syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)
Post on 12-Jun-2015
811 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 2
SyarifudinMETODE PENELITIAN: Dakwah dan Komunikasi@Edisi Pertama, Cetakan Ke-IIKencana, 2011 009Hak Penerbitan Pada wad@akomsmart
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku inidengan cara apapun termasuk dengan cara fotocopy,tanpa izin sah dari penerbit
Cover : DinografPercetakan : wadakomsmart offsetLay-out : KhuzainilPerpustakaan Nasional : Katolog dalam tahun terbitan (KDT)
Syarifudin, M.Sos.IMETODE PENELITIAN:Dakwah dan KomunikasiAmbon: www.hhttp; wadakomsmartEd. I Cet. I; 148 halaman: 21.5X15.5 cm
ISBN: 1973-0617-062-0
Cetakan ke I; 17 Juni 2011wadakomsmart Ambon-Indonesia
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 3
Kata Pengantar
Berkat iradah dan karunia-Nya Allah swt sehingga mendapatkan sebuah
perbendaharaan yang paling indah dalam metode penelitian dakwah dan
komunikasi. Ilmu ini sifatnya ringan dibawa, dan bersinar jikala sepi serta
membantu jika susah, ia adalah ilmu. Buku ini termasuk serpihan dari
jutaan kajian ilmu sehingga memilih salah satu bidang kajian yakni metode
penelitian dakwah dan komunikasi kontemporer sebagai bahan pelengkap
bacaan bagi praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi.
Penulis harus jujur bahwa karya ini bukan murni pemikiran dari penulis
sendiri tetapi, karya banyak orang. Kerena tidak ada karya seseorang yang
tak lepas dari bantuan pemikiran orang lain. Penulis dibantu oleh berbagai
pandangan dan karya penulis sebelumnya terutama pemikiran Ali Mahfuz}
pendiri ilmu dakwah di Mesir, Muhammad Ali Aziz(ilmuan dakwah,
Sugiono, Sutrisno Hadi, Buku Panduan karya Ilmiah UIN Makassar tahun
2009, Mustarin Singke, Deddy Mulyana, Jalaluddin Rahmat, Stephen
Littlejhon(ahli komunikasi), Bogdan, Denis McQuwail, Lexy Moleong,
Burhan Bungin, Sapian Faisal, Robert K.Yin. Inovasi dan inspirasi dari
berbagai literatur inilah yang penulis kemas menjadi metode penelitian
dakwah dan komunikasi yang selama ini masih langkah dibahas secara
spesifik oleh ilmuan dakwah dan komunikasi.
Metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam sarat dengan
perspektif, paradigma, citarasa dan metode penelitian sosial yang dapat
memudahkan mengungkap problematika Dakwah dan Komunikasi dan
kajian sosial lainnya. Buku ini lahir dari kelangkahan buku rujukan metode
penelitian dakwah dan komunikasi.
Buku ini sulit hadir didepan anda tanda bantuan para Dosen yang ahli
dibidangnya sehingga kami minta keikhlasan ilmunya sebagai guru, serta
ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Firdaus Muhammad, M.A dan Dr. Amar Ahmad, M.A (Dosen
Komunikasi Islam).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 4
2. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A dan Dr. Suf Kasman, M.A
(Jurnalistik Dakwah).
3. Dr. Arfah Siddiq, M.A dan Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.A (Media
Dakwah Kontemporer).
4. Kepada Ibunda tercinta yang selalu mendoakan saya serta Istri dan
anakku Khuzainil Ardiansyah, Abdul Raihan, dan Andi Wahyuni
Ardani yang lucu sebagai inspirator dalam kesulitan moga dibalas
dengan karuniah yang lebih besar lagi.
Dengan demikian, hanya kepada Allah swt kami mengharap bimbingan,
hidayah, intuisi dan penalaran yang tajam sehingga panca indra kami dapat
merekam pesan-pesan Allah yang sifatnya tampak maupun yang tidak
tampak. Akhirnya hidupku, matiku dan seluruh perbuatanku aku pasrahkan
kehadirat Allah swt sebagai penguasa alam semesta, dan hanya Allah yang
Maha mengetahui dan Maha bijaksana melalui contoh dari Sunnah
Rasullullah saw.
Penulis
Syarifudin
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................... iii-iv
Daftar isi.....................................................................................................v-vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latarbelakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Permasalahan.......................................................... 3
BAB 2 LANDASAN FILOSOFIS
A. Ilmu Dakwah dan Komunikasi ................................................. 6
B. Pengertian penelitian ................................................................. 6
C. Landasan Normatif. ................................................................... 6
D. Manusia dan masalahnya........................................................... 8
E. Kajian Filosofis........................................................................ 20
1. Ontologi.............................................................................. 24
2. Epistemologi....................................................................... 28
3. Aksiologi............................................................................. 39
F. Berpikir reflektif ...................................................................... 40
G. Penelitian Natural/Kualitatif ................................................... 47
BAB 3 TEORI DAKWAH DAN KOMUNIKASI
A. Pengertian ................................................................................ 50
B. Ruang lingkup Kajian Teori .................................................. 52
C. Kajian Teori ............................................................................. 54
1. Dakwah ............................................................................... 54
2. Komunikasi ......................................................................... 56
D. Jenis Karya Tulis Ilmiah.......................................................... 59
E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah ...................................................... 62
BAB 4 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 65
B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi) .................................. 74
C. Proses Pengambilan Data ....................................................... 78
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 6
D. Skala Pengukuran Istrumen. .................................................... 81
E. Teknik Analisa Data. ............................................................... 85
1. Teknik Analisis Data kuantitatif ...................................... 85
2. Teknik Analisis Data kualitatif ........................................ 87
BAB 5 MODEL ANALISIS DAN PENDEKATAN
A. Pengertian ................................................................................ 89
B. Analisis teks dan bahasa.......................................................... 89
1. Konten Analisis (analisis isi).............................................. 91
2. Analisis Bingkai (Framing analysis) .................................. 92
3. Analisis Semiotik ............................................................... 93
4. Analisis Hermeneutika ....................................................... 96
C. Analisis tema-tema budaya ..................................................... 96
1. Analisis kinerja dan individual........................................... 97
2. Analisis Focus Group Discussion (FGD) ........................... 98
3. Analisis Studi Kasus........................................................... 98
4. Analisis teknik biografi .................................................... 100
5. Analisis SWOT................................................................. 100
6. Analisis dokumenter........................................................ 103
7. Analisis Digital forensip................................................... 104
BAB 6 PETA DAKWAH DAN KOMUNIKASI
A. Pengertian .............................................................................. 105
B. Ruang lingkup penelitian....................................................... 109
C. Peta Dakwah dan Komunikasi............................................... 111
D. Sinopsis Penelitian Kualitatif............................................... 113
BAB 7 TEKNIK PENULISAN
A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan) ................................................ 128
B. Kutipan dalam Teks............................................................... 131
C. Pustaka................................................................................... 151
TEKNIK PENULISAN Artikel Internasional
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 7
A. Latar belakangSpirit penelitian ilmu
menjelaskan dalam Al-Quran s
manusia menelah, meneliti, dan
tanda-tanda pergantian siang da
penelitian ini Allah informasikan
Sesungguhnya dalam penciptaa
malam dan siang terdapat tanda-
Ayat ini memberikan p
siang dan malam sebagai khaz
diperhatikan secara cermat d
sistematis dan akurat sehingga
dan kesimpulan.
Salah satu tanda-tanda
sistematis membaca tanda-tand
ketika para calon peneliti memili
1. Calon penelitia cerdas me
terhadap sebab perubahan so
2. Calon peneliti memiliki ke
penelitian, mampu memaha
ini. Analoginya dari sebutir
a. Model pertama dala
menggunakan panca in
sabbhisma rabbikal ‘ala
b. Model kedua baca bis
dipahami dari kebesar
besar bagi kemaslahata
PEN
BAB 1komunikasi adalah firman Allah swt
urah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh
menggunakan potensi akal untuk membaca
n malam seabgai objek penelitian. Perintah
dalam QS Al-Imran/3: 190.
n langit dan bumi, dan silih bergantinya
tanda bagi orang-orang yang berakal.
erintah untuk meneliti proses pergantian
anah dan kekayaan fenomena yang perlu
engan menggunakan metodologi yang
tidak keliru dalam menentukan kebijakan
kebesaran Allah swt ketika cermat dan
a perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud
ki 3 fasilitas:
mbaca tanda fenomena sosial dan peka
sial.
cerdasan memahami tanda sebagai objek
mi kronologis mulai dari awal sampai saat
benih menjadi pohon yang besar.
m memahami objek penelitian bisa
dra baik lahir maupun batin. Caranya baca
.
millah niatkan dalam hati moga apa yang
an Allah bisa mendapatkan hikmah yang
n umat manusia.
DAHULUAN
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 8
c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru
memahami objek yang akan diteliti.
PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN
Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah1. Intuisi2. Anggapan Umum(Common
Sence).3. Tidak ada aturan dalam
memahami, menjelaskan, danmemberi nilai.
4. Dilakukan setiap saat dan pilih-pilih (selektif).
5. Kebetulan6. Lebih fokus pada kebutuhan
pribadi.
1. Menelaah, menjelaskan, danmemberi nilai objek penelitianberdasarkan teori.
2. Sistematis, terstruktur, dan bisadiferifikasi kembali dengan metodeyg diterapkan.
3. Memiliki rencana4. Objektif, tidak memihak apalagi
menghakimi objek penelitian.Menggambarkan apa adanyadengan menawarkan gagasan danide baru yang manfaatnya lebihbesar bagi umat manusia.
5. Fokus pada bidang keilmuan yangdigunakan untuk memahamirealitas.
CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH1. Bersifat Publik a. Tergantung pada informasi/realitas yang
ada.b. Memberitahukan hasil risetnya pada orang
lain.c. Sangat terbukan terhadap koreksi dan
ferifikasi untuk mendapatkan ide dangagasan yang lebih baik.
2. Objektif a. Di atur dalam metodologi yang telahdisepakati secara ilmiah.
b. Berhubungan dengan fakta-fakta tidakmemihak karena sifatnya pada kemaslahanumat manusia.
3. Empirikal a. Sifat penelitian dapat diukur denganpengetahuan manusia.
b. Menolak penelitian yang sifatnya tidak bisadideteksi oleh panca indra.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 9
c. Konsep harus didefinisikan secara jelasuntuk memudahkan orang lain memahamiapa yg dimaksudkan.
4. Sistematis/Kumulatif a. Review literatur; artinya menelaah literaturyang tidak sesuai lagi dengan kebutuhanpublik.
b. Ide dan gagasan berpotensi memberikanregulasi yang lebih banyak manfaatnya.
c. Memiliki konsistensi(istiqamah) yg tinggiagar tidan menimbulkan tafsiran yangberganda terhadap istilah yang digunakan
5. Prediktif a. Hasil penelitian dapat dijadikan kebijakandan mampu memprediksi kejadian masadepan yang akan terjadi.
6. Dapat difevikasi kembali Metode yang digunakan terus berkembangandan diperbaiki untuk lebih mendalam danakurat prediksi penelitian yang dilakukan.
Metode penelitian ini lahir akibat dari kemajuan kemampuan cara
berpikir manusia untuk memperbaiki, memudahkan, dan menyelesaikan
permasalahan kehidupan manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Cara
mengungkap fakta tersebut berdasarkan pengamatan melalui realitas (data-
data) yang didapatkan melalui ketajaman dan kecerdasan indrawi menelaah
realitas sosial.
Ketajaman analisis sebuah masalah dan keluasan kegunaan sebuah
penelitian akan melahirkan perbedaan antara strata kajian S1, S2 dan S3.
Oleh karena itu calon peneliti perlu memilih, memilah, dan menetapkan
masalah yang dianggap dapat dikaji berdasarkan fakta dan referensi yang
dapat mendukung temuan anda. Penelitian yang bermutu tinggi akan tetap
menjadi rujukan calon peneliti dan akan tetap bertahan sepanjang masa.
Hasil penelitian itulah yang akan menjadi amal jariah secara on line,
sebagaimana James Watt menemukan energy listrik sampai sekarang ini
tetap digunakan untuk kemaslahatan umat manusia moderen dewasa ini.
Seni mendapatkan informasi dan memproduksi informasi dalam
penelitian dakwah dan komunikasi termasuk seni dokumentasi data dari
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 10
hasil temuan peneliti. Data yang valid adalah data yang diperoleh
bedasarkan kaidah-kaidah ilmiah yakni metode pengumpulan data dan
analisis serta dilandasi oleh motivasi (niat) yang jujur dan objektif untuk
kemaslahatan umat manusia.
Kejujuran peneliti dan objetifitas pengambilan data baik pustaka dan
data lapangan dibutuhkan kredibilitas peneliti sendiri. Karena hal ini
berhubungan dengan keabsahan data yang akan dijadikan sebagai pendapat
atau hujjah dalam melakukan dakwah dan komunikasi. Dengan demikian
kejujuran peneliti yang professional harus dilandasi oleh sifat:
1. Siddiq (dapat dipercaya),
2. Tablig (Memiliki kecerdasan menyampaikan pesan)
3. Amanah (bertanggungjawab)
4. Fat}anah (cerdas berpikir, menyampaikan argumentasi, dan cerdas
prilaku sebagai tada keilmuannya.
Keempat kriteria sifat yang harus dimiliki oleh seorang peneliti. Sifat ini
akan berhubungan dengan validitasi data yang sesuai kriteria ilmiah seperti:
1. Data dapat dipertanggungjawabkan.
2. Memiliki sistematika dan mekanisme yang dapat diikuti oleh orang
lain.
3. Kebenaran data bersifat universal
4. Tidak bertentangan dengan akal/Rasio
5. Dapat diferifikasi
6. Dapat dicernah oleh indra
7. Tidak bertentangan dengan Agama
Metodologi penelitian dakwah dan komunikasi termasuk mekanisme dan
cara menghimpun data sama dengan metode penelitian pada umumnya
yakni mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan.
Kesimpulan yang valid jika didukung oleh data yang lengkap dan memiliki
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 11
kualitas data yang kredibel. Kredibilitas data yang valid jika harus didukung
oleh teori ilmu pengetahuan Ontologi (ilmu tentang wujud/yang ada),
Epistemologi (ilmu tentang cara menyusun Ilmu), dan Aksiologi (nilai etika
dan estetika ilmu).
Metode penelitian dakwah dan komunikasi terus mengalami
perkembangan sesuai dengan ledakan jumlah penduduk, dan perkembangan
teknologi canggih sebagai instrumen kemajuan ilmiah. Fummel (1958)
menegaskan bahwa kajian akademik terus mengalami kemajuan cara
menyelesaikan permasalahan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
Kajian akademik khususnya metode penelitian dakwah dan komunikasi
sampai saat ini masih mendapat problematika yang cukup signifikan. Kajian
ilmu tidak terbatas ia berjalan terus sesuai perkembangan manusia dalam
mencari kebenaran baik kebenaran positifistik, kebenaran relatifitas dan
kebenaran Mutlak yaitu Allah swt. Akhir dari ilmu adalah membentuk
prilaku manusia menjadi insan, dan akhlaqul qarimah dalam
menyebarluaskan ilmu untuk mencapai rahmat bagi alam semesta.
B. Identifikasi Permasalahan
Metode dakwah dan komunikasi jika melihat hasil penelitin yang ada
masih jauh dari apa yang diharapkan banyak problematika ilmu dakwah dan
komunikasi yang sampai sekarang ini belum banyak disentuh oleh para
praktisi dan ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya penyebaran
informasi kepada lapisan-lapisan masyarakat.
Dengan demikian perlu di indentifikasi problematika tersebut untuk
menelaah, menyelidiki dan memahami bagaimana metode penelitian yang
kredibel berdasarkan pada teori ilmu pengetahuan yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologi sebagai instrument ferfikasi metode penelitian
dakwah dan komunikasi.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 12
Metode penelitian dakwah dan komunikasi sampai saat ini jika belum
maksimal memberikan kontribusi signifikan akibat permasalahan sebagai
berikut:
1. Pemerintah belum menjadi hasil kajian ilmiah sebagai informasi
yang penting dalam membuat kebijakan.
2. Banyak hasil penelitian yang tidak layak menjadi penentu kebijakan.
Peneliti dalam melakukan penelitian kurang mempertimbangkan
azas manfaat, baik manfaat akademik maupun manfaat praktis.
3. Mekanisme pengambilan data cenderung belum maksimal memenuhi
kaidah-kaidah penelitian sehingga peneliti kerap kali mengambil
jalan pintas sehingga hasil penelitiannya kurang kredibel.
4. Peneliti belum menjadi sebuah instrument Pemerintah untuk
membuat kebijakan yang strategis tetapi lebih pada kepentingan
pribadi.
5. Jasa peneliti belum dihargai oleh Pemerintah sesuai profesionalisme
dalam mengungkap probelmatika.
6. Peneliti di bidang akademik cenderung mulai sifat instan, yang
penting cepat selesai sehingga melakukan hal-hal yang kerap kali
bertentangan dengan kaidah metodologi penelitian.
7. Kurangnya panduan peneliti dalam bidang Dakwah dan komunikasi.
Rumpun ilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di Kementrian
agama kurang memiliki para ahli sehingga perkembangannya kurang
signifikan.
Dari identifikasi permasalahan tersebut, maka perlu buku panduan
peneliti khusus bagi konsentrasi dakwah dan komunikasi untuk
memudahkan para ilmuan dan praktisi dakwah dan komunikasi dapat
maksimal melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi serta
solusi berupa rekomendasi dan kebijakan strategis pada kementrian agama
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 13
dan instansi lain yang terkait sehingga, terjadi perubahan sosial yang lebih
baik di Indonesia.
Perubahan sosial dapat terjadi jika ada temuan seperti contoh penemuan
media teknologi komunikasi telah terbukti telah melakukan perubahan
sosial yang sangat cepat terhadap masyarakat dunia. Temuan ini, termasuk
penemuan yang spektakuler dari hasil analisis dan pendekatan ilmiah yang
mendalam.
Selain analisis dan pendekatan metode penelitian dakwah dan
komunikasi yang tidak kalah penting menurut Mustarin Singke adalah
tulisan itu harus runtut adalah dan memiliki satu kesatuan yang tak
terpisahkan sebagai contoh:
1. Pemilihan masalah harus jeli melihat hubungan dan batasan masalah
tersebut.
2. Relevansi antara Masalah dengan judul.
3. Relevansi antara judul bab dengan sub masalah.
4. Relevansi antara Bab dengan Bab.
5. Hubungan submasalah dengan tujuan, saran dan rekomendasi.
6. Hubungan kesimpulan dan sub-sub masalah
7. Relevansi antara kesimpulan, masalah dan abstrak.
Inilah yang akan menjadi perhatian serius dalam buku metodologi
penelitian dakwah dan komunikasi.
A. Pengertian penelitian
Metode penelitian dalam bahasa inggris disebut sebagai science research
method metodologi berasal dari kata metodologi maknanya ilmu yang
menyelidiki, menelaah, cara pencarian, penyusunan, pengejaran, atau
penelitian. Research artinya melakukan pencarian. Berarti metodologi
BAB 2LANDASAN FILOSOFIS
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 14
penelitian adalah seperangkat ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah,
sistematis logis, tentang mekanisme pencarian data yang berkenan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis kemudian diambil kesimpulan dan
rekomendasi demi kemaslahatan umat manusia.
B. Landasan Normatif.
Penelitian yang baik perlu memiliki landasan kebenaran korenspodensi,
koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri. Sejak awal prinsip ini perlu
dibangun untuk menentukan instrument (alat ukur kebenaran) dalam
melihat problematika berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Bagi kaum
positifisme kebenaran empiris yang menjadi alat ukur, tetapi untuk rumpun
ilmu dakwah dan komunikasi Islam melakukan kolaborasi antara khusuli
dan hudhuri dengan aliran empirisme, positifisme, dan idealisme.
Metode penelitian yang telah dianalisis perlu memperhatikan nilai-nilai
etika dan estetika keilmuan sehingga dapat dikategorikan sebagai ilmu.
Pemberlakuan unsur-unsur tersebut biasanya ditetapkan secara khusus
untuk konteks lingkungan akademik yang tertentu. Walaupun begitu, secara
umum, unsur-unsur di bawah ini dipandang berlaku umum dalam setiap
penulisan karya tulis ilmiah.
1. Memelihara kejujuran, ini berarti tulisan yang disajikan bukan
merupakan milik orang lain. Penulis karya tulis ilmiah harus secara
jujur membedakan antara pendapatnya dan pendapat orang lain yang
dikutip. Pengutipan pernyataan dari orang lain harus diberi kredit,
pengakuan atau penghargaan dengan cara menyebutkan sumbernya.
2. Menunjukkan sikap rendah hati (tawa>d}u‘). Karya tulis ilmiah, misal-
nya, tidak perlu mengobral kata-kata atau istilah-istilah asing dalam
konteks yang tidak tepat dan perlu karena penulis bermaksud mema-
merkan kemampuannya dalam bahasa asing yang bersangkutan.
Biasanya, penulisan kata-kata asing diperlukan jika padanannya
dalam bahasa Indonesia belum ada atau dianggap belum tepat. Begitu
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 15
juga pengutipan dan perujukan silang (cross reference), baik dalam
catatan kaki maupun dalam daftar pustaka, sebaiknya tidak memuat
literatur-literatur yang tidak relevan dengan topik karya tulis ilmiah,
sebab yang demikian itu dianggap hanya memamerkan kekayaan
literatur dan kemampuan bahasa (asing) penulisnya saja.
3. Bertanggung jawab atas informasi dan analisis yang diungkapkan,
serta tidak melemparkan kesalahan yang terdapat dalam karya tulis
itu kepada orang lain, atau pihak lain.
4. Bersikap terbuka, dalam arti memberikan kesempatan kepada pihak
lain untuk memeriksa kembali kesahihan data dan fakta yang
dikemukakan dalam karya tulis ilmiah itu.
5. Bersikap cermat dalam mengemukakan data, pernyataan, penulisan
nama orang, nama tempat, ejaan, dan lain-lain. Kesemberonoan dan
kemalasan dalam melakukan pengecekan ulang terhadap data yang
dikemukakan menunjukkan rendahnya etika dan tradisi ilmiah sese-
orang.
6. Bersikap objektif dalam menyajikan uraian. Salah satu faktor yang
menunjang sikap objektif dalam mengemukakan argumentasi dalam
sebuah uraian adalah pemahaman yang memadai tentang aturan-
aturan berpikir yang benar, yang dikenal dengan logika. Pemahaman
terhadap bidang pengetahuan ini memungkinkan seseorang
menghindari prosedur dan cara-cara berpikir yang salah (logical
fallacies).
C. Manusia dan masalahnya
Kesulitan-kesulitan dalam menghadapi masalah disebabkan oleh dua
faktor yaitu pertama; orang kurang tahu caranya memecahkan masalah yang
dihadapi itu. Kedua; orang kurang ilmu atau informasi tentang cara
menyelesaikan permasalahan tersebut. Semakin banyak masalah yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 16
dihadapi seseorang semakin sedikit ilmunya dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Orang yang memiliki banyak cara menyelesaikan permasalahan
hidupnya secara praktis umumnya cerdas keluar dari masalah yang dihadapi,
pengetahuan semacam ini disebut ilmu praktis/terapan. Ilmu adalah
kumpulan pengalaman-pengalaman kebenaran yang telah dirasakan secara
kontinyu oleh manusia dihimpung dalam satu struktur kalimat.
Cara penyelesaikan seseorang membutuhkan standar kebenaran sebagai
panduan penyelesaian masalah sebagai kebenaran yang disepakati yang
tertuang dalam bentuk aturan normatif oleh masing-masing komunitas
sesuai agama, budaya, dan idiologinya. Dalam kajian dakwah dan
komunikasi ukuran ilmiah berangkat dari kebenaran korespondesi,
koherensi, pragmatis, khusuli dan khuduri.
Dalam menyelesaikan permasalah menurut ilmu pengetahuan yang telah
ditemukan oleh para ilmuan yaitu cara berpikir analistik dan cara berpikir
sintetik. Filosofi Penelitian Kualitatif Sanapiah Faisal menganalogikan
metodologi penelitian kualitatif seperti lampu lalulintas (traffic lights) yang
berfungsi sebagai pengatur arus gerak kendaraan bermotor yang melintas di
persimpangan jalan. Jika lampu mera menyala maka kendaraanpun
berhenti.
Pertanyaannya adalah apakah arus gerak kendaraan itu termasuk bersifat
mekanistik? atau bersifat otomatiskah prilaku para pengendara kendaraan
tersebut? atau pengedara kendaraan itu mencerminkan mekanisme kausal?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut ternyata tidak tunggal.
Jawabannya sangat bergantung pada aliran pemikiran atau tradisi
pemikiran atau idiologi kebenaran yang dianut. Jawabannya tergantung
pada pemikiran filsafat yang dianut khususnya tentang mekanisme dalam
proses ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dalam kajian metode dakwah dan Komunikasi Islam ini lahir untuk
memperkaya dan memberi nilai etika dan estetika kepada teori-teori
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 17
komunikasi moderen yang berkembang di Eropa dan di Indonesia yang
tampaknya indah dipandang mata tetapi kering dengan nilai-nilai moral
keilmuan. Dampak ini akibat kekeliruan membangun aksiologi keilmuan
dari warisan pemikiran Ibnu Rus, Ibnu Sina yang diadopsi oleh dunia Eropa
kurang memahami proses penerapan ilmu sehingga dapat memicu pola pikir
praktisi ilmuan menilai manusia hanya sekedar materi belaka.
Kekeliruan tersebut berpengaruh terhadap bangunan epistemologi
keilmuan, sehingga melahirkan eksplotasi terhadap alam, pelacuran sumber-
sumber energi tanpa ada program konservasi alam.
Orientasi epistemologi keilmuan melahirkan idiologi kapitalis,
materialisme, positifisme dan pragmatisme yang berdampak pada teori ilmu
komunikasi. Hemat penulis ini telah menyalahi adab/etika keilmuan yang
merubah pola pikir manusia menjadi bijaksana, cinta alam dan berbakti
pada Tuhan sebagai sumber ilmu. Dalam mendapatkan ilmu tradisi eropa
tidak memiliki adab/etika dalam mendapatkan ilmu sehingga ilmu yang
diproduksi cenderung liar dan tidak bisa di jinakkan. Sehingga lahirlah
produk demokrasi sebagai bentuk produk ilmu yang semata-mata mencari
kemenangan tetapi tidak mencari kebenaran inilah fakta dari ilmu yang
kering dengan nilai-nilai etika dan estetika.
Gregori Bateson juga memberikan sanggahan yang sangat tegas oleh
sebagian ilmuan barat yang beridiologi empirisme, materialism, dan
idialisme juga telah menyalahi kaidah-kaidah epistemologi yang
bertentangan dengan nilai-nilai h}ikmah.
Implikasi epistemologi yang keliru tersebut, berkorespondesi terhadap
produk teknologi dan komunikasi moderen yang menyebabkan rusaknya
lapisan-lapisan alam, insektisida, polusi, lapisan ozom rusak, jalur lalu-
lintas pesawat terbang, jarahan radioaktif, lalu-lintas informasi dan
menopoli satelit. Semua ini diakibatkan oleh kekeliruan membangun
epistemologi ilmu pengetahuan karena motivasi kapitalisme yang tidak
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 18
terkenali dijadikan idiologi dalam keilmuan yang berdampak pada
penerapan ilmu itu.
Hemat penulis inilah prediksi Ali bin Abi Thalib yang dikutip Amsal
Baktiar bahwa celakalah orang yang tidak mengetahui apa hakikat ilmu
pengetahuan tetapi tidak pernah bersujud pada pemberi ilmu pengetahuan
itu. ilmu ruhani akan hilang meninggalkan materi ilmu. Kelihatan hanya
jazat ilmu yang tampak menarik dipermukaan tetapi kering dengan nilai
kearifan, melainkan ia bringas laksana beringasnya harimau lapar.
Kebringasan itu tampak pada pencitraan negara Timur Tengah dan asia
tenggara dicitrakan lewat propaganda komunikasi lewat teknologi informasi
guna merusak citra masyarakat Timur Tengah sesama ciptaan Tuhan yang
diberi ruang untuk hidup diplanet bumi. Sikap yang sama juga diprediksikan
oleh Bacon mengenai ciri epistemologi keilmuan Barat yang mendewakan
materialisme dan sekularisme yang ingin menguasai alam adalah mustahil.
Bacon menilai bahwa epistemologi ilmu pengetahuan era sekarang hanya
menarik secara bentuk tetapi kurang memiliki jiwa perbaikan akibat proses
epistemologi yang keliru. Produk epistemologi ilmu komunikasi cenderung
memengaruhi, menjajah dalam berbagai macam produk keilmuan seperti,
demokrasi, budaya, teknologi dan eksploitasi sumber daya alam baik laut,
maupun udara karena idiologi yang dibangun adalah idiologi materialisme
yang berlebihan. Dampak negatif dari kekeliruan epitemologi tersebut,
melahirkan gempa dimana-mana serprti Aceh tahun 2003 Jepang tahun
2011, kerusakan alam, polisi udara, darat semua ini tidak terlepas dari
kekeliruan membangun epistemologi ilmu pengetahuan.
Gejolak penjajahan keilmuan barat tersebut sehingga perlu diberikan
nilai aksiologi Islam yang berbasis pada Al-Quran dan Sunnah sehingga
nilai informasi itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qana>ah. ada
titik temu antara ilmu langit dan ilmu alam. Doktrin sumber komunikasi
Islam yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw merupakan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 19
sumber primer materi pengetahuan yang perlu didesain menjadi ilmu
pengetahuan yang memiliki fungsi kearifan antar sesama manusia.
Wacana komunikasi Islam disusun kemudian direalitaskan dalam bentuk
Aqidah, syariah dan Akhlaq dalam tataran implementatif trilogi ini harus
menyatu dalam membangun disiplin ilmu komunikasi Islam yang permanen.
Al-Quran, Sunnah Rasulullah, Fenonema alam wadah kajian ontologi yang
dapat mengungkap wujud sumber pengetahuan yang tersirat dalam Al-
Quran dan Sunnah perlu dieksplorasi menjadi materi keilmuan bagi
konsentrasi dakwah dan komunikasi.
Disiplin ilmu komunikasi Islam di Fakutas Dakwah dan Komunikasi di
seluruh Indonesia belum menjadi konsumsi permanen tetapi hanya sebatas
wacana pengetahuan semata belum menjadi sebuah disiplin ilmu yang dapat
diferifikasi secara ilmiah. Kajian ini menjadi penting untuk mendapatkan
format komunikasi Islam yang berasal dari perpaduan antara komunikasi
murnih yang bercorak bottom up dan komunikasi Islam yang bercorak top
douwn serta bagaimana model integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah
dan komunikasi murnih.
Al-Quran dan Sunnah sebagai wujud pengetahuan tersebut, perlu
didialogkan dengan fakta empiris tentang proses komunikasi sesama umat
manusia yang sesuai nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah. Untuk mendialogkan
Al-Quran dan Sunnah tersebut membutuhkan teori ilmu pengetahuan untuk
mendapatkan sumber materi kemudian disusun secara sistematis sesuai
kaidah-kaidah logika matriil filsafat ilmu pengetahuan berdasarkan pada
aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya sumber pengetahuan
dalam Al-Quran dan Sunnah jika melihat objek pengguna komunikasi Islam
yang berjumlah 5 Milyar jiwa, yang berbeda-beda suku etnis, agama,
budaya secara naluri membutuhkan pola komunikasi yang dapat
menyehatkan jiwa, serta meminimalisasi terjadinya konflik maka peran
komuniksi Islam sangat dibutuhkan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 20
Untuk menjadikan materi pengetahuan yang telah ditemukan dalam ayat
Al-Quran dan Sunnah tersebut, perlu diproses lewat epistemologi sebagai
teori ilmu pengetahuan yang mengkaji dan menyelidiki secara sistematis
wujud materi yang telah didapatkan dari penelusuran ayat Al-Quran,
Sunnah dan fakta empiris yang dapat cernah oleh akal dan panca indra
menjadi sebuah bangunan keilmuan yang mandiri.
Setelah telah disusun materi pengetahuan tersebut di dalam mesin
epistemologi secara sistematis maka proses selanjutnya ilmu tersebut dinilai
manfaat bagi kemaslahatan umat dalam teori ilmu pengetahuan yakni
aksiologi. Teori ilmu ini menyelidiki, mengkaji dan menelaah nilai etika dan
estetika dari materi ilmu tersebut.
Permasalahannya adalah komunikasi Islam masih bersifat parsial belum
berdiri menjadi satu disiplin tersendiri. Pertanyaan adalah bagaimana cara
komunikasi Islam dapat menjadi disiplin ilmu yang mandiri, dan bagaimana
pola integrasinya dengan disiplin ilmu dakwah dan komunikasi. Dalam
makalah ini penulis rumuskan menjadi 3 pokok masalah yaitu:
1. Apa materi Dakwah dan komunikasi Islam dalam kajian ontologi,
epistemologi, dan aksiologi?
2. Bagaimana menyusun teori kebenaran menurut Dakwah dan
komunikasi Islam dalam kajian ontologi, epistemologi, aksiologi?
3. Mengapa harus ada proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan
komunikasi?
Untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap judul makalah ini,
maka perlu penulis jelaskan makna leksikal dan gramatikal kalimat dari
judul makalah ini. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya pemahaman makna
lain dari kata dan kalimat dalam judul makalah di atas.
Pengertian Komunikasi Islam: Ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
secara sistematis, analitis, proses pengiriman pesan dan penerimaan
informasi yang dapat merubah prilaku manusia menjadi lebih baik
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 21
berdasarkan sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Definisi komunikasi Islam
di atas maka proses selanjutnya adalah mendesain materi komunikasi Islam
baik objek formal (materi keilmuan) dan objek informasi (Prilaku
komunikasi manusia). Semua ini diferifikasi dalam mesin teori ilmu yakni
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Komunikasi Islam adalah: disiplin ilmu yang menyelidiki, mempelajari,
dan menelaah secara kritis sistematis, proses komunikasi dengan Allah,
manusia dan alam baik yang bersifat rasional maupun metarasional,
menurut sifat, tujuan fungsi dan metodenya. Metarasional juga adalah
sebuah realitas yang dapat dirasakan serta dapat berpengaruh pada objek
yang matriil (prilaku manusia).
Komunikasi Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang
mengungkap cara berkomunikasi para Nabi dan Rasul Allah, khususnya
sifat komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. manusia dan alam
semesta. Adab penyebaran dan penerimaan informasi melalui komunikasi
Islam dalam mengekspresikan informasi lebih menekankan pada perubahan
prilaku yang dapat memacu suasana kebatinan untuk gemar melakukan
komunikasi secara baik (ah}san). Tradisi dan prinsip dasar komunikasi Islam
adalah gemar berkomunikasi yang dapat menyehatkan jiwa menjadi baik.
Menyehatkan jiwa termasuk fungsi komunikasi Islam yakni, didasari
oleh niat baik dalam mengubah sikap, memengaruhi, mendidik,
memperbaiki prilaku komunikasi yang dalam bentuk interpersonal,
antarpersonal, kelompok maupun secara massa. Fungsi komunikasi Islam
mencerahkan, menginformasikan, menghibur, dan memperbaiki masyarakat.
Kegemaran berkomunikasi dengan baik inilah yang perlu
diimplementasikan dalam bentuk empiris.
Mekanisme prilaku empiris dakwah dan komunikasi dapat dilakukan
melalui metode komunikasi Islam dengan berbagai macam cara yaitu
Teknik jurnalis Islam, Hablum minallah, Hablum minannas, kaligrafi,
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 22
komputer grafis, desain komunikasi visual Islam, khabar, jadilhum, dan
arsitektur teknologi informasi Islam. Dan analisis sistem informasi Islam.
Dengan demikian komunikasi Islam merupakan suatu sistem dari sumber
Al-Quran dan As-Sunnah, serta perenungan ekperimen rasional dan
metarasional yang memiliki satu kesatuan secara sitematis berdasarkan
kaidah-kaidah normatif yang dapat difahami lewat Al-Quran dan As-
Sunnah. Pemikiran komunikasi Islam menyatu dengan pemikiran teori
komunikasi Islam.
Sejarah komunikasi Islam tidak terlepas dari pergumulan dengan warisan
teologi klasik yang Pergolakan studi pemikiran Islam klasik melahirkan
faham besar yang menguasai pemikiran dunia Islam yakni faham
kejabariahan dan keqadariahan. Perdebatan teologi ini melahirkan cara
pandang dalam memahami komunikasi Islam dan alam realitas. Warisan
peradaban keilmuan klasik sangat menentukan target kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa yang akan datang.
Paradigma komunikasi Islam ini tentunya membutuhkan kajian ilmiah,
yang menjadi under line adalah faham kejabariahan dan keqadariahan
tersebut telah menjadi kekayaan khazanah pemikiran komunikasi Islam
dalam pengembangan keilmuan. Hemat penulis faham kejabariahan dan
keqadariahan secara empiris yang menguasai pola pikir keilmuan
komunikasi Islam dewasa ini.
Perkembangan tiga mazhab teologi besar yakni, Mu’tazilah, Asy’ariyah
dan Maturidiyah peletak dasar konstruksi pemikiran komunikasi Islam yang
memiliki wawasan keislaman dan corak komunikasi yang berbeda-beda
secara teologis. Perbedaan ini lahir dari proses komunikasi yang panjang
sehingga menghasilkan wawasan dialektika komunikasi Islam hingga
sekarang. Perdebatan dalan sejarah peradaban Islam klasik ini hemat penulis
satu kekayaan intelektual dalam bidang komunikasi Islam.
Dari proses ontologi para ilmuan baik filosof maupun agamawan sangat
memengaruhi pola pengembangan keilmuan Komunikasi Islam khususnya
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 23
dalam membangun idiologi kebenaran. Semua ini akan berdampak pada
pengembangan keilmuan. Hemat penulis dalam bangunan teori dalam
komunikasi Islam harus lahir dari rahim akumulasi Al-Quran, Sunnah, dan
peradaban keilmuan yang ada di dunia barat dan timur. Karena ilmu itu
otoritas Tuhan yang ditempelkan pada diri manusia yang lemah, kemudian
dengan ilmu manusia dapat berbuat kebajikan, kesejahteraan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kemaslahatan seluruh makhluk Tuhan di
permukaan bumi ini.
Untuk menghindari hal tersebut, kajian komunikasi Islam harus lahir dari
rahim Al-Quran dan Sunnah yang didesain berdasarkan kaidah dialektika
logika yang baik, kemudian dikonfirmasikan dengan fakta empiris. Adapun
ciri dari ilmu pengetahuan komunikasi Islam yaitu ada perbedaan ontologi,
epsietemologis dan aksiologis dengan ilmu komunikasi murni. dibangun ada
beberapa kriteria proses ontologi yang perlu menjadi pertimbangan dalam
mendesain ilmu pengetahuan.
Banyak terminologi Al-Quran yang memiliki potensi sumber ilmu
pengetahuan disiplin ilmu komunikasi Islam yang bercorak perumpamaan
(Ams}}al). terlebih dahulu perlu diketahui apa hakikat manusia sebagai
makhluk yang diberi kuasa oleh Allah menjadi khalifah yang diberi amanah
membangun peradaban dunia berdasarakan kekuatan akal sehingga dapat
mengungkap yang abstrak menjadi nyata.
Selain itu unsur yang perlu ada dalam sebuah bangunan ilmu adalah
aspek objeknya, darimana sumber materi pengetahuan tersebut, apa
hakikatnya, bagaimana cara menyusunnya sehingga menjadi satu disiplin
ilmu baru, mungkinkah manusia dapat memahaminya, sampai dimana
batasannya, apa manfaatnya dan mengapa ilmu ini harus lahir.
Manusia sebagai penemu ilmu diciptakan memiliki peran memakmurkan
dunia ini berdasarkan informasi wahyu langsung maupun tidak langsung
serta batas kekuatan, kelemahan, hal yang diketahui, yang tidak dapat
diketahui yang diberikan kepada Allah. Manusia sebagai makhluk
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 24
komunikasi Al-Quran menginformasikan dengan menggunakan huruf alif,
nun dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas, basyar, bani adam dan
zurriat Adam. Kata basyara di ambil dari kata basyarah yang artinya kulit
yang indah yang berbeda dengan kulit binatang lain. Dalam QS Al-
Kahfi/18: 110 Allah menginformasikan
Terjemahnya:Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yangdiwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalahTuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan denganTuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh danjanganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepadaTuhannya".
Ayat ini memberikan isyarat bahwa dari sisi basyar manusia semua
sama secara anatomi diproses berdasarkan sunnahtullah yang sama. Hal ini
membuktikan bahwa yang akan membedakan manusia yang satu dengan
lain adalah kreatifitas mendapatkan ilmu. Semakin berkembang peradaban
keilmuan seseorang semakin canggih budipekerti dan kesejahteraan
hidupnya.
Semakin banyak ilmu kebaikan yang diinput melalui panca indra
semakin arif dalam melakukan tata tertib cara berkomunikasi, semakin
banyak menginput informasi negatif semakin tinggi kecendrungan
berkomunikasi yang tidak Islami.
Potensi manusia dalam menemukan ilmu banyak diinformasikan dalam
Al-Quran seperti: QS At-Tin/95:5, Al-Isra/17: 70, QS Ibrahim/14: 34, QS
Al-Kahfi/18: 54. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda alam,
manusia terdiri dari Jazat : ( Unsur: Jiwa, Naps, Akal, Hati, dan fuad). (
Unsur Sifat: Air, Api, Tanah dan Angin (AATA/Hamba) Unsur cosmos
kemudian Allah fasilitasi rahasianya (Ruh), semua kekuatan yang Allah
berikan kepada manusia ini memiliki potensi melakukan rekayasa wujud-
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 25
wujud yang ada sesuai kadar yang telah ditentukan Allah swt dalam
menjelajahi alam semesta ini.
Arip Tiro dalam bukunya bagaimana aku berfikir. Ia menjelaskan
pentingnya dialektika berfikir unruk mendapatkan pengetahuan yang
melalui panca idra yang diberikan Tuhan. sesuai kemampuan panca indra
dalam menginterpretasi simbol-silmbol alam semesta ini sebagaimana di
informasikan dalam QS Al-Baqarah/2: 31-33.
Terjemahnya:31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat laluberfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamumamang benar orang-orang yang benar.32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahuiselain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; SesungguhnyaEngkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakankepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit danbumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamusembunyikan.
TerjemahanQS Al-Baqarah / 2 : 31 yakni memberikan penjelasan proses
pancaindra merekam peristiwa terhadap terhadap tanda/simbol alam yang
dapat ditangkap oleh panca indra. Memperhatikan geonologi benda dan
fenomena yang tampak pada diri manusia dan alam dalam melakukan
komunikasi. Dalam tafsiran lain terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana
kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah
ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan
faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti
tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 26
F. Kajian Filosofis
Komunikasi Islam dalam makalah ini akan diwarnai oleh tradisi filsafat
Islam di mana ada 3 mazhab dominan di dalamnya yakni mazhab
peripatetik dengan tokoh Al-Farabi dan Ibnu Sina mudah dengan warna
rasionalistik Aristotelian yang begitu khas, mazhab illuminasionis (isyraqi)
dengan tokoh Suhrawardi Al-Maktul dengan corak sintesis antara
rasionalisme Aristotelian dengan intuisi neo-Platonisme, sehingga mazhab
Isyraq menggabungkan antara pemikiran rasional dengan pemikiran intuitif
yang bersumber dari wujud sang filosof melalui metode riyadhah.
Mazhab yang ketiga adalah al-Hikmah al-Muta’alliyah dengan tokoh
Mulla Shadra, mazhab ini bercorak Isyraqi hanya saja Mulla Shadra
menambahkan dimensi wahyu sebagai sumber sah gagasan filosofis. Dari
uraian ini terlihat bahwa pertentangan antara pengetahuan filsafat dan
pengetahuan mistik hanya terjadi pada mazhab peripatetik sedangkan pada
mazhab isyraqi dan Al-hikmah Al-muta’alliyah, filsafat justru dijadikan
lidah bagi pengungkapan pengetahuan-pengetahuan batin.
1. Sumber pengetahuan: Pengetahuan mistis bersumber dari kedalaman
wujud sang mistikus, ini berdasarkan kaidah ke-aku-an. Pengetahuan
adalah wujud itu sendiri, sepanjang hal-hal ilusif ke-dia-an yang
memakai topeng ke-aku-an tidak ditanggalkan, maka
wujud/pengetahuan akan tetap bercampur dengan
ketiadaan/kebodohan. Ke-dia-an (identitas ilusif aksidental yang
menempel dan terpahami sebagai hakikat-esensial seperti pangkat,
harta, garis darah) mesti dilebur, seperti emas yang dibakar agar logam
selain-emas bisa sirna, kedalam identitas sejati yakni kebergantungan
dan kefakiran itu sendiri terhadap Wujud Wajib, yakni Kekasih Sejati.
2. Alat/medium pengetahuan: Pengetahuan mistis diperoleh melalui hati
atau jiwa yang dibersihkan dari hal-hal yang menempelinya seperti
hasrat dan ketamakan, kebencian dan permusuhan, serta hal-hal yang
tidak adil lainnya (ifrat dan tafrid). Keadaan yang mesti digapai sang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 27
mistikus adalah keadaan washatan atau pertengahan, yang berkonotasi
terhadap keadilan atau menempatkan sesuatu pada tempatnya.
3. Objek pengetahuan:Pengetahuan mistis juga menjadikan wujud sebagai
objek kajiannya, hanya saja dalam perkembangan selanjutnya, para
mistikus menganggap bahwa wujud hakiki hanya milik Tuhan semata,
dan seluruh mahluk hanya memiliki wujud metaforis belaka, seperti
pohon dan bayangannya atau matahari dan sinarnya. Keduanya,
matahari dan pohon, eksis hakiki. Sedangkan bayangan pohon dan
sinar matahari eksis hanya sebagai efek atau subordinasi dari pohon
dan matahari.
4. Cara memperoleh pengetahuan: Sang mistikus melakukan apa yang
disebut olah batin atau riyadhah yang disebut juga aktifitas untuk
menyingkirkan segala ke-dia-an sehingga yang tinggal hanya aku di
mana aku adalah engkau itu sendiri, ini berdasarkan hadist dari Nabi
Suci Saw. Bahwa Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal
Tuhannya. Riyadhah bisa berbentuk zikir, shalat, puasa, atau aktivitas-
aktivitas manapun yang dianggap bisa meleburkan ego-rendah ke
dalam Ego-Ilahiyah. Poin lain yang mesti dicatat dalam cara
pengetahuaan mistik diperoleh adalah penekanan pada otoritas dan
tradisi, sehingga kehadiran pembimbing spiritual (mursyid) adalah
sesuatu yang vital.
Teori kebenaran yang paling kuno adalah teori pengetahuan ontologi,
epiatemologi dan aksiologi yang pertama kali digunakan oleh Thales.
Sumber ilmu pengetahuan komunikasi Islam didapatkan dari berbagai
sumber ilmu yaitu dari Al-Quran dan Sunnah dan fenomena alam yang
saling melengkapi dan tidak bertentangan dengan usaha mencari kebenaran.
Corak dan watak ilmu pengetahuan menurut Basman kerap kali
dipengaruhi oleh aliran subjektivitas dan objektivitas para ilmuan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 28
berdasarkan fakta empiris dan standar kebenaran yang dibangun, sesuai
dengan kekuatan referensi yang ditelaah oleh panca indra.
Masalah Pokok yang dibahas dalam filsafat komunikasi Islam:Ontologi
(Wujud Metafisika): Mengkaji, menyelidiki tentang wujud Teologi,
Kosmologi dan Antropologi komunikasi Islam. Epistemologi: Cara
mengetahui wujud mengkaji, menyelidiki tentang hakikat pengetahuan,
sumber pengetahuan dan metode pengetahuan komunikasi Islam. Aksiologi:
Mengkaji, menyelidiki tentang etika (akhlaq natural dan akhlaq teologis),
dan Estetika (keindahan natural dan keindahan teologis) komunikasi Islam.
Ontologi: berasal dari bahasa Yunany yaitu ontos dan logos. Ontos
artinya: Sesuatu yang ada. Ontologis adalah teori ilmu tentang hakikat yang
ada yang menyelidiki apek teologis, kosmologi dan antropologi. Hal ini juga
diteguhkan oleh Neong Muhajir dalam bukunya filsafat ilmu ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh wujud tetapi ia adalah
inti materi yang bersifat universal.
Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos.
episteme artinya pengetahuan atau kebenaran, logos artinya:pikiran kata
atau teori. Cara menyusun secara sistematis sumber pengetahuan yang telah
diproses oleh teori wujud pengetahuan (ontologi) menjadi sebuah bangun
ilmu pengetahuan yang bebas tekanan psikologi.
Aksiologi: berasal dari bahasa Yunani axios berarti nilai dan logos
berarti teori. Cara pengelolaan ilmu dengan menelaah aspek etika dan
estetika dari objek materi ilmu tersebut. Integrasi komunikasi Islam dengan
Dakwah dan Komunikasi murnih adalah penulis menggunakan terminology
Firdaus yaitu penyatuan displin ilmu tetapi tidak merubah jenis materi ilmu
tersebut.
Ketiga teori ilmu pengetahuan ini merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh setiap praktisi ilmuan dalam mendesain disilpin ilmu. Ilmu
yang mandiri memiliki struktur, sistematika yang bersifat universal, dapat
diferifikasi dan dapat dicernah oleh indra manusia. Konsep teori ini yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 29
berkembang didunia barat dan hampir seluruh lembaga akademik. Tapi
penulis memilih 3 teori kebenaran yaitu kebenaran empiris, kebenaran
relatifis, kebenaran pragmatis, yang bersifat linier dan unlinier (meta
empiris) inilah yang akan menjadi standar kebenaran ilmu komunikasi Islam
dalam kajian makalah ini.
1. Ontologi
Aspek kajian ontologi komunikasi Islam meliputi wujud teologi,
kosmologi dan antropologi. Para filosof pada masa pemerintahan Mu’tazila
selain melakukan proses kontenplasi, juga mengembangkan dan
memaksimalkan fungsi rasionalisme dan empirisme sebagai cara
mendapatkan pengetahuan untuk mengetahui alam realitas dengan
melakukan investasi ilmu dengan menerjemahkan buku-buku filsafat
Yunani kedalam bahasa Persia dan Arab.
Pada prinsipnya sumber pengetahuan komunikasi Islam bersifat top
down maka difahami dalam Al-Quran QS Ar-rahman/55: 1-5 Allah
menginformasikan lewat wahyu-Nya mengajarkan manusia pandai
berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal lewat simbol-simbol
qaulia dan kauniah yang dapat dicernah oleh panca indra oleh manusia.
Al-Quran dan Sunnah banyak menginformasikan wujud komunikasi
Islam lisan dan menggunakan media pena, tinta dan al-Qalam. Wujud
komunikasi Islam dalam Al-Quran dan Sunnah yang akan menjadi sumber
teori dalam komunikasi Islam adalah sebagai berikut:
Komunikasi bi al-Lisan, (Verbal) bi al-Qalam (NonVerbal) dan bi al-
Hal (Bodi Language/Komunikasi Tindakatan nyata).
Komunikasi Islam bentuk ilmu al-Badi (ilmu tentang cara mengatur
keindahan bahasa), ilmu al-Ma’ani (ilmu tentang cara memberikan
pemahaman) dan al-Bayan yakni (ilmu yang memberikan penjelasan).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 30
Komunikasi Islam bentuk. Ams}al Musarrahah, adalah yang
didalamnya dijelaskan dengan lafadz masal atau sesuatu yang
menunjukkan tasybih.
Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamsil (pemisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna
yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai
pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada orang yang serupa
dengannya. Ams}al Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak
menggunakan lafaz} tasybih secara jelas.
Komunikasi Qaulan baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23,
Qaulan layyinan QS Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2:
235, QS An-Nisa/4:5, Al-Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-
Isra/17: 28 Qaulan Sadidan.
Instrumen Al-Quran di atas sebagai bentuk-bentuk metode komunikasi
Islam dan termasuk materi komunikasi Islam yang membutuhkan
epistemologi yang rapih sehingga memberi manfaat dan kemudahan bagi
praktisi keilmuan dalam bidang komunikasi Islam.
Cara Allah swt memberikan informasi kepada umat manusia yang dpat
dijadikan sebagai sumber pengetahuan (bahan mentah ilmu) yang kelak di
konstruksi menjadi ilmu pengetahuan hemat penulis perlu bantuan ilmuan
tafsir dan ahli komunikasi Islam dalam membangun khazanah komunikasi
Islam yang lebih konprehensip sehingga dapat menjelajahi pesan-pesan
komunikasi Islam dalam memahami Al-Quran dan Sunnah. Berikut ini
penulis kutip ayat dalam QS Arhman/ 55: 1-5 yang ditejermahkan secara
sederhana berikut ini.Terjemahnya:
1. (tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3.Dia menciptakan manusia. , 4. mengajarnya pandai berbicara.5. mataharidan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Terjemahnya:
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 31
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaranyang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. SesungguhnyaTuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat darijalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatpetunjuk. (QS An-Nahl/16:125).
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil. Sumber pengetahuan komunikasi Islam
secara lisan dalam ayat tersebut memberikan gambaran bahwa banyak
materi pengetahuan (firman Allah swt) yang perlu dikomunikasikan dengan
fakta empiris yang selama ini belum digaraf tuntas oleh para ilmuan
komunikasi murni yang lahir di dunia Eropa.
Sumber pengetahuan komunikasi Islam dalam bentuk verbal dan non
verbal penulis dapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah berupa pena, tinta
dalam Al-Quran dan Sunnah berulan menyebutkan keutamaan pena dan
tinta. Salah satu aspek komunikasi Islam yang terdapat dalam QS Al-
Fussilat/41:33
Terjemahnya:Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyerukepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Ayat ini memberikan informasi bahwa manusia itu dikukur pada
lisannya. Sebaik-baik lisannya maka orang tersebut termasuk dalam
manusia yang ahsan(baik). Hal ini sesuai dengan makna )علم( ain, lam, dan
mim. Simbol ‘ain berbentuk mulut bermakna menghimpun ilmu sebanyak-
banyaknya, simbol lam menjulang ke atas bermakna memanjatkan ilmu itu
kepada Allah sehingga ilmu itu berberkah, dan simbol mim bermakna ilmu
harus pragmatis (bermanfaat bagi kemaslahatan umat) serta berbekas
perbaikan setiap melakukan hamblum minannas kepada sesama manusia
dan alam.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 32
Sumber pengetahuan juga dalam Sunnah Rasul saw berulang
menyebutkan keutamaan pena dan tinta yang dikeluarkan oleh Abu Hatim
dari riwayat Abu Khurairah r.a menyebutkan bahwa Rasulullah saw
bersabda: Allah telah menciptakan nun yakni dawat. Dalam hadis yang lain
Rasulullah saw memberikan informasi kepada manusia yang diriwayatkan
oleh Inbu Jarir dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw bersabda:Setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakanqalam, Allah bertitah: Tulislah! Ya Rabbi, apa yang hamba tulis, jawabAllah: Tulislah semua yang ada sampai hari kiamat.
Dua hadis di atas memberikan isyarat bahwa kata nun dalam QS Al-
Qalam/68: 1 tiada lain adalah dawat atau tinta walaupun sebagian ulama
menginterpretasikan pada makna lain. Karena salah satu kehebatan sumber
Al-Quran dan Sunnah para ilmuan diberikan banyak pilihan kebenaran
sesuai kebutuhan dan motivasinya masing-masing dari kajian ilmuan dalam
mendapatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan.
2. Epistemologi
Ketergantungan manusia pada pengetahuan komunikasi Islam adalah
sesuatu yang natural. Ini karena manusia adalah mahluk yang
berpengetahuan dalam arti kemanapun dan dimanapun manusia berada,
maka ia senantiasa membawa pengetahuan komunikasi Islam bersama
dirinya, namun lebih dari itu, kebahagiaan manusia bergantung sepenuhnya
pada pengetahuannya; sejauh mana pengetahuannya bersesuaian dengan
realitas, maka sejauh itu pula kebahagiaan yang bisa digapainya, sebab
pengetahuanlah komunikasi Islam yang menjadikan manusia mampu
mengenali realitas dan bertindak sesuai dengan realitas.
Sampai pada poin ini, kesesuaian pengetahuan dengan realitas adalah
lapis luar dalam analisis kita. Lapis pertama, tentu saja, adalah pertanyaan
berikut, apakah pegetahuan itu mungkin? dalam arti sejauh mana
pengetahuan itu layak disebut pengetahuan? Tidakkah ia berpeluang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 33
menipu? Analisis kita, jika kedua pertanyaan ini telah terjawab, akan
berlanjut pada pertanyaan dengan media apa kita mengetahui? serta apa
saja sumber pegetahuan itu?
Demikianlah sekelumit pertanyaan yang akan menyapa siapapun yang
akan menelisik persoalan epistemologi. Epistemologi berasal dari kata
episteme yang berarti pengetahuan, serta logos‘ yang juga berarti
pengetahuan, hanya saja yang disebut belakangan ini memiliki nuansa
struktural, sistematis dan teleologis. Jadi secara etimologis, epistemologi
berarti pengetahuan terstuktur tentang pengetahuan. Untuk lebih gayanya,
kita sebut saja epistemologi sebagai teori pengetahuan.
Secara terminologis, epistemologi bermakna cabang filsafat yang
meneliti pengetahuan dan apa-apa saja yang berkenaan dengannya, semisal
sumber pengetahuan, medium/alat pengetahuan, objek pengetahuan dan
cara memperoleh pengetahuan. Defenisi lain epistemologi blia diajukan,
sebagai bidang ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai
jenis dan ukuran kebenarannya. Posisi epistemologi sebagai cabang filsafat
sangat istimewa, khususnya dalam filsafat Islam.
Kecanggihan epistemomologi komunikasi Islam yang dikemas para
ilmuan menjadi titik aksentuasi validitas ilmu pengetahuan. Perbedaan titik
tekan pada epistemologi memiliki pengaruh terhadap hasil teori yang akan
digunakan. proses epistemologi komunikasi Islam Al-Gazali mensintesakan
rasionalisme, empirisme, dan kasyf-nya atau hanya mengadalkan kekuatan
rasio dan indra saja.
Jika dipelajari histografi pergulatan komunikasi Islam yang diwariskan
oleh para teolog klasik memberikan inspirasi wawasan yang sangat kaya
dengan unsur-unsur metode atau cara melakukan komunikasi khususnya
yang berhubungan dengan persoalan eksistensi ketuhanan dan alam kosmos.
Konflik pemikiran dan metode dakwah dan komunikasi Islam para
teolog klasik ini sangat memengaruhi alam pikiran umat Islam dewasa ini.
Tetapi kekeliruan yang dipelihara adalah munculnya pembenaran, klaim
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 34
kebenaran terhadap kelompok tertentu dan aliran cenderung alam
pikirannya yang paling benar. Hemat penulis ini adalah kekeliruan yang
kurang mengungtunkan dalam membangun konstruksi epistemologi dakwah
dan komunikasi Islam.
Tetapi harus kritis melihat perdebatan para teolog klasik ini, maka
banyak hikmah, pelajaran dan kekayaan epitemologi komunikasi Islam yang
dapat dipilih untuk membangun arsitektur konstruksi epistemologi
komunikasi Islam permanen yang dapat memberikan kontribusi dan
pelajaran bagi pengembangan komunikasi Islam dewasa ini.
Hemat penulis komunikasi Islam yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah serta warisan kekayaan intelektual para teolog klasik serta
fenomena alam semesta perlu dikomunikasi dengan fakta empiris dewasa
ini, bagaimana proses komunikasi profetik, komunikasi spiritual,
komunikasi telepati, intrapribadi, antar individu, antar kelompok, massa,
antar budaya sesama bangsa dan antar negara sekalipun.
Karunia Allah swt yang paling besar adalah diberi kekuatan berpikir dan
kepekaan rasa sehingga dapat menangkap pesan atau tanda-tanda kebesaran
Tuhan kemudian melakukan ekperimen-eksperimen teknologi yang dapat
memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Hemat penulis unsur-unsur media perakam ilmu pengetahuan manusia
adalah sebagai berikut: unsur-unsur pendeteksi materi pengetahuan dalam
dakwah dan komunikasi Islam.
a. Ruh (rahasia Allah)
b. Akal (Logika)
c. Al-Sama’u
(Pendengaran)
d. Al-Absa>ru
(Penglihatan)
e. An-Naps (Napsu)
f. Al-Fu’a>du (Hati)
Semua fasilitas yang Allah berikan ini, sebagai alat pendeteksi, perekam,
fenomena alam untuk melahirkan kebenaran dan proses penyusunan
pengetahuan menjadi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Unsur-unsur
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 35
primer (penyebab pertama) lahirnya komunikasi Islam yang bersumber dari
Allah yang Esa. Manusia diciptakan berasal dari sumber 4 anasir yaitu: Air,
Api, tanah dan Angin kemudian Allah tempelkan
rahasianya(ruh)/integrasikan dengan 4 anasir menjadi 5 unsur tersebut
sehingga membentuk namanya manusia yang fitrah. Kata fitra berasal dari
al-fatar (bayangan pencipta) sehingga sangat memungkinkan menjadi
khalifah di Bumi.
Dalam komuniksi Islam banyak inspirasi metode tomunikasi yang dapat
dijaidkan sebagai pedoman dala melakukan komunikasi untuk menghindari
terjadinya komunikasi yang tidak efektif adalah sebagai berikut:
1. Taqwallah Lugah (Takut berkomunikasi yang salah)
2. Da’wat al-Na>s bi al-Lisa>n (Berkomunikasi secara verbal).
3. H{usn al-Istima> wa al-Ins}a>t (Adab mendengar dan memusatkan
perhatian).
4. Al-Tadabbur (Komunikasi analisis)
5. Al-Muja>dalat bi allati> hiya Ah}san (Komunikasi sharing tingkat
tinggi)
6. Husn al-Qawl (pemilihan kata yang baik).
7. Isti’ma>l al-H{awa>s (memaksimalkan panca indra sebagai respon
terhadap aksi simbol). Bi H{ikmah wa al-Mau’zah al-H{asanah
(Mengungkap hikmah dalam proses komunikasi Islam dalam
Nasehat yang baik).
8. Al-Tadarruj fi> ta’dil al-sulu>k (tahapan Komunikasi Islam).
9. Tauzi> Al-Ta’allum (berproses Komunikasi Islam)
10. Al-Intiba>h (menarik Perhatian), Al-Tikra>r (Pengulangan-
pengulangan)
11. Al-Qudwah Al-H{asanah (Memiliki nilai entertainer), Al-H{iwa>r
(Dialog)
12. Darb al- Ams\al wa al-Tawd}ih} al-Hiss>i li al-Ma’ani> (Membuat
analog-analog yang mudah dicernah panca indra manusia).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 36
13. Al-Targhi>b wa al-Tarhi>b (Motivasi dan Inovasi)
14. Al-Qissi (Realitaskan dalam bentuk cerita/Kisah Cerita)
15. Al-Ibrah wa Maw’iz}at al-H{asanah (Komunikasi Produktif yang
mengadung nilai pelajaran), Al-S|awa>b wa al-‘Iqa>b (Memberikan
komunikasi yang sifatnya dapat menekan psikologi).
16. Al-Mumarasah al-Amaliyyah (Pagelaran/Gebyar Komunikasi)
17. Al-Rihlah al-Ilmiyyah (Komunikasi Ilmiyah).
18. Al-Ta’allum Mada> al-H{ayat (Komunikasi sepanjang masa)
19. Fastabiq Al-Khaira>t (kompetisi komunikasi yang baik)
20. Ijad al-Bi’ah al-Islamiyyah (Menciptakan suasana komunikasi yang
Islami).
Penduduk dunia yang tersebar di planet bumi ini dari sisi basyariah
manusia adalah makhluk komunikasi sebagai dasar naluri manusia secara
universal. Petunjuk Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber pokok materi
pengetahuan perlu pengkajian secara sistematis untuk memudahkan proses
desain ilmu pengetahuan bidang komunikasi Islam. Komunikasi Islam yang
lahir Top douwn sedangkan komunikasi murnih lahir secara bottom up. Hal
ini menarik dialogkan kedua disiplin ilmu tersebut sehingga mendapatkan
corak baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan baru dari
pengembangan konsentrasi dakwah dan komunikasi.
Secara ontologi banyak term Al-Quran yang dapat dijadikan sumber
pengetahuan yang kelak dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dalam
komunikasi Islam seperti yang tersurat dalam QS An-Nisa/4: 63, Qaulan
baligan, Qaulan kariman QS Al-Isra/17: 23, Qaulan layyinan QS
Taha/20:44, Qaulan Ma’rufan QS Al-Baqarah/2: 235, QS An-Nisa/4:5, Al-
Ahzab/33: 32. Qaulan maisyura QS Al-Isra/17: 28 Qaulan Sadidan QS An-
Nisa/4: 9, QS Al-Ahzab/33: 70-71.
Informasi sumber pengetahuan dalam Al-Quran tersebut akan menjadi
komponen utama bagi desain ilmu Komunikasi Islam. Sumber pengetahuan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 37
yang terpelihara secara lisan (hafalan) maupun secara konseptual ini adalah
objek kajian ontologis bagi desain pengembangan ilmu komunikasi Islam.
Untuk mengungkap persoalan metafisik yang ada kaintannya dengan
sumber material ilmu komunikasi Islam dalam Al-Quran hemat penulis
perlu kesucian jiwa, dan motivasi (niat) yang suci dengan semata-mata
mengharap ridha dari Allah sebagai penguasa ilmu dilandasi oleh keahlian
dalam bidang ilmu tafsir dan ilmu komunikasi Islam.
Karena luasnya khazanah nilai dalam Al-Quran dan substansi pelajaran
komunikasi Islam yang tersirat maupun tersurat maka perlu pejelajahan dan
pemetaan sumber ilmu pengetahuan yang relevan dengan struktur ilmu
komunikasi Islam. Hal ini untuk melakukan pemetaan secara tematik
sumber pengetahuan komunikasi Islam dengan melakukan klasifikasi dan
spesialiasi dari ayat yang telah ditakrij secara tematik.
