tk frendi

Post on 29-Oct-2015

30 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

vdvdg

TRANSCRIPT

Presented by: Frendi Shumna purwa APreceptor by : drg.Andina , Sp KG

Identitas pasien Nama : Rista Sofyana Tempat / tanggal lahir : Kudus, 16-03-

1993Alamat : Ds. Karangrowo, Rt

02/Rw 01 KudusJenis kelamin : PerempuanUmur : 20 tahun

ProblemPasien datang mengeluh gigi depan atas

kadang sakit, ngilu pada waktu kecapean.

Anamnesa

Gigi depan rahang atas kadang sakit, sakit dirasakan kira-kira 2 bulan yang lalu, sakit dirasakan saat kecapean saja, dulu pernah kecelakaan 2 tahun yang lalu sehingga menyebabkan gigi rahang atas patah.

Pemeriksaan Subyektif Diabetes : d.t.a.k Alergi :d.t.a.kDarah tinggi : d.t.a.k TD: 110/90

mm/hgGastrointestina l : d.t.a.k BB: 40 kgJantung : d.t.a.k TB: 150 cmLien : d.t.a.k Nadi :64

x/menitLiver : d.t.a.k RR: 16

x/menitGinjal : d.t.a.kKulit : d.t.a.kInfeksi menular : d.t.a.kEndokrin : d.t.a.kParu-paru : d.t.a.kPerdarahan : d.t.a.k

Pemeriksaan obyektif Pemeriksaan ekstraoral: -inspeksi: tidak ada kelainan-palpasi: tidak ada kelainan

Pemeriksaan intraoral: - Terdapat garis pada mukosa bukal dextra

dan sinistra, berukuran ± 1cm, berwarna seperti mukosa.

- Dx. Linea Alba

Elemen gigi:17 : karies superficial klas I16 : karies superficial klas I14 : karies superficial klas I13 : karies superficial klas I11 : Fraktur Ellis kelas IV27 : karies superficial klas I 26: karies superficial klas I24: karies superficial klas I22 : karies superficial klas I21 : Fraktur Ellis kelas IV37 : persistensi gigi desidui 36 : karies superficial klas I35 : karies superficial klas I31 : karies superficial klas I48 : karies superficial klas I47 : karies superficial klas I46 : karies superficial klas I45 : karies superficial klas I44 : karies superficial klas I42 : Atrisi gigi41 : Atrisi gigi

Pemeriksaan Obyektif Pemeriksaan OHIS

1,8 kategori sedang Pemeriksaan OHI2,08 kategori sedang

Elemen Gigi 21 terdapat gigi patah dan berlubang pada bagian incisal.

Sondasi (–) Palpasi (–) Mobilitas ( + )

Perkusi (-) CE (-)

Dx: Karies profunda klas IV, nekrosis pulpa disertai frektur ellis kelas IV, luksasi derajat 1 (periodontitis apikalis kronis )

Gambaran klinis

More info

Hypotesis Gigi 21 Karies profunda klas IV, nekrosis pulpa

disertai frektur ellis kelas II, luksasi derajat 1 (periodontitis apikalis kronis )

Mekanisme Trauma adalah luka baik fisik maupun psikis yang

disebabkan oleh tindakan-tindakan psikis yang menyebabkan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. Bisa mengenai jaringan keras (gigi) maupun lunak (periodontalnya). Trauma pada gigi anterior biasanya menyebabkan rasa kurang percaya diri karena mengganggu estetika dan sistem mastikasi. Menurut kejadiannya trauma pada gigi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung . Kalau secara langsung, benda keras tersebut langsung membentur mengenai gigi, sedangkan jika tidak langsung, traumanya misal mengenai dagu sehingga rahang bawah membentur rahang atas dengan kekuatan besar dan tekanan yang tiba-tiba menyebabkan trauma pada gigi anterior maupun posterior (Rao A, 2008).

MekanismeLesi periapikal berasal dari inflamasi terhadap iritan yang menghasilkan produk noksius karena necrosisnya jaringan. Pada waktu mencapai daerah periradikuler nekrosisnya jaringan menimbulkan resopsi tulang rahang. Paparan bakteri pada pulpa gigi dan berbagai produknya bertindak sebagai antigen, yang menimbulkan respon inflamasi non spesifik serta reaksi imunologi spesifik dalam jaringan periradikular yang menyebabkan lesi periapikal.

Secara radiografis periodontitis apikalis kronis menunjukkan perubahan gambaran dasar radiolusen periapikal. Perubahan berawal dari penebalan ligamentum periodontal dan resopsi lamina dura kemudian terjadi destruksi tulang periapikal.

`Planning : foto rontgen selanjutnya

perawatan saluran akar

Don’t know1. Dasar Perawatan saluran akar ?2. Prosedur perawatan saluran akar ?3. Teknik perawatan saluran akar? 4. Keberhasilan dan Kegagalan Saluran Akar?

