tumor esofagus bt di upload
Post on 01-Nov-2015
820 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUMOR ESOFAGU
SDisusun oleh :
Try Merdeka Puri S.Ked
04104705047
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di
dalam sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang
bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering
terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut
dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan
kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker kerongkongan
adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor tersebut
sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.1
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah
yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari
tepi selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia
Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia.1,2
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang
disebabkan oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang
seperti Afrika Selatan dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi
diberbagai negara, banyak ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong,
Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat seperti Amerika dan Inggris jarang
ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di China insiden karsinoma esofagus
19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada propinsi
Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di
Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada
wanita.1,3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus
1. Anatomi
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari
perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan
dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang
5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars
thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di
belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan
bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars
abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan
berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4
1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6)
sampai suprasternal notch
2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)
3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction
4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esofagus.
Otot esofagus 1/3 atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat
dengan otot-otot faring, sedangkan 2/3 bawah adalah otot polos (otot sirkular dan
otot longitudinal). Esofagus menyempit pada tiga tempat :
1. Bersifat sfingter (sfingter faringoesofageal), setinggi tulang rawan krikoid
pada batas antara faring dan esofagus (peralihan otot serat lintang -otot
polos)
3
2. Di rongga dada bagian tengah akibat tertekan langsung aort,a dan bronkus
utama kiri, tidak bersifat sfingter
3. Di hiatus esofagus diafragma yaitu tempat hiatus esofagus berakhir di
kardia lambung, murni bersifat sfingter (sfingter gastroesofageal).
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior
ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v.
pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45
cm. Bagian atas esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah
dari a. thiroidea inferior beberapa cabang dari arteri bronkialis dan beberapa arteri
kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat darah dari
a. phrenica inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.34
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di
esofagus bagian atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui
vena esofagus ke v. azigos dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena
kava superior. Di esofagus bagian bawah, semua pembuluh vena masuk ke dalam
vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung
antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian bawah melalui vena
lambung tersebut.
Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dalam mukosa,
submukosa, lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial,
pembuluh ini berjalan seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari
faring ke kelenjar di leher sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke
kelenjar seliakus, seperti pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus
berjalan di depan tulang belakang.
Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus
bersifat saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus
membawa gabungan saraf simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis
dipersarafi oleh n. laringeus rekuren yang berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus
dan n. laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus thorakalis atas. N. vagus kiri
dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk pleksus esofagus.
4
Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis, n.
splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4
Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring
bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap
isi lambung yang sangat asam
2. Sub Mukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat
mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi
mukosa dari cedera akibat zat kimia.
3. Muskularis
Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada
separuh bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya
terdiri dari campuran antara otot rangka dan otot polos.
4. lapisan bagian luar (Serosa)
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan
struktur-struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan
penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan
kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.
B. Fisiologi
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring
ke lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus
dan masuknya udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas
esofagus, sfingter atas normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot
krikofaringeus.
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung
oleh gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada
5
besarnya bolus makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus
terdiri dari gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak
peristaltik primer adalah gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan
peristaltik pada faring yang menyebar ke esofagus. Gerakan ini berlangsung
dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan waktu 8-9 detik untuk
mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi oleh
adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih
ada makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus,
maka akan terjadi gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik
sekunder berakhir setelah semua makanan meninggalkan esofagus. Esofagus
dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau sfingter atas
esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan lambung oleh
sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/
LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh n.
vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron
post ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.3,4
Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara
esofagus dan lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak
berbeda dengan esofagus tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam
keadaan normal sfingter selalu konstriksi.
Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Faseoral, yang mencetuskan proses menelan
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan
bercampur dengan liur akan membentuk bolus makananàmelalui dorsum
lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m.
levator veli palatini mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah
diperluas, palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring
(Passavant’s ridge) terangkatà penutupan nasofaring akibat kontraksi m.
levator veli palatineà kontraksi m. Palatoglosusàismus fausium
6
tertutupàkontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan
berbalik ke rongga mulut.