Komunikasi Islam adalah disiplin ilmu yang membawahi beberapa ilmu-
ilmu pengembangan yang erat kaintannya dengan kebutuhan dasar manusia
dalam melakukan interkasi khususnya cara berkomunikasi yang bewawasan
Islam antara lain seperti:
1. Komunikasi Spiritual: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam yang dilakukan seara ritual seperti: shalat, haji,
puasa, zakat dan tasawuf.
2. Komunikasi Islam Human Realtion dan Public Relation
mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam cara
membagun jaringan (Hablum minallah, Hablun Minannas dan
Alam).
3. Komunikasi Profetik: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul dalam
menyampaikan pesan agama dan kehidupan sosial sesuai
zamannya masing-masing.
4. Komunikasi Ulil Albab: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam yang dilakukan secara intrapersonal melalui
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 38
penjelajahan berfikir yang mendalam baik yang dilakukan secara
qiaman, waqu’udan, dan wajunubihim.
5. Teknologi Komunikasi Islam : Media cetak dan Elektromik (TV,
Radio,Hp, Internet baik yang sifatnya global maupun bersifat
LANI (Lokal Areal Network Islam).
6. Desain Komunikasi Visual Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan
efek dari komunikasi Islam yang dilakukan secara visualisasi
tanda dan simbol-simbol Islam (semiotika Islam) seperti
kaligrafi, gambar mekah/kabbah yang bergerak maupun yang
tidak bergerak.
7. Komunikasi Global Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek
dari komunikasi Islam yang dilakukan sistem telekomunikasi
(komunikasi jarak jauh) antara provinsi, antar negara, antar
bangsa seperti OKI dan sejenisnya.
8. Komunikasi Telepati: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam seperti ilmu magic, hipnotis dan sejenisnya.
9. Komunikasi Penyiaran Islam; mengkaji, menyelidiki cara dan
efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep dan
pola penyebaran informasi yang dilakukan dengan cara bi al-
Lisan, bi al-Qalam, bi al-Hal dengan menggunakan media
teknologi informasi.
10. Analogi Komunikasi dalam Al-Quran: mengkaji, menyelidiki cara
dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep
dan pola penyebaran informasi dengan menggunakan
perumpamaan. Biasanya dalam kajian ini hal persoalan abstrak
yang direalitaskan.
11. Manajemen Sistem Informasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara
dan efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep
pembelajaran kepemimpinan diri dan industri masyarakat,
manajemen pengembangan sumber daya masyarakat Islam
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 39
berdasarkan disiplin ilmu dan keterampilan yang dimiliki sesuai
kebutuhan jaman.
12. Psikologi Komunikasi Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan
efek dari komunikasi Islam yang berhubungan dengan konsep
tentang prilaku komunikasi Islam baik sesama suku, bahasa,
agama, bangsa dan budaya.
13. Sejarah, dan Filsafat Ilmu Komunikasi Islam serta metode
pengembangan dan proses integrasi dengan displin ilmu lain.
14. Komputer grafis Islam: mengkaji, menyelidiki cara dan efek dari
komunikasi Islam dari program komputerisasi bidang desain dan
arsitektur seperti merancang masjid yang ASRI (Aman, Senang/
Sejahterah, Ramah dan Indah) dan mendesain pola pencitraan
Islam baik bidang cetak maupun bidang animasi, grafika (Dunia
Percetakan) dengan menggunakan software 3 D Max, Adop
Premier, Corel Draw, Adobe Photosoft dan pelajaran tentang
bidang digital printing yang profesional .
15. Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Islam: mengkaji,
menyelidiki cara dan efek dari komunikasi Islam yang dapat
merubah masyarakat dari prilaku yang kurang baik menjadi
prilaku yang gemar berbuat baik.
Adanya motivasi yang kuat dalam diri manusia untuk mencapai
kebenaran sehingga manusia berlomba-lomba mencari kebenaran tersebut.
Berbagai macam pola kebenaran yang lahir dari manusia seperti kebenaran
wahyu, kebenaran akal dan kebenaran perasaan. Selain itu ada kebenaran
ontologis (kebenaran hakikat), epistemologi (kebenaran berdasarkan
pengetahuan manusia yang difahami melalui wahyu dan pengalaman
empiris), kebenaran aksiologi (kebenaran berdasarkan etika dan Akhlaq).
Banyaknya pemahaman kebenaran inilah sehingga para filosof (ahli hikmah)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 40
mendorong lahirnya epistemologi untuk mendeteksi mana yang mendekati
kebenaran hakiki.
Motivasi awal proses berpikir manusia adalah untuk mencapai kebenaran
yang sedapat mungkin pasti. Tetapi realitas dari hasil pikiran yang
dihasilkan belum tentu pasti kebenarannya. Dengan demikian perlu ada
ukuran kebenaran untuk menguji proposisi, pendapat berupa pengetahuan
yang diproses oleh cara panca indra merespon tanda dari fenomena yang
dicernah oleh panca indra manusia. Untuk mengindari konflik pemikiran
kebenaran maka perlu standar kebenaran untuk menguji kebenaran yang
dihasilkan dari proses ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dalam kajian
komunikasi Islam ada 3 teori yang perlu diketahui yaitu:
1. Teori kebenaran bercorak top douwn (kebenaran wahyu) memiliki
model komunikasi komunikasi ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah.
Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq.
2. Teori kebenaran bercorak bottom up (kebenaran empiris) yang
sesuai dengan akal (logis), rasional untuk menguji kebenaran suatu
pemikiran. Karakter kebenaran ini sifatnya kebenaran yang hanya
dapat dicernah oleh panca indra dan cenderung propaganda.
3. Kriteria kebenaran ilmiah yang dianggap benar bagi para ilmuan
Eropa dan sebagian perguruan tinggi Islam di Indonesia, yang
berlaku secara umum di dunia akademik diseluruh dunia yang
menjadi ukuran dalam mendesain kajian penelitian:
a. Sistematis, objektif , Dapat dipertanggungjawabkan
b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan
dengan akal,
c. Memiliki objek formal, Mempunyai metodologi
4. Kriteria kebenaran ilmiah menurut komunikasi Islam:
a. Mempunyai metodologi, Sistematis, objektif, Dapat
dipertanggungjawabkan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 41
b. Bersifat universal, Dapat diferifikasi, Tidak bertentangan
dengan akal
c. Memiliki objek formal dan Infomal, dengan nilai materi
informasi bersifat ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq.
3. Aksiologi
Istilah aksiologi sebenarnya berasal dari kata axios dan logos. Axios
artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Aksiologi
artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status
metafisik dari nilai.1 Dalam pemikiran Yunani studi mengenai nilai
pemikiran Plato tentang idea tantang kebaikan, atau yang lebih dikenal
dengan summon bonum (kebaikan tertinggi). Diakui, bahwa dengan adanya
ilmu pengetahuan, manusia banyak mendapatkan manfaatnya, seperti
kemajuan teknologi, kemudahan komunikasi, kelancaran produksi, dan
lainya. Pendek kata, ilmu mengabdi kepada masyarakat sehingga menjadi
sarana kemajuan guna menemukan harta-harta ciptaan Tuhan. Berdasarkan
perspektif filsafat, dapat dikatakan bahwa fungsi dan kegunaan (aksiologi)
suatu ilmu adalah untuk memecahkan persoalan yang dihadapi manusia.
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu", mendefinisikan
aksiologi dalam dua tahap. Tahap pertama, ilmu yang otonom terbebas dari
segenap nilai yang bersifat dogmatic (bebas nilai) maka dengan leluasa ilmu
dapat mengembangkan dirinya (fungsi internal). Tahap kedua, ilmu juga
bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut
untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Berbekal konsep
mengenai kaitan antara hutan gundul dan banjir, umpamanya ilmu
mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir.
1Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 95.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 42
Pamor Aksiologi sebagai salah satu bidang kajian filsafat ternyata belum
mendapat tempat yang layak bagi para ilmuan dan filsuf ilmu, khususnya
dalam kajian filsafat Ilmu. Selama ini, yang sering mendapat perhatian
adalah aspek Ontologis dan Epistemologis ilmu.
D. Berpikir reflektif
Kasih sayang Allah kepada umatnya diberi karunia berupa kemampuan
berpikir, melihat, mendengar, merasa, dan memperhatikan tanda-tanda
kebesaran Tuhan yang dibentangkan di alam semesta ini. Prinsip ilmu
pengetahuan dialetika (seni berpikir) untuk mendapatkan materi
pengetahuan yang ada dilangit dan alam semesta. Substansi dari kreatifitas
berpikir adalah menjadi orang bijaksana dalam menelaah permasalahan yang
ada.
Berpikir adalah proses mengenal sesuatu sehingga menghasilkan
“pengetahuan” yang bakal menjadi ilmu pengetahuan inilah proses ontologi
yang digunakan oleh praktisi ilmuan mulai dari Thales, aristoteles, Plato
Al-Farabi, Thomas Aquinus dan tokoh-tokoh ilmuan lainnya sampai pada
aliran rasionalis yang melahirkan aliran moderen sebagai warisan seni
berpikir oleh para ilmu di masa moderen yang akrab dikenal dengan aliran
strukturalime dan pragmatisme.
Dari gambaran aliran strukturalime dan pragmatisme para tokoh filosof
ini, dapat dipahami bahwa berpikir adalah seni mengolah pesan dari proses
komunikasi intrapersonal melalui pengalaman hidup yang direspon oleh
panca indra kemudian dikemas secara sistematik sehingga menghasilkan
ilmu pengetahuan yang berguna bagi orang lain. Dalam seni berpikir ada
beberapa kategori cara berfikir, hal ini menunjukkan tidak semua kerja
berpikir ini dapat menjadi pengetahuan, tetapi ada kaidah-kaidah yang
ditemukan oleh para ilmuan.
Pandangan seni berpikir ini terbagi menjadi dua yaitu seni berpikir yang
dilakukan oleh para filosof dan seni berpikir yang dilakukan oleh ilmua
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 43
agama. Dalam pembahasan ini penulis mengkaji ilmuan secara umum dan
ilmuan agama dalam menangkap pesan-pesan atau tanda-tanda fenomena
alam dibentangkan Tuhan lewat fenomena alam semesta ini. sebagai
berikut: Cara Berpikir reflektif menurut para filosof:
a. John Dewey mendefinisikan berpikir reflektif adalah: proses
interpretasi simbol yang direkam oleh mata dan dikonsultasikan oleh
otak kemudian lahirlah pengetahuan. Seperti contoh jika melihat
seekor burung terbang kemudian secara reflektif burung itu dilihat
dengan panca indra mata manusia maka rekaman proses tersebut
disebut proses berfikir reflektif.
b. Berfikir Kreatif: Proses olah otak dalam menangkap gejala kemudian
memberikan pengertian terhadap simbol yang dilihat kemudian
dicernah oleh otak. Dari cara berpikir inilah melahirkan teknologi
untuk memudahkan manusia memberika makna setiap perubahan
yang ada disekitarnya maupun diluar pikirannya. Seperti manusia
menciptakan alat recorder cahaya, (kamera), recorder audio (suara),
recorder inframera dan teknologi komputer yang sekarang ini
digunakan manusia.
c. Berfikir tepat: proses berpikir seperti ini disebut dengan pemikiran
logis artinya semua yang ditangkap oleh panca indra harus sesuai
dengan cara kerja akal yang penulis istilakan berfikir linier. Logika
ini dijadikan sebagai rumusan berpikir kebenaran. Menurut aliran
filosof barat yang berkembang pada abad ke 18-20 didominasi oleh 2
aliran besar yaitu Idialisme yang berkembang di Jerman, dan aliran
empirisme berkembanga di Inggris. Tokoh aliran idialisme di jerman
adalah Ficte (1762-1814), Hegel (1770-1831), Scheling (1775-1854).
Tokoh aliran empirisme di Inggris John Lucke (1632-1704), David
Hume (1711-1776), Herbert Spencer(1820-1903). Kedua aliran
memiliki takaran kebenaran masing-masing dalam kajian ilmiah.
Kebenaran menurut aliran idealisme mengatakan bahwa kebenaran
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 44
itu harus sesuai dengan takaran logika, sedangkan menurut aliran
empirisme kebenaran itu harus sesuai dengan pengalaman yang
dialami oleh panca indra manusia. Dan kebenaran relativisme yang
ditemukan oleh Albert Enstein yang berpendapat bahwa semua
kebenaran itu bersifat relatif dalam kajian ilmiah. Dan masih banyak
lagi definisi kebenaran para ilmuan barat tetapi setidaknya penulis
pilih 3 aliran ini karena aliran inilah yang menguasai idiologi
kebenaran para ilmuan barat dalam melakukan kajian ilmiah.
Cara berfikir reflektif ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu cara
berfikir rasional dan gabungan rasional-metarasional. Metode berpikir ini
dapat lihat pada pihak agamawan khususnya umat Islam mendapatkan
kebenaran bersifat top douwn (melalui wahyu) pesan yang di bersumber
pada Proses respon dari perjalan spiritual yang difahami lewat wahyu dan
warisan teologi klasik para ilmu muslim sehingga mendapatkan kebenaran.
Aliran-aliran dalam kaidah berpikir reflektif ini adalah: Mu’tazila,
Khawarij, Murjiah, Jabariah, Qadariah, Maturidiyah Syi’ah, dan ahlu
Sunnah waljamaah. Semua aliran ini memengaruhi dalam mendesain
kebenaran bagi ilmuan bercorak agama khususnya di dunia Islam.
a. Berfikir tepat: Semua fenomena alam adalah kebenaran mutlak dari
Tuhan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Panca indra
manusia menangkap pesan berupa tanda dan simbol-simbol yang
dibentangkan oleh alam langsung direkam oleh otak kemudian
dikonfirmasi oleh wahyu. karena Allah yang membuka mata hati,
mata fisik, dan pendengaran. Tokohnya adalah Ibnu Rusy, Ibnu Sina,
Al-Faraby, Al-Kindi.
b. Berfikir Kreatif: Cara berpikir dengan cara melakukan penapsiran
terhadap wahyu komunikasi dikomunikasikan atau didialogkan
dengan fakta empirik yang dikontrol oleh akal, kemudian
disistematiskan oleh logika sebagai metode dialiektika dalam
mendesain sebuah pengetahuan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 45
c. Berpikir reflektif: bentuk berpikir seperti ini lebih banyak didapatkan
lewat faham-faham jabariah. Menurut faham ini bahwa semua
fenomena alam yang tampak ini tidak terlepas dari remout control
Tuhan. Sementara aliran qadariah berpendapat bahwa rafleksi
berpikir adalah merupakan sunnatullah yang telah di instal pada diri
manusia tinggal memaksimalkan saja. Semua aliran Islam di atas
menggunakan takaran kebenaran yang difahami lewat wahyu.
Proses integrasi komunikasi Islam dakwah dan komunikasi.
Setelah melewati pertarungan dialogis dari institusi satu ke institusi
yang lain mulai dari abad 19-20 dengan berbagai macam stereotype,
prejudice antara science dan agama mulai nampak pertemuan dalam
berbagai aspek baik aspek metodologis maupun pembuktian secara ilmiah.
Kecendrungan informasi-informasi agama mulai didialogkan dengan
temuan-temuan ilmiah. Misalnya ahli fisika, ahli biologi dan ahli tasawuf
bertemu pada titik kekaguman Allah atas semua ciptaannya. Walaupun
cara bersyukur dan berkontemplasi berbeda tetapi betemu pada pentauhidan
Allah swt.
Benturan antara ilmu agama dan ilmu terapan dewasa ini tidak lagi
menjadi wacana yang produktif, mulai saling menungjang dan
mengokohkan antara satu dengan yang lain. Hal ini tampak pada ilmu hadis
misalnya menggunakan ilmu sosiologi dan antropologi sebagai ilmu bantu
dalam mengungkap peristiwa sosial dan prilaku manusia pada hadis
dibukukan. Hal ini menunjukkan perkembangan ilmu komunikasi Islam
kedepan memiliki masa depan yang cerah karena komunikasi Islam bersifat
universal karena setiap orang dalam melakukan interaksi senang
berkomunikasi dengan cara yang sopan, santun dan dapat dipercaya. Sifat
komunikasi Islam itu memiliki unsur ama>nah, fat}a>nah, siddiq, dan qanaah.
Serta di wadahi oleh prinsip Aqidah, Syariah dan Akhlaq.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 46
Komunikasi Islam salah satu bentuk ilmu baru yang berusaha
mengkomunikasi cara-cara komunikasi kenabian (profetik) mulai
didialogkan dengan cara komunikasi manusia. Hal ini menunjukkan kajian
komunikasi Islam akan menjadi kajian yang menarik dari ssisi
pengembangan ilmu pengetahuan karena banyak sekali ilmu langit yang
perlu dikomunikasi dengan kondisi di bumi inilah signifikansinya kajian
komunikasi Islam.
Pertemuan ilmu yang berbeda yang disebut integrasi keilmuan adalah
juga termasuk sunattulah dari pengembangan keilmuan. Intergrasi yang
dimaksudkan dalam kajian komunikasi Islam ini bersatu tetapi tetap
berbeda laksana suami istri perbedaan yang diikat oleh satu akad nikah
(ikatan kuat) sehingga hidup menjadi lebih kokok. Begitupula ilmu
komunikasi Islam dengan ilmu dakwah dan komunikasi murni. Karena harus
diakui pengembangan ilmu bumi telah sampai pada puncaknya dengan
ditemukannya teori relativisme. Cara mengukur kebenaran teori ini dalam
kajian ilmu empiris bahwa ilmu yang ada di planet bumi ini dicernah panca
indra bersifat relatif kebenarannya.
Dalam artian semua kebenaran berdasarkan fakta yang dilihat pada saat
itu, jika 100 tahun kemudiam lebih berkembang lagi berarti terjadi
perubahan cara menentukan kebenaran lagi inilah corak cara kerja teori
relatifisme. Sampai sekarang ini belum ada teori yang dapat menggugurkan
teori realtifisme tersebut.
Jika dianalogikan dengan warisan teologi klasik Jabariah lebih
mengandalkan kekuatan Tuhan semata sedangkan Qadariayah
mengandalkan sunnah Allah yang telah diciptakan untuk dipergunakan
semaksimalkan akal dan perlakuan ekperimen dan kajian-kajian untuk
mengetahui sunnatullah yang dihamparkan di planet bumi ini. Atau dapat
diartikan lain bahwa jabariah lebih banyak mengkaji ketahuidan tetapi
Jabarian lebih banyak mengkaji ciptaan Tuhan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 47
Begitupula komunikasi Islam dengan komunikasi murni saling
melengkapi antara satu dengan yang lain. Karena memang lahir dari rahim
tradisi ontologi dan epistemologi yang berbeda tetapi menuju pada satu
titik yakni berusaha melakukan komunikasi yang efektif dan antar sama
umat manusia yang berbeda-beda agama, ras, budaya dan bahasa.
Prinsipnya Komunikasi Islam dalam penyebaran informasi memiliki
indikator informasi seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di
wadahi oleh prinsip Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq. Jika keluar dari kriteria
ini maka proses komunikasi tersebut tidak masuk pada wilayah komunikasi
Islam. Wallhu wa’lam
1. Sumber ilmu berasal dari satu sumber yaitu Dari Allah Panca indra
adalah wadah mendapatkan ilmu. Bentuk komunikasi Islam dalam
kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi menggali ide ilmu dari
Al-Quran dan Sunnah dengan memaksimalkan panca Indra dan
intuisi yang suci untuk mendaptakan ilmu yang suci pula. Semakin
suci suasana kebatinan seseorang semakin berkompeten menelaah
ayat Qauliah dan Qauniah.
2. Teori kebenaran menurut komunikasi Islam dalam kajian ontologi,
epistemologi, aksiologi, Khusuli dan khuduri. inilah kebenaran yang
dianut oleh sistem komunikasi Islan memiliki indikator informasi
seperti ama>nah, fat}a>nah, siddiq dan qanaah. Serta di wadahi oleh
prinsip Aqidah (Keyakinan kokoh pada pencipta Ilmu), Syari’ah
(tata tertib kuat dalam berpikir), dan Akhlaq (Kecerdasan
budipekerti yang luhur). Inilah kriteria atau indikator komunikasi
Islam.
3. Proses integrasi komunikasi Islam, dakwah, dan komunikasi.
Setiap ilmu berwatak saling mendukung dan mengkokohkan
sehingga dalam tahap implementatif ilmu komunikasi Islam, ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi memiliki keterpaduan metodologis
sehingga melahirkan banyak premis, paradigma dan citarasa dalam
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 48
mengungkap, menelaah, memetakan, setiap probelamatika yang
dihadapi oleh manusia.
E. Penelitian Natural/Kualitatif
Mendeskripkan tradisi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial dapat
diambil analogi “arus gerak kendaraan dijalan raya yang dikendalikan oleh
lampu merah, hijau dan kuning. Pertanyaannya adalah:
a. Adakah teraturan pola arus gerak lalulintas kendaraan paa setiap
persimpangan?
b. Adakah regularitas arus gerak kendaraan bersifat menistik(seperti
mesin)?
c. Bersifat otomatikah arus kendaraan tersebut?
d. Apakah arus gerak kendaraan pada persimpangan jalan itu bersifat
kausalitas?
Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak tunggal berdasarkan
mekanisme ilmiah masing sesuai aliran idiologi kebenaran, paradigma,
pemikiran yang dianut oleh sang peneliti. Jawabannya tergantung pada cara
merekonstruksi data, menyusun data, pendekatan, idiologi kebenaran,
dalam mengungkap objek yang diteliti sesuai tingkat kejujuran, kridibilitas,
dan kekuatan panca indra menangkap setiap fenomena yang dilihat
dilapangan.
Dalam kajian ilmiah disepakati beberapa aliran berpikir yang dibagi
menjadi beberapa aliran:
1. Inggris dan Perancis: paham kebenarannya harus bersifat: empiris,
behaviorisme, naturalism, dan saintisme, positifisme. Pemikiran ini
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu kealaman atau dikenal dengan istilah
pengaruh Aristotelian. Ia berpandangan bahwa hakikat itu bersifat
materi atau kealaman.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 49
2. Jerman dan Amerika: Tradisi pemikiran kebenaran dari Jerman
bersifat: Humanistik, relatifitas menganggap manusia adalah
segalanya. Pemikiran ini dipengaruhi oleh filsafat rasional (idealisme)
Platonis. Pemuka aliran ini seperti: Imanuel Kan, Hegel, David Hum
Albert Eistein sehingga mereka terkenal dengan gelaran
fenomenologisme.
3. Timur Tengah/Asia Tenggara: Aqidah (idiologi kebenaran mutlak,
Syariah (empiris, rasional, humanis, idealisme, behaviorisme,
naturalism) dan Akhlaq (khuduri dan ushuli). Ketiga ini menjadi
parameter dalam menetapkan kebenaran sehingga dapat
menghasilkan ilmu yang memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Aliran-aliran inilah yang mewarnai mekanisme dalam membingkai
standar kebenaran, realitas, dalam memetakan permasalahan sekaligus
jawaban.
Penelitian natural inilah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif
yang sifatnya serba kepastian pada kebenaran empiris. Sementara kualitatif
lebih pada metode berpikir induktif. Penelitian kualitatif tidak
menggunakan rumus statistik dalam menyimpulkan kebenaran tetapi
menggunakan berbagai macam analisis kontens, interasionis simbolik,
fenomenologi, analisis komparatif, analisis interaktif (simultan bolak balik
sampai mendapatkan kebenaran hakikat). dan pendekatan dalam
menetapkan kesimpulan.
Desain penelitian natural/kualitatif atau format penelitian kualitatif
pada umunya sama tergantung target pencapaian dalam mengungkap hal-
hal yang abstrak terhadap ketimpangan yang ada pada masyarakat menjadi
kenyataan lewat penelitian ilmiah yang dilakukan dalam rangka
memberikan solusi dari permasalahan yang krusial sehingga pola kehidupan
ini lebih berkualitas dan memiliki dampak perbaikan hidup lebih bermakna
demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 50
Penelitian kuantitatif menurut Burhan Bungin (penelitan kualitatif:
2009: 74) lebih menonjolkan hubungan dan pengaruh antar variabel serta
jenis pengukuran yang akan dilakukan serta judulnya bersifat pasti.
Penelitian kualitatif lebih mengekspos femonena yang berhubungan
dengan variabel yang akan di diteliti serta mengungkap semua faktor yang
dapat memengaruhi variabel yang akan diteliti. Judul penelitian kualitatif
tidak bersifat final. Merancang konsep penelitian kualitatif bersifat kognitif
sosiologis dengan menimbah semua data yang berhubungan dengan tema
penelitian kita yang didapatkan di lapangan.
Penulisan karya ilmian tida
teorilah yang digunakan sebaga
yang dihadapi dalam penelitian
penulis deskripsikan teori-teor
dakwah dan komunikasi. Urge
strategis.
A. Pengertian Teori
Sebelum mengkaji kegunaan
komunikasi perlu diberi apa itu
theoria, teori, diartikan sebaga
menggambarkan fakta tentang k
dihasilkan oleh para ilmuan sepe
1. Teori Dakwah Ali Mah
adalah wajib dimiliki ole
2. Teori Gravitasi Bumi: S
pasti jatuh kebumi kemb
TEORIKO
BAB 3DAKWAH DAN
k bisa terlepas dari kajian teori karena
i pemandu dalam menelaah permasalahan
. Pentingnya kajian teori sehingga perlu
i yang berhubungan dengan penelitian
nsi teori kajain ilmiah memiliki peran
teori dalam penelitian dan dakwah dan
teori. Teori berasal dari bahasa Yunani,
i suatu hipotesa yang digunakan untuk
eteraturan alam. Contoh teori yang telah
rti:
fuz} tentang pencitraan bahwa kredibilitas
h setiap informan.
etiap benda yang dilemparkan keatas maka
ali.
MUNIKASI
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 51
3. Teori Relatifisme: semua yang ada didunia ini serba realitf.
4. Teori Respon balas: setiap simbol yang dilihat manusia pasti
direspon oleh panca indra.
5. Teori Media McLuhan adalah: Media merupakan perpanjangan
panca indra manusia.
Terminologi teori menurut Istilah:
1. Teori kamus Istilah (2006: 270) karya ilmiah popular Yooke
Tjuparma adalah: sebagai kumpulan dalil-dalil atau hipotesa
sebagai landasan berpikir.
2. Wilbur Schramm (1982: 10) teori adalah: Suatu perangkat
pernyataan yang saling berkaitan pada abstransi dengan kadar
yang tinggi dan proposisi yang telah teruji secara ilmiah.
3. Stephen W. Littlejohn Teori adalah: Kumpulan eksperimen
manusia yang telah teruji kebenarannya.
4. Richard Laningan (1987 : 390) Teori adalah: Studi tentang alam
realitas. Atau kumpulan pemikiran untuk mengetahui hubungan
antara manusia dengan manusia dan alam.
5. Joseph A. DeVito teori adalah: Hasil pemikiran kebenaran yang
didapatkan berdasarkan kajian empiris yang telah diuji
objetifitasnya.
6. Jujun Sumantri (2005: 63) teori adalah proposisi tentang cara
mengetahui keberadaan zat, pikiran, dan peran manusia di bumi.
7. Deddy Mulayana Teori adalah: Pengalaman eksperimen yang telah
dilakukan oleh orang yang ahli dibidannya dan terbukti secara
faktual kebenarannya secara terus menerus
8. Jalaluddin Rahmat teori adalah: Proposisi yang telah teruji
manfaatnya kepada manusia.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 52
9. Syarifudin teori adalah kumpulan pengalaman ilmiah yang telah
diuji kebenarannya dipanggung akademik.
B. Ruang lingkup Kajian Teori
Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu
kecerdasan calon peneliti memilih teori yang paling relevan dengan objek
yang dikaji. Ruanglingkup kajiannya penting diberikan batasan untuk
memudahkan calon peneliti menyelesaikan permasalahan sesuai waktu,
biaya dan kemampuan yang dimiliki.
Menyusun karya tulis ilmiah merupakan rangkaian kegiatan
menuangkan hasil pemikiran, pendapat dalam bentuk tulisan dengan
memenuhi kriteria, etika dan kaidah ilmiah. Seorang penulis
mengeksplorasi hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, terlebih dahulu
harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan karya tulis ilmiah
berdasarkan teori-teori dakwah dan komunikasi yang telah diuji
kebenarannya sesuai kajian ilmiah dakwah dan komunikasi.
Kajian Ilmu Dakwah:dimulai pada tahun tahun 1912 di Mesir oleh Ali
Mahfuz} telah banyak memberikan kontribusi pencerahan umat dewasa ini.
Hal itu tampak pada perkembangan umat Islam sekarang ini tersebar
keseluruh penjuruh dunia yang berjumlah kurang lebih 1,7 milyar.
Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan pengembangan
keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu dakwah telah
berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:
Ilmu Dakwah, Managemen Dakwah
Psikologi Dakwah, Bimbingan Penyuluhan
Pemberdayaan masyarakat Islam
Komunikasi Penyiaran Islam
Teknologi Informasi Dakwah (Media Kontemporer)
Studi Naskah Dakwah
Sosiologi Dakwah
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 53
Antropologi Dakwah.
Sistem Informasi Dakwah.
Semiotika Dakwah
Jurnalistik Dakwah
Inilah rumpun ilmu dakwah yang menjadi kajian ilmiah dipanggung
akademik konsentrasi dakwah dan komunikasi khususnya Universitas, IAIN
dan STAIN dibawa naungan kementrian agama.
Selain Ilmu Dakwah di Universitas, IAIN dan STAIN dibawa naungan
kementrian agama di Ilmu Komunikasi juga menjadi konsentrasi bidang
kajian ilmiah yang diintegrasikan dengan ilmu Dakwah. Ilmu komunikasi
yang bercorak profetik yang lahir dari para ahli dakwah sehingga
melahirkan satu ilmu baru yakni komunikasi Islam.
Sebagai calon peneliti perlu mengetahui perkembangan teori komunikasi
yang sangat pesat. Hal ini dipercepat dengan ditemukannya teknologi
informasi. Histografi perkembangan komunikasi tidak terlepas dari jasa-jasa
ilmuan eropa yang dipelopori oleh perintis komunikasi masa awal yaitu:
Harol Lasswel
Kurt Lewin
Paul Lazarsfeld
Carl Hovland
Wilbur Schramm
Perkembangan jumlah ini terus meningkat sehingga peranan
pengembangan keilmuan dakwah perlu diperluas. Dewasa ini rumpun ilmu
komunikasi telah berkembang menjadi beberapa bidang ilmu seperti:
Komunikasi pembangunan Komunikasi Massa Psikologi Komunikasi Ilmu Komunikasi Komunikasi Islam ( komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan unsur Amanah, siddiq, fat}anah, dan qanaah.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 54
Komunikasi Kesehatan(ilmu yang mempelajari tentang caramelakukan komunikasi yang dapat menyehatkan suasana spiritualdan jasat manusia).
Komunikologi (Berkomunikasi dengan alam) Komunikasi Data (Jenis komunikasi jarak jauh dengan menggunakan
jasa elektronik pengantar data pada mad’u yang di tuju).
Dari ruanglingkup kajian dan rumpun ilmu dakwah dan komunikasi di
atas, perlu penulis deskripsikan kajian teori dakwah dan komunikasi
sehingga dapat memudahkan calon peneliti memilih teori, sesuai
permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian baik penelitian pustaka
maupun penelitian lapangan.
C. Kajian Teori
1. Teori Dakwah
Pada hakikat dakwah Islam adalah merupakan aktualisasi iman yang
dimanisvestasikan dalam satu ekosistem kegiatan manusia beriman, dalam
bidang kemasyarakatan. Sehingga perlu teori sebagai panduan dalam
melakukan dakwah yang efektif dan efisien:
Teori Siqaah (Krediblitas Informan)
Teori Medan dakwah
Teori Proses dakwah
Teori Tahapan dakwah
Teori Badi (keindahan tata bahasa)
Teori Bayan (Kecerdasan menjelaskan)
Taori Mani (keindahan artikulasi bahasa)
Teori Qaula>n Layyinan (Lelembutan Berdakwah)
Teori Sadidan:
Teori Qaula>n Bali>g>a (Informasi yang berbekas pada hati seseorang):
Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah
diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi
itu.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 55
Teori Qaula>n Maisyura(berasal dari kata Yasara artinya mudah):
Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang mudah
diterima dan sangat pantas bagi audiens diperdengarkan informasi
itu.
Teori Ma’rufa: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-kalimat yang
baik sesuai takaran budaya masyarakat setempat yang diajak
berbicara.
Teori Qaula>n Kari>ma>n: Cara kerjanya teori ini memilih kalimat-
kalimat yang muliya dan penuh kebajikan sesuai takaran budaya
masyarakat setempat yang diajak berbicara.
Teori Qaula>n Sadi>da> : Cara kerja teori ini: informan perlu
meneguhkan nilai-nilai ketaqwaan dengan perkataan yang
berdasarkan pada wahyu yang dipahami dlam Al-Quran dan Sunnah.
Teori Uswatun Hasanah: Cara kerjanya seorang informan menjadi
garda terdepan mentradisikan melakukan komunikasi yang santun
kepada orang lain.
Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah amar ma’ruf
nahimunkar.
Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori Pencitraan.
