strategi komunikasi pemerintah kota tangerang...
Post on 10-Oct-2019
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH KOTA TANGERANG
SELATAN DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM SMART CITY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Aprilia Lianjani
NIM: 11140510000219
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1439 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata (S1) di Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Juni 2018
Aprilia Lianjani
i
ABSTRAK
Aprilia Lianjani
Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
Mensosialisasikan Program Smart City.
Perkembangan teknologi membuat pemerintah melirik pemanfaatan teknologi
informasi untuk memberikan pelayanan masyarakat yang lebih maksimal bahkan
optimal. Hal tersebut akhirnya memunculkan ide besar untuk tata kelola masyarakat
termasuk masyarakat perkotaan yang cenderung lebih siap dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan. Ide besar dan langkah kreatif pun muncul dengan hadirnya
istilah Smart City (dikenal dengan kota yang cerdas) atau pun istilah sejenisnya. Kota
Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang telah menerapkan konsep smart
city. Smart city adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu berbagai
hal kegiatan dimasyarakat, terumata dalam mengelola sumber daya yang ada dengan
efisien, serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi Pemerintah Kota Tangerang
Selatan dalam mensosialisasikan program smart city? Dan apa faktor pendukung dan
faktor penghambat serta solusi pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
mensosialisasikan Program Smart City.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Hafied
Cangara. Bahwa strategi komunikasi meliputi lima tahap yaitu: penelitian,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Onong Uchjana Effendy
mengatakan bahwa strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Dalam ilmu manajemen, strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: perumusan,
implementasi, dan evaluasi.
Penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang ada dibalik tindakan, bukan fenomena
luar tetapi fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses daripada
hasil dari suatu aktifitas.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pemerintah Kota Tangerang Selatan
melalui divisi Smart City melakukan sosialisasi dengan melalui lima tahapan yaitu:
tahapan pertama penelitian, meninjau kembali program yang masih bisa berjalan dan
yang sudah tidak bisa. Tahap perencanaan, pemkot tangsel membuat perencanaan
strategi dengan unsur-unsur komunikasi. Tahap pelaksanaan, yaitu menjalankan
strategi yang sudah di rencanakan. Tahap evaluasi dan tahap pelaporan, dilakukakan
setelah proses kegiatan sosialisasi sudah berjalan. Selain itu sosialisasi dengan
memanfaatkan media sosial serta media massa. Mengoptimalkan penggunaan media
sosial yaitu Instagram, twitter dan website. Lalu dengan menggunakan media massa
yaitu melalui surat kabar public dan spanduk.
Kata kunci: Smart city, strategi, sosialisasi, komunikasi, Tangerang Selatan
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah SWT,
yang selalu mencurahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dalam Mensosialisasikan Program Smart City”. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran.
Alhamdulillah peneliti ucapakan tiada henti karena telah berhasil
menciptakan karya tulis yang besar dan patut di banggakan ini. Setelah melewati
perjalanan Panjang dan menghadapi segala rintangan. Namun, peneliti juga
merasa jika skripsi ini pun masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangannya. Skripsi ini di tulis guna memenuhi salah satu persyaratan yang
telah ditentukan dalam menempuh program strata satu (S1)dan meperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos).
Dalam perjalanannya, peneliti banyak mendapat bimbingan, nasihat,
motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya, peneliti ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Orang tua saya, Ibu Dewi Haryati Muslim dan Papa Slamet Widodo
Mulyo, yang apabila tanpa dukungan dan kasih sayang mereka saya tidak
akan mungkin bisa mencapai perjalanan hingga sejauh ini.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
iii
3. Dr, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah M.A.
selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Suhaimi M.Si selaku Wakil Dekan III,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Drs, Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Fita Fathurokhmah SS, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
6. Dr. Ismail Cawidu, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing saya, memberikan arahan serta
inspirasi yang amat berharga bagi Peneliti. Serta selalu memberikan
candaan disetiap sesi bimbingan.
7. Zakaria, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasihat-nasihat serta membantu mengarahkan seluruh
mahasiswa KPI E angkatan 2014 untuk mengikuti kegiatan akademik.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan berbagai ilmu, pengalaman serta bimbingan kepada peneliti
selama dalam masa perkuliahan.
9. Ibu Dian Anggraini Annisa, ST.,M.Si dan Bapak Hery Darmawan, ST,
serta tim Divisi Smart City dan seluruh pihak dari Pemerintah Kota
Tangerang Selatan yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Kepada Kakak saya, Nova Novianti, dan Adik-adik saya, Danu Saputra
Ramadhan, Della Oktavia Ananda, dan Dio Prakusya Pratama serta
seluruh keluarga besar dari Pihak Ibu maupun Pihak Ayah saya yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti.
iv
11. Eriana, Alya Sukma Waty dan Haddaina yang telah menemani,
memberikan canda tawa, menjadi tempat berkeluh kesah dan yang
menjadi bagian paling menyenangkan selama perkuliahan. Terima kasih
sudah menjadi sahabat yang menyenangkan.
12. Suci Ramadhani, Oktarina, Kintan Fanina, Fatimah, Febiana Eka Safitri,
Puspita Desa Handayani, dan Nurul Habibah, yang telah menemani saya
sedari Sekolah Menengah Atas. Menjadi sahabat yang selalu ada ketika
saya membutuhkan, memberikan motivasi serta memberikan kebahagiaan
untuk saya.
13. Adinda Nasution, yang selalu menemati peneliti ke Perpustakaan, dan
yang selalu ada ketika peneliti butuh motivasi maupun hiburan.
14. Teman seperjuangan Skripsi, Rofi dan Puput yang sudah mau berjuang
bersama peneliti.
15. Fiqih Dwi Adam, yang selalu ada disaat peneliti sedang kesusahaan, selalu
membantu, dan memberikan saran-saran kepada peneliti. Serta Daniel
Halim Badran, sebagai sosok abang yang selalu baik kepada peneliti.
16. Teman-Teman dari KPI E Angkatan 2014 yang selalu menjadi teman
berjuang selama awal perkuliahan hingga lulus.
17. Seluruh Keluarga Besar KPI angkatan 2014 beserta Kakak-kakak senior
dan Adik-Adik Junior yang sudah memberikan insipirasi kepada peneliti.
18. Keluarga Besar KKN PETA 165 sera Keluarga Besar Desa Cinangneng
semoga tali silatuhrahmi tetap tersambung diantara kita.
19. Teman-teman HMJ KPI Periode 2014/2015, 2015/2016, yang sudah
memberikan pengalaman berorganisasi kepada peneliti.
v
20. Keluarga Besar HMI Komfakda yang sudah memberikan banyak pelajaran
berharga.
21. Keluarga Besar Komunias Jurnalis TV, yang sudah pernah menjadi
bagian paling berharga bagi peneliti. Banyak pelajaran berharga yang
peneliti dapatkan selama menjadi bagian Komunitas paling menyenangkan
ini.
22. Orang-orang yang telah memberikan dukungan, mohon maaf peneliti
belum cantumkan Namanya.
Peneliti berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikianlah pengantar yang dapat peneliti sampaikan, akhir kata peneliti mohon
maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.
Jakarta, 29 Juni 2018
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Strategi Komunikasi ..................................................................................... 14
C. Smart City ....................................................................................................... 43
..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Batasan Masalah .............................................................................................5
C. Rumusan Masalah...........................................................................................5
.....................................................................5
E. Metodologi Penelitian .....................................................................................6
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ..........................................................................10
G. Sistematika Penulisan ....................................................................................13
BAB II LANDASAN TEORI .........................................................................................14
B. Sosialisasi .......................................................................................................40
ABSTRAK ..........................................................................................................................i
BAB III GAMBARAN UMUM......................................................................................45
A. Sejarah Singkat Kota Tangerang Selatan....................................................45
vii
B. Visi dan Misi Kota Tangerang Selatan........................................................ 50
C. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan....................... 51
D. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan ........ 52
E. Kepala Daerah Kota Tangerang Selatan .................................................... 56
BAB IV ANALISIS ......................................................................................................... 57
A. Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
Mensosialisasikan Program Smart City .......................................................... 61
B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi Pemerintah Kota Tangerang
Selatan dalam Mensosialisasikan Program Smart City ................................. 90
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................... 92
A. Kesimpulan .................................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 97
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan .................................................. 46
Tabel 3.2 Banyaknya kelurahan, Rukun Warga, dan Rukun Tetangga menurut
Kecamatan di Kota Tangerang Selatan ........................................................................... 48
Tabel 3.3 Struktur Organisasi ......................................................................................... 51
Tabel 3.4 SKPD Kota Tangerang Selatan ....................................................................... 52
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Grafik Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan ........................................... 47
Gambar 4.1 Elemen Smart City Readiness ..................................................................... 63
Gambar 4.2 Dimensi Smart City .................................................................................... 64
Gambar 4.3 Smart Governance ....................................................................................... 65
Gambar 4.4 Smart Branding ........................................................................................... 68
Gambar 4.5 Smart Economy ........................................................................................... 71
Gambar 4.6 Smart Living ................................................................................................ 73
Gambar 4.7 Smart Society ............................................................................................... 75
Gambar 4.8 Smart Environment ...................................................................................... 78
Gambar 4.9 Smart Region Maturity ................................................................................ 81
Gambar 4.10 Kegiatan Sosialisasi .................................................................................. 86
Gambar 4.11 Kegiatan Sosialisasi di SD ........................................................................ 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perubahan
yang sangat signifikan. Manusia menciptakan teknologi dengan motivasi
dan dorongan agar hidup menjadi lebih baik. Manusia terdorong untuk
membuat sebuah teknologi yang dapat membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan. Saat ini peradaban baru teknologi informasi sudah memasuki
era digitalisasi. Berbagai produk terkini mulai bermunculan sehingga
menyebabkan istilah masyarakat modern bergeser dan terjadi perluasan
makna menjadi masyarakat digital.
Seiring dengan waktu, pemerintah pun mulai melirik pemanfaatan
teknologi informasi untuk memberikan pelayanan masyarakat yang lebih
maksimal bahkan optimal. Implementasi sistem informasi dan teknologi
komunikasi menjadi berkembang dengan sangat pesat di dunia birokrasi
dan perusahaan. Hal tersebut akhirnya memunculkan ide besar berupa
penciptaan tata kelola masyarakat termasuk masyarakat perkotaan yang
cenderung lebih siap dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Ide besar
dan langkah kreatif pun muncul dengan hadirnya istilah Smart City
(dikenal dengan kota yang cerdas) atau pun istilah sejenisnya.1
Secara harfiah , smart city dapat diartikan sebagai “Kota Cerdas”.
Smart City adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu
1 Jurnal Strategi dan Bisnis. Strategi Pembangunan Smart City dan Tantangannya Bagi
Masyarakat Kota. Vol. 4, No. 2. Oktober. 2015.
2
berbagai hal kegiatan di masyarakat, terutama dalam upaya mengelola
sumber daya yang ada dengan efisien, serta memberikan kemudahan
mengakases informasi kepada masyarakat, hingga untuk mengantisipasi
kejadian yang tak terduga sebelumnya.
Dikutip dari laman www.smartcityindonesia.org, sebuah kota
dikatakan smart apabila kota tersebut benar-benar dapat mengetahui
keadaan kota di dalamnya, memahami permasalahan tersebut secara lebih
mendalam, hingga mampu melakukan aksi terhadap permasalahan
tersebut.
Sedangkan dalam buku “Pengenalan dan Pengembangan Smart
City”, kota cerdas didefinikan sebagai sebuah konsep pengembangan dan
pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor, dan
mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih
efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya
serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.2
Begitu pun dengan Kota Tangerang Selatan yang merupakan
sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banteng, Indonesia.
Memiliki visi yaitu “Mewujudkan Tangerang Selatan Sebagai Kota
Cerdas, Berkualitas, dan Berdaya Saing Berbasis Teknologi dan
Informasi”.3 Hal tersebut sejalan dengan diterapkannya program Smart
City.
2 https//www.smartcity.wg.ugm.ac.id/?p=5958 diakses pada tanggal 6 Maret 2018 Pukul
16.34 WIB 3 https://www.tangerangselatankota.go.id Diakses pada tanggal 6 Maret 2018 Pukul 23.18
WIB
3
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengklaim
telah menerapkan konsep Smart City di Tangerang Selatan sejak awal
kepemimpinannya. Kota Termuda di Banten itu disebut mengalami
kemajuan pesat di bidang pembangunan infrastruktur.4
Menurut Airin Rachmi Diany, selaku Walikota Tangerang Selatan:
“…..Forum kota cerdas harus menjadi ajang untuk berbagi keberhasilan
daerah ke seluruh Indonesia. Dengan demikian, lanjut dia, setiap
kemajuan daerah bisa turut dirasakan daerah lain dengan cara
menduplikasi konsep dan program berbasis teknologi informatika.
Dengan adanya smart city memudahkan kami untuk memberikan
pelayanan terhadap masyarakat dan harapan kami tentunya kabupaten
dan kota yang sudah memiliki prestasi bisa berbagi dengan kami semua
dalam rangka meningkatkan pelayanan public kepada masyarakat. Dalam
kemajuan teknologi saat ini hampir tidak ada persoalan pelayanan yang
tak tersentuh oleh teknologi. Sebab itu, saya berharap agar konsep Smart
City mampu membantu tiap daerah agar memiliki sistem pelayanan
publik yang murah, mudah cepat, serta memiliki kepastian hukum…”.5
Sebagai wakil Provinsi Banten yang terpilih sebagai salah satu
dari 25 kota yang mengikuti program 100 percepatan Smart City ditahun
2020 oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, Pemerintah Kota
Tangerang Selatan terus gencar melakukan bimbingan teknis (bimtek)
Implementasi Percepatan Masterplan Kota Cerdas, Menuju Tangerang
Selatan Smart City. Karena harus menjadi percontohan, maka dari itu
4 https://m.metrotvnews.com/news/daerah/5b2MqdMN-airin-klaim-tangerang-selatan-
kota-smart-city Diakses pada tanggal 4 Maret 2018 Pukul 13.20 WIB 5https://regional.kompas.com/read/2016/09/02/14012471/airin.kabupaten.kota.yang.berha
sil.terapkan.smart.city.bisa.berbagi Diakses pada tanggal 4 Maret 2018 Pukul 13.22 WIB
4
Pemerintah Kota Tangerang Selatan diharapkan untuk bisa semaksimal
mungkin menjalin komunikasi kepada seluruh elemen pemerintahan dan
masyarakat agar bisa terwujudnya smart city yang ideal.
