tetanus 13
Post on 23-Dec-2015
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TetanusTetanus
R a i h a n
Divisi Infeksi&PediatriTropis
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unsyiah/RSUDZA
R a i h a n
Divisi Infeksi&PediatriTropis
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unsyiah/RSUDZA
DEFENISIDEFENISI
• Penyakit dengan tanda utama :
Kekakuan otot
Kejang
Tanpa gangguan kesadaran
KUMAN Clostridium tetaniKUMAN Clostridium tetani
gram positif bacillus, spora di ujung (terminal spore) drumstick appearance
spora bertahan pada suhu tinggi, kekeringan (debu jalanan, debu di atas lampu operasi, bubuk antiseptic/dermatol, alat suntik dan operasi), desinfektan, mati bila dipanaskan 1200 C, 1,5 bar, 15 menit
obligat anaerob, menghasilkan eksotoksin
kuman hidup di tanah, usus binatang (terutama binatang ternak, kuda, sapi)
di lingkungan anaerob, spora dapat berubah kembali ke bentuk vegetatif yang akan menghasilkan eksotoksin
EPIDEMIOLOGIEPIDEMIOLOGI
• Tetanus anak tersebar di seluruh dunia, insidens tergantung cakupan imunisasi DTP/DT/TT.
• Kekebalan berkaitan dengan usia, dan kejadian berkaitan dengan risiko trauma pada kelompok umur tertentu
• CFR (Case Fatality Rate) tetanus neonatorum tanpa terapi 80-100%, dengan terapi konventional sekitar 40%, dengan perawatan intensif di rumah sakit, CFR menjadi sekitar 6-11.
• Bila ditemukan tetanus neonatorum rujuk segera ke RS !
port d’entreeport d’entree
• tidak selalu dapat diketahui dengan pasti (30%), diduga melalui:
1. Luka tusuk, patah tulang post KLL, gigitan binatang, luka bakar yang luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridemant) dengan baik.
3. otitis media, caries gigi, tukak kulit yang kronis.
4. pemotongan tali pusat yang tidak steril
5. embubuhan puntung tali pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun‑daunan merupakan penyebab utama kasus tetanus neonatorum.
PATOGENESISPATOGENESIS
Wound Bacteria
Anaerobic conditions
Bacterial multiplication
Tetanolysin
Tetanospasmin
Hsu SS,et al. J Emerg Med 2001;20:357-65Mallick IH,et al. Int J Surg 2004;2:109-12
damage viable tissue
optimize condition for bacterial multiplication
Perlekatan dan internalisasi toksin tetanus Perlekatan dan internalisasi toksin tetanus
EFEK TOKSIN EFEK TOKSIN
1. Sinaps ganglion pra sumsum tulang belakang : memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan & koordinasi impuls tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku.
2. Otak: toxin yang menempel pada cerebral gangliosides diduga menyebabkan kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus.
3. Saraf otonom: terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gejala: keringat berlebihan, hypertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, cardiac block atau takikardia,
4. Nervi kranialis: menyebabkan kelumpuhan
GEJALA KLINIK GEJALA KLINIK
• Masa inkubasi 5 ‑ 14 hari, makin lama inkubasinya, gejala yang timbul makin ringan.
• Derajat beratnya penyakit (Ablett, Phillips, Surabaya) : - lama masa inkubasi /lama period of onset.
- gejala klinik yang tampak - terbagi menjadi: ringan, sedang, berat, sangat berat
• Kejang tonik-klonik, trismus (spasme otot masseter), risus sardonicus (spasme otot mimik), opistotonus (spasme otot penunjang tulang belakang)
• Tetanus berat : spasme larynx, hipertermia, hiperhidrosis, gangguan saraf otonom
Penentuan severitas klinik metode surabaya Penentuan severitas klinik metode surabaya
• Tetanus berat : – anak kaku dan sering kejang spontan, tanpa rangsangan– Period of onset < 2 hari– Masa inkubasi < 2 hari .
• tetanus sedang – anak kaku, tanpa kejang spontan dan kejang hanya terjadi
bila dirangsang.
• tetanus ringan : – kekakuan yang jelas hanya trismus, tanpa kejang
rangsang.