2. Teori Komunikasi
Para tokoh ini cukup memberikan warna dalam bidang kajian ilmiah
ilmu komunikasi dewasa ini. Dengan karya mereka sehingga para ilmuan
kontemporer dapat mengembangkan teori yang telah ditancapkan oleh
pendahulu mereka. Kajian teori komunikasi melahirkan teori sebagai
berikut:
a) Teori masa awal pda tahun (1984):
- Laswel Model: who says what in which channel to whom with what
effect (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa kepada siapa,
dengan efek apa.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 56
- S-O-R Teori: Stimulus Organisation Respon
- S-M-C-R Model: Source, Message, Channel, Receiver.
- The Matematical theory of communication oleh Claude Shannon dan
Weaver unsur-unsur teorinya: (Source, Message, Signal, Receiver,
Destination).
- The Osgood and Schramm Circular Model
- Dances’s Helical Model: sistem komunikasi mulai dari kecil sehingga
membesar.
- New Comb ABX Model
- The Teory of Cognitive Disonance
- Inoculation Theory
- The bullet Theori of Communication: teori peluruh atau teori ini
ibarat jarum hipordemik pesan laksana obat yang disuntikkan
kemudia obat bekerja dalam tubuh manusia.
b) Teori masa awal pada tahun (1950-an)
- Four Theories of the press
- Individual Differences Theory
- Social Categoris Theory
- Social Relatioship Theory
- Cultural Norms Theory
- Social Norms Theory
- Social Learning Theory
- Diffusion of Innovation Model
- Agenda Setting Model
- Uses and Gratification Model
- Clozentropy Theori
c) Teori masa awal pada tahun (1980-an)
- Theory difusi inovasi oleh Rogers, 1983 teori ini dalam penyebaran
informasi dengan berbagai kemasan informasi dalam memengaruhi
masyarakat.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 57
- Teori Kulvitasi oleh Gerbner, Morgan pandangan teori ini bahwa
masyarakat adalah pecandu televisi sehingga tercipta realitas.
- Teory gatekeepers oleh Hiebert, dikembangkan dari teori Kurt Lewin
(palang pintu): setiap informasi yang didengar setiap hari akal
sebagai penentu (palang pintu) akhir diteri atau tidak
- Teory penyusunan agenda oleh: Agee, emery (1988) kemampuan
media memengaruhi masyarakat dengan cara mengarahkan perhatian
dengan mengkostruksi berita tertentu.
- Teori Motivasi
- Teori Defisiensi Motivasi
- Teori Heirarki
- Teori ERG
- Teori Kesehatan /Motivator
- Teori Harapan dan Motivasi
- Teori ESQ, SQ, IQ: Teori komunikasi yang pesannya lebih pada
penekanan pada emosional spirit seseorang.
- Teori Dissonansi Kognitif: dikembangkan oleh Leo Festinger. Cara
kerja teori ini bersifat kognitif, informasi yang dikeluarkan oleh
informan dianalisa oleh komunikan pesan itu dilakukan atau tidak.
- Teori Pertukaran Sosial
- Teori kredibilitas: Informasi itu dapat dipercaya jika informan
bersifat siddiq (dapat dipercaya atau telah ketahu jarang berbohong).
Dikembangan oleh Ali Mafuz} adalah Mesir.
- Teori Inokulasi: Cara kerja teori ini informasi disuntikan kepada
audiens kemudian dan informasi itu akan bekejra pada diri audiens
sehingga dapat merubah prilaku audiens. Dikembangkan oleh
McGuire (1964)
- Teori behaviorisme
- Teori Interaksi Simbolik
- Teory Nonverbal Expectancy Vilation
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 58
- Teory Interpersonal Deception
- Teory Penetrasi Sosial
d) Teori Komunikasi kontemporer
- Teori propaganda moderen
- Teori Pembentukan opini
- Teory Efek
- Teory Fenomenistik Joseph Klapper
- Teory Media Sebagai Perpanjangan Panca Indra
- Teori Informasi: Mc.Luhan, bahwa Media: Perpanjangan panca
indra manusia.
- Teori J.D. Vito Tentang Presepsi dan Ekspresi: Seseorang
tergantung pada intensitas Informasi yang didengar.
- Teori Prejudice (Prasangka/Penafsiran).
- Teori perbedaan penafsiran interkasionis simbolik: teori komunikasi
verbal dan non verbal.
- Teori Stereotype: Teori strategi pemecahan masalah sistematis
Krames. Teori Strategi Solso, Teori Strategi Wankat dan Oreovoc.
- Teori Penafsiran masyarakat multikultural, Teori strategi
pemecahan masalah sistematis Krames. Teori Raymond Willayam
dikuti Lari May tentang sistem Interaksi dan Penafsiran
masyarakat Multikultural.
Dari definisi teori di atas jelas bahwa teori adalah hasil telaah metode
ilmiah yang memiliki prinsip objektif, sistematis, faktual, dapat diferifikasi,
pragmatis, bersifat universal dan dapat dipertanggungjawabkan yang
disusun oleh seseorang.
D. Jenis Karya Tulis Ilmiah.
Karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seseorang
berdasarkan ketajaman panca indra mendapatkan data berupa hasil-hasil
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 59
penelitian ilmiah yang telah dilakukannya, antara lain, dalam bentuk
makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas suatu pokok
persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disam-
paikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan
dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus
diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa. Tebalnya minimal 10
halaman. Dengan sistematika sebagai berikut:
a. Latarbelakang masalah
Gambaran umum objek permasalahan
Identifiasi masalah
Rumusan masalah
b. Pembahasan
Pengertian
Ruanglinkup masalah
Landasan Normatif (Al-Quran dan Sunnah, Ijma, Qiyas,
Pandangan Para ulama, dan teori pendukung).
Analisisc. Kesimpulan
d. Pustaka
2. Skripsi: adalah karya ilmiah versi UIN Alauddin Makassar yang ditulis
berdasarkan hasil penelitian lapangan atau penelitian kepustakaan dan
dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka
penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar
Sarjana. Tebal skripsi minimal 60 (enam puluh) halaman jika ditulis
dalam bahasa Indonesia, dan minimal 40 (empat puluh) halaman jika
ditulis dalam bahasa asing (Arab atau Inggris). Komposisinya sebagai
berikut:
a. Halaman Sampul
b. Halaman Judul
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 60
c. Abstrak
d. Halaman Persetujuan Pembimbing
e. Halaman Pernyataan Penulis
f. Halaman Pengesahan
g. Halaman Pengantar
h. Daftar Isi
i. Daftar Tabel (kalau ada)
j. Daftar Ilustrasi (kalau ada)
k. Daftar tranliterasi
3. Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi
pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk diuji/ dinilai
oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam
tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan meme-
cahkannya secara analitis kritis. Tebal tesis minimal 100 (seratus)
halaman. Contoh komposisinya sebagai berikut:
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan dan Batasan Masalah
c. Hipotesis (bila diperlukan)
d. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan
e. Metodologi penelitian
f. Kajian pustaka
g. Kerangka teoretis (bagi S2 dan S3)
h. Tujuan dan kegunaan,
i. Garis besar Isi
4. Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyele-saian
studi pada tingkat Strata Tiga (S3), yang dipertahankan di depan sidang
ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam
disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 61
bersangkutan. Untuk itu, pembahasannya harus menggunakan
pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan
yang berimpli-kasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
Tebalnya minimal 200 (dua ratus) halaman.
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan dan Batasan Masalah
c. Hipotesis (bila diperlukan)
d. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan
e. Metodologi Penelitian
f. Kajian Pustaka
g. Kerangka Pikir dan Kerangka Teoretis lebih tajam dibanding kajian
S3.
h. Tujuan dan Kegunaan,
i. Garis Besar Isi
Keempat karya tulis makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, disebut
sebagai “karya tulis ilmiah”. Argumentasi dikatan karya ilmiah karena
melewati proses ferifikasi didepan para mahasiswa dan dosen tentang data
yang olah lewat referensi pustaka dan lapangan yang
dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh mahasiswa atau calon
promovendus.
E. Bahasa Karya Tulis Ilmiah
Pemilihan kata dan kalimat dalam karya ilmiah menggunakan bahasa
Indonesia yang baku (kata dan kalimat yang ada dalam kamus) yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa ilmiah. Corak terpenting
bahasa ilmiah adalah objektif, jelas, cermat, dan konsisten.
Selain itu, kalimat yang digunakan harus efisien dan lengkap. Kalimat
dianggap efisien jika mampu mengomunikasikan pikiran penulisnya secara
tepat, singkat, dan padat. Kalimat dipandang lengkap jika mengandung
minimal subjek, predikat dan objeknya. Sebaiknya dihindari penyusunan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 62
kalimat yang terlalu panjang. Panjang lima baris ketukan biasanya sudah
merupakan ukuran maksimal sebuah kalimat. Harus diperhatikan secara
cermat dan tepat penggunaan huruf besar, huruf kecil, tanda koma, tanda
titik, tanda hubung, dan tanda-tanda baca lainnya. Transliterasi yang
digunakan harus konsisten dan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Kata-
kata asing yang belum menjadi kosa kata bahasa Indonesia hendaknya
ditulis dengan benar dan dengan huruf miring (italics).
Selain itu, pergantian alinea harus sesuai dengan ketentuan. Definisi-
definisi yang dikemukakan harus tersusun dalam kalimat yang ja>mi‘ (serba
mencakup) dan ma>ni‘ (spesifik). Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan
harus jelas, cermat, tidak rancu dan tumpang tindih antara pendapat penulis
dan pernyataan yang berasal dari pihak lain, dan tidak terjadi pelompatan
kesimpulan (jumping conclusion). Hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat berikutnya harus runtut, logis, dan sistematis.
Karya tulis ilmiah dalam lingkungan akademik, pada dasarnya, ditulis
dalam bahasa Indonesia, kecuali skripsi mahasiswa jurusan/program studi
Bahasa dan Sastra Arab ditulis dalam bahasa Arab. Demikian juga, skripsi
mahasiswa jurusan/program studi bahasa Inggris ditulis dalam bahasa
Inggris.
Pada dasarnya, seseorang yang telah berhasil menyusun karya tulis
ilmiah adalah orang yang telah menempuh sebuah “penjelajahan ilmu” yang
cukup panjang sehubungan kegiatan-kegiatan tema yang akan dikaji seperti:
(1) Penentuan masalah dan tema kajian,
(2) Pengumpulan referensi,
(3) Klasifikasi bahan bacaan,
(4) Aktivitas berpikir,
(5) Aktivitas menerapkan pengetahuan metodologis,
(6) Aktivitas penuangan hasil pemikiran ke dalam bentuk tulisan yang,
antara lain, mencakup pemilihan kalimat, suku kata, tanda baca,
aturan pengu-tipan, dan seterusnya, serta
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 63
(7) Aktivitas pemeriksaan ulang. Dengan demikian, karya tulis ilmiah
tidak lahir tanpa proses dan tanpa norma dan kajian teoretis.
Tugas membuat karya tulis
beberapa tujuan yakni melatih
pikiran dan kecerdasan meran
penelitian mereka dalam ben
metodologis sesuai kesepakatan
Menumbuhkan etos ilmiah da
sehingga mereka mampu mengh
dalam bentuk tulisan, terutama
wahana transmisi pengetahuan
ke masyarakat luas.
Merupakan salah satu bent
wawasan akademik mahasiswa
pendidikan dan pengajaran di
menyelesaikan masalah dengan m
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian berdasarkan
studi, seperti penelitian sejarah
tapsir, Biologi, Psikologi, sosiolo
Semua bidang keilmuan in
pendekatan dalam menoropong
penelitian terbagi menjadi 4 yak
METO
BAB 4ilmiah di lingkungan akademik memiliki
mahasiswa mengungkapkan kepekaan rasa,
gkai kata dalam bentuk tulisan. Hasil
tuk tulisan ilmiah yang sistematis dan
pada Universitas tertentu.
n tradisi akademik di kalangan maha-siswa
asilkan karya di bidang ilmu pengetahuan
setelah penyelesaian studi mereka. Menjadi
ke kalangan yang membutuhkan, termasuk
uk pembuktian potensi, kemampuan, dan
yang bersangkutan, yang diperoleh melalui
jurusan masing-masing, ter-utama dalam
enulis karya ilmiah.
bidang studi masing-masing seperti bidang
, ekonomi, Dakwah dan Komunikasi, ilmu
gi, dan Antropologi.
i memiliki rumpun teori tersendiri dan
setiap permasalahan. Dari segi tujuannya
ni: Pengembangan Teori, Mengkritisi teori,
DE PENELITIAN
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 64
meneguhkan teori, membanta teori dan membuat teori baru. Dalam istilah
lain tujuan penelitian itu bersifat ekplorasi, development, dan verifikasi.
Khusus pada metode penelitian dakwah dan komunikasi dalam tradisi
akademik mahsiswa (S1, S2, dan S3) dan penelitian professional untuk
mengambil kebijakan. Penelitian para professional secara khusus dilakukan
oleh para Dosen, Perguruan Tinggi, Peneliti di LIPI, LITBANG, Lembaga
Pemerintah dan Swatsa seperti LSI (Lembaga Survei Indonesia).
Jenis penelitian dapat dikategorisasikan menurut tujuan, pendekatan,
tingkap eksplanasi(level of eksplanation) analisis dan jenis data. Jenis
penelitian tersebut maka peneliti pada bidang Dakwah dan Komunikasi
diharapkan dapat memilih metode yang paling efektif dan efisien dalam
mengungkap dan mendapatkan informasi yang digunakan dalam
pengembagan keilmuan dakwah dan komunikasi.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 65
Dari skema gambar di atas tentang penelitian menurut tujuan, metode,
dan tingkat ekplanasi, dan jenis data dapat dijelaskan secara rinci jenis-jenis
penelitian itu berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, Jenis data dan
analisis.
Penelitian menurut tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian
murni dan penelitian terapan. Penelitian murnih adalah jenis penelitian
untuk mendapatkan sebuah bangun teori atau kerangka teori yang belum
tentu diterapkan, tetapi ia adalah pengembangan kajian ilmiah. Sedangkan
penelitian terapan adalah jenis penelitian yang setelah selesai penelitian
dilakukan langsung diterapkan. Menurut Gay Sulit dipisahkan antara
penelitian murnih dan penelitian terapan karena sulit memedakannya karena
berada dalam satu kontinum. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan
pada laboratorium yang kondisi terkontrol dengan ketat.
Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan
mengevaluasi dan memecahkan masalah. Dapat dilihat menurut tujuan
memiliki kegunaan praktis dan kegunaan ilmiah. Jujun Sumantri (1985)
menyatakan bahwa penelitian murnih dan penelitian terapan menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedankan
penelitinan terapan bertujuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
praktis.
Memecahkan masalah dalam kehidupan ada beberapa metode penelitin
yang dapat dipilih sesuai karakter masasalah dan data yang ada dipangan.
Menurut Sugiono metode, dapat dikelompokkan menjadi metode:
Penelitian survey, Ex post facto, Ekperimen, Kualitatif(naturalistic), Polise
research (penelitian kebijakan), Evaluasi dan Sejarah.
1. Penelitian survey: Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa
penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan dengan populasi
yang besar dan kecil, tetapi data yang dipelajari menggunakan data
sampel: seperti contoh: Populasi 100 orang sampael yang diambil
50 orang jika masyarakatnya heterogen (masyarakat multikultural)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 66
tetapi jika masyarakatnya homogen (satu kulturl) cukup 5-10 orang
sampelnya. Informasi yang didapatkan dalam penelitian survei ini
adalah padangan umum masyarakat sehingga cenderung hasil tidak
terlalu mendalam. Seperti contoh ingin mengetahui kecendrungan
masyarakat dalam memilih pemimpin nasional dapat diketahui
lewat metode survei.
2. Ex post facto: Metode penelitian ini, dilakukan untuk meneliti
peristiwa yang telah dilewati atau telah terjadi. Penelitian ini
merunut kebelakang fakto-faktor timbulnya kejadian tersebut.
Sebagai contoh; meneliti sebab kebakaran sebuah gedung, sebab
terjadinya kerusuhan dan sejenisnya.
3. Ekperimen: metode penelitian ini untuk mencari pengaruh variabel
tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara
ketat. Metode penelitian ini lebih banyak berekperimen pada
laboratorium. Contoh: meneliti metode dakwah dan komunikasi
yang lebih efektif dan efisien.
4. Kualitatif(naturalistic): Metode penelitian ini kebalikan dari
metode eksperimen, yakni penelitian yang dilakukan secara
alamiah. Peneliti menjadi instrument kunci teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara triangulasi (penggabungan data
lapangan dan data pustaka atau sering dikenal dengan konfirmasi).
Dengan menggunakan metode berpikir induktif. Tujuan penelitian
ini lebih menekankan pada makna bukan generalisasi. Contoh
penelitian untuk mengungkap makna dari upacara ritual bambo gila
dari Ambon misalnya. Atau penelitian untuk mengungkap makna
dibalik ritual maudu lompoa di Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.
5. Polise research (penelitian kebijakan): Metode penelitian ini dapat
dilakukan oleh seorang peneliti karena adanya masalah, dan
masalah ini dilakukan oleh pada administrator/manager atau para
pengambil keputusan dalam sebuah orgnisasi. Majchrzak (1984
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 67
dikutip Sugiono). Metode ini dilakukan untuk menganalisis
terhadap problematika yang mendasar sehingga temuannya dapat
direkomendasikan untuk membuat keputusan. Seperti penelitian
tentang efektifitas Undang-Undang Pornografi terhadap komunitas
masyarakat Indonesia. Atau Peraturan pemerintah yang kurang
berpihak pada masyarakat marginal.
6. Action Research (Penelitian Tindakan): Metode penelitian ini
kebalikan dari policy research. Metode penelitian ini secara spesifik
mengungkap cara kerja yang lebih efisien sehingga biaya produksi
dapat ditingkatkan pada sebuah lembaga. Penelitian ini melibatkan
semua karyawan dan peneliti, untuk sama-sama melihat cela
kelemahan yang selama ini dilakukan dalam sebuah lembaga
dakwah dalam menagemen dakwah. Contoh: Kelemahan
managemen dakwah sehingga banyak masyarakat masuk aliran
sesat. Dari penelitian ini dapat ditingkatkan menjadi penelitian
evaluasi dengan melakukan penelitian avaluasi pada produk dan
jasa yang selama ini telah dilakukan. Contoh: Penelitian tentang
Efektifitas tentang pencapaian program.
7. Sejarah: Metode penelitian ini berdasarkan fakta-fakta, artefak,
naskah kuno, arkeolog untuk mengukap peristiwa yang terjadi pada
yang telah lalu dengan berusaha mendapatkan data primer(pelaku
sejarah) yang berhubungan dengan peristiwa sejarah yang dikaji.
Tujuan penelitian sejarah menurut Isaac (1981) untuk
merekonstruksi peristiwa masa lalu secara rasional, sistematis,
objektif, melalui kekuatan data yang didapatkan sehingga dapat
membuat kesimpulan.
Menurut Sugiono metode di atas, seperti penelitian survey, Ex post
facto, Ekperimen, Kualitatif/naturalistic, Polise research (penelitian
kebijakan), Evaluasi dan Sejarah. Hemat penulis cendrung perbedaan pada
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 68
jenis dan bentuk data penelitian dan tujuan penelitian itu sesuai motivasi
dan idiologi kebenaran ilmiah.
Penelitian kuantitatif berdasarkan pada kebenaran positifisme dalam
artian semua data harus dapat dipastikan kebenarannya berdasarkan rumus-
rumus yang didesain pada program statistik. Jujun Sumantri (1987) menurut
sifat, jenis, struktur, bentuk, dan warna. Semuan ini dapat dijelaskan sesuai
pilihan masalah yang diambil. Malasah itu penyimpangan dari apa yang
seharusnya.
Petunjuk untuk memetakan permasalahan dengan memilih teori dari
referensi yang relevan dengan problematika yang dibahas. Selanjutnya
supaya masalah dapat dijawab maka perlu dirumuskan secara spesifik atau
dibingkai batasan masalah tersebut sehingga menggambarkan kepada
pembaca objek bidikan masalah yang dikaji.
Sebelum mengkaji lebih detail, untuk tradisi penelitian penelitian
kuantitatif hipotesis(dugaan) sebelum diuji secara empiris berdasarkan data-
data yang diperoleh lewat angket, wawacara dari populasi dan sampel yang
telah ditetapkan sesuai target pencapain yang telah ditentukan peneliti.
Pengujian hipotesis tersebut peneliti perlu memilih metode, strategi,
pendekatan, desain penelitian dan dapat memilih metode penelitian seperti:
Metode Survei, Ex Post Facto (penelitian yang bertujuan untuk pengetahui
penyebab peristiwa yang telah terjadi), Experimen, Evaluasi, Action
Research (Penelitian Tindakan), Policy Reseacrh (penelitian kebijakan).
Penelitian kuantitatif tidak menggunakan metode Naturalistik dan sejarah.
Setelah data telah terkumpul melalui angket dan wawacara penelitian
kuantitatif menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya dengan
program statistik apakah ditolak atau diterima. Penelitian ini hanya
mendeskripsikan dua bentuk informasi benar atau salah bedasarkan
angka/presentasi sehingga melahirkan kesimpulan positif atau negatif.
Pengertian dan Ruanglingkup Penelitian
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 69
Pengertian dan ruanglingkup penelitian harus diberi batasan sesuai
permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian. Selain memberi definisi
setiap variabel indevenden variabel defenden dan variabel moderator yang
akan menjadi titik fokus penelitian sehingga tiak terjadi tapsiran yang
berbeda dengan pembaca.
Mendefinisikan variabel indevpenden (yang memengaruhi) dan variabel
dependen (yang dipengaruhi), pada judul penelitian untuk mengindari
penapsiran yang keliru terhadap pengunaan istilah dalam penelitian.
Kriteria penelitin yang baik memiliki unsur-unsur sebagai berikut:No Komposisi Unsur Pembahasan1. Judul dan
masalahharussinkron
Judul dan permasalahan perlu dirumuskandengan teliti, sehingga tidakmenimbulkan penapsiran bagi pembacabatasan masalah dan benar dapatdiselesain masalah yang diteliti tersebut.
2. Prosedurpenelitian
Prosedur penelitian harus dijabarkansecara rinci, sehingga orang lain dapatmemahami, untuk menghindari konsultasiyang berulang-ulang.
3. Instrumenpenelitian
Prosdedur instrument penelitian harusdibuat dengan teliti sehingga dapatmengungkap dan mendapatkan data yangvalid.
4. Laporan Peneliti harus membuat laporan yanglengkap, sistematis mengikuti prosedursesuai rancangan, teknik pemecahanmasalah.
5. Teori/analisis
Analisis yang digunakan harus tepat danharus memberikan argumentasi kenapamemilih model analisis tersebut.
6. Kesimpulan
Setiap kesimpulan dan saran harusdidukung oleh data yang valid.Kesimpulan yang dibuat berdasarkandata yang diperoleh dilapangan
7. Kredibel Data hasil penelitian dapat dipercaya,sehingga penelitian anda mendapatreputasi.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 70
B. Teknik mengungkap pakta (eksplanasi)
Eksplanasi atau bayan (kemampuan menjelaskan). Menurut David Kline
level of explanation adalah: tingkat penjelasan. Metode atau teknik peneliti
mengungkap dan menjelaskan variabel yang diteliti dengan variabel lain
dalam proposal penelitian berdasarkan mapping data, teori yang akurat,
credible, amanah, fatanah, qanaah dan siddiq.
Tingkat ekplanasi (merealitaskan yang abstrak) dalam sebuah penelitian
seperti penelitian:
1. Deskriptif: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan, menjelaskan serta mengungkap nilai variabel
mandiri, baik satu variabel, dua variabel dan tiga variabel tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Contoh: Bagaimana Profil Presiden RI di Indonesia, Bagaimana
kualitas Dakwah para Dai di Indonesia dalam membina umat kejalan
yang benar.
2. Komparatif: penelitian yang menggambarkan, menjelaskan serta
mengungkap serta membandingkan antara nilai variabel mandiri,
dengan variabel, dua variabel dan tiga variabel Contoh: Bagaimana
peran kepemimpinan Presiden RI di Indonesia dengan produktifitas
pendapatan BUMN. Adakah perbedaan cara efektifitas Undang-
Undang lama dengan Undang-Undang baru.
3. Asosiatif (hubungan): penelitian yang menjelaskan, meramalkan,
mengontrol suatu gejala. Hubungan itu dapat dilihat dari segi
hubungan simetris, kausal, dan interaktif. serta mengungkap
hubungan nilai antara variabel satu variabel, dan dua variabel
bahkan tiga variabel dan menghubungkan dengan variabel lain.
Contoh: Adakah hubungan kupu-kupu yang masuk dirumah dengan
tamu yang akan datang. Adakah hubungan antara Kecerdasan
dengan kreatifitas Seseorang.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 71
Ketiga model cara menjelaskan fakta di atas adalah teori Davi Kline
yang dikutip oleh Sugiono yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Pilihan teknik mengungkap fakta ini memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, semua itu tergantung motivasi calon peneliti memilih jalur
mana yang akan dipilih untuk mengungkap sebuah kasus yang ada disekitar
kita.
Mengungkap sebuah kasus dalam penelitian dakwah dan komunikasi
dapat dilihat juga dari sisi jenis data yang akan digunakan untuk
menjelaskan kepada pembaca sehingga pembaca dapat memahami hasil
penelitian yang telah diproses melalui jalur-jalur yang telah disepakati
secara ilmiah.
Penelitian menurut Jenis data: Pada prinsipnya adalah penelitian itu seni
mendapatkan data berdasarkan prinsip-prinsip dan mekanisme kejujuran
sesuai kaidah-kaidah ilmiah. Kriteria kaidah ilmiah adalah data yang
didapatkan bersifat valid, reliable, dan objektif terhadadap fenomena
tertentu. Jenis data dan analisisnya dapat menggunakan tiga jenis data
yakni 1). Data kuantitatif, 2). Data kualitatif dan 3). Gambungan antara
keduanya.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk narasi/naskah, kata, kalimat,
gambar, dan skema. Data kualitatif yang dikonversi kepada data kuantitatif
Contoh: 4 (setuju) 3 (Kurang Setuju) 2 (tidak setuju) 1.
Sedangkan data Kuantitatif terdiri dari angka (15000), presentasi
(100%), scoring (100). Dalam tradisi penelitian naturalistic(kualitatif) pada
cenderung menggunakan data narasi/naskah, kata, kalimat, gambar, dan
skema. Jika mendapat data berupa angka(100) maka angka seratus tersebut
dijelaskan dalam bentuk narasi.
Dalam lapangan penelitian seringkali bentuk dan macam data penelitian
baik dalam bentuk data kualitatif (narasi/ naskah, kata, kalimat, gambar,
audio, visual, simbol, dan skema, peta) dan data Kuantitatif berupa angka
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 72
20, 30, dan 20%. Tapi prinsipnya adalah data itu harus dapat dipertanggung
jawabkan, valid, reliable dan objektif.
Keterangan gambar:
Data Kuantitatif:
1. Data Diskrit/Nominal: data yang dapat digolongkan secara terpisah,
secara diskrit kategori yang diperoleh dengan cara mengitung hal
ini dapat dijumpai pada program SPSS. Misalnya dalam satu kelas
setelah dihitung terdapat 25 Siswa kemudian dikategorisasi menjadi
15 wanita dan 10 pria.
2. Data Kontinum: data yang diperoleh melalui hasil peringkat,
tingkatan sehingga melahirkan data Rasio, data interval. Data
ordinal adalah data yang berbentuk ranking, atau peringkat
misalnya juara I, II dan III. Data ini dinyatakan dalam skala maka
jarak data satu dengan data lain tidak sama. Hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini;
Skema: data orninal (jarak tidak sama)
Macam
Data
Kualitatif
Kuantitatif
Diskrit
Kontinum
Ordinal
Interval
Ratio
(narasi/ naskah, kata, kalimat, gambar,audio, visual, simbol, dan skema, peta).
Semua Realitas
I
98
II
93
III
76
IV
70
V
50
VI
40
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 73
Data interval adalah data yang jarak sama tapi tidak memiliki nilai nol 0
absolut/multak. contoh: pada thermometer walaupun ada nilai 00C, tetapi
tetap ada nilainya. dan data interval dan data Ordinal. Data dibawa tersebut
termasuk data ordinal seperti tampak pada gambar berikut ini.
Skema: data Interval, walaupun minus tetap ada nilainya.
Data rasio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol (0)
mutlak. Misalnya data berat dan data panjang seperti 2 meter, 5 kg dan data
rasio adalah data yang paling teliti.
Skema data Rasio
C. Proses Pengambilan Data.
Pada teknik pengambilan data ada proses yang perlu menjadi perhatian
calon peneliti karena ini sangat rentan tingkat kejujuran yang akan
berdampak pada tingkat validitas data yang akan dipresentasikan di depan
public akademik yang akan menilai data dan melakukan konfirmasi serta
ferifikasi data yang diproses melalui mesin filsafat yaitu
1. Proses ontologi( cara mengambil data)
2. Proses Epistemologi (Cara menyusun dan merangkai data)
3. Proses Aksiologi cara (menilai data melalui tahap etik dan emik).
Proses pengambilan data kuantitatif dan data kualitatif secara umum
sama. Perbedaannya pada teknik analisis data. Metode penelitian natural
-2
1
-I
2
0
3
I
4
2
5
3
6
4
7
5
8
6
9
7
10
1 32 4 5 6 7 8 9 10
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 74
atau sering diistilakan dengan penelitian kualitatif tidak menggunakan
analisis statistik tetapi memiliki banyak perspektif perspektif dala
mengungkap lapisan-lapisan yang abstrak menjadi tampak yang berangkat
dari kajian fenomenologi.
Kajian atau penelitian yang menggunakan data kuantitatif atau sering
juga diistilakan dengan penelitian kuantitatif lebih cenderung menggunakan
ilmu pasti yang dikenal dengan aliran pemikiran positifisme. Standar
analisisnya cuma menggunakan analisis statistic yang berhubungan dengan
simbol angka. Karakter simbol angka ini memang cenderung pasti dan tidal
boleh meset karena rumus yang digunakan adalah rumus matematika.
Rumpun ilmu matematika berasal dari ilmu eksat sehingga pola dan
karakternya semua serba pasti. Contoh dalam analisis statistik 2 + 7 = 9
hasilnya tidak mungkin 90 atau 100.
Landasan penelitian kuantitatif berdasarkan pada positifisme (angka
kepastian menurut indra) contoh: 1+3= 4 yang didapatkan pada data
empiris (Jujun Suryasumantri: 1987). Jenis penelitian kuantitatif ini
memfokuskan pada penelitian managemen akuntansi, bisnis, lembaga
keuangan, perpajakan, dan lembaga-lembaga keuangan pada managemen
dakwah dan komunikasi.
Dalam mendesain latarbelakang penelitian kuantitatif lebih banyak
menggunakan angka-angka sebagai pijakan rasio signifikansinya atau
layaknya suatu permasalahan diteliti. Dalam konteks ini, makadiperlukan
hipotesis sebagai dugaan sementara objek permasalahan yang akan dikaji.
Setelah itu dilakukan penelitian selanjutnya sebagai pembuktian ilmiah
dengan memilih skala pengukuran tertentu yang dianggap relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan
adalah: Survei, Ex Post de facto, Ekperimen, Evaluasi, action research,
policy research. Hemat Sugiono tidak menggunakan metode penelitian
naturalistik dan metode sejarah.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 75
Setelah pemilihan metode penelitian, maka langkah selanjutnya
menyusun instrument penelitian. Instrument ini sebagai media pengumpul
data. Media ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:
angket/kuesioner, pedoman wawancara atau observasi. Sebelum semua ini
dilakukan perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Contoh:
1. Pengujian angket: Membuat Pertnyaan terhadap prblematika yang di
teliti.
2. Pengujian wawancara, wawancara terstruktur, wawancara lepas
3. Pengujian Instrumen penelitian: seperti contoh berikut ini.
Contoh: Instrumen Penelitian Kuantitatif
Tema Pengaruh sistem Politik:
Nama Responden : ……………………………………….Alamat : ……………………………………….Status : ……………………………………….Pekerjaan : ……………………………………….Etnis : ……………………………………….BERIKAN TANDA SILANG ()TERHADAP JAWABAN YANGANDA ANGGAP PALING BENAR
1. Bagaimana orang Bugis Makassar melihat pelaksanaan politik sekarang?
A B C D
Baik
sekali
Baik Cukup Baik Kurang
Baik
2. Apakah sistem politik sekarang tidak berpengaruh pada budaya siri di
Kota Makassar?
A B C D
Baik
sekali
Baik Cukup Baik Kurang
Baik
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 76
3. Bagaimana model pemilihan pemimpin diKota Makassar apakah sudah
sesuai dengan etika dan budaya siri?
A B C D
Baik
sekali
Baik Cukup Baik Kurang
Baik
4. Jika ada pemilihan Pilkada kerap kali kandidat mengeluarkan bahasa
negatif kepada lawan politiknya apakah ini sesuai dengan budaya siri di
kota makassar ?
A B C D
Baik
sekali
Baik Cukup Baik Kurang
Baik
D. Skala Pengukuran Istrumen.
Penelitian kuantitatif peneliti akan menggunakan instrument untuk
mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian natural(kualitatif)
peneliti lebih banyak menjadi instrument(Instrumen kunci). Penelitian
kuantitatif memiliki macam-macam skala pengukuran sesuai kesepakatan
yang dianggap benar. Skala pengukuran ini penting diketahui sehingga
memudahkan peneliti mengungkap permasalahan dalam variabel penelitian.
