tinjauan ekon keu okt 11
Post on 05-Apr-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
1/20
ISSN 2088-3153
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGANMENSINERGIKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Volume 1 Nomor 10 - Oktober 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
SINERGI PEMBANGUNAN PERDAGANGAN
Strategi Pengamanan ASEAN-ChinaFree Trade Area (AC-FTA)
Peran Pasar Bebas
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
2/20
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGANKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
VOLUME 1 NOMOR 10 - OKTOBER 2011
DAFTAR ISI
Editorial 1
Perkembangan Ekonomi Makro
Perkembangan Ekspor Impor 2
Perkembangan Inflasi 3
Perkembangan Harga Komoditas Internasional 4
Perkembangan Wisatawan Mancanegara 4
Perkembangan Investasi PMA/PMDN Triwulan III-2011 5
Perkembangan Ekonomi Internasional
Peran Pasar Bebas 6
Peningkatan Resiko Seiring Dengan Pertumbuhan yang Melambat 7
Perkembangan APBN
Laporan realisasi APBD Triwulan II-2011 9
Perkembangan Kebijakan dan Regulasi
Ekonomi
Strategi Pengamanan ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA) 10 Sistem National Single Window (NSW) sebagai Reformasi Pelayanan
Ekspor-Impor 11
Laporan Bank Dunia: Perkembangan Perekonomian Indonesia
Triwulan III-2011 12
Perkembangan Sektor Keuangan M- PESA: Meningkatkan Akses Layanan Keuangan Melalui Teknologi
Informatika dan Komunikasi 14
Perkembangan Penyaluran KUR Perkembangan Realisasi KUR per 30 September 2011 15
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Penghargaan Investment Awards 2011 Bagi Pemerintah Daerah 16
Daftar Istilah
REDAKSI
Pembina
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian
Pengarah
Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian
Deputi Ekonomi Makro dan
Keuangan
Koordinator
Bobby H. Rafinus
Kontributor Tetap
Edi Prio Pambudi
M. Edy Yusuf
Mamay Sukaesih
Tri Kurnia Ayu
Rista Amallia Windy Pradipta
Alexcius Winang
Andi
Komite Kebijakan KUR
Tinjauan Ekonomi dan Keuangandapat didownload pada websitewww.ekon.go.id
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap
perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
3/20
EDITORIAL
Sektor perdagangan menunjukkan peranan yang
meningkat sebagai sumber pertumbuhan tahunan
terbesar Produk Domestik Bruto dalam beberapa
triwulan terakhir. Pada triwulan II 2011, sektor ini
(termasuk hotel dan restoran) menyumbang sebesar 1,6
persen dari pertumbuhan 6,5%. Demikian sama halnya
dengan sektor industri pengolahan. Peningkatan peranan
sektor perdagangan menunjukkan siklus bisnis yang
mengalami masa ekspansi. Perkembangan yang
prospektif untuk tingkat pertumbuhan PDB yang lebih
tinggi nampaknya menghadapi tantangan yang berat
pada tahun 2012.
Sementara ini para forecaster berpendapat bahwa
perekonomian global tahun depan akan sama atau lebihlambat dari 2011. Kemungkinan terjadi perlambatan
cenderung lebih besar dengan semakin banyaknya
diterbitkan revisi proyeksi ke bawah menjelang akhir
tahun 2011. Penurunan rating investasi di beberapa
negara Eropa dan demonstrasi yang marak di Amerika
Serikat merupakan sinyal kuat bahwa ketidakpastian
masih tinggi dalam proses pemulihan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi global yang rendah diperkirakan
akan berlangsung beberapa tahun kedepan.
Pelemahan ekonomi global menjadi ancaman berat bagi
kinerja ekspor Indonesia terutama pada kelompokkomoditi primer. Lebih dari 60% ekspor Indonesia
merupakan komoditi sektor pertanian, migas serta
mineral. Harga komoditi primer, khususnya barang
mineral, sejak triwulan II-2011 menunjukkan
kecenderungan menurun. Berlanjutnya penurunan harga
dan juga volume permintaan dikhawatirkan akan terjadi
pada tahun 2012. Sementara itu ekspor manufaktur
diharapkan tidak terkena dampak besar karena relatif
kecil pangsanya ke Eropa sekitar 8,6% dan ke Amerika
Serikat sebesar 9,1%.
Perkembangan neraca pembayaran Indonesia yang
mencatat defisit sekitar US$ 3 milyar pada triwulan III-
2011 memberikan sinyal bahwa krisis ekonomi global
mulai berimbas. Transmisi krisis menjalar melalui
kegiatan perdagangan dan rambatan ini terlihat dari
surplus neraca perdagangan yang mulai menurun.
Sedangkan transmisi krisis melalui sektor keuangan
terlihat dari kenaikan defisit pada neraca modal dan
finansial.
Untuk menjaga tingkat pertumbuhan mencapai 6,7%
sebagaimana dirancang dalam RAPBN 2012, maka
gejala penurunan ekspor perlu diimbangi dengan
kenaikan konsumsi dan investasi. Tuntutan tersebut
semakin signifikan dengan naiknya impor. Kokohnyafundamental ekonomi Indonesia saat ini perlu dilengkapi
dengan meningkatkan kepekaan terhadap sentimen
investor melalui kualitas kebijakan dalam negeri yang
efektif. Arus modal masuk dalam bentuk penanaman
modal asing langsung dan penanaman modal dalam
negeri yang cenderung naik perlu dipelihara dengan
terus memperbaiki prasarana pendukungnya, seperti
infrastruktur transportasi dan pembangkit listrik. Selain
itu juga pendukung kelembagaan terkait, seperti
pembebasan lahan, pembiayaan, dan perpajakan.
Melemahnya permintaan eksternal beberapa tahunkedepan, merupakan periode yang tepat untuk
konsolidasi pengembangan investasi bagi pemenuhan
kebutuhan pasar dalam negeri dengan produksi sendiri.
Banyak negara telah mengambil arah kebijakan
tersebut menghadapi melemahnya permintaan ekspor.
Mari kita kembangkan dan gunakan produksi nasional
sebagai solusi untuk mencapai pertumbuhan lebih tinggi
guna penyediaan lapangan kerja yang lebih luas bagi
generasi muda. (BHR)
IndikatorSept2011
Aug2011
IndikatorAug2011
Juli2011
Inflasi (% yoy) 4,61% 4,79% Utang Pemerintah* (USD milyar) 203,35 203,35
Indeks Harga Saham Gabungan 3.549,03 3.841,73 Ekspor (USD juta) $18,81 $17.425
Harga Minyak ICP (USD per barel) 111,00 111,67 Impor (USD juta) $15,05 $16.063
Indeks Harga Perdagangan Besar 184,27 183,45 Wisatawan Mancanegara (ribu orang) 621,08 745,45
Cadangan Devisa* (USD milyar) $114,50 $124,64 Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) 12,50 12,55
Nilai Tukar Petani 105,17 105,11 Realisasi Belanja APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* 442,3**
Nilai Tukar (Rp/USD) 8.823 8.532 Realisasi Pendapatan APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* 497,0**
Pertumbuhan Ekonomi Tw.II-2011 (%) 6,5 PDB Nominal Tw II-2011 (Rp. Triliun) 1.811,1Tingkat Pengangguran (Feb. 2011) (%) 6,8 Surplus NPI Tw II-2011 (USD miliar) 11,9*kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia,
Indikator Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 1
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
4/20
Perkembangan Ekonomi Makro
PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR
Neraca perdagangan Indonesia sampai Agustus 2011
masih tumbuh positif di tengah kelesuan ekonomi global.
Selama Januari-Agustus surplus perdagangan Indonesia
mencapai US$20 miliar terdiri dari surplus migas sebesar
US$0,7 miliar dan surplus nonmigas sebesar US$19,3
miliar.
Kinerja ekspor hingga Agustus 2011 terlihat terus
menguat. Kurun waktu Januari-Agustus 2011, ekspor
naik sebesar 36,6% (yoy), sehingga memperkuat
optimisme tercapainya target total ekspor tahun ini yaitu
US$200 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor hingga
Agustus telah mencapai US$134,8 miliar dan bila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010,
ekspor hanya mencapai sebesar US$98,7 miliar.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspor non migassebesar 31,4% (yoy) dan ekspor migas sebesar 61,3%
(yoy). Dibandingkan bulan lalu, kinerja ekspor di bulan
Agustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 8%
(mtm) terdiri dari peningkatan ekspor migas 7,6% (mtm)
dan ekspor nonmigas 8% (mtm).
