studi komparasi metode kooperatif student …/studi...judul penelitian : studi komparasi metode...
Post on 01-Apr-2019
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
TATA NAMA SENYAWA KELAS X
SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
EVA ROLIYAH HARTINI
K3306005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
TATA NAMA SENYAWA KELAS X
SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
EVA ROLIYAH HARTINI
K3306005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
TATA NAMA SENYAWA KELAS X
SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
EVA ROLIYAH HARTINI
K3306005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
TATA NAMA SENYAWA KELAS X
SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
EVA ROLIYAH HARTINI
K3306005
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
TATA NAMA SENYAWA KELAS X
SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
EVA ROLIYAH HARTINI
K3306005
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
TATA NAMA SENYAWA KELAS X
SMA NEGERI 4 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
EVA ROLIYAH HARTINI
K3306005
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skipsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Januari 2012
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skipsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Januari 2012
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skipsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Kamis
Tanggal : 26 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 02 Februari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eva Roliyah H.
NIM : K3306005
Jurusan/Program Studi : P.MIPA/P.Kimia
Fakultas : KIP
Judul Penelitian : Studi Komparasi Metode Kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games Tournament
(TGT) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Tata Nama
Senyawa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Eva Roliyah H. K3306005. STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIFSTUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAMSGAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA KELAS X SMA NEGERI4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran kimia denganmetode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat memberikan prestasibelajar yang lebih baik dibandingkan dengan TGT (Teams Games Tournament) padamateri pokok Tata Nama Senyawa.
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desainpenelitian”Randomized Control Group Pretest-Postest Design”. Populasi penelitianadalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta berjumlah 11 kelas. Pengambilansampel menggunakan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelasyaitu kelas eksperimen 1 (metode STAD) dan kelas eksperimen 2 (metode TGT).Teknik pengumpulan data prestasi kognitif menggunakan metode tes obyektif,prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Teknik analisis data dilakukandengan uji t-pihak kanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa padapembelajaran kimia dengan metode STAD lebih baik dari pada dengan metode TGTpada pokok bahasan Tata Nama Senyawa. Hal ini dibuktikan dengan thitung > ttabel =2,898 > 1,67 pada aspek kognitif dan aspek afektif thitung > ttabel = 1,82917 >1,67dengan taraf signifikansi 5%.
Kata Kunci: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team GamesTournament), Prestasi Belajar, Tata Nama Senyawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Eva Roliyah H. K3306005. THE COMPARATIVE STUDY OF COOPERATIVEMETHOD TROUGH STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS(STAD) AND TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TOWARDSTUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT ON NAMING COMPOUNDSUBJECT CLASS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA ACADEMIC YEAR2010/2011. Thesis. Surakarta: The Faculty of Teacher Training and EducationStudies of Sebelas Maret University, February 2012.
The aim of this research was to find out that chemistry learning using STAD(Student Teams Achievement Divisions) method provides the higher achievementcompared with TGT (Teams Games Tournament) on Naming Compound subject.
This research used a quasi experimental method with “Randomized ControlGroup Pretest-Posttest Design”. The population of research was the student of classX SMA Negeri 4 Surakarta academic year 2010/2011 that consist of 11 classes. Thesampling technique used was Cluster Random Sampling which consist of twoclasses, first experimental class (used STAD method) and second experimental class(used TGT method). Techniques for collecting data used objective test to measurecognitive learning achievement and questionnaire to measure affective learningachievement. The analysis of data technique used right-side t-test.
The research results showed that students’ learning achievement in chemistryteaching STAD method higher than TGT method on Naming Compound subject. Itproved by tcount > ttable = 2.898 > 1.67 for cognitive aspects and tcount > ttable =1.82917 > 1.67with 5% significance level.
Kata Kunci: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team GamesTournament), Learning Achievement, Naming Compound.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
There’s no such thing as perfect in the world. If something is perfect, then there is
nothing left. There is no room for imagination. No place left for a person to gain
additional knowledge or abilities.
(Kurotsuchi Mayuri)
Hadiah bagi orang yang melakukan kesalahan adalah kesempatan untuk
memperbaiki diri yang menjadikannya salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ibu dan Ayahku yang telah memberikan doa,
nasehat, dan bimbingan.
Kedua adikku yang slalu memberi doa dan
dukungan selama ini
Muy, Dhesy, Rosa, Dina dan Lia yang senantiasa
telah memberikan semangat dan doanya.
Keluarga Kimia’06
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapat gelar
Sarjana Pendidikan. Program Kimia Jurusan P. MIPA FKIP UNS Surakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Sukarmin, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
serta Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Haryono, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan
P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin pengajuan judul skripsi.
5. Ibu Nanik Dwi Nurhayati, S.Si, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Ibu Dra. Hartiningsih, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri 4
Surakarta yang telah memberikan bantuan dan waktu mengajar kepada penulis
untuk mengadakan penelitian.
7. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberi bimbingan dan semangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Ibu, Ayah dan kedua adikku yang telah memberikan doa restu sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini.
9. Murid-muridku kelas XA dan XB SMA Negeri 4 Surakarta yang telah ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Sahabat-sahabatku (Muy, Dhesy, Rosa, Dina dan Lia), terima kasih untuk
dukungan kalian.
11. Teman-teman Kimia angkatan ’06 terima kasih untuk segala dukungan dan
bantuannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan.
Surakarta, Februari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN.............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Studi Komparasi.................................................................... 7
2. Belajar dan Pembelajaran...................................................... 8
3. Model Pembelajaran.............................................................. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4. Metode Pembelajaran Kooperatif ......................................... 12
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD................................... 13
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT...................................... 15
7. Prestasi Belajar...................................................................... 17
8. Tata Nama Senyawa.............................................................. 18
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 22
C. Kerangka Berfikir........................................................................ 24
D. Hipotesis...................................................................................... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 27
B. Metode Penelitian........................................................................ 27
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel................ 28
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 29
F. Instrumen Penelitian.................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 37
1. Uji Prasyarat Analisis........................................................... 37
2. Uji Hipotesis ......................................................................... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 41
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis ......................................................... 44
C. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 46
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................. 47
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 51
B. Implikasi ...................................................................................... 51
C. Saran ............................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53
LAMPIRAN....................................................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Beberapa Jenis Kation........................................................................ 20
Tabel 2 Beberapa Jenis Anion......................................................................... 20
Tabel 3 Rancangan Penelitian ” Randomized Group Pretest-Postest Design . 27
Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif......... 31
Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ...... 32
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Kognitif ...................... 33
Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal .............................................. 34
Tabel 8 Pedoman Penskoran Aspek Afektif.................................................... 35
Tabel 9 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif...... 36
Tabel 10 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif ...... 37
Tabel 11 Rangkuman Data Penelitian............................................................... 41
Tabel 12 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama
Senyawa ............................................................................................. 42
Tabel 13 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama
Senyawa ............................................................................................. 43
Tabel 14 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif ..................... 45
Tabel 15 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif ................................... 45
Tabel 16 Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif dan Afektif ................ 46
Tabel 17 Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif .................... 46
Tabel 18 Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif ...................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ................................................................26
Gambar 2. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen
I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama
Senyawa ..........................................................................................43
Gambar 3. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan
dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama
Senyawa ...........................................................................................44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Silabus .........................................................................................55
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran............................................57
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kognitif.......................................73
Lampiran 4. Instrumen Penilaian Kognitif .....................................................74
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Afektif ........................................88
Lampiran 6. Instrumen Penilaian Afektif ........................................................89
Lamipran 7. Daftar Kelompok Kelas Eksperimen I (STAD) ..........................94
Lampiran 8. Daftar Kelompok Kelas Eksperimen I (STAD) ..........................95
Lampiran 9. Modul ..........................................................................................96
Lampiran 10. Soal Kuis STAD dan Soal Permainan TGT ................................104
Lampiran 11. Uji Validitas Reliabilitas, Taraf Kesukaran Soal dan Daya Pembeda
Penilaian Kognitif .......................................................................105
Lampiran 12. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Aspek Afektif .............106
Lampiran 13. Data Induk Penelitian .................................................................107
Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif ................................109
Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif ..................................111
Lampiran 16. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Eksperimen I ...................113
Lampiran 17. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Eksperimen II ..................114
Lampiran 18. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Eksperimen I...................115
Lampiran 19. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Eksperimen II..................116
Lampiran 20. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I ....117
Lampiran 21. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen II...118
Lampiran 22. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I...................119
Lampiran 23. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II .................120
Lampiran 24. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif .................................121
Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ...................................122
Lampiran 26. Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif ...............................123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 27. Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif .................................125
Lampiran 28. Dokumentasi................................................................................127
Lampiran 29. Perijinan.......................................................................................129
Lampiran 30. Jurnal Internasional .....................................................................136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) semakin maju sehingga untuk menghadapi hal tersebut,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu upaya untuk
memperbaiki kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu sarana penting dalam kehidupan manusia. Peranan yang harus dimainkan oleh
dunia pendidikan saat ini adalah mempersiapkan anak didik yang berpartisipasi aktif
dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat bertahan dalam persaingan global.
