strategi komunikasi calo dalam kawin kontrak di puncak...
Post on 08-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i | P a g e
STRATEGI KOMUNIKASI CALO DALAM KAWIN KONTRAK
DI PUNCAK BOGOR
Oleh
CRISTY AYUNI
362010043
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
STRATEGI KOMUNIKASI CALO DALAM KAWIN KONTRAK DI
PUNCAK BOGOR
Cristy Ayuni1
Drs. Daru Purnomo, M.Si2
Sampoerno, S.Pd., M.Si3
ABSTRACT
Influenced of mass media has made condition of phenomena “kawin kontrak” at Puncak Bogor
much attendance‟s threatened. But in the fact that kawin kontrak still ranged until now. That
because of „calo‟ whom not just to be a bridge actor to actor but also did communication strategy
to the woman (subject). The aim of this research is explain about communication strategy by
„calo‟ in kawin kontrak in Puncak Bogor. Method of research use by qualitative method and type
of research is descriptive. Researcher use interview method to „calo‟ on behalf of know how to
persuade subject, interview to the other actor whom indeed in kawin kontrak, to see what relation
was made by actors and consider result of observation while the research begin. The result of this
research was mass media help „calo‟ to ingrain awareness to subject about kawin kontrak and
getok tular is type of communication that used by actors whom indeed in kawin kontrak.
conclusion of this research that communication strategy was used by „calo‟ in kawin kontrak at
Puncak Bogor is : ingrain knowledge, ingrain opinion of like, build of preference and ingrain
agreement to woman (subject).
KeyWords : Communication Strategy, Relation, Kawin Kontrak.
1 Sarjana Ilmu Komunikasi
2 Staff program Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
3 Staff program Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi
1. PENDAHULUAN
Puncak Bogor dikenal sebagai tempat wisata yang menarik banyak minat bagi wisatawan
dalam maupun luar negri. Menariknya, banyak wisatawan berdatangan dari Timur Tengah yang
disebut “Orang Arab” oleh masyarakat sekitar. Hawa sejuk menjadi alasan mengapa Orang Arab
mau berlibur di Puncak. Tidak hanya itu, harga barang-barang Timur Tengah yang murah dan
tersedianya perempuan yang bisa dibeli untuk memuaskan hasrat seksual juga ada. Diantaranya
ada yang menggunakan jasa Pekerja Seks Komersial (PSK) dan tidak sedikit juga yang
menggunakan jasa Kawin Kontrak.
Kawin kontrak di Puncak Bogor dapat diartikan sebagai kesepakatan antar pelaku kawin
kontrak (perempuan Indonesia dengan Orang Arab) untuk menjalani kehidupan sebagai sepasang
suami istri yang terikat dalam waktu jeda yang sudah disepakati bersama. Kawin kontrak terjadi
juga dipengaruhi oleh kehadiran aktor lainnya seperti calo, penghulu, dan orangtua perempuan.
Beberapa kalangan mengatakan kawin kontrak diklaim illegal, berikut pernyataan Masdar F
Mas‟udi sebagai anggota dewan Fatma MUI “Secara teoritis dikalangan muslim syiah normative
halal, hal ini dikatakan normative karena hampir tidak ada yang melaksanakan, sedangkan
dikalangan sunni haram.” (Muamar, 2005: 25) Aktifis Kaukus Perempuan Parlemen menyatakan
bahwa kawin kontrak merupakan masalah nasional bukan ahanya sekedar isu perempuan.
mereka juga mengkritik pedas ucapan yang dilontarkan oleh Yusuf Kalla pada sambutan
pembuka seminar pemasaran turisme untuk Timur Tengah pada tanggal 28 Juni 2006 yang dirasa
menghina kaum janda dan merendahkan martabat perempuan.
Berita mengenai kawin kontrak pernah disiarkan dibeberapa media massa seperti Kabar
Siang dari TVone pada 24 September 2013, berita online seperti Detik.com dan Merdeka.com.
Berperannya media massa dalam menyebarluaskan berita mengenai kawin kontrak membuat
kawin kontrak di Bogor semakin terkenal. Masyarakat mengenal kawin kontrak di Puncak Bogor
melalui media, karena sebelumnya berita mengenai kawin kontrak masih simpang siur.
Berperannya media juga menyudutkan tokoh agama yaitu penghulu.4 Penghulu asli kini tidak
lagi bebas mengawin kontrakan pelaku karena sudah ada hukum bagi penghulu yang melakukan
praktek tersebut. Jika penghulu tersebut diketahui telah melakukan praktek kawin kontrak oleh
aparat pemerintah, maka dia akan diadili. Agar kawin kontrak tetap berlanjut, maka kawin
4 Penghulu disini adalah penghulu yang mendapat pengakuan oleh masyarakat sekitar. Biasanya posisi ini
didapatkan dari turun temurun (berdasarkan keturunan darah), jika seorang bapak adalah seornag penghulu, maka anak laki-lakinya akan mendapat pengakuan yang sama jika sudah dewasa menggantikan bapaknya.
kontrak disiasati dengan memunculkan penghulu bohong-bohongan. Dalam kasus ini, banyak
tukang ojeg yang berperan menjadi penghulu.5 Bukan hanya penghulu saja yang bohong-
bohongan, tapi juga keluarga pelaku perempuan juga. Hal ini dikarenakan beberapa pelaku
perempuan merahasiakan pekerjaannya ini kepada keluarganya sehingga peran ayah atau kakak
bohong-bohongan perlu di pakai.
Alasan utama pelaku perempuan melakukan kawin kontrak adalah karena desakan ekonomi.
Hal ini diperkuat dari asal daerah mereka berada yaitu Cianjur, Sukabumi, Indramayu, dan
Kadipaten6 yang tergolong daerah pinggiran kota dengan kondisi ekonomi yang minim. Sebagian
besar pelaku kawin kontrak (perempuan) beralih menjadi PSK7 atau yang sering disebut cabol
oleh masyarakat Puncak. (Susanto, 2008: 211)
Kawin kontrak terjadi karena adanya permintaan dari pelaku laki-laki untuk dicarikan pelaku
perempuan. Aktor yang menjebatani kedua pelaku berasal dari calo. Calo akan berusaha
memenuhi permintaan sesuai yang diinginkan oleh pelaku laki-laki. Ketika calo menemukan
calon pelaku perempuan, maka disini calo melakukan strategi komunikasi dengan tujuan agar
pelaku perempuan mau terjun dalam praktek kawin kontrak. rumusan masalah penelitian adalah
bagaimana strategi komunikasi calo dalam kawin kontrak di Puncak Bogor, sedangkan tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan startegi komunikasi yang digunakan oleh calo dalma kawin
kontrak di Puncak Bogor.
