(tesis) oleh : yuliza fitriantidigilib.unila.ac.id/56786/3/tesis tanpa bab pembahasan.pdf ·...
Post on 04-Feb-2020
44 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI KEBIJAKAN ELEKTRONIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASIDAN DOKUMENTASI (E-PPID)
(Studi Di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten PesawaranProvinsi Lampung Tahun 2016)
(Tesis)
oleh :
Yuliza Fitrianti
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
EVALUASI KEBIJAKAN ELEKTRONIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASIDAN DOKUMENTASI (E-PPID)
(Studi Di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten PesawaranProvinsi Lampung Tahun 2016)
oleh :
Yuliza Fitrianti
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
EVALUASI KEBIJAKAN ELEKTRONIK PEJABAT PENGELOLAINFORMASI DAN DOKUMENTASI (E-PPID)
(Studi Di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten PesawaranProvinsi Lampung Tahun 2016)
OlehYULIZA FITRIANTI
E-PPID diluncurkan sebagai wujud komitmen KPU dalam mendukungketerbukaan informasi publik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: 1)Dampak evaluasi kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran; 2)Pelaksanaan dan faktor-faktor yang menyebabkan E-PPID di KPU KabupatenPesawaran tidak efektif. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan datadeskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah: 1) Kebijakan E-PPID di KPUKabupaten Pesawaran tidak mengubah cara masyarakat untuk memperolehinformasi tentang kepemiluan melalui E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran. 2)Kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran tidak efektif disebabkanperangkat lunak dikendalikan oleh KPU RI, sumber daya manusia tidak tetap,masih minim perangkat komputer dan perangkat komunikasi, pengamananterhadap server belum kuat, belum ada sarana untuk memberikan kritik danmasukan dalam aplikasi. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah perlumodifikasi content (isi) dari website dan halaman E-PPID KPU KabupatenPesawaran agar menarik dan dikunjungi oleh pengguna informasi publik,keseriusan tata kelola teknologi informasi dalam pengelolaan E-PPID KPUKabupaten Pesawaran sebagai wujud pelayanan prima, istilah “Pejabat” dalamnama Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sebaiknya diubahmenjadi Pengelola Layanan Informasi dan Dokumentasi (PLID) yang layanandigitalnya bisa menjadi E-PLID, agar masyarakat tidak takut meminta pelayananinformasi publik. Perlu adanya layanan aplikasi online yang bersifat terpadu danterintegrasi di KPU khususnya pada KPU Kabupaten Pesawaran.
Kata Kunci : Keterbukaan Informasi, Evaluasi Kebijakan, E-PPID
ABSTRACT
THE EVALUATION OF ELECTRONIC MANAGEMENT ANDDOCUMENTATION MANAGERS POLICY (E-PPID)
(Study in the General Election Commission of Pesawaran RegencyLampung Province in 2016)
ByYULIZA FITRIANTI
E-PPID was launched as a form of KPU's commitment in supporting publicinformation disclosure. This study aims to explain: 1) Impact of the evaluation ofthe E-PPID policy in the Pesawaran Regency KPU; 2) The implementation andfactors that caused E-PPID in the Pesawaran Regency KPU to be ineffective. Thisstudy uses descriptive qualitative data collection methods. The results of thisstudy are: 1) The E-PPID policy in the Pesawaran Regency KPU does not changethe way people get information about electoral through Pesawaran Regency KPUE-PPID. 2) The E-PPID policy in the Pesawaran Regency KPU is not effectivebecause the software is controlled by the KPU RI, non-permanent humanresources, computer equipment and communication devices are lacking, securityfor the server is not strong, there is no means to provide criticism and input in theapplication . Recommendations from the results of this study are necessary tomodify the content (content) of the website and page of KPU Pesawaran E-PPIDpage to be interesting and visited by public information users, the seriousness ofinformation technology governance in the management of Pesawaran RegencyKPU E-PPID as a form of excellent service, the term "Officials" in the name ofthe Information and Documentation Management Officer (PPID) should beconverted into Information and Documentation Service Managers (PLID) whosedigital services can be E-PLID, so that people are not afraid to request publicinformation services. There needs to be an integrated and integrated onlineapplication service on the KPU, especially in the Pesawaran Regency KPU.
Keywords: Information Disclosure, Policy Evaluation, E-PPID
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kasui pada tanggal 31 Juli 1981.
Dilahirkan sebagai anak kesepuluh dari pasangan Bapak
Mahdan dan Ibu Maria Dewi. Penulis telah berkeluarga dengan
Ryan Yudi Andila dan dikaruniai satu orang anak bernama
Ahmad Nadiem Aryan.
Pendidikan formal awal penulis di SD Negeri 1 Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo
Lampung Selatan tahun 1988 – 1993, SMP Negeri Katibung Kecamatan Sidomulyo
Lampung Selatan tahun 1993 – 1996, SMU Negeri 2 Bandar Lampung tahun 1996 –
1999, dan S1 Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung tahun
1999 melalui jalur UMPTN.
Selama menempuh pendidikan strata satu penulis aktif dalam kegiatan akademik dan
kemahasiswaan. Penulis aktif sebagai Ketua Divisi Danus HIMA Ilmu Administrasi
Negara tahun 2000, aktif di Biro BBQ Universitas Lampung tahun 2001-2004.
Pernah menerima beasiswa jalur Pengembangan Potensi Akademik (PPA) selama 5
semeter serta Lulus S1 pada tahun 2004 dengan IPK 3,44.
Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai Aparatur Sipil Negara pada Sekretariat
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Metro pada Bagian Program Data sebagai
Selama bertugas di Sekretariat KPU Provinsi Lampung, penulis ditugaskan untuk
mengikuti seminar dan pelatihan penyusunan anggaran, mengikuti Diklat teknis
Sistem Pendataan Pemilih (Sidalih) dan dipercaya sebagai Penanggungjawab Sidalih
di dua pemilu yaitu Pemilihan Umum Tahun 2014 dan Pilkada Kota Metro Tahun
2015. Pada tahun 2016, Penulis mutasi tugas ke KPU Kabupaten Pesawaran dan
mendapatkan beasiswa penuh untuk melaksanakan tugas belajar dari KPU RI dengan
konsentrasi Tata Kelola Pemilu di Universitas Lampung.
KKaarryyaa iinnii ddiippeerrsseemmbbaahhkkaann uunnttuukk ::
11.. SSuuaammii tteerrcciinnttaa RRyyaann YYuuddii AAnnddiillaa,, SS..AA..NN,, MM..IIPP..
22.. AAnnaakk kkuu tteerrssaayyaanngg AAhhmmaadd NNaaddiieemm AArryyaann
33.. BBaakk,, MMaakk,, sseerrttaa KKaakkaakk--kkaakkaakk kkuu tteerrkkaassiihh
44.. AAllmmaammaatteerr UUnniivveerrssiittaass LLaammppuunngg..
MOTTO
“Khoirunnas Anfa’uhum Linnas”Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain
(Muhammad SAW)
Tidak ada manusia yang sempurna, tapi tiap manusia bisa menjadi lebih baik.Maka Berproseslah…
(yuliza)
SANWACANA
Puji syukur atas limpahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT, salawat dan
salam tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Alhamdulillah atas Ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: Evaluasi Kebijakan Elektronik
Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi (E-PPID) (Studi Di Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2016) sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu Pemerintahan di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan
selaku Pembimbing Utama atas bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini;
5. Ibu Intan Fitri Meutia, Ph.D., selaku selaku Pembimbing Pembantu atas
bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;
6. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dosen Pembahas atas kesediaannya
menjadi pembahas dan memberikan masukan, saran serta bimbingan
terbaiknya;
7. Suami ku tercinta Ryan Yudi Andila, S.A.N, M.IP. atas dukungan nya; Anak
ku Nadiem, teman terbaik yang selalu menjadi penyemangat bunda; Bak dan
Mak serta kakak-kakak ku yang selalu mendoakan keberhasilan anak dan adik
nya. Semoga keberkahan dan kebahagiaan terus membersamai kita semua;
8. Seluruh staf pengajar dan akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung khususnya Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan;
9. Sahabat-sahabat terbaik Tata Kelola Pemilu Batch II tahun 2016 ASN KPU:
Agung Nugroho, Muhammad Ikhsan, Meri Anggraeni, Muhajiroh, Risma
Mauli AZ, Silvi Yulianti, Susi Megawati, Tohap Hasugian dan Zuhairi Sanofi
semoga sukses untuk kita semua dan tetap dijaga silaturahimnya;
10. Abang-abang Tata Kelola Pemilu Batch II tahun 2016: Antonius Cahyalana,
Candrawansah, Fajar Fakhlevi dan Nazarudin atas bantuan nya;
11. Mba Rini Yulia Fitri, S.IP., M.A. yang sangat membantu informasi dan data
dalam penyelesaian tesis ini;
12. Seluruh Komisioner dan Sekretariat KPU Kabupaten Pesawaran atas bantuan,
informasi dan motivasi nya dalam penyelesaian tesis ini;
13. Sahabat-sahabat Tata Kelola Pemilu Batch III tahun 2017 Ade, Emi, Hany dan
Ndez tetap semangat;
14. Sahabat-sahabat MIP Konsentrasi Otonomi dan Politik Daerah dan
Manajemen Pemerintahan FISIP Universitas Lampung angkatan 2016 tanpa
terkecuali;
15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
selama proses penulisan tesis ini yang belum dapat kami sebutkan satu-
persatu.
Bandar Lampung, April 2019
Penulis,
Yuliza Fitrianti
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI ………………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... ii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. iii
DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………. iv
I. PENDAHULUAN ….…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……….. ……………………………………………… 1B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 12C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 12D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ...………………………………………………. 14
A. Kebijakan ………………….…………………………………………. 141. Definisi Kebijakan ………………. …..………………………….. 142. Definisi Kebijakan Publik ………. …..………………………….. 153. Ciri-Ciri Kebijakan Publik ………………………………………. 164. Evaluasi Kebijakan ………………………………………………. 17
1) Evaluasi ……………...………………………………………... 172) Jenis Evaluasi ………………………………………………….. 173) Dimensi Evaluasi Kebijakan ...………………………………… 184) Evaluasi Dampak dan Hasil …………………………………… 19
5. Fungsi-Fungsi Kebijakan Publik …………………………………. 206. Kriteria Evaluasi Dampak Kebijakan ……………………………. 22
1) Efektifitas ……………………………………………………. 222) Efesiensi ………………………………………………………. 233) Kecukupan ……………………………………………………. 244) Perataan ………………………………………………………. 255) Resposivitas …………………………………………………… 256) Ketepatan ……………………………………………………… 26
B. E-Government …………………..….…………………………………. 271. Definisi E-Government …………………………………………... 292. Manfaat E-Government ………………………………………….. 303. Konsep E-Government …………………………………………… 314. Jenis-Jenis Pelayanan Pada E-Government ………………………. 325. Konsep Transformasi E-Government …………………………….. 36
C. Teknologi Informasi (TI) …………………………………………….. 39
1. Definisi IT ……………………………………………………….... 392. Tata Kelola IT (IT Governance) …………………………………... 40
D. Kerangka Pikir ……………………………………………………….. 41
E. Bagan Kerangka Fikir…………………………………………………. 42
III. METODE PENELITIAN ....…………………………………………… 43
A. Metode Penelitian ………...... ...……………….……………………… 43B. Penelitian Kualitatif .. ……………………………………………….... 44C. Fokus Penelitian ………………………… …………………………… 46D. Lokasi Penelitian ……………………………………………………... 49E. Informan ……………………………………………………………… 50F. Instrumen Penelitian ………………………………………………….. 50G. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 51H. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 55I. Uji Keabsahan Data …………………………………………………... 58
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………………... 60
A. Komisi Pemilihan Umum …………………………………………….. 60
1. Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia ……………………. 60
2. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pesawaran ..……………….. 60
B. Elektronik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (E-PPID)…. 661) Dasar Hukum………………………………………………………. 662) Tujuan Kebijakan…………………………………………………... 683) Sasaran Manfaat Kebijakan………………………………………... 684) Isi Kebijakan……………………………………………………….. 69
C. Pelaksanaan Kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran ……… 70
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .…………………………………….. 83
A. Analisis Evaluasi Dampak Kebijakan E-PPID KPU KabupatenPesawaran ……………………………..……………………………… 83a. Efektifitas …………………………………………………………. 83b. Efisien ……………………………………………………………..c. Kecukupan …………………………………………………………d. Perataan …………………………………………………………….e. Responsivitas ………………………………………………………f. Ketepatan …………………………………………………………..
9196
100103105
B. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi E-PPID KPU KabupatenPesawaran Tidak Efektif …………………………………………….. 108a. Content Development ……………………………………………… 108b. Competency Building ………………………………………………c. Connectivity ………………………………………………………..
111113
d. Cyber Laws ………………………………………………………...e. Citizen Interface ……………………………………………………f. Capital ……………………………………………………………...