Dengan adanya pendidikan dapat dihasilkan manusia yang berkualitas dengan
kehidupan yang berkualitas pula. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas
diperlukan berbagai upaya, upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan pembaharuan kurikulum, mulai dari
kurikulum 1984 sampai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006.
Pada kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola
pengajaran yang berorientasi muatan (isi) pelajaran, sehingga setelah siswa selesai
mengikuti pelajaran pada periode tertentu, ia akan mendapatkan materi pelajaran
yang cukup banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Selama
dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, di antaranya beban
belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi
(substansi) pada setiap mata pelajaran (http://wawan-junaidi.blogspot.com/).
Selanjutnya, kurikukulum 1994 diubah dengan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) tahun 2001. KBK lebih berorientasi pada pemilikan life skill dan
pola pembelajarannya berpusat pada siswa (student centered). Akan tetapi, karena
dalam pelaksanaannya 65% para guru masih menyajikan pola pembelajaran dengan
teacher centered maka para pakar pendidikan Indonesia kembali memperbaiki,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempelajari kelemahan dan menggantinya dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 (http://windarul.wordpress.com). Prinsip yang digunakan
dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Karena baik pada
KBK maupun KTSP menekankan pembelajaran dengan berpusat pada siswa, siswa
diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya, misalnya
dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan terjadinya
kerja sama antar anggota kelompok dan saling bertukar ide serta pikiran.
Pembentukan kelompok-kelompok kecil ini sesuai dengan metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan salah satu dari empat pilar
pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu learning to life together. Zhou Nan-
Zhao dalam jurnalnya yang berjudul Four ‘Pillars of Learning’ for the Reorientation
and Reorganization of Curriculum: Reflections and Discussions menyatakan bahwa
learning to life together, secara tersirat mengandung dua makna yakni penemuan
akan sesuatu dan pengalaman untuk berbagi. Secara khusus hal ini dapat diterapkan
seperti pada pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri dan orang lain, apresiasi
terhadap keragaman suku budaya serta kesadaran akan persamaan yang ada,
kebergantungan satu sama lain, rasa empati dan saling bekerjasama secara sosial
(cooperative social behavior) serta saling menghargai satu sama lain. Contoh dari
metode pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division
(STAD) dan Teams Games Tournament (TGT). Metode STAD dipandang paling
sederhana dari pendekatan pembelajaran kooperatif (Sugiyanto, 2008:42). Dalam
metode STAD, siswa diarahkan bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
dalam menguasai bahan ajar baik melalui tanya jawab maupun diskusi. Gagasan
utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung
dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh
guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus
mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan
norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan (Slavin, Robert
E.,2008:12). Dalam metode STAD, setelah guru memberikan presentasi mengenai
pelajaran yang diajarkan, para siswa akan mengerjakan kuis individual pada periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tertentu. Kuis individual ini dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperoleh dari presentasi guru dan kerja tim. Dr. Francis A. Adesoji dan Dr. Tunde L.
Ibraheem (2009:9) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif STAD
memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. STAD sendiri
dapat diterapkan pada materi yang sudah didefinisikan dengan jelas, seperti
matematika, berhitung dan studi terapan, penggunaan dan mekanika bahasa, geografi
dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.
Sama halnya dengan metode STAD, pada metode TGT siswa juga dibentuk
dalam satu kelompok kecil untuk menguasai bahan ajar. Akan tetapi, kuis pada
STAD digantikan dengan permainan. Di dalam permainan, para siswa akan
berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya. Dengan adanya permainan,
diharapkan siswa tidak bosan terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan
pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Metode
pembelajaran kooperatif TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang didefinisikan
secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan.
Selain itu, materi yang sesuai untuk penerapan metode TGT adalah materi yang
dapat dibuat permainan (game akademik).
Selama ini pelajaran kimia sering ditakuti siswa karena dianggap sulit untuk
dipahami dan dipelajari. Kesulitan ini timbul karena banyaknya konsep yang bersifat
abstrak dan sulit untuk diserap oleh siswa, selain itu ilmu kimia juga terkait dengan
konsep-konsep yang sering kali sulit untuk dianalogikan dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh sebagian siswa adalah materi
Tata Nama Senyawa. Pada materi ini diperlukan pemahaman yang baik, karena siswa
akan dikenalkan pada macam-macam senyawa kimia dan cara penamaannya. Selain
berisi tentang konsep-konsep, materi ini juga berisi hafalan. Kesulitan dalam belajar
kimia dapat dilihat dari banyaknya siswa dalam kelas X yang tidak tuntas dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai agar
siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan dan diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ima N. Safitri (2010:80),
ternyata metode pembelajaran TGT dapat digunakan pada materi Tata Nama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Senyawa. Pada penelitiannya, ternyata TGT dengan media animasi interaktif
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada media teka-teki silang. Selain
itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Reny Wulandari (2005: 57) menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih
baik daripada dengan metode konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif TGT dan STAD dapat
memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Studi
Komparasi Metode Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan
Teams Games Tournament (TGT) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi
Pokok Tata Nama Senyawa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran
2010/2011.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Apakah metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD)
dan Teams Games Tournament (TGT) sesuai dengan materi pokok Tata
Nama Senyawa ?
2. Apakah metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD)
dan Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa ?
3. Apakah siswa yang mendapatkan pelajaran materi pokok Tata Nama
Senyawa dengan metode kooperatif Student Teams Achievement Division
(STAD) mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada metode
kooperatif Teams Games Tournament (TGT) ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah
1. Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta
Tahun Ajaran 2010/2011 .
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games
Tournament (TGT).
3. Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah materi pokok
Tata Nama Senyawa.
4. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan afektif siswa.
D. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah dapat dikemukakan sebagai berikut :
“ Apakah pembelajaran menggunakan metode kooperatif Student Teams
Achievement Division (STAD) memberikan prestasi yang lebih baik daripada
Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas X SMA Negeri 4 Surakarta pada materi pokok Tata Nama Senyawa ? “
E. Tujuan Penelitian
Dari masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pembelajaran menggunakan metode kooperatif Student Teams
Achievement Division (STAD) memberikan prestasi yang lebih baik daripada Teams
Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA
Negeri 4 Surakarta pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi mengenai penggunaan metode kooperatif Student
Teams Achievement Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada guru tentang metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata
Nama Senyawa.
b. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya pada materi pokok
Tata Nama Senyawa .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Studi Komparasi
Studi berasal dari kata study yang berarti belajar, mempelajari
(Poerwadarminto,1997:194) sedangkan komparasi berasal dari bahasa Inggris to
compare yang berarti membandingkan.
Menurut Aswarni Sujud dalam Suharsimi Arikunto (1993:245-246) penelitian
komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik
terhadap orang kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga
membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang
terhadap kasus, terhadap orang peristiwa atau terhadap ide-ide. Apabila dikaitkan
dengan pendapat Van Dalen tentang Jenis-Jenis Interrelationship Studies, maka
penelitian kooperatif boleh jadi bisa dimasukkan sebagai penelitian kedua, yaitu
causal comparative studies. Yang disebutkan belakangan oleh Van Dalen merupakan
penelitian komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan
melihat penyebab-penyebabnya.
Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1998:84) studi komparatif adalah
penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang
hubungan-hubungan sebab-akibat yakni memilih faktor-faktor tertentu yang
berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki serta membandingkan
satu faktor dengan faktor yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sesuatu hal dengan cara
membandingkan dua variabel atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (1995:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang terjadi banyak sekali sifat dan jenisnya, karena itu
sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara
lain: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat
kontinyu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
(4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (1995:54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern
dan faktor ekstern.