5 http://megapolitan.kompas.com/read/2011/07/04/13453348/Kadang.Tukang.Ojeg.Pun.Jadi.Penghulu.html
(diunduh 12 januari 2015) 6 http://mbox.thejakartapost.com/news/2011/10/17/are-contract-marriages-dying-puncak.html (diunduh 12 Mei
2014) 7 http://jpnn.com/news.php?id=149715 (diunduh 12 januari 2015)
Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 1
Kerangka Pikir Penelitian
Pelaku laki-laki yaitu Orang Arab melakukan permintaan kepada calo untuk dicarikan pelaku
perempuan. Pada kasus ini, strategi komunikasi dilakukan oleh calo kepada pelaku perempuan
agar pelaku perempuan mau terjun dalam praktek kawin kontrak. Aspek strategi komunikasi
yang digunakan untuk mengkaji data penelitian adalah menanamkan kesadaran, menanamkan
pengetahuna, menanamkan perasaan suka, membangun preferensi, dan menanamkan perasaan
yakin.
Pelaku Laki-laki
„Orang Arab‟
CALO
Pelaku
Perempuan
Pihak Keluarga
perempuan
Strategi Komunikasi
Penghulu
Permintaan
KAWIN
KONTRAK
Teori ANT Aspek Strategi Komunikasi :
1. Menanamkan kesadaran
2. Menanamkan pengetahuan
3. Menanamkan perasaan suka
4. Membangun preferensi
5. Menanamkan perasaan yakin
*Teori ANT berfungsi untuk
menganalisis jaringan dalam kawin
kontrak
Aspek teori ANT :
1. Aktor
2. Jaringan
3. Aktan
4. Translasi
5. Intermerdiery
Keterangan :
Relasi bersifat koordinasi
Kawin kontrak tak akan berjalan jika tak ada peran dari aktor-aktor lain yang mendukung,
diantaranya kehadiran keluarga pihak perempuan (Orang tua atau kakak yang berperan sebagai
wali nikah) dan penghulu sebagai aktor yang mengawinkan kedua pelaku kawin kontrak. Calo,
pelaku laki-laki, pelaku perempuan, penghulu, dan keluarga pihak perempuan merupakan
keseluruhan aktor yang masing-masing membawa peran dan saling berhubungan membentuk
sebuah jaringan untuk tujuan utama yaitu terjadinya praktek kawin kontrak. Oleh karena itu,
penulis menggunakan Teori Aktor Jaringan (Actor Network Theory) sebagai teori tambahan
untuk membantu menganalisis data penelitian.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Strategi Komunikasi
Menurut Onong Effendi strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dan managemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu strategi
komunikasi harus dapat menunjukkan operasi operasional yang harus di lakukan secara taktis,
dalam artian pendekatan startegi komunikasi ini berbeda-beda tergantung dari situasi dan
kondisi. Strategi komunikasi juga berbicara mengenai langkah – langkah yang akan diambil
untuk keberhasilan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, untuk
memberitahu, mengubah sikap atau pendapat atau perilaku, baik secara langsung maupun tidak
langsung. (Effendi, 1993: 300-301)
Komunikator pemasaran perlu mengetahui bagaimana menggerakan target dari tempat
semula ke tempat yang lebih tinggi yaitu membeli. Tapi membeli adalah hasil akhir yang
membutuhkan proses yang panjang dalam mengambil keputusan konsumen. Proses tersebut
masuk dalam 6 tahap kesiapan pembeli. (Kotler & Amstrong, 1997: 79) 6 tahap kesiapan
pembeli diantaranya yaitu :
1. Menyadari
Ini tahap dimana bila sebagian besar khalayak sasaran tidak menyadari adanya obyek itu,
Tugas komunikator adalah menanamkan „kesadaran‟ itu. Dimulai dari pengenalan lama
yang sederhana dan di ulang-ulang dapat menanamkan kesadaran khalayak, dan ini
membutuhkan waktu. (Kotler & Amstrong, 1989: 246)
2. Mengetahui
Khalayak telah mengenal mengenai produk tetapi tak tahu banyak. Tidak hanya dari
pengenalan nama tapi juga asal usul dan kelebihan dari produk itu. Disini komunikator
menanamkan pengetahuan mengenai produk sebagai tujuan komunikasi langsung.
(Kotler & Amstrong, 1989: 246)
3. Menyukai
Seandainya khalayak tidak menyukai produk, maka komunikator harus mengetahui apa
sebabnya dan mencari cara untuk dapat menanamkan perasaan suka itu. (Kotler &
Amstrong, 1989: 247)
4. Memilih
Khalayak mungkin mengenal produk tersebut, tapi tidak memilih. Dalam hal ini
komunikator perlu membangun preferensi konsumen. Komunikator bisa menjunjung
kualitas produk yang ditawarkan, nilai, prestasi dan ciri-ciri lainnya. (Kotler & Amstrong,
1989: 247)
5. Meyakini
Khalayak yang sudah memilih belum tentu memiliki keyakinan untuk membeli. Tugas
komunikator adalah menanamkan keyakinan bahwa membeli produk tersebut adalah
tindakan yang tepat. (Kotler & Amstrong, 1989: 247)
6. Membeli
Beberapa khalayak sasaran yang sudah memiliki keyakinan untuk membeli tapi tak
tergerak untuk membeli. Alasannya bisa jadi karena kurangnya informasi tambahan,
rencana tindakan lebih lanjut, dan sebagainya. Komunikator harus menggerakan khalayak
untuk mau membeli dengan cara menawarkan produk dengan harga lebih rendah, adanya
premi, kesempatan unsur mencoba produk dan lain – lain. (Kotler & Amstrong, 1989:
247)
Berangkat dari 6 tahap kesiapan diatas, didapatkan 5 komponen penting strategi komunikasi
yang dilakukan secara nyata oleh produsen kepada konsumen. 5 komponen penting tersebut
diantaranya adalah :
1. Menanamkan Kesadaran
2. Menanamkan Pengetahuan
3. Menanamkan perasaan suka
4. Membangun Preferensi
5. Menamkan Perasaan Yakin
Kelima komponen diatas menjadi panduan atau kata kunci yang akan penulis gunakan sebagai
teori untuk mengkaji data penelitian yang telah didapat di lapangan.
