strategi pengembangan ekonomi daerah di … filetujuan daripada otonomi daerah adalah memberi...
Post on 23-Jun-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
DI PROVINSI BALI
TIM PENELITI
Drs I Nengah Kartika,M.Si
Drs I Wayan Wenagama,MP
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNUD
TAHUN 2015
2
ABSTRAK
Pembangunan yang dilaksanankan oleh setiap negara pada
prinsipnya adalah merupakan suatu proses perubahan dari keterbelakangan
menuju kepada kondisi yang lebih baik atau lebih maju. Pembangunan yang
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali tetap memprioritaskan pada
pembangunan ekonomi dengan menitikberatkan pada pembangunan pertanian
secara simulatan dengan pembangunan pariwisata.Tujuan dari pada
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Bali
adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas kesempatan
kerja dalam rangka menurunkan tingkat pengangguran dan angka
kemiskinan.Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka yang menajadi pokok permasalahan adalah; Bagaimam caranya untuk
menanamkan Mahasiswa lebih memahami strategi pengembangan ekonomi
daerah, Bagaimana caranya memberikan contoh kongrit dalam pembahasan
strategi pengembangan ekonomi daerah.
Hasil Penelitian bahwa potensi yang dimiliki oleh Daerah Bali yang
dilakukan dengan menggunakan LQ atas dasar harga berlaku maka yang
mempunyai rata-rata LQ selama lima tahun dimana LQ yang tertinggi adalah
sektor Listrik Gas dan Air bersih sebesar 2,35, peringkat kedua adalah sektor
Perdagangan hotel dan Restoran sebesar 2,05 ,peringkat ketiga adalah sektor
Penganggkutan dan Komunikasi sebesar 2,02, peringkat ke empat adalah
sektor jasa-jasa sebesar 1,42 dan peringkat kelima adalah sektor pertanian
LQ sebesar 1,23
LQ yang dihitung dengan menggunakan harga konstan terjadi perubahan
peringkat dan penurunan pencapai LQ dari lima sektor menjadi empat
sektor.Sktor sektor yang memiliki LQ yang lebih besar dari 1 adalah sektor
perdagangan hotel dan restoran dengan rata-rata LQ selama lima tahun
sebesar 3,70, peringkat kedua dicapai oleh sektor listrik gas dan air bersih
dengan rata-rata sebesar 2,03, dan peringkat ketiga adalah sektor pertanian
dengan angka rata rata sebesar 1,52 dan peringkat ke empat adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi dengan rata- rata sebesar 1,16
3
DAFTAR ISI
IDENTITAS PENELITIAN : Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah di Provinsi
Bali
ABSTRAK 2
DAFTAR ISI 3
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 5
1.2 Pokok Permasalahan 5
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
Bab II LANDASAN TEORI 8
2.1 Teori Pembangunan Ekonomi 8
2.2 Tahap-tahap Pembangunan Menurut Rostow 9
2.3 Pembangunan Daerah 9
Bab III METODELOGI PENELITIAN 13
3.1 Lokasi Penelitian 13
3.2 Metode Pengumpulan Data 13
3.3 Metode Pengolahan Data 13
3.4 Analisis Data 13
Bab IV ANALISIS DATA 14
4.1 Kondisi Umum 15
4.1.1 Rencana Penanaman Modal di Prov. Bali 15
4.1.2 Penduduk Dan Ketenagakerjaan di Prov. Bali 15
4.1.3 Industri Pariwisata 17
4.1.4 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang 18
4.2 Analisis Data 18
Bab V SIMPULAN DAN SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 21
23
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
4.1 Rencana Penanaman Modal Berdasarkan Surat Persetujuan Investasi
(2007-2011) 15
4.2 Jumlah Penduduk dan Ketenagakerjaan Prov. Bali (2007-2011) 16
4.3 Jumlah Kunjungan Wisata ke Bali (2007-2011) 17
4.4 Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Ladang (2007-2011) 18
4.5 Indeks Location Quotion Prov. Bali Berdasarkan data PDRB
Dan PDB nasional atas dasar harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(2007-2011) 19
4
4.6 Indeks Location Quotion Prov. Bali Berdasarkan data PDRB
Dan PDB nasional atas dasar harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
(2007-2011) 20
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
Pembangunan yang dilaksanankan oleh setiap negara pada prinsipnya
adalah merupakan suatu proses perubahan dari keterbelakangan menuju kepada
kondisi yang lebih baik atau lebih maju. Pembangunan yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Bali tetap memprioritaskan pada pembangunan ekonomi dengan
