struktur kalimat perintah (amr) dalam surah yâsîn, (studi kasus
Post on 01-Jan-2017
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn,
(Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memperoleh Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh:
Deni Maulana
NIM: 1112024000006
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah swt, yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Zat yang telah memberikan beribu-ribu
nikmat, di antaranya: nikmat Iman, Islam dan sehat wa al-fi’at sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Shalawat beriring salam semoga tercurah kepada kekasih Allah,
pahlawan revolusi Islam, yaitu Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para
sahabat, yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju kesalamatan.
Penyusunan skripsi ini peneliti buat untuk memenuhi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Sastra (S.S) dengan judul skripsi yang berjudul Struktur Kalimat
Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn., (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia
Karya H.B. Jassin).
Selama penelitian ini, banyak sekali kesulitan, rintangan dan hambatan yang
dialami, namun berkat doa, kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
2. Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum selaku ketua Jurusan
Tarjamah.
3. Ibu Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang telah
memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan Skripsi
ini.
v
4. Bapak Drs. H. Ahmad Syatibi M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan dan membantu peneliti dengan sabar dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan. Peneliti
berterima kasih kepada seluruh staf TU khususnya Fakultas Adab dan
Humaniora yang telah banyak membantu dan mengurusi segala
administrasi.
6. Kepada Drs. Nawawi M.Ag dan Drs. Ikhwan Azizi MA sebagai penguji
sidang munaqasyah yang menyempatkan waktu dan kesempatan dalam
membimbing penelitian ini.
7. Peneliti haturkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua tercinta,
Ayahanda Madroji dan Ibunda Nenih, yang tak kenal lelah memberikan
dorongan, dukungan, dan motivasi baik berupa moril maupun materil.
8. Peneliti haturkan ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
Tarjamah angkatan 2012.
9. Peneliti haturkan terima kasih kepada PDS (Pusat Dokumentasi Sastra H.B.
Jassin) yang telah membantu Peneliti dalam mencari buku-buku referensi.
Semoga skripsi yang sederhana ini memberikan kontribusi dan manfaat bagi
diri peneliti khususnya dan umumnya bagi orang yang memperdalami ilmu bahasa
terutama pada bidang kajian penerjemahan. Akhirnya peneliti haturkan mohon
maaf atas kekurangan dan keterbatasan skripsi ini dan terimakasih.
vi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................................................i
PERNYATAAN......................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
PRAKATA.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN..............................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah........................................................4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................4
D. Manfaat Penelitian............................................................................4
E. Kajian Terdahulu..............................................................................5
F. Metodologi Penelitan.......................................................................6
G. Sistematka Penulisan.......................................................................9
BAB II KERANGKA TEORI
A. Gambaran Umum Penerjemahan....................................................11
1. Definisi Penerjemahan.......................................................11
2. Metode Penerjemahan........................................................12
3. Proses Penerjemahan..........................................................17
B. Gambaran Umum Surah Yâsîn.......................................................20
1. Pengenalan Surah Yâsîn.....................................................20
vii
2. Asbabu an-Nuzul................................................................21
3. Kandungan.........................................................................25
4. Kedudukan.........................................................................26
C. (Amr dalam tinjauan Balaghah)....................................................27
1. Konsep Amr .......................................................................30
2. Bentuk-bentuk Amr ............................................................31
3. Makna-makna Balaghi Amr ..............................................35
BAB III H.B. JASSIN DAN AL-QUR’AN AL-KARIM BACAAN
MULIA
A. H.B. Jassin..................................................................................41
1. Riwayat Hidup....................................................................41
2. Pendidikan..........................................................................41
3. Karya..................................................................................41
B. Al-Qur’an Bacaan Mulia...........................................................43
1. Latar belakang penerjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia......43
2. Kontroversi Al-Qur’an Bacaan Mulia.................................46
BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN STRUKTUR KALIMAT
PERINTAH (AMR) DALAM SURAH YÂSÎN
A. Makna dan Analisis Amr Haqiqi dalam surah
Yâsîn........................................................................................48
viii
B. Makna dan Analisis Amr Balaghi dalam surah
Yâsîn........................................................................................59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................68
B. Saran..........................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................70
LAMPIRAN..........................................................................................................72
ix
ABSTRAK
DENI MAULANA
Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn (Studi Kasus
Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin).
Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan jika dilihat dari sistematika
bahasanya. Semua keistimewaan itu dapat terlihat baik dari segi pemilihan kata,
keserasian penyususnan kalimat maupun keindahan makna. Surah Yâsîn ini
mengandung bentuk perintah (amr). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa
banyakkah bentuk perintah (amr) dalam Surah Yâsîn, dan sudah akuratkah
terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang dilakukan H.B. Jassin di dalam
bacaan mulianya.
Metode yang digunakan untuk mengkaji permasalahan di atas, peneliti
menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara
mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain itu, peneliti
mendeskripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan terhadap objek
yang diteliti.
Temuan penelitian ini adalah bahwa dalam surah Yâsîn terdapat bentuk amr
yaitu, bentuk fi’il amr, adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr,
bentuk masdar pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam
surah Yâsîn.
dilihat dari bentuk amr yang bermakna haqiqi, peneliti menemukan 7 ayat.
Tersebar pada ayat ke 11, 26, 45, 61, 64,79, dan 82. Sedangkan, dari bentuk amr
yang bermakna balaghi peneliti menemukan 5 ayat. Tersebar pada ayat ke 13, 20,
21, 25, dan 47. Makna balaghi pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47 menunjukan amr
maknanya lil-irsyâd (saran). Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti
lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan
Bacaan Mulia H.B. Jassin terhadap surah Yâsîn sudah sesuai.
Kata kunci: Kalimat Perintah (Amr), Al-Qur’an Bacaan Mulia (Terjemahan),
Balaghah.
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin.
Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin.
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
xi
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas ‘ ع
hadap kanan
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
xii
h Ha ه
Apostrof , ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fathah ـــــــ
i kasrah ـــــــ
u dammah ـــــــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ----ي
au a dan u ----و
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan harakat dan huruf, yaitu:
xiii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â â dengan topi di atas ــا
ĭ ĭ dengan topi di atas ــى
û û dengan topi di atas ــو
3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ال, dilahirkan menjadi huruf /L/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf
qomariyah. Contoh: al-rij l, al-d w n bukan ad-d w n.
4. Syaddah (Tasyd d)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda )ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-
dar rah melainkan al-dar rah, demikian seterusnya.
5. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang
berdiri sendiri. Maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh
1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata
sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti
kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
xiv
No Kata Arab Alih Aksara
tarîqah طريقة 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
6. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, anatara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû
Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimb n ; Nuruddin al-Raniri, tidak N r al-D n al-R n r .
xv
7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ
tsabata al-ajru ثبت األجر
al-harakah al-‘asriyyah الحركة العصرية
asyahdu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أن ال اله اال هللا
Maulânâ Malik al-Sâlih موالنا ملك الصالح
yu’ats-tsirukum Allâh يؤثركم هللا
al-mazâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية
al-âyât al-kauniyyah اآليات الكونية
al-darûrat tubihu al-mahzûrât الضرورة تيبح المحظورات
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an al-Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu
diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari alam gelap gulita menuju alam
terang benderang. Rasulullah Saw menyampaikan al-Qur’an itu kepada orang-
orang Arab. Mereka dapat memahami ajaran agama yang dibawa Rasulullah.1
Bahasa al-Qur’an pun sangat indah. Begitu indah dan mempesona sehingga
karya syi’ir yang sudah ada ternyata tak menyamai nilai sastranya. Syi’ir temasuk
dalam sastra. Sastra merupakan ekspresi bebas. Sastra bukan sesuatu tanpa aturan
dan rumusan. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya beragam ilmu sastra yang
menentukan kualitas karya sastra yang dianalisa. Dalam tradisi ilmu sastra Arab
ada yang dikenal dengan istilah, balaghah atau yang disebut dengan retorika
bahasa. Balaghah setelah menjadi ilmu, mempunyai rumusan-rumusan tertentu
yang digunakan sebagai basis konkretisasi sastra dan tolak ukur keindahan dan ke-
balaghah-an karya sastra.
Balaghah merupakan ilmu sastra di atas kajian morfologi dan sintaksis.
Kajian balaghah berpijak pada kedua ilmu tersebut, yang secara teori prasyarat
mempelajari balaghah harus menguasai gramatika bahasa yang merupakan
1 Mudzakir As, Studi Ilmu-ilmu Qur’an.(Bogor: Litera Nusantara, 2011) Cet. Ke-14, h.1.
2
pembahasan tentang morfologi dan sintaksis. Dalam gramatika bahasa Arab dikenal
istilah Nahwu yang pararel dengan sintaksis, dan Sharf yang pararel dengan
morfologi.2
Al-Qur’an yang merupakan kitab Allah yang menjadi sumber syariat Islam
selain dikaji isinya juga sering dikaji bahasanya. Untuk menyingkap keindahan
bahasa al-Qur’an, banyak sarana ilmu yang dibutuhkan, di antara ilmu yang
terpenting adalah ilmu balaghah. Hal ini dikatakan oleh Ali Al Jarim dan Musthafa
Amin, bahwa Ilmu balaghah adalah suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada
kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang
samar di antara macam-macam uslub (ungkapan).3 Al-Qur’an memiliki tingkat
fashahat dan balaghah yang tinggi, sehingga untuk memahaminya haruslah betul-
betul memahami ilmu balaghah. Banyak yang dibahas dalam ilmu balaghah salah
satunya struktur kalimat perintah (amr).
Kalimat bermacam-macam jenisnya, yaitu kalimat perintah, kalimat tanya,
kalimat berita, dan sebagainya. Kalimat perintah dilihat dari taraf reaksi tindakan
yang diharapkan dibedakan adanya (a) kalimat perintah yang tegas, (b) kalimat
perintah yang biasa, dan (c) kalimat perintah yang halus.4
Jika kalimat perintah (amr) dilihat dari pandangan balaghah yakni ilmu
ma’ani. Peneliti menemukan banyak kalimat perintah. Di antaranya, kalimat
2Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), cet. Ke-1 h. 75. 3 Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah.(Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2015) Cet. Ke-10, h. 6. 4 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009) Cet. Ke-1 h. 197.