Peningkatan ekspor nonmigas periode Januari-Agustus
2011 berasal dari seluruh sektor. Barang-barang industri
mendominasi ekspor nonmigas Indonesia (grafik 2).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri
sebesar 33,6% (yoy) diikuti oleh pertambangan 28,5%
(yoy) dan pertanian 5,79% (yoy). Pada periode yangsama, hampir seluruh nilai ekspor dari 10 produk utama
nonmigas mengalami peningkatan. Komoditas yang
mengalami pertumbuhan nilai ekspor terbesar adalah
berbagai produk kimia sebesar 135,4% (yoy).
Pada sisi impor, impor bahan baku/penolong masih
mendominasi. Selama Januari-Agustus 2011, impor
bahan baku/penolong mencapai US$86 miliar atau naik
34,9% (yoy). Impor barang modal juga mengalami
peningkatan 14,9% (yoy) menjadi US$20 miliar.
Sementara itu impor barang konsumsi selama Januari-
Agustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 34,8%(yoy). Namun demikian, bila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2010, kenaikan impor ketiga
barang tersebut tahun 2011 ternyata masih lebih rendah
(grafik 3).
Berdasarkan transaksi perdagangan dengan negara
mitra dagang, ekspor nonmigas Indonesia ke Cina telah
menggeser posisi Jepang dan Amerika Serikat sebagai
negara tujuan utama ekspor. Pangsa ekspor nonmigas
ke Cina mencapai 11,95% dan selama Januari-Agustus
2011 nilai ekspor ke Cina naik sebesar 56,2% atau
mencapai US$12,8 miliar dibanding periode yang sama
tahun 2010. Pangsa ekspor ke Jepang dan Amerika
Serikat justru mengalami penurunan masing-masing
menjadi 11,15% dan 9,92%.Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 2
Selain Cina, ekspor nonmigas ke India juga mengalamipeningkatan signifikan pasca FTA. Ekspor Indonesia
ke India meningkat sebesar 49,3% (yoy). Saat ini, India
menduduki posisi keempat sebagai negara tujuan
ekspor nonmigas Indonesia. Selain Cina dan India,
negara-negara ASEAN dan Asia lainnya merupakan
pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Kontribusi
ekspor ke pasar ASEAN, Cina, India, Jepang, dan
Korea Selatan menyumbang hampir 60% terhadap
pertumbuhan ekspor nasional. (TKA)
1
Sumber: BPS
2
3
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
5/20
Perkembangan Ekonomi Makro
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 3
PERKEMBANGAN INFLASI
Pada bulan September 2011, inflasi tercatat sebesar
0,27% mtm dan 4,61% yoy. Inflasi tersebut lebih rendah
dibandingkan ekspektasi pasar menurut survei Bloomberg
yang memperkirakan 0,4% mtm atau 4,97% yoy. Inflasi
terus mengalami perlambatan bila dibandingkan dengantriwulan sebelumnya. Selama Januari September, inflasi
relatif rendah yakni 2,97%. Dengan perkembangan
tersebut berarti tersisa 2,33% terhadap target inflasi
APBN-P tahun 2011 sebesar 5,3%. Apabila tidak ada
tekanan yang mendadak terhadap inflasi pada triwulan IV-
2011, maka inflasi tahun ini diperkirakan mencapai target
inflasi tersebut atau bahkan lebih rendah mengingat masa
panen biasanya terjadi pada November dan Desember.
Tekanan inflasi pada bulan September 2011 berasal dari
inflasi inti (core inflation) yang dipengaruhi oleh gejolak
global. Meningkatnya ketidakpastian global yangkemudian memicu terjadinya peralihan investasi oleh
investor global dari surat-surat berharga menjadi komoditi
emas yang relatif lebih aman. Permintaan emas terus
meningkat menyebabkan kenaikan harga emas
internasional yang mencatat rekor tertinggi, yakni US$
1.800 per troy oz. Kenaikan harga emas internasional
tersebut berpengaruh terhadap harga emas domestik dan
menyebabkan kenaikan inflasi inti. Namun, ekspektasi
inflasi keseluruhan justru menurun. Hasil survei
Concensus Forecast untuk inflasi tahun 2011 turun dari
6,2% yoy pada akhir triwulan II menjadi 5,6% yoy padatriwulan III.
Tekanan inflasi komponen barang bergejolak (volatile
food) mengalami deflasi pada September 2011 sebesar -
0,20% yang didorong oleh deflasi bahan makanan (-
0,09% mtm). Deflasi ini terkait dengan menurunnya
permintaan pasca Hari Raya Idul Fitri. Secara tahunan,
volatile food tercatat 5,14% menurun dibandingkan bulan
sebelumnya. Pendorong utama inflasi komponen volatile
food yang rendah adalah pasokan barang yang berasal
dari panen ditambah pasokan dari impor semakin
membaik dan terjadi penurunan harga komoditi global.Komoditi beras masih mengalami kenaikan harga pada
September 2011 meskipun masih tetap terkendali. Musim
panen yang akan berakhir ditengah kenaikan permintaan
menyebabkan tekanan pada harga beras. Stok beras
masih cukup memenuhi permintaan dan diperoleh dari
hasil panen triwulan lalu ditambah impor, sehingga
diharapkan mampu menahan kenaikan harga beras
secara berlebihan. Komoditi lainnya yang mengalami
kenaikan harga antara lain cabai merah, rokok kretek filter
dan tarif angkutan udara. Sedangkan komoditi yang
mengalami penurunan harga antara lain daging dan telurayam ras, ikan segar, bawang merah dan bawang putih.
Untuk inflasi komponen yang harganya diatur pemerintah
(administered prices) masih terjaga tercatat sebesar
0.32% mtm atau 2.83% yoy pada September 2011.
Tekanan inflasi administered pricesmasih rendah karena
minimalnya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan
pemerintah. Komoditi administered yang berkontribusi
pada komponen ini adalah rokok dan uang kuliahakademi/perguruan tinggi. Kenaikan harga rokok karena
adanya selisih harga transaksi pasar dengan harga jual
eceran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara
uang kuliah akademi/perguruan tinggi karena biaya
pendidikan perguruan tinggi yang jatuh pada Agustus dan
September.
Menurut data per kota, inflasi tahunan hingga September
2011 yang terjadi di kota-kota pada wilayah Indonesia
Timur memiliki tingkat yang relatif lebih tinggi
dibandingkan kota-kota wilayah lainnya. Peran
kelancaran distribusi melalui angkutan laut dan
keterhubungan antar wilayah menjadi penentu laju inflasi.
Untuk mengatasi inflasi yang tinggi di wilayah tersebut
berarti harus diupayakan kelancaran distribusi. Inflasi
tahunan (%yoy) pada September 2011 tertinggi terjadi di
kota Lhokseumawe, Pangkal Pinang dan Pematang
Siantar. Deflasi terjadi di Sorong, yaitu sebesar -0.26%
yoy (MS)
4
5
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
6/20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 4
PERKEMBANGAN HARGAKOMODITAS DUNIA
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke
Indonesia menurun pada Agustus 2011 sebanyak 621,1
ribu orang. Jumlah tersebut jika dibandingkan per bulanturun sebesar 16,68% (mtm) dan jika lihat per tahun
meningkat 5,89% (yoy). Wisman terbesar berasal dari
Singapura, Australia dan Malaysia. Selama tahun 2011,
jumlah wisman sebanyak 4,689 juta orang atau
meningkat 7,3% (yoy), terbesar berasal dari Singapura,
Malaysia dan Australia. Tingkat pertumbuhan wisman
tertinggi Agustus (yoy) menurut negara asal adalah Uni
Emirat Arab, Saudi Arabia, dan Mesir, masing -masing
sebesar 83,87%, 55,72% dan 49,36%. Tingkat
pertumbuhan negara asal wisman tertinggi selama
tahun 2011 tercatat berasal dari Australia, Philiphina,dan Saudi Arabia.
Pintu masuk wisman terbesar terjadi di Bandara Ngurah
Rai dan Bandara Soekarno Hatta. Wisman yang datang
melalui Bandara Ngurah Rai pada Agustus 2011
meningkat 3,90% yoy atau 252.698 orang tetapi turun
9,5% mtm. Dari Bandara Soekarno Hatta, wisman pada
Agustus 2011 mencapai 142.974 orang atau meningkat
hanya 0,65% secara yoy tapi menurun 28,58% secara
mtm. Wisman melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II,
Riau meningkat hampir 92% yoy, melalui Bandara
Selarapang, Mataram menurun sebesar 30,63% yoy.(bersambung ke halaman 16 --- WP)
Perkembangan Ekonomi Makro
Menurut Bank Dunia, harga komoditas non energi
September 2011 mengalami penurunan sebesar 2,5%
(mtm). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan prospek
permintaan dan apresiasi dolar. Penurunan harga
tertinggi terjadi pada kelompok komoditas logam dan
mineral sebesar 4,8% (mtm) dan penurunan harga
terendah pada komoditas pertanian sebesar 1,4%
(mtm). Harga komoditas energi naik tipis sebesar 0,4%.
