama adalah anemometer dipegang diatas kepala dan ditunggu
selama dua menit. Angin yang berhembus akan memutar baling-baling
anemometer sehingga didapatkan nilai kecepatan angin pada galvanometer yang
tersambung. Skala yang didapat diamati dan dicatat.
Skema cara kerja anemometer dapat dilihat pada gambar berikut ini:
-Dipegang di atas kepala
-Amati skala yang ditunjuk
Gambar 3.3.3 Pengukuran kecepatan udara
Kain pada termometer basah
dibasahi dengan air
Alat diputar ± 2 menit Skala pada termometer kering dan
basah dibaca dan dicatat
Angka pada termometer kering dan
basah disejajarkan Nilai pada tanda panah dibaca
dan dicatat
Termometer kering dan basah
ditarik keluar
Anemometer Kecepatan angin
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil integrasi data praktikum kebisingan jalan raya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Data Setiap Lokasi berdasarkan Nilai TNI, Kelembaban, dan
Jarak
DATA
SMPN 45
Surabaya
Musholla
Mulyorejo
FKG
UNAIR
Giant
Keputih
1 2 3 4 5 6 7 8
TNI (dB) 74,5 78,5 77 75,5 88,5 88,5 75,5 68,5
Kelembaban (%) 64 63,5 56 50 55 48 65 51,25
Jarak (m) 0 0 5 5 0 0 0 0
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Pengukuran Kebisingan Jalan Raya
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Nilai Kebisingan Berdasarkan Lokasi Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan di empat tempat yang berdekatan dengan jalan
raya, yaitu Halte Fakultas Kedokteran Gigi, supermarket Giant, Lembaga
Pendidikan Hidayatul Ummah, dan SMPN 45 Surabaya. Berdasarkan grafik pada
gambar 4.1 dapat dilihat bahwa potensi kebisingan cenderung tinggi pada lokasi
Halte Fakultas Kedokteran Gigi. Supermarket Giant menjadi lokasi yang memiliki
22
potensi kebisingan yang cukup rendah. Ditinjau dari waktu pengukuran, terlihat
bahwa nilai kebisingan pada pengukuran kedua cenderung lebih rendah daripada
pengukuran pertama.
SMP Negeri 45 Surabaya berdiri sejak tahun 2009 bertempat di Jl.
Mulyorejo, yang beratapkan satu dengan SDN Mulyorejo. Lokasi ini mewakili
wilayah pendidikan. Hasil pengukuran kebisingan yang di lakukan kelompok 1
dan 2 di SMPN 45 Surabaya yaitu pada pukul 08.10 – 09.10 WIB sebesar 74,5
dB, sedangkan pada pukul 09.30 – 10.30 WIB sebesar 78,5 dB. Berdasarkan hasil
tersebut diketahui tingkat kebisingan pada pukul 09.30 – 10.30 WIB lebih tinggi
dari pada pukul 08.10 – 09.10 WIB, hal ini disebabkan karena pada pukul 09.30 –
10.30 WIB banyak siswa yang pulang sekolah. Berdasarkan keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996, kedua hasil
pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai kebisingan di
wilayah pendidikan yaitu sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi
tersebut dikategorikan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang batas
maksimal.
Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah berdiri tanggal 31 Juli 1987 di jalan
Mulyorejo 78 Surabaya. Pengukuran kebisingan kelompok 3 dan 4 dilakukan di
lapangan antara Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-
Mukkarom Mulyorejo pada jarak 5 meter dari bahu jalan. Lokasi ini mewakili
wilayah pendidikan dan tempat ibadah. Hasil pengukuran pertama pada pukul
08.15 – 09.15 WIB sebesar 77 dB, sedangkan pengukuran kedua pada pukul 09.20
– 10.20 WIB sebesar 75,5 dB. Kebisingan di tempat ini dipengaruhi oleh kondisi
lokasi yang merupakan salah satu akses kendaraan bermotor menuju kampus,
sekolah, kantor, dan angkutan umum. Pada pengukuran pukul 08.15 – 09.15 WIB
didapatkan tingkat intensitas lebih tinggi karena pada jam tersebut siswa-siswi
Lembaga Pendidikan Hidayatul Ummah mengadakan latihan upacara.
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-
48/MENLH/11/1996, kedua hasil pengukuran tersebut melampaui standar baku
mutu maksimal nilai kebisingan di wilayah pendidikan dan tempat ibadah yaitu
sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut dikategorikan dapat
23
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan karena
nilai kebisingannya melebihi ambang batas maksimal.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga berlokasi di Jl. Mayjen.
