tuntutan praper gunawan.docx
Post on 08-Dec-2015
35 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT Jl. Merpati Blok D-3 No. 5, Kemayoran, Jakarta Pusat, DKI Jakarta,
Indonesia.
P-42
“UNTUK KEADILAN”
SURAT TUNTUTAN
No. Reg. Perkara: PDM-077/JKT.PST/04/2014
I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Penasehat Hukum Yang Kami Hormati,
Sidang Yang Kami Muliakan
Perkenankanlah kami mengajak para hadirin untuk menyampaikan rasa
puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini dapat mengikuti
persidangan dalam keadaan sehat.
Pada sidang yang lalu, Ketua Majelis Hakim telah menyatakan bahwa
proses pembuktian atas perkara ini telah selesai, maka kini tiba saatnya bagi
kami selaku Penuntut Umum untuk membacakan Surat Tuntutan (Requisitor).
Persidangan perkara atas nama Terdakwa GUNAWAN yang dilaksanakan di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melalui proses sebanyak 3 (tiga) kali
persidangan. Suatu proses persidangan yang panjang ini tidaklah berarti apa-
apa dibanding dengan ditemukannya kebenaran materiil dari proses
persidangan ini. Selama proses persidangan berlangsung, telah muncul
berbagai perbedaan pendapat, khususnya terjadi antara Penuntut Umum
dengan Penasehat Hukum, namun demikian karena perbedaan pendapat itu
mempunyai tujuan yang sama yakni mencari dan menemukan kebenaran
materiil maka perbedaan pendapat itu merupakan tambahan perbendaharaan
pengetahuan dan pengalaman kita semua dalam mencari dan menemukan
suatu kebenaran.
Sebelum mebacakan requisitor atau Surat Tuntutan Pidana terlebih
dahulu kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Majelis
Hakim yang telah memimpin persidangan dengan tegas, adil dan bijaksana,
sehingga persidangan berlangsung dengan tertib dan lancer, penghargaan yang
sama kami sampaikan kepada rekan Penasehat Hukum sehingga persidangan
berjalan dengan lancer dan terbuka disertai harapan agar persidangan
selanjutnya akan tetap berjalan dengan lancer dan tertib.
II. DAKWAAN
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penasehat Hukum Yang Kami Hormati,
Sidang Yang Kami Muliakan.
Sebelum kami Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat
melanjutkan analisis kami terhadap proses pembuktian,maka perlu kita
perhatikan lagi Surat Dakwaan yang menjadi dasar pemeriksaan Terdakwa
sebagai berikut:
A. IDENTITAS TERDAKWA:
1. Nama Lengkap : Gunawan
2. Tempat Lahir : Jakarta
3. Umur/Tanggal Lahir : 19 tahun/23 Oktober 1995
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat Tinggal : Jalan Mangga No. 5, Setiabudi, Jakarta Pusat,
DKI Jakarta
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Mahasiswa
9. Pendidikan : SMA
B. PENAHANAN:
- Penahanan oleh Penyidik Polres Jakarta Pusat dari tanggal 7 Maret 2014
sampai dengan tanggal 30 Maret 2014 dengan Surat Perintah Penahanan oleh
Penyidik Nomor: SP.Han/11/03/2014/BARESKRIM
- Perpanjangan Penahanan oleh Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Jakarta
Pusat dari tanggal 30 Maret 2014 sampai dengan tanggal 15 April dengan
Surat Perintah Perpanjangan Penahanan Nomor: PRIMT/11/JKT.PST/06/2014
- Perpanjangan Penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dari
tanggal 15 April 2014 sampai dengan tanggal 20 April 2014 dengan Surat
Perintah Perpanjangan Penahanan dengan Nomor:
30/Pen.Pid/VII/2014/PN.JKT.PST.