Macam dan jenis skala pengukuran dalam Penelitian kuantitatif ini
terdiri dari:
4. Likert
Skala pengukuran likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Pada
skala pengukuran ini peneliti dituntut membuat indikator variabel sebagai
standar dalam menyusun item instrument berupa pernyataan dan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 77
pertanyaan. Seperti Contoh: a) Sangat setuju, b). Setuju, c). Ragu-ragu, d).
Tidak Setuju, e). Sangat setuju.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban diberi scoring
misalnya seperti berikut ini.
Sangat setuju, : 5
setuju : 4
Ragu-ragu, : 3
tidak setuju : 2
Sangat setuju. : 1
Contoh analisis data skala likert
Jika ingin mengukur pendapat masyarakat, presepsi pada sebuah
komunitas pada sebuah Desa tritiro tentang peraturan PEMDA tentang
larangan MIRAS di Desa Tritiro dengan memilih 100 Sampel responden.
Setelah itu membuat instrument pertanyaan 5 jenis Pertanyaan yang
dianggap dapat memberikan jawab terhadap apa yang diingin dari pendapat
masyarakat tersebut. Membuat cek lis.
Contoh cek lis:Berilah jawaban pertanyaan berikut ini sesuai pendapat anda tentang
Peraturan larangan MIRAS di Desa Tritiro dengan cara member tanda ceklis.Nama :Alamat :Jenis Kelamin :No
Pertanyaan JawabanSS ST Rg TS STS
1 Miras sangat menggangguketertiban masyrakat di DesaTritiro
√
2 Miras merupakan matapencaharian masyarakat diDesa Tritiro sehingga tidakperlu di hapus
√
3 Dampak perkelahian remaja
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 78
disebabkan oleh adanyaMiras
√
4 Karena sulitnya mencarikerja sehingga miras adalahsatu-satunya perkejaraan
√
5 Peraturan Daerah tentangmiras sangat efektifmeminimalisasi miras diTritiro.
√
Skor nilai:
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (ST) : 4
Ragu-ragu (Rg) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Setuju. (ST) : 1
Berdasarkan data yang telah terkumpul 75 Responden (50+25) atau 75%
masyarakat member jawaban Setuju(S) dan Sangat Setuju(SS). Jadi
kesimpulan adalah PERDA larangan Miras sangat efektif di Desa Tritiro.
Jadi dapat dipresentasi sebagai berikut: Instrumen Pertanyaan 5 X 100
orang = 500 seandainya semua menjawab SS maka jumlah skor yang
diperoleh dari penelitian ini 450. Dapat dirinci sebagai berikut:
Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS = 25 X 5 = 125
Jumlah skor untuk 50 orang yang menjawab SS = 50 X 4 = 170
Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab Rg = 5 X 3 = 15
Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 X 2 = 20
Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS = 10 X 1 = 10
Jumlah jawaban secara total = 450
Jadi berdasarkand ata itu (450: 500 X 100% =75 %)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 79
5. Skala Gutman:
Skala pengukuran tipe ini hanya memberikan 2 pilihan pada responden
yakni ya atau tidak atau positif atau negative. Model ini jawaban yang
diingin dari responden adalah sebuah ketegasan dari permasalahan yang ada
dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Contoh:
Bagaimana Tanggapan anda tentang PERDA MIRAS di Desa Tritiro?
a). Setuju b). Tidak Setuju.
6. Rating Scale
Data kualitatif yang dikuantitatifkan seperti Contoh: Sangat Baik
(Narasi) dikuantitatifkan menjadi 97 (Skor). Atau sebaliknya data
kuantitatif di terjemahnya menjadi data kualitatif.
Contoh:
Seberapa baik ruang kerja di perisahaan ini? Beri jawaban angka
seperti:
Sangat Baik (97)
Bik (80)
Cukup baik (70)
Kurang Baik (50)
Sangat tidak baik (20)
7. Semantic Deferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferensial yang
dikembangkan oleh Osgood. Sakala ini digunakan untuk mengukur sikap
dengan bentuk pilihan ganda.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 80
E. Teknik Analisa Data.
1. Teknik analisis data kuantitatif
Teknik analisis data kuantitatif dengan kualitatif perbedaan
signifikansinya pada isntrumen analisis atau media analisis yang digunakan.
Jika menggunakan analisis statistik maka corak penelitian itu ke kuantitiaf.
Jika menggunakan non statistik maka penelitian itu cenderung kualitatif.
Sebagai contoh berikut ini analisis data kuantitatif dengan menggunakan
software statistik.
Setelah data dari seluruh responden dikumpulkan maka tibalah saatnya
melakukan analisis data. Data yang didapatkan dimasukkan dalam tabulasi
data berdasarkan variabel dan jenis responden kemudian melakukan
pengujian hipotesis.
Penelitian kuantitatif menurut Sugiono mengenal tradisi analisis
statistik deskripitf dan analisis inferensial. Statistik deskriptif adalah
menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul.
Statistik inferensial(statistik induktif/statistik probabilitas). Data yang
didatpatkan ini dapat diuji probabilitasnya pada program SPSS sebagai alat
bantu menganalisis data, cara tinggal memasukkan data pada tabel SPSS
secara otomatis data keluar berdasarkan kesimpulan probabilitasnya.
Penggunaan model statistik parametris tersebut hanya dapat mengolah
data yang bersifat interval dan rasio sedangkan data statistik non parametris
dapat mengolah data nominal dan ordinal. Rumus pengujian hopotesis
1. Untuk menguji hopitesis deskriptif satu sampel jika datanya
berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik: Binomial, dan
Chikuadrat satu sampel.
2. Untuk menguji hopitesis deskriptif satu sampel bila datanya
berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik Ran tes.
3. Untuk menguji hopitesis deskriptif satu sampel satu variabel bila
datanya berbentuk interval dan rasio maka digunakan: teknik
statistik: T-Tes Sampel
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 81
4. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel berpasangan bila
datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik McNear
5. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel yang berpasangan
bila datanya berbentuk ordinal digunakan teknik statistik: Sign Test
dan Wilcoxon matchet pairs.
6. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel yang berpasangan,
bila datanya berbentuk interval atau rasio maka digunakan teknik
statistik: Test dua Sampel.
7. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel independen, bila
datanya berbentuk nominal maka digunakan teknik statistik: Fisher
Exact probability dan Chi Kuadrat dua Sampel.
8. Untuk menguji hopitesis komparatif dua sampel Independen, bila
datanya berbentuk ordinal maka teknik statistiknya: Media Test,
Man-Whitney U Test, Kolmogorof Smirnof dan Wald-Wolfoeitz.
9. Untuk menguji hopitesis komparatif K sampel yang berpasangan,
bila datanya berbentuk ordinal maka digunakan teknik statistik:
Chocram Q.
Untuk lebih lengkapnya silangkan baca khususus penelitian kuantitatif
pada buku metode penelitian, disini hanya menggambarkan secara umum
karena lebih pada kajian penelitian kualitatif dakwah dan komunikasi.
2. Teknik analisis data kualitatif
Teori analisis data kualitatif terbagi menjadi dua payung besar yakni
metode berfikir deduktif dan metode berpikir induktif. Metode berpikir
deduktif juga bentuk analisis secara umum tetapi perlu ada disipilin
paradigm ilmu tertentu sehingga hasil analisis dan pedekatan yang
digunakan dalam menelaah sebuah objek tertentu bisa maksimal sesuai
karakter ilmu yang digunakan untuk menelaah tersebut.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 82
Untuk memaksimalkan sebuah pendekatan analisis seorang peneliti perlu
memiliki komptetensi sebagai berikut:
1. Think, critically, systematically: Calon peneliti harus memiliki
wawasan, mempunyai kemampuan kritis serta dapat berpikir
sistematis.
2. Able to create, innovate: Calon peneliti harus memiliki kemapuan
kreatifitas menciptakan model baru dari yang sudah ada.
3. Communicate affekctify: Calon peneliti harus mampu
berkomunikasi dengan baik untuk memengaruhi audiens.
4. Able to identify and formulate problem clearly: Mampu mengenal
dan merumuskan masalah dengan jelas.
5. View o problem in winder context: Calon peneliti mampu melihat
masalah secara global yang biasanya masalah tidak pernah berdiri
sendiri.
Jika seorang peneliti telah memenuhi kriteris seperti dijelaskan di atas
maka penelitian yang akan dikaji dapat memberikan kontirbusi kepada diri
sendiri dan orang lain, bahkan kepada kemaslahatan semua umat manusia.
Teknik analisis data kualitatif perbedaan signifikansinya pada isntrumen
analisis atau media analisis yang digunakan. tradisi penelitian kualitatif
“tidak menggunakan analisis statistik” teknik analisis pada kajian kualitatif
lebih menggunakan metode analisis deduktif dan induktif.
Metode analisis deduktif dan induktif ini adalah pola umum yang perlu
di break down (merincikan sesuai pendekatan ilmu yang digunakan). Kaidah
analisis kualitatif induktif Perancis Bacon yang dikutip oleh Bungin dalam
skema analisis berikut:
Contoh:
Cara berpikir analisitis
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 83
Cara berpikir analisitis Sintetis
PengetahuanKhusus
DianalisisBerteori
KesimpulanPengetahuanUmum
PengetahuanUmum
DianalisisBerteori
Kesimpulan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 84
A. Pengertian
Dalam kamus karya ilmiah
berasal dari bahasa Yunani, an
mengenai hakikat atau makna se
lewat observasi, wawancara, lew
belum memberikan keterangan
sebagai kegiatan berpikir pa
komponen-komponen, atau elem
Hal inilah yang digunakan dalam
dalam menelaah obejk tertentu.
B. Pendekatan
Selain teknik analisis dalam
dikenal juga kata pendekatan.
scientific approach. Suatu meto
menganalisis, dan memecahkan
logika seara sistematis. Pendeka
ilmu tertentu yang digunakan
penelitian. Dalam metode penel
1. Pendekatan Disipliner:
penegnal dan objek forma
2. Pendekatan Fungsional:
berbagai masalah yang sa
3. Pendekatan multidispline
rumpun ilmu untuk mene
4. Kelompok Metode analisi
MODEL ANALI
BAB 6popular Komaruddin (2006: 182) Analisis
alusis, analisa adalah: Suatu pemeriksaan
suatu, misalnya data riset yang didapatkan
at angket dan data lainnya yang sifatnya
yang realistis. Analisis juga dapat pahami
da saat mengkaji pada bagian-bagian,
en-elemen dari satu totalitas dari objek.
metode penelitian dakwah dan komunikasi
metode penelitian dakwah dan komunikasi
Pendekatan dalam bahasa inggris dikenal
de yang digunakan untuk mengidetifikasi,
masalah dengan mengikuti kaidah-kaidah
tan juga dapat dipahami sebagai perangkat
untuk menelaah sebuah objek dilokasi
itian dikenal beberapa pendekata yakni:
yakni penedkatan berdasarkan objek
l ilmu bersangkutan.
adalah pendekatan yang dilakukan dari
ma.
r: Penekatan yang menggunakan beberapa
laah suatu objek.
s Teks dan Bahasa
SIS DAN PENDEKATAN
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 85
Analisis dan pendekatan dalam metodologi penelitian dakwah dan
komunikasi berdasarkan dari penjelasan bungin mengelompokkan kedalam
beberapa sub kajian yang dapat digunakan untuk melakukan analis dan
pendekatan sesuai rumpun ilmu masing-masing:
1. Kelompok metode analisis teks dan bahasa:
a. Content Analysis(analisis isi)
b. Analisis bingkai (framing analisis)
c. Analisis Semiotika
d. Analisis Konstruksi sosial Media
e. Analisis Hermeneutika
f. Analisis Wacana Kritis
g. Analisis Agenda Setting
2. Kelompok metode analisis tema-tema budaya
a. Analisis struktural
b. Domaian analisis
c. Taxonomi analisis
d. Discoveri Cultural Themes Analysis
e. Constant Comparatif analisis
f. Grounded Analysis
g. Etnometodologi
3. Kelompok metode analisis kinerja dan pengalaman individu, institusi,
kajian tokoh.
1. Analisis Focus Group Discusion (FDG)
2. Analisis Forensif Digital
3. Analisis Studi Kasus
4. Teknik Biografi
5. Analisis SWOT
6. Analisis Penggunaan Bahan Dokumenter
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 86
C. Teknik analisis data
1. Content analysis (analisis isi):
Teknik analisis isi dengan memperhatikan konten (isi pesan) yang
berhubungan dengan dakwak dan komunikasi. Logika dasarnya adalah
setiap prilaku manusia memiliki pesan baik nerupa pesan verbal maupun
pesan non verbal. Yang konsentrasi dalam metode ini adalah Bernard
Berelson (1959). prinsip yang harus diperhartikan jika memilih metode ini
dalam menganalis isi konten adalah:
Analisis isi pragmatis: dampak dari akibat proses dakwah dan
komunikasi yang dilakukan. Misalnya berapa kali diucapkan kata
tertentu yang dapat memberikan respon/stimulan bagi pendengar
sehingga tertarik.
Analisis isi semantik: melakukan identifikasi tanda-tanda baca/gaya
dakwah dan komunikasi seperti: referensi rujukan berapa kali
diucapkan atau ditulis, Pensifatan data pembicaraan yang tidak
memiliki referensi yang jelas. Pernyataan menelaah berapa kali sering
melakukan pernyataan. Dianalisis secara tematik kata-kata tertentu.
Analisis Sarana Tanda: melakukan pengorganisasian tanda, simbol,
sifat psikologi, seua tanda berupa pernyataan, referensi yang disebut
cara menjelaskan ide-idenya diklasifikasi dengan membuat tabel
penilaian seperti contoh berikut ini:
Referensibacaan
Caramenyampaikan
Penggunaan simbol/tanda/gaya komunikasi
Jumlah ayat danhadis disebutselamaberdakwah
Ketajamanmenjelaskanbacaan berupa Al-Quran dan Al-Hadis sertapadangan para ahli
Penekanan(aksentuasi) padakalimat tertentu yangdianggap penting olehkomunikan/Muballigh
Kitab yangdiruju baikbuku
Pemahamanmengunkap isikandungan hasil
Kecerdasan melakukanperumpamaan (analogi) yangdapat memudahkan orang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 87
komunikasimaupun bukudakwah
bacaan memahami pembicaraannya
10 kali 30 kali 50 kaliDari angka kuantitas ini dapat simpulkan bahwa volume prosesdakwah komunikasi baik verbal maupun non verbal Si Adikategorikan sebagai baik, atau cukup baik tergantung pada standarpenilaian yang ditentukan.
2. Analisis bingkai (Framing analysis):
Suatu teknik analisis dengan menemukan frame terhadap pemilihan kata
/kalimat tertentu kemudian kata tersebut dibingkai seperti kalimat:
reformasi, terorisme, korupsi, cantik, dan indah. Dalam teknik analisis ini
setiap kalimat yang dibingkai oleh media tertentu dilakukan diagnosis
terhadap pilihan kata tersebut apa motivasi, apa kepentingan, dan
bagaimana caranya media mencitrakan isu yang dibinkai tersebut.
Teknik analysis framing dapat dilihat pada tabel berikut ini:
STRUKTUR PERANGKATPRAMING
UNSUR YANG DIAMATI
Sintaksis:Cara Wartawanmenyusun fakta yangdipresepsi dilapangan
1. Skema berita 1.Headline, Lead,2.Latarbelakang informasi.3.Kutipan, Sumber4.Penutup
Skrip:Cara wartawanmengisahkan fakta
Kelengkapanberita
Perhatian 5 W 1 H
Tematik:Cara wartawanmenulis fakta
1.Detail(gambar,pemilihanhuruf).
2.MaksudKalimat sertahubungannya
3.Koherensi4.Bentuk Kalimat5.Kata ganti.
Paragraf dan Proposisi
Restoris: 1.Leksikon Kata, Idiom, Gambar/ foto,
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 88
2.Grafis3.Metafora4.Pengandaian
grafik
3. Analisis Semiotik
Fokus analisis semiotika dalam metode penelitian dakwah dan
komunikasi seorang peneliti yang menjadi kunci instrument melihat,
mengamati, dan menyelidiki simbol dan tanda yang ada pada materi objek
yang akan diteliti.
Simbol atau tanda yang menjadi konsentrasi dari penelitian adalah:
a. Qualisigns: menelaah dan menyelidiki simbol atau tanda yang
berhubungan dengan sifat objek. Seperti sifat warna kuning, merah
dan hijau.
b. Sinsigns: menelaah dan menyelidiki simbol atau tanda objek materi
yang berhubungan dengan bentuk: seperti jika ada gertakan berarti
ekpresi maknanya ia sementara mara.
c. Lesigns: menelaah dan menyelidiki simbol atau tanda yang berlaku
umum tentang objek tersebut seperti kode lalu-lintas.
Langkah-langkah penelitian semiotik
a. Mencari topil yang menarik perhatian anda
b. Buat pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.
c. Tentukan alasan dari penelitian anda
d. Rumuskan topik penelitian anda dengan pertimbangan tiga pokok
topik, tujuan dan rational.
e. Tentukan metode pengolahan data
f. Kalsifikasi data:
- Identifikasi teks
- Berikan alasan mengapa teks dipilih dan perlu diidentifikasi.
- Tentukan pola semiotika yang umum dengan mempertimbangkan
hierarki dan pragmatismnya bagi kemaslahatan umat.
- Tentukan khas penelitian anda berdasarkan perspektif semiotika.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 89
Objek yang dianalisis:
- Idiologi, Interpretan, frame work budaya
- Pragmatis, aspek sosial komunikatif
- Lapisn dari makna, intekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hokum
yang mengaturnya.
- Kamus Ensiklopedi.
Kesimpulan
4. Analisis Konstruksi Sosial Media
Kajian penelitian dakwah dan komunikasi juga mengenal adanya analisis
konstruksi sosial media sebagai sebuah pendekatan yang dipopulerkan pada
tahun 1966 oleh Peter L. Berger dan Luckman menjelaskan analisis
konstruksi sosial melalui “the social construction of reality, A treatise in
the sociological of knowledge”. Teori ini dapat dideteksi melalui tiga proses
sosial, yaitu eksternalisasi, abjektivasi, dan internalisasi.
Ada beberapa hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial
media massa yaitu:
1. Keberpihakan media massa kepada kapitalis
2. Keberpihakan semu kepada masyarakat
3. Keberpihakan kepada kepentingan umum
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 90
Proses cara kerja teori konstruksi sosial ini dapat dilihat dalam skema
berikut ini:
5. Hermeneutika:metode penapsiran hermeneutika (alat interpretasi/media
penapsir) ini mencakup semua aspek kemanusiaan tetapi dalam metode
penelitian dakwah dan komunikasi ada pilihan-pilihan yang perlu
diperhatikan dalam menapsirakan sebuah teks dengan prinsip kajian
hermenetika adlah kajian ilmu yang dapat memberikan pemahaman
tentang hal-hal yang abtrak dibalik sebuah teks dalam konteks
tradisional. Pandangan Sumaryono ini dalam memahami hermenetika
Haberman dalam konteks kajian penelitian dakwah dan komunikasi.
6. Analisis Wacana dan penapsiran teks: Kontowijoyo dalam menapsirkan
sebuah teks tidak dapat dipisahkan antara struktur sosial, gaya hidup,
Eksternalisasi
Objektivasi
Internalisasi
MEDIA
Massa
ObjektifSubjekti
Iner Subjektif
Realitas Konstruksi:- Lebih Cepat- Lebih Luas- Sebaran merata- Membentuk opini massa- Opni massa cenderung
apriori- Opni massa cenderung
sinis-
Source Message Channel EffectsReceiver
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 91
sosialisasi, agama, mobilitas sosial, organisasi kenegaraan, dan seluruh
prilaku sosial.
1. Kelompok analisis Tema-tema budaya
a. Analisis Struktural Fungsional: tokoh analisis struktural adalah Levi-
Strauss, yang juga terilhami dari Ferdinand de Saussure. Dengan
demikian analisis struktural ini lebih banyak bersentuhan dengan
ilmu semiotika. Langkah-langkah analisis struktural:
Pertama: membaca keseluruhan naskah terlebih dahulu.
Kedua: Jika cerita panjang dapat dibagi menjadi beberapa
bagian.
Ketiga: Perhatian pada kunci-kunci yang ada dalam satu faragraf
yang dialami yang melakoni cerita tersebut misalnya seperti
seorang tokoh terkenal dalam cerita tersebut.
Keempat: memerhatikan adanya relasi antar kalimat satu dengan
yang lain.
Kelima: Makna-makna dalam teks disusun berdasarkan sumbu
singtagmatis, paradigmatic dengan elemen-elemen lain.
Keenam: mencoba menarik hubungan relasi antara elemen-
elemen tersebut menjadi satu bangunan makna.
Ketujuh: menarik kesimpulan akhir dan mencoba memaknakan
cerita internal di atas berdasarkan kesimpulan referensi
kontekstual.
b. Domain analisis: bentuk analisis dengan melakukan pendekatan
masalah secara langsung. Teknik analisis ini lebih popular jika
melakukan penelitian eksploratif. Seperti menggambarkan secara
totalitas sebuah institusi pesanteren tertentu maka dapat dilihat dari:
Kiai, santri, guru, juru masak, petugas kebersihan, dan sebagainya.
Semua elemen ini dieksplorasi dengan baik sehingga pembaca dapat
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 92
memahami institusi tersebut. Sparadley menyarankan hubungan
semantik bersifat universal dalam analisis domain sebagai berikut:
Jenis (Strict Inclusion)
Ruang (Spacial)
Sebab akibat (Cause effect)
Rasional (Rational)
Lokasi Kegiatan (Location for action)
Cara ke tujuan(means-and)
Fungsi (Funtion)
Urutan (Sequence)
Atribut (Atribution)
c. Taxonomi Analysis:
d. Componential Analysis
e. Discovering Cultur Themes Analysis
f. Constant Comparatif analisis
g. Graunded Analisis
h. Etnologi analysis
2. Kelompok analisis kinerja dan pengalaman individual serta prilakuinstritusi
a. Analisis Focus Group Discussion (FGD)
sebuah teknik pengumpulan data yang pada umunya dilakukan pada
penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah menurut
pemahaman sebuah kelompok. Langkah-langkah penelitian FDG adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan coding
2. Menentukan persamaan sikap dan pendapat terhadap istilah yang
sama.
3. Menentkan persamaan istilah yang digunakan, termasuk perbedaan
pendapat terhadap istilah.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 93
4. Melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap sikap dan pendapat
perserta FDG berdasarkan alur diskusi.
5. Mencari hubungan dan kategorisasi yang ada untuk menentukan
bangunan hasil diskusi.
6. Menyiapkan draf laporan FDG untuk didiskusikan pada kelompok
atau forum yang lebih besar.
b. Analisis Studi Kasus
Strategi analisis studi kasus adalah bentuk metode data kualitatif yang
menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. Pada
umumnya studi kasus juga digunakan untuk menganalisis data kuantitatif,
lebih ditekankan pada metode penelitian menggunanakan data kualitatif.
Menelitian natural(kualitatif) menurut William F. Whyte dapat
dilakukan pada objek atau domain yang terkecil seperti: Membedah dunia
korupsi, membedah dunia gelandangan, satu TR, satu Desa, satu kabupaten,
satu Negara dan bahkan satu benua.
Beberapa time penelitian studi kasus juga dijelaskan oleh Bogdan dan
Biklen (1982) Serta Yin sebagai berikut:
1. Studi kasus kesejarahan sebuah organisasi: konsentrasi kajiannya
pada perjalanan dan perkembangan sejarah
2. Studi kasus observasi: menjaring informasi pada komunitas
masyarakat tertentu yang dilakukan secara empiris, detail, dan
aktual.
3. Studi kasus life histori: studi yang mengungkap dengan lengkap dan
rinci tentang kisah hidup seseorang dengan berbagai macam liku-
likunya baik yang sifatnya unik dan dokumen-dokumen pribadi yang
dianggap penting bagi peneliti untuk diinformasikan kepada
khalayak.
4. Studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan: ketajaman
peneliti menelaah yang ada dalam sebuah lingkungan. Menyelidiki
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 94
sturktur dan fungsi-fungsi dalam sebuah masyarakat dalam
berekspresi dan berinteraksi satu dengan yang lain. Seorang peneliti
mengungkap sisi unik dalam melakukan dakwah dan komunikasi.
5. Studi kasus analisis situasional: Menelaah sisi-sisi perubahan
masyarakat akibat dari dampak letusan-letusan situasi seperti
Contonya: pencemaran yang diakibatkan oleh lapindo di kecamatan
porong sidoarjo.
6. Studi kasus mikroetnografi: Studi kasus ini dilakukan sebuah unit
sosial terkecil dengan melihat sisi pada diri seseorang yang menarik
untuk dikonsumsi oleh publik.
c. Analisis teknik biografi
Teknik analisis biografi terhadap diri seseorang yang dianggap dapat
memberikan khazanah keilmuan maka perlu diperhatikan unsur-unsur
seperti berikut ini:
1. Pengalaman Hidup.
2. Geonologi Keilmuan(Pendidikan)
3. Teman-temannya yang dianggap member pengaruh terhadap poa
pikirnya.
4. Bahan bacaan yang di konsumsi selama hidupnya.
5. Kondisi Geografis tempat tinggalnya serta perubahan-perubahan
iklim yang terjadi didideskripsikan.
6. Karya pada masa remaja, Dewasa dan masa Tua gambarkan
perubahan-perubahan pola pikirannya.
7. Autobiografi secara geonologi sislsilah keturunan: Keluarga,
reputasi, Idiologi dan agama, ajran-ajaran moral yang
diperjuangkan, harapannya kepada masyarakat yang akan datang.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 95
d. Analisis SWOT:
Analisis SWOT (Stenghs Waeknesses Opportunities dan Threats) ini
adalah teknik analisis yang sering digunakan pada kasus-kasus militer.
Kemudian digunakan untuk menganalisis kasus bisnis, perencanaan dan
penelitian dakwah dan komunikasi.
Secara harfiah SWOT (Stenghs Waeknesses Opportunities dan Threats)
analisis ini dapat membedah serta mengungkap kinerja sebuah lembaga,
istitusi tentang target pengembangan yang akan dilakukan untuk baik dari
segi internal maupun eksternal. Faktor eksternal Peluang(opportunities),
ancaman (threats), faktir internal: kekuatan(strenghs) dan
kelemahan(weaknesses).
Analisis SWOT dapat digunakan untuk menawarkan sebuah alternative
yang dapat dilakukan dan diimplementasikan dalam sebuah perusahaan,
lembaga dakwah dan komunikasi, institusi pemerintahan dan swasta. Hal
yang dapat diteliti sangat tergantung pada motivasi peneliti seperti
efektifitas kebijakan, efektifitas pembuatan perencanaan dan sistem
publikasi dakwah yang relevan bagi masyarakat multikutlral. Implementasi
analisis SWOT:
Kekuatan:
1. Memiliki SDM(Dai dan Muballigh) yang cukup terampil.
2. Memiliki kemampuan memberikan ceramah cukup memadai.
3. Memiliki kemampuan mendesain publikasi dakwah sesuai kebutuhan
umat untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum.
4. Memiliki fasilitas penelitian, pengujian, dan pengembangan kemasan
dakwah yang menarik dan menyenangkan.
5. Memiliki tingak realibilitas yang cukup baik
6. Memiliki tingkat likuiditas yang sangat baik.
7. Memiliki pembiayaan yang cukup bagi kelansungan ekosistem
dakwah dan komunikasi.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 96
8. Memiliki networking yang mapan sehingga perencanaan yang dibuat
dapat memberikan kontribusi yang cukup baik.
9. Memiliki kekauatan cadangan pendanaan yang memadai
Kelemahan
1. Jumlah Dai dan Muballigh yang berlimpah tetapi memiliki kualitas
yang kurang memadai.
2. Belum mantampnya pola perencanaan dan peta dakwah yang baik
dan terukur.
3. Menggunakan media dakwah yang kurang relevan dengan kondisi
jamaah
4. Dalam kondisi tertentu kerap kali tidak mampu memenuhi
permintaan jamaah.
5. Kondisi media yang digunakan kurang baik
Peluang
1. Sangat stabil kondisi politik di dalam negeri
2. Masih tingginya masyararakat untuk mempunyai tempat tinggal.
3. Dai dan Muballigh memiliki ciri (brand) yang unik
4. Daya serap jamaah yang cukup tinggi
5. Makin tinggi kepercayaan masyarakat terhadap Dai dan
Muballigh.
6. Adanya teknologi baru yang dapat melayani jamaah lewat media
dakwah on line.
7. Dampak deregulasi memberikan iklim dakwah yang cukup baik
8. Kebijakan pemeliharaan sumber daya dai dan muballigh yang
maksinal.
9. Semakin banyak alternatif sumber dana.
10. Semakin baik citra Dai dan Muballigh
11. Tersedianya tenaga Dai dan Muballigh yang potensial.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 97
Ancaman
1. Stabilitas politik internasional yang kurang menetu
2. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Al-Quran dan Sunnah
sehingga banyak jamaah yang dicuci otaknya untuk mengikuti alisan
yang sesat.
3. Komungkinan berdirinya aliran-aliran yang dapat membingunkan
umat.
4. Banyaknya aliran-aliran agama dari luar yang memberikan
pemahaman yang tidak sesuai dengan kebutuhan umat.
e. Analisis dokumenter(analisis sistem informasi dakwah).
Teknik analisis ini dapat digunakan pada kajian teks atau studi naskah
yang dipublikasikan oleh lembaga tertentu atau dokumen pribadi yang
ditulis seseorang yang cukup memberikan pengaruh pada jamaah.
Kajian analisis sistem informasi dakwah khususnya naskah ini dakwah
dapat menggunakan mekanisme model periwayatan hadis ketiga menelusuri
bahan dokumentasi dari mulai dari masa bukhari sampai saat ini.
f. Penggunaan bahan visual(Analisis Digital forensip).
Teknik analisis ini menelaah hasil visualisasi seperti animasi, film, foto
komputer grafis, televisi, dan bahan visual lainnya. Teknik penelitian ini,
untuk menelaah, menyelidiki keabsahan suatu hasil audio visual sebagai
pelengkap dalam kijian penelitian kualitiatif.
Kajian ini menarik dalam era teknologi informasi, karena banyaknya
cyber crime (kejahatan dunia maya) di dunia maya yang dilakukan, seperti
pencemaran nama baik, dan pembobolan perbankan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian bahan visual ini
adalah:
1. Mengambil data visual yang telah didesain oleh orang tertentu yang
diduga memiliki rekayasa digital.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 98
2. Membawa ke laboratorium ahli forensif digital
3. Meneliti software desain grafis yang digunakan dalam mendesain
audio visual
4. Menelaah frame to frame adegan visual yang dikemas oleh oknum
tertentu.
5. Menelaah permainan gradasi warna, audio, gambar dan visual
motion yang digunakan.
6. Menelaah semua kekuatan software audio visual sehingga peneliti
mendapatkan bahwa adegan ini diproduksi lewat kamera merek
tertentu serta diperoduksi oleh komputer grafis tertentu.
7. Motif dibalik pembuatan visual, lokasi pembuatan, serta tipe cam
corder yang digunakan.
8. Membuat klasfikasi jawaban
9. Membuat kesimpulan dan rekomendasi.
A. Pengertian
Peta dakwah dan komunikasi
gambaran lapisan-lapisan obje
berdasarkan paham agama, idiolo
Struktur masyarakat yang ak
perlu diketahui lebih awal dan m
indentifikasi masalah dari sub s
bertujuan untuk mengetahui pr
seorang peneliti harus dapat
tersebut.
PETA DAKWA
BAB 5
yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah
k penelitian dakwah dan komunikasi
gi, suku etnis bahasa dan budaya.
an menjadi objek kajian penelitian dakwah
elakukan pengorganisasi, digram venn, dan
truktur masing-masing masyarakat. Hal ini
ilaku masalah dalam penelitian sehingga
memahami secara detail permasalahan
H DAN KOMUNIKASI
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 99
Kecerdasan peneliti dalam melakukan identifikasi masalah akan
memberikan gambaran yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Hal ini sering juga disebut sebagai maping permasalahan.
Kekayaan ilmu seseorang tampak pada kecerdasan dalam melakukan
identifikasi permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian yang baik berangkat dari
permasalahan. Emoy (1985) yang dikutip Sugiono penelitian murni atau
terapan harus berangkat dari permasalahan.
Penelitian harus dimulai dari permasalahan, hal ini sesuai pandangan
Tucman (1988: 25), jika masalah sudah diketahui ruang lingkupnya maka
50% penelitian telah selesai.
Dalam kajian penelitian dakwah dan komunikasi unsur-unsur yang
dapat menjadi sorotan dalam mencari permasalahan dapat dilihat pada:
Pengertian ilmu dakwah dan komunikasi
Wilayah penelitian ilmu dakwah dan komunikasi
Muballigh/Informan dakwah dan komunikasi
Materi dakwah dan komunikasi
Metode dakwah dan komunikasi
Media dakwah dan komunikasi
Objek dakwah dan komunikasi
Sejarah dakwah dan komunikasi
Efek dakwah dan komunikasi
Tujuan dakwah dan komunikasi
Gambaran wilayah dakwah dan komunikasi
Semua unsur-unsur ini calon peneliti harus memilih dan mencari
permasalahan dari setiap unsur dakwah tersebut. Pandangan Stonner (1998:
257) tentang sumber masalah adalah penyimpangan antara pengalaman dan
kenyataan. Atau kesenjangan antara teori dan kenyataan. Menurut
Syarifudin masalah adalah prilaku hidup manusia yang bertentangan dengan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 100
Al-Quran dan Sunnah sehingga dapat merusak ekosistem kehidupan sesama
manusia, alam dan Tuhan.