Prof. Dr. Moestopo No. 47. Pengukuran dilakukan di halte yang berada tepat di
depan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Lokasi ini berada diantara
wilayah pendidikan dan kesehatan. Hasil pengukuran kebisingan oleh kelompok 5
dan 6 di lokasi tersebut baik pada pukul 08.25-09.25 maupun pada pukul 09.28-
10.28 yaitu sebesar 88,5 dB. Hasil tingkat kebisingan ini lebih besar dari keempat
tempat praktikum yang lainnya. Hal ini disebabkan karena tempat ini berdekatan
dengan jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh dan kecepatan rata-rata tinggi, serta merupakan
pusat lalu lalang pejalan kaki karena berdekatan dengan pusat pendidikan dan
pusat kesehatan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
KEP-48/MENLH/11/1996, kedua hasil pengukuran tersebut melampaui standar
baku mutu maksimal nilai kebisingan wilayah pendidikan dan kesehatan yaitu
sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi tersebut dikategorikan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan karena
nilai kebisingannya melebihi ambang batas maksimal.
Pengukuran kebisingan oleh kelompok 7 dan 8 dilakukan di supermarket
Giant, terletak di Jl. Arief Rahman Hakim No.155 kelurahan Keputih kecamatan
Sukolilo Surabaya, yang merupakan pusat perbelanjaan. Hasil pengukuran
kebisingan kelompok 7 pada pukul 08.00 – 09.00 WIB yaitu 75,5 dB, sedangkan
hasil pengukuran kebisingan kelompok 8 pada pukul 9.15 – 10.30 WIB yaitu 68,5
dB. Dibandingkan dengan ketiga lokasi lainnya, hasil pengukuran kebisingan
kelompok 8 menunjukkan nilai kebisingan yang lebih rendah. Intensitas bunyi
pada pengukuran yang dilakukan pukul 08.00 – 09.00 WIB dari pada pengukuran
yang dilakukan pukul 09.15 – 10.30 WIB. Hal ini disebabkan karena pada pukul
08.00 – 09.00 WIB masyarakat banyak beraktifitas di jalan raya, seperti pergi ke
kampus, sekolah, ke kantor, dan banyak angkutan umum, sedangkan pada pukul
09.15 – 10.30 WIB jalan cenderung sudah sepi karena jalan tersebut bukan
merupakan jalan utama, sehingga dapat diketahui bahwa semakin banyaknya
sumber suara, maka semakin tinggi tingkat kebisingan. Berdasarkan keputusan
24
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996, kedua hasil
pengukuran tersebut melampaui standar baku mutu maksimal nilai kebisingan di
tempat perbelanjaan yaitu sebesar 55 dB, sehingga nilai kebisingan pada lokasi
tersebut dikategorikan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan karena nilai kebisingannya melebihi ambang batas
maksimal.
4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Kebisingan
Nilai kebisingan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kelembapan
udara, waktu pengukuran kebisingan, alat ukur kebisingan, jarak sumber suara,
dan arah angin. Kelembapan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai
kebisingan karena kelembapan merupakan konsentrasi uap air di udara, artinya
semakin tinggi kelembapan semakin banyak partikel air (H2O) di udara. Partikel
air tersebut tentu dapat meredam gelombang bunyi di udara karena partikel udara
yang semakin rapat akibat adanya uap air tersebut, sehingga tingkat kebisingan
berkurang (Izhulda, 2010).
Data hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin tinggi kelembapan udara
nilai kebisingan semakin rendah, namun pada pengukuran kebisingan di depan
supermarket Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya terdapat
perbedaan yang menunjukkan bahwa pengukuran kedua dengan kelembapan
51,25% memiliki nilai TNI yang lebih besar daripada hasil pengukuran pertama
dengan kelembapan 65%. Hal ini disebabkan pengukuran dilakukan di pintu
masuk yang kondisinya sangat ramai pada pengukuran pertama. Antrean
kendaraan yang hendak masuk ke tempat perbelanjaan tersebut menimbulkan
banyak bunyi klakson kendaraan. Bunyi klakson inilah yang mempengaruhi nilai
kebisingan berhubungan lurus terhadap tingkat kelembapan.