C. DAKWAAN:
Bahwa ia Terdakwa GUNAWAN baik secara sendiri-sendiri ataupun
bersama-sama melakukan dengan HELENA (berkas perkara terpisah) pada
hari Senin, tanggal 3 Maret 2014 pukul 17:30 WIB atau setidak-tidaknya
dalam waktu pada bulan Maret 2014 di Gondangdia, Kecamatan Menteng,
Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara ini, yang melakukan, yang menyuruh
melakukan, atau yang turut serta melakukan perbuatan, dcngan sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, yang
dilakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut:
- Bahwa pada sebelum tanggal 3 Maret 2014, telah dibuat suatu skenario
jahat oleh Terdakwa GUNAWAN bersama dengan Saksi HELENA
untuk menghabisi korban;
- Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014, Saksi HELENA mengajak korban
bertemu di Stasiun Gondangdia sesuai dengan perjanjian Korban dengan
Saksi HELENA dimana seharusnya Korban sedang mengikuti Les
Bahasa Jerman;
- Bahwa sesuai dengan rencana Terdakwa GUNAWAN dan Saksi
HELENA, Korban kemudian bertemu dengan Terdakwa GUNAWAN
dan Saksi HELENA untuk kemudian diantar ke tempat les Korban di
Menteng, Jakarta Pusat;
- Bahwa terdapat suatu sandiwara antara Terdakwa GUNAWAN dan
Saksi HELENA dengan cara bertengkar untuk dapat mempengaruhi
Korban agar tetap berada di dalam mobil Terdakwa GUNAWAN;
- Bahwa pada saat sesampainya di tempat Les, Korban turun dari mobil
Terdakwa GUNAWAN kemudian Saksi HELENA juga ikut turun dari
mobil. Terdakwa GUNAWAN meminta Saksi HELENA untuk masuk
kembali kedalam mobil, namum Saksi HELENA tidak mau masuk jika
Korban tidak ikut kembali masuk ke dalam mobil;
- Bahwa berdasarkan sandiwara anatara Terdakwa GUNAWAN dan Saksi
HELENA, Korban akhirnya masuk kembali ke dalam mobil;
- Bahwa beberapa saat setelah masuk ke dalam mobil, Terdakwa
GUNAWAN dan Saksi HELENA mulai melaksanakan scenario jahat
mereka untuk menghabisi Korban;
- Bahwa pada awalnya Korban dipaksa untuk menanggalkan seluruh
pakainnya, namun Korban menolak, dimana kemudian Saksi HELENA
hendak membuka pakaian Korban, Korban menolaknya dan membuka
sendiri pakaiannya;
- Bahwa karena ada penolakan dari Korban, Terdakwa GUNAWAN
menendang bagian leher Korban dengan kaki kiri, memukul Korban dan
menyetrum Korban;
- Bahwa Saksi HELENA pun juga memberikan beberapa pukulan kepada
Korban;
- Bahwa Terdakwa GUNAWAN dan Saksi HELENA langsung
melanjutkan perjalanan sambil membungkam mulut Korban dengan Tisu
dan Kertas Koran;
- Bahwa pada sekitar pukul 21:25 WIB, Saksi HELENA memegang dada
Korban dan ternyata Korban sudah meninggal dunia;
- Bahwa pada hari Selasa, 4 Maret 2014 sekitar pukul 02:00 WIB, saat
melintas di Kemayoran mobil Terdakwa GUNAWAN mogok, sehingga
Terdakwa GUNAWAN meminta bantuan kepada temannya yang
bernama SHENDY (SAKSI) untuk memperbaiki aki mobil Terdakwa
GUNAWAN;
- Bahwa Saksi HELENA memakaikan kembali pakaian Korban saat
mobil Terdakwa GUNAWAN sedang diperbaikin oleh Saksi SHENDY
- Bahwa pada saat Pada saat Saksi SHENDY datang dan memperbaiki aki
mobil Terdakwa GUNAWAN, saat itu Terdakwa GUNAWAN
memberitahukan kepada Saksi SHENDY bahwa Terdakwa GUNAWAN
sedang membawa mayat;
- Bahwa Saksi SHENDY menganggap perkataan Terdakwa GUNAWAN
hanya bercanda dan meninggalkan Terdakwa GUNAWAN ketika akinya
sudah berfungsi;
- Bahwa pada hari Selasa, 4 Maret 2014 sekitar pukul 21:00 WIB,
Terdakwa GUNAWAN dan Saksi HELENA membuang Jenazah Korban
di pinggir tol Bintara, Bekasi;
- Bahwa pada hari Rabu, 5 Maret 2014 sekitar pukul 04:00 WIB, Jenazah
Korban ditemukan oleh Petugas;
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
