swot pkm utara 1 arini
Post on 07-Aug-2015
392 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Guna menuju tercapainya tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakanlah berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh
(komprehensif) yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara berjenjang dan terpadu (Notoatmodjo, 2003).
Pada pelaksanaannya, pembangunan kesehatan saat ini harus lebih
mengutamakan paradigma sehat daripada paradigma sakit. Hal ini berarti
pelayanan kesehatan lebih diarahkan secara terpadu pada proses promotif dan
preventif, tanpa mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu langkah
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pengembangan sarana dan
prasarana kesehatan oleh pemerintah, diantaranya adalah Polindes, Puskesmas
dan Rumah Sakit (Notoatmodjo, 2003).
Selama menjalankan fungsinya, khususnya Puskesmas yang
berhubungan langsung dengan masyarakat, sangat diperlukan koordinasi
antara seluruh sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya
sesuai dengan kewenanganya serta melaksanakan pembinaan terhadap peran
serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Dengan
demikian, Puskesmas dapat menjadi pusat pengembangan, pembinaan dan
pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus sebagai pos terdepan dalam
pembangunan kesehatan (Azwar, 1996).
Sebagai Primary Health Care (PHC), Puskesmas Cilacap Utara 1 saat
ini harus lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai lini terdepan dalam bidang
kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, Puskesmas Cilacap Utara 1 sebagai PHC
harus dapat mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
1
masyarakat Kecamatan Cilacap Utara dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
Puskesmas Cilacap Utara 1 yang terletak di Desa Gumilir, Kecamatan
Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap. Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas
Cilacap Utara 1 dibantu oleh satu Puskesmas Pembantu (Pustu), yaitu Pustu
Cilacap Utara 2. Wilayah kerjanya meliputi 3 desa yaitu Desa Gumilir, Desa
Kebonmanis dan Desa Mertasinga. Kegiatan pokok yang telah rutin
dilaksanakan adalah tujuh program pokok Puskesmas yang meliputi Admen,
Yanmed, KIA - KB, Gizi Masyarakat, Promosi Kesehatan (Promkes)
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M, kesehatan lingkungan. Tiap-tiap
program tersebut dilaksanakan melalui suatu rangkaian yang sistematis,
meliputi perencanaan (P1), penggerakan dan pelaksanaan (P2), pengawasan,
pengendalian, dan penilaian (P3).
Dari tujuh program pokok yang telah dijalankan, salah satu program
yaitu Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) masih memiliki beberapa
kendala. Kendala ini terkait masih tingginya prevalensi penyakit menular di
Kecamatan Cilacap Utara 1, seperti TBC, diare, ISPA, dan penyakit menular
lainnya. Berdasarkan data yang ada, P2M yang saat ini masih bermasalah
adalah tentang pembrantasan penyakit TB pulmo yang sampai sekarang belum
maksimal. Data profil Puskesmas Cilacap Utara 1 menunjukkan bahwa jumlah
kasus TB Paru Positif pada tahun 2011 sebanyak 24 kasus atau CDR (Case
Detection Rate) BTA positif sebesar 55.81 per 100.000 penduduk. Dari hasil
statistik menunjukkan bahwa angka CDR pasien TB paru di Puskesmas
Cilacap Utara 1 lebih rendah dari target CDR TB paru.
Permasalahan yang saat ini dihadapi Puskesmas Cilacap Utara 1 dalam
pemberantasan TB adalah penemuan deteksi kasus masih bersifat pasif.
Artinya penemuan kasus hanya mengandalkan pasien yang berkunjung ke
Balai Pengobatan (BP) saja dan memiliki tanda dan gejala TB. Sementara
deteksi secara aktif dengan melibatkan masyarakat, terutama kader kesehatan
belum berjalan dengan baik.
2
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara
negara yang sedang berkembang.
2. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:
Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh
masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak
terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan
pelaporan yang standar, dan sebagainya).
Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang
tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami
krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.
3. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan.
4. Dampak pandemi infeksi HIV (Depkes, 2006).
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah
India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari jumlah total pasien TB
di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru
dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per
100.000 penduduk (Depkes, 2007).