3
perintah permintaan (doa), kalimat perintah memberi saran, kalimat perintah setara
(sederajat kedudukannya), kalimat perintah angan-angan (sesuatu yang tidak
mungkin tercapai), kalimat perintah memilih (memberi pilihan), kalimat perintah
menyamakan, kalimat perintah melemahkan, kalimat perintah mengancam, dan
kalimat perintah membolehkan.5
Jenis kalimat perintah (memberi saran) ditemukan dalam terjemahan
Al-Qur’an H.B. Jassin di surah Yâsîn. Jenis kalimat perintah (memberi saran)
maksudnya adalah bahwa bentuk kalimat perintah itu, tidak dimaksudkan sebagai
perintah, tetapi cendrung sebagai saran yang diungkapkan mutakallim kepada
mukhâtab.
Peneliti meneliti variasi kalimat, yaitu kalimat perintah dilihat dari tinjauan
ilmu balaghah pada terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin surah Yâsîn karena dalam
surah tersebut ditemukan beberapa data berupa kalimat perintah. Peneliti memilih
Terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin sebagai objek penelitian karena dilihat dari latar
belakang penerjemah al-Qur’an tersebut, penerjemahnya adalah seorang yang
bukan seorang ahli tafsir al-Qur’an melainkan ahli dalam bidang ilmu sastra.
Terjemahan al-Qur’annya pun berbeda dengan terjemahan al-Qur’an yang ada.
Terjemahannya berbentuk Puisi. Peneliti meneliti surah Yâsîn karena surah Yâsîn
merupakan salah satu surah di al-Qur’an yang paling sering dibaca oleh umat Islam
khususnya di Indonesia, karena surah tersebut memiliki keistimewaan
5 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 67.
4
dibandingkan surah-surah lainnya. Di antaranya adalah sebagai jantungnya
al-Qur’an.
Oleh karena itu, peneliti akan meneliti dan menulis skripsi dengan judul:
“Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn (Studi Kasus
Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok
permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka peneliti membatasi ruang
lingkup masalah yang akan dibahas, hanya terfokus pada surah Yâsîn.
Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Berapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat dalam surah Yâsîn.?
2. Sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang
dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui seberapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat
dalam surah Yâsîn.
2. Untuk mengetahui sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah
(amr) yang dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya.
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaatnya adalah:
Penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis
5
memberikan pengetahuan mengenai struktur kalimat perintah (amr). Secara praktis
dapat memberikan kekayaan, wawasan ilmu pengetahuan bagi penerjemah,
memahami al-Qur’an, penulis, dan pengajar bahasa Arab.
E. Kajian Terdahulu
Berdasarkan tinjauan penelitian terhadap skripsi yang pernah diteliti, bahwa
penelitian yang setema dengan penelitian ini belum pernah diteliti.
Namun demikian penelitian yang ingin peneliti teliti ini terinspirasi dari
skripsi yang berjudul “Personifikasi dalam Surah Al-Baqarah (Analisis Terjemahan
Al-Qur’an Prof. Dr. Hamka)” karya Muhamad Fadli (2007). Skripsi tersebut
membahas tentang Analisis Terjemahan Al-Quran Prof. Dr. Hamka. Bagaimana
Hamka menerjemahkan ayat Personifikasi dalam Al-Qur’an .
Peneliti juga menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu di antaranya:
Personifikasi dan Simile dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin karya Achmad
Sunarto (Tinjauan Balaghah) karya Novi Aryanita (2015), Terjemahan Novel
Aulad Haratina karya Nâzib Mahfud Studi Stilistika terhadap serial Rifaat Sang
Penebus karya Umar Mukhtar (2013), Penerjemahan Struktur Kalimat Qhasar
dalam Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Studi kasus Surat Al-
Baqarah karya Reda Pahlevi (2015), dan Ragam Struktur Kalimat Tasybih dalam
Terjemahan Kitab Balaghatul Hukama (Studi Analisis Struktur Kalimat Tasybih)
karya Khilda Shulhiyyah (2016).
Adapun perbedaan antara penelitian yang akan peneliti teliti dengan
penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada studi yang diambil. Dalam
penelitian ini peneliti hanya ingin memfokuskan pada analisis Terjemahan Struktur
6
Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan
Mulia Oleh H.B. Jassin). Objek kajiannya Surah Yâsîn, dengan tujuan, penelitian
ini dapat memberikan informasi bahwa al-Qur’an terjemahan merupakan objek
kajian yang lengkap, dalam segi kebahasaan. Seperti halnya karya ilmiah pada
umumnya, skripsi ini yang menganalisa tentang Struktur Kalimat Perintah (Amr)
dalam Surah Yâsîn. Peneliti merasa cukup penting, karena selain untuk melangkapi
dalam pustaka khazanah keislaman juga untuk memberikan informasi baru bagi
khalayak umum serta menambah pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Adapun buku rujukan utama yang peneliti pakai yaitu, Terjemahan al-Qur’an
H.B. Jassin Bacaan Mulia, buku-buku tentang balaghah dan teori-teori
penerjemahan.
F. Metodologi Pelitian
Metodologi penelitian yang digunakan peneliti terdiri dari:
1) Metode Penelitian (library research)
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif,
yaitu dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain
itu, peneliti mendesripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan
terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah dan keadaan sebagimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan
fakta. sesuai dengan data yang ada, sehingga mencapai maksud dan tujuan
penelitian.6 Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan kajian pustakaan dan
6 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 1993) Cet
ke-1 h.19.
7
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian memilih
antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.
2) Sumber Data
Data yang peneliti ambil ini terdiri dari sumber primer dan sekunder.
Sumber primer atau sumber utama yang peneliti ambil ialah Surah Yâsîn yang
terdapat dalam al-Qur’an Terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin. Sedangkan
sumber sekunder atau pendukung dari literatur balaghah, teori-teori penerjemahan,
tafsir al-Lubâb, Tafsir Hamami Sebab-sebab turunnya Ayat al-Qur’an dan lainnya,
serta sumber literatur lainnya sebagai pendukung.
3) Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis, yang penulis lakukan yaitu dengan menentukan korpus yang
akan diambil. Setelah itu membacanya secara keseluruhan, kemudian menentukan
berapa banyak struktur amr dalam surah Yâsîn. Langkah selanjutnya menganalisis
terjemahan sudah akuratkah Terjemahan Al-Qur’an H.B. Jassin.
4) Analisis Data
Pada bagian analisis data, peneliti menentukan potongan ayat-ayat. Dari
surah Yâsîn yang mengandung struktur amr, selanjutnya menganalisis hasil
terjemahan al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin yang berpedoman
pada ilmu balaghah. Secara tekhnik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi)” yang belaku di lingkungan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku ini diterbitkan oleh Center of Quality
Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
Metodologi
Penelitian
Metode
Kualitatif
Paradigma
Ilmu Balaghah
Sumber
Data
al-Qur’anul karim
Bacaan Mulia
H.B. Jassin
Analisis
Data
Membaca al-Qur’anul karim Bacaan
Mulia dengan terjemahannya dengan baik
karya H.B. Jassin
Menganalisa berapa banyak ayat yang
terkandung struktur amr dan
Penerjemahan struktur kalimat amr
dalam surah Yâsîn yang terdapat dalam
al-Qur’anul karim Bacaan Mulia
.
9
G. Sistematika Penulisan
Berikut adalah langkah yang peneliti tempuh supaya penulisan ini lebih
terarah dan sestematis. Langkah-langkahnya adalah:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dipaparkan tentang latar belakang
masalah, dilanjut dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian terdahulu, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Kerangka Teori, dalam bab ini dibahas tentang pengertian
terjemah,gambaran umum surat yâsîn, Amr dalam tinjauan Balaghah.
Bab III H.B. Jassin dan Al-Qur’anul Karim Bacan Mulia
Bab IV Bab ini memaparkan analisis data yang ditemukan peneliti.
Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran.
10
BAB II
KERANGKA TEORI
Sebelum peneliti menjelaskan tentang teori-teori penerjemahan, peneliti akan
memberikan gambaran apa itu teori? Memahami betapa pentingnya teori untuk
penelitian, maka istilah teori menerut Oxford Rereference Dictionary, (1990)
adalah: A system of ideas formulated ( by reasoning from know fact) to explaint
samething. An opinion, supposition in general (opp, practice) An exsposition of the
principles on wich a subject is based.
Maksudnya teori adalah suatu sistem, dari jumlah ide yang diformulasikan (oleh
proses penalaran dari pengetahuan menjadi kenyataan) untuk menjelaskan sesuatu.
Sebuah opini, sebuah pemikiran umum (lawan dari praktis). Sebuah penjelasan
yang terperinci dari serangkaian prinsip dimana sebuah subjek di letakkan sebagai
dasar.
Sedangkan menurut Bailey (1982), ada sejumlah perbedaan konsep tentang
teori, tetapi pada dasarnya teori adalah menjawab tentang kemengapaan dan
kebagaimanaan. Dari berbagai pernyataan tersebut, teori dapat didefiniskan sebagai
proses penyediaan penjelasan-penjelasan dan prediksi-prediksi dari fenomena
sosial dan merupakan generalisasi yang berhubungan dengan suatu kepentingan
untuk mengacu kepada berbagai fenomena. Adakalanya teori, ditampilkan dalam
11
bentuk pernyataan dan dalam istilah-istilah yang menunjukan hubungan sebab
akibat (causal-term).7
A. Gambaran Umum Penerjemahan
1. Definisi Penerjemahan
Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Dari
berbagai definisi yang ada, peneliti akan menyajikan beberapa definisi yang sering
dikutip dalam buku-buku tentang penerjemahan.
Definisi pertama berasal dari Catfort. Ia menulis:
(translation is) replacement of textual material in one language by
equivalent textual material in another language. (Caford, 1965:20). atau ,
Penerjemah adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan
materi tekstual yang padan dalam bahasa.
Definisi kedua dikemukakan oleh Savory (1968) dalam bukunya the Art of
Translation.
Translation is made possible by an equivalent of thought that lies behind its
different verbal expression.
Kutipan di atas bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut:
7 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi 2013) Cet
ke-1 h. 76.
12
Penerjemahan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan di
balik ungkapan verbal yang berbeda.
Definisi ketiga, Nida dan Taber (1969) menyatakan secara lebih jelas proses
penerjemahannya. Mereka menyatakan:
Translating consists of reproducing in the receptor language the chosest
natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning
and scondlyin terms of style.
Secara bebas kutipan di atas bisa diterjemahkan sebagai berikut:
Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber
(BSU) kedalam bahasa sasaran (BSA) dengan padanan alami yang sedekat
mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya.8
Definisi dalam buku Ibnu Burdah yang berjudul Menjadi Penerjemah
Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab.
Penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab
(teks sumber) dengan padanannya ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran).9
2. Metode penerjemahan
Terjemahan yang dihasilkan sesungguhnya tidak terlepas dari metode
penerjemahan yang digunakan. Metode penerjemahan merupakan pilihan yang
8 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Haryanto Translatin Bahasan Teori dan Penuntun
Praktis Menerjemahkan ( Yogyakarta: Kanisius, 2003) Cet ke- 6 h. 12. 9 Ibnu Burdah Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004) Cet Ke-1 h. 10.
13
bersifat umum. Pemilihan metode ini turut menentukan corak dan warna teks
terjemahan secara keseluruhan. Menurut Molina dan Albir (2002), Translation
method refers to the way of particular translation process that is carried out in the
terms of translator’s objective, ‘metode penerjemahan merujuk pada cara tertentu
yang digunakan dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuan penerjemah.’
Bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam komunikasi interlingual.
Dalam kapasitas pelaku inilah penerjemah mengambil keputusan, baik menyangkut
pemilihan padanan maupun pengungkapan padanan dalam bahasa target.
Secara umum metode penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur
yang dipilih penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan atau menangani
masalah-masalah yang dia hadapi selama proses penerjemahan.
Secara garis besar dikenal dua metode penerjemahan, yakni metode harfiah
dan metode tafsiriah. Bahkan, topik mengenai baik-buruk terjemahan harfiah dan
tafsiriah sejak lama sudah menjadi perdebatan hangat. Metode harfiah berfokus
pada kata, karena untuk mengindahkan susunan dan stuktur teks bahasa sumber
sedangkan metode tafsiriah tidak berfokus pada kata karena tidak terlalu
memperhatikan susunan dan struktur teks bahasa sumber.
Newmark (1988: 45-47) membagi penerjemahan berdasarkan
penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target.
Dikelompokkan menjadi delapan metode penerjemahan, lihat seksama diagram
berikut.
14
Penekanan pada Bahasa Sumber Penekanan pada bahasa Target
Penerjemahan kata demi kata Adaptasi
Penerjemahan literal Penerjemahan bebas
Penerjemahan setia Penerjemahan idiomatis
Penerjemahan semantis Penerjemahan komunikatif
1. Penekanan pada Bahasa Sumber
Ada empat metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber. Di
antaranya sebagai berikut:
1.1 Metode Penerjemahan Kata demi Kata
Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai
terjemahan antarbaris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata
bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat
terikat pada tataran kata.
1.2 Metode Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatika
bahasa sumber kedalam konstruksi bahasa target yang memiliki padanan paling
dekat. Namun dengan demikian, unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu
persatu tanpa mengindakan konteks yang melatarinya.
15
1.3 Metode Penerjemahan Setia
Dengan metode ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalihkan
makna kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target.
Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan
gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa.
1.4 Metode Penerjemahan Semantis
Metode penerjemahan semantis berfokus pada pencarian padanan pada
tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber, namun begitu, penerjemah
berusaha mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber sedekat mungkin dengan
struktur sintaksis dan semantik bahasa target. Penerjemahan semantis sangat
memperhatikan nilai estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras
dengan asonansi, serta permainan dan pengulangan kata yang menggetarkan.
2. Penekanan pada Bahasa Target
Pada kelompok ini metode penerjemahan lebih berorientasi pada bahasa
target. Seperti halnya yang pertama terbagi menjadi empat metode. Sebagai
berikut:
2.1 Metode Penerjemahan Adaptasi
Metode penerjemahan adabtasi merupakan penerjemahan teks yang paling
bebas. Penerjenahan berusaha mengubah dan menyalaraskan budaya bahasa
sumber dalam bahasa target. Metode ini terutama digunakan dalam menerjemahkan
16
naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter, dan alur
cerita.
2.2 Metode Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa
menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata
tanpa mengindahkan bentuk. Dalam praktiknya, penerjemahan bebas tidak terikat
dengan pencarian padanan pada tataran kata.
2.3 Metode Penerjemahan Idiomatis
Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan bahasa
sumber, tetapi cendrung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah
lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang tidak terdapat
dalam bahasa sumber.
2.4 Metode Penerjemahan Komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna
kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara
tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target.
Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras
dalam bahasa target.
17
Lebih lanjut Newmark (1988) mengomentari delapan metode penerjemahan
tadi. Hanya ada dua metode yang dianggap dapat memenuhi tujuan utama
penerjemahan, yaitu Penerjemahan Semantis dan penerjemahan komunikatif.10
3. Proses Penerjemahan
Bagus atau tidaknya teks terjemahan seseorang, dilihat dari proses
penerjemahannya. Seorang penerjemah harus memperhatikan proses
penerjemahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Proses penerjemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Proses 1: Pemahaman leksikal dan gramatikal Bsu. Pada tahap ini, seorang
penerjemah harus memiliki kepekaan leksikal, sehingga dia bisa memahami
penggunaan makna kosakata yang terlihat pada teks atau ujaran dalam Bsu
sesuai peruntukannya berdasarkan makna yang tersedia di kamus.
2) Proses 2: Pemahaman Bsu, pada tahap ini, seorang penerjemah harus
memahami struktur pemaknaan (semantik) yang berlaku pada teks atau
10 M. Zaka Al Farisi Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,(Bandung: PT Rosda
Karya 2011) Cet ke-1 h. 57.
(MASUKAN)
Stuktur Luar Bahasa
(PROSES 1)Pemahan
Leksikal dan
Gramatikal Bsu
(PROSES 2)
Pemahaman Makna
Bsu
(PROSES 3) Sikronisasi
Struktur Dalam Bsu
dan Bsa
(PROSES 4)
Pemadanan Makna ke
dalam Bsa
(KELUARAN)
Struktur Luar Bsa
18
ujaran dalam Bsu, juga pemaknaan (pragmatik) yang dikaitkan dengan
konteks situasi yang berlaku pada teks atau ujaran dalam Bsu.
3) Proses 3: Sinkronisasi struktur dalam Bsu dan Bsa. Pada tahap ini, struktur
luar Bsu telah bertransformasi menjadi struktur dalam.
4) Proses 4: Pemadanan makna ke dalam Bsa. Pada tahap ini, hasil
penyelarasan itu dikonversikan menjadi teks atau ujaran dalam Bsa yang
bisa dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengar Bsa, sebaik
pemahaman yang diperoleh oleh pembaca atau pendengar Bsu.
Untuk dapat berhasil melalui empat proses itu, seorang perlu
memperhatikan diagram berikut:
(1) Pemahan (2) Implikatur (3) Pemadanan
Leksikografi
Morfologi
Sintaksis
Semantik
Pragmatik
Kelaziman
Keterpahaman
Dari bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman pada diagram di atas dimaksudkan sebagai hasil dari
olah intertekstual atas teks ujaran dalam Bsu, melalui perangkat
ilmu leksikografi, morfologi, dan sintaksis yang ada pada teks atau
ujaran dalam Bsu.
2) Implikatur merupakan maksud yang dihasilkan dari ketajaman
menangkap aspek semantik dan pragmatik yang sangat dipengaruhi
oleh pemahaman terhadap teks dan implikasi kontekstualnya.
19
3) Pemadanan Bsa merupakan pengalihan aspek tekstual dan
kontekstual dari teks ujaran dalam Bsu Ke Bsa. Hasil penerjemahan
menjadi wajar sesuai kelaziman yang berlaku dalam struktur Bsa
baik struktur gramatikal maupun struktur makna.
Untuk mendapatkan pemahaman, implikatur, dan pemadanan yang
tepat dan wajar, ada beberapa langkah yang terlihat dalam bagan
berikut:
Bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengenalan jenis teks atau ujaran, yaitu mengenali jenis teks atau ujaran
yang akan diterjemahkan dengan membacanya secara berulang-ulang atau
mempelajari karakter pembicara dengan seksama sebelum proses
penerjemah berlangsung, yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Analisis unsur teks dan ujaran, yaitu mengurangi satuan-satuan kalimat dan
usur-unsur dalam bagian teks atau ujaran yang lebih besar lagi.
3) Pengolahan dan penyerasian, yaitu penata ulang analisis dan dilakukan
penyelarasan pada semua unsur teks atau ujaran baik sehubungan dengan
aspek linguistisnya maupun aspek nonlinguistisnya dengan mencari istilah
dan ungkapan dalam Bsa yang tepat, cermat, dan selaras.
(1)
Pengenalan
Jenis Teks
atau Ujaran
(2)
Analisis Unsur
Teks atau
Ujaran
(3)
Pengolahan
dan
Penyesuaian
(4)
Pengecekan
Hasil
20
4) Pengecekan hasil, yaitu memeriksa kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi pada penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan susunan kalimatnya,
juga kualitas terjemahannya.11
B. Gambaran Umum Surah Yâsîn
1. Pengenalan Surah Yâsîn
Dari 114 surah yang ada dalam al-Qur’an, surah Yâsîn diurutan surah yang
ke 36 dalam al-Qur’an. Surah Yâsîn terdiri dari 83 ayat. Keseluruhannya turun
sebelum Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah. Sebagian ulama
mengecualikan ayat 12, tetapi pendapat ini tidak tepat.12
Namanya “Surah Yâsîn”, terambil dari ayat pertama surah ini. Nama tersebut
diperkenalkan oleh Nabi saw. Beliau bersabda: “ Bacakanlah surah Yâsîn bagi
orang-orang mati kamu yang sedang akan mati.” Surah ini dikenal dengan nama
“Qalbu al-Qur’an” (jantung al-Qur’an). Menurut Imam Ghazali penamaan itu
disebabkan karena surah Yâsîn menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan,
sedangkan keimanan baru dinilai benar, kalau seseorang mempercayai hari
kebangkitan. Memang kepercayaan tentang Hari Kebangkitan mendorong manusia
beramal saleh lagi tulus, walau tanpa imbalan duniawi. Keyakinan itu juga
mengantar manusia menghindari kedurhakaan, karena kalu tidak, ia akan tersiksa
di akhirat nanti.
11 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,
(Ciputat Tanggerang Selatan: UIN Press 2014) Cet ke-1 h. 24. 12 M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Ciputat, Tanggerang: Lentera Hati) cet
ke-2 h. 27.
21
Surah Yâsîn dianjurkan, dibacakan untuk orang yang akan mati, agaknya
disebabkan karena orang yang akan meninggal dunia hatinya gentar menghadap
Allah swt. Maka ayat-ayatnya akan memperkuat kalbu/hati siapa yang gentar itu.