Komunikasi sangat berpengaruh dalam mensosialisasikan program
Smart City kepada masyarakat. Maka dari itu peranan seluruh elemen staff
Kota Tangerang Selatan sangat menentukan dalam mencapai tujuan
sebuah lembaga atau organisasi pemerintah.
Lembaga dalam menjalankan kegiatannya tidak terlepas dari
adanya komunikasi. Karena komunikasi dalam sebuah institusi memegang
peran penting terhadap proses kelancaran penyampaian pesan dan
pertukaran pesan atau informasi. Dalam rangka menjalankan perannya
sebagai sentral kemajuan lembaga, maka seorang divisi komunikasi
lembaga harus mempunyai strategi yang kuat dalam menyampaikan
komunikasi terhadap publik atau masyarakat, sehingga komunikasi yang
kuat bisa membawa kearah kemajuan pada suatu perusahaan, lembaga,
atau organisasi.6
Komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka
menyusun strategi komuniasi diperlukan suatu pemikiran dengan
memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor
penghambat.7
Oleh karena itu, berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam yang
6 Rosadi Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2002) h.74 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 35
5
dituangkan dalam bentuk penelitian berjudul “Strategi Komunikasi
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam Mensosialisasikan
Program Smart City”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas
maka peneliti membatasi masalah agar ruang lingkup pada penelitian kali
ini fokus, terarah dan tidak meluas. Adapun batasan masalahnya adalah
Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
Mensosialisasikan Program Smart City.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah
1. Bagaimana Strategi Komunikasi yang dilakukan Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dalam mensosialisasikan Program Smart City?
2. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dalam Mensosialisasikan Program Smart City?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
1. Untuk mengetahui Strategi Komunikasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam mensosialisasikan
Program Smart City.
6
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam Mensosialisasikan
Program Smart City.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, seperti:
1. Secara teoritis, yaitu memberikan sumbangan wawasan
keilmuwan, khususnya mengenai kajian ilmu dalam bidang
pengembangan humas pemerintah kota Tangerang Selatan untuk
mewujudkan masyarakat Smart City.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan manfaat dalam perkembangan kajian komunikasi
bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatulla Jakarta Khususnya
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
orang-orang atau prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif berusaha
mencari apa yang ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi
fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses daripada
hasil dari suatu aktifitas.8
8 Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 3.
7
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Metode studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian deskriptif,
penelitin yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap
suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah
atau subjek yang sempit.9
Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim
mengindentifikasi suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik, dan unik bermakna di lapangan.10
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti
bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat, dan
menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas. Maka peneliti berharap
dapat menggambarkan dan menganalisis strategi komunikasi Pemerintah
Kota Tangerang Selatan dalam mensosialisasikan Program Smart City.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah salah satu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata.11
Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivisme. Paradigma tersebut menyatakan bahwa individu
menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori konseptual dari
9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 116. 10
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada)
h.39 11
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 6.
8
pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring
melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut.12
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian kali ini adalah Dinas Komunikasi dan
Infromasi dan Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi
Informasi Komunikasi dan Kerjasama Smart City Pemerintah Kota
Tangerang Selatan. Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi
komunikasi untuk mensosialisasikan program Smart City.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Komunikasi dan Informasi
Pemerintah Kota Tangerang Selatan Jalan Raya Maruga No. 1, Serua,
Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15414. Adapun waktu
penelitiannya di lakukan sejak surat ijin penelitian di turunkan pada
tanggal 25 Januari 2018.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data:
a) Observasi
Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan,
peninjauan, penyelidikan dan riset.13
Metode observasi yaitu untuk
memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan secara sistematis
12
Elvinaro Ardianto dan Bambang Q Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung: PT.
Rema Rosdakarya, 2007), h. 158. 13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989) h. 92
9
terhadap fenomena-fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena yang
di selidiki.14
Peneliti melakukan observasi langsung yaitu dengan pengamatan
ke kantor Pemerintahan Kota Tangerang Selatan untuk mengamati
fenomena-fenoma yang ada. Alasan peneliti menggunakan metode
observasi karena dapat mengamati secara jelas, teliti dan mencatat
kejadian yang sebenarnya terjadi.
b) Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang
langsung tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan teknik
wawancara terpimpin dan mendalam (dept interview), yaitu penulis
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan,
kemudian setelah itu dijawab oleh pemberi sumber data dengan
jelas dan terbuka, dengan menggunakan alat panduan wawancara
yaitu, tape recorder.
6. Teknik Analisis Data
Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data yang
dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data yang kedalam kategori, menjabarkan unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting
14
Moh. Nazin, Metode penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 234
10
dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.15
Oleh karena itu secara ringkas dalam meganalisa data penulis akan
melakukan tiga tahapan analisa menurut Miles dan Huberman yakni
reduksi data (data reduction), paparan data (data display) dan penarikan
kesimpulan (conclusion). Analisis data kualitatif ini dilakukan secara
bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan
tersebut dapat dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi, maupun catatan di
lapangan akan diorganisasikan kedalam konsep Strategi Komunikasi.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan peninjauan di
Perpustakaan Umum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta
Repository UIN Jakarta.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui dan menjelaskan
bagaimana Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan
dalam mensosialisasikan Program Smart City. Peneliti menemukan
beberapa penelitian yang sedikit memiliki kesamaan namun berbeda
dengan isi atau konten permasalahan yang peneliti teliti.
Oleh karena itu, untuk menghindari dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti mengakui karya orang lain, maka peneliti mempertegas
perbedaan antara masing-masing judul masalah yang di bahas pada skripsi
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Alfabeta, 2010), h.
89.
11
sebelumnya dengan judul masalah yang akan diteliti. Skripsi sebelumnya
yang membahas tentang Strategi Komunikasi peneliti uraikan sebagai
berikut.
1. “Strategi Komunikasi PT. Arminareka Perdana Dalam
Mempromosikan Progam Haji Plus dan Umrah”. Ditulis oleh Gilang
Kusuma Rukmana, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2015. Berisikan tentang PT. Arminareka Perdana
melalui divisi marketingnya Lima Utama Sukses (LUAS) dinilai
sukses dalam menggunakan strategi komunikasi dalam
mempromosikan program haji plus dan umrah kepada khalayak atau
calon jama’ah. Sedangkan persamaan yang peneliti teliti adalah pada
kajian ilmunya yaitu strategi komunikasi, sedangkan perbedaannya
adalah pada objek penelitiannya, jika Gilang Kusuma Rukmana pada
strategi komunikasi PT. Arminareka Perdana dalam mempromosikan
program Haji Plus dan Umrah, maka peneliti meneliti tentang Strategi
komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
mensosialisasikan Program Smart City.
2. “Efektivitas Komunikasi Humas Pemkot Tangerang dalam
Implementasi Aplikasi Tangerang Live”. Ditulis oleh Ibtisamah Nur
Rosyidah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2017. Berisikan tentang penerapan konsep kota yang berbasis
teknologi saat ini (e-city). Pemerintah Kota Tangerang berinovasi ikut
12
serta dalam membangun smart city dengan menciptakan sebuah
aplikasi pelayanan berbasis online yang diberi nama Sesuai dengan tag
line Kota Tangerang sendiri, yaitu “Tangerang LIVE”. Sedangkan
persamaannya adalah pada subjek penelitian yaitu humas pemerintah
kota dan pembahasan tentang Smart City Pemerintah, sedangkan
perbedaan terdapat pada kajian ilmunya jika Ibtisamah Efektivitas
Komunikasi sedangkan peneliti meneliti tentang strategi komunikasi
Pemerintah kota Tangerang Selatan dalam mensosialisasikan Program
Smart City.
3. “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”. Ditulis oleh Ridho
Falah Adli. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2016. Berisikan tentang strategi komunikasi yang dilakukan
MUI untuk membuat fatwa bahwa Ormas Gafatar beraliran sesat dan
menyesatkan dan mensosialisasikan fatwa tersebut kepada masyarakat
Indonesia. Persamaan pada skripsi ini dengan peneliti adalah pada
kajian keilmuan dan metode mensosialisasikannya. Sedangkan
perbedaannya dengan skripsi peneliti adalah pada subjek dan objek
penelitian.
4. “Strategi Komunikasi Humas dalam Membentuk Citra Pemerintah
Kota Salatiga”. Ditulis oleh Anita Indah V. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen
Satya Wacana, Tahun 2012. Berisikan tentang keberadaan Humas
13
Pemerintah Kota Salatiga untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai program untuk membentuk Citra Pemerintah
Kota Salatiga. Sedangkan persamaannya adalah pada subjek yaitu
Pemerintah Kota. Maka perbedaan terdapat objek penelitian yaitu
membentuk citra, dan peneliti meneliti tentang Mensosialisasikan
Program Smart City.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini merujuk kepada pedoman
umum karya ilmiah civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.16
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,kajian
terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teoritis
Bab ini akan menguraikan landasan teori yang digunakan
dalam penelitian yaitu konsep startegi komunikasi,
pengertian sosialisasi dan pengertian konsep Smart City.
BAB III: Gambaran Umum Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Dalam bab ini akan dikemukakan sejarah, visi, misi, tujuan.
struktur organisasi, serta profil Kantor Pemerintahan Kota
Tangerang Selatan Dinas Komunikasi dan Informasi.
BAB IV: Temuan dan Analisis Data
16
Oman Faturahman dkk, Pedoman Penluisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan
Disertasi (Jakarta: CEQDA (Center Fir Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007)
14
Dalam bab ini akan diuraikan temuan dan analisis data
yang terjadi selama peneliti melakukan obervasi dikantor
Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Bab V : Penutup
Dalam bab ini peneliti akan memberikan hasil kesimpulan,
serta saran berdasarkan hasil penelitian.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah ilmu dan
seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijakan tertentu dalam perang.1 Ditinjau dari asal usul katanya,
Istilah strategi berasal dari kata Yunani Strategia (stratos = militer;
dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi
menjadi seorang jenderal.2
Secara umum, strategi mempunyai pengertian yaitu sebagai
suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang
telah di tentukan. Dalam menetapkan strategi, harus didahului oleh
analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal, kekuatan, dan
persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh dan lain sebagainya.3
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi
banyak diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas dengan
1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h.1092 2 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Prinsip Dinamika Pemasaran, (Yogyakarta: JJ.
Learning, 2000), Edisi Pertama, Cet. Pertama, h. 1 3 Abu Ahmad, et, All., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) h. 11
15
bidang ilmu atau kegiatan yang menerapkannya. Pengertian strategi
tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jenderal di masa
perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang
pemimpin (Manajemen puncak).
Menurut George Steiner dan John Minner yang dikutip dalam
bukunya yang telah dialih bahasakan dengan judul Manajemen
Strategi mengatakan bahwa: “Strategi adalah penetapan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan meningkatkan
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
impelementasinya secara cepat, sehingga tujuan dan sasaran utama
organisasi akan tercapai.”4
Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan
akhir (sasaran). Tetapi, strategi bukanlah sekedar suatu rencana.
Strategi ialah rencana yang disatukan: strategi mengikat semua bagian
perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh: strategi meliputi
semua aspek penting perusahaan. Strategi itu terpadu: semua bagian
rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian.5
Beberapa pendapat tentang pengertian strategi :
1. Syarif Umam, mendefinisikan strategi, yaitu : “kebijaksanaan
menggerakkan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya
4 George Steiner dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, tt) h. 70
5 Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Strategi Management and Business Policy,
dialihbahasakan oleh Murad, AR. Henry Sitanggang dan Herman Wibowo, Manajemen Strategis dan
Kebijakan Perusahaan, Edisi Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 1995), Cet. Ke 3, h. 12
16
dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan
kebahagiaan”.6
2. Menurut Sandra Oliver, Strategy Public Relation, mendefinisikan
strategi sebagai sebuah cara untuk mencapai sebuah hasil akhir.
Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi, ada strategi
yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif
untuk masing-masing aktivitas. Dia juga menggambarkan, strategi
adalah jalan yang dipilih oleh organisasi untuk diikuti untuk
mencapai misinya.7
3. Onong Uchjana Efendy, strategi adalah perencanaan untuk
mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja,
melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya.8
Peneliti memahami strategi sebagai suatu cara untuk mencapai
suatu tujuan dengan hasil yang maksimal. Dengan startegi sebagai
acuan maka setiap proses akan berjalan sesuai dengan strategi yang
sudah ditentukan. Strategi bukan hanya sekedar cara untuk mencapai
suatu rencana tetapi juga menjadikan rencana tersebut menjadi satu
kesatuan yang utuh.
6 Syarif Umam, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta:
FIma Djakarta, Tanpa Tahun), cet. Ke-1, h. 6 7 Sandra Oliver, Strategi Pulic Relations (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007) h. 2
8 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 32
17
b. Tahapan – Tahapan Strategi
Strategi tidak cukup hanya perumusan konsep dan implementasi
terhadap strategi tersebut melainkan, menurut Fred R David, dalam
strategi juga dibutuhkan evaluasi terhadap strategi yang telah di
lakukan berhasil atau tidak. Dalam teori manajemen strategic milik
David mengemukakan tiga tahapan strategi, diantaranya:
1. Perumusan Strategi
Perumusan Strategi merupakan tahapan pertama dalam
strategi. Dalam tahap ini para pencipta, perumus, penkonsep harus
berpikir matang mengenai kesempatan dan ancaman dari luar
perusahaan dan menetapkan kekuatan dan kekurangan dari dalam
perusahaan, serta menentukan sasaran yang tepat. Menghasilkan
strategi cadangan dan memilih strategi yang akan di laksanakan.
Dalam perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah
di dalam perusahaann. Setelah itu dilakukan analisis tentang
langkah-langkah yang dapat diambil untuk keberhasilan menuju
tujuan strategi tersebut.
2. Implementasi Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya
dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang
18
efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan
dan memanfaatkan system informasi yang masuk.9
Implementasi strategi sering di sebut sebagai tindakan
dalam strategi karena implementasi berarti memobolisasi untuk
mengubah strategi yang dirumuskan untuk menjadi tindakan.
Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan
sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung
strategi merupakan usaha yang dilakukan dalam
mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses
memerlukan dukungan disiplin, motivasi, dan kerja keras. Dalam
tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan organisasi.
3. Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir ini merupakan tahapan yang diperlukan
karena dalam tahap ini keberhasilan yang telah dicapai dapat di
ukur kembali untuk penetapan tujuan berikutnya. Ada tiga aktifitas
mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:
a. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
dasar strategi.