Menurut Rengkung (2012), waktu pengukuran sangat mempengaruhi nilai
kebisingan di jalan raya karena kebisingan sangat tergantung pada fluktuasi
aktivitas manusia di kawasan jalan raya. Kebisingan lokasi pengukuran
kebisingan pada praktikum ini hanya pada waktu-waktu tertentu. Jalan raya depan
SMPN 45 Surabaya dan Pendidikan Hidayatul Ummah dan Masjid Al-mukkarom
Mulyorejo bising ketika istirahat yaitu pukul 10.00-10.50 WIB sehingga
pengukuran kebisingan pada waktu-waktu tersebut memperoleh nilai kebisingan
25
yang tinggi, hal ini akibat suara lalu lintas di jalan raya dan aktivitas siswa-siswi
di sekitar titik pengukuran.
Pengukuran kebisingan Halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Airlangga juga dipengaruhi oleh aktivitas jalan raya. Nilai kebisingan
meningkat ketika lampu lalu lintas berwarna hijau sehingga banyak kendaraan
yang melaju di depan titik pengukuran. Pengukuran jalan raya depan supermarket
Giant Jalan Arief Rahman Hakim No.155 Surabaya menunjukkan nilai kebisingan
yang tinggi ketika banyak kendaraan yang berhenti di depan titik pengukuran
akibat macet, disamping itu juga saat banyak kendaraan yang masuk ke
supermarket Giant.
Menurut Rengkung (2012), alat ukur kebisingan mempengaruhi nilai
kebisingan karena setiap alat mempunyai keakuratan yang berbeda-beda.
Praktikum ini terdapat kesalahan dalam membaca alat ukur kebisingan sehingga
nilai kebisingan yang didapat tidak akurat. Jarak sumber suara berpengaruh
terhadap kebisingan. Semakin jauh jarak sumber suara semakin rendah nilai
kebisingan karena gelombang suara merambat melalui medium udara yang
bersifat konvergen di segala arah sehingga gelombang suara yang dapat diterima
oleh SLM sedikit.
4.2.3 Solusi untuk Mengurangi Tingkat Kebisingan Jalan Raya
Berdasarkan data yang didapatkan, tingkat kebisingan jalan raya melebihi
batas maksimum dari standar baku mutu sesuai Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup nomor KEP.48/MENLH/11/1996 pada setiap lokasi
pengukuran. Hal ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada saluran
pendengaran dan dapat menganggu akivitas di lingkungan sekitar. Secara garis
besar, solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat kebisingan jalan
raya agar tidak melebihi batas maksimum dari standar baku mutu yang ditetapkan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok pengendalian, yaitu pengendalian terhadap
sumber kebisingan, pengendalian terhadap jalur kebisingan, dan pengendalian
terhadap penerima kebisingan.
Pengendalian terhadap sumber kebisingan dapat dilakukan dengan cara
membatasi kecepatan pengendara dengan memasang rambu lalu lintas terkait
kecepatan maksimum kendaraan bermotor yang melintasi pada jalan raya tersebut,
26
sehingga para pengendara yang membaca rambu-rambu tersebut dapat
mengurangi kecepatan berkendara. Setiap pengurangan kecepatan hingga
setengahnya dapat mengurangi kebisingan sebesar 9 dB. Hal lain yang dapat
dilakukan dengan membatasi modifikasi kendaraan bermotor yang dapat
berpotensi menimbulkan kebisingan seperti mengganti knalpot dan klakson
kendaraan bermotor (Hobbs, 1979).
Gambar 4.2 Pemasangan Lampu Lalu Lintas Untuk Mengurangi Kebisingan
Pengendalian terhadap jalur bising dapat dilakukan dengan membuat
penghalang hidup atau pepohonan. Pohon-pohon yang ditanam di pinggir jalan
raya dapat meredam kebisingan jalan raya. Pohon yang dapat ditanam diantaranya
pohon bambu, pohon jati, rumput, dan tanaman-tanaman yang merambat.
Teduhan dari pohon-pohon tersebut dapat membuat kelembaban udara di
sekitarnya menjadi lebih tinggi sehingga kebisingan akan berkurang, meskipun
hanya dapat mengurangi tingkat kebisingan tidak lebih dari 5 dB. Pemilihan dan
pemakaian material bangunan juga sangat mempengaruhi tingkat kebisingan yang
sampai dalam ruangan. Saat ini telah banyak material-material yang cukup baik
untuk menyerap atau bahkan memantulkan bunyi. Material yang dapat digunakan
antara lain, polycarbonate, acrylic, concrete block, dense concrete, light concrete,
brick steel, aluminium sheet, wood, dan plywood.