2.2 Actor Network Theory (ANT)
Teori ini untuk menganalisis jaringan dari relasi yang dijalin antar aktor. Ada 5 komponen
penting yang terdapat dalam teori ANT. 5 komponen tersebut diantaranya adalah :
1. Aktor
Pada teori ini, aktor menjabarkan berapa banyak pelaku dalam melaksanakan sebuah
aksi. Aktor juga bisa dikatakan sebagai sekutu untuk memberi kekuatan pada satu posisi.8
2. Jaringan
Pada konteks ini, berkaitan erat dengan faktor-fakto yang terhubung, dimana faktor –
faktor tersebut merupakan apa-apa saja hal yang mempengaruhi aktor saat beraksi.9
3. Aktan
Aktor pengendali. Ada aktor yang berdaya maupun tidak berdaya dalam mengendalikan
sistem jaringan.10
4. Translasi
Secara harafiah, translasi artinya terjemahan. Menurut Gabriela Bosca ada 2 bentuk
translasi, direc translation dan oblique translation. Direc translation merupakan teknik
penerjemah lagsung yang digunakan ketika eleman struktural dan konseptual dari bahasa
sumber dapat dialihkan dalam bahasa sasaran. Sedangkan teknik Oblique translation
digunakan ketika elemen struktural atau konseptual dari bahasa sumber tidak dapat secara
8 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada
tanggal 8 Juli 2015, hal. 3 9 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada
tanggal 8 Juli 2015, hal. 3 – 4 10
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 4 – 5
langsung diterjemahkan tanpa mengubah arti atau mengganggu unsur-unsur tata bahasa
dan gaya bahasa dari bahasa target.11
Dapat disimpulkan teknik translasi adalah bagian dari semiotika bahasa yang dipakai
untuk menerjemahkan kode tanda, dari berbagai bahasa dan budaya untuk menentukan
aktor dalam jaringan.12
5. Intermediary
Intermediary merupakan sebuah layer, atau perantara. Seorang perunding bertindak
sebagai penghubung antara pihak aktor atau sekumpulan aktor, seseorang yang atau hal
yang akan menengahi; antar inter-agent, atau perantara.13
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian menggunakan penelitian
deskriptif untuk menggambarkan secara mendalam mengenai strategi komunikasi yang
digunakan calo. Menyangkut kajian utama maka unit amatan penelitian adalah calo dan unit
analisanya adalah strategi komunikasi yang digunakan calo dalam praktek kawin kontrak.
Jenis data akan diperoleh dari hasil turun lapangan melalui wawancara dan observasi
lapangan kepada aktor yang terlibat dalam praktek kawin kontrak, data sekunder juga diperlukan
yaitu masyarakat sekitar yang tinggal lama serta beberapa informan yang memiliki pengetahuan
mengenai kawin kontrak. Key informan dalam praktek ini adalah calo. Penelitian ini berlangsung
dua kali, yang pertama di bulan Desember 2014 sebagai prapenelitian. Kedua penelitian
langsung serta wawancara pada bulan April hingga Mei.
11
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 6
12 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada
tanggal 8 Juli 201, hal. 6 – 7 13
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 7
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Fenomena Kawin Kontrak di Puncak Bogor
Istilah kawin kontrak bukan penamaan dari masyarakat tapi dari media massa. Masyarakat
Puncak menamai hal itu sebagai „dikontrak sama Arab‟.14
Praktek kawin kontrak dinyatakan
illegal, ini dapat diketahui dari UU perkawinan no 1/1974 serta pandangan MUI mengenai hal
ini.15
Secara umum kawin kontrak terjadi karena kebutuhan seksual, tapi di Puncak Bogor Motif
terjadinya kawin kontrak ada 2 macam yaitu meraup untung bisnis di Puncak dan sindikat
narkoba. Meraup untung disini adalah dimana Orang Arab yang menikah dengan pelaku
perempuan dilatarbelakangi membeli tanah dan menanam usaha disitu. Usaha yang dibangun
adalah toko khusus bahan makanan Arab, villa khusus Orang Arab, restaurant dan lain-lain.
Motif lainnya yang juga ditemukan di lapangan adalah sindikat narkoba. Untuk menyebarkan
narkoba, beberapa oknum menggunakan fenomena kawin kontrak sebagai cara untuk
menyebarkan narkoba. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan Orang Arab akan ganja.16
Terdapat 3 motivasi pelaku perempuan melakukan kawin kontrak, dinataranya yaitu gaya
kehidupan mereka yang hedonis dan desakan dari keluarga. Sedikit berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Cahya Milia Tirta Safitri dengan judul skripsinya yaitu “Latar
belakang Kawin Kontrak (Strudi Fenomologis pada WAnita Pelaku Kawin Kontrak di
Kabupaten Jepara)” pada tahun 2013, UNNES, hasil penelitian yang penulis dapatkan
dilapangan bahwa latar belakang psikologis yang dimiliki pelaku perempuan di Puncak Bogor
adalah pelarian dari trauma dan rasa sakit yang terjadi di masa lalu, hal ini berbeda dengan
penelitian Cahya yang menyatakan bahwa berdasarkan motivasi dari latar belakang
psikologisnya adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan
penghargaan.
Proses kawin kontraknya adalah pelaku laki-laki sebelumnya melakukan permintaan untuk
dikawin kontrakan dengan ciri-ciri perempuan yang diinginkannya. Pada hari yang sudah
ditentukan calo membawa kedua temannya dan pelaku perempuan yang akan dikawin kontrakan.
Pelaku perempuan dan pelaku laki-laki bernegosiasi mengenai mahar, jika sudah terjadi
14
Hasil wawamcara dengan Bapak Agus pada tanggal 24 April 2015 15
Hasil penelitian Renny Widhayanti EF yang berjudul ‘Kawin Kontrak Menurut Pandangan UU no 1/1974 Tentang Perkawinan (Kajian Hukum Keluarga Menurut Tata Hukum Indonesia)’ tahun 2011, Universitas Indonesia. 16
Hasil wawancara dengan Mr. X pada tanggal 3 Mei 2015
kesepakatan (biasanya dengan melakukan jabat tangan) maka dipanggilah penghulu. Sesudah itu
mereka melakukan ijab kabul. Dalam kawin kontrak tidak adanya surat kesepakatan sehingga
setengah harga mahar dibayar di muka kepada pelaku perempuan sebagai tanda kepercayaan.
Setelah ijab kabul selesai maka kehidupan suami istri berlaku saat itu juga.
Kawin kontrak mengenal istilah talak dan cerai sama seperti pernikahan biasanya. Ini
biasanya jika salah satu pelaku melanggar kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya,
misalnya dalam kesepakatan pelaku perempuan mendapatkan uang bulanan sebesar 2 juta, tapi
pada bulan kedua pelaku perempuan hanya mendapatkan 1 juta, itu berarti talak 1. Dan jika
sudah ada kata cerai walau kesepakatan waktu sudah berlalu maka mereka bisa pisah.
Konsekuensinya pelaku laki-laki tidka bisa meminta kembali uang mahar yang sudah diberikan.