115117119
VI. SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 122
A.Simpulan ……………………………………………………………… 122
B. Saran …………………………………………………………………... 123
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… V
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Indikator Efektifitas………………………..…………….. . 46
2. Daftar Indikator Efisien…………………………..…………….. . 47
3. Daftar Indikator Kecukupan…………………………..…..…….. . 48
4. Daftar Indikator Perataan……………………………..…..…….. . 48
5. Daftar Indikator Responsivitas………………………..…..…….. . 48
6. Daftar Indikator Ketepatan…………………………..…...…….. . 48
7. Daftar Komponen Pelaksanaan E-Goverment ……………...……. 49
8. Daftar Informan……………………..…...………………………. 50
9. Matrix Nilai Indikator Efektif……………………………………. 90
10. Matrix Nilai Indikator Efisien…………………………………… 95
11. Komponen Kecukupan Pelaksanaan Layanan E-PPID KPUKabupaten Pesawaran……………………………………………. 99
12. Komponen Perataan Pelaksanaan Layanan E-PPID KPUKabupaten Pesawaran ...………………………………………… 102
13. Komponen Responsivitas Pelaksanaan Layanan E-PPID KPUKabupaten Pesawaran……………………………………………. 105
14. Komponen Ketepatan Pelaksanaan Layanan E-PPID KPUKabupaten Pesawaran……………………………………………. 107
15. Komponen Content Development Pelaksanaan E-GovernmentLayanan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran…………………… 110
16. Komponen Competency Building Pelaksanaan E-GovernmentLayanan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran…………………… 113
17. Komponen Connectivity Pelaksanaan E-GovernmentLayanan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran…………………… 115
18. Komponen Cyber Law Pelaksanaan E-GovernmentLayanan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran…………………… 117
19. Komponen Citizen Interface Pelaksanaan E-GovernmentLayanan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran…………………… 119
20. Komponen Capital Pelaksanaan E-GovernmentLayanan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran…………………… 121
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jumlah Pengunjung web ppid.kpu.go.id …………………………… 8
2. Bagan Kerangka Pikir ……………………………………………… 42
3. Struktur e-PPID KPU Kabupaten Pesawaran ……………………….. 73
DAFTAR SINGKATAN
BP : Badan Publik
e-Gov : Elektronik Government
e-PPID : Elektronik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
FIONI : Freedom of Information Network Indonesia
ICW : Indonesia Corruption Watch
KIP : Keterbukaan Informasi Publik
KIP : Komisi Independen Pemilihan
KPU : Komisi Pemilihan Umum
KPU RI : Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Pemilu : Pemilihan Umum
Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah
PKPU : Peraturan Komisi Pemilihan Umum
PPID : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
PSHK : Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
SK : Surat Keputusan
SOP : Standar Operasional Prosedur
TPS : Tempat Pemungutan Suara
UU : Undang-Undang
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan demokrasi di Indonesia dari masa kemerdekaan sampai masa
reformasi tidak dibarengi dengan transparansi dan keterbukaan informasi dari
Badan Publik. Informasi yang hanya menjadi konsumsi Badan Publik itu
sendiri menjadikan sangat tertutup dan menyebabkan celah untuk terjadinya
penyimpangan dan korupsi. Masyarakat tidak mudah untuk mengakses
informasi karena dianggap bukan informasi untuk publik.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, tuntutan keterbukaan informasi
dari berbagai pihak untuk memperbaiki tata kelola badan publik agar lebih
terbuka dalam memberikan akses informasi kepada publik semakin besar,
untuk itu pemerintah menetapkan undang-undang keterbukaan informasi
publik.
Seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP) Nomor 14 Tahun 2008, paradigma informasi publik saat ini yaitu
seluruh informasi publik adalah terbuka untuk diakses masyarakat kecuali yang
dikecualikan/rahasia dengan pengecualian yang terbatas (Maximum Access
Limited Exemption/MALE) sehingga prinsip dasar keterbukaan informasi
2
publik adalah “Semua informasi yang dikuasai oleh badan publik bersifat
terbuka selain yang dikecualikan”, yang sebelum diundangkan UU KIP
paradigmanya adalah seluruh informasi publik adalah rahasia kecuali yang
terbuka.
Untuk mewujudkan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan sederhana (UU
KIP pasal 13) setiap badan publik menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) dan membuat dan mengembangkan sistem penyediaan
layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk
teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional.
Keterbukaan informasi publik yang seperti diamanatkan oleh UU KIP
memerlukan teknologi informasi yang akan digunakan untuk menjembatani
Badan Publik (negara) menyampaikan informasi kepada masyarakat (rakyat),
oleh karena itu muncullah konsep E-Government dalam institusi pemerintah
maupun non-pemerintah.
E-Government merupakan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang
dikembangkan oleh pemerintah dalam memberikan pilihan kepada masyarakat
kapan dan di manapun mereka bisa mendapatkan kemudahan akses informasi
dan layanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat.
E-Government merupakan pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi
komunikasi dan informasi dalam rangka mencapai tujuan antara lain: (1)
meningkatkan efesiensi kepemerintahan; (2) memberikan berbagai jasa
pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik; (3) memberikan akses
3
informasi kepada publik secara luas; dan (4) menjadikan penyelenggaraan
pemerintahan lebih bertanggung jawab dan transparansi kepada masyarakat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang juga merupakan badan publik memiliki
kewajiban pula dalam keterbukaan informasi penyelenggaraan Pemilihan
Umum (Pemilu) yang mudah diakses oleh publik. Sebelum Pemilu tahun 2014
akses masyarakat sangat terbatas dalam memperoleh informasi pemilu. Namun
pada Pemilu 2014 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015, masyarakat
bisa dengan mudah mengakses data pemilih secara online, mengecek apakah
namanya dan anggota keluarga yang sudah memiliki hak pilih sudah terdaftar
dalam daftar pemilih.
Oleh karena itu, Sejak 2015, KPU gencar mensosialisasikan pentingnya
keterbukaan informasi publik melalui layanan elektronik. Adanya Peraturan
Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
dan Pelayanan Informasi Publik di lingkungan KPU adalah semangat lembaga
penyelenggara pemilu untuk bisa tampil secara terbuka, transparan, dan
bertanggung jawab kepada publik.
Secara resmi Layanan Elektronik Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (E-PPID) KPU diluncurkan pada tanggal 12 November 2015 di
Kantor KPU Jalan Imam Bonjol No. 29 Jakarta. E-PPID KPU diluncurkan
sebagai wujud komitmen KPU dalam mendukung keterbukaan informasi
publik, juga merupakan sarana pelayanan online bagi publik untuk memperoleh
informasi dari lembaga badan publik dalam hal ini informasi tentang pemilu
yang dapat diberikan oleh KPU.
4
E-PPID KPU merupakan sarana pelayanan publik yang diberikan oleh KPU
berbasis teknologi digital. Tuntutan globalisasi dan perbaikan pelayanan
birokrasi yang cepat, transparan dan murah menyebabkan Komisi Pemilihan
Umum memiliki keharusan merubah managemen pemerintahan yang
tradisional menjadi berbasis digital (E-Government), karenanya KPU dalam
rangka mengubah manageman pengelolaan informasi pemilu menggunakan
sarana e-PPID.
Pada konteks pelaksanaan tahapan pemilu, keterbukaan informasi menjadi
sebuah hal penting diperhatikan oleh seluruh lembaga yang berkaitan dengan
pemilihan umum, baik penyelenggara, Partai Politik (Parpol) hingga
masyarakat sebagai elemen utama keberhasilan Pemilu tersebut berlangsung.
Keterbukaan Informasi di dalam Pemilu menjadi salah satu dari sekian banyak
indikator penyelenggaraan Pemilu yang jujur dan demokratis, serta merupakan
hak asasi manusia, yaitu hak untuk tahu (right to know).
Dalam hal keterbukaan data pemilu, KPU Pada Tahun 2014 mendapatkan
apresiasi yang besar dari masyarakat melalui upload form C1 (hasil
pemungutan suara di TPS) di website KPU langsung setelah selesai
penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Bahkan Kelompok
masyarakat sipil yang bergabung dalam Freedom of Information Network
Indonesia (FIONI), seperti Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Pusat Studi
Hukum dan Kebijakan (PSHK) mengapresiasi inovasi KPU.
Prestasi KPU dalam hal keterbukaan informasi publik adalah pada tanggal 21
Desember 2017 KPU mendapat Penganugerahan Keterbukaan Informasi
5
Publik Tahun 2017 Kategori Lembaga Non Struktural oleh Komisi Informasi
Pusat Republik Indonesia. KPU menduduki Peringkat I, dengan persentase
nilai keterbukaan informasi mencapai 98,22 persen. Nilai ini adalah peringkat
tertinggi nilai rata-rata keterbukaan informasi dari 156 Badan Publik (BP)
lainnya.
Menurut Kepala Bagian Publikasi dan Sosialisasi Informasi Pemilu
(wawancara pra riset pada tanggal 8 Desember 2017), dalam rangka menjaga
keterbukaan informasi data pemilu dan dalam rangka melaksanakan motto
KPU yaitu KPU Melayani, KPU membuat server untuk mewadahi KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota memiliki halaman web E-PPID di masing-
masing satker di wilayah masing-masing. Kemudian KPU Provinsi/KIP Aceh
dan KPU/KIP kabupaten/kota tidak hanya mengaktifkan halaman E-PPID
tetapi juga aktif mengunggah informasi tentang pemilu serta selalu
memperbaharui informasi pemilu berdasarkan tiga kategori, yaitu: Pertama,
informasi yang wajib diumumkan berkala. Kedua, informasi yang wajib
diumumkan serta merta. Ketiga, informasi yang wajib tersedia setiap saat.
Halaman web E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran diaktifkan pada bulan April
tahun 2016, satu bulan setelah dikeluarkannya surat Ketua KPU Nomor
113/KPU/2016 2016 tanggal 1 Maret 2016 perihal Tindak Lanjut Pengelolaan
dan Pelayanan Informasi Publik di Tahun 2016 yang meminta seluruh KPU
Provinsi/KIP (Komisi Independen Pemilihan) Aceh dan KPU / KIP Kabupaten
/ Kota yang belum mengaktifkan halaman ppid.kpu.go.id (e-PPID) agar segera
mengaktifkan dan menghubungkan langsung aplikasi E-PPID (ppid.kpu.go.id)
6
dengan website resmi KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota.
Sebelum E-PPID diaktifkan KPU Kabupaten Pesawaran menetapkan Pesonalia
Pengelola PPID Tahub 2016 Melalui SK KPU Kabupaten Pesawaran Nomor:
15/Kpts/SesKab/964916/Tahun 2016 pada bulan Februari Tahun 2016.
E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran adalah layanan informasi publik KPU
Kabupaten Pesawaran berbasis online. Halaman website E-PPID merupakan
sarana pelayanan online bagi publik untuk memperoleh informasi terkait
tentang informasi tentang Pemilu yang bersumber dari KPU Kabupaten
Pesawaran. Tata cara dan prosedur yang ditempuh dalam mendapatkan
informasi tersebut dengan mekanisme mengajukan permohonan informasi,
mengajukan keberatan dan mengetahui status permohon informasi melalui
halaman website E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran.
Layanan E-PPID ini disediakan dalam rangka memudahkan pemohon
informasi publik agar tidak perlu datang langsung ke Kantor KPU Kabupaten
Pesawaran, cukup menggunakan saluran internet, informasi yang dibutuhkan
dapat diunduh langsung di halaman E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran.
Setelah 1 (satu) tahun pelaksanaan kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten
Pesawaran menurut pengamatan dan wawancara penulis kepada Pejabat
Pengelola E-PPID prinsip-prinsip keterbukaan informasi dan penerapan
komponen E-Government dalam pelaksanaan E-PPID belum berjalan dengan
baik. Hal ini karena menemui beberapa kendala dan masalah dalam
pelaksanaannya, diantara permasalahan yang ditemui adalah: Pertama, masih
terdapat perbedaan pemahaman dari staf dan Pejabat Pengelola Informasi
7
Publik dan Dokumentasi (PPID) mengenai pengelolaan informasi yang akan
disampaikan kepada publik. Pemahaman berbeda tentang kategori informasi
yang akan disampaikan menjadikan persoalan dalam penyampaian informasi
yang cepat dan sederhana.
Kedua, pemahaman dan tanggungjawab yang belum sama dari staf di empat
bagian KPU Kabupaten Pesawaran dalam mengelola dan memperbaharui
informasi pada laman E-PPID. Masing-masing bagian di KPU Kabupaten
Pesawaran seharusnya punya tanggungjawab yang sama dalam memberikan
informasi dan dokumentasi berkala kepada pengelola E-PPID sehingga data
yang disajikan dalam laman E-PPID selalu diperbaharui (update). Saat ini
hanya dibebankan pada bagian teknis dan hupmas.
Ketiga, kurangnya sosialisasi KPU Kabupaten Pesawaran akan fungsi E-PPID
kepada stakeholder Pemilu, hal ini menyebabkan stakeholder Pemilu masih
memilih untuk datang ke kantor KPU Pesawaran untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan daripada mencari informasi di E-PPID KPU Kabupaten
Pesawaran.
Keempat, berdasarkan wawancara pra-riset penulis dengan admin website KPU
Kabupaten Pesawaran (tanggal 28 Agustus 2017), pengunjung laman E-PPID
KPU Pesawaran masih sangat minim bahkan kurang. Walaupun terlihat dari
jumlah kunjungan yang tercatat ribuan, namun itu tidak menggambarkan
pengunjung yang sebenarnya di laman E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran
(gambar 1.1.). Hal ini disebabkan karena E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran
masih terintegrasi dengan E-PPID dan web KPU sehingga pengunjung yang
8
tercatat masih bercampur dengan pengunjung E-PPID di KPU Kabupaten lain
bahkan E-PPID KPU
Gambar 1: Jumlah Pengunjung Web ppid.kpu.go.id
Sumber: similarweb.com (Jumlah Pengunjung E-PPID Tahun 2016)
Tema penelitian yang akan saya laksanakan ini bukan penelitian yang baru dan
pertama dilakukan, ada beberapa penelitian sebelumnya dengan tema E-
government dan pelayanan informasi publik berbasis online yang telah
dilakukan, berikut ini penulis tampilkan 5 (lima) penelitian sebelumnya dan
perbedaan penelitian yang akan saya lakukan, yaitu:
1. Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno (2012) menulis Jurnal
yang berjudul “Implementasi E-Government System Dalam Upaya
Peningkatan Clean And Good Governance Di Indonesia”. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan penerapan E-
Government di Indonesia dalam mewujudkan clean and good governance
dan apa saja tantangan yang di hadapi pemerintah Indonesia dalam
mengembangkan E-Government. Hasil penelitian ini menunjukkan,
9
perkembangan sistem E-Government di Indonesia secara kuantitas mulai
meningkat namun secara kualitas hal ini belum memadai. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan adalah dalam rangka mengeksplorasi sebab-
sebab kurang efektifnya pelaksanaan E-PPID di KPU Kabupaten
Pesawaran menggunakan teori komponen penerapan E-Government serta
mengevaluasi dampak kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran.
