tahun : 2012 nomor : 6 tentang dan pengendalian atas...
Post on 26-Feb-2018
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON
TAHUN : 2012 NOMOR : 6
PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON
NOMOR 6 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA CILEGON,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan, pengaturan, pengawasandan pengendalian atas kegiatan penyelenggaraan bangunandi Kota Cilegon perlu diatur tentang Izin MendirikanBangunan;
b. bahwa Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Cilegontelah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, dipandangperlu disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudhuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerahtentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentangPembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok danKotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4247);
4. Undang …
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5145);
10. Peraturan …
- 3 -
10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2007 Nomor 82, Tambahan lembaran Negara republik
Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
14. Peraturan Daerah Kota Cilegon tentang Bangunan Gedung
Nomor 5 Tahun 2012 (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun
2012 Nomor 5);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA CILEGON
dan
WALIKOTA CILEGON
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZINMENDIRIKAN BANGUNAN.
BAB …
- 4 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Cilegon.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Cilegon.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya
disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Cilegon.
5. Dinas adalah Dinas yang berwenang di bidang pengendalian
bangunan gedung di Lingkungan Pemerintah Daerah.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah
(BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
7. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan
sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
8. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi
bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat
persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya.
9. Izin …
- 5 -
9. Izin Mendirikan Bangunan Gedung selanjutnya disingkat
IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi,
dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang
berlaku.
10. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya
disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian Izin Mendirikan
Bangunan yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan.
11. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut peraturan perundang-undangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat
SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas umum daerah
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
16. Surat …
- 6 -
16. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat
STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi
dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau
denda.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada
retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi daerah;
19. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Mendirikan
Bangunan dari Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah pemberian Izin Mendirikan
Bangunan dari Pemerintah Daerah, yaitu meliputi:
a. Pembangunan baru;
b. Rehabilitasi/renovasi meliputi perbaikan/perawatan,
perubahan, perluasan/pengurangan; dan
c. Pelestarian/pemugaran.
(2) Izin …
- 7 -
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakankegiatan pemerintah daerah dalam rangka pembinaanpenyelenggaraan bangunan gedung melalui pemberian izinuntuk:
a. Bangunan gedung; dan
b. Prasarana gedung.
(3) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pemberian Izin Mendirikan Bangunanuntuk bangunan milik Pemerintah, bangunan milikPemerintah Provinsi, bangunan milik PemerintahKabupaten/Kota dan bangunan fungsi keagamaan.
Pasal 4
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yangmemperoleh Izin Mendirikan Bangunan dari PemerintahDaerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagaiRetribusi Perizinan Tertentu.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
(1) Tingkat penggunaan jasa atas pemberian Izin MendirikanBangunan menggunakan indeks terintegrasi berdasarkanhasil perkalian dari indeks-indeks parameter fungsi,klasifikasi, dan waktu penggunaan bangunan sebagaitingkat intensitas penggunaan jasa dalam proses perizinandengan cakupan kegiatan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (1).
(2) Indeks-indeks parameter fungsi, klasifikasi, dan waktupenggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanDaerah ini.
BAB ...
- 8 -
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusididasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atauseluruh biaya penyelenggaraan pemberian Izin MendirikanBangunan.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian Izin MendirikanBangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputipenerbitan dokumen izin, pengecekan, pengukuran lokasi,pemetaan, pemeriksaan, pengawasan di lapangan,penegakan hukum, penatausahaan, pengawasan dilapangan dan biaya dampak negatif dari pemberian IMBtersebut.
BAB VI
STRUKTUR DAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Tarif retribusi Izin Mendirikan Bangunan meliputi hargasatuan retribusi untuk bangunan gedung dan hargasatuan retribusi untuk prasarana bangunan gedung, tabelsatuan retribusi sebagaimana tercantum dalam LampiranII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Daerah ini.
(2) Harga satuan retribusi bangunan gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dinyatakan per-satuan luas lantaibangunan bangunan gedung (meter persegi).
(3) Harga satuan retribusi prasarana bangunan gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan per-satuan volume prasarana.