Harga minyak mentah naik 0,3% pada September 2011
dengan rata-rata harga US$100,8 per barel. Pergerakan
harga harian minyak mentah cenderung fluktuatif. Pada
paruh kedua September 2011, harga minyak mentah
sempat turun menjadi US$91 per barel lalu kembali
naik di atas US$100 per barel. Meskipun permintaan
minyak melemah, harga minyak cenderung naik akibatkondisi pasar yang ketat. Sedangkan harga gas alam di
Amerika Serikat turun 3,8% karena permintaan gas
turun di tengah produksi gas yang terus meningkat (over
supply).
Harga komoditas pertanian turun 1,4% pada September
2011 terutama karena merosotnya harga produk minyak
kelapa. Harga minyak kelapa dan kelapa sawit
mengalami penurunan terbesar masing-masing 10%
dan 7% akibat permintaan melemah dan persaingan
dengan produk substitusi meningkat. Penurunan harga
terjadi pada komoditas cokelat, kopi, teh, jagung, dankedelai karena excess supply di pasar. Sedangkan
harga beras naik sekitar 6% karena pemerintah
Thailand akan menaikkan harga produsen. Hal ini
mendorong terjadinya penimbunan stok yang
mengakibatkan pasokan di pasar berkurang.
Setelah turun 4% bulan Agustus 2011, harga logam dan
mineral kembali turun di bulan September 2011 sebesar
4,8%. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran
terhadap dampak krisis utang pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi global dan penurunan
permintaan di Cina. Harga tembaga juga turun 8%karena pasokan meningkat meskipun permintaan impor
PERKEMBANGAN WISATAWANMANCANEGARA
dari Cina masih menguat. Harga nikel pun turun 7%
karena permintaan menurun dan ekspektasi pasokan
bulan mendatang meningkat. Harga timah turun
sebesar 5% dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan
permintaan logam dari kegiatan industri. (TKA)
Sumber: DECPG, The World Bank
7
Sumber: DECPG, The World Bank
6
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
7/20
Perkembangan Ekonomi Makro
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 5
PERKEMBANGAN INVESTASIPMA/ PMDN TRIWULAN III-2011
BKPM dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal
(LKPM) perusahaan PMDN-PMA menyatakan bahwa
realisasi investasi PMDN-PMA selama triwulan III-2011mencapai Rp65,4 triliun atau meningkat sebesar 15,3%
(yoy). Baik realisasi investasi PMDN maupun PMA
mengalami peningkatan. Realisasi investasi PMDN
meningkat sebesar 14,5% (yoy) dari Rp 16,6 triliun
menjadi Rp 19 triliun. Sedangkan realisasi investasi PMA
meningkat 15,7% (yoy) dari Rp 40,1 triliun menjadi Rp
46,4 triliun. Meskipun peran investor domestik
mengalami peningkatan, realisasi PMA masih lebih
besar yaitu hampir 2,5 kali realisasi investasi PMDN.
Secara sektoral, sektor tanaman pangan dan
perkebunan menjadi sektor yang paling diminati investordomestik dengan nilai investasi sebesar Rp 3,6 triliun.
Sedangkan investor asing memilih sektor transportasi,
gudang dan telekomunikasi sebagai sektor prioritas
dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar. Meskipun tidak
menjadi sektor yang paling diminati, sektor listrik gas dan
air termasuk sektor yang menarik bagi investor domestik
dan asing dengan nilai investasi masing-masing Rp 3,3
triliun dan US$ 0,5 miliar.
Berdasarkan lokasi proyek, terjadi peningkatan sebaran
dan besaran aliran investasi ke luar Pulau Jawa padatriwulan III 2011. Sebaran lokasi proyek di luar Jawa
mencapai Rp 24,3 triliun atau 37,2% dari total investasi.
Dibandingkan dengan triwulan III-2010, terdapat
peningkatan sebesar 13,6% (yoy). Meskipun lokasi
proyek di Jawa mengalami penurunan, realisasi investasi
Tabel 1. Realisasi Investasi PMA-PMDN
2010 2011
Q2 Q3 Q2 %(yoy) Q3 %(yoy)
PMDN (Triliun Rp) 15.2 16.6 18.9 24.3 19.0 14.5PMA (Triliun Rp) 35.6 40.1 43.1 21.1 46.4 15.7Total Investasi 50.8 56.7 62 22.0 65.4 15.3
Tabel 2. Realisasi Investasi Berdasarkan Koridor Ekonomi, Januari-September 2011
Koridor Ekonomi PMDN(Rp.Triliun)
PMA(Rp.Triliun)
Total(Rp.Triliun)
%
Sumatera 8.1 1.53 21.8 12.0
Jawa 27.1 8.1 99.9 55.2
Kalimantan 8.8 1.8 24.6 13.6
Sulawesi 6.2 0.7 12.5 6.9
Bali-Nusa Tenggara 0.3 0.9 8.6 4.7
Papua-Maluku 1.4 1.4 13.6 7.5
Sumber: BKPM
di Pulau Jawa masih mendominasi. Realisasi investasi
PMDN terbesar pada triwulan III-2011 terdapat di
Provinsi Jawa Barat yang mencapai 22,6% dari total
realisasi investasi PMDN atau senilai Rp 4,3 triliun.
Diikuti dengan investasi PMDN di Jawa Timur dan DKI
Jakarta yang masing-masing sebesar Rp 2,7 triliun dan
Rp 2 triliun. Hal ini menandakan kalau investor asingternyata juga mempunyai preferensi lokasi investasi
yang hampir sama. Realisasi terbesar investasi PMA
pada triwulan III-2011 terdapat di DKI Jakarta senilai
US$ 1,4 miliar. Diikuti investasi di Jawa Barat (US$ 1
miliar), Banten (US$ 0,8 miliar), Papua (US$ 0,4 miliar),
dan Bali (US$ 0,3 miliar).
Peningkatan realisasi investasi terbukti mendorong
penciptaan lapangan kerja. Penyerapan tenaga kerja
dari realisasi investasi hingga September 2011
sebanyak333.156 orang. Proyek PMDN telah menyerap100.991 orang dan proyek PMA menyerap 232.165
orang. Secara total, penyerapan tenaga kerja dari
investasi meningkat sebesar 35,1% (yoy) dari 246.622
orang.
Menurut Kepala BKPM yang saat ini telah menjadi
Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengungkapkan
kepercayaan investor untuk melakukan investasi tidak
terlepas dari peran serta seluruh komponen masyarakat.
Penciptaan rasa aman dan penyebarluasan informasi
kegiatan investasi di tanah air sangat penting bagiinvestor. Dengan demikian, upaya perbaikan kebijakan
dan iklim investasi, insentif penanaman modal dan
perbaikan pelayanan penanaman modal dapat direspon
baik oleh kalangan dunia usaha baik dari dalam maupun
luar negeri. (TKA)
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
8/20
Perkembangan Ekonomi Internasional
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 6
PERAN PASAR BEBAS Pasar bebas juga diyakini seringkali menimbulkan krisisakibat tidak ada intervensi yang membatasi dominasi
transaksi. Krisis global saat ini diawali oleh krisis Amerika
Serikat tahun 2008 akibat cara konsumsi yang boros dan
krisis Yunani yang terbelit utang. Utang untuk membiayai
defisit terus meningkat karena kenaikan anggaran
belanja yang besar untuk membantu keuangan (bail-out)lembaga keuangan yang mengalami kesulitan membayar
hutang (insolvency) dan stimulus fiskal. Krisis yang
muncul sebagai ekses dari pasar bebas ternyata harus
diatasi dengan cara intervensi pemerintah melalui
stimulus. Otomatis, krisis berdampak langsung pada
kenaikan pengangguran dan kemiskinan.
Akibat krisis yang mendera, lembaga pemeringkat Fitch
memvonis CCC obligasi pemerintah Yunani pada saat
rasio utangnya mencapai 150,9% dari PDB. Vonis
penurunan rating juga dijatuhkan pada negara Eropa lain
yaitu Italia dan Spanyol. Bank sentral Eropa (ECB)
mengalami kesulitan mengharmonisasikan 17 sistem
fiskal yang berbeda untuk mengatasi krisis kawasannya.
Belum lagi, ECB memang tidak dilengkapi dengan sistem
penanganan krisis karena sejak berdiri zona Eropa,
negara-negara maju seakan lupa dengan siklus ekonomi.
Masalah free rider di antara negara anggota Uni Eropa
semakin membuat krisis Eropa tak kunjung selesai.
