strategi pemerintah kota batam dalam...
Post on 24-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
STRATEGI PEMERINTAH KOTA BATAM DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN MASYARAKAT HINTERLAND
(Studi Kasus Kelurahan Sembulang)
SKRIPSI
Oleh
SADAM
NIM 100565201344
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
2
Abstrak
Negara telah mewajibkan untuk merealisasikan sedikitnya 20% anggaran
pendapatan dan belanja untuk pendidikan sehingga diharapkan masyarakat
Indonesia bisa merasakan dunia pendidikan dinegaranya sendiri dan terbebas dari
kebodohan. Konstitusi Negara Indonesia telah mengamanatkan bahwa pendidikan
merupakan suatu hak bagi setiap warga Negara, sehingga bukan menjadi alasan
bahwa letak geografis atau rentang kendalai merupakan hambatan untuk tidak bisa
mengakses atau mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak bagi setiap warga
negara. Salah satu pihak yang mengatasi masalah ini yaitu Dinas Pendidikan Kota
Batam
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi Pemo
Batam dalam peninggkatan mutu pendidikan masyarakat hinterland oleh Dinas
Pendididkan Kota Batam. peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif-
kualitatif, artinya bahwa peneliti berusaha menggambarkan masalah, menjelaskan,
atau mengungkapkan gejala-gejala yang ada mengenai pemberdayaan masyarakat
hinterland di Kota Batam. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif
kualitatif.
Hasil yang ditemukan adalah bahwa Dinas Pendidikan Kota Batam yang
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah di bidang pendidikan masyarakat yang
termasuk didalamnya masyarakat hinterland belum melaksanakan fungsinya di
bidang pemberdayaan pendidikan masyarakat hinterland guna meningkatkan
kehidupan masyarakat melalui pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sosialisasi
3
belum menyentuh masyarakat secara langsung, belum ada perbedaan yang
signifikan antara daerah hinterland dan mainland.
Kata kunci: Hinterland, pemerintah, strategi
4
Abstract
The state has obliged to realizes at least 20% of the budget revenue and
expenditure for education, expecting the peoples of Indonesia could get education
in his own country and free from stupidity. Indonesia State Constitution has
mandated that education is a right for every citizen, so it is not a reason that the
geographic location or range forms a barrier to access or can not get a decent
education services for every citizen. One of the board which overcome this
problem is Batam City Department of Education.
The purpose of this research was to determine how the empowerment for
hinterland community by the Department of Education, Batam. researchers used a
descriptive qualitative research method, meaning that the researchers sought to
describe the problem, explain or express symptoms that last about community
empowerment hinterland in Batam. Data analysis technique using qualitative
descriptive technique.
Results found is that the Department of Education of Batam City which
is the comission of the local goverment in the field of education for public that
includes the hinterland communities have not been performing its functions in the
field of education empowerment to hinterland society in order to improve people's
lives through education. This is caused by socialization has not touched the public
directly, there is no significant difference between the hinterland and the
mainland.
Keywords: empowerment, nationalism, strategy
5
STRATEGI PEMERINTAH KOTA BATAM DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN MASYARAKAT HINTERLAND
(Studi Kasus Kelurahan Sembulang)
A. Latar Belakang
Setelah runtuhnya rezim yang paling berkuasa pada masa orde baru, maka
Indonesia memasuki era baru yang berubah sangat drastis dan spektakuler. Sistem
pemerintahan yang sentralistis dan kekuasaan negara yang otoriter berubah
menjadi sistem pemerintahan yang desentalistis dan demokrasi. Jika sebelumnya
mengurus rumah tangga sendiri merupakan mimpi disiang hari bagi daerah, maka
pada saat ini semua itu menjadi sangat nyata.Hingga saat ini, Indonesia menjadi
negara yang menganut azas desentralisasi yang mana melahirkan suatu konsep
terbaru, otonomi daerah.
Otonomi daerah sendiri merupakan suatu wajah baru bagi negara ini dalam
sistem pemerintahan Indonesia.Daerah mendapat kepercayaan oleh Undang-
undang untuk mengurus rumah tangganya sendiri.Seperti yang di sebutkan oleh
HAW.Widjaja dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom, otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintah.
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 menyebutkan
pengertian otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.