Pasal 9
(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkanperkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarifretribusi, dengan menggunakan rumus sebagaimanatercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini dan contohcara penghitungan besarnya retribusi sebagaimanatercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Besarnya …
- 9 -
(2) Besarnya retribusi untuk bangunan gedung dan prasarana
bangunan gedung yang konstruksinya tidak dapat
dihitung dengan satuan, sebesar 1,75 % (satu koma tujuh
puluh lima persen) dari harga Rencana Anggaran Biaya.
(3) Besarnya retribusi untuk penggantian IMB yang hilang
ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari besarnya
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 10
(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun
sekali.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga
dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut di wilayah
daerah.
BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Saat retribusi terutang adalah saat diterbitkannya SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(4) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disetor ke Kas Umum Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan
retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB ...
- 10 -
BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 13
Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi
sekaligus dimuka.
(2) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah
atau di Dinas.
(3) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan di Dinas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka hasil
penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah
selambat-lambatnya 1 x 24 jam.
(4) Atas pembayaran retribusi, diberikan tanda bukti
pembayaran berupa SSRD.
(5) Retribusi yang terhutang harus dilunasi atau jatuh tempo
pembayarannya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari)
hari sejak diterbitkannya SKRD.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,
angsuran, dan penundaan pembayaran retribusi diatur
dengan Peraturan Walikota.
BAB XI
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Retribusi yang tidak tepat pada waktunya atau kurang
bayar ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan …
- 11 -
(2) Penagihan retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.
(3) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat
teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib
Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(5) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan
termasuk bentuk dan isi STRD serta penerbitan surat
teguran diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 16
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada
Walikota.
(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu
keputusan, permohonan pengembalian pembayaran
retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi
lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian …
- 12 -
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Walikota
memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran retribusi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian
kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB XIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi
kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tertangguh jika:
a. Diterbitkan Surat Teguran; atau
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi,
baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan
dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi
dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai
utang Retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan …
- 13 -
(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh
Wajib Retribusi
Pasal 18
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena
hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa
dapat dihapuskan.
(2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang
Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan
piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan
Peraturan Walikota.
BAB XIV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 19
(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain
untuk mengangsur.
(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa
bencana alam dan/atau musibah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara pengurangan,
keringanan dan pembebasan retribusi diatur dengan
Peraturan Walikota.
BAB …
- 14 -
BAB XV
KEBERATAN
Pasal 20
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan
kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika
Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di
luar kekuasaannya.
(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar
retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 21
(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi
keputusan atas keberatan yang diajukan dengan
menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi,
bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan
oleh Walikota.
(3) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau
menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu keputusan,
keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 22
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan
diterbitkannya SKRDLB.
BAB …
- 15 -
BAB XVI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 23
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat
diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penerima Pembayaran
Insentif dan Besaran Insentif ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
BAB XVII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 24
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti …
- 16 -
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana
di bidang retribusi daerah;
d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang retribusidaerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi daerah;
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan; dan/atau
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB …
- 17 -
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannyasehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam pidanakurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau dendasebanyak- banyaknya 3 (tiga) kali jumlah retribusiterutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanpenerimaan Negara.
BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Dengan berlakunya Peraturan daerah ini, peraturanpelaksana dari Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 10Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunantetap berlaku sepanjang tidak bertentangan denganPeraturan Daerah ini.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, retribusi yangmasih terutang berdasarkan Peraturan Daerah KotaCilegon Nomor 10 Tahun 2003 tentang Retribusi IzinMendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kota CilegonTahun 2003 Nomor 166 Seri B), sepanjang tidak diaturdalam Peraturan Daerah ini masih dapat ditagih selamajangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, PeraturanDaerah Kota Cilegon Nomor 10 Tahun 2003 tentang RetribusiIzin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kota CilegonTahun 2003 Nomor 166 Seri B), dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.
Pasal …
- 18 -
Pasal 28
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kota Cilegon.
Ditetapkan di Cilegon
pada tanggal 2 April 2012
WALIKOTA CILEGON
ttd
Tb. IMAN ARIYADI
Diundangkan di Cilegon
pada tanggal 2 April 2012
SEKRETARIS DAERAH KOTA CILEGON
ttd
ABDUL HAKIM LUBIS
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN 2012 NOMOR 6
- 19 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON
NOMOR 6 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
I. UMUM
Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perizinan yang diberikanoleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan gedung merupakansalah satu alat pengendali agar bangunan gedung sesuai denganpersyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku untukmenjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraanbangunan gedung. Untuk menyelenggarakan pemberian IMB tersebut,Pemerintah Daerah berhak melakukan pungutan retribusi kepada pemilikbangunan gedung.
Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pengaturan lebih lanjutpelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah dalam pemenuhan ketentuan pemungutanretribusi IMB dan untuk penyempurnaan Peraturan Daerah Kota CilegonNomor 10 Tahun 2003 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
Pemungutan retribusi IMB yang dilakukan oleh Pemerintah Daerahkepada pemilik bangunan gedung didasarkan pada tujuan untukmenutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian IMBmeliputi penerbitan dokumen IMB, pengawasan di lapangan, penegakanhukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian IMBtersebut.
Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatifmengenai retribusi IMB sedangkan ketentuan pelaksanaannya akandiatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota dengan tetapmempertimbangkan ketentuan dalam peraturan perundang-undanganlain yang terkait dengan pelaksanaan Peraturan Daerah ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal …
- 20 -
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
IMB yang hilang dapat diganti dengan IMB yang baru dengan
ketentuan pada saat proses penerbitan IMB, pemohon harus
melampirkan surat keterangan kehilangan dari instansi kepolisian
pada berkas permohonan IMB.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat …
- 21 -
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwaseluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapatdiserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian inibukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasamadengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam prosespemungutan Retribusi, Pemerintah Daerahdapat mengajakbekerjasama badan-badan tertentu yang karenaprofesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakansebagai tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efesien.
Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakandengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnyaretribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi danpenagihan retribusi.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Dalam hal diterbitkan Surat Teguran. kedaluwarsa penagihandihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
Huruf b
Pengakuan utang retribusi secara langsung adalah WajibRetribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyaiutang retribusi dan belum melunasinya kepada PemerintahDaerah.
Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung dapatdiketahui dari pengajuan permohonan angsuran ataupenundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh WajibRetribusi.
Pasal …
- 22 -
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan keadaan diluar kekuasaannya adalah
keadaan kahar (force majeure) yaitu keadaan yang terjadi diluar
kehendak Wajib Retribusi sehingga kewajiban retribusi tidak dapat
dipenuhi. Termasuk dalam keadaan kahar adalah peperangan,
kerusuhan, revolusi, bencana alam, pemogokan, kebakaran,
dan/atau gangguan industri lainnya.
Ayat (4)
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan”
adalah dinas/badan/lembaga yang tugas pokok dan fungsinya
melaksanakan pemungutan retribusi.
Ayat (2)
Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan alat kelengkapan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang membidangi masalah keuangan.
Ayat (3)
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal …
- 23 -
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 69
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON
Nomor : 6 Tahun 2012
Tanggal : 2 April 2012
Tentang : Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
TABEL INDEKS TERINTEGRASI
PERHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
1. INDEKS FUNGSI
NO PARAMETER INDEKS KETERANGAN
1. Hunian 0,50 Rumah tinggal tunggal, rumah deret, rumah susun, asrama, dan sejenisnya.
2. Keagamaan 0,00 Masjid termasuk mushola, gereja termasuk kapel, pura, vihara, kelenteng dan sejenisnya.
3. Usaha 3,00 Bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal,
bangunan gedung tempat penyimpanan dan sejenisnya, termasuk bangunan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM), SPBU, SPBG, SPBE dan bangunan gedung untuk penangkaran/budidaya.
4. Sosial dan
Budaya
1,00 Bangunan gedung pelayanan pendidikan pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, bangunan
gedung pelayanan umum, dan sejenisnya.
5. Ganda/Campuran Bangunan gedung yang mempunyai fungsi utama gabungan dari fungsi-fungsi hunian, keagamaan, usaha,
sosial dan budaya, antara lain bangunan gedung rumah-toko (ruko), atau bangunan gedung rumah-kantor
(rukan), atau bangunan gedung mal-apartemen-perkantoran, bangunan gedung mal-perhotelan, dan
sejenisnya.
Indeks menggunakan indeks kombinasi dari fungsi-fungsi bangunan.