Perbedaan yang ada akan menjadi penghalang dalam
meraih tujuan yang diharapkan, begitu juga dengan factor
internal seperti aksi dari strategi yang tidak efektif dapat
9 Fred R. FDavid, Manajemen Strategi dan Konsep, h. 5
19
menghasilkan nilai akhir yang tidak sesuai dengan yang
ingin diraih.
b. Mengukur prestasi atau membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan.
Dalam proses ini dilakukan dengan mencari tau tentang
ketidaksesuaian dari rencana, melihat kembali prestasi diri
dan memahami kemajuan yang dibuat kearah pencapaian
tujuan yang dinyatakan.
c. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa
prestasi sesuai rencana.
Dalam proses ini tidak diperuntukan mengubah strategi
yang sudah di rencanakan atau tidak lagi menggunakan
strategi yang ada. Tindakan koreaktif ini dianjurkan apabila
tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan.10
2. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Berdasarkan sejarah, pengertian komunikasi berasal dari Bahasa
Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication,
atau communicare yang berarti “membuat sama”(To make common).11
Komunikasi menurut Bahasa (etimologi) dalam “Ensiklopedia Umum”
10
Fred R. david, Manajemen Strategi Konsep, h. 3 11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h. 46
20
diartikan dengan “perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam buku
komunikasi berasal dari perkataan lain, yaitu:
a. Communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan.
b. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di mana-
mana.
c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun
pendapat mayoritas.
d. Communico, yang berarti membuat sama.
e. Demikian juga Communication, yang berarti sama. Sama disini
maksudnya sama makna.
Komunikasi secara sederhana, dapat di definisikan sebagai
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Dalam
pelaksanaannya, komunikasi dapat dilakukan secara primer (langsung)
maupun secara sekunder (tidak langsung).12
Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di
Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan
komunikasi adalah Carl I. Hovland, menurutnya Ilmu komunikasi
adalah : Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-
asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Definisi Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek
studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan
12
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) h. 4
21
juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public
(Public Attitude) yang dalam kehidupan social dan kehidupan politik
memainkan peranan yang amat penting.
Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian
komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi
adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the
process to modify the behavior of other individuals).
Jadi pada hakikatnya, komunikasi merupakan pertukaran ide
pengetahuan yang dapat di sampaikan melalui beberapa cara yaitu
lisan, tulisan,atau tanda-tanda dan kesepahaman, umpan balik (feed
back) adalah aspek yang menjadi indikator, apakah informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik maka sasaran dari proses
komunikasi itu sendiri yakni menginformasikan, membujuk,
memotivasi, bahkan mengubah dan membentuk suatu perilaku dapat
dikatakan berhasil.13
b. Unsur – unsur Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi, ada komponen atau unsur-unsur
yang terkandung didalamnya. Komponen atau unsur-unsur komunikasi
sebagai berikut:
a. Komunikator
13
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
Cet Ke. 7, h. 10
22
Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan
dalam berkomunikasi. Komunikator bisa berupa seseorang yang
sedang berbicara, menulis, kelompok atau organisasi komunikasi,
seperti surat kabar, televisi, film dan sebagainya.14
b. Message (Pesan)
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya
konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia
dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi
berupa suara, mimic, gerak-gerik, lisan dan tulisan. “Pesan bersifat
abstrak, seorang komunikan tidak akan tahu apa yang ada didalam
benak seorang komunikator, hingga seorang komunikator
mewujudkan lambang-lambang komunikasi”.15
Pesan adalah sesuatu keseluruhan dari apa yang disampaikan
oleh komunikator. Pesan bisa bersifat suatu informasi yang
kemudian suatu komunikan (penerima pesan) dapat menyimpulkan
sendiri.
Pesan juga bisa berupa suatu persuasive atau bujukan.
Persuasive bujukan, yakni memangkitkan dan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan akan memberi sesuatu berupa
pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan.16
14
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) Cet. Ke 1, h. 45 15
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 23 16
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 45
23
c. Channel (saluran)
Saluran komunikasi merupakan tempat berlalunya pesan dari
komunikator ke pada komunikan.17
Pesan akan tersampaikan
kepada komunikan melalui perantara. Saluran menjadi bagian
terpenting dalam berkomunikasi karena dengan saluran maka
pesan yang akan disampaikan kepada komunikan akan
tersampaikan.
d. Communican (penerima pesan)
Adalah orang yang menerima pesan.18
Dalam berkomunikasi
tentulah ada yang menerima pesan karena syarat adanya
komunikasi adalah adanya komunikator yang memberi pesan dan
ada komunikan sebagai penerima pesan.
e. Effect (hasil)
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap
dan tingkah laku orang, seseorang atau tidak dengan yang kita
inginkan.19
Ketika komunikasi dilaksanakan maka akan
memberikan efek tidak hanya kepada komunikan tetapi juga
kepada komunikator. Efek bisa berupa adanya stimulus yang
diberikan kepada komunikan untuk merubah sikap atau tingkah
laku yang sesuai dengan keinginan komunikator.
17
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 18 18
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 46 19
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998) h. 24
24
f. Feed Back (Umpan balik)
Feed back adalah “tanggapan, jawaban atau respon
komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat
diterima dan berjalan.20
Feed back terjadi ketika komunikan
membalas pesan yang disampaikan komunikator.
c. Media Komunikasi
Media komunikasi saat ini telah merasuk ke dalam kehidupan
modern. Melalui media, orang mampu membuat opini dari informasi
dan interpretasi atas informasi yang mereka terima.
a. Buku
Buku merupakan media komunikasi yang berisi kumpulan
kertas menjadi satu bagian. Buku pertama kali lahir di Mesir
ketika orang Mesir menciptakan kertas papyrus. Jenis buku
bermacam-macam, yaitu : novel, majalah, kamus, komik
(manga), ensiklopedia, kitab suci, biografi, naskah, dan light
novel (novel ringan).
b. Koran
Koran adalah sejenis media massa yang memberitakan
kejadian sehari-hari dalam kehidupan manusia. Koran atau
surat kabar biasanya sangat mudah didapatkan dengan harga
yang terjangkau dan memberikan informasi secara
mendalam.
20
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 46
25
c. Brosur
Brosur adalah suatu alat yang terbuat dari kertas, yang
biasanya terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman
untuk digunakan sebagai alat promosi barang, jasa dan lain-
lain.
d. Spanduk
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, spanduk adalah
kain rentang yang berisi slogan, propaganda, atau berita yang
perlu diketahui oleh masyarakat. Spanduk biasanya
diperuntukkan sebagai media publikasi dan promosi suatu
produk, lembaga, ataupun berbagai macam kegiatan dan lain-
lain. Spanduk pada umumnya digantung ditempat umum
yang mudah terlihat.
e. Advertising
Advertising adalah usaha yang bergerak dibidang periklanan.
Advertising menyediakan jasa pembuatan iklan untuk
menarik perhatian konsumen yang dituju. Setiap usaha
advertising memiliki jenisnya masing-masing.
f. Radio
Radio adalah media yang memberikan layanan penyiaran
audio (suara), yang disiarkan melalui udara melalui
gelombang, dari sebuah antenna atau transmitter. Radio
hanya dapat mendengarkan suara dimanapun dan kapanpun.
26
g. Televisi
Televisi merupakan media yang menyajikan audio (suara)
dan visual (gambar). Proses komunikasinya berlangsung
secara satu arah.
h. Internet
Internet muncul sebagai media massa besar yang melebihi
media tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media
massa besar menempatkan produknya di internet. Ribuan
perusahaan baru membangun jaringan di internet. Teknologi
ini sangat langsung dan aksasnya murah, sehingga jutaan
individu bisa membuat situs milik sendiri.21
3. Strategi Komunikasi
a. Pengertian Strategi Komunikasi
Alo Liliweri dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Serba
Ada Serba Makna” mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah:
1) Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan
mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan
komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.
21
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.
262
27
2) Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten,
komunikasi yang dilakukan berdasarkan satu pilihan
(keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.
3) Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi
menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas
komunikasi yang berbasis pada satu teknik bagi
pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah
satu pilihan tindakan kommunikasi tertentu berdasarkan
strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.22
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Dimensi-
dimensi Komunikasi” mengungkapkan bahwa, strategi komunikasi
merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication
Planning) dan komunikasi manajemen (communications management)
untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-
waktu tergantung dari situasi dan kondisi.”23
Definisi lain dikemukakan oleh Muhammad Arni (2004)
mengenai strategi komunikasi yaitu semua yang terkait mengenai
rencana dan taktik atau cara yang akan dipergunakan untuk
22
Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), 2011) h. 240 23
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi (Bandung: Alumni, 1981), h. 84
28
melancarkan komunikasi dengan menampilkan pengirim, pesan, dan
penerima nya pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.24
Selanjutnya ditambahkan dengan pernyataan dari Middleton
bahwa “strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua
elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media),
penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk
mencapai tujuan komunikasi yang optimal”.25
Sedangkan menurut
Hafied Cangara strategi komunikasi meliputi lima tahap, yaitu:
Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pelaporan.26
b. Fungsi Strategi Komunikasi
Berhasil tidaknya komunikasi bergantung pada strategi
komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa
strategi komunikasi media massa dalam bentuk apapun, atau bahkan
lembaga-lembaga yang mengikutsertakan komunikasi akan
berpengaruh pada hasil yang negative. Dengan demikian secara makro
(planned multimedia strategy) maupun secara mikro (single
communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda:
24
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) Cet. Ke 6, h. 65 25
H. Hafield Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2013) h. 61 26
H. Hafield Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72-73
29
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informative,
persuasive, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk
memperoleh hasil yang optimal.
b. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat
kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkan media
massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-
nilai budaya.27
Secara sentral, tujuan strategi komunikasi yang dituturkan oleh
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam
bukunya, Techniques For Effective Communications, menyatakan
bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari tiga tujuan
utama, yaitu:
a. To secure understanding
b. To establish acceptance
c. To motivate action.
Tiga tujuan ini sangat berkaitan erat, karena pertama to secure
understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang
diterimanya. Andai kata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka
penerimaannya itu harus di bina (to establish acceptance). Pada
akhirnya kegiatan di motivasikan (to motivate action). 28
27
Onong Uchjan Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
h. 28 28
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
ROsdakarya, 2007) h, 32
30
c. Tahapan Strategi Komunikasi
Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy
bahwa “Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapka”, maka tahapan yang digunakan adalah perpaduan
model tahapan perencanaan komunikasi dan tahapan manajemen untuk
dapat digunakan dalam penelitian ini. Hafied Cangara dalam bukunya
yang berjudul “Perencanaan dan Strategi Komunikasi” menyebutkan
tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu:
Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Manajemen Strategi”
mengatakan, bahwa “proses strategi manjemen pada dasarnya meliputi
tiga langkah utama, yaitu : perumusan startegi, implementasi startegi,
dan evaluasi strategi”.29
Terdapat tiga tahap yang memiliki kesamaan
makna dari kedua tahap tersebut, dengan demikian tahapan strategi
komunikasi terdiri dari lima tahapan, yaitu:
a. Penelitian (Research)
Sebuah organisasi atau Lembaga memerlukan tenaga
spesialis yang berfungsi untuk menangani masalah-masalah
komunikasi seperti keperluan pencitraan perusahaan atau
29
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang:
Bayumedia, (Publishing, 2005) h. 4
31
kegiatan kerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya.
Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematic
yang dihadapi sebuah lembaga. Problematic bisa dalam
bentuk wabah penyakit yang akan menyerang anggota
masyarakat, kerugiaan perusahaan, ketidak percayaan
terhadap organisasi dan lain sebagainya.30
Dalam tahapan penelitian dapat diartikan juga sebagai
tahapan dalam menemukan fakta. Tahapan ini bertujuan
untuk mencari fakta atau permasalahan yang terjadi untuk
dijadikan bahan rumusan membuat startegi komunikasi
yang akan dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk
mencapai tujuannya.
b. Perencanaan (Plan)
Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses
penyusunan langkah-langkah kedepan yang dimaksudkan
untuk menetapkan tujuan strategis, serta merancang
merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.31
Dengan demikian, dalam tahap perumusan diperlukan
strategi tentang pemilihan atau penentuan sumber
(komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan efek
30
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72 31
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5
32
yang diharapkan.32
Sumber atau komunikator disini adalah
individu atau lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan
yang berupa informasi atau penyuluhan. Selanjutnya media
adalah perantara yang digunakan oleh sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju,
yaitu komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa
berupa masyarakat luas atau kelompok tertentu, dengan
tujuan memperoleh efek yang diharapkan.
c. Pelaksanaa (Execute)
Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam
rangka implementasi rumusan strategi yang telah dibuat.
Tahap pelaksanaan dalam sebuah lembaga berarti
pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan
tersebut untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati.
Tahap pelaksanaan bisa dilakukan dalam bentuk tayangan
ditelevisi, wawancara di radio, pemasangan iklan di surat
kabar, pemasangan baliho atau spanduk di jalanan, dan
pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka
dengan komunitas dilokasi yang menjadi target sasaran.33
Inti dari tahap pelaksanaan hanya satu, yaitu untuk
32
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72 33
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
33
menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran yang
telah ditetapkan dalam rumusan.
d. Evaluasi (Measure)
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari
kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah kinerja
sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan.
Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk
digunakan sebagai implementasi strategi tersebut, apakah
tujuan dari strateginya tercapai, apakah pesan yang
disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan
apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan
mengerti informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi
sangat penting untuk dilakukan karena bila strategi itu
berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai pada
masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan
bisa di perbaiki untuk pembelajaran kedepannya.
e. Pelaporan (Report)
Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan
strategi komunikasi yang telah dilaksanakan. Laporan
sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pimpinan kegiatan
untuk dijadikan bahan kegiatan. Jika dalam laporan itu
diperoleh hasil positif dan berhasil, maka bisa dijadikan
sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika
34
dalam program itu ditemukan hal-hal yang kurang
sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk merevisi atau memodifikasi
program yang akan dilakukan.34
d. Langkah – langkah dalam Strategi Komunikasi
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu
pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat. Kita mulai secara berturut-turut dari
komunikan sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, dan
komunikator.
a. Mengenali sasaran komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi, perlu mempelajari siapa-siapa
yang akan menjadi sasaran komunikasi. Sudah tentu ini
bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan
hanya sekedar mengetahui (dengan metode informative) atau agar
komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasive atau
instruktif). Adapun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran,
pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut:35
1) Faktor Kerangka Referensi
34
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73 35
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 35
35
Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada
komunikan harus disesuaikan dengan kerangka-kerangka
referensi. Kerangka referensi seseorang terbentuk
berdasarkan hasil dari perpaduan pengalaman, pendidikan,
gaya hidup, norma hidup, status social, ideology dan cita-
cita. Kerangka referensi seseorang ada yang berbeda secara
ekstrem seperti antara murid SMP dengan mahasiswa. Ada
juga perbedaan yang gradual saja seperti seorang sarjana
dengan sarjana yang lain yang sama-sama lulusan
univeristas.