Ia akan merasakan bahwa kematian akan mengantarkannya bertemu dengan Allah
swt. Bersifat Rahmân dan yang menjanjikan aneka janji baik terhadap orang-orang
yang percaya.
Ada lagi yang menamainya surah “Habîb an-Najjar” karena sementara
riwayat menyatakan bahwa tokoh itulah yang dimaksud oleh ayat 20 surah ini yang
menguraikan kedatangan seorang laki-laki dengan bergegas-gegas.......” tetapi
penamaan itu tidak mempunyai dasar riwayat yang kuat. Surah ini dinamai juga
ad-Dâfi’ah yang menampik, dan yang mendukung dan al-Qâdhiyah yang
menetapkan karena siapa yang mempercayai kandungannya, maka kepercayaannya
itu menampik segala marabahaya, serta mendukung dan menetapkan untuknya
aneka kebajikan dan memberinya apa yang dia harapkan.13
2. Asbabu an-Nuzul Surah Yâsîn
Peneliti mengutip dari buku Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, karangan
Jalaluddin as-Suyuthi. Peneliti hanya menemukan ada beberapa ayat saja yang
diungkapkan sebab turunnya surah Yâsîn. Di antaranya ayat ke 1-2, 8, 12 dan 77.
Ayat 1-2, yaitu firman Allah Swt,
13 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 312.
22
٢ٱل ك يم ٱلقرء ان و ١يس
“Yâsîn. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah.”(QS. Yâsîn:1-2).
Sebab turunnya ayat
Abu Nu’aim dalam kitab ad-Dalâ’il meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang
berkata, “Dahulu, Rasulullah pernah membaca surah as-Sajdah dengan suara keras.
Hal itu membuat orang-orang kafir Quraisy marah sehingga mereka bermaksud
mencelakakan beliau. Akan tetapi, tiba-tiba tangan mereka menjadi terbelenggu
kaku di leher (tidak dapat digerakkan) dan pandangan mereka menjadi gelap
sehingga tidak dapat melihat. Mereka lantas berbondong-bondong mendatangi
Nabi saw. Dan berkata, ‘Wahai Muhammad, kami memohon kepadamu dengan
nama Allah dan hubungan kekerabatan di antara kita (agar engkau menolong kami
mengembalikan keadaan kami).’ Rasulullah lalu berdoa sehingga keadaan mereka
seperti semula. Setelah itu, turunlah ayat, Yâ sîn. Demi al-Qur’an yang penuh
hikmah,’ hingga ayat 10, “dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi
peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.” Ibnu Abbas berkata,
“sayangnya, tidak seorang pun di antara orang-orang tadi yang lantas beriman
kepada Rasulallah.”
Ayat 8, yaitu firman Allah swt.
إ نا إ ل ف ه لا غل ق ه مأ عن
لن اف أ ع ذق ج
ان ٱل حون قم همم ٨ف
23
“Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan
mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS. Yâsîn: 8).
Sebab Turunnya ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah yang berkata, “Suatu hari, Abu Jahal
berkata, ‘jika saya bertemu dengan Muhammad niscaya saya akan
menyelakakannya.’ Allah lantas menurunkan ayat, ‘Sungguh, kami telah
memasang belenggu di leher mereka,.....’ sampai ayat 9, ‘... Sehingga mereka tidak
dapat melihat.’ Ketika orang-orang kafir Quraisy mengatakan kepadanya, ‘itu
Muhammad! Itu Muhammad” Abu Jahal justru balik berkata, ‘Mana dia! Mana
dia!’ Ia tidak bisa melihat Rasulullah.”
Ayat 12, yaitu Firman Allah swt,
إ نا ننح ن وت ب نيٱلم امم هف إ م ين حص ءأ ش ك ر همو مواو ء اث اق د ن كتبم ١٢و
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan
kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka (tingalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas
(Lauh Mahfuzh).” (QS. Yâsîn: 12).
Sebab Turunnya ayat
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan suatu riwayat yang dinilainya hasan dan
dinilainya shahih oleh Imam al-Hakim dari Abu Said al-Khudri yang berkata, “Bani
24
Salamah Tinggal dipinggir kota Madinah. Suatu hari mereka ingin pindah ke suatu
tempat di dekat Masjid Nabawi. Akan tetapi, tidak lama kemudian turunlah ayat
ini. Setelah ayat turun, Rasululah berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya bekas
jalan yang kalian lalui akan dicatat. ‘oleh karenaitu, janganlah pindah!’” Imam
ath-Thabrani juga meriwayatkan hal serupa dari Ibnu Abbas.
Ayat 77, yaitu Firman Allah swt,
و أ نل مي ر نس ب نيٱل يمم ص خ ةف إ ذ اهو طف هم نن قن
ل ناخ ٧٧أ
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata”(QS. Yâsîn: 77).
Sebab Turunnya ayat
Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Ibnu
Abbas yang berkata, “Suatu ketika, al-‘Ash bin Wa’il datang kepada Rasulullah,
sementara ditangannya tergenggam sepotong tulang yang sudah berumur lama. Ia
harus meremas tulang itu dihadapan Nabi hingga hancur lembur kemudian berkata
(dengan sinis),” Wahai Muhammad, Mungkinkah tulang yang sudah hancur lebur
akan dibangkitkan kembali?! Rasulullah lalu menjawab, ‘Ya. Allah akan
menghidupkan tulang ini kembali, mematikanmu kemudian menghidupkanmu
kembali. Selanjutnya memasukkanmu ke dalam neraka jahanam.” Tidak lama
kemudian turunlah ayat ini hingga akhir surah (ayat 83)
25
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Urwah Ibnuz-Zubair,
Suddi, dan yang lainnya riwayat yang mirip dengan riwayat di atas. Akan tetapi,
semua mereka menyatakan bahwa orang yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
Ubai bin Khalaf.14
3. Kandungan
Surah ini dimulai dengan Yâsîn yang merupakan dua huruf dari alfabet
bahasa Arab, yakni Yâ dan Sîn yang antara lain dipahami di sini sebagai tantangan
kepada mereka yang meragukan kebenaran wahyu Ilahi yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw. Itu, seakan-akan Allah swt. Berfirman bahwa kata-kata yang
kalian gunakan sehari-hari adalah kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf semacam
Yâ-sîn, tetapi kendati demikian, kamu tidak dapat menyusun seindah, seteliti, dan
sebenar kandungan al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasul Kami, Muhammad
saw.
Setelah memaparkan tantangan tersebut, melalui ayat 2 Allah swt.
Bersumpah demi al-Qur’an yang disifatinya dengan kata hakîm (penuh hikmah),
bahwa “sesungguhnya Engkau, Wahai Nabi Muhammad saw, benar-benar termsuk
salah seorang di antara rasul-rasul yang diutus Allah swt. 3, lagi berada di atas jalan
yang lurus 4. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa, lagi Maha
pengasih 5, dengan tujuan agar Nabi Muhammad saw, memberi peringatan kepada
14 Jalaluddin As-Suyuthi, Asbabu an-Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Jakarta:
Gema Insani 2008) Cet ke-I h. 476.
26
kaum yang, menurut ayat 6, nenek moyang terdekat mereka tidak pernah diberi
peringatan sehingga mereka lengah.
Pelajaran yang dipetik dari ayat tersebut, al-Qur’an sejak turunnya hingga
sekarang, bahkan hari-hari mendatang, menantang siapa pun yang meragukan untuk
menyusun semacam al-Qur’an dari sisi keindahan dan ketelitian redaksi dan
kandungannya. Hingga kini tidak ada yang berhasil.
Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji
dapat mengantar pengamal-pengamalnya kepada kemuliaan, keperkasaan, dan
keterpujian.
Masyarakat Arab yang ditemui pertama kali oleh al-Qur’an adalah
masyarakat yang belum pernah didatangi oleh seorang Rasul, yakni sejak Nabi
Ismail as. Rasul-rasul yang silih berganti diutus Allah swt. Yang diperkenalkan
al-Qur’an sesudah Nabi Ismail as, adalah dari Bani Israil.15
4. Kedudukan
Kedudukan atau makna surah Yâsîn ini adalah akidah. Uraiannya dimulai
dengan al-Qur’an dan kerasulan Nabi Muhammad saw. Serta tujuan kehadiran
Beliau dan kehadiran al-Qur’an. Selanjutnya, diuraikan tentang kerasualan dan
ajakan mereka untuk mengesakan Allah swt. Yang dikukuhkan dengan
membentangkan aneka kekuasaan-Nya dalam mengatur alama raya/matahari dan
bulan serta kecaman terhadap mereka yang tidak bersyukur. Tujuan surah ini adalah
15 M. Quraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 314.
27
mengantar manusia mempercayai akidah, khususnya tentang kenabian dan
keniscayaan Hari Kebangkitan.16
C. (Amr dalam tinjauan Balaghah)
Sebelum membahas Amr dalam tinjauan Balaghah, peneliti akan membahas
gambaran umum tentang balaghah.
1. Definisi Balaghah
Peneliti menemukan berbagai macam definisi balaghah di antaranya:
Definisi Ahmad al-Hasyimi dalam kitab Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-
Bayan Wa al-Badi’.
هاء ت صول واالن ابلالغة يف اللغة الو
17ا للالكم، واملتلكم فقط.وتقع ابلالغة يف االصطالح وصف
Arti secara bebas balaghah secara bahasa sampai (keterbacaan teks),
sedangkan menurut istilah balaghah berlaku pada sifat kalam dan mutakalim.
Definisi Ahmad Musthafa Maragi dalam kitab Ulumul Balaghah Al Bayan
wal Ma’ani al Badi’.
16 M. Quraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 312. 17 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 44.
28
18واملتلكم، ولم يسمع وصف اللكمة بها.وتقع ابلالغة وصفا للالكم،
Balaghah adalah terletak pada karakteristik kalam dan mutakalim.
2. Cabang-cabang Ilmu Balaghah
Dari berbagai macam buku atau kitab balaghah peneliti baca. Cabang-
cabang Ilmu Balaghah terdiri dari tiga. Di antaranya:
a. Ilmu Bayan
ابليان معناه يف اللغة الكشف، واإليضاح و الظهور.
19أصول و قواعد يعرف بها إيراد املمعىن الواحد، بطرق خيتلف بعضها عن بعض. و اصطالحا:
Artinya bayan secara bahasa adalah nampak dan terbuka, menurut istilah
bayan adalah menciptakan makna yang unik dengan teknik yang beragam.
