tinjauan hukum islam terhadap ganti rugi kerusakan …
Post on 02-Oct-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI
KERUSAKAN RUMAH KONTRAKAN DI PERUMAHAN
ASTON VILLA JAMBI
S K R I P S I
YUHENDRATA
SHE.151845
Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag
Mustiah RH, S.Ag., M.Sy
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
PEMBIMBING
MOTTO
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.1
1 Al-Ar‟af (7) : 56
ABSTRAK
Salah satu bentuk muamalah dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah
ijarah. Sewa-menyewa rumah kontrakan adalah sebuah usaha yang bergerak
dalam sewa menyewa barang dan perlengkapan lainnya. Pemilik usaha
menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan oleh konsumen untuk tempat tinggal.
Pda saat pembuatan akad hal mengenai ketentuan ganti rugi dan persentase biaya
ganti rugi yang dibebankan tidak dijelaskan yang mana sewakti-waktu bias saja
terjadi kerusakan. Dalam sudut pandang fiqh muamalah, apabila kerusakan rumah
kontrakan yang telah diamanahkan, maka pihak penyewa wajib membayar ganti
rugi atas kerusakan tersebut akan tetapi, jika kerusakan tersebut terjadi tanpa
unsur kesengajaan, maka pihak pemilik tidak boleh menuntut ganti rugi kepada
pihak penyewa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
sewa menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi dan bagaimana
pandangan Islam terhadap gantirugi kerusakan rumah kontrakan di perumahan
Aston Villa Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
yang bersifat deskriptif analisis. Adapun metode pengumpulan data pada
penelitian ini adalah melalui data lapangan dan data pustaka. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara wawancara observasi dan dokumentasi sehingga
peneliti bisa mendapatkan yang akurat untuk data penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan pada saat pembuatan akad hal yang disepakati adalah mengenai
harga sewa rumah kontrakan, pasilitas rumah kontrakan dan lain sebagainya.
Pemilik tidak mengatakan mengenai hal ketentuan gantirugi dan persentase biaya
ganti rugi yang dibebankan karena menurut pemilik kerusakan pada rumah
kontrakan ini jarang terjadi. Namun jika terjadi kerusakan maka pemilik akan
menuntut penyewa untuk mengganti rugisecara keseluruhan. Berkaitan dengan hal
itu, peneliti menyarankan kepada pemilik rumah kontrakan agar membuat
perjanjian mengenai pembebanan ganti rugi pada saat pembuatan akad
berlangsung. Namun sebaiknya pemilik tidak boleh langsung memintak ganti
rugi, karena jika kerusakan tersebut terjadi karena factor ketidak sengajaan
penyewa, akan tetapi pemilik meminta ganti rugi atas kerusakan tersebut, maka itu
merupakan suatu kedzaliman.
Kata kunci :Ganti Rugi, Kerusakan Rumah Kontrakan, Hukum Islam.
PERSEMBAHAN
Karya ini akan penulis persembahkan kepada :
Allah SWT atas segala kasih sayang, anugrah dan kemudahan bagi penulis
Dalam hidup dan kehidupan penulis
Rasulullah SAW yang telah menjadi contoh yang baik dan memberikan petunjuk
kepada umat manusia di dunia
Orang tua tercinta, Ayahanda M.Tarmizi dan ibunda Ramlah yang telah
membimbing, mendidik,memberi semangat, motivasi dan memberikan kesempatan
pendidikan yang terbaik untuk penulis dan juga telah memberikan cinta dan kasih
sayang yang tak terhingga dan doa yang tak pernah letih mendoakan penulis,
sampai kapan pun penulis tidak akan bisa membalas seperti apa yang telah kalian
berikan kepada penulis, ( Ya Allah .... ampunilah dosa- dosa mereka dan sayangi
mereka sebagaimana mereka menyanyangi penulis sejak kecil)
Terima kasih kepada keluarga besar penulis. Kakak penulis Khairul Romi, Herma
Wati,SE, Dedi Hardiansyah, S.Kep tercinta. Paman dan Bibi penulis
Jangcik,S.Pd, Pauziah. Sepupu penulis Riki Gunawan,SE, Irma Wani,S.Kep,
Diana Iguna,SH, Rhido Ilham, S.Pd, M. Fadli yang tersayang, terima kasih atas
kasih sayang dan motivasinya.
Teman-teman seperjuangan kampus UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Khususnya keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah.
Terima kasih atas suka dukanya memberikan semangat mengingatkan kepada
Wisuda tanpa henti-hentinya. Tak lupa sahabat-sahabat yang telah memberikan
berbagai macam batuan materilMaupun non materil, Bella Utary,S.Pd, M.
Jaka,S.IP, Duo Andi, Nico, Lubi Nugroho,S.IP, Ipang, Safaat, Saiit, Alek, Iwan.
kalian luar biasa.
Semoga menjadi amal kebaikan sepanjang masa. Amin…
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula
iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ganti Rugi
Kerusakan Rumah Kontrakan di Perumahan Aston Villa Jambi”. Skripsi ini
disusun guna melengkapi dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S.1) di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Fakultas
Syariah jurusan Hukum Ekonomi Syariah.
Dalam penulisan skripsi ini, tentu masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, hal ini di karenakan terbatasnya ilmu dan kemampuan penulis. Oleh
sebab itu dalam penyelesaiannya tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah membantu penulis, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thata Saifuddin
Jambi.
2. Bapak Dr. A. Miftah. M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thata Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M. HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I bidang
akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayanti, M.HI, selaku Wakil Dekan II bidang akademik
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.
5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan III bidang akademik
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thata Saifuddin Jambi.
6. Ibu Dr. Maryani, S. Ag., M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M. Sy, selaku
ketua dan sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thata Saifuddin Jambi.
7. Ibu Mustiah RH, S.Ag, M.Sy dan Bapak Dr. H. Bahrul Ma‟ani, M.Ag selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thata Saifuddin Jambi,dan Semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya kepada manusia kita memohon kemanfaatannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi September 2019
Penulis
Yuhendrata
SHE 151845
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam bukan hanya sekedar
mengatur masalah ibadah, tetapi juga memberikan petunjuk yang sempurna
bagi seluruh umat manusia. Al-Qur‟an mengandung prinsip-prinsip dan
petunjuk-petunjuk untuk setiap permasalahan manusia, termasuk masalah-
masalah yang berhubungan dengan aktifitas muamalah.
Di dalam Islam dikenal konsep muamalah, Islam mengenai muamalah
amat baik, karena menguntungkan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Fiqih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan
manusia dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan
manusia yang bukan merupakan ibadah termasuk ke dalam kategori ini.
Secara sempit muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat
keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik (Idris Ahmad), sedangkan
secara sempit muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang
sangat bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan (Rasyid Ridho)
Secara bahasa kata Muamalah adalah masdar dari kata asmala-
yu’amilu mu’amalatan yang berarti saling bertindak, saling berbuat, dan
saling beramal. Dalam Fiqih muamalah memiliki dua macam pengertian yaitu
pengertian muamalah secara sempit dan pengertian muamalah secara luas.
Salah satu jenis transaksi ekonomi yang dibahas dalam fiqih
muamalah ialah ijaarah (sewa-menyewa). Ijarah merupakan salah satu bentuk
transaksi muamalah yang banyak dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.2 Di dalam pelaksanaan ijarah ini yang menjadi objek
transaksinya adalah manfaat yang terdapat pada sebuah zat.
Ijarah artinya menyewakan, yaitu suatu akad menyerahkan manfaat
yang tertentu lagi di kehendaki yang boleh diberikan serta halal, dengan
pembayaran sekian-sekian. Sewa menyewa adalah menyewakan manfaat
maksudnya manfaat itu diserahkan oleh penyewa kepada orang yang
menyewa, dengan demikian manfaat itu dimiliki oleh penyewa. Manfaat yang
tertentu yang boleh diberikan seperti menyewa warung untuk tempat jualan.
Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur
hubungan antara seseorang dengan orang lain. Contoh hukum Islam yang
termasuk muamalah salah satunya adalah Ijarah atau sewa-menyewa. Sewa-
menyewa merupakan suatu persetujuan yang mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan
2 Subekti Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Jakarta: PT. Pradya
Paramita, 2008), hlm. 381
dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.
Tidak sedikit kaum muslim yang lalai mempelajari sewa-menyewa
maupun jual beli bahkan melupakannya, sehingga tidak memperdulikan apa
yang dilakukan dalam sewa-menyewa dan jual beli itu haram atau tidak.
Keadaan seperti itu merupakan kesalahan besar yang harus dicegah.
Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT agar dalam
melakukan kegiatan muamalah jangan sampai memakan harta sesama secara
batil. Sewa menyewa harus dilaksanakan dengan persetujuan kedua bela pihak
dengan suka rela dalam menjalankan akad. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam QS: surat al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:
Artinya:”Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah.”3
Prinsip ini memuat kententuan bahwa segala bentuk mumalah boleh.
Kecuali telah ditentukan oleh al-Qur‟an dan al-sunnah, muamalah dilakukan atas
dasar suka rela tanpa mengandung unsur paksaan, muamalah dilakukan atas dasar
3 QS. al-Baqarah (2) : 233
pertimbangan manfaat dan menghindarkan mudharat dalam kehidupan
masyarakat.
Sewa-menyewa termasuk bagian yang sangat penting untuk diperhatikan
hukumnya secara khusus oleh syariat Islam dari sisi karakter akadnya, oleh karna
itu akan membicarakan karakteristik dan hukum dalam pembahasan mengenai
sewa-menyewa barang sebagai harta milik tidak sempurna.4
Dalam Islam sewa menyewa biasa disebut dengan Ijarah barang yang
mungkin diambil manfaat atau jasanya saja. Barang yang disewakan di anggap
sah apabila kemanfaatannya dapat ditentukan dengan salah satu dari dua
perkara yaitu: masa dan perbuatan/tenaga. Ijarah dapat diartikan melakukan
akad dengan mengambil manfaat barang atau jasa yang diterima dari orang
lain dengan cara membayar sesuatu sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditentukan. 5
Berdasarkan wawancara di lapangan yang penulis lakukan dengan
saudara MJ dan AH salah satu penyewa di perumahan Aston Villa Jambi
bahwa kerusakan yang terjadi pada perumahan yang disewa ditanggung oleh
si penyewa.6 Sedangkan menurut syariat Islam kewajiban dalam mengganti
rugi kerusakan rumah kontrakan ditanggung oleh si pemilik rumah kontrakan
tersebut.
4 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asa Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press 1993), hlm.