27
Gambar 4.3 Dinding untuk Mengurangi Kebisingan
Gambar 4.4 Pagar Hidup untuk Mengurangi Kebisingan
28
Gambar 4.5 Tanaman Bambu untuk Mengurangi Kebisingan
Pengendalian terhadap penerima bising dapat dilakukan dengan cara
perencanaan yang baik terhadap tata guna lahan. Hal yang dapat dilakukan antara
lain, menempatkan tempat-tempat yang tidak boleh terdapat kebisingan melebihi
baku mutu pada lingkungan yang kondusif, seperti tempat pendidikan, tempat
peribadatan, layanan publik, dan perdagangan dan jasa. Perencanaan yang baik
terkait tata ruang wilayah, terutama di wilayah perkotaan dapat meminimalkan
kebisingan.
29
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
30
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kebisingan jalan raya adalah:
1. Berasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai Traffic Noise
Index (TNI) di setiap lokasi berbeda. Nilai TNI di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya sebesar 74,5 dB dan 78,5 dB, di lembaga Pendidikan Hidayatul
Ummah dan Masjid Al-mukkarom Mulyorejo sebesar 77 dB dan 75,5 dB, di
halte depan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga sebesar
88,5 dB dan 88,5 dB, dan jalan raya depan supermarket Giant Jalan Arief
Rahman Hakim No.155 Surabaya sebesar 75,5 dB dan 68,5 dB.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan dijalan raya adalah banyaknya
sumber suara, kelembaban udara, kecepatan angin, waktu pengukuran
kebisingan, dan jarak sumber suara dengan lokasi pengukuran.
3. Solusi untuk mengurangi tingkat kebisingan di jalan raya antara lain dengan
pengendalian sumber kebisingan, membatasi kecepatan pengendara dengan
menambahkan rambu-rambu lalu lintas, menanam tanaman yang berdaun lebat
dan bertajuk tebal, mengatur tata ruang dan wilayah, serta membuat peredam
kebisingan seperti tembok penghalang atau pagar tanaman.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2014. http://www.muramanaya.com/11/giant-indonesia/, Surabaya
Diakses Senin, 8 Oktober 2014 2014 pukul 09.50.
Anonimb. 1996. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku tingkat kebisingan, Jakarta. Diakses
Jumat, 3 Oktober 2014 pukul 06.30.
Anonimc. 2014.http://profilsekolah.dispendik.surabaya.go.id/umum/sekolah.php?i
Surabaya. Diakses Senin, 8 Oktober 2014 pukul 09. 35.
Anonimd, 2012. RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga,
Surabaya. Diakses Senin, 29 Sepetember 2014 pukul 16.45.
Anonime. 2014. http://smpn45surabaya.com/index.php/profile/sejarah, Surabaya.
Diakses Senin, 8 Oktober 2014 pukul 09.20.
Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Medan:
USU Repository.
Bluhm, G., Nordling, E., dan Berglind, N. 2004. Road traffic Noise and
Annoyance – An Increasing Environmental Health Problem. Noise and
Health 6:24, page 43-49.
David M dan Arthyr C. Tayor., 1978. Noise Control, Hand book of Principles and
Pracktes. New York: Van Nostrand Reinhold Company.
Griefhan B., Scheumer R., Moehler U., dan Mehnhert P. 2000. Physiological,
subjective and behavioural responses during sleep to noise from rail and
road traffic. Noise & Health 3;9 :59-71.
Hobbs, F.D. 1979. Traffic Planning and Engineering, Second edition, edisi
Indonesia, 1995, terjemahan Suprapto T.M. dan Waldijono, Perencanaan
dan Teknik Lalu Lintas, Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Izhuldha ,.D. 2010. Laju Penguapan Pada Temperatur 50 ͦ C dan 70 ͦ. Depok:
Universitas Indonesia Press.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
32
Nasri, Syahrul M., 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di
Tempat Kerja. Jakarta: K3 FKM UI.
Rengkung ,.S. 2012. Analisis Paparan Kebisingan, Getaran, dan Kelembapan di
Area Kerja Gedung Pembinaan Karyawan Universitas Indonesia di
kawasan Pondok Cina. Depok: Universitas Indonesia Press.
Rice, C.G. and Walker, J.G., 1982, Subjective Acoustics, Ellis Horwood Limited,
West Sussex, 765.
Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suma’mur, P. K. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Cetakan
Kedua. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Sahrul, M. N. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat
Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Syamsu, N.M. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Bengkulu: Universitas
Bengkulu Press.
Umar, M. R. 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
top related