4.2 Strategi Komunikasi yang Digunakan
Calo melakukan strategi komunikasi kepada pelaku perempuan bukan kepada pelaku laki-
laki, hal ini dikarenakan permintaan datang dari pelaku laki-laki, jika pelaku perempuan yang
didatangkan kepada pelaku laki-laki tidak sesuai dengan permintaan laki-laki maka laki-laki
mencari lagi pelaku perempuan hingga pelaku laki-laki setuju untuk melakukan kawin kontrak.
4.2.1 Menanamkan Kesadaran
Secara teori ini adalah tahap pertama yang harus dilalui komunikator terhadap
komunikan tetapi pada kasus kawin kontrak di Puncak Bogor dimana calo sebagai
komunikator tidak melalui tahap ini. Hal ini dikarenakan tahap ini sudah dilalui oleh
media.
4.2.2 Menanamkan Pengetahuan
Pada tahap ini calo dan pelaku perempuan bertemu secara langsung. Calo memberikan
pengetahuan seputar gambaran mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor dan kelebihan
yang didapat dari melakukan kawin kontrak. Kelebihan yang ditawarkan diantaranya
adalah :
1. Sistemnya kontrak, sehingga setelah kontrak berakhir pelaku dapat mencari pekerjaan
lainnya atau kembali melakukan kawin kontrak.
2. Melayani 1 orang pada kurun waktu tertentu. Jika PSK akan mendapatkan uang setiap
melakukan hubungan seksual, tapi kawin kontrak hanya melayani 1 orang saja dalam
kurun waktu lama.
3. Tidak perlu melakukan hubungan suami istri, bisa mendapatkan keuntungan lainnya
seperti dibelikan macam-macam barang, jalan-jalan dan belanja yang ditanggung oleh
pelaku laki-laki, tidak perlu memasak atau mencuci baju karena sudah ada yang
melakukan tugas tersebut.
4. Mahar yang didapatkan besar dibandingkan jenis pekerjaan lain seperti PSK
contohnya.
4.2.3 Menanamkan Perasaan Suka
Moto „Tidak Usah Kerja Berat Tapi Dapat Uang yang Besar‟ menjadi karakter yang
dimiliki oleh masyarakat Puncak. Hal ini juga diduga dimiliki oleh pelaku perempuan.
Siapa yang tidak mau uang besar terlebih lagi pekerjaan yang dilakoni tidak mengerus
banyak keringat. Inilah menjadi point utama pelaku perempuan mencoba dan menyukai
praktek ini. berdasarkan penelitian juga para pelaku perempuan yang pernah melakukan
kawin kontrak tidak akan menolak jika ada yang memintanya kembali terjun dalam
praktek kawin kontrak.
4.2.4 Membangun Preferensi
Pada tahap membangun preferensi tentu ada pembanding, pembanding dari kawin
kontrak adalah jasa PSK. Tugas komunikator pada tahap ni adalah menjunjung kualitas
produk yang ditawarkan, nilai, prestasi, dan ciri-ciri lainnya. (Kotler & Amstrong, 1989:
274) Sesuai dengan teori, hal ini berkaitan dengan nilai dan kualitas produk. Untuk kawin
kontrak sendiri, nilai dan kualitas yang ditawarkan oleh calo adalah bukti sukses yang
pernah dialami orang lain. Bukti sukses pelaku yang pernah melakukan kawin kontrak
sebelumnya menjadi referensi dan daya tarik calon pelaku kawin kontrak perempuan
untuk terjun dan juga melakukan kawin kontrak.
4.2.5 Menanamkan Perasaan Yakin
Untuk meyakinkan pelaku perempuan, calo menekankan kenyamanan kepada pelaku
perempuan kawin kontrak. Kenyamanan yang ditawarkan adalah keamanan dan
kerahasiaan dari kawin kontrak. Untuk menjamin keamanan, sudah ada orang yang
bergerak khusus untuk menjaga keamanan. Penjaga villa yang ditempati oleh Orang Arab
yang bersangkutan, juga ada orang yang mengumpulkan uang keamanan kepada pelaku
perempuan yang ditunjuk. Aktor-aktor yang terlibat juga sama-sama merahasiakan
identitas masing-masing. Sehingga siapa saja tidak perlu takut identitasnya akan
dibongkar dan diketahui masyarakat luas sehingga menjaga kerahasiaan indentitas
penting. Selain identitas, proses kawin kontrak yang berlangsung juga dirahasiakan.
Hanya orang-orang tertentu saja yang memahami kinerja didalamnya dan hanya orang
yang terlibat saja yang tahu bagaimana proses kawin kontrak terjadi.
Bentuk strategi komunikasi yang dilakukan oleh calo beragam tergantung bagaimana kondisi
dilapangan seperti apa. Untuk beberapa kasus seperti :
1. Pelaku laki-laki (lama) dan pelaku perempuan lama
Strategi komunikasi yang dijelaskan diatas tidak lagi berlaku untuk pelaku laki-laki dan
pelaku perempuan yang sudah pernah melakukan kawin kontrak, hal tersebut karena
mereka tahu pengetahuan, keuntungan, dan aspek-aspek yang ditarawkan dalam praktek
kawin kontrak. Sehingga calo tidak perlu melakukan aksi strategi komunikasi kepada
pelaku.
2. Pelaku laki-laki (lama) dan pelaku perempuan baru
Pelaku perempuan yang baru atau belum pernah melakukan kawin kontrak sebelumnya
memang perlu adanya aksi strategi komunikasi oleh calo, karena pengetahuan yang masih
sedikit dan masih belum mengerti bagaimana terjun dan bekerja dalam praktek ini. Maka
dari itu, calo harus melakukan strategi komunikasi agar pelaku perempuan tertarik dan
bergabung dalam praktek ini. Dengan terlibatnya pelaku perempuan maka kawin kontrak
bisa terjadi dan menjadi keuntungan calo juga.
3. Pelaku laki-laki (baru) dan pelaku perempuan lama
Untuk kasus seperti ini, pelaku laki-laki walaupun baru tapi perannya disini adalah
sebagai aktor yang meminta dicarikan pelaku perempuan yang sesuai dengan
keinginannya. Jika pelaku laki-laki tidak suka dengan pelaku perempuan sebelum
kesepakatan kawin kontrak terjalin, pelaku laki-laki bisa menolak dan meminta pelaku
perempuan lainnya. Dalam kasus ini, pelaku laki-laki yang memiliki kuasa untuk setuju
atau tidak dengan perempuan yang dicari oleh calo. Dan calo harus mencari perempuan
yang sesuai dengan keinginan pelaku laki-laki. Tapi, strategi komunikasi tidak dilakukan
oleh calo kepada pelaku laki-laki, hal ini dikarenakan calo hanya bertugas mencari pelaku
perempuan sesuai dengan yang diinginkan oleh pelaku laki-laki. Tapi jika dalam
perkawinannya dengan pelaku perempuan mengalami ketidaksukaan, perceraian berada
ditangan kedua belah pihak, bukan lagi tanggung jawab calo. Sehingga kesan pertama
penting bagi pelaku laki-laki untuk memilih pelaku perempuan. Jika perceraian terjadi
entah itu dari pihak laki-laki atau perempuan, mahar yang sudah diberikan kepada pelaku
perempuan tidak bisa diambil oleh pelaku laki-laki.