2. Ahmad Habibullah (2010) menulis Jurnal berjudul “Kajian Pemanfaatan
dan Pengembangan E-Government”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
penulis menunjukkan bahwa penerapan E-Government di Kabupaten
Jember masih belum berfungsi dengan baik, namun aspek insfrastruktur
teknologi dan sumberdaya manusia lebih memadai. Dalam penelitian yang
akan saya lakukan yaitu mencari dan mengeksplorasi sebab-sebab
pelaksanaan E-PPID di Kabupaten Pesawaran tidak efektif.
3. Karina Intan Permatasari (2015) menulis Jurnal yang berjudul
“ Implementasi Kebijakan tentang Tata Kerja Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi di Kota Cimahi”. Dalam penelitian ini Penulis mengkaji
faktor-faktor yang menjadi hambatan implementasi dalam tata kerja
mengelola informasi dan dokumentasi. Dengan fokus penelitian pada
implementasi kesiapan organisasi PPID di Kota Cimahi menggunakan teori
Charles O. Jones tentang implementasi kebijakan (policy implementation).
Dalam jurnal ini, Karina menarik kesimpulan: Pertama, dari segi
Organisasi PPID di Kota Cimahi secara umum kelembagaan sudah cukup
baik, hanya ada beberapa kelengkapan dasar hukum yang belum dibuat.
Kedua, dari segi interpretasi, para pelaksana kebijakan belum mengetahui
10
dengan baik mengenai substansi kebijakan, makna kebijakan, dan tujuan
kebijakan, sehingga penafsiran nya beragam. Ketiga, dari aspek aplikasi,
PPID Kota Cimahi belum sepenuhnya menampilkan informasi yang
terbuka yang dapat diakses oleh masyarakat pada website Kota Cimahi.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Karina Intan
Permata Sari adalah penelitian ini tidak hanya meneliti tentang kesiapan
tata kerja Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi serta faktor-faktor
yang menghambat implementasi kesiapan organisasi tetapi juga
Mengeksplorasi dan menganalisis tidak efektifnya implementasi kebijakan
E-PPID di KPU kabupaten Pesawaran.
4. Syamsiah Amali (2016) dalam jurnal berjudul “Kesiapan PPID Dinas
Komunikasi Informatika Dalam Pelayanan Informasi Publik (Kasus di Kota
Bitung, Provinsi Sulawesi Utara)”. Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan pada Kesiapan Dinas Kominfo Kota Bitung dalam dalam
pelayanan informasi publik di kota Bitung dengan melihat dari tiga hal,
yaitu: support, capacity, value. Dalam penelitian ini diperoleh hasil:
Support, ditandai dengan adanya komitmen dalam pembentukan payung
hukum SK walikota Bitung dan alokasi anggaran. Capacity, SDM yang
menangani informasi publik masih terbatas dan akan diupayakan untuk
diikutkan diklat. Value, pemahaman terhadap UU KIP,
kerjasama/koordinasi masih perlu ditingkatkan.
Seperti pada jurnal sebelumnya, penelitian Syamsiah Amali hanya
memfokuskan pada kesiapan PPID Dinas Komunikasi Informatika Dalam
Pelayanan Informasi Publik. Tetapi tidak menganalisa dan menjelaskan
11
informasi apa saja yang ada dalam pelayanan informasi publik di Dinas
Komunikasi Informatika Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
5. Risnandar, dalam jurnal berjudul “Analisis E-Government Dalam
Peningkatan Pelayanan Publik Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika
Provinsi Sulawesi Tengah”. Fokus penelitian dalam jurnal ini adalah pada
Enam Komponen penerapan E-Government. Dalam penelitian ini peneliti
berkesimpulan bawa Bentuk penerapan E-Government pada Dinas
Komunikasi dan Informatika sudah cukup baik. Menurut teori Indrajit
(2002) ada beberapa hal yang sudah cukup baik seperti Modal dan Content
Development dan Connectivity walaupun masih perlu perbaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Risnandar, hanya berfokus pada Enam
Komponen penerapan E-Government, Sedangkan dalam penelitian ini akan
dilakukan evaluasi E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran untuk
mengetahui sebab-sebab pelaksanaan E-PPI Dtidak efektif dan dampak
kebijakan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran.
Kebijakan E-PPID KPU dilaksanakan sebagai sarana pelayanan dan
penyediaan informasi publik secara online dalam rangka menuju
kepemerintahan digital (E-Government) dalam pelaksanaannya di beberapa
daerah ternyata kurang efektif. Layanan E-PPID yang diharapkan dapat
mempercepat pelayanan informasi pemilu kepada masyarakat dan stakeholder
agar lebih terbuka dan cepat diperoleh dalam pelaksanaan nya belum bisa
dimaksimalkan.
12
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah disampaikan diatas, untuk itu rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dampak evaluasi kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten
Pesawaran;
2. Mengapa implementasi E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran tidak
efektif.
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan dan menganalisis dampak evaluasi kebijakan E-PPID di KPU
Kabupaten Pesawaran.
2. Mendiskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan dan faktor-faktor
yang menyebabkan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran tidak efektif.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis dan Teoritis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan
kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan
Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan khususnya Konsentrasi Tata
Kelola Pemilu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung, secara teoritis penelitian ini menjadi alternatif referensi bagi
peneliti yang tertarik pada kajian tentang Keterbukaan Informasi Publik
melalui layanan E-PPID di KPU Provinsi Lampung khususnya di KPU
Kabupaten Pesawaran.
13
2. Manfaat Regulatif dan Implementatif
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan perbaikan terhadap
regulasi tentang informasi keterbukaan publik dilingkungan KPU
Kabupaten Pesawaran dan penelitian ini diharapkan menjadi perbaikan
dalam pelaksanaan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran serta di KPU
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dalam pengelolaan keterbukaan
informasi publik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan
1. Definisi Kebijakan
Coulter dan Robbins dalam Sugiyono (2017: 1) menyatakan bahwa
“policy is a guide that establish parameters for making decisions”.
Kebijakan adalah merupakan panduan yang berupa parameter-parameter
yang dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Rue dan Byars dalam Sugiyono (2017: 1) menyatakan bahwa policy
adalah: “general guide to action that direct the attainment of objectives.
Policy does not tell organizational members exactly what to do, but they
do establish the boundaries within wich they must operate”.
Kebijaksanaan adalah merupakan panduan umum untuk bertindak dalam
rangka pencapaian tujuan. Policy tidak menunjukkan secara pasti kepada
seluruh anggota organisasi untuk bertindak, tetapi hanya memberikan
batasan (ruang lingkup) untuk bertindak.
Selanjutnya Friedrich dalam Sugiyono (2017: 2) menyatakan kebijakan
adalah keputusan yang diusulkan oleh individu, kelompok atau pemerintah
yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
15
Berdasarkan definisi diatas, kebijakan adalah pernyataan atau keputusan
individu atau kelompok yang merupakan panduan untuk bertindak dalam
rangka penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan.
2. Definisi Kebijakan Publik
Chief J. O. Udoji, seorang pakar dari Nigeria dalam Wahab (2016: 15)
kebijakan publik di definisikan sebagai “an sanctioned course af action
addressed to a particular problem or group of related problem that affect
society at large”. Suatu tindakan yang bersanksi yang mengarah pada
suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi sebagian
besar warga masyarakat.
Pakar Prancis, Lemieux dalam Wahab (2016: 15) merumuskan kebijakan
publik sebagai “The product of activities aimed at the resolution of public
problems in the environment by political actors whose relationship are
structured. The entire process evolves over time”. Produk aktivitas-
aktivitas yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah publik
yang terjadi di lingkungan tertentu yang dilakukan oleh actor-aktor politik
yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu
berlangsung sepanjang waktu.
Selanjutnya dalam kebijakan pemerintah, George C Edward III dalam
Sugiyono (2017:2) memberikan definisi kebijakan negara adalah “Policy
is government say and do, or do not do. It is the goals or purpose of
government program”. Kebijaksanaan adalah apa yang dinyatakan atau
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Kebijaksanaan negara itu
berupa sasaran atau tujuan dari program-program yang diusulkan
16
pemerintah. Pembuatatan kebijakan publik (public policymaking) itu selalu
melibatkan pemerintah, dengan cara tertentu.
3. Ciri-Ciri Kebijakan Publik
Menurut Wahab (2016: 20) konsep kebijakan publik memuat ciri-ciri:
a. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang disengaja dilakukan
dan mengarah pada tujuan tertentu, daripada sekedar sebagai bentuk
prilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak (at random), asal-
asalan, dan serba kebetulan;
b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling
berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh pejabat-pejabat pemerintah, dan bukan keputusan-keputusan yang
berdiri sendiri;
c. Kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemerintah dalam
bidang-bidang tertentu;
d. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif.
Dalam bentuknya yang positif, kebijakan publik mungkin akan
mencakup beberapa bentuk tindakan pemerintah yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi penyelesaian atas masalah tertentu. Sementara
dalam bentuk yang negatif, ia kemungkinan meliputi keputusan-
keputusan pejabat-pejabat pemerintah untuk tidak bertindak, atau tidak
melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah dimana campur
tangan pemerintah itu sebenarnya justru amat diperlukan.
17
4. Evaluasi Kebijakan
a. Evaluasi
Evaluasi kebijakan secara sederhana menurut William Dunn dalam
Agustino (2006:178), berkenaan dengan produksi informasi mengenai
nilai-nilai atau manfaat-manfaat kebijakan hasil kebijakan. Ketika ia
bernilai bermanfaat bagi penilaian atas penyelesaian masalah, maka
hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran bagi
evaluator, secara khusus, dan pengguna lainnya secara umum. Hal ini
dikatakan bermanfaat apabila fungsi evaluasi kebijakan memang
terpenuhi dengan baik. Salah satu fungsi evaluasi kebijakan adalah
harus memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja
kebijakan.
b. Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi menurut Finsterbusch dan Motz dalam Wibawa
(1994:74-75) yaitu:
a) Single program after only, merupakan jenis evaluasi yang
melakukan pengukuran kondisi atau penilaian terhadap program
setelah meneliti setiap variabel yang dijadikan kriteria program.
b) Single program before-after, merupakan penyempurnaan dari jenis
pertama yaitu adanya data tentang sasaran program pada waktu
sebelum dan setelah program berlangsung.
18
c) Comparative after only, merupakan penyempurnaan evaluasi kedua
tapi tidak untuk yang pertama dan analis hanya melihat sisi
keadaan sasaran bukan sasarannya.
d) Comparative before-after, merupakan kombinasi ketiga desain
sehingga informasi yang diperoleh adalah efek program terhadap
kelompok sasaran.
c. Dimensi Evaluasi Kebijakan
Dampak dari kebijakan mempunyai beberapa dimensi dan semuanya
harus diperhatikan dalam membicarakan evaluasi. Menurut Winarno
(2002: 171) setidaknya ada lima dimensi yang harus dibahas dalam
meperhitungkan dampak dari sebuah kebijakan. Dimensi-dimensi
tersebut meliputi:
a) Dampak kebijakan pada masalah-masalah publik dan dampak
kebijakan pada orang-orang yang terlibat
b) Kebijakan mungkin mempunyai dampak pada keadaan-keadaan
atau kelompok-kelompok diluar sasaran atau tujuan kebijakan
c) Kebijakan mungkin akan mempunyai dampak pada keadaan-
keadaan sekarang dan yang akan datang
d) Evaluasi juga menyangkut unsur yang lain yakni biaya langsung
yang dikeluarkan untuk membiayai program-program kebijakan
publik
e) Biaya-biaya tidak langsung yang ditanggung oleh masyarakat atau
beberapa anggota masyarakat akibat adanya kebijakan publik.
19
Evaluasi kebijakan sebagai aktivitas fungsional, sama tuanya dengan
kebijakan itu sendiri. Pada dasarnya ketika seseorang hendak
melakukan evaluasi dampak kebijakan, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a) Evaluasi kebijakan berusaha untuk memberikan informasi yang
valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi dalam hal ini berfungsi
untuk menilai aspek instrumen (cara pelaksanaan) kebijakan dan
menilai hasil dari penggunaan instrumen tersebut;
b) Evaluasi kebijakan berusaha untuk menilai kepastian tujuan atau
target dengan masalah dihadapi. Pada fungsi ini evaluasi kebijakan
memfokuskan diri pada substansi dari kebijakan publik yang ada.
Dasar asumsi yang digunakan adalah bahwa kebijakan publik dibuat
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Hal yang
seringkali terjadi adalah tujuan tercapai tapi masalah tidak
terselesaikan;
c) Evaluasi kebijakan berusaha untuk memberi sumbangan pada
evaluasi kebijakan lain terutama dari segi metodologi. Artinya,
evaluasi kebijakan diupayakan untuk menghasilkan rekomendasi
dari penilaian-penilaian yang dilakukan atas kebijakan yang di
evaluasi.
d. Evaluasi Dampak dan Hasil
Dampak kebijakan dalam hal ini melingkupi komponen sebagai berikut:
a) Kesesuaian antara kebijakan dengan kebutuhan masyarakat, untuk
mengukur seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan
20
telah dapat dicapai melalui tindakan kebijakan/program. Dalam
hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh
tujuan-tujuan tertentu telah dicapai.
b) Pelaksanaan kebijakan, yaitu untuk mengetahui apakah
tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah
benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil. Dalam
bagian ini evaluasi kebijakan juga harus memperhatikan
persoalan-persoalan hak azasi manusia ketika kebijakan itu
dilaksanakan. Hal ini diperlukan oleh para evaluator kebijakan
karena jangan sampai tujuan dan sasaran dalam kebijakan
publik terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikan banyak
melanggar hak asasi warga. Selain itu untuk mengetahu
bagaimana dampak kebijakan itu sendiri. Dalam bagian ini,
evaluator kebijakan harus dapat memberdayakan output dan
outcome yang dihasilkan dalam suatu implementasi kebijakan.
c) Evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada
aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi
perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.
5. Fungsi-Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik
Menurut Samudra dan kawan-kawan dalam Nugroho (2003:186-187),
evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu:
a) Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan
program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola
hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari
21
evaluasi ini evaluator dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan
aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan program;
b) Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainya
sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan;
c) Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar
sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada
kebocoran atau penyimpangan;
d) Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat social ekonomi
dari kebijakan tersebut.