6
Pasal 1 ayat 6 Undang-undang ini menerangkan lebih lanjut makna atau
arti dari daerah otonom yang artinya daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Otonomi daerah di Indonesia saat ini dipayungi oleh Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan pengganti Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 direvisi atas permintaan dari
pemerintah daerah di Indonesia karena dianggap kurang mendukung
keberlangsungan hidup otonomi daerah di Indonesia sendiri. Ada berberapa hal
dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang berbau negatif dan
memungkinkan untuk menciptakan suatu dinasti-dinasti dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau istilah lainnya adalah memunculkan raja-raja
kecil didaerah-daerah, dan yang lebih ekstrim lagi ada yang mengatakan bahwa
demokrasi Indonesia “kebablasan” saat otonomi Indonesia di payungi oleh
Undang-undang ini. Karena Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 kurang begitu
mendukung terciptanya demokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi
itu sendiri.
Kemudian lahirlah suatu payung hukum baru bagi kecerahan hidup
otonomi daerah di Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
menimbulkan berbagai kontroversi dilingkungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia terkait keutuhan bentuk negara kesatuan Indonesia, karena Undang-
7
undang baru ini benar-benar memberi warna bagi otonomi di Indonesia.
Walaupun sebenarnya otonomi daerah di Indonesia telah beberapa kali mengalami
pergantian payung hukum yang menaunginya dan kemudian terbit Undang-
undang baru yakni Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah.
Otonomi daerah memberikan suatu keleluasaan kepada daerah untuk
membenah diri dengan segala kemampuan dan keunikan yang dimilikinya sebagai
senjata untuk memajukan daerahnya demi keberlangsungan hidup
rakyat.Kebanyakan semua potensi daerah dipotensikan untuk membangun sektor
ekonomi, sebab ekonomi yang dilihat dari jumlah angka pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dinilai berhasil dan sejahtera jika memiliki
banyak jumlah nol hingga menyentuh angka triliunan rupiah.Salah satu bentuk
pembangunan sumber daya manusia adalah dengan memberikan pendidikan atau
pelatihan kepada masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.
Terkait masalah pendidikan, negara telah mewajibkan untuk
merealisasikan sedikitnya 20% anggaran pendapatan dan belanja untuk
pendidikan sehingga diharapkan masyarakat Indonesia bisa merasakan dunia
pendidikan dinegaranya sendiri dan terbebas dari kebodohan. Konstitusi Negara
Indonesia telah mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan suatu hak bagi
setiap warga Negara, sehingga bukan menjadi alasan bahwa letak geografis atau
rentang kendalai merupakan hambatan untuk tidak bisa mengakses atau
mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak bagi setiap warga negara.
8
Setelah mendapat amanah dari Undang-undang, daerah-daerah di
Indonesia terus berusaha melaksanakan mandat otonomi daerah dalam hal
melaksanakan pendidikan bagi masyarakat daerah.
Kota Batam dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Kepulauan
Riau pasti menghadapi berbagai masalah kebutuhan dasar, fenomena penduduk
yang datang dari berbagai daerah di Indonesia bukanlah suatu fenomena baru.
Sejak menjadi kota industri di dekat Selat Malaka yang berhadapan langsung
dengan Negara Singapura, menjadikan Batam daya tarik untuk mencari nafkah
bagi para migran dari berbagai daerah di Indonesia.
Industri di Kota Batam yang sangat pesat menuntut masyarakat untuk
memiliki skill yang memadai agar bisa bekerja dan menyesuaikan diri terhadap
dunia kerja di industri Kota Batam. Ritme hidup masyarakat kota industri di Kota
Batam memang sangat terasa, kesibukan kendaraan yang hilir mudik menuju
sentra-sentra industri dari pagi hingga pagi kembali.
Fenomena kota industri menjadikan Kota Batam sibuk dengan kegiatan
ekonomi tanpa henti, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya daerah
penyangga (hinterland) industri itu tersebut. Sebagai daerah penyangga
(hinterland), beberapa kecamatan di Kota Batam yang berada di pesisir kota,
membutuhkan pendidikan yang layak, karena daerah hinterland merupakan
daerah pemasok kebutukan industri maupun kegiatan ekonomi di Kota Batam.