4. Pelaku laki-laki (baru) dan pelaku perempuan baru
Untuk kasus ini, calo melakukan aksi strategi komunikasi kepada pelaku perempuan, ini
serupa dengan poin yang kedua. Aksi strategi komunikasi yang dilakukan calo kepada
pelaku laki-laki juga bisa jadi terjadi bisa juga tidak, hal ini dikarenakan penulis memiliki
hambatan yaitu tidak bisa mendapatkan wawancara dengan pelaku laki-laki sehingga data
ini belum sepenuhnya terjawab. Tapi jika mengingat paradigma Orang Arab yang
memandang praktek kawin kontrak sebagai perkawinan (siri) yang menggunakan ijab
kabul, bagi mereka sah secara agama sehingga tidak ada rasa bersalah atau khawatir
dalam menjalani praktek ini. Posisi Orang Arab yang tinggal sementara di Puncak Bogor
(menggunakan visa liburan) kecil kemungkinannya mereka terciduk atau terjerat hukum.
Berbeda dengan paradigma pelaku perempuan yang berasal dari Indonesia, dengan
informasi dari media massa yang menyatakan kawin kontrak adalah bentul lain dari
prostitusi serta hukum yang telah ditetapkan membuat kekhawatiran serta ketidakamanan
dirasa oleh pelaku perempuan. Hal tersebut juga menjadikan kawin kontrak sebagai
pekerjaan yang beresiko, lebih beresiko bagi pelaku perempuan dibandingkan dengan
pelaku laki-laki. Maka dari itu, perlunya strategi komunikasi yang dilakukan oleh calo
untuk pelaku perempuan agar semua kekhawatiran dan perasaan terancam akan
digantikan dengan perasaan nyaman aman dan teryakinkan.
Dilihat dari penjelasan kasus yang ditemukan dilapangan diatas bahwa sejauh ini strategi
komunikasi yang dilakukan calo hanya kepada calon pelaku perempuan (baru). Walaupun calo
memiliki stok (pelaku perempuan yang sudah pernah melakukan kawin kontrak dan mau
melakukan lagi jika dihubungi) tapi banyak juga pelaku laki-laki yang meminta perempuan yang
masih perawan, itu berarti calo harus menemukan pelaku perempuan yang baru. Strategi
komunikasi yang dibangun tergantung sesuai dengan kondisi lapangan seperti apa, karena
praktek kawin kontrak sangat fleksibel dan luas sehingga strategi yang digunakan juga
tergantung kondisinya.
4.3 Relasi (Jaringan) yang Dibangun Antar Aktor
Untuk memahami jaringan yang dibangun antar aktor, terlihat dari bagan dibawah ini :
Bagan 1
Relasi Antar Aktor yang Terlibat dalam Praktik Kawin Kontrak
Calo
Pelaku Laki2 yg pernah
KK sebelumnya
Pelaku Perempuan yg
pernah KK sebelumnya
Penghulu Asli
Penghulu Palsu
Calo
Saksi
Calon Pelaku Laki2
(Orang Arab)
Calon Pelaku
Perempuan
Aktor
Aktor
Aktor
Relasi yang pernah terjalin pada
KK sebelumnya
Relasi yang akan dibangun
Dari gambar diatas terlihat bahwa calon pelaku laki-laki mengenal calo dari pelaku laki-laki
yang pernah melakukan kawin kontrak sebelumnya, begitu juga dengan calon pelaku perempuan
mengenal calo dari pelaku perempuan yang pernah kawin kontrak sebelumnya. Hubungan calo
dengan aktor lain seperti penghulu dan saksi, bersifat koordinasi. Jika kawin kontrak akan terjadi
maka calo menghubungi saksi dan penghulu. Dalam kasus ini jika pekerjaan perempuan
dirahasiakan dari keluarga, maka calo atau pelaku perempuan tersebut juga menghubungi kakak
atau ayah bohong-bohongan.
Penulis menggunakan teori ANT (Actor Network Theory) untuk menganalisis relasi yang
dijalin oleh aktor-aktor yang terlibat dalam praktek kawin kontrak. Teori ANT menekankan 5 hal
yaitu :
1. Aktor
Teori ANT menyatakan bahwa aktor adalah pelaku yang melakukan sebuah aksi. Pada
teori ini menjabarkan berapa banyak pelaku yang terlibat dalam melaksanakan aksi
tersebut. Data lapangan menunjukkan bahwa untuk mengoperasikan praktek kawin
kontrak dibutuhkan lebih dari satu aktor yang terlibat. Aktor-aktor yang terlibat tersebut
diantaranya adalah :
Pelaku perempuan
Pelaku perempuan dari praktek kawin kontrak ini bukanlah warga asli puncak tapi
berasal dari kota lain seperti Cianjur, Cipanas dan sekitarnya tapi juga tidak menutup
kemungkinan Jakarta dan bahkan luar provinsi seperti Surabaya juga ada. Tugas yang
dilakukan pelaku perempuan adalah melayani pelaku laki-laki untuk memuaskan
birahi, menemani jalan-jalan, menemani minum dan makan, menemani berjoget,
pendamping pelaku laki-laki selama praktek kawin kontrak berlangsung hingga
kawin kontrak berakhir masa kontraknya.
Pelaku laki-laki
Pelaku laki-laki dari praktek kawin kontrak ini berasal dari Negara Timur –
Tengah yang biasa di panggil oleh masyarakat sekitar sebagai „Orang Arab‟. Warga
asing yang melakukan kawin kontrak memang biasanya dari Arab Saudi asli, entah
dia berasal dar Jeddah, Saudi ataupun nyaman. Pelaku laki-laki disini sebagai pembeli
atau konsumen.
Calo
Calo adalah aktor yang berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara
pelaku laki-laki dengan perempuan. Ada calo yang berprofesi hanya sebagai calo, ada
juga calo yang beroperasi dengan memiliki pekerjaan lainnya seperti tukang ojeg,
tukang supir Orang Arab atau pegawai restaurant khusus makanan Orang Arab. Calo
bertugas untuk mengatur kerja sama diantara semua aktor yang terlibat. Karena calo
adalah penghubung antar pelaku kawin kontrak, calo memiliki kontak pribadi dengan
aktor bersangkutan. Calo juga memiliki kontak aktor lainnya seperti penghulu dan
kakak atau ayah bohong-bohongan perempuan. Berbeda dengan pelaku kawin
kontrak yang membutuhkan strategi komunikasi, komunikasi yang dijalin dengan
penghulu, saksi atau kakak atau ayah perempuan bersifat koordinasi.