2. INDEKS …
- 2 -
2. INDEKS KLASIFIKASI
NO PARAMETER BOBOT PARAMETER INDEKS KETERANGAN
1. Kompleksitas 0,25 Sederhana 0,40 Bangunan gedung dengan karakter sederhana dan memiliki kompleksitas dan
teknologi sederhana, antara lain:
Bangunan gedung yang sudah ada disain prototipnya dan/atau yang jumlah
lantainya s.d. 2 (dua) lantai dengan luas s.d. 500 m2;
Bangunan rumah tidak bertingkat, dengan luas s.d. 70 m2.
Tidak sederhana 0,70 Bangunan gedung dengan karakter sederhana dan memiliki kompleksitas dan
teknologi tidak sederhana, antara lain:
Bangunan gedung yang belum ada disain prototipnya dan/atau yang jumlah
lantainya di atas 2 (dua) lantai dengan luas di atas 500 m2;
Bangunan rumah tidak bertingkat, dengan luas di atas 70 m2.
Khusus 1,00 Bangunan gedung yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang
dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi
khusus, antara lain: gedung laboratorium, terminal udara/laut/darat, stasiun
kereta api, stadion olah raga, rumah tahanan dan lembaga pemasarakatan
(lapas), dan gudang penyimpan bahan berbahaya;
2. Permanensi …
- 3 -
NO PARAMETER BOBOT PARAMETER INDEKS KETERANGAN
2. Permanensi 0,20 Darurat 0,40 Bangunan gedung yang mempunyai umur layanan sampai dengan 5 (lima)
tahun.
Semi permanen 0,70 Bangunan gedung yang mempunyai umur layanan di atas 5 (lima) s.d.10
(sepuluh)tahun.
Permanen 1,00 Bangunan gedung yang mempunyai umur layanan di atas 20 (dua puluh)
tahun.
3. Resiko
kebakaran
0,15 Rendah 0,40 Bangunan gedung dengan disain penggunaan bahan dan komponen unsur
pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada di dalamnya
tingkat mudah terbakarnya rendah.
Sedang 0,70 Bangunan gedung dengan disain penggunaan bahan dan komponen unsur
pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada di dalamnya
tingkat mudah terbakarnya sedang.
Tinggi 1,00 Bangunan gedung dengan disain penggunaan bahan dan komponen unsur
pembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada di dalamnya
tingkat mudah terbakarnya sangat tinggi dan/atau tinggi.
4. Zonasi gempa 0,15 Zona IV/Sedang 0,50 Kota Cilegon berada dalam wilayah gempa Zona IV.
5. Lokasi …
- 4 -
NO PARAMETER BOBOT PARAMETER INDEKS KETERANGAN
5. Lokasi
(kepadatan
bangunan)
0,10 Rendah 0,40 Pada umumnya terletak pada daerah pinggiran/luar kota atau daerah yang
berfungsi sebagai resapan.
Sedang 0,70 Lokasi sedang pada umumnya terletak di daerah permukiman
Padat 1,00 Lokasi padat pada umumnya lokasi yang terletak di daerah
perdagangan/pusat kota
6. Ketinggian
bangunan
0,10 Rendah 0,40 Jumlah lantai sampai dengan 4 (empat) lantai
Sedang 0,70 Jumlah lantai 5 (lima) s/d 8 (delapan) lantai
Tinggi 1,00 Jumlah lantai lebih dari 8 (delapan) lantai
7. Kepemilikan 0,05 Yayasan 0,40
Perorangan 0,70
Badan usaha 1,00
3. WAKTU …
- 5 -
3. WAKTU PENGGUNAAN
NO PARAMETER INDEKS KETERANGAN
1. Sementara jangka pendek 0,40 Masa pemanfaatan maksimum 6 (enam) bulan seperti bangunan gedung untuk pameran
dan mock up
2. Sementara jangka
menengah
0,70 Masa pemanfaatan maksimum 3 (tiga) tahun seperti kantor dan gudang proyek
3. Permanen 1,00 Masa pemanfaatan lebih dari 3 (tiga) tahun
CATATAN : Bangunan gedung, atau bagian bangunan gedung di bawah permukaan tanah (basement), di atas/bawah permukaan air,
prasarana, dan sarana umum diberi indeks pengali tambahan 1,30.