Pasar bebas yang memicu krisis global di Amerika
Serikat dan Eropa ini semakin meningkatkan kebutuhan
pinjaman untuk mengatasi dampak krisis di beberapa
negara berkembang dan miskin yang turut terimbas krisis
global. Berdasarkan laporan Bank Dunia, tahun 2006total pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia sebesar
US$23,6 miliar dan meningkat menjadi US$ 58,7 miliar di
tahun 2010 (grafik 8). Kondisi yang sama terjadi di IMF.
8
9
Pasar bebas atau dikenal dengan istilah leissez faire
merupakan konsep ekonomi klasik yang telah lama
mengundang opini pro dan kontra terkait perannya
dalam keberlangsungan ekonomi suatu negara, regional
ataupun global. Pendukung peran pasar bebas
mengatakan bahwa perdagangan secara kompetitif
bebas intervensi akan dapat meningkatkan standar
hidup melalui keunggulan komparatif, daya saing dan
produktivitas. Paradigma ini kemudian diadopsi oleh
lembaga dan organisasi internasional seperti IMF, Bank
Dunia dan WTO yang kemudian menjadi wadah
implementasi konsep pasar bebas tersebut. Sementara
oposisi peran pasar bebas lebih banyak menyoroti
dampak pasar bebas yang menghasilkan dominasi
negara maju atas kelompok berkembang. Lalu
bagaimanakah sebenarnya peran pasar bebas hingga
saat ini?
Pasar bebas sudah berkembang sedemikian kuat dalam
ekonomi global. Pembaharuan konsep ini kemudian
dikaitkan dengan tujuan mendorong pertumbuhan dan
mengurangi kemiskinan. Commodity market, property
market, currency market, dan equity marketberkembang
menjadi pasar dunia yang lebih menerapkan konsep
pasar bebas. Faktanya, negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris
mempunyai pengaruh lebih besar dalam setiap kebijakan
ekonomi global. Salah satu indikasinya adalah kuota
negara-negara maju tersebut di IMF mendominasi
negara-negara berkembang (tabel 1). Kelompok negara
maju menanamkan kontribusi pendanaan yang besar
pada lembaga internasional agar dapat mengatur
kebijakan pasar ekonomi global. Kelompok negara
berkembang dengan porsi pendanaan yang rendah
cenderung terikat bahkan bergantung pada kebijakan
pasar ekonomi yang diatur melalui lembaga
internasional. Indonesia sendiri harus mengikuti
persyaratan yang diminta oleh IMF karena
membutuhkan pinjaman menghadapi krisis 1998.
3
Sumber : Center for Global Development, Washington D
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
9/20
Perkembangan Ekonomi Internasional
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 7
Kedeputian Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
menyelenggarakan diskusi interaktif Economists Talk
pada tanggal 18 Oktober 2011 dengan tema Slowing
Growth, Rising Risk. Narasumber acara tersebut
adalah Milan Zavadjil (Kepala Perwakilan IMF di
Indonesia).
Berdasarkan laporan ekonomi regional IMF,
pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan
mengalami penurunan hingga tahun 2012. Dari hasil
survei terakhir (WEO September 2011), banyak pihak
memperkirakan pertumbuhan yang lebih rendah terjadi
di negara maju. Milan menyampaikan bahwa krisis
PENINGKATAN RESIKO SEIRING DENGAN
PERTUMBUHAN YANG MELAMBAT
September 2011, Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti
menjelaskan bahwa Cina telah menjadi negara over
supplying (food security, energy security dan resource
security). Untuk mengamankan posisinya, Cina
menguasai 70-80% pasar komoditas khususnya bijih besi
di seluruh dunia.Beliau juga menjelaskan strategi Cina dalam menghadapi
krisis global saat ini. Melihat kondisi IMF dan ECB yang
sudah tidak memiliki dana yang cukup, Cina
mensyaratkan beberapa hal dalam memberikan dana
bantuan. Pertama, Cina bersedia membantu kelompok
negara maju apabila mereka mau melakukan reformasi.
Kedua, melalui trade concession dan dikaitkan dengan
rencana investasi Cina di bidang infrastruktur, kimia,
portofolio, dan bidang lainnya. Dengan demikian Cina
akan menjadi negara sumber investasi terbesar di dunia.
Selain itu, Cina juga tidak akan mengapresiasi Yuanuntuk mendukung ekspor dan industrialisasi.
Pertumbuhan yang pesat juga ditunjukkan oleh negara
BRICS lainnya. Dorodjatun juga berpendapat bahwa
kelompok negara BRICS inilah yang akan
menyelamatkan Doha Round mencapai pertumbuhan
dunia dan mengurangi kemiskinan.
Dari hasil laporan IMF, sejumlah negara berkembang
akan menyusul perekonomian negara maju. Cina akan
menyusul Jerman. Brazil akan menyusul Perancis dan
Inggris. Meksiko akan menyusul Kanada. Indonesia dan
Turki akan menyusul Australia. Kelompok negara Asiadiperkirakan akan memimpin pertumbuhan ekonomi
dunia sebagai produsen dan eksportir komoditas utama.
Dorodjatun berpendapat bahwa fokus pada
perekonomian domestik dan regional akan lebih baik bagi
pertumbuhan negara kawasan Asia. (TKA)
Sebelum krisis keuangan 2008, IMF memberikan
pinjaman sebesar US$ 14 miliar (nilai terendah sejak
1975). Di tahun 2011, pinjaman IMF telah mencapai US$
280 miliar (nilai pinjaman terbesar yang diberikan oleh
IMF) (grafik 9).
Krisis yang terjadi pada kelompok negara maju menjadiperhatian bagi keberlangsungan lembaga dan organisasi
internasional yang selama ini banyak mengadopsi pasar
bebas. Akibat krisis, pendanaan oleh Amerika Serikat,
Jepang, Jerman, dan negara maju lainnya diperkirakan
akanberkurang. Pada tahun 2008, pimpinan eksekutif IMF
telah mengajukan proposal perubahan kuota. Dalam
proposal tersebut, kuota negara maju menurun
sedangkan kuota negara berkembang seperti Cina, India
dan Brazil meningkat (tabel 1).
Sama halnya di IMF, posisi negara maju pada organisasi
internasional seperti WTO juga akan terpengaruh seiring
berlanjutnya krisis global. WTO sebagai organisasi yang
mengatur kebijakan perdagangan dunia memiliki tugas
untuk membantu kelompok least-developed countries,
mendorong pertumbuhan dunia dan mengurangi
kemiskinan. Melalui Doha Round tahun 2001, dihasilkan
21 program kerja untuk mencapai reformasi sistem
perdagangan internasional. Pengurangan hambatan
perdagangan dan perubahan sistem perdagangan
dilakukan untuk mendukung pencapaian Doha Round
tersebut. Namun program kerja ini tidak dapat berjalan
sesuai yang direncanakan. Pemotongan tarif justru sulitdilakukan di sejumlah sektor (manufaktur, jasa dan
pertanian) karena belum adanya kesepakatan diantara
negara anggota WTO. Amerika Serikat yang diharapkan
dapat memimpin program ini justru mengalami krisis dan
gangguan politik.
Kelompok emerging market economies seperti Brazil,
Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRICS) telah
tumbuh pesat hingga saat ini. Cina yang menjadi anggota
WTO sejak 2001 telah memiliki cadangan devisa terbesar
menca ai US$ 3,2 triliun. Pada Forum Dia nosa Ekonomi
Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dan Dr. Komara Djaja dalam
Forum Diagnosa Ekonomi
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
10/20
Perkembangan Ekonomi Internasional
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 8
WEO September 2011 juga melaporkan peningkatan
probabilitas terjadinya resesi global (pertumbuhan global
kurang dari 2%). Hal ini didasari oleh kekhawatiran
perluasan dampak krisis Eropa pada ekonomi Amerika
dan dunia. Selain itu, Amerika sendiri masih menghadapi
sejumlah masalah diantaranya pengaruh politik padarencana konsolidasi fiskal, harga properti yang terus
turun, tingkat tabungan masyarakat yang meningkat dan
dampak lanjutan pada sektor keuangan.
Krisis global dapat memberikan dampak pada ekonomi
negara Asia melalui jalur perdagangan. Terutama pada
negara-negara yang perekonomiannya didorong oleh
kegiatan ekspor seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan
Thailand. Krisis di negara maju diperkirakan akan
memperlemah permintaan eksternal atas produk ekspor
negara Asia. Dampaknya adalah investasi pada sektorperdagangan akan menalami penurunan. Padahal
investasi sektor perdagangan memiliki porsi yang besar
yaitu hampir 40% dari total investasi negara berkembang
Asia. Penurunan investasi kemudian akan menekan
permintaan domestik. Namun demikian, Milan
berpendapat bahwa penurunan permintaan eksternal
tersebut memberikan dampak yang lebih kecil pada
Indonesia. Kontribusi permintaan eksternal Indonesia
pada PDB lebih rendah dibandingkan negara
berkembang Asia lainnya. Bahkan kontribusinya semakin
kecil hingga tahun 2008 seperti terlihat dalam grafik
dibawah ini. (TKA)
11
Eropa yang semakin berkembang menjadi faktor utama
penurunan perkiraan tersebut. Pertumbuhan ekonomi
Eropa yang melambat telah mempengaruhi tingkat
kepercayaan berbagai pihak. Dana bantuan yang
diberikan untuk mengatasi krisis memunculkan
kekhawatiran akan kondisi perbankan khususnyapeningkatan NPL dan pembiayaan pada sektor riil.