Standar kegiatan ekonomi Batam tentunya berbeda dengan standard
ekonomi masyarakat hinterland Batam.Sebagai pemasok kebutuhan daerah
mainland, tentunya daerah hinterland Batam harus mempunyai sumber daya
9
manusia yang memadai dan sesuai kebutuhan industri.Kegiatan ekonomi
masyarakat yang fungsinya juga sebagai daerah penyokong daerah mainlandharus
benar-benar bisa menjadi cadangan yang siaga saat mainland membutuhkannya.
Hingga saat ini, Kota Batam telah melakukan pembenahan terhadap
pendidikan, terutama didaerah hinterland.Karena daerah hinterland sangat
memerlukan pembangunan sumber daya manusia setelah sekian lama hidup
dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Kota Batam terhadap sumber
daya manusia didaerah hinterlandKota Batam adalah dengan memberikan
beasiswa hingga kejenjang perguruan tinggi bagi siswa-siswi yang berasal dari
daerah hinterland tanpa melihat suku bangsa, ras maupun agama, semua memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkannya.
Salah satu daerah hinterland Kota Batam yang turut merasakan program
Pemerintah Kota Batam dalam pembangunan sumber daya manusia daerah
hinterland ini adalah siswa-siswi di Kelurahan Sembulang.Tingkat pendidikan di
kelurahan ini mencapai peringkat kedua dari persentasi tingkat pendidikan di
lingkup Kecamatan Galang. Terbukti dengan menyumbang para diploma dan
sarjana dan master menyentuh rata-rata 20%, ini lebih baik dari kelurahan lain di
Kecamatan Galang.
10
Tabel 1.1
Tingkat Pendidikan Di Kota Batam
No Kecamatan
Mainland
Tidak/Belum
Sekolah
Kecamatan
Hinterland
Tidak/Belum
Sekolah
1 Batu Ampar 26,29 % Belakang Padang 28,11 %
2 Sekupang 29,28 % Bulang 36,49 %
3 Batu Aji 28,64 % Galang 39,45 %
4 Lubuk Baja 42,35 %
5 Sungai Beduk 24,30 %
6 Bengkong 26,32 %
7 Batam Kota 29,21 %
8 Sagulung 30,05 %
9 Nongsa 26,14 %
Sumber: data olahan tahun 2014
Terkait peran Pemerintah Kota Batam sangatlah jelas, beasiswa dari pihak
Pemerintah Kota Batam telah diberikan kepada masyarakat sekitar daerah
hinterland direalisasikan melalui sekolah-sekolah.Beasiswa pada jenjang sarjana,
diberikan tanpa pengecualian asalkan diterima di perguruan tinggi yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Kota Batam.Setidaknya ada Universitas Riau
Kepulauan, Universitas Batam, Politeknik Negeri Batam yang bisa dipilih sebagai
tempat menuntut ilmu bagi siswa-siswi hinterland Kota Batam.
Kerja sama bagi pendidikan siswa-siswi hinterland juga terus ditingkatkan
hingga membuka peluang untuk menempuh pendidikan diluar kampus yang ada di
11
Kota Batam yakni Universitas Gajah Mada hingga Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, untuk mahasiswa hinterland Kota Batam yang
mendapatkan pendidikan di Universitas Gajah Mada mendapat tidak kurang dari
18 juta rupiah setiap tahunnya bagi mahasiswa dengan jurusan tertentu.
Bagi mahasiswa hinterland Kota Batam yang kuliah di Kota Batam pada
tahun 2010 mendapatkan setidaknya 9 juta rupiah. Angkatan sebelumnya juga
mendapatkan dengan sistem yang berbeda lagi.Mahasiswa hanya mendapatkan
uang saku yang dibagikan sebesar 5 juta rupiah bersih tanpa memikirkan SPP.
B. Kerangka Penelitian/Berfikir
Adapun kerangka penelitian/kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah
dimulai dengan konsep ototnomi daerah yang diambil peneliti melalui Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Bab IV Pasal 9, Pasal
10, Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13. Kemudian penulis mengkhususkan pada Pasal
12 ayat (1) huruf (a) yakni pendidikan sebagai penelitian.
Urusan Pemerintah Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dalam
hal pendidikan kemudian menjadi objek penelitian di lingkungan Pemerintah Kota
Batam dengan melihat strategi yang diambil untuk menyamakan tingkat
pendidikan daerah hinterland dengan daerah mainland.
