tugas akhir perancangan program studi s-1 desain …digilib.isi.ac.id/4555/7/jurnal.pdfpenyakit...
Post on 19-Aug-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REDESAIN INTERIOR MUSEUM KANKER INDONESIA
PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI YAYASAN
KANKER WISNUWARDHANA
SURABAYA
JURNAL
TUGAS AKHIR PERANCANGAN
Ima Rochmatul ‘Ainia
NIM 141 0088 123
PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR
JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
REDESAIN INTERIOR MUSEUM KANKER INDONESIA PADA
BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI YAYASAN KANKER
WISNUWARDHANA SURABAYA
Ima Rochmatul ‘Ainia
Imaramid2801@gmail.com
Abstrak
Perkembangan Kota Surabaya dapat dibilang maju pesat, mulai dari pembangunan
taman kota, pendidikan, hingga sarana kesehatan. Pembangunan sarana kesehatan diperlukan
untuk memfasilitasi penduduk dengan pelayanan yang baik. Pada era sekarang beberapa
penyakit perlu penanganan khusus seperti jantung, diabetes, AIDS, HIV hingga kanker. Kanker
merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sel – sel kanker yang diambil
dari operasi ada yang diawetkan untuk bahan edukasi di museum.
Museum Kanker Indonesia merupakan salah satu museum yang menyajikan edukasi
kanker yang dinaungi Yayasan Kanker Wisnuwardhana. Museum Kanker Indonesia
merupakan merupakan museum pertama yang menyajikan koleksi kanker, sehingga desain
interior museum harus yang informatif, inspiratif dan interaktif dengan memaksimalkan ruang
walaupun pada bangunan cagar budaya.
Tujuan desain interior museum yaitu diharapkan pengunjung mengenal dan
memahami apa yang dimaksud kanker, jenis – jenis kanker, cara mendeteksi dan
penanganannya namun tetap menjaga warisan budaya. Pola perancangan mengacu pada
metode Rosmary Kilmer, dengan gaya kolonial dan tema storyline pameran yaitu aku paham
kanker. Serta konsep perancangan interior yaitu “Do It, Understand” dengan menghadirkan
informasi yang lengkap dan interaktif sehingga pengunjung yang keluar merasa terinspirasi
serta bisa bersikap seperti apa ketika terkena kanker atau sanak saudara yang terkena kanker.
Kata Kunci : Kanker, Cagar Budaya, Museum, Interior, Wisnuwardhana
Abstract
Surabaya City Development can be spelled out rapidly, ranging from the development
of city parks, education, to health facilities. The development of health facilities is needed to
facilitate the population with good service. In the present era some diseases need special
handling like heart, diabetes, AIDS, HIV to cancer. Cancer is one of the leading causes of
death in Indonesia. Cancer cells taken from surgery are preserved for educational materials
in the museum.
Museum of Cancer Indonesia is one of the museums that provide cancer education
which is sheltered by Wisnuwardhana Cancer Foundation. The Museum of Cancer Indonesia
is the first museum to present a collection of cancers, so the interior design of the museum
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
should be informative, inspirational and interactive by maximizing space even in cultural
heritage buildings.
The purpose of the museum's interior design is expected visitors to know and
understand what is meant by cancer, the types of cancer, how to detect and handle it while still
maintaining cultural heritage. Design pattern refers to Rosmary Kilmer method, with colonial
style and exhibition storyline theme that I understand cancer. As well as the concept of interior
design is "Do It, Understand" by presenting a complete and interactive information so that
visitors who come out feel inspired and can behave like when exposed to cancer or relatives
affected by cancer.
Keywords: Cancer, Cultural Heritage, Museum, Interior, Wisnuwardhana
PENDAHULUAN
Perkembangan Kota Surabaya dapat dibilang maju pesat, mulai dari pembangunan
taman kota, pendidikan, hingga sarana kesehatan. Pembangunan sarana kesehatan diperlukan
untuk memfasilitasi penduduk dengan pelayanan yang baik. Pada era sekarang beberapa
penyakit perlu penanganan khusus seperti jantung, tumor, diabetes, AIDS, HIV hingga kanker.
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kanker ada
bermacam-macam jenisnya, ada kanker paru-paru, kanker hati, kanker ginjal, kanker usus,
kanker serviks sampai kanker payudara. Sel -sel kanker yang dioperasi dan diawetkan ada yang
dijadikan bahan edukasi mulai dari pencegahan hingga penanganan. Salah satu museum yang
menyajikan edukasi kanker dan contoh sel – sel kanker yang diawetkan yaitu Museum Kanker
Indonesia.
