tumpatan rigid
Post on 06-Jan-2016
16 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia dalam
bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Tindakan medik
kedokteran gigi salah satunya adalah melakukan perawatan konservasi gigi yaitu
membuat restorasi dengan bahan-bahan restorasi yang sesuai indikasi pada gigi
sulung maupun permanen (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).
Bahan restorasi merupakan suatu bahan yang banyak digunakan dalam
bidang kedokteran gigi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang
rusak. Adapun yang menyebabkan rusaknya struktur gigi dan memerlukan
perbaikan yakni karies, aus akibat pemakaian, trauma dan kelainan pertumbuhan
(Kidd et al, 2002).
Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi bahan
plastis dan non plastis (dari bahan rigid) (Anusavice, 2004). Restorasi plastis
adalah teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian tumpatan dikerjakan pada
satu kali kunjungan dan tidak memerlukan fasilitas laboratorium. Yang termasuk
restorasi plastis adalah amalgam, komposit resin, silikat, dan glass ionomer
cement. Tumpatan plastis cenderung digunakan ketika struktur gigi cukup banyak
untuk mempertahankan integritas dengan bahan tumpatan. (Anusavice, 2004 &
ADA, 2003)
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental
dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PAPARAN LOGAM BERAT ... PRADHIKA ARDANI
-
pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan
penempatan tumpatan sementara (ADA, 2003). Restorasi rigid terdiri diri inlay,
onlay, mahkota full veneer, mahkota logam-porselen, dan mahkota jaket porselen
(Anusavice, 2004).
Komposisi restorasi rigid ada tiga jenis, yaitu high noble alloy, noble
alloy, dan base metal alloy. High noble alloy terdiri dari 60% logam mulia yang
merupakan kombinasi dari emas, paladium dan perak, dengan berat emas minimal
40%. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia yang terdiri
dari emas, paladium atau perak. Base metal alloy mengandung logam mulia
kurang dari 25%. Base metal alloy dibagi menjadi dua, yaitu: Nickel-Chromium
alloy dan Cobalt-Chromium alloy. Alloy dengan bahan dasar Cr banyak
digunakan oleh tekniker gigi untuk pembuatan mahkota gigi tiruan sebagian cekat
(Anusavice, 2004)
Menurut Widowati dkk (2008) Cr (kromium) merupakan logam berat yang
bersifat toksik. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim
sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen,
teratogen, ataupun karsinogen.
Dalam jumlah kecil, kromium dibutuhkan oleh manusia untuk
metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi
kromium bisa menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan
lemak tubuh, munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan
menyebabkan infertilitas. Tetapi akan berbahaya kalau berlebihan terpapar oleh
tubuh manusia. Akibatnya dapat berupa penyakit kronis, berlangsung selama
bertahun-tahun, jika mengenai salah satu organ tubuh. (Windari, 2001)
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PAPARAN LOGAM BERAT ... PRADHIKA ARDANI
-
Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat (1998)
menggolongkan kromium sebagai suatu zat yang bersifat karsinogenik. Pekerja
perusahaan yang menggunakan proses pelapisan kromium berisiko tinggi terimbas
pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat proses pelapisan
kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker paru-paru.
Selain itu, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan menimbulkan ulserasi,
ulserasi pada selaput lendir hidung, vascular effect (pembuluh darah pada aorta
rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas tubuh, gangguan
reproduksi dan gangguan ginjal. (Windari, 2001)
Pada studi cohort yang dilakukan Luippold dkk (2003), mengevaluasi 482
pekerja yang terpapar kromium di industri penghasil kromat di Painesville, Ohio.