15-16
5 Ibid
6 Wawancara dengan Saudara Muhammad Jaka dan Aisyah Selaku Penyewa Rumah
Kontrakan Hari Rabu 14 Mei 2019.
Berdasarakan masalah di atas penulis tertarik untuk mengangkat
mengangkat masalah ini denngan sebuah judul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Ganti Rugi Kerusakan Rumah Kontrakan di Perumahan
Aston Villa Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dikemukakan di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses sewa-menyewa kontrakan di perumahan Aston Villa
Jambi?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan dalam
sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya dan memproleh hasil penelitian yang lebih
mendalam, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Maka dalam hal ini
penulis akan memberikan batasan-batasan mengenai tinjauan hukum Islam
terhadap ganti rugi kerusakan dalam sewa-menyewa rumah kontrakan di
perumahan Aston Villa Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Proses sewa-menyawa rumah kontrakan di
perumahan Aston Villa Jambi.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi
kereusakan dalam sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan
Aston Villa Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Selain ada tujuan yang ingin dicapai diharapakan juga dapat
memberi manfaat atau kegunaan penelitian antara lain sebagai berikut:
a. Sebagai sarana bagi menulis untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dari aspek teoritis demi pengembangan ilmu hukum.
b. Untuk menambah cakrawala berfikir bagi penulis dan semoga dapat
menjadi referensi untuk menambah keilmuan yang dipersembahkan
kepada mahasiswa khususnya di Fakultas Syariah di Universitas
Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu
(S1) pada Fakultas Syariah bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Sewa-Menyewa (Ijārah)
Menurut bahasa, ijarah bararti upah, sewa, jasa, atau imbalan.
Dalam pembahasan ilmu fikih sewa dan upah disebut ijarah, adapun sewa
ialah imbalan atau ganti rugi bagi manfaat yang diterima dari suatu barang
milik pihak lain. Sewa disebut juga al-ijarah al-„ain yang berkaitan dengan
benda atau barang yang jelas wujudnya dan jelas manfaatnya, misalnya,
menyewa rumah, kendaraan, dan sebagainya.7
Sedangkan upah ialah imbalan bagi manfaat yang diterima dari jasa
atau pekerjaan pihak lain. Upah disebut juga ijarah pengakuan yang berkaitan
dengan orang yang memberikan jasa melalui pekerjaan atau keahliannya
meskipun jasa tersebut tidak dirasakan secara langsung pada saat itu.8
Ada beberapa definisi ijarah menurut para ulama fikih, diantaranya
yaitu menurut ulama mazhab Hanafi, beliau mendefinisikan ijarah adalah
transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan. Adapun ulama mazhab
Syafi‟i, mazhab Maliki dan Hanbali mendefenisikan ijarah adalah pemilikan
manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan
suatu imbalan.9Ada juga yang mengemukakan bahwa ijarah adalah bai‟u al-
manfaat (menjual manfaat). Ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual-beli
jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula
yang menerjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari
barang.10
Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah menjual
manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Oleh
karena itu, mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya,
7 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Hamzah, 2015), hlm. 315
8 Ibid
9 Ibid
10 Ibid
domba untuk diambil susunya, sumur untuk diambil airnya dan lain-lain,
semua itu bukan merupakan manfaatnya akan tetapi bendanya.11
Sedangkan menurut Ijma‟, umat Islam pada masa sahabat telah
berijma‟ bahwa ijarah dibolehkan sebab bermamfaat bagi manusia. Secara
umum, pengertian ijarah adalah akad atas mamfaat yang diperbolehkan
penggunaannya, yang jelas, yang mempunyai tujuan dan maksud, yang
memungkinkan untuk memberikan dengan tidak mengurangi nilai barang
yang dipinjam, dengan pengganti (upah) yang jelas.12
Barang tersebut dapat diserahkan kepada penyewa dengan ongkos
yang jelas atau pasti. Akad persewaan ini adalah akad yang tetap, artinya
keduan orang melakukan akad sewa-menyewa ini tidak boleh menghentikan
akan sekendaknya, kecuali telah selesai atau habis waktunya menurut
perjanjian yang telah ditetapkan.13
Dari pengertian di atas dapat ditarik bahwa pengertian ijarah adalah
suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu
benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai
dengan perjanjian dengan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat
yang telah di tentukan.
11
Dr. H. Hendi Suhendi, M.SI. Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005),
hlm 117
12 Ibid
13 Ibid
Dengan demikian ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang
melibatkan dua bela pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang memberikan
barang yang dapat dimanfaatkan dengan pergantian atau tukaran yang telah
ditentukan oleh syara‟ tanpa diakhiri dengan kepemilikan.
2. Dasar Hukum Ijarah
Para fuqaha sepakat bahwa ijarah merupakan akad yang di bolehkan
oleh syara‟, kecuali beberapa ulama, seperti Abu Bakar Al-Asham, Isma‟il Bin
„Aliyah, Hasan Al-Bashri, Al-Qasyani, Nahrawi, dan Ibnu Kisan. Mereka
tidak membolehkan ijarah karena ijarah adalah jual beli mamfaat pada saat
dilakukannya akad, tidak bisa diserah terimakan. Setelah beberapa waktu
barulah manfaat itu dapat di nikmati sedikit demi sedikit. Sedangkan sesuatu
yang tidak ada waktu akad tidak boleh di perjual belikan. Akan tetapi,
pendapat tersebut di sanggah oleh Ibnu Rusyd bahwa mamfaat walaupun pada
waktu belum ada, tetapi pada galibnya ia (manfaat) akan terwujud, dan inilah
yang menjadi perhatian serta pertimbangan syara‟.14
Alasan jumhur ulama tentang di bolehkannya ijarah adalah:
a. QS. Ath-Thalaq (65) ayat 6:
14
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm 318
Artinya: “kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya”.15
b. Hadis Ibnu Abbas
ا قال: احتجى انبي صه الله ع عباس اب ع اعط سظي الله ع سهى هي
انحجاو أجش
Artinya: “Dari Ibnu Abbas ia berkata Nabi Muhammad SAW
berbekam dan beliau memeberikan kepada tukang bekam
itu upahnya”. 16
Di samping al-Quran dan sunnah, dasar hukum ijarah adalah ijma‟.
Sejak zaman sahabat sampai sekarang ijarah telah disepakati oleh para ahli
hukum Islam, kecuali beberapa ulama yang disebutkan di atas. Hal tersebut
dikaranakan masyarakat sangat membutuhkan akad ini. Dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari, ada orang kaya memeliki beberapa tempat tinggal tidak
ditempati. Di sisi lain ada orang lain yang tidak memiliki tempat tinggal.
Dengan diperbolehkannya ijarah maka orang yang tidak memiliki tempat
tinggal bisa menempati rumah orang lain yang tidak di gunakan untuk beberpa
waktu tertentu, dengan memberikan imbalan berupa uang sewa yang
disepakati bersama, tanpa harus membeli rumahnya.17
3. Rukun dan Syarat Ijārah
a. Rukun Ijārah
15
QR. Ath-Thalaq (65) : 6 16
Ibid 17
Ibid
Rukun-rukun dan syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut:
1) Mu‟jir dan musta‟jir yaitu orang yang melakukan akad sewa-
menyewa atau upah-mengupah. Mu‟jir adalah yang memberikan
yang menyewakan, Musta‟jir adalah orang yang menerima yang
menyewa sesuatu, disyaratkan pada mu‟jir dan musta‟jir adalah
baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta),
dan saling meridhai. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu.”18
Bagi orang yang berakad ijarah juga disyaratkan mengetahui
manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna sehingga dapat mencega
terjadinya perselisihan.
2) Sighat adalah Ijab qabul antara mu‟jir dan musta‟jir, ijab qabul sewa-
menyewa dan upah-mengupah, ijabkabul sewa-menyewa misalnya: “aku
sewakan mobil ini setiap hari Rp.500.000”, maka musta‟jir menjawab
“aku terima sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap hari”. Ijab
18
QS. An-Nisa: 29
qabul upah-mengupah misalnya seseorang berkata “kuserahkan kebun ini
kepadamu untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp. 5.000”, kemudian
musta‟jir menjawab “aku akan kerjakan pekerjaan itu sesuai dengan apa
yang engkau ucapkan”19
3) Ujrah disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua bela pihak, baik dalam
sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah.20
4) Barang yang disewakan atau sesuai dengan yang dikerjakan dalam upaha-
mengupah, disyaratkan barang yang disewakan dengan beberapa syarat
berikut ini
a) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan
upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.
b) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-
mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut
kegunaannya (khusus dalam sewa-menyewa)
c) Manfaat dari benda yang disewakan adalah perkara yang mubah
(boleh) menurut syara‟ bukan hal yang dilarang (diharamkan).
d) Benda yang disewakan disyaratkan kekal‟ain (zat)-nya hingga waktu
yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.21
b. Syarat Ijarah
19
Ibid
20 Ibid
21 Ibid
Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan „aqid (orang yang
berakad), ma‟qud „alaih (barang yang menjadi objek akad), ujrah
(upah), dan zat akad (nafs‟ al-akad). Adapun syarat-syarat ijarah itu
antara lain:
1. Adanya keridhaan antara dua belah pihak.
2. Syarat ini didasarkan pada firman Allah SWT.
3. Adanya mamfaat dalam suatu yang diperjanjikan, untuk menghindari
terjadinya perselisihan. Dengan adanya kejelsaan mamfaat maka akan
menghilangkan perselisihan dan pertentangan. Jika suatu yang
diperjanjikan tidak diketahui mamfaatnya yang akan mendorong
perselisihan maka perjanjian tersebut tidak sah. Adapun cara untuk
mengetahui yang diperjanjikan harus dengan menjelaskan
mamfaatnya, pembatasan waktu, atau kejelasan jenis pekerjaan.
4. Sesuatu yang diperjanjikan dapat dilaksanakan dalam realita dan sesuai
dengan hukum syara‟. Dari syarat ini dalam realita atau hakikat tidak
sah menyewa hewan untuk berbicara dengan anaknya, sebab itu hal
yang mustahil dipandang tidak sah menyewa seorang perempuan yang
sedang haid untuk membersihkan masjid sebab diharamkan syara‟.
5. Kemamfaatan diperjanjikan dibolehkan menurut syara‟. Pemamfaatan
barang harus digunakan untuk perkara-perkara yang dibolehkan syara‟,
seperti menyewa rumah untuk ditempati atau menyewa jaring untuk
menangkap ikan dan lain-lain. Para ulama sepakat melarang ijarah,
baik benda ataupun orang untuk berbuat maksiat atau dosa.