Penghulu
Penghulu adalah aktor yang bertugas mengawinkan antar pelaku kawin kontrak.
Penghulu yang dipakai ada yang berprofesi sebagai penghulu asli (penghulu yang
mendapat status sebagai penghulu oleh masyarakat Puncak dan merupakan faktor
keturunan penghulu juga) dan ada juga penghulu yang dipakai penghulu bohong-
bohongan. Penghulu bohong-bohongan adalah oknum yang berperan untuk
mengawinkan dalam kawin kontrak seperti penghulu asli tapi tidak mendapat
pengakuan oleh masyarakat sekitar dan bukan dari keturunan penghulu juga. Peran ini
dipakai oleh siapa saja yang berjenis kelamin pria dewasa, dan bekerja sama dengan
calo yang bersangkutan untuk khusus menikahkan Orang Arab dengan pelaku
perempuan kawin kontrak.
Kakak atau ayah dari perempuan bohongan
Kakak atau ayah perempuan yang digunakan bukanlah ayah atau kakak
perempuan beneran. Inilah yang membedakan dengan kawin siri bahwa keluarg a asli
dari pelaku perempuan tidak tahu menahu jelas dengan siapa anak atau saudara
mereka menikah. Kakak atau ayah bohong-bohongan merupakan orang-orang yang
sudah di atur oleh calo, dan digunakan ketika kawin kontrak akan berlangsung.
2. Jaringan
Teori ANT menyatakan bahwa jaringan merupakan Jejala, terangkai atau terhubung.
Pada konteks ini, berkaitan erat dengan faktor-fakto yang terhubung, dimana faktor –
faktor tersebut merupakan apa-apa saja hal yang mempengaruhi aktor saat beraksi. Dalam
kawin kontrak, faktor yang mempengaruhi sehingga terdorongnya praktek kawin kontrak
yaitu :
Uang
Alasan utama semua aktor yang terlibat mau terjun dan berperan dalam praktek
kawin kontrak adalah karena uang. Bahkan diantaranya menganggap kawin kontrak
seperti mata pencaharian (pelaku perempuan dan calo). Kebutuhan akan uang dan
desakan ekonomi yang kian meningkat menjadi faktor utama para pelaku untuk terjun
dan mengambil peran dalam praktek kawin kontrak. Menariknya menurut Bapak
Agus bahwa kebutuhan ekonomi yang dimaksud pelaku kawin kontrak bukanlah
kebutuhan ekonomi yang memenuhi kebutuhan primer saja.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk pelaku kawin kontrak saja, aktor lainnya juga
demikian. Misalnya penghulu, penghulu mendapatkan uang yang lebih besar jika
mengawinkan pelaku kawin kontrak dibandingkan orang biasa (masyarakat sekitar
yang diminta untuk dikawinkan). Calo juga sama halnya dengan penghulu, mereka
akan mendapatkan uang tambahan yang tidak sedikit dibandingkan pekerjaan
biasanya yang sebagai tukang ojeg atau tukang supir. Keuntungan yang didapat tidak
hanya ketika menjadi calo tapi juga ketika dirinya kembali ke profesi aslinya yang
adalah supir Orang Arab.
Uang merupakan faktor utama aktor-aktor yang terlibat dalam kawin kontrak
bertemu. Keuntungan yang didapat dengan pekerjaan lain tidak semudah dengan
bekerja sama dan terlibat dalam praktek kawin kontrak. terlebih lagi kawin kontrak
tersebut dengan Orang Arab yang dikenal loyal dalam memberi.
Lingkungan dan Keluarga
Tidak hanya karena alasan uang, tapi juga desakan dari keluarga atau masa lalu
yang tidak baik dibantu dengan lingkungan yang tidak sehat seperti inilah
menyebabkan pelaku kawin kontrak akhirnya terjun bergabung dalam praktek kawin
kontrak di Puncak Bogor. Pengaruh lingkungan dan keluarga juga berlaku pada calo.
Calo masuk ke dalam praktek ini karena faktor teman yang mengajaknya menjadi
bagian dalam praktek kawin kontrak di Puncak Bogor.
Rendahnya pemahaman agama
Para pelaku menyadari bahwa dengan melakukan kawin kontrak merupakan
sesuatu yang illegal dan merupakan dosa dalam agama, tapi walaupun menyadari hal
tersebut, para pelaku tetap melakukannya dan berani menerima resikonya.
Pemahaman masyarakat mengenai agama dirasa kurang dan rendah karena aturan
agama tidak lagi bisa menjadi alat yang membantu masyarakat untuk memutuskan
suatu keputusan dalam kehidupannya, tapi mereka membiarkan realitas menjadi
patokan untuk mengatur kehidupan mereka. Sehingga pandangan masyarakat
mengenai etika dalam agama kalah dibandingkan dengan kondisi realita yang
sebenarnya.
Budaya dan sosial yang membentuk mental „Tidak Usah Kerja Susah Dapat Uang
Besar”
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan pendekatan budaya ini
juga menjadi faktor penting lainnya yang mempengaruhi aksi yang dilakukan oleh
aktor dalam praktik kawin kontrak.
3. Aktan
Aktan adalah aktor yang memiliki daya atau pengaruh untuk mengembalikan
aktor lainnya. Fakta dilapangan menunjukkan 2 hal, ada kawin kontrak yang
membutuhkan aktan yang dapat mengendalikan sistem jaringan kawin kontrak ada juga
yang tidak. Hal ini berdasarkan motif dari kawin kontrak. Jika motif kawin kontrak
adalah karena sindikat narkoba maka aktannya adalah mafia narkoba. Walau begitu tidak
semua kawin kontrak merupakan bagian dari sindikat narkoba. Untuk motif lainnya
seperti usaha atau hanya memang desakan ekonomi, maka tidak ada aktan yang berperan.
4. Translasi
Teori ANT menyatakan bahwa translasi merupakan bagian dari semiotika bahasa
yang dipakai untuk menerjemahkan kode tanda, dari berbagai bahasa dan budaya untuk
menentukan aktor dalam jaringan.
Fakta lapangan menyatakan bahwa memang ada kode yang digunakan ketika
proses kawin kontrak terjadi. Kode tersebut berbeda-beda dalam setiap kondisinya. Salah
satunya adalah jabat tangan. Kode itu digunakan pada saat kata kesepakatan dari kedua
belah pihak pelaku setuju untuk melakukan kawin kontrak.