1) Faktor-Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
a) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan
2) Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang
belajar. Faktor ekstern juga dibagi menjadi tiga faktor, yaitu :
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua serta latar
belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap balajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi balajar
antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa (bioskop,
radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain),
teman bergaul, bentuk dan kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha secara sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam perubahan tingkah
laku untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Pembelajaran
Istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau “pengajaran”.
Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar. Bila pengajaran diartikan
perbuatan mengajar maka ada dua kegiatan yang searah antara guru dengan siswa.
Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (1995:32), pembelajaran adalah suatu
aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan), dan knowledge. Dalam pengertian ini, guru harus berusaha membawa
perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk mengubah
tingkah laku siswanya.
Sedangkan menurut Emirina (2009: 2), kegiatan pembelajaran diciptakan
untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Kegiatan
pembelajaran disiapkan untuk membantu siswa mencapai kompetensi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Ketercapaian kompetensi pembelajaran dilihat dari seberapa banyak indikator yang
ditetapkan agar bisa dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran yang bermakna akan
berdampak luas kepada pemahaman siswa, antara lain mereka bukan hanya hafal dan
paham terhadap sesuatu yang dipelajari tetapi juga dapat menerapkan dan
mentransfer untuk kepentingan lain dalam kehidupannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan yang sifatnya mengarahkan seseorang dalam proses belajarnya untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, dalam pembelajaran lebih
menitikberatkan pada proses membantu dengan sengaja bagaimana seseorang itu
harus belajar.
3. Model Pembelajaran
Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa
mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di
masa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara
konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008:7) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorgani-
sasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajr tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dalam tingkatan
operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan.
Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para
ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model
pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
quantum, model pembelajaran terpadu dan model pembelajaran berbasis masalah
(PBL).
a. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and Learning – CTL) menurut
Nurhadi dalam Sugiyanto (2008:18) adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan anatara materi yang diajarkan dan dunia nyata siswa dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri. Pengetahuan dan ketrampilan siswa
diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru
ketika ia belajar.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adapun
beberapa metode pembelajaran kooperatif antara lain seperti metode STAD (Student
Teams Achivement Division), metode Jigsaw, metode GI (Group Investigation) dan
metode struktural.
c. Model Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan rakitan dari berbagai teori
atau pandangan psikolohi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang
jauh sebelumnya sudah ada. Beberapa contoh teknik penerapan model pembelajaran
kuantum antara lain peta konsep sebagai teknik belajar efektif, teknik memori, sistem
pasak lokasi dan teknik akrostik (jembatan keledai).
d. Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan.
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok,
aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pkok
bahasan.
e. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak pada apa yang dikerjakan siswa (perilaku
merka) tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka).
(Sugiyanto, 2008:18-133)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
harus dipilih yang paling tepat untuk membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Salah satu metode yang dapat dipertimbangkan adalah
belajar dengan kerjasama (cooperative learning) dalam kelompok kecil yang
heterogen. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Effandi
Zakaria and Zanaton Iksan (2007:1)dalam jurnalnya yang berjudul “Promoting
Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian
Perspective”, pembelajaran kooperatif berdasarkan pada keyakinan bahwa
pembelajaran akan efektif ketika siswa terlibat secara katif dalam bertukar
ide/gagasan dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.
“Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effectivewhen students are actively involved in sharing ideas and work cooperativelyto complete academic tasks.”
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Metode
Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa [PTS]) adalah teknik pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan dan diteliti oleh John Hopskins University. Lebih dari
separuh dari semua kajian praktis tentang metode pembelajaran kooperatif
menerapkan metode ini.
Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa
bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya
mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Sebagai tambahan terhadap
gagasan tentang kerja kooperatif, metode PTS menekankan penggunaan tujuan –
tujuan tim dan sukses tim, yang hanya akan dicapai apabila semua anggota tim bisa
belajar mengenai pokok bahasan telah diajarkan. Oleh sebab itu, dalam metode PTS
tugas-tugas yang diberikan kepada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah
tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Tiga konsep penting bagi semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
metode PTS adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu dan kesempatan
sukses yang sama. Tim akan mendapatkan penghargaan-penghargaan bagi tim jika
mereka berhasil melampaui kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Tanggung
jawab individual maksudnya adalah bahwa kesuksesan tim bergantung pada
pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada
kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan
bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian
lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya. Kesempatan sukses
yang sama maksudnya, bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya
dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya. Ini akan memastikan
bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semua sama-sama ditantang
untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi anggota tim ada nilainya.
Adapun beberapa metode pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan
pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas antara lain (1) STAD – Student
Teams Achivement Division, (2) TGT – Teams Games Tournament, (3) Jigsaw II, (4)
TAI – Team Accelerated Instruction, dan (5) CIRC – Cooperative Integrated
Reading and Composition .
(Slavin, Robert E. 2005:4-11)
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Teams Achivement Division) merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Gagasan utama dari STAD adalah
untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain
dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Metode STAD terdiri atas
lima komponen utama, yaitu :
a. Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau
diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan presentasi biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian
penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian sangat membantu mereka
mengerjakan kuis-kuis dan akan menentukan skor tim mereka. Dalam penelitian ini
presentasi kelas yang digunakan adalah dengan presentasi langsung.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili kelompok yang ada di
seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar dan lebih khususnya lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling
sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan permasalahan bersama, membandingkan
jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang
membuat kesalahan.
Tim adalah fitur yang paling penting penting dalam STAD. Pada tiap
poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik
untuk tim dan tim pun harus harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya.
c. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantudalam
mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya.
d. Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat
dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.tiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini,
tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang
terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tersebut dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan
poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan
dengan skor awal mereka.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai
kriteria tertentu.
(Slavin, Robert E., 2005 : 143-146)
Dalam penelitian ini, metode kooperatif STAD yang diterapkan pada siswa
dilaksanakan menggunakan bantuan modul. Penggunaan modul bertujuan untuk
membantu mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam penelitian ini, selain menggunakan metode STAD, juga digunakan
metode TGT (Teams Games Tournament). Metode ini hampir sama dengan STAD,
tetapi menggantikan kuis dengan turnamnen, di mana siswa memainkan game
akademik. Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode TGT,
yaitu :
a. Presentasi Kelas
Materi dalam TGT pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audio-
visual. Bedanya presentasi kelas dengan presentasi biasa hanyalah bahwa presentasi
tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa
akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena dengan demikian sangat membantu mereka pada saat game
dan skor game akan menentukan skor tim mereka. Dalam penelitian ini presentasi
kelas yang digunakan adalah dengan presentasi langsung.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili kelompok yang ada di
seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
belajar dan lebih khususnya lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
bekerja dengan baik pada saat game. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling
sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan permasalahan bersama, membandingkan
jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang
membuat kesalahan.
Tim adalah fitur yang paling penting penting dalam TGT. Pada tiap poinnya,
yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan
tim pun harus harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
c. Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas
dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit setelah guru memberikan presentasi
di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.
e. Rekognisi Tim
Tim yang mendapat nilai tertinggi pada permainan yaitu tim yang paling
banyak menjawab benar pertanyaan-pertanyaan selama permainan berlangsung
mendapatkan reinforcement atau penghargaan.
(Slavin, Robert E., 2005: 163-167)
Pada penelitian ini metode kooperatif TGT yang diterapkan pada siswa juga
dilaksanakan menggunakan bantuan modul. Sedangkan untuk permainan yang akan
diterapkan adalah permainan dengan mengggunakan kartu soal. Dalam permainan
ini, siswa sebagai wakil dari tiap kelompok dapat berkompetisi menjawab pertanyaan
yang akan diberikan oleh guru, sehingga diharapkan pembelajaran berlangsung
dalam suasana yang menyenangkan. Supaya siswa dapat menjawab dengan benar,
diperlukan koordinasi dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat
menentukan keberhasilan tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
7. Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminto, 1997:787) arti dari
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru. Di samping itu, prestasi belajar adalah sebagai
hasil dari aktivitas belajar yang bersifat individual. Menurut Zainal Arifin
(1990:104), fungsi prestasi belajar adalah (1) indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik, (2) lambang pemuasan hasrat ingin
tahu, (3) bahan informasi dalam pendidikan, (4) indikator intern dan ekstern dari
suatu institusi pendidikan, dan (5) indikator terhadap daya serap anak didik.
Dengan memperhatikan beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa sangat penting, baik secara perseorangan
maupun secara kelompok, sebab fungsi belajar tidak hanya sebagai indikator
keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga indikator kualitas pendidikan.