2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu
jalannya makanan dari faring kedalam esophagus. Faring dan taring
bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m. salfingofaring,
m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika
dan m. aritenoid obligesàpenghentian aliran udara ke laring karena refleks
yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke
sal.nafasàmeluncur ke arah esofagus.
3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan
dari esofagus ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase
faringealàrelaksasi m. krikofaringà introitus esofagus terbuka dan bolus
makanan masuk kedalam esofagus. àsfingter berkontraksi > tonus introitus
esofagus saat istirahat,àrefluks dapat dihindari. Akhir fase esofageal
sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik
esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya
setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan menutup kembali.
II.2 Tumor Esofagus
Tubuh manusia mengandung ratusan juta sel hidup. Sel-sel tersebut
normalnya tumbuh, memperbanyak diri, dan mati sesuai dengan siklusnya.
Esofagus, seperti jaringan tubuh lainnya, juga terdiri dari se-sel hidup. Pada awal
kehidupan, sel sel esofagus membelah lebih cepat sebagai suatu bagian dalam
proses pertumbuhan. Setelah seseorang menginjak fase dewasa, sebagian besar sel
hanya akan membelah diri untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak atau
mati.2
Kanker dimulai saat sel yang menjadi bagian dalam tubuh tumbuh dan
berkembang di luar kendali. Ada banyak jenis kanker, tetapi semua kanker
awalnya terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal dari sel-sel tubuh.
7
Pertumbuhan sel kanker berbeda dengan pertumbuhan sel normal lainnya. Sebagai
pengganti sel yang sebelumnya telah rusak atau mati, sel kanker tumbuh dan terus
tumbuh bahkan membentuk sel baru yang abnormal. Sel kanker juga dapat
menyerang jaringan lain, sesuatu hal dimana sel normal tidak dapat
melakukannya. Saat sel membelah, sel tersebut dikontrol oleh suatu gen yang
terdapat di masing-masing sel, inilah yang dikenal dengan nama DNA. Di sel
yang normal, ketika DNA mengalami kerusakan maka sel akan memperbaiki
kerusakan tersebut. akan tetapi pada sel kanker, kerusakan DNA tidak diperbaiki
oleh sel, dan sel tersebut bahkan tidak mati. Sebagai gantinya sel akan terus
tumbuh menghasilkan jutaan, dan bahkan milyaran sel yang sama seperti
dirinya.1,2
Tidak semua tumor adalah kanker. Tumor yang bukan kanker disebut
tumor jinak. Tumor jinak dapat menjadi masalah jika tumor tersebut tumbuh
semakin besar dan menekan organ atau jaringan tubuh yang sehat. Akan tetapi
tumor jinak tidak dapat tumbuh dan menginvasi jaringan lain. Karena tumor jinak
tidak dapat berinvasi, maka tumor tersebut tidak dapat menyebar ke bagian tubuh
lain. Tumor jenis ini tidak mengancam kehidupan.
II.3 Definisi
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang
bersifat ganas (kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh
dan berkembang dari lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor
jenis ini biasanya tanpa gejala dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini
sering tercatat hanya sebagai temuan insidentil selama radiografi rutin atau
endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor
yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Karena tumor
berasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh submukosa yang utuh
dan mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan
tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5
Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis
gepeng yg melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam
8
(mukosa) dan tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor
tersebut hampir 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat
ganas.5
II.4 Klasifikasi Tumor
Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu,
1. Tumor epitel
Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor
jenis ini merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus.
Tumor epitel dibagi menjadi squamous cell carcinoma dan
adenokarsinoma.5
2. Tumor metastase
3. Limfoma
Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus
4. Sarcoma
Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.
Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus
dibagi menjadi epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan
adenokarsinoma. Squamous cell carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus.
Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker esofagus di Amerika Serikat.
Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah
sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam esofagus. Sebelum
menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel squamous, dan
inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini sering
terjadi di bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat
terbanyak kejadian adenokarsinoma.5
II.5 Epidemiologi
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian karena
kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika
9
Selatan dan Cina. Di amerika pada tahun 2000, angka kejadian kasus baru
mencapai angka 12.300 sedangkan angka kematian mencapai 12.100. dalam 25
tahun terakhir ini, terjadi peningkatan kejadian adenokarsinoma esofagus distal
yang cukup signifikan.1,3, 6
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah
yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari
tepi selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia
Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker esofagus banyak
terdapat di Finlandia, Islandia, Afrika Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di
Amerika Utara dan Eropa Barat, Kanker esofagus lebih sering terjadi pada orang
kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih. Squamous Cell carcinoma
adalah jenis kanker yang sering terjadi pada orang kulit hitam, sedangkan
adenokarsinoma sering terjadi pada orang kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin,
laki-laki beresiko terkena kanker esophagus 3 hingga 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita. Hal ini terutama dikaitkan dengan tingginya
konsumsi alkohol dan rokok pada pria. Berdasarkan tingkatan usia, usia lebih dari
65 tahun memiliki resiko paling tinggi untuk menderita kanker esofagus. Sekitar
15% penderita didiagnosa menderita kenker esofagus pada usia kurang dari 55
tahun.1,2,5
II.6 Faktor Resiko
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para
peneliti percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat
menyebabkan kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi
bagian dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi
yang berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi pada GERD,
Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker. Beberapa
faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus diantaranya
adalah :
1. Merokok dan konsumsi alkohol
10
Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker
esofagus. Alkohol dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada
mukosa esofagus. Orang yang merokok 1 bungkus perhari memiliki resiko
2 kali lebih tinggi untuk menderita adenokarsinoma esofagus
dibandingkan dengan yang tidak merokok
2. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi
untuk menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan tekanan intra abdomen dan refluk esofagus.
3. Gastro esophageal reflux disease (GERD)
Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal.
Resiko bergantung pada seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi.
Sekitar 30 % kejadian kanker esofagus dikaitkan dengan kejadian GERD.
2. Barrett’s esophagus
Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan
dalam jangka waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan
kerusakan pada dinding esofagus. Hal ini dapat mengakibatkan sel
skuamous yang melapisi esofagus menjadi nhilang dan digantikan oleh sel
glandular. Sel glandular ini biasanya terlihat seperti sel yang melapisi
dinding lambung dan usus halus, dan lebih resisten terhadap asam
lambung. Kondisi ini dinamakan Barrett’s esophagus. Sekitar 10 % orang
dengan gejala GERD menderita Barrett’s esophagus. Semakin lama
seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko untuk menderita
Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barrett’s
esophagus memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki
resiko 30 hingga 125 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya
kanker esofagus dibandingkan dengan orang normal. Hal ini dikarenakan
sel glandular pada Barrett’s esophagus menjadi abnormal hingga menjadi
displasia, kondisi prekanker.7
4. Diet
11
Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-
sayura, berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus.
Buah-buahan dan sayur-sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral
yang membantu dalam mencegah terjadinya kanker. Sekitar 15 5 kanker
esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan buah-buahan dan sayuran.
Makan makanan yang sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-
sayuran dapat meningkatkan kejadian kanker esofagus.
5. Akhalasia
Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi
dengan baik. Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung
menjadi tertahan dan cenderung berkumpul di esofagus. Akibatnya
esofagus mengkompensasi dengan melakukan dilatasi. Orang dengan
akhalasia memiliki resiko untuk mengalami kanker esofagus 15 kali lebih
besar dibandingkan dengan orang normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang)
dari semua kasus akhalasia berkembang menjadi kanker squamous cell
carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar 17 tahun setelah pasien
didiagnosa akhalasia.
6. Bakteri lambung
Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah
lambung, termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi
karena nakteri ini dapat diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang
mengurangi asam lambung. Orang yang mendapat terapi H.Pylori beresiko
untuk mengalami kanker esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak
mendapatkan terapi. Hal ini dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan
lambung memproduksi sedikit asam lambung. rendahnya kadar asam
lambung berdampak apad rendahnya refluks ke esofagus. Jadi infeksi
dapat menyebabkan banyak masalah di lambung, tetapi di lain pihak hal
ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.
