strategi pengembangan pola investasi...
Post on 11-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN BNI SYARIAH
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
DINI RESTU SYABISTARI NIM 206046103822
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
i
STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI
MUDHARABAH DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN BNI SYARIAH
Skripsi Diajukan Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
DINI RESTU SYABISTARI NIM 206046103822
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. ZAINUL ARIFIN YUSUF, M.Pd DRS. H. HAMID FARIHI, MA. NIP. 195607121981031003 NIP. 195811191986031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan BNI Syariah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Syariah). Jakarta, 22 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (......................) NIP. 195505051982031012 Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag (......................) NIP. 196404121994031004 Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (......................) NIP. 195607121981031003 Pembimbing II: Drs. H. Hamid Farihi, MA (......................) NIP. 195811191986031001 Penguji I : Dr. H. Abd. Wahab Abd Muhaimin, Lc, MA (......................) NIP. 194512301967122001
Penguji II : Drs. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (......................) NIP. 19500811989031001
iii
بسم اهللا الرحمن الرحيمLEMBAR PERNYATAAN
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dini Restu Syabistari
NIM : 206046103822
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 17 September 1987
Alamat : Jl. H. Saikin RT 013 RW 08 No. 8 Pondok Pinang,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jakarta 12310
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah Dalam
Meningkatkan Pendapatan BNI Syariah” merupakan hasil karya asli saya yang
diajukan untuk memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian Lembar Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta: 22 September 2010 M 13 Syawal 1431 H
Dini Restu Syabistari
NIM: 206046103822
iv
بسم اهللا الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT. yang telah memberikan segala nikmat, rahmat, hidayah dan
ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan Pola Investasi Mudharabah Dalam Meningkatkan Pendapatan BNI
Syariah” sesuai waktu yang telah ditetapkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Salawat dan salam untuk baginda Rasulullah SAW. tercinta yang telah
memberikan ilmu dan suri teladan untuk kita semua.
Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang tiada hingga
kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Drs. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag
selaku Ketua Prodi Muamalah dan Sekretaris Prodi Muamalah, serta Bapak
Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag
selaku Ketua Koordinator Teknis Program Non Reguler dan Sekretaris
Koordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
v
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Drs. H. Hamid Farihi, MA
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan banyak ilmu, dukungan dan bantuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Allah senantiasa
mencurahkan rahmat dan keberkahan kepada beliau.
4. Pihak-pihak BNI Syariah yang telah banyak membantu dan memberikan
informasi, Ibu Eni di Divisi Pendidikan dan Pelatihan, Ibu Tri di Divisi Usaha
Syariah, serta Bapak Heru, Bapak Haryadi dan Bapak Uki di Unit Pemasaran
Pembiayaan Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan.
5. Segenap pimpinan dan staff perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
fasilitas dan referensi yang dibutuhkan selama penulisan skripsi.
6. Ayah dan bunda yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa
yang tiada henti dan tidak mengenal lelah hingga saat ini.
7. Adik-adik yang tersayang, Dias, Dizar, Danu dan Didit. Jangan pernah lelah
mencari ilmu dan menggapai cita-cita. Semoga kita semua menjadi anak-anak
yang shalihin dan berbakti serta memberi kebanggaan.
8. Untuk seseorang yang setia menemani penulis, yang tak pernah henti memberi
saran, semangat, doa dan cinta.
vi
9. Teman-teman Perbankan Syariah seperjuangan, terima kasih telah saling
berbagi, mendukung, mengingatkan dan mendoakan. Semoga silaturrahim kita
semua tetap terjaga, langgeng dan lestari.
10. Teman, sahabat, kerabat dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dorongan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya, kepada Allah jualah penulis serahkan, semoga kebaikan yang telah
diberikan menjadi amal saleh dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Innallaahu laa yudhii’u ajrol muhsiniin.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, semoga Allah SWT.
selalu memberikan jalan kebaikan dan keridhaan dalam setiap langkah baik kita.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta: 22 September 2010 M 13 Syawal 1431 H
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................................... ii
Pengesahan Panitia Ujian ................................................................................... iii
Lembar Pernyataan ............................................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Daftar Tabel ......................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
D. Metodologi Penelitian .................................................................. 7
E. Review Studi Terdahulu ............................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG POLA INVESTASI
MUDHARABAH ................................................................................ 18
A. Strategi Pengembangan ................................................................ 18
1. Pengertian Strategi ................................................................. 19
2. Strategi Pengembangan Bank Syariah ................................... 20
viii
B. Pola Investasi Bank Syariah......................................................... 21
1. Investasi dalam Islam ............................................................. 21
2. Bentuk Investasi Bank Syariah ............................................... 24
3. Bentuk Pembiayaan Bank Syariah ......................................... 26
C. Pola Investasi Mudharabah .......................................................... 28
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah ..................................... 28
2. Landasan Syariah Mudharabah .............................................. 30
3. Rukun dan Syarat Mudharabah .............................................. 34
4. Jenis Mudharabah ................................................................... 36
5. Skema dan Aplikasi Mudharabah pada Perbankan
Syariah .................................................................................... 37
6. Manfaat dan Resiko Mudharabah ........................................... 39
BAB III : GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH ........................................... 41
A. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah ..................................... 41
B. Visi dan Misi BNI Syariah ........................................................... 43
C. Struktur Organisasi BNI Syariah ................................................. 44
D. Produk dan Jasa Layanan BNI Syariah ....................................... 49
E. Aktifitas Utama BNI Syariah ....................................................... 57
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 67
A. Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah ................... 67
ix
B. Perkembangan Pendapatan BNI Syariah melalui Pola
Investasi Mudharabah pada Tahun 2007-2009 ............................ 69
C. Pengaruh Pendapatan Pola Investasi Mudharabah terhadap
Pendapatan BNI Syariah .............................................................. 73
BAB V : PENUTUP ......................................................................................... 82
A. Kesimpulan .................................................................................. 82
B. Saran ............................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................... 89
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2007 ......................... 71
2. Tabel 4.2 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2008 ........................... 71
3. Tabel 4.3 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2009 ........................... 72
4. Tabel 4.4 Jumlah Pendapatan Mudharabah dan Pendapatan
Pembiayaan BNI Syariah Tahun 2007-2009..................................................... 73
5. Tabel 4.5 Tabel Korelasi dan Koefisien Determinasi ...................................... 74
6. Tabel 4.6 Pedoman Koefisien Korelasi ............................................................ 75
7. Tabel 4.7 Tabel Korelasi ................................................................................. 76
8. Tabel 4.8 Tabel ANOVA ................................................................................. 77
9. Tabel 4.9 Pendapatan Pembiayaan Mudharabah dan ROI
BNI Syariah Tahun 2007-2009 ......................................................................... 80
10. Tabel 4.10 Tabel Korelasi Pendapatan Mudharabah terhadap ROI ................. 80
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah ................................................ 37
2. Gambar 3.1 Produk - Produk BNI Syariah ..................................................... 50
3. Gambar 3.2 Kegiatan Utama BNI Syariah ..................................................... 58
4. Gambar 4.1 Plot Kenormalan Pendapatan Pembiayaan
Mudharabah .................................................................................................... 79
5. Gambar 4.2 Plot Kenormalan Pendapatan Pembiayaan.................................. 79
1
STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH
A. Latar belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat,
tidak terlepas dari sejarah panjang dan perkembangannya hingga kini. Dirintis
pertama kali pada akhir tahun 1950 oleh sebuah Bank pedesaaan di Pakistan dengan
sistem operasional tanpa bunga yang menerima simpanan dana dari masyarakat,
khususnya para tuan tanah, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan. Pendapatan Bank tidak diperoleh dari bunga, melainkan dari biaya
administrasi.
Langkah ini kemudian diikuti oleh Mit Ghamr Bank di Mesir yang didirikan
oleh Ahmad El Najjar. Bank yang bersifat rural social bank atau bank pedesaan ini,
dalam prakteknya tidak memungut bunga dan hanya berinvestasi hanya pada usaha-
usaha perdagangan dan industri secara langsung secara partnership, serta memberi
keuntungan pada penabung. Bank ini juga dianggap memiliki tingkat keberhasilan
cukup tinggi pada saat itu, karena mampu berkembang pesat pada tiga tahun
pertamanya.
Perkembangan ini dilanjutkan oleh pendirian Islamic Development Bank
(IDB) pada tahun 1975 atas prakarsa Organisasi Konferensi Islam (OKI). IDB
berperan membantu memenuhi kebutuhan negara-negara Islam dengan memberikan
2
pinjaman jangka panjang untuk proyek infrastruktur. Lahirnya IDB menjadi inspirasi
bagi banyak negara untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan syariah.
Bank Syariah sebagai salah satu aplikasi dari sistem ekonomi syariah Islam
yang merupakan bagian dari nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang
perekonomian umat dan tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain ajaran Islam yang
komprehensif dan universal. Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh
aspek kehidupan, baik ritual maupun sosial kemasyarakatan termasuk bidang
ekonomi, universal bermakna bahwa syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku, golongan, dan agama
sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.
Kini, sistem perbankan dan keuangan Islam telah beroperasi lebih dari 55
negara yang pasarnya sedang bangkit dan berkembang1, dimana Indonesia menjadi
bagian didalamnya. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus mengalami
peningkatan yang menggembirakan, ditandai dengan meningkatnya jumlah aset,
jumlah nasabah dan jumlah kantor bank yang memberikan pelayanan syariah.
Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat
dari tahun ke tahun. DPP Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Bambang
Sutrisno menjelaskan, hingga November 2009, aset perbankan syariah Indonesia
mencapai Rp61,36 triliun. Selama lima tahun terakhir, aset bank syariah tumbuh rata-
rata 31,04 persen pertahun. Hingga akhir tahun 2009, jumlah bank syariah terdiri atas
1Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud., Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik, dan Prospek, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), h.9.
3
7 BUS (Bank Umum Syariah) dan 25 UUS (Unit Usaha Syariah). Hal ini
menunjukkan bahwa perbankan syariah telah didukung oleh baiknya kinerja
perbankan syariah, meningkatnya pemahaman dan minat masyarakat serta komitmen
pemerintah dalam mendukung perkembangan perbankan syariah.
Perkembangan ini menuntut industri perbankan syariah untuk terus
meningkatkan kinerja dan stabilitas keuangan, salah satunya adalah dengan menjaga
kualitas aktiva produktif dengan menerapkan kebijakan investasi dana bank syariah
baik menurut sektor ekonomi, sektor industri maupun wilayah pemasaran. Dalam
meningkatkan pendapatan, bank syariah mengoptimalkan investasinya dalam
berbagai pola investasi yang halal, bermanfaat, dan profitable.
Beberapa pola investasi atau penanaman dana Bank Syariah antara lain dalam
bentuk piutang, Qardh, surat berharga syariah, penempatan pada bank syariah lain
dan/atau pembiayaan rakyat yang berdasarkan prinsip syariah (BPRS), penyertaan
modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi (off balance sheet)
pada transaksi rekening administrasi berdasarkan prinsip syariah, Sertifikasi Wadiah
Bank Indonesia (SWBI), dan pembiayaan.
Pola investasi dalam bentuk pembiayaan menjadi prioritas utama yang
dilakukan bank syariah karena pembiayaan menjadi salah satu kegiatan utama bank
syariah sebagai financial intermediary institution. Dalam menyalurkan dananya,
bank syariah memiliki beragam pola pembiayaan. Pertama, pembiayaan dengan
prinsip jual beli (ba’i) seperti pembiayaan Murabahah, Salam dan Istishna. Kedua,
pembiayaan dengan prinsip sewa seperti Ijarah dan Ijarah Muttahiya bit Tamlik.
4
Ketiga, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah) seperti pembiayaan
Musyarakah dan Murabahah. Dan keempat, pembiayaan dengan akad pelengkap
seperti pembiayaan dengan Hiwalah (pangalihan utang-piutang), Rahn (gadai),
Qardh (pinjaman), Wakalah (perwakilan) dan Kafalah (garansi bank).2
Salah satu karakteristik pola investasi sistem perbankan syariah yang
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil atau profit and loss sharing adalah
menyalurkan pembiayaan dengan pola investasi pembiayaan Mudharabah.
Mudharabah dalam implementasinya dibedakan menjadi dua jenis akad, yakni
Mudharabah Muqayyadah dan Mudharabah Muthlaqah. Mudharabah Muqayadah
(Investasi Khusus), yaitu dana investasi khusus yang ditujukan pada proyek-proyek
khusus atau terbatas sesuai dengan kesepakatan pihak investor dengan Bank, dan
Mudharabah Muthlaqah (Dana Investasi), yaitu dana masyarakat yang diinvestasikan
melalui bank dana (pool of fund).
Pendapatan yang diperoleh bank syariah berasal dari sumber-sumber
pendapatan bagi hasil atas pola investasi berdasar akad mudharabah dan akad
musyarakah, keuntungan atas investasi berdasar prinsip jual beli, hasil sewa atas
investasi dengan akad ijarah, serta fee dan biaya administrasi atas jasa dan layanan
yang diberikan bank syariah kepada para nasabah.
Salah satu cara melihat perkembangan pendapatan yang diperoleh bank
syariah adalah dengan mengukur rasio profitabiltas, atau rasio untuk menilai
2 Ir.Adiwarman A.Karim,SE,MBA,MAEP, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Ed.3, h.97.
5
kemampuan bank syariah dalam mencari keuntungan/laba. Rasio ini dapat digunakan
untuk mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu, menilai
perkembangan laba dari waktu ke waktu dan/atau menilai besarnya laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri.3
Mengukur rasio profitabilitas salah satu caranya adalah dengan melihat Return
on Investment (ROI) atau hasil atau tingkat pengembalian investasi yang telah
dilakukan bank syariah. Return on Investment atau return on total assets merupakan
rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga menjadi suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya.4
Mudharabah adalah salah satu bentuk investasi yang mempengaruhi
pendapatan bank syariah, melalui strategi-strategi yang dapat dilakukan bank syariah
dalam mengelola pembiayaan mudharabah tersebut. Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, dan menganalisa lebih jauh
permasalahan tersebut dalam skripsi ini dengan judul ”STRATEGI
PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH”.
3 Kasmir, SE., MM., Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Ed.1, h.197. 4 Kasmir, SE., MM., Analisis Laporan Keuangan, h.201.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis
membatasi pembahasan pada strategi pengembangan pola investasi mudharabah dan
perkembangan pendapatan BNI Syariah pada tahun 2007-2009 serta pengaruh
pendapatan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan pembiayaan
BNI Syariah.
Dari pembatasan tersebut maka pokok masalah dalam skripsi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja strategi pengembangan pola investasi mudharabah yang dilakukan oleh
BNI Syariah?
2. Bagaimana perkembangan pendapatan BNI Syariah melalui pola investasi
mudharabah pada tahun 2007-2009?