5. Intermediary
Intermediary merupakan sebuah layer atau perantara. Seorang perunding bertindak
sebagai penghubung antara pihak aktor atau sekumpulan aktor, seseorang yang atau hal
yang akan menengahi; antar inter-agent, atau perantara.17
Dalam kawin kontrak yang
menjadi intermediary adalah calo. Sesuai fungsinya calo berperan sebagai jembatan yang
menghubungi antara pelaku perempuan dan pelaku laki-laki. Begitu juga dengan aktor-
aktor lainnya ang terlibat seperti penghulu, saksi, dan ayah atau kakak bohong-bohongan.
Untuk melihat aktor yang proaktif dan tidak, penulis berpatokan pada aksi yang dilakukan
oleh calo tergantung pada bagian proses komunikasi yang dijalinnya. Penjabaran mengenai hal
ini diantaranya :
1. Calo mencari pelaku perempuan
Calo berperan sebagai aktor yang proaktif karena mencari pelaku perempuan.
2. Calo dicari oleh Orang Arab
Hal ini sesuai dengan prosesnya dimana pelaku laki-laki (Orang Arab) yang mencari /
menghubungi calo karena permintaan datangnya dari pelaku laki-laki. Disini calo
berperan sebagai aktor yang nonaktif dan pelaku laki-laki sebagai pelaku yang proaktif.
Calo mudah ditemui karena profesinya yang berada dekat dengan pelaku laki-laki yaitu
sebagai tukang supir yang mengantar Orang Arab, tukang ojeg, atau pekerja restaurant /
café khusus Timur Tengah.
Refleksi Hasil Penelitian
Untuk melihat bagaimana strategi komunikasi digunakan oleh calo dalam praktek kawin
kontrak ini adalah mengkomunikasikan teori dan kondisi lapangan yang ada. Secara teori
terdapat 5 komponen penting untuk merumuskan strategi komunikasi yang digunakan. Tapi jika
melihat realitas yang ada bahwa tidak semua komponen strategi komunikasi yang diungkapkan
oleh Kotler cocok untuk kasus kawin kontrak di Puncak Bogor. Hasil penelitian dari lapangan
menyatakan bahwa calo tidak melewati tahap pertama yaitu penanaman kesadaran. Sehingga
salah satu refleksi yang didapat dari hasil penelitian adalah bahwa Media membantu
menyuburkan praktek kawin kontrak. Hal tersebut terlihat dari peran media yang membantu
mengenalkan mengenai „produk‟ kawin kontrak kepada masyarakat luas. Melihat peran media
17
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 7
massa seperti itu, maka tugas pertama calo yang seharusnya menanamkan kesadaran kepada
calon pelaku kawin kontrak tidak perlu direalisasikan karena masyarakat umum sudah mengerti
secara garis besar mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor.
Sistem Getok tular. Getok Tular adalah istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai
penyebaran informasi dari mulut ke mulut secara langsung. Sehingga komunikasi yang dibangun
merupakan komunikasi langsung secara tatap muka. Begitu hal nya dengan penelitian ini, dalam
menjalankan strategi komunikasi calo menggunakan sistem getok tular terhadap aktor-aktor yang
yang terlibat. Strategi ini dirasa ampuh bahkan calon pelaku kawin kontrak bisa menjangkau
langsung dan terlibat dengan praktek kawin kontrak. Setiap aktor yang terlibat dalam sistem
Getok tular saling berhubungan dan membentuk sebuah relasi besar guna mencapai tujuan
bersama yaitu praktek kawin kontrak
Praktek kawin kontrak tidak hanya berkaitan dengan yang dijelaskan oleh Dede Mulkana
dalam penelitiannya bahwa kawin kontrak berkaitan dengan nilai kepercayaan yang dianut, yang
nilai kebenaran dan toleransi terletak pada ajaran dan aturan yang sudah ditentukan agama. Dari
hasil penelitian ini, didapatkan bahwa kawin kontrak juga berkaitan dengan aspek lainnya seperti
pengorganisasian, relasi antar aktor yang terlibat, motif-motif yang terdapat didalam praktek
kawin kontrak saling berhubungan membentuk suatu usaha untuk menjaga eksistensi kawin
kontrak tetap ada. Sifat praktek kawin kontrak yang fleksibel membuat operasional kawin
kontrak tersebut tidak memiliki aturan dan cara yang tetap tapi sangat variatif dan berbeda-beda
tergantung situasi yang tengah dihadapi.
Praktek kawin kontrak yang terjadi di Puncak Bogor tidak hanya seperti yang dijelaskan
dalam penelitian Dede Mulkana bahwa kawin kontrak di Puncak Bogor berkaitan dengan nilai
kepercayaan yang dianut, yang nilai kebenaran dan toleransi terletak pada ajaran dan aturan yang
sudah ditentukan agama. Kawin kontrak yang berada di Puncak Bogor tidak terlepas dari peran
penting dari aktan yang mengatur aktor-aktor dalam kawin kontrak. Aktan yang penulis temukan
bisa berupa mafia dalam sindikat narkoba. Dan inilah penemuan yang baru dari semua penelitian
mengenai kawin kontrak lainnya. Keterlibatan pihak pemerintah yang merupakan oknum polisi
juga menjadi refleksi bahwa praktek ini merupakan praktek yang luas dan begitu riskan karena
pihak pemerintah yang seharusnya meniadakan praktek ini karena dianggap illegal tetapi malah
dilindungi dengan syarat ada pemasukan setiap bulannya yang akan diberikan kepada oknum
polisi.
Pada penelitian ini calo selalu menekankan Orang Arab adalah „orang yang baik‟. Pelaku
perempuan juga menyatakan Orang Arab itu orang-orang yang baik. Penulis melihat bahwa
aktor-aktor yang terlibat akan menjawab bahwa Orang Arab adalah orang yang tidak jahat.
Sehingga kesan orang yang mendengar bahwa Orang Arab adalah orang yang baik maka kesan
kita sebelumnya mengenai prostitusi terselubung maka bisa berubah. Banyak kaum perempuan
yang menyatakan bahwa kawin kontrak tidak jauh berbeda dengan human trafficking, sehingga
perempuan dan anak merupakan korban dari praktek tersebut. Tapi seakan pernyataan aktor-
aktor yang terlibat dalam kawin kontrak menghapus asumsi-asumsi bahwa pelaku kawin kontrak
laki-laki adalah aktor yang menjajah perempuan. Pada kasus kawin kontrak, calo dan pelaku
kawin kontrak menunjukan bahwa citra Orang Arab yang mereka kenal bukanlah aktor yang
menjajah seperti yang di ungkapkan komnas perempuan tapi mereka akan dianggap sebagai
orang loyal dan baik jika kita mau menerima mereka dengan baik. Disini calo membentuk citra
Orang Arab dengan berbeda.