6. Tidak menyewa untuk pekerjaan yang diwajibkan kepadanya, diantara
contoh adalah menyewa orang untuk mengerjakan shalat fardhu,
puasa, dan lain-lain. Serta dilarang menyewa istri untuk melayaninya
sebab itu merupakan kewajiban si istri.
7. Tidak mengambil mamfaat bagi diri orang yang disewa. Tidak
menyewakan diri untuk perbuatan ketaatan sebab-sebab mamfaat dari
ketaatan tersebut adalah untuk dirinya. Juga tidak mengambil mamfaat
dari hasil pekerjaanya, seperti menggiling gandum dan mengambil
bubuknya atau tepungnya untuk dirinya. Hal ini didasarkan pada hadist
yang diriwayatkan dari Darulqhutni bahwa Rasullah SAW melarang
untuk mengambil bekas gilingan gandum, Ulama Syafi‟ah
menyampaikannya dan Ulama Hanabilah serta Malikiyah
membolehkannya jika ukurannya jelas sebab hadist tersebut dipandang
tidak shaih.
8. Mamfaat yang diperjanjikan sesuai dengan keadaan yang umum. Tidak
boleh menyewa pohon untuk dijadikan jemuran atau tempat berlindung
sebab tidak sesuai mamfaat pohon yang dimaksud dalam ijarah.
Adapun syarat utama bagi pihak yang melakukan akad ijarah, adalah:
berakal sehat bisa membedakan mana perbuatan baik dan tidak baik.
Oleh sebab itu orang yang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz
tidak sah melakukan ijarah, demikian pulah orang yang mabuk dan
orang yang kadang-kadang datang sakit ingatannya, tidak sah
melakukan ijarah ketika ia dalam keadaan sakit Karena begitu
pentingnya kecakapan dalam bertindak itu sebagai persyaratan untuk
melakukan suatu akad, maka golongan Syafi‟iyah dan Hanabilah
menambahkan bahwa mereka yang melakukan akad itu harus orang
yang sudah dewasa dan tidak cukup hanya orang yang sudah
mumayyiz saja.22
4. Macam-macam Ijarah dan Hukumnya
Ada dua macam:
a. Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa-menyewa. Dalam ijarah
bagian pertama ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu
benda.
b. Ijarah atas pekerjaan, di sebut juga upah mengupah. Dalam ijarah
bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau pekerjaan
seseorang. 23
5. Hal-hal yang Membatalkan Ijarah
Sewa-menyewa adalah jenis akad lain yang salah satu pihak yang
berakad ini tidak mempunyai hak untuk membtalkan transaksi ijarah
tersebut. Bahkan jika salah satu pihak yang menyewakan atau yang
menyewa meninggal, perjanjian tidak akan menjadi batal, asalkan yang
menjadi objek ijarah masih tetap ada. Sebab salah satu pihak meninggal
maka kedudukannya di ganti oleh ahli warisnya.24
22
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1988), hlm. 15 23
Ibid 24
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar, Grafika, 2004),
hlm 57
Namun tidak menutup kemungkinan pembatalan akad ijarah oleh
salah satu pihak jika alasan atau dasar yang kuat untuk itu, adapun sebab
batalnya atau berakhirnya sewa-menyewa menurut Sayyid Sabiq adalah
disebabkan hal-hal sebagai berikut.25
a. Terjadi cacat pada barang sewaan, terjadinya cacat itu karena
kesalahan penyewa.
b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh
dan kebakaran.
c. Terpenuhinya manfaat yang di akadkan, berakhirnya masa yang
telah ditentukan dan selesainya suatu pekerjaan.
d. Rusaknya barang yang di upahkan, seperti baju yang di upahkan
untuk di jahitkan.
e. Menurut mazhab Hanafi apabila ada uzur seperti rumah disita,
maka akad berakhir. Sedangkan menurut jumhur ulama, bahwa
uzur yang membatalkan ijarah itu apabila objeknya mengandung
cacat atau manfaatnya hilang seperti kebakaran dan dilanda banjir.
6. Cara Memanfaatkan Barang Sewaan
Apabila seorang menyewa rumah, toko, atau kios, maka ia boleh
memanfaakannya sesuai dengan kehendaknya, baik dimanfaatkan sendiri
atau untuk orang lain, bahkan boleh disewakan lagi, atau dipinjamkan
kepada orang lain. Hanya saja tidak boleh menempatkan barang-barang
25 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: PT. Al- Maa‟rif, 1988) hlm 33-34
atau alat-alat berat yang nantinya akan membebani dan merusak bangunan
yang disewanya.26
7. Memperbaiki Barang Sewaan
Menurut Hanafiah, apabila barang sewaan itu mengalami
kerusakan seperti pintu yang rusak, atau tembok yang roboh, dan lain-
lainnya maka yang berkewajiban memperbaikinya adalah pemiliknya,
bukan penyewa tersebut karena barang yang disewa itu milik mu‟jir, dan
yang harus memperbaiki adalah pemiliknya. Hanya saja ia (mu‟jir) tidak
bisa dipakai untuk memperbaiki kerusaan tersebut. Apabila musta‟jir
melakukan perbaikan tanpa persetujuan mu‟jir maka perbaikan tersebut di
anggap suka rela, dan ia tidak bisa menuntut penggantian biaya perbaikan.
Akan tetapi, apabila perbaikan tersebut atas permintaan dan persetujuan
mu‟jir maka biaya perbaikan bisa diperhitungkan sebagai beban yang
harus di ganti oleh mu‟jir.27
8. Berakhirnya Akad Ijarah
Akad ijarah dapat berakhir karena hal-hal berikut ini:
a. Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad. Ini meurut
pendapat Hanafiah. Sedangkan menurut jumhur ulama, kematian
salah satu pihak tidak mengakibatkan fasakh atau berakhirnya akad
ijarah. Hal tersebut dikarenakan ijarah merupakan akad yang lazim,
seperti halnya jual beli, dimana musta‟jir memiliki manfaat atas
26
Ibid 27
Ibid
barang yang disewakan dengan sekaligus sebagai hak milik yang
tetap, sehingga bisa berpindah kepada ahli waris.
b. Iqalah, yaitu pembatalan oleh dua belah pihak. hal ini karena ijarah
adalah akad mu‟awadhah (tukar-menukar), harta dengan harta
sehingga memungkinkan untuk melakukan pembatalan (iqalah)
seperti halnya jual beli.
c. Rusaknya barang yang disewakan, sehingga ijarah tidak mungkin
untuk diteruskan.
d. Telah selesainya masa sewa, kecuali ada udzur. Minsalnya sewa-
menyewa tanah untuk ditanami, tetapi ketika masa sewa sudah
habis, tanaman belum dipanen. Dalam hal ini ijarah di anggap
belum selesai.28
9. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Ijarah
Perjanjian atau adat, termasuk akad ijarah menimbulkan hak dan
kewajiban para pihak yang membuatnya hak-hak dan kewajiban para
pihak dalam perjanjian ijarah sebagai berikut:
a. Hak dan kewajiban pihak pemilik objek perjanjian sewa-menyewa atau
pihak yang menyewakan.
1) Pemilik wajib menyewakan barang yang disewakan kepada pihak
penyewa.
2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga
barang itu dapat di pakai untuk keperluan di maksudkan.
28
Ibid
3) Memberi penyewa kenikmatan atau manfaat atas barang yang
disewakan selama waktu berlangsungnya sewa-menyewa.
4) Pemilik mennggung semua cacat dari barang yang disewakan, yang
merintangi pemakaian barang.
5) Pemilik berhak atas uang sewa yang besarnya sesuai dengan yang
telah di perjanjikan.
6) Menerima barang kembali barang objek perjanjian di akhir ijarah.
b. Hak dan kewajiban para pihak penyewa.
1) Penyewa wajib memakai barang yang disewa sebagai tuang rumah
yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu
menurut perjanjian sewanya.
2) Membayar harga sewa pada waktu yang ditentukan.
3) Menerima ganti rugi, jika terdapat cacat terhadap barang yang
disewa.
4) Penyewa berhak menerima mafaat dari barang yang disewa.
5) Tdak mendapatkan ganguan dari pihak lain selama memanfaatkan
barang yang disewa.
Kewajiban untuk memakai barang sewa berarti kewajiban untuk
memakainya seakan-akan arang itu kepunyaan sendiri. Jika pihak penyewa
memakai barang yang disewa untuk keperluan lain yang menjadi tujuan
pemakainya, atau satu keperluan sedemikian rupa hingga dapat menimbulkan
kerugian kepada pihak yang menyewakan, maka pihak ini menurut keadaan
dapat meminta pembatalan sewanya, minsalnya sebuah rumah kediaman yang
disewakan untuk tempat tingga dipakai untuk perusahaan atau bengkel.29
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini mengkaji tentang tinjauan hukum Islam terhadap ganti
rugi kerusakan dalam sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston
Villa Jambi. Setelah dicari penulis menemukan yang mendekati penjelasan
yang mengenai penelitian ini baik dari al-Qur‟an maupun hadist dan pendapat
ulama.
Tinjauan pustaka perlu dilakukan untuk menambah wawasan peneliti
sebelum peneliti melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang ditemukan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka yang mendekati
penelitian ini. Pertama skripsi yang ditulis oleh Nabila yang berjudul
“Tinjauan hukum Islam terhadap akad perjanjian sewa-menyewa rumah” studi
kasus kampung Joyodiningratan Kratonan Surakarta.30
Skripsi kedua juga membahas tentang sewa-menyewa rumah yang
disusun oleh Dendi Purwagandi dengan judul “Tinjauan hukum Islam
terhadap praktek sewa-menyewa rumah kontrakan” studi kasus di desa
Situgadung Kabupaten Tanggerang.31
29
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Citra Media, 2006), hlm 51 30
Nabila, Skirpsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Perjanjian Sewa-menyewa
Rumah, (Surakarta: Univers itas Muhammadiyah Surakarta, 2015), hlm. 48 31
Dendi Purwandi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa-menyewa Rumah
Kontrakan di Desa Situgadunng Kabupaten Tanggerang, (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2019) hlm. 54
Skripsi ketiga membahas tentang sistem ganti rugi yang disusun oleh
Andi Arianda Putra dengan judul “Sistem ganti rugi objek event organizer di
kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh dalam Prespektif Ijarah Bi Al-
Manfa‟ah”.32
Dari ketiga pembahasan di atas mengenai penelitian sebelumnya,
penyusun dalam penelitian ini akan lebih mengkaji tentang Tinjauan Hukum
Islam terhadap ganti rugi sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan
Aston Villa Jambi.