Di Jawa Tengah penemuan tersangka TB (klinis) dari tahun 2003 ke
2004 terjadi kenaikan yang cukup tinggi (57%) berarti jangkauan pelayanan
TB di UPK (Puskesmas, BP4 dan Rumah Sakit) sudah ada peningkatan,
begitu juga pada penemuan penderita BTA positif. Angka penemuan penderita
di Jawa Tengah tahun 2003 dan tahun 2004 terjadi peningkatan penemuan
penderita BTA positif walaupun angka tersebut masih jauh dibawah target
<70%, namun ada beberapa Kabupaten/Kota yang pencapaian penemuan
penderita diatas 60% karena target tahun 2004 adalah 60% yaitu Kota
Pekalongan 94,44 %, Kabupaten Pekalongan 77,18 %, Kabupaten Tegal 66,52
3
%, Kota Tegal 63,87 % dan Kota Surakarta 60,07 %. Hal tersebut dikarenakan
belum semua UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) khususnya di Rumah Sakit
belum semua mengikuti program TBC dengan strategi DOTS sehingga belum
teregistrasi.
Angka kesembuhan (cure rate) di Jawa Tengah masih dibawah
target < 85 %, namun angka kesembuhan dari tahun 2003 ke tahun 2004 (s/d
triwulan ke 2) terjadi peningkatan, bila dilihat dalam satu tahun 2004 belum
bisa diketahui karena sistem kohort sehingga evaluasinya setiap tribulan. Di
Jawa Tengah angka kesembuhan penderita yang diobati di Puskesmas dan
BP4 tahun 2004 (sampai dengan TW 2) sebesar 81,18% (target nasional 85%
dan target Jawa Tengah 83%). Terdapat 14 Kabupaten/Kota yang telah
berhasil mencapai angka kesembuhan 83% (target Jawa Tengah pada tahun
2004) adalah : Kota Surakarta (94,94 %), Kab. Sragen (94,50%), Kab.
Wonogiri (92,79%), Kab. Jepara (92,55%), Kab. Pekalongan (92,14%), Kab.
Karanganyar (89,92%), Kab. Batang (88,89%), Kab. Sukoharjo (88,51%),
Kab. Grobogan (88,31%), Kab. Purworejo (88,04%), Kab. Wonosobo (86,52
%) dan Kab. Tegal (86,11%) (Profil Kesehatan Jawa Tangah, 2004).
Dalam usaha pemberantasan penyakit TB paru, pencarian kasus
merupakan unsur yang penting untuk keberhasilan pelaksanaan program
pengobatan. Hal ini ditunjang oleh sarana diagnostik yang tepat. Diagnosis
terhadap TB paru umumnya dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
klinis (dari anamnesis terhadap keluhan penderita dan hasil pemeriksaan fisik
penderita), hasil pemeriksaan foto toraks, hasil pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang lainnya (Eddy W, 2004).
Gambaran Umum Puskesmas Cilacap Utara 1
Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas dan Wilayah Kerja
Kecamatan Cilacap Utara merupakan daerah dataran rendah yang
berada 6 meter diatas permukaaan laut, dan terletak di sebelah Utara
Kabupaten Cilacap,seluas 1001,134 Km2. Kecamatan Cilacap Utara memiliki
luas wilayah kurang lebih 1.883.93 Ha. Kecamatan Pekuncen terdiri dari 3
4
Kelurahan yaitu kelurahan gumilir, kebonmanis dan mertasinga, dan terdiri
dari 46 RW.