Tekanan pada sektor keuangan yang terjadi di Eropa saat
ini tidak lebih baik jika dibandingkan dengan tekanan
yang dialami Amerika pada tahun 2008 (Grafik 10).
Persepsi risiko yang tinggi di Eropa (sovereign CDS
spreads yang tinggi) secara implisit menunjukkan bahwa
Eropa akan menghadapi kesulitan konsolidasi fiskal.
Sumber: WEO September 2011, IMF
Melihat perkembangan kondisi global tersebut, IMF telah
melakukan revisi pertumbuhan ekonomi global hingga
2012 seperti yang terlihat dalam tabel. Perekonomian
global tahun 2011 diperkirakan hanya tumbuh sebesar
4% (yoy). Dan Jepang diperkirakan mengalami
pertumbuhan negatif sebagai dampak bencana tsunami.
Namun demikian, perekonomian global masih didorong
oleh pertumbuhan yang pesat di negara berkembang
terutama Cina dan India.
Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
2010 2011* 2012*
World 5.1 4.0 4.0
Advanced Economies 3.1 1.6 1.9USA 3.0 1.5 1.8Euro Area 1.8 1.6 1.1
United Kingdom 1.4 1.1 1.6Japan 4.0 -0.5 2.3
Emerging Asia 9.5 7.9 7.7
China 10.3 9.5 9.0
India 10.1 7.8 7.5Indonesia 6.1 6.4 6.3
Sumber: WEO September 2011, IMF
10
Sumber: WEO September 2011, IMF
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
11/20
Perkembangan APBN
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 9
Sementara itu, provinsi yang berhasil merealisasikan
belanja daerahnya paling tinggi adalah adalah provinsi
Gorontalo sebesar 45,33% dan paling rendah adalah
provinsi NAD sebesar 16,10%.
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)
Sumber: DJPK, Kemenkeu
Sebagaimana provinsi, realisasi pendapatan daerahkabupaten/kota (50,69%) juga lebih besar dibandingkan
realisasi belanja daerah (30,60%). Meskipun sama
dengan provinsi, namun besaran persentase antara
pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota lebih
baik dibandingkan provinsi. Berbeda dengan realisasi
pendapatan secara nasional maupun provinsi, komponen
realisasi pendapatan daerah Kabupaten/Kota adalah
dana perimbangan (53,93%) diikuti oleh PAD (51,31%).
Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten yang paling
besar merealisasikan pendapatan daerahnya yaitu
sebesar 77,8% sedangkan yang paling rendah adalah
Kabupaten Nias Utara yaitu sebesar 8,98%. Sedangkan
kabupaten/kota yang dapat merealisasikan belanja
daerahnya paling tinggi adalah Kota Bitung sebesar
45,12% sedangkan yang paling rendah adalah
Kabupaten Supiori sebesar 10,2%. Bila dibandingkan
dengan triwulan II-2010, realisasi pendapatan dan
belanja daerah Kabupaten/Kota triwulan II-2011 lebih
rendah.
Secara nasional, realisasi pendapatan dari triwulan I ke
triwulan II-2011 mengikuti pola yang wajar dari 25%
menjadi 50%. PAD dan Dana Perimbangan mempunyaipola penyerapan yang lebih baik yang relatif lebih baik
dari 25% pada triwulan I-2011 menjadi 50% pada
triwulan II-2011. (bersambung ke halaman 14 MS)
14
15
Pada triwulan II-2011 persentase realisasi pendapatan
daerah (50,57%) lebih besar hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan persentase realisasi belanja daerah
(29,98%) secara nasional (agregat provinsi, kabupatendan kota). Realisasi pendapatan dan belanja daerah pada
triwulan II-2011 lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan II-2010. Realisasi pendapatan daerah yang
tertinggi berasal dari PAD diikuti oleh dana perimbangan
dan lain-lain pendapatan yang sah. Untuk realisasi belanja
daerah yang terbesar adalah belanja pegawai (39,97%)
sementara realisasi belanja modal hanya mencapai
9,99%.
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Secara Nasional
Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)
Sumber: DJPK, Kemenkeu
Untuk provinsi, realisasi pendapatan daerah (50,76%)
sampai dengan triwulan II-2011 lebih besar hampir duakali lipat dibandingkan dengan realisasi belanja daerahnya
(28,08%). Bila dibandingkan dengan triwulan II-2010,
realisasi pendapatan provinsi triwulan II-2011 lebih rendah
sementara realisasi belanja provinsi meningkat. Sama
dengan agregat nasional, komponen realisasi pendapatan
daerah provinsi paling tinggi adalah PAD kemudian dana
perimbangan. Sementara realisasi belanja daerah yang
tertinggi adalah belanja pegawai dan yang terkecil adalah
belanja modal.
Sampai dengan triwulan II-2011, provinsi yangmerealisasikan pendapatan daerah paling tinggi adalah
provinsi Jambi sebesar 69,18% sedangkan yang paling
rendah adalah provinsi NAD sebesar 36,56%. Sementara
LAPORAN REALISASI APBDTRIWULAN II-2011
12
13
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
12/20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 10
Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi
kualitas barang impor dari RRT yang murah dan
berstandar rendah, yaitu produk furniture, elektronika,
logam, mainan anak, permesinan, serta tekstil dan
produk tekstil (TPT).
Untuk mendapatkan manfaat dari implementasi ACFTA,Pemerintah mendorong peningkatan daya saing dan
daya industri nasional. Menurut Menteri Koordinator
Perekonomian, Hatta Rajasa, menyatakan ada tiga
prinsip untuk menyikapi perdagangan bebas ACFTA.
Prinsip pertama adalah perdagangan bebas antara Cina
dan ASEAN harus seimbang. Prinsip kedua adalah tidak
boleh ada industri Indonesia yang terkena akibat dari
diberlakukannya free trade agreement tersebut.
Selanjutnya prinsip ketiga adalah, pada sisi Indonesia,
harus ada upaya untuk meningkatkan capacity building
yaitu meningkatkan daya saing misalnya terkaitinfrastruktur.
Beberapa langkah telah dilakukan dalam rangka
pengamanan ACFTA antara lain (1) Usulan Renegosiasi
ACFTA untuk 228 komoditas industri yang mengalami
pelemahan daya saing, (2) Pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan,
(3) Peningkatan kerjasama bilateral untuk meningkatkan
volume perdagangan secara seimbang dan
berkelanjutan.
Tim Koordinasi Penanggulangan Hambatan Industri danPerdagangan saat ini sedang melaksanakan strategi
pengamanan ACFTA dengan fokus pada tiga hal yaitu (i)
penyelesaian isu domestik dalam rangka peningkatan
daya saing, (2) pengamanan pasar lokal dan (3)
penguatan ekspor.
Neraca Perdagangan Indonesia China (Miliar US$)
Sumber: Kemendag
5
STRATEGI PENGAMANAN ASEAN-CHINA
FREE TRADE AREA (ACFTA)
China merupakan salah satu negara mitra dagang utama
Indonesia. Selama tahun 2011 (Januari Agustus),
China merupakan negara tujuan ekspor non migasterbesar yaitu tercatat sebesar US$ 12,8 miliar. Begitu
pula dengan impor, China merupakan negara asal impor
non migas terbesar selama tahun 2011 tercatat sebesar
US$ 16,3 miliar. Sehingga neraca perdagangan non
migas Indonesia dengan China selama Januari-Agustus
2011 tercatat defisit sebesar US$ -3,5 miliar.
Impor dari China mengalami kenaikan yang cukup pesat
setiap tahun dari US$ 1,003 juta pada tahun 2009,
menjadi US$ 1,531 juta USD pada triwulan I-2011.
Komposisi impor dari Cina terbesar adalah bahan baku
sekitar 52%, barang modal sekitar 36% dan barangkonsumsi sekitar 12%. Meskipun porsinya masih terkecil,
impor barang konsumsi setiap tahun naik. Impor barang
konsumsi melonjak antara bulan Juli-Agustus (menjelang
Hari Raya Idul Fitri) dan Desember-Januari (Natal-Tahun
Baru). Barang yang paling banyak diimpor dari China
adalah telepon seluler dan laptop.