32
Andi Arianda Putra, Sistem Ganti Rugi Objek Sewa Event Organizer di Kecamatan
Johan Pahlawan Meulaboh dalam Perspektif Ijarah Bi Al-Manfa’ah, (Banda Aceh: UIN Ar-
Raniry Darussalam, 2018), hlm. 62
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reseach), yaitu
mencari data dengan melakukan penelitian langsung di lapangan. Adapun
lokasi penelitian yang akan penulis lakukan untuk memproleh data dan
informasi adalah pad a kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan pada
filsafat pospotivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang ilmiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen
kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis dan bersifat induktif/ kualitatif. Dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.33
Penelitian deskripsi kualitatif dalam penelitian ini adalah penelitain
yang memaparkan apa yang terjadi dalam lapangan dan membuat kesimpulan
berdasarkan data yang di temukan oleh peneliti dengan tehnik triangulasi
(gabungan) dan bersifat indukatif.34
Penelittian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
B. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif, yaitu untuk mendapatkan informasi atau data yang
terkumpul kemudian dihubungkan dengan ketentuan hukum dan senantiasa
berpedoman pada al-Qur‟an, hadis serta pendapat ulama. Melihat dan memilih
data-data tentang sewa menyewa kontrakan di permuahan Aston Villa Jambi,
dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data untuk mendapatkan
informasi tentang pelaksanaan sewa menyewa kontrakan sehingga dapat diketahui
dalam perspektif ekonomi Islam.
C. Subjek dan Objek Penelitian
33
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press
Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014), hlm. 34. 34
Ibid
a. Sebagai subjek dalam penelitian adalah orang yang menyewa kontrakan di
perumahan Aston Villa Jambi.
b. Sebagai objek penelitian sewa menyewa ini adalah rumah kontrakan
tersebut.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
skunder:
1. Data Perimer
Data primer yaitu data pokok yang diperlukan dalam penelitian, data
yang diperoleh langsung dari sumber-sumbernya, baik melalui wawancara,
observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian
diolah oleh penelitian.35
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang melakukannya. Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-
informmasi yang diperoleh secara pokok permasalahan dalam peneliti secara
langsung maupun pihak-pihak tertentu.36
Data primer ini digunakan untuk medapatkan informasi mengenai
tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan rumah kontrakan di
perumahan Aston Villa Mendalo Darat Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi. Adapun data primer dalam penelitian orang yang
35
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press
Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014), hlm. 34 36
.Ibid
mengontrak, pemilik rumah kontrakan, dan ganti rugi kerusakan pada rumah
kontrakan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data atau sejumlah keterangan yang diperoleh
secara tidak langsung, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam
bentuk laporan, skripsi, disertasi, thesis, dan peraturan perundangan-undngan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain,
sebagai pendukung data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok
kajian yang diteliti.37
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
fakta penelitian.
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian. Observasi adalah kegiatan yang berhubungan
dengan pengawasan, peninggalan, dan penyelidik riset. Observasi atau
pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara
sistematis.38
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang mempunyai ciri
yang spesifik, tidak hanya berkomunikasi dan terbatas pada manusia, tetapi
37
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm 30 38
Ibid
juga objek-objek lain. Observasi terbagi menjadi dua bagian, pertama
participant observation (observasi berperan serta), yang kedua nonparticipant
observation.39
Dalam penelitian ini penulis hanya sebagai nonparticipant observation
tersebut, maka penulis mengadakan pengamatan terhadap penelitian dalam
tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan rumah kontrakan di
perumahan Aston Villa Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi
Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu dan suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumber dalam kaitannya dengan
penelitian ini bertanya langsung kepada pengontrak dan pemilik kontrakan
tersebut tentang sistem sewa-menyewa yang dilakukan di perumahan Aston
Villa Mandalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.40
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan peristiwa yang sudah berlaku, documen itu
bias berupa tulisan, gambar, atau karya-karya, monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.41
39
Ibid 40
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 310. 41
Ibid
F. Tekhnik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara induktif, yaitu
penulis mengakat dari fakta-fakta dan ketentuan-ketentuan yang bersifat
khusus kemudian membuat generalisasi analisis sehingga dapat ditarik
kesimpulan yang bersifat umum. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini
menggunakan tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi Data
Dalam proses reduksi data peneliti menganalisi bahan-bahan yang
telah terkumpul. Menyusunnya secara sistematis, dan menonjolkan pokok-
pokok permesalahannya.
2. Penyajian Data
Dalam tahap ini, peneliti menyajikan sekumpulan informasi yang
tersusun, memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, dan
pengambilan tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Data yang telah diperoleh, difokuskan dan disusun secara sistematis
sesuai kategori yang telah disusun berdasarkan temuan peneliti.
G. Sistematika Penulisan
Rangkaian sistematika ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab
diperinci lagi dengan beberapa sub bab yang saling berhubungan antara satu
sama lainnya. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
BAB II Pada bab ini untuk memeberika landasan pada bab berikutnya
yang akan dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian
mengenai sewa-menyewa rumah kontrakan guna mendukung
dalam bab empat. Dalam bab ini penulis membahas pengertian
akad, sewa-menyewa, rukun dan syarat ijarah.
BAB III Lokasi penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah di perumahan Aston Villa Mendalo, Jambi luar
kota. Oleh karena itu didalam bab tiga dipaparkan gambaran
umum tentang sewa-menyewa untuk mengetahui kondisi
pelaksanaan sewa-menyewa yang terjadi antara pemilik dengan
penyewa kontrakan.
BAB IV Merupakan analisa tinjauan hukum Islam terhadap ganti rugi
kerusakan sewa-menyewa kontrakan.
BAB V Membahas yang mana di dalamnya mencakup kesimpulan dari
hasil penelitian, dan juga saran.
H. Jadwal Penelitian
Catatan jadwal bisa berubah sewaktu-waktu.
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perumahan Aston Villa Jambi
No
Kegiatan
2019
Juli
Agustu
s
Sep
tember
Okto
ber
Novem
ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
judul
2 Pembuatan
proposal
3 Perbaikan
proposal
dan
seminar
4 Surat izin
riset
5 Pengumpul
an data
6 Pengolahan
data
7 Pembuatan
laporan
8 Bimbingan
dan
perbaikan
9 Agenda
dan ujian
skripsi
10 Perbaikan
dan
penjilidan
Perumahan Aston Villa adalah perumahan yang berlokasi di tepi jalan
lintas Simpang Aurduri, dengan taman dan patung liberty di bagian depannya,
merupakan komplek strategis di gerbang kota jambi. Aston villa menyediakan
ratusan rumah siap huni dengan prasarana yang telah siap seperti jalan
beraspal, jaringan listrik dn air bersih telah siap tersulur ke setiap rumah.
Selain itu rumah sudah berlantai kramik, plafon dan cat luar dalam. Ada
beberapa tipe rumah yang terdapat di perumahan aston villa, mulai dari tipe 29
(RSH lantai kramik), tipe 36, tipe 45, dan pertokoan K 36. 42
Lingkungan perumahan Aston Villa Jambi telah tertata dengan rapi
dan juga bersih, dengan adanya blok perumahan dari A sampai dengan blok Z
untuk menyusun letak rumah-rumah yang ada di perumahan Aston Villa jambi
tersebut. Di setiap blok mempunyai taman kecil untuk bermain bagi
masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut. Akan tetapi, taman utamanya
terletak di depan gerbang masuk perumahan Aston Villa.43
Bentuk rumah di
perumahan aston Villa adalah perumahan minimalis yang memiliki satu
sampai dengan dua kamar tidur, satu dapur, satu ruang tamu, dan satu kamar
mandi. Kemudian di depan rumah memiliki halaman kecil untuk parkir
kendaraan pemilik rumah.
Di perumahan Aston Villa memiliki satpam untuk menjaga keamanan
lingkungan perumahan tersebut, dan memiliki petugas pembersih lingkungan
42
Gambaran Umum Per umahan Aston Villa Jambi, 27 Agustus 2019 43
Wawancara dengan Bapak Aan selaku Pegawai Perumahan Aston Villa pada Hari Rabu
27 Agustus 2019
perumahan dengan di gaji oleh masyarakat setempat, setiap rumah memberi
iyuran sebesar Rp. 40.000 rupiah untuk uang keamanan dan uang kebersihan.
Perumahan Aston Villa merupakan bagian dari PT Niaga Guna
Kencana hadir untuk merespon masyarakat Jambi yang sangat tinggi dalam
pemenuhan akan kebutuhan perumahan dan pemungkiman. Rumah bukan
sekedar bangunan untuk beristirahat setelah seharian melakukan aktivitas,
akan tetapi rumah merupakan keseimbangan harmonis antara bangunan,
lingkungan dan penghuninya. 44
B. Letak Geografis Perumahan Aston Villa Jambi
Perumahan Aston Villa Jambi terletak di daerah jalan Lintas Sumatra,
Mendalo Darat kecamatan Luar Kota, kabupaten Muaro Jambi, terdiri dari
satu RT dengan jumlah masyarakat sebanyak 2.013 jiwa, terdiri dari laki-laki
sebanyak 850 jiwa dan perempuan 1.163 jiwa. Dibagian depan perumahan
Aston Villa yang berbatasan dengan jalan raya terdapat bangunan ruko yang
berjejer, kemudian didalamnya terdapat bangunan rumah yang ber tipe 36, 31,
45. Diperumahan aston villa terdapat 26 blok yang terdiri dari blok A sampai
dengan blok Z. jumlah keseluruhan perumahan di Aston Villa Jambi adalah
845 unit, yang dihuni atau terjual sebanyak 671 unit, ditempati oleh
pemiliknya atau yang berkeluarga 221 rumah, di kontrakan sebanyak 450, dan
yang tidak dihuni sebanyak 174 rumah. Dan rata-rata masyarakat di
44
Ibid
perumahan aston villa ini adalah mahasiswa yang merantau dari daerah ke
kota untuk kuliah di beberapa Universitas yang ada di Provinsi Jambi.
Di karenakan perumhan Aston Villa terletak ditepi jalan raya sebagian
masyarakat yang menyewa ruko itu membuka tempat untuk berjualan
makanan, alat sembako, dan warung nasi. 45
C. Kondisi Kependudukan di Perumahan Aston Villa Jambi
Jumlah penduduk di perumahan Aston Villa Jambi sampai akhir tahun
2018 tercatat 2.013 jiwa, dimana mereka tersebar dibeberapa blok perumahan
yang terdiri dari satu RT. Adapun keadaan penduduk di perumahan Aston
Villa Jambi lihat di tabel dibawah ini.