menurut Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
III. FAKTA PERSIDANGAN
Fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan persidangan secara
berturut- turut berupa Keterangan Saksi-Saksi, Keterangan Terdakwa,
Pemeriksaan Surat-surat, serta Barang Bukti secara berturut-turut sebagai
berikut:
A. KETERANGAN SAKSI-SAKSI:
1) Saksi HELENA: dibawah sumpah didepan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut :
Bahwa saksi saat pemeriksaan di persidangan dalam keadaan sehat;
Bahwa saksi mengenal Terdakwa;
Bahwa saksi berhubungan dekat dengan Terdakwa;
Saksi mengakui bahwa Korban merupakan mantan pacar Terdakwa;
Bahwa saksi bersama dengan Terdakwa pada tanggal 3 Maret 2015;
Bahwa saksi sebelum tanggal 3 Maret 2014 telah membuat suatu
scenario jahat bersama dengan Terdakwa untuk membunuh Korban;
Bahwa saksi bersama-sama dengan Terdakwa pada tanggal 3 Maret
2015 menjemput korban di Stasiun Gondangdia, Menteng dan
mengantarnya ke tempat les;
Bahwa saksi membuat scenario bersama dengan Terdakwa agar Korban
tidak mengikuti les pada hari itu;
Bahwa scenario tersebut berhasil dan Korban tidak jadi mengikuti les
pada hari itu;
Bahwa saksi kemudian menyuruh Korban untuk membuka pakainnya,
Korban menolak dan memilih untuk membuka pakainnya sendiri;
Bahwa karena korban sempat menolak, Terdakwa merasa kesal dan
menendang bagian leher korban. Saksi pun juga memberikan beberapa
pukulan terhadap korban;
Bahwa saksi bersama-sama dengan Terdakwa kemudian membungkan
mulut korbandengan tisu dan kertas Koran;
Bahwa sekitar pukul 21.00 WIB, saksi memegaang dada korban dan
mendapatinya telah meninggal dunia;
Bahwa keesokan harinya, Selasa, 4 Maret 2014 dini hari, saksi
memakaikan kembali pakaian korban saat mobil Terdakwa mogok;
Bahwa Terdakwa meminta bantuan temannya, saksi SHENDY, untuk
memperbaiki mobil Terdakwa;
Bahwa pada hari yang sama sekitar pukul 21.00 WIB, Terdakwa
bersama dengan saksi membuang jenazah korban di pinggir jalan tol
Bintara, Bekasi;
Tanggapan Terdakwa:
Bahwa Terdakwa tidak memberikan pendapat atas keteragan saksi.
2) Saksi SHENDY: dibawah sumpah didepan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut :
Bahwa saksi saat pemeriksaan di persidangan dalam keadaan sehat;
Bahwa saksi mengenal Terdakwa;
Bahwa saksi ditelpon oleh Terdakwa pada hari Selasa, 4 Maret 2014
pukul 02.15 WIB;
Bahwa lewat telpon tersebut Terdakwa meminta pertolongan saksi
lantaran mobilnya mogok di daerah Kemayoran;
Bahwa saksi langsung datang ke tempat mogoknya mobil tersebut dan
menemui Terdakwa;
Bahwa saksi melihat Terdakwa bersama dengan saksi HELENA;
Bahwa mobil Terdakwa mogok dikarenakan akinya yang rusak;
Bahwa saksi memperbaiki aki mobil Terdakwa dan kembali berfungsi
lagi;
Bahwa Terdakwa memberitahukan kepada saksi bahwa Terdakwa
sedang membawa mayat di dalam mobilnya, hal mana saksi tidak
percaya dan hanya menganggap perkataan Terdakwa sebagai candaan;
Bahwa tak lama kemudian Terdakwa dengan mobilnya meninggalkan
saksi;
Tanggapan Terdakwa:
Bahwa Terdakwa tidak memberikan pendapat atas keteragan saksi.
B. KETERANGAN Terdakwa:
Terdakwa, di depan persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
Terdakwa mengakui bersama-sama dengan saksi HELENA telah membuat
rencana jahat untuk membunuh Korban dan merasa sangat menyesal atas
hal tersebut;
Terdakwa bersama dengan saksi HELENA membuatnya lantaran rasa
cemburu terhadap Korban, yang mana adalah mantan pacar Terdakwa;
Bahwa benar Terdakwa pada hari Senin 3 Maret 2014 bersama-sama
dengan saksi HELENA menjemput Korban di Stasiun Gondangdia dan
mengantarnya ke tempat les.