Bentuk-bentuk masalah penelitian menurut Sugiono dikembangkan
berdasarkan penelitian menurut tingkat ekplanasinya(daya ungkap)
sehingga muncul permasalahan deskriptif, permasalahan komparatif dan
permasalahan asosiatif (hubungan). Untuk lebih jelasnya dapat diberikan
contoh sebagai berikut:
1. Permasalahan Deskriptif: Suatu permasalahan yang berkenan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel dan independen depeden
dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan perbandingan. Peneliti
hanya mendeskripsikan variabel utama yang diteiti. Contoh dalam
merumuskan masalah:
Bagaimana sikap masyarakat terhadap metode dakwah dewasa
ini di Indoensia.
Seberapa baik kinerja cabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap model
dakwah Zainuddin MZ.
2. Permasalahan komparatif: Membandingkan antara keberadaan
variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Adakah perbedaan produktifitas kerja antara Pegawai Negeri
Sipil dengan TNI-POLRI.
Adakah perbedaan antara kinerja cabinet Indonesia Bersatu
Jilid I dengan julid II.
Adakah Perbedaan antara model dakwah Abdullah Gimnastiar
dengan model dakwah Zainuddin MZ.
3. Permasalahan Hubungan(kausal): Jenis penelitian yang mengakaji,
menyelidiki sebab akibat. Jadi dalam judul itu variabel indevenden
memengaruhi variabel dependen.
Adakah pengaruh sistem penggajian dan prestasi kerja.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 101
Apa hubungannya antara tinggi badan dengan prestasi kerja
bidang dakwah
Apa pengaruh antara media TV dengan tingkat kejahatan.
Variabel penelitian merupakan instumen yang ada pada judul menurut
Sugiono dalam setiap judul ada variabel indevenden, (yang memengaruhi),
variabel dependen (yang dipengaruhi) dan variabel moderator.
Seni penyelesain masalah dalam tradisi penelitian penelitian kuantitatif
sangat tergantung pada volume data primer yang didapatkan serta
metodologi yang sistematis. Dalam penelitian variabel adalah atribut yang
menjadi instrument penelitian. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa
variabel adalah (construts), atau sifa yang akan dipelajari atai diteliti.
Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variabel adalah:
Suatu atribut atau sifat dari orang, objek, kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
1. Jenis-jenis Variabel
Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus (pedikator) atau variabel bebas(yang memengaruhi).
Variabel ini yang menjadi sebab perubahan terhadap variabel
defenden (variabel terikat/ yang dipengaruhi). Atau sering
disebut sebagai variabel kuat.
Variabel Dependen: Sering disebut sebagai variabel yang
dipengaruhi dari variabel independen. Atau dapat diartikan
sebagai variabel lemah.
Variabel Moderator: adalah jenis variabel yang akan menjadi
konsep kemudian disuntikkan kepada variabel independen
sehingga variabel independen tersebut menjadi kuat sehingga
dapat merubah variabel dependen menjadi kuat.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 102
B. Ruang lingkup penelitian
Pada prinsipnya sampai sekarang ini wilayah kajian dakwah dan
komunikasi sangat luas serta belum banyak para ahlinya. Salah satu faktor
kurang ilmuan dakwah karena input ilmu dakwah diseluruh Indonesia
kurang diminati. Sementara pekerjaan orang dakwah dan komunikasi sangat
luas lapangan penelitiannya.
Secara filosofis dakwah dan komunikasi versi akademik telah memiliki
proses kajian ontologi, epistemologi dan aksiologi. Objek formal imu
dakwah dan komunikasi adalah prilaku umat manusia dalam memahami
agama dan dampak dari pemahaman tersebut. Sedangkan objek matrillnya
adalah Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber utama. Semakin canggih
panca indra memahami Al-Quran dan Sunnah Semakin canggih pula hasil
karya yang didapatkan untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
Dalam buku ini sebagian yang penulis deskripsikan tentang wilayah
yang dijadikan sebagai fokus kajian imu dakwah dan komunikasi adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat Pengertian ilmu dakwah dan komunikasi masa
lalu, sekarang dan yang akan datang
2. Bagaimana wilayah penelitian ilmu dakwah dan komunikasi, masa
lalu, sekarang dan yang akan datang
3. Bagaimana Muablligh/Informan dakwah dan komunikasi
4. Bagaimana Materi dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang.
5. Bagaimana Metode dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang
6. Bagaimana Media dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang
7. Bagaimana Objek dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 103
8. Bagimana Sejarah dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang
9. Bagaimana Efek dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang
10. Bagaimana Tujuan dakwah dan komunikasi masa lalu, sekarang dan
yang akan datang
11. Bagaimana Gambaran wilayah dakwah dan komunikasi masa lalu,
sekarang dan yang akan datang.
12. Konstruksi Realitas iklan Rokok
13. Mengkaji kebijakan Publik.
14. Mengkaji respon masyarakat tentang peraturan daerah.
15. Sistem informasi birokrasi pemerintah dan swasta.
Bentuk-bentuk permasalahan dalam unsur-unsur dakwah dan komunikasi
ini membutuhkan penelitian melaui intuisi, pikiran-pikiran dan kajian
filosofis untuk mengungkap problematika yang dihadapi umat khususnya
yang berorientasi pada rahmatalli’alamin baik bagi dirinya, orang lain dan
alam. Semua ini perlu kajian akademik sehingga mendapatkan informasi
yang objektif, sistematis dan memiliki dampak pragmatis terhadap umat
manusia.
Ilmuan dan praktisi dakwan dan komunikasi tentu harus mehamami
lapisan-lapisan masyarakat baik perkotaan dan perdesaan sebelum menanam
atau menancapkan pesan-pesan dakwanya. Dalam konteks seperti ini
Dakwah dan komunikasi perlu ilmu bantu seperti Filsafat, ekonomi,
antropologi, sosiologi dan psikologi sebagai instrument penungjang dalam
mendekati setiap permaslahan umat baik diperkotaan maupun diperdesaan.
Hal ini sangat penting diketahui sehingga dapat mengetahui informasi
apa yang paling dibutuhkan oleh lapisan-lapisan masyarakat yang akan
dijadikan objek dakwah berikut ini peta keragaman masyarakat.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 104
C. Peta Dakwah dan Komunikasi
Dalam kajian metode penelitian dakwah dan komunikasi perlu
memperhatikan unsur-unsur lapisan masyarakat yang ada diperkotaan
maupun yang ada diperdesaan. Hal ini penting diketahui lebih awal
sehingga dapat diketahui yang berperan penting dalam mendominasi
regulasi sosial kemasyarakatan.
Masyarakat Perkotaan:
1. Penguasa Pemerintahan, Penguasa Ekonomi
2. Penguasa Ketertiban, Penguasa Perhubungan
3. Penguasa Perbankan, Penguasa Pendidikan
4. Pengausan Kesehatan, Penguasan Telekomunikasi (Teknologi
Informasi)
5. Penguasa Minyak, Komunitas Pedagang, Komunitas Pengusaha,
Komunitas Partai, Komunitas Teknologi Informasi, Komunitas
PSK
6. Komunitas Panti Asuhan, Komunitas Perusahaan
7. Komunitas TNI/POLRI, Komunitas Perhotelan
8. Komunitas Supermarket dan Minimarket, Komunitas Industri
Percetakan, Komunitas Perhubungan, Komunitas olaragawan.
Masyarakat Perdesaan:
1. Penguasa Pemerintahan, Penguasa Ekonomi
2. Penguasa Ketertiban, Penguasa Perhubungan
3. Penguasa Perbankan, Penguasa Pendidikan
4. Pengausan Kesehatan, Penguasan Telekomunikasi
5. Penguasa Minyak.
Keragaman Pemahaman Agama
a. Islam Fundamental, Islam Radikal, Islam Aktual
b. Islam Reformis, Islam Modernis, Islam Kultural, Islam Transformatif,
Islam Leberal, Islam Eksklusif, Islam Ingklusif.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 105
Keragaman dalam Pemahaman Agama
1. Islam Fundamental, Islam Radikal, Islam Aktual
2. Islam Reformis, Islam Modernis, Islam Kultural
3. Islam Transformatif, Islam Leberal, Islam Eksklusif
4. Islam Ingklusif.
Keragaman dalam Pendidikan dan kebudayaan
1. Perbedaan Pendidikan, Perbedaan Budaya, bahasa,
2. Perbedaan trasformasi ilmu pengetahuan agama dan non
agama.
3. Perbedaan pendidikan luar negeri dan dalam negeri
4. Perbedaan alumni pusat dan daerah.
Semua lapisan-lapisan masyrakat tersebut sebagai peneliti dakwah dan
komunikasi perlu memiliki mata jelita dalam menoropong permasalahan
yang dihadapi masyarakat sesuai etika(nilai) dan emik(pemahaman peneliti
terhadap realitas) serta klasternya masing-masing sehingga dalam memilih
teori atau pendekatan bisa efektif dan efisien.
Beriku ini contoh penelitian natural (kualitatif) pada masyarakat
multicultural. Tetapi sebelumnya dalam penelitian ada tiga variabel yang
ahrus peneliti perhatikan yaitu:
8. Variabel Independen (yang memengaruhi): variabel ini yang akan
memengaruhi varibel dependen. Variabel independen ini harus
diperhatikan oleh peneliti karena variabel inilah yang akan menjadi
stimulant untuk melakukan perubahan dari kearah yang lebih baik.
Dalam kajian ini dibutuhkan kerangka teori dan alur pikir yang jitu
dalam memengaruhi varibel dependen.
9. Variabel Dependen (yang dipengaruhi): variabel ini biasanya yang
termasuk variabel lemah (permasalahan) yang dihadapi oleh
masyarakat sehingga perlu diketahui persis masasalah tersebut.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 106
10. Variabel Moderator: variabel ini adalah regulator atau nilai. Nilai
disini bisa berbentuk agama, budaya, yang akan diberikan kepada
variabel independen sehingga member corak pada penelitian tersebut
dalam menyelesaikan permasalahan secara efektif
Contoh penelitian dakwah dan komunikasi seabagai bahan perbandingan
jika anda ingin terjun menjadi peneliti dakwah dan komunikasi, berikut:
SinopsiNamaNIMKonsenJudul
A. Lata1. G
mbm
2. Am
3. Mlo
4. Md
5. Md
6. M
CONTOH LANGKAH-LANGKAH
s Penelitian Kualitatif: Syarifudin: 80100310029
trasi : Dakwah dan Komunikasi: SISTEM INFORMASI DAKWAH
(Studi Analisis strategi Dakwah Muhammadiyah di Kota Ambon).
r Belakang Masalahambaran umum permasalahan yang akan dikaji mulai dari strutkturasyarakatnya, dan permasalahan internal dan eksternal, serta
agaimana keterlibatan pemuka agama, pemerintah dan prilakuasyarakat tersebut dalam mempertahankan hidup.pakah tidak bertentangan dengan nilai moral, agama yang dapatengakibatkan konflik pada kehidupan sosial kemasyarakatan.endeskripsikan kondisi faktual permasalahan yang akan dikaji padakasi penelitian.endeskripsikan signifikansi penelitian berdasarkan data-data yang
iambil sesuai durasi waktu yang telah ditentukan.elakukan indentifikasi masalah serta memilih permasalahan yang
ianggap dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.erumuskannya seperti contoh berikut ini.
PENELITIAN
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 107
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk sereotype Agama yang berpotensi negatif
terhadap agama Islam dan Kristen di Kota Ambon?
2. Bagaimana menyusun strategi teknologi informasi dakwah terhadap
stereotype Agama Islam dan Kristen di Kota Ambon?
3. Bagaimana penerapan teknologi informasi dakwah bagi komunitas
yang rentang stereotype Agama di Kota Ambon?
C. Definisi Operasional dan Ruang lingkup penelitian
Untuk menghindari pemahaman yang berganda terhadap judul proposal
perlu menjelaskan makna etimologi dan terminologi terhadap kata pada
judul di atas:
Informasi adalah: Data, atau referensi (hasil bacaan) yang telah diproses
secara sistematis dan siap untuk dikonsumsi oleh khalayak, dan siap untuk
dijadikan sebagai keterangan atau hujjah.
Dakwah adalah: Sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran,
kebajikan dan petunjuk (agama) sekaligus menguak kebatilan informasi
yang dapat merusak umat dengan memanfaatkan media teknologi
informasi. Stereotype Agama adalah: Gambaran yang digeneralisasi atas
dasar prasangka berdasarkan pada tradisi pengalaman dan pemahaman
agama sebagai alat ukur kebenaran yang dimiliki seseorang dalam
memandang faham agama orang lain yang lebih cenderung pada persoalan
negatif.
Makna Terminologi: Makna terminologi dalam proposal ini yang
berjudul SISTEM INFORMASI DAKWAH (Studi Analisis strategi
Dakwah Muhammadiyah di Kota Ambon). adalah: Metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis dalam organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang, melaksanakan, mengembangkan, menggunakan, mengelolah
untuk kebutuhan dakwah berdasarkan pada referensi primer yang dikemas
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 108
untuk kebutuhan masyarakat yang rentang dengan stereotype agama, yang
berfungsi sebagai motor perawatan kerukunan umat beragama.
Batasan Penelitian: Batasan penelitian ini meliputi: a). Bentuk
penafsiran dan pemahaman agama dan isi materi dakwah. b). Bentuk
materi perbedaan penafsiran, dan pemahaman agama yang cenderung
memiliki potensi kekerasan atas nama agama. c). Metode penerapan strategi
informasi dakwah terhadap perbedaan penafsiran pemahaman agama pada
masyarakat multikultural.
D. Kajian Pustaka
Mendeskripsikan data-data tentang hasil penelitian sebelumnya tentang
objek yang akan diteliti. Kemudian menjelaskan perbedaan penelitian adan
dan signifikansinya kepada pembaca bahwa ada kaitannya tapi endingnya
berbeda dengan permasalahan yang diteliti seperti contoh berikut ini:
1. Pada Tahun 1995: Rupert Brown, Menangani Prasangka dari Perspektif
Perbedaan Penafsiran Sosial. Inti kajiannya: cara memahami
perbedaan pendapat masyarakat.
2. Pada Syarifudin: Stretagi Sistem Informasi Dunia Islam Dalam
menghadapi Era Globalisasi diteliti tahun 2002.
3. Pada Tahun 2004: Florentina Yuni Arini, Sistem Informasi dan Upaya
Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Manusia. Inti kajiannya
adalah pentingnya SDM dalam mencapai efektifitas sebuah organisasi.
4. Pada Tahun 2005: Katon Wijana, Pembangunan sistem Informasi
untuk peningkatan kualitas manajerial. Inti kajiannya: memaksimalkan
kualitas informasi yang mudah, murah dan cepat dalam pengambilan
keputusan sesuai rencana yang telah ditetapkan.
5. Pada Tahun 2006: Buku kumpulan riset Sistem Informasi dalam
berbagai perspektif: Manusia, teknologi, Organisasi, Pendidikan,
Agama. Intinya kajiannya 132 jumlah Karya ilmiah. Inti kajiannya
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 109
belum ada yang mengkaji Strategi Informasi Dakwah terhadap
Perbedaan Penafsiran Agama.
6. Pada Tahun 2006: Muhammad Ibnu Khaldun, Sistem Informasi dan
Kekuasaan Masyarakat Multikultural. Inti kajian ini bahwa organisasi
dapat mengolah atau menggunakan informasi dengan baik, jika
organisasi tersebut berkuasa dan memenangkan persaingan.
7. Pada Tahun 2007: Deddy Mulyana, Strategi Komunikasi Masyarakat
Multi Kultural. Intinya kajiannya bersifat umum pada rumpun ilmu
komunikasi.
8. Pada tahun 2008: Nurhidayat Muhammad Said dengan judul: Dakwah
dan problematika umat Islam: Studi kasus Respon Dakwah IMMIM
Makassar dalam menghadapi Imbar Globalisasi Informasi. inti
pembahasannya adalah dakwah IMMIM memberikan respon pada
perubahan yang terjadi di masyarakat kota Makassar juga tidak
meneliti sistem informasi dakwah.
9. Pada Tahun 2009: Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme
Agama: Membangun Toleransi Berbasis Al-Qur’an. Inti kajiannya
banyak pilihan keilmuan dalam Al-Qur’an tentang pluralisme dalam
membangun toleransi.
10.Pada Tahun 2009: Andre Utha Ujang, Multikulturalsme: Belajar hidup
bersama dalam perbedaan. Inti kajiannya Perlunya kesadaran dan
kepekaan sosial terhadap perbedaan budaya sebagai titik pijak
membangun kerukunan berbudaya.
11.Pada Tahun 2009 Berbagai Makalah Strategi Sistem Informasi hasil
Konperensi Nasional Sistem Informasi 2009. 67 judul.
12.Pada Tahun 2009 Abdul Aziz, Makalah di Jurnal: Pemberdayaan
Masyarakat Multikultural di Lampung. Inti kajiannya pemberdayaan
komunikasi efektif.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 110
13.Pada Tahun 2009 Abidin Wakano, Model pendidikan basudara yang
mengkaji tentang model pembelajaran di masyarakat multikultural.
Intinya model Pendidikan Pela Gandong.
14.Pada Tahun 2010: Wokshop pendidikan Multikultural yang dilakukan
oleh Balai Penelitian agama dan Keagamaan Makassar kerjasama
dengan Kanwil Agama Provinsi Maluku pada tahun 2010.
15.Pada Tahun 2010: Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah (Studi Kasus
Pada PT. Telkom Divre VII Makassar. Inti kajiannya dampak positif
informasi dakwah terhadap alur sistem dakwah yang profesional.
Hemat penulis, dari sejumlah riset ilmiah di atas, jika diakumulasi secara
cermat, belum ada satupun penulisan tentang SISTEM INFORMASI
DAKWAH (Studi Analisis strategi Dakwah Muhammadiyah di Kota
Ambon pada Masyarakat Multikultural). Itulah sebabnya, bidang kajian ini
demikian “baru” dan belum pernah diteliti, sehingga studi tentangnya
dianggap sebagai sumbangan besar terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dalam menjaga keharmonisan umat beragama.
E. Kerangka Teori
1. Landasan Teologis-Normatif: Al-Qur’an, Hadis, Doktrin Ijma,
Undang Undang 1945 RI. Hemat penulis landasan ini dijadikan
pijakan kebenaran dalam mengukur ketimpangan/kesenjangan realitas
pada lokasi penelitian.
2. Teori adalah: Guidens dan Instrumen ilmiah yang penulis gunakan
dalam memetakan masalah serta menyelesaikan permasalahan yang
dikaji.
Teori Dakwah: Teori Dakwah Syekh Mursyid: sistem dakwah
amar ma’ruf nahimunkar. Teori Dakwah Ali Mahfuz: Teori
Pencitraan. Teori Adlabi tentang siqah (kredibilitas Infroman).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 111
Teori Informasi: McLuhan, bahwa Media: Perpanjangan panca
indra manusia. Teori J.D. Vito Tentang Presepsi dan Ekspresi:
Seseorang tergantung pada intensitas Informasi yang didengar.
Teori Prejudice (Prasangka/Penafsiran). Teori perbedaan
penafsiran interkasionis simbolik: teori komunikasi verbal dan non
verbal.
Teori Stereotype: Teori strategi pemecahan masalah sistematis
Krames. Teori Strategi Solso, Teori Strategi Wankat dan
Oreovoc.
F. Desain Kerangka Pikir
Dari kerangka teori di atas maka langkah selanjutnya penulis/calon
peneliti bagi kalangan S2 dan S3 perlu membuat kerangka pikir dan
menjelaskan kepada pembaca alur dan cara kerja dalam mengungkap
permasalahan dalam penelitian anda. Untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan dalam skema berikut ini.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 112
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian ini bersifat eksplanatif yakni ingin mengungkap
strategi informasi dakwah terhadap perbedaan penafsiran,
pemahaman agama pada masyarakat multikultural di kota Ambon.
Corak penelitian ini adalah penelitian lapangan. Untuk kerangka
teoritis menggunakan data pustaka. Metode yang digunakan adalah
kualitatif.
2. Pendekatan: Penelitian ini menggunakan pendekatan dakwah dan
komunikasi. Dalam penelitian ini menggunakan ilmu bantu
antropologi dan sosiologi untuk mengungkap prilaku dan cara
berinteraksi masyarakat multikultural pada lokasi penelitian di kota
Ambon.
3. Pengumpulan data: Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Selain
itu, jenis data yang digunakan (kuantitatif atau kualitatif), sumber
data, yakni data primer maupun sekunder; yang penulis dapatkan di
kepustakaan (library research) maupun lapangan (field research).
Penelitian memilih lokasi penelitian di desa Batu Merah Ambon.
4. Alasan memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena di tempat
inilah awal mula terjadinya konflik 19 Januari 1999 yang dikenal
dengan idul fitri berdarah. Sampai sekarang lokasi ini rentan dengan
konflik. Sumber informan: Raja Batu Merah, Ketua Lembaga Antar
Iman, Kepolisian, Hakim, Organiasai Kemasyaratan, hasil
kesepakatan malino, dan MUI.
5. Tujuan mengambil data 3 tahun terakhir karena ingin mengungkap
kondisi faktual tentang materi dan sistem informasi dakwah yang
digunakan dalam penyebaran informasi kepada masyarakat
multikultural di kota Ambon yang membentuk karakter pola
penafsiran dan pemahaman keagamaan masyarakat multikultural.
6. Pengolahan/analisis data: Teknik analisis dan interpretasi yang
digunakan adalah menggunakan teori Haberman dan Miles. Teknik
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 113
pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik untuk
memudahkan penulis dalam memferifikasi data. Kedua teori tersebut
dinamakan teori manajemen dan teori interaktif. Teknik manajemen
mulai input, processing dan output (teori manajemen). Teknik
pengolahan data “interaktif” menggunakan teori Haberman dan
Milles dikuip oleh Bungin. Hal tersebut dapat digambarkan pada
skema berikut ini:
Teknik ini dikenal dengan
istilah teknik pengolahan
data interaktif yang dimulai
dari penyajian data,
pengorganisasi data, koleksi
data, identifikasi data,
meringkaskan data, reduksi
data, kesimpulan data.
A. Tujuan dan Kegunaan
Menjelaskan kepada pembaca tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini untuk mengungkap solusi terhadap perbedaan penafsiran
agama untuk meminimalisasi kekerasan atas nama agama. Penelitian ini
menggunakan parameter teori dakwah dan komunikasi problem solving
sebagai panduan dalam pemecahan masalah.
Motif ilmiah dari penelitian ini termasuk pengembangan teori dakwah
dan komunikasi. Kegunaan penelitian mencakup dua hal pokok sebagai ciri
khas penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yakni
kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis:
1. Kegunaan ilmiah:
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 114
a. Perkembangan teori ilmu pengetahuan khususnya rumpun ilmu
sosial bidang ilmu dakwah dan komunikasi yang selama ini belum
memiliki banyak kemajuan dalam bidang science.
b. Untuk mengungkap permasalahan bentuk-bentuk stereotype agama
terhadap masyarakat multikultural berdasarkan kaidah-kaidah ilmu
dakwah dan komunikasi.
c. Untuk pengembangan teori strategi informasi dakwah terhadap
perbedaan penafsiran, pemahaman terhadap komunitas masyarakat
multikultural.
d. Mendapatkan model pengembangan teori baru dalam bidang ilmu
dakwah khususnya dalam penerapan Teknologi Informasi dakwah
bagi stereotype agama.
2. Kegunaan praktis:
a. Untuk mengungkap gambaran munculnya perbedaan stereotype
Agama Islam dan Kristen di Kota Ambon dan perbedaan penafsiran
dan pemahaman agama terhadap masyarakat multikultural di kota
Ambon yang cenderung dapat memberi ruang terjadinya konflik
antar etnis, agama, dan budaya yang berdampak sistemik terhadap
disintegrasi bangsa dan negara.
b. Untuk mendapatkan pola atau silabi strategi informasi dakwah
terhadap bentuk sereotype Agama yang berpotensi negatif
terhadap agama Islam dan Kristen di Kota Ambon. Untuk
mendapatkan informasi tentang mekanisme sistem informasi
dakwah dan metode penyebaran informasi yang lebih efektif dalam
mengkonstruksi ekspresi masyarakat multikultural di kota Ambon
dengan cara yang lebih efektif.
c. Untuk mengetahui nilai, menyusun strategi teknologi informasi
dakwah terhadap stereotype Agama Islam dan Kristen di Kota
Ambon. Adanya upaya merawat keharmonisan umat beragama serta
membangun karakter persaudaraan sesama ciptaan Tuhan yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 115
cinta damai serta berjiwa amar ma’ruf nahimungkar yang
berorientasi pada rahmatallil’alamin.
d. Untuk mengetahui penerapan teknologi informasi dakwah bagi
komunitas yang rentang stereotype Agama di Kota Ambon
G. Kerangka Isi
Bab I Berisi latarbelakang penelitian dengan mendeskripsikan fakta
empiris dan fakta teoritis sebagai bentuk kesenjangan sosial seperti
terjadinya insiden pembunuhan, perkelahian yang dapat memicu konflik
vertikal dan horisontal. Selain itu menggambarkan problematika
signifikansi penelitian ini sehingga layak menjadi satu penelitian ilmiah
karena masalah yang dikaji termasuk permasalahan yang berdampak
sistemik terhadap keharmonisan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Inilah
sebabnya sehingga penulis bermotivasi menelitinya.
Bab II Landasan Teori: Intisari dari pada bab II ini adalah konstruksi
teori yang akan dijadikan sebagai pisau analisis pada Bab IV dengan
menggambarkan bangunan teori yang penulis gunakan dalam membedah
permasalahan. Teori strategi, teori informasi, teori dakwah, dan teori
perbedaan penafsiran dan teori masyarakat multikultural. Pemilihan teori
yang relevan dengan materi kajian ini adalah sebagai berikut: Teori
McLuhan, bahwa Sistem Informasi : Perpanjangan panca indra manusia.
Teori J.D. Vito Tentang Ekspresi : Seseorang tergantung pada konstruksi
informasi yang didengar. Teori Interkasionis Simbolik. Teori Problem
solvin, Teori Sistem sosial masyarakat multikultural Parson, Teori Media
Sannon, Teori Dakwah Syekh Ali Mursyid: Sistem Dakwah Amar Ma’ruf
Nahimunkar. Secara garis besar teori inilah yang penulis gunakan dalam
mengungkap permasalahan yang sifatnya abstrak menjadi faktual.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini secara sistematis dan
menjelaskan solusinya penelitian ini.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 116
Bab III Metode Penlitian: Pada bab ini penulis mendeskripsikan
metode pengumpulan, data primer dan data sekunder, metode pengolahan
data dan analisis data. Semua data pustaka dan data lapangan ini yang di
olah berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang telah diterapkan oleh para
ahli tentang mekanisme pengolahan data penelitian kualitatif. Adapun
teknik pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
dakwah dan komunikasi.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian: Kajian pada bab IV ini khusus
mengekplorasi profil masyarakat multikultural di kota Ambon, Bentuk
strategi Informasi yang efektif terhadap perbedaan penafsiran agama pada
masyarakat multikultural di kota Ambon untuk merawat keharmonisan dan
kehidupan masyarakat Multikultural di kota Ambon. Temuan teori?
Bab V Penutup: Kajian pada bab lima ini khusus hasil dari proses
penelitian dari hasil pengembangan teori sehingga mendapatkan
kesimpulan, rekomendasi, bahwa perlunya revisi untuk pengembangan
strategi informasi dakwah bagi masyarakat multikultural. Selain itu juga
mendeskripsikan bahan bacaan yang digunakan dalam meramu desertasi ini
yang penulis lampirkan pada daftar Pustaka
H. Contoh Daftar Pustaka
Kajian S2 dan S3 idealnya mahasiswa berusaha secara maksimal
mencari referensi yang memiliki tingkat validitas data yang tinggi tidak
boleh mengutip data yang telah dikutip di atas kutip karena sangat miskin
informasi yang didapatkan jika menggunakan metode seperti itu. Berikut
ini contoh penulisan dafar pustaka sebagai berikut:
Assefa, Hizkiaz. The Meaning of Reconciliation. Dalam ECCP and IFOR,People Building Peace. ECCP and IFOR, Amsterdam, 1999.
Agger, Ben. Critical Social Theories: An Introduction diterjemahkan oleh:Nurhadi dengan judul: Teori Sosial Kritik, Penerapan, dan implikasinya.Cet. II; Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 117
‘Ali Mahfuż, Syekh. Hidayah Al-Mursyidin Ila Turuq al-Wa’zhwa al-Khitobah (Beirut Lebanon: Dar Al-Ma’rifah), h.93 Bandingkan dalamMoh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Cet. II; Jakarta: Prenada Group, 2009.
Abdullah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan SosiologiAgama Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Brown, Rupert. Prejudice Its Social Psycology diterjemahkan oleh: Helly P.Soetjipto dan Sri Mulyantini Sutjipto dengan Judul: MenanganiPrasangka dari Perspektif Sosial . Cet. I; Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Brannen, Julia. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Burhan BunginYogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Brewer, M. B.. Reducing prejudice through crosscategorization: Effects ofmultiple social identities. 2000.
Bungin, Burhan. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filisofis danMetodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi Cet. III; Jakarta:Rajawali Press, 2009.
Bornow, V. Culture and Personality Cet; I; Chicago: Dorse Press, 1985.
Everett, Rogers, M at.all. Communication of Innovations, A Cross CulturalApproach. New York: The Free Press,1991.
Cohen, K. Albert. “The Delinquent Subculture”, dalam Marvin E. Wolfgangdalam bukunya The Sociology of Crime and Delinquency. John Willwyand Sons Inc : New York. 1970.
Coser, Lewis. A. The Functions of Social Conflict. Penerjemah: SoerjonoSoekanto dan Ratih Lestarini, 1998.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 118
Bab ini akan membahas ca
ilmiah yang mencakup pengetik
kutipan, dan daftar pustaka. Ca
(footnote), catatan akhir (endno
tical note atau in-text citation
ketentuan umum tentang penu
Contoh penulisan yang lebih le
referensi dalam catatan kutipan
berikutnya.
A. Teks (Bagian Tubuh Tulisan)
1. Pengaturan Margin
a. Margin kiri dan atas untuk
dan atas untuk penulisa
(empat) cm dari ujung kert
b. Margin kanan dan bawah
kiri dan bawah untuk penu
(tiga) cm dari ujung kertas
c. Baris pertama setiap aline
cm) dari margin kiri untu
untuk penulisan huruf Ara
d. Setiap ketikan kembali k
dan alinea baru.
e. Setiap lembar kertas hanya
(tidak timbal balik).
2. Pengaturan Posisi Judul Halam
TEKN
BAB 7
ra-cara penulisan unsur-unsur karya tulis
an teks atau bagian tubuh tulisan, catatan
tatan kutipan bisa berbentuk catatan kaki
te), dan catatan dalam kurung (parenthe-
). Yang diuraikan dalam bab ini hanya
lisan catatan kutipan dan daftar pustaka.
ngkap dan mendetail untuk berbagai jenis
dan daftar pustaka akan diuraikan pada bab
penulisan huruf Latin, serta margin kanan
n huruf Arab, masing-masing selebar 4
as.
untuk penulisan huruf Latin, serta margin
lisan huruf Arab, masing-masing selebar 3
.
a dimulai setelah 1,25 cm (First Line 1,25
k penulisan huruf Latin dan margin kanan
b.
e margin, kecuali enumerasi (penomoran)
digunakan untuk pengetikan satu halaman
an-halaman Judul:
IK PENULISAN
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 119
a. Judul dari Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian karya tulis
ilmiah, Halaman Pengesahan, Daftar Isi, dan Abstrak, ditempatkan
secara simetris di tengah halaman bagian atas, 4 (empat) cm dari
ujung atas kertas (sama dengan alinea pertama teks pada setiap
halaman).
b. Kata Pengantar, Daftar Tabel, Daftar Ilustrasi, Bab, Daftar Pustaka,
dan Glossary ditempatkan secara simetris di tengah halaman bagian
atas, 6 cm dari ujung atas kertas (2 cm di bawah posisi alinea pertama
teks pada setiap halaman (lihat lampiran).
c. Semua judul pada “halaman berjudul” diketik dengan huruf kapital
(all caps) dan ditebalkan (bold).
3. Jarak Spasi Antarbaris dan Jarak Ketukan Antarkata:
a. Jarak antara nomor bab dengan judul bab dan antara baris pertama
judul bab dengan baris berikutnya (jika lebih dari satu baris) adalah 2
(dua) spasi atau dalam aturan word processor sama dengan exactly 24
pt.
b. Jarak judul bab dengan subbab (jika langsung diikuti subbab) adalah 4
(empat) spasi (caranya, mengeset kolom spacing subbab menjadi
before 12), dan jarak antara judul subbab dengan baris pertama teks
adalah 2 (dua) spasi (caranya, mengeset kolom spacing subbab
menjadi after 6).
c. Teks diketik dengan jarak exactly 24 pt (line spacing exactly 24 pt).