Keadaan Demografi Kecamatan Cilacap Utara
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur
Tahun 2011
NO
KELOMPOK UMUR
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH12345678910111213141516
0-45-9
10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-7475+
20471554180820061701194217831611155013461091922473358307278
18661496166519231766186418391613155913901025655401369306292
391330503473392934673806362232243109273621161577874727613570
JUMLAH 20777 20029 40806
Sumber : - kantor statistic kabupaten/kota
b. Kepadatan Penduduk
Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut puskesmas kabupaten cilicap tahun 2011 puskesmas cilacap utara 1
Sumber : -kantor statistik kabupaten/kota
c. Data Perilaku Masyarakat
a. Data Sosial Ekonomi
Petani : 1.540
Buruh Tani : 4.245
Nelayan : 544
Pengusaha : 1.178
Buruh Industri : 863
5
Buruh Bangunan : 1.565
Pengangkutan : 262
PNS/ABRI/POLRI : 1.227
Pensiun : 673
Pedagang : 2.307
b. Status Pendidikan
Akademi/Perguruan : 2.791
SLTA : 8.249
SLTP : 6.907
SD : 7.196
Tidak/belum tamat : 3.795
c. Agama
Islam :38.907
Protesta : 611
Katolik : 503
Hindu : 31
Budha : 48
d. Sarana Pendidikan
TK : 12
SD Negri/Swasta :14
SLTP Negri/Swasta : 5
SLTA Negri /Swasta : 5
e. Sarana Perekonomian
Pasar : 2
Bank : 7
BKK : 2
Gudang Dolog : 1
6
Pencapaian Program Kesehatan
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Cilacap diarahkan pada masih
rendahnya derajat kesehatan, status gizi, dan kesejahteraan sosial. Oleh karena
itu pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan
masyarakat melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, penyediaan air bersih serta pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Pembangunan kesehatan di Puskesmas Clacap Utara 1 yang telah
dilaksanakan sampai saat ini belum dapat dikatakan berhasil seluruhnya.
Hasil-hasil yang dapat dicapai dalam pembangunan kesehatan di Puskesmas
Pekuncen dapat dilihat dari indikator-indikator di bidang derajat kesehatan,
perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan.
Derajat Kesehatan Masyarakat
Angka Kesakitan
Penyakit menular yang diamati:
1.Penyakit Diare
Kejadian atau kasus penyakit diare di wilayah Puskesmas Cilacap
Utara 1, berdasarkan data dari programmer P2 Diare Puskesmas
Cilacap Utara 1 adalah sebanyak 117 orang.
2. Penyakit Malaria
Kasus penyakit Malaria Klinis tahun 2011 sebanyak 0 kasus atau
sebesar 0,00 per 1.000 penduduk.
3. TB Paru
Jumlah kasus TB Paru Positif pada tahun 2011 sebanyak 32 kasus
atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif sebanyak 24 orang. Pada
tahun 2011 jumlah pasien TB Paru yang diobati sebanyak 23 kasus dan
yang sembuh sebanyak 16 atau 48,48% sembuh, dengan pengobatan
lengkap sebanyak 15 atau sebesar 45,45%.
4. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus DBD di UPT Puskesmas Cilacap Utara 1 2011
sebanyak 32 kasus. Dari semua kasus DBD yang ada tersebut,
7
semuanya (100%) mendapat penanganan dan tidak terdapat kematian
akibat DBD.
5. HIV
Jumlah kasus HIV-AIDS ( Human Imuno Defisiensi Virus ) di
UPT Puskesmas Cilacap Utara 1 pada tahun 2011 adalah 0 kasus..
6. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Jumlah penemuan kasus AFP di UPT Puskesmas Cilacap Utara 1
pada tahun 2011 sebanyak 0 kasus..
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas
Pekuncen terkait pelaksanaan Enam Program Pokok Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit
TB di Puskesmas Cilacap Utara I.
b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya
pemberantasan TB.
c. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas dalam
melaksanakan pemberantasan penyakit TB .
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PUSKESMAS
1. Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
2. Fungsi Puskesmas
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi
1) Fungsi Pokok
o Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat
pemberdayaan
o Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
o Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
2) Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah
terkecil dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif
masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri
3. Cara-cara yang ditempuh
a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif.
c) Memberikan bantuan teknis
d) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
e) Kerjasama lintas sector
4. Program Pokok Puskesmas
1) KIA
2) KB
9
3) Usaha Kesehatan Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan
7) Penyuluhan kesehatan masyarakat
8) Kesehatan sekolah
9) Kesehatan olah raga
10) Perawatan Kesehatan
11) Masyarakat
12) Kesehatan kerja
13) Kesehatan Gigi dan Mulut
14) Kesehatan jiwa
15) Kesehatan mata
16) Laboratorium sederhana
17) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
18) Pembinaan pemgobatan tradisional
19) Kesehatan remaja
20) Dana sehat
5. Satuan Penunjang
a) Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup
wilayah yang lebih kecil
b) Puskesmas Keliling
Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan
keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal
dari puskesmas.dengan funsi dan tugas yaitu Memberi pelayanan
kesehatan daerah terpencil ,Melakukan penyelidikan KLB,Transport
rujukan pasien, Penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
10
c) Bidan desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan
seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan
bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah
kerjanyadengan jumlah penduduk 3.000 orang. Adapun Tugas utama
bidan desa yaitu :
a) Membina PSM
b) Memberikan pelayanan
c) Menerima rujukan dari masyarakat
6. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesiam Sehat 2015
7. Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan
kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan
berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private
goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmasw
melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat
sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat
dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan
pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas,
namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh
11
puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang
disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
B. PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
1. Pengertian
a) Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya,
yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
b) Kejadian Luar Biasa (KLB)
Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian
umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan
masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap
adanya peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadiankesakitan /
kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu.