Adapun indikator yang peneliti jadikan tolak ukur guna mendapatkaan
jawaban atas strategi yang digunakan Pemerintah Kota Batam untuk
menyetarakan tingkat pendidikan antara daerah hinterland dan daerah mainland
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan arahan pada proses sosialissasi,
13
KONKUREN
URUSAN PEMERINTAHAN
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum
dan Penataan
Ruang
4. Perumahan
Rakyat dan
Kawasan
Pemukiman
5. Ketentraman,
Ketertiban
Umum, dan
Perlindungan
Masyarakat
6. Sosial
Pelayanan Dasar Pelayanan Non Dasar
1. Kelautan dan
Perikanan
2. Pariwisata
3. Pertanian
4. Kehutanan
5. Energi dan
Sumber Daya
Mineral
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi
1. Tenaga Kerja
2. Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan
Anak
3. Pangan
4. Pertanahan
5. Lingkungan
Hidup
6. Administrasi
Kependudukan
7. Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa
8. Dll
a. Politik Luar
Negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan
Fiskal
Nasional
f. Agama
Kewenangan
Presiden
vUrusan
Pemerintahan
Pilihan
Urusan
Pemerintahan Wajib
v
PEMERINTAHAN
UMUM ABSOLUT
14
Sumber: UU No.23 Tahun 2014
STRATEGI PEMERINTAH KOTA BATAM
PENDIDIKAN
1. ADANYA SOSIALISASI
SECARA
BERKELANJUTAN DARI
DISDIK KOTA BATAM
TENTANG PERAN,
TUGAS DAN FUNGSI
2. ADANYA SOSIALISASI
SECARA
BERKELANJUTAN DARI
DISDIK KOTA BATAM
TENTANG PROG.KERJA
UNTUK PENINGKATAN
PENDIDIKAN DI
DAERAH HINTERLAND
PENGETAHUAN
1. ADANYA PROG.KERJA UNTUK
PENINGKATAN KUALITAS
PENDIDIKAN MASYARAKAT
HINTERLAND
2. ADANYA PENYAMPAIAN
INFORMASI YANG JELAS DAN
LANGSUNG TENTANG
MANFAAT PENDIDIKAN BAGI
KESEJAHTERAAN DAN
KEBERLANGSUNGAN HIDUP
BAGI MASYARAKAT
HINTERLAND
3. ADANYA KEGIATAN NYATA
YANG DILAKUKAN OLEH
DISDIK KOTA BATAM UNTUK
DAERAH HINTERLAND DALAM
PENINGKATAN PENGETAHUAN
1. ADANYA KERJASAMA
YANG DILAKUKAN
ANTARA DISDIK
DENGAN MASYARAKAT
HINTERLAND DALAM
PEMNGEMBANGAN
SITEM PENDIDIKAN
2. ADANYA KOORDINASI
DISDIK DENGAN PIHAK
LAIN GUNA
MENYUKSESKAN
PROGRAM KERJA DAN
TUJUAN PENDIDIKAN
DI DAERAH
HINTERLAND
DAPAT MEMPERSATUKAN
KELOMOK MEMBERIKAN ARAHAN PADA
PROSES SOSIALISASI
15
PEMERINTAH
PEMKO BATAM
PERSAMAAN HAK TERHADAP PELAYANAN DASAR
1. UU NO 20/2003
2. UU NO 36/2009
3. UU NO 26/2007
4. UU NO 01/2011
5. UU NO 13/2012
PENDIDIKAN
UU NO 20 TAHUN 2003
PENDIDIKAN NASIONAL
MASYARAKAT HINTERLAND
STRATEGI
?
16
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
metode yang bersifat kualitatif. Menurut Denzin dan Lincon (dalam Moleong: 5)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah di Kelurahan Sembulang Kota Batam.Lokasi
ini diambil dengan pertimbangan lokasi yang merupakan daerah hinterland
terpadat di Kecamatan Galang dan salah satu kelurahan dengan tingkat pendidikan
yang cukup baik di Kecamatan Galang.
3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersumber dari dinas-dinas atau kantor-kantor pemerintah setempat terkait
masalah serta masyarakat setempat yang diteliti serta data sekunder yang
bersumber dari internet dan sumber-sumber lain yang memungkinkan.
