tahun 1984 tentang rencana umum tata r -...
Post on 30-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 1992
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas se- jalan dengan perkembangan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang semakin meningkat serta untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan pengaturan yang lebih mantap, jelas, tegas serta mencakup seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah berdasarkan kewenangan yang ada dibidang lalu lin-tas dan angkutan jalan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. bahwa pengaturan operasional masalah lalu lintas dan Angkutan Jalan yang ada selama ini ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah;
c. bahwa dengan adanya penyerahan sebagian urusan peme-rintahan dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II berda-sarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990, per lu menetapkan pengaturan masalah lalu lintas dan ang kutan jalan dengan Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Per- aturan Umum Retribusi Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lin- tas dan Angkutan Jalan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1985 tentang Ke-wenangan Penyidikan Pelanggaran Lalu Lintas di Jalan Raya;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1986 tentang Koor dinasi Instansi Vertikal di Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Pe- nyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;
pi- Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 1991 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas Jalan;
1= tc/1116114 AlefoLeri Xlryori Aoyor A2 7$411,,7 i990 folikur
Ldr-41.tr1 TemAgt AxIxt,dw, A'AutitireNkf; /e__
2
5 Tahun 1984 tentang Rencana Umum Tata R Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
aerah
Peraturan Daerah Daer usus Ibukota Jakarta Nomor /1-
2 Tahun 1985 ng Pembentukan, Susunan Organisasi dan Ta rja Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
/0 . Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Ja-karta.
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dae-rah Khusus Ibukota Jakarta.
MEMUTUSKAN
Menetapkan PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
c. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya adalah Di-nas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Daerah Khu-sus Ibukota Jakarta;
d. Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lin-tas umum;
e. Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang da-ri satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan;
f. Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda-roda dani satu sumbu terhadap jalan;
g. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu;
h. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang di-perlengkapi dengan lebih dan i 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya, baik dengan mau-pun tanpa perlengkapan pengangkutan barang;
3
i. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang semata-mata diperlengkapi dengan sebanyak-banyaknya 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya baik dengan maupun tanpa perlengkapan bagasinya;
j. Mobil barang adalah kendaraan bermotor selain mobil bus, mobil penumpang dan kendaraan bermotor beroda dua;
k. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipu-ngut bayaran;
1. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau ba-rang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud sim-pul jaringan transportasi;
m. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan bermo-tor dan tempat untuk menurunkan serta menaikkan orang dan atau barang yang bersifat tidak segera;
n. Tempat pemberhentian (halte) adalah tempat member-hentikan dan tempat pemberhentian kendaraan umum un-tuk menurunkan dan menaikkan orang dan atau barang yang bersifat segera;
o. Perusahaan angkutan umum adalah perusahaan yang me-nyediakan jasa angkutan orang dan atau barang dengan kendaraan umum di jalan;
p. Perusahaan bengkel umum kendaraan bermotor adalah suatu perusahaan yang menyelenggarakan pekerjaan pem betulan, perbaikan, perawatan kendaraan bermotor un-tuk umum dengan pembayaran.
BAB II KEWENANGAN
Pasal 2
Gubernur Kepala Daerah berwenang menetapkan :
a. Kecepatan maksimum jenis kendaraan tertentu di ja-lan kecuali jalan-jalan nasional harus dengan perse-tujuan Menteri Perhubungan;
b. Pengadaan, penetapan penempatan, pemasangan dan peme liharaan rambu lalu lintas serta tanda-tanda di ja-lan kecuali pada pembangunan dan peningkatan jalan;
c. Peraturan umum mengenai kendaraan tidak bermotor;
d. Tarif pengangkutan orang dan barang dengan kendaraan umum sepanjang tidak ditetapkan tarif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Pemberian izin menjalankan kendaraan bermotor dengan pemasangan kereta gandengan lebih dan i satu termasuk kereta tempelan di jalan;
4
f. Larangan menggunakan jalan bagi kendaraan tidak ber-motor berhubungan dengan muatan sumbunya dan kendara an bermotor yang muatan sumbunya melebihi batas mak-simum yang ditentukan untuk jalan itu;
g. Muatan sumbu kurang dan i yang telah ditetapkan untuk jalan oleh karena pemeliharaan atau keadaan bagian jalan yang rusak;
h. Larangan penggunaan jalan-jalan tertentu untuk kelan caran angkutan dan arus lalu lintas kecuali pada ja-lan-jalan nasional dengan persetujuan Menteri Perhu-bungan;
1. Pemberian izin operasi (izin trayek) angkutan jalan untuk jaringan trayek yang berada dalam wilayah Dae-rah Khusus Ibukota Jakarta;
j_ Pelaksanaan kegiatan dalam hal rekayasa lalu lintas, manajemen lalu lintas dan manajemen angkutan untuk jaringan trayek;
k. Penunjukan lokasi, pengelolaan, pelaksanaan dan peng ujian kendaraan bermotor, kecuali kendaraan bermotor khusus Angkatan Bersenjata;
1. Penunjukan lokasi dan pengelolaan parkir;
m. Penunjukan lokasi, pengelolaan, pemeliharaan fisik dan ketertiban terminal kecuali penunjukan lokasi terminal antar kota antar Propinsi;
n. Penunjukan lokasi dan pengelolaan tempat penyebe-rangan orang;
o. Penunjukan lokasi, pengelolaan, pemeliharaan dan ke-tertiban tempat pemberhentian (halte);
p. Pengaturan tentang kewajiban memberi bantuan kepada perkumpulan dan atau badan hukum yang ditugaskan un-tuk menyelenggarakan penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu dan tanda-tanda lalu lintas;
q. Pemberian izin pendirian perusahaan angkutan ken-daraan bermotor;
r. Pemberian izin pendirian perusahaan bengkel umum un-tuk kendaraan bermotor;
Ketentuan tambahan mengenai susunan alat-alat tambah an pada mobil bus dan mobil penumpang;
t. Larangan pengemudi memberikan tanda-tanda suara pada jalan-jalan tertentu dan tempat-tempat tertentu;
u. Pengaturan sirkulasi lalu lintas kecuali untuk jalan jalan nasional harus dengan persetujuan Menteri Per-hubungan.