Museum Kanker Indonesia adalah salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang
dinaungi Yayasan Kanker Wisnuwardharna. Museum Kanker Indonesia didirikan untuk
menciptakan peluang meningkatkan awareness (penyadar-tahunan) tentang serba-serbi upaya
penanggulangan kanker dan upaya promotif dan prefentif, tempat pembelajaran, pendidikan
dan pariwisata bagi masyarakat umum. Namun sangat disayangkan, seperti museum di
Indonesia lainnya, khususnya di Surabaya yang beberapa museum masih kurang komunikatif
dalam menyampaikan informasi pada masyarakat umum.
Museum Kanker Indonesia memiliki banyak koleksi dan bermanfaat, namun kurang
berkomunikasi terhadap pengunjung, sehingga informasi yang disiapkan penyelenggara
kurang tersampaikan dengan baik. Penataan yang kurang tertata dan hanya diletakkan di lemari
saja merupakan salah satu penyebabnya. Serta ruang tunggu pemeriksaan jadi satu dengan
ruang koleksi museum yang menyebabkan pengunjung museum kurang leluasa menikmati
koleksi. Kemudian informasi yang menarik berkaitan dengan sejarah kanker dan proses
diagnosis hanya dicetak dan ditempelkan di dinding dengan seadanya tanpa penataan yang
menarik, hal ini mengakibatkan kebosanan dan informasi yang penting dilewatkan oleh
pengunjung.
Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya dalam penataan koleksi, alat
informasi dan membentuk suasana di museum sehingga informasi yang disampaikan kurang
tersampaikan ke pengunjung, dan suasana yang ditampilkan berkesan seperti klinik yang
memiliki koleksi. Perancangan interior dan tata kelola ruang Yayasan perlu dibantu oleh
desainer interior. Desainer Interior berperan penting dalam meracang sirkulasi, bentuk
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
komunikasi masa yang interaktif, dan membuat suasana museum seperti yang diterapkan
museum luar negeri walaupun termasuk bangunan cagar budaya golongan C, sehingga
pengunjung dapat merasakan ruang yang interaktif dan menarik.
METODE PERANCANGAN
Penulis menggunakan proses perancangan milik Rosmary Kilmer tahun 2014 pada
perancangan kali ini. Dalam bukunya, disebutkan bahwa proses perancangan terdapat 2 bagian
dalam desain yaitu, Analisa yang masuk kategori programming dan sintesa masuk dalam
langkah designing. Programming merupakan penganalisaan permasalahan dari data fisik, non-
fisik, literatur, data tambahan yang sudah dikumpulkan semua. Langkah selanjutnya yaitu
tahap designing, data yang sudah dikumpulkan kemudian di proses sintesa. Proses sintesa akan
memunculkan solusi permasalahan dalam bentuk alternatif desain. Kemudian dari alternative
desain akan dipilih satu desain yang paling banyak memecahkan masalah.
Gambar 1. Proses Desain
(sumber : Designing Interior 2nd Edition)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
1. Commit adalah menerima atau berkomitmen dengan masalah.
2. State adalah mendefinisikan masalah.
3. Collect adalah mengumpulkan fakta.
4. Analyze adalah menganalisa masalah dan data yang telah dikumpulkan.
5. Ideate adalah mengeluarkan ide dalam bentuk skematik dan konsep.
6. Choose adalah memilih alternatif yang paling sesuai dan optimal dari ide-
ide yang ada.
7. Implement adalah melaksanakan penggambaran dalam bentuk pencitraan
2D dan 3D serta presentasi yang mendukung.
8. Evaluate adalah meninjau desain yang dihasilkan, apakah telah mampu
menjawab brief serta memecahkan permasalahan.
HASIL
1. DATA LAPANGAN
Yayasan Kanker Wisnuwardhana merupakan yayasan kanker yang pertama
dan tertua di Indonesia (30 Oktober 1969). Sedangkan Museum Kanker Indonesia
didirikan oleh Yayasan Kanker Wisnuwardhana pada tanggal 2 November 2013.
Museum Kanker Indonesia merupakan museum pertama di Indonesia yang
menyuguhkan pengetahuan tentang kanker.
Identitas Bangunan :
Nama Objek : Museum Kanker Indonesia, Yayasan Wisnuwardhana
Lokasi : Jalan Kayon Blok A No. 16 - 18, Genteng, Kota Surabaya,
Jawa Timur.