Bahwa Terdakwa mengenali bekas-bekas luka yang ada di tubuh Korban,
yang mana Terdakwa juga mengakui bahwa itu adalah hasil perbuatannya
bersama dengan saksi HELENA;
Bahwa benar Terdakwa bersama dengan saksi HELENA memasukkan tisu
dan kertas Koran ke mulut korban, hal mana membuat korban kesusahan
untuk bernafas;
Bahwa benar mobil Terdakwa sempat mogok dan meminta tolong kepada
saksi SHENDY untuk memperbaikinya;
Bahwa benar Terdakwa sempat berbincang-bincang dengan saksi
SHENDY di tempat mogoknya kendaraan dan menceritakan kepadanya
bahwa Terdawa sedang membawa mayat;
Bahwa benar Terdakwa membuang jenazah korban di pinggir jalan tol
Bintara, Bekasi.
Bahwa setelah itu Terdakwa bersama dengan saksi HELENA pulang
kembali ke rumah.
D. SURAT-SURAT:
Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Puslabfor Bareskrim
POLRI;
Berita Acara Pemotretan barang bukti berupa tissue yang di mobil
Terdakwa dan Koran yang telah dirobek sebagian, yang digunakan untuk
membungkam korban;
Visum et Repertum korban meninggal dunia No. 11/VeR/CIPTO
MANGUNKUSUMO/III/2014 atas nama Adelina Suwito.
E. BARANG BUKTI:
Serpihan kertas Koran dan tissue yang ditemukan di dalam tenggorokan
korban.
IV. ANALISA FAKTA
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penasehat Hukum Yang Kami Hormati,
Sidang Yang Kami Muliakan.
Sebelum kami membahas unsur-unsur yuridis atas perbuatan yang
dilakukan Terdakwa, maka berdasarkan kesesuaian alat bukti yang sah dan
barang bukti yang terungkap di persidangan sebagaimana tersebut di atas
maka diperoleh fakta hukum sebagai berikut:
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa Terdakwa mengakui bersama-sama dengan saksi
HELENA telah membuat rencana jahat untuk membunuh Korban
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa pada hari Senin 3 Maret 2014 bersama-sama dengan
saksi HELENA menjemput Korban di Stasiun Gondangdia dan
mengantarnya ke tempat les.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA memaksa
korban untuk membuka pakaiannya, hal mana korban menolak dan
memilih untuk membukanya sendiri.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA, keterangan
Terdakwa, dan Visum et Repertum korban meninggal dunia No.
11/VeR/CIPTO MANGUNKUSUMO/III/2014 atas nama Adelina Suwito,
luka bekas pukulan dan tendangan di badan korban adalah karena dipukul
dan ditendang oleh Terdakwa dan saksi HELENA.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA memasukkan
tissue dan kertas Koran ke mulut Korban, hal mana bertujan agar korban
tidak dapat bernafas.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA kemudian
mendapati Korban telah meninggal dunia.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA, saksi SHENDY, dan
keterangan Terdakwa, mobil Terdakwa mogok dan Terdakwa meminta
bantuan saksi SHENDY untuk memperbaikinya, kemudian Terdakwa
menyatakan kepada saksi SHENDY bahwa ia membawa mayat di
mobilnya.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA membuang
jenazah Korban di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi.
ANALISIS YURIDIS
Dengan selesainya kami menguraikan pembuktian perbuatan yang
didakwakan pada Terdakwa, maka kami lanjutkan dengan uraian pembuktian
yuridis yang merupakan materi pokok dari seluruh tuntutan pidana kami, yaitu
tindak pidana apakah yang telah dilakukan oleh Terdakwa ini, dan apakah
Terdakwa telah bersalah dengan memenuhi unsur-unsur yang didakwakan
padanya.
Sebagaimana telah kami bacakan dengan selengkapnya surat dakwaan
terhadap Terdakwa pada awal sidang, yang kami ajukan secara tunggal,
sehingga dakwaan tersebut harus kami buktikan dalam persidangan ini.
