tugas batuan metamorf
Post on 26-Oct-2015
120 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DOLOMIT
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Galian IndustriSemester IV Pada Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2013/2014
Disusun oleh :
Shulhan Fasya Wibawa 100701111014Mico Mio : 100701111050
Yusuf Solehudin : 100701111048
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNGFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN1434 H / 2013 M
PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-
TIPE METAMORFISME
1. Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang
telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate)
akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi
(Ehlers and Blatt, 1982). Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya
perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa
merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan,
temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor
tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi
penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa.
Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat
Praktikum Petrologi, 2006). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia
fluida atau gas (Huang, 1962).
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab,
antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan
gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya
gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada
batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu
1500 C + 500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg –
carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane.
Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan
adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher
& Frey, 1994).
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi
dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati
tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan
metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan
tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif
yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan
hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau
solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis
(Huang WT, 1962).
2. Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa
yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada
daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan
metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi
dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan
kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama
berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur
pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian
terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral
dengan fluida.
c. Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera
di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan
metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa.
Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia
antara batuan dan air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar
antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat
dibedakan menjadi :
a. Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa
batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena
pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh
deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut
contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi,
reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian
dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.
Gambar 1Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan
b. Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.
jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
c. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada
patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang
mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang
dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault
gauge, atau milonit.
d. Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan
antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan
perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi
oleh adanya confining pressure.
e. Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat
kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).
f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan
mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral
stabil pada temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
Gambar 2Lokasi dan Tipe Metamorfisme
Mineral – mineal Penyusun Batuan Metamorf
• Amphibole/Hornblende
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi
(Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan
Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman.
Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan
metamorf.
• Biotite
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar
menyerupai buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral
biotite. Mineral biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan
muscovite berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai
kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
• Plagioclase/Feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar.
Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk
prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas
yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-orthite.
• Potassium Feldspar (Orthoclase)
Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya
plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna
merah daging hingga putih.
• Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O).
• Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada
kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih,
kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
• Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya
berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari
binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’
dari batugamping.( )
Macam – macam batuan metamorf antara lain :
1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses
metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada
temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan
tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu – abu, hitam, hijau, merah
Ukuran Butir : Very Fine Grained
Struktur : Foliasi
Komposisi : Kuarsa, muskovit, illite
2. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa,
sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari
Slate.
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : merah, kehijauan
Ukuran Butir : halus
Struktur : Foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis
3. Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan
beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : abu - abu
Ukuran Butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika, feldspar, amfibol
Ciri khas : kuarsa dan feldspar tampak berselang seling dengan lapisan
tipis kaya amfibol dan mika.
4. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika,
grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna : hitam, hijau, ungu
Ukuran Butir : Medium Coarse
Struktur : Foliasi
Komposisi : mika, grafit, hornblende
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat Kristal.
5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium
karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme batu gamping
Warna : bervariasi
Ukuran Butir : Medium Coarse Grained
Struktur : Non - Foliasi
Komposisi : kalsit atau dolomit
Ciri khas : tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat
fosil, bereaksi dengan HCL.
6. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk
ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi.
Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus
oleh proses metamorphosis.
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : abu – abu kekuningan, cokelat, merah
Ukuran Butir : Medium Coarse
Struktur : Non - Foliasi
Komposisi : Kuarsa
Ciri khas : lebih keras dibandingkan glass
Major Metamorphic Rock Types
Metamorphic Facies
Temp C Temp F Coal Limestone Sandstone Basalt ShaleIndex Minerals
Lignite Bituminous
500 Anthracite
300 600 Graphite Marble Slate Chlorite
700 Greenstone
800 Quartzite Phyllite Biotite
500 900 Schist Garnet
1000 Amphibolite Staurolite
600 1100 Gneiss Kyanite
1200 Sillimanite
700Melting Begins
Depth\Temp 300C 400C 500 C 600 C 700 C 800 C
5 km Zeolite Contact Metamorphism - Andalusite forms
10 km - 3 kb GreenschistChlorite, Biotite form
• Slate • Greenstone • Quartzite • Marble
AmphiboliteGarnet, Staurolite, Kyanite form
• Schist • Amphibolite • Quartzite • Marble • Gneiss
GranuliteSillimanite formsMuscovite breaks down to K-feldsparPartial Melting
• Gneiss
15 km Blueschist
20 km - 6 kb
25 km
30 km - 9 kb
35 km
40 km - 12 kb Not Found Eclogite (Mantle)
3. Bentuk Endapan
a. Endapan Asbestos
Golongan serpentin
Golongan serpentin adalah silikat-silikat magnesium bikabonzida, seperti
crysotil, picrolit (komposisinya sama dengan serpentin). Asbes crysotil batuan
ultra basa, misal dunit atau peridolit. Batu gamping bermagnesium atau dolomit.