Dalam situasi komunikasi antarpribadi mudah untuk
mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya
satu orang. Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi
komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok
yang individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok
karyawan. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung
rapat RW. Komunikasi harus disesuaikan dengan referensi
mereka.
Lebih sulit lagi mengenali kerangka referensi komunikan
dalam komunikasi massa sebab sifatnya heterogen. Oleh
karena itu pesan yang disampaikan kepada khalayak
36
melalui media massa hanya bersifat informative dan yang
umum dapat dimengerti oleh semua orang.36
2) Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksud dengan situasi ialah situasi komunikasi
pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita
sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya
komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga dating
secara tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.
Hambatan komunikai yang dating tiba-tiba umpamanya
hujat lebat disertai petir yang menggebu-gebu, gemuruh
hadirin karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya
ketika kita sedang berpidato.
Yang dimaksudkan dengan kondisi disini ialah state of
personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis
komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.
Komunikasi tidak akan efektif apabila komunikam sedang
marah, bingung, sedih, sakit, atau lapar. Dalam
menghadapi komunikan dengan kondisi seperti itu, kadang-
kadang kita bisa menggunakan komunikasi kita sampai
datangnya suasana yang menyenangkan.
36
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 35-36
37
b. Pemilihan Media Komunikasi
Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang
tradisional sampai yang modern yang dewasa ini banyak
dipergunakan. Kita bisa menyebut umpamanya kentongan,
bedug, pagelaran, kesenian, surat, papan pengumuman,
telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar,
majalah, film, radio, dan televise yang pada umumnya dapat di
klasifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural,
dan audio-visual.
Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih
salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada
tujuan yang akan di capai, pesan yang akan disampaikan, dan
teknik yang akan di pergunakan. Mana yang terbaik dari sekian
banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan
pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan
tertentu, ini menentukan teknik yang harus diambil apakah itu
teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik intruksi. Pesan
komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of message) dan
lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi
lambang yang digunakan bisa macam-macam. Lambang bisa
38
dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah
Bahasa, gambar, warna, kial (gesture) dan sebagainya.
Lambang yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi ialah Bahasa karena hanya bahasalah yang dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal
yang konkret dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu,
dan kegiatan yang akan dating, dan sebagainya. Oleh karena
itu, dalam komunikasi, Bahasa memegang peranan yang sangat
penting. Tanpa penguasaan Bahasa, hasil pemikiran yang
bagaimana pun baiknya tak akan dapat dikomunikasikan
kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi
dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh Bahasa.
Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung
pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan yang
mengandung pengertian denotatif ialah yang maknanya
sebagaimana dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning),
yang diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan
Bahasa dan kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan yang
mengandung pengertian konotatif ialah yang maknanya
dipengaruhi emosi atau evaluasi (emotional or evaluative
meaning), disebabkan oleh latar belakang dan pengalaman
seseorang. Dalam melancarkan komunikasi, kita harus
39
berupaya menghindarkan pengucapan kata-kata yang
mengandung pengertian konotatif.
d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi
Ada factor yang penting pada diri komunikator bila
melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source
attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).
Pada daya tarik sumber, seorang komunikator akan berhasil
dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan
perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak
komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.
Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara
komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat
pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
Sedangkan pada kredibilitas sumber, faktor kedua yang
menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan
komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak
bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki
seorang komunikator.
Berdasarkan kedua faktor, seorang komunikator dalam
menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empathy),
yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
kepada peranan orang lain. Dengan lain perkataan, dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang
40
komunikator harus bersikap empatik ketika berkomunikasi
dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih,
sakit, kecewa dan sebagainya.37
B. Sosialiasasi
Sosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung
pengertian proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal
dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya, dapat juga
diartikan usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik
umum.38
Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima
kemudian menginternalisasikan atau menghayati banyak nilai social,
kepercayaan, pola-pola prilaku dari kebudayaan mereka. Menurut James
W Vander Zanden, sosialisasi adalah suatu proses interaksi social dimana
orang memperoleh pengetahuan, nilai, sikap, dan perilaku esensial untuk
berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.39
Banyak yang mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by
which achil learns to be a participant member of society”-proses melalui
yang mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Definisi ini disajikan dalam suatu pokok
37
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 36-39 38
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka , 2002) Cet ke-2, h.1085 39
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
h. 60
41
bahasan bejudul society in man- dari sini tergambar pandangannya bahwa
melalui sosialisasi masyarakat dimasukkan ke dalam manusia.40
Tetapi apa yang akan terjadi jika seseorang tidak mengalami
sosialisasi?, karena kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota
masyarakat tergantung pada sosialisasi, apabila seorang manusia tidak
mengalami sosialisasi maka orang tersebut tidak dapat berinteraksi dengan
orang lain.
Menurut sejumlah tokoh sosiologi yang diajarkan melalui
sosialisasi ialah peran-peran. Oleh sebab itu, teori sosialisasi sejumlah
tokoh sosiologi merupakan teori yang mengenai peran yang harus
dijalankannya, serta peran yang tidak harus dijalankan oleh orang lain.41
Maka, jika memperhatikan pelaksanaan proses sosialisasi, dapat
dilihat bahwa sosialisasi adalah proses yang diikuti secara aktif oleh dua
pihak. Pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasi, aktivitas
mensosialisasikan itu disebut aktivitas mensosialisasi, sedangkan aktivitas
disosialisasi disebut aktivitas internalisasi. Aktivitas tersebut biasanya
dilakukan lewat media, ada banyak media dalam melakukan aktivitas
sosialisasi seperti keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja,
dan media massa.
40
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak Ekonomi UI,
2002) Edisi ke-2, h.23 41
Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, (Jakarta: Prenada Media, 2005),
h. 56
42
Sosialisasi sangat era hubungannya dengan proses komunikasi,
karena untuk dapat menginternalisasikan sebuah informasi, nilai dan
kepahaman kepada diri sendiri diperlukan transfer informasi dari sumber
informasi kepada target sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut
biasanya menggunakan media, media yang digunakan bisa berupa
keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja dan media
massa.42
Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi
perkembangan manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang
individu belajar bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar,
dan berperasaan. Hasil akhirnya ialah membentuk prilaku kita, termasuk
pikiran dan emosi kita sesuai dengan budaya yang berlaku.43
Sebuah informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi,
lembaga pemerintahan atau bahkan individu sekali pun, pasti tujuannya
untuk memberikan penyuluhan atau memberi pengetahuan kepada target
sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Untuk itu
pemilihan media juga merupakan hal yang penting dalam
mensosialisasikan sebuah informasi. Ruang dan kelompok yang
mempengaruhi orientasi kita, konsep diri, emosi, sikap dan perilaku kita
dinamakan agen sosialisasi. Agen sosialisasi terdiri dari:
a. Keluarga
42
Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, h. 56 43
James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.
74
43
b. Lingkungan hunian
c. Agama
d. Sekolah
e. Kelompok sebaya
f. Tempat kerja
g. Media massa44
C. Smart City
Smart city merupakan sebuah fenomena, dalam beberapa tahun
kemunculannya kian popular di seluruh dunia. Berkembang dalam bentuk
proyek, kajian studi maupun telah diterapkan sebagai aplikasi yang
terintegrasi. Meijer dan Bolivar (2013), membuat sebuah kota untuk
semakin cerdas adalah sebuah kewajiban dan tidak dapat ditentang
keberadaannya. Beberapa negara mengembangkan smart city sesuai
dengan kemampuan dan keinginannya dalam mengembangkan konsep ini,
para peneliti baik dari kalangan Pendidikan atau komersil berlomba terus
mengembangkan dan memperbaiki konsep ini. Hasilnya konsep smart city
dapat di definisikan secara luas, dapat dikatakan tidak ada definisi yang
benar-benar tepat atau absolut mewakili konsep smart city.
Secara khusus lebih detail disebutkan bahwa smart city merupakan
isu penyelesaian permasalahan dan layanan kota melalui maksimalisasi
TIK menurut Manville. Sementara menurut Renata Dameri disebutkan
bahwa Smart City adalah suatu area geografis, dimana TIK, logistic,
44
James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, h. 77-79
44
produksi energi, pengelolaan kota dan lain sebagainya saling bersinergi
dalam memberikan benefit bagi masyarakat.
Carugliu (2009) sebuah kota dikatakan smart ketika telah mampu
memaksimalkan investasi terhadap sumber daya manusia, transportasi dan
infrasturktur teknologi informasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan tingkat kenyamanan hidup dan lingkungan
melalui tata kelola yang baik.
Abdoulevv (2011, smart city adalah sebuah kota yang
menggabungkan konsep digital, natural dan sosial sehingga terbentuk nya
peningkatan ekonomi, infrastruktur kota yang baik, lingkungan yang
bersahabat transportasi dan kehidupan yang nyaman. Strygopolous (2012),
pengembangan kota smart dilakukan dengan pengembangan ekonomi
infrastruktur kota, kualitas hidup dan tatakelola kota yang baik. Sebuah
kota yang smart dalam GSCM adalah kota yang dapat mengelola
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya kota dengan
lebih efektif dan efisien, sehingga warganya dapat hidup nyaman dan
berkelanjutan.
Dari berbagai sudut pandang yang muncul masing-masing kota
akan menerapkan sesuai dengan permasalahan, rencana pengembangan
ataupun kemampuan finansial dari kota tersebut. Seiring dengan
45
berkembanganya smart city semakin banyak pula vendor, para peneliti dan
akademisi yang melakukan pengembangan terhadap smart city.45
45
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Kota Tangerang Selatan
Tangerang Selatan adalah kota termuda di Provinsi Banten yang secara
resmi memisahkan diri sejak tahun 2008 dari kabupaten Tangerang, dan
merupakan kota terbesar kedua di Banten dan terbesar kelima di kawasan
Jabodetabek dalam hal jumlah penduduk. Semula merupakan wilayah hunian
penyangga Jakarta, Tangerang Selatan berkembang menjadi pusat aktivitas
bisnis dengan perdagangan dan jasa sebagai aktivitas utamanya. Dengan
sebagian besar penduduk berusia muda, Tangerang Selatan memiliki karakter
urban dengan aktivitas komunitas yang hidup.
Pembentukan Tangerang Selatan, yang merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Tangerang, disahkan pada siding Paripurna DPR RI hari
Rabu, tanggal 29 Oktober 2008 melalui Undang-undang Nomor 51 Tahun
2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten
tertanggal 26 November 2008, setelah melalui perjuangan Panjang sejak tahun
2000 melalui wacana pembentukan kota Cisapera. Dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan
potensi daerah. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang
besar perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui
pembentukan daerah otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga
46
pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu
pada titik koordinat 106˚38’ - 106˚47’ Bujur Timur dan 06˚13’30” -
06˚22’30” Lintang Selatan dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh)
kecamatan, 54 (lima puluh empat) kelurahan dengan luas wilayah 147,19
Km2 atau 14.719 Ha.
Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang.
Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Selatan & Kota
Depok.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
Tabel 3.1. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan
No Potensi Fisik Dasar Keterangan
1 Letak Geografis Disebelah Timut Provinsi Banten
2 Luas Wilayah 147,19 KM2 atau 14.719 Ha
3 Batas-batas
- Sebelah Utara Kota Tangerang
- Sebelah Timur Provinsi DKI
- Sebelah Selatan Kota Depok dan Kabupaten Tangerang Selatan
47
- Sebelah Barat Kabupaten Tangerang
4 Wilayah
Pemerintahan
- Kecamatan 7 Kecamatan
- Kelurahan 54 Kelurahan
Sumber :
- Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008
- RTRW Kota Tangerang Selatan2011-2031
Gambar 3.1. Grafik Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan
menurut Kecamatan
Setu 10,06%
Serpong 16,33%
Pamulang 18,22%
Ciputat 12,49%
Ciputat Timur
10,48%
Pondok Aren 20,30%
Serpong Utara
12,12%
48
Tabel 3.2. Banyaknya kelurahan, Rukun Warga, dan Rukun Tetangga menurut
Kecamatan di Kota Tangerang Selatan
No. Kecamatan Kelurahan Rukun
Tetangga
(RT)
Rukun
Warga
(RW)
1 Setu 6 40 195
2 Serpong 9 100 430
3 Pamulang 8 152 779
4 Ciputat 7 101 518
5 Ciputat Timur 6 79 436
6 Pondok Aren 11 123 773
7 Serpong Utara 7 91 404
Jumlah 54 686 3535
Sumber/ Source : BPS Kota Tangerang Selatan
Tangerang Selatan mempunyai struktur ekonomi yang di dominasi
oleh sector tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel
dan restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang
memberikan kontribusi hampir 90%. Sektor sekunder (industry pengolahan;
listrik, gas, dan air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi 8,76, dan
49
sector primer (pertanian; pertambangan dan penggalian) hanya memberikan
kontribusi kurang dari 2%.
Tangerang Selatan memiliki jenis industry kerajinan, yaitu kerajinan
kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan
makanan 164 unit. Selain itu industry kerajinan tersebut juga tedapat tujuh
unit pabrik yang didalamnya terdapat satu Kawasan industry.
Tangerang Selatan juga memiliki fasilitas perdagangan dan jasa yang
tersedia berupa pasar, baik modern maupun tradisional, bank, BPR,
KUD/Koperasi, kompleks ruko dan minimarket. Pasar tradisional yang
terdapat di tanah milik pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu pasar
Ciputat, pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang, pasar Bintaro Sektor 2, pasar
Serpong, dan pasar Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali pasar
Gedung Hijau. Secara total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-pasar
tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan 1.795 pedagang
kaki lima.
50
B. Visi dan Misi Kota Tangerang Selatan
Visi: “Terwujudnya Tangerang Selatan Kota Cerdas berkualitas dan
berdayasaing berbasis Teknologi dan Inovasi”. Dalam rangka pencapaian Visi
yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan
yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang yang dimiliki,
maka telah ditetapkan Misi sebagai berikut:
• Misi Pertama, Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Handal dan
Berdaya saing.
• Misi Kedua, Meningkatkan Infrastruktur Kota yang Fungsional.
• Misi Ketiga, Menciptakan Kota Layak Huni yang berwawasan
Lingkungan.