Learning issue 1. Dasar perawatan saluran akar Perawatan saluran akar adalah perawatan yang

paling banyak dilakukan dalam kasus perawatan endodontik.

Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengembalikan keadaan gigi yang sakit / cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya.

Perawatan saluran akar juga berfungsi untuk menjaga keutuhan lengkung rahang

Dasar perawatan saluran akar terletak pada diagnosis, preparasi, dan pengisian . Ketiga dasar ini merupakan penyangga keberhasilan perawatan endodontik.

Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu : preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning and shaping), disinfeksi saluran akar dan obturasi saluran akar.

1. preparasi biomekanis saluan akar dimaksudkan untuk pembersihan dan pembentukan saluran akar guna membuka jalan masuk menuju kamar pulpa

2. sterilisasi dan disinfeksi saluran akar dimaksudkan untuk mematikan sisa2 kuman yang ada pada saluran akar dan tubulus dentin

3. Obturasi saluran akar dimaksudkan untuk menghilangkan ruang kosong yang dapat ditempati oleh kuman dalam jaringan tubuh yang dapat merangsang jaringan periapical

Prosedur perawatan saluran akar 1. Diagnosis

a) Pemeriksaan subyektifb) Pemeriksaan obyektifc) Pemeriksaan radiograf

2. Anastesi jika pulpa masih vital 3. Isolasi gigi 4. Preparasi akses 5. Pulp debridement6. Negosiasi/ glide path K file kecil7. Pengukuran panjang kerja8. Pembersihan & pembentukan (cleaning & shaping)

a) Hand instrumen: K-file, Headstrome fileb) Rotary instrumen

9. Irigasi saluran akar10. Sterilisasi/ desinfeksi saluran akar11. Obturasi saluran akar12. Restorasi

Preparasi jalan masuk Prinsip2 preparasi akses kavitas

1.Outline form : untuk mendapatkan jalan langsung ke foramen apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan penglihatan pada semua orofis saluran akar.

Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi mempunyai desain yang berbeda, suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan menghilangkan kesulitan-kesulitan teknis yang dijumpai dalam perawatan saluran akar

2. Convience dilakukan untuk membentuk kavitas yang memudahkan insersi instrument endodontik dan pengisian saluran akar

3. Removing the remaining of the carious dentin untuk membuang jaringan karies / bakteri yang berada pada kamar pulpa sampai membuang struktur gigi yang diskolorisasi

4. Toilet of the cavity untuk membuang semua jaringan karies dan jaringan nekrotik sebelum dilakukan preparasi saluran akar.

Hasil preparasi akses yang baik adalah sebagai berikut :

1. Untuk gigi anterior, pembukaan dari palatal dan hasilnya berbentuk corong dengan saluran akar yang kelihatan jelas

2. Untuk gigi posterior, pembukaan dilakukan dari oklusal dan hasilnya terlihat jelas dasar kamar pulpa dan orifis

Pulp debridement Pengambilan jaringan pulpa pada saluran

akar denggan jarum ekstirpasi yaitu barbed broach ( untuk gigi vital ) dan file untuk gigi necrosis

Ada 2 macam alat yaitu 1. jarum miller yang berfungsi untuk

mengeksplorasi saluran akar dan pengukuran panjang kerja

2. jarum barbed broach untuk mengeluarkan jaringan pulpa pada saluran akar

PENGUKURAN PANJANG KERJA

1. Mengetahui panjang gigi rata2 : Pre-operatif Ro 2.Menggunakan file # 10, # 15 : gerakan watch

winding 3.File dimasukkan sampai reference point ambil

Ro 4.Penghitungan dgn rumus

PGS = PIS x PGRPIR

PK = PGS-1mm

TEKNIK PERAWATAN SALURAN AKAR STEP BACK Untuk mengantisipasi terjadinya

pembengkokan akar Diindikasikan untuk saluran akar yang

bengkok dan sempit pada 1/3 apikal. Preparasi1/3 saluran akar diawali dengan

jarum file nomor kecil sesuai panjang kerja (15-25) sebagai initial file dan no 25 sebagai master apical file, selanjutnya preparasi badan saluran akar mnggunkn file diatas nomor MAF dengan disertai pengurangan PK sebesar 1mm

Setiap pergantian file dilakukan pengontrolan panjng kerja dengan file no 25 (MAF)

Preparasi pelebaran saluran akar diakhiri bila dirasa cukup bersih

Teknik Crown Down

Preparasi dengan teknik crown-down bertujuan untuk menghasilkan bentuk preparasi seperti corong yang lebar pada daerah korona dan pelebaran daerah apeks yang kecil. Dengan pelebaran daerah korona terlebih dahulu maka kotoran dan debris akan keluar terlebih dahulu sebelum instrumen ditempatkan didaerah apeks, sehingga kemungkina ekstrusi debris ke jaringan periapeks dapat terhindari.