Ketidakseimbangan neraca perdagangan Indonesia-
China tersebut menjadi salah satu fokus perhatian dalam
pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).
ACFTA bertujuan untuk meningkatkan kerjasamaekonomi khususnya perdagangan dan investasi antara
negara anggota ASEAN dan China. Berdasarkan hasil
kajian yang dilakukan oleh Tim Koordinasi
Penganggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan
terdapat 6 cabang industri yang mengalami gangguan
melimpahnya barang impor karena penurunan tarif atau
16
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
13/20
Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 11
Sistem National Single Window (NSW) yang dirintis
sejak 19 Desember 2007 merupakan upaya terobosandalam penyediaan fasilitas layanan publik yang terkait
dengan ekspor-impor dan lalulintas barang antar
negara. Pembangunan sistem NSW merupakan
pelaksanaan amanat kesepakatan regional di tingkat
ASEAN yaitu Declaration on the ASEAN Economic
Community (AEC) Blueprint, 20 November 2007 yang
memuat komitmen ASEAN untuk membangun dan
menerapkan sistem NSW di masing-masing negara
dan mengintegrasikannya ke dalam ASW (ASEAN
Single Window). Untuk itu telah dan sedang
dilaksanakan strategi penerapan yang bertahapmengingat besarnya cakupan sistem yang akan
dibangun, kompleksitas permasalahan yang dihadapi,
banyaknya instansi yang dilibatkan serta jumlah
pengguna yang sangat besar.
Penerapan sistem NSW di Indonesia dimulai dengan
Sistem NSW Impor pada akhir Januari 2010,
Sistem NSW Ekspor pada akhir Oktober 2010
kemudian Persiapan Joint to ASW melalui ujicoba
teknis dengan beberapa ASEAN Member States
lainnya dengan target bergabung ke portal ASW pada
akhir tahun 2012
Saat ini sistem NSW di Indonesia telah dioperasikan
melalui portal INSW yang diakses melalui jaringan
internet di URL http://www.insw.go.id. Pelayanan
ekspor dan impor sepanjang minggu (7x24 jam) telah
wajib (mandatory) dilakukan melalui Portal INSW.
Operasionalisasinya dimulai sejak November 2007
secara bertahap di 5 pelabuhan utama (Tanjung Priok,
Tanjung Perak, Tanjung Emas, Belawan dan Bandara
SH). Portal INSW ini mengintegrasikan informasi antar
Sistem Pelayanan Perizinan Ekspor-Impor pada 18
entitas yang ada di 15 Kementerian/Lembaga.
SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW
(NSW) SEBAGAI REFORMASI
PELAYANAN EKSPOR IMPOR
Beberapa kegiatan yang sedang dilakukan dalam
rangka mendorong peningkatan daya saing, antara lain
mendorong keterlibatan swasta dalam pembangunan
infrastruktur. Salah satunya dengan diterbitkannya
Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 Tentang
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalampenyediaan infrastruktur. Tim Koordinasi
Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan
juga mengupayakan terjaminnya ketersediaan pasokan
energi bagi industri melalui penyusunan rencana
pasokan gas bumi untuk keperluan domestik,
penyiapan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan
Distribusi Gas Bumi Nasional 2010-2025, penetapan
Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan
Kebutuhan Dalam Negeri dan percepatan
pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 MW
Tahap II. Selain itu juga dilakukan revisi PP No. 1
Tahun 2007 menjadi PP No. 62 Tahun 2008 dalam
rangka pemberian insentif PPh untuk penanaman
modal pada bidang usaha tertentu dan atau daerah-
daerah tertentu. PP tersebut bertujuan untuk
mendorong perluasan investasi.
Sementara itu dalam rangka pengamanan pasar lokal
telah dilakukan peningkatan pengawasan di wilayah
perbatasan (border). Selain itu juga sedang
dilaksanakan pengetatan pengawasan penggunaan
Surat Keterangan Asal (SKA) untuk meningkatkan
penanggulangan penyelundupan, peningkatanpenerapan manajemen resiko terhadap importir, dan
peningkatan pengawasan terhadap kepatuhan
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Penerapan ketentuan pencantuman label, kandungan
bahan, waktu kadaluarsa, dan hak cipta juga semakin
ditegakkan untuk memberikan perlindungan terhadap
gangguan impor barang murah dan berkualitas rendah.
Dalam rangka penguatan ekspor dilakukan perluasan
pasar melalui trading house untuk meningkatkan
kemitraan dengan UKM dan melaksanakan Misi
Dagang untuk meningkatkan nilai tambah ekspor danpengembangan investasi. Selain itu juga didorong
diversifikasi komoditi ekspor, seperti produk inovatif,
produk religi, produk ramah lingkungan. Peningkatan
pembiayaan ekspor antara lain dengan meningkatkan
peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
dan optimalisasi trade financing, serta penyelesaian
kasus ekspor juga terus diupayakan. (MS)
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
14/20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 12
Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi
Forum Diagnosa Ekonomi (FDE) Oktober 2011
membahas laporan Bank Dunia mengenaiPerkembangan Perekonomian Indonesia Triwulan III-
2011. Pada kesempatan kali ini, Enrique Blanco Armas
(Ekonom Senior Bank Dunia) selaku pembicara dan
Budi Hikmat ( Direktur Investasi dan Investor Relations,
Bahana TCW Investment Management) sebagai
pembahas.
Perkembangan perekonomian global tercermin dari
penurunan outlook pertumbuhan negara-negara maju
khususnya Amerika dan Uni Eropa. Dinamika politik
mempengaruhi pemulihan ekonomi di Amerika dan
penyelesaian krisis utang Eropa. Proses yang
berkepanjangan menimbulkan sentimen negatif bagi
perekonomian. Lembaga pemeringkat menurunkan
peringkat beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
Puncaknya, indeks saham global menurun tajam pada
September 2011.
Proyeksi Pertumbuhan PDB Negara MitraDagang Utama
Sumber: IMF World Economic Outlook (dari Indonesia EconomicQuarterly: Turbulent Time)
Berdasarkan pengalaman pada krisis global 2008,
fundamental perekonomian Indonesia mampu bertahan
dari goncangan eksternal. Kekuatan perekonomian
nasional diantaranya dipengaruhi oleh kuatnya posisi
fiskal. Pengelolaan fiskal yang baik tercermin dari: porsi
hutang terhadap PDB yang terus menurun secara
signifikan selama satu dekade terakhir dan defisit APBN
yang relatif rendah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
Indonesia lebih didorong oleh faktor domestik. Hal ini
tercermin dari rendahnya ekspor terhadap PDB
sebaliknya konsumsi terhadap PDB tinggi.
LAPORAN BANK DUNIA:
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
INDONESIA TRIWULAN III-2011
Saat ini portal INSW melayani User sebanyak +/-
15.200 perusahaan yang terdiri dari importer, eksportir,
serta PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa
Kepabeanan) melalui jaringan internet. Transaksi
dokumen impor (PIB) dan ekspor (PEB) yang dilayani
telah mencapai rata-rata per tahun sebanyak 600.000
dokumen impor dan 1.200.000 dokumen ekspor.
Implementasi portal INSW secara penuh di 5 pelabuhan
utama diresmikan oleh Presiden RI pada Januari 2011.
Peresmian tersebut menandai juga tercatatnya portal ini
dalam AEC-Scorecard (Asean Economic Community
Scorecard). Portal INSW harus tetap berjalan dan tidak
boleh terganggu (tidak boleh berhenti sedikitpun)
karena dapat berdampak besar pada perekonomian
nasional. Saat ini sistem tersebut sudah melayani 90%
transaksi ekspor-impor nasional. Gangguan pada portalINSW akan mempengaruhi kinerja inhouse-system di
masing-masing K/L dan juga sistem ASW (Asean
Single Window). Dengan tercatatnya layanan INSW
pada scorecard AEC maka layanan INSW sudah
terhubung ke sistem ASW (Asean Single Window) dan
mengalirkan informasi data/informasi untuk uji coba
pertukaran data dengan negara ASEAN lainnya.
Dalam tahun 2011 sedang dilakukan beberapa upaya
pengembangan Sistem NSW antara lain (1) perluasan
cakupan penerapan sistem NSW melalui penguatan
sistem aplikasi, penguatan infrastruktur danpengembangan cargo release system melalui integrasi
dengan TPS online ke portal INSW, (2) perumusan
konsep kelembagaan pengelolaan INSW, penyelesaian
revisi Perpres 10/2008, penyelesaian revisi SK Tim
Persiapan NSW.