Dengan bertolak dari apa yang kami kemukakan di atas, kami mengajak
Majelis Hakim untuk bersama-sama mengikuti uraian secara yuridis atas
pembuktian terhadap kesalahan Terdakwa yang kami uraikan sebagai berikut:
Dakwaan :
Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang turut serta
melakukan perbuatan;
2. dcngan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu;
3. merampas nyawa orang lain.
Pembahasannya:
Penuntut Umum dalam membahas unsur-unsur sebagaimana tersebut di
atas akan membuktikan unsur delik dari Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Ad.a “yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang turut
serta melakukan perbuatan”
Unsur “yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang turut
serta melakukan perbuatan” adalah merupakan unsur pasal penyertaan atau
keturutsertaan dalam suatu tindak pidana. Bentuk-bentuk deelneming atau
keturutsertaan yang ada menurut ketentuan-ketentuan pidana dalam pasal 55
KUHP itu adalah:
a. Doen plegen atau menyuruh melakukan atau yang didalam doktrin juga
sering disebut sebagai middellijk daderschap;
b. Medeplegen atau turut melakukan ataupun yang didalam doktrin juga sering
disebut sebagai mededaderschap
Penuntut umum dalam hal ini akan membuktikan bentuk Medeplegen atau
turut melakukan tindak pidana.
Medeplegen disamping merupakan suatu bentuk deelneming, maka ia juga
merupakan suatu bentuk daderschap. Apabila seseorang itu melakukan suatu
tindak pidana, maka biasanya ia disebut sebagai seorang dader atau seorang
pelaku. Apabila beberapa orang yang secara bersama-sama melakukan suatu
tindak pidana, maka setiap peserra didalam tindak pidana itu dipandang
sebagai seorang mededader dari peserta atau peserta lainnya.
Misalnya tiga orang secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran
dengan bersepeda secara berjejer diatas jalan umum, yang oleh pembentuk
undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang terlarang dan
diancam dengan hukuman.
Menurut Prof. Lamintang, hakim tidak perlu menyebutkan secara tegas
bentuk-bentuk keturutsertaan yang telah dilakukan oleh seorang tertuduh, oleh
karena pencantuman dari peristiwa yang sebenarnya telah terjadi itu sendiri
sebenarnya telah menunjukkan bentuk ketrutsertaan yang dilakukan oleh
masing-masing peserta didalam suatu tindak pidana yang telah mereka
lakukan.
Menurut van Hamel, suatu medeplegen itu hanya dapat dianggap sebagai ada,
yaitu apabila tindakan tiap-tiap peserta didalam suatu tindak pidana dapat
dianggap sebagai telah menghasilkan suatu dadrschap secara sempurna.
Menurut Prof. Van Hattum, perbuatan medepelegen didalam pasal 55 KUHP
itu haruslah diartikan sebagai suatu opzettelijk medeplegen atau suatu
kesengajaan untuk turut melakukan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh
orang lain.
Ini berarti bahwa suatu kesengajaan untuk turut melakukan suatu culpoos
delict itu dapat dihukum dan sebaliknya suatu ketidaksengajaan turut
melakukan sesuatu opzetettelijk atau suatu culpos delict itu menjadi tidak
dapat dihukum.
Ini berarti bahwa menurut Prof. Van Hattum opzet seorang medeplegen itu
harus ditujukan kepada :
a. Maksud untuk bekerjasama dengan orang lain dalam melakukan suatu
tindak pidana dan
b. Dipenuhinya semua unsur dari tindak pidana tersebut yang diliputi oleh
unsur opzet yang harus dipenuhi oleh pelakunya sendiri, yakni sesuai dengan
yang disyaratkan dalam rumusan tindak pidana yang bersangkutan.
Menurut Prof. Legemeijer, baik orang yang mempunyai opzet untuk
membunuh koraban, maupun orang yang turut melakukan dengan maksud
semata-mata menganiaya koraban itu kedua-duanya harus dipersalahkan telah
turut melakukan suatu penganiayaan berat yang menyebabkan matinya
oranglain.
Sebagai alasan telah dikemukakannya bahwa bentuk-bentuk daderschap yang
disebutkan dalam pasal 55 KUHP itu harus ditafsirkan sedemikian rupa,
sehingga bentuk-bentuk daderschap tersebut harus disamakan dengan plegen.