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerapian teks yang menggunakan
cam-puran font Latin dan font Arab serta memakai tanda-tanda
transliterasi.
d. Kutipan langsung sepanjang tiga baris atau lebih diketik dengan jarak
exactly 12 pt dan dalam format terpisah dari teks biasa. Untuk
kutipan teks Arab, baik yang ditulis dengan tangan maupun yang
diketik dengan word processor (komputer), tetap memperhatikan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 120
ketentuan ini, tetapi dapat menyesuaikan dengan keadaan huruf atau
font-nya.
e. Terjemahan ayat Al-Qur’an, Hadis atau terjemahan dari sumber
bahasa asing, diketik dengan jarak exactly 12 pt dalam satu alinea
tersendiri.
f. Jarak baris catatan kaki:
1) Jika dalam catatan kaki keterangan mencapai 2 (dua) baris atau lebih,
maka jarak antara setiap baris adalah exactly 12 pt dengan ukuran
font (font size) 10 pt.
2) Jarak antara baris terakhir suatu catatan kaki dengan baris pertama
catatan kaki berikutnya dalam halaman yang sama adalah spacing
before 6 pt.
3) Baris pertama setiap nomor catatan kaki dimulai setelah 1,25 cm dari
margin kiri untuk penulisan huruf Latin, dan margin kanan untuk
penulisan huruf Arab. Baris kedua dan seterusnya tetap kembali ke
margin kiri/kanan.
4) Nomor untuk catatan kaki ditulis setengah spasi di atas baris pertama
setiap catatan kaki atau superscript dalam bahasa word processor.
a. Abstrak, riwayat hidup, dan keterangan-keterangan lain yang
dilampir-kan, diketik dengan jarak exactly 18 pt.
b. Daftar Pustaka diketik dengan jarak exactly 12 pt dan diakhiri
dengan titik. Jarak antara satu item pustaka dengan item
berikutnya dalam daftar adalah spacing before 6 pt.
c. Antara setiap kata dengan kata berikutnya berjarak 1 (satu)
ketukan, kecuali karena proses outomatic justification dalam
word processor.
B. Kutipan dalam Teks
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 121
1. Kutipan langsung sepanjang dua baris atau kurang dimasukkan ke
dalam teks dengan menggunakan tanda kutip (“...”).
2. Kutipan langsung yang terdiri dari tiga baris atau lebih ditulis ter-
pisah dari teks dengan jarak exactly 12 pt dan spacing before 6 pt
serta spacing after 6 pt, tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak 1
(satu) cm dari margin kiri. Bila dalam kutipan terdapat alinea baru,
maka first lane-nya diketik dengan jarak 1,5 cm dari margin kiri.
3. Kutipan langsung seperti tercantum dalam butir (1) dan (2) di atas
sedapat mungkin tidak lebih dari setengah halaman, kecuali bila
karya tulis ilmiah adalah studi teks yang harus mengutip teks asli
secara lengkap dan membutuhkan tempat kutipan yang lebih banyak.
4. Untuk menunjukkan adanya bagian tertentu dari teks yang dilangkahi
atau dibuang dalam kutipan (misalnya karena tidak relevan dengan
uraian), maka digunakan tanda elipsis, yaitu tiga titik yang diantarai
oleh spasi ( … ). Jika bagian dari teks yang dihilangkan/dilangkahi
berada pada bagian akhir kutipan, maka tanda elipsis diakhiri dengan
titik, jadi seluruhnya menjadi 4 (empat) titik ( …. ). (Pada program
word processor, misalnya MS-Word, elipsis ini dibuat dengan
menekan tombol [Ctrl] dan [Alt] secara bersamaan, lalu menekan
tombol titik [Ctrl+Alt+.].
5. Kalau teks yang dilangkahi itu 1 (satu) alinea atau lebih, maka
digunakan elipsis sepanjang 1 (satu) baris penuh. Jika sebelum alinea
yang dilangkahi itu masih ada bagian alinea sebelumnya yang ikut
dilangkahi, maka bagian yang dilangkahi itu ditandai dengan 1 (satu)
elipsis. Contohnya:
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 122
6. Jika sebelum kalimat yang dilangkahi itu terdapat tanda baca, maka
tanda baca itu diletakkan persis sesudah huruf terakhir sebelum kalimat
yang dilangkahi. Demikian juga bila bila terdapat tanda baca sesudah
kalimat yang dilangkahi, maka tanda baca itu diletakkan sesudah tanda
elipsis. Misalnya: (;…) dan (…;).
7. Kutipan tidak langsung atau saduran diketik dengan jarak exactly 24 pt
dan marginnya sama dengan margin teks biasa. Di akhir setiap kalimat
atau alinea saduran, diberi nomor catatan kaki. Contohnya dapat dilihat
pada halaman berikut:
Para pejabat pemerintahan kita sekarang ini bisa disama-kankedudukannya dengan para manager di Amerika Serikat. Merekaharus bisa mengejar target dengan tidak memper-dulikanpengembangan kelembagaan yang dewasa ini belum berkembangsebagai organisasi modern …
………………………………..…………………………….…
Erat kaitannya dengan proses pelembagaan ini terutama yangberkaitan dengan pelembagaan nilai, maka harus dicip-takankondisi objektif yang mendorong terwujudnya kesa-tuan antaranilai, sikap, dan perbuatan.1
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 123
Nurcholish Madjid mengakui bahwa cukup sulit untuk
memberikan gambaran tentang pemikiran Islam Indonesia dalam
kaitannya dengan Islam secara menyeluruh. Hal itu disebabkan
karena kurangnya data yang dapat mewakili semua aspek yang
akan digambarkan. Karena itulah, dia menyatakan bahwa apa yang
dia kemukakan itu hanya terbatas pada aspek-aspek yang
disepakati sebagai gambaran. Ini berarti bahwa kita harus mencari
kenyataan pemikiran Islam yang dapat dikatakan mewakili Islam,
tetapi pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang nyata
Saduran ini berasal dari teks buku Nurcholish Madjid, Islam Agama
Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta:
Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 23. Kalau alinea ini dikutip secara
langsung, maka bentuknya sebagai berikut:
dengan pemikiran Islam secara global.1
Membahas potret pemikiran Islam Indonesia dalam kon-teksIslam universal memang menyulitkan, karena diper-lukanperangkat yang cukup lengkap dan yang mampu mewakili semuasegi obyek pemotretan itu. Dalam keadaan metodologis yang sulititu, konstribusi ini terpaksa mem-batasi diri pada segi-segi yangakan secara sempit dapat disebut sebagai “potret”, yaitu melihatwujud-wujud nyata dunia pemikiran Islam yang sedapat mungkin“khas” Indo-nesia, tapi yang sekaligus dengan jelas menunjukkankon-teksnya dengan dunia Islam pada umumnya, atau denganpemikiran Islam yang telah mendunia (universal).1
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 124
Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1954 [sic].
8. Sumber yang masih menggunakan ejaan lama, dikutip sesuai aslinya
pada kutipan langsung.
9. Kalau ada kesalahan pada teks asli yang dikutip, maka kesalahan itu
harus ditunjukkan dengan menyisipkan kata sic yang ditulis dalam
kurung siku [sic], yang memberi petunjuk kepada pembaca bahwa
demikianlah yang tertulis pada teks aslinya walaupun mungkin itu
tidak benar. Akan tetapi, dapat juga diberikan perbaikannya di antara
kurung siku […] yang diletakkan persis sesudah teks yang dianggap
tidak benar. Contohnya:
Atau:
10. Kutipan dari bahasa asing, sebaiknya diterjemahkan kemudian diulas
dan, jika perlu, dikomentari.
11. Pengutipan ayat Al-Qur’an menggunakan rasm Usmany dengan cara
menuliskan sumbernya dalam teks (dimulai dengan singkatan Q.S.
yang diikuti secara berurutan dengan nama surah, garis miring, nomor
Bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1954 [1945].
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 125
endahului ayat yang
dikutip. Contohnya:
Kutipan ayat Al-Qur’an, baik kurang dari satu baris atau lebih ditulis
terpisah dari teks tanpa menggunakan tanda kutip. Di akhir ayat yang
dikutip, ditulis nomor ayatnya dalam huruf Arab yang ditempatkan dalam
kurung. Contohnya:
Terjemahan ayat Al-Qur’an, walaupun hanya terdiri da
ditulis terpisah dari teks dalam satu alinea tersendiri, de
exactly 12 pt dan spacing before 6 pt serta spacing af
dengan jarak 1 (satu) cm dari margin kiri. Terjemahan a
diberi nomor catatan kaki dan dianjurkan mengutip dari t
Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya
edisi), kecuali karena tujuan lain sesuai konteks penelitia
dari karya terjemahan lainnya.
Aturan penulisan kutipan teks Arab dari kitab-kitab
aturan penulisan ayat Al-Qur’an kecuali bahwa sumber had
hal ini mukharrij-nya, dituliskan sesudah teks hadis, kemud
catatan kaki. Sama halnya dengan terje-mahan Al-Qur’an,
dituliskan secara terpisah dalam satu alinea tersendiri den
seperti terjemahan ayat Al-Qur’an di atas. Jika terjemahan
kutipan, ia harus diberi nomor catatan kaki, di mana nama
data sumber rujukannya disebutkan.
Contohnya:
)104(…الخير إلى يدعون أمة منكم تكن
… Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3: 104.
surah, titik dua, dan nomor ayat, lalu titik) m
ri satu baris saja,
ngan jarak baris
ter 6 pt, diketik
yat yang dikutip
erjemahan resmi
(dalam berbagai
n, bisa mengutip
hadis mengi-kuti
is terkait, dalam
ian diberi nomor
terjemahan hadis
gan aturan jarak
merupakan suatu
penerjemah serta
ول
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 126
1. Jika dari ayat Al-Qur’an atau hadis yang telah dikutip diberi pen
lasan sehingga perlu penulisan ulang dalam format teks biasa, m
kata, frasa, ataupun klausa yang diperlukan dapat ditulis ulang, tan
menulis ulang sumbernya.
2. Ayat-ayat yang dipergunakan tanpa teks asli atau diketik deng
transliterasi harus dihimpun dalam sebuah daftar lampiran.
3. Kutipan yang terdiri dari satu baris atau kurang dari sumber nask
non-Latin yang penulisannya dari kiri ke kanan (seperti buku-bu
yang menggunakan huruf Bugis/Makassar), diketik ke dalam t
dengan menggunakan tanda kutip (“…”), diberi nomor catatan k
dan terjemahan. Jika bagian yang dikutip lebih dari satu baris m
kutipan tersebut diketik terpisah dari teks, dengan jarak exactly 12
dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan jara
(satu) cm dari margin kiri dan diberi nomor catatan ka
Terjemahannya juga dipisahkan dari teks, dengan jarak baris exactly
pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan ja
1 (satu) cm dari margin kiri dan diberi catatan kaki.
C. Catatan Referensi (Footnote, Endnote, dan In-text Citation):Ketentuan Umum
1. Footnote (Catatan Kaki)
a. Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote, ada
keterangan tambahan yang terletak di kaki/dasar halaman d
dipisahkan dari teks oleh sebuah garis (separator) sepanjang
هللا ϪϳϠ˰ѧϋϡϠ˰ѧγϭϝϭ˰ѧϘϳ هللا صلى هللا رسـولقال،قالعنھ هللا رضيیرةھرابىعن
ذكـرنفسـھ فى نى ذكرن فـإ نى،ذكرذاإمعـھأناو بى عـبدىظـنعـندأنا: تعالى
έѧϛΫϰѧϧϰѧϓϸنΈ˰ѧϓنـفسى، فـى تھ ѧ˰ϣέѧϛΫϪѧΗϰѧϓϸ ѧ˰ϣέϳ ѧ˰ΟˬϡϬϧ˰ѧϣوانΏέ ѧ˰ϘΗ�˷ϰѧϟ
ΎѧϋέΕΑέذالى تقـربوانراعا،ذیھالتقربتشبـرا ѧ˰ϘΗϪѧϳϟΎѧϋΎΑوانΎѧΗϰѧϧϰѧηϣϳ
1.........)رواه(ھـرولةتـھ
je-
aka
pa
an
ah
ku
eks
aki
aka
pt
k 1
ki.
12
rak
lah
an
20
آتی
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 127
(dua puluh) karakter atau 5 (lima) cm menurut default Microsoft
Word.
Catatan kaki memiliki empat tujuan utama:
1) Menjelaskan referensi bagi pernyataan dalam teks (biasa disebut
catatan kaki sumber atau reference footnote). Yang dikutip bisa
mencakup fakta-fakta khusus, pendapat, atau ungkapan langsung dari
otoritas yang karya-karyanya menjadi rujukan dalam karya tulis ilmiah.
2) Menjadi ruang bagi penulis untuk memberikan komentar-komentar
insidental yang dipandang penting tentang, atau menegaskan dan
menilai, pernyataan-pernyataan yang dibicarakan dalam teks. Ring-
kasnya, catatan kaki menjadi tempat di mana penulis menjelaskan hal-
hal yang dipandang layak dimasukkan, tetapi mungkin dapat
mengganggu alur pemikiran jika disebutkan, dalam teks.
3) Menunjukkan referensi silang (cross-references) atau sumber lain yang
membicarakan hal yang sama (biasa disebut catatan kaki isi atau
content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-
kata: “Lihat …,” “Bandingkan …,” dan “Uraian lebih lanjut dapat
dilihat dalam …,” dan sebagainya. Diperlukan konsistensi dan
ketepatan dalam penggunaan ungkapan-ungkatan tersebut. Dianjur-kan
penggunaan catatan kaki untuk tujuan ini tidak berlebihan agar tidak
menimbulkan kesan pamer literatur.
4) Menyatakan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tertentu yang
terkait dengan sebuah penyataan atau kutipan dalam teks. Misalnya,
mereka yang membantu penulis memahami sebuah konsep, menda-
patkan literatur yang sedang dikutip, menerjemahkan sebuah teks, dan
sebagainya. Penggunaan catatan untuk tujuan ini hendaknya juga
diupayakan seminimal mungkin.
a. Setiap catatan kaki harus bermula pada halaman yang sama, yang ia
tempati merujuk. Akan tetapi, jika terlalu panjang, maka separuh
bagian catatan kaki mungkin akan melompat ke dasar halaman
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 128
berikutnya. Walaupun begitu, jika menggunakan word processor di
komputer, peralihan ini biasanya diatur secara otomatis. Catatan
kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman.
b. Untuk menghemat waktu dan tempat serta menjaga kerapian
penulisan teks, sebaiknya meminimalkan pencatuman nomor
kutipan dalam teks. Misalnya, dalam satu alinea yang terdiri atas
beberapa kutipan (dengan referensi berbeda), satu nomor rujukan
yang mengikuti akhir kalimat atau alinea kutipan terakhir sudah
memungkinkan semuanya untuk dicakup dalam satu catatan.
c. Cara penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut:
1) Antara baris terakhir teks dalam sebuah halaman dengan nomor
catatan kaki diberi garis pembatas (separator) sepanjang 20 (dua
puluh) karakter atau 5 (lima) cm menurut default Microsoft
Word.
2) Catatan kaki ditempatkan berdasarkan urutan numerik dengan
diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait dalam
teks. Urutan penomoran bermula pada setiap awal bab (bukan
kelanjutan nomor catatan kaki terakhir di bab sebelumnya).
Nomor catatan kaki diketik dengan posisi font lebih tinggi dari
huruf catatan kaki (superscript) dengan jarak 1,25 cm dari
margin kiri yang langsung diikuti oleh catatan kaki. Contohnya:
3) Jarak baris kedua dan baris-baris selanjutnya dari tiap catatan kaki
sejajar dengan atau kembali ke awal margin kiri. Contohnya:
1Fazur Rahman, Islam (New York: Anchor Books,1968), h. 21.
2Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas:Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman (Bandung: Mizan,1989), h. 155.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 129
4) Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan
kaki berikutnya adalah spacing before 6 pt. Jika pengetikan menggu-
nakan word processor seperti MS-Word, sistem penulisan garis pem-
batas, penomoran, spasi dan jarak margin, dan spasi antar catatan kaki
ini sudah diatur secara otomatis.
5) Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam
karyanya. Tidak ada “pembalikan” nama seperti dalam Daftar Pustaka.
6) Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan
menggunakan singkatan h., baik untuk satu halaman maupun lebih.
Contohnya: h. 55-67; bukan hh. 55-67.
7) Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem) dengan tulisan miring atau italic
(atau garis bawah dalam pengetikan manual) digunakan untuk merujuk
kepada sumber yang sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya
tanpa ada sumber kutipan lain yang mengantarainya (baik halaman
kutipan sama dengan sebelumnya atau tidak). Jika halaman yang dikutip
sama, maka nomor halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid.
terletak di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital
(Ibid.), sedang bila terletak di tengah kalimat, misalnya sesudah kata-
kata “Disadur dari,” maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil
(ibid). Dalam bahasa Arab ibid diartikan menjadi المـرجع نفـس .
9) Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato) (dalam bahasa Arab, جع المـر
(السابق yang juga ditulis miring dan diberi spasi (op. cit., bukan op.cit.)
merujuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu, tetapi
diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Istilah ini (op.
cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama pengarang. Jika halaman
yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (sing-katan dari loco
citato) (dalam bahasa Arab ( نالمـكا نفـس ). Contoh:
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 130
10) Kalau ada dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan
dalam sebuah bab, maka singkatan op. cit. atau loc. cit tidak dapat
digunakan. Penggantinya adalah mencantumkan potongan singkat
judul karya yang dikutip yang menjadi sandi untuk masing-masing
karya tersebut. Contoh (lanjutan dari contoh di atas):
14Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Cet. I; Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985), h. 22.
15Ronny Ngatijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum(Cet. I; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.
16Ibid., h. 40.
17Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, op. cit., h. 30.
18Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
19Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘u al-Baya>n fi> Tafsi>ral-Ah}ka>m min al-Qur’a>n, Jilid I (t.t.: Da>r al-Fikr, t.th.), h. 57.
20Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n(Cet. I; Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985), h. 22.
21Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
22Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘u, h. 54.
23 Ronny Ngatijo Sumitro, op. cit., h. 22.
24‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n, h. 23.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 131
Dalam catatan kaki no. 22 di atas, kata Rawa>>i‘u adalah sandi untuk
membedakan referensi dari buku al-S{a>bu>ni> lainnya yang juga dikutip
sebagaimana disebutkan dalam catatan kaki no. 14, 20, dan 24, yaitu al-
T{ibya>n.
11) Jika pengarang yang sama muncul secara berurutan, baik dalam
nomor catatan kaki yang berbeda atau dalam catatan kaki yang sama, tetapi
dengan judul referensi yang berbeda, maka nama pengarang untuk karya
berikutnya tidak perlu disebut lagi, tetapi diganti dengan kata idem (ditulis
miring, yang berarti “yang sama”). Contohnya:
a. Setelah judul referensi yang dikutip, unsur lain yang harus disebut-kan
adalah data penerbitannya yang mencakup tempat penerbitan (biasanya
nama kota), nama penerbit, dan tahun penerbitan. Ketiga unsur yang
disebut terakhir ini ditempatkan di dalam kurung. Keterangan tempat
terbit dengan nama penerbit diantarai oleh tanda titik dua (:), sementara
antara nama penerbit dengan tahun pener-bitan diantarai oleh tanda
koma (,).
b. Jika satu atau seluruh data penerbitan tidak disebutkan atau tidak
diketahui, maka digunakan singkatan-singkatan berikut:
[t.d.] jika sama sekali tidak ada data yang tercantum;
25Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi SosialSeorang Cende-kiawan Muslim (Cet. XI; Bandung: Mizan, 1999),h. 45-54.
26Idem, Islam Alternatif: Ceramah-ceramah di Kampus(Cet. I; Bandung: Mizan, 1986), h. 11. Tentang pentingnyamendahulukan penegakan akhlak mulia ketimbang menonjolkanperbedaan karena alasan fikih, lihat, idem, Dahulukan Akhlak diatas Fikih (Cet. III; Bandung: Muthahhari Press, 2003), khususnyabab II.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 132
[t.t.] jika tempat penerbitan tidak ada;
[t.p.] jika nama penerbit tidak ada;
[t.th.] jika tahun penerbitan tidak ada.
Dalam rujukan berbahasa Inggris, singkatan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
[n.p.] yang berarti no place of publication atau no publisher (tidak
ada data tempat terbit dan nama penerbit);
[n.d.] yang berarti no date of publication (tidak ada data tahun
terbit).
Endnote (Catatan Akhir)
Endnote atau catatan akhir adalah catatan referensi yang diletakkan di
akhir suatu karya tulis ilmiah, sebelum Daftar Pustaka. Pada dasarnya,
teknik penulisan endnote persis sama dengan footnote. Demikian pula,
ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk
endnote, termasuk ketentuan untuk penulisan Daftar Pustaka.
Perbedaannya, endnote diletakkkan di bagian akhir suatu karya tulis ilmiah.
Dalam pengetikan menggu-nakan word processor di komputer, konversi
catatan kaki (footnote) menjadi catatan akhir (endnote) secara otomatis
mudah dilakukan. (Contoh-contoh teknik pencatatan untuk berbagai jenis
referensi, baik footnote maupun endnote, secara rinci diuraikan pada BAB
V).
Parenthetical Reference atau In-text Citation
a. Parenthetical Reference, atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut
“catatan dalam kurung”, berfungsi untuk menunjukkan referensi dari
sebuah pernyataan yang disebutkan dalam teks, baik itu merupakan
saduran atau kutipan langsung. Parenthetical reference diletakkan di
dalam teks dan diapit oleh tanda kurung. Secara umum, informasi
yang perlu disebutkan adalah nama akhir pengarang, tahun terbit
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 133
karangannya, dan nomor halaman. Antara tahun penerbitan karangan
dan halaman yang dikutip dibubuhi tanda koma (,). Contohnya:
… kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam
yang dapat dikatakan mewakili Indonesia, namun
pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang
nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid
l. Jika, misalnya, ada dua buku atau lebih karya dari penulis yang sama
(misalnya, Nurcholish Madjid dalam contoh di atas) yang dikutip dan
kebetulan diterbitkan pada tahun yang sama, maka penulisan tahun
diberi kode dengan huruf kecil, misalnya (a), (b), dan seterusnya.
Contoh:
c. Bila karya
atau juz, m
ditulis sete
Contohnya
1995, 23).
…
… (Madjid 1995a, 27).
tulis yang dikutip itu terdiri dari beberapa jilid, volume
aka nomor jilid, volume atau juz dari buku yang dikutip
lah tahun, diikuti oleh titik dua, lalu nomor halaman.
:
… (Madjid 1995b, 23).
(al-Zuh}aili> 1991, 11: 98).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 134
d. Sementara itu, dalam hal pengutipan artikel atau entri ensiklopedi,
maka nomor jilid ditulis setelah tahun terbit, diikuti oleh titik dua (;),
kemudian seluruh halaman yang membahas artikel atau entri tersebut,
meskipun yang dikutip itu hanya satu halaman. Contohnya:
Jika rujukan bersumber dari buku suntingan atau risalah
(proceeding), maka yang ditulis adalah nama
penulis asli bukan nama penyuntingnya, jika rujukan diambil dari
dokumen-dokumen resmi seperti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Garis-garis Besar Haluan Negara, Peraturan Daerah,
Surat Keputusan dan koran, maka nama sumber ditulis sebagai
pengganti nama penulis. Misalnya:
… (Edgel 1979, 3: 796-800).
Pemberian obat meningkatkan….. (Darise dan Kadir, 1973).
Hal ini telah diteliti sebelumnya (Saad, dkk, 2003).
Perkawinan adalah …(Pemerintah Republik Indonesia, 1974).
Untuk
Paren-t
daftar
hal-hal
seorang
sebaga
Inflasi ternyat
daftar pustaka bagi karya tulis ilmiah yang menggunakan
hetical Reference (yang biasa disebut, Reference List atau
refe-rensi), berlaku ketentuan khusus dengan memperhatikan
yang berkaitan dengan jumlah buku yang dikutip dari
pengarang, demikian juga dengan referensi yang berjilid
imana yang dise-butkan di atas. (Contoh-contoh teknik
a naik mendekati angka dua digit (Kompas, 2 September 2004).
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 135
penulisan catatan untuk berbagai jenis referensi dalam bentuk
Reference List diuraikan pada BAB V).
D. Daftar Pustaka
Jumlah kepustakaan skripsi minimal 20 (dua puluh) buah dan paling
sedikit tiga literatur berbahasa asing yang merupakan sumber utama
penulisan skripsi. Untuk tesis, minimal 50 (lima puluh) dan disertasi 70
(tujuh puluh).
Daftar Pustaka disusun berdasarkan urutan abjad dari awal nama terakhir
pengarang setiap karya rujukan. Nama pengarang yang dimaksud mencakup
nama orang, badan, lembaga, organisasi, panitia, dan sebagainya yang
menyusun karangan itu. Contohnya:
1. Dat
mak
cm.
2. Sep
kur
daf
Amal,
Bagir,
Capra,
Dhofie
H{asan,
Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: FKBA,2001.
Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy, 2005.
Fritjof. The Turning Point: Science, Society, and the Rising Culture.Toronto: Bantam Books, 1983.
r, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan HidupKyai. Jakarta: LP3ES, 1982.
Ibra>him H}asan. Ta>ri>kh al-Isla>m. Juz 1, Kairo: Maktabah al-Nahd}ah al-
a pustaka diketik dari margin kiri dan jika lebih dari satu baris,
a baris kedua diatur menjorok ke dalam (indent) sepanjang 1,25
erti halnya dalam catatan kaki, catatan akhir dan catatan dalam
ung, pangkat dan gelar akademik tidak perlu dicantumkan dalam
tar pustaka.
Mis}riyyah, 1964.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 136
3. Nama penulis yang lebih dari satu kata, ditulis nama akhirnya diikuti
dengan tanda koma, kemudian nama depan yang diikuti dengan nama
tengah dan seterusnya, contohnya:
4. Taufik Adnan Amal, ditulis: Amal, Taufik Adnan
5. Budi Munawar-Rachman, ditulis: Rachman, Budi Munawar
6. W. Montgomery Watt, ditulis: Watt, W. Montgomery
7. Huruf “al-” pada nama akhir penulis yang menggunakan alif lam
ma‘rifah tidak dihitung sebagai huruf (A) menurut urutan abjad dalam
daftar pustaka. Yang dihitung adalah huruf sesudahnya, contohnya:
8. Muh}ammad ibn Idri>s al-Sya>fi‘i> diletakkan dalam kelompok huruf S dan
ditulis: al-Sya>fi‘i>, Muh}ammad ibn Idri>s.
9. Nama penulis yang menggunakan singkatan, ditulis nama akhir yang
diikuti tanda koma, kemudian diikuti dengan nama depan lalu nama
berikutnya, contohnya:
10.William D. Ross Jr, ditulis: Ross, William D. Jr. (Jr = Junior/Muda)
11.Pada dasarnya, unsur-unsur yang harus dimuat dalam kepustakaan
sama dengan unsur-unsur dalam catatan kaki dan catatan akhir, kecuali
berbeda untuk beberapa hal berikut:
a. Nama penulis yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog
dalam perpustakaan, yaitu menyebutkan nama akhir penulis lebih
dahulu (jika ada dua atau lebih) seperti disebutkan pada poin (2) di
atas.
b. Nama pengarang dalam kepustakaan ditulis mulai dari awal
margin kiri, sedang baris berikutnya dimulai setelah 1,25 cm dari
margin kiri. Jarak baris dalam kepustakaan adalah exactly 12 pt.
c. Antara baris terakhir suatu kepustakaan dengan nama pengarang
berikutnya berjarak spacing before 6 pt.
d. Nomor halaman dari referensi yang dikutip tidak lagi disebutkan
dalam daftar pustaka.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 137
e. Tanda koma (,) yang mengantarai nama pengarang dan judul
karangan-nya dalam catatan kaki/akhir, diganti menjadi tanda
titik dalam daftar pustaka.
f. Tanda kurung yang mengapit keterangan tentang nomor cetakan,
tempat terbit, nama penerbit dan tahun penerbitan dalam catatan
kaki/akhir, diganti menjadi tanda titik (.) dalam daftar pustaka.
9. Secara umum, daftar referensi (Reference List) untuk catatan dalam
kurung (Parenthetical Reference) mencantumkan unsur-unsur berikut:
nama pengarang, tahun terbit, judul buku referensi (huruf italic),
volume, juz atau jilid, tempat penerbit, dan nama penerbit.
Contohnya:
Perbeda
Pustaka
penerbit
9.
al-Zuh}a
Edgel,
i>li>, Wahbah. 1991. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah waal-Syari>‘ah wa al-Manh}aj, juz. 11. Beirut: Da>r al-Fikral-Mu‘a>s}ir.
Beatrice. 1979. “Conception.” Dalam James Hastings, ed.Encyclopedia of Religion and Ethics, vol. 3. New York:
an mendasar Daftar Referensi (reference note) dengan Daftar
(bibliography) adalah karena pada yang disebut pertama, tahun
an diletakkan persis setelah nama pengarang.
Jika ada dua atau lebih karya tulis dari pengarang yang sama, maka
karya dengan tahun penerbitan paling awal ditempatkan lebih awal
dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Dalam penulisan karya
berikutnya dari penulis yang
Charles Shcribner’s Son.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 138
Ahmad,Ma
BachtiarLog
Bungin,MeGra
Bungin,PubGro
Basman
Bertens,197
Baktiar,
C. VerhCet
Hadi, S200
al-Zuh
Nasut
_____
_____
}ai>li>, Wahbah. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah waal-Syari>‘ah wa al-Manh}aj, juz. 11. Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir, 1991.
ion, Harun. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Cet. 2; Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
__. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, danAnalisa Perbandingan. Cet. 5; Jakarta: UI Press,1986.
__. Falsafat Agama. Cet. 8; Jakarta: Bulan
Pustaka
Asep Hidayat. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa,kna dan Tanda Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Cet. II; Jakarta:os Ilmu, 1999.
Burhan. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofis dantodologis ke arah penguasaan model aplikasi. Cet. I; Jakarta: PT.findo Persada, 2003.
Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakanlik, dan Ilmu Sosial lainnya. Cet. III; Jakarta: Prenada Mediaup, 2009.
, Filsafat Ilmu Cet. I; Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksra, 2009.
K. Filsafat Barat dalam Abad XX Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia1.
Amsal. Filsafat Agama Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
ak, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Tealaah atas cara kerja ilmu-ilmu. II; Jakrata: Gramedia, 1997.
utrisno. Metodologi Research: Jilid I Cet. IX; Yogyakarta: Andi,0.
Bintang, 1991.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 139
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research: Jilid II Cet. IX; Yogyakarta: Andi,2002.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research: Jilid III Cet. IX; Yogyakarta: Andi,2002.
Kenneth T. Gallagher, The Fhilosofi of Knouledge diterjemahkan oleh P.Hardono Hadi dengan Judul: Epitemologi: Filsafat Pengetahuan (Cet.VII; Bandung: Kanisius, 2001.
Kerlinger, Fred N. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Cet. IX; Yogyakarta:Gajahmada University Press, 2003.
Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat Komunikasi Cet. I; Jakarta: PrenadaGroup, 2009.
Muhajir, Noeng. Filsafat Ilmu, Positivisme dan Postmodernisme Cet. I;Yogyakarta: Rekesaring et. All., 2001.
Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Komunikasi Cet. XII; Bandung: PT.Remaja Rosdakarta, 2008.
Rahmat, Jalaluddin. Metode penelitian Komunikasi: dilengkapi ContohAnalisa Statistik Cet. XII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, 2007.
Syarifudin Ambon, Metode Penelitian Versi Digital Skripsi, Tesis dandisertasi Cet. I; Ambon: Wadacomsamart, 2008.
Surajiyo, Ilmu Filsafat, Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Singke, Mustari. Cara Singkat Mendalami Metodologi Penelitian PraktikSkripsi, Tesis, dan Disertasi. Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2008.
Salam, H. Burhanuddin. Logika Materil Fisafat Ilmu Pengetahuan (Cet. I;Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 70
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D.Cet. XVII; Bandung: Alvabeta, 2009.
Universitas Alauddin Makassar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Cet. II;Makassar, 2009.
Uchjana, Onong Efendi. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Cet. I;Jakarta: Anggota IKAPI 1993.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 140
KOMPOSISI PENULISAN ARTIKEL ILMIAHINTERNASIONAL
“Cara Menulis Artikel Ilmiah”
1) Judul: Peran Pemikiran Dakwah Imam Rijali di Maluku.2) Nama: Syarifudin, IAIN Imam Rijali Ambon, Dosen pada Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon, Jl. Dr. H. Tarmizi Taher KebunCengkeh Batu Merah Atas-Ambon 97128 Telp. 0911344816, Fax.(0911) 344315 email.iain_ambon@yahoo.com.
3) Abstrak dan Key Word: menjelaskan judul penelitian, masalah yangditeliti, metode penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, dan hasilpenelitian dan kebaruan ide dan gagasan yang didapatkan dalam hasilpenelitian.