Asbes crysotil dari perubahan batuan ultra bisa basa merupakan endapan yang
terbanyak didapatkan.Tekstur asbestos crysotil adalah cross fiber, slip fiber,
dan asa fiber.
Golongan amphibole
Golongan amphibole adalah silikat-silikat kalsium, magnesium, besi,
natrium dan alumunium, seperti anasit, crosidolit, tremolit, actinolit, antophilit.
Terdapat pada batuan slate sekis dan kumpulan batuan yang mengandung besi
(di Transval, Afrika Selatan). Tekstur asbes amphibole juga sama dengan
asbes crysotil, yang terpenting dari jenis ini ialah asbes crocidolit atau achmolit
(panajng sarat dapat mencapai 30 cm, tetapi kwalitet kurang baik dibanding
asbes crysotil). Asbes antophilit umumnya bertekstur “cross fiber” dengan
bebrapa “slip fiber”, terdapat sebagai kantong-kantong atau lensa-lensa pada
perodotit dan pyroconite di U.S.A.
Terjadinya asbes crysotil.
Hanya terdapat pada serpentin dan serpentin ini terbatas pada jenis
serpentin serat (serabut). Asbes crysotil bersamaan terjadinya dengan proses
srpentinisasi batuan. Sebaliknya serpentinisasi belum tentu menghasilkan
asbes crysotil.
Menurut Cooke (penyelidik akhir), batuan serpentin berasal dari batuan
gamping dan terjadi perubahan atau alterasi yang disebabkan oleh larutan sisa
yang panas (berasal dari intrusi). Cristal-cristal asbes yang tumbuh, makin
mendesak dinding rekahan disertai tekanan dinding akibat pemanasan batuan
dari intrusi.
b. Endapan Grafit
Grafit terdapat dalam dua jenis :
• Kristalin, terdiri dari lembar-lembar tipis hitam, asli, murni.
• Amorf, jenis ini ridak murni
Terjadinya sebagai berikut :
Metamofis regional
Kristalisasi asli berasal dari batuan beku (granit, syenit dan basal)
Proses metamorfisme kontak.
Dari penambahan larutan hidrotermal pada batuan sebelumnya
(misalnya pada jenis batuan urat pada pegmatis dan daerah-daerah geseran
pada batuan sekis). Jenis grafit pada “2”, “3”dan “4” dapat dianggap dari proses
magmatiknya, ia berasal dari gas-gas persenyawaan karbon yang terlepas dari
magma atau karbon yang berasal dari batuan sedimen yang mengalami intrusi
dan kemudian karbon diendapkan.
Jenis regional metamorfisme mungkin berasal dari :
1. Bahan-bahan organis yang mengalami perubahan dan ini berasal dari
sedimen.
2. Merupakan penguraian dari CaCO3 seprti pada batuan gamping berkarbon
dan mengalami metamorfose.
Hidrokarbon asli pada batuan gamping terurai, langsing mengendap atau lebih
dahulu berubah menjadi CO dan CO2 dan dioksidasikan kembali menjadi C.
Teori asal karbon dari batuan sedimen ini banyak diterima meskipun didapat
kelainan-kelainan pendapat tentang apakah karbon ini berasal dari bahan
organis atau anorganis.
Grafit terdapat pada batuan marmer, gnesis, sekis, kwarsit, dan lapisan batu
bara yang berubah, batuan beku (urat pegmatit).
Jenis kristalin biasanya tersebar merata didalam seluruh batuan metamorf..
grafit umunya hanya merupakan 7 % dari volume batuan metamorf.