Untuk mengembangkan sistem NSW diperlukan
peningkatan dukungan Kementerian/ Lembaga, seperti
penerapan konsep risk management, peningkatan arus
barang (cargo release), penurunan ... (dwelling time),
serta pengawasan tingkat pelayanan (service levelarrangement).Selain itu harmonisasi dan otomatisasi
proses bisnis di Kementerian/Lembaga juga perlu
dilakukan.(MS)
17
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
15/20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 13
Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi
Faktor lain yang mencerminkan kuatnya fundamentalperekonomian Indonesia diantaranya: cadangan devisa
yang memadai; besarnya populasi generasi muda; dan
kuatnya sektor perbankan. Selain itu, tingkat inflasi dan
tingkat kemiskinan tercatat menurun sejak Maret 2011.
Sedangkan, ekspansi pembangunan infrastruktur
diyakini mampu menggerakan roda perekonomian.
Meskipun demikian, risiko dampak turbulensi
perekonomian global masih menghadang perekonomian
nasional. Risiko tersebut diantaranya seiring dengan
meningkatnya cadangan devisa, potensi aliran keluar
dana asing di Indonesia kian meningkat.
Menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat dan
Uni Eropa memiliki potensi dampak yang cukup
signifikan pada kinerja sektor manufaktur Indonesia. Hal
ini dikarenakan kedua kawasan tersebut merupakan
pasar utama ekspor pakaian, tekstil, alas kaki dan
peralatan transportasi Indonesia. Selain itu, tren
menurunnya harga komoditas pertanian dan tambang di
pasar internasional merupakan salah satu risiko
goncangan global bagi perekonomian Indonesia.
Dampak goncangan perekonomian global diantaranyatelah tampak pada pasar finansial Indonesia. Tren
menurun telah tampak pada indeks saham domestik
sejak Juni 2011. Puncaknya pada tanggal 22 September
2011, indeks harga saham turun sebesar 8,9%. Dampakpada pasar finansial juga tampak pada meningkatnya
yield beberapa obligasi dan melemahnya kurs rupiah.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)
2011 2012
Skenario 1.
Goncangan keuangan internasionalyan terus berlanjut 6,4 6,3
Skenario 2.
Krisis keuangan internasional besar 6,3 5,5
Skenario 3.
Perlambatan global yang parah 6,3 4,1
Sumber: Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time
Meskipun demikian, perkembangan perekonomian
belum menunjukkan tanda yang mengkhawatirkan.
Kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan sentimen
negatif pasar perlu dihindari. Dalam menghadapi risiko
goncangan eksternal perlu dipersiapkan berbagai
alternatif kebijakan: seperti protokol manajemen krisis
khususnya bagi sektor finansial; pembiayaan belanja
APBN; dan fiskal stimulus. Sedangkan reformasi
birokrasi dibutuhkan untuk perbaikan jangka panjang.
(RA)
Tiga Skenario Dampak Perekonomian Global Terhadap Perekonomian Indonesia
Sumber: Starf World Bank (dari Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time)
6
7
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
16/20
Perkembangan Sektor Keuangan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 14
Sambungan halaman 8 : Realisasi APBD Triwulan
II-2011
Sedangkan untuk realisasi belanja masih jauh
dibawahnya yaitu dari 11% menjadi 30%. Realisasi
belanja pegawai dan belanja barang dan jasa
mengikuti pola yang relatif lebih baik. Namun, untuk
belanja modal perkembangannya cenderung lambat.
Beberapa hal yang sangat mungkin menjadi
penyebabnya antara lain keterlambatan penetapan
APBD, proses lelang yang belum selesai atau
permasalahan teknis lain yang mengakibatkan belanja
daerah baru dapat direalisasikan setelah adanya
APBD-Perubahan yang rata-rata dilakukan pada bulan
Agustus-September.
(MS disarikan dari laporan realisasi APBD Triwulan II-2011,
DJPK Kemenkeu)
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)
dapat memonitor dan menjangkau transaksi yang
berlangsung secara informal.
Menurut Michael Joseph, Indonesia memerlukan sistem
mobile-money untuk mendukung program berskala
besar seperti PNPM. Penggunaan mobile-money akan
membuat program tersebut lebih efektif karenamemungkinkan masyarakat desa mengakses keuangan
meski kondisi geografis Indonesia terdiri dari banyak
gunung dan pulau. Selain itu Indonesia memiliki
populasi pengguna ponsel sangat besar tetapi masih
terbatas yang menggunakannya untuk transaksi
keuangan. Menimbang potensi tersebut M-Pesa
bekerjasama dengan Bank Dunia saat ini sedang
mempelajari penerapannya di Indonesia. (WP)
Masyarakat miskin pada umumnya mengalami kesulitan
menjangkau layanan keuangan. Penyebabnya antara
lain karena faktor pendapatan dan faktor geografis.
Untuk meningkatkan keterjangkauannya maka perlu
dikembangkan produk pelayanan bank yang murah
dengan jangkauan geografis yang luas. Dalam rangka
implementasi kebijakan financial inclusion tersebut, Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) telah menghadirkan Michael Joseph, Mantan
CEO Safaricom, Kenya, untuk menceritakan kembali
upayanya membangun M-Pesa di Kenya di tahun 2007.
M-Pesa merupakan layanan transfer uang berbasis
teknologi mobile, perusahaan operator teknologi mobile(non-bank). Pengaplikasian M-Pesa menjadikan
handphone sebagai media bagi penduduk Kenya untuk
membawa uang. M-Pesa adalah teknologi mobile-
money(semacam layanan kartu debit di telphone seluler
berbasis SMS). Untuk beroperasinya sistem ini, menurut
Michael Joseph diperlukan ketersediaan banyak outlet,
yaitu tempat orang dapat mengirim & mengkonversi yang
elektronik menjadi uang riil/ mengambil uang tunai.
Outletyang dimaksud berupa warung / toko kecil untuk
menjadi agen kami. Selanjutnya adalah persetujuan
regulator.
Sebelum adanya M-Pesa, masyarakat Kenya harus
berjalan jauh untuk mendapatkan akses bank. Inovasi
yang diberikan adalah menciptakan peluang layanan
yang memudahkan penduduk Kenya melakukan
transaksi perbankan tanpa menggunakan media bank.
Untuk melakukan layanan M-Pesa, penduduk Kenya
melakukan pendaftaran (tanpa biaya) di outlet M-Pesa.
Mereka dapat menyetorkan uang tunai sebagai deposit.
Dengan memiliki deposit, mereka dapat melakukan
transaksi dengan pihak lain melalui pengiriman pesan
singkat (SMS) di handphone. Penerima menunjukkanSMS tersebut di outlet terdekat & menukarkannya
dengan uang tunai. Selain itu M-Pesa juga dapat
digunakan untuk pengiriman uang, peminjaman uang,
serta pembayaran gaji (bagi usaha kecil & menengah di
Kenya).
Sampai saat ini ada sektiar 15 juta pelanggan M-Pesa
dan 18 juta pengguna seluler, artinya 80% sudah
menggunakan M-Pesa. Transaksi yang tercatat perhari
mencapai 2-4 juta per hari. Transaksi akan meningkat
disaat Natal dan sebelum musim sekolah tiba. Jumlah
transaksi M-PESA dapat mencapai US$ 1 milliar perbulan mencakup deposit, pengiriman uang, penarikan
uang, serta pembayaran barang dan jasa, serta
pembelian pulsa. Melalui mobile-money Bank Sentral
M-PESA: MENINGKATKAN AKSES LAYANAN
KEUANGAN MELALUI TEKNOLOGI
INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI
18
19
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
17/20
Perkembangan Penyaluran KUR
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 15
REALISASI PENYALURAN KUR PER 30
SEPTEMBER 2011
Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2007,
realisasi plafon KUR pada 31 September 2011 tercatat
sekitar Rp 57 triliun. Khusus selama tahun 2011,penyaluran plafon KUR telah mencapai Rp 22,2 triliun.
Hal ini menunjukkan plafon KUR sejak Januari hingga
September 2011 telah meningkat sebesar 64,6% dari
plafon KUR Desember 2010. Realisasi tersebut
menunjukkan pencapaian 111,1% dari target tahun
2011 Rp 20 triliun.
Enam bank pelaksana telah menyalurkan KUR sebesar
Rp 51,6 triliun atau setara 91% plafon KUR sejak tahun
2007. Sedangkan 9% plafon KUR yaitu Rp 5 triliun
disalurkan oleh 13 BPD. Dari plafon tersebut, total dana
outstanding tercatat Rp 28,4 triliun yang terdiri atas Rp24,4 triiun dana outstanding KUR enam bank pelaksana
dan Rp 4 triliun dana outstanding KUR 13 BPD. Hingga
saat ini tercatat sebanyak 5.299.594 rakyat Indonesia
telah menjadi nasabah KUR. Nasabah enam bank
pelaksana sebanyak 5.235.506 dan 13 BPD sebanyak
64.088. Sehingga rata-rata KUR Rp 10,7 juta/debitur
dengan NPL 2,45%. Rata-rata KUR Rp 9,8 juta/debitur
dengan NPL 2,43%. Sedangkan rata-rata KUR Rp 79,5
juta dengan NPL 2,59%.