Selain itu prestasi juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar.
Prestasi belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor, sebagai berikut :
a. Aspek kognitif, berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang meliputi
produk ilmiah dan proses ilmiah.
1) Produk ilmiah antara lain fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan dan teknologi.
2) Proses ilmiah antara lain pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
evaluasi.
b. Aspek afektif antara lain :
1) Apresiasi atau kecenderungan menanggapi masalah dalam lingkungannya
dan teknologi.
2) Kadar atau besarnya respon terhadap suatu masalah.
3) Keadaan kesiapan mental dan perasaan dalam menanggapi suatu masalah.
4) Usaha memecahkan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pengembangan aspek afektif dalam pengajaran IPA lebih diarahkan pada
pengembangan sikap ilmiah yang sadar atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
c. Aspek psikomotor, aspek yang menyangkut ketrampilan motorik atau
manipulasi objek.
Pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengajaran
kimia dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dalam proses sains yang
didapat melalui aktifitas belajar (Mulyati Arifin, 2001: 24).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
indikator keberhasilan dari penguasaan pengetahuan maupun ketrampilan seseorang.
8. Tata Nama Senyawa
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul yang bermacam-macam. Ada
yang didasarkan pada warna seperti klorin (chloros = hijau), atau pada salah satu
sifat dari unsur yang bersangkutan seperti fosfor (phosphorus = bercahaya). Untuk
mencegah timbulnya perdebatan mengenai nama dan lambang unsur-unsur baru,
International Union Of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) menetapkan aturan
penamaan dan pemberian lambang untuk unsur-unsur temuan baru.
(Arifatun A. Setyawati, 2009: 58)
Ada beberapa sistem penamaan yang didasarkan pada rumus kimia senyawa.
a. Tatanama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua jenis unsur. Senyawa-
senyawa biner diberi nama dengan menggunakan nama unsur pertama yang diikuti
oleh nama unsur kedua yang digabungkan dengan menambahkan akhiran –ida. Nama
unsur yang pertama untuk senyawa biner adalah unsur yang bersifat logam (lebih
bermuatan positif), diantaranya mengikuti urutan sebagai berikut :
B – Si – C – S – As – P – N – H – Se – I – Br – Cl – O – F
Sementara itu, unsur yang kedua merupakan unsur yang lebih negatif daripada unsur
pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Contoh:
HCl : Hidrogen + Klor + ida = Hidrogen klorida
NO : Nitrogen + Oksigen + ida = Nitrogen oksida
Pada penamaan senyawa biner , jika pasangan unsur bersenyawa membentuk
lebih dari sejenis senyawa, maka senyawa-senyawa itu dibedakan dengan
menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani:
1 = mono 4 = tetra 7 = hepta 10 =deka
2 = di 5 = penta 8 = okta
3 = tri 6 = heksa 9 = nona
Contoh:
NO2 : Nitrogen + di + oksigen + ida = Nitrogen dioksida
N2O4 : di + nitrogen + tetra + oksigen + ida = Dinitrogen tetraoksida
CO2 : karbon + di + oksigen + ida = Karbon dioksida
b. Tatanama Senyawa Ion
Senyawa ion merupakan senyawa yang terdiri atas ion positif (kation) dan ion
negatif (anion). Kation umumnya adalah suatu ion logam dan anion dapat berupa ion
non logam atau poliatom. Nama senyawa ion merupakan susunan nama kation
diikuti dengan nama anionnya. Akan tetapi, nama-nama senyawa ion yang
mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi dibedakan dengan menuliskan bilangan
oksidasinya.
Tabel 1. Beberapa Jenis KationKation Bermuatan +1 Kation Bermuatan +2 Kation Bermuatan +3 dan +4
Li+ Litium Mg2+ Magnesium Al3+ Alumunium
Na+ Natrium Ca2+ Kalsium Ni3+ Nikel(III)
K+ Kalium Sr2+ Stronsium Au3+ Emas (III)
Ag+ Perak Ba2+ Barium Cr3+ Kromium(III)
Hg+ Raksa (I) Hg2+ Raksa (II) Pt4+ Platina (IV)
Cu+ Tembaga(I) Cu2+ Tembaga (II) Co3+ Kobalt(III)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Kation Bermuatan +1 Kation Bermuatan +2 Kation Bermuatan +3 dan +4
Au+ Emas (I) Pb2+ Timbal (II) Pb4+ Timbal (IV)
NH4+ Amonium Fe2+ Besi(II) Fe3+ Besi(III)
Sn2+ Timah (II) Sn4+ Timah (IV)
Zn2+ Zink (seng)
Ni2+ Nikel
Tabel 2. Beberapa Jenis AnionNo Rumus Nama ion No Rumus Nama ion
1 F- Fluorida 15 SiO32- Silikat
2 Cl- Klorida 16 PO33- Fosfit
3 Br- Bromida 17 PO43- Fosfat
4 I- Iodida 18 AsO33- Arsenit
5 OH- Hidroksida 19 AsO43- Arsenat
6 O2- Oksida 20 SbO33- Antimonit
7 CN- Sianida 21 SbO43- Antimonat
8 S2- Sulfida 22 ClO- Hipoklorit
9 CO32- Karbonat 23 ClO2
- Klorit
10 C2O42- Oksalat 24 ClO3
- Klorat
11 CH3COO- Asetat 25 ClO4- Perklorat
12 NO2- Nitrit 26 MnO4
- Permanganat
13 NO3- Nitrat 27 MnO2
- Manganat
14 SO32- Sulfit 28 CrO4
2- Kromat
Contoh:
FeCl2 : besi (II) klorida
FeCl3 : besi (III) klorida
SnO : timah (II) oksida
SnO2 : timah (IV) oksida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Menurut cara lama, senyawa dari unsur logam yang mempunyai dua jenis
muatan, dibedakan dengan memberi akhiran o untuk muatan lebih rendah dan
akhiran i untuk muatan lebih tinggi.
Contoh:
FeCl2 : Fero klorida
FeCl3 : Feri klorida
c. Tatanama Senyawa Terner
Senyawa terner sederhana meliputi asam, basa dan garam. Asam, basa dan
garam adalah tiga kelompok yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Reaksi
asam dengan basa menghasilkan garam.
1) Tatanama Asam
Asam adalah senyawa hidrogen yang di dalam air mempunyai rasa
masam. Rumus asam terdiri atas atom hidrogen (di depan, dapat dianggap
sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion. Nama
anion sisa asam sama dengan asam yang bersangkutan tanpa kata asam.
Contoh :
H3PO4 Nama asam : Asam fosfat
Rumus sisa asam : PO43- (fosfat)
HCl : Asam klorida
HNO3 : Asam nitrat
2) Tatanama Basa
Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion OH-. Larutan
basa bersifat kaustik, jika terkena kulit akan terasa licin seperti bersabun.
Pada umumnyabasa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan
anion OH-. Nama basa sama dengan nama kationnya yang diikuti kata
hidroksida.
Contoh :
NaOH : Natrium hidroksida
Ca(OH)2 : Kalsium hidroksida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Al(OH)3 : Alumunium hidroksida
3) Tatanama Garam
Garam adalah zat yang dihasilkan dari reaksi antara senyawa asam
dan basa. Garam merupakan senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan
anion sisa asam. Jadi, penamaannya sama dengan senyawa ion.
Contoh:
No Kation AnionRumus
senyawaNama senyawa
1 Na+ NO3- NaNO3 Natrium nitrat
2 Cu2+ S2- CuS Tembaga (II) sulfida
3 Al3+ SO42- Al2(SO4)3 Alumunium sulfat
d. Tatanama Senyawa Organik
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat tertentu.
Pada awalnya, senyawa-senyawa organik tidak dapat dibuat di laboratorium,
melainkan hanya dapat diperoleh dari makhluk hidup. Oleh karena itu, senyawa-
senyawa karbon tersebut dinamai senyawa organik. Senyawa organik mempunyai
nama khusus. Selain nama sistematis, banyak senyawa organik mempunyai nama
lazim atau nama dagang (nama trivial). Beberapa diantaranya berikut ini :
CH4 : Metana
CO(NH2)2 : Urea
C6H12O6 : Glukosa
CHCl3 : Kloroform
CH3COCH3 : Aseton
(Sunardi, 2007:95-102)
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
a. Menurut penelitian Effandi Zakaria, Lu Chung Chin dan Md. Yusoff Daud
(2010 : 274) dalam jurnal yang berjudul The Effects of Cooperative Learning
on Students’ Mathematics Achievement and Attitude towards Mathematics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengenai efektifitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD
terhadap prestasi dan sikap pada pelajaran matematika, menunjukkan prestasi
belajar matematika lebih tinggi daripada metode pembelajaran konvensional
sekaligus sikap yang lebih positif terhadap matematika diantara siswa.
Pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan pengaruh positif pada
pembentukan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini disebabkan
dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok sehingga
mereka merasa bahwa mereka dapat bergantung pada teman untuk saling
membantu sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dalam
memecahkan masalah dalam pelajaran matematika. (Journal of Social
Sciences 6 (2). ISSN 1549-3652, 2010).
b. Menurut penelitian Dr. Francis A. Adesoji dan Dr. Tunde L. Ibraheem
(2009:9) mengenai efektivitas penggunaan metode STAD pada pembelajaran
Kinetika Kimia, menunjukkan pengaruh prestasi belajar yang meningkat
daripada metode pembelajaan konvensional. Keutamaan metode STAD
dibandingkan metode konvensional yaitu membuat sikap siswa berkembang
lebih positif baik bagi dirinya, anggota kelompoknya, kedewasaanya dan
proses pembelajaran pada umumnya (The Journal Of International Social
Research , Volume 2/6 Winter 2009).
c. Effandi Zakaria and Zanaton Iksan (2007:1) mengemukakan mengenai
penggunaan metode kooperatif sebagai salah satu metode alternatif yang
dapat digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berdasarkan
pada keyakinan bahwa pembelajaran akan efektif ketika siswa terlibat secara
aktif dalam bertukar ide/gagasan dan bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas akademik. Dalam jurnal ini disebutkan mengenai penelitian yang
menunjukkan bahwa penggunaan metode kooperatif memberikan prestasi
yang lebih baik daripada metode tradisional/ceramah pada pelajaran
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Nootan Rai dan Sunarti Samsudin (2007:6) menyatakan bahwa STAD dapat
digunakan sebagai metode alternatif untuk tes tertulis tanpa memperhatikan
tingkatan/jenjang kelas.
e. Dalam jurnal Classroom Compass (1994:1) menyatakan bahwa dengan
pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang mana dapat meningkatkan kemampuan bertukar pikiran serta dapat
membantu perkembangan cara berpikir kreatif dan pemecahan masalah.
Dari penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif, terutama STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa bekerja dalam kelompok sehingga
mereka merasa bahwa mereka dapat bergantung pada teman yang lainnya yang mana
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.
C. Kerangka Berpikir
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
didalam kegiatan pembelajaran. Belajar mengacu kepada yang dilakukan oleh siswa,
sedangkan mengajar mengacu kepada yang dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
siswa dalam belajar. Proses belajar mengajar berkaitan dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, materi yang akan diberikan, serta metode belajar mengajar yang
dipakai guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi tersebut.
Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, kondisi sekolah dan
kondisi siswa sendiri menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar.
Materi Tata Nama Senyawa adalah salah satu materi kimia yang dianggap
sulit oleh sebagian siswa. Pada materi ini diperlukan pemahaman yang baik, karena
siswa akan dikenalkan pada macam-macam senyawa kimia dan cara penamaannya.
Selain itu, konsep penamaan dan pemberian lambang pada suatu senyawa kimia telah
didefinisikan dengan baik menurut IUPAC.
Metode pembelajaran kooperatif dipandang cocok untuk membuat siswa ikut
aktif dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran kooperatif ada bermacam-
macam, pada penelitian ini dipilih metode STAD serta metode TGT karena kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
metode ini dianggap akan lebih efektif bila diterapkan pada materi yang sudah
didefinisikan dengan jelas serta materi yang berupa konsep-konsep ilmu pengetahuan
ilmiah seperti materi Tata Nama Senyawa.
Dalam metode STAD, siswa diarahkan bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu dalam menguasai bahan ajar baik melalui tanya jawab maupun diskusi.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan
tim, mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik
(Slavin, Robert E. 2008:12).
Sama halnya dengan metode STAD, pada metode TGT siswa juga dibentuk
dalam satu kelompok kecil untuk menguasai bahan ajar. Akan tetapi, kuis pada
STAD digantikan dengan permainan. Di dalam permainan, para siswa akan
berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya. Dengan adanya permainan,
diharapkan siswa tidak bosan terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan
pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan.
Penggunaan metode STAD diduga dapat memberikan prestasi yang lebih
baik daripada metode TGT. Karena dalam pembelajaran menggunakan metode
STAD dapat siswa akan mengerjakan kuis secara individu. Sedangkan dalam metode
TGT, kuis pada STAD digantikan dengan permainan. Dalam hal ini, pembelajaran
dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, dikhawatirkan
kemungkinan suasana kelas akan menjadi menjadi agak ramai dan pembelajaran
menjadi kurang kondusif, sehingga prestasi yang diperoleh menjadi kurang
maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Prestasi Belajar KimiaMateri Tata Nama
Senyawa
Materi TataNama Senyawa
Metode PembelajaranSTAD
Metode PembelajaranTGT
Tes Materi Tata NamaSenyawa
Tes Materi Tata NamaSenyawa
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
“ Prestasi belajar siswa menggunakan metode Student Teams Achievemen
Division (STAD) lebih baik bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang
menggunakan metode Team Games Tournamen (TGT) pada materi pokok Tata
Nama Senyawa. “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta, pada kelas X
semester I tahun ajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2010,
meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal penelitian, permohonan ijin
serta penyusunan instrumen.
b. Tahap penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011, meliputi semua
kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yaitu pengambilan data yang
disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kimia yaitu pada
materi pokok Tata Nama Senyawa
c. Tahap penyelesaian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai Januari
2012, meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian bersifat quasi eksperimen dan komparasi.
Rancangan yang digunakan adalah Randomised Group Pretest-Postest Design.
Subyek penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II. Untuk lebih jelasnya rancangan dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rancangan Penelitian “Randomised Group Pretest-Postest Design”Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen I
Eksperimen II
T1
T1
Xa
Xb
T2
T2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Keterangan :
T1 = Pretest terhadap penguasaan konsep materi pokok Tata Nama Senyawa
Xa = Pengajaran materi pokok Tata Nama Senyawa dengan metode STAD
Xb = Pengajaran materi pokok Tata Nama Senyawa dengan metode TGT
T2 = Postest terhadap penguasaan konsep materi pokok Tata Nama Senyawa
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
semester I SMA N 4 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster
random sampling. Dalam teknik random sampling ini sampel merupakan unit
dalam populasi yang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan
siswa secara individual tetapi kelas.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran. Kemudian sebagai variabel terikatnya adalah prestasi belajar.
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi metode
kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams Games
Tournament).
1) Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division).
Pada kelas eksperimen I digunakan metode pembelajaran kooperatif
STAD (Student Teams Achievement Division) siswa dapat aktif
mempelajari materi ataupun permasalahan bersama, membandingkan
jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman tiap anggota tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dalam hal ini, pada akhirnya siswa dapat mengerjakan soal kuis individual
dengan bekal materi yang telah dipelajarinya dalam tim.
2) Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).
Pada kelas eksperimen II digunakan metode pembelajaran kooperatif
TGT (Teams Games Tournament). Sama halnya dengan STAD, dalam
TGT tiap siswa juga aktif mempelajari materi dalam tim. Akan tetapi, kuis
pada STAD digantikan dengan permainan. Di dalam permainan, para
siswa akan berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya. Dengan adanya
permainan, diharapkan siswa tidak bosan terhadap mata pelajaran yang
diajarkan oleh guru dan pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana
yang menyenangkan.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi
pokok Tata Nama Senyawa. Penilaian prestasi belajar pada ranah kognitif
dilaksanakan dengan pretes dan postes. Dengan membandingkan hasil yang
diperoleh dari pretes dan postes dapat diketahui manakah metode yang lebih baik
digunakan dalam pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Penilaian pada ranah
afektif dengan menggunakan angket skala Likert.
2. Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian
Variabel pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dan
TGT (Team Games Tournament) berskala pengukuran nominal.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode tes dan metode angket.
1. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor penilaian prestasi
belajar kognitif pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Tes yang digunakan
berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban,
jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah diberi skor nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Metode Angket
Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
langsung yang bersifat tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung
kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal
memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data
nilai prestasi belajar afektif.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Kognitif
Penelitian ini menggunakan instrumen kognitif berupa tes obyektif pada
materi pokok Tata Nama Senyawa. Instrumen tersebut diujicobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
a. Validitas
Menurut Saifuddin Azwar (2004:5) validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau
tidaknya tiap item soal. Dalam penelitian ini yang diuji validitasnya adalah
validitas item. Validitas item dari suatu tes adalah kesahihan dari tiap butir soal
atau ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Dalam penelitian ini,
instrument kognitif dianalisis secara kuantitatif rumus korelasi point biserial.
Adapun rumus perhitungan korelasi point biserial adalah :
Keterangan :
rpbi = koefisien korelasi biserial yang melambangkan kekuatan korelasi
antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap
sebagai Koefisien Validitas Item.
Mp = skor rata-rata hitung dari siswa yang menjawab benar bagi item yang
dicari validitasnya
q
p
S
MM
t
tppbi
r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Mt = skor rata-rata dari skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang
sedang diuji validitas itemnya.
q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang
diuji validitas itemnya
(Anas Sudijono, 2005: 185)
Kriteria pengujian
Jika rpbi > rtabel maka soal dinyatakan valid
Jika rpbi ≤ rtabel maka soal dinyatakan tidak valid
Hasil uji validitas instrumen yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah SoalKriteria
Valid InvalidSoal-soal tata nama senyawa 31 20 11
b. Reliabilitas
Tujuan utama menghitung realibilitas skor tes adalah untuk mengetahui
tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Indeks
realibilitas berkisar antara 0 – 1. Semakin tinggi koefisien realibilitas suatu tes,
makin tinggi pula keajegan atau ketepatannya. Untuk mengukur reliabilitas tes
soal bentuk pilihan ganda, digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai
berikut :
2t
ii2
t11
S
qpS
1n
nr
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item
1 = bilangan konstan
St2 = varian total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pi = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
qi = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah, qi = 1- pi
piqi = jumlah dari hasil perkalian antara pi dan qi
(Anas Sudijono, 2005: 252-253)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes
(r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut :
1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 maka instrumen
tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi
(=reliable).
2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti instrumen tes hasil belajar
dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (=unreliable).
Hasil uji reliabilitas instrumen yang dilakukan terangkum dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal tata nama senyawa 31 0,787 Tinggi
c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi
yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Untuk menentukan tingkat kesukaran pada
soal obyektif, digunakan rumus berikut:
JS
BP
dimana :
P : angka indek kesukaran item
B : banyaknya siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang
bersangkutan
JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
Soal dengan P < 0,3 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,3 – 0,7 adalah soal sedang
Soal dengan P > 0,7 adalah soal mudah
(Anas Sudijono, 2005: 370-372)
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Kognitif
VariabelJumlah
Soal
Kriteria
Mudah Sedang Sulit
Soal-soal tata nama senyawa 31 13 17 1
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan
siswa belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal
adalah untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya dan
untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat membedakan kemampuan
siswa. yang berkemampuan rendah.
Rumus perhitungan daya pembeda soal:
B
B
A
ABA J
B
J
BPPD
Keterangan :
D : angka indeks diskriminasi item
PA : proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir
item yang bersangkutan
PB : proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar
butir item yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
Kurang dari 0,20 : jelek (J)
0,20 – 0,40 : cukup (C)
0,40 – 0,70 : baik (B)
0,70 – 1,00 : baik sekali (BS)
Negatif : jelek sekali (JS)
(Anas Sudijono, 2005:389)
Hasil rangkuman daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal
VariabelJumlah
Soal
Kriteria
J C B BS JS
Soal-soal tata nama senyawa 31 3 19 4 - 5
2. Instrumen Afektif
Pada penelitian ini, selain menggunakan instrumen kognitif juga
digunakan instrument afektif. Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket langsung yang bersifat tertutup. Siswa memberikan
jawaban yaitu dengan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Dalam
menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu
alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket ini
digunakan skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif
pemberian skornya sebagai berikut :
- Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju
- Skor 3 untuk jawaban Setuju
- Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju
- Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sedangkan yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai
berikut :
- Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju
- Skor 2 untuk jawaban Setuju
- Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju
- Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
Tabel 8. Pedoman Penskoran Aspek Afektif
Jawaban PertanyaanNilai
Positif Negatif
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
Pada penelitian ini jumlah item angket afektif setelah di uji coba adalah 20
soal. Sehingga dapat ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut :
64 – 80 : Sangat Tinggi ( A )
48 – 63 : Tinggi ( B )
32 – 47 : Rendah ( C )
20 – 31 : Kurang ( D )
Keterangan :
- Skor batas bawah pada kategori “sangat baik” adalah 0,80 x 80 = 64, dan
batas atasnya 80.
- Skor batas bawah pada kategori “baik” adalah 0,60 x 80 = 48, dan batas
atasnya 63.
- Skor batas bawah pada kategori “cukup” adalah 0,40 x 80 = 32, dan batas
atasnya 47.
- Skor batas bawah pada kategori “kurang” adalah 20, dan batas atasnya 31.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui
kualitas item angket.
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas instrument afektif yang berupa angket, digunakan
validitas item menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson,
sebagai berikut:
})(}{)({
))((2222 YYNXXN
YYXYNrxy
dengan :
xyr= koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item
Y = skor total
N = cacah subyek
Keputusan uji : xyr> kritikr item soal tersebut valid
xyr ≤ kritikr item soal tersebut tidak valid
(Anas Sudijono, 2005: 181)
Hasil uji validitas instrumen afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
VariabelJumlah
Soal
Kriteria
Valid Invalid
Angket Afektif 28 20 8
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
Rumus yang dipakai adalah rumus alpha:
2
2
11 11 t
i
S
S
n
nr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dengan :
11r = koefisien reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1 = bilangan konstan
Σ Si2 = jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item
St2 = varians total
Kriteria pengujian :
1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti instrumen
tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi
(=reliable).
2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 instrumen tes hasil belajar
dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (= un-reliable).
Hasil uji validitas instrumen afektif terangkum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif
VariabelJumlah
SoalReliabilitas Kriteria
Angket Afektif 28 0,997 Tinggi
G. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan uji-
t pihak kanan. Untuk menguji hipotesis dengan uji-t pihak kanan ini, sebelumnya
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan adalah metode Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat signifikasi : α = 0,05
3) Statistik Uji
L0 = Max | F(zi) – S (zi) |
Dengan :
F(zi) = P ( Z ≤ zi )
Z ~ N (0,1)
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi
zi = skor standar
s
xxz i
i
x = nilai rata-rata
s = standar deviasi
4) Daerah Kitik
DK = { L | L > Lα; n }
L > Lα; n yang diperoleh dari tabel Liliefors pada tingkat α dan n (ukuran
sampel)
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika L DK atau H0 diterima jika L DK.
(Sudjana, 2005: 466 – 467)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas
varians digunakan uji Bartlet adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
H0 = δ12 = δ2
2
H1 = δ12 ≠ δ2
2
2) Taraf Signifikasi : α = 0,05
3) Statistik Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
S2 =
)1n(
S)1n(
i
2ii
B = (log S2)(∑(ni-1))
χ2 = (ln10){B-∑(ni-1)log Si2}
4) Daerah Kritik
DK ={X2 | X2 > X21-α;k-1}
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika X2 DK atau H0 diterima jika X2 DK
(Sudjana, 2005:262-263)
2. Uji Hipotesis
Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji
kesamaan rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji t-pihak kanan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Menentukan Hipotesis
H0 = µ1 ≤ µ2 (rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas eksperimen TGT
lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai prestasi
belajar siswa kelas eksperimen STAD)
H1 = µ1 > µ2 (rata-rata nilai prestasi belajar siswa kelas eksperimen STAD
lebih tinggi daripada rata-rata nilai prestasi belajar siswa
kelas eksperimen TGT)
b. Tingkat Signifikasi : α = 0,05
c. Statistik Uji
2nn
s1ns1nS
21
221122
2
21
21
n1
n1
S
XXt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
d. Daerah Kritik
DK ={t | t < -t (1-α;n1+n2-2)}
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika t DK atau H0 diterima jika t DK
(Sudjana, 2005:235 – 236)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada
materi pokok Tata Nama Senyawa yang meliputi prestasi kognitif dan afektif
yang diambil dari kelas eksperimen 1 (metode STAD) dan kelas eksperimen 2
(metode TGT). Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 70 siswa
dari kelas XA dan XB SMA Negeri 4 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Untuk
lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing
variabel.
1. Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa yang
meliputi prestasi kognitif dan afektif untuk kelas eksperimen 1 (metode STAD),
kelas eksperimen 2 (metode TGT) dengan sampel masing-masing sebanyak 36
dan 34 siswa dapat dilihat pada lampiran 13. Sedangkan deskripsi data penelitian
mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Data Penelitian
No Uraian
Kelas
Eksperimen I
(STAD)
Eksperimen II
(TGT)
1 Jumlah Siswa 36 34
2. Rata-rata nilai pretest aspek kognitif 49,583 49,559
3 Rata-rata nilai posttest aspek kognitif 82,500 73,382
4 Rata-rata selisih nilai pretest-posttest 32,917 23,824
5 Rata-rata nilai aspek afektif 62,972 60,265
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Selisih Nilai Kognitif Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Pada siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode
STAD, selisih nilai tertinggi prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok
Tata Nama Senyawa adalah 55 dan selisih nilai terendah adalah 10. Sedangkan
pada siswa yang menggunakan metode TGT, selisih nilai tertinggi prestasi belajar
kognitif siswa pada materi pokok Tata Nama Senyawa adalah 55 dan selisih nilai
terendah adalah 0. Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas
eksperimen I (metode STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi
pokok Tata Nama Senyawa disajikan dalam Tabel 12 dan histogramnya dapat
dilihat pada Gambar 1.
Tabel 12. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif KelasEksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Tata NamaSenyawa
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I
Eksperimen
II
1 0 - 9 4,5 0 2 0,00 5,88
2 10 -19 14,5 6 12 16,67 35,29
3 20 - 29 24,5 7 6 19,44 17,65
4 30 - 39 34,5 7 9 19,44 26,47
5 40 - 49 44,5 11 4 30,56 11,76
6 50 - 59 54,5 5 1 13,89 2,94
Jumlah 36 34 100 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 1 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimendan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
3. Nilai Afektif Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Pada siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode
STAD, nilai tertinggi prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok Tata Nama
Senyawa adalah 74 dan nilai terendah adalah 55. Sedangkan pada siswa yang
menggunakan metode TGT, nilai tertingginya 77 dan nilai terendahnya adalah 50.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I (metode STAD)
dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa
disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen Idan Kelas Eksperimen II pada Materi Tata Nama Senyawa
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I (STAD)
Eksperimen
II (TGT)
1 50 - 54 52 0 6 0,00 17,65
2 55 - 59 57 14 11 38,89 32,35
3 60 - 64 62 9 9 25,00 26,47
0
5
10
15
20
25
30
35
40
4.5 14.5
0.00
16.67
5.88
35.29
Pers
enta
se (%
) Fre
kuen
si
43
Gambar 1 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimendan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
3. Nilai Afektif Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Pada siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode
STAD, nilai tertinggi prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok Tata Nama
Senyawa adalah 74 dan nilai terendah adalah 55. Sedangkan pada siswa yang
menggunakan metode TGT, nilai tertingginya 77 dan nilai terendahnya adalah 50.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I (metode STAD)
dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa
disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen Idan Kelas Eksperimen II pada Materi Tata Nama Senyawa
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I (STAD)
Eksperimen
II (TGT)
1 50 - 54 52 0 6 0,00 17,65
2 55 - 59 57 14 11 38,89 32,35
3 60 - 64 62 9 9 25,00 26,47
14.5 24.5 34.5 44.5 54.5
16.6719.44 19.44
30.56
13.89
35.29
17.65
26.47
11.76
2.94
Nilai TengahEksperimen I STAD
Eksperimen II TGT
43
Gambar 1 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimendan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
3. Nilai Afektif Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Pada siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode
STAD, nilai tertinggi prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok Tata Nama
Senyawa adalah 74 dan nilai terendah adalah 55. Sedangkan pada siswa yang
menggunakan metode TGT, nilai tertingginya 77 dan nilai terendahnya adalah 50.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen I (metode STAD)
dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama Senyawa
disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen Idan Kelas Eksperimen II pada Materi Tata Nama Senyawa
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I (STAD)
Eksperimen
II (TGT)
1 50 - 54 52 0 6 0,00 17,65
2 55 - 59 57 14 11 38,89 32,35
3 60 - 64 62 9 9 25,00 26,47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I (STAD)
Eksperimen
II (TGT)
4 65 - 69 67 6 5 16,67 14,71
5 70 - 74 72 7 2 19,44 5,88
6 75 - 79 77 0 1 0,00 2,94
Jumlah 36 34 100 100
Gambaran yang jelas tentang data pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan KelasEksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Sesuai dengan teknik analisis yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas
dan uji homogenitas.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
52 57
0.00
38.89
17.65
32.35
Pers
enta
se (%
) Fre
kuen
si
44
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I (STAD)
Eksperimen
II (TGT)
4 65 - 69 67 6 5 16,67 14,71
5 70 - 74 72 7 2 19,44 5,88
6 75 - 79 77 0 1 0,00 2,94
Jumlah 36 34 100 100
Gambaran yang jelas tentang data pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan KelasEksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Sesuai dengan teknik analisis yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas
dan uji homogenitas.
57 62 67 72 77
38.89
25.00
16.6719.44
0.00
32.35
26.47
14.71
5.88
2.94
Nilai Tengah Eksperimen I STAD
Eksperimen II TGT
44
No IntervalNilai
Tengah
Frekuensi % Frekuensi
Eksperimen
I
Eksperimen
II
Eksperimen
I (STAD)
Eksperimen
II (TGT)
4 65 - 69 67 6 5 16,67 14,71
5 70 - 74 72 7 2 19,44 5,88
6 75 - 79 77 0 1 0,00 2,94
Jumlah 36 34 100 100
Gambaran yang jelas tentang data pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan KelasEksperimen II pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
B. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Sesuai dengan teknik analisis yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas
dan uji homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi
berdistribusi normal atau tidak karena sebelum uji beda rataan dilakukan, harus
ditunjukkan bahwa sampelnya diambil dari populasi normal. Metode yang
digunakan untuk uji normalitas adalah metode Lilliefors.
Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel 14 dan 15. Sedangkan
perhitungan uji normalitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif secara lengkap
tercantum dalam Lampiran 16-23.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif
Kelompok SiswaHarga L Kesimpulan
DistribusiHitung Tabel
Eksperimen I 0,14527 0,14767 Normal
Eksperimen II 0,14266 0,14767 Normal
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif
Kelompok SiswaHarga L Kesimpulan
DistribusiHitung Tabel
Eksperimen I 0,14426 0,14767 Normal
Eksperimen II 0,13112 0,14767 Normal
Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < Ltabel, sehingga
dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas pada penelitian
ini menggunakan metode Bartlett. Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif dan
nilai afektif tercantum dalam Lampiran 24 dan 25. Ringkasan hasil uji
homogenitas terangkum pada Tabel 16 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif dan AfektifUji Homogenitas χ2
hitung χ2tabel Kesimpulan
Prestasi Kognitif 0,0045 3,84 Homogen
Prestasi Afektif 0,4609 3,84 Homogen
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2 tidak
melampaui harga kritik χ2 (χ2hitung < χ2
tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada
selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
1. Uji Hipotesis Nilai Kognitif
Hasil uji t-pihak kanan untuk nilai kognitif kelas eksperimen I (metode
STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama
Senyawa terangkum pada Tabel 17 . Perhitungan uji-t pihak kanan secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 26.
Tabel 17. Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar KognitifKelompok Sampel ttabel thitung Kriteria
Kelas Eksperimen I – Eksperimen II 1,67 2,898 H0 ditolak
Dari hasil perhitungan aspek kognitif diperoleh thitung > ttabel, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata selisih nilai pretes-postes prestasi belajar
kognitif siswa kelas eksperimen I lebih tinggi dari kelas eksperimen II.