Mineral-mineral asosiasi kwarsa, chlorit, rutit, titanit, silimanit.
4. Produk Bahan Tambang
Berbeda dengan logam, prospek bahan galian industr1 menjelan
menjelang tahun 2000-an jauh lebih baik, hal ini disebebkan oleh :
Potensi ancaman yang berasal dari proses daur ulang seperti pada
mineral logam hamper mendekati minimal.
Ancaman material substitusi, intensitasnya tidak sekuat seperti yang
terjadi pada mineral logam, hal ini karena subtitusi sebagian besar
berasal dari bahan galian industri itu sendiri. Demikian pula dengan
ancaman adanya penurunan intensitas penggunaan sebagai akibat
kemajuan teknologi pembuatan barang-barang jadi relative lebih lemah.
Harga komoditi bahan galian industri di pasaran internasional relatif lebih
stabil dibandingkan dengan komoditi logam yang sering mengalami
fluktuasi harga berdasarkan penelitian United States Bureau of Mines
(1986), menjelang tahun permintaan komoditi kristal kuarsa, rutil, ilmenit,
marmer dan granit, zirkon, talk, kromit, asbes, dan lithium akan
meningkat diatas 4,5% pertahun; sedangkan bauksit, fosfat, belereng,
diatome, lempung, gamping, perlit, batu dan pasir, pasir kuarsa, yodium,
batu apung, barit, dan potasium akan meningkat 2 – 4% pertahun.
Bahan galian industri lainnya seperti felspar, mangan, dan magnesit
hanya mengalami peningkatan kurang dari 2% pertahun.
Adanya proses daur-ulang dalam industri gelas dan kaca menyebabkan
prosentase peningkatan konsumsi felspar dan magnesit lebih rendah dari
prosentasi produksi gelas dan kaca. Daur-ulang dalam industri kertas juga
mengurangi peningkatan konsumsi magnesit dalam bentuk magnesia kaustik,
namun tidak mempengaruhi tingkat konsumsi kaolin ataupun kalsium karbonat.
Proses daur-ulang dalam industri baja di negara maju secara langsung
menghambat laju permintaan bijih mangan, meskipun permintaan untuk
keperluan industri batere kering, kimia, dan keramik tetap meningkat sebesar
4%. pertahun. Di Indonesia, prospek bahan galian industri telah teruji akan
selalu meningkat seiring dengan peningkatan PDB perkapita. Pada
pertumbuhan PDB rata-rata diatas 5% pertahun diharapkan akan memacu
pertumbuhan perekonomian didalam negeri yang pada akhirnya akan
meningkatan permintaan bahan galian industri. Selain itu, prospek
pengembangan galian industri di dalam industri di dalam jorong oleh
sumberdaya bahan bahan galian yang melimpah, iklim investasi yang telah
membaik, kondisi pasar yang menguntungkan, serta penguasaan teknologi
pengolahan.
Penggunaan Kaolin Dan Spesifikasinya
Penggunaan
Kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku
utama maupun bahan pembantu. Hal ini karena adanya sifat-sifat kaolin seperti
kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah, serta
sifat-sifat lainnya. Dalam industri, kaolin dapat berfungsi sebagai pelapis
(coater), pengisi (filer), barang-barang tahan api dan insolator. Penggunaan
kaolin yang utama adalah dalam industri-industri kertas, keramik, cat, sabun,
karet/ban, dan pestisida. Sedangkan penggunaan yang lainnya adalah dalam
industry industri kosmetik, farmasi (obat-obatan), fertilizer, absorbent, pasta
gigi, industri logam dan barangbarang untuk bangunan, dan sebagainya.
Dalam industri kertas, kaolin digunakan sebagai pelapis dan pengisi agar
permukaan menjadi kuat dan halus. Karena sifat daya hantar panas dan listrik
yang rendah, sehingga kaolin dapat digunakan untuk peralatan/barang-barang
tahan api, dan digunakan sebagai penyekat (dalam kelistrikan). Dengan harga
yang relatif lebih murah dibandingkan dengan bahan-bahan yang lain, kaolin
cukup kompetitif di pasaran.
Dalam industri keramik, kaolin merupakan salah satu bahan baku utama.