Pasal 3
Demi keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, Gubernur Kepala Daerah menetapkan kebijaksanaan di bi-dang lalu lintas dan angkutan jalan.
c J
BAB III TEKNIK LAW LINTAS
Bagian Pertama Rambu, Tanda-tanda di Jalan dan
Papan Tambahan
Pasal 4
(1) Penetapan penempatan rambu, tanda-tanda di jalan dan papan tambahan pada jalan-jalan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan oleh Gu-bernur Kepala Daerah, kecuali pada jalan-jalan na-sional harus dengan persetujuan Menteri Perhubungan.
(2) Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu, tanda tanda di jalan dan papan tambahan sebagaimana di-maksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan oleh Gu-bernur Kepala Daerah.
(3) Tata cara pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu, tanda-tanda di jalan dan papan tambahan se-bagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, ditetap kan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 5
Bentuk, lambang, warna dan arti rambu, tanda-tanda di-jalan dan papan tambahan ditetapkan sesuai dengan ke-tentuan yang berlaku.
Pasal 6
Setiap pengguna jalan wajib mematuhi rambu, tanda-tanda di jalan dan papan tambahan sebagaimana ditetapkan da-lam Pasal 4 Peraturan Daerah mi.
Pasal 7
Kecuali atas izin Gubernur Kepala Daerah, setiap orang dilarang membuat, memasang, memindahkan, merusak/mem-buat tidak berfungsi rambu, tanda-tanda di jalan dan papan tambahan.
Bag ian Kedua Kecepatan maksimum dan Tanda Suara
Kendaraan Bermotor
Pasal 8
Ketentuan tentang kecepatan maksimum dan tanda suara kendaraan bermotor di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Ja-karta ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
AA
Bagian Ketiga Tempat Pejalan Kaki
Pasal 9
(1) Setiap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan yang telah dilengkapi dengan sarana jembatan penye-berangan atau rambu penyeberangan (zebra cross), di wajibkan menggunakan sarana tersebut.
(2) Setiap pejalan kaki harus berjalan di atas trotoar apabila jalan dimaksud telah dilengkapi trotoar.
(3) Penetapan lokasi dan pengelolaan tempat penyebe-rangan orang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Bagian Keempat Penggunaan Jalan
Pasal 10
Setiap angkutan umum mobil bus kota dan sejenisnya ha-rus berjalan pada lajur jalan yang telah ditetapkan.
Pasal 11
(1) Setiap orang/badan dilarang mengangkut bahan bera-cun, berdebu, berbau busuk, bahan yang mudah terba-kar, bahan peledak dan bahan-bahan lain yang dapat membahayakan keselamatan umum dengan menggunakan alat angkutan yang terbuka.
(2) Alat atau tempat untuk mengangkut bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, harus ditutup dan tidak mencemari lingkungan, dengan ketentuan tempat tersebut harus segera dibersihkan atau dimusnahkan setelah selesai pemakaiannya.
(3) Setiap kendaraan yang melalui jalan-jalan dalam wi-layah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilarang mengo-tori jalan.
Pasal 12
(1) Setiap kendaraan bermotor dilarang melalui jalan-jalan yang tidak sesuai dengan jalan yang ditentu-kan kecuali telah memperoleh izin penggunaan jalan.
(2) Izin penggunaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah.
(3) Terhadap jalan-jalan yang dinyatakan dalam keadaan rusak dapat diberikan izin penggunaan jalan secara khusus.
(4) Jalan-jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pa-sal ini, ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah se-telah mendapat pertimbangan dan i instansi teknis yang membidanginya.
-
7
Pasal 13
(1) Izin penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 jalan diberikan atas permohonan dan hanya berlaku bagi jalan atau kelas di bawah kelas jalan yang di-tetapkan bagi kendaraan bermotor yang bersangkutan, untuk masa 1 (satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan.
(2) Bagi Kendaraan bermotor berat atau kendaraan bermo-tor yang mengangkut alat-alat berat yang melebihi ukuran/volume dan diperkirakan akan mengakibatkan kerusakan jalan yang akan dilaluinya, harus menda-pat izin penggunaan jalan dan i Gubernur Kepala Dae-rah.
(3) Apabila dalam menggunakan jalan sebagaimana dimak-sud pada ayat (1) dan (2) pasal ini terjadi keru-sakan pada sarana dan prasarana jalan, yang bersang kutan wajib mengganti kerugian yang besarnya sesuai dengan biaya yang diperlukan untuk memulihkan sara-na dan prasarana dimaksud seperti keadaan semula.
(4) Besarnya biaya penggantian kerugian sebagaimana di-maksud pada ayat (3) pasal ini ditetapkan oleh Gu-bernur Kepala Daerah.
Pasal 14
(1) Kecuali atas izin Gubernur Kepala Daerah, setiap orang/badan dilarang :
a. membuat atau memasang portal;
b. membuat atau memasang tanggul pengaman jalan (speed trap);
c. membuat atau memasang pintu penutup jalan;
d. menutup terobosan atau putaran jalan;
e. membongkar jalur pemisah jalan, pulau-pulau lalu lintas dan sejenisnya;
f. membongkar, memotong, merusak/membuat tidak ber-fungsi pagar pengaman jalan;
g. menggunakan bahu jalan (trotoar) tidak sesuai dengan fungsinya;
h. melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat beraki-bat merusak sebagian atau seluruh badan jalan dan membahayakan keselamatan lalu lintas;
1. mengubah fungsi jalan.
(2) Persyaratan dan tata cara pemberian izin sebagaima-na dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
4:-
3
Bagian Kelima Tempat Pemberhentian (Halte)
Pasal 15
(1) Gubernur Kepala Daerah menetapkan lokasi tempat pemberhentian (halte) bagi angkutan dengan kendara-an umum di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(2) Setiap angkutan dengan kendaraan umum harus menaik-kan dan atau menurunkan penumpang di tempat pember-hentian (halte) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal mi.
(3) Setiap pemakai jasa angkutan dengan kendaraan umum wajib menunggu kendaraan di tempat pemberhentian (halte) yang telah ditetapkan.