3. Berapa besar pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah dalam
meningkatkan pendapatan BNI Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan beberapa tujuan yang hendak dicapai,
antara lain :
1. Untuk mengetahui strategi pengembangan pola investasi mudharabah yang
dilakukan oleh BNI Syariah.
2. Untuk mengetahui perkembangan pendapatan BNI Syariah melalui pola investasi
mudharabah pada tahun 2007-2009.
7
3. Untuk mengetahui besar pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah dalam
meningkatkan pendapatan BNI Syariah.
Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :
1. Secara akademisi untuk manambah wawasan dan pengetahuan dalam konsep
dan aplikasi perbankan syariah dalam meningkatkan pendapatan bank syariah,
khususnya mengenai pola investasi mudharabah pada BNI Syariah.
2. Secara praktisi sebagai referensi, saran dan informasi bagi bank syariah
khususnya BNI Syariah untuk mengoptimalkan pola investasi mudharabah dalam
pengelolaan dana investasi bank, agar dapat memberikan banyak manfaat bagi
BNI Syariah sebagai salah satu penyedia produk dan layanan investasi.
3. Secara pribadi, yaitu penulis dapat menambah pengetahuan secara langsung serta
dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata
dan kalimat. Adapun data kuantitatif digunakan penulis dalam membantu
menganalisis data kualitatif dan sebagai penguat dalam melakukan analisis data.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (descriptive research)
dengan pendekatan analisis. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
8
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.5
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena pada objek penelitian sesuai dengan
permasalahan yang diteliti, untuk kemudian dianalisis.
Penelitian deskriptif yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
eksploratif. Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian deskriptif eksploratif adalah
metode penggambaran dan penafsiran data mengenai keadaan di lapangan atau
tempat penelitian. Tujuan dari penelitian deskriptif eksploratif adalah untuk
membuat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dan
hubungan yang diteliti baik secara kualitatif dan kuantitatif.6
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari data primer dan data
sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara secara langsung
dengan salah satu staff marketing dari Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah
BNI Syariah melalui BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan.
5 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), Cet.Kelima, h.54.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Ed.Revisi V.
9
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumentasi arsip atau
laporan yang berhubungan dengan penelitian, buku, artikel, karya ilmiah, dan
referensi dari berbagai sumber lain yang berkaitan dengan dengan
pembahasan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
a. Library Research (penelitian kepustakaan), dalam penelitian ini penulis
mencari data-data yang diperoleh, literatur-literatur dan referensi yang
berkaitan dengan judul skripsi. Dari penelitian ini diharapkan dapat
memperoleh kerangka teori dan konsep yang dapat mendukung pokok
pembahasan dalam penelitian ini.
b. Field Research (penelitian lapangan), dimana penulis melakukan pencarian
data-data dan informasi mengenai permasalahan secara langsung pada
lembaga yang diteliti, yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1) Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dan
pencatatan sistematis terhadap mekanisme penerapan pola investasi
mudharabah dan pengaruhnya dalam meningkatkan pendapatan di BNI
Syariah.
2) Wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab secara langsung
dengan salah satu staff marketing dari Unit Pemasaran Pembiayaan
10
Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan yang dapat
membantu memberikan data dan keterangan yang berkaitan dengan
pembahasan skripsi penulis.
3) Teknik dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan
laporan yang diperoleh dari BNI Syariah serta laporan lain yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Dokumen yang diambil oleh penulis adalah
berupa neraca dan laporan laba rugi BNI Syariah dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009.
4. Teknik Analisa Data
Untuk memperoleh pengaruh pola investasi mudharabah terhadap
peningkatan pendapatan BNI Syariah, penulis menggunakan laporan keuangan
triwulan tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, yang nantinya akan dianalisis
menggunakan model regresi linear sederhana.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Analisis Regresi
Sederhana, yang dilakukan untuk memperkirakan suatu keadaan yang timbul
karena faktor-faktor tertentu7.
Uji regresi linier sederhana dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel pendapatan dari pola investasi
mudharabah, yakni pembiayaan mudharabah, dengan variabel pendapatan bank
syariah. Uji analisis regresi dilakukan jika terdapat dua variabel penelitian yang
7 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), Ed.Baru, Cet.6, h.113.
11
sudah diketahui, dimana variabel X (independent) atau disebut sebagai Prediktor
yaitu pendapatan pembiayaan mudharabah dan yang mana variabel Y
(dependent) atau disebut sebagai variabel kriterium.8 yaitu pendapatan
pembiayaan BNI Syariah.
Metode persamaan regresi linear sederhana bertujuan menghitung
besarnya pendapatan pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau
lebih variabel bebas. Kriteria yang harus dipenuhi untuk regresi linear sederhana
yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berskala interval.
Hubungan variabel pendapatan pembiayaan mudharabah dalam
meningkatkan pendapatan pembiayaan BNI Syariah.
X Y
Pendapatan pembiayaan mudharabah
pendapatan pembiayaan BNI Syariah
Bentuk persamaan dari regresi linier sederhana ini yaitu:
Y= a + bX
Dimana :
Y : Pendapatan Pembiayaan BNI Syariah 8 Burhan Nurgiyantoro, Statistika Penerapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Oktober 2004), Cet.3, h.271.
12
X : Pendapatan Pembiayaan Mudharabah
A : Nilai konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada
saat variable bebasnya adalah 0 (X = 0)
B : Koefisien regresi sederhana antara variabel bebas X terhadap variabel
terikat Y
Pada penelitian ini penulis menerapkan analisis bivariate (dua variabel)
dimana analisis tersebut pada umumnya mempunyai tujuan untuk menguji
perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian.
5. Variabel Penelitian dan Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Varibel independen, yang selanjutnya
disebut variabel x, yaitu pendapatan pembiayaan mudharabah, dan variabel
dependen atau variabel y, yaitu pendapatan pembiayaan BNI Syariah.
Hipotesis berasal dari kata hipo yang artinya lemah, dan tesis yang artinya
pernyataan, pendapat, atau teori. Jadi hipotesis adalah pernyataan, pendapat atau
teori yang masih lemah, atau dapat disebut sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan yang secara teoritis paling mungkin terjadi. Hipotesis perlu
dibuktikan untuk menegaskan apakah hipotesis tadi dapat diterima atau ditolak
berdasarkan data atau fakta empirik yang telah dikumpulkan dalam penelitian.
Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative), dan
menghubungkan secara umum variabel yang satu dengan yang lain. Jadi
13
hipotesis mengandung dua variabel yang dapat diukur dan menunjukkan secara
jelas hubungan antara kedua variabel tersebut.
Maka berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan
sebelumnya, hipotesisnya adalah :
Ho : tidak ada korelasi antara pendapatan pembiayaan mudharabah terhadap
pendapatan pembiayaan BNI Syariah.
H1 : terdapat korelasi antara pendapatan pembiayaan mudharabah terhadap
pendapatan pembiayaan BNI Syariah.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku ”Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007”.
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa hal yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini menarik untuk dijadikan sebagai tema skripsi.
Disamping karena mudharabah merupakan salah satu bentuk pola investasi dalam
perbankan, penulis ingin mengetahui pola investasi mudharabah yang telah
diaplikasikan dan strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh BNI Syariah,
baik dalam mengoptimalkan implementasi mudharabah sebagai pola investasi
maupun dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah.
14
Kajian pustaka yang digunakan penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini adalah :
1. Skripsi 1430 H/ 2009 M oleh A. Fauzan (NIM 10204612576) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul ALOKASI
PENYALURAN DANA PEMBIAYAAN PADA UKM OLEH BANK
RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH CABANG TANGERANG. Skripsi
ini menjelaskan tentang strategi penyaluran pembiayaan, terutama pada strategi
produk-pasar (product-market strategy) yang meliputi strategi penetrasi pasar,
strategi pengembangan produk, strategi penggantian produk, dan strategi
pengembangan pasar. Dalam skripsi ini juga dijelaskan tentang kebijakan bank
yang berkenaan dengan alokasi dana pembiayaan pada UKM, proporsi
pembiayaan UKM dan Non UKM oleh BRI Syariah, serta prosedur yang
diterapkan pada pengajuan pembiayaan di BRI Syariah.
2. Skripsi 1429 H/ 2009 M oleh Evi Amalia (NIM 104046101610) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul EFISIENSI PENGELOLAAN
PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROFITABILITAS
BANK SYARIAH MANDIRI. Dalam skripsi ini penulis menjabarkan antara lain
tentang pengelolaan pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang mancakup
kebijakan pembiayaan, penggolongan pembiayaan, pengawasan pembiayaan,
prinsip pemberian pembiayaan, prosedur pembiayaan oleh cabang, dan upaya
Bank Syariah Mandiri dalam mengefisiensikan pembiayaan. Penulis juga
melakukan tinjauan data terhadap variabel-variabel seperti Financing to Deposit
15
Ratio (FDR) dan Net Revenue Margin (NRM), serta melakukan pengujian
hipotesis.
3. Skripsi 1429 H/ 2009 M oleh Emi Jamilatul Hijriah NIM (204046102910) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul STRATEGI PEMBIAYAAN
MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN JUMLAH PENDAPATAN DI
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (STUDI KASUS DI LKMS AL
HIDAYAH). Dalam skripsinya, penulis membahas tentang strategi yang
dilakukan oleh LKMS Al Hidayah, yaitu melalui strategi produk, strategi harga,
strategi distribusi dan strategi promosi. Penulis memberikan data pendapatan
LKMS Al Hidayah yang diperoleh dari pembiayaan murabahah.
Perbedaan antara skripsi penulis dengan skripsi terdahulu terletak pada pola
investasi bank syariah yaitu pembiayaan mudharabah, strategi pengembangan serta
pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan pembiayaan BNI Syariah dan
pengaruhnya terhadap salah satu rasio profitabilitas yakni Return on Investment
(ROI) yang diperoleh BNI Syariah.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan penelitian ini
terdiri atas :
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review
16
studi terdahulu, metodologi penelitian yang digunakan, teknik penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan Umum Tentang Pola Investasi Mudharabah
Bab ini menguraikan mengenai pengertian strategi pengembangan,
pola investasi bank syariah dan pola investasi mudharabah.
Bab III. Gambaran Umum BNI Syariah
Pada bab ini penulis mendeskripsikan tentang sejarah dan
perkembangan BNI Syariah; visi dan misi BNI Syariah; struktur organisasi
BNI Syariah; produk dan jasa layanan BNI Syariah; serta aktifitas utama
BNI Syariah.
Bab IV . Analisa dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis membahas mengenai strategi pengembangan
pola investasi mudharabah, perkembangan pendapatan BNI Syariah
melalui pola investasi mudharabah pada tahun 2007-2009, dan
pengaruhnya dalam meningkatkan pendapatan BNI Syariah.
Bab V. Penutup
Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dari uraian dan
penjelasan yang telah disajikan dan memberikan saran-saran yang dapat
17
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi BNI
Syariah.
18
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG POLA
INVESTASI MUDHARABAH
A. Strategi Pengembangan
Menurut Fred. R. David, strategi pengembangan menjadi bagian dalam
strategi intensif, yakni strategi yang terdiri atas penetrasi pasar, pengembangan pasar
dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar dilakukan dengan meningkatkan
pangsa pasar produk atau jasa yang telah ada. Upaya yang dapat dilakukan adalah
melakukan promosi penjualan, menambah biaya iklan dan publisitas lainnya.
Pengembangan pasar merupakan cara yang digunakan dalam
memperkenalkan produk atau jasa ke wilayah baru. Sementara pengembangan produk
adalah strategi meningkatkan penjualan, yang dapat dilakukan dengan memperbaiki,
memodifikasi, atau membuat inovasi produk atau jasa yang telah ada.1
1. Pengertian Strategi
Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos.
Pada saat itu, strategos ditujukan sebagai 'komandan militer' pada zaman
demokrasi Athena. Sementara dalam ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa
Indonesia disebutkan, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
1Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Indonesia: PT Indeks, 2004), Ed.Kesembilan, h.239-241.
19
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu.2
Menurut Alfred Chandler (1962) seperti yang dikutip oleh James C. Craig
dan Robert M. Grant, strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka
panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu.3 Pengertian strategi juga
dikemukakan oleh Kenneth Andrew (1971), yaitu pola sasaran, maksud atau
tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu,
yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang dianut atau yang
akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan
ini.4
Dalam pengertian strategi secara umum dapat dirumuskan strategi adalah
proses penentuan keputusan para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Adapun dalam pengertian khusus, strategi
adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus,
2 Wikipedia bahasa Indonesia, ”Strategi”, artikel diakses pada 15 Mei 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi. 3James C. Craig, dan Robert M. Grant, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), Cet.3, h.4. 4James C. Craig, dan Robert M. Grant, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, h.5.
20
dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan di masa
depan.
2. Strategi Pengembangan Bank Syariah
Dalam seminar “Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah
Indonesia” yang pernah penulis ikuti, dijelaskan tentang strategi dan
pengembangan perbankan syariah.5 Terdapat enam pilar strategi pengembangan
bank syariah, diantaranya: Pertama, penguatan kelembagaan syariah melalui
Office Channeling bagi bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
dan Unit Pelayanan Syariah (UPS) bagi Bank Umum Syariah.
Kedua, pengembangan produk dan peningkatan layanan bank syariah.
Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan teknologi di bank syariah,
menyediakan produk yang lebih bervariatif baik produk penghimpunan dana,
penyaluran dana, dan instumen investasi syariah seperti Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, obligasi syariah/Sukuk dan reksadana syariah. Pengembangan
produk yang menarik dan menguntungkan, akan meningkatkan jumlah nasabah.
Ketiga, intensifikasi edukasi publik dan kerjasama dengan mitra strategis.
Edukasi publik dapat dilakukan dengan menyelenggarakan seminar, pameran,
lokakarya, kegiatan-kegiatan syariah dan meningkatkan promosi melalui iklan
melalui media massa, elektronik dan media internet. Dengan cara ini diharapkan
masyarakat akan lebih mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep-konsep
5Bank Mega Syariah Indonesia, “Strategi dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah”, Makalah Seminar Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah Indonesia, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 11-12 Juni 2008, t.d.
21
perbankan syariah. Kerjasama dengan mitra strategis, yaitu melakukan kerjasama
dengan koperasi syariah, BPRS, BMT, lembaga pendidikan serta organisasi
keagamaan untuk sosialisasi perbankan syariah.
Keempat, peningkatan peran pemerintah dan penguatan kerangka hukum
bank syariah melalui Undang Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008,
Fatwa DSN MUI, Peraturan Bank Indonesia tentang Perbankan Syariah. Kelima,
penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Syariah, dan Keenam,
penguatan pengawasan bank syariah.