Keuntungan :1. Memudahkan eliminasi kembali ke daerah apikal seperti

adanya kalsifikasi dan dentikel.2. Pada saluran akar yang bengkok, setelah melakukan

preparasi koronal, file dapat mencapai apeks dengan lebih mudah oleh karena terjadinya penurunan lengkung deviasi instrumen dari saluran akar.

2. Pembersihan lebih baik sehingga mengurangi terdorongnya bakteri ke apikal.

3. Resiko blokade saluran akar bisa tekurangi

IRIGASI SALURAN AKARLarutan irigasi yang sering digunakan dalam

endodontik1.Sodium hypochiorite (NaOCI)

Berfungsi sebagai debridement, pelumas, dapat melarutkan jaringan (kolagen dentin), antimikroba.Larutan NaOcl 5,25% membutuhkan watu 15 detik – 1 menit untuk membunuh semua mikroorganisme dan NaOcl 0,5 % membutuhkan waktu 30 menit.

Irigasi berganti-ganti antara Hidrogen peroksida 3% dan Sodium hypochlorite 5,2% menghasilkan suatu sifat berbuih sementara tetapi kuat, yang secara mekanis memaksa debris dan mikroorganisme keluar dari saluran akar melalui orifis

.

2. EDTA 15% -17%Berfungsi memebrsihkan dan melebarkan saluran akar karena dentin mengalami dekalsifikasi. Penggunaan EDTA selama 2 menit didalam saluran akar. Pengambilan lapisan smear unsur anorganik dapat dilakukan dengan mengirigasi saluran akar menggunakan EDTA diikuti Sodium hypochiorite. Pennggunaan edta dan NaOcl 5,25% scara bergantian lebih meningkatkan daya antimikrobaApabila silernya menggunakan resin tidak dianjurkan menggunakan Naocl untuk bahan irigasi terakhir karena dapat mengurangi ikatan antara siler dengan dentin saluran akar sehingga harus diakhiri bahan disinfektan lainnya (EDTA / chlorhexidine)

.

Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau memasukkan jarumnya terlalu dalam dapat mendorong bubuk dentin dan mikroorganisme keluar dari foramen apikal, sehingga dapat mengiritasi jaringan periapikal

3. Chlorhexidine Chlorhexidine sebagai irigasi konsentrasi 0,12% tetapi untuk sterilisasi konsentrasi 2%. Pemaparan bahan ini 30 – 60 detik. Bahan chlorhexidine tidak dapat melarutkan sisa jaringan nekrotik dan kurang efektif terhadap bakteri gram negatif tetapi bahan ini tidak mempengaruhi perlekatan bahan obsturasi saluran akar adhesif .

Sterilisasi saluran akarAplikasi bahan sterilisasi saluran akar antar kunjungan

dapat membantu untuk menghilangkan bakteri yang mampu bertahan setelah dilakukan preparasi biomekanis.

1. Menurut Walton dan Torabinejad (2008), kalsium hidroksida merupakan bahan dresing saluran akar pilihan terutama jika gigi mengalami nekrosis. Sifat basa kuat kalsium hidroksida dengan pH mendekati 12,5 menyebabkan sebagian besar mikroorganisme yang ada dalam saluran akar terinfeksi tidak mampu bertahan setelah berkontak langsung dengan bahan tersebut dalam jangka waktu singkat (Ferreira dkk., 2004).

2. CHKM Merupakan antibakteri sektrum luas dengan masa aktif selama 1 hari

3. Cresophen Bahan ini sangat baik untuk kasus periodontitis akut dengan masa aktif 3-5 hari

4. Eugenol Bahan ini bersifat penghalang impuls saraf interdental dengan masa aktif 3 hari.

Cara sterilisasi saluran akar Diinjeksikan atau dimasukkan dengan lentulo

spiral, file, paper point harus masuk sampai ujung saluran akar hingga orifice control setelah 1 minggu mengeluarkan Ca(OH)2 dengan mengiirigasi saluran akar dengan NaOCl

Obturasi saluran akar Dengan syarat : gigi asimptomatik, saluran akar

cukup kering, fistulamenutup, tes bkteri negatif.Gutaperca point

Gutta perca : lateks koagulasi dari cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat dipadatkan.  Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan periradikular dengan kombinasi semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi pembentukan jaringan keras (respon osteogenic) dan terangsang penutupan apeks

Tahap obturasi : persiapan saluran akar yang keringPemilihan gutta perca point sesuai MAF

sesuai PK dengan pemilihan bahan silerPenempatan siler dengan lentulo ke dinding

saluran akar. Penempatan guta perca yang sudah diolesi

siler tipis dimasukkan sesuai PK. Gunkan spreader untuk menekan GP ke

lateral sepanjng > PK 0,5-1 mm

Sisa ruang saluan akar giisi ole Gutta Perca assesoris sampai penuh

Gutta perca dipotong sampai orifis dengan instrumen panas

Kompaksi vertikal dengan plugger dengan ukuan yng sesuai. Sisa saluan diis dengan potongan tmbahan GP

Pada kunjungan terkhir lkukn rontgen Apkh pengisian hermetis / tdk.