Tabel 1
Jumlah penduduk di Perumahan Aston Villa Jambi 2019
No Blok Jumlah Penduduk
1. Block A 1-31 93 Orang
2. Block B 1-34 102 Orang
3. Block C 1-44 135 Orang
4. Block D 1-31 93 Orang
5 Block E 1-42 128 Orang
6. Block F 1-34 102 Orang
7 Block G 1-26 78 Orang
8. Block H 1-25 75 Orang
9. Block I 1-38 114 Orang
10. Block J 1-17 51 Orang
45
Wawancara dengan Bapak Aan Selaku Pegawai Kantor Perumahan Aston Villa pada
Hari Rabu 27 Agustus 2019
11. Block K 1-15 45 Orang
12. Block L 1-11 33 Orang
13. Block M 1-25 75 Orang
14 Block N 1-17 51 Orang
15. Block O 1-26 73 Orang
16. Block P 1-24 72 Orang
17. Block R 1-27 81 Orang
18 Block S 1-21 58 Orang
19. Block T 1-25 65 Orang
20. Block U 1-35 100 Orang
21. Blok V 1-30 90 Orang
22. Block W 1-21 63 Orang
23. Block X 1-25 70 Orang
24. Block Y 1-24 67 Orang
25 Block Z 1-35 99 Orang
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak terdapat di
blok C dan blok E dengan jumlah penduduk 258 jiwa, sedangkan dengan
jumlah penduduk yang sedikit terdapat pada blok L dengan jumlah penduduk
33 jiwa. Untuk itu dari keterangan tersebut penulis memilih blok C dan E
untuk diteliti karna memiliki jumlah penduduk terbanyak dari pada blok
lainnya yang terdapat di perumahan aston villa jambi.
D. Jumlah Rumah yang di Kontrakan di Perumahan Aston Villa Jambi
Jumlah rumah yang di kontrakan atau disewakan di perumahan Aston
Villa Jambi sampai akhir tahun 2018 tercatat sebanyak 450 unit rumah,
dimana tersebar dibeberapa blok perumahan tersebut. Adapun jumlah rumah
yang di kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi lihat di tabel dibawah ini.
Tabel 2
Jumlah Rumah yang Dikontrakan Perumahan Aston Villa Jambi
No Blok Jumlah Rumah di Kontrakan
1. Block A 1-31 14 Rumah
2. Block B 1-34 16 Rumah
3. Block C 1-44 40 Rumah
4. Block D 1-31 19 Rumah
5 Block E 1-42 38 Rumah
6. Block F 1-34 24 Rumah
7 Block G 1-26 19 Rumah
8. Block H 1-25 16 Rumah
9. Block I 1-38 20 Rumah
10. Block J 1-17 04 Rumah
11. Block K 1-15 09 Rumah
12. Block L 1-11 09 Rumah
13. Block M 1-25 21 Rumah
14 Block N 1-17 14 Rumah
15. Block O 1-26 18 Rumah
16. Block P 1-24 20 Rumah
17. Block R 1-27 14 Rumah
18 Block S 1-21 16 Rumah
19. Block T 1-25 14 Rumah
20. Block U 1-35 29 Rumah
21. Blok V 1-30 18 Rumah
22. Block W 1-21 14 Rumah
23. Block X 1-25 15 Rumah
24. Block Y 1-24 11 Rumah
25 Block Z 1-35 18 Rumah
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah rumah kontrakan yang di
kontrakan diperumahan Aston Villa Jambi yang terbanyak terdapat di blok C
dan blok E dengan jumlah penduduk 78 rumah. Untuk itu dari keterangan
tersebut penulis memilih blok C dan E untuk diteliti karena memiliki jumlah
rumah yang dikontrakan paling banyak dari pada blok lainnya yang terdapat di
perumahan aston villa jambi.
E. Jumlah tenaga kerja dan pendidikan di perumahan Aston Villa Jambi
Perumahan Aston Villa Jambi jumlah tenaga kerja dan pendidikan 18-
60 tahun adalah sebesar 1.782 orang, ibu rumah tangga dengan jumlah 221,
dan penduduk yang belum bekerja 115, dan yang sudah bekerja 327, dan
mahasiswa sebesar 1.350. Dari jumlah penduduk diatas dapat dilihat
perumahan Aston Villa Jambi banyak di tempati oleh mahasiswa yang
mengontrak di perumahan Aston Villa Jambi.46
Dari jumlah tenaga kerja dan
pendidikan di atas dapat dilihat dari jumlah mahasiswa penduduk perumahan
Aston Villa Jambi sebagai berikut:
Table 3
Jumlah tenaga kerja dan pendidikan Perumahan Aston Villa Jambi
46
Wawancara dengan Bapak Yetno Selaku Kepala RT. Perumahan Aston Villa Jambi
Pada Hari Kamis 28 Agustus 2019
No Mata Pencarian dan Pendidi kan Jumlah
1. PNS 84 Orang
2. Guru/Pegawai Honorer/PT 244 Orang
3. Dosen 7 Orang
4. Pedagang 15 Orang
5. Mahasiswa 1.350 Orang
6. Bengkel 10 Orang
7. Tukang/Buruh 147 Orang
8. TNI/POLRI 23 Orang
9. Ketua RT 1 Orang
10. Tenaga Medis 11 Orang
11. Hansip 6 Orang
Dari tabel di atas kita lihat jumlah pekerjaan sebagai mahasiswa
memiliki jumlah paling besar dari pada jumlah pekerjaan lainnya dengan
jumlah 1.350 orang, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa di perumahan
Aston Villa Jambi penduduknya adalah mahasiswa, sedangkan untuk yang
lainnya sangat sedikit. Ini disebabkan banyaknya perumahan yang di sewakan
oleh pemiliknya kepada mahasiswa yang kuliah di Universitas yang ada di kota
Jambi, dan akses yang dekat dengan kampus mahasiswa sehinga banyak
mhasiswa yang mnyewa perumahan disana.
F. Sarana Transportasi dan Komunikasi
Sarana transportasi dan komunikasi sangat penting dalam menjujung
pertumbuhan dan perkembagan suatu daerah. Keadaan jalan yang terdapat di
perumahan Aston Villa terbilang baik karena jalannya telah di aspal dan yang
rusak selalu di perbaiki dan ini dilalui oleh motor dan mobil.
Sarana informasi sebagai salah satu sarana yang penting guna untuk
menabah wawasan dan pengetauan masyarakat, sarana yang sering digunakan
masyarakat antara lain hanphone, Tv, radio, koran.47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47
Wawancara dengan Bapak Aan Selaku Pegawai Kantor Aston Villa pada Hari Rabu 27
Agustus 2019
A. Pelaksanaan Proses Sewa-menyewa Rumah Kontrakan di Perumahan
Aston Villa Jambi
Sewa menyewa adalah suatu bentuk muamalah dalam masyarakat, agar
nantinya tidak terjadi suatu perselisihan atau kesalahpahaman maka perlu
adanya suatu perjanjian yang di buat sebelum dilakukannya sewa-menyewa,
Dalam Islam sudah ditetapkan syarat sahnya sewa-menyewa.
Praktek sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa
Jambi menggunakan akad (perjanjian). Sewa-menyewa merupakan suatu
bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban perikatan untuk memberikan
sesuatu, hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang disewakan
oleh pemilik dan penyerahan uang oleh penyewa kepada pemilik.
Akad sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa
Jambi ini menurut hukum Islam dibenarkan atau dibolehkan karena telah
memenuhi syarat sahnya sewa-menyewa yaitu pertama, para pihak yang
melakukan perbuatan hukum sudah cukup umur sehingga dapat membedakan
antara yang baik dan yang buruk.
Kedua, kesepakatan atau kerelaan kedua bela pihak dalam
melaksanakan perjanjian.dalam sewa menyewa perumahan ini telah adanya
persetujuan dari kedua bela pihak dalam melakukan akad sewa-menyewa dan
perjanjian tersebut dilakukan tanpa unsur paksaan dari pihak lain dan tanpa
tipuan dari pihak manapun, karena jika terjadi unsur paksaan dan tipuan maka
akad sewa-menyewa ini akan batal dan tidak sah.
Ketiga, objek akad dalam sewa menyewa rumah ini pun sudah jelas
yaitu rumah tinggal sementara yang mana pihak penyewa sudah melihat
terlebih dahulu rumah tersebut sebelum memutuskan untuk menyewa,
sehingga tidak akan menimbulkan perselisihan antara keduanya. Apabila
rumah tersebut tidak diketahui maka tasarruf menjadi batal. Untuk mengetahui
rumah yang disewakan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan
menunjukkan rumahnya apabila calon penyewa berada di tempat akad, dengan
dilihat, ditunjukkan atau menyebutkan sifat dan ciri-ciri rumah tersebut.
Keempat, akad sewa-menyewa rumah kontrakan ini memiliki tujuan
yang jelas dan diakui oleh syara yaitu untuk saling tolong menolong karena
akad sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa untuk
mendapatkan tempat tinggal sementara dan akad sewa-menyewa ini memiliki
manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan masyarakat.
Akad ini sangat penting untuk pendatang dari luar daerah untuk
mendapatkan tempat tinggal sementara dengam mudah. Dan dapat dijadikan
lahan penghasilan bagi para pemilik kontrakan itu sendri karena sewa-
menyewa ini adalah sebagai salah satu bisnis atau investasi yang
menguntungkan dan dibolehkan oleh hukum Islam. Selain itu banyaknya
rumah kontrakan pun dapat menghidupkan perekonomian di perumahan Aston
Villa karena banyak pendatang yang menyewa rumah dan membuka usaha
sendiri.
Kelima, rumah yang dijadikan objek sewa menyewa di perumahan
Aston Villa pun dapat diserahkan pada waktu akad karena jika rumah tidak
dapat disertakan pada waktu akad, maka akan menjadi batal.
Dalam menjalankan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah
masalah akad (perjanjian). Akad adalah salah satu cara untuk memperoleh
harta dalam syariat Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya.48
Akad sewa-menyewa rumah kontrakan di perumahan Aston Villa
Jambi dengan cara lisan antara pemilik rumah kontrakan dengan penyewa.
Dalam akad sewa-menyewa ini ucapan dan bahasannya harus dapat dipahami
kedua belah pihak yang melakukan akad agar tidak terjadi perselisihan antara
pihak yang mealakukan perjanjian. Ungkapan yang diucapkan juga harus
merupakan ungkapan yang menunjukkan kerelaan tanpa paksaan, karena
prinsip dalam suatu akad adalah kerelaan.