(4) Pengelolaan, pemeliharaan dan ketertiban tempat pemberhentian (halte) dilakukan oleh Gubernur Kepa-la Daerah atau pejabat yang ditunjuk.
Bagian Keenam Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas
Pasal 16
(1) Untuk menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, Gubernur Kepala Daerah menetapkan :
a. ruas-ruas jalan yang dikenakan pembatasan lalu lintas;
b. kegiatan-kegiatan rekayasa dan manajemen lalu lintas di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(2) Kegiatan rekayasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pasal in bertujuan :
a. perencanaan fasilitas pengendalian lalu lintas;
b. perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan fasilitas.
c. perencanaan pengadaan dan pemasangan fasilitas.
(3) Kegiatan manajemen lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pasal ini, bertujuan :
a. memperlancar arus lalu lintas dan angkutan; b. mengurangi tingkat dan jumlah kecelakaan; c. memperbaiki lingkungan.
Pasal 17
Gubernur Kepala Daerah menetapkan pengaturan sirkulasi lalu lintas dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan-jalan nasional harus dengan persetujuan Menteri Perhubungan.
9
BAB IV PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
Bagian Pertama Ketentuan Pengujian
Pasal 18
(1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang dioperasikan di jalan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus memenuhi syarat-syarat teknis untuk laik ja-lan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Untuk menetapkan kendaraan bermotor yang telah me-menuhi syarat-syarat teknis untuk laik jalan seba-gaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan penelitian berupa pengujian yang dilakukan secara berkala.
(3) Pelaksanaan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini dilakukan oleh pejabat yang di-tunjuk.
Pasal 19
(1) Pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan atas permohonan yang ber-sangkutan dengan menunjukkan surat-surat sebagai ke terangan kelengkapan kendaraan bermotor yang akan diuji sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Terhadap kendaraan bermotor yang dalam pengujian memenuhi persyaratan teknis untuk laik jalan, dibe-rikan Buku Uji dan Surat Tanda Uji Kendaraan Bermo-tor.
(3) Persyaratan dan tata cara permohonan pengujian se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetap-kan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 20
(1) Pengujian kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Di-nas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan pedoman teknis yang ditetapkan oleh Menteri Perhu-bungan.
(2) Lokasi pengujian kendaraan bermotor ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 21
Setiap orang atau badan dilarang melakukan pekerjaan atau bertindak sebagai perantara (cab) pengujian ken-daraan bermotor.
10
Bagian Kedua Kereta Gandengan, Muatan Sumbu
dan Alat Tambahan
Pasal 22
Untuk menjalankan kendaraan bermotor dengan pemasangan kereta gandengan lebih dan i satu termasuk kereta tem-pelan di jalan-jalan dalam wilayah Daerah Khusus Ibuko-ta Jakarta harus mendapat izin dan i Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 23
Gubernur Kepala Daerah menetapkan ketentuan tentang muatan sumbu kurang dan i yang telah ditetapkan untuk jalan-jalan tertentu dalam wilayah Daerah Khusus Ibu-kota Jakarta untuk waktu paling lama 6 (enam) bulan.
Pasal 24
Gubernur Kepala Daerah menetapkan alat-alat tambahan pada mobil bus dan mobil penumpang yang beroperasi da-lam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
BAB V PERIZINAN
Bagian Pertama Pengusahaan Angkutan Kendaraan Umum
Pasal 25
(1) Setiap pengusahaan angkutan kendaraan umum harus mendapat izin pengusahaan dan i Gubernur Kepala Dae-rah.
(2) Untuk mendapatkan izin pengusahaan sebagaimana di-maksud pada ayat (1) pasal ini, yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur Kepala Daerah.
(3) Izin pengusahaan angkutan kendaraan umum sebagaima-na dimaksud pada ayat (1) pasal in berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun.
(4) Tata cara dan persyaratan permohonan izin pengusa-haan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 26
Setiap orang/badan dilarang mengusahakan kendaraan ber-motor/tidak bermotor sebagai alat angkutan umum yang tidak termasuk dalam Pola Angkutan sesuai dengan per-aturan perundang-undangan yang berlaku.
11
Pasal 27
Izin pengusahan angkutan kendaraan umum dapat diberi-kan kepada badan usaha yang berbentuk :
a. Koperasi; b. BUMN/BUMD; c. Perseroan Terbatas.
Bagian Kedua Peremajaan, Pengalihan Pemilikan dan
Penambahan Kendaraan
Pasal 28
(1) Setiap angkutan kendaraan umum yang tidak laik ja-lan harus diremajakan.
(2) Setiap peremajaan, penambahan, dan pengalihan pemi-likan (balik nama) angkutan kendaraan umum harus mendapat persetujuan tertulis dan i Gubernur Kepala Daerah.
(3) Untuk mendapat persetujuan sebagaimana dimaksud pa-da ayat (2) pasal ini, Badan Usaha sebagaimana di-maksud dalam Pasal 27 harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur Kepala Daerah.
(4) Persyaratan dan tata cara permohonan sebagaimana di maksud pada ayat (3) pasal ini ditetapkan oleh Gu-bernur Kepala Daerah.
Bagian Ketiga Pengoperasian Angkutan Kendaraan Umum
Pasal 29
(1) Setiap angkutan kendaraan umum yang melayani trayek trayek dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus mendapatkan izin operasi (izin trayek) dani Gubernur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diberikan kepada pengusaha sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 27 Peraturan Daerah ini dengan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan.
(3) Persyaratan dan tata cara permohonan izin operasi (izin trayek) ditetapkan oleh Gubernur Kepala Dae-rah.
Pasal 30
(1) Dalam surat izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 Peraturan Daerah ini ditetapkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh peme-gang izin.
(2) Jangka waktu berlakunya izin operasi (izin trayek) kendaraan umum selama 1 (satu) tahun dan dapat di-perpanjang setiap 1 (satu) tahun.
I2
Pasal 31
(1) Setiap angkutan kendaraan umum yang beroperasi da-lam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta wajib me-miliki Kartu Pengawasan dan atau Kartu Izin Usaha.
(2) Kartu Pengawasan atau Kartu Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang setiap 1 (satu) tahun.