• Misi Keempat, Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan berbasis Inovasi
dan Produk Unggulan.
• Misi Kelima, Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik
Berbasis Teknologi Informasi
51
C. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Tabel 3.3 Struktur Organisasi
52
D. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang SelatanTabel
Tabel 3.4 SKPD Kota Tangerang Selatan
NO SKPD
1 Sekretariat Daerah
2 Sekretariat DPRD
3 Dinas Pendidikan
4 Dinas Kesehatan
5 Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
6 Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman
7 Dinas Pemuda dan Olahraga
8 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
53
9 Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
10 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
11 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
12 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
13 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
14 Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
15 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
16 Inspektorat
17 Satuan Polisi Pamong Praja
18 Badan Lingkungan Hidup Daerah
19 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan & Keluarga
Berencana
54
20 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
21 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
22 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
23 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
24 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
25 Kantor Arsip Daerah
26 Kantor Pemadam Kebakaran
27 Kantor Kebudayaan dan Pariwisata
28 Kantor Penanaman Modal Daerah
29 Kantor Perpustakaan Daerah
30 Rumah Sakit Umum Daerah
55
31 Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI
32 Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah
33 Kecamatan Serpong
34 Kecamatan Serpong Utara
35 Kecamatan Ciputat
36 Kecamatan Ciputat Timur
37 Kecamatan Pondok Aren
38 Kecamatan Pamulang
39 Kecamatan Setu
56
E. Kepala Daerah Kota Tangerang Selatan
1. HM. Shaleh MT, Pejabat Wali Kota (24 Januari 2009 – 18 Juli 2010)
2. H. Eutik Suarta, S.H. Pejabat Wali Kota (18 Juli 2010 – 24 Januari 2011)
3. Hidayat Djohari, Pejabat Wali Kota (24 Januari 2011 – 20 April 2011)
4. Airin Rachmi Diany, Sebagai Wali Kota dan Benyamin Davnie sebagai
Wali Kota. Menjabat sejak 20 April 20111
1 DDA Tangerang Selatan 2015-2017 diberikan oleh Sekretaris Daerah Tangerang Selatan
57
BAB IV
ANALISIS
Gagasan Smart City di Tangerang Selatan muncul di tahun 2012 saat Airin
Rachmi Diany menjadi walikota pada periode pertama. Program Smart City
kemudian terus berkembang seiring dengan terpilih kembalinya Airin pada
pemilihan di tahun 2015. Pada tahun 2016, dibentuk Tim Percepatan Pelaksana
Smart City yang berada di bawah naungan Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Infromasi. Di Tahun 2017, terjadi pemekaran yang dilakukan Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dengan memisahkan Dinas Perhubungan dengan Dinas
Komunikasi dan Infromasi. Maka untuk mewujudkan program Smart City yang
sesuai dengan visi misi kota Tangerang Selatan, maka dibentuklah Seksi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi Komunikasi dan
Kerjasama Smart City yang berada di bawah Bidang Smart City, Statistik, dan
Layanan Pengadaan Secara Elektronik serta di bawah naungan Dinas Komunikasi
dan Informasi pada tahun 2017.1
Dalam strukturnya, Seksi Smart City memiliki Tugas Pokok dan Fungsi
sebagai berikut:
A. Kepala Bidang Smart City, Statistik dan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik memiliki tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan
pengembangan dan kerjasama smart city, pengolahan data dan statistik serta
Layanan Pengadaan Secara Elektronik dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 menyelenggarakan fungsi:
1 Wawancara Pribadi dengan Staff Pelaksana Seksi Pengembangan SDM Teknologi
Informasi Komunikasi dan Kerjasama Smart City, Hery Darmawan, Tangerang Selatan, 2 Mei
2018.
58
a) pengoordinasian perumusan, pelaksanaan kebijakan strategis dan
teknis pedoman norma, standar, prosedur dan kriteria di lingkup
bidang Smart City, Statistik dan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik;
b) perumusan perencanaan, pelaksanaan program dan anggaran di
lingkup bidang Smart City, Statistik dan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik;
c) pengoordinasian pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan urusan Smart City, Statistik dan Layanan Pengadaan
Secara Elektronik;
d) pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan pelaksanaan
tugas di lingkup bidang;
e) pengoordinasian pelaksanaan tugas di lingkup bidang Smart City,
Statistik dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik;
f) pelaksanaan penyelenggaraan ekosistem teknologi informasi
komunikasi Smart City;
g) pelaksanaan layanan sistem komunikasi intra Pemerintah Daerah;
h) pengoordinasian pengembangan Smart City pada Pemerintah Daerah;
i) pelaksanan penyelenggaraan Government Chief Information Officer
Pemerintah Daerah;
j) pelaksanaan pengembangan sumber daya teknologi informasi
komunikasi Pemerintah Daerah dan masyarakat;
k) pelaksanaan layanan manajemen data dan informasi E-government;
l) pengoordinasian penyelenggaraan statistik pada Pemerintah Daerah;
59
m) pengoordinasian penyelenggaraan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik;
n) pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di Smart City,
Statistik dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik ; dan
o) pelaksanaan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas dan fungsi.
B. Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi
Informasi Komunikasi dan Kerjasama Smart City memiliki tugas:
a) menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada Seksi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi
Komunikasi dan Kerjasama Smart City;
b) menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran
dilingkup seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi
Informasi Komunikasi dan Kerjasama Smart City;
c) melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan urusan Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi
Informasi Komunikasi dan Kerjasama Smart City;
d) melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada Seksi Pengembangan Sumber Daya
Manusia Teknologi Informasi Komunikasi dan Kerjasama Smart
City;
e) menyelenggarakan layanan pengembangan business process re-
engineering pelayanan di lingkungan Pemerintah Daerah dan non
Pemerintah Daerah (Stakeholder Smart City);
60
f) menyelenggarakan layanan dan pengembangan sistem informasi
Smart City; melaksanakan penyediaan sarana dan prasarana
pengendalian Smart City; menyiapkan bahan promosi pemanfaatan
layanan Smart City;
g) menyiapkan fasilitasi peningkatan kapasitas aparatur bidang teknologi
informasi dan komunikasi;
h) menyiapkan bahan dan dokumen pendukung kerjasama Smart City;
i) melaksanakan penyelenggaraan Government Chief Information
Officer;
j) fasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat dalam implementasi
Smart City dan E-government;
k) menyelenggarakan pengelolaan naskah Dinas dan arsip di lingkup
Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi
Komunikasi dan Kerjasama Smart City;
l) menyusun laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas
pegawai pada Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Teknologi
Informasi Komunikasi Kerjasama Smart City; dan
m) melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas.2
Pada awal Maret 2017, Kota Tangerang Selatan di undang untuk
mengikuti kegiatan Assesment Gerakan Menuju 100 Smart City yang diadakan
oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi. Kegiatan ini bertujuan untuk
memilih Kota/Kabupaten yang layak dan teruji untuk pengembangan Smart City.
Kota Tangerang Selatan terpilih menjadi bagian dari 25 Kota/Kabupaten yang
2 Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 59 Tahun 2016.
61
lulus ujian Assesment Gerakan 100 Smart City. Dengan terpilihnya, maka Kota
Tangerang Selatan menandatangin MoU dengan Kementrian Komunikasi dan
Informasi. Salah satu isi MoU adalah Pembentukan Dewan Smart City,
Pembentukan Tim Pelaksana Smart City, BimTek Smart City, FGD (Focus Group
Discuccion) tentang Smart City, lalu akan ada inovasi-inovasi dari daerah masing-
masing yang mengikuti Assesment Gerakan 100 Smart City.
Smart City di Kota Tangerang Selatan sudah berjalan sebelum adanya
kegiatan Assesment Gerakan 100 Smart City yang diadakan oleh Kementrian
Komunikasi dan Informasi. Terkait hal ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan
berusaha semaksimal mungkin untuk menjalani program Smart City dengan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar seluruh elemen masyarakat yang
ada di Kota Tangerang Selatan ikut serta dalam mewujudkan kota yang Cerdas di
Tangerang Selatan.
A. Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
Mensosialisasikan Program Smart City
Seperti yang dikatakan Onong Uchjana Effendy bahwa, “Strategi
Komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan” maka perpaduan
tahapan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi digunakan dalam
penelitian ini.
Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi
Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima
tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pelaporan.
Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan
62
bahwa “Proses Strategi manajemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama,
yaitu: Perumusan Strategi, implementasi Strategi, dan evaluasi straegi.3
Dengan demikian tahapan strategi komunikasi yang digunakan Pemerintah
Kota Tangerang Selatan dalam mensosialisasikan program smart city terdiri dari
lima langkah, yaitu:
1) Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik yang
dihadapi sebuah lembaga.4 Dalam tahapan ini juga merupakan tahapan
penemuan fakta. Tahapan untuk menemukan permasalahan yang sedang
dihadapi oleh lembaga, opini public dan kondisi yang menentukan
bagaimana keadaan lembaga.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan membentuk Seksi
Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City untuk mengelola
dan mengembangkan program Smart City yang dilakukan di Kota
Tangerang Selatan. Dalam perjalanannya, Seksi Pengembangan SDM
TIK dan Kerjasama Smart City melakukan peninjauan kembali program-
program Smart City yang memungkinkan masih bisa dilakukan dan yang
sudah tidak bisa dilakukan. Hasil penelitian dan peninjauan tersebut di
buat dalam bentuk Laporan Akhir Kajian Penilaian dan Penyusunan
BluePrint Kota Cerdas Kota Tangerang Selatan dan Executive Summary
Masterplan Smart City Kota Tangerang Selatan 2018-2022. Didalamnya
terdapat pilar dan elemen-elemen yang menjadi dasar Pengembangan
program Smart City.
3 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis,
(Malang: Bayumedia Publishing, 2005) h, 4 4 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72
63
Penyusunan Masterplan smart city Kota Tangerang Selatan yang
terfokuskan kepada tiga elemen, yaitu: Struktur, Infrastruktur, dan
Suprastruktur.
Struktur, pembangunan sumber daya manusia (SDM) pelaksanaan
(people) dan penerimaan manfaat smart city, penyiapan sumber
daya anggaran, dan sumber daya tata kelola dan tata pamong.
Infrastruktur, pembangunan infrastruktur pendukung smart city
yang meliputi infrastruktur fisik, infrastruktur digital atau TIK, dan
infrastruktur sosial untuk kepentingan umum.
Suprastruktur, penyiapan kebijakan atau peraturan daerah,
kelembagaan, dan tata-laksana pelaksanaan pembangunan smart
city.
Gambar 4.1. Elemen Smart City Readiness
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Kerangka pikir berikutnya dari sebuah Smart City adalah dimensi-
dimensi yang terdapat di dalam Smart City itu sendiri.
64
Gambar 4.2. Dimensi Smart City
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN).
1. Smart Governance
Smart Governance dapat diartikan sebagai tata kelola kota yang
pintar, dimana komponen tata kelola ini umumnya menyoroti tata kelola
dari pemerintah daerah sebagai institusi yang mengendalikan sendi-sendi
kehidupan kota. Sehingga Smart Governance di dalam dimensi Smart City
merupakan gambaran dari tata kelola pemerintahan yang dilaksanakan
secara pintar, yaitu tata kelola pemerintahan yang mampu mengubah pola-
pola tradisional dalam birokrasi sehingga menghasilkan busines process
yang lebih cepat, efektif, efisien, komunikatif dan selalu melakukan
perbaikan.
Sasaran dari Smart Governance adalah mewujudkan tata kelola dan
tata pamong pemerintahan daerah yang efektif, efisien, komunikatif, dan
terus melakukan peningkatan kinerja birokrasi melalui inovasi dan adopsi
65
teknologi yang terpadu.
Gambar 4.3. Smart Governance
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Tentu saja dalam melakukan perubahan pola-pola tradisional dalam
tata kelola pemerintahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
adopsi teknologi adalah hal yang akan memberikan percepatan terhadap
perubahan tersebut. Smart Governance harus dapat dimplementasikan ke
dalam tiga unsur dalam tata kelola, yaitu pelayanan (service), birokrasi
(bureaucracy), dan kebijakan (policy). Inisiatif pembangunan Smart
Governance dilakukan pada beberapa indikator sebagai berikut:
a. Pelayanan Publik (Public Service)
Pelayanan administrasi kepada masyarakat: ini meliputi
status kewarganegaraan, status usaha, sertifikat
66
kompetensi, kepemilikan, atau penguasaan atas barang.
Wujud dari pruduk tersebut adalah dokumen-dokumen
resmi seperti SIUP, ijin trayek, ijin usaha, akta, kartu
tanda penduduk, sertifikat tanah, dan lain sebagainya.
Peningkatan penyediaan sarana prasarana dan monitoring
penyediaan kebutuhan bahan pokok untuk masyarakat
misalnya Sembilan bahan pokok, air bersih dan lain-lain.
Peningkatan penyedian sarana prasarana dan monitoring
penyediaan kebutuhan jasa pokok bagi masyarakat,
misalnya jaringan telepon, listrik, internet, dan lain-lain.
b. Manajemen Birokrasi yang efisien (Bureucracy)
Tata kelola birokrasi yang berorientasi pada keadilan
(fairness), bertanggung-jawab (accountability) dan
keterbukaan (transparency). Misalnya: sistem e-planning,
e-budgeting, e-monev dan lain-lain. Pengembangan
aplikasi e-gov harus diarahkan menuju integrated & inter-
operability e-gov atau yang saling berkomunikasi dan
terhubung antar satu aplikasi dengan aplikasi lainnya
serta lintas OPD atau yang disebut dengan Smart e-Gov.
Pelayanan Smart e-Gov ini perlu didukung dengan sebuah
“City Operation Center (COC)”.
c. Efisiensi Kebijakan Publik (Public Policy)
Pengambilan kebijakan publik dengan mengutamakan
pada aspek yang memberikan dampak positif bagi
67
masyarakat melalui mekanisme mendengarkan aspirasi
masyarakat secara berkesinambungan.
Sistem informasi kebijakan pemerintah (Perda dan
Peraturan Kepala Daerah) yang dapat diakses oleh
masyarakat dengan mudah.
2. Smart Branding
Dimensi kedua dalam Smart City adalah Smart Branding, yaitu
branding daerah yang pintar. Yang dimaksud dengan Smart Branding
adalah inovasi dalam memasarkan daerahnya sehingga mampu
meningkatkan daya saing daerah dengan mengembankan tiga elemen,
yaitu pariwisata, bisnis, dan wajah kota.