Ilmu bayan bahasannya mencangkup, di antaranya: Tasybih, Majaz
Lughawi, Majaz Mursal, Majaz Aqli dan Kinayah.
18 Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-
Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 35. 19 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 258.
29
b. Ilmu Ma’ani
ل اليت يكون بها مطابقا ملقتىض احلاعلم املعاىن: أصول و قواعد يعرف بها أحوال الالكم العريب
20حبيث يكون وفق الغرض اذلى سيق هل.
Artinya: Ilmu Ma’ani pada prinsipnya dikenal dengan ilmu untuk
mengetahui kasus suatu kalam (tulisan dan lisan) bahasa Arab sehingga sesuai
dengan kondisi yang dimaksud oleh konteks.
Ilmu Ma’ani bahasannya mencangkup, di antranya: Kalam, Qhasar, Washal
dan Fashal, Ijaz, Ithnab dan Musawah.21
c. Ilmu Badi’
ت خ ابلديع لغة الم ال سابق.ث ىلع غري م د ع املو
وه، واملزايا اليت تزيد الالكم حسن ع واصطالحا: هو علم ي ء بهاا وطالوة، وتكسوه رف به الو
22ا، بعد مطابقته ملقتىض احلال.ورونق
Artinya: Badi’ menurut bahasa adalah inovasi, sedangkan menurut istilah
adalah ilmu untuk mengetahui berbagai bentuk dan kelebihan yang dapat
20 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 57. 21 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 3. 22 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 377.
30
menambah kecantikan suatu kalam setelah disandingkan dengan tuntutan yang
sesuai.
Ilmu Badi’ bahasannya mencangkup, di antaranya: Keindahan-keindahan
Lafzhi dan keindahan-keindahan Maknawi.23
Selanjutnya peneliti akan membahas perintah (Amr) dalam tinjauan
balaghah yaitu:
1. konsep Amr
Secara harfiah, amr artinya ‘perintah’. Perintah adalah suatu tuntutan
untuk melakuakan suatu perbuatan. Definisi amr dalam balaghah sebagai berikut:
و طلب ر ه م ت ع الء ال س
ه اإل ل ىلع وع ف
.ال
Amr adalah menuntut suatu perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang
lebih rendah.
Sebuah tuntutan melakukan perbuatan itu merupakan amr atau bukan,
dapat diketahui. Dengan melihat siapa yang berbicara (mutakallim) dan siapa yang
diajak bicara (mukhâthab). Jika seseorang yang bicara adalah lebih tinggi
kedudukannya dari pada seseorang yang diajak berbicara, maka perintah itu disebut
amr. Jika tidak, perintah itu tidak dikatakan amr. Perintah dalah amr, tetapi tidak
semua amr perintah.
23 Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-
Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 319.
31
Contoh:
و كوا بوا ن يٱش ئ ه لون اكنتمت عم ١٩اب م
"Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu
kerjakan." (QS. At-Tur: 19).
Pada contoh di atas mutakallim adalah Allah, sedangkan Mukhâthab-nya
adalah para hambanya. sebagai mutakallim, kedudukannya Allah lebih tinggi
daripada hamba-hamba-Nya sebagai mukhathab. Dengan demikian, kalimat كوا
بوا disebut amr atau perintah.24 و ٱش
2. bentuk-bentuk Amr
Sebuah kalâm insyâ dapat diketahui dengan melihat ciri-cirinya. Di antara
cirinya adalah amr (perintah). Namun, amr tidak diketahui keuali dengan
mengetahui bentuk-bentuknya. Sementara itu, bentuk-bentuk amr ada empat di
antaranya sebagai berikut:25
1. Fi’il Amr (فعل المر)
24 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h.54. 25 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93.
32
Fi’il Amr adalah pola fi’il atau kata kerja khusus yang artinya menunjukan
sebuah perintah.
Contoh:
ع رف ٱصد اتؤم عر ضب م أ و ن ٩٤ٱلمش ك ني ع
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik,” (QS.
al-Hijr: 94).
Kalam yang bergaris bawah di atas disebut kalam insya. Cirinya adalah
karena di dalamnya terdapat amr. Bentuk amr-nya adalah fi’il amr.
2. Fi’il Mudhâri yang didahului Lam Amr ( ر الفعلم و ن ب الم ال ر ضار ع ال مق ال م )
Bentuk amr yang kedua adalah pola fi’il mudhâri yang didahului lam amr.
Ketika fi’il mudhâri didahului lam yang disebut lam amr, maka fi’il mudhâri
tersebut menjadi salah satu bentuk amr. Maknanya menjadi perintah.
Contoh:
ثم ث همل قضوا ت ف لوفوا وفوانذور همو ل ط ت يق ٱل يت ب و ٢٩ٱلع
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada
badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan
33
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah),” (QS. al-Hajj: 29).
Kalam yang bergaris bawah pada contoh di atas disebut kalam insya’.
Cirinya adalah karena di dalamnya terdapat amr. Yaitu perintah dari Allah sebagai
Zat lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Bentuk amr-nya adalah fi’il mudhâri
yang didahului lam amr.
3. Masdar pengganti Fi’il Amr ( رم ل ال
در انلائ ب عن ف ع (ال مص
Bentuk amr yang ketiga adalah masdar. Masdar sesungguhnya adalah isim
Masdar yang berkedudukan sebagai maf’ul muthlak dapat hilangkan fi’il-nya,
sehingga menjadi berdiri sendiri. Kondisi itulah masdar pengganti fi’il amr.
Kata ا يام ا asalnya adalah ق يام م ق Kemudian fi’il-nya dibuang, maka .ق
tinggal ا يام .inilah disebut Masdar pengganti Fi’il Amr ق
Contoh:
إوذ إ ل ت عبدون ل ء يل إ سر ب ن ق ذن ام يث خ أ ب ٱلل ين و ل انااٱلو ٨٣إ حس
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapa,” (QS. al-Baqarah: 83).
34
Dari contoh di atas yang bergaris bawah disebut kalam insya’ karena
terdapat amr. Asal kalamnya adalah:
س ن إ ح س ح ان اأ
Kemudian fi’ilnya dibuang sehingga tertinggal masdar-nya sebagai maf’ul
muthlak, inilah dimaksud masdar pengganti amr.
4. Isim Fi’il Amr ( رم ل ال
م ف ع (ا س
Dalam bahasa Arab ada kata yang disebut dengan isim Fi’il. Disebut
demikian karena dari sisi bentuk dikategorikan sebagai isim. Namun, jika makna
pekerjaan itu menunjukkan pekerjaan sedang atau akan, maka kata tersebut
dinamai isim fi’il mudhari, seperti آه maknanya ع تو ,Sedangkan .(aku mengeluh) أ
jika makna kerja yang terdapat di dalamnya menunjukkan perintah. Maka kata
tersebut dinamai isim fi’il amr, seperti berikut ini di dalam diagram :
Terimalah ) ب تج ي )ا س آم
Diamlah ) ت ك صه )ا س
marilah/ sambutlah ) ب ل ق ح )أ
marilah/ sambutlah ) ب ل ق هيا )أ
35
Biasakanlah ) م علي ك )الز
Ambil/perhatikanlah ذ نك )خ (\د و ل م تأ
Contoh:
الص يف ال عمل علي ك خ ب اإل
Biasakanlah ikhlas dalam beramal.
3. Makna-Makna Amr Balaghi
Amr (balaghi) yang keluar dari makna asal menjadi makna lain karena konteks
kalimat. Amr pada asalnya bermakna perintah, namun karena situasi kondisi,
susunan kalimat, atau mutakallim dan mukhathab, amr tidak lagi bermakna
perintah. Diakibatkan oleh situasi, struktur, konteks kalimat, dan indikasi lainnya.26
Makna-makna lain yang dimaksud antara lain:
1. Bermakna Doa ( عء (ل دل
Pada dasarnya doa adalah permintaan. Permintaan dalam doa dilakukan
oleh pihak yang lebih rendah kepada yag pihak lebih tinggi. Bentuk amr yang
26 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 60.
36
digunakan dalam ungkapan doa dipastikan bukan amr dalam arti sebenarnya,
melainkan sudah keluar menjadi arti lain, yaitu bermakna doa.
Contoh:
ق ال ٱغف رر ب خ ل و لن ال دخ
أ مو رح
أ نت
أ و ر ح ت ك ح ني ف ١٥١ٱلر
Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang
di antara para penyayang,"(QS. al-A’raf : 151).
2. Makna Saran ( ل إل ر شاد )
Secara secara harfiah, al-irsyâd berarti memberi petunjuk, memberi
nasehat, atau memberi saran. Bahwa bentuk amr yang terdapat dalam kalâm yang
ada tidak dimaksudkan sebagai perintah, tetapi cendrung sebagai saran yang
diungkapkan mutakallim dan kepada mukhâthab.
Contoh:
م ا س لم ج أ ينإ ل اي نتمب د ف إ ذ ات د ب ٱكتبوه ت ب ل كتببين كمك دل و ٢٨٢ٱلع
37
apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. (QS. al-Baqarah. 282).27
3. Bermakna Setara ( ل إل ل ماس)
Al-iltimâs artinya kata-kata, ungkapan kalâm yang ditunjukan kepada
mukhâthab yang setara atau sederajat. Ketika ungkapan dipergunakan itu bentuk
amr, maka amr tersebut tidak dikatakan perintah tetapi disebut al-Iltimâs.
Contoh:
ن ع ط ك تابك أ
Berikan aku bukumu!28
4. Bermakna Angan-angan ( ل لتمن)
At-tamannî artinya ‘angan-angan’ atau keinginan mendapatkan suatu yang
tidak mungkin dicapai. Keinginan yang dimaksud adalah keinginan yang
dikemukakan berbentuk amr.
Contoh:
27 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93. 28 Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-
Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 76.
38
ي ح . بل غ يا ر ي ت سالم إ ل من قد هو
Wahai angin, sampaikan salamku pada yang kucintai.
5. Bermakna Memberi pilihan ( ي ري (ل لتح
Secara harfiah, at-takhyîr artinya memilih atau memberi pilihan.
Maksudnya, bentuk amr yang digunakan tidak dimaksud sebagai perintah, tetapi
cendrung kepada pilihan bagi mukhâthab.
Contoh:
ر . ا ن تظ ة ثان ية د مر ع ث م ع و ا ر ويا أ س
Tunggulah sebentar, atau pulang, nanti kembali lagi.