B. Pola Investasi Bank Syariah
Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire yang artinya
memakai, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment. Dalam
Ensiklopedi Indonesia, investasi diartikan sebagai: “penanaman uang atau modal
dalam proses produksi, yaitu dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan
cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dengan demikian,
cadangan barang modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal barang yang harus
diganti” (Ensiklopedi Indonesia, tt: 1470).6
1. Investasi dalam Islam
Dalam hukum Islam, kegiatan berinvestasi dikategorikan sebagai kegiatan
ekonomi yang termasuk dalam kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang
6 Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed.1, h.31.
22
mengatur hubungan antar manusia. Sementara menurut kaidah Fikih, hukum asal
kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yang berarti semua kegiatan dalam
hubungan antar manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang memang jelas ada
larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang baru
muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan
tersebut dianggap dapat diperbolehkan kecuali yang memang terdapat implikasi
dari al-Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit.
Islam menganjurkan pada kita agar menggunakan harta secara efektif dan efisien
dan mendorong agar setiap kekayaan yang ada pada kita diinvestasikan di sektor
riil. Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia dan
membiarkan aset yang menganggur. Hal ini sesuai dengan penjelasan Imam al-
Ghazali bahwa penimbunan uang (al-ikhtinaz) merupakan perbuatan zalim dan
dapat menghilangkan hikmah yang terkandung di dalamnya.7 Allah Swt
berfirman dalam surat At-Taubah (9) ayat 34: “Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih”.
Aktivitas investasi dalam Islam lebih didasarkan pada motivasi sosial
yaitu membantu sebagian masyarakat yang tidak memiliki modal namun
memiliki kemampuan berupa keahlian (skill) dalam menjalankan usaha, baik
7 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Granada Press, 2007), Cet.Kedua, h.128.
23
dilakukan dengan bersyarikat (musyarakah) maupun dengan berbagi hasil
(mudharabah). Jadi dapat dikatakan bahwa investasi dalam Islam bukan hanya
dipengaruhi faktor keuntungan materi, tapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor
syariah (kepatuhan pada ketentuan syariah) dan faktor sosial (kemashlahatan
umat).
Investasi dalam islam pada dasarnya adalah sebagai bentuk aktif dari
ekonomi syariah. Prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam investasi yang seharusnya
menjadi perhatian bagi pelaku investasi syariah antara lain :
a. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
b. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
c. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
d. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
e. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).
Berdasarkan keterangan di atas, kegiatan investasi yang dilakukan oleh
para pelaku dan praktisi lembaga keuangan syariah termasuk di dalamnya
industri perbankan syariah, hendaknya mengacu pada hukum syariat yang
berlaku. Pengelolaan dana investasi bank syariah baik pembiayaan maupun
penanaman dana dan bentuk investasi lainnya tidak boleh disalurkan kepada jenis
industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.
24
2. Bentuk Investasi Bank Syariah
Investasi oleh Bank Syariah dilakukan dalam rangka mengelola aktiva
produktif atau earning assets. Seperti disebutkan dalam Peraturan Bank
Indonesia No.5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank
Syariah, yang dimaksud aktiva produktif adalah yaitu penanaman dana bank
syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening
administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang dapat
menghasilkan kontribusi pendapatan bagi bank.8
Secara umum, beberapa bentuk investasi yang dilakukan oleh Bank
Syariah antara lain :
a. Pembiayaan yaitu penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan akad
mudharabah, musyarakah, dan/atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip
syariah.
b. Piutang yaitu tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan/atau sewa
berdasarkan akad murabahah, salam, istishna dan/atau ijarah.
c. Surat berharga syariah yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip
syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara
8 Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah, Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia: Agustus 1999-Januari 2005, Peraturan Bank Indonesia No: 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, (Jakarta: 2003), h.68-70.
25
lain wesel, obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga
lainnya berdasarkan prinsip syariah.
d. Penempatan yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya
dan/atau bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah (BPRS) antara
lain dalam bentuk giro dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka
dan/atau tabungan muharabah, pembiayaan yang diberikan, sertifikat
investasi mudharabah antar bank (IMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan
lainnya berdasarkan prinsip syariah.
e. Penyertaan modal yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham
pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah termasuk
penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan
opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip
syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah.
f. Penyertaan modal sementara yaitu penyertaan modal bank syariah dalam
perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang
(debt to equity swap), sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku termasuk dalam bentuk surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi
tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan nasabah.
26
g. Transaksi rekening administrasi yaitu komitmen dan kontijensi (off balance
sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi
(endorsemen), irrevocable Letter of Credit (L/C) dan garansi lain berdasarkan
prinsip syariah.
h. Sertifikasi Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yaitu sertifikat yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip wadiah.
3. Bentuk Pembiayaan Bank Syariah
Dalam Undang Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
dijelaskan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
1) Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan antara pemilik dana dan
pengelola usaha untuk melakukan kerjasama usaha tertentu dengan
pembagian nisbah keuntungan yang disepakati pada awal akad.
2) Pembiayaan musyarakah adalah kerjasama antara pemilik modal/dana
untuk bersama menggabungkan modal mereka untuk usaha tertentu.
Nisbah keuntungan disepakati bersama pada saat akad.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli atau dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
1) Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang selama
waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
27
2) Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik adalah pembiayaan dengan
prinsip sewa menyewa suatu barang, dengan perpindahan kepemilikan
objek sewa dari pihak yang memberi sewa kepada pihak yang menyewa
pada akhir masa perjanjian.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;
1) Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah, dimana bank membelikan barang yang diperlukan nasabah dan
menjualnya kembali kepada nasabah dengan nilai jual dan margin
keuntungan yang diketahui dan disepakati oleh nasabah.
2) Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan pembayaran harga lebih dahulu.
3) Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dengan pemesanan
pembuatan dimana kriteria dan persyaratannya telah disepakati penjual
dan pemesan.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, adalah penyediaan
dana dan atau tagihan antara bank syariah dengan nasabah peminjam dalam
jangka waktu tertentu;
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Jenis-jenis pembiayaan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
28
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.
C. Pola Investasi Mudharabah
Pola investasi melalui pembiayaan mudharabah merupakan salah satu bentuk
pembiayaan yang diterapkan oleh bank syariah. Berikut adalah pengertian, dasar
hukum, jenis dan penerapannya pada bank syariah.
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.9 Disebut juga qiradh, yang
berasal dari kata al-Qardhu yang berarti al-Qath’u (potongan), karena pemilik
memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungannya.10 Orang-orang Madinah menyebut kontrak jenis ini dengan
sebutan muqaradah, yang diambil dari perkataan qard yang berarti menyerahkan.
Dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan modalnya kepada pengusaha.
Secara terminologi, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
9 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet.1, h.95. 10 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), Cet.12, h.31.
29
Menurut Adiwarman A. Karim, mudharabah adalah bentuk kontrak kerja
sama antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan jumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si
pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung.11
Sementara menurut Muhammad Syafi’i Antonio, mudharabah adalah
akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan kelalaian si pengelola seandainya kerugian itu
disebabkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola harus
bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Dari penjelasan mengenai definisi mudharabah di atas, dapat diketahui
bahwa keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, misalnya antara bank dan nasabah 50% : 50%
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu tidak
disebabkan oleh kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan oleh
kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung
jawab sepenuhnya atas kerugian tersebut.
11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Ed.3, Cet.6, h.205.
30
2. Landasan Syariah Mudharabah
Dalam Islam, dasar hukum mudharabah adalah jaiz (boleh) berdasarkan
dalil as-Sunnah (taqrîr Nabi Saw) dan Ijma sahabat (an-Nabhani, 1990: 153),12
karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal (rab al-mal)
dengan pengelola usaha (mudharib). Meskipun mudharabah tidak secara
langsung disebutkan oleh al-Quran atau Sunnah, ia adalah sebuah kebiasaan yang
diakui dan dipraktikkan oleh umat Islam, dan bentuk dagang semacam ini terus
hidup sepanjang periode awal masa Islam sebagai tulang punggung perdagangan
karavan dan perdagangan jarak jauh. Di antara orang yang melakukan kegiatan
mudharabah ialah Nabi Muhammad SAW sebelum beliau menjadi Rasul. Beliau
bermudharabah dengan calon istrinya Khadijah dalam melakukan perniagaan
antara Negeri Mekah dengan Negeri Syam.
Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha, hal ini tampak dari dasar hukum mudharabah
berikut ini :
a. al-Qur’an
...وءاخرون يضربون في الأرض يبتغون من فضل الله “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah Swt…” (QS. al-Muzammil/73: 20)
12 Farid Ma'ruf, Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam, artikel diakses pada 9 April 2010 dari www.investasisyariah.wordpress.com.
31
في الأرض وابتغوا من فضل الله واذآروا الله فإذا قضيت الصلاة فانتشروا
آثيرا لعلكم تفلحون“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. al-Jumuah/62: 10)
فإذا أفضتم من عرفات فاذآروا , ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضلا من ربكم
لمن , واذآروه آما هداآم وإن آنتم من قبله, الله عند المشعر الحرام
الضالين“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al-Baqarah/2: 198)
Ketiga ayat tersebut di atas, secara umum mengandung kebolehan akad
mudharabah, yang secara bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah
Swt di muka bumi.
b. Hadis
Hadis Rasulullah yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi al-
mudharabah adalah :
آان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة اشترط على صاحبه أن
32
وال ينزل به واديا، وال يشتري به دابة ذات آبد ال يسلك به بحرا، رطبة، فإن فعل ذلك ضمن، فبلغ شرطه رسول اهللا صلى اهللا عليه
وآله وسلم فأجازه ).رواه الطبراني فى األوسط عن ابن عباس(
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muntalib jika memberikan dana kepada mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan dan tidak mengarungi lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani).
Hadis lain telah diriwayatkan oleh Imam Quthni dan perawi-perawi yang
dapat dipercaya.
البيع إلى: ثالث فيهن البرآة: قال أن النبي صلى اهللا عليه وآله وسلمرواه ابن ماجه (والمقارضة، وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع أجل، )صهيبعن
Diriwayatkan dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli tidak tunai (secara kredit), muqaradah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah).
c. Ijma’
Imam Zailai dalam kitabnya Nashbu ar-Rayah (4/13), telah
menyatakan bahwa para Sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi
pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini
33
sejalan dengan spirit hadist yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab al-Amwal
(454) :
”Rasulullah saw telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata
wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat.”
Indikasi dari hadis ini adalah apabila menginvestasikan harta anak
yatim secara mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta
sendiri. Adapun pengertian zakat di sini adalah seandainya harta tersebut
diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari keuntungan bukan dari
modal. Dengan demikian harta amanat tersebut senantiasa berkembang, bukan
berkurang.
d. Praktek mudharabah pada masa awal Islam
Diriwayatkan bahwa Abdullah dan Ubaidillah, putra-putra Umar bin Khattab r.a., keluar bersama pasukan Irak. Ketika mereka kembali, mereka singgah pada bawahan Umar, yaitu Abu Musa Al Asyhari, gubernur Basrah. Ia menerima mereka dengan senang hati dan berkata : “sekiranya aku dapat memberikan pekerjaan kepada kalian yang bermanfaat, aku akan melakukannya.”, kemudian ia berkata: “sebetulnya begini, ini adalah sebagian dari harta Allah yang aku ingin kirimkan kepada Amirulmukminin. Aku pinjamkan kepada kalian untuk dipakai membeli barang-barang yang ada di Irak, kemudian kalian jual di Madinah. Kalian kembalikan modal pokoknya kepada Amirulmukminin, dengan demikian kalian mendapat keuntungan.”
Keduanya lalu berkata: “kami senang melakukannya.” Selanjutnya Abu Musa melakukannya, dan menulis surat kepada Umar agar beliau mengambil harta dari keduanya. Setelah mereka tiba, mereka menjual (barang) dan mendapatkan laba. Umar lalu berkata “adakah semua pasukan telah dipinjamkan uang seperti kamu?” mereka menjawab: “tidak.” Umar kemudian berkata: “dua anak Amirulmukminin, karena mereka meminjamkan kepada keduanya. Serahkanlah harta dan labanya.”
34
Abdullah diam saja, tetapi Ubaidillah menjawab: ‘wahai Amirulmukminin, kalau harta itu binasa (habis) kami menjaminnya.” Ia (Umar) terus berkata: “serahkanlah.” Abdullah diam saja dan Ubaidillah terus mendebatnya. Salah seorang yang hadir di majelis Umar berkata: “wahai Amirulmukminin, bagaimana sekiranya harta itu anda anggap qiradh?” Umar lalu menyetujui pendapat ini dan mengambil modal berikut setengah dari labanya.13
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mudharabah telah
dipraktekkan pada masa awal Islam dan syariat membolehkan karena
termasuk dari kegiatan muamalah. Mudharabah sangat bermanfaat bagi kedua
pihak, yaitu orang yang memiliki harta dan orang yang mampu mengelola
usaha, membuat harta lebih produktif.
e. Fatwa DSN MUI
1) Fatwa DSN MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh). Dalam ketentuan pembiayaan ayat satu dan dua
disebutkan “Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang
disalurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada pihak lain
untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai
shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek
(usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau
pengelola usaha”.14
13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14, h.32. 14 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Ed.Pertama, Cet.ke-1, (Jakarta: Kencana, 2007), h.340.
35
2) Fatwa DSN MUI No.50/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah.
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
Mudharabah merupakan salah satu dari jenis pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil. Akad pembiayaan mudharabah akan terjadi jika terpenuhi
rukun seperti berikut :
a. Pemilik modal (shahibul maal);
b. Pelaksana usaha (mudharib);
c. Modal (maal);
d. Kerja/usaha (‘amal);
e. Persetujuan kedua belah pihak (ijab kabul/sighat); dan
f. Nisbah bagi hasil.
Sedangkan syarat mudharabah antara lain :
a. Pemilik modal (shahibul maal) dan pelaksana usaha (mudharib) harus cakap
hukum.
b. Modal (maal) adalah sejumlah uang dan/atau asset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha. Syaratnya antara lain
modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, dapat berbentuk uang atau
barang yang dapat dinilai, berbentuk tunai bukan piutang dan harus
diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya melakukan usaha,
baik secara sekaligus maupun bertahap.
36
c. Kerja/usaha (‘amal) yang dikelola mudharib tidak bertentangan dengan
hukum syariah berkaitan dengan mudharabah dan etika bisnis yang berlaku.
Dalam hal kegiatan usaha, penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yakni
keuntungan.
d. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul/sighat), hendaknya jelas dan
disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad, antara ijab qabul harus
selaras baik dalam modal maupun dalam kerja.
e. Nisbah bagi hasil, penentuan nisbah harus diperuntukkan bagi kedua pihak
dan tidak boleh disyaratkan untuk satu pihak. Dalam mudharabah, pembagian
keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk presentase (nisbah) keuntungan
sesuai kesepakatan.