Akad dapat dilakukan secara lisan (ucapan), pebuatan, isyarah maupun
tulisan. Namun menurut peneliti alangkah lebih baiknya jika pemilik rumah
membuat perjanjian secara tertulis agar para pihak memahami dan mengetahui
dengan jelas kewajiban dan hak masing-masing pihak. Hal ini pula yang
membuat sebuah perjanjian dikatakan belum sesuai dengan ketentuan Islam
dalam surat Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:
48
Abdul Rahman, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2012) hlm. 71
Artinya:”Dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” 49
Dikatakan dalam ayat tersebut kewajiban untuk melakukan sebuah
pencatatan atau penulisan dalam sebuah akad muamalah, dan juga sewa-
menyewa. Hal ini dilakukan sebagai pengukuhan dan menghilangkan
pertikaian. Dan akibat hukum tidak tertulis mengakibatkan pihak penyewa
tidak mengetahui hak dan kewajiban sehingga peluang untuk terjadinya
wanprestasi cukup besar, dimana wanprestasi tersebut akan mengakibatkan
pihak yang menyewakan mengalami kerugian.
Selain itu jika perjanjian dilakukan secara tertulis maka perjanjian itu
akan mudah untuk diingat dan dapat dijadikan bukti jika terjadi pelanggaran
kontrak. Selain itu dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 282 telah dijelaskan
bahwa jika kita melakukan muamalah secara tidak tunai seperti ijarah (sewa-
menyewa) maka kita harus menuliskan perjanjian tersebut agar tiap pihak
49
QS. Al-Baqarah (2) : 282
dapat memahami dan mengerti perjanjian tersebut agar tiap pihak memahami
dan mengerti yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing.50
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam melakukan aktifitas
sewa-menyewa rumah kontrakan maka terjadi suatu aqad (pejanjian). adapun
untuk mengetahui sistem berlangsungnya sewa-menyewa rumah kontrakan di
perumahan Aston Villa yang terjadi antara pemilik rumah kontrakan dan
penyewa diperumahan Aston Villa blok C dan blok E yaitu:
Hasil wawancara dengan salah satu pemilik rumah kontrakan di blok C
yang diwawancarai pada tanggal 27 Agustus 2019 bernama Devi Hermansyah.
Bapak Devi Hermansyah menjelaskan bahwa rumah kontrakan yang ada di
perumahan Aston Villa adalah rumah pribadi yang dikontrakan. Rumah ini
dibeli pada tahun 2009, awalnya rumah ini dihuni oleh adik kandungnya yang
kuliah di salah satu Universitas di Jambi, setelah adiknya menyelesaikan
studinya rumah tersebut mulai dikontrakan pada tahun 2016. 51
Selanjutnya bapak Devi Hermansyah menjelaskan bahwa dalam sewa-
menyewa ini, pemilik membolehkan para penyewa untuk memeriksa terlebih
dahulu rumah yang akan disewakan tersebut dari depan rumah sampai
belakang rumah, dan ruangan-ruangan yang ada seperti, kamar tidur, kamar
mandi, dapur, dan ruang tamu. Hal ini bertujuan untuk membuktikan pada
50
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm. 133 51
Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah Selaku Pemilik rumah Kontarakan pada
Hari Rabu 27 Agustus 2019
penyewa bahwa rumah kontrakan tersbut sesuai dengan rumah kontrakan
yang diinginkan oleh penyewa.
Apabila penyewa tertarik dengan rumah kontrakan yang telah
disediakan oleh pemilik kontrakan, maka dilakukan transaksi pembayaran
kepada pemilik, namun apabila penyewa kurang tertarik dengan rumah yang
telah disediakan oleh pemilik tersebut, maka penyewa boleh membatalkan
transaksinya. Biasanya jika penyewa tertarik dengan rumah kontrakan tersebut
maka akan dilakukan transaksi dan penyewa membayar uang muka sebesar
setengah dari harga sewa tersebut, hal ini sudah menjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak.
Harga per unit berdasarkan tipe dari rumah tersebut, rata-rata harga
sewa kontrakan yang ada di perumahan Aston Villa Jambi dari harga Rp.
5.000.000 juta hingga Rp. 9.000.000 juta per unit. Bapak Devi Hermansyah
menyewakan rumah seharga Rp. 6.000.000 juta rupiah per tahunnya.52
Kemudian Bapak Devi Hermansyah menjelaskan sistem pembayaran
sebagai berikut: adapun sistem pembayaran dapat dilakukan dengan dua cara
pembayaran yaitu secara tunai dan dengan ansuran. Sedangkan pembayaran
secara beranggsur dilakukan kepada penyewa yang belum mempuanyai uang
atau kesanggupan untuk membayar tunai dengan dua kali pembayaran yang
52
Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah Selaku Penyewa pada Hari Rabu 27
Agustus 2019
pertama dibayar dimuka sebelum pindah dan kemudian diberi tempo selama
dua bulan setelah menempati rumah kontrakan tersebut.53
Pada transaksi secara berangsur penyewa tidak memberikan kwitansi
bukti pembayaran lunas melainkan mencatat pada buku catatan sebagai
hutang, kemudian jika penyewa sudah membayar semua barulah pemilik
memberikan kwitansi bukti lunas.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pemilik rumah
kontrakan di blok E, disini peneliti menemukan sistem berbeda dengan yang
sebelumnya, disini pemilik rumah yang bernama ibu Ernawati menyewakan
rumah pribadinya dengan harga yang lebih murah yaitu 5.000.000 juta rupiah
dengan tipe ukuran rumah yang sama dengan rumah bapak Devi Hermansyah
hanya saja airnya bayar sendiri sedangkan rumah bapak Devi Hermansyah
airnya di tanggung pemilik. Ibu Ernawati menerapkan sistem pembayaran
dengan secara tunai dibayar dimuka sebelum menempati rumah kontrakan
tersebut. 54
Hasil dari wawancara dengan salah satu penyewa rumah kontrakan di
perumahan Aston Villa yang diwawancara pada tanggal 27 agustus 2019
bernama Muhammad Jaka adalah serang penyewa rumah kontrakan,
Muhammad Jaka memberi keterangan bahwasanya ia menyewa rumah
kontrakan di pemilik rumah kontrakan tersebut.
53
Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah Selaku Pemilik Rumah Kontrakan pada
Hari Rabu 27 Agustus 2019 54
Wawancara dengan Ibu Ernawati Selaku Pemilik Rumah Kontrakan pada Hari Rabu 27
Agustus 2019
Harga sewa Rp. 5.000.000 juta rupiah per tahun dalam pembayaran
Muhammad Jaka memilih pembayaran dengan cara tunai sebelum menempati
rumah kontrakan tersebut. Karena Muhammad Jaka memilih Pembayaran
secara tunai, maka uang yang wajib di bayarkan kepada pemilik rumah
kontrakan sebesar Rp. 5.000.000 juta rupiah.
Hal ini merupakan sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak
apabila transaksi pembayaran ataupun sudah berada di tangan pemilik, maka
pemilik menyerahkan rumah kontrakan kepada penyewa, akan tetapi segala
kerusakan di tanggung oleh pemilik.” 55
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perumahan Aston
Villa Jambi sebagian besarnya dikontrakan oleh pemilik rumah di perumahan
tersebut dengan jangka waktu per tahun, yang dimana harga rumah kontrakan
sesuai dengan jenis rumahnya. Adapun pendapatan yang didapatkan oleh
pemilik rumah kontrakan setiap tahunnya tidak menentu, yakni tergantung ada
tidaknya setiap tahun orang yang menyewa rumah kontrakan tersebut.
Sewa-menyewa rumah kontrakan diperumahan Aston Villa Jambi ini
dilakukan antara pemilik rumah dengan penyewa. Pemilik dalam hal ini
adalah pihak yang menyewakan rumah. Pemilik rumah menyewakan kepada
penyewa dengan perjanjian atau akad di antara pemilik dan penyewa, perjajian
atau akad sering dilakukan dengan lisan dan jarang dilakukan dengan tulisan
55
Wawancara dengan Bapak Muhammad Jaka Selaku Penyewa Rumah Kontrakan pada
Hari Rabu 27 Agustus 2019
antara pemilik dan penyewa rumah kontrakan, dan lama waktu sewa adalah
75% pertahun dan 25% perbulan.
Kisaran harga untuk penyewa kalau pertahun adalah dari
Rp.5000.000–10.000.000 juta pertahun tergangtung bentuk rumah dan fasilitas
yang diberikan. Sedangkan untuk yang perbulan harga sewa adalah Rp.
400.000 – 1000.000 juta tergantung bentuk rumah dan fasilitas yang diberikan
kepada si penyewa. Diketahui dari harga sewa yang dibayarkan sesuai dengan
mamfaat yang diterima oleh penyewa rumah kontrakan dan Biasanya uang
sewa belum termasuk uang listrik dan air, uang listrik dan air di tanggung
sendiri oleh si penyewa.
Harga sewa ditetapkan oleh si pemilik rumah kontrakan, pembayaran
uang sewa biasa separuh dari uang sewa diabayar dilakukan diawal sebelum
pindah sebagai tanda jadi, kemudian separuhnya lagi di lunasi ketika penyewa
pindah kerumah kontrakan tersebut. Dari hasil wawancara yang penulis
lakukan dengan salah satu pemilik rumah di peremuhan tersebut mengatakan
bahwa biasanya juga terjadi negosiasi harga rumah kontrakan antara pemilik
dan penyewa sebelum melakukan perjajian atau akad.
Pada akad sewa-menyewa diperumahan Aston Villa Jambi
Pengingkaran janji hanya pada telatnya membayar uang sewa dari waktu yang
telah ditentukan pada awal perjanjian dan pemilik rumah kontrakan
menyelesaikan dengan musyawarah, teguran, memberikan tenggakan waktu.
Selain itu tidak pada pelanggaran perjanjian56
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ganti Rugi Kerusakan Rumah
Kontrakan di Perumahan Aston Villa Jambi
Allah menciptakan manusia untuk saling tolong-menolong antara
manusia yang satu dengan yang lain salah satunya dengan cara bermuamalah.
Prinsip dasar muamalah adalah untuk menciptakan kemaslahatan manusia,
dalam memenuhi kebutuhannya manusia harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam yang disebut dengan fiqh muamalah yang semuanya merupakan
hasil penggalian dari al-Quran dan hadist.
Salah satu bentuk bermuamalah yang sering dilakukan oleh
masyarakat perumahan Aston Villa adalah sewa-menyewa rumah kontrakan.
Ijarah adalah suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan
memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan
menjual mamfaat sesuatu benda, bukan menjual „ain dari benda itu sendiri.