Restorasi jika pengisian hermetis.

Keberhasilan dan Kegagalan PSA

1. Keberhasilan Kesembuhan lesi periapikal Tidak ada sakit dan pembengkakan Tidak ada kerusakan jaringan lunak

2. Kegagalan Pasien merasa sakit Lesi periapikal yang semakin membesar

Decision making• Decision Making DiagnosisGigi 21 : Karies profunda klas IV , nekrosis

pulpa disertai frektur ellis kelas IV, luksasi derajat 1 (periodontitis apikalis kronis )

Treatment PlanningPerawatan Saluran Akar TunggalPasak IntiMahkota Jaket

Penatalaksanaan PSA Akar tunggal 1. Diagnosis Pemeriksaan Subjektive Pemeriksaan Objektive Pemeriksaan Radiograf2. Anastesi (infiltrasi)3. Isolasi gigi (cotton roll)4. Preparasi akses dengan bur bulat diamond dengan arah tegak

lurus pada permukaan enamel sampai menembus jaringan dentin dan arah bur diubah sejajar sumbu gigi direruskan sampai menembus atap pulpa sehingga ditemukan orifis. Dinding kavitas diratakan dengan bur fissur hingga berbentuk divergen ke arah incisall. Kmudian mencari jln msuk orifis dengan jarum miller tau menggunakan barbed broach.

5. Ekstirpasi pulpa dengan barbed broach dengan cara jarum diputar sampai jaringan pulpa menyangkut di duri2 nya kemudian ditarik

7. Negosiasi/ Glide path (K File nomer kecil) atau dengan jrum miller

8. Pengukuran Panjang Kerja dengan melihat panjang gigi insisivus rata2 sebesar 22 mm kemudian masukkan file dengan PK – 1 kemudian dilakukan pengambilan radiograf

9. Pembersihan dan Pembentukan (Cleaning and Shaping) menggunakan hands instrument (k-file) dengan teknik step back

10. Irigasi saluran akar dengan menggunakan NaOCL 5,2% diselingi aplikasi EDTA 15%-17%

11. Sterilisasi/ Desinfeksi saluran akar pertama dengan menggunakan cresophen selanjutnya dengan menggunakan CaOH selanjutnya dilakukan tumpatan sementara dengan cavit setebal 3,5 mm

12. Obturasi saluran Akar menggunakan Gutaperca dengan siler endomethason dan kavitas ditutup dengan gic atau seng fosfat sebagai basis lalu di tumpat sementara Rontgen untuk evaluasi pengisian , control 2 minggu.

13. Preparasi pasak, untuk selanjutnya dibuat pasak inti.14. Pembuatan mahkota jaket

Prognosis• Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis:1. Diagnosa dan Rencana Perawatan2. Preparasi akses saluran akar3. Debridemen4. Restorasi5. Jenis fraktur6. Adanya lesi periapikal7. Morfologi gigi serta saluran akar

Prognosis pada kasus periodontitis konis yaitu baik dengan teknik preparasi akses yang tepat ( tidak melebihi saluran akar), sterilisasi antar kunjungan yang menggunakan bahan CaOH , pemilihan tumpatan sementra yang adekuat dan pasien tidak ada keluhan perkusi (-)

Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar tidak peka terhadap perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodontiumgigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau

pembengkakan, tidak ada keluhan pasien yang tidak

menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografis ligamen periodontium normal atau sedikit

menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal,

tidak ada resorbsipengisian terbatas pada ruang saluran akar,

padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks

REFERENSI 1. Harahap,L., Retnowati, E., 2008, Perawatan

Saluran Akar Ulang pada Gigi Insisivus Sentralis Kiri Maksila dengan Abses Periapikal dan Fistula, Majalah Kedokteran Gigi, 15(1): 25-30

2. Wintarsih, O., Partosoedarmo, M., Santoso, P., 2009, Kebocoran Apikal pada Irigasi dengan EDTA Lebih Kecil Dibandingkan yang tanpa EDTA (A Comparative Study Of Apical Leakage On Irrigation Using And Without EDTA), Jurnal PDGI, 58(2): 14-19

3. Abidin, T., 2010, Diagnosa Dalam Perawatan Endodonti, Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

4. mulyawati, E., 2011, peran bahan desinfektan pada perawatan saluran akar, majalah kedokteran gigi, 18(2) : 205-209

5.(http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=5055&task=view)

 

top related