Smart Branding menjadi salah satu dimensi dalam Smart City
karena di dalam era informasi seperti saat ini, sebuah kota tidak lagi harus
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan hanya memanfaatkan
potensi lokal-nya, tetapi harus juga mampu menarik partisipasi
masyarakat, baik dari dalam maupun luar daerah, serta pelaku bisnis dan
investor untuk ikut mendorong percepatan pembangunan daerahnya.
Sehingga pada dasarnya konsep branding daerah memiliki
kemiripan dengan konsep branding di dalam korporasi, hanya saja
perbedaannya adalah apabila di dalam branding korporasi tujuannya
adalah meningkatkan brand value perusahaan yang berujung pada
meningkatnya income dan profit perusahaan, pada branding daerah, tujuan
yang ingin dicapai adalah peningkatan brand value daerah yang akan
mendorong aktivitas perekonomian dan pengembangan kehidupan sosial
68
dan budaya lokal yang berujung pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Gambar 4.4. Smart Branding
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Sasaran dari smart branding adalah adanya peningkatan daya saing
daerah dengan penataan wajah kota dan pemasaran potensi daerah baik
dalam lingkup lokal, nasional maupun internasional. Inisiatif
pembangunan Smart Branding dilakukan pada beberapa indikator sebagai
berikut:
a. Membangun dan Memasarkan Ekosistem Pariwisata (Tourism
Branding)
Membangun dan mengembangkan destinasi wisata yang
69
layak bagi wisatawan (destination).
Membangun infrastruktur yang mendukung kenyamanan
wisatawan (amenities) misalnya jalan, transportasi,
hotel/motel/bedding & breakfast (B&B), restoran dan
lain-lain.
Membangun budaya yang ramah kepada pengunjung
(hospitality) termasuk kemampuan berbahasa asing,
ketersediaan tour-guide dan lain-lain.
b. Membangun platform dan Memasarkan Ekosistem Bisnis Daerah
(Business Branding)
Membangun platform dan memasarkan ekosistem
perdagangan yang kondusif dan nyaman, misalnya market
place daerah.
Membangun dan memasarkan ekosistem investasi yang
mudah dan efektif, misalnya Investment Lounge,
Dashboard, dan Portal Investasi Daerah.
Membangun dan memasarkan produk dan jasa industri
kreatif daerah misalnya kuliner, kriya, fashion, digital,
dan lain-lain.
c. Membangun dan Memasarkan Wajah Kota (City Appearance
Branding)
Mewujudkan penataan kembali wajah kota yang
menonjolkan nilai arsitektur yang mencerminkan nilai-
nilai daerah dan mengikuti dinamika modernisasi yang
70
menginginkan sebuah tata ruang dan tata wilayah kota
yang indah, bersih, rapi, dan membanggakan dengan
kualitas arsitektur berkelas internasional.
Membangun batas wilayah (edge), membangun penanda
sebuah lokasi yang penting, berkesan bagi pengunjung
(landmark), menyediakan navigasi yang unik menuju
kota (signage), struktur jalan yang teratur (path),dan titik
simpul kota (node) seperti alun-alun, simpang dan lain-
lain.
3. Smart Economy
Dimensi ketiga dalam Smart City adalah smart economy atau tata
kelola perekonomian yang pintar.Smart economy dalam dalam Smart City
dimaksudkan untuk mewujudkan ekosistem perekonomian di daerah yang
mampu memenuhi tantangan di era informasi yang disruptif dan menuntut
tingkat adaptasi yang cepat seperti saat ini.
71
Gambar 4.5. Smart Economy
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Sasaran dari dimensi smart economy di dalam Smart City adalah
mewujudkan ekosistem yang mendukung aktifitas ekonomi masyakat yang
selaras dengan sektor ekonomi unggulan daerah yang adaptif terhadap
perubahan yang terjadi di era informasi saat ini, serta meningkatkan
financial literacy masyarakat melalui berbagai program diantaranya
mewujudkan less-cash society. Sasaran tersebut diwujudkan dengan
mengembankan tiga elemen dalam smart economy, yaitu ekosistem
industri, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan ekosistem transaksi
keuangan. Inisiatif pembangunan Smart Economy dilakukan pada
beberapa indikator sebagai berikut:
72
a. Membangun ekosistem industri yang berdaya saing (industry)
Membangun daya saing industri daerah pada leading
sector industri tertentu yang terintegrasi antara industri
primer (misalnya pertanian, perikanan, peternakan dan
lainlain), industri sekunder (misalnya manufaktur,
pengolahan, packaging dan lain-lain), dan industri tersier
(misalnya pasar produk daerah).
b. Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat (Welfare)
Mengembangkan program peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pendapatan rumah
tangga (income)− Program peningkatan penyerapan
angkatan kerja (employment)
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat
(empowerment).
c. Membangun Ekosistem Transaksi Keuangan (Transaction)
Membangun ekosistem transaksi keuangan digital untuk
menjamin kelancaran pembayaran menuju masyarakat
yang less cash Mewujudkan masyarakat yang bankable
dan memiliki akses terhadap permodalan
Mewujudkan ekosistem ekonomi digital dengan
mendorong industri e- commerce dan market place.
73
4. Smart Living
Smart living menjadi salah satu dimensi dalam Smart City untuk
menjamin kelayakan taraf hidup masyarakat di dalamnya.Kelayakan taraf
hidup ini dapat dinilai dari tiga elemen, yaitu kelayakan pola hidup,
kelayakan kualitas kesehatan, dan kelayakan moda transportasi untuk
mendukung mobilitas orang dan barang di dalam sebuah Smart City.
Gambar 4.6. Smart Living
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Sasaran dari smart living di dalam Smart City adalah untuk
mewujudkan lingkungan tempat tinggal yang layak tinggal, nyaman, dan
efisien. Inisiatif pembangunan Smart Living dilakukan pada beberapa
indikator sebagai berikut:
74
a. Harmonisasi Tata Ruang Wilayah (Harmony)
Mewujudkan lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan
harmonis antara lingkungan pemukiman (residential),
lingkungan pusat kegiatan bisnis (commercial) yang
didukung dengan fasilitas rekreasi untuk keluarga
(recreational).
b. Mewujudkan Prasarana Kesehatan (Health)
Mewujudkan akses terhadap ketersediaan makanan dan
minuman sehat (food), akses terhadap pelayanan
kesehatan yang (healthcare), dan akses terhadap sarana
dan prasarana olahraga (sport).
c. Menjamin Ketersediaan Sarana Transportasi (Mobility)
Mewujudkan ekosistem transportasi yang menjamin
mudahnya mobilitas (mobility) bagi individual, publik,
maupun untuk pemenuhan kebutuhan logistik suatu
daerah.
5. Smart Society
Smart society sebagai bagian dari Smart City merupakan dimensi
yang banyak membahas tentang manusia sebagai unsur utama sebuah kota.
Di dalam sebuah Smart City, interaksi antar manusia telah bergerak
menuju ekosistem sosio- teknis di mana dimensi fisik dan virtual dari
kehidupan warga kota semakin terjalin secara intensif. Interaksi antar-
warga terjalin dengan semakin kuat dan tanpa sekat dengan mediasi
teknologi.
75
Sasaran dari smart society dalam Smart City adalah mewujudkan
ekosistem sosio-teknis masyarakat yang humanis dan dinamis, baik fisik
maupun virtual untuk terciptanya masyarakat yang produktif, komunikatif,
dan interaktif dengan digital Literacy yang tinggi. Sasaran dari smart
society tersebut diwujudkan dengan pengembangan tiga elemen di dalam
smart society, yaitu komunitas warga (community), ekosistem
pembelajaran (learning), dan sistem keamanan (security). Inisiatif
pembangunan Smart Society dilakukan pada beberapa indikator sebagai
berikut:
Gambar 4.7. Smart Society
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
76
a. Mewujudkan Interaksi Masyarakat Yang Efisien (Community)
Interaksi sosial masyarakat terjadi secara paralel antara
individu dengan individu yang lain, individu dengan
kelompok sosial, dan antar kelompok sosial, baik secara
fisik maupun virtual (digital) dengan sasaran mewujudkan
partisipasi publik dalam pembangunan daerah. Contoh:
berbagai program untuk mendukung berbagai kemajuan
Smart City misalnya program-program kepemudaan,
peningkatan keahlian UKM dan lain-lain.
Pengembangan komunitas warga melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik secara individu, sosial
mampu memanfaatkan lingkungan digital dengan positif
dan produktif. Misalnya edukasi tentang market place dan
lain-lain.
b. Membangun Ekosistem Belajar Yang Efisien (Learning)
Mewujudkan ekosistem pendidikan yang sang saling
mendudukung antara pendidikan formal dan non-formal
untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkan akses
terhadap pendidikan termasuk bagi masyarakat yang
disable.
77
Membangun platform edukasi bagi masyarakat misalnya
smart school, smart campus, smart pesantren, smart
training program dan lain-lain.
c. Mewujudkan Sistem Keamanan Masyarakat (Security)
Mewujudkan suatu sistem atau manajemen keamanan dan
keselamatan bagi warga masyarakat baik perlindungan
keselamatan jiwa, keselamatan properti atau harta benda,
dan keselamatan atas risiko bencana bagi masyarakat
dengan memanfaatkan sumberdaya dan alat kelengkapan
pemerintah maupun teknologi sensor digital atau Internet
of Thing (IoT).
6. Smart Environment
Dimensi keenam dalam sebuah Smart City adalah pengelolaan
lingkungan yang pintar, dimana yang dimaksud dengan pintar adalah
adanya perhatian bagi lingkungan hidup dalam pembangunan kota yang
sama besarnya dengan perhatian yang diberikan terhadap pembangunan
infrastruktur fisik maupun pembangunan bagi sarana dan prasarana bagi
warga. Ide dasar dari smart environment di dalam Smart City adalah untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dimana hal tersebut tidak
boleh hilang dengan lahirnya ide tentang Smart City yang menjadikan
elemen teknologi sebagai elemen pendorongnya.
78
Gambar 8. Smart Environment
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Sasaran dari smart environment adalah mewujudkan tata kelola
lingkungan yang baik, bertanggung-jawab, dan berkelanjutan.
a. Mengembangkan Program Proteksi Lingkungan (Protection)
Mengembangkan sistem tata kelola perlindungan sumber
daya tanah, air, dan udara serta mengintegrasikannya
dengan teknologi pelaporan dan monitoring pencemaran
tanah, air, dan udara, misalnya dengan memanfaatkan
teknologi sensor pada Internet of Thing (IoT).
Membangun ruang terbuka hijau.
Melakukan restorasi sungai yang memiliki tingkat
pencemaran tinggi.
79
Mengendalikan polusi udara.
b. Mengembangkan Tata Kelola Sampah dan Limbah (Waste)
Mengembangkan sistem tata kelola limbah atau sampah
rumah tangga (household).
Mengembangkan sistem tata kelola limbah industri
(industrial).
Mengembangkan sistem tata kelola limba dan sampah
publik (public).
Menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan agar tidak
mengganggu pemandangan, tidak merusak indra
penciuman, dan menghindari banjir akibat genangan
sampah yang menyumbat saluran-saluran air pembuangan
limbah atau sirkulasi air residensial serta ketersediaan
sistem sanitasi rumah tangga, industri dan publik yang
baik dan bertanggung-jawab.
c. Mengembangkan Tata Kelola Energi Yang Bertanggung-jawab
(Energy)
Pemanfaatan energi yang efisien dan bertanggungjawab.
Pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan
(environmentally friendly) dan berkelanjutan
(sustainable) serta terjangkau bagi masyarakat. Misalnya
pemanfaatan limbah/sampah sebagai biogas, energi surya,
tenaga angin, biomassa (tumbuhan dan hewan) dan lain-
lain.
80
7. Smart Regional
Maturity Index (Indeks Kematangan Daerah Pintar) Smart Region
Maturity merupakan tingkat kematangan sebuah daerah dalam
mengimplementasikan Smart Region secara utuh, mulai dari membangun
kesiapan daerah pintar (Smart Region Readiness) dan Smart Region itu
sendiri. Dengan demikian Smart Region Maturity merupakan kombinasi
antara kemampuan (capability) berdasarkan readiness dan kinerja daerah
berdasarkan performa Smart Region (performance).Tingkat kematangan
suatu daerah sebagai Smart Region dibagi kedalam 4 (empat) tingkat yaitu
initial, developing, managed, dan optimized. Initial artinya daerah baru
memulai membangun Smart Region. Bisa pada posisi readiness dan
performance yang sama-sama rendah, atau readiness yang cukup baik
yang ditandai dengan kesiapan sumber daya manusia (smart people),
infrastruktur, regulasi, dan kultur masyarakat yang mendukung namun
pembangunan Smart Region masih dalam tahap permulaan. Developing
artinya suatu daerah sudah mengembangkan berbagai program
pembangunan berbasis Smart Region dan memiliki dukungan Smart
Region Readiness yang cukup baik. Tingkat maturity berikutnya adalah
managed, artinya secara umum daerah tersebut telah menjalankan Smart
Region dengan baik pada berbagai aspek dengan dukungan readiness yang
juga sangat baik. Tahap terakhir adalah penyempurnaan pembangunan
Smart Region daerah pada berbagai elemen, dimensi, dan aspek Smart City
atau disebut dengan optimized.
81
Gambar 4.9. Smart Region Maturity Model
Sumber: Citiasia Center for Smart Nation (CCSN)
Masterplan hasil peninjauan Seksi Pengembangan SDM TIK dan
Kerjasama Smart City akan menjadi landasan Pemerintah Kota Tangerang
Selatan dalam mengembangkan Program Smart City di wilayah Kota
Tangerang Selatan.
Tanggung jawab dalam melakukan sosialisasi tidak hanya untuk
Dinas Komunikasi dan Informasi, tetapi seluruh Dinas, OPD dan Lembaga
terkait yang berhubungan dengan Program Smart City. Setiap Dinas yang
memiliki elemen Smart City maupun program Smart City yang sudah di
rancang, akan memiliki tanggung jawab untuk melakukan sosialisasi.
82
2) Perencanaan
Perencanaan sama dengan perumusan,yaitu proses penyusunan
langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan
strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.5
Dengan demikian, dalam tahap perencanaan diperlukan strategi tentang
pemilihan atau penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran
(komunikan), dan efek yang diharapkan.6
a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan
pesan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini komunikator
adalah seluruh pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan
melalui Dinas-dinas yang terkait dengan program Smart
City untuk melakukan sosialisasi. Seperti Dinas
Komunikasi dan Informasi yang berperan sebagai
komunikator untuk melakukan sosialisasi terkait pembinaan
TIK. Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil yang
mensosialisasikan terkait pendaftaran e-ktp melalui website.