Pasal 32
Untuk Ketertiban dan keamanan lalu lintas, Gubernur Ke-pala Daerah berwenang menetapkan ketentuan bagi penum-pang, pengemudi dan karyawan angkutan kendaraan umum.
Bag ian Keempat Sekolah Mengemudi
Pasal 33
(1) Setiap pengusahaan sekolah mengemudi kendaraan ber-motor harus mendapat izin tertulis dan i Gubernur Kepala Daerah.
(2) Izin berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun
(3) Izin diberikan untuk satu lokasi tertentu dengan me menuhi persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Gu-bernur Kepala Daerah.
(4) Tata cara dan persyaratan permohonan izin ditetap-kan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Bagian Kelima Pengusahaan Bengkel Umum
Kendaraan Bermotor
Pasal 34
(1) Setiap pengusahaan bengkel umum kendaraan bermotor harus mendapat izin tertulis dan i Gubernur Kepala Daerah.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diberikan atas permohonan pengusaha yang bersangkut an sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
(3) Izin pengusahaan bengkel umum kendaraan bermotor di berikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun.
(4) Tata cara permohonan dan pemberian izin ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
/11
13
BAB VI TERMINAL
Bagian Pertama Terminal Penumpang dan Terminal Mobil Barang
Pasal 35
Gubernur Kepala Daerah menetapkan lokasi terminal pe-numpang dan terminal mobil barang dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pasal 36
(1) Setiap kendaraan umum yang beroperasi dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta wajib memasuki termi-nal penumpang sesuai dengan trayek yang telah dite-tapkan.
(3) Setiap penumpang yang akan berangkat dan tiba de-ngan mobil bus antar kota wajib naik dan turun di-Terminal penumpang antar kota yang telah ditetapkan.
(2) Pengelolaan, pemeliharaan dan ketertiban terminal ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 37
(1) Setiap mobil barang yang memangkal dan menunggu muatan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta wa-jib masuk terminal mobil barang yang telah ditetap-kan.
(2) Pengelolaan, pemeliharaan dan ketertiban terminal mobil barang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 38
(1) Setiap orang atau badan tanpa izin Gubernur Kepala Daerah dilarang menempatkan benda dengan maksud un-tuk melakukan usaha di dalam terminal penumpang atau terminal mobil barang.
(2) Setiap orang atau badan dilarang :
a. menjajakan barang dagangan (mengasong, atau me-lakukan usaha tertentu dengan mengharapkan imbal an) di dalam terminal penumpang atau terminal mo bil barang;
b. melakukan pekerjaan atau bertindak sebagai pe-rantara karcis angkutan umum (cab).
Bagian Kedua Fasilitas Terminal
Pasal 39
(1) Setiap terminal penumpang antar kota harus menyedia kan loket-loket karcis mobil bus antar kota dan fa-silitas penunjang lainnya yang diperlukan.
14
(2) Setiap pengusaha angkutan kendaraan bermotor umum antar kota
a. harus menempati loket-loket karcis yang ada da-lam terminal antar kota;
b. dilarang menaikkan dan menurunkan penumpang di-luar terminal antar kota yang telah ditetapkan.
Pasal 40
(1) Setiap angkutan kendaraan umum yang belum beropera-si, harus menunggu di pool perusahaan yang bersang-kutan atau di pool kendaraan yang disediakan oleh Gubernur Kepala Daerah.
(2) Gubernur kepala Daerah menetapkan lokasi dan penge-lolaan pool kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal mi.
Bagian Ketiga Pangkalan Taksi
Pasal 41
(1) Gubernur Kepala Daerah menetapkan lokasi tempat pemberhentian taksi (pangkalan taksi) dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(2) Setiap taksi yang ingin berhenti menunggu penum - pang (memangkal), harus menggunakan pangkalan taksi yang telah ditetapkan.
(3) Dilarang berhenti (memangkal) ditempat-tempat yang bukan tempat pemberhentian taksi.
BAB VII PERPARKIRAN
Pasal 42
Pengaturan mengenai kebijaksanaan perparkiran dalam wi-layah Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB VIII PENDEREKAN KENDARAAN BERMOTOR
Pasal 43
(1) Gubernur Kepala Daerah dapat menderek kendaraan bermotor yang mogok atau menggunakan tempat parkir yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku ke tempat penyimpanan yang ditetapkan.
(2) Kepada pemilik/pemegang/penanggung jawab kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dikenakan :
d-
15
a. biaya menarik/menderek kendaraan bermotor; b. biaya penggunaan tempat penyimpanan kendaraan
bermotor.
(3) Setelah disampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada pemilik kendaraan dan kendaraan yang bersang kutan tidak diambil dalam jangka waktu 3 (tiga) bu-lan, maka kendaraan tersebut akan diselesaikan me-nurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Tata cara, prosedur dan pelaksanaan ketentuan se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 44
(1) Setiap pengusahaan mobil derek dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus memiliki izin tertulis dan i Gubernur Kepala Daerah.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpan-jang setiap 5 (lima) tahun.
(3) Tata cara dan persyaratan permohonan izin ditetap-kan oleh Gubernur Kepala Daerah.
BAB IX TARIF DAN RETRIBUSI
Pasal 45
Gubernur Kepala Daerah menetapkan besarnya tarif bagi kendaraan umum dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Ja-karta sepanjang tidak ditetapkan lain oleh Menteri Per-hubungan.
Pasal 46
(1) Atas pemberian pelayanan dibidang lalu lintas dan angkutan jalan, dipungut retribusi.
(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, adalah :
a. penyediaan formulir; b. pemberian kartu izin usaha angkutan kendaraan
umum; c. pemberian izin kartu trayek/kartu pengawasan; d. pelayanan pengujian kendaraan bermotor; e. pemakaian terminal penumpang dan terminal mobil
barang; f. karcis peron terminal; g. pemakaian pool kendaraan; h. pemberian izin usaha angkutan, mobil derek, se-
kolah mengemudi dan bengkel umum kendaraan ber-motor
1. pemberian izin pemasangan kereta gandengan/kere-ta tempelan lebih dan i satu pada kendaraan ber-motor;
j. penderekan kendaraan; k. pemakaian loket karcis mobil bus antar kota;
16
1. pemakaian fasilitas lainnya di terminal penum-pang antar kota dan terminal barang;
m. penyediaan pangkalan taksi; n. pemberian sertifikat keterampilan mengemudi; o. pemberian kartu pengawasan operasional bengkel
umum.