12
II.7 Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien
mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan
lesi ulseratif esofagus tahap lanjut.
1. Disfagia
Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering
dirasakan oleh penderita seperti ada makanan yang tersangkut di
tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka penderita
biasanya mengganti makanan dan kebiasan makannya secara tidak sadar.
Penderita makan dengann jumlah gigitan yang lebih sedikit dan
mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. seiring dengan
pertumbuhann kaknker yang semakin besar, penderita mulai makan
makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih
mudah masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti
mengkonsumsi makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair.
Akan tetapi, jika kanker tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun
tidak bisa melewati esophagus. Untuk membantu makanan melewati
esophagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan menghasilkan saliva
luarkan Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker
esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan mukus atau
saliva.1,5,8
2. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
3. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas
dan akhirnya cegukan.
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar
di dada. gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan
dengan organ lain, seperti jantung, sehingga sering kali orang tidak
13
menyadari kalau gejala tersebut adalah salah satu gejala yang sering
dikeluhkan pada penderita kanker esofagus.
4. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat
kelaparan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami
penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga
penderita mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya.
Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya
proses metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor
mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan
ulserasi pada mukosa dan menghasilkan pendarahan di daerah
gastrontestinal. Jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak, maka
feses juga bisa berubah menjadi warna hitam tapi hal ini bukan berarti
tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.
5. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan
menelan dan anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar
getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.
II. 8 Staging Kanker Esofagus
The American Joint Committee on Cancer Staging 1987 membagi stadium tumor
berdasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer, N adalah pembesaran kelenjar
limfe regional dan M adalah metastasis jauh. TNM sistem dapat ditegakkan dari
hasil pemeriksaan klinis, esofagoskopi dan CT scan.9
TUMOR PRIMER (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti ada tumor primer
Tis Carcinoma in situ
14
T1 Invasi ke lamina propia atau submukosa
T2 Invasi ke tunika muskularis propia :
T3 Invasi ke tunika adventitia.
T4 Invasi ke struktur sekitar.
REGIONAL LYMPH NODES (N)
NX Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis jauh
N1 Ada metastasis ke KGB regional
METASTASE (M)
MX Metastasis tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh
KLASIFIKASI METASTASE
Tumor pada bgaian bawah esophagus
M1a Metastasis di limfa nodus celiac
M1b Metastasis jauh lainnya
Tumor pada bagian tengah esophagus
M1a Not applicable
M1b Nonregional lymph nodes and/or other distant metastasis
Tumor pada bagian atas esophagus
M1a Metastase ke nodus servikal
M1b Metastase ke tempat lain
STAGE GROUPING
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
15
Stage IIA T2 N0 M0
T3 N0 M0
Stage IIB T1 N1 M0
T2 N1 M0
Stage IIIA T1 N2 M0
T3 N1 M0
Stage IIIB T4 Any N M0
Stage IV Any T Any N M1
Stage IVA Any T Any N M1a
Stage IVB Any T Any N M1b
II. 9 Penegakan Diagnostik
Evaluasi Diagnostik
Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,
terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT,
ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
2. Imaging studies
a. Barium swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi
dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan
membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat
apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus.
16
Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab
disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan
tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa jauh
kanker telah bermetastase.9,10
b. CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus,
tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari
kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker
esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan apakah
pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus.
Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras,
sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat jelas sehingga tidak
terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.
3. Endoskopi
a. Upper Endoscopy
Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk
mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat
melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan
kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak
normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke
laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah
jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika
kanker esophagus menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut
dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan
dan cairan dapat melaluinya.9,10
b. Endoscopic ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk
melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna
untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker
17
tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak
radiasi, sehingga aman untuk digunakan.
Gambar 1. Endoskopi
4. Bronkoskopi dan mediastinokopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga
tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena
dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat.
Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker
telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.
II.10 Penatalaksanaan
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma esofagus,
perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium tumor.
Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan
jasmani yang teliti, dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur
dilanjutkan dengan esofagografi memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan
dada dan abdomen. Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan bronkoskopi,
mediastinoskopi, atau sidik tulang.11
18
Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus.
Pilihannya adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari
ketiga jenis pilihan. Sebagai contoh, terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan
sebelum atau setelah operasi. Pilihan terapi bergantung pada beberpah hal,
diantaranya :
Lokasi kanker di dalam kerongkongan
Apakah kanker telah menyerang struktur disekitarnya
Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh
lainnya
gejala dan kondisi kesehatan secara umum
a. Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung
terutama di mana kanker itu berada. Untuk pembedahan harus ditentukan apakah
dapat dioperasi atau tidak berdasarkan keadaan umum pasien secara klinis, tidak
adanya fiksasi tumor ke jaringan sekitar, atau tidak adanya metastasis ke organ
lain. Pembedahan dapat dikombuinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi
dan radioterapi. Pada stadium dini, di mana besar tumor kurang dari 2 cm,
dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy. Penderita akan merasakan nyeri
pada masa awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan membantu dalam
mengurangi rasa sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan dari tindakan
pembedahan diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi termasuk pneumoni,
pandarahan setelah pembedahan dan gangguan pernafasan.1,3,11
Esofagektomi
Merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat semua bagian dari esofagus,
termasuk sebagaian kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa nodus
yang berada dekat dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus sering
dihubungkan dengan bagian lambung yang tersisa, bagian lambung tersebut
ditarik ke arah dada atau leher menjadi bagian baru dari esofagus. Banyaknya
esofagus yang diangkat, bergantung pada staging tumor dan lokasi tumor berada.
19
Jika tumor terletak di bagian distal esofagus, maka bagian esofagus yang
diangkat bisa mencapai 8 hingga 10 cm dari normal esofagus.4,11
Beberapa metode esofagektomi:
McKeown’s operation
Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan
Insisi servikal, dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di servikal.
Ivor Lewis operation
Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi,
dilakukan anastomosis antara lambung dengan oesophagus di thoraks.
Laparoscopy-assisted esophagectomy
Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan
laparoscopic instruments untuk mobilisasi esophagus intra thoracic.
Open esophagectomy
Esophagus dapat diangkat dengan melakukan insisi melalui abdomen dan
torak, yang dikenal dengan nama esofagektomi transtorakal. Jika insisi
dilakukan melalui abdomen dan leher disebut esofagektomi transhiatal.
Minimally invasive esophagectomy
Esophagus dapat diangkat melalui insisi yang kecil, tindakan ini disebut
dengan esofagektomi invasif minimal. Ahli bedah menggunakan sejenis
teleskop yang tipis melalui insisi. Alat ini akan mempermudah ahli bedah
untuk melihat esofagus selam operasi.
Efek samping tindakan pembedahan
Seperti operasi lainnya, tindakan pembedahan pada esofagus juga
memiliki beberapa resiko. Serangan jantung atau pembentukan bekuan darah di
paru dan di otak dapat terjadi selama proses pembedahan. Komplikasi paru-paru,
seperti pneumoni, kebocoran pada tempat penyambungan esofagus dan lambung,
mual dan muntah, meningkatnya resiko infeksi, striktur esofagus dapat terjadi
sebagai akibat dari tindakan pembedahan
20
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Sinar tersebut hanya mempengaruhi sel-
sel kanker, tidak untuk sel-sel disekitarnya. Terapi radiasi dapat digunakan
sebelum atau setelah operasi. Bahkan dapat digunakan sebagai terapi tunggal,
pengganti operasi. Terapi radiasi biasanya dikombinasi dengan kemoterapi untuk
mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis terapi radiasi dalam pengobatan
kanker kerongkongan.1,3,11
Terapi radiasi eksternal: radiasi berasal dari sebuah mesin besar di luar
tubuh. The machine aims radiation at your cancer. Mesin ini bertujuan
radiasi pada kanker Anda. Perawatan biasanya 5 hari seminggu selama
beberapa minggu.