4) Abbrevation and Nomenclatur (Daftar Singkatan dan tetapan)5) Introduction (Pendahuluan) Kemukakan realitas masalah: Masalah
penelitian yang diangkat awalnya mengumpulkan referensi pustaka,setelah itu lihat fenomena di lapangan sampai dimana tingkatpemahaman public sebagai pengguna teori menjalankan regulasi yangsudah diberikan oleh ilmuan ini perlu riset awal untuk mengetahui gabantara teori dan realitas yang terjadi. Setelah itu buat pernyataanbahwa ketika penelitian ini jadi maka dapat memberikan solusi,kemudahan, dan peningkatan kemudahan bagi public dari ide baru yangkita dapatkan lewat data penelitian yang di analisis berdasarkanmetode yang sistematis.
6) Methodologi: Sebutkan dan gambarkan cara anda mendapatkan datakemudian menjadikannya sebuah ide, gagasan sehingga menjadi results(Hasil) ikiran baru. Metode yang digunakan dalam penelitian perludipastikan bahwa metode yang digunakan ketika dilakukan oleh oranglain dengan menggunakan prosedur metode yang dimiliki makadipastikan kesimpulannya sama dengan hasil penelitian kita.
7) Discussion (Pembahasan): Meliputi tiga unsur yakni; Data objekPenelitian pustaka dan lapangan, Metode penelitian yang digunakan,dan hasil penelitian yang di dapatkan perlu baru dan bisa dijalankanoleh orang lain.
8) Conclution (Kesimpulan)9) Acknowledgement (Ucapan terima kasih)10) References (Daftar Pustaka): Sumber buku yang digunakan memiliki
tingkat kebaruan dan berasal dari buku yang memiliki kualitas yang
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 141
tinggi. Menulis seperti memasak nasi dan sayuran, ketika kitamemasak sayuran yang segar, dan bakar ikan yang segar maka rasa,aroma yang ditimbulkan juga menyegarkan dan menyehatkan manusiabegitupula sebaliknya ketika peneliti selalu mengkonsumsi buku-bukuyang sudah melek (offkir) dan apalagi ditulis oleh orang yang bukanahlinya maka dipastikan ide anda tidak memberikan kontribusi besarterhadap kemaslahatan umat manusia. Jika menulis artikelinternasional disarankan menggunakan buku yang diterbitkan olehlembaga indeksasi journal yang kredibel seperti; ISI Tomson, Ebsco-USA, Index Copernicus-Poland, CABIUK, Scopus-Netherlands.Lembaga ini setiap tahun mengevaluasi jurnal yang terbit.
11) Appendices (Lampiran).
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI
Oleh: Syarifudin
A. Penelitian Dakwah dan Komunikasi
Spirit penelitian ilmu komunikasi adalah firman Allah swt
menjelaskan dalam Al-Quran surah Al-Imran ayat 190 yang menyuruh
manusia menelah, meneliti, dan menggunakan potensi akal untuk membaca
tanda-tanda pergantian siang dan malam seabgai objek penelitian. Perintah
penelitian ini Allah informasikan dalam QS Al-Imran/3: 190.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Ayat ini memberikan perintah untuk meneliti proses pergantian
siang dan malam sebagai khazanah dan kekayaan fenomena yang perlu
diperhatikan secara cermat dengan menggunakan metodologi yang
sistematis dan akurat sehingga tidak keliru dalam menentukan kebijakan
dan kesimpulan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 142
Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt ketika cermat dan
sistematis membaca tanda-tanda perubahan sosial. Hal ini bisa terwujud
ketika para calon peneliti memiliki 3 fasilitas:
1. Calon penelitia cerdas membaca tanda fenomena sosial dan peka
terhadap sebab perubahan sosial.
2. Calon peneliti memiliki kecerdasan memahami tanda sebagai objek
penelitian, mampu memahami kronologis mulai dari awal sampai saat
ini. Analoginya dari sebutir benih menjadi pohon yang besar.
a. Model pertama dalam memahami objek penelitian bisa
menggunakan panca indra baik lahir maupun batin. Caranya baca
sabbhisma rabbikal ‘ala.
b. Model kedua baca bismillah niatkan dalam hati moga apa yang
dipahami dari kebesaran Allah bisa mendapatkan hikmah yang
besar bagi kemaslahatan umat manusia.
c. shalat sunat minta pentunjuk pada Allah kemudian baru
memahami objek yang akan diteliti.
PERBEDAAN JENIS RISET/PENELITIAN
Penelitian Sehari-Hari Penelitian Ilmiah1. Intuisi2. Anggapan Umum(Common
Sence).3. Tidak ada aturan dalam
memahami, menjelaskan, danmemberi nilai.
4. Dilakukan setiap saat dan pilih-pilih (selektif).
5. Kebetulan6. Lebih fokus pada kebutuhan
pribadi.
1. Menelaah, menjelaskan, danmemberi nilai objek penelitianberdasarkan teori.
2. Sistematis, terstruktur, dan bisadiferifikasi kembali denganmetode yg diterapkan.
3. Memiliki rencana4. Objektif, tidak memihak
apalagi menghakimi objekpenelitian. Menggambarkan apaadanya dengan menawarkangagasan dan ide baru yangmanfaatnya lebih besar bagiumat manusia.
5. Fokus pada bidang keilmuanyang digunakan untuk
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 143
memahami realitas.
CIRI DAN KARAKTERISTIK METODE ILMIAH1. Bersifat Publik Tergantung pada informasi/realitas yang
ada. Memberitahukan hasil risetnya pada
orang lain. Sangat terbukan terhadap koreksi dan
ferifikasi untuk mendapatkan ide dangagasan yang lebih baik.
2. Objektif Di atur dalam metodologi yang telahdisepakati secara ilmiah.
Berhubungan dengan fakta-fakta tidakmemihak karena sifatnya padakemaslahan umat manusia.
3. Empirikal Sifat penelitian dapat diukur denganpengetahuan manusia.
Menolak penelitian yang sifatnya tidakbisa dideteksi oleh panca indra.
Konsep harus didefinisikan secara jelasuntuk memudahkan orang lainmemahami apa yg dimaksudkan.
4. Sistematis/Kumulatif Review literatur; artinya menelaahliteratur yang tidak sesuai lagi dengankebutuhan publik.
Ide dan gagasan berpotensi memberikanregulasi yang lebih banyak manfaatnya.
Memiliki konsistensi(istiqamah) ygtinggi agar tidan menimbulkan tafsiranyang berganda terhadap istilah yangdigunakan
5. Prediktif Hasil penelitian dapat dijadikankebijakan dan mampu memprediksikejadian masa depan yang akan terjadi.
6. Dapat difevikasikembali
Metode yang digunakan terusberkembangan dan diperbaiki untuk lebihmendalam dan akurat prediksi penelitian
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 144
yang dilakukan.
Ketika membaca hasil penelitian mahasiswa jujur, secara umum
metode penelitian mereka masih jauh dari karya yang nyaman untuk dibaca
dan memiliki kebaruan ide. Untuk mendapatkan karya akademik yang
standar dibaca di kalangan akademik ketika karya itu memiliki ide-ide baru
dan gagasan baru yang dikembangkan dari ide sebelumnya. Perlu temukan
gab antara “teori” dan “realitas” sebagai argumentasi dasar dalam
mengemas ide dan gagasan yang ada dalam bentuk artikel, skripsi, tesis, dan
disertasi. Selain itu saya setuju dengan Pak Romi Wahono yang
mengungkapkan bahwa kecewa dengan pertanyaan mahasiswa tingkat akhir
yang masuk lewat email, inbox FB dan group FB Intelligent Systems yang
saya kelola.
Bukan kecewa dengan kuantitas pertanyaan yang sangat tidak
akademis, tapi kecewa dengan kualitas pertanyaan yang seharusnya tidak
pantas diajukan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, tesis, dan
disertasi. Pertanyaan yang sering muncul adalah judul yang didahulukan
bukan referensi yang ditonjolkan tetapi langsung judul seakan-akan
penelitian itu sudah selesai sehingga mereka langsung buat judul.
Hal ini juga diungkapkan oleh Romi Wahono Satrio Membuktikan
bahwa banyak mahasiswa yang:
a) tidak memahami langkah-langkah mengerjakan penelitian,
b) tidak memahami bahwa penelitian itu seharusnya dimulai dengan
studi literatur,
c) tidak berhasil memformulasikan pertanyaan penelitian, (4) dan secara
umum tidak memahami dengan baik metode penelitian.
Dari permasalahan ini saya mencoba memberikan gambaran panduan
ringkas dan praktis bagaimana tahapan melakukan penelitian. Tulisan saya
buat khusus untuk mahasiswa di jurusan Jurnalistik, tapi secara umum juga
bisa digunakan untuk mahasiswa jurusan lain.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 145
1. Tentukan Bidang Garapan Kita (research field)
Banyak mahasiswa yang sampai detik-detik terakhir mau skripsi,
tesis, dan disertasi masih belum mengerti akan menggeluti bidang (field)
apa di disiplin ilmu pendidikan dan komunikasi. Ini agak mengherankan,
karena ini berarti mahasiswa tidak memahami isi mata kuliah yang 3-4
tahun yang ia ikuti selama ini, sehingga akhirnya tidak mengerti minat dan
ketertarikannya pada disiplin ilmu yang ia akan dalami.
Ketika saya dulu mengikuti program undergraduate (S1) di Saitama
University, Jepang, semester 4-5 pun saya sudah bisa menentukan minat
dan ketertarikan saya kira-kira di bidang mana. Pada semester 5, saya juga
sudah harus menentukan akan masuk ke lab penelitian apa (yang disusun
berdasarkan bidang garapan (research field).
Sebenarnya kalau kurikulum di kampus kita sudah benar, satu mata
kuliah itu menunjukkan satu cabang dari disiplin ilmu komunikasi, dan
otomatis menunjukkan bidang penelitian yang bisa kita garap. Cara lain
untuk melihat bidang garapan adalah dengan melihat journal ilmiah
(transaction) yang ada di asosiasi bidang teknologi informasi, contohnya
adalah list transaction di ACM, dan IEEE Computer Society.
Beberapa bidang garapan di disiplin ilmu teknologi informasi,
misalnya adalah: Software Engineering, Data Mining (Knowledge
Discovery in Database), Image Processing, Information Retrieval,
Networking, Human Computer Interaction, Soft Teknologi informasi,
Computational Intelligence, dsb. Ungkapan Romi Wahono ini yang penting
adalah segera tentukan mana bidang garapan atau keahlian yang akan anda
geluti.
Sebagai contoh, saya memutuskan bahwa ketertarikan saya adalah
pada bidang Teknologi Informasi Dakwah. Saya lanjutkan gerakan saya ke
tahap kedua, menentukan topik penelitian saya.
2. Tentukan Topik Penelitian Kita (research topic)
Setelah bidang garapan ditentukan, sekarang tentukan topik
penelitian kita. Cara termudah menentukan topik atau tema penelitian kita
adalah dengan membaca buku, paper, artikel yang berjudul “research trends
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 146
on” dengan diikuti nama bidang yang kita pilih. Contohnya gunakan
keyword: “research trends on software engineering”, kombinasi keyword
pencarian selain itu adalah “research challenge on”, “research topics on”,
dsb.
Dari beberapa paper yang kita baca, kita akan ngerti tren penelitian di
bidang yang kita garap apa saja. Kita juga bisa menganalisa tren penelitian
yang muncul di bidang garapan kita dengan melihat issue (paling tidak
sekitar 3 tahun terakhir) dari journal/transaction yang berhubungan.
Beberapa contoh paper tentang research trend di suatu bidang ada di bawah:
Sebagai contoh, dari mem
Engineering, dan saya perku
Kitchenham di atas, saya mem
tentang Software Defect/Fault
tahap berikutnya yaitu, menentu
yang saya pilih.
3. Tentukan Masalah (Research
Setelah ketemu topik a
dalam, kita harus berhasil men
angkat dari topik penelitian ter
penelitian, dan paling mema
penelitian sudah ketemu, jalan
cara menentukan masalah penel
dari journal ilmiah, dan mulai d
Liao at al., Data Mining Techniq2000 to 2011, Expert Sys
Shafay Shamail and Malik JaEngineering, 2008
Kitchenham et al., Systematic LInformation and Softwar
Daftar Pusataka
ues and Applications: a Decade Review fromtems with Applications 39 (2012)han Khan, Research Trends in Software
iterature Reviews in Software Engineering,
baca series IEEE Transaction on Software
at dengan tulisan Shafay Shamail dan
utuskan akan mengambil topik penelitian
Prediction. Saya lanjutkan gerakan saya ke
kan masalah penelitian dari topik penelitian
Problems)
tau tema penelitian, kita maju lagi lebih
emukan masalah penelitian yang ingin kita
sebut. Ini tahapan yang paling sulit dalam
kan banyak waktu, tapi kalau masalah
penelitian akan mulai terlihat. Bagaimana
itian? Cara tercepat adalah membaca paper
ari paper yg sifatnya review baru kemudian
e Technology 51 (2009)
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 147
paper yg sifatnya technical. Note that, paper di journal ada dua jenis. Jenis
yang pertama adalah “review paper”, yang membahas review atau survey
suatu topik penelitian. Jenis yang kedua adalah “technical paper”, yang
membahas aspek teknis dari perbaikan metode/algoritma (method
improvement) beserta hasil eksperimen dan evaluasi yang telah dilakukan.
Mulailah dengan membaca paper berjenis “review paper”, karena akan
sangat membantu kita dalam memahami topik penelitian kita secara
mendalam dan komprehensif.
Metode yang digunakan untuk mereview penelitian dan
merangkumkannya dalam “review paper” sudah mulai distandardkan oleh
para peneliti. Di bidang ilmu software engineering, banyak peneliti yang
merujuk ke metode Kitchenham dalam membuat “review paper”, dan judul
menggunakan terminologi yang sama yaitu “Systematic Literature Review”
atau disingkat SLR. Jadi kalau kita ingin menemukan “review paper” yang
bagus, coba searching dengan keyword: “systematic literature review”,
disamping tentunya tetap harus dicoba dengan menggunakan keyword
”review on” atau “survey on”, atau lebih dalam ke masalah penelitian
dengan “research problem on” atau “research challenge on”. Contoh
“review paper” yang baik adalah seperti di bawah. Ketika saya mengambil
topik penelitian tentang software defect/fault prediction, maka paper
pertama dari Hall et al. 2012 adalah paper yang wajib saya baca pertama
kali.
Hall et al., A Systematic Literature Review on Fault Prediction Performance inSoftware Engineering, IEEE Transaction on Software Engineering, Vol.38 No 6 (2012)
Wen et al., Systematic Literature Review of Machine Learning basedSoftware Development Effort Estimation Models, Information andSoftware Technology 54 (2012)
Yang & Wu, 10 Challenging Problems in Data Mining Research,International Journal of Information Technology & Decision Making,Vol. 5, No. 4 (2006)
Liao et al., Intrusion Detection System: A Comprehensive Review, Journal ofNetwork and Computer Applications 36 (2013)
Breivold et al., A systematic review of software architecture evolution
research, Information and Software Technology 54 (2012) 16Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 148
Jangan berhenti, kejar semua “technical paper” yang ada di daftar
referensi “review paper” di atas. Usahakan konsentrasi ke paper yang
diterbitkan dalam journal yang diindex oleh ISI (thomson) atau SCOPUS
(elsevier), supaya kita tidak pusing dengan paper conference yang kadang
dibuat asal-asalan. Masalah penelitian juga kadang bisa kita temukan di
bagian future work/research yang biasanya diletakkan sebelum conclusion
dari suatu paper. Masalah penelitian bisa merupakan masalah baru, yang
orang belum pernah mencoba memecahkannya (originality di masalah
penelitian), bisa juga masalah yang sudah dicoba dipecahkan orang dengan
cara dia, dan kita ingin memecahkan masalah tersebut dengan cara kita
(originality di metode untuk memecahkan masalah) (Dawson, 2009).
Misalnya, bidang garapan saya adalah software engineering, di mana
topik penelitian saya adalah tentang prediksi cacat software (software
defect prediction). Dari hasil studi literatur (baik review paper maupun
technical paper), masalah penelitian yang saya angkat ada dua, yaitu adanya
masalah ”noisy attributes” dan “class imbalance” pada data set, yang
akhirnya menyebabkan akurasi dan konsistensi (kehandalan) yang rendah
pada prediksi cacat software. Saya kemudian susun landasan referensi yang
memperkuat masalah penelitian yang saya angkat. Rangkuman masalah
penelitian (Research Problems (RP)) dan literatur yang mendukung
(literature supports) adalah seperti di bawah. Dari rangkuman di bawah,
terlihat bahwa masalah penelitian (research problem) yang saya angkat ada
dua, saya rangkumkan dalam RP1 (Research Problem 1) dan RP2 (Research
Problem 2). Researchproblems
4. Rangkumkan Metode-Metode Yang Ada (state-of-the-art methods).Lakukan studi literatur lagi, pelajari semua penelitian yang tujuannya
memecahkan masalah yang sama dengan yang kita lakukan. Pahami
metode/algoritma terkini yang mereka gunakan untuk memecahkan masalah
penelitian mereka (yang juga menjadi masalah penelitian kita). Ini yang
saya sebut dengan existing methods (metode-metode yang ada) atau state-
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 149
of-the-art methods, pada artikel sebelumnya tentang kiat menyusun latar
belakang masalah penelitian.
Dalam bidang teknologi informasi, metode biasanya berupa algoritma
yang secara sistematis, logis dan matematis menyelesaikan masalah. Setiap
bidang penelitian (field) di teknologi informasi memiliki metode/algoritma
yang khas untuk menyelesaikan masalah di bidangnya, meskipun beberapa
kadang bias digunakan secara bersama. Contohnya pada bidang image
processing, algoritma neural network digunakan untuk melakukan
pengenalan (recognition) wajah, sidik jari. dsb. Note that identification
process di image processing menganut trilogi detection-segmentation-
recognition. Pada bidang data mining, algoritma neural network biasanya
dipakai untuk proses estimasi dan juga prediksi rentet waktu. Bidang data
mining biasanya membagi algoritma ke dalam 5 peran: estimasi,
prediksi/forecasting, klasifikasi, klastering dan asosiasi. Contoh lain tentang
metode, ada di artikel: kiat menyusun latar belakang masalah penelitian.
5. Tentukan metode yang kita usulkan (proposed method)
Inilah kekuatan dari penelitian kita. Kita harus bisa menentukan,
membangun dan mengusulkan suatu metode/model (proposed
method/model), yg kita harapkan bisa lebih baik bila dibandingkan dengan
metode-metode yang ada saat ini. Dan keunggulan metode yg kita usulkan
tersebut harus dilandasi (reference), dibuktikan secara matematis, dan
secara empiris lewat hasil eksperimen dan perbandingan dengan metode
yang adas saat ini. Metode atau model yang kita usulkan itu tidak harus
benar-benar baru, dalam artian, bisa saja dari state-of-the-art methods yang
ada dan terakhir muncul (secara publikasi adalah yang paling baru), kita
kemudian “menambahkan” sesuatu (algoritma, koefisien, formula, dsb),
yang akhirnya ketika kita bandingkan dengan metode original, metode kita
lebih baik (lebih cepat, lebih akurat, lebih konsisten, dsb). “Penambahan”
yang kita lakukan dan akhirnya membuat pemecahan masalah menjadi lebih
baik itulah yang disebut dengan kontribusi penelitian (contribution).
Setelah kita yakin dengan metode yang kita usulkan (tentu harus
dilandasi oleh referensi yang handal dari tulisan sebelumnya secara kokoh
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 150
oleh literatur terkini), maka kita susun Research Questions (RQ) dan
Research Objective (RO) dari penelitian kita. Penelitian yang baik dan
terencana harus tersusun sejak awal desain korelasi antara RP – RQ – RO.
Contohnya, dari RP di tahap 3, saya membuat desain penelitian saya
(korelasi RP-RQ-RO) seperti gambar di bawah. Untuk masalah “noisy
attributes” saya mencoba menjawab dengan mencari “metode (algoritma)
attribute weighting apa yang paling baik untuk prediksi cacat software?”,
ini akan menjadi RQ1 saya.
Setelah saya berhasil membandingkan secara empiris berbagai
metode attribute weighting yang ada. Maka saya akan mengambil satu
algoritma (metode) yang terbaik/terkini/state-of-the-art tersebut, dan
kemudian mengusulkan improvement (perbaikan) dari algoritma tersebut.
Sehingga untuk RQ2 saya, saya desain menjadi “bagaimana pengaruh
metode attribute weighting yang saya usulkan (perbaiki) pada tingkat
akurasi pada prediksi cacat software?”. Sedangkan RO-nya sendiri akan
menyesuaikan dari RQ yang ada. Untuk RP2 juga secara umum mirip,
hanya bukan masalah akurasi yang saya selesaikan, tapi konsisten dan
reliability (kehandalan) dari classifier.
Jadi dapat disimpulkan bahwa desain penelitian saya terdiri dari dua
masalah penelitian (RP1 dan RP2), empat pertanyaan penelitian (RQ1-RQ4)
dan empat tujuan penelitian (RO1-RO4). Desain penelitian ini akan
menjaga konsistensi dan kesinkronan penelitian kita, sehingga kita tidak
bingung ketika merangkumkan penelitian kita dalam bentuk
skripsi/tesis/disertasi. Dimulai dari dua masalah penelitian di RP1-RP2, ada
4 eksperimen yang kita lakukan untuk menjawab RQ1-RQ4, dan ada 4
kesimpulan yang akan kita tarik dari hasil penelitian yang kita lakukan.
korelasi RP - RQ - RO penelitian
Dilihat dari 5 tahapan memulai penelitian di atas, kita harus banyak
baca paper. Di mana sumber literatur yang baik? Pertama coba ke google
dan google scholar dulu. Untuk bidang komputer, berlangganan ACM plus
dengan digital library yang berisi jutaan paper hanya 18USD/tahun. Silakan
klik di link ini untuk jadi member. Terus, kira-kira berapa paper yang harus
kita baca untuk menghasilkan penelitian yang baik? Patokan umum dan
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 151
best practice untuk melakukan penelitian yang benar, lurus dan berkualitas,
untuk level s1 kita paling tidak harus baca 20-70 paper, untuk level s2 kita
sebaiknya membaca 70-200 paper, dan untuk level s3 diperlukan literatur
sekitar 200-600 paper. Ini juga sekaligus menjawab pertanyaan mahasiswa
yang sering ngeluh, banyak baca paper kok malah tambah pusing? Silakan
ikuti best practice ini, maka kepala akan nyaman. Kepala jadi pusing
ternyata bukan karena kita banyak membaca, tapi karena yang kita baca
memang ”belum banyak
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KOMUNIKASI
Ketika membaca hasil penelitian mahasiswa jujur, secara umum
metode penelitian mereka masih jauh dari karya yang nyaman untuk dibaca.
Untuk mendapatkan karya akademik yang nyaman dibaca ketika karya itu
memiliki ide-ide baru dan gagasan baru dalam melakukan dan mengemas
kemabli ide dan gagasan yang ada. Selain itu saya setuju dengan Pak Romi
Wahono yang mengungkapkan bahwa kecewa dengan pertanyaan
mahasiswa tingkat akhir yang masuk lewat email, inbox FB dan group FB
Intelligent Systems yang saya kelola.
Bukan kecewa dengan kuantitas pertanyaan yang sangat tidak
akademis, tapi kecewa dengan kualitas pertanyaan yang seharusnya tidak
pantas diajukan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, tesis, dan
disertasi. Pertanyaan yang sering muncul adalah judul yang didahulukan
bukan referensi yang ditonjolkan tetapi langsung judul seakan-akan
penelitian itu sudah selesai sehingga mereka langsung buat judul.
Dalam mengatasi penelitian anda bisa melakukan langkah-langkah
sebagai berikut jika anda ingin melahirkan karya yang monumental,
Syarifudin Tawarkan satu metode penelitian dengan mengikuti 7 langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan Topik dan Tema/Isu yang dianggap paling banyak
manfaatnya bagi kemanusiaan.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 152
2. Melakukan identifikasi Masalah kemudian Tentukan Masalah
(Research Problems) yang dianggap mampu diselesaikan sesuai
alokasi waktu dan dana yang ada serta kontribusi pemikiran yang
akan didapatkan akan merubah dan meminimalisasi masalah yang
dihadapi masyarakat.
3. Gambarkan secara cermat sejarah perkembangan masalah dan
batasan masalah tersebut, komukakan kondisi masalah yang akan
diteliti yang selama ini meresahkan masyarakat.
4. Menelaah dan menjelaskan kelemahan metode yang ada sehingga ia
menjadi gep terhadap masalahan yang ada. Semua referensi terkini
dari journal dan buku dijelaskan kelemahan metodologinya masing-
masing minimal tiga tahun terakhir sehingga sering terjadi masalah.
Patokan umum dan best practice untuk melakukan penelitian yang
benar, lurus dan berkualitas:
a. Penelitian S1 kita paling tidak harus baca 20-70 paper dan
journal yang berkaitan denegan masalah yang kita teliti.
b. Level S2 sebaiknya referensi yang perlu dibaca 70-200 paper
dan journal,
c. Penelitian level S3 diperlukan literatur sekitar 200-600 paper
dan journal terbaru.
5. Ini juga sekaligus menjawab pertanyaan mahasiswa yang sering
ngeluh, banyak baca paper kok malah tambah pusing? Silakan ikuti
best practice ini, maka kepala akan nyaman. Kepala jadi pusing
ternyata bukan karena kita banyak membaca, tapi karena yang kita
baca memang ”belum banyak
6. Menentukan dan mendeskripsikan metode baru yang akan
ditawarkan yang berbeda dengan kajian sebelumnya sebagai
kontribusi anda dalam penelitian yang akan didapatkan.
7. Buat Proposal: Ciri proposal yang baik menggambarkan apa
masalah yang akan diteliti.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 153
ISI Proposal Penelitian;
1) Mendeskripsikan masalah dan efeknya pada manusia, alam, dan
aqidah.
2) Ceritakan kronologis masalah dan konsep yang sudah ada tapi
tidak bisa menyelesaikan masalah yang anda angkat.
3) Kemukakan tawaran atau kontribusi pemikiran anda sebagai
karya anda sebagai pembeda dengan karya sebelumnya, dan
tegaskan bahwa karya anda memiliki kontribusi lebih besar
dibanding dengan karya yang ada.
4) Referensi yang digunakan harus baru minimal 3 tahun terakhir.
Diajurkan untuk S2 dan S3 dari buku yang terindeks SCOPUS
dan ISI.
5) Prinsipnya penelitian itu ada 3 (tiga): a). Masalah, b). Karya
orang yang sudah ada, c). Kontribusi anda dengan perspektif
baru, dan metodologi.
Jangan lupa niatkan bahwa ketika anda meneliti dan menelaah masalah
adalah ibadah dan amal jariah. ketika anda mampu memberikan cahaya
kebenaran melalui kesimpulan penelitian yang dapat mencerahkan orang
dari problematika sosial, alam, dan Aqidah PERTANDA Bahwa anda
termasuk warasatul Ambiyah.
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 154
LATIHAN MERANCANG PROYEK PENELITIAN
Nama : SyarifudinNIM : 80100310029Konsentrasi : Dakwah dan KomunikasiJudul : TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI DAKWAH
(ANALISIS PROBLEMATIKA PROMOSI KESEHATANPADA MASYARAKAT PESISIR DI PULAU AMBON)
No Bagian U r a i a n1 Judul TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI DAKWAH
(Analisis Problematika Promosi Kesehatan di Masyarakat Pesisir Di Pulau Ambon)2 Rumusan
Masalah1. Bagaimana Bentuk Problematika Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di P.
Ambon.2. Bagaimana Sistem Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di P. Ambon.3. Bagaimana Penerapan Teknologi Sistem Informasi Dakwah Terhadap
Problematika Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di P. Ambon.3 Tujuan
Penelitian1. Untuk mengungkap bentuk Bentuk Problematika Promosi Kesehatan khususnya
pelaksanaan Desa Siaga pada Masyarakat Pesisir di P. Ambon 3 tahun terakhir.
2. Untuk mendapatkan informasi pentingnya rencana strategis integrasi sisteminformasi dawkah dan dan sistem promosi kesehatan. Sehingga mendapatkanbangunan sistem informasi dakwah dan sistem promosi kesehatan yang lebihefektif bagi masyarakat pesisir di Pulau Ambon.
3. Untuk memberikan nilai-nilai Sistem informasi dakwah profetik yang bersifatintegral antara Sub sistem informasi dakwah dan dan Sub sistem promosikesehatan yang selama ini masih bersifat parsial akibat tidak ada polaekosistem informasi dakwah dalam menopang promosi kesehatan yang efektifterhadap masyarakat pesisir di Pulau Ambon untuk mencapai kesehatan lahirbatin.
4 Teori 1. Teori McLuhan, bahwa Sistem Informasi : Perpanjangan panca indra manusia.Teori J.D. Vito Tentang Ekspresi : Seseorang tergantung pada konstruk opiniyang didengar.
2. Teori Behaviorime Healt J.B. Watson: Aspek stimulus lingkungan dapatmembentuk ekpresi personality kesehatan seseorang.
3. Teori Dakwah Syekh Mursyid: Sistem Dakwah Memperbaiki masyarakat untukmencapai kondisi Amar Ma’ruf Nahimunkar.
5 Metode 1. Corak penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan antropologi dansosiologi untuk mengungkap prilaku dan cara berinteraksi dalam menggunakanfasilitas Sistem informasi dakwah dan kesehatan masyarakat pesisir di Pulau
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 155
Ambon, serta dianalis dengan paradigma dakwah.2. Lokasi penelitian terdiri dari 3 Desa pesisir ini yakni: Hila, Tulehu, dan Mamala.
Alasan penulis memilih lokasi ini karena terdapat komunitas desa siaga yangtelah mendapatkan pembinaan dari Dinas Kesehatan namun samapi sekarangbelum mendapatkan satu bentuk promosi kesehatan yang efektif berdaarkanstandar Desa Siaga yang ditetapkan pada UU Kesehatan RI No. 23 tahun 2003.Selain itu di bidang dakwah desa ini memiliki artefak sejarah yakni adanyamasjid tua, gereja tua dan bentuk Sistem dakwah klasik kapata (nyanyian-nyanyian dakwah) yang akan penulis dikolaborasi dengan Sistem dakwahmoderen untuk mendapatkan model integrasi publikasi dawkah yang berbasisipada kesehatan secara lahir batin.
3. Teknik mendapatkan data lewat wawancara mendalam, dokumentasi denganmengambil data 1 tahun terakhir. Tujuan mengambil data 1 tahun terakhirkarena ingin mengungkap kondisi faktual tentang materi dan sistem Sisteminformasi dakwah dan sistem promosi kesehatan yang digunakan dalampenyebaran informasi kepada masyarakat pesisir di Pulau Ambon.
6 PenelitianTerdahulu
Abdul Aziz, Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Lampung, Yuniarti: pengelolaanwilayah pesisir di indonesia (studi kasus : pengelolaan terumbu karang berbasismasyarakat di kepulauan riau) Abidin Wakano, sistem pendidikan basudara yangmengkaji tentang model pembelajaran dimasyarakat pesisir. Sulaeman menelitibentuk komunikasi masyarakat pesisir di Hila, Syarifudin Ambon meneliti polapenyebaran informasi bagi masyarakat pesisir di Hitu lama. Worshop KoordinasiPromosi Kesehatan Desa Siaga di Kabupaten Maluku Tengah. Strategi pembinaandesa Siaga Oleh kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Semua peneliti ini belummengakaji Sistem dakwah secara utuh sehingga penelitian relatif baru dan sangatsignifikan untuk dilakukan penelitian, untuk mendapatkan model Sistem informasidakwah dan promosi kesehatan yang khas bagi masyarakat pesisir.
7 Outline BAB I PENDAHULUANA. LatarbelakangB. Rumusan MasalahC. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup PenelitianD. Kajian PustakaE. Kerangka TeoritisF. Metodologi PenelitianG. Tujuan dan KegunaanH. Daftar PustakaI. Kerangka Isi (outline)
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Teori Sistem Informasi Dakwah
1. Definisi Teori yang digunakan2. Pemilihan Sistem teori
Syarifudin: Metode Penelitian Komunikasi 156
3. Ruanglingkup4. Unsur-Unsur Sistem Dakwah5. Strategi Teknologi Informasi Dakwah Masyarakat Pesisir
B. Teori Promosi Kesehatan1. Definisi2. Pemilihan Teori3. Ruanglingkup4. Unsur-Unsur Promosi Kesehatan5. Strategi Promosi Masyarakat Pesisir
C. Masyarakat Pesisir1. Sejarah Masyarakat Pesisir2. Unsur-Unsur Masyarakat Pesisir
a. Struktur Sosial dan Organisasib. Tradisi Sistem Informasi Masyarakat Pesisir
3. Pola Kehidupan Masyarakat Pesisir4. Bentuk-Bentuk Interaksi Masyarakat Pesisir
BAB III METODE PENLITIANA. Jenis PenelitianB. Instrumen PenelitianC. Teknik Pengumpulan data: Observasi, Wawancara, DokumentasiD. Teknik Pengolahan dan Analisis dat
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIANA. Bagaimana Bentuk Problematika Promosi Kesehatan
Masyarakat Pesisir di P. Ambon.B. Bagaimana Sistem Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisir di
P. Ambon.C. Bagaimana Penerapan Teknologi Sistem Informasi Dakwah
Terhadap Problematika Promosi Kesehatan Masyarakat Pesisirdi P. Ambon.
D. Temuan teori/Ide Dan Gagasan Baru
BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. RekomendasiC. Pustaka
top related