Kelompok Hanafiah mengartikan ijarah dengan akad yang berisi pemilk
mamfaat tertentu dari suatu benda yang di ganti dengan pembayaran dalam
jumlah yang disepakati. Dalam istilah lain dapat pula disebutkan bahwa ijarah
adalah salah satu akad yang berisi pengambilan mamfaat sesuatu dengan jalan
penggantian. Suatu rumah milik A, umpamanya, dimamfaatkan oleh B untuk
56
Wawancara dengan Bapak Devi Hermansyah dan Ibu Ernawati Selaku Pemilik
Kontrakan pada Hari Rabu 27 Agustus 2019
ditempati. B membayar kepada A dengan sejumlah bayaran sebagai imbalan
pengambilan mamfaat itu, hal itu disebut ijarah (sewa-menyewa).57
Banyak ayat dan riwayat yang dijadikan argumen oleh para ulama
akan kebolehan ijarah tersebut. Berikut salah satu firman Allah dalam surah
al-Zukhruf ayat 32 tentang ijarah yaitu:
Artinya: “apakah mereka yang membagi-bagi rahmat tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan ,mereka dalam kehidupan
di dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih
baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.”58
Menurut hadist riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasiy dari Sa‟d
Bin Abi Waqas tentang ijarah yaitu:
57
Dr. Helmi Karim M.A Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
29 58
QS. al-Zukhruf (43) : 32
سسل الله صه الله عهي انزسع ف اق ي ا عه انس كا كش الاسض ب
س ل الله صه الله عهي سس ا سهى انزس ع ف كش ب ايشا ا رانك هى ع
فعت ب ا بز
Artinya: “dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar hasil tanaman
yang kami agar membayarnya dengan uang mas atau perak.”59
Dalam sudut pandang fiqih muamalah, apabila kerusakan dalam sewa-
menyewa terjadi atas unsur kesengajaan penyewa, maka yang berhak bertanggung
jawab untuk mengganti rugi atas kerusakan tersebut adalah penyewa. Namun jika
sekiranya apabila terjadi atas unsur ketidaksengajaan penyewa, dan kerusakan
tersebut tidak dilakukan oleh penyewa, maka yang bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut adalah pihak pemilik rumah kontrakan.
Tabel 4
Jenis Bahan yang Rusak
No Pemilik Penyewa Jenis Penyebab
Kerusakan
Peyelesaian
1. Devi
Hermansyah
Aisyah Pintu Patah Ganti Rugi
2. Ernawati M. Jaka Atap Bocor Ganti Rugi
Sumber: Rumah Kontrakan Bapak Devi Hermansyah dan Ibu Ernawati
59
Dr. Helmi Karim M.A Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
33
Selama usaha sewa-menyewa yang dilakukan oleh pemilik rumah
kontrakan yang berlokas diperumahan Aston Villa Jambi, telah banyak terjadi
mengenai kerusakan pada rumah kontrakan yang disewakan selama proses
penyewaan berlangsung, antara lain yaitu:
1. Kecerobohan penyewa rumah kontrakan
2. Kelalaian pemilik rumah kontrakan
3. Bencana alam seperti angina kencang
Mengenai ganti rugi kerusakan pada rumah kontrakan, pemilik tidak
cantumkan mengenai masalah ganti rugi kerusakan kedalam perjanjian, caranya
kerusakan dalam penyewaan ini jarang terjadi. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa kerusakan dapat terjadi kapan saja. Persentase biaya yang dibebankan oleh
pemilik atas kerusakan objek sewa disesuaikan dengan besar kerusakan yang
terjadi.
Perjanjian mengenai ganti rugi kerusakan pada beberapa rumah
diperumahan Aston Villa Jambi tidak dibuat ketika akad berlangsung. Namun
baru dibuat apabila terjadi kerusakan pada rumah kontrakan yang disewa, seperti
kejadian pantahnya engsel pintu di rumah kontrakan milik Bapak Devi
Hermansyah, pemilik meminta ganti rugi atas rusaknya pintu tersebut kepada
pihak penyewa rumah kontrakan, namun pada saat akad tidak ada perjanjian
khusus mengenai pertanggungan ganti rugi dan persentase biaya yang di tang
gung jika mengalami kerusakan.
Sedangkan pemilik rumah kontrakan Bapak Devi Hermansyah
mengatakan selama rumahnya disewakan telah banyak kerusakan yang telah
terjadi. Pemilik akan meminta ganti rugi apabila kerusakan yang disebabkan oleh
kelalaian penyewa rumah kontrakan. Akan tetapi jika kerusakan itu terjadi atas
unsur ketidak sengajakaan penyewa dan tidak dilakukan oleh penyewa maka yang
bertanggung jawab atas kerusakan tersebut adalah pemilik rumah kontrakan.
Dari hasil wawancara di atas, pemilik rumah kontrakan membebankan
biaya ganti rugi kepada pihak penyewa apabila terjadi kerusakan pada rumah
kontrakan. Besar presentase ganti rugi yang ditetapkan berbeda-beda sesuai
dengan besar atau kecilnya kerusakan pada rumah kontrakan tersebut. Hal ini
dikarnakan, pemilik rumah kontakan tidak mungkin selamanya dapat mengontrol
dan menjaga rumah kontrakan selama rumah kontrakan di sewakan kepada
penyewa.
Hasil wawancara peneliti dengan seseorang penyewa rumah kontrakan
bernama Aisyah selaku pihak penyewa rumah kontrakan beliau kurang setuju
mengenai pembebanan biaya ganti rugi, walaupun persentase ganti rugi yang
dibebankan tidak sepenuhnya. Namun sebaiknya pemilik rumah kontrakan
mengatakan pada awal transaksi, supaya penyewa lebih berhati-hati lagi dalam
menjaga barang sewaan untuk menghindari kerusakan.
Selanjutnya wawancara peneliti kepada seorang penyewa rumah kontrakan
yang bernama Muhammad Jaka selaku pihak yang menyewa rumah kontrakan Ibu
Ernawati, beliau kurang setuju mengenai pembebanan biaya ganti rugi karena
kerusakan yang terjadi di rumah kontrakan tersebut bukan di sebabkan oleh si
penyewa melainkan kerusakan yang terjadi akibat rapuh dan sudah terlalu lama
tidak diperbaiki.
Dari beberapa hasil wawancara dengan pihak penyewa di atas, pihak
penyewa merasa kurang setuju mengenai pembebanan ganti rugi. Pihak penyewa
meminta ke pada pihak pemilik agar sebaiknya lebih di pertegas lagi mengenai
permasalahan tentang pembebanan ganti rugi dan berapa persentase yang harus di
tangung jika terjadi kerusakan di kemudian hari. Selain itu, pihak penyewa jika
tidak ada perjanjian mengenai kerusakan di awal transaksi maka pemilik tidak
boleh meminta biaya kerugian atas kerusakan objek sewa kepada penyewa.
Namun jika di awal transaksi kedua bela pihak membuat perjajian mengenai ganti
rugi kerusakan maka pihak pemilik boleh meminta ganti rugi atas kerusakan
tersebut.
Dalam hukum Islam, terkait kerusakan objek sewa selama masa sewa,
Imam Syafi‟i berpendapat bahwa segala kerusakan objek sewa yang terjadi atas
unsur kesengajaan, maka yang harus mengganti rugi atas kerusakan tersebut
adalah konsumen, namun jika kerusakan tersebut terjadi atas unsur ketidak
sengajaan, maka yang wajib bertanggung jawab atas kerusakan tersebut adalah
pemilik usaha.
Kemudian Sayyid Sabiq juga berpendapat sama, yaitu membebankan
biaya kerusakan kepada pihak penyewa terhadap kerusakan yang terjadi karena
faktor kesengajaan. Namun apabila kerusakan tersebut terjadi karena faktor
ketidak sengajaan, maka pemilik tidak wajib utuk meminta ganti rugi atas
kerusakan tersebut.
Ganti rugi dalam hukum islam sebagaimana dalam fatwa DSN-MUI No:
43/DSN-MUI/VIII/2004
a. Pengertian Ganti Rugi
Ta‟wid dalam bahasa adalah ganti rugi kompentasi. Secara istilah definisi
ta‟wid yang dikemukakan oleh ulama kontenporer Wahba al Zuhili.
Artinya: “ta‟wid (ganti rugi) adalah menutup kerugian yang terjadi akibat
pelanggaran atau kekeliruan.
b. Dasar Hukum Ta‟wid
1) Al-Qur‟an
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu,
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”60
Dari ayat di atas dapat dihubungkan denga ta‟wid (ganti rugi)
bahwasahnya barang siapa melakukan serangnbvan (kerugian) kepadamu,
60
QS. al-Maidah (3) : 1
maka balaslah ia seimbang dengan kerugian yang ditimpahkan
kepadamu.61
2) Hadist Nabi SAW
لا ظشاس ا ظشس
Artinya: “tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula
membahayakan orang lain."
3) Pendapat Ulama kontemporer tentang damam atau ta‟wid sebagaimana
dikemukakan oleh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab nazariat al-damam,
(damsyiq: dar al-fiqr, 1998) sebagai berikut:
الأظشاس ستقبهت( أ ان ؤكذة )أ تظشة غيش ان انخساسة ان صانح أيا ظياع ان
يحم ي، لأ ا في أصم انحكى انحكى انفق ظـ ع يت فلآ يع ع ان الأدبيت أ
يط و ششعا انتع تق ان حقق فعلا د ان ج ا نـ ان ان
Artinya: “sementara itu, hilangnya keuntungan dan kerugian yang
belum pasti dimasa yang akan datang atau kerugian
immaterial maka menurut ketentuan hukum fiqh hal tersebut
tidak dapat diganti (diminta ganti rugi). Hal itu karna objek
ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga
(diijinkan syariat untuk memanfaatkannya)”. 62
61
Fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Ganti Rugi (Ta‟wid) 62
Ibid
c. Ketentuan Ganti Rugi
Ketentuan ganti rugi menurut DSN-MUI No. 43/DSN-
MUI/VIII/2004 tentang ganti rugi.
1) Ketentuan Umum
a. Ganti rugi (ta‟wid) hanya boleh dikenkan atas pihak yang dengan
sengaja atau kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari
ketentuan akad dan menimbul kerugian pada pihak.
b. Kerugian yang dapat dikenakan ta‟wid sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat
diperhitungkan dengan jelas.
c. Kerugian riil sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya riil yang
dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya
dibayarkan.
d. Besar ganti rugi (ta‟wid) adalah sesuai dalam nilai kerugian riil
(real loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut
dan bukan kerugian yang akan diperkirakan akan terjadi (potential
loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss atau al-
furshah al-dha-i‟ah).
e. Ganti rugi (ta‟wid) hanya boleh dikenakan dalam transaksi (akad)
yang menimbulkan utang-piutang (dain), seperti salam, istishna‟
serta muradaha dan ijarah.63
63
Fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (ta‟wid).