menitikberatkan pada pembangunan pertanian secara simulatan dengan
pembangunan pariwisata.Tujuan dari pada pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Bali adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi,serta memperluas kesempatan kerja dalam rangka menurunkan tingkat
pengangguran dan angka kemiskinan
Tujuan daripada Otonomi Daerah adalah memberi kekuasaan yang
lebih besar kepada pemerintah daerah melalui UU No 22/1999 yang disempurnakan
dengan UU No.32/2004 mengenai pemerintahan daerah dan UU No 25/1999 yang
disempurnakan dengan No 33/2004 mengatur tentang perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Salah satu sasaran penting yang
diamanatkan oleh UU No 32/2004 melalui pemberian kewenangan yang lebih besar
kepada Pemerintah Daerah diharapkan daerah akan lebih optimal pelayanannya
kepada masyarakat,dengan dasar pertimbangan bahwa Pemerintah Daerah akan
mengetahui lebih mendetail persolanan maupun permasalahan yang dihadapi oleh
setiap daerah serta lebih memahami tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap
daerah untuk dikembangkan, serta potensi mana yang perlu dikembangkan dan
strategi yang perlu dilakukan.oleh Pemerintah Daerah.
Peranan Pemerintah Daerah dalam mengambil strategi menurut
Kuncoro (2004) Pemerintah dalam konteks Indonesia bahwa peranan pemerintah
setidaknya mencakup peranan minimal yang meliputi penyediaan barang-barang
public dan perlindungan tehadap penduduk miskin, namun pemerintah juga bisa saja
mengambil peran aktif seperti mendorong kegiatan swasta dan retribusi.
6
Menurut Suparmoko (2001) bahwa strategi pengembangan potensi
ekonomi daerah akan sangat tergantung pada strategi pembangunan ekonomi yang
dianut oleh daerah yang bersangkutan yang meliputi :
1. Pembangunan pertanian versus industri
2.Inward looking versus outward looking (melihat barang/jasa masuk maupun
keluar)
3. Titik pertumbuhan ( groing point)
4.Keterkaian kebelakng( backward linkages) dan keterkaitan kedepan ( forward
linkages
5.Sektoer Peminpin ( leading sectors)
Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi pemerintah daerah diperlukan
pertimbangan yang matang untuk menghasilkan pembanganun yang efisien.
Selanjutnya Suparmoko (2001) berpendapat bahwa berbagai cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai efisiensi disegala bidang kehidupan dengan cara :
1.Tingkatkan Produktivitas
2.Hapuskan sebab-sebab ekonomi biaya tinggi
3. Tentukan batas konsumsi maksimal yang layak
4. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
5.Perbaiki kualitas SDM (produktif,efisien, dan bermoral)
6. Pertahankan fungsi lingkungan
7. Kerjasama anatar daerah
Pembelajaran dalam pembahasan strategi pengembangan ekonomi daerah
sebagai mata kuliah ekonomi public lanjutan diperlukan berbagai contoh serta
berbagai teori yang diambil dari berbagai litratur dalam rangka memaksimumkan
proses pembelajaran
7
1.2. Pokok Permasalahan .
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menajadi pokok permasalahan adalah
1.Bagaimam caranya untuk menanamkan Mahasiswa lebih memahami strategi
pengembangan ekonomi daerah
2.Bagaimana caranya memberikan contoh kongrit dalam pembahasan strategi
pengembangan ekonomi daerah.
1.3.Tujuan Penelitian
Ttujuan penelitian dalam penelitian ini adalah :
1 Mampu menjelaskan kepada Mahasiswa dalam memahami strategi pengembangan
ekonomi daerah
2.Mampu memberiksn contoh kongrit dalam pembahasan strategi pengembangan
ekonomi daerah.
1.4.Manfaat Penelitian
Melalui kegiatan penelitian ini akan bermanfaat baik dosen maupun
mahasiswa untuk lebih memahami strategi pengembangan ekonomi daerah serta
sebagai dasar mengambil kebijakan bagi pemerintah dalam pengembangan
ekonomi daerah.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Teori Pembangunan Ekonomi
Dalam meningkatkan kehidupan masyarakat diperlukan pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
perkapita dan mampu menekan angka kemiskinan.Pembangunan ekonomi
diperlukan peningkatan investasi untuk perbaikan sarana dan prasarana seperti
perbaikan jembatan,jalan bendungan pasilitas pendidikandan pasilitas kesehatan.