Menurut Soeprapto (2000: 60): “Isu yang kritis dalam evaluasi dampak
kebijakan adalah apakah suatu program telah telah menghasilkan efek yang
lebih atau tidak yang terjadi secara alami meskipun tanpa intervensi atau
dibandingkan dengan interfensi alternatif. Tujuan pokok penilaian dampak
adalah untuk menafsirkan efek-efek yang menguntungkan atau hasil yang
menguntungkan dari suatu intervensi”. Rossi dan Freeman (dalam William
Dunn, 2000: 36): Mendefinisikan penilaian atas dampak adalah untuk
memperkirakan apakah intrvensi menghasilkan efek yang diharapkan atau
tidak. Perkiraan seperti ini tidak menghasilkan jawaban yang pasti tapi
hanya beberapa jawaban yang mungkin masuk akal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa
evaluasi sistematis kebijakan adalah aktivitas untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti apakah kebijakan yang dijalankan mencapai tujuan se
22
bagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, berapa biaya yang
dikeluarkan serta keuntungan apa yang didapat, siapa yang menerima
keuntungan dari program kebijakan yang telah dijalankan oleh organisasi.
6. Kriteria Evaluasi Dampak Kebijakan
Mengevaluasi dampak suatu program atau kebijakan publik diperlukan
adanya suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program atau kebijakan
publik tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam menghasilkan informasi
terdapat kriteria evaluasi dampak kebijakan publik yaitu sebagai berikut:
a) Efektivitas
Menurut Winarno (2002: 184): Efektivitas berasal dari kata efektif yang
mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga hasil guna. Efektivitas
selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan
hasil yang sesungguhnya dicapai.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa apabila pencapaian tujuan-tujuan
daripada organisasi semakin besar, maka semakin besar pula
efektivitasnya. Pengertian tersebut dapat disimpulkan adanya
pencapaian tujuan yang besar daripada organisasi, maka makin besar
pula hasil yang akan dicapai dari tujuan-tujuan tersebut. Apabila setelah
pelaksanaan kegiatan kebijakan publik ternyata dampaknya tidak
mampu memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat,
maka dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan kebijakan tersebut telah
gagal, tetapi adakalanya suatu kebijakan publik hasilnya tidak langsung
efektif dalam jangka pendek, akan tetapi setelah melalui proses tertentu.
23
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin
besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka
semakin efektif organisasi, program atau kegiatan”. Ditinjau dari segi
pengertian efektivitas usaha tersebut, maka dapat diartikan bahwa
efektivitas adalah sejauhmana dapat mencapai tujuan pada waktu yang
tepat dalam pelaksanaan tugas pokok, kualitas produk yang dihasilkan
dan perkembangan. Efektivitas merupakan daya pesan untuk
mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk
mempengaruhi.
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran
efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai
sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan pada
tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-
fungsinya secara optimal.
b) Efisiensi
Menurut Winarno (2002: 185): Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan
jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas
tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi,
adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir
umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan
melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang
mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien.
24
Apabila sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kebijakan public ternyata
sangat sederhana sedangkan biaya yang dikeluarkan melalui proses
kebijakan terlampau besar dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Ini
berarti kegiatan kebijakan telah melakukan pemborosan dan tidak layak
untuk dilaksanakan.
c) Kecukupan
Menurut Winarno (2002: 186): Kecukupan dalam kebijakan publik
dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan mencukupi
dalam berbagai hal. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa
jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kecukupan masih
berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi
seberapa jauh alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau
kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
Berbagai masalah tersebut merupakan suatu masalah yang terjadi dari
suatu kebijakan sehingga dapat disimpulkan masalah tersebut termasuk
pada salah satu tipe masalah tersebut. Hal ini berarti bahwa sebelum
suatu produk kebijakan disahkan dan dilaksanakan harus ada analisis
kesesuaian metode yang akan dilaksanakan dengan sasaran yang akan
dicapai, apakah caranya sudah benar atau menyalahi aturan atau teknis
pelaksanaannya yang benar.
25
d) Perataan
Menurut Winarno (2002: 187): Perataan dalam kebijakan publik dapat
dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh
sasaran kebijakan publik. Kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan
dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat
dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang
akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu
mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-manfaat
merata.
e) Responsivitas
Menurut Winarno (2002: 189): Responsivitas dalam kebijakan publik
dapat diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas. Yang berarti
tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan suatu kebijakan.
Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui
tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih
dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika kebijakan akan
dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan
sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk dukungan/berupa penolakan.
26
Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat
memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efisiensi, kecukupan,
kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari
kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya kebijakan. Oleh
karena itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan, preferensi,
dan nilai dari kelompok tertentu terhadap kriteria efektivitas, efisiensi,
kecukupan, dan kesamaan.
f) Ketepatan
Menurut Winarno (2002: 184): Ketepatan merujuk pada nilai atau harga
dari tujuan program dan pada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-
tujuan tersebut. Kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah
alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari
alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan
yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas
substantif, karena kriteria ini menyangkut substansi tujuan bukan cara
atau instrumen untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan evaluasi dampak
kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penilaian
terhadap pelaksanaan kebijakan e-PPID yang telah diberlakukan oleh KPU
Kabupaten Pesawaran, dengan cara mengevaluasi aspek-aspek dampak
kebijakan yang meliputi efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,
responsivitas dan ketepatan pelaksanaan kebijakan tersebut ditinjau dari
aspek masyarakat dan stakeholder lain sebagai sasaran kebijakan tersebut.
27
B. E-Government
1. Definisi e–Government
Istilah E-Government berasal dari bahasa inggris yang merupakan
penyingkatan dari electronic government atau pemerintah elektronik. Ada
beberapa definisi mengenai E-Government, dalam Indrajit (2006: 6) yaitu:
Menurut World Bank Group definisi E-Government adalah:
“E-Governmentrefers to the use by government agencies of information,technologies (such as wide area networks, internet,and mobile computing)that have the ability to transform relations with citizens, business, andother arms of government.”(E-Government merupakan penggunaan teknologi informasi olehpemerintah seperti wide area networks, internet, dan computer mobileyang mempunyai kemampuan mentransformasikan hubungan denganrakyat, kelompok bisnis, aparatur pemerintah).
United Nation Development Programme (UNDP) mendefinisikan E-
Government:
“E-Governmentis the application of Information and CommunicationTechnology (ICT) by government agencies.”(E-Government merupakan aplikasi teknologi informasi dan komunikasioleh pemerintah).
Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank),
mendefinisikan E-Government sebagai Penggunaan ICT untuk
mempromosikan pemerintahan yang lebih efisien dan penekanan biaya
yang efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta memberikan
akses informasi terhadap masyarakat umum, dan membuat pemerintahan
lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.
Di Indonesia pengertian E-Government adalah penyelenggaraan
pemerintahan yang mampu mendorong dan memfasilitasi hubungan yang
saling mendukung, selaras dan adil antara masyarakat, dunia usaha dan
28
pemerintah, dengan memanfaatkan teknologi informasi, telekomunikasi
dan web/internet (MENKOMINFO).
Menurut Heeks dalam Achmad Djunaedi (2002), E-Government diartikan
sebagai pemanfaatan ICT untuk mendukung pemerintahan yang baik
(good governance). Lebih lanjut dijelaskan bahwa E-Government
mencakup:
1) e-Administration. Untuk memperbaiki proses pemerintahan dengan
menghemat biaya, dengan mengelola kinerja, dengan membangun
koneksi strategis dalam pemerintah sendiri, dan dengan menciptakan
pemberdayaan.
2) e-Citizen & e-Services. Menghubungkan warga masyarakat dengan
pemerintah dengan cara berbicara dengan dengan warga dan
mendukung akuntabilitas, dengan mendengarkan masyarakat dan
mendukung demokrasi, dan dengan meningkatkan layanan publik.
3) e-Society. Membangun interaksi di luar pemerintah dengan bekerja
secara lebih baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangkan
masyarakat, dengan membangun kerjasama dengen pemerintah, dan
dengan membangun masyarakat madani.
Menurut Richardus Eko Indrajit (2005:18) paling tidak ada 6 (enam)
komponen penting harus diperhatikan dalam penerapan E-Government,
yaitu:
29
1) Content Development Menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat
lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa pemrograman,
spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain
sebagainya;
2) Competency Building Menyangkut pengadaan SDM, pelatihan dan
pengembangan kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber
daya manusia di berbagai lini pemerintahan;
3) Connectivity Menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan
teknologi informasi di lokasi dimana E-Government diterapkan;
4) Cyber Laws adalah pengelolaan ruang server atau ruang pengumpulan
informasi;
5) Citizen Interfaces Bentuk dari kerja sama yang nyata antara
Pemerintah dan Masyarakat. Dimana terdapat berbagai Multi Access
Channel sehingga masyarakat dapat melihat secara langsung
kegiatan–kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah;
6) Capital bahwa penerapan E-Government menyangkut pola
permodalan proyek E-Government yang dilakukan terutama berkaitan
dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan seperti untuk keperluan
pemeliharaan dan perkembangan, disini tim harus memikirkan jenis-
jenis model pendapatan (revenue model) yang mungkin untuk
diterapkan dipemerintahan.
2. Manfaat E-Government (Indrajit, 2006:8)
1) Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-
nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal
30
kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan
bernegara;
2) Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate
Governance;
3) Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk
keperluan aktivitas sehari-hari;
4) Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-
sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan; dan
5) Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara
cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi
sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; serta
6) Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik
secara merata dan demokratis.
Dengan kata lain, negara-negara maju memandang bahwa implementasi
Government yang tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas
kehidupan masyarakat di suatu negara secara khusus, dan masyarakat
dunia secara umum.
3. Konsep E-Government
Secara umum terdapat 4 (empat) konsep interaksi antar pelaku dalam E-
Government (Indrajit, 2006: 27), yaitu:
31
a. G to C (Government to Citizens),
Government dengan Citizen yaitu suatu hubungan antara pemerintah
dengan rakyat sehingga adanya akses informasi yang dapat
dimanfaatkan/diperoleh masyarakat untuk kepentingannya. Contoh
aplikasi jenis ini : masyarakat bisa mengakses data/informasi dari BPS,
masyarakat dapat mendaftar ke PTN melalui internet, masyarakat dapat
mengetahui pengumuman hasil ujian melalui SMS dari ponsel masing-
masing, dan lain-lain.
b. G to G (Government to Governments)
Menghubungkan antara pemerintah dengan pemerintah. Yang dimaksud
pemerintah dengan pemerintah adalah antara Pemerintah pusat dalam
suatu negara dengan Pemerintah daerah.Contoh: Pelaporan, komunikasi
antara pemerintah pusat di Jakarta dengan pemerintah daerah di
Surabaya menggunakan fasilitas on-line (internet).
c. G to B (Government to Business)
Government to business yaitu relasi antara pemerintah dengan pelaku
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Terdiri dari transaksi-
transaksi elektronik dimana pemerintah menyediakan berbagai
informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi
dengan pemerintah. Contoh relasi jenis ini adalah pebisnis dapat
mengakses informasi, prosedur perizinan dari regulasi yang ditetapkan
pemerintah. Dengan kemudahan prosedur maka akan banyak investor
yang menginvestasikan modalnya di Indonesia.
32
d. G to E (Government to Employees)
Hubungan antara pemerintah dengan pegawai baik pegawai negeri
maupun sebagai karyawan/pekerja pemerintah. Bertujuan untuk
meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau
karyawan pemerintahan. Contoh :Sistem pengembangan karir pegawai
pemerintah, untuk meyakinkan adanya perbaikan kualitas SDM,
penunjang proses mutasi, rotasi serta promosi seluruh karyawan
pemerintahan.
Keempat konsep interaksi E-Government memiliki tujuan masing-masing.
Namun, secara umum tujuan dari keempatnya sama yaitu untuk
menyediakan akses informasi, dan pelayanan secara efisien pada pihak
lain baik antar pemerintah daerah, dengan masyarakat, dengan karyawan
pemerintah daerah maupun dengan pelaku bisnis.
4. Jenis-Jenis Pelayanan Pada E-Government
Dalam implementasinya, dapat dilihat sedemikan beragam tipe pelayanan
yang ditawarkan oleh pemerintah kepada masyarakatnya melalui E-
Government. Salah satu cara mengkategorikan jenis-jenis pelayanan
tersebut adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama:
1. Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi
sebuah aplikasi E-Governmentyang ingin dibangun dan diterapkan;
2. Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
besarnya manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya.
33
Berdasarkan dua aspek di atas, maka jenis-jenis proyek E-Government
dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu: Publish, Interact, dan
Transact, yaitu:
a) Publish
Jenis ini merupakan implementasi E-Government yang termudah
karena selain proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya
tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam.
Di dalam kelas Publish ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi satu
arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan
informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas
diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
melalui internet. Biasanya kanal akses yang dipergunakan adalah
komputer atau handphone melalui medium internet, dimana alat-alat
tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs (website)
departemen atau divisi terkait dimana kemudian user dapat melakukan
browsing (melalui link yang ada) terhadap data atau informasi yang
dibutuhkan. Contoh aplikasi E-Government di dalam kelas ini adalah
sebagai berikut:
1) Masyarakat dapat melihat dan mendownload berbagai produk
undang-undang maupun peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh
lembaga-lembaga legislatif (DPR), eksekutif (Presiden dan
Kabinet), maupun yudikatif (Mahkamah Agung);
34
2) Para pengusaha dapat mengetahui syarat-syarat mendirikan sebuah
perusahaan terbatas seperti yang diatur dalam undang-undang dan
bagaimana prosedur pendirian harus dilaksanakan;
3) Peneliti dapat mengakses berbagai data statistik hasil pengkajian
berbagai lembaga pemerintahan untuk dipergunakan sebagai data
sekunder;
4) Ibu-ibu dapat memperoleh informasi mengenai cara hidup sehat dari
situs Departemen Kesehatan;
5) Pelajar sekolah menengah dapat mengetahui berbagai program studi
yang ditawarkan oleh perguruan tinggi negeri dan akademi milik
pemerintah beserta persyaratannya;
6) Rakyat secara online dan real-time dapat mengetahui hasil
sementara pemilihan umum melalui situs yang dimiliki KPU
(Komisi Pemilihan Umum).
b) Interact
Berbeda dengan kelas Publish yang sifatnya pasif, pada kelas Interact
telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka
yang berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan.