Diantaranya :
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik tanya-jawab secara langsung kepada sumber
terkait penelitian dengan alat yang digunakan adalah wawancara yang disusun
terlebih dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu terkait objek kajian
penelitian
17
b. Observasi
Observasi adalah untuk melihat secara langsung tentang fenomena atau
gejala-gejala yang berada didaerah penelitian yang berhubugan dengan objek
penelitian.
c. Dokumen
Dokumen adalah segala jenis dokumentasi yang berhubungan dengan
penelitian ini.
d. Informan
Menurut Moleong (2002:90), informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian secara
faktual.Adapun yang menjadi informan adalah:
1) Dinas Pendidikan Kota Batam.
2) Kepala SMA Negeri 10 Batam.
3) Kepala SMP Negeri 18 Batam.
4) Masyarakat Kelurahan Sembulang.
4. Teknik Analisis Data
Analisa yang penyusun ambil melalui teknik deskriptif-kualitatif. Menurut
Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2002:248) analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
18
D. Hasil Penelitian
Secara khusus, sebagai daerah penyokong tentunya Batam memiliki tiga
kecamatan yang menurut Dinas Pendidikan Kota Batam sebagai kecamatan
dengan ketegori kecamatan hinterland dan mendapat kebijakan sesuai wilayah
tersebut. Wilayah hinterland menurut Dinas Pendidikan adalah wilayah Kota
Batam yang berada di luar pulau Batam, yakni wilayah Kecamatan Belakang
Padang, Kecamatan Bulang dan yang terakhir kecamatan yang terletak paling
belakang adalah Kecamatan Galang.
A. Strategi Pemerintah Kota Batam dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Masyarakat Hinterland
1. Memberikan Suatu Arahan pada Proses Sosialisasi
Memberikan suatu arahan pada proses sosialisasi yaitu memberikan
penyampaian informasi yang jelas dan langsung dari pemerintah Kota Batam
dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Batam kepada masyarakat hinterland
Kelurahan Sembulang, dimensi ini dapat dilihat dari indikator yang berupa:
a. Adanya Sosialisasi Secara Berkelanjutan dari Dinas Pendidikan
Kota Batam Tentang Peran, Tugas dan Fungsi
Hasil yang didapat dari wawancara yang didapat berdasarkan indikator “adanya
sosialisasi secara berkelanjutan dari Dinas Pendidikan Kota Batam tentang peran,
tugas dan fungsi” adalah:
Dinas Pendidikan belum melakukan kontak langsung kepada masyarakat
untuk melakukan sosialisasi tentang peran, tugas dan fungsi mereka selaku
lembaga yang membidangi masalah pendidikan di Kota Batam.
19
b. Ada Sosialisasi Secara Berkelanjutan dari Dinas Pendidikan
Tentang Program Kerja untuk Peningkatan Pendidikan didaerah
hinterland.
Hasil dari wawancara yang didapat berdasarkan indikator “ada sosialisasi
secara berkelanjutan dari Dinas Pendidikan tentang program kerja untuk
peningkatan pendidikan didaerah hinterland, adalah:
Masyarakat hinterland dalam hal ini masyarakat pesisir Kelurahan
Sembulang merasa Dinas Pendidikan perlu melakukan sosialisasi tentang program
kerja terkait pendidikan untuk masyarkat hinterland khususnya.Mereka
menginginkan adanya komunikasi aktif dari Dinas Pendidikan kepada mereka,
apalagi saat musrenbang.Karena pada saat itu masyarakat berkumpul untuk
bermusyawarah guna membangun daerah, sehingga sangat tepat jika Dinas
Pendidikan melakukan sosialisasi terkait program kerja mereka kepada
masyarakat.