Melalui pembangunan di segala aspek kehidupan nantinya akan mampu
memperluas kesempatan kerja dan mendorong daya beli masyarakat sehingga akan
menciptakan permintaan.Menurut Program REPELITA I yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Orda Baru tetap memprioritaskan pembangunan ekonomi dengan
menitik beratkan pada sektor pertanian.
Dalam garis besar teori pembangunan ekonomi dapat digolongkan menjadi
lima golongan besar (Aliran) yaitu
1. Klasik
2. Karl Marx
3. Neo Klasik
4. Scumpeter
5. Post Keynesian
Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan kehancuran)
Karl Marx Mengemukakan teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan
masyarakat dimana perkembangan itu melalui lima tahap.
1. Masyarakat Primitif
2. Masyarakat Perbudakan
3. Masyarakat Feodal
4. Masyarakat Kapitalis
5. Masyarakat Sosial
9
2.2. .Tahap – Tahap pembangunan Menurut Rostow
Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan dari pada pembangunan
ekonomi adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu
meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya. Menurut Rostow 1990 (Ernan Rustiadi
dkk 2011) bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan menjadi lima tahap
yaitu :
1.Masyarakat Tradisional ( the traditional society)
2.Prasyarat Lepas landas ( the precontion for take – off)
3 Lepas landas ( the take-off)
4. Gerakan kearah dewasaan ( the drive to maturity)
5.Masa Konsumsi Tinggi ( the age of high mass consumtion)
2.3. Pembangunan Daerah
Pembangunan Daerah terus diuapayakan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi secara merata dalam rangka mengurangi ketimpangan yang semakin
besar sehingga terwudnya kesejahtraan masyarakat semakin meningkat. Menurut
Kartasasmita (1996) pembanguan daerah dapat dilihat dari beberapa segi; (1) dari
pembangunan sektoral, (2) dari segi pembangunan wilayah dan (3) pembangunan
daerah dapat dilihat dari pemerintahannya.
Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah menurut Kuncoro
(2004) adalah pendekatan alternative terhadap teori pembamngunan untuk
kepentingan perencanaan pembangunan daerah. Pendekatan ini memberikan dasar
bagi kerangka pikir dan rencana tindakan yang akan diambil dalam konteks
pembangunan ekonomi daerah,dimana konsep baru tersebut meliputi; (a)
Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan penduduk
daerah, (b) ,pengembangan lembaga ekonomi baru, (c) keunggulan kompotetif
didasarkan pada kualitas lingkungan dan (d) pengetahuan dan inovasi sebagai
penggerak ekonomi.
Untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang ada didaerah, maka
melalui strategi pengembangan potensi ekonomi di daerah, sehingga akan mampu
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan
perkapita serta menurunnya angka kemiskinan di daerah yang bersangkutan.
Menurut Suparmoko (2001) strategi pengembangan potensi yang ada didaerah
dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1.Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk
dikembangkandengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing
sektor
10
2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk dikembangkan dan
mencari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya potensi sektor tersebut untuk
dikembangkan
3.Selanjutnya mengidentifikasi sumber daya yang ada termasuk sumberdaya
manusianya dan yang siap digunakan untuk mendukung perkembangan setiap
sektor yang bersangkutan.
4.Dengan menggunakan model pembobotan terhadap variabel – variabel kekuatan
dan kelemahan untuk setiap sektor dan sub sektor maka akan ditemukan sektor-
sektor andalan yang selanjutnya dianggap sebagai potensi ekonomi yang patut
dikembangkan di daerah yang bersangkutan
5.Akhirnya menentukan strategi yang akan ditempuh untuk pengembangan sektor-
sektor andalan yang akan dapat menarik sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga
perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya secara berkelanjutan.