c) Wabah Penyakit Menular
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat mennnimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984
tentang wabah penyakit yang mennular.
d) Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-
upaya :
12
Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita,
membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan
dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk
rujukan.
Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya,
abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang
tercemar pada KLB diare, dsb.
Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan ,
pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik.
i. Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan
memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
ii. Cara Penularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
1) Penularan secara kontak
2) Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan
minuman yang tercemar
3) Pennularan melalui vector
4) Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato.
iii. Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi
melalui pengamatan terhadap kesakitan/kematian dan
penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
secar sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk
perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program,
dan sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat
dikatakan: Pengumpulan Data/Informasi Untuk
Menentukan Tindakan (Surveillance For Action).
13
2. Tujuan :
a. Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin
b. Mengurangi berbagai faktor risiko lingkungan masyarakat yang
memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu
tempat
c. Memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu
agar terhindar dari penularan penyakit
3. Sasaran :
a. Ibu hamil, balita dan anak-anak sekolah (untuk kegiatan imunisasi)
b. Lingkungan pemukiman masyarakat
c. Kelompok-kelompok tertentu masyarakat yang berperilaku risiko
tinggi.
4. Ruang lingkup kegiatan :
a. Surveilans epidemiologi, dengan cara melakukan Active Case
Detection(ACD) dan Passive Case Detection (PCD)
b. Imunisasi
c. Pemberantasan vector
5. Program Pemberantasan Penyakit Menular
a. Program imunisasi
b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
pneumonia
e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f. Program rabies
g. Program Surveilans
h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
14
BAB III
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PUSKESMAS
Nama Puskesmas : Cilacap Utara I
Alamat : Jl.Printis Kemerdekaan No.01
Status Puskesmas : Negri
Tahun Pendirian : 1970
Waktu Pelayanan : Pagi hari
Luas Wilayah : 1.001,314 km2
d. KEADAAN GEOGRAFIS
UPT Puskesmas Cilacap Utara I merupakan daerah dataran rendah yang
berada 6 meter diatas permukaaan laut, dan terletak di sebelah Utara
Kabupaten Cilacap,seluas 1001,134 Km2 dengan batas-batas :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Tritih Kulon
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Menganti
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Gunung Simping
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Tegal Kamulyan
Jumlah penduduk : 40.806 orang
Jumlah KK Miskin : 4.075 orang
e. DATA WILAYAH
a. Luas wilayah kecamatan cilacap utara : 1.888,93 Ha
b. Peta kecamatan cilacap utara I (ada)
c. Jumlah kelurahan :3 kelurahan dari 46 RW
d. Jumlah RT,RW,Grumbul masing-masing kelurahan sebagai berikut
NO DESA RT RW GRUMBUL KETERANGAN
15
1 GUMILIR 72 20 3
2 MERTASINGA 71 15 3
3 KEBONMANIS 44 11 2
Jumlah 187 46 8
e. Sawah : 637.405 Ha
f. Pekarangan : 887.304 Ha
g. Lain-lain : 92.447 Ha
h. Daerah Dataran : 100%
i. Daerah Pegunungan : -
j. Tinggi dari permukaan air : 6 meter
k. Desa yang dapat dicapai dengan kendaraan motor
Musim hujan :90%
Musim kemarau :100%
f. DATA PERILAKU MASYARAKAT
a. Data Sosial Ekonomi
Petani : 1.540
Buruh Tani : 4.245
Nelayan : 544
Pengusaha : 1.178
Buruh Industri : 863
Buruh Bangunan : 1.565
Pengangkutan : 262
PNS/ABRI/POLRI : 1.227
Pensiun : 673
Pedagang : 2.307
b. Status Pendidikan
Akademi/Perguruan : 2.791
SLTA : 8.249
SLTP : 6.907
SD : 7.196
Tidak/belum tamat : 3.795
16
c. Agama
Islam :38.907
Protesta : 611
Katolik : 503
Hindu : 31
Budha : 48
d. Sarana Pendidikan
TK : 12
SD Negri/Swasta :14
SLTP Negri/Swasta : 5
SLTA Negri /Swasta : 5
e. Sarana Perekonomian
Pasar : 2
Bank : 7
BKK : 2
Gudang Dolog : 1
g. KEGIATAN PUSKESMAS UNGGULAN
1. Ada Kegiatan Akreditasi
2. Pelayanan Simpus
3. Pelayanan Poli Kesehatan Anak
4. Pelayanan Poli Kesehatan Balita
5. Puskesmas Saying Ibu (Tabulin)
6. LBS (Lingkungan Bersih Sehat wilayah kelurahan Gumuilir)
h. VISI, MISI, dan MOTTO Puskesmas
17
1. Visi
UPT puskesmas cilacap utara 1 mewujudkan mitra terpercaya menuju sehat
semua.