Jadi semua pihak di Pemerintahan Kota Tangerang
Selatan adalah komunikator, yang bertugas untuk
memberikan informasi kepada masyarakat sesuai dengan
bagian dan Program Smart City nya masing-masing.
b. Pesan
5 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5
6 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72
83
Pesan adalah sesuatu keseluruhan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan bisa bersifat suatu
informasi yang kemudian suatu komunikan (penerima pesan)
dapat menyimpulkan sendiri.
Pesan juga bisa berupa suatu persuasive atau bujukan.
Persuasive bujukan, yakni memangkitkan dan kesadaran
seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberi
sesuatu berupa pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan.7
Pesan yang disampaikan oleh Pemerintah Kota Tangerang
Selatan melalui Dinas-Dinas yang terkait sebagai
Komunikator yang menyampaikan pesan adalah memberikan
informasi serta penjelasan mengenai fungsi dan tujuan dari
program smart city. Hal tersebut di lakukan agar masyarakat
nantinya mendukung dan ikut serta dalam
mengimplementasikan program smart city di kota Tangerang
Selatan hingga tercapainya Visi dan Misi Kota Tangerang
Selatan.8
c. Media
Media merupakan bagian terpenting dalam
menyampaikan pesan, karena media merupakan perantara
yang paling ampuh dalam berkomunikasi.
Media yang digunakan dalam melaksanakan sosialisasi
adalah dengan cara memanfaatkan media sosial seperti
7 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 45
8 Hasil wawancara dengan Bu Dian selaku Kepala Seksi Pengembangan TIK dan
Kerjasama Smart City
84
Instagram, Twitter dan Website. Penggunaan media sosial
dinilai lebih efektif dan efisien karena dikondisi
kecanggihan teknologi tidak ada masyarakat yang tidak
menggunakan media sosial, sehingga informasi yang
disampaikan melalui media dinilai lebih efektif. Selain itu
Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City
juga menggunakan media massa seperti surat kabar media
publik dan spanduk.
d. Sasaran
Sasaran komunikasi adalah seseorang yang menerima pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Sasaran komunikasi
dalam mensosialisasikan program smart city adalah
Aparatur Sipil Negara (ASN), Masyarakat, termasuk
Stakeholder, akademisi, dan komunitas. Sasaran ini
merupakan lingkup yang menjadi target dalam
mensosialisasikan Program Smart City. Keterlibatan pihak-
pihak yang menjadi target sasaran adalah bagian terpenting
untuk menyampaikan tujuan pesan komunikasinya. Dengan
begitu, pemahaman akan program Smart City akan
menyebarluas dan melibatkan banyak pihak.
e. Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni
sikap dan tingkah laku orang, seseorang atau tidak dengan
85
yang kita inginkan.9 Efek yang diberikan setelah melakukan
sosialisasi terkait program smart city akan memiliki
dampak yang berbeda-beda terkait dengan individunya.
Efek yang diberikan adalah masyarakat menjadi lebih
paham dan mengerti.
Sejauh ini, sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota
Tangerang Selatan adalah dengan memberikan pemahaman
akan kegunaan TIK yang baik, sehingga dapat di
manfaatkan dengan baik oleh masyarakat Tangerang
Selatan.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka
implementasi rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan
dalam sebuah lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di
perusahaan tersebut untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati.
Tahap pelaksanaan bisa dilakukan dalam bentuk tayangan ditelevisi,
wawancara di radio, pemasangan iklan di surat kabar, pemasangan
baliho atau spanduk di jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan
untuk bertatap muka dengan komunitas dilokasi yang menjadi target
sasaran.10
Bentuk kegiatan sosialisasi yang sudah dilakukan Pemerintah
Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
9 Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998) h. 24
10 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
86
a) Kegiatan sosialisasi Peraturan walikota Nomor 20 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Warung Internet di Kota Tangerang Selatan.
Gambar 4.10. Kegiatan Sosialisasi
Warung internet di Kota Tangerang Selatan berada di 300 tempat.
Hal tersebut membuat Pemerintah Kota Tangerang Selatan
mengeluarkan Peraturan untuk memberikan pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan setiap warnet. Agar adanya
pengendalian terhadap masyarakat yang mengakses konten-konten
pornografi, pengawasan terhadap siswa dibawah umur, dan
mengembalikan identitas asli dari kegunaan warnet itu sendiri.
Sosialisasi ini dilakukan agar tidak hanya Pemerintah Kota
Tangerang Selatan yang menjadi polisi, tetapi tentunya diharapkan
kerjasama dari masyarakat.
87
b) Kegiatan di Sekolah Dasar Negeri Paku Jaya 02 “Melalui Pembinaan
Teknologi Informasi Komunitas (TIK) dalam Proses Pembelajaran
Menuju Smart City Tangerang Selatan
Gambar 4.11. Kegiatan Sosialisasi di SD
Kegiatan pelaksanaan untuk pembinaan TIK kepada siswa Sekolah
dasar, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan
TIK. Terkhusus untuk mendukung program Smart City.
c) Sosialisasi melalui spanduk-spanduk dan Baliho yang terpasang di
beberapa jalan Kota Tangerang Selatan dan pamflet yang disebarkan.
d) Sosialisasi melalui website, Instagram, dan Twitter
e) Sosialisasi melalui mulut ke mulut, dari seluruh elemen staff
Pemerintah Kota Tangerang Selatan kepada Masyarakat.
4) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari kegiatan
yang telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan
88
kinerja yang diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif
untuk digunakan sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan
dari strateginya tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami
oleh penerima, dan tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah
menerima dan mengerti informasi yang disampaikan.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan khususnya Seksi
Pengembangan SDM TIK Smart City sebagai tim yang dibentuk untuk
menjadi leader dalam pengembangan Program Smart City melakukan
monitoring dan evaluasi dengan cara digital, yaitu menggunakan aplikasi
Dari Ide Menjadi Nyata (DAIDITA)
www.daidita.tangerangselatankota.go.id yang dibuat dalam pelaksanaan
bimtek Smart City ke dua.
Setiap Dinas, OPD dan Lembaga Pemerintahan Kota Tangerang
Selatan yang terkait dengan Program Smart City harus membuat rencana
kegiatan, program yang akan dibuat serta Road Map untuk melaksanakan
kegiatan Smart City. Untuk lebih mudah dalam memonitoring kegiatan
setiap Dinas, OPD dan Lembaga terkait yang ada di Kota Tangerang
Selatan, maka setiap Dinas, OPD dan Lembaga terkait harus memberikan
rancangan ataupun Road Map nya kedalam Aplikasi DAIDITA tersebut.
Selanjutnya, setelah di monitoring melalui aplikasi DAIDITA.
Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City akan
melakukan evaluasi setelah kegiatan dilakukan, bentuk evaluasinya
dilakukan dengan bentuk evaluasi kualitatif, yaitu melihat fenomena yang
tampak. Pengukurannya dilakukan dengan cara melihat apakah setelah
89
sosialisasi dilakukan, perilaku atau pemahaman masyarakat berubah atau
tidak serta tidak adanya complain yang timbul ke Pemerintah.
5) Pelaporan
Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi
komunikasi yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara
tertulis kepada pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan kegiatan. Jika
dalam laporan itu diperoleh hasil positif dan berhasil, maka bisa
dijadikan sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika dalam
program itu ditemukan hal-hal yang kurang sempurna, maka temuan
tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi atau
memodifikasi program yang akan dilakukan.11
Bentuk pelaporan yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang
Selatan khususnya Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama
Smart City adalah dengan pelaporan Per-4 bulan. Jadi setiap agenda yang
sudah dilaksanakan dan kegiatan sosiasialisasi yang dilakukan akan
dilaporankan setiap 4 bulan sekali. Dalam pelaporan tidak dilakukan
dalam bentuk buku ataupun hard copy lainnya. Melainkan melalui,
aplikasi DAIDITA tersebut. Selain untuk memonitoring, aplikasi
tersebut pun bisa untuk memberikan laporan kinerja yang sudah
dilakukan.
11
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
90
B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dalam Mensosialisasikan Program Smart City
1) Faktor Pendukung dalam Mensosialisasikan Program Smart City
a. Demi terwujudnya Smart City di kota Tangerang Selatan, maka
Pemerintah Kota Tangerang Selatan membentuk Seksi
Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City yang berada
di bawah naungan Dinas Komunikasi dan Informasi. Tujuannya
agar seksi ini lebih fokus kepada kegiatan menjalankan program
smart city.
b. Pihak-pihak yang terikat dengan Program Smart City merupakn
pihak-pihak terpilih yang memang sudah memiliki keahlian
dibidangnya masing-masing. Hal ini tentu membantu dalam
peningkatan kinerja SDM dan lebih menguntukan untuk
menjalankan program smart city.
c. Penggunaan media social memberikan dampak yang signifikan
untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Serta media-
media yang memberitakan tentang Smart City Tangerang Selatan.
d. Pemberiaan informasi juga diberikan oleh Wali Kota Tangerang
Selatan yang selalu memberitahukan kepada pihak media bahwa
kota Tangerang Selatan merupakan Smart City.
2) Faktor Penghambat dalam Mensosialisasikan Program Smart City
a. SDM Aparatur Sipil Negara dan Masyarakat masih perlu
ditingkatkan. Sosialisasi akan berjalan maksimal apabila pihak-
pihak yang terkait bersedia berkordinasi dengan baik.
91
b. Dukungan yang diberikan Operasi Perangkat Daerah masih
dibutuhkan, kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dengan OPD yang ada di Tangerang Selatan
akan menciptakan harmonisasi yang baik dalam menjalankan
program smart city.
c. Semangat perubahan dari masing-masing OPD belum merata,
dilihat dari kehadiran peserta dalam diskusi terkait Smart City.
d. Perlu adanya perbaikan yang substantial, sesuatu yang ekstra
untuk meningkatkan kesiapan smart city Kota Tangerang Selatan.
3) Solusi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
Mensosialisasikan Program Smart City
a. Solusinya adalah seharusnya seluruh OPD yang ada di Tangerang
Selatan ini mau berkerjasama dengan pemerintah Kota
Tangerang Selatan untuk program Smart City.
b. Terkait masalah kesiapan smart city, perlu adanya kegiatan untuk
mematangkan segala konsep yang ada untuk Smart City.
c. Untuk masyarakat dan pihak-pihak yang diharapkan memiliki
semangat perubahan untuk menjadikan Tangerang Selatan lebih
baik dan menjadi Smart City yang sempurna.
92
A. Kesimpulan
Dari hasil penelian strategi komunikasi Pemerintah Kota
Tangerang Selatan dalam Mensosialisasikan Program Smart City, maka
peneliti memberi simpulan sebagai berikut:
1. Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam
Mensosialisasikan Program Smart City melalui lima tahap, yaitu:
a. Penelitian
Pemerintah Kota Tangerang Selatan membentuk Seksi
Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City untuk
melakukan tugasnya sebagai seksi yang fokus kepada program
smart city. Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart
City melakukan penelitian dengan meninjau kembali program
smart city yang masih bisa berjalan dengan yang sudah tidak bisa
berjalan.
data atau hasil penelitian tersebut berupa buku Tinjauan Blue Print
Program Smart City yang kan menjadi masterplan dalam
menjalankan program smart city.
b. Perencanaan
Pada tahapan ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan
melalui Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City
melakukan perencanaan dengan melihat unsur-unsur
komunikasinya, seperti siapa komunikatornya, apa pesannya,
BAB V
PENUTUP
93
media apa yang digunakan, sasaran komunikannya, dan bagaimana
efeknya.
Komunikatornya adalah Pemerintah Kota Tangerang
Selatan melalui Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama
Smart City. Pesannya adalah memberikan informasi serta
penjelasan mengenai fungsi dan tujuan dari program smart city.
Medianya melalui media sosial dan media massa. Media sosial
berupa Instagram, Twitter dan Website untuk memberikan
informasi secara efektif. Sasaran komunikasinya adalah Aparatur
Sipil Negara (ASN), masyarakat, termasuk stakeholder, akademisi,
dan komunitas. Selanjutnya efek yang ingin diberikan agar
masyarakat di Tangerang Selatan mengerti akan kegunaan TIK.
c. Pelaksanaan
Setelah buku tinjauang blue print smart city selesai
dirumuskan, maka pelaksanaan sosialisasinya adalah dengan
melakukan pembinaan ke sekolah dasar dan melakukan diskusi
publik dengan komunitas-komunitas.
d. Evaluasi
Bentuk evaluasi yang digunakan adalah dengan
menggunakan eveluasi kualitatif, yaitu melihat dari fenomena yang
nampak. Hasil evaluasi yang sudah dilakukan ada banyak
masyarakat yang sudah mulai memahami dan mengerti akan
kegunaan TIK dalam kehidupan sehari-harinya.
94
e. Pelaporan
Pelaporan merupakan tindakan terakhir dari kegiatan
strategi komunikasi. Pelaporan dilakukan setelah kegiatan
sosialisasi sudah berakhir. Pelaporan dilaksanakan ketika waktu
per-4 bulan.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mensosialisasikan Program
Smart City, yaitu:
1. Pendukung
a. Dibentuknya Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama
smart city untuk lebih fokus kepada program smart city
b. Pihak yang terlibat merupakan pihak yang sudah ahli
dibidangnya
c. Penggunaan media sosial memberikan dampak yang signifikan
dalam memberikan informasi
d. Pemberitaan tentang Smart City kota Tangerang Selatan di
media.
2. Penghambat
a. SDM Aparatur Sipil Negara masih perlu ditingkatkan.
b. Dukungan dari OPD masih dibutuhkan.
c. Semangat perubahan dari OPD masih belum merata
d. Perlu adanya perbaikan yang substantial.
95
B. Saran
Saran yang peneliti berikan kepada pihak-pihak tertentu agar bisa
menjadi bahan evaluasi dan masukan terkait mensosialisasikan program
smart city. Pihak-pihak tersebut adalah:
1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan khususnya Seksi Pengembangan
SDM TIK dan Kerjasama Smart City.
a. Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City harus
lebih sering melakukan sosialisasi melalui media sosial.
Menggunakan media sosial tidak hanya untuk mempublikasikan
kegiatan yang sudah di lakukan tetapi juga bisa berisi tips-tips
ataupun pengetahuan tambahan tentang smart city, tekmologi dan
lainnya.
b. Jika memang merasa kekurangan orang untuk melaksanakan
kegiatan sosialisasi, Seksi Pengembangan SDM TIK dan
Kerjasama smart city bisa bekerja sama dengan para aktivisis dari
kalangan mahasiswa ataupun instansi lainnya.