Selanjutnya Suparmoko menyebutkan berbagai cara dapat ditempuh
untuk mencapai efisiensi di segala bidang kehidupan diantaranya dengan cara :
1. Tingkatkan produktivitas
2. Hapuskan sebab-sebab ekonomi biaya tinggi
3. Tentukan batas konsumsi maksimal yang layak
4. Peningkatan pendapatan asli daerah
5. Perbaiki kualitas SDM
6. Pertahankan fungsi lingkungan
7. Kerjasama antar daerah.
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentalisasi yang didukung
dengan terbitnya UU 22 tahun 1999 yang telah direfisi menjadi UU 32 tahun 2004
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur daerahnya
sendiri sehingga akan lebih memahami persoalan-persoalan yang dihadapi serta
memecahakan persoalan yang ada serta lebih mengetahui potensi yang dimiliki serta
mengembangkan potensi yang ada dalam membangun wilayahnya sendiri dalam
rangka memerikan pelayanan yang lebih optimal kepada masyarakatnya. Melalui
otonomi daerah diharapkan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik, yang mampu
mendorong perluasan kesempatan kerja,yang sekaligus akan dapat menurunkan
tingkat pengangguran. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonmi ini diperlukan
pelaksanaan upembanguna dalam bidang ekonomi yang lebih baik dari sebelum
dilakukan otonomi daerah. Pemerintah daerah dalam meninkatkan pertumbuhan
ekonnomi harus memberikan berbagai kemudahan para invistor untuk melakukan
investasi malalui berbagai kebijakan serta penyederhanaan adiministrasi. Pemerintah
Daerah juga tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi,tetapi harus
11
mampu menciptakan pemerataan yang lebih adil kepada seluruh masyrakat, sehingga
tingkat kemiskinan segera dapat di tuntaskan.
Teori pembangunan yang ada sekarang tidak mampu untuk
menjelaskankegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi daerah secara menyeluruh
sehingga diperlukan paradigma baru pembangunan ekonomi daerah. Konsep baru
mengenai pembangunan ekonomi daerah menurut Muderajat Kuncoro ( 2004)
meliputi :
a) Perusahan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan penduduk
daerah
b) Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru
c) Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan
d) Pengetahuan dan inovasi sebagai penggerak Ekonomi.
Menurut Blakely (Muderajat Kuncoro,2004 ) dalam pembangunan ekonomi daerah
dimana pemerintah daerah mempunyai berbagai peran sebagai:
1. Inovator (Wira Usaha) dimana pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
menjalankan suatu usaha bisnis dimana pemerintah daerah dapat
memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis dan penemuan
inovasi.
2. Koordinator dimana pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator untuk
menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi – trategi bagi pembangunan
di daerahnya.
3. Fasilitator dimana pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan
melalui perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya.
4. Stimulator yaitu pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan
pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahan-perusahan untuk masuk ke daerah tersebutdan
mempertahankan perusahan-perusahan yang ada.
Dalam pelaksanaan pembangunan daerah dimana semua daerah sudah mencapai
kemajuan namun dari kemajuan yang dicapai adanya perbedaan yang cukup tajam
antara kemajuan suatu daerah dengan daerah yang lainya sehingga adanya
kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya.Menurut Ginanjar
Kartasasmita menyatakan adanya berbagai kendala dalam pembangunan daerah yang
meliputi :
a. Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk mencurahkan dana yang lebih
besar untuk membangun prasarana dan sarana yang akan lebih membuka dan
12
menyeimbangkan kesempatan berkembangnya secara lebih cepat kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah-wilayah terbelakang
b. Keterbatasan SDM di wilayah terbelakang yang menjadi penyebab dan
sekaligus akibat keterbelakangan tersebut
c. Dalam ekonomi yang terbuka akan menghadapi tantangan globalisasi
persaingan menjadi amat penting, serta yang mampu bersaing adalah yang
mempunyai latar belakang yang lebih mampu
d. Sulitnya menarik investasi swasta sebagai sumber .dan pemacu pertumbuhan
ke wilayah terbelakang terutama investasi yang berkwalitas.
Faktor-faktor yang menentukan daya saing suatu daerah menurutMari Pangestu
dan Ira setiati (1997) meliputi :
a. Upah
b. Prasarana
c. Keanekaragaman lingkungan usaha
d. Permintaan Pasar
e. Iklim Usaha
f. Akses.
13
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Bali dalam rangka penunjang
proses pembelajaran jurusan ekonomi pembangunan dalam anggaran 2013.