Kepemilikan : Yayasan Wisnuwardhana
Luas Tanah : 1620 m2
Jam Buka : Senin – Minggu, 09.00 – 21.00
Harga Tiket : Gratis
Gambar 2. Fasad Bangunan Gambar 3. Ruang pamer sekaligus
Museum Kanker Indonesia ruang tunggu pasien
(Sumber : Dokumentasi Frischa, 2017) (Sumber : Dokumentasi Ima, 2017)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
Gambar 4. Area display sejarah Gambar 5. Area display sejarah kanker
Kanker bulan februari. bulan oktober
(Sumber : Dokumentasi Frischa, 2017) (Sumber : Dokumentasi Ima, 2017)
2. PERMASALAHAN
Bagaimana mendesain Museum Kanker Indonesia dengan memaksimalkan ruang
pamer yang informatif, inspiratif, dan interaktif pada bangunan cagar budaya sehingga
suasana pada museum akan diingat pengunjung dan tetap menjaga warisan budaya?
PEMBAHASAN
A. Konsep Desain
Museum Kanker Indonesia dalam memamerkan koleksinya menggunakan
bangunan cagar budaya yang terletak di kawasan Kayoon dan termasuk golongan C
(Revitalisasi). Pengetian konservasi menurut Sidharta (1989 : 12 – 14), upaya
konservasi tidak lepas dari kegiatan perlindungan dan penataan serta tujuan
perencanaan kota yang bukan hanya secara fisik, tetapi juga stabilitas penduduk serta
gaya hidup, yakni pencegahan perubahan sosial.Dalam mendesain interior
menggunakan prinsip – prinsip konservasi. beberapa prinsip konservasi yang harus
diperhatikan adalah :
1) Konservasi dilandasi atas penghargaan terhadap keadaan semula dari suatu
tempat dan sesedikit mungkin melakukan intervensi fisik bangunannya,
supaya tidak mengubah bukti – bukti sejarah yang dimilikinya.
2) Maksud dari konservasi adalah untuk menangkap kembali makna kultural dari
suatu tempat dan harus menjamin keamanan dan pemeliharaannya di masa
mendatang.
3) Konservasi suatu tempat harus dipertimbangkan segenap aspek yang berkaitan
dengan makna kulturalnya, tanpa menekankan pada salah satu aspek saja dan
mengorbankan aspek lain.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
4) Suatu bangunan atau suatu hasil karya bersejarah harus tetap berada pada
lokasi historinya. Pemindahan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan atau
hasil karya tidak diperkenakan, kecuali bila hal itu merupakan satu – satunya
cara guna menjamin kelestariannya.
5) Konservasi menjaga terpeliharanya latar visual yang cocok seperti bentuk,
skala, warna, tekstur dan bahan pembangunan. Setiap perubahan baru yang
akan berakibat negative terhadap latar visual tersebut harus dicegah.
6) Kebijaksanaan konservasi yang sesuai untuk suatu tempat harus didasarkan
atas pemahaman terhadap makna kultural dan kondisi fisik bangunannya.
Langkah selanjutnya yaitu pendataan koleksi museum yang ada pada Museum
Kanker Indonesia serta menambahkan koleksi baru dari hasil wawancara pihak
Museum Kanker Indonesia. Semua koleksi yang sudah didata maka dibuatlah storyline
yang sesuai dengan koleksi yang akan dipamerkan.
Konsep desain yang akan dihadirkan pada Museum Kanker Indonesia yaitu
“Do It, Understand” dengan tema storyline “Aku Paham Kanker”. Konsep do it,
understand mengajak pengunjung untuk berinteraksi pada koleksi dengan
tujuan pengunjung paham tentang informasi yang disuguhkan. Perancangan
Museum ini dirancang untuk memfasilitasi pengunjung menggunakan alat
indera mereka. Diharapkan pengunjung menggunakan alat inderanya karena
berkaitan dengan dunia medis yang terkadang penyampaian secara teori kurang
dipahami oleh pengunjung. Beberapa rancangan koleksi dibuat dalam bentuk
permainan, agar pengunjung tidak terlalu serius namun informasi didapatkan.
Alasan lainnya karena pihak museum terkadang mengundang TK dan SD untuk
melakukan kampanye guna untuk pencegahan kanker yang dimulai sejak dini
dengan pola hidup sehat. Bentuk perancangan furniture disesuaikan dengan Gaya kolonial. Gaya
kolonial diterapkan sesuai dengan bangunan Museum Kanker Indonesia yang
termasuk bangunan cagar budaya. Walaupun bentuk furniture menggunakan gaya
kolonial, hampir semua koleksi di Museum Kanker Indonesia di upgrade dengan
teknologi yang up to date. Pemilihan perpaduan antara colonial dengan kemoderenan
teknologi karena sesuai dengan harapan pihak Museum yaitu memberikan wawasan
Kanker dengan kemasan yang mudah dipahami.