2) Ketentuan Khusus
a. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil
dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.
b. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.64
Bagaiman membuktikan kerugian persewaan, sehingga menimbulkan
hak baginya untuk memperoleh ganti rugi. Dalam hal ini harus dikaji ada atau
tidak hubungan kausal antara peristiwa yang merupakan penyebab
(wanprestasi) dengan akibat yang ditimbulkannya (ganti rugi).
Menurut pasal 1243 KUH Perdata, berdasarkan pengertian ganti rugi
perdata lebih menitip beratkan kepada ganti kerugian karena tidak
terpenuhnya suatu perjanjian, yakni kewajiban peyewa untuk mengganti
kerugian persewaan akibat kelalaian pihak penyewa melakukan wanprestasi.
Ganti rugi tersebut meliputi:
1) Ongkos atau biaya yang dikeluarkan.
2) Kerugian yang sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan benda
milik persewaan akibat kelalaian penyewa.
3) Bunga atau keuntungan yang diharapkan dapatn dinikmatinya.
Di dalam pasal 1249 KUH Perdata ditentukan bahwa pergantian
kerugian yang disebabkan wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk
uang. Namun, dalam pekembangannya menurut para ahli dan
yurisprudensi bahwa kerugian dapat dibedakan menjadi dua macam,
64
Ibid
yaitu ganti rugi materiil dan ganttirugin immaterial. Kerugian materiil
adalah suatu kerugian yang diderita persewaan dalam bentuk
uang/kekayaan/benda. Sedangkan kerugian immaterial adalah suatu
kerugian yang diderita oleh persewaan yang bernilai uang, seperti rasa
sakit, mukanya pucat, rasa kecewa, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan penyewa bernama
Muhammad Jaka pada tanggal 27 agustus 2019 bahwa penyewa mengalami
kerugian atas kerusakan rumah kontrakan yang tidak dilakukan oleh
Muhammad Jaka melainkan kerusakannya terjadi sebelum ia menyewa rumah
tersebut. Ia telah menceritakan kerusakan tersebut kepada pemilik rumah
kontrakan tersebut, akan tetapi pemilik kontrakan tidak kunjung memperbaiki
kerusakan pada kontrakan, sehingga Muhammad Jaka memperbaiki sendiri
rumah kontrakan itu. Disini dalam hukum Islam yang seharusnya
memperbaiki kerusakan rumah kontrakan adalah sang pemilik rumah atau
pemiliknya.65
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada sebagian ganti rugi
terhadap kerusakan rumah kontrakan di tidak dilakukan oleh pemilik rumah,
melainkan dilakukan oleh penyewa rumah kontrakan, ini terjadi karena
perjanjian di perumahan Aston Villa tidak dibicarakan secara detail sehingga
apabila terjadi kerusakan disengaja maupun tidak disengaja tidak diketahui
siapa yang harus mengganti kerusakan tersebut karena tidak ada perjanjian di
awal.
65
Wawancara dengan Bapak Muhammad Jaka Selaku Penyewa Rumah Kontrakan pada
Hari Rabu 27 Agustus 2019
Menurut hukum Islam apabila terjadi kerusakan dalam sewa-menyewa
rumah kontrakan, jika kerusakan tersebut di akibatkan oleh penyewa maka
penyewa harus mengganti rugi atau memperbaiki kerusakan tersebut. Dan
apabila tidak dilakukan oleh penyewa maka pemlik rumah kontrakan itu yang
harus mengganti atau memperbaiki kerusakan tersebut.
Menurut ulama fiqh setiap akad mempunyai akibat hukum, yaitu
tercapainya sasaran yang ingin dicapai sejak semula sampai pemindahan hak
milik dari kedua belah pihak yang berakad, dan akad itu bersifat mengikat lagi
kedua belah pihak yang melakukan akad, bagi pihak-pihak yang berakat tidak
boleh dibatalkan kecuali yang disebabkan oleh hal-hal syara‟ seperti terdapat
cacat pada objek, akad ini tidak memenuhi salah satu rukun dan syara‟.
Sewa-menyewa yang terjadi diperumahan Aston Villa Jambi merupakan
kebiasaan terus-menerus masyarakat, sehingga dalam prosesnya sudah sama-
sama diketahui oleh pemilik dan penyewa. Dalam hal ini sesuai dengan ajaran
hukum Islam untuk saling tolong-menoong antara sesama. Sewa-menyewa
yang terjadi diperumahan Aston Villa Jambi sudah menjadi kebiasaan
masyarakat dan hal itupun sah karena tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Standar ganti rugi dalam hukum Islam secara praktis tidak menyebutkan
sistem dan besaran ganti rugi yang layak untuk diberikan, tetapi Islam,
memberi gambaran umum bagaimana cara dalam pembayaran ganti rugi.
Islam lebih mengedepankan konsep moral, adil dan layak, disertai kerelaan
pihak yang membayar ganti rugi kerusakan rumah kontrakan tanpa ada
paksaan sesuai dengan perjanjian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan dan menganalisis praktek ganti rugi
terhadap kerusakan rumah kontrakan di perumahan Aston Villa Jambi, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sewa-menyewa rumah kontrakan diperumahan Aston Villa Jambi
keberadaannya masih dipertahankan sampai saat ini karena masih
merupakan lading busnis yang menguntungkan bagi para pemilik rumah
kontrakan. Proses sewa-menyewa ini terjadi melalui akad yang
dilakukan secara lisan oleh pemilik kontrakan dengan penyewa rumah.
Isi perjanjian dalam akad tersebut tidak dijelaskan secara detail didalam
tulisan yang merupakan kewajiban dan hak-hak yang harus dipenuhi
oleh pihak pemilik dan penyewa rumah konrakan. Dalam prakteknya
penyewa memberikan sejumlah uang yang disepakati sebagai
pembayaran atas manfaat tempat tinngal yang disewanya. Sedangkan
pemilik kontrakan menerima uang sewa dan berkewajiban memberikan
manfaat rumah kontrakan kepada penyewa sesuai dengan perjanjan yang
disepakati. Dalam akad sewa menyewa ini kedua bela pihak telah
menyepakati perjajian yang telah diperjanjikan, seperti berpa sewa yang
harus dibayarkan, kapan waktu pembayarannya, berapa lama waktu
sewanya, apa saja yang harus dipenuhi penyewa sebelum menempati
rumahnya, dan apakah tidak ada kerusan yang terjadi pada rumah.
2. Tinjau hukum Islam terhadap ganti rugi kerusakan rumah kontrakan
diperumahan Aston Villa Jambi. Dalam hal ini terlihat bahwa kerusakan
yang terjadi diperumahan Aston Villa bukan diakibatkan oleh penyewa
melainkan kerusakan terjadi sebelum penyewa menempati rumah
kontrakan tersebut, disini Islam mewajibkan untuk pemilik kontrakan
memperbaiki kerusakan yang terjadi dan bukan melimpahkan kepada si
penyewa. Menurut hukum Islam apabila terjadi kerusakan dalam sewa-
menyewa rumah kontrakan, jika kerusakan tersebut di akibatkan oleh
penyewa maka penyewa harus mengganti rugi atau memperbaiki
kerusakan tersebut. Dan apabila tidak dilakukan oleh penyewa maka
pemlik rumah kontrakan itu yang harus mengganti atau memperbaiki
kerusakan tersebut.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang terjadi peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Sebelum memulai suatu sewa-menyewa sebaiknya diadakan perjanjian
atau kesepakatan secara lisan dan dianjurkan juga untuk membuatnya
secara tertulis antara kedua belah pihak sehingga masing-masing pihak
dapat mengetahui dengan jelas apa-apa saja yang menjadi hak dan
kewajibannya, sehingga tidak akan menimbulkan ketidak jelasan dan
kesalah pahaman dikemudian hari yang dpat merugikan salah satu pihak.
Dan untuk para pihak selalu harus menjaga komitmen dari apa yang telah
disepakati bersama.
2. Pemilik kontrakan harus lebih memperhatikan lagi mengenai
kewajibannya terutama mengenai fungsi rumah sebagai tempat tinggal,
untuk itu diharapkan pemilik kontrakan bertanggung jawab terhadap
kerusakan yang terjadi pada rumah kontrakan agar manfaat rumah dapat
dirasakan penyewa secara maksimal. Penyewa rumah pun harus marawat
rumah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Citra Media, 2006.
Abdul Rahman, dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2012.
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asa Hukum Muamalat, Yogyakarta: UII Press 1993.
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar, Grafika,
2004.
Dr. Helmi Karim M.A Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Dr. H. Hendi Suhendi, M.SI. Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2005.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1988.
Subekti Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jakarta: PT. Pradya
Paramita, 2008.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2011.
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press
Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2014.
B. Peraturan Perundang-udangan
Fatwa DSN-MUI No: 43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Ganti Rugi (Ta‟wid).
C. Lain-lain
Andi Arianda Putra, Sistem Ganti Rugi Objek Sewa Event Organizer di
Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh dalam Perspektif Ijarah Bi Al-
Manfa’ah, Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam, 2018.
Dendi Purwandi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa-menyewa
Rumah Kontrakan di Desa Situgadunng Kabupaten Tanggerang,
Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Nabila, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Perjanjian Sewa-menyewa
Rumah, Surakarta: Univers itas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
APENDIX
Dokumentasi di Kantor Perumahan Aston Villa Jambi
Dokumentasi di Kantor Perumahan Aston Villa Jambi
Dokumentasi dengan Bapak Aan Selaku Pegawai Kantor Perumahan Aston Villa
Jambi
Nama : Yuhendrata
Tempat Tanggal Lahir : Muara Niro, 23 Februari 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lrg. Citra, Pematang Sulur, Kec. Telanaipura,
Kota Jambi, Jambi
Nomor Telpon : 082289164885
Email : yuhendrata1997@gmail.com
Latar Belakang Pendidikan
No
Pendidikan Tempat Tahun Lulus
1
SD Negeri 100 VII Koto Tebo Ulu 2009
2
MTs Darul Ulum Rimbo
Ulu
Tebo Ulu 2012
3
SMA Negeri 16 Rimbo Ulu Tebo Ulu 2015
4
Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin
Jambi
Jambi 2019
Jambi, 30 September 2019
Yuhendrata
SHE.151845
top related