Dipilihnya Provinsi Bali sebagai wilayah Penelitian karena ingin mengetahui Strategi
Pengembangan Ekonomi Daerah Di Provinsi Bali, mengingat pertumbuhan ekonomi
Bali selama lima tahun yaitu 2007 sampai dengan tahun 2011,tingkat pertumbuhan
cukup baik dimana pertumbuhan pada tahun 2007 sebesar5,92%, dan tahun 2008
meningkat menjdi 5,97 % dan pada tahun 2008 turun sedikit menurun menjadi
5,33%, dan tahun 2010 kembali meningkat menjadi 5,83% bahkan pada tahun
2011meningkat dengan cukup menggembirakan menjadi 6,49%.
3.2. Metoda Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan adalah data skunder terutama data yang berkaitan dengan
strategi pengembangan ekonomi daerah Provinsi Bali. Jenis datanya adalah data
kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data adalah dari lembaga terkait yang
meliputi Bappeda Provinsi Bali yang terdiri dari data Profil Daerah Bali berbasis
data SIPD 2008-2011, sedangkan yang berasal dari BPS Provinsi Bali adalah data
PDRB Provinsi Bali 2007-2011.
3.3.Metoda Pengolahan Data
Pengolahan data dengan menggunakan metoda Location Quatient (LQ) sesuai
dengan teori ekonomi basis mengklasifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam
dua sektor yakni sektor basis dan sektor non basis. Dari perhitungan yang
dilakukan nantinya akan menghasilkan tiga kreteria yaitu
1. Jika LQ > 1 bermakna bahwa sektor I tersebut menjadi basis. Komoditas di
sektor I tersebut memilikikeunggulan komparatif,hasilnya tidak dapat
memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan, tetapi dapat dieksport ke luar
negari. Dengan kata lain sektor tersebut merupakan sektor yang kuat hingga
daerah yang bersangkutan secara potensial merupakan pengeksport produk
dari sektor tersebut ke daerah lain.
14
2. Jika LQ = 1 bermakna bahwa sektor I tergolong non basis. Komoditas pada
sektor I tersebut tidak memiliki ke unggulan komparatif yang hanya
memenuhi kebuhan daerah itu sendiri.
3. Jika LQ < 1 bermakna bahwa sektor I juga termasuk non basis. Komodidas
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
3.4.Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis diskritif komporatif
yaitu menguraikan data yang ada serta membandingkan dari teori yang ada.
15
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Kondisi Umum
Bali dengan mayoritas penduduk yang beragama Hindu yang kaya dengan
potensi budaya dan adat istiadat yang mempunyai ciri tersendiri sebagai salah satu
daya tarik para wisatawan ke Bali. Luas wilayah Bali mencapai 5.636,66 Km2 atau
0,29 persen dari luas wilayah Indonesia. Secara administrasi Provinsi Bali terbagi
menjadi 8 kabupaten dan 1 kota, 57 kecamatan, 716 desa/kelurahan, 1.480 Desa
pekraman dan 3.625 Banjar Pekeraman.
4.1.1.Rencana Penanaman Modal di Provinsi Bali
Pembangunan di Provinsi dilihat dari rencana penanaman modal selama lima tahun
menunjukan kondisi yang berpluktuasi baik dilihat dari penamaman modal dalam
negeri maupun penamaman modal asing. Rencana penaman modal berdasarkan surat
persetujuan investasi dapat disajikan di Tabel 4.1
Tabel 4.1
Rencana penaman Modal berdasarkan surat persetuan Investasi (2007 – 2011)
Tahun PMDN PMA Jumlah
Proyek
( buah)
Investasi
( Rp.000)
Proyek
( buah)
Investasi
(Rp.000)
Proyek
( buah)
Investasi
(Rp.000)
211 4900 7.294.115.867 40 6.966.171.521 4.940 14.260.287.388
210 2315 1.821.045.428 57 2.135.614.900 2.372 3.956.660.328
2009 9 10.647.765.649 259 4.301.724.700 268 14.949.490.349
2008 10 1.185.133.000 233 9.081.567.439 243 10.266.700.439
2007 6 665.876.749 211 1.676.299.209 217 2.342.176.158
Sumber :Bali Membangun 2011
16
4.1.2.Penduduk dan Ketenagakerjaan di Provinsi Bali.