Yang pertama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan
fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi
secara spesifik (pada kelas Publish, user hanya dapat mengikuti link
saja). Yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana
masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang
berkepentingan, baik secara langsung (seperti chatting, tele-
35
conference, web-TV, dan lain sebagainya) maupun tidak langsung
(melalui email, frequent ask questions, newsletter, mailing list, dan
lain sebagainya). Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:
1) Pasien dapat berkomunikasi gratis dengan dokter melalui keluhan
penyakit yang dideritanya melalui web-TV (konsep tele-medicine);
2) Departemen-departemen di pemerintahan dapat melakukan
wawancara melalui chatting atau email dalam proses perekrutan
calon-calon pegawai negeri baru;
3) Rakyat dapat berdiskusi secara langsung dengan wakil-wakilnya di
DPR atau MPR melalui email atau mailing list tertentu;
4) Perusahaan-perusahaan swasta dapat melakukan tanya jawab
mengenai persyaratan tender untuk berbagai proyek yang
direncanakan oleh pemerintah;
5) Dosen perguruan tinggi dapat menanyakan dan mencari informasi
spesifik mengenai beasiswa melanjutkan studi di luar negeri yang
dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
c) Transact
Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas
Interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan
perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis,
masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit
dibandingkan dengan dua kelas lainnya karena harus adanya sistem
keamanan yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara
36
aman dan hak-hak privacy berbagai pihak yang bertransaksi
terlindungi dengan baik. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:
1) Masyarakat dapat mengurus permohonan memperoleh KTP baru
atau memperpanjangnya melalui internet;
2) Para wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak individu atau
perusahaan secara online melalui internet;
3) Melalui aplikasi e-Procurement, rangkaian proses tender proyek-
proyek pemerintah dapat dilakukan secara online melalui internet;
4) Para praktisi bisnis dapat membeli sejumlah hasil riset yang relevan
dengan kebutuhannya yang ditawarkan dan dijual oleh Badan Pusat
Statistik melalui internet (download);
5. Konsep Transformasi E-Government
Setidak-tidaknya secara evolusi ada empat tahapan di dalam proses
transformasi sehubungan dengan jenis aplikasi E-Government yang
dipergunakan, yaitu:
a) Bagaimana E-Government dapat merubah prinsip “Service to Citizens”
menjadi “Service by Citizens”. Jika pada awal evolusi E-Government,
pemerintah memanfaatkan teknologi informasi untuk memperbaiki
kinerja dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, maka pada akhir
transformasi diharapkan masyarakat melalui sistem E-Government.
yang ada dapat melayani dirinya sendiri (madani); pada kerangka ini
fungsi pemerintah berubah dari pengatur menjadi fasilitator. Hal ini
dimungkinkan karena adanya beberapa aplikasi yang dapat
37
menggantikan fungsi manusia atau hal-hal yang memerlukan sumber
daya fisik menjadi fungsi digital.
b) Mencoba untuk mengubah fenomena “Citizens in Line” menjadi
“Citizens on Line”, dalam arti kata bagaimana jika dahulu masyarakat
harus mengantri dan menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan
maka setelah E-Government diimplementasikan yang bersangkutan
tidak harus menunggu lama dan membayar mahal untuk mendapatkan
pelayanan karena semuanya dapat dilakukan secara on-line melalui
internet (dunia maya).
c) Mencoba untuk mengatasi permasalahan “Digital Divide”
(kesenjangan digital) dan menjamin terciptakanya sebuah “Digital
Democracy” (demokrasi digital). Seperti halnya di dunia nyata dimana
terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi antara si kaya dan si miskin,
maka di dalam dunia teknologi informasi dikenal pula fenomena
kesenjangan digital, dimana terjadi jurang yang besar antara sedikit
dari mereka yang faham dan fasih menggunakan teknologi informasi
(dan memiliki akses yang mudah terhadapnya), dengan mereka yang
sama sekali tidak mampu dan tidak dapat menggunakan teknologi
terkait. Keadaan ini tidak hanya akan berpengaruh terhadap efektivitas
penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan kinerja
pemerintah dan kualitas kehidupan masyarakat, namun lebih jauh
dapat menyebabkan terhambatnya dan tertinggalnya negara yang
bersangkutan dari kemajuan negara-negara lain yang tidak memiliki
kesenjangan digital. Dalam demokrasi digital diharapkan terjadi
38
sebuah lingkungan “dari, oleh, dan untuk” masyarakat yang
berinteraksi secara digital, dalam arti kata terdapat pemerataan di
dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi. Tujuan
akhir dari konsep E-Governmentini adalah agar tercipta sebuah sistem
informasi digital yang dapat menunjang terciptanya demokratisasi
dalam kehidupan bernegara (yang di era moderen merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi oleh pemerintahan setiap negara).
d) Dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah
dengan menggantikan proses-proses yang “Paper-Based” (manual,
berbasis dokumen/ kertas) dengan mengimplementasikan secara utuh
konsep “Government Online”. Yang dimaksud dengan proses manual
di sini tidak hanya terbatas pada seluruh aktivitas yang masih
menggunakan dokumen atau kertas semata, namun seluruh proses-
proses konvensional yang masih menggunakan sumber daya fisik
untuk menyelesaikannya, sementara negara lain telah memanfaatkan
teknologi informasi untuk menggantikannya. Inti dari transformasi ini
adalah tidak semata untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pemerintahan, namun lebih jauh lagi juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan bernegara. Dengan tersedianya
hubungan online 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, maka pemerintah
secara tidak langsung telah membuka diri sebagai mitra kerja dari
siapa saja yang membutuhkannya, dari berbagai lapisan masyarakat
tanpa kecuali.
39
e) Mencoba untuk menggunakan “Digital Knowledge” sebagai pengganti
dari “Physical Knowledge” yang selama ini dipergunakan sebagai
sumber daya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Yang dimaksud dengan digital knowledge di sini
adalah bagaimana hasil pengolahan data dan informasi yang mengalir
di dalam infrastruktur E-Government dapat dimanfaatkan dan
dijadikan sumber pengetahuan berharga bagi siapa saja yang
membutuhkan. Mengapa digital knowledge di sini dikatakan lebih baik
dari physical knowledge adalah karena proses penciptaan dan
penyebaran pengetahuan secara digital jauh lebih mudah dan murah
dibandingkan dengan proses penyebaran pengetahuan secara
konvensional yang membutuhkan banyak sekali fasilitas dan aset fisik.
Dengan adanya aplikasi semacam mailing list, homepage, newgroups,
dan lain sebagainya, pengetahuan berharga dari seseorang atau
lembaga secara instan dan murah dapat disebarkan dan dinikmati oleh
siapa saja yang membutuhkannya melalui dunia maya. Harapannya
adalah bahwa kualitas pengetahuan masyarakat akan berkembang
secara cepat dan signifikan melalui pemanfaatan sistem dan teknologi
informasi yang ada.
C. Teknologi Informasi (IT)
1. Definisi IT
Menurut John Ward dan Joe Peppard (2002), information teknologi (IT)
khususnya mengacu pada teknologi, yang pada dasarnya terdiri atas
hardware, software, dan jaringan-jaringan telekomunikasi. Hardware
40
mencakup seluruh physical equipment atau kebutuhan fisik (misalnya
mouse, keyboard, CPU, dan sebagainya), sedangkan software mencakup
program computer, prosedur-prosedur, instruksi-instruksi, maupun aturan-
aturan. Di negara Erpa dan Inggris (European Union), IT biasa disebut
dengan istilah information and communication technology (ICT).
2. Tata Kelola IT (IT Governance)
Tata kelola adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan
institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan
suatu organisasi. Tata kelola organisasi juga mencakup hubungan antara
para stakeholder yang terlibat serta btujuan pengelolaan organisasi. Pihak-
pihak utama dalam tata kelola organisasi adalah stakeholder, manajemen
dan regulator.
IT Governance atau tata kelola IT adalah proses tata kelola untuk
pengambilan keputusan-keputusan dengan memastikan adanya alokasi
penggunaan IT dalam strategi-strategi organisasi yang bersangkutan. Tata
kelola IT merefleksikan adanya penerapan prinsip-prinsip organisasi
dengan fokus pada kegiatan manajemen dan penggunaan IT untuk
pencapaian organisasi (Weill dan Ross, 2004).
Tujuan utama tata kelola IT adalah untuk menyelaraskan setiap proses-
proses bisnis organisasi dengan teknologi informasi yang ada saat ini,
maksudnya adalah dengan adanya struktur dan proses yang diperlukan
dalam investasi teknologi informasi, pihak manajemen dapat memastikan
teknologi informasi yang diterapkan sesuai dengan strategi bisnis yang
41
ada. Selain itu tata kelola IT memiliki tujuan lainnya, seperti
menyelaraskan strategi IT dengan strategi bisnis organisasi serta realisasi
dari keuntungan-keuntungan yang telah dijanjikan dari penerapan IT,
memaksimalkan pemanfaatan IT guna mengoptimalkan keuntungan dari
penerapan IT, mengukur kinerja yang dihasilkan oleh teknologi informasi
terhadap proses bisnis dan tujuan organisasi secara keseluruhan,
memanajemen resiko-resiko yang terkait teknologi informasi secara tepat,
dan bertujuan agar investasi pada teknologi informasi dapat
dipertanggungjawabkan dan memberikan hasil sesuai yang diharapkan
(Yulhendri dan Surendro, 2008).
D. Kerangka Pikir
Kebijakan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran dilaksanakan pada bulan april
tahun 2016 dengan mengaktifkan halaman website yang berisi informasi
tentang kepemiluan. Pada pelaksanaan nya, kebijakan E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran menemui beberapa kendala dan masalah sehingga
dirasa tidak efektif.
Penelitian ini akan menjelaskan dan menganalisis pelaksanaan E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran melalui observasi dan mengkaji dokumentasi,
mengeksplorasi dan menjelaskan faktor-faktor kebijakan E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran tidak efektif menggunakan teori enam komponen
penerapan E-Goverment menurut Indrajit (2005:18) yaitu: Content
Development, Competency Building, Connectivity, Cyber Laws, Citizen
Interfaces dan Capital, serta menjelaskan dan menganalisis dampak kebijakan
42
E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran menggunakan kriteria evaluasi dampak
kebijakan menurut Winanrno (2002:184-189) yaitu: efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan.
E. Gambar 2 : Bagan Kerangka Pikir
Bagan Kerangka Pikir
Faktor-Faktor yangMempengaruhi E-PPID tidakEfektif menggunakan teoriKomponen penerapan e-Government (Indrajit):
1. Content Development2. Competency Building3. Connectivity4. Cyber Laws5. Citizen Interfaces6. Capital
Evaluasi DampakKebijakan e-PPID
Kriteria EvaluasiDampak Kebijakan
(Winarno):
1. Efektivitas2. Efisiensi3. Kecukupan4. Perataan5. Responsivitas6. Ketepatan
PERBAIKAN KUALITAS e-PPIDKPU KABUPATEN
PESAWARAN
e-PPID KPUKABUPATENPESAWARAN
TIDAK EFEKTIF
KEBIJAKANe-PPID DI
KPUKABUPATENPESAWARAN
III. METODE PENELITIAN
A. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode eksploratif dan diungkapkan
secara kualitatif. Arikunto (2006:7) menjelaskan penelitian eksploratif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang
sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Metode
penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk memetakan
suatu objek secara relatif mendalam atau dengan kata lain penelitian
eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari sebab atau hal-hal
yang mempengaruhi terjadinya sesuatu dan dipakai manakala kita belum
mengetahui secara persis dan spesifik mengenai objek penelitian.
Secara rinci penelitian eksplorasi bertujuan (Masyhuri dan Zainudin,
2008:51) :
1. Untuk menyusun atau memformulasikan suatu masalah secara lebih tepat
2. Menentukan alternatif tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengembangkan hipotesis
4. Menentukan variabel-variabel riset dan pengujian lebih lanjut
5. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai suatu masalah
6. Menentukan prioritas masalah untuk kelanjutan riset.
44
B. Penelitian Kualitatif
Strauss dan Corbin menyatakan “qualitative research we mean any kind of
research that produces findings not arrived at by means of statistical
procedures or other means of quantification. It can refer to research abaout
persons lives, stories, behavior, but also abaout organitational functioning,
social movements, or interactional relationship”. (Penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang menghasilkan temuan tidak berasal dari prosedur
statistik atau cara kualifikasi lain. Penelitian ini bisa merujuk penelitian
tentang kehidupan orang, cerita, perilaku, tetapi juga tentang fungsi
organisasi, gerakan sosial atau hubungan internasional) (1990: 17).
Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2012:4) metode kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut
mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik (utuh).
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2012:4)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
manusia.
Menurut Marshall dan Rossman (1990:22) “Qualitative research usually
begins with observations in the real world that rise such questions as (1) Why
don’t the everyday experiences I am hearing about fit with extant theory? (2)
Why haven’t policy and practice led to the predicted results? (3) How do the
45
existing theories, models, and concepts apply to this new and different
population setting?” (penelitian kualitatif dimulai dengan pengamatan di
dunia nyata dan biasanya mengangkat pertanyaan seperti (1) Mengapa
pengalaman pribadi saya tidak sesuai dengan teori yang ada? (2) Mengapa
kebijakan dan rencana praktik tidak sesuai dengan hasil yang diprediksi? (3)
Bagaimana teori, model, konsep yang ada bisa diaplikasikan pada populasi
yang berbeda?)
Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam penelitian ini digunakan metodelogi
penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dalam mengevaluasi
implementasi kebijakan E-PPID di KPU kabupaten Pesawaran. Alasan
menggunakan metode penelitian eksplorasi dengan pendekatan kualitatif
adalah untuk memberikan gambaran secara jelas tentang fenomena E-PPID di
KPU Kabupaten Pesawaran, kemudian mencari sebab-sebab tidak efektifnya
implementasi kebijakan E-PPID di KPU Pesawaran dan hal-hal apa saja yang
mempengaruhi pelaksanaannya.
Dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi kebijakan E-PPID di KPU kabupaten
Pesawaran. Dalam arti ingin memecahkan permasalahan penelitian dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada
saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Penelitian ini juga melihat
secara mendalam bagaimana realitas implementasi implementasi kebijakan E-
PPID di KPU kabupaten Pesawaran.
46
C. Fokus Penelitian
Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong,
tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya masalah
(Moleong, 2012: 92). Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif
menetapkan fokus. Spradley (Sugiyono: 208) menyatakan bahwa “A focused
refer to a single cultural domain or a few related domains” maksudnya
adalah bahwa, fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus
dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan
diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Dalam penelitian ini fokus penelitian di batasi terhadap objek penelitian yang
di jadikan definisi operasional yaitu dengan dua fokus pembahasan evaluasi
dampak kebijakan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran menggunakan teori
kriteria evaluasi dampak kebijakan (Winarno, 2002:184-189) dan mencari
sebab-sebab mengapa E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran tidak efektif
dengan teori komponen penerapan E-Government (Indrajit, 2005:18), yaitu:
1. Analisis dampak evaluasi kebijakan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran
berdasarkan teori kriteria evaluasi dampak kebijakan, yaitu:
a. Efektifitas
Tabel 1. Daftar Indikator Efektifitas
Definisi Indikator Pengukuran
1) Pemahamanprogram
a. SDM tahu danmampu melaksanakantugas
b. Pelaksanaankebijakan sesuai
Menggunakan (+)dan (-)(+): menunjukkankesimpulan baik,indikator sudah
47
aturan terpenuhi(-): menunjukkankesimpulan kurangatau beberapaindikator tidakterpenuhi.
2) Tepat Sasaran a. Masyarakat danpemangkukepentinganmemperolehinformasi pemilu
b. Masyarakat lebihaktif mencariinformasi
3) Tepat Waktu a. Informasi diterimadengan cepat olehpengguna
b. Informasi selaluterbarukan
4) TercapainyaTujuan
a. Penggunamemperolehinformasi secaraonline
b. Aset fisik tidak lagidigunakan
5) Perubahan Nyata Pemahaman yang merataoleh pengguna danmasyarakat dalammemperoleh informasi
Sumber: Winarno 2002 hlm 184
b. Efisien
Tabel 2. Daftar Indikator Efisien
Definisi Indikator Pengukuran
1. Akses PelayananMudah
a. Informasi bisadiperoleh setiap saat
b. Pemohon informasitidak perlu datang keKPU
Menggunakan (+)dan (-)(+): menunjukkankesimpulan baik,indikator sudahterpenuhi(-): menunjukkankesimpulan kurangatau beberapaindikator tidakterpenuhi.
2. Kejelasan Biaya a. KPU menyediakaninformasi yangmudah diperolehsecara online tanpabiaya
b. Informasi diperolehsendiri oleh penggunatanpa biaya
3. Waktu PelayananSingkat
a. Informasi diaksesdengan cepat olehpengguna secaraonline
c. Mudah memperolehinformasi pemilu dari
48
internet (tidakberbelit-belit)
Sumber: Winarno 2002 hlm 185
c. Kecukupan
Tabel 3. Daftar Indikator Kecukupan
Definisi Indikator Pengukuran
1. Metode Regulasi yangdigunakan
Kesesuaian antararegulasi dan sasaranpelaksanaan E-PPID
2. Sasaran Pelaksanaan E-PPID
Sumber: Winarno 2002 hlm 186
d. Perataan
Tabel 4. Daftar Indikator Perataan
Definisi Indikator Pengukuran
Kesamaan (equity) 1. Rasional Legal2. Rasional Sosial
Distribusi yangsama Kebijakan E-PPID baik secaralegal maupun sosial
Sumber: Winarno 2002 hlm 187
e. Responsivitas
Tabel 5. Daftar Indikator Responsivitas
Definisi Indikator Pengukuran
Responsivitas darisuatu aktivitas regulasi
1. Kepuasan KebutuhanMasyarakat
2. Prefensi Masyarakat3. Nilai Kelompok
Masyarakat
Tanggapanmasyarakat terhadappelaksanaan E-PPID
Sumber: Winarno 2002 hlm 189
f. Ketepatan
Tabel 6. Daftar Indikator Ketepatan
Definisi Indikator PengukuranTercapainya nilai dariprogram/regulasi
1. Adanya penyampaiantujuan regulasi;
2. Adanya rekomendasiterhadap regulasi
Alternatif danrekomendasiregulasi E-PPID
Sumber: Winarno 2002 hlm 184
49
2. Kebijakan E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran dianalisis berdasarkan
enam komponen pelaksanaan e-Government:
Tabel 7. Daftar Komponen Pelaksanaan E-Goverment
komponen Indikator Pengukuran
Content Development
c. Keadaan perangkatlunak
d. Pemilihan standarteknis
e. Penggunaan bahasapemrograman
Menggunakan (+) dan(-)(+): menunjukkankesimpulan baik,indikator sudahterpenuhi(-): menunjukkankesimpulan kurangatau beberapaindikator tidakterpenuhi.
Competency Building c. Pengadaan SDMd. Pengembangan
kompentensi SDM
Connectivitya. Tersedianya alat alat
komunikasib. Ketersediaan
Komputer
Cyber Lawsc. Tersedia ruang serverd. Kelengkapan sarana
informasi
Citizen Interfaces
a. Tersedia Kolomopini masyarakat
b. Terdapat videokegiatan dan linkacces
Capitalpendanaan yang cukupuntuk pemeliharaan danpengembangan
Sumber: Indrajit 2005 hlm 18
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah bertempat di Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Pesawaran, sebagai salah satu kabupaten yang berkewajiban
mengaktifkan laman E-PPID sebagai sarana informasi publik untuk
mendapatkan informasi kepemiluan.
50
E. Informan
Menurut Kanto dan Bungin (2003: 53), penelitian kualitatif tidak bermaksud
menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan
yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih fokus kepada representasi
terhadap fenomena sosial. Dalam prosedur sampling yang terpenting adalah
bagaimana peneliti menemukan informan kunci (key informan) atau situasi
sosial tertentu yang sarat dengan informasi yang relevan dengan penelitian.
Informan dalam penelitian kualitatif ditentukan secara sengaja (purposive
sampling) Teknik ini dipilih karena informan yang diambil memiliki
karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini, telah dilakukan wawancara
kepada 10 orang informan yang terkait dengan kebijakan E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran.
Tabel 8. Daftar Informan
Sumber: Sampling Penelitian
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit. perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data,
NO NAMA LEMBAGA INFORMAN
1. Partai Politik 1 Orang Perwakilan Partai Politik2. Masyarakat 1 Orang Mahasiswa3. Komisi Pemilihan Umum 1. 1 Orang Pejabat PPID KPU RI
2. 1 Orang Pejabat PPID KPU Kabupaten Pesawaran1 Orang Admin E-PPID KPU RI1 Orang Admin E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran
4 Komisi Informasi Publik (KIP)3. 1 Orang Anggota KIP Provinsi Lampung5. Pengawas Pemilu 1 Orang Bawaslu Kabupaten Pesawaran6 Perguruan Tinggi 1 Orang Pakar IT7 Media Massa 1 Orang Jurnalis
51
dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2012:
168). Alasan mengapa peneliti adalah instrument penelitian, bahwa segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan,
itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Dalam
keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan
hanya peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya yang dapat mencapainya.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key
instrument”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian
kualitatif .
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitan, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Macam-
macam teknik pengumpulan data:
1. Observasi (Pengamatan)
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan Guba dan
Lincoln (Moleong, 2012 : 174) yaitu:
Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan pengalaman secara langsung.
Bukankah pengalaman adalah guru terbaik atau setelah melihat baru
52
percaya? Pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk
mengetes suatu kebenaran.
Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya.
Ketiga, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi-situasi yang rumit. Pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh
untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.
Keempat, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya
tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap pelaksananaan
E-PPID oleh pelaksana (PPID) dan penggunaan E-PPID oleh pengguna
dan pemohon informasi di Web KPU kabupaten Pesawaran.
2. Wawancara Mendalam (Deep Interview)
Menurut Marshall (1990: 82) “Typically, qualitative in-depth interviewers
are much more like conversations than formal, structured interviews. The
researcher eksplores a few general topics to help uncover the
participant’s frames and structures the responses (Tipikal wawancara
kualitatif mendalam lebih seperti percakapan daripada formal, wawancara
terstruktur. Peneliti mengeksplorasi sedikit topik yang umum untuk
membantu mengungkap persfektif informan).
53
Esterbergh (Sugiyono: 231) mendefinisikan interview sebagai “a meeting
of two persons to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and joint construction of meaning
about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara mendalam telah dilakukan kepada 10 orang informan yang
dapat ditemui, wawancara yang dilakukan yaitu tanya jawab mengenai
deskripsi penerapan E-PPID KPU kabupaten Pesawaran, juga
menganalisis E-PPID terhadap pengguna/users (partai politik, masyarakat
dan penyelenggara pemilu).
3. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bogdan dalam Sugiyono
(2014: 240) “In most traditional of qualitative research, the phrase
personal document is used broadly to refer to any first person narrative
produced by an individual wich describrs his or her own actions,
experience and belief”.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia
dalam catatan dokumen. Sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data
primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Telah
54
dilakukan dokumentasi terhadap Undang-Undang KIP No. 14 Tahun
2008, PKPU, SK-SK dan dokumen lain yang terkait dengan E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran.
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik,
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber
berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama (Sugiyono: 241).
Dalam triangulasi, Susan Stainback (Sugiyono: 241) menyatakan bahwa
“the aim is not to determine the truth about some social phenomenon,
rather the purpose of triangulation is to increase one”s understanding of
what ever is being investigated. Tujuan dari triangulasi bukan untuk
mencari kebenaran tentang fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Dengan teknik
triangulasi dapat diketahui data yang masih sangat luas akan lebih
konsisten, tuntas dan pasti.
Setelah dilakukan penelitian, penelitian ini digunakan teknik triangulasi
karena ditemukan ada data yang masih sangat luas, dan kurang konsisten
dari beberapa sumber seperti informan dan dokumen-dokumen agar tuntas
dan pasti.
55
H. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono: 238) menyatakan
bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and
arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you
accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to
present what you have discovered the others”. Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahanlain, sehingga dapat mudah
difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisi
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,
selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya
dapat disimpulkan apakah hipotesis it bisa diterima atau ditolak berdasarkan
data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka
hipotesis tersebut berkembang menjadi teori (Sugiyono: 239).
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisa sebelum peneliti memasuki
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau
data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun demikian fokus penelitian masih bersifat sementara, dan akan
56
berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan (Sugiyono:
240).
2. Analisis Selama di Lapangan Model Miles and Huberman
Miles dan Huberman (Moleong : 288) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi
data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilah, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, yang baru dicari makna,
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Dengan mereduksi data akan menghasilkan fokus
penelitian (Sugiyono: 242).
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
57
dilakukan dalam bentuk: narasi, uraian singkat, bahgan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman
(Sugiyono: 245) menyatakan “the most frequent from of displsy data
for qualitative research data in the past has been narrative text”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan
dalam melakukan display data selain dengan teks naratif, juga dapat
berupa grafik, matrik, network dan chart (Sugiyono: 245).
c. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman (1986) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti turun ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel dan terverifikasi.
58
3. Analisis Setelah di Lapangan
Data yang dianalisis dalam kegiatan ini adalah seluruh data yang telah
dianalisis, telah diuji keabsahan datanya dan telah menjadi kesimpulan
akhir selama di lapangan. Dengan demikian analisis setelah di lapangan
adalah suatu proses mereduksi seluruh data yang telah diperoleh dari
sumber, berbagai teknik pengumpulan data, mengkategorisasikan data,
membandingkan antar kategori dan mengkonstruksikan hubungan antar
kategori baik dalam bentuk hubungan asosiatif maupun hubungan
struktural (Sugiyono : 246).
I. Uji Keabsahan Data
Sebelum hasil penelitian dipaparkan dan disimpulkan dalam laporan
penelitian, maka data hasil penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya
(Moleong: 324). Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi:
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
meningkatkan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check.
2. Pengujian Transferability (Keteralihan Data)
Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti
dalam membuat laporannya harus memberikan uraian rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi
59
jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain
(standar transferabilitas).
3. Pengujian Dependability (Ketergantungan Data)
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya
dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk
mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat
ditunjukkan oleh peneliti.
4. Pengujian Konfirmability (Kepastian Data)
Uji konfirmability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mempresentasikan hassil penelitian berkali-kali ke orang atau kelompok
lain. Pada awalnya orang atau kelompok tersebut ragu-ragu, tetapi setelah
dijelaskan (dikonfirmasikan) lebih dalam oleh peneliti, menyetujui data
dan hasil penelitian tersebut.
60
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Komisi Pemilihan Umum
1) Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga yang bersifat nasional ditandai
dengan adanya jaringan sampai ke setiap Kabupaten/Kota, yang diberi nama
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
pemilihan umum, KPU adalah sebagai badan yang bersifat nasional, tetap,
dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa wilayah kerja dan
tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara pemilihan umum mencakup
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap
menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan tugas secara
berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat
mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan dan melaksanakan
pemilihan umum bebas dari pengaruh pihak manapun.
2) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pesawaran
Seketariat KPU dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan
Umum Nomor : 76/SK/KPU/Tahun 2008 Tanggal 5 Maret 2008 Tentang
61
Pembentukan 25 (Dua Puluh Lima) Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota (Pemekaran).