Terapi radiasi internal (brachytherapy): radiasi jenis ini menggunakan
semprotan anestesi untuk daerah kerongkongan sehingga pasien merasa
lebih nyaman sepanjang terapi. Sebuah tabung/selang ditempatkan ke
dalam kerongkongan. Zat radiasi akan keluar melalui tabung tersebut.
ketika tabung diangkat, zat radioaktif juga akan hilang bersamaan dengan
keluarnya tabung, sehingga tidak meninggalkan sisa di dalam tubuh.
Untuk jenis terapi radiasi ini, biasanya pengobatan tidak dilakukan secara
kombinasi dengan terapi lainnya.
Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi.
Terapi radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat
menyebabkan radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping
lainnya yaitu mual dan muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi
dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.
Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan.
Misalnya, kadang-kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan menyebabkan
kesulitan dalam menelan. Atau, radiasi juga dapat menyebabkan esofagus menjadi
21
sempit. Oleh karena itu, Sebelum terapi biasanya sebuah tabung plastik
dimasukkan ke dalam esofagus untuk menjaga agar esofagus tetap terbuka.
c. Kemoterapi
Kebanyakan orang dengan kanker kerongkongan mendapatkan
kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Obat-obat untuk kanker kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh
darah (intravena). Kemoterapi biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap
siklus memiliki masa perawatan diikuti oleh masa istirahat.11
Regimen yang sering digunakan untuk kemoterapi adalah
5-Fluorouracil
5-Fluorouracil + Cisplatin
ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil)
IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil + Leucovorin)
TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin)
Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan berapa
banyak dosis yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel kanker dengan
cepat, akan tetapi obat tersebut juga dapat membahayakan sel-sel normal yang ada
di dalam tubuh yang membelah dengan cepat seperti :
Sel darah: saat kemoterapi menurunkan kadar sel darah yang sehat, maka
seseorang dapat lebih mudah untuk mendapatkan infeksi, mudah memar
atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
Sel-sel pada akar rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok.
Sel yang melapisi saluran pencernaan: Kemoterapi dapat menyebabkan
kurang nafsu makan , mual dan muntah, diare, atau mulut dan bibir luka .
Efek samping lainnya yaitu ruam pada kulit, nyeri pada sendi, rasa baal
atau mati rasa pada tangan dan kaki, gangguan pendengaran dan pembengkakan
kaki.
d. Terapi paliatif
22
Pada stadium lanjut dilakukan tindakan paliatif agar pasien dapat menikmati
makanan peroral
Dilatasi mekanik
Dilatasi mekaniuk digunakan ketika tindakan pembedahan dan radioterapi
bersifat kontraindikasi. Teknik dilatasi ini menggunkan balon dilatators
yang dimasukkan ke esofagus dengan bantuan endoskopi. Karena resiko
perforasi esofagus cukup tinggi pada tindakan ini, maka dilatasi mekanik
harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati.1,11
Terapi Yag Laser
Terapi ini cukup efektif untuk mengobati obstruksi yang disebabkan oleh
tumor esofagus. Massa tumor dapat dihancurkan dengan menggunakan
laser sehingga lumen bebas dari massa.
II. 11 Prognosis
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki
prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar
limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat
bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8
penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun.1,5,9
23
BAB III
KESIMPULAN
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke
lambung. Jika terdapat gangguan pada daerah ini, maka semua proses tubuh yang
melibatkan esofagus termasuk proses menelan akan mengalami gangguan.
Esofagus, seperti jaringan tubuh lainnya, juga terdiri dari se-sel hidup.
Pada awal kehidupan, sel sel esofagus membelah lebih cepat sebagai suatu bagian
dalam proses pertumbuhan. Setelah seseorang menginjak fase dewasa, sebagian
besar sel hanya akan membelah diri untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak
atau mati. Jika sel-sel mulai membelah, tumbuh abnormal dan berkembang secara
tidak terkendali maka sel inilah yang dikatakan sel tumor atau kanker. Sel kanker
juga dapat menyerang jaringan lain, sesuatu hal dimana sel normal tidak dapat
melakukannya.