Penduduk suatu daerah adalah sebagi subyek pembangunan dan sebagai obyek
pembangunan, bilaman jumlah penduk yang besar yang disertai dengan kualitas yang
memadai akan mampu menciptakan permintaan serta dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Kondisi bilamana jumlah penduduk yang besar yang
kualitasnya rendah pada umumnya akan menyebabkan timbulnya pengangguran.
Keadaan ini justru menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri. Pertumbuhan
penduduk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor kelahiran,
faktor kematian dan faktor migrasi. Kondisi yang diharapkan adalah semakin luasnya
kesempatan kerja sehingga angka pengangangguran semakin rendah. Kondisi
penduduk dan ketenagaakerjaan di Provinsi Bali dapat disajikan di Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan ketenagakerjaan
Provinsi Bali 2007-2011
Uraian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk 3.479.785 3.515.990 3.551.009 3.522.375 3.572.831
Penduduk Usia Kerja 2.661.913 2.696.136 2.728.747 2.902.573 2.952.545
Aangkatam kerja
-Bekerja
-Pencari Kerja
2.059.711
1.982.134
77.577
2.099.278
2.029.730
69.548
2.123.588
2.057.118
66.470
2.246.149
2.177.358
68.791
2.257.258
2.204.874
52.384
Bukan Angkatan Kerja 602.202 596.858 605.200 656.424 695.287
Persentase Angkatan
KerjaTerhadap
Penduduk Usia Kerja
77.38 77.85 77.82 77.38 77.47
Persentase Bekerja
Terhadap Penduduk
Usia Kerja
74.46 75.28 75.39 75.01 75.68
Persentase Pencari
Kerja Terhadap
Penduduk Usia Kerja
2.91 2.58 2.44 2.37 1.77
Persentase Bekerja
Terhadap[ Angkatan
Kerja
96.23 96.69 96.87 96.94 97.68
Persentase Pencari
Kerja Terhadap
Angkatan Kerja
3.77 3.31 3.13 3.06 2.32
Sumber :Bali membangun 2011
17
Jumlah penduduk di Provinsi Bali selama lima tahun dari tahun 2007 sampai
2011 kecendrungan mengalami peningakaatn, demikian juga angkatan kerja dan
penduduk yang bekerja mengalami peningkatan namun persentase angkatan kerja
terhadap pencari kerja dari tahun 2007 sebesar 3,77% terus mengalami penurun
selama lima tahun dimana pada tahun 2011 sebesar 2,32 %.
4.1.3. Industri Pariwisata
Membaiknya perekonomian Daerah Bali sangat ditentukan oleh majunya
perkembangan industri pariwisata, serta mampu menggeser sektor pertanian.
Perkembangan industri pariwisata dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan yang
datang ke Bali. Untuk melihat perkembangan kunjungan wisatawan selama lima
tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 disajikan di Tabel 4.3
Tabel 4.3
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali
Ttahun 2007- 2011
No Tahun Jumlah Kunjungan
( dalam jutaan)
1 2007 1,67
2 2008 2,09
3 2009 2,39
4 2010 2,58
5 2011 2,83
Sumber : Profil Bali 2008-2011
Kunjungan wisatawan yang langsung datang ke Bali , baik melalui pelabuhan laut
maupun udara menunjukkan penambahan yang cukup pesat setelah terjadinya
musibah tragedy bom sebanyak dua kali. Pada tahun 2007 jumalah wisatawan yang
berkunjung ke Bali sebanyak 1,67 juta orang,tahun 2008 meningkat menjadi 2,09
juta orang, tahun 2009 meningkat menjadi 2,39 juta orang dan pada tahun 2010
meningkat menjadi 2,58 juta orang dan pada tahun 2011 mencapai 2,83 juta orang
dan pada priode 2007 sampai 2011.
18
4.1.4.Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Padi Ladang
Pada dasarnya Bali sangat perlu mengembangkan sektor pertanian terutama
pengembangan padi yang meliputi padi ladang dan padi sawah. Pemerintah terus
memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi padi, dalam
rangka memenuhi kebutuhan sendiri. Produksi padi sawah dan ladang disajikan di
Tabel 4.4
Tabel 4.4
Luas Panen dan Produksi Padi sawah dan Ladang
Tahun 2007-2011
Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton)
Angka Daerah Angka Pusat Angka Daerah Angka Pusat
2011 152.584 152.585 858.315 858.317
2010 152.190 152.190 869.150 869.165
2009 152.584 150.283 878.764 878.764
2008 145.369 143.349 840.464 840.465
2007 145.030 145.030 839.765 839.775
Sumber : Bali Membangun 2011
Pembangunan pertanian di Provinsi Bali dilakukan secara simultan dengan
sektor pariwisata,mengingat kemajuan sektor pariwisata akan menyebabkan migran
akan lebih banyak datang ke Bali sehingga permintaan beras juga meningkat.Tabel
4.4 dapat digambarkan bahwa luas panen baik angka daerah maupun angka pusat,
ternyata menunjukan kencendrungan yang semakin meningkat, demikian juga dari
sudut produksi atas dasar angka pusat atau daerah juga meningkat.