Alamat Kantor : Jl. Dipowiryan Kecamatan Kecamatan Gedong
Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Telepon / Fax. (0721) 95022
Mulai Menempati Kantor 1 September 2017
Dengan susunan anggota KPU Kabupaten Pesawaran periode 2014 – 2019
sebagai berikut:
1 Ketua : AMIN UDIN, S.H.I., M.Pd.I
2 Anggota : YATIN PUTRO SUGINO, S.E.
3 Anggota : AAN SAPUTRA, S.Th.I.
4 Anggota : EDI SUTANTO, S.P
5 Anggota : LINAWATI, M.Pd.I
Dengan Pejabat Struktural yang terdiri dari:
1 Sekretaris : DARIYO, S.I.P
2 Kasubbag Program dan Data : PUTRI RAMADANTI, S.E
3 Kasubbag Teknis dan Hubmas : RINI YULIA FITRI, S.IP, M.A
4 Kasubbag Umum : MERY SEPNAWATY, S.E, M.I.P
5 Kasubbag Hukum : SOFIANI, S.H, M.H
3) Visi, Misi dan Tujuan KPU Kabupaten Pesawaran
a. Visi KPU Kabupaten Pesawaran
“Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara
Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional,
62
mandiri,transaparan, dan akuntabel demi teciptanya demokrasi Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.
b. Misi KPU Kabupaten Pesawaran
1) Membangun lembaga penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam
menyelenggarakan Pemilihan Umum;
2) Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara
langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, Adil, akuntabel edukatif dan
Beradab;
3) Meningkatkan Kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang
bersih, efisien dan efektif;
4) Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara
adil, dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara
konsiten sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku;
5) Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif
dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat
Indonesia demokratis.
63
4) Susunan Organisasi Sekretariat KPU Kabupaten Pesawaran
Menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum:
1. Sekretariat KPU Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Sekretaris KPU
Kabupaten/Kota;
2. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris KPU Kabupaten/Kota
bertanggungjawab kepada KPU Kabupaten/Kota.
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota mempunyai tugas :
1. Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu;
2. Memberikan dukungan teknis administratif;
3. Membantu pelaksanaan tugas KPU Kabupaten/Kota dalam
menyelenggarakan pemilu;
4. Membantu pendistribusian perlengkapan penyelenggaraan Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
serta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;
5. Membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU
Kabupaten/Kota;
6. Memfasilitasi penyelesaian masalah dan sengketa Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;
7. Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan
pertanggungjawaban KPU Kabupaten/Kota; dan
8. Membantu pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
64
Dalam melaksanakan tugas Sekretariat KPU Kabupaten/Kota
menyelenggarakan fungsi:
1. Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu di
Kabupaten/Kota;
2. Memberikan pelayanan teknis pelaksanaan Pemilu di Kabupaten/Kota;
3. Memberikan pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, anggaran, dan perlengkapan Pemilu di Kabupaten/Kota;
4. Membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU
Kabupaten/Kota;
5. Membantu perumusan, penyusunan dan memberikan bantuan hukum
serta memfasilitasi penyelesaian sengketa Pemilu di Kabupaten/Kota;
6. Membantu pelayanan pemberian informasi Pemilu, partisipasi dan
hubungan masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu di
Kabupaten/Kota;
7. Membantu pengelolaan data dan informasi Pemilu di Kabupaten/Kota;
8. Membantu pengelolaan logistik dan distribusi barang/jasa keperluan
Pemilu di Kabupaten/ Kota;
9. Membantu penyusunan kerjasama antar lembaga di Kabupaten/Kota;
10. Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan Pemilu dan
pertanggungjawaban KPU Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan tugas Sekretariat KPU Kabupaten/Kota berwenang:
1. Mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan penyelenggaraan Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kebutuhan yang ditetapkan oleh KPU;
65
2. Mengadakan perlengkapan penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
dimaksud pada huruf a sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3. Mengangkat pejabat fungsional dan tenaga profesional berdasarkan
kebutuhan atas persetujuan KPU Kabupaten/Kota; dan
4. Memberikan layanan administrasi, ketatausahaan, dan kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat KPU
Kabupaten/Kota berkewajiban :
1. Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan;
2. Memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan
3. Mengelola barang inventaris KPU Kabupaten/Kota.
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota bertanggungjawab dalam hal administrasi
keuangan serta pengadaan barang dan jasa berdasarkan peraturan perundang -
undangan.
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota terdiri atas:
1. Subbagian Program dan Data,
2. Subbagian Hukum,
3. Subbagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partispasi Masyarakat
4. Subbagian Keuangan, Umum, dan Logistik
Subbagian Program dan Data, mempunyai tugas mengumpulkan dan
mengolah bahan rencana, program, anggaran pembiayaan kegiatan tahapan
Pemilu;
66
Subbagian Hukum,mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi, pengkajian,
dan penyelesaian sengketa hukum, penyuluhan peraturan yang berkaitan
dengan Pemilu, dan penyiapan verifikasi faktual peserta Pemilu, serta
administrasi keuangan , dan dana kampanye;
Subbagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partispasi Masyarakat; mempunyai
tugas mengumpulkan dan mengolah bahan teknis penyelenggaraan Pemilu
dan proses administrasi dan verifikasi penggantian antar waktu anggota
DPRD Kabupaten/Kota, pengisian anggota DPRD Kabupaten/Kota pasca
Pemilu, penetapan daerah pemilihan dan pencalonan, dan penetapan;
Subbagian Keuangan, Umum, dan Logistik mempunyai tugas mengumpulkan
dan mengolah bahan pelaksanaan anggaran, perbendaharaan, verifikasi, dan
pembukuan pelaksanaan anggaran, pelaksanaan urusan rumah tangga,
perlengkapan, keamanan dalam, tata usaha, pengadaan logistik Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, distribusi logistik Pemilu anggota DPR,
DPD, dan DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah, kepegawaian, serta dokumentasi.
B. Elektronik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (E-PPID)
1) Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam implementasi kebijakan Elektronik
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (E-PPID) sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik;
67
b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik;
c. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Komisi
Pemilihan Umum;
d. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 87/Kpts/KPU/Tahun 2015
tentang Struktur Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di
Lingkungan Komisi Pemilihan Umum.
e. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 88/Kpts/KPU/Tahun 2015
tentang Standar Operasional Prosedur Pengelolaan dan Pelayanan
Informasi Publik di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum;
f. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 169/2015 tentang Informasi
yang Dikecualikan di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum;
g. Surat Ketua Komisi Pemilihan Umum Nomor 113/KPU/2016 tanggal 1
Maret 2016 perihal Tindak Lanjut Pengelolaan dan Pelayanan Informasi
Publik;
h. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pesawaran Nomor:
15/Kpts/SesKab/964916/Tahun 2016 tentang Penetapan Personalia
Pengelola Layanan Informasi dan Dokumnetasi pada Pusat Informasi dan
Pendidikan Pemilih serta Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pesawaran Tahun
2018.
68
2) Tujuan Kebijakan
Berdasarkan peraturan yang telah disebutkan diatas, tujuan dari kebijakan
Elektronik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (E-PPID) adalah
sebagai berikut:
a. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan
kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan
keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;
b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik;
c. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan
publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;
d. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan,
efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup
orang banyak;
f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan/atau
g. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan
Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
3) Sasaran Manfaat Kebijakan
Sasaran manfaat dari kebijakan ini adalah masyarakat secara umum baik
sebagai perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau badan publik
yang berperan sebagai pengguna informasi publik.
69
Pengguna informasi publik adalah orang yang menggunakan informasi publik
yang diperoleh dari Badan Publik yaitu lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri.
4) Isi Kebijakan
Dalam kebijakan ini diatur bagaimana masyarakat sebagai pengguna
informasi publik memperoleh informasi dari badan publik denga inti
kebijakan sebagai berikut:
a. Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi
ketahanan nasional;
b. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan
keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara
demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik;
c. Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik
lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.
70
C. Pelaksanaan Kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran
1. PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang selanjutnya disingkat
PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab dibidang penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan/atau layanan informasi di KPU, KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota tercantum pada BAB I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (9) PKPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Komisi
Pemilihan Umum. Struktur PPID terdiri dari (Pasal 26):
1) Pembina PPID;
2) Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi;
3) Atasan PPID;
4) PPID;
5) Tim penghubung penyedia Informasi dan dokumentasi;
6) Desk pelayanan informasi dan dokumentasi.
Pada pelaksanaannya, struktur yang sangat berkaitan dan berhubungan
dengan stakeholder dan masyarakat pemohon Informasi adalah PPID, tim
penghubung penyedia Informasi dan dokumentasi dan desk pelayanan
informasi dan dokumentasi, yang memiliki Tugas dan Fungsi PPID terdapat
pada Pasal 29 ayat (1) yaitu:
1) Merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan Informasi
Publik dilingkungan Sekretariat Jendral KPU Provinsi/KIP Aceh, dan
Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota;
71
2) Menghimpun informasi publik dari seluruh unit kerja di lingkungan
Sekretariat Jenderal KPU, Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh, dan
Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota;
3) Mendata dan menyimpan informasi publik yang diperoleh dari lingkungan
Sekretariat Jenderal KPU, Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh, dan
Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota;
4) Menyeleksi dan menguji informasi Publik yang termasuk dalam kategori
Informasi yang dikecualikan;
5) Menyelesaikan sengketa pelayanan Informasi bersama biro hukum/bagian
hukum/sub bagian hukum;
6) Melakukan Pengujian Konsekuensi dengan melibatkan pimpinan masing-
masing unit.
Tugas dan wewenang Tim penghubung layanan Informasi dan Dokumentasi
pada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan Sekretaris KPU/KIP
Kabupaten/Kota terdapat pada pasal 29 ayat (2), yaitu:
1) Melaksanakan kegiatan pelayanan informasi kepada publik;
2) Mengumpulkan, mengelola data, dan ikut serta membangun sistem
Informasi yang dikuasai masing-masing biro/bagian/sub bagian;
3) Mengkoordinasikan penyelesaian sengketa hukum yang berkenaan dengan
masalah Informasi Publik pada masing-masing tingkatan.
4) Desk pelayanan Informasi dan dokumentasi bertugas memberikan
pelayanan teknis serta berkoordinasi dan meminta bantuan tim
penghubung layanan Informasi dan dokumentasi pada KPU, KPU
72
Provinsi/KIP Aceh, dan Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota (pasal 29
ayat 3).
2. Elektronik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (E-PPID)
Untuk melaksanakan fungsi pelayanan informasi publik yang baik dan
efisien, pengelolaan data kepemiluan memegang peran yang sangat penting.
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut di atas, KPU telah membentuk PPID
(Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang telah berjalan sejak
tahun 2015.
PPID memegang peranan yang sangat penting dalam proses tahapan pemilu.
Penyediaan data kepemiluan yang lengkap menjadi syarat mutlak bagi KPU
Kabupaten Pesawaran dalam rangka menjadikan KPU Kabupaten
Pesawaran sebagai sumber data kepemiluan terpercaya.
E-PPID Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pesawaran adalah layanan
informasi publik KPU Kabupaten Pesawaran berbasis online. Halaman
website E-PPID merupakan sarana pelayanan online bagi publik untuk
memperoleh informasi terkait tentang informasi tentang pemilu yang
bersumber dari KPU Kabupaten Pesawaran. Tata cara dan prosedur yang
ditempuh dalam mendapatkan informasi tersebut dengan mekanisme
mengajukan permohonan informasi, mengajukan keberatan dan mengetahui
status permohon informasi melalui halaman website E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran.
Sebelum E-PPID diaktifkan KPU Kabupaten Pesawaran telah membentuk
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (Pejabat PPID) pada bulan
73
Februari dengan Nomor SK Ketua KPU Kabupaten Pesawaran Nomor:
15/Kpts/SesKab/964916/Tahun 2016. Layanan E-PPID ini disediakan dalam
rangka memudahkan pemohon informasi publik agar tidak perlu datang
langsung ke Kantor KPU Kabupaten Pesawaran, cukup menggunakan
saluran internet, informasi yang dibutuhkan dapat diunduh langsung di
halaman E-PPID Kabupaten Pesawaran.
Daftar Gambar 3 : Struktur E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran.
Sumber: KPU Kabupaten Pesawaran
3. E-PPID Sebagai Sarana Keterbukaan Informasi Publik
Seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Publik (UU KIP) Nomor 14 Tahun 2008, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
telah menerapkan paradigma informasi publik yaitu bahwa seluruh
informasi publik adalah terbuka untuk diakses masyarakat kecuali yang
dikecualikan/rahasia dengan pengecualian yang terbatas sehingga prinsip
74
dasar keterbukaan informasi publik adalah “Semua informasi yang dikuasai
oleh badan publik bersifat terbuka selain yang dikecualikan.
Dalam PKPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan
Informasi Publik di lingkungan KPU diatur tentang penerapan model
penyampaian informasi melalui E-PPID dengan menyediakan Informasi
Publik yang telah dikuasai dan didokumentasikan. Informasi publik yang
telah dikuasai dan didokumentasikan dikategorikan menjadi informasi
sebagai berikut:
A. Informasi yang Diumumkan Secara Berkala
Informasi yang diumumkan secara berkala oleh KPU Kabupaten
Pesawaran paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dan paling singkat
6 (enam) bulan sekali. Informasi yang diumumkan secara berkala yang
telah disampaikan dalam E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran meliputi:
a. Profil KPU Kabupaten Pesawaran dan Sekretariat KPU Kabupaten
Pesawaran, terdiri atas:
1) Informasi tentang kedudukan atau domisili beserta alamat
lengkap, ruang lingkup kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan
fungsi KPU Kabupaten Pesawaran dan Sekretariat KPU
Kabupaten Pesawaran;
2) Struktur organisasi, gambaran umum KPU Kabupaten Pesawaran,
serta profil singkat pejabat struktural yang meliputi nama, nomor
telepon, alamat unit/satuan kerja, latar belakang pendidikan, dan
penghargaan yang pernah diterima;
75
b. Ringkasan Informasi tentang program dan/atau kegiatan yang sedang
dijalankan dalam lingkup KPU Kabupaten Pesawaran, yang terdiri
atas:
1) Nama program dan kegiatan;
2) Penanggungjawab, pelaksana program dan kegiatan, serta nomor
telepon dan/atau alamat yang bisa dihubungi;
3) Target dan/atau capaian program dan kegiatan;
4) Jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;
5) Anggaran program dan kegiatan yang meliputi Daftar Isian
Penggunaan Anggaran (DIPA), Rincian DIPA, Rencana Kerja
dan Anggaran KPU Kabupaten Pesawaran, rencana kerja
anggaran, proposal, dan dokumen pendukung anggaran lainnya;
6) Agenda penting terkait pelaksanaan tugas KPU Kabupaten
Pesawaran;
7) Informasi khusus lainnya yang berkaitan langsung dengan hak-
hak masyarakat; dan
8) Informasi tentang penerimaan calon pegawai dan/atau pejabat di
KPU Kabupaten Pesawaran dan Sekretariat KPU Kabupaten
Pesawaran.
c. Ringkasan Informasi tentang program dan/atau kegiatan yang sedang
dijalankan dalam lingkup KPU Kabupaten Pesawaran, yang terdiri
atas:
76
1. Ringkasan Informasi tentang kinerja dalam lingkup KPU
Kabupaten Pesawaran berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Penetapan Kinerja (TAPKIN);
2. Ringkasan laporan keuangan yang sudah diaudit yang terdiri
atas:
1) Rencana dan laporan realisasi anggaran;
2) Neraca;
3) Laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku; dan
4) Daftar aset dan investasi;
3. Ringkasan laporan akses Informasi Publik yang terdiri atas:
1) Jumlah permohonan Informasi yang diterima;
2) Waktu yang diperlukan dalam memenuhi setiap
permohonan Informasi Publik;
3) Jumlah permohonan Informasi Publik yang dikabulkan, baik
sebagian atau seluruhnya dan permohonan yang ditolak; dan
4) Alasan penolakan permohonan Informasi Publik.