Penggunaan gaya kolonial diterapkan pada keseluruhan museum, namun
pemilihan suasana sedikit berbeda pada ruang aku paham uji sel, pada ruangan ini
didesain sama dengan suasana di PD3K. ruangan ini menggunakan warna teal dan
putih yang dipadukan dengan material tegel kunci yang asli dari bangunan Museum
tersebut. Setiap ruang dalam museum memiliki warna masing – masing sebagai
identitas tiap ruang.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
Gambar 6. Storyline
(Sumber : Dokumen Ima, 2018)
B. Desain Akhir.
Gambar 7 . Area Lobi Museum Gambar 8. Area Lobim Museum
(Sumber : Dokumen Ima, 2018) (Sumber : Dokumen Ima, 2018)
Saat memasuki lobi museum akan terdapat 2 pintu, pintu pertama untuk diskusi
relawan dan pintu kedua awal untuk memulai perjalanan. Pada lobi pengunjunng yang
membayar untuk perjalanan praktik di ruang uji maka akan mendapatkan wow band untuk akses
masuk ke ruang uji sel.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
Gambar 9. Ruang Relawan Gambar 10. Ruang Perkenalan Kanker
(Sumber : Dokumen Ima, 2018) (Sumber : Dokumen Ima, 2018)
Perjalanan pertama di Museum Kanker Indonesia yaitu ruang perkenalan
tentang kanker, mulai dari faktor penyebab munculnya kanker, makanan apa yang bisa
memicu, hingga penanganan kanker. Pada ruang ini disimbolkan melalui warna biru
tua dari warna logo Museum Kanker Indonesia. Selanjutnya ruang uji sel yang sudah
dijelaskan diawal. Dialnjutkan dengan ruang organ, disini pengunjung akan melihat
beberpa organ dan sara mendeteksi dini.
Kemudian dilanjutkan dengan ruang sejarah kanker, pada area ini
menggunakan warna putih sebagai identitasnya. Kemudian dilanjutkan ke ruang upaya
pencegahan kanker, disini pengunjung akan disuguhkan 7 upaya penanggulangan
kanker. Ruang selanjutnya ruang foto dimana diharapkan pegunjung berfoto dengan
menuliskan kalimat motivasi di monitor touchscreen. Area terkahir yaitu tanaman
toga, disini pengunjung disuguhkan informasi dan bentuk tanaman yang bisa
membantu penyembuhan kanker disamping pengobatan medis. Pengunjung dapat
membeli tanaman di Museum Kanker Indonesia dan di akhir perjalanan pengunjung
diminta mengembalikan wow band serta mendapatkan minuman herbal.
Gambar 11. Uji Sel Gambar 12. Area minuman herbal
(Sumber : Dokumen Ima, 2018) (Sumber : Dokumen Ima, 2018)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
KESIMPULAN
Desain Interior pada Museum Kanker Indonesia ini di desain memeliki keterkaitan dengan
bangunan utama. Seiring berkembangannya desain interior baik local maupun internasional,
pihak museum menginginkan desain interior yang selaras dengan perkembangan desain
kekinian. Serta meningkatkan fasilitas museum dari sebelumnya agar informasi koleksi
tersampaikan.
Maka dari penjelasan diatas dirancang desain interior bergaya kolonial dengan
memilih konsep “Do It, Understand”. Gaya kolonial merupakan simbol suatu zaman untuk
menunjukkan kelas social pada zaman tersebut, dengan menggunakan gaya Kolonial
diharapkan dapat melestarikan peninggalan bangunan cagar budaya. Bentuk kekinian
ditonjolkan pada equipment yang menggunakan teknologi seperti zaman sekarang sehingga
kekinian namun tetap dikemas gaya kolonial.
Area Lobby mengedepankan fungsi dan identitas Museum Kanker Indonesia. Penataan
sirkulasi dan layout dengan mengubah fungsi runag pada bangunan Museum guna
mempertimbangkan kebutuhan setiap area.
DAFTAR PUSTAKA
Kilmer, R., & Kilmer, W. O. (2014). Designing Interiors. New Jersey: John Wiley &
Sons Inc
Sidharta, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, UGM
Press, 1989
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
top related