4.2 Analisis Data
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat potensi ekonomi daerah
adalah melalui segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah
satu pendekatan yang umum digunakan dan didasarkan pada teori model ekonomi
basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu
pertumbuhan. LQ mengukur dan menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai
19
tambah sebuah sektor di suatu region ( Kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai
tambah sektor yang bersangkutan secara provinsi/nasional.Untuk lebih memahami
kondisi Daerah Bali disajikan di Tabel 4.5 Indeks Location Quotient Prov. Bali
Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 - 2011
Tadel 4.5
Indeks Location Quotient Prov. Bali Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali
dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007 – 2011
No
Lapangan Usaha
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
1 Pertanian 1.44 1.31 1.04 1.18 1.18 1.23
2 Pertambangan &
Penggalian
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
3 Industri
pengolahan
0.34 0.34 0.30 0.37 0.37 0.34
4 Listrik Gas dan
Air bersih
2.26 2.47 1.96 2.48 2.59 2.35
5 Bangunan 0.58 0.58 0.39 0.44 0.46 0.49
6 Perdagangan
hoteldan Restoran
1.90 2.03 1.89 2.19 2.23 2.05
7 Penganggkutan
dan Komunikasi
1.86 2.04 1.82 2.20 2.19 2.02
8 Keuangan ,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
0.96 1.01 0.82 0.94 0.93 0.93
9 Jasa-jasa 1.56 1.55 1.20 1.40 1.38 1.42
Sumber PDRB Provinsi Bali 2007-2011
Data Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai LQ yang lebih
besar dari 1 yang artinya sektor pertanian mempunyai potensi untuk di kembangkan
kendatipun pada tahun 2007 LQ sebesar 1.44 dan mengalami penurun hingga 1.18
pada tahun 2011, tetapi masih tetap kondisinya lebih besar dari 1.Sektor listrik Gas
dan air bersih pada tahun 2007 LQ mencapai 2,26, tahun 2008 mencapai 2,47,tahun
2009 turun sedit mencapai sebesar 1,96, dan tahun 2010 mencapai 2,48, dan 2011
mencapai 2,59 dan rata-ratanya 2,35 yang paling tertinggi dari sektor-sektor yang
lainya.Sektor perdagangan hotel dan restoran pada tahun 2007 LQ sebesar 1,90 ,
tahun 2008 mencapai 2,03 sedangkan pada tahun 2009 turun sedikit mencapai 1,89
dan tahun 2010 dan tahun 211 naik masing=-masing 2,19 dan 2,23 dengan rata-rata
20
sebesar 2,05.Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2007 mencapai
1,86,naik pada tahun 2008 mencapai 2,04 tahun2009 mencapai 1,82 dan tahun 210
naik mencapai 2,20 dantahun 2011 2,19 dengan rata –rata mencapai 2,02. Sektor
keuangan persewaan dan jasa perusahan LQ diatas satu tercapai pada tahun 2008
sebesar 1,01.Sektor jasa-jasa pada tahun 2007 LQ sebesar, 1,56, tahun 2011
mencapai sebesar 1,38 dengan rata-rata 1,42. Dari sembilan sektortersebut LQ rata-
ratanya yang paling besar adalah sektor Listrik Gas dan Air bersih, disusul oleh
Perdagangan hotel dan Restoran, dan peringkat ketiga adalah Pengangkutan dan
Komunikasi, peringkat ke empat Jasa-jasa dan peringkat kelima adalah sektor
pertanian.