6. Bermakna Menyamakan ( ية و (ل لتس
At-taswiyah artinya ‘menyamakan’. Maksudnya adalah menyamakan dua
perkara. Penyamaan dimaksud adalah penyamaan yang dikemukakan dalam bentuk
amr.
Contoh:
ف ا و ل يكمٱصب ا ءع و واس ت صب ول ١٦أ
39
Maka, baik kamu bersabar atau tidak bersabar, sama saja bagimu. (QS.
at-Thûr.16).29
7. Bermakna Melemahkan ( ي (ل لتع ج
At-ta’jîz secara harfiah artinya ‘melemahkan’. Maksudnya, bentuk amr
yang digunakan tidak dimaksudkan sebagai perintah yang sesungguhnya, tetapi
melemahkan mukhâthab dan tidak mampu melakukan suatu perintah.
Contoh:
إون ن ا بد ع لع ل ا ن ز ا م م يب ر ف كنتم توام ثل ه ف أ م ن ة ٱدعوو ۦب سور ا
ا ء كمم ندون د ٱلل شه ق ني د ٢٣إ نكنتمص
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar,”(QS. al-Baqarah: 23).30
29 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’(
Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93. 30 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 65.
40
8. Bermakna Mengancam ( ي د ( ل لته د
At-tahdîd artinya ‘mengancam’ atau ‘menakut-nakuti’. Maksudnya adalah
menyampaikan dalam bentuk amr. Karena itu, bentuk amr yang digunakan tidak
lagi sebagai perintah dalam arti sesungguhnya.
Contoh:
لوا ئتمإ نهٱعم اش ريۥم ب ص لون ات عم ٤٠ب م
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS. Fushshilât. 40).31
9. Bermakna Membolehkan ( ل إلباحة)
Al-ibâhah artinya ‘membolehkan’. Maksudnya adalah makna amr yang
digunakan lebih cendrung kapada membolehkan untuk melakukan sesuatu daripada
sebagai perintah.
Contoh:
ت حان ف م ن اال اا ذا ا ن تهي ت م م و ر .اخ
Jika kalian sudah selesai ujiannya, keluarlah.32
31 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’(
Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93. 32 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 68.
41
BAB III
H.B. JASSIN DAN AL-QUR’ANUL KARIM BACAAN MULIA
A. H.B. Jassin
1. Riwayat Hidup Singkat
Pada tahun 1978, terbit puitisasi terjemahan Al-Qur’anul Karim Bacaan
Mulia dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia berbentuk puisi. penerjemahnya
adalah H.B. Jassin, dia lahir di Gorontalo, pada tanggal 31 Juli Tahun 1917 dan
meninggal di Jakarta 11 Maret tahun 2000.
2. Pendidikan
Pendidikan H.B. Jassin di antaranya:
H.I.S. Gorontalo 1932
MULO, HBS, Medan 1939
Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1957,
studi Ilmu perbandingan kesusastraan di Universitas Yale, AS (1958-1959
Doktor Kehormatan Sastra dari UI 1975.33
3. Karya
a. Karangan Asli
1. Pengarang
Karya-karya Jassin, karangan asli di antaranya: Angkatan 45, Jajasan
Dharma, 1952. Tifa Penjairdan Daerahnya, Jajasan Dharma, 1952. Kesastraan
33 HB. Jassin, Pusat Dokumentasi H.B Jassin Mengenang HB. Jassin Kritikus
Mahaputra Sastra Indonesia. (lingkar Budaya Indonsia) cet ke-1. h. 2.
42
Indonesia Modern dalam kritik dan Esei, Gunung Agung, Jilid I 1954, 11 1954, II
1954, III 1967, IV 1967. Kesusastraan Dunia dalam Terjemahan Indonesia, Jajasan
Kerdjasam Kebudajaan, 1966. Heboh Sastra1968, Gunung Agung, 1970.
2. Pengarang Pembantu
Karya Jassin, karangan Pembantu yaitu: Ikhtisar Kritik Sastra (bersama
Liaw Yock Fang). Penerbit Pustaka Nasional. Singapura, 1970.
b. Terjemahan
Karya-karya terjemahan Jassin, di antaranya: Sepoeloeh Thaoen Koperasi,
oleh R.M. Magono Djojohadikoesoemo. BP 1941. Judul asli: Tien Jaren
Coöperate. Chushingura oleh Sakae Shioya, BP (1945). Diterjemahkan bersama
Karim Halim dari bahasa Inggris. Renungan Indonesia, oleh Sjahrazad, Pustaka
rakjat, 1974. Judul asli: Indonesisehe Over peinzingen. Terbang Malam, oleh A. de
St.- Exupery, BP 1949. Judul asli Vol de Nuit.
Kisah-kisah dari Rumania, BP 1964. Bersama Taslim Ali dan Carla
Rampen. Judul asli: Nouveles Roumaines. Api Islam, oleh Syed Ameer Ali,
Pembangunan, 1966. 2 jilid. Judul asli The Spirit of Islam. Tjerita Pandji dalam
Perbandingan, oleh Prof, Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka. Diterjemahkan bersama
Zuber Usman. Judul asli: Pandji-verhalen onderling vergelekan.
Max Haveelar, oleh Multatuli, Djambatan, 1972. Klan Kemari-Indonesia
dan Belanda dalam Sastra. Djambatan 1973. The Complete Poems of Chairil
Anwar,University Education Press, Singapore, 1974. (Terjemahan bersama Liaw
43
Yock Fang). Al-Qur’anu’lkarim-Bacaan Mulia. Mulai Diterjemahkan 7 Oktober
1972, selesai 18 Desember 1974. Saijah dan Adinda/Max Havelaar, cerita
Multatuli. Skenario film P.T. Mondial Motion Pictures dan Fons Rademakers
Productie, ditulis Oleh G. Soeteman dan Hiswara Darmaputra. 1975.34
B. Al-Qur’an Bacaan Mulia
1. Latar Belakang Penerjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia
Terjadi kehendak Allah Swt, bahwa istri H.B. Jassin dipanggil ke hadirat
Ilahi pada tanggal 12 Maret 1962. Kejadian ini sanggat menggugah kesadaranakan
arti hidup yang singkat di dunia ini.
Tujuh hari lamanya setiap malam diadakan pengajian di rumah Jassin, sejak
malam pertama jenazah istrinya diangkut dari rumah sakit dan jenazahnya
dibaringkan di dalam rumah setelah itu disemayamkan. Dia hadiri semua pengajian
itu, sampai selesai 30 juz dalam waktu tujuh hari.
Pada malam ke delapan sepilah rumah, tidak ada lagi yang datang untuk
mengaji. Maka timbullah pikiran Jassin, mengapa tidak teruskan sendiri pengajian?
Lalu dia mencoba mengaji dengan suara perlahan, sampai terbawa oleh rasa haru
yang terkandung dalam hati.
34 H.B. Jassin Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (Jakarta: Yayasan Idayu
1981) Cet ke-1 h. 28.
44
Jassin terharu, karena teringat Neneknya yang setiap hari dahulu di
kampung membaca al-Qur’an terharu, karena dia sekarang bisa membaca
al-Qur’an dengan alunan suara berkat setiap hari Neneknya membacanya.
Terlepas dari itu, dia tidak puas dengan sekedar membacanya, diapun
mempergunakan beberapa buku terjemahan untuk mendalami dan meresapi isi
Kitab suci al-Qur’an itu.
Selanjutnya, semakin bertambah pengetahuan Jassin karena menyelami
hikmah-hikmah yang terkandung dalam al-Qur’an, ayat-ayat yang mustahil adalah
bikinan manusia, tetapi firman-firman Tuhan Sendiri. Keyakinan ini dia resapi
kebenarannya. Karena ayat-ayat itu meliputi masalah-masalah kehidupan yang
amat luas serta tinggi dan maknanya.
Ayat demi ayat Jassin baca resapkan dan timbullah pikiran untuk
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia yang puitis. Sepuluh tahun lebih dia
menyelami ayat demi ayat, tidak satupun hari yang lewat tanpa menghirup firman
Tuhan, sekalipun hanya seayat dalam sehari.
Ujian demi ujian menimpa pula, bahkan Jassin dituduh murtad dan
berhadapan dengan hakim pengadilan atas tuduhan telah menghina agama Islam,
Rasul dan Nabi-Nabi, Pancasila dan UUD 1945. Tapi semua dia terima sebagai
cambuk untuk lebih dalam menyelam ke dalam inti hakekat dan dia anggap sebagai
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
45
Sampai tibalah suatu hari Jassin terbuka untuk memulai menterjemahkan
Al-Qur’an, tanggal 17 Oktober 1972, di negeri dingin yang jauh dari katulistiwa,
yakni di negri Belanda.
Setahun di negeri itu dapatlah Jassin menterjemahkan separuh isi
kandungan Al-Qur’an dan sekembali di Indonesia lebih setahun pula dia
mengerjakan, alhamdulillah selesailah seluruh 30 juz tanggal 18 Desember 1974 di
Jakarta, Ibukota Republik Indonesia. Karena dibawa kemana-mana untuk
mengerjakannya, tercatatlah berbagai kota tempat terjemahan pernah dilakukan
seperti Amsterdam, Berlin, Paris, London, Antwerpen, Kuala Lumpur, Singapura,
tetapi juga kampung-kampung Seperti Leiden, Zaandam, Reuver, Peperga dan
beberapa kali dalam perjalanan di kapal terbang.
Pikiran untuk menterjemahkan al-Qur’an secara puitis timbul pada Jassin
oleh membaca terjemahan Abdullah Yusuf Ali “The Holy Quran” yang dia peroleh
dari kawanya, sebut saja Haji Kasim Mansur, tahun 1969. Itulah terjemahan yang
dia rasa lebih indah, disertai keterangan-keterangan yang luas dan universal
sifatnya.
Terjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia H.B. Jassin, bukanlah dari terjemahan
Yusuf Ali ataupun terjemahan lainnya. Susunan Sajak terjemahan dalam bahasa
Indonesia adalah susunan dia sendiri, sedang susunan sajak dalam bahasa Arab
disusun baru sesuai dengan baris-baris sajak dalam bahasa Indonesia.35
35 H.B. Jassin Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas
Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta) Cet ke-2 h. 25.
46
2. Kontroversi Al-Qur’an Bacaan Mulia
Setelah Al-Qur’an Bacaan Mulia terbit. Banyak dari para peneliti, para
tokoh agama dan lembaga-lembaga. Seperti Dewan Dakwah Islamiyah DDI dan
IKMI dan Team peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin.