2. Misi
UPT puskesmas cilacap utara 1
Dengan memberikan pelayanan prima pada masyarakat
1. Berperilaku dan bersikap Smart (senyum,menarik,aktif ramah,dan teliti).
2. Tidak membedakan status pasien.
3. Memberikan simpati pada setiap pasien.
4. Membudayakan masyarakat berperilaku hidup sehat.
3. MOTTO
Upt Puskesmas Cilacap Utara 1 :
Kesembuhan Anda Adalah Kepuasan Kami
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS UTARA 1
18
BAB IV
19
DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP
Kepala UPT Puskesmas Cilacap Utara I
Dr. sukemi
Dr. umum:Dr. gigi : Drg. Sekar TadjiPerawat Gigi :
1. Sri Subardinah a.mkg2. Ulfa Nurmala A.Mkg
Perawat :1. Darnoto2. Dwi Koemalasari3. Titi Wuryani4. Retno Budiani5. Ida Supriyanti6. Yoga Wasana7. Titi Almiatun8. Edi Warjoko9. Muradi
Bidan :1. Utami Puji Astuti A.mdkeb2. Sutanti A.mdkeb3. Suharti A.mdkeb
Bidan desa:1. Wardiyah A.mdkeb2. Siti Musiyani A.mdkeb
Kesehatan Lingkungan:1. Sudiman
Pelayanan kesehatan dan kefarmasianDarnotoAgus Purwaningsih
Pelaksana program managemen dan SMPKDwi Koemalasari
Pengendalian masalah kesehatanIda Supriyati
Pelaksanaan Program Kesehatan KeluargaSuharti dan sutantti
Ka.Sub. Bag. TURasilah
ANALISA SWOT DAN HASIL ANALISA SWOT
A. ANALISIS SWOT
SWOT adalah sebuah singkatan dari Strenghths (S), Weakness (W),
Opportunities (O), dan Threats (T). Analisa SWOT sendiri memiliki tujuan
untuk memisahkan masalah pokok dan memudahkan pendekatan strategis
dalam suatu bisnis atau organisasi.
Banyak para ahli mendefinisikan arti analisis SWOT. Stephen Pelayanan
Mary dan Robbins Coulter (1999, 229) mendefinisikan analisis SWOT adalah
suatu analisis organisasi dengan menggunakan kekuatan, kelemahan,
kesempatan serta ancaman dari lingkungan. Menurut Rangkuti, Freddy
(2000 : 18), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
“Definisi analisa SWOT secara umum adalah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.”
Penjelasan dari masing-masing SWOT , sebagai berikut:
1. Strenghts (kekuatan)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau
program pada saat ini. Strenght ini bersifat internal dari organisasi atau
sebuah program.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau
sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh
organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah
kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak
diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan
yang sudah ada.
20
3. Opportunity (kesempatan)
Adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan
kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya.
Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal
mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon
masyarakat atau isu yang sedang diangkat.
4. Threat (ancaman)
Adalah faktor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi
berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program.