Pasal 47
Pelayanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 46 adalah obyek yang dikenakan retribusi.
Pasal 48
Wajib retribusi lalu lintas dan angkutan jalan adalah set iap orang atau badan yang mendapatkan dan atau memer lukan pelayanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 46 ayat (2).
Pasal 49
Besarnya retribusi terhadap pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. formulir izin prinsip/rekomendasi dan izin insidentil
2. kartu izin usaha angkutan
3. kartu izin trayek/pengawasan
4. biaya setiap uji kendaraan ber-tor : a. mobil barang, traktor tanpa
kereta tempel
b. kereta tempel/gandengan
0. mobil bus
Rp 0,00
Rp 0,00
Rp 0,00
Rp 20.000,00/kend.
Rp 19.000,00/kend.
Rp 20.000,00/kend.
d. mobil penumpang umum, taksi dan mobil bus kecil
Rp 19.000,00/kend.
e_ kendaraan angkuntan jenis ke-IV/ roda tiga Rp
f. pengujian ulang naik banding sebesar biaya uji kendaraan yang bersangkutan
5. pencucian kendaraan bermotor yang akan diuji : a. mobil barang besar, mobil bus
besar
16.500,00/kend.
Rp 2.500,00/kend./ sekali cuci
b. mobil barang sedang, mobil bus sedang Rp 2.000,00/kend./
sekali cuci c. mobil bus kecil, taksi, pick up
dan sejenis Rp
d. kendaraan angkutan jenis IV Rp
1.500,00/kend./ sekali cuci
500,00/kend./ sekali cuci
kereta Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
25.000,00/kend
25.000,00/kend
25.000,00/kend
25.000,00/kend
20.000,00/kend
15.000,00/kend
17
6. pemakaian terminal penumpangf :
a. mobil bus antar kota : 1) mobil bus non ekonomi
(kis Cepej 2) mobil bus ekonomi
&us h4fitbej
6tYV op Rp )e- 0/kend
masuk Rp 000/kend.
gekali masuk
b. mobil bus dalam kota : 1) mobil bus besar
2) mobil bus tempel
3) mobil bus
4) mobil bus
tingkat/gandeng/
sedang
kecil
Rp 150,00/kend./ sekali masuk
Rp 150,00/kend./ sekali masuk
Rp 150,00/kend./ sekali masuk
Rp 100,00/kend./ sekali masuk
7. karcis peron terminal antar kota
8. izin pemakaian pool kendaraan : a. mobil bus
- bus besar
- bus sedang
- bus kecil
b. taksi
Rp 100,00/org./ sekali masuk
Rp 1.000,00/kend./ hari
Rp 500,00/kend./ hari
Rp 300,00/kend./ hari
Rp 300,00/kend./ hari
9. pemberian izin pengusahaan angkutan selama 5 tahun : a. mobil barang :
1. truck, traktor tanpa
2. tronton
3. kereta gandengan
4. kereta tempel
5. light truck
6. truck kecil/pick up
b. mobil bus 1. bus besar
2. bus sedang
3. bus kecil/taksi
4. angkutan jenis ke IV
10. Pemberian izin pemasangan kereta gandengan/kereta tempelan lebih dari satu pada kendaraan bermotor
Rp 30.000,00/kend.
Rp 25.000,00/kend.
Rp 20.000,00/kend.
Rp 15.000,00/kend.
Rp 25.000,00/kend./ bulan
11. penderekan kendaraan :
a. mobil barang, bus (besar dan sedang)
b. mobil bus kecil, pick up, jeep, sedan dan sejenisnya
C. penginapan dan penyimpanan
12. pemakaian loket karcis mobil bus antar kota
13. pemakaian fasilitas lainnya di terminal mobil bus : a. pedagang makanan dan minuman
b. pedagang rokok/minuman botol
c. pedagang koran dan majalah
d. pedagang cinderamata
e. pencucian kendaraan umum
14. pemberian izin usaha sekolah mengemudi selama 5 (lima) tahun
15. pemberian izin usaha mobil derek selama 5 (lima) tahun
16. pangkalan taksi
18
Rp 30.000,00/kend.
Rp 20.000,00/kend. Rp 10.000,00/hari
Rp 25.000,00/loket/ bulan
Rp 50.000,00/kios/ bulan
Rp 50.000,00/kios/ bulan
Rp 25.000,00/kios/ bulan
Rp 25.000,00/kios/ bulan
Rp 2.500,00/sekali cuci
Rp 1.000.000,00
Hp 1.000.000,00
Rp 2.500,00/kend/ bulan
17. pemberian sertifikat keterampilan mengemudi
Pp 1.500,00/buku
18. pemberian izin trayek angkutan se-lama 1 (satu) tahun :
a. mobil bus kota/bus tingkat/bus gandeng/tempel
b. mobil bus sedang
c. mobil bus kecil
Rp 100.000,00/kend.
Rp 75.000,00/kend.
Rp 50.000,00/kend.