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan atau ilmu yang di dapatkan oleh seseorang
melalui pendidikan dan pelatihan serta pelajaran yang di peroleh seseorang baik
secara formal maupun informal dengan sumber pendidikan yang memadai.
a. Adanya Program Kerja untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan
Masyarakat Hinterland
Wawancara yang didapat berdasarkan indikator “adanya program kerja
untuk peningkatan kualitas pendidikan masyarakat hinterland”adalah:
20
Masyarakat hinterland di Kelurahan Sembulang merasakan adanya
bantuan berupa beasiswa untuk masyarakat miskin, bantuan biaya transportasi
bagi siswa yang melakukan penyeberangan laut, bantuan bus sekolah gratis bagi
siswa yang melakukan penyeberangan jalur darat, bantuan rumah dinas bagi guru-
guru didaerah hinterland termasuk bantuan penginapan atau asrama gratis bagi
siswa yang sangat jauh jangkaunya menuju sekolah agar siswa benar-benar fokus
dalam menuntut ilmu. Bantuan asrama ini selalu memprioritaskan siswa-siswa
yang secara geografis jauh dari sekolah dan memiliki kemungkinan akan
terlambat jika harus pergi dan pulang setiap harinya sehingga waktu siswa hanya
terbuang untuk kegiatan pergi dan pulang dari sekolah saja.
b. Adanya Penyampaian Informasi yang Jelas dan Langsung tentang
Manfaat Pendidikan Bagi Kesejahteraan dan Keberlangsungan
Hidup bagi Masyarakat Hinterland
Wawancara yang didapat berdasarkan indikator “adanya penyampaian
informasi yang jelas dan langsung tentang manfaat pendidikan bagi kesejahteraan
dan keberlangsungan hidup bagi masyarakat hinterland”adalah:
Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah serta jauh dari sumber-
sumber informasi tentang pendidikan sangat membutuhkan kontak langsung yang
nyata bukan hanya sekedar ucapan ataupun kertas kerja tanpa implementasi
sebenarnya.
21
c. Adanya Kegiatan Nyata yang Dilakukan oleh Dinas Pendidikan
untuk Daerah Hinterland dalam Peningkatan Pengetahuan Demi
Terciptanya Tujuan Pendidikan.
Wawancara yang di dapat berdasarkan indikator “adanya kegiatan nyata
yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan untuk daerah hinterland dalam
peningkatan pengetahuan demi terciptanya tujuan pendidikan” adalah:
Masyarakat benar-benar merasakan bagaimana Dinas Pendidikan telah
melakukan tugas yang baik terkait peningkatan pengetahuan demi terciptanya
tujuan pendidikan didaerah hinterland.Dimana sekarang hampir setiap kampung
di Kelurahan Sembulang sudah memiliki sekolah dasar masing-masing sehingga
anak-anak usia sekolah dasar yang baru masuk tidak perlu keluar kampung untuk
mendapatkan pendidikan.
3. Dapat Mempersatukan Kelompok
Dapat mempersatukan kelompok yaitu adanya kerjasama dan hubungan
yang baik antara Dinas Pendidikan dengan masyarakat atau dengan dengan
lembaga lain baik SKPD maupun swasta.
a. Ada Kerja Sama yang Dilakukan Antara Dinas Pendidika dengan
Masyarakat Hinterland dalam Pengembangan Sistem Pendidikan
Wawancara yang didapat berdasarkan indikator “Ada kerja sama yang
dilakukan antara dinas pendidika dengan masyarakat hinterland dalam
pengembangan sistem pendidikan” adalah:
22
Masyarakat Kelurahan Sembulang tidak merasakan adanya sosialisasi atas
pengembangan pendidikan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan melalui komite
sekolah, tokoh masyarakat peduli pendidikan atau pun dari pemerintah setempat.
b. Ada Kerja Sama yang Dilakukan Antara Dinas Pendidika dengan
Pihak Lain Guna Menyukseskan Program Kerja dan Tujuan
Pendidikan Didaerah Hinterland
Wawancara yang didapat berdasarkan indikator “adanya koordinasi Dinas
Pendidikan dengan pihak lain guna menyukseskan program kerja dan tujuan
pendidikan didaerah hinterland”
Menyukseskan program pendidikan untuk masyarakat hinterland Dinas
Pendidikan telah melakukan kerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah
atau lembaga lain termasuk dengan pihak swasta di Kota Batam agar tercapai
tujuan peningkatan pendidikan bagi masyarakat hinterland.
E. PENUTUP
1. Simpulan
Pemaparan dan hasil analisis atas wawancara yang dilakukan terhadap
beberapa narasumber yang dianggap berkompeten dan memiliki pengetahuan dan
atau informasi mengenai pendidikan, khususnya tentang pendidikan didaerah
hinterland sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam melakukan
sosialisasi tentang peran, tugas serta fungsinya, Dinas Pendidikan belum
melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat hinterland, sosialisasi
23
hanya dilakukan kepada sekolah melalui rapat-rapat dengan kepala sekolah
ataupun dengan guru-guru yang mewakili sekolah.