Corpus hippocratum
Kekakuan tetanus sangat khas : 1. flexi kedua lengan 2. extensi pada kedua kaki3. flexi pada telapak kaki 4. tubuh kaku, melengkung bagai
busur5. perut papan
• Trismus– Kekakuan otot masseter– Tidak bisa buka mulut lebar
Risus sardonicus– spasme otot mimik– Alis terangkat– Sudut bibir tertarik ke bawah
• Opisthotonus• Spasme otot penunjang
tubuh/tulang belakang • Otot ini sangat kuat, melebihi
kekuatan otot dinding perut
• Extensi leher • Mulut terbuka (karper-mond)• Tak bisa menetek • Badan kaku• Kejang
TETANUS BERAT akan terjadi : • hipoksia, akibat kejang terus menerus/kekakuan otot laring
bila berat menimbulkan anoxia dan kematian.
• dehidrasi dan gangguan elektrolit akibat suhu badan yang sangat tinggi (hipertermi) atau keringat banyak (hiperhidrosis).
• gangguan sirkulasi, akibat pengaruh toksin pada saraf otonom
(gangguan irama jantung, hipertensi /hipotensi),
• kekakuan otot sphincter dan otot polos lain: retentio alvi, retentio urine, spasme laring .
• patah tulang panjang/fraktur kompresi tulang belakang
Spatula test
You tube ..
NEONATUS
• Penolong persalinan
• Cara memotong tali pusat
• Perawatan tali pusat
• Mulai kapan tidak bisa menetek
• imunisasi TT pada remaja,
WUS/ibu hamil
KELUHAN DAN GEJALA KLINIS ANAMNESIS
ANAK
• adanya luka/benda asing
• imunisasi dasar dan booster
• period of onset
• Status neurologik: kekakuan perifer• Tonus otot: sangat meningkat• Kekakuan mempunyai pola khusus : trismus, risus,
opisthotonus• Refleks fisiologik meningkat• Refleks patologik negatif• Klonus positif• Kejang rangsang atau spontan • Saraf otonom:
– Hipertermi– Hiperhidrosis , dsb
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK
• Diagnosis ditegakkan atas dasar: - Anamnesis yang jelas, (diagnostik & prognostik) - Gejala klinis sangat khas, - Kesadaran tetap baik
• Laboratorium tidak khas : - liquor normal - leukosit normal/sedikit meningkat. -
DIAGNOSIS
1. Meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis gangguan kesadaran& kelainan LCS.
2. Tetani karena hIpokalsemia carpopedal spasme,
3. Keracunan strychnin minum tonicum terlalu banyak
4. Rabies, sukar menelan disertai hidrofobia anamnesis gigitan binatang
5. Trimus karena proses lokal: mastoiditis, OMP, peritonsilar abcess asimetris
6. Tetanus neonatorum: sepsis, meningitis, dehidrasi, kelainan elektrolit darah, trauma kelahiran.
DIAGNOSIS BANDING
1. Sepsis (pada neonatus)
2. pneumonia, > hari ke-5 krn kekakuan dinding dada
3. Kejang terus menerus (status konvulsivus)
4. perdarahan paru pada tetanus neonatorum
5. laringospasmus dan sumbatan jalan nafas.
6. Aspirasi lendir/makanan/minuman, krn kejang otot diafragma
7. patah tulang panjang dan tulang belakang (compression fracture).