19. izin pengusahaan bengkel umum kendaraan bermotor selama 5 (lima) tahun :
a. bengkel mobil : - besar - sedang - kecil
b. bengkel sepeda motor : - besar - sedang - kecil
Rp 1.000.000,00 Rp 500.000,00 Rp 250.000,00
Rp 200.000,00 Rp 100.000,00 Rp 50.000,00
19
20. pemakaian terminal mobil barang,
a. masuk pelataran 1. truck, traktor tanpa kereta
2. tronton
3. gandengan
4. kereta tempel
5. light truck
6. truck kecil/pick up
b. tempat menginap : 1. truck, traktor tanpa kereta
7. tronton
3. gandengan
4. kereta tempel
5. light truck
6. truck kecil/pick up
c. pemakaian fasilitas lainnya 1. penginapan crew
2. penyimpanan barang
21. Terhadap setiap keterlambatan memperpanjang izin-izin dimaksud pada angka 4,9,14,15, 18 dan 19 dikenakan tambahan retribusi sebagai berikut :
Rp 1.000,00/sekali masuk
Rp 1.000,00/sekali masuk
Rp 1.000,00/sekali masuk
Rp 1.000,00/sekali masuk
Rp 500,00/sekali masuk
Rp 500,00/sekali masuk
Rp 1.000,00/kend./ hari (24 jam)
Rp 1.000,00/kend./ hari (24 jam)
Rp 1.000,00/kend./ hari (24 jam)
Rp 1.000,00/kend./ hari (24 jam)
Rp 500,00/kend./ hari (24 jam)
Rp 500,00/kend./ hari
Rp 1.000,00/hari/ orang
Rp 5,00/kg/hari
a. keterlambatan 1 hari sampai dengan 1 bulan dikena kan 50% dan i retribusi yang bersangkutan.
b. keterlambatan lebih dan i 1 bulan sampai dengan 3 bulan dikenakan 100% dan i retribusi yang bersang-kutan.
c. keterlambatan lebih dan i 3 bulan dikenakan 200% dan i retribusi yang bersangkutan.
Pasal 50
Wajib retribusi lalu lintas dan angkutan jalan harus mengisi formulir yang telah disediakan serta mencantum-kan data yang lengkap dan benar.
Pasal 51
Jumlah retribusi yang harus dibayar sesuai dengan tarif sebagaimana dimaksud pada Pasal 51 berdasarkan formulir yang telah diisi.
90
BAB X PEMBAYARAN DAN PENETAPAN
Pasal 52
Setiap wajib retribusi harus membayar retribusi yang terhutang dengan tidak tergantung pada adanya Surat Ke-tetapan Retribusi.
Pasal 53
(1) Jika ternyata retribusi yang terhutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dibayar kurang atau sama sekali tidak dibayar menurut besarnya retribusi, ditetapkan karena jabatan oleh Gubernur Kepala Dae-rah atau pejabat yang ditunjuknya selama belum le-wat 3 (tiga) tahun
(2) Retribusi yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pa-da ayat (1) pasal ini ditambah satu kali dan i jum-lah retribusi yang kurang atau tidak dibayar. •
(3) Surat Ketetapan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berlaku ketentuan tentang pena-gihan retribusi Daerah.
(4) Gubernur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk-nya berwenang mengurangkan atau membatalkan balk untuk seluruhnya atau sebagian tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini berdasarkan kehi-lafan atau kelalaian yang dapat dimmafkan.
BAB XI PENAGIHAN
Pasal 54
Surat Ketetapan Retribusi dan tambahannya merupakan da-sar penagihan retribusi.
Pasal 55
Apabila retribusi yang terhutang pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar atau kurang dibayar, maka atas jumlah retribusi yang tidak dibayar dikenakan den da 50 %
Pasal 56
Hak untuk melakukan penagihan retribusi termasuk denda administrasi tambahan, kenaikan dan biaya penagihan gu-gur setelah lampau 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi.
Pasal 57
Tata cara penghapusan piutang retribusi yang diatur da-lam Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Gubernur Kepa-la Daerah.
21
BAB XI I KEBERATAN
Pasal 58
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan terhadap ketetapan retribusi dalam jangka waktu 3 (tiga) bu-lan sejak tanggal penetapan.
(2) Gubernur Kepala Daerah menetapkan keputusan atas keberatan yang diajukan.
(3) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan Gubernur Kepala Daerah tidak menetapkan keputusan sebagaima-na dimaksud pada ayat (2) pasal ini maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
(4) Kewajiban untuk membayar retribusi tidak tertunda dengan diajukannya surat keberatan sebagaimana di-maksud pada ayat (1) pasal mi.
BAB XIII PEMBEBASAN
Pasal 59
Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan pembebasan atau pengurangan besarnya retribusi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah ini
BAB XIV SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 60
Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pa - sal 63, terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah in dapat dikenakan tindakan administratif be-rupa : a. pencabutan izin pengusahaan; b. pencabutan izin operasi (izin trayek); C. merekomendasikan pencabutan izin usaha.
BAB XV KETENTUAN PIDANA
Pasal 61
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 6, 8, 12 ayat (1), 13 ayat (2), 14 ayat (1) huruf i, Pasal 16 sepanjang dalam bentuk rambu dan atau papan tam-bahan, Pasal 18 ayat (1) dan 25 ayat (1), diancam dengan hukuman kurungan atau denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
22
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 7, 9,10, 11, 14 ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, g dan h, 15 ayat (2) dan (3), 21, 22, 23, 24, 26, 28 ayat (1) dan (2), 29 ayat (1),30 ayat (1), 31 ayat (1), 32, 33 ayat (1), 34 ayat (1), 36 ayat (1) dan (2), 37, 38, 39, 40 ayat (1), ayat (2) dan (3), 44, dan 50, diancam dcngan. ''411"1-1 - kurungan selama-lamanya 2 -C -_- )00 buleF. atp denda sebanyak-banyaknya Rpt
serr,-43-0- ( ribu rupiah) dengan atau tidak dengan merampas/menyita alat-alat yang dipergunakan untuk melakukan pelanggaran.
(3) Selain sanksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) pa-sal in terhadap pelanggaran dimaksud dapat dikena kan biaya paksaan penegakan hukum seluruhnya atau sebagian.
(4) Gubernur Kepala Daerah menetapkan pelaksanaan dan besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal mi.
BAB XVI PEMBINAAN
Pasal 62
Gubernur Kepala Daerah melakukan pembinaan terhadap usaha-usaha yang bergerak di bidang lalu lintas dan angkutan jalan_
BAB XVII PENGAWASAN
Pasal 63
Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini secara teknis dan operasional ditugaskan ke-pada Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
BAB XVIII PENYIDIKAN
Pasal 64
(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana seba-gaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan juga oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatan-nya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwe-nang :
a. menerima laporan atau pengaduan dan i seorang tentang adanya tindak pidana;
23
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditem-pat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
C. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memerik-sa tanda pengenal din i tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. mengambil sidik jar dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa se-bagai tersangka atau saksi;
mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petun-juk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peris-tiwa bukan merupakan tindak pidana dan selanjut-nya memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang da-pat dipertanggung jawabkan.