Ancaman ini adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan
banyak yang ingin mencoba untuk kontroversi atau out of stream
(melawan arus) namun pada kenyataannya organisasi tersebut lebih
banyak layu sebelum berkembang.
B. HASIL ANALISA SWOT PROGRAM P2M DENGAN TBC
A. Strength
1. Sumber daya P2M
Untuk program P2M Puskesmas Cilacap Utara 1 memiliki 3 orang tenaga
kesehatan yang mengurusi masalah pemberantasan penyakit menular.
Sarana dan prasarana
2. Terdapat Puskesmas, Pustu (Puskesmas Pembantu), Posyandu, dan
Polindes sebagai pusat kesehatan masyarakat.
21
3. Puskesmas Cilacap Utara 1 memiliki ambulans sebagai alat transportasi ke
masyarakat, sehingga memudahkan petugas untuk mengadakan kunjungan
rumah penderita TB paru.
4. Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB paru di
puskesmas. Dahulu digunakan metode “active promotive case finding”
sehinggga penemuan kasus baru bisa lebih signifikan.
5. Terdapat petugas yang khusus menangani P2M tuberkulosis paru,
sehingga pelaksanaan program bisa lebih intensif.
6. Kesadaran masyarakat akan kesehatan meningkat.
B. Weakness
1. Terbatasnya tenaga kesehatan di bidang P2M khususnya yang menangani
masalah TB yaitu hanya satu orang sehingga kurang optimal dalam
penemuan penderita TB.
2. Belum semua petugas puskesmas terutama paramedis (perawat, bidan
desa) mengetahui secara tepat cara menjaring tersangka TB
3. Sistem deteksi penyakit TB masih dilakukan secara pasif, yaitu hanya
mengandalkan pasien yang datang ke puskesmas dan memiliki tanda dan
gejala TB.
4. Pengetahuan penderita yang kurang mengenai penyakit TB paru, cara
pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat.
5. Tidak adanya kader TB di tiap desa.
6. Masih banyak masyarakan yang kurang pengetahuan sehingga masih
belum tahu tentang bahaya penyakit menular.
C. Opportunity
1. Dinas Kesehatan turut aktif dalam pemberantasan penyakit menular.
2. Puskesmas Cilacap Utara 1 adalah sebagai puskesmas induk di
kecamatan Cilacap Utara
22
3. Letak Puskesmas strategis, yaitu di depan jalan raya sehingga mudah
terjangkau masyarakat
4. Adanya program Indonesia sehat 2015
D. Threat
1. Banyak warga Kecamatan Cilacap Utara yang sama sekali tidak
mengetahui tentang penyakit TB, baik faktor risiko, cara penularan,
maupun tanda dan gejala.
2. Sarana dan prasarana yang belum memadai
3. Sudah banyak balai pengobatan / rumah sakit
C. Pembahasan Isu Strategis
Melihat hasil analisis SWOT pada BAB IV, didapatkan isu strategis yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah TB di Kecamatan Cilacap Utara. Isu
startegis tersebut lebih mengarah ke peran serta masyarakat dalam deteksi
pasien TB secara aktif. Startegi ini berdasarkan analisis SWOT dianggap
paling realistis, mengingat jika orientasi pemecahan masalah ini lebih ke arah
interna Puskesmas, maka lebih banyak kesulitan, terutama masalah
terbatasnya tenaga kesehatan di bidang P2M dan luasnya wilayah kerja
kecamatan Cilacap Utara yang membawahi 3 Desa.
Dalam deteksi kasus TB secara aktif yang dalam hal ini lebih berorientasi
pada peran serta masyarakat, maka diperlukan strategi utama dan strategi
alternatif unntuk mengatasi masalah ini. Strategi utama yang sangat tepat
dilakukan adalah Pembentukan Pengawas Minum Obat di tiap-tiap desa di semua
wilayah Kecamatan Cilacap Utara dan strategi alternatif yang dapat dilakukan
adalah melakukan penyuluhan secara intensif dan berkesinambungan dengan
mengajak peran serta masyarakat.