4. Jenis Mudharabah
Secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu Mudharabah
Muqayyadah dan Mudharabah Muthlaqah.
a. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah kontrak kerjasama dimana
mudharib di batasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Dalam investasi terikat ini bank bertindak sebagai agen saja, dan atas
kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee.
b. Mudharabah Muthlaqah
37
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
Dalam perkembangan aplikasi mudharabah, terdapat satu bentuk
mudharabah lain yang mulai banyak diaplikasikan pada bank syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya, yaitu :
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah yang merupakan perpaduan dari akad mudharabah
dan akad musyarakah adalah bentuk akad mudharabah di mana pengelola.
5. Skema dan Aplikasi Mudharabah pada Perbankan Syariah
Secara umum, aplikasi dari pembiayaan mudharabah dapat digambarkan
dari skema di bawah ini :
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah
38
Keterangan skema :
1. Nasabah atau mudharib mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah
kepada Bank Syariah sebagai shahibul maal.
2. Dalam suatu proyek/usaha, Bank Syariah memberikan kontribusi berupa
100% modal dan nasabah memberikan kontribusi berupa keahlian/tenaga
untuk mengelola proyek/usaha.
3. Keuntungan yang diperoleh dari proyek/usaha akan dibagi sesuai nisbah yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah (bagi hasil).
4. Nasabah mengembalikan jumlah modal dari bank syariah dengan angsuran
atau sekaligus sesuai kesepakatan.
39
Pada aplikasi perbankan syariah, mudharabah dapat diaplikasikan pada
produk penghimpunan dana dan pembiayaan. Pada sisi penghimpunan dana,
mudharabah diaplikasikan pada :
a. Tabungan mudharabah berjangka yaitu tabungan berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya. Dalam hal ini bank syariah
mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif,
menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai bagi hasil
atau nisbah yang disepakati bersama.
b. Deposito mudharabah, merupakan produk investasi dalam jangka waktu
tertentu menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Hasil keuntungannya
akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati
bersama sebelumnya.
c. Deposito investasi khusus, adalah suatu bentuk investasi nasabah dengan akad
mudharabah muqayyadah, yang disalurkan langsung kepada pembiayaan
tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank, nasabah serta penasihat
keuangan (jika diperlukan).
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah ditetapkan untuk :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
40
b. Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana
khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh shahibul maal.
6. Manfaat dan Resiko Mudharabah
Seperti halnya dengan jenis investasi dan pembiayaan yang lain,
mudharabah juga memiliki banyak manfaat, demikian juga resiko yang terdapat
di dalamnya. Pembiayaan mudharabah memiliki banyak manfaat baik bagi
shahibul maal (penyedia modal) maupun bagi mudharib (pengelola usaha),
sebagaimana telah dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio diantaranya
adalah :
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pandapatan atau hasil usaha bank,
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas
usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar
halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang nyata dan benar
terjadi itulah yang akan dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah berbeda dengan prinsip bunga dimana
bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap
41
berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun usaha mengalami
kerugian atau terjadi krisis ekonomi.
Sementara, resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada
penerapan dalam pembiayaan yang relatif tinggi. Diantara resiko tersebut adalah:
a. Side Streaming, yaitu nasabah melakukan penyimpangan dan menggunakan
dana tidak sesuai yang disebut dalam kontrak.
b. Kelalaian dan kesalahan yang disengaja oleh nasabah pembiayaan.
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Dalam
hal ini, nasabah dapat membuat pemalsuan laporan keuangan dan tingkat
keuntungan yang sebenarnya diperoleh oleh nasabah pengelola usaha.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH
A. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah
BNI Syariah lahir dari sebuah bank besar dengan nama besar PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank papan atas ini menjadi pelopor pengembangan
syariah di Indonesia. Seiring dengan diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, BNI
menerapkan dual banking system yakni dengan menyediakan dua layanan perbankan
sekaligus, konvensional dan syariah yang didukung dengan teknologi yang canggih
yang bisa menjamin tidak akan bercampurnya antara dana yang berasal dari bank
konvensional dengan syariah.
Unit Usaha Syariah (UUS) BNI didirikan sejak tahun 1999. Setelah
memperoleh izin prinsip dan usaha dari Bank Indonesia, pada 29 april 2000, BNI
meresmikan lima kantor cabang syariah di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara
dan Banjarmasin. Kemudian pada tahun 2001 sesuai Surat Izin Bank Indonesia
No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di
Jakarta dan satu cabang di Bandung.
Hingga tahun 2009, BNI Syariah telah memiliki 27 Kantor Cabang Syariah
(KCS) dan 31 Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS). Selanjutnya berlandaskan
peraturan Bank Indonesia No 8/3/PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor
cabang Bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah untuk melayani
42
pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah juga menerapkan Syariah
Channelling Outlet (SCO) yang hingga kini terdapat di 678 outlet kantor cabang
konvensional.
Dengan adanya fasilitas Syariah Chanelling Outlet yang disediakan oleh BNI
Syariah, BNI Syariah berharap dapat membantu masyarakat memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan layanan syariah di cabang-cabang BNI konvensional. Inilah salah
satu strategi BNI syariah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat.
Kinerja BNI Syariah sendiri dari tahun ke tahun memperlihatkan pertumbuhan
yang positif dengan posisi semester satu Juni 2008, aset BNI Syariah mencapai Rp
3,38 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp 2,69 triliun dan dana pihak ketiga (DPK)
sebesar Rp 2,63 triliun. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah didukung
oleh keberhasilan penyaluran produk BNI Wirausaha Syariah sekitar Rp 55,52 miliar
dan BNI Tunas Usaha sebesar Rp18,82 miliar.1
Dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah memperlihatkan
perkembangan, kinerja dan kepatuhannya terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan
dengan penghargaan dari Bank Indonesia (BI) pada tahun 2007 sebagai “The Best
Marketshare Expansion”, kemudian diikuti dengan penghargaan dari Karim Business
1BNI Syariah, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx.
43
Consulting pada tahun 2008 sebagai “The Best Unit Sharia” serta “The Best Banking
Service Excellence” pada tahun 2009 dari MRI & Info Bank.2
Selanjutnya, pada tahun 2001 sesuai Surat Izin Bank Indonesia
No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di
Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, serta satu cabang di Bandung.3
Ke depannya, BNI Syariah berupaya untuk memperluas akselerasi bisnis,
meningkatkan kepercayaan dan citra, meningkatkan efektivitas, efisiensi dan
fleksibilitas pengembangan bisnis, dan mempertajam kompetensi Sumber Daya
Manusia (SDM) dengan melakukan Spin Off Unit Usaha Syariah menjadi Bank
Umum Syariah.
B. Visi dan Misi BNI Syariah
Dengan falsafah untuk memberikan yang terbaik sesuai kaidah, BNI Syariah
berupaya menjadi bank syariah yang unggul dalam layanan kinerja dengan
menyediakan produk dan layanan perbankan syariah yang inovatif untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, BNI Syariah
memiliki visi dan misi yaitu:
2 BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009). 3 BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).
44
Visi BNI Syariah
Menjadi Bank Syariah yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan
kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa
berkah.
Misi BNI Syariah
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan
perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah
kebanggaan anak negeri.
C. Struktur Organisasi BNI Syariah
BNI Syariah merupakan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang melaksanakan kegiatan usaha dalam
bidang perbankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Kegiatan usaha ini termasuk
dalam divisi usaha syariah atau Unit Usaha Syariah yang berada di bawah
kepemimpinan Direktur Usaha Kecil, Menengah dan Syariah.
Dalam menjelaskan struktur organisasi BNI Syariah, penulis mencantumkan
struktur organisasi yang ada di BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
sebagai tempat yang menjadi objek penelitian penulis. PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, memenuhi standar berdirinya
sebuah institusi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat, dan didukung oleh
Sumber Daya Insani yang unggul dan profesional dalam bekerja, serta terlihat jelas
rasa kekeluargaan antara pegawai bawahan dan atasan.
45
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta
Selatan dipimpin oleh seorang Pemimpin cabang dan dalam operasionalnya dibantu
oleh Pemimpin Operasional dan pemimpin Cabang Pembantu, serta beberapa
Penyelia (Pemasaran, Operasional, Umum dan Keuangan, dan Pelayanan Nasabah),
selain itu juga para penyelia dibantu oleh beberapa asisten yang sesuai dengan
keahliannya.
Struktur organisasi BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan memiliki
peran, tugas dan wewenang diantaranya :4
1. Penyelia Pemasaran Bisnis
Sebagai langkah awal, bagian Pemasaran membuat rencana target, baik
untuk produk pendanaan (funding) maupun pembiayaan (financing). Dalam
menyusun target, Kantor Cabang menyesuaikan dengan rencana kerja
operasional bank syariah yang dibuat oleh Divisi USY. Kegiatan pemimpin
pemasaran dibantu oleh beberapa analis yang bertugas memberikan analisa dan
masukan terhadap proyek yang diajukan oleh para nasabah.
Salah satu unit yang ada di Pemasaran ini adalah rahn/gadai emas, karena
rahn/gadai emas syariah ini termasuk salah satu produk yang dikembangkan dan
dikelola oleh bagian pemasaran.
2. Penyelia Bidang Operasional
4 BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).
46
Melakukan aktivitas operasional perusahaan, yang dibantu oleh assisten
kliring dan assisten Administrasi Kredit, merekap transaksi-transaksi tunai,
setoran dan pembayaran serta laporan kas harian.
3. Bagian Umum dan Keuangan
a. Kesekretariatan
1) Surat-menyurat;
2) Arsip dan Dokumen.
b. Inventaris
1) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran;
2) Belanja barang investasi dan biaya;
3) Membuat penyusutan (cadangan penyusutan).
c. Personalia
1) Urusan gaji karyawan dan jaminan sosial;
2) Penyelenggaraan kartu pegawai dan data pegawai;
3) Pendidikan dan pembinaan karyawan.
d. Urusan Rumah Tangga Kantor
1) Keamanan dan tata tertib kantor;
2) Pemeliharaan kantor dan pemeliharaan Inventarisasi kantor serta
perlengkapan/perbekalan kantor.
e. Akuntansi Cabang
1) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi harian;
2) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi bulanan;
47
3) Laporan ke bank Indonesia;
4) Membuat laporan pajak;
5) Membuat slip gaji pegawai;
6) Mengurus kenaikan gaji dan pangkat.
4. Bagian Pelayanan Nasabah
Memberikan pelayanan kepada nasabah (membuka tabungan, setoran
uang/menabung, aplikasi kirim uang) dan hal-hal yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan nasabah.
Posisi Branch Quality Assurance (BQA) memiliki tugas mengawasi serta
mengoreksi bila ada temuan-temuan pada pelaksanaan kegiatan Bank sehari-hari
apakah sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan atau belum, BQA ini bisa
disebut juga dengan auditor internal.
Cabang Pembantu (Capem) merupakan salah satu cara Kantor Cabang
untuk memperluas jaringannya dan juga untuk menjangkau para nasabah yang
ingin bertransaksi dengan sistem nonribawi, dan dipimpin oleh seorang
pemimpin KCPS dibantu oleh seorang pegawai teller dan customer service.
Fungsi KCPS tidak jauh berbeda dengan kantor agen, karena kantor cabang
pembantu tidak membuat laporan keuangan sendiri.
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi perusahaan yang ada di PT. BNI
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
48
49
D. Produk dan Jasa Layanan BNI Syariah
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah
seperti jual beli dan bagi hasil, serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan
yang mampu memenuhi kebutuhan nasabah. BNI Syariah menyadari bahwa
masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada masyarakat
muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang
menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern.
Untuk itulah BNI Syariah yang memiliki fungsi dan peran sebagai manajer
investasi, investor, pengelola kegiatan sosial dan penyedia produk dan jasa keuangan
ini, senantiasa berupaya melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana
maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-
fiturnya.
Produk BNI Syariah yang juga terdapat pada BNI Kantor Cabang Syariah
Jakarta Selatan dapat di kategorikan menjadi tiga produk, yakni (1) produk
penghimpunan dana; (2) produk pembiayaan/ penyaluran dana; dan (3) pelayanan
jasa lainnya, yang dapat dilihat dari gambar berikut ini :5
5BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Sejarah BNI Syariah Jakarta Selatan, (Jakarta, 2009).
50
Gambar 3.1 Produk - Produk BNI Syariah
PRODUK-PRODUK PT. BNI SYARIAH JAKARTA SELATAN
JENIS PRODUK PRINSIP YANG DIGUNAKAN PRODUK
Pembiayaan
Jual Beli (Buyu’) • Murabahah
Jasa Perbankan
Penghimpun Dana
Wadi’ah · Giro Wadi’ah
Mudharabah • Tabungan Mudharabah • Deposito Mudharabah
Bagi Hasil • Mudharabah
Wakalah
Kafalah
• Kiriman Uang • Inkaso dan LC
· Bank Garansi
Jasa • Rahn/Qardh
Sumber : BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
Adapun konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah di BNI
Syariah adalah : 6
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku
penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara
diangsur.
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan
nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar
modal pada suatu usaha yang disepakati. Atau dalam produk penghimpunan 6BNI Syariah, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari http://www.bni.co.id/Syariah/BankSyariah/tabid/176/Default.aspx.
51
dana, maka pihak penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal)
sedangkan bank bertindak sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan
menginvestasikan dana ke sektor-sektor riil yang sesuai syariah.
3. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara
Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak.
Dalam pembiayaan musyarakah, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan porsi modal masing-masing.
4. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa
yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli,
namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Produk-produk dan jasa layanan yang dapat ditawarkan dan disediakan oleh
BNI Syariah bagi para para nasabahnya, antara lain :7
1. Produk Funding atau Penghimpunan Dana
a. Tabungan iB8 Plus
Tabungan iB Plus adalah tabungan berdasarkan prinsip Mudharabah
Mutlaqah yang akan diinvestasikan secara produktif, halal dan sesuai prinsip
syariah.
7 BNI Syariah,Produk Dana dan Jasa, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari http://www.bni.co.id/Syariah/BankSyariah/tabid/176/Default.aspx. 8 Logo iB ‘Islamic Banking’ diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 2 Juli 2007 sebagai sarana sosialisasi dan edukasi Bank Syariah kepada masyarakat. Logo ini menjadi ciri khas bagi setiap produk yang dimiliki oleh Bank Syariah.
52
b. BNI Tapenas Syariah
BNI iB Tapenas adalah tabungan pendidikan dengan perlindungan
asuransi dan setoran sesuai kemampuan nasabah.
c. BNI iB Giro (IDR & USD)
Giro Syariah merupakan produk dengan menggunakan prinsip Wadiah
Yadh Dhamanah9 yang memberikan segala kemudahan on-line pada cabang-
cabang BNI di seluruh Indonesia.
d. BNI iB Deposito (IDR dan USD)
BNI iB Deposito adalah investasi berjangka dengan prinsip
Mudharabah Mutlaqah.10
e. BNI iB Haji
Merupakan produk tabungan yang dikhususkan untuk memenuhi
Ongkos Naik Haji (ONH) yang dikelola secara halal, aman dan sesuai syariah.