Menurut Prof. Van Hattum, untuk adanya suatu medeplegen itu tidak
diperlkan adanya suatu kesamaan opzet pada masing-masing peserta
kejahatan.
Fakta yang membuktikan unsur pasal ini adalah sebagai berikut:
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa Terdakwa mengakui bersama-sama dengan saksi
HELENA telah membuat rencana jahat untuk membunuh Korban.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA memasukkan
tissue dan kertas Koran ke mulut Korban, hal mana bertujan agar korban
tidak dapat bernafas.
Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
Ad.b “dcngan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu”
Unsur “dengan sengaja” artinya mengetahui dan menghendaki, maksudnya
mengetahui perbuatannya dan menghendaki akibat dari perbuatannya.
Unsur dengan sengaja (dolus/opzet) merupakan suatu yang dikehendaki
(willens) dan diketahui (wetens). Dalam doktrin, berdasarkan tingkat
kesengajaan terdiri dari 3 bentuk, yakni:
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
2. Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij zakerheids bewustzijn)
3. Kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids bewustzijn
atau dolus eventualis).
Berdasarkan pandangan bahwa unsur opzettelijk bila dicantumkan dalam
rumusan tindak pidana, maka pengertian opzettelijk itu harus diartikan
termasuk kedalam 3 bentuk kesengajaan tersebut. Pandangan ini sesuai
dengan praktik hukum yang dianut selama ini.
Unsur “dengan rencana terlebih dahulu” pada dasarnya mengandung 3
syarat atau unsur:
1. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang
2. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai
dengan pelaksanaan kehendak.
3. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.
Adanya pendapat yang mengatakan bahwa unsur dengan rencana terlebih
dahulu adalah bukan bentuk kesengajaan tetapi berupa cara membentuk
kesengajaan/opzet yang mana mempunyai 3 syarat yaitu:
1. Opzet’nya itu dibentuk setelah direncanakan terlebih dahlu.
2. Dan setelah orang merencanakan (opzetnya) itu terlebih dahulu, maka
yang penting adalah cara “Opzet” itu dibentuk yaitu harus dalam
keadaan yang tenang.
3. Dan pada umunya, merencanakan pelaksanaan “opzet” itu memerlukan
jangka waktu yang agak lama.
Memperhatikan pengertian dan syarat dari unsur yang direncanakan terlebih
dahulu di atas, tampak proses terbentuknya direncanakan terlebih dahulu
(berencana) memang lain dengan terbentuknya kesengajaan (kehendak).
Fakta yang membuktikan unsur pasal ini adalah sebagai berikut:
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa Terdakwa mengakui bersama-sama dengan saksi
HELENA telah membuat rencana jahat untuk membunuh Korban
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA memasukkan
tissue dan kertas Koran ke mulut Korban, hal mana bertujan agar korban
tidak dapat bernafas.
Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
Ad.c “merampas nyawa orang lain”
Unsur ini disyaratkan adanya orang mati. Dimana yang mati adalah orang
lain dan bukan dirinya sendiri si pembuat tersebut.
Pengertian orang lain adalah semua orang yang tidak termasuk dirinya
sendiri si pelaku.
Dalam rumusan tindak pidana Pasal 338 KUHP tidak ditentukan
bagaimana cara melakukan perbuatan pembunuhan tersebut, tidak
ditentukan alat apa yang igunakan tersebut, tetapi Undang-Undang hanya
menggariskan bahwa akibat dari perbuatannya itu yakni menghilangkan
jiwa orang lain atau matinya orang lain.
Kematian tersebut tidak perlu terjadi seketika itu atau sesegera itu, tetapi
mungkin kematian dapat timbul kemudian.
Untuk memenuhi unsur hilangnya jiwa atau matinya orang lain tersebut
harus sesuatu perbuatan, walaupun perbuatan itu kecil yang dapat
mengakibatkan hilangnya atau matinya orang lain.
Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 (tiga) syarat
yang harus dipenuhi yaiatu:
1. Adanya wujud perbuatan
2. Adanya suatu kematian (orang lain)
3. Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan
dan akibat kematian (orang lain)
Fakta yang membuktikan unsur pasal ini adalah sebagai berikut:
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA, keterangan
Terdakwa, dan Visum et Repertum korban meninggal dunia No.