2. Uji Hipotesis Nilai Afektif
Hasil uji t-pihak kanan untuk nilai afektif kelas eksperimen I (metode
STAD) dan kelas eksperimen II (metode TGT) pada materi pokok Tata Nama
Senyawa terangkum pada Tabel 18 Perhitungan uji-t pihak kanan secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 18. Data Hasil Uji-t Pihak Kanan Prestasi Belajar AfektifKelompok Sampel ttabel thitung Kriteria
Kelas Eksperimen I – Eksperimen II 1,67 1,82917 H0 ditolak
Dari hasil perhitungan aspek afektif diperoleh thitung > ttabel, sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen I lebih
tinggi dari kelas eksperimen II.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prestasi belajar kimia
pada materi pokok Tata Nama Senyawa menggunakan metode STAD
memberikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan metode TGT.
Prestasi belajar disini meliputi aspek kognitif dan afektif. Dari hasil uji t-pihak
kanan dengan taraf signifikansi 5% diperoleh rata-rata prestasi belajar kognitif
siswa untuk kedua metode tersebut thitung > ttabel = 1,67 > 2,898. Sedangkan untuk
prestasi belajar afektifnya thitung > ttabel = 1,67 > 1,82917, yang berarti bahwa Ho
ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar kognitif dan
afektif untuk pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD lebih baik
dibanding prestasi belajar kimia dengan menggunakan metode TGT pada materi
Tata Nama Senyawa.
Pada materi Tata Nama Senyawa diperlukan pemahaman yang baik,
karena siswa akan dikenalkan pada macam-macam senyawa kimia dan cara
penamaannya. Selain berisi tentang konsep-konsep, materi ini juga berisi hafalan.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode pembelajaran STAD dan TGT agar
siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan dan diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pada kelas eksperimen I (STAD), siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok, tiap kelompok beranggotakan 6 orang. Dasar pengelompokkan siswa
tersebut didasarkan pada nilai ulangan harian. Dalam pembentukan kelompok
diperhatikan perbedaan kemampuan siswa serta jenis kelamin. Jadi dalam
pembentukan kelompok dibuat heterogen. Hal ini dimaksudkan agar terjadi
interaksi dan kerja sama antara satu siswa dengan siswa yang lain. Di dalam setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses
pemahaman bagi siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang
berkemampuan rendah sehingga siswa yang berkemampuan sedang dan siswa
yang berkemampuan rendah akan dapat segera menyesuaikan dalam proses
pemahaman materi. Proses kooperatif dalam kelompok belajar ini menjadikan
meningkatnya motivasi belajar anggota kelompok dan harapan untuk berhasil
lebih tinggi.
Untuk kelas STAD ini setelah siswa bergabung dalam kelompoknya, guru
kemudian menyajikan materi pelajaran. Dalam hal ini guru menyampaikan secara
garis besar mengenai materi. Setelah itu siswa berdiskusi dan bekerja dalam
kelompok. Dalam jurnal Classroom Compass (1994:1) disebutkan bahwa dengan
pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dapat
meningkatkan kemampuan bertukar pikiran serta dapat membantu perkembangan
cara berpikir kreatif dan pemecahan masalah.
“Researchers and practitioners have found that students working in smallcooperative groups can develop the type of intellectual exchange thatfosters creative thinking and productive problem-solving.”
Siswa dalam suatu kelompok akan lebih giat dalam mempelajari materi
karena ada sebuah kebersamaan. Sistem kompetisi antar kelompok untuk
mempertahankan nilai yang terbaik membuat setiap anggota kelompok berusaha
memahami materi dan berperan aktif dalam memecahkan permasalahan. Siswa
dalam satu kelompok selama pembelajaran bekerja sebagai tim, sehingga siswa
yang belum memahami materi atau merasa kesulitan dalam memecahkan masalah
dapat dibantu oleh teman kelompoknya yang sudah memahami materi.
Selanjutnya siswa mengerjakan kuis secara individu. Jumlah nilai kuis
tertinggi dari suatu kelompok akan mendapatkan penghargaan sebagai tim terbaik
dari guru. Oleh karena nilai kuis siswa memberikan kontribusi bagi nilai
kelompoknya, maka siswa akan berusaha mengerjakan kuis tersebut dengan
sungguh-sungguh. Dengan adanya penghargaan tersebut diharapkan dapat
memberi semangat bagi siswa untuk berusaha belajar lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Sama halnya dengan kelas eksperimen I, pada kelas eksperimen II yang
menggunakan metode TGT, siswa juga dibentuk dalam satu kelompok kecil untuk
menguasai bahan ajar Tata Nama Senyawa. Akan tetapi, kuis pada STAD
digantikan dengan permainan. Dengan adanya permainan siswa diharapkan dapat
memahami materi yang diajarkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD ternyata
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan metode
pembelajaran kooperatif TGT ini dikarenakan metode pembelajaran kooperatif
STAD memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
2) menjadikan siswa mampu belajar mendengarkan pendapat orang lain dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
3) menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri
siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
4) penghargaan yang akan diberikan memberikan dorongan bagi siswa untuk
mencapai hasil yang lebih tinggi.
5) siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
6) siswa mampu menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang
lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti.
(Soewarso, 1998 : 22-23)
Penelitian mengenai penggunaan metode kooperatif STAD sendiri,
terlebih dahulu telah dilakukan oleh Dr. Francis A. Adesoji dan Dr. Tunde L.
Ibraheem (2009:9) yang menyatakan bahwa penggunaan metode kooperatif
STAD ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
“The result that treatment has significant effect on students’achievement and attitude towards chemical kinetics showed that thetreatment condition in this study i.e. STAD cooperative learningstrategy had the potentials to improve students’ learning outcome insecondary school chemistry.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Selain itu, dalam penerapan metode ini, siswa diminta mengerjakan kuis
individual. Dalam hal ini, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Adapun pembelajaran menggunakan metode kooperatif TGT bertujuan
agar siswa mampu memahami materi dalam suasana yang menyenangkan,
sehinggga siswa tidak merasa bosan ataupun jenuh. Selain itu, kelebihan dari
metode kooperatif TGT adalah terciptanya suasana kompetisi antar kelompok,
sehingga diharapkan motivasi belajar siswa menjadi lebih tinggi. Akan tetapi,
setelah pembelajaran dengan metode TGT diterapkan, ternyata hasil prestasi
kognitifnya lebih rendah dibandingkan dengan metode kooperatif TGT. Hal ini
dikarenakan kelemahan metode ini, salah satunya adalah tidak efisien waktu.
Selain itu, meskipun dalam penerapan metode TGT, pelaksanaan permainan siswa
terlihat lebih aktif, akan tetapi kelas menjadi agak ramai karena terdapat beberapa
siswa yang mencoba ikut menjawab pertanyaan yang bukan gilirannya ataupun
hanya ingin memberitahu teman yang satu kelompok akan menjawab pertanyaan
tersebut, sehingga kondisi kelas menjadi sedikit kurang kondusif. Dalam hal ini
sulit untuk mengetahui apakah siswa tersebut sudah memahami atau belum
menguasai materi yang dipelajari. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas
eksperimen II menjadi lebih rendah daripada kelas eksperimen I yakni untuk rata-
rata selisih nilai pretes-postes untuk kelas eksperimen I sebesar 32,917 dan untuk
kelas eksperimen II 23,824. Sedangkan untuk rata-rata nilai aspek afektif untuk
kelas eksperimen I 62,972 dan untuk kelas eksperimen II 60,265.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapat
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada penggunaan metode TGT
(Team Games Tournament) pada materi pokok Tata Nama Senyawa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis data menggunakan uji-t pihak kanan. Untuk aspek
kognitif diperoleh harga thitung = 2,898 (lebih besar dari ttabel = 1,67) dan aspek
afektif thitung = 1,82971 (lebih besar dari ttabel = 1,67).
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara
sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar
secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada guru-guru kimia mengenai:
a. Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD (Student Teams
Achievement Division) dapat lebih meningkatkan pencapaian prestasi belajar
siswa dibandingkan dengan menggunakan metode TGT (Team Games
Tournament) pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
b. Pembelajaran menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement
Division) dilengkapi modul dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
pada materi pokok Tata Nama Senyawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
C. Saran
Sehubungan dengan adanya hasil penelitian dan implikasinya, maka
penulis mengemukakan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian, sebagai
berikut:
1. Sebaiknya dalam menyampaikan materi pokok Tata Nama Senyawa, guru
dapat menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Division),
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Sebelum menggunakan metode pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Division) sebaiknya perlu melakukan perencanaan yang baik
mulai dari pembentukan kelompok, alokasi waktu dan suasana kelas yang
kondusif.
top related