2. Produk Financing atau Penyaluran Dana
a. BNI iB Griya
BNI iB Griya adalah pembiayaan bagi nasabah yang ingin
mewujudkan kebutuhan perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi
rumah. 9 Wadiah Yadh Dhamanah merupakan titipan dana murni yang dengan seizin dari pemilik dana dapat dioperasikan oleh Bank untuk mendukung sektor riil, dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik sewaktu waktu oleh pemilik dana dengan menggunakan media cek atau bilyet giro. 10 Mudharabah muthlaqah merupakan simpanan dana masyarakat (pemilik dana/shahibul maal) yang oleh BNI Syariah (mudharib) dapat dioperasikan untuk mendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dilakukan bagi hasil antara pihak penabung dan pihak bank sesuai nisbah yang disepakati.
53
b. BNI iB Oto
BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan
dengan proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah.
c. BNI iB Cerdas
BNI iB Cerdas merupakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
biaya pendidikan di sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga pendidikan
formal lainnya.
d. BNI iB Multijasa
BNI iB Multijasa adalah pembiayaan jasa konsumtif seperti
pembiayaan untuk jasa pernikahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, wisata
umroh/haji, dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah,
berdasarkan akad ijarah.11
e. BNI iB Wirausaha
BNI Wirausaha Syariah merupakan pembiayaan usaha dari Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) yang diproses lebih cepat dan fleksibel sesuai dengan
syariah.
f. BNI iB Tunas Usaha
Merupakan pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah
sampai dengan Rp. 500 juta.
11 Akad ijarah adalah sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan.
54
g. BNI iB Gadai Emas
BNI iB Gadai Emas atau disebut juga pembiayaan Rahn merupakan
pembiayaan jangka pendek dengan jaminan berupa emas (lantakan atau
perhiasan).
h. BNI iB Pembiayaan Usaha Kecil
BNI iB Usaha Kecil adalah pembiayaan modal kerja atau investasi
kepada pengusaha kecil sampai dengan Rp 10 miliar berdasarkan prinsip
murabahah, musyarakah, mudharabah dan ijarah.
i. BNI iB Pembiayaan Besar/ Non Ritel
BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah pembiayaan modal kerja atau
investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp.10 Milyar
berdasarkan prinsip murabahah, mudharabah, musyarakah dan ijarah.
3. Jasa Layanan Lainnya
a. Jaringan Elektronik
Untuk jaringan elektronik, BNI memberikan layanan untuk kebutuhan
transaksi perbankan nasabah, seperti :
1) ATM (Automatic Teller Machine)
ATM merupakan layanan perbankan selama 24 jam yang meliputi
penarikan tunai, inquiry saldo rekening tabungan, setoran tunai dan
berbagai jenis pembayaran tagihan.
2) SMS Banking
55
BNI Syariah SMS Banking adalah fasilitas layanan perbankan dari
BNI Syariah dalam beberapa transaksi finansial seperti inquiry
saldo, inquiry tiga transaksi terakhir, ganti PIN, transfer antar rekening
BNI Syariah/BNI dan isi ulang pulsa.
3) Internet Banking
BNI Internet Banking adalah fasilitas layanan transaksi perbankan
melalui jaringan internet bagi nasabah BNI Syariah yang menginginkan
kemudahan bertransaksi dari Personal Computer, Laptop dan PDA.
4) Phone Banking
Phone Banking adalah layanan perbankan melalui telepon selama
24 jam, yang member kemudahan kepada nasabah dalam mendapatkan
segala informasi dan melakukan transaksi perbankan lewat telepon
5) BNI Mobile
Merupakan layanan perbankan melalui handphone, yang
memberi kemudahan bagi nasabah dalam melakukan transfer dana,
bayar tagihan dan isi ulang pulsa, serta cek saldo dan mutasi rekening.
b. Inkaso
Inkaso merupakan jasa layanan yang dilakukan bank untuk melakukan
penagihan ke seseorang atau badan tertentu yang telah ditunjuk oleh pihak
ketiga pemberi amanat dengan menggunakan prinsip wakalah.
c. Transaksi Kiriman Uang (Remittance/Fund Transfer)
56
Dengan menggunakan akad wakalah, BNI Syariah dengan cepat dan
aman memberikan layanan kiriman uang dari dan ke seluruh dunia, melalui
aplikasi kiriman uang berbasis internet ’smart remittance’
d. Money Changer
Cabang-cabang BNI Syariah menyediakan layanan transaksi jual beli
valuta asing (valas) atau Money Changer. Transaksi jual beli valas ini
menggunakan akad al-Sharf, yakni menggunakan kurs yang berlaku saat
transaksi.
e. Perdagangan dan Transaksi Internasional
BNI memiliki jaringan korespondensi yang luas sehingga
memudahkan nasabah untuk bertransaksi dengan mitra usaha di seluruh dunia.
1) SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
Untuk mendukung bisnis nasabah di dalam negeri, BNI Syariah
dapat menerbitkan maupun menerima SKBDN dari bank koresponden di
dalam negeri.
2) Bank Garansi
BNI Syariah dapat menerbitkan bank garansi untuk membantu
nasabah dalam melakukan transaksi dengan mitra usaha di dalam maupun
luar negeri, dalam menjamin nasabah dengan jaminan L/C (counter
guarantee) yang diterbitkan oleh bank koresponden dengan akad kafalah.
3) Transaksi L/C Ekspor
57
BNI Syariah menangani L/C yang diterbitkan oleh Bank
koresponden untuk kepentingan nasabah seperti advising dan negotiating
L/C. Transaksi akan diproses melalui Trade Processing Center.
a) Advising L/C
BNI Syariah dapat bertindak sebagai ’advising’ atas setiap L/C yang
diterbitkan oleh bank koresponden. L/C dapat dikirimkan langsung
kepada cabang-cabang BNI Syariah dan akan diproses dengan cepat
dan efisien, administrasi yang akurat serta respon yang tepat.
b) Negotiating L/C
BNI Syariah akan menegosiasi L/C yang diterbitkan oleh bank
koresponden untuk kepentingan nasabah. Nasabah dapat
mengkonversikan hasil ekspor ke dalam mata uang lain.
c) Confirming L/C
BNI Syariah mengkonfirmasi L/C yang diterbitkan oleh bank
koresponden untuk kepentingan nasabah.
4) Import Services
BNI Syariah memberikan layanan transaksi impor termasuk
penanganan L/C seperti pembukaan L/C dan pembayaran L/C.
E. Aktifitas Utama BNI Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah melakukan aktivitas penghimpunan dana dari
masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkan kembali dana tersebut
58
kepada masyarakat yang memerlukan dana untuk keperluan usaha ataupun untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan kata lain Bank merupakan lembaga
perantara (intermediary) antara orang yang memiliki kelebihan dana dengan orang
yang kekurangan dana.
Aktivitas lain juga yang biasa dilakukan oleh sebuah institusi bank yaitu
menggerakkan sektor riil baik yang berskala kecil, menengah ataupun besar, yang
pada akhirnya akan berakibat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi makro. Untuk
lebih memudahkan aktivitas yang dilakukan BNI Syariah dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini :
Gambar 3.2 Kegiatan Utama BNI Syariah
SUMBER DANA :•GIRO WADIAH
•TABUNGAN SYARIAHPLUS•DEPOSITO MUDHARABAH
•EQUITY
Mark up based :- Jual beli- Sewa beliSUMBER DANA :
•GIRO WADIAH•TABUNGAN SYARIAHPLUS•DEPOSITO MUDHARABAH
•EQUITY
POOLING DANA
Bagi Hasil :•Mudharabah•Musyarakah
Aktivitas treasury :- SWBI, Obligasi, dll
MarginProfit
DistributionProfit
Distribution
BagiHasil
Jasa-Jasa:•Kiriman Uang
•Inkaso•Garansi Bank
PORSI NASABAH
100% pendapatan Bank PORSI BANK
Sumber : BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
Seperti terlihat pada gambar, bank menarik dana dari masyarakat dengan
menggunakan berbagai fasilitas pendanaan (funding) seperti Tabungan Syariah Plus,
Deposito Mudharabah dan Giro Wadi’ah. Kemudian bank mengelola dana tersebut
59
dan menyalurkan dana pemberian pembiayaan (financing) kepada masyarakat dengan
berbagai kemudahan yang tersedia dalam beberapa produk yang tersedia dalam
sebuah bank atau bank menginvestasikannya kembali dengan membeli SWBI,
Obligasi, Saham dan lain-lain.
Selain melakukan aktivitas utamanya (penghimpunan dana dan penyaluran
dana) BNI Syariah juga melakukan aktivitas lain yang bisa memberikan nilai tambah
terhadap perusahaan dengan memberikan kemudahan kepada nasabah atau
masyarakat. Hal ini didukung dengan berbagai fasilitas yang dimiliki PT. BNI
Syariah, dengan memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh PT. BNI (Persero) Tbk
yang makin berkembang, diantara aktivitas tambahan itu adalah jasa layanan seperti
Transfer (kirim uang), Kliring dan RTGS, Inkaso, ATM, Internet dan SMS Banking
serta transaksi Valas.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BNI Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan dalam bidang
perbankan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Islam. BNI Syariah
sebagai salah satu dari bagian dari dunia perbankan syariah terus berupaya
meningkatkan kinerja, meningkatkan kepercayaan dan citra, dan meningkatkan
pengembangan produk-produk dan layanan yang diberikan. Salah satu cara untuk
mewujudkan hal tersebut, BNI Syariah melakukan pengembangan dan peningkatan
pola investasi melalui pembiayaan syariah. Termasuk dalam pembiayaan syariah BNI
Syariah adalah piutang syariah, pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah.
Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan terpenting dan menjadi
pendapatan utama bagi BNI Syariah. Salah satu pembiayaan yang terdapat pada BNI
Syariah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah kerjasama
antara BNI Syariah sebagai penyedia dana dengan nasabah pengelola usaha, dimana
bank menyediakan dana 100%. Pembagian keuntungan dari penggunaan dana dibagi
sesuai nisbah bagi hasil yang disepakati, kerugian ditanggung oleh bank sebagai
61
pemilik modal, asalkan tidak terjadi kesalahan atau pelanggaran syariah yang telah
ditetapkan atau tidak terjadi kelalaian atau kesalahan di pihak BNI.1
Ketentuan umum dari pembiayaan mudharabah di BNI Syariah antara lain :
1. Jumlah modal yang disetor pada nasabah selaku pengelola modal harus
diserahkan secara tunai, dapat berupa uang atau barang yang nilainya dinyatakan
dalam satuan uang, serta bukan dalam bentuk piutang/tagihan.
2. Hasil usaha dibagi sesuai dengan yang disebutkan dalam akad, pada setiap bulan
atau waktu yang disepakati.
3. Bank selaku pemilik modal menanggung semua resiko usaha, kecuali akibat yang
disebabkan karena kelalaian dan penyimpangan oleh nasabah. Besar kerugian
usaha nasabah yang dapat ditanggung oleh bank adalah maksimal sebesar jumlah
pembiayaan yang diberikan.
4. Bank berhak melakukan pengawasan, atau pembinaan terhadap pekerjaan dan
usaha nasabah, tanpa mencampuri urusan usaha nasabah.
5. Untuk ketentuan jangka waktu pembiayaan mudharabah BNI Syariah dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar nasabah. Tata cara
pengembalian dana dapat dilakukan sekaligus di akhir atau secara angsuran
setiap bulan atau tiga bulan.
1 Staff Marketing, Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, Selasa 18 Mei 2010.
62
Pembiayaan yang berdasarkan mudharabah BNI Syariah antara lain BNI iB
Tunas Usaha, BNI iB Wirausaha dan BNI iB Usaha Kecil. Secara umum persyaratan
pengajuan untuk pembiayaan mudharabah BNI Syariah adalah :
1. Syarat untuk pembiayaan mudharabah yang bersifat konsumtif
a. Foto copy KTP suami dan istri, kartu keluarga dan surat nikah;
b. Asli slip gaji pemohon;
c. Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Tetap/Surat Keterangan Masa Kerja;
dan
d. Surat kuasa, surat pernyataan nasabah dan surat persetujuan suami/istri.
2. Syarat untuk pembiayaan mudharabah yang bersifat produktif
a. Kegiatan usaha telah berjalan satu atau dua tahun;
b. Foto copy KTP suami dan istri, kartu keluarga dan surat nikah;
c. Foto copy surat izin usaha (SIUP, TDP, SITU);
d. Laporan aktivitas keuangan usaha (laba/rugi, neraca) terakhir;
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
f. Menyerahkan jaminan dan bukti kepemilikan jaminan.
Secara umum, fokus pembiayaan BNI Syariah adalah pertanian, perdagangan,
industri manufaktur dan perumahan. Pada dasarnya semua sektor usaha dapat
diberikan pembiayaan mudharabah,yang sesuai syariah.2 Namun, pembiayaan dengan
2 Staff Marketing, Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, Selasa 18 Mei 2010.
63
akad mudharabah umumnya digunakan untuk membiayai suatu proyek atau usaha
produktif.
Sektor-sektor usaha yang dibiayai melalui pembiayaan mudharabah adalah
usaha-usaha yang besar dan produktif seperti usaha perdagangan (pedagang kecil,
menengah dan besar), konstruksi/proyek, usaha perumahan, usaha distribusi
barang/jasa, pertanian, jasa, komunikasi, serta Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM).3
Usaha yang dapat diberikan pembiayaan mudharabah umumnya adalah usaha
yang telah berjalan minimal selama satu tahun, contohnya pada BNI iB Wirausaha,
tapi umumnya dua tahun karena usaha yang berjalan satu tahun umumnya lebih
memiliki resiko yang tinggi.
Adapun mekanisme pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah adalah
sebagai berikut : 4
1. Tahap awal adalah nasabah mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis
melalui formulir yang telah disediakan, serta melengkapi data-data dan
persyaratan sebagai bahan penilaian bank;
2. Jika data nasabah sudah lengkap, selanjutnya bank akan melakukan proses
verifikasi kebenaran data-data nasabah (prescreening), yaitu dengan mengecek
data pembiayaan nasabah di bank lain, mengecek daftar hitam Bank Indonesia
3 Staff Marketing, Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, Selasa 18 Mei 2010. 4 Staff Marketing, Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, Selasa 18 Mei 2010.