Tidak semua tumor adalah kanker. Tumor yang bukan kanker disebut
tumor jinak. Tumor jinak dapat menjadi masalah jika tumor tersebut tumbuh
semakin besar dan menekan organ atau jaringan tubuh yang sehat. Akan tetapi
tumor jinak tidak dapat tumbuh dan menginvasi jaringan lain. Karena tumor jinak
tidak dapat berinvasi, maka tumor tersebut tidak dapat menyebar ke bagian tubuh
lain. Tumor jenis ini tidak mengancam kehidupan.
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang
bersifat ganas (kanker). Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus
adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma.
Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esophagus,
24
terdiri dari epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan
adenokarsinoma. Dari kedua tumor tersebut hampir 95% tumor yang ada di
esofagus adalah tumor yang bersifat ganas (kanker).
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para
peneliti percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat
menyebabkan kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi
bagian dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi
yang berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi pada GERD,
Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker.
Kanker esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Dari gejala
klinis, hal yang paling sering menjadi keluhan pasien adalah disfagia (sulit
menelan), merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
nyeri pada dada, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan
akhirnya cegukan serta perdarahan. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien
menjadi kurus karena gangguan menelan dan anoreksia. Jika telah lanjut, terdapat
pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta
hepatomegali. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED
meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT,
ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan. Dari pemeriksaan penunjang
lainnya seperti bubur barium, dapat terlihat gambaran yang khas pada sebagian
besar kasus di mana akan terlihat tumor dengan permukaan yang erosif dan kasar
pada bagian esofagus yang terkena. Pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat
penting untuk mendiagnosis karsinoma esofagus, terutama untuk membedakan
antara karsinoma epidermal dan adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan
beberapa biopsi, oleh karena terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya
kecenderungan tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamus yang
normal.
Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus.
Akan tetapi, sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma
esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan
25
stadium tumor berdasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer, N adalah
pembesaran kelenjar limfe regional dan M adalah metastasis jauh. Pilihan terapi
yang dapat digunakan adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau
kombinasi dari ketiga jenis pilihan.
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung
terutama di mana kanker itu berada. Pembedahan dapat dikombuinasikan dengan
terapi lain seperti kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini, di mana besar
tumor kurang dari 2 cm, dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy. Efek
samping yang ditimbulkan dari tindakan pembedahan diantaranya adalah serangan
jantung atau pembentukan bekuan darah di paru dan di otak dapat terjadi selama
proses pembedahan. Komplikasi paru-paru, seperti pneumoni, kebocoran pada
tempat penyambungan esofagus dan lambung, mual dan muntah, meningkatnya
resiko infeksi, striktur esofagus dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan
pembedahan.
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum
atau setelah operasi. Terapi radiasi biasanya dikombinasi dengan kemoterapi
untuk mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis terapi radiasi dalam
pengobatan kanker kerongkongan, yaitu terapi radiasi eksternal dan terapi radiasi
internal. Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi.
Terapi radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat
menyebabkan radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping
lainnya yaitu mual dan muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi
dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.
Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Obat-obat untuk kanker kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh
darah (intravena). Kemoterapi biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap
siklus memiliki masa perawatan diikuti oleh masa istirahat. Regimen yang sering
digunakan untuk kemoterapi adalah 5-Fluorouracil, 5-Fluorouracil + Cisplatin,
ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil), IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil +
Leucovorin) dan TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin). Efek samping dari
26
kemoterapi, diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah, kurang nafsu makan , mual dan
muntah, diare, atau mulut dan bibir luka, ruam pada kulit, nyeri pada sendi, rasa
baal atau mati rasa pada tangan dan kaki, gangguan pendengaran dan
pembengkakan kaki.
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki
prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar
limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat
bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8
penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun
27
top related