LQ yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000 ternya peringkatnya
mengalami perubahan, dimana sektor yang paling tinggi adalah Perdagangan hote
ldan Restoran sebesar 3.70 dan peringkat kedua adalah sektor Listrik Gas dan Air
bersih dengan rata-rata sebesar 2,03 disusul oleh sektor pertanian mencapai 1,52
serta peringkat ke empat adalah sektor Penganggkutan dan Komunikasi dengan rata-
rata sebesar 1,16 yang datanya disajikan di Tabel 4.6.
Tadel 4.6
Indeks Location Quotient Prov. Bali Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali
dan PDB Nasional Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007 – 2011
No
Lapangan Usaha
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
1 Pertanian 1.54 1.51 1.52 1.51 1.50 1.52
2 Pertambangan &
Penggalian
0.07 0.07 0.07 0.08 0.09 0.09
3 Industri
pengolahan
0.37 0.38 0.39 0.39 0.38 0.38
4 Listrik Gas dan
Air bersih
2.19 2.10 1.91 1.95 1.93 2.03
5 Bangunan 0.22 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23
6 Perdagangan
hoteldan Restoran
4.25 3.95 3.60 3.38 3.32 3.70
7 Penganggkutan
dan Komunikasi
1.16 1.16 1.15 1.16 1.15 1.16
8 Keuangan ,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
0.79 0.77 0.74 0.75 0.75 0.76
9 Jasa-jasa 0.14 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14
Sumber PDRB Provinsi Bali 2007-2011
21
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan.
Dari hasil pembahasan yang dilakukan pada Bab IV maka dapat disimpulakan sbb :
1. Dalam menentukan potensi yang dimiliki oleh Daerah Bali yang dilakukan
dengan menggunakan LQ atas dasar harga berlaku maka yang mempunyai
rata-rata LQ selama lima tahun dimana LQ yang tertinggi adalah sektor
Listrik Gas dan Air bersih sebesar 2,35, peringkat kedua adalah sektor
Perdagangan hotel dan Restoran sebesar 2,05 ,peringkat ketiga adalah sektor
Penganggkutan dan Komunikasi sebesar 2,02, peringkat ke empat adalah
sektor jasa-jasa sebesar 1,42 dan peringkat kelima adalah sektor pertanian
LQ sebesar 1,23
2. LQ yang dihitung dengan menggunakan harga konstan terjadi perubahan
peringkat dan penurunan pencapai LQ dari lima sektor menjadi empat
sektor.Sktor sektor yang memiliki LQ yang lebih besar dari 1 adalah sektor
perdagangan hotel dan restoran dengan rata-rata LQ selama lima tahun
sebesar 3,70, peringkat kedua dicapai oleh sektor listrik gas dan air bersih
dengan rata-rata sebesar 2,03, dan peringkat ketiga adalah sektor pertanian
dengan angka rata rata sebesar 1,52 dan peringkat ke empat adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi dengan rata- rata sebesar 1,16.
5.2. Saran
Dari simpulan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian maka dapat disarankan
hal-hal sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah Bali dalam mengambil kebijakan pembangunan
sebaiknya selalu menggunakan hasil kajian sehingga akan dapat mengurangi
kegagalan dari pemerintah untuk meningkatkan kinerja, karena sejalan
dengan teori ekonomi publik salah satu penyebab kegagalan karena
kurangnya impormasi yang digunakan sebagai dasar merumuskan kebijakan.
2. Prioritas Pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi ariwisataan Bali adalah prioritas yang paling besar di sektor
perdagangan hotel dan restoran,serta membangun sarana dan prasarana di
23
DAPTAR PUSTAKA
Bappeda Prov.Bali 2011, Data Bali Membangun Denpasar
.............................2012,Profil Daerah Bali Berbasis Data SIPD,Denpasar.
BPS Prov Bali2012, Produk Domistik Regional Bruto Provinsi Bali,Denpasar
Ernan,Rustiadi dkk,2011, Peremcanaan dan Pengembangan Wilayah,
Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta
Kuncoro Mudrajat, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi
Perencanaan, Strategi dan Peluang, Erlangga,Jakarta.
Kartasasmita, Ginajar,1996, Pembangunan Untuk Rakyat,Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan, PT Pustaka,Cideindo,Jakarata
Suparmoko, M,2001, Ekonomi Publik, untuk keuangan dan Pembangunan
Daerah, BPFE,UGM Yoyakarta
Mari Pangestu dan Ira Setiati,1997, Mencari Paradigma Baru, Pembangunan
Indonesia, CSIS, Jakarta
top related