64
dan BNI Syariah, serta daftar nasabah pembiayaan macet. Bank juga akan
memastikan bahwa usaha nasabah tidak termasuk ke dalam usaha yang dilarang
dan dihindari untuk dibiayai, serta akan melakukan kunjungan ke lokasi usaha
dan lokasi jaminan, dimana bank akan melihat potensi bisnis/usaha nasabah,
melihat kemampuan pengembalian, resiko-resiko bisnisnya, laporan keuangan,
dan lain-lain yang termasuk dalam kelayakan nasabah;
3. Tahap selanjutnya, pihak analis pembiayaan bank akan melakukan analisis atas
permohonan pembiayaan nasabah seperti analisa berdasarkan prinsip 5C, yakni
character, capital, capacity, condition dan collateral, serta mengusulkan
pengadaan fasilitas pembiayaan nasabah. Analisa-analisa tersebut dilakukan oleh
analisa pembiayaan BNI Syariah dengan tujuan mengurangi resiko seminimal
mungkin, juga agar return atau pendapatan dari yang dibiayai tersebut dapat
memberikan hasil yang maksimal dan akan menguntungkan bagi kedua belah
pihak, yaitu BNI Syariah dan nasabah pembiayaan;
4. Setelah dilakukan analisis oleh pihak analis pembiayaan dan data nasabah
dinyatakan lengkap,serta layak untuk diberikan pembiayaan, maka permohonan
pembiayaan akan disetujui oleh pemutus bisnis pada unit bisnis dan pemutus
resiko pada unit resiko.
5. Setelah disetujui, bank akan mengeluarkan surat keputusan untuk dilakukan akad
pembiayaan, dan melakukan pencairan dana yang dapat dilakukan secara
bertahap atau sekaligus (penuh) sesuai kebutuhan dan kondisi nasabah;
65
6. Selama jangka waktu pinjaman, bank akan memantau dan melakukan
pengawasan kepada nasabah setiap bulan.
Seperti pembiayaan lainnya, pembiayaan mudharabah juga memiliki resiko,
terutama bagi pihak bank. Diantara resiko yang dapat terjadi pada pembiayaan
mudharabah bagi BNI Syariah adalah :
1. Resiko usaha yang dikelola nasabah mengalami kerugian dan/atau collaps;
2. Nasabah tidak mau mengembalikan modal dan membayar angsuran;
3. Resiko usaha dan operasional, antara lain pencatatan dan pelaporan keuangan
yang tidak benar, kesalahan, serta manipulasi oleh nasabah.
4. Resiko hukum dan kebijakan pemerintah, seperti kebijakan pajak oleh
pemerintah yang dapat mempengaruhi tingkat biaya produksi dan kebijakan
harga jual, yang berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh mudharib
dalam mengelola usahanya.
Jika terjadi kerugian pada usaha/proyek yang dikelola mudharib, maka untuk
mengantisipasinya, upaya yang dilakukan BNI Syariah adalah dengan melakukan
analisa terlebih dahulu, apakah nasabah tersebut mengalami kerugian karena resiko
bisnis atau karena kelalaian nasabah pengelola.
1. Jika kerugian terjadi karena resiko bisnis, maka bank dan nasabah akan
menanggung bersama kerugian tersebut. Bank akan melakukan pengawasan ke
manajemen usaha nasabah.
2. Jika kerugian terjadi karena kelalaian nasabah, seperti pelanggaran nasabah
terhadap akad mudharabah, maka bank akan mengeksekusi jaminan nasabah.
66
Dalam aplikasinya, jumlah pembiayaan mudharabah BNI Syariah masih kecil
dibandingkan dengan pembiayaan lainnya seperti pembiayaan murabahah dan
musyarakah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik dari pihak nasabah
maupun pihak BNI Syariah. Hal-hal tersebut antara lain proses permohonan
pembiayaan mudharabah yang masih sulit dan lambat, nasabah lebih memilih
pembiayaan yang lebih cepat dan mudah dalam aplikasinya seperti pembiayaan
murabahah. Seringkali, sedikitnya pembiayaan mudharabah yang dapat diberikan
juga disebabkan karena masih banyak nasabah yang belum menerapkan transparansi,
kejujuran dan keterbukaan dalam mengelola modal, sehingga menyebabkan jumlah
pendapatan atau keuntungan usaha yang harus dibagi dengan bank, akan menjadi
lebih kecil.
Dari sisi bank, pembiayaan mudharabah memiliki tingkat resiko yang lebih
tinggi dibandingkan pembiayaan yang lain, dan masih perlu dioptimalkannya
manajemen resiko dalam mengelola pembiayaan mudharabah.
Hal lain yang dapat menjadi sebab kurang berkembangnya pembiayaan
mudharabah adalah masih kurangnya pemahaman masyarakat dan nasabah tentang
pembiayaan mudharabah, sehingga perlu ditingkatkan kembali promosi melalui
media cetak, media massa dan media elektronik, sosialisasi serta edukasi pembiayaan
67
mudharabah kepada masyarakat, baik melalui seminar, penyuluhan, dan sarana
lainnya. Pembiayaan mudharabah yang telah diberikan juga perlu diberikan
pembinaan lebih intensif sehingga nasabah terpacu dalam mengelola modal dengan
baik sehingga dapat menghasilkan rata-rata keuntungan yang lebih tinggi.
Namun, banyak manfaat yang didapat dari pembiayaan mudharabah, yakni
selain memberikan keuntungan bagi bank, bank juga dapat membantu membina
nasabah dari usaha kecil sampai menjadi usaha besar, serta merupakan salah satu
sarana tolong menolong antara bank dengan nasabah.
A. Strategi Pengembangan Pola Investasi Mudharabah
Dalam mengembangkan pembiayaan mudharabah sebagai salah satu
pembiayaan investasi, BNI Syariah menerapkan strategi pengembangan, yaitu dengan
pengembangan pasar dan pengembangan produk. Adapun strategi tersebut antara lain
Pertama, meningkatkan promosi pembiayaan mudharabah. Strategi yang dilakukan
yaitu dengan mengoptimalkan penyaluran pembiayaan mudharabah yang dapat
menghasilkan pendapatan optimal seperti pada pembiayaan sektor usaha mikro, kecil
dan menengah. Promosi lain dapat dilakukan dengan meningkatkan penetrasi pasar
dari produk pembiayaan dengan prinsip mudharabah, seperti produk BNI Wirausaha
dan BNI Tunas Usaha Syariah.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan, BNI Syariah juga melakukan
kerjasama dengan lembaga penjamin pembiayaan seperti Perum Sarana
Pengembangan Usaha (SPU) melalui pembiayaan syariah. Pada tahun 2008, BNI
68
Syariah juga bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) dalam
program penyaluran Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR).5 Penyaluran pembiayaan
ini juga dilakukan melalui BMT atau Koperasi Syariah. Umumnya, selama masa
pembiayaan, BNI Syariah juga melakukan pengawasan dan pembinaan usaha
nasabah, serta melanjutkan program restrukturisasi terhadap nasabah pembiayaan
mudharabah yang potensial.
Kedua, Memberikan tingkat bagi hasil yang bersaing dengan lembaga
keuangan syariah lainnya. Tingkat bagi hasil yang menguntungkan, tidak hanya bagi
bank, tetapi juga bagi nasabah, secara langsung akan menarik nasabah pembiayaan.
Ketiga, Berusaha memberikan edukasi kepada masyarakat, baik melalui
penyuluhan, pelatihan dan seminar, maupun interaksi secara langsung di kantor
layanan BNI Syariah, yang tujuannya agar masyarakat agar lebih mengenal dan
memahami syariah dan bank syariah. Langkah ini juga dilakukan oleh BNI Syariah
dengan menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang syariah, yang tujuannya
memberikan kemudahan akses bagi para nasabah melalui 27 kantor cabang syariah
BNI, 31 cabang pembantu dan lebih dari 700 office channeling syariah serta outlet
yang khusus meyalurkan kredit pembiayaan, yaitu 50 Sentra Kredit Kecil (SKC), 19
Sentra Kredit Menengah (SKM), 12 Sentra Kredit Konsumen (SKK). Upaya ini
5BNI Syariah, SMF Kerjasama Pembiayaan Pemilikan Rumah, artikel diakses pada 23 September 2010, pada http://www.bni.co.id/HubunganInvestor/InvestorNews/tabid/291/articleType/ArticleView/articleId/110/BNI-Syariah-SMF-Kerjasama-Pembiayaan-Pemilikan-Rumah.aspx.
69
dilakukan untuk mendorong pencapaian pangsa pasar BNI Syariah, khususnya
melalui pembiayaan syariah.
Dari beberapa strategi yang telah dilakukan di atas, diharapkan BNI Syariah
dapat terus mengembangkan pembiayaan mudharabah sebagai salah satu pola
investasi bank. BNI Syariah tidak hanya sebagai penyedia dana, tetapi juga
memberikan pengarahan, pengawasan dan pembinaan terhadap usaha nasabah,
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembiayaan dan pendapatan usaha nasabah,
serta meminimalkan resiko bagi BNI Syariah.
B. Perkembangan Pendapatan BNI Syariah Melalui Pola Investasi
Mudharabah Pada Tahun 2007 – 2009
BNI membangun bisnis perbankan syariah sejak bulan April 2000 dengan
menawarkan produk pembiayaan dan pendanaan yang sejalan dengan prinsip syariah.
BNI Syariah terus meraih berbagai kinerja dan perkembangan yang positif.
Perkembangan ini ditandai antara lain dengan peningkatan pembiayaan sebesar
59,3% dari Rp 1,13 triliun di tahun 2006 menjadi Rp 1,8 triliun di tahun 2007,
meningkat 74% menjadi Rp 3,1 triliun pada akhir tahun 2008 dan sedikit meningkat
hingga Rp 3,2 triliun pada tahun 2009.
Dana Pihak Ketiga meningkat sebesar 60,7% dari Rp 1,12 triliun di akhir
2006 menjadi Rp 1,8 trilun di tahun 2007, tumbuh sebesar 76% menjadi Rp 3,3
triliun, dan bertambah menjadi Rp 4,14 triliun di akhir 2009.
70
Laba bersih BNI Syariah juga mengalami peningkatan sebesar 26,41% dari
tahun 2006 sebesar Rp 15,20 miliar menjadi Rp 19,24 miliar pada tahun 2007,
sebesar Rp 34,44 miliar pada tahun 2008, dan tumbuh lebih dari 100 persen yaitu
sebesar Rp 40,69 miliar pada tahun 2009.
Portofolio pembiayaan BNI Syariah pada tahun 2007 didominasi oleh
pembiayaan Murabahah, yang tercatat senilai Rp 1,47 triliun atau 81,5%, diikuti oleh
pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah sebesar Rp 270,5 miliar (15%), serta
pembiayaan Qard senilai Rp 62,7 miliar (3,5%).
Sementara komposisi pembiayaan Syariah secara persentase (%) pada tahun
2008 adalah pembiayaan Murabahah sebesar 77.17%, pembiayaan Musyarakah
sebesar 16.63%, pembiayaan Mudharabah sebesar 3.81%, dan pembiayaan Lainnya
sebesar 2.39%.
Komposisi Pembiayaan Syariah pada tahun 2009 terdiri dari pembiayaan
Murababah sebesar 75.8%, pembiayaan Musyarakah sebesar 15.8%, pembiayaan
Mudharabah sebesar 3.4%, dan pembiayaan Lainnya sebesar 4.3%.
Berikut ini adalah perkembangan pendapatan BNI Syariah yang diperoleh
melalui pola investasi pembiayaan mudharabah dan pendapatan dari pembiayaan lain
yaitu pembiayaan murabahah dan pembiayaan musyarakah.
71
1. Pendapatan BNI Syariah melalui Pola Investasi Pembiayaan Mudharabah
Tahun 2007
Tabel 4.1 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2007
Jenis Pembiayaan Investasi
Jumlah Pembiayaan %
Jumlah Pendapatan
(dalam jutaan) (dalam jutaan) Pembiayaan Mudharabah 64.835,86 3,6 10.449,36Pembiayaan Murabahah 1.467.811,74 81,5 125.051Pembiayaan Musyarakah 205.313,54 11,4 33.089,64
Sumber: Informasi Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang telah diolah.
Dari tabel tersebut diketahui porsi pembiayaan mudharabah pada tahun
2007 adalah sebesar 3,6% dari total pembiayaan yang diberikan atau sebesar 64,8
miliar dan pendapatan yang diperoleh sebesar 10,4 miliar.
2. Pendapatan BNI Syariah melalui Pola Investasi Pembiayaan Mudharabah
Tahun 2008
Tabel 4.2 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2008
Jenis Pembiayaan Investasi
Jumlah Pembiayaan %
Jumlah Pendapatan
(dalam jutaan) (dalam jutaan) Pembiayaan Mudharabah 119.037 3,8 18.620,35Pembiayaan Murabahah 2.418.330,92 77,2 222.724Pembiayaan Musyarakah 520.003,80 16,63 81.274,65
Sumber: Informasi Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang telah diolah.
72
Dari tabel tersebut diketahui porsi pembiayaan mudharabah pada tahun
2008 adalah sebesar 3,8% dari total pembiayaan yang diberikan atau sebesar 119
miliar dan pendapatan yang diperoleh sebesar 18,6 miliar.
3. Pendapatan BNI Syariah melalui Pola Investasi Pembiayaan Mudharabah
Tahun 2009
Tabel 4.3 Jumlah dan Pendapatan Pembiayaan Tahun 2009
Jenis Pembiayaan Investasi
Jumlah Pembiayaan %
Jumlah Pendapatan
(dalam jutaan) (dalam jutaan) Pembiayaan Mudharabah 140.414,13 4,3 22.228,38Pembiayaan Murabahah 2.475.207,31 75,8 324.735Pembiayaan Musyarakah 515.940,31 15,8 103.296,62
Sumber: Informasi Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang telah diolah.
Dari tabel tersebut diketahui porsi pembiayaan mudharabah pada tahun
2009 adalah sebesar 4,3% dari total pembiayaan yang diberikan atau sebesar
140,4 miliar dan pendapatan yang diperoleh meningkat dari tahun sebelumnya
yakni sebesar 22,2 miliar.
Dari ketiga tabel di atas dapat diketahui perkembangan porsi pembiayaan
mudharabah dari tahun 2007 sebesar 3,6% atau 64,8 miliar, dan mengalami
peningkatan menjadi 3,8% atau 119 miliar pada tahun 2008 serta sebesar 4,3%
atau 140,4 miliar pada tahun 2009. Sementara pendapatan yang diperoleh dari
pembiayaan mudharabah pun terus meningkat, yaitu sebesar 10,4 miliar pada
tahun 2007, 18,6 miliar pada tahun 2008, dan 22,2 miliar pada tahun 2009.
73
C. Pengaruh Pendapatan Pola Investasi Mudharabah terhadap Pendapatan
BNI Syariah
1. Analisa Regresi Sederhana
Analisa regresi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
menggambarkan hubungan antara dua peubah atau lebih untuk peubah
kuantitatif.6 Tujuan dari analisis regresi sederhana adalah untuk memperkirakan,
memprediksi atau menaksir besarnya efek kuantitatif dari suatu kejadian terhadap
kejadian lain, terhadap suatu variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berikut adalah data jumlah pendapatan pembiayaan mudharabah terhadap
jumlah pendapatan pembiayaan, yang terdiri atas pembiayaan mudharabah,
pembiayaan murabahah dan pembiayaan musyarakah.