4. Informasi tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang
mengikat dan/atau berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh
KPU Kabupaten Pesawaran terdiri atas:
1) Daftar rancangan dan tahap pembentukkan peraturan,
keputusan, dan/atau kebijakan yang sedang dalam proses
pembuatan;
77
2) Daftar peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang telah
disahkan atau ditetapkan.
5. Standar operasional prosedur tentang pelayanan Informasi di
lingkungan KPU Kabupaten Pesawaran; dan
6. Informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Informasi yang Diumumkan Secara Serta Merta
Informasi yang diumumkan secara serta merta yang telah disampaikan
dalam E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran meliputi:
1. KPU Kabupaten Pesawaran telah mengumumkan Informasi Publik
secara serta merta pada fitur E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran
dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat oleh
masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami;
2. KPU Kabupaten Pesawaran telah mengumumkan secara serta merta
Informasi Publik yang telah dikuasai dan didokumentasikan pada
laman E-PPID yang meliputi:
a. Peraturan dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Pesawaran pada
tahapan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Pesawaran tahun 2015;
b. Keputusan yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Pesawaran
pada tahapan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Pesawaran tahun 2015;
78
c. Pengumuman Informasi Publik yang telah dikuasai dan
didokumentasikan dilaksanakan oleh PPID oleh KPU Kabupaten
Pesawaran setelah mendapat persetujuan atasan PPID pada laman
E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran.
3. Informasi yang diumumkan setiap saat yang telah disampaikan
dalam E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran meliputi:
a. KPU Kabupaten Pesawaran telah menyediakan Informasi Publik
yang telah dikuasai dan didokumentasikan pada laman E-PPID
KPU Kabupaten Pesawaran yang meliputi Daftar Informasi
Publik yang memuat;
1) Nomor;2) Ringkasan isi Informasi;3) Pejabat E-PPID KPU Kabupaten Pesawaran;4) Penanggung jawab pembuatan atau penerbitan Informasi;5) Waktu dan tempat pembuatan Informasi;6) Bentuk Informasi yang tersedia;
b. Informasi tentang peraturan KPU Kabupaten Pesawaran yang
terdiri dari keputusan KPU Kabupaten Pesawaran;
c. Informasi tentang organisasi, administrasi, kepegawaian, dan
keuangan di KPU Kabupaten Pesawaran, yang meliputi:
1) Pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personil, dankeuangan;
2) Profil lengkap pimpinan dan pegawai yang meliputi nama,sejarah karir atau posisi, sejarah pendidikan, penghargaan dansanksi berat yang pernah diterima pada KPU KabupatenPesawaran;
3) Anggaran KPU Kabupaten Pesawaran secara umum maupunanggaran secara khusus unit pelaksana teknis serta laporankeuangan pada KPU Kabupaten Pesawaran;
4) Surat perjanjian hibah daerah Pemilihan Bupati dan WakilBupati tahun 2015;
79
5) Rencana strategis, rencana proyek, dan rencana kerja KPUKabupaten Pesawaran;
d. Informasi yang dikecualikan pada laman E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran terdapat kategori informasi yang
dikecualikan meliputi:
1. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada
Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses
penegakan hukum, meliputi Informasi yang dapat:
1) Menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatutindak pidana yang berkaitan dengan penyelenggaraanPemilu di kabupaten Pesawaran;
2) Mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi,dan/atau korban yang mengetahui adanya tindak pidanayang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu.
2. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada
Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi,
meliputi:
1) Riwayat dan kondisi anggota keluarga;
2) Riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatanfisik, dan psikis seseorang;
3) Kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bankseseorang;
4) Hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas,intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang;dan/atau
5) Catatan yang menyangkut pribadi seseorang yangberkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dansatuan pendidikan nonformal.
3. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada
pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia jabatan;
80
4.Memorandum atau surat-surat antar KPU atau intra-KPU yang
menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi
Informasi atau pengadilan; dan/atau
5. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-
Undang.
Selain terdapat informasi yang dikecualikan, E-PPID KPU Kabupaten
Pesawaran memiliki informasi yang tidak termasuk dalam kategori
Informasi yang dikecualikan, meliputi:
a. Putusan badan peradilan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
Pemilu;
b. Peraturan, keputusan, surat edaran, atau bentuk kebijakan lain, baik
yang tidak berlaku mengikat maupun mengikat ke dalam atau ke luar
serta pertimbangan lembaga penegak hukum;
c. Surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan terhadap tindak
pidana yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu;
d. Informasi publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat
berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa
dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat diakses oleh pengguna
lnformasi publik.
81
Informasi publik yang dapat mengungkap rahasia pribadi tidak termasuk
Informasi yang dikecualikan apabila:
a. Pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis;
dan/atau;
b. Pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan-jabatan
publik.
Pembukaan Informasi yang dikecualikan dilakukan dengan cara
mengajukan permintaan izin kepada Presiden.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran tidak mengubah cara
masyarakat untuk memperoleh informasi tentang kepemiluan melalui E-
PPID KPU Kabupaten Pesawaran.
2. Faktor-faktor Kebijakan E-PPID di KPU Kabupaten Pesawaran tidak
efektif disebabkan oleh:
a. Perangkat lunak dikendalikan oleh KPU RI
b. Sumber Daya Manusia yang tidak tetap
c. Masih minim perangkat komputer dan perangkat komunikasi
d. Pengamanan terhadap server belum kuat
e. Belum ada sarana untuk memberikan kritik dan masukan dalam
aplikasi
f. Minimnya pendanaan
123
B. Saran
Adapun saran hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Content (isi) dari website dan halaman E-PPID KPU Kabupaten
Pesawaran perlu di ditambah agar informasi yang diterima oleh
masyarakat lebih interaktif dan masyarakat dapat memberikan masukan
dan kritik terhadap informasi yang di berikan;
2. Diperlukan tata kelola IT (IT Goverment) dalam pengelolaan E-PPID KPU
Kabupaten Pesawaran;
3. Sebagai wujud pelayanan prima, istilah “Pejabat” dalam nama Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sebaiknya diubah menjadi
Pengelola Layanan Informasi dan Dokumentasi (PLID) yang layanan
digitalnya bisa menjadi E-PLID, agar masyarakat tidak merasa takut dalam
meminta pelayanan informasi publik;
4. Perlu adanya layanan aplikasi online yang bersifat terpadu dan terintegrasi
di KPU khususnya pada KPU Kabupaten Pesawaran.
5. Perlu dikaji kembali apakah masih diperlukan laman E-PPID di Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota karena dirasa tidak efektif pada
pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agustino, L. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. AIPI. Bandung. 272 hlm.
Edi, Sutrisno. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Kencana.
125 hlm.
Djunaedi, Achmad. 2002. “Beberapa Pemikiran Penerapan E-Government dalam
Pemerintahan Daerah Di Indonesia”.
Dwijowijoto, Ryant Nugroho. 2003. “Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi
dan Evaluasi”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Dwiyanto, Agus, dkk. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Indiahono, D. 2009. Kebijakan. Publik. Berbasis Dynamic Policy Analysis. GavaMedia. Yogyakarta. 254 hlm.
Indrajit, Richardus, Eko. 2005. e-Government In Action. Yogyakarta: Andi Offset.
Indrajit, Richardus Eko. 2006. Elektronik Government. Konsep Pelayanan PublikBerbasis Internet dan Teknologi Informasi. Aptikom. Yogyakarta. 93 hlm.
Marshall, Rosmann. 1990. Designing Qualitative Research. New Delhi. Sage
Publication. 171 hlm.
Masyhuri. Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian. Pendekatan Praktis danAplikatif. Aditama. Malang. 238 hlm.
Moleong. Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosda. Bandung. 410hlm.
Purwanto, E.A. Sulistyastuti. 2015. Implementasi Kebijakan Publik: Konsep danAplikasinya di Indonesia. Gava Media. Yogyakarta. 194 hlm.
Saragih, A. 2013. Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia, Norma danImplementasi.Komisi Informasi Pusat. Jakarta. 40 hlm.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kebijakan. Pendekatan Kuantutatif,Kualitatif, Kombinasi, R dan D dan Penelitian Evaluasi. Alfabeta.Bandung. 576 hlm.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif, R dan D. Alfabeta.Bandung. 332 hlm.
Suharsimi. Arikunto, 2006.”Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta”.Cet.13, hlm.139.
Supriyono, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Semarang: Universitas
Diponegoro,
Strauss, Corbin. 1990. Basic of Qualitative Research. New Delhi. Sage
Publication. 270 hlm.
Tahir, A. 2011. Kebijakan Publik dan Transparansi Pemerintahan Daerah. PTPustaka Press Jakarta. Jakarta. 216 hlm.
Utomo, T. 2000. Pengantar Kebijakan Publik. STIA LAN Bandung. Bandung. 60hlm.
Wahab, S.A. 2016. Analisis Kebijakan. Dari Formulasi ke Penyususnan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. 259 hlm.
Ward, J., dan Peppard, J. 2002. Strategic Planning for Information Systems. GreatBritain. John Wiley & Sons Ltd. 640 hlm.
Weill, P., dan Ross, J. W. 2004. IT Governance, How Top Performers Manage ITDecision Rights for Superior Results. Boston. Harvard Business SchoolPress. 269 hlm.
Wibawa, S. dkk. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. 128 hlm.
Wahab, S.A. 1997. Evaluasi Kebijakan Publik. IKIP Malang. Malang. 79 hlm.
Yulhendri dan Surendro, K. 2008. Pengembangan Tata Kelola TI untukPengelolaan Sistem Informasi Terintregasidi Perguruan Tinggi melaluipenentuan Kebijakan, Aturan, Pedoman, dan Prosedur. ITB. Bandung. 85hlm.
Jurnal :
Agustin, L.D., dan Holil, N.A. Jurnal Teknik POMITS. Vol. 1. No. 1. Tata KelolaInfrastuktur TI dan Non TI pada Kelas di Jurusan Sistem Informasi ITS.Surabaya. 2012. 6 hlm.
Habibullah, A. Jurnal Unair. Vol. 23. No. 3. Kajian Pemanfaatan danPengembangan E-Government. Surabaya. 2010. 9 hlm.
Amali, S. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Informasi Publik. Vol 20. No. 2.Kesiapan PPID Dinas Komunikasi dan Informatika dalam PelayananInformasi Publik (Kasus di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara).Manado. Desember 2016. 18 hlm.
Febrianingsih, N. Jurnal Rechtsvinding. Vol. 1. No. 1. Keterbukaan InformasiPublik dalam Pemerintahan Terbuka Menuju Tata Pemerintahan yangBaik. April 2012. Jakarta. 22 hlm
Permatasari, K.I. Jurnal Bina Praja. Vol. 7. No. 4. Implementasi Kebijakantentang Tata Kerja Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di KotaCimahi. Oktober 2015. Cimahi. 7 hlm.
Rijati, N. dkk. Prosiding SNATIF ke-1. Evaluasi Layanan Informasi PublikBerbasis Teknologi Informasi pada Situ Kopertis Wilayah VI JawaTengah. 2014. Semarang. 6 hlm.
Sari, K.D. A., dan Winarno, W.A. Jurnal Ekonomi Akutansi dan Manajemen.Vol. 11. No. 1. ISSN: 2459-9816. Implementasi E-Government SystemDalam Upaya Peningkatan Clean And Good Governancedi Indonesia.Februari 2015. Jember. 19 hlm.
Setiawan, H. dkk. Jurnal STMIK. AMIKOM Yogyakarta. ISSN: 2302-3805.Analisis Fitur dengan Metode Costumer Knowldge Management (CKM)pada Situs KPU (kpu.go.id). Februari 2016. Yogyakarta. 6 hlm.
Subakti, A. dkk. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol 15. No. 1-2. Analisis KualitasSitus Web Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumentasi (PPID)Perpustakaan Nasional Ri Menggunakan Netqual (Analyze the quality ofInformation and Documentation Management Officer (IDMO) of NationalLibrary of Indonesia website using NetQual). Pascasarjana IPB. Bogor.
Peraturan:
UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
PKPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Pelayanan Informasi Publik diKPU
PKPU Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja KomisiPemilihan Umum
Keputusan KPU Nomor 88 tentang Standar Operasional Prosedur PengelolaanPelayanan Informasi Publik di Lingkungan KPU
Keputusan KPU Nomor 156 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Format FormulirDalam Pengelolaan dan Pelayanan Informasi di Lingkungan KPU.
Internet :
www.kpu.go.id
http://ppid.kpu.go.id/
http://www.kpu.go.id/
top related