Pengawas minum obat merupakan salah satu bagian dari strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-Course) dalam upaya pembrantasan penyakit
TB yang sifatnya menular. Strategi DOTS sangaat penting karena saat ini TB
masih menjadi masalah kesehatan utaama di Indonesia. Mycobacterium
tuberculosis yang menjadi bakteri penyebab penyakit tuberkulosis atau TB telah
23
menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Tahun 1993, WHO mencanangkan
kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia,
penyakit TB ini tidak terkendali. Diperkirakan pada tahun 1995 ada 9 juta pasien
TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Kira-kira 95% dari kasus
TB dan 98% kematian akibat TB di seluruh dunia terjadi pada negara-negara
berkembang termasuk Indonesia.
Kematian TB ini merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya
dapat dicegah. Demikian juga dengan jumlah kematian wanita akibat TB lebih
banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Syafrizal et al.
(2007) yang meneliti tentang Pengelolaan Penanganan Pengobatan Tuberkulosis
di RS. Dr. M. Djamil Padang, menemukan sebanyak 92% pasien TB yang dirawat
di rumah sakit adalah penderita baru.
TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia.
Data WHO tahun 2006 menyatakan bahwa Indonesia sebagai penyumbang TB
terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar
539.000 kasus dan jumlah kematian sekitar 101.000 orang pertahun. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga atau SKRT tahun 2004 memperlihatkan bahwa insiden
penyakit TB secara nasional telah turun dari 130/100.000 penduduk menjadi
110/100.000 penduduk.
Meningkatnya jumlah kasus TB dan banyak yang tidak berhasil
disembuhkan, terutama pada negara-negara berkembang yang memiliki masalah
TB yang besar termasuk Indonesia, maka pada tahun 1995 WHO
merekomendasikan penggunaan program nasional penanggulangan TB melalui
strategi DOTS atau Directly Observed Treatment Shortcourse di Indonesi.
BAB V
24
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penemuan kasus TB di Kecamatan Cilacap Utara I masih bersifat pasif,
dimana penemuan kasus dilakukan pada pasien yang berobat ke BP dan
memiliki tanda dan gejala TB
2. Kekuatan yang dimiliki Puskesmas adalah memiliki laboratorium yang
sudah dapat untuk pemeriksaan BTA dan tenaga kesehatan yang loyal.
Kelemahan yang dimiliki Puskesmas adalah terbatasnya tenaga kesehatan
di bidang P2M dan Wilayah kerja yang sangat luas.
3. Kekuatan yang berasal dari masyarakat adalah mereka mudah diajak
kerjasama di bidang kesehatan dan memiliki antusiasme yang tinggi untuk
dijadikan kader kesehatan. Kelemahan yang berasal dari masyarakat hádala
banyak yang terkendala wilayah yang terpencil.
4. Cara yang dapat dilakukan adalah membentuk kader PMO dan mengadakan
penyuluhan dengan melibatkan peran serta masyarakat, terutama tokoh
masyarakat.
B. Saran
Penemuan kasus TB secara aktif dengan melibatkan peran serta
masyarakat perlu dikembangkan guna percepatan pemberantasan TB di
Kecamatan Kebasen.Diperlukan penyuluhan yang lebih intensif pada
kader PMO dan tokoh masyarakat, agar mereka lebih mengetahui tentang
faktor risiko, penyebab, cara penularan, dan ketaatan pengobatan penderita
TB.
DAFTAR PUSTAKA
25
Notoatmodjo Soekidjo, Prof. Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Prinsip Dasar. PT Rineka Cipta; Jakarta.
Azwar Azrul, M.P.H, DR. Dr. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan.
Binarupaaksara; FK UI, Jakarta.
Depertemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2006. p.1-,
131.
Widodo. Eddy. Upaya Peningkatan Peran Masyarakat dan Tenaga Kesehatan
dalam Pemberantasan Tuberkulosis. Makalah Pribadi Pengantar Falsafah
Sains Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2004.
p.1-16.
Antoni, Syahrizal, Luthfan Lazuardi, dan Andjani Woerdjandari. 2009.
Implementasi Penemuan Suspek Tuberculosis di Puskesmas Kabupaten
Pesisir Selatan. Jurnal KMPK UGM. Vol 14.
Depertemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis edisi ke-2. Depkes RI : Jakarta
Sukana, Bambang, Heryanto, dan Supraptini. 2003. Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di Tangerang. Jurnal Ekologi
Kesehatan. Vol 2 (3) : 282-9.
26
top related