Tabel 4.4 Jumlah Pendapatan Mudharabah dan Pendapatan Pembiayaan
BNI Syariah Tahun 2007-2009
Bulan Jumlah Pendapatan Jumlah Pendapatan Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan
Jan-Maret 2007 2.354.160.000 35.603.000.000 April-Juni 2007 4.135.440.000 44.945.000.000 Juli-Sept 2007 862.800.000 37.874.000.000 Okt-Des 2007 3.096.960.000 50.168.000.000
Jan-Maret 2008 2.013.860.000 52.451.000.000 April-Juni 2008 4.168.820.000 71.133.000.000 Juli-Sept 2008 5.209.300.000 92.064.000.000 Okt-Des 2008 7.228.370.000 106.971.000.000
Jan-Maret 2009 5.645.770.000 102.656.000.000
6 Rochaety, Eti, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2009), Ed.Revisi, h.135.
74
April-Juni 2009 6.243.960.000 121.702.000.000 Juli-Sept 2009 7.100.860.000 125.232.000.000 Okt-Des 2009 3.237.790.000 100.670.000.000
Total 51.298.090.000 941.469.000.000 Sumber: data Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang telah diolah. 2. Koefisien Determinasi
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16,
yang dilakukan untuk mengetahui koefisien determinasi.
Tabel 4.5 Tabel Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .853a .727 .700 1.829E10 1.210a. Predictors: (Constant), pendapatanmudharabah b. Dependent Variable: pendapatanpembiayaan
Sumber: Hasil koefisien determinasi yang diolah dengan program SPSS 16.
Tabel output di atas menggambarkan bahwa variabel yang digunakan
adalah variabel pendapatan mudharabah sebagai variabel bebas
(independent/predictor) untuk dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat
(dependent/respon) yaitu pendapatan pembiayaan.
R square menunjukkan nilai Koefisien Determinasi (KD) dengan nilai
0,727 atau 72,7%. Besarnya angka ini menunjukkan besarnya pengaruh bahwa
pendapatan mudharabah memiliki pengaruh terhadap pendapatan pembiayaan
sebesar 72,7%, atau besarnya pengaruh pendapatan mudharabah terhadap
75
pendapatan pembiayaan sebesar 72,7%, sedangkan sisanya 27,3% (100% -
72,7%) dipengaruhi oleh pendapatan dari pembiayaan lainnya di luar variabel
pendapatan mudharabah.
Nilai R menunjukkan korelasi (hubungan) antara variabel pendapatan
mudharabah terhadap variabel pendapatan pembiayaan. Besarnya hubungan
tersebut adalah 0,853 atau 85,3%. Hubungan tersebut dapat dikatakan kuat
karena korelasi mendekati 100% (atau jauh di atas 50%). Hal ini dapat dilihat
pada pedoman intrepretasi koefisien korelasi, yaitu :
Tabel 4.6 Pedoman Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, Metode penelitian bisnis, hal. 183
3. Korelasi
Untuk mengetahui hubungan antara variabel pendapatan mudharabah
terhadap pendapatan pembiayaan juga dapat dilakukan dengan analisis korelasi,
yaitu dengan menggunakan analisis korelasi bivariat, yaitu korelasi antara satu
variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent). Hasil data di
atas untuk korelasi pearson bivariat adalah :
76
Tabel 4.7 Tabel Korelasi
Correlations Pendapatanmu
dharabah pendapatanpem
biayaan
pendapatanmudharabah Pearson Correlation
1.000 .853**
Sig. (2-tailed) .000
N 12.000 12
pendapatanpembiayaan Pearson Correlation
.853** 1.000
Sig. (2-tailed) .000
N 12 12.000 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Hasil korelasi yang diolah dengan program SPSS 16.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui besarnya nilai koefisien
korelasi sebesar 0,853 atau 85,3%. Hubungan tersebut dapat dikatakan kuat
karena korelasi mendekati 100% (atau jauh di atas 50%). Angka tersebut juga
menunjukkan adanya hubungan (korelasi) yang kuat dan searah. Artinya semakin
besar pendapatan mudharabah, maka pendapatan pembiayaan juga akan semakin
besar.
4. Uji signifikansi
Berikut ini adalah tabel ANOVA hasil pengolahan dengan menggunakan
SPSS 16. Tabel ANOVA digunakan untuk melakukan pengujian model. Apakah
model tersebut dapat digunakan atau tidak. Pengujian dilakukan dengan uji F (uji
77
hipotesis keseluruhan), yaitu dengan melihat nilai siginifikansi level (sig). Jika
nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Tabel 4.8 Tabel ANOVA
\ ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.928E21 1 8.928E21 26.695 .000a
Residual 3.344E21 10 3.344E20
Total 1.227E22 11
Sumber: Hasil analysis of varians (ANOVA) yang diolah dengan program SPSS 16.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai sig adalah 0,000 yang berarti
kurang dari 0,05. Sehingga terbukti bahwa Ho ditolak. Dengan demikian Ho
yang menyatakan bahwa “Tidak ada pengaruh antara pendapatan mudharabah
terhadap pendapatan pembiayaan” ditolak, yang berarti menerima H1 bahwa
“Terdapat pengaruh antara pendapatan mudharabah terhadap pendapatan
pembiayaan”. Hal ini juga menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel linier
atau searah. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika nilai signifikansi <0,05, maka Ho ditolak dan menerima H1
Jika nilai signifikansi >0,05, maka Ho diterima dan menolak H1
Dari hasil perhitungan, dapat dibuat juga model regresi yang nantinya
akan digunakan untuk melakukan estimasi pendapatan pembiayaan jika variabel
pendapatan mudharabah dirubah.
78
Y = a + bX
Dimana :
a adalah nilai konstanta, yaitu 19.080 (dalam jutaan rupiah)
b adalah koefisien variabel pendapatan mudharabah, yaitu 13,890
dengan demikian model dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = 19.080.000.000 + 13,890X
Dimana :
Y = pendapatan pembiayaan
X = pendapatan mudharabah
5. Plot kenormalan
Plot kenormalan atau Q-Q plot merupakan salah satu uji statistik untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu data. Dalam grafik Q-Q plot pendapatan
mudharabah dan pendapatan pembiayaan di bawah ini, titik-titik data menyebar
di sekitar garis diagonal dan penyebarannya searah pula dengan garis diagonal.
Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi secara normal, sehingga data
pembiayaan mudharabah dan pendapatan pembiayaan layak untuk diteli
79
Gambar 4.1 Plot Kenormalan dari Pendapatan Pembiayaan Mudharabah
Gambar 4.2
Plot Kenormalan dari Pendapatan Pembiayaan
80
6. Koefisien korelasi pendapatan mudharabah terhadap ROI
Berikut ini adalah data pendapatan mudharabah yang akan dilihat
pengaruhnya terhadap Return on Investment (ROI) per tahun. Nilai ROI dihitung
dari laba dibagi total aktiva dikali 100%.
Tabel 4.9 Pendapatan Pembiayaan Mudharabah dan ROI BNI Syariah Tahun 2007-2009
Tahun Laba Total Aktiva (ROI) Pendapatan
Mudharabah
2007 19.237.000.000 8.108.166.000.000 0,24% 10.449.360.000 2008 34.439.000.000 13.832.357.000.000 0,25% 18.620.350.000 2009 (186.509.000.000) 17.205.169.000.000 -1,08% 22.228.380.000
Sumber: data Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang telah diolah.
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16,
yang dilakukan untuk mengetahui koefisien determinasi pendapatan mudharabah
terhadap ROI.
Tabel 4.10 Tabel Korelasi Pendapatan Mudharabah terhadap ROI
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .732a .535 .070 .738 2.905a. Predictors: (Constant), pendapatanmudharabah b. Dependent Variable: Return On Investment
Sumber: Hasil koefisien determinasi yang diolah dengan program SPSS 16.
Tabel di atas menggambarkan bahwa variabel yang digunakan adalah
variabel pendapatan mudharabah sebagai variabel bebas untuk dilihat
81
pengaruhnya terhadap variabel terikat yaitu ROI. Nilai R menunjukkan korelasi
(hubungan) antara variabel pendapatan mudharabah terhadap variabel ROI.
Besarnya hubungan tersebut adalah 0,732 atau 73,2%. Hubungan tersebut dapat
dikatakan kuat karena korelasi mendekati 100%.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis melakukan pembahasan permasalahan berdasarkan data dari Unit
Usaha Syariah PT. BNI (Persero) Tbk. selama kurun waktu tiga tahun, yaitu tahun
2007 sampai dengan tahun 2009. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
terdapat pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam meningkatkan pendapatan dari pembiayaan mudharabah, BNI Syariah
menerapkan beberapa strategi, di antaranya adalah pertama, meningkatkan
promosi pembiayaan mudharabah. Kedua, memberikan tingkat bagi hasil yang
bersaing dengan lembaga keuangan syariah lain sebagai sarana menarik nasabah
pembiayaan. Ketiga, terus berusaha memberikan edukasi kepada masyarakat agar
lebih mengenal dan memahami syariah dan bank syariah, serta pengembangan
jaringan cabang syariah yang ditujukan untuk memberikan kemudahan akses
bagi para nasabah.
2. Pendapatan dari pola investasi pembiayaan mudharabah dapat dilihat dari
perkembangannya pada tahun 2007 hingga tahun 2009. Pada tahun 2007, porsi
pembiayaan mudharabah dari jumlah pembiayaan yang diberikan BNI Syariah
adalah sebesar 3,6% pada tahun 2007 dan meningkat sebesar 3,8% pada tahun
2008 dan 4,3% pada tahun 2009. Sementara pendapatan yang diperoleh terus
83
meningkat yaitu pada tahun 2007 sebesar 10,4 miliar, pada tahun 2008 sebesar
18,6 miliar dan 22,2 pada tahun 2009.
3. Sebagai pembiayaan investasi, pembiayaan mudharabah dan pendapatan yang
dapat diperoleh, memiliki pengaruh yang positif dan kuat terhadap jumlah
pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian dengan uji F, yaitu dengan melihat nilai siginifikansi level (sig). Nilai
sig adalah 0,00 atau kurang dari 0,05, yang berarti menolak Ho dan menerima
H1. Hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan (korelasi) antara pendapatan
mudharabah terhadap pendapatan pembiayaan. Dari hasil ini juga dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin besar pendapatan mudharabah, maka pendapatan
pembiayaan juga akan semakin besar.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan penulis kepada BNI Syariah antara lain :
1. BNI Syariah agar meningkatkan pembiayaan dengan skema mudharabah, yang
menjadi salah satu prinsip dari bank syariah, yaitu bagi hasil. Di samping karena
porsi pembiayaan mudharabah masih kecil terhadap seluruh pembiayaan syariah
yang diberikan. BNI Syariah dapat meningkatkan fokus alokasi pembiayaan
kepada usaha-usaha di sektor riil yang produktif dan dapat menghasilkan
pendapatan yang optimal. BNI Syariah juga dapat mengoptimalkan manajemen
resiko sehingga pembiayaan mudharabah dapat diberikan secara optimal pula.
84
2. BNI Syariah dapat meningkatkan kembali promosi dan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai bank syariah, BNI Syariah dan pembiayaan mudharabah,
dengan meningkatkan promosi produk dan layanan, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat.
3. BNI Syariah dapat memberikan prosedur/proses pembiayaan yang lebih mudah
dan cepat, sehingga tercapai kepuasan nasabah dan efisiensi dalam pelayanan,
serta tingkat pendapatan dapat ditingkatkan.
4. BNI Syariah juga dapat meningkatkan mutu karyawan, baik karyawan dalam unit
pemasaran maupun unit pembiayaan. Unit-unit tersebut memegang peranan yang
penting pada seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses pembiayaan,
terutama pembiayaan mudharabah, sekaligus dalam menyeleksi nasabah yang
potensial dalam meningkatkan pendapatan, baik bagi nasabah pembiayaan
maupun bagi BNI Syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta: Granada Press, 2007, Cet. Kedua.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. Pertama.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, Cet. Keempat.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Ed. Revisi V.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, Edisi Pertama, Cet. Kedua.
Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syariah, Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia Agustus 1999 - Januari 2005, Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Mega Syariah Indonesia, “Strategi dan Kebijakan Pengembangan Perbankan
Syariah”, Makalah Seminar Training Perbankan Syariah Bank Mega Syariah Indonesia, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 11-12 Juni 2008, t.d.
BNI Syariah, artikel diakses pada 18 Mei 2010 dari
http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx.
Craig, James C, dan Grant, Robert M, The Fast-Track MBA Series Strategic Management Manajemen Strategi Sumber Daya-Perencanaan-Efisiensi Biaya-Sasaran, Jakarta: PT Gramedia, 1996, Cet. 3.
85
David, Fred R.,Manajemen Strategis Konsep-Konsep, Indonesia: PT Indeks, 2004, Ed. Kesembilan.
Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006. Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,
2008. Indonesia, Bank, Perbankan Syariah, Jakarta: Bank Indonesia, 2007. Kamil, Ahmad dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan
Ekonomi Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Ed. Pertama, Cet. ke-1, Jakarta: Kencana, 2007, h. 337-352.
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Ed. Ketiga.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Ed. Pertama.
Lathif, AH. Azharuddin, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Pertama.
Lewis, Mervyn K. dan Algoud, Latifa M., Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik, dan
Prospek, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Ma'ruf, Farid, Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam, Artikel diakses pada 9 April 2010 dari www.investasisyariah.wordpress.com.
Mauludi, Eli, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial, Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.
86
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2005, Ed.
Pertama, Cet. Kedua. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah: Strategi
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Risiko Pembiayaan di Bank Syariah sebagai Akibat Masalah Agency, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, Ed. 1, Cet. 1.
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, Cet. Kelima.
Nurgiyantoro, Burhan, Statistika Penerapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Oktober 2004, Cet. Ketiga.
Peraturan Bank Indonesia No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 12-13-14 (Fikih Sunnah 13 tentang Mudharabah),
Bandung: PT Al Ma’arif, 1987. h. 31-38.
Saeed, Abdullah, Menyoal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004.
Salim, dan Sutrisno, Budi, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, Ed. Pertama.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2007.
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Ed. Kedua, Jakarta: PT Intermasa, 2003, h. 40-49.
87
88
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (IAI), Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI 2003, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2003, Cet. 1.
Umar, Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004. Ed. Baru, Cet. Keenam. Wikipedia bahasa Indonesia, Strategi, Artikel diakses pada 15 Mei 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi.