2. Para Operasi Perangkat Daerah (OPD), Aparatur Sipil Negara (ASN)
Program smart city adalah program yang dirancang untuk
kemajuan kota Tangerang Selatan. Apabila di kerjakan dan saling
berkontirbusi maka program smart city akan lebih mudah dijalankan.
Dukungan dari tiap OPD dan ASN sangat penting untuk kemajuan kota
Tangerang Selatan. OPD dan ASN seharusnya lebih aktif untuk ikut dalam
kegiatan program smart city.
96
3. Masyarakat Tangerang Selatan
Masyarakat Tangerang Selatan sudah seharusnya ikut berkontribusi
dalam memajukan Kota Tangerang Selatan. Berkontribusi dalam
sosialisasi program smart city akan menambah banyak ilmu. Selain bisa
mengetahui setiap manfaat TIK pun bisa menjadi langkah mudah dalam
mengurus birokrasi kependudukan.
97
DAFTAR PUSTAKA
Anees, Bambang Q. Elvinaro, Ardianto. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung.
PT. Rema Rosdakarya.
Arni, Muhammad. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara.
Bungin, Burhan. 2011. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT. Grafindo
Persada.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta. Raja Grafindo.
Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta. PT Raja
Grafindo.
Damsar, 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta. Kencana Prenada Media
Group.
Dwi Narwoko, Dwi-Bagong Suyanto, 2005. Sosiologi Teks Pengantar, Jakarta.
Prenada Media.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik . Jakarta.
Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research, Yogyakarta. Andi Offset.
Hariadi, Bambang. 2005. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang
Bisnis, Malang. Bayumedia.
Ilahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung. PT. Remaja Rosdakaryah.
J. Moeloeng, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya
Liliweri, Alo. 2010. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta. Kencana Prenada
Media Group.
M. Henselin, James. 2007. Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, Jakarta.
Erlangga.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung. Remaja
Rosdakarya.
98
Mulyana, Dedy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Nazin, Moh. 1999. Metode penelitian, Bandung. Ghalia Indonesia.
Oliver, Sandra. 2007. Strategi Pulic Relations. Jakarta. Penerbit Erlangga.
R. FDavid, Fred. Manajemen Strategi dan Konsep.
R. Jauch, Lawrence dan William F. Glueck, 1995. Strategi Management and
Business Policy, dialihbahasakan oleh Murad, AR. Henry Sitanggang dan
Herman Wibowo, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Edisi
Ketiga, Jakarta. Erlangga.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi, Jakarta. UIN Jakarta Press.
Ruslan, Rosadi. 2002. Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi,
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Steiner, George dan John Minner, Tanpa Tahun. Manajemen Strategik. Jakarta.
Erlangga.
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung. PT. Alfabeta.
Sunarto, Kamanto. 2002. Pengantar Sosiologi, Jakarta. Lembaga Penerbit Fak
Ekonomi UI.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta.
Balai Pustaka.
Uchjana Effendy, Onong. 1981. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung. Alumni.
Uchjana Effendy, Onong. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya
Uchjana Effendy, Onong. 2008. Dinamika Komunikasi, Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Umam, Syarif. Tanpa Tahun. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan
dalam Islam. Jakarta. FIma Djakarta.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi
Konseptual. Bogor. Ghalia Indonesia.
99
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa, Jakarta. Kencana Prenada Media
Group.
Situs Internet
https//www.smartcity.wg.ugm.ac.id/?p=5958 diakses pada tanggal 6 Maret 2018
Pukul 16.34 WIB
https://www.tangerangselatankota.go.id Diakses pada tanggal 6 Maret 2018 Pukul
23.18 WIB
https://m.metrotvnews.com/news/daerah/5b2MqdMN-airin-klaim-tangerang-selatan-
kota-smart-city Diakses pada tanggal 4 Maret 2018 Pukul 13.20 WIB
https://regional.kompas.com/read/2016/09/02/14012471/airin.kabupaten.kota.yang.be
rhasil.terapkan.smart.city.bisa.berbagi Diakses pada tanggal 4 Maret 2018
Pukul 13.22 WIB
Jurnal
Jurnal Strategi dan Bisnis. 2015. Strategi Pembangunan Smart City dan
Tantangannya Bagi Masyarakat Kota. Vol. 4, No. 2.
Sumber Tambahan
SK Rektor No. 507, Pedoman Penluisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi
(Jakarta: CEQDA (Center Fir Quality Development and Assurance) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017)
Laporan Akhir Kajian Penilaian dan Penyusunan Blueprint Kota Cerdas Kota
Tangerang Selatan
DDA Tangerang Selatan 2015-2017 diberikan oleh Sekretaris Daerah Tangerang
Selatan
Transkrip Wawancara 1
Nama : Dian Anggraini Annisa, ST.,M.Si
Jabatan : Kepala Seksi Pengembangan SDM TIK dan Kerjasama Smart City
Tempat : Kantor Pemerintah Kota Tangerang Selatan Dinas Kominfo, Divisi
Smart City
Tanggal : 10 April 2018
Pukul : 08.30 – 11.12 WIB
Keterangan : Wawancara berdasarkan hasil yang di berikan pada Isntrumen
Penelitian peneliti
1. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam mensosialisasikan program
smart city?
“Strategi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang
Selatan dalam mensosialisasikan smart city dengan cara mengadakan forum
diskusi terkait smart city dalam satu kegiatan dan mengoptimalkan penggunaan
media social”.
2. Apa saja bentuk Program smart city?
“Berikut ini adalah bentuk program smart city kota Tangerang selatan :
a. Pelatihan kapasitas SDM TIK dibidang TI bagi Aparatur Pemerintah kota
Tangerang Selatan
b. Pembinaan TIK bagi UKM
c. Pembinaan TIK Kota Tangerang Selatan di 7 Kecamatan bagi siswa dan
masyarakat
d. DAIDITA (Dari Ide Menjadi Nyata) sebuah aplikasi untuk menginput ide-
ide terkait pengembangan smart city Kota Tangerang Selatan
http://daidita.tangerangselatankota.go.id/main/login
e. Road Map atau peta jalan adalah paduan dalam implementasi smart city”.
3. Siapa sasaran Komunikasinya?
“Aparatur Sipil Negara (ASN), Masyarakat termasuk stake holder, akademisi, dan
komunitas”.
4. Apa media yang digunakan sebagai alat bantu dalam mensosialisasikan
program smart city?
“Alat bantu dari media seperti website, twitter, Instagram, Surat kabar media
public dan spanduk”
5. Alasan menggunakan media tersebut?
“Karena Media social itu merupakan alat bantu yang sangat efektif dan efisien
dalam mensosialisasikan program smart city. Jadi kita berusaha untuk
mengoptimalkan penggunaan media sosial”.
6. Untuk tujuan pesan komunikasinya seperti apa?
“Tujuan pesan komunikasinya adalah memberikan informasi serta penjelasan
mengenai fungsi dan tujuan dari program smart city. Hal tersebut dilakukan agar
masyarakat nantinya mendukung dan ikut serta dalam mengimplementasikan
program smart city di Kota Tangerang Selatan hingga tercapainya Visi dan Misi
Kota Tangerang Selatan yaitu terwujudnya Tangerang Selatan Kota Cerdas,
Berkualitas, Berdaya saing Berbasis Teknologi dan Inovasi.
7. Apakah hambatan yang terjadi dalam mensosialisasikan program Smart
city?
“Hambatan dalam mensosialisasikan program smart city seperti: SDM ASN
(Aparat Sipil Negara) dan masyarakat masih perlu ditingkatkan. Dibutuhkan
dukungan dari seluruh OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang ada di Kota
Tangerang Selatan. Adanya semangat perubahan dari masing-masing OPD belum
merata, terlihat dari kehadiran peserta dalam diskusi terkait smart city. Serta perlu
adanya perbaikan yang substansial, sesuatu yang ekstra untuk meningkatkan
kesiapan smart city Kota Tangerang Selatan”.
8. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang program smart city?
“Tanggapana masyarakat tentang program smart city sangat baik, terlihat dari
mulai banyaknya masyarakat menggunakan aplikasi yang disediakan oleh OPD
terkait pelayanan publik”
9. Apakah Pemerintah Kota Tangerang Selatan bekerjasama dengan pihak
lain dalam mensosialisasikan program smart city?
“Pemerintah Kota Tangerang Selatan bekerja sama dengan pengusaha, stake
holder, konsultan, akademisi, dan komunitas dalam mensosialisasikan program
smart city”.
10. Bagaimana Alur dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi yang
dilakukan dalam mensosialisasikan program smart city?
“Semua Alur dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi semuanya dilakukan ke
ASN dan Masyarakat”
11. Apakah kegiatan mensosialisasikan program smart city sudah berjalan
dengan baik atau berhasil?
“Sosialisasi program smart city belum berjalan secara maksimal, masih perlu
dukungan dari pimpinan terutama kepala OPD dan Masyarakat”
Transkrip Wawancara 2
Nama : Hery Darmawan, ST
Jabatan : Staff Pelaksana
Tempat : Kantor Pemerintah Kota Tangerang Selatan Dinas Kominfo, divisi
Smart City
Tanggal : 18 April 2018
Pukul : 13.20 – 15.13 WIB
Keterangan : Wawancara mendalam terkait program Kerja Smart City dan bentuk
sosialisasinya
1. Di dalam buku Tinjauan Smart City, ada tiga elemen yang menjadi dasar
program smart City, apa maksudnya itu?
“Tiga Elemen itu kan ada Struktur, Infrastuktur dan Suprastruktur. Di buku
dlihat itu ada bentuk gambarnya yang seperti tiang-tiang itu. Maksudnya
adalah, tiga elemen tersebut sebagai pondasi kita untuk menjalankan program
smart city”.
2. Boleh dijelaskan Pak, keutamaan dari tiga elemen itu?
“Pertama ada Struktur, yang dimaksud dengan struktur adalah yaitu
pembangunan sumber daya manusianya dalam menerima manfaat smart city.
Lalu ada penyiapan sumber daya anggaran dan sumber daya tata kelola serta
tata pamongnya. Kedua, ada Infrastruktur yaitu lebih kepada fisiknya dan
bagaimana TIK nya. Ada juga Suprastruktur, yaitu kearah kebijakan atau
seperti peraturan daerah”
3. Setelah tiga elemen itu ada 5 dimensi atau komponen dari smart city?
“6 dimensi tersebut merupakan turunan dari tiga elemen yang dijadikan
pondasi tersebut. Jadi prosesnya lebih tertata”
4. Bisa kita jabarkan pak satu persatu dari keenam dimensi tersebut?
“Bisa, apa yang tidak dipahami?”
5. Pertama kan ada smart Governance, maksudnya itu seperti apa pak?
“Itu lebih kearah tata pamong, atau tata kelola. Jadi sekarang kita sedang
berusaha untuk menjadikan semua aplikasi yang dibuat oleh OPD itu melalui
satu pintu, yaitu pintu Dinas Kominfo. Biar lebih tertata rapi dan semuanya
bisa bersatu. Karena saat ini, banyak OPD yang membuat perangkat sendiri,
sehingga Tangerang Selatan memiliki 77 Aplikasi”
6. Yang kedua ada Smart Branding, saya mau tanya pak, memangnya apa
yang bisa di Branding oleh Tangerang selatan pak?
“Ada dong, itu ada Situ Tandon, Ciater. Jadi begini, karena Tangsel itu kota
yang letaknya diapit oleh banyak kota lain. Sehingga Tangsel ini bisa disebut
sebagai kota huni, karena orang yang ingin tinggal di Jakarta tapi tidak ada
tempat, bisa tinggal di Tangsel yang daerahnya bersebelahan. Jadi yang bisa
di branding adalah kota huni yang nyaman”
7. Lalu untuk Smart Economy bagaimana pak?
“Kita ingin mewujudkan perokomian yang stabil di Tangsel ini. Saat ini
banyak wirausaha yang sedang dibangun di kota Tangsel”
8. Untuk Smart Living menurut saya kota BSD merupakan contoh dari
pengaplikasian tersebut bukan pak?
“Iya benar, BSD sudah bisa dikatakan sebagai kota huni yang merupakan
contoh dari Smart Livingnya Smart City. Beda dengan ciputat yang masih
menjadi PR kita semua”
9. Smart Society pak?
“Bagimana kita membuat masyarakat saat ini di kota Tangsel menjadi melek
media, kita buat mereka menjadi paham menggunakan teknologi dan
menggunakan internet sehat. Kita juga banyak kerjasama dengan instansi
seperti uin itu untuk diadakan seminar tentang internet sehat. Atau sekarang
banyak terbentuknya kelompok masyarakat yang giat melakukan kajian-kajian
keilmuan”
10. Untuk Smart Environment?
“Kita ingin menciptakan lingkungan hidup yang sehat, baik dan layak untuk
masyarakat Tangsel”
11. Ketika saya mempelajari semua program dan memperhatikan beberapa
kegiatannya, berarti program ini sebenarnya baru berjalan ya pak? Karena
ketika saya baca di berita, Bu Airin sudah sering mengklaim bahwa kota
Tangerang Selatan ini sudah termasuk Smart City?
“Jika memang begitu, ya benar kata bu wali. Sebenarnya program Smart City
ini sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu, tetapi tahun 2017 kemarin, kami
baru dibentuk untuk focus kepada program smart city dan kami membuat
buku Tinjauan smart city untuk memilih mana yang masih bisa dijalankan dan
mana yang sudah tidak bisa.”
12. Berarti sebelumnya tidak terkontrol ya pak?
“Bukan tidak terkontrol, hanya saja seperti OPD yang membuat aplikasi ini,
lalu ada yang lainnya pun membuat aplikasi sendiri. Makanya sekarang jika
ingin membuat aplikasi harus melalui persetujuan Dinas Kominfo agar tidak
banyak aplikasi yang tersia-sia.”
13. Lalu untuk masalah sosialisasi, masih dilakukan dengan diadakan seminar-
seminar ya pak?
“Untuk sosialisasi, kami lebih banyak dengan seminar, karena baru berjalan di
awal tahun 2018 ini. Kami adakan di sekolah, di kantor dengan materi seperti
penggunaan internet yang sehat.”
14. Penggunaan media social pak?
“Kami juga menggunakan media, seperti Instagram, website, twitter. Kami
update semua kegiatan kami disana.”
DOKUMENTASI
Foto Pribadi peneliti sedang melakukan wawancara dengan Pihak Pemerintah Kota
Tangerang Selatan.
Foto dengan Pak Hery, selaku staff Pelaksana Smart City di Meeting Room Dinas
Komunikasi dan Informasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan
top related