WALIKOTA CILEGON,
ttd
Tb. IMAN ARIYADI
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON
Nomor : 6 Tahun 2012
Tanggal : 2 April 2012
Tentang : Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
TABEL HARGA SATUAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
KODE JENIS BANGUNAN SATUANHARGA
SATUAN (Rp.)KETERANGAN
1000 Bangunan Gedung m2 7.500
2200 Prasarana Bangunan Gedung
2210 KonstruksiPembatas/Penahan/Pengaman
2211 Pagar m’ 3.000
2212 Tanggul/retaining wall m’ 5.000
2213 Turap batas kavling/persil m’ 4.000
2220 Konstruksi Penanda Masuk
2221 Gapura unit 75.000 Setiap luas 2 m2
2221 Gerbang m’ 5.500
2230 Konstruksi Perkerasan
2231 Jalan m2 2.000
2232 Lapangan parker m2 1.500
2233 Lapangan upacara/perkerasanhalaman
m2 1.000
2234 Lapangan olah raga terbuka m2 1.500 Di luar bangunangedung
2235 Pelataran peti kemas/penimbunanbarang
m2 3.000
2236 Landasan mesin/tanki/menara m2 8.000
2240 Konstruksi Penghubung
2241 Jembatan m2 13.500
2242 Box culvert unit 4.500
2250 Konstruksi Kolam/Reservoir BawahTanah
2251 Kolam renang m2 8.500
2252 Kolam pengolahan m2 5.000
2253 Reservoir air bawah tanah m3 3.000
Konstruksi …
- 2 -
KODE JENIS BANGUNAN SATUANHARGA
SATUAN (Rp.)KETERANGAN
2260 Konstruksi Menara
2261 Menara telekomunikasi unit 500.000 Setiap tinggi 6 m’
2262 Menara antenna unit 100.000 Setiap tinggi 6 m’
2263 Menara reservoir/tanki/silo m3 4.000
2264 Menara SUTET/SUTT/SUTM Unit 300.000 Setiap tinggi 6 m’
2265 Menara bakar, cerobong asap Unit 500.000 Setiap tinggi 6 m’
2270 Konstruksi Monumen
2271 Tugu unit 150.000 Setiap 3 m’
2272 Patung unit 225.000 Setiap 3 m’
2280 Konstruksi Instalasi
2281 Instalasi pipa
air/listrik/telekomunikasi bawah
tanah
m' 2.000
2282 Instalasi bahan bakar/gas bawah
tanah
m' 6.000
2283 Gardu listrik/telepon, BTStelekomunikasi
m2 10.500
2290 Konstruksi Reklame/Papan Nama
2291 Billboard/papan iklan m2 35.000 Luas bidang reklamemin 20 m2
2292 Bando/Jembatan Penyebrangan m2 70.000 Luas bidang reklame
2300 Konstruksi Prasarana lainnya
2301 Stasiun/Pompa Pengisian BahanBakar
unit 750.000
2302 Jetty/dermaga m2 22.500
2303 Rangka penyangga m2 4.000
2304 Septictank unit 15.000
CATATAN: - Luas bangunan gedung dihitung dari garis sumbu (as) dinding/kolom.
- Luas teras, balkon, selasar luar, canopy, pergola dan overstek/luifel dihitung
setengah dari luas yang dibatasi oleh garis sumbu-sumbunya.
- Harga satuan retribusi bangunan gedung hanya 1 (satu) tarif.