Pemakaian kaolin dalam industri keramik dan porselen berkisar antara 15-
40%. Untuk industri cat, karet/ban kaolin berfungsi sebagai filer.Sedangkan
dalam industri sabun, tapal gigi, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya, kaolin
hanya merupakan bahan baku imbuhan atau bahan baku.
Spesifikasi untuk Industri Hilir
Penggunaan kaolin dalam industri hilir memerlukan beberapa
persyaratan tertentu, dan ini bergantung kepada jenis industrinya, antara lain
sebagai berikut:
1. Industri Kertas
Dalam industri kertas, kaolin berfungsi sebagai pengisi dan pelapis.
2. Industri Keramik
Dalam industri keramik, kaolin antara lain digunakan untuk membuat white ware
(barang-barang yang berwarna putih, termasuk porselen), ubin dinding,
insulator (alat penyeka), refraktori, face brick.
Klasifikasinya adalah:
Kelas porselen,
Kelas saniter,
Kelas gerabah halus padat (stone-ware),
Kelas gerabah tidak padat (earth-ware).
Tes terhadap kaolin ini meliputi Modulus of Rupture(MOR), Casting Rate,
Pyrometric Cone Equivalent(PCE), warna hasil pembakaran dan
penyusutannya. Sebagai syarat umum, kaolin harus mengandung mineral
kaolinit paling sedikit 80%.
3. Industri Karet
Dalam industri karet, kaolin digunakan sebagai campuran latek, yang
dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifatnya, antara lain kekuatan, katahanan
terhadap abrasi, dan kakakuannya. Persyaratan kaolin untuk dapat digunakan
dalam industri karet adalah:
Pengisi
Derajat kecerahan : 76-84%
Kandungan air : 1%
Sisa lolos saringan 325 mesh : 0,02-0,30%
Ukuran butir : 2 mikron : 55-92% 5 mikron : 3-25%
Pelapis
Derajat kecerahan : 83,5-85,5%
Ukuran butir 2 mikron : 71-80% 5 mikron : 3-8%
Sisa lolos saringan 200 mesh : 0,0005-0,0007%\
4. Industri Pestisida
Kegunaan kaolin dalam industri pestisida mempunyai spesifikasi seperti
dibawah:
Ukuran Butir : < 2 mikron 87 – 92%
Sisa Saringan 200 mesh : minimum 99,5-100%
325 mesh : minimum 99,0 99,97%
Kandungan Air : maksimum 1%
Suspensi Air setelah 48 jam : 70-80%
PH : 4,5-5,5%
Komposisi Kimia : Al2O3 38%, SiO2 45%
Bentuk Butir : Pipih hexagonal platest
Comptability : baik untuk semua materi
Daya rekat : baik dengan atau tanpa minyak
Abrasi : sangat rendah Industri Cat
Penggunaan kaolin di dalam industri cat, antara lain dikarenakan kaolin
mempunyai sifat yang tidak mudah reaktif, dapat berfungsi sebagai lapisan
penutup yang mempunyai kekuatan tinggi. Warna kaolin yang putih akan
memudahkan untuk merubah menjadi berwarna seperti apa yang diinginkan,
sehingga mengurangi jumlah pemakaian bahanbahan pewarna. Mempunyai
suspensi yang baik, juga mempunyai variasi ukuran butir yang besar, yang
akan dapat dipergunakan dalam berbagai industri cat.
DAFTAR PUSTAKA
Tri Setyobudi, Prihatin, 2012, “PROSES PEMBENTUKAN BATUAN
METAMORF SERTA TIPE-TIPE METAMORFISME”,
http://ptbudie.wordpress.com/2012/04/02/proses-pembentukan-batuan-
metamorf-serta-tipe-tipe-mitamorfisme/, wordpress, diakses pada 15
maret 11.15 WIB 2013.
Rama, 2012, “Sifat Fisik Mineral dan Proses Terbentuknya”, blogspot,
diakses pada 15 maret 13.57 WIB 2013
Lefond, Industrial Mineral and Rocks, 4th Edition, American Institut Of Mining,
Metallurgical and Petroleum Engineers, Inc. New York, 1975.
Kuzvart.M, Industrial Mineral and Rocks, Development in Economic
Geology, Elsevier, Amsterdam, 1984.
top related