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
______________________________________________________
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO: 07/DSN-MUI/IV/2000
TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH)
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Dewan Syari’ah Nasional setelah:
Menimbang: a. Bahwa dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan dana
lembaga keuangan syari’ah (LKS), pihak LKS dapat menyalurkan
dananya kepada pihak lain dengan cara mudharabah, yaitu akad
kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang
pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak;
b. Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan syari’ah Islam,
DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang mudharabah
untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Mengingat: 1. Firman Allah QS. an-Nisa’ [4]: 29:
اض يآ أيها الذين آمنوا التأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن تر ...منكم
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”
2. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
…ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”
3. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:
فإن أمن بعضكم بعضا فليؤد الذى اؤتمن أمانته، وليتق .. ...اهللا ربه
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.
4. Hadis Nabi riwayat Thabrani:
اشترط على صاحبه أنآان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة
ال يسلك به بحرا، وال ينزل به واديا، وال يشتري به دابة ذات آبد رطبة، فإن فعل
ه ذلك ضمن، فبلغ شرطه رسول اهللا صلى اهللا عليه وآله وسلم فأجاز
).رواه الطبراني فى األوسط عن ابن عباس(
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
5. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:
: ثالث فيهن البرآة: قال اهللا عليه وآله وسلمأن النبي صلى البيع إلى أجل، والمقارضة، وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع
)رواه ابن ماجه عن صهيب(
“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
6. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:
المسلمين إال صلحا حرم حالال أو أحل الصلح جائز بين حراما والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال
.أو أحل حراما
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
7. Hadis Nabi:
ارقطني وغيرهما رواه ابن ماجه والد( الضرر والضرار )عن أبي سعيد الخدري
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR, Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri).
8. Ijma’. Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada
orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak
ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu
dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, 1989, 4/838).
9. Qiyas. Transaksi mudharabah di-qiyas-kan kepada transaksi
musaqah.
10. Kaidah fiqh:
.األصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Memperhatikan: Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari
Selasa, tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H/4 April 2000.
MEMUTUSKAN
Menetapkan: FATWA TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH)
Pertama: Ketentuan Pembiayaan:
1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan
oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)
membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan
pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola
usaha.
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak (LKS dengan pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah
disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak
ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam
bentuk tunai dan bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat
dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan,
LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga.
Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan
fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban
atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib
berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
Kedua: Rukun dan Syarat Pembiayaan:
1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
(akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat
sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika
modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan sesuai
kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan
(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur
tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
Ketiga: Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:
1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian
di masa depan yang belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena
pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali
akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 29 Dzulhijjah 1420 H.
4 April 2000 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. KH. Ali Yafie Drs. H.A. Nazri Adlani
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
1. Apa pengertian dan tujuan pembiayaan mudharabah menurut BNI Syariah?
2. Apa perbedaan pembiayaan mudharabah dibandingkan jenis pembiayaan yang
lain? Apa saja produk pembiayaan dengan skema mudharabah yang
disediakan oleh BNI Syariah?
3. Apa saja persyaratan bagi nasabah yang ingin membuat pengajuan
pembiayaan mudharabah pada Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah?
4. Bagaimana prosedur atau tahapan yang harus dilakukan nasabah dalam
pengajuan pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah?
5. Bagaimana ketentuan jangka waktu pembiayaan, tata cara pengembalian dana
pembiayaan, dan pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabah pada
BNI Syariah?
6. Apakah pembiayaan mudharabah ini memberikan pengaruh terhadap tingkat
pendapatan BNI Syariah? Bagaimana pengaruhnya?
7. Hingga saat ini, strategi apa saja yang telah dilakukan oleh BNI Syariah dalam
pengembangan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan pendapatan?
8. Siapa saja yang menjadi sasaran pembiayaan mudharabah di BNI Syariah?
Apa kriteria BNI Syariah dalam memilih usaha/proyek dan mudharib
(pengelola usaha)? Sektor usaha apa saja yang bisa dibiayai melalui
pembiayaan mudharabah BNI Syariah?
9. Apa manfaat yang diperoleh bagi BNI Syariah dan nasabah dari pembiayaan
mudharabah?
10. Apa saja resiko bagi BNI Syariah pada pembiayaan mudharabah? Upaya apa
yang dilakukan jika terjadi kerugian pada usaha/proyek nasabah?
HASIL WAWANCARA
STRATEGI PENGEMBANGAN POLA INVESTASI MUDHARABAH
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN BNI SYARIAH
Responden : Unit Pemasaran Pembiayaan Syariah
Jabatan : Staff Marketing BNI Syariah
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010
Tempat : BNI Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
Komplek ITC Dutamas Fatmawati Blok A1.2-3
Jl. RS Fatmawati Jakarta Selatan 12150
Telp. 021-7278266/67/68, Fax. 021-72798733
Pertanyaan dan jawaban
1. Tanya : Apa pengertian dan tujuan pembiayaan mudharabah menurut BNI
Syariah?
Jawab : Mudharabah adalah kerjasama usaha dimana bank bertindak sebagai
penyedia dana yang memberikan 100% modal dan nasabah sebagai pengelola
usaha.
2. Tanya : Apa perbedaan pembiayaan mudharabah dibandingkan jenis
pembiayaan yang lain?
Jawab : Mudharabah adalah pembiayaan dimana bank bertindak sebagai
penyedia dana yang memberikan 100% modal dan nasabah sebagai
pengelola usaha. Sementara musyarakah adalah kerjasama dimana bank dan
nasabah secara bersama memberikan modal. Untuk mudharabah dan
musyarakah akan mendapatkan bagi hasil. murabahah adalah adalah
kerjasama dalam bentuk jual beli dengan harga beli dan keuntungan
yang jumlahnya diketahui nasabah, misalnya nasabah ingin membeli rumah,
maka bank akan membelikan rumah tersebut untuk nasabah dan dijual
kembali kepada nasabah yang membutuhkan tersebut, dengan tingkat
keuntungan yang disepakati. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara bank
dengan nasabah, tanpa perpindahan kepemilikan atau ijarah muttahiya
bittamlik (IMBT) yang diakhiri dengan pemilikan objek ijarah ke nasabah.
3. Tanya : Apa saja persyaratan bagi nasabah yang ingin membuat pengajuan
pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah?
Jawab : Persyaratannya antara lain menyerahkan identitas diri seperti KTP,
Kartu Keluarga dan surat nikah bagi yang sudah berkeluarga, dan karena
mudharabah umumnya untuk nasabah yang memiliki usaha, maka juga
menyerahkan surat-surat izin usaha seperti SIUP, TDP dan laporan
keuangan usaha nasabah.
4. Tanya : Bagaimana prosedur dan mekanisme pengajuan pembiayaan
mudharabah pada BNI Syariah?
Jawab : (1) Tahap awal adalah nasabah melengkapi data-data dan persyaratan
untuk pengajuan pembiayaan; (2) jika data nasabah sudah lengkap,
selanjutnya bank akan melakukan proses verifikasi kebenaran data-data
nasabah atau disebut juga prescreening, yaitu dengan mengecek data
pembiayaan nasabah di bank lain, melihat BI online status kolektabilitas
nasabah, dan bank akan melakukan kunjungan ke lokasi usaha, dimana
bank akan melihat potensi bisnis/usaha nasabah, melihat kemampuan
pengembalian, resiko-resiko bisnisnya, laporan keuangan, dan lain-lain yang
termasuk dalam kelayakan nasabah; (3) Tahap selanjutnya, oleh pihak
analis kredit bank, akan mengusulkan untuk pengadaan fasilitas pembiayaan
nasabah, dan akan disetujui oleh pemutus bisnis pada unit bisnis dan pemutus
resiko pada unit resiko; (4) setelah disetujui, bank akan mengeluarkan surat
keputusan untuk dilakukan akad pembiayaan; (5) selanjutnya pencairan dana,
yang dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus (penuh) sesuai kebutuhan
dan kondisi nasabah; (6) selama jangka waktu pinjaman, bank akan memantau
dan melakukan pengawasan kepada nasabah setiap bulan.
5. Tanya : Bagaimana ketentuan jangka waktu pembiayaan, tata cara
pengembalian dana pembiayaan, dan pembagian keuntungan dalam
pembiayaan mudharabah pada BNI Syariah?
Jawab : Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan membayar nasabah. Tata cara pengembalian dana dapat
dilakukan sekaligus di akhir atau secara angsuran setiap bulan atau tiga
bulan. Pembagian keuntungan sesuai keuntungan yang diperoleh nasabah dari
usaha, juga berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepakati, misal 40:60, 30:70,
dan lainnya. Perhitungan bagi hasil bisa dari laba kotor dan laba bersih. Tapi
perhitungan bagi hasil umumnya dihitung dari laba kotor, bukan dari laba
bersih. Karena nasabah dapat saja memanipulasi biaya-biaya pengeluaran
laporan keuangan usahanya.
6. Tanya : Apakah pembiayaan mudharabah ini memberikan pengaruh terhadap
tingkat pendapatan BNI Syariah? Bagaimana pengaruhnya?
Jawab : Ya, pembiayaan mudharabah berpengaruh pada tingkat pendapatan
yang diperoleh bank. Hingga saat ini, walaupun jumlah pembiayaan
mudharabah masih memiliki porsi sekitar 30%-50% dari total pembiayaan,
namun mudharabah juga bisa berpengaruh besar terhadap pendapatan bank.
Jika nasabah mendapatkan keuntungan yang besar, maka bank akan
memperoleh pendapatan yang besar pula.
7. Tanya : Hingga saat ini, strategi apa saja yang telah dilakukan oleh BNI
Syariah dalam pengembangan pembiayaan mudharabah dalam meningkatkan
pendapatan?
Jawab : Strategi yang telah dilakukan antara lain dengan (1) meningkatkan
promosi, (2) memberikan tingkat bagi hasil yang bersaing, dan (3) berusaha
memberikan edukasi kepada masyarakat, agar masyarakat lebih mengenal dan
memahami syariah dan bank syariah.
8. Tanya : Siapa saja yang menjadi sasaran pembiayaan mudharabah di BNI
Syariah? Apa kriteria BNI Syariah dalam memilih usaha/proyek dan
mudharib (pengelola usaha)? Sektor usaha apa saja yang bisa dibiayai melalui
pembiayaan mudharabah BNI Syariah?
Jawab : Sasaran pembiayaan mudharabah umumnya adalah pengusaha dan
usaha-usaha yang besar dan produktif seperti usaha retail (pedagang kecil),
wholesale (pedagang besar), grosir, UMKM. Mudharabah ditujukan
umumnya untuk pembiayaan produktif. Usaha yang dapat diberikan
pembiayaan mudharabah pada dasarnya yang sudah berjalan minimal
selama satu tahun, contohnya pada BNI iB Wirausaha, tapi umumnya dua
tahun karena usaha yang berjalan satu tahun umumnya lebih memiliki
resiko yang tinggi (high risk high return). Pada dasarnya semua sektor
usaha dapat diberikan pembiayaan mudharabah,yang sesuai syariah.
9. Tanya : Apa manfaat yang diperoleh bagi BNI Syariah dan nasabah dari
pembiayaan mudharabah?
Jawab : Ada banyak manfaat yang didapat dari pembiayaan mudharabah,
antara lain memberikan keuntungan bagi bank, bank dapat membantu
membina nasabah dari usaha kecil sampai menjadi usaha besar, serta
merupakan salah satu sarana tolong menolong antara bank dengan nasabah.
10. Tanya : Apa saja resiko bagi BNI Syariah pada pembiayaan mudharabah?
Upaya apa yang dilakukan jika terjadi kerugian pada usaha/proyek nasabah?
Jawab : Resiko yang dapat terjadi seperti resiko usaha nasabah collaps, resiko
kerugian nasabah yang tidak mau membayar, resiko usaha/operasional dan
resiko hukum dan kebijakan pemerintah, misalnya dilarang pemerintah, atau
kebijakan pajak yang tinggi oleh pemerintah. Sedangkan upaya yang
dilakukan adalah bank akan melihat dan menganalisa terlebih dahulu
apakah kerugian nasabah tersebut karena kesalahan nasabah atau karena
resiko bisnis. Jika karena kesalahan nasabah, maka bank akan
mengeksekusi jaminan nasabah, atau bank melakukan intervensi ke
manajemen usaha nasabah. Jika kerugian karena resiko usaha, yakni
terjadi diluar kontrol nasabah, maka bank dan nasabah sama-sama
menanggung kerugian, dan bank akan melakukan kontrol/pengawasan
terhadap manajemen usaha nasabah.
Porsi Pemilik Dana
S/D 31 DESEMBER 2007
1 6 1 2
INFORMASI UNIT USAHA SYARIAH
PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk
DISTRIBUSI BAGI HASIL (DALAM JUTAAN RUPIAH)
PERIODE PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2009 PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER 2008 PERIODE 1 JANUARI
No.
JENIS
AN
Saldor
Rata-ata
PendapaPorsi Pem
lah us agi
sil
IndikaRate retur
ilik Dana
si of n
Sald
PPendapa
h
JumlaBonus
dan bahasil
orsi Pemili
h
gi
IndikRate retu
k DanaPendapa
PENGHIMPUN
tan yanharus dibagi hasil Nisba
g
h
JumBon
dan bha
o Rata-rata
tan yanharus dibagi hasil Nisba
g
asi of
rn
Saldo Rata-rata
Nisbah
Jumlah Bonus
dan bagi hasil
Indikasi Rate of return
tan yang harus dibagi hasil
1. Giro iB Wadiah
a Banka. Bank 21 59321,593 - - 1 56%- .56% 6 973,973 - - 1- .71%71% 2 336,336 - - - -
b. Non Bank 517,517 - - - 1.47% 311,366 - - - 1.28% 200,628 - - - 2.40%
2. Tabungan iB
a. Bank - - - - - - - - - - - - - - -
b. Non Bank 1.314.887 11.989 30% 3.597 3.28% 1,018,452 8,784 30% 2.635 3,10% 618.180 5.334 40% 2.134 4.14%
3. Deposito iB
a. Bank
- 1 Bulan - - - - - - - - - - - - - - -
- 3 Bulan - - - - - - - - - - - - - - -
- 6 Bulan - - - - - - - - - - - - - - -
- 12 Bulan - - - - - - - - - - - - - - -
b. Non Bank
- 1 Bulan 950.871 8.141 64% 5.210 6.58% 625,426 4,987 64% 3.192 6,12% 262.392 2.264 64% 1.449 6.63%
- 3 Bulan 196.940 1.814 66% 1.197 7.30% 96,962 838 66% 553 6,84% 64.364 555 66% 367 6.83%
- 6 Bulan 89.534 802 68% 545 7.31% 75,134 648 68% 441 7,04% 54.047 466 68% 317 7.04%
- 12 Bulan 486.286 4.488 70% 3.142 7.75% 369,798 3,120 70% 2.184 7,09% 210.368 1.815 70% 1.271 7.25%
TOTAL 3.577.628 27.234 13.691 2.504.111 18.377 9.005 1.412.315 10.434 5.537
top related