PENYULIT
TUJUAN TATALAKSANATUJUAN TATALAKSANA
• Netralisasi toksin• Pembedahan di lokasi masuk kuman bila
mungkin• Asuhan keperawatan ketat & terus menerus• Pantau cairan, elektrolit&keseimbangan kalori
PENGOBATAN UMUMPENGOBATAN UMUM
1. Kebutuhan cairan dan Nutrisi
- Hari I IV untuk cairan dan obat-obatan
- Nutrisi:
kejang mereda: sonde lambung (Hati-hati aspirasi)
Bila hari III infus belum dapat dilepas Nutrisi Parenteral
2. Kelancaran jalan nafas
- Jaga patensi, kasus berat trakeostomi
3. Oksigenasi
PENGOBATAN UMUMPENGOBATAN UMUM
4. Mengatasi kejang: Diazepam– Dosis 0,1 – 0,3 mg/kgBB / 2-4 jam– Usia < 2 tahun 8 mg /kgBB/hari , PO 2-3 mg/3 jam– Penghentian kejang segera
• Per rectal 5 mg (BB<10kg) ; 10 mg (BB ≥ 10 mg)• IV 0,3 mg/kgBB/ kali, kejang teratasi rumatan
Bayi– Inisial 0,1-0,2 mg/kgBB iv– Rumatan infus kontinu 15-40 mg/kgBB/hari– 5-7 hari turunkan bertahap 5-10 mg/hari
Tanda klinis perbaikan: Kejang spontan (-) Badan masih kaku Kesadaran membaik (tidak koma) Gangguan pernapasan (-)
Respon Klinik Terhadap Anti-kejang• Tidak membaik
– Dosis maksimal (+) rawat di ICU pelumpuh otot & bantuan pernafasan mekanik
• Membaik
– Dosis dipertahankan selama 3-5 hari– Pengurangan dosis bertahap (20% dari dosis
setiap 2 hari)
5. Port’ d entrée
- Rawat luka, bila curiga karies dentis/OMSK
konsul drg/THT
PENGOBATAN UMUMPENGOBATAN UMUM
PENGOBATAN KHUSUSPENGOBATAN KHUSUS
• Lini Pertama– Metronidazol
Dosis inisial 15 mg/kgBB lanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari – IV/PO
• Lini Kedua– Penisilin Prokain 50.000 – 100.000/kgBB/hari
selama 7-10 hari– Tetrasiklin 50mg/kgBB/hari (>8tahun)
• Penyulit (+) antibiotika yang sesuai
• Dosis ATS 100.000 IU 50.000 IU IM dan 50.000 IU IV• Pulang - Imunisasi aktif DT
Rekomendasi Usia Minimum Interval
DT1 2 bulan 6 minggu 2 bulan
DT2 4 bulan 10 minggu 2 bulan
DT3 6 bulan 14 minggu 6 – 12 bulan
DT4 15 – 18 bulan 12 bulan 3 tahun
DT5 4-6 tahun 4 tahun -
PENGOBATAN KHUSUSPENGOBATAN KHUSUS
• HTIG (Human Tetanus Immune Globulin)– Dosis 3.000 – 6.000 IU
PENCEGAHANPENCEGAHAN
1. Rawat Luka
Segera: luka tusuk, luka kotor, luka
diduga tercemar spora tetanus
Jaringan nekrotik&benda asing buang
2. ATS
Profilaksis, efektif hanya pada luka baru (<6jam)
Lanjutkan dengan imunisasi aktif
3. Imunisasi Aktif
- Ibu TT 2-3 dosis proteksi terhadap bayi baru lahir
- DtaP /DTwP tidak diberikan pada usia < 6 minggu
TATACARA PEMBERIAN IMUNISASI PADA LUKA DENGAN RISIKO TETANUS
• SEGALA JENIS LUKA
PERAWATAN LUKA•
• Luka yang bersih Luka lain yang kotor• kurang dari 6 jam lebih dari 6 jam • kerusakan jaringan minimal kerusakan jaringan luas.• • • tingkat tindakan tingkat tindakan• kekebalan kekebalan• A ‑ tak perlu diberi‑ A ‑ tak perlu diberi • apa apa apa apa• B ‑ toxoid 1 x B ‑ toksoid 1x• C ‑ toxoid 2 x C ‑ tokosid 2x + ATS• D ‑ toxoid 3 x D ‑ toksoid 3x + ATS• • A : Telah mendapatkan immunisasi dasar dan booster dalam waktu 5 tahun.• B : Telah mendapat immunisasi dasar dan booster dalam waktu >5 tahun tapi < 10 tahun.• C : Telah mendapat immunisasi dasar booster >10 tahun.• D : Belum menyelesaikan immunisasi dasar atau tingkat kekekebalan tak diketahui.• Selalu disediakan injeksi adrenalin dan bila timbul gejala anafilaktik berikan 0.1 ml, subcutan, disusul
dengan kortikos teroid intravena.
• Makin pendek masa inkubasi, makin jelek prognosis• Makin pendek period of onset, makin jelek prognosis• Letak, macam luka dan luasnya kerusakan jaringan.• tetanus neonatorum mempunyai prognosis jelek dan
harus dianggap tetanus berat.• tingkat kekebalan penderita.
PROGNOSISPROGNOSIS
TERIMA KASIH
top related