Sumber: Komite Kebijakan KUR
Dari enam bank pelaksana, Bank BRI merupakan Bank
penyalur KUR terbesar. KUR Ritel BRI tercatat Rp 8,8
triliun yang disalurkan kepada 60.565 debitur. Rata-rata
KUR Ritel tersebut Rp 144,7 juta/debitur dengan NPL
4,1%. Sedangkan rata-rata KUR Mikro tercatat Rp 26,6
triliun setara 47% dari total plafon KUR. Dana tersebut
disalurkan kepada 4.930.363 debitur yaitu 93% dari
total debitur. Rata-rata KUR Mikro BRI Rp 5,4 juta
dengan NPL 2,22%. Hal ini menunjukkan risiko yang
tercermin dari NPL KUR Ritel BRI lebih tinggi dari KUR
Ritel Mikro BRI.
Secara sektoral, penyaluran KUR masih terkonsentrasi
pada sektor perdagangan besar dan eceran. Plafon
pada sektor tersebut Rp 34,5 triliun setara 61% dari
total plafon KUR. Dana tersebut disalurkan kepada
3.924.980 debitur yaitu 74%. Sedangkan plafon
terbesar selanjutnya disalurkan pada sektor pertanian,
perburuan dan kehutanan. Plafon KUR pada sektor
tersebur Rp 9,5 triliun setara 17% plafon KUR. Plafon
KUR tersebut disalurkan kepada 698.970 debitur yaitu
13% dari total debitur. Sedangkan sebagai negara
maritim, plafon KUR pada sektor perikanan masih
sangat minim. Plafon KUR sektor perikanan tercatat
Rp 71, 6 miliar yang disalurkan kepada 1.226 debitur.
Sumber: Komite Kebijakan KUR
Penyaluran dana KUR belum merata di seluruh
Indonesia. Sebagian besar, 52% dana KUR disalurkan
di pulau Jawa sebesar Rp 29 triliun. Dana tersebut
disalurkan kepada 3.233.576 debitur yaitu 61% total
debitur. Provinsi dengan penyaluran KUR terbesar
yaitu Jawa Timur dengan plafon Rp 8,8 triliun kepada
921.960 debitur. Sedangkan jumlah debitur terbesar
pada provinsi Jawa Tengah 1.212.903 debitur dengan
total plafon Rp 8,3 triliun.
Secara nominal jumlah penyaluran KUR telahmenunjukkan pencapaian target yang sangat baik.
Namun, optimalisasi penyaluran KUR pada sektor-
sektor kantong kemiskinan seperti pertanian,
perburuan dan kehutanan serta sektor perikanan
masih belum optimal. Dari sisi geografis, penyaluran
KUR pada provinsi di luar pulau Jawa masih perlu
ditingkatkan. Peran BPD diharapkan dapat membantu
jangkauan penyaluran KUR. Sosialisasi mengenai
KUR juga perlu terus dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat. Penyaluran KUR yang
optimal diharapkan dapat membantu pelaku usahakecil di Indonesia sehingga pada akhirnya para pelaku
usaha kecil dapat bersaing semakin di pasar
internasional. (RA)
21
20
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
18/20
Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 16
Pada tanggal 12 Oktober 2011, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) menyelenggarakan
penghargaan Investment Award. Untuk tingkat provinsi,penghargaan diberikan kepada provinsi terbaik
penanaman modal (Regional Champions) sementara
untuk tingkat Kabupaten/Kota diberikan kepada
kabupaten/kota terbaik penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal
Investment Award bertujuan untuk memberikan apresiasi
atas kebijakan dan komitmen daerah dalam meningkatkan
pelayanan perizinan dan non-perizinan yang terkait
dengan penanaman modal yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota. Penghargaan
Investment Award ini dilakukan setiap tahun dengan temayang berbeda sebagai bagian dari pembinaan Pemerintah
kepada perangkat daerah di bidang penanaman modal
daerah melalui berbagai program fasilitasi seperti
pelatihan bagi peningkatan kompetensi aparatur
pelayanan di daerah, dan dukungan sarana/prasarana
agar seluruh daerah berupaya lebih meningkatkan
penanaman modal di daerahnya. Penilaian Invesment
Award berdasarkan berdasarkan indikator-indikator
kesiapan suatu daerah, seperti: indikator ekonomi, proyek-
proyek investasi yang ditawarkan, iklim investasi,
ketersediaan sumber daya manusia dan sumber dayaalam, serta dukungan infrastruktur.
Sedangkan aspek penilaian untuk penghargaan
Investment Award kepada Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal
antara lain kelembagaan dan pelimpahan kewenangan,
sumber daya manusia yang profesional dan memenuhi
kompetensi yang handal, sarana dan prasarana kerja,
media informasi dan mekanisme kerja, ketersediaan
layanan pengaduan (help desk), dan interkoneksi Sistem
Pelayanan Informasi dan Pelayanan Investasi Secara
Elektronik (SPIPISE). Penilaian dikumpulkan denganpengecekan data dan informasi di lapangan.
Adapun tujuh provinsi yang memperoleh penghargaan
penanaman modal terbaik (regional champions) tahun
2011 yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Kalimantan Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi
Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi
Sumatera Barat. Sementara untuk tingkat Kabupaten,
penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
bidang penanaman modal terbaik antara lain Badan
Pelayanan Terpadu Perizinan dan Penanaman Modal,
Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Badan Penanaman Modal
Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Indragiri Hulu, Riau, Badan Perizinan dan Penanaman
PENGHARGAAN INVESTMENTAWARDS 2011 BAGI PEMERINTAHDAERAH
Modal Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan. Untuk tingkat Kota, penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal
terbaik antara lain Kantor Pelayanan Perizinan Kota
Pare-Pare, Sulawesi Selatan, Kantor Pelayanan Terpadu
Kota Dumai, Riau, serta Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Investasi merupakan faktor yang sangat penting untuk
menjadi motor peningkatan perekonomian di daerah dan
lokomotif perekonomian nasonal. Untuk jangka
menengah dan jangka panjang seluruh daerah harus
aktif untuk mempromosikan potensi investasi daerahnya
secara lebih fokus dan memberikan pelayanan terbaik.
(MS)
Sambungan halaman 4: Perkembangan Wisatawan
Mancanegara
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 20
provinsi pada Agustus 2011 menurun secara rata-rata
46,05%. Penurunan tersebut kerena bulan Ramadhan
yang jatuh di bulan Agustus. Tingkat penghunian kamar
tertinggi terjadi di Provinsi Bali dan di Kalimantan Timur.
Menurut klasifikasi hotel, tingkat penghunian kamar
tertinggi tetap terjadi pada hotel-hotel berbintang 5. (WP)
Perkembangan Jumlah Wisman BerdasarkanNegara Asal (Januari - Agustus 2011)
JumlahWisman
Pertumbuhan(%yoy)
%TerhadapTotal
Singapura 796.391 10,39 16,98
Malaysia 659.415 -7,1 14,06
Jepang 270.679 0,19 5,77
Korea Selatan 201.899 4,48 4,31
Taiwan 138.941 0,48 2,96
China 336.452 14,16 7,18
India 109.143 15,15 2,33
Filiphina 83.732 21,61 1,79
Hongkong 46.582 15,44 0,99
Thailand 52.103 13,63 1,11Australia 565.260 23 12,05
Amerika Serikat 125.894 9,2 2,68
Inggris 128.120 1,78 2,73
Belanda 105.584 1,48 2,25
Jerman 91.267 0,49 1,95
Perancis 118.544 7,7 2,53
Rusia 56.951 15,07 1,21
Arab Saudi 54.322 21,4 1,16
Mesir 2.169 -1,99 0,05
Uni Arab Emirates 3.378 -2,6 0,07
Bahrain 486 -15,77 0,01
Lainnya 741.768 8,04 15,82
TOTAL 4.689.080 7,3 100
Sumber : BPSdan Kemenbudpar
8
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
19/20
DAFTAR ISTILAH
Barang Modaladalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang,
komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat
Devisa adalah merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat digunakan untuk
membayaran pembelian atas impor dan jasa luar negeri
Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke luar negeri
Impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli di suatu tempat tertentu
Neraca Pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi
perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar
negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus
pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara
Neraca perdagangan adalah Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori
yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa
negara (officialreserves account)
Neraca Modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-
perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi
dan realestate) suatu negara, Yang meliputi : a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena
suatu Negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.
-
7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11
20/20
Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi :
Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710
Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836
Email : tinjauan.ekon@gmail.com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id
ISSN 2088-3153
top related