11/VeR/CIPTO MANGUNKUSUMO/III/2014 atas nama Adelina Suwito,
luka bekas pukulan dan tendangan di badan korban adalah karena dipukul
dan ditendang oleh Terdakwa dan saksi HELENA.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA memasukkan
tissue dan kertas Koran ke mulut Korban, hal mana bertujan agar korban
tidak dapat bernafas.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA kemudian
mendapati Korban telah meninggal dunia.
Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi HELENA dan keterangan
Terdakwa, Terdakwa bersama-sama dengan saksi HELENA membuang
jenazah Korban di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi.
Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
Dengan demikian maka telah terpenuhi unsur-unsur dalam DAKWAAN.
V. PENUTUP
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penasehat Hukum Yang Kami Hormati,
Sidang Yang Kami Muliakan.
Berdasarkan analisis terhadap unsur-unsur perbuatan/pasal dalam dakawaan
yang didakwakan kepada Terdakwa yang telah dibuktikan sepanjang
pemeriksaan tidak diketemukan keadaan-keadaan yang dapat menghilangkan
sifat melawan hukum dari perbuatan Terdakwa, maka Penuntut Umum
berkesimpulan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum melakukan Tindak Pidana yang melakukan, yang menyuruh
melakukan, atau yang turut serta melakukan perbuatan, dcngan sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, dan dapat
mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukannya secara pidana
sebagaimana didakwakan melanggar Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
Bahwa oleh karena Terdakwa telah terbukti bersalah melakukan Tindak
Pidana sebagaimana didakwakan tersebut di atas dan Terdakwa mampu
bertanggung jawab, maka terhadap Terdakwa haruslah dijatuhi pidana sesuai
dengan tingkat kesalahannya.
TUNTUTAN PIDANA
Majelis Hakim yang terhormat,
Kini tibalah saatnya bagi kami Penuntut Umum untuk mengajukan
tuntutan pidana terhadap Terdakwa sepadan dengan tindak pidana yang
Terdakwa lakukan. Namun sebelumnya perkenankanlah kami untuk
menyampaikan hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam pengajuan
tuntutan pidana ini yaitu sebagai berikut:
Hal-hal yang memberatkan:
1. Perbuatan Terdakwa menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi
keluarga korban yang ditinggalkan, mengingat korban merupakan anak
tunggal dari kedua orang tuanya.
Hal-hal yang meringankan:
1. Terdakwa belum pernah dipidana sebelumnya.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka kami Penuntut Umum dalam
perkara ini, untuk, dan atas nama Negara dengan memperhatikan ketentuan
Undang-undang yang bersangkutan,
MENUNTUT
Agar majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang mengadili perkara
ini memutuskan:
1. Menyatakan Terdakwa GUNAWAN terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum melakukan tindak pidana, yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, atau yang turut serta melakukan perbuatan,
dcngan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, sesuai dengan dakwaan tunggal dari Penuntut Umum;
2. Menjatuhkan pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun kepada
Terdakwa;
3. Memerintahkan Terdakwa untuk tetap ditahan;
4. Menyatakan alat bukti surat dan barang bukti berupa:
Alat bukti surat:
Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Puslabfor
Bareskrim POLRI;
Berita Acara Pemotretan barang bukti berupa tissue yang di mobil
Terdakwa dan Koran yang telah dirobek sebagian, yang digunakan untuk
membungkam korban;
Visum et Repertum korban meninggal dunia No. 11/VeR/CIPTO
MANGUNKUSUMO/III/2014 atas nama Adelina Suwito.
Barang bukti:
Serpihan kertas Koran dan tissue yang ditemukan di dalam tenggorokan
korban.
untuk digunakan dalam perkara lain;
5. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara kepada Negara
sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan batin dan
keteguhan iman kepada Majelis Hakim dalam memutus perkara ini.
Demikian Surat Tuntutan Pidana ini kami bacakan dan serahkan dalam sidang
hari ini.
Jakarta, 21 April 2014
JAKSA PENUNTUT UMUM
HARI BENARTO J.M.H SINAGA, SH., MH.
JAKSA UTAMA NIP 19610177 197103 1 007
top related