Team peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin memberikan kritikan tentang
al-Qur’an Bacaan Mulia berwajah Puisi:
Sebagai bahan perbandingan Team Peneliti pergunakan kitab-kitab Tafsir
dan terjemah-terjemah sebagai tersebut di bawah ini:
Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Kasysyaf,
Tafsir Fie Zilalil Qur’an, Tafsir Al-Azhar (HAMKA), Tafsir Al-Qur’anul Karim
(H.A. Halim Hasan dan kawan-kawan), Terjemahan Departemen Agama,
Terjemahan Al-Furqan (A. Hasan), Terjemahan Mahmud Yunus dan lain-lain.
Sebagaimana kita maklumi, bahwa Kitab Suci Al-Qur’an Al-Karim adalah
satu-satunya Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Yang
merupakan wahyu dari Allah swt. Kemu’jizatan al-Qur’an terletak pada keindahan
sastra dan susunan kata sekaligus sejalan dengan keindahan isi kandungan
maknanya, sehingga tidak bisa ditandingi oleh sastrawan masa lampau maupun
sastrawan masa kini.
Dari sumber keindahan sampai keindahan rangkaian kalimat dan tata bahasa
yang ada di dalamnya, maka tumbuhlah kemudian ilmu-ilmu: Sharaf, Nahwu,
Balaghah, Ma’ani, Bayan, Mantiq dan sebagainya. Dan ilmu-ilmu tersebut itu
akhirnya menjadi pegangan mutlak bagi para Ulama Mufassirin.
47
Lepas dari maksud menilai keahlian Sastrawan Dr. H.B. Jassin. Menurut
pengamatan team Peneliti, dari hasil gubahan dia, terjemah Puitis “Bacaan Mulia”
nyata benar terjadi kehilapan-kehilapan, penyimpangan-penyimpangan, yang jauh
dari tafsir (terjemah)lain yang pernah team peneliti jumpai. Dalam hal ini team
peneliti catat sebagai berikut:
a. Tidak mengindahkan seluk-beluk bahasa al-Qur’an sehingga banyak
kalimat yang diterjemahkan bukan semestinya.
b. Merusak kaidah Lughat Arab, dengan meniadakan dan mengalih-
pindahkan kalimat-kalimat yang berpungsi penting dalam tata-bahasa,
misalnya kedudukan dhamir, athaf, badal, hal, qasam, masdar,
mubtada, jama’. Khabar, fa’il, maf’ul, tauhid, istisna’, mufrad,
mutasnna dan sebagainya.
c. Banyak kalimat yang diterjemah atau tidak diterjemah demi selera puisi.
Catatan koreksian ‘Bacaan Mulia’ H.B Jassin سورة الفاحتة:
ي وم ل ك yang merajai hari perhitungan ٤ٱل ين م
Pada umumnya ulama ahli Tafsir mengartikan “Maliki” dengan: Yang
Menguasai/Yang memiliki.36
36 H.B. Jassin Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas
Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta) Cet ke-2 h. 337.
48
BAB IV
ANALISIS TERJEMAHAN STRUKTUR KALIMAT PERINTAH (AMR)
DALAM SURAH YÂSÎN,
Sebelum membahas tentang terjemahan struktur kalimat perintah (Amr)
yang terdapat dalam surah Yâsîn secara rinci, peneliti perlu memaparkan
keberadaan bentuk-bentuk amr itu sendiri di dalam surah yang sedang dibahas ini.
Bentuk Amr yang terdapat dalam surah Yâsîn sebanyak 12 buah, tersebar
dalam 12 ayat.
Bentuk amr yang sebanyak 12 tersebar dalam ayat-ayat sebagai berikut: 11,
13, 20, 21, 25, 26, 45, 47, 61, 64,79 dan 82. Seluruhnya berbentuk fi’il Amr.
Adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr, bentuk masdar
pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam surah Yâsîn.
A. Makna dan Analisis Amr Haqiqi dalam Surah Yâsîn.
Peneliti menemukan makna-makna amr haqiqi dalam surah Yâsîn sebanyak
7 ayat, tersebar pada ayat ke 11, 26, 45, 61, 64,79, dan 82.
49
1. Ayat: 11
Terjemahan H.B. Jassin
Kau hanya dapat memberi
peringatan pada orang yang
mengikuti peringatan dan takut
kepada (Tuhan) yang maha Pemurah,
(walaupun) ia tiada melihat-Nya.
Maka sampaikanlah kabar gembira
tentang ampunan dan pahala
berlimpah.
ر وخش ك بع اذل ر من ات ما ت ن ذ إ ن
ن ب ال غي ب ف بش ه الرح رة وأ ف ر ب مغ
يم 11كر
Analisis:
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ف بش ه adalah stuktur
kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ف بش ه artinya
(maka sampaikanlah kabar gembira). Mutakallim adalah Allah, sedangkan
Mukhâtab-nya adalah Nabi Muhammad saw. Sebagai Mutakallim, kedudukan
Allah lebih tinggi daripada Nabi Muhammad saw sebagai Mukhâtab. Dengan
demikian, ف بش ه bermakna amr haqiqi.
50
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr haqiqi pada ayat ke 11 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah
Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 11. Yakni: Wahai
Muhammad, peringatan yang kamu berikan dengan pedoman al-Qur’an hanyalah
berguna bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan percaya akan risalahmu.
Maka bagi orang yang mengikuti hukum-hukum al-Qur’an dan al-Hadist, berilah
kabar gembira, bahwa Allah Swt mengampuni dosa-dosanya, memasukan surga
dan memberinya pahala yang amat besar.37
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
2. Ayat: 26
Terjemahan H.B. Jassin
Dikatakan (kepadanya),
“masuklah sorga.” Ia menjawab,
Aduhai, sekiranya kaumku tahu.
يل ل ق نة قال يا ل ت قو م اد خ ال
ون لم 26يع
37 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1
h. 25.
51
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ل disebut اد خ
stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ل اد خ
artinya (masuklah).
Mutakallim adalah para malaikat. sedangkan Mukhâtab-nya adalah Habib
an-Najjar (sang syahid). Sebagai Mutakallim, kedudukan para malaikat lebih tinggi
daripada Habib an-Najjar (sang syahid) sebagai Mukhâtab. Dengan demikian,
ل .bermakna amr haqiqi اد خ
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr haqiqi pada ayat ke 26 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 26. Yakni:
dikatakan kepada mereka, yakni oleh para malaikat: “Masuklah ke surga” yakni
bergembiralah dengan surga yang akan engkau masuki kelak atau nikmatilah
kenikmatan surgawi dan alam kubur, sebelum kenikmatan surga yang akan engkau
masuki setelah kebangkitan dari dari kubur nanti. Mendengar kabar berita gembira
itu, sang sahid berkata: “ alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui” yang
sedang kualami ini.38
38 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 321.
52
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
3. Ayat: 45
Terjemahan H.B. Jassin
Dan bila dikatakan kepada mereka,
“Takutlah kamu akan (azab) yang ada
di depan kamu , Dan (azab) yang akan
datang, Supaya kamu mendapat
rahmat,” (Mereka berbalik
kebelakang).
م يل له واوإ ذا ق م وما اتق يك ي د أ ما بي
م ت ر ح ون م لعلك 45خل فك
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah وا ق disebut stuktur ات
kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا ق artinya ات
( takutlah).
Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang
musyrik. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada orang-orang
musyrik sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, وا ق .bermakna amr haqiqi ات
53
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr haqiqi pada ayat ke 45 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 45. Yakni: apabila
dikatakan oleh siapapun kepada mereka: “ waspadailah siksa yang dihadapan kamu,
yaitu seperti apa yang menimpa generasi terdahulu, atau dampak dosa-dosa yang
kamu kerjakan sekarang di dunia, dan apa yang di belakang kamu berupa azab
akhirat yang akan menimpa semua pendurhaka, atau dosa-dosa yang telah kamu
kerjakan dahulu, wapadailah keduanya dengan harapan kiranya kamu mendapat
rahmat,” apabila itu disampaikan niscaya mereka angkuh dan berpaling. 39
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
4. Ayat: 61
Terjemahan H.B. Jassin
Tapi menyembah aku, (karena)
inilah jalan yang lempang.
ن أ ست ق يمٱعبدون و طم ر اص ذ ٦١ه
39 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 329.
54
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ون ب د disebut اع
stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ون ب د اع
artinya (menyembah aku), sejatinya sembahlah aku.
Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang
musyrik kepada Allah. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada
orang-orang musyrik sebagai Mukhâtab. Dengan demikian ون ب د bermakna amr اع
haqiqi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr haqiqi pada ayat ke 61 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 61. Yakni:
bukankah aku telah berpesan bahwa sembahlah aku dengan tulus, tidak
menyekutukan Aku dengan siapa pun? Beribadalah kepada-Ku semata adalah jalan
yang lurus.40
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas belum sesuai.
40 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 334.
55
5. Ayat: 64
Terjemahan H.B. Jassin
Masuklah ke dalamnya hari ini,
karena kamu mengingkari kebenaran.
لو ون هااص ر ف ن ت م تك م ب ما ك و 64ال
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah لو ا disebut اص
stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu لو ا اص
artinya (Masuklah).
Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang kafir
kepada Allah. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada orang-
orang kafir sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, لو ا .bermakna amr haqiqi اص
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah
(amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 64 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 64. Yakni: Kini
masuklah ke dalamnya dan rasakan kepedihannya disebabkan karena kamu dahulu
56
senantiasa kufur, tidak mempercayai ajaran Ilahi, tidak juga mensyukuri nikmat-
Nya.41
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas tidak sesuai, sejatinya artinya: pada hari ini, masuklah
ke dalamnya, karena kamu dahulu terus-menerus mengingkarinya.
6. Ayat: 79
Terjemahan H.B. Jassin
Jawablah, “Yang memberinya
hidup, Itulah Penciptanya yang
pertama kali Dan ialah yang
mengetahui segala kejadian!
و ق ل ة وه ل مر وها أ
ن شأ
ي أ ي ي يها اذل
ل خل ق عل يم 79 ب ك
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ق ل disebut stuktur
kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ق ل artinya
( Jawablah).
41 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 335.