(3) Dalam melakukan tugasnya, penyidik tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan.
(4) Penyidik membuat Berita Acara setiap tindakan ten-tang :
a. pemeriksaan tersangka;
b. memasuki rumah;
c. penyitaan benda;
d. pemeriksaan surat;
e. pemeriksaan saksi;
f. pemeriksaan ditempat kejadian,
dan mengirimkan kepada Pengadilan Negeri melalui penyidik POLRI.
BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka :
a. Izin usaha, izin pengusahaan dan izin operasi (izin trayek) yang sudah diberikan berdasarkan ketentuan yang lama masih tetap berlaku sampai jangka waktu izin berakhir;
b. Selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan Per-aturan Daerah ini maka peraturan pelaksanaan yang ada tetap masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah mi.
Jakarta, 22 Juli 1992
DEWAN PERWAK I LAN RAKYAT DAERAH D YWSUS IBU},9A JAKART
KETUA,
(
GUBERNU KEPALA DAERAH KHUSUS 4BUK0TA JAKARTA,
--1
0 WIRYOSUBROTO OGO ATMODARMINTO
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 1992 Seri B Nomor 5 Tanggal 22 Desember 1992.
SUP'
S A T-I A. N trIga v, -) f.. DAam fs'egeri
/7. / .3,- 7,3>
1,-)t,:rit.)T111 Der-alt Daerah
Plh. SEKRETARIS W14c1 DAERAH KHUSUS IB 0 4AKARTA, ,
H. DY RU IJAT SOHEH, SH/1--NIP 470009681.
24
BAB XX KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
Hal-hal yang merupakan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 67
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka :
1. Bab II Pasal 2,3,4,5,6 dan 18 huruf c Peraturan Dae-rah Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum da-lam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
2. Bab IX Pasal 66, 67, 68 , 69, 70, 71, 72, 73 dan 74 Pearturan Daerah Nomor 8 Tahun 1985 tentang Retribu-si Daerah Bidang Ekonomi Daerah Khusus Ibukota Jakar ta;
3. Pasal 12 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1979 tentang Perparkiran Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
serta ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 68
Poraturan Daerah ini dapat dicebut Peraturn Lali Lintac dan Angkutan Jakarta.
S.21 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di-undangkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengun-dangan Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah Khu-sus Ibukota Jakarta.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 9 TAHUN 1992
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
I. PENJELASAN UMUM
1. Peraturan Daerah ini mengatur mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang merupakan penjabaran lebih lanjut sehubungan dengan penyerahan sebagian urusan pemerintahan dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada Daerah Tingkat I dan Dae-rah Tingkat II sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerin-tah Nomor 22 Tahun 1990.
Pengaturan ini selain dimaksudkan untuk menunjang kelan-caran pelaksanaan tugas aparat di Daerah sehubungan dengan penyerahan kewenangan tersebut juga sejalan dengan perkem-bangan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang sema-kin meningkat di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Hal ini di sebabkan antara lain karena semakin meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat dan semakin majunya teknologi di bi-dang lalu lintas dan angkutan jalan sehingga jumlah ken-daraan bermotor semakin bertambah.
Selain itu panjang ruas jalan yang tersedia dan pertambah-an ruas jalan yang tidak seimbang dengan pertambahn jumlah kendaraan bermotor menyebabkan leertambah kompleksnya per-masalahan perlalu lintasan di Daerah Khusus Ibukota Jakar-ta
Oleh karena itu dalam Rencana Umum Tata Ruang Daerah DKI Jakarta (Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1984), Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta menetapkan lanokah-langkah utama yang perlu diambil dalam rangka pengembangan trans-portasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta meliputi antara lain :
a. optimasi pemanfaatan jalur-jalur jalan;
b. menyediakan tambahan jalan baru sesuai dengan kebi-jaksanaan pengembangan;
c. penyediaan angkutan umum, baik mobil bus maupun kereta api yang terpadu;
d. penyediaan sarana perpakiran secara tersebar;
e. keseimbangan perencanaan/penggunaan pertanahan;
f. pengendalian Pembangunan yang menimbulkan beban tambah-an bagi lalu lintas;
44-
A
g. menegakkan disiplin masyarakat dalam menggunakan prasa-rana dan sarana angkutan;
h. relokasi pergudangan dan peti kemas ke daerah yang le-bih sesuai;
i. pembatasan lalu lintas;
j. pengembangan sistem angkutan barang yang terkait dengan sistem pergudangan;
2. Untuk menanggulangi permasalahan lalu lintas yang bersifat kompleks tersebut, Pemerintah Daerah perlu mengambil kebi-jaksanaan yang mengarah kepada peningkatan efisiensi peng-gunaan jaringan jalan yang ada dengan cara melakukan pem-batasan lalu lintas pada daerah tertentu (restried zone). Pembatasan yang demikian diharapkan dapat mendorong para pemakai angkutan pribadi beralih ke angkutan umum, sekali-gus mengurangi keinginan dan kebiasaan masyarakat menggu-nakan kendaraan pribadi.
Jenis angkutan yang dapat menunjang kebijaksanaan dimaksud diarahkan kepada penggunaan angkutan massal yang memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat sehari-hari dengan aman, tertib, lancar dan nyaman.
3. Dalam Peraturan Daerah ini secara tegas diatur kewenangan Gubernur Kepala Daerah untuk melaksanakan kegiatan dalam hal rekayasa lalu lintas serta manajemen lalu lintas, se-suatu yang sangat penting terutama dalam rangka mengantisi pasi perkembangan lalu lintas yang sangat cepat termasuk permasalahan yang ditimbulkannya.