Penyampaian program kerja yang dianggap penting bagi pendidikan
masyarakat hinterland juga belum dilakukan secara langsung sehingga
masyarakat tidak mengetahui apa saja program kerja tersebut, segala bentuk
sosialisasi mengenai pendidikan hanya didapat darisekolah-sekolah tempat anak
mereka sekolah.
Bentuk program kerja dari Dinas Pendidikan yang benar-benar dirasa
secara langsung oleh masyarakat adalah berupa beberapa bantuan operasional,
seperti bantuan bus sekolah secara gratis bagi siswa didaerah hinterland, bantuan
biaya transportasi laut, bantuan asrama siswa serta bantuan rumah dinas bagi guru
didaerah hinterland.
Program kerja yang berupa kebijakan pendidikan pada dasarnya sama
dengan didaerahmainland, belum ada kebijakan yang signifikan membedakan
antara kebijakan untuk daerah hinterland dengan daerah mainland seperti
melakukan rapat-rapat tentang sosialisasi peran, tugas dan fungsi dari Dinas
Pendidikan dilakukan sama dengan daerah mainland, hanya beberapa koordinasi
program kerja antar wilayah untuk SMP dilakukan dengan wilayah masing-
masing tapi tetap beranggotakan sekolah mainland.
Peneliti menyimpulkan bahwa pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas
Pendidikan belum menjalankan perannya secara baik untuk peningkatan
pendidikan masyarakat hinterland khususnya di Kelurahan Sembulang
24
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut saran-saran yang dapat peneliti
sampaikan:
1. Dinas Pendidikan Kota Batam dapat melakukan sosialisasi peran, tugas,
fungsi dan program kerja kepada masyarakat hinterland secara langsung,
guna menjalin pola komunikasi dua arah, agar masyrakat bisa
menyampaikan kritik ataupun saran bagi kemajuan pendidikan didaerah
hinterland.
2. Dinas Pendididkan tetap mempertahankan program kerja berupa bantuan
fasilitas penunjang pendidikan yang sudah diberikan saat ini, karena
bantuan seperti bus sekolah, bantuan operasional kendaraan laut dan
sebagainya sangat membantu masyarakat hinterland dalam menempuh
akses pendidikan.
3. Dinas Pendidikan dapat membuat program kerja yang signifikan antara
program kerja untuk daerah hinterland dengan mainland.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Andika, Dicky, 2012, Strategi Pemberdayaan Perempuan dalam Politik (Perspektif United Nation Development Program dan Persiapan Pemilu
2014) Skripsi, Ilmu Politik Universitas Andalas Ardianto, Elvinaro, 2008, Filsafat Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media:
Bandung
Buchory, Herry Achmad dan Djaslim Saladin, 2010, Manajemen Strategic (Cetakan ke-1), Linda Karya: Bandung
Budhita, IGN Gede, 2004, Strategi Pengelolaan Museum Le Mayeur Sanur, Profram Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana: Denpasar
25
Hunger, David dan ThomasL Wheelen, 2003, Manajemen Strategis (cetakan ke-2), Andi:Yogyakarta
Kaloh, J, 2007, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Moleong, J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana
Nasution, Zulkarnaen, 2007, Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan
Penerapannya, PT. Rajawali Pers, Jakarta
Nawawi, Hadari, 2005, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi Dibidang Pendidikan (Cetakan ke-3), Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Kybernology: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Oliver, Sandra, 2007, Strategi Public Relations, Erlangga: Jakarta
Rangkuti, Freddy, 2006, Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Rozali, Abdullah, 2011, Pelaksanaan Otonomi Luas, Rajawali Pers, Jakarta.
Sarundajang, S, H, 2005,Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, Kata Hasta Pustaka,
Jakarta.
Siagian, Sondang P, 2003, Manajemen Strategi, Bumi Aksara: Jakarta
Simamora, Hendry, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN: Yogyakarta
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Tjiptono, F, 2000, Strategi Pemasaran Jasa, Andi: Yogyakarta
Widjaja, H, A, W, 2009, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Rajawali Press, Jakarta
26
.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar 1945.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Pendidikan Kota Batam.
top related