57
Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah Nabi Muhammad
saw. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada Nabi Muhammad
saw sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, ق ل bermakna amr haqiqi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah
(amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 79 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 79. Yakni: Allah
Swt memerintah Nabi Muhammad Saw. Menjawab pertanyaan Ubay Bin Khalaf
bahwa: “ Tulang belulang ini dan lainnya akan dihidupkan kembali untuk kedua
kalinya oleh Allah swt. Yang menciptakannya dari tiada, lalu menghidupkan
pertama kali. Jangan duga ada sesuatu yang luput dari Allah Swt. Dia Maha
Mengetahui segala ciptaan.42
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
7. Ayat: 82
Terjemahan H.B. Jassin
Sungguh, bila Ia menghendaki
seuatu, cukuplah Ia berkata,
“Jadilah!” Maka iapun jadilah!
ول هل ن يق راد شي ئ ا أ
ر ه إ ذا أ م
ما أ ن إ ن ك
ون ٨٢ فيك
42 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 341.
58
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ن disebut ك
stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ن ك
artinya (jadilah).
Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah menciptakan
(sesuatu) hal baru. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada
menciptakan (sesuatu) hal baru sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, ن ك
bermakna amr haqiqi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah
(amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 82 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 82. Yakni: Tidak
lain perintah atau keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: “Jadilah!” maka jadilah ia.43
43 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 342.
59
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
B. Makna dan Analisis Amr Balaghi dalam Surah Yâsîn.
Peneliti menemukan makna-makna amr balaghi dalam surah Yâsîn
sebanyak 5 ayat, tersebar pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47.
1. Ayat: 13
Terjemahan H.B. Jassin
Dan buatlah perumpamaan bagi
mereka, (Suatu kisah) penduduk negri,
Ketika datang Rasul-rasul kepada
mereka.
ية إ ذ اض ب و حاب ال قر ص م مثال أ له
ر سل ون اءها ال م 13
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris اض ب disebut stuktur
kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu اض ب artinya
(buatlah).
Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,
bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran
60
yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut lil-
irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, اض ب bermakna amr
balaghi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr balaghi pada ayat ke 47 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah
Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 47. Yakni: Berilah
mereka peringatan wahai Muhammad, dan buatlah perumpamaan hal ihwal mereka
dengan cerita penduduk negri Inthakiyyah.44
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
2. Ayat : 20
Terjemahan H.B. Jassin
Maka datang berlari-lari seorang
lelaki dari ujung kota, sambil berseru,
“ wahai kaumku, patuhillah para
utusan!
ع قال ل يس ينة ر ق ص ال مد ن أ اء م و
م وايا قو ر سل ي اتب ع 20 ال م
44 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1
h. 31.
61
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris وا disebut stuktur اتب ع
kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا artinya اتب ع
(patuhillah).
Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,
bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran
yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut lil-
irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, وا bermakna amr اتب ع
balaghi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr balaghi pada ayat ke 20 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah
Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 20. Yakni: laki-
laki itu bernama Habib an-Najjar. Assadiyyu berkata: “ Dia seorang tukang binatu,
dan berkata wahab, dia seorang laki-laki yang pekerjaannya membikin kain sutra,
rumahnya di dekat tapal batas kota. Dia adalah orang yang jujur setiap sore
mengumpulkan hasil pekerjaannya, lantas dibaginya hasil yaitu menjadi dua.
Separoh untuk keluarganya dan separoh ia sedahkan kepada fakir miskin. Ketika
habib an-Najjar mendengar berita, bahwa kaumnya hendak membunuh utusan-
62
utusan, maka ia lari bergegas-gegas mendatangi kaumnya. Habib an-Najjar berkata:
“Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu.45
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
3. Ayat: 21
Terjemahan H.B. Jassin
“Ikutilah mereka yang tiada meminta
upah dari padamu, Karena mereka
beroleh bimbingan.”
وا م اتب ع ا وه ر م أ ل ك
أ من ال يس
ون تد ه 21 م
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris وا disebut stuktur اتب ع
kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا artinya اتب ع
(Ikutilah).
Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,
bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran
yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut
45 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1
h. 47.
63
lil-irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, وا bermakna amr اتب ع
balaghi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)
bermakna amr balaghi pada ayat ke 20 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah
Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yasin ayat ke 20. Yakni:
Qatadah berkata bahwa ketika Habib an-Najjar sudah sampai dihapan utusan-
utusan itu dan bertanya: “Apakah Kamu minta upah atau gaji di dalam
menyampaikan risalah? Maka utusan-utusan itu menjawab: “ Tidak, kami hanya
menyeru “وا ,Lalu Habib an-Najjar berkata: “Hai kaumku ”!(ikutilah)“ اتب ع
ikutillah utusan-utusan itu! Ikutillah orang yang tiada minta upah adamu, dan
mereka orang yang mendapat petunjuk.46
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
46 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1
h.48.
64
4. Ayat: 25
Terjemahan H.B. Jassin
“sungguh, aku beriman kepada
Tuhanmu, maka dengarkanlah aku (
sebagai saksi atas keimananku)!”
م مع ون إ ن آمن ت ب ربك 25 فاس
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris مع ون disebut stuktur فاس
kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu مع ون artinya فاس
(maka dengarkanlah aku).
Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,
bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran
yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut
lil-irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, مع ون bermakna فاس
amr balaghi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah
(amr) bermakna amr balaghi pada ayat ke 25 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
al-Lubâb surah Yasin karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 25. Yakni:
65
kusampaikan kepada kamu, wahai penduduk kota, bahwa sesungguhnya aku telah
beriman kepada Allah Yang Maha Esa yang merupakan Tuhan kamu; maka
dengarkanlah, yaitu penjelesan, dan ikutilah tuntunan para rasul itu.47
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
5. Ayat: 47
Terjemahan H.B. Jassin
Dan bila dikatan kepada mereka,
“Nafkahkanlah sebagian pemberian
Allah kepadamu,” Orang yang kafir
mengejek kepada orang yang beriman,
“akankah kami beri makan orang Yang
Tuhan berimakan, Sekiranya Ia
berkenan? Kamu hanya dalam
kesesatan yang nyata.
م أ يل له واوإ ذا ق ق م ا ن ف ا رزقك م لل قال م
م من لو ع ن ط ين آمن وا أ وا ل ل ين كفر اذل
ن ت م إ ال يف ضالل عمه إ ن أ ط
يشاء الل أ
ب ي 47 م
47 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 321.
66
Analisis
Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah وا ق ن ف disebut stuktur أ
kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا ق ن ف artinya أ
( Nafkahkanlah).
Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah.
Namun, bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah.
Karena saran yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti
ini disebut lil-irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, وا ق ن ف أ
bermakna amr balaghi.
Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah
(amr) bermakna amr balaghi pada ayat ke 47 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir
surah Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 47. Yakni:
Demikian ini disebutkan, bahwa orang-orang mukmin berkata kepada orang-orang
kafir Mekkah: “ Nafkahkanlah sebagian dari harta-harta yang kamu senangi”, lantas
orang-orang kafir menjawab: “ Apakah kami akan memberi rizki orang jika Allah
menghendaki, tentulah Dia akan memberinya rizki, sedang Dia tidak
memberikannya; padahal Dia berkuasa memberinya, maka kamipun menyesuaikan
67
kehendak Allah Swt dan kami memberi makan orang yang Allah swt tidak
memberinya makan.”48
Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.
Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.
48 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1
h. 108.
68
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bedasarkan penelitian yang dilakukan, terhadap terjemahan al-Qur’anul
Karim Surah Yâsîn Bacaan Mulia Karya H.B Jassin. Peneliti hanya menemukan
bentuk fi’il amr. Adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr, bentuk
masdar pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam surah
Yâsîn.
Peneliti juga, menemukan macam penerjemahan Struktur Kalimat Perintah
(Amr) dalam Surah Yâsîn. Di antaranya:
1. Penerjemahan struktur kalimat perintah amr, dilihat dari bentuk amr yang
bermakna haqiqi, peneliti menemukan 7 ayat. Tersebar pada ayat ke 11,
26, 45, 61, 64,79, dan 82.
2. Sedangkan, Penerjemahan struktur kalimat perintah amr, dilihat dari
bentuk amr yang bermakna balaghi peneliti menemukan 5 ayat. Tersebar
pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47. Makna balaghi pada ayat ke 13, 20,
21, 25 dan 47 menunjukan amr maknanya lil-irsyâd (saran).
Dilihat dari segi terjemahan al-Qur’an Bacaan Mulia H.B. Jassin, berdasarkan
penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
secara umum terjemahan Struktur kalimat perintah (Amr) pada terjemahan Bacaan
Mulia H.B. Jassin terhadap surah Yâsîn sudah akurat atau sesuai.
69
B. SARAN
Setelah Peneliti meneliti objek data. Tentang Terjemahan Struktur Kalimat
Perintah (Amr) di Surah Yâsîn, dalam terjemahan Bacaan Mulia Oleh H.B. Jassin.
Penerjemahan al-Qur’an tersebut alangkah indahnya apabila mengunakan
penerjemahan, dilihat dari segi balaghahnya dan tafsir Al-Qur’an. Demi
mendapatkan makna yang sesuai.
70
DAFTAR PUSTAKA
Al Farisi, M. Zaka Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,(Bandung: PT Rosda
Karya 2011).
al-Hasyimi, Ahmad Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’
( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 2012).
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah.
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015).
As, Mudzakir, Studi Ilmu-ilmu Qur’an.(Bogor: Litera Nusantara, 2011).
As-Suyuthi, Jalaluddin, Asbabu an-Nuzul Sebab Turunnya Al-Qur’an (Jakarta:
Gema Insani: 2008).
Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004).
Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2009).
Zadah, Syaikh Hamami, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014).
Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya
2006).
Jassin, H.B Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta: Yayasan 23 Januari 1982).
_________, Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas
Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta).
_________, Pusat Dokumentasi H.B Jassin Mengenang HB. Jassin Kritikus
Mahaputra Sastra Indonesia. (lingkar Budaya Indonsia).
71
_________, Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (Jakarta: Yayasan
Idayu 1981).
Maragi, Ahmad Musthafa, Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’
(Baerut-Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993).
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi 2013).
Quraish Sihab, M, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012).
______________, Al-Qur’an dan Maknanya (Tanggerang: Lentera Hati 2013).
Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Haryanto Translatin Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan ( Yogyakarta: Kanisius, 2003).
Syarif, Moch. Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia
Kontemporer, (Ciputat Tanggerang Selatan: UIN Press 2014).
Syatibi, Ahmad Balaghah I (Ilmu Bayan) pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2014).
_________, Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an
(Jakarta: Tarjamah Center 2013).
Syihabuddin, Penerejamahan ARAB-INDONESIA Teori dan Praktek (Bandung:
Humaniora 2005).
Wasito,Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia,
1993).
top related