Lima puluh satu dari 304 kematian adalah karena kanker paru. (Sedman et al,
2011). Sulotto dkk (2008) mempelajari 68 tekniker gigi di Italia. Enam puluh
enam persen dari 15 tekniker gigi yang mengerjakan prostesis alloy menderita
pneumokoniosis. Herson dkk (2006) meneliti 31 tekniker gigi di Denmark,
ditemukan prevalensi 12,9% untuk pneumokoniosis. Selden dkk (2004)
melakukan studi di Swedia pada 37 tekniker gigi yang setidaknya lima tahun
terkena paparan debu dari alloy kromium kobalt molibdenum. Fungsi paru secara
signifikan lebih rendah dari normal serta ditemukan prevalensi pneumokoniosis
sebesar 16,2%. Studi yang dilakukan oleh Tuengerthal dkk (1993) pada 134
tekniker gigi di Prancis, hasilnya 110 (82,1%) diantaranya terpapar alloy nikel-
kromium dan 72 (53,7%) diantaranya terpapar alloy kobalt-kromium (Radi et al,
2002). Fabrizio (2007) melakukan studi epidemiologi dan klinis pada 27 tekniker
gigi bekerja di sekolah untuk tekniker gigi di Roma, serta mengundang untuk
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PAPARAN LOGAM BERAT ... PRADHIKA ARDANI
-
menjalani pemeriksaan neurologis dan menceritakan sejarah pekerjaan secara
rinci di klinik. Hasilnya, dari 14 subyek yang menjalani pemeriksaan neurologis,
empat mengalami tremor postural dan satu didiagnosis penyakit Parkinson.
Menurut spesifikasi ANSI/ADA nomor 14, berat kromium tidak boleh
kurang dari 20% dari berat total bahan restorasi. Logam kromium dapat masuk ke
dalam semua strata lingkungan, termasuk dental laboratory sehingga perlu
mendapat perhatian lebih, sebab menurut Departemen Kesehatan RI kadar batas
maksimal kromium yang diperbolehkan dalam darah hanya 0,2 0,3 ug/L,
sedangkan menurut WHO adalah 0,5 ug/L (Dhiyauddin, 2008).
Tekniker gigi berprofesi membantu dokter gigi dalam pekerjaan
laboratorium. Apa yang dibuat oleh dokter gigi dibuat di dalam laboratorium oleh
tekniker gigi dengan pengawasan dan arahan dokter gigi. Dasar pengetahuan
tekniker gigi didapat dari sekolah Akademi Tehnik atau Laboratorium Kedokteran
Gigi (Dhiyauddin, 2008).
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni 2012
di salah satu dental laboratory di Surabaya, didapatkan hasil bahwa tekniker gigi
yang bekerja selama 20 tahun mempunyai konsentrasi kromium dalam darah yang
melebihi nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan WHO.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga ditunjang dengan fasilitas
praktek berupa Rumah Sakit Gigi dan Mulut serta Laboratorium Teknik Gigi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di bagian kepegawaian, didapatkan
data bahwa tekniker gigi di laboratorium berjumlah 12 orang. Beberapa tahun
terakhir, 22% tekniker meninggal dikarenakan sakit kanker paru-paru dan gagal
ginjal kronik, yang diduga merupakan penyakit akibat paparan logam berat
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PAPARAN LOGAM BERAT ... PRADHIKA ARDANI
-
kromium. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui konsentrasi
kromium dalam darah tekniker gigi.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah paparan logam berat kromium berdampak pada tingginya
konsentrasi kromium dalam darah tekniker gigi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui konsentrasi logam berat kromium dalam darah tekniker gigi
akibat paparan uap dan partikel dari kromium di laboratorium tempat bekerja.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui APD (alat pelindung diri) yang digunakan oleh tekniker gigi
dalam bekerja.
2. Mengetahui besar konsentrasi logam berat kromium dalam darah tekniker
gigi.
3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi logam
berat kromium dalam darah tekniker gigi.
1.4 Manfaat
1. Menjadi masukan bagi laboratorium tempat tekniker gigi bekerja untuk
pencegahan adanya paparan kromium.
2. Sebagian sarana edukasi bagi tekniker dalam kontak dengan logam berat.
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PAPARAN LOGAM BERAT ... PRADHIKA ARDANI
top related