WALIKOTA CILEGON,
ttd
Tb. IMAN ARIYADI
- 3 -
LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON
Nomor : 6 Tahun 2012
Tanggal : 2 April 2012
Tentang : Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
TABEL RUMUS PENGHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB
NO JENIS BANGUNAN PERHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB
1. Bangunan gedung
a. Pembangunan baru Luas BG x Indeks Terintegrasi *) x 1,00 x HS
retribusi
b. Rehabilitasi/renovasi
meliputi
perbaikan/perawatan,
perubahan,
perluasan/pengurangan:
1)Rusak sedang Luas BG x Indeks Terintegrasi *) x 0,45 x HS
retribusi
2)Rusak berat Luas BG x Indeks Terintegrasi *) x 0,65 x HS
retribusi
c. Pelestarian/pemugaran
1) Pratama Luas BG x Indeks Terintegrasi *) x 0,65 x HS
retribusi
2) Madya Luas BG x Indeks Terintegrasi *) x 0,45 x HS
retribusi
3) Utama Luas BG x Indeks Terintegrasi *) x 0,30 x HS
retribusi
2. Prasarana …
- 4 -
NO JENIS BANGUNAN PERHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB
2. Prasarana bangunan gedung
a. Pembangunan baru Volume x 1,00 x HS retribusi
b. Renovasi/rehabilitasi
1) Rusak sedang Volume x 0,45 x HS retribusi
2) Rusak berat Volume x 0,65 x HS retribusi
CATATAN :
*) Indeks Terintegrasi : hasil perkalian dari indeks-indeks parameter
HS : harga satuan retribusi, atau tarif retribusi dalam rupiah per-
m2 dan/atau rupiah per-satuan volume
WALIKOTA CILEGON,
ttd
Tb. IMAN ARIYADI
- 5 -
LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON
Nomor : 6 Tahun 2012
Tanggal : 2 April 2012
Tentang : Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
CONTOH PENGHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB
Nama/Jenis Bangunan Gedung : Rumah Tinggal
Lokasi Bangunan Gedung : Jl. ABC, Kota Cilegon
Nama Pemilik : Bapak Amir
Alamat Pemilik : Jl. ABC, Kota Cilegon
1. Penetapan Indeks
1.1. Indeks Lingkup Pembangunan
Parameter : pembangunan baru
Indeks lingkup pembangunan : 1.00
1.2. Indeks Terintegrasi
1.2.1. Indeks Fungsi Bangunan Gedung
Parameter : hunian
Indeks fungsi : 0.50
1.2.2. Indeks Klasifikasi Bangunan Gedung
KLASIFIKASI BOBOT PARAMETER INDEKS BOBOT XINDEKS
Kompleksitas 0.25 Tidak
sederhana
0.70 0.18
Permanensi 0.20 Permanen 1.00 0.20
Resiko kebakaran 0.15 Rendah 0.40 0.60
Zonasi gempa 0.15 Zona
IV/sedang
0.50 0.08
Lokasi (kepadatan
bangunan)
0.10 Sedang 0.70 0.07
Ketinggian bangunan 0.10 Rendah 0.40 0.04
Kepemilikan 0.05 Perorangan 0.40 0.02
Jumlah(indeks
klasifikasi)
0.64
1.2.3. Indeks …
- 6 -
1.2.3. Indeks Waktu Penggunaan Bangunan Gedung
Parameter : tetap
Indeks waktu penggunaan : 1.00
1.2.4. Penghitungan Indeks Terintegrasi
Indeks terintegrasi = indeks fungsi x indeks klasifikasi x
indeks waktu penggunaan
= 0.50 x 0.64 x 1.00 = 0.32
2. Penghitungan Besarnya Retribusi
Retribusi bangunan gedung = luas x indeks terintegrasi x indeks lingkup
pembangunan x harga satuan retribusi
Retribusi prasarana bangunan gedung = luas x indeks lingkup
pembangunan x harga satuan
retribusi
a. Bangunan Gedung
1000 Rumah lt. 1 = 251.95m2 x 0.32 x 1.00 x Rp.15,000 = Rp. 1,209,360
1000 Rumah lt. 2 = 218.34 m2 x 0.32 x 1.00 x Rp.15,000 = Rp. 1,048,032
1000 Teras = 5.85 m2 x 0.32 x 1.00 x Rp.15,000 = Rp. 28,080
1000 Balkon = 2.70 m2 x 0.32 x 1.00 x Rp.15,000 = Rp. 12.960
b. Prasarana Bangunan Gedung
2211 Pagar = 66.20 m' x 1.00 x Rp. 3,000 = Rp. 198,600
2233 Carport = 32.45 m2 x 1.00 x Rp. 1,000 = Rp. 32,450
2304 Septictank = 1 unit x 1.00 x Rp. 15,00 = Rp. 15,000
Jumlah = Rp. 2,538,482
Dibulatkan = Rp. 2,538,500
Terbilang : dua juta lima ratus tiga pulu delapan ribu lima ratus rupiah
WALIKOTA CILEGON,
ttd
Tb. IMAN ARIYADI
top related