Dengan kewenangan dalam bidang rekayasa lalu lintas dan manajemen lalu lintas diharapkan Gubernur Kepala Daerah dapat dengan segera mengambil kebijaksanaan yang dipandang perlu dan dibutuhkan untuk menanggulangi permasalahan yang timbul dalam upaya menciptakan lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, aman dan lancar di wilayah Daerah Khu-sus Ibukota Jakarta, serta dalam kerangka peningkatan pe-layanan kepada masyarakat.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 s.d 3 Cukup jelas
Pasal 4 ayat (1) : Yang dimaksud dengan tanda-tanda di jalan disini, antara lain marka jalan, petak parkir, mata kucing (road staat), deliniator;
Yang dimaksud dengan papan tambah-an adalah papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut dan i suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan ketentu an lainnya yang dipasang untuk me-lengkapi rambulalu lintas jalan.
Aft-
ayat (2) dan (3) : Cukup jelas
Pasal 5 s.d 13 : Cukup jelas
Pasal 14 huruf a s.d g : Cukup jelas
huruf h Termasuk perleuatan dimaksud dalam huruf ini adalah menutup saluran/ selokan/got, menyimpan kendaraan, menempatkan/memarkir kendaraan, membiarkan kendaraan dalam keada-rusak yang dapat mengganggu kelan caran arus lalu lintas.
huruf i : Cukup jelas
Pasal 15 : Cukup jelas
Pasal 16 ayat (1) huruf a : Yang dimaksud dengan pembatasan lalu lintas disini antara lain : 1. prioritas penggunaan kendaraan
umum. 2. penetapan jumlah miminum penum-
pang kendaraan bermotor non umum misalnya kebijaksanaan me-netapkan minimum 3 orang penum-pang dalam 1 kendaraan pada ja-lan-jalan tertentu.
3. penataan perparkiran. 4. pengaturan waktu penggunaan ja-
lan. 5. penetapan tanda-tanda khusus
kendaraan bermotor. 6. kebijaksanaan peningkatan pajak/
retribusi.
huruf b : Cukup jelas
ayat (2) huruf a : Yang dimaksud dengan fasilitas pe-ngendalian lalu lintas, antara la-in rambu lalu lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, fasilitas peng-aman lalu lintas.
huruf b dan c : Cukup jelas
ayat (3) : Cukup jelas
Pasal 17 : Cukup jelas
Pasal 18 ayat (1) : Yang dimaksud dengan kereta tempel an atau yang juga lazim disebut de ngan trailer adalah suatu kendara-an beroda dua yang mempunyai per-lengkapan yang dapat ditempelkan pada kendaraan lain seperti trak-tor.
4
ir. 4
Yang dimaksud dengan kereta gan-dengan adalah suatu kendaraan yang menjadi bagian dan i kendaraan ber-motor, digerakkan dengan tenaga me kanis, akan tetapi tenaga mekanis tersebut tidak berada pada kendara an dimaksud sehingga tidak terma-suk dalam pengertian kendaraan ber motor.
ayat (2) dan (3) : Cukup jelas
Pasal 19 s.d 22 : Cukup jelas
Pasal 23 : Penetapan muatan sumbu kurang dani yang telah ditetapkan dimaksudkan untuk pemeliharaan jalan.
Pasal 24 : Yang dimaksud dengan alat-alat tam bahan adalah alat yang diperlukan mobil bus dan mobil penumpang un-tuk angkutan kota seperti taksi me ter untuk mobil penumpang atau tan da pengenal khusus untuk mobil bus atau mobil penumpang.
Pasal 25 : Cukup jelas
Pasal 26
Pasal 27
: Yang dimaksud dengan alat angkutan umum yang tidak termasuk dalam p0-la angkutan antara lain ojek sepe-da motor dan ojek sepeda.
: Pengusahaan angkutan kendaraan umum dalam pasal ini dapat dilaku-kan oleh perorangan Warga Negara Indonesia, akan tetapi harus dalam wadah Koperasi.
Pasal 28 s.d 31 : Cukup jelas.
Pasal 32 : Ketentuan dimaksud dalam pasal ini antara lain ketentuan mengenai ke-wajiban setiap perusahaan angkutan umum menyediakan pakaian seragam awak kendaraannya dan kewajiban ba gi awak kendaraan untuk mengenakan pakaian seragam pada waktu melaksa nakan tugas, ketentuan mengenai ke harusan bagi setiap penumpang bus kota naik dan i pintu depan dan tu-run dan i pintu belakang serta ke-tentuan lain sepanjang tidak di atur dalam Undang-Undang Lalu Lin-tas dan Angkutan Jalan.
ayat (2) dan (3) : Cukup jelas
Pasal 33 s.d 48 : Cukup jelas.
Pasal 49 angka 1 s.d 5 : Cukup jelas
5
: Yang dimaksud dengan mobil bus be-sar ada lah mobil bus yang dileng-kapi dengan 35 sampai dengan 102 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya baik dengan mau pun tanpa perlengkapan pengangkut-an barang.
Yang dimaksud dengan mobil bus se-dang adalah mobil bus yang dileng-kapi dengan 24 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi-nya, baik dengan maupun tanpa per-lengkapan pengangkutan barang.
Yang dimaksud dengan mobil bus ke-cil adalah mobil bus yang dileng - kapi dengan 9 sampai dengan 20 tern pat duduk tidak termasuk tempat du duk pengemudinya, baik dengan mau-pun tanpa per lengkapan pengangkut-an barang.
0 t
i
t-
angka 6
angka 7 s.d 18 : Cukup jelas
angka 19 : Yang dimaksud dengan bengkel besar adalah bengkel yang memiliki pera-latan antara lain jembatan servis, hydraulic toolkit yang lengkap, peralatan servis mekanis yang leng kap, compressor, dongkrak buaya (hydraulic jack), peralatan untuk pengecatan, peralatan untuk per-laaikan ban, peralatan las lengkap, agregat sebagai serap dalam hal aliran listrik mati, peralatan pengisi accu.
Yang dimaksud dengan bengkel se-clang adalah bengkel yang memiliki peralatan antara lain jembatan ser vis, toolkit yang lengkap, peralat an servis mekanis yang lengkap, compressor, dongkrak buaya (hydrau lic jack).
Yang dimaksud dengan bengkel kecil adalah bengkel yang memiliki per-alatan antara lain toolkit yang lengkap, peralatan servis mekanis, compressor, dongkrak buaya (hydrau lic jack)
angka 20 dan 21 : Cukup jelas
Pasal 50 s.d 68 : Cukup jelas
top related