Dengan melakukan kawin kontrak, pelaku perempuan tidak merasa bahwa dia sedang
menjual tubuhnya karena sistem kerjanya tidak seperti Pekerja Seks Komersial yang untuk
mendapatkan uang harus melakukan hubungan seks terlebih dahulu. Pelaku perempuan merasa
dianggap seorang istri atau teman yang punya kegiatan lain selain melayani berhubungan badan.
Pelaku perempuan juga tidak menolak untuk terjun dalam praktek kawin kontrak karena bagi
mereka kawin kontrak lebih baik dibandingkan menjadi PSK atau hanya pekerjaan biasa yang
hanya mendapatkan penghasilan yang tidak banyak. Keuntungan-keuntungan yang ditawarkan
menjadi pertimbangan matang bagi pelaku perempuan. Terlebih lagi, dalam kasus kawin kontrak
pelaku perempuan tidak usah bersusah payah dalam mencari pelanggan, karena mereka akan
dicari atau dihubungi. Inilah mengapa kawin kontrak tetap bertahan hingga sekarang. Dari sisi
pelaku laki-laki juga mendapatkan hal yang sama. Mereka tidak mau menyalahi aturan adat
mereka dengan berzinah, sehingga kawin kontrak menjadi pilihan yang cocok. Tidak terikat
dengan tanggung jawab ketika pernikahan sudah selesai, dan calon pelaku perempuan yang
dianggap murah untuk di pesan dibandingkan dengan di tempat lain.
Sesama aktor saling berhubungan dan menjalin relasi yang disebut mutualisme. Hubungan
inilah yang dipertakankan terus selama masih sama-sama saling membutuhkan. Dengan adanya
faktor-faktor yang mendukung aktor-aktor terlibat dalam kawin kontrak, membuat kawin kontrak
masih bertahan hingga sekarang dengan proses pernikahan dan ketentuan yang beragam
tergantung kondisi yang ada. Komunikasi yang baik dari antara aktor-aktor yang berperan
membawa kinerja dan kerja sama yang baik antar aktor, hal ini dilakukan demi tujuan bersama
yaitu menghasilkan sebuah fenomena yang disebut praktek kawin kontrak di Puncak Bogor.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisa yang telah dipaparkan pada
bab - bab sebelumnya, maka strategi komunikasi yang dilakukan oleh calo meliputi :
1. Menanamkan Pengetahuan. Calo menanamkan pengetahuan dengan cara
menggambarkan kawin kontrak yang berada di Puncak Bogor dan kelebihan kawin
kontrak sebagai produknya kepada calon kawin kontrak. Keunggulan yang ditawarkan
diantaranya adalah :
a. Sistem kontrak yang sudah ditentukan waktunya sehingga pelaku kawin kontrak
tidak selamanya terikat dengan praktek tersebut.
b. Hanya melayani 1 orang saja dalam kurun waktu yang ditentukan.
c. Biaya jalan-jalan dan belanja dibebankan kepada pelaku laki-laki.
d. Karena sistemnya kontrak maka pembayaran yang diperoleh besar.
2. Menanamkan Perasaan Suka. Calo menanamkan perasaan suka dengan melakukan
pendekatan budaya dan sosial. Moto „Tidak Usah Kerja Berat Tapi Dapat Uang yang
Besar‟ menjadi rayuan yang ampuh untuk menarik minat calon pelaku untuk terjun dalam
praktek kawin kontrak, bahkan moto ini sudah menjadi karakter yang dimiliki oleh
sebagian besar masyarakat puncak.
3. Membangun Preferensi. Preferensi yang ditawarkan adalah dengan menjunjung kualitas
produk yang ditawarkan, dalam hal ini kawin kontrak. Untuk melihat kualitas produk,
penulis membutuhkan produk pembanding. Pada penelitian ini, pembanding dari kawin
kontrak yaitu jasa Pekerja Seks Komersial. Aksi yang dilakukan calo untuk menjunjung
kualitas kawin kontrak adalah dengan ditunjukkannya bukti-bukti positif dari hasil kawin
kontrak yang telah terjadi, contohnya : pelaku yang pernah melakukan kawin kontrak
sekarang telah diangkat menjadi istri ke 4 sah, dapat rumah, tanah, dan hak waris.
4. Menanamkan Perasaan Yakin. Untuk menanamkan perasaan yakin agar calon pelaku
mau melakukan kawin kontrak adalah dengan menekankan kenyamanan yang akan
didapatkan pelaku berupa keamanan dan kerahasiaan praktek kawin kontrak.
5. Secara teori, sebelum produsen melakukan aksi menanamkan pengetahuan, mereka akan
menanamkan kesadaran terlebih dahulu. Tapi hasil penelitian ini menyatakan berbeda
bahwa penanaman kesadaran sudah dilakukan oleh media massa sehingga calo tidak
perlu lagi melakukan aksi tersebut. Peran media massa ini sekaligus membantu
menyuburkan fenomena kawin kontrak di Puncak Bogor.
Selama penelitian, peneliti mendapatkan hasil penelitian lainnya yang juga penting. Hasil
penelitian tersebut yaitu :
6. Model komunikasi yang dibangun antar aktor dalam praktek kawin kontrak adalah Getok
Tular. Getok Tular adalah istilah dari bahasa jawa yang maknanya menyampaikan
informasi secara langsung dari mulut ke mulut. Model komunikasi ini dirasa sangat
ampuh dalam membangun suatu jaringan ada terdapat didalam praktek ini. tidak hanya
itu, model komunikasi ini merupakan kunci keberhasilan dari praktek kawin kontrak yang
dibangun secara rahasia. Model komunikasi ini tidak jauh dari pemanfaatan jaringan yang
sudah tercipta antar aktor yang memiliki hubungan mutualisme.
7. Pada praktek kawin kontrak yang terjadi di Puncak Bogor ini terdapat aktan yang
merupakan aktor pengendali dalam sistem kinerja jaringannya. Aktan tersebut adalah
mafia yang bergerak dalam jaringan sindikat narkoba. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak semua kawin kontrak dikendalikan oleh sindikat narkoba, dalam beberapa
kasus, kawin kontrak murni sebuah fenomena sosial dan tidak bercampur tangan dari
sindikat narkoba.
5.2 Saran
Penelitian penulis hanya mengkaji praktik kawin kontrak dari segi strategi komunikasi.
Sekiranya ada dari pembaca sekalian yang mau mengkaji kawin kontrak dari sudut pandang
komunikasi atau ilmu yang lain, penulis membuka kesempatan selebar-lebarnya. Fenomena
kawin kontrak di Puncak eksistensinya masih bisa dibuktikan hingga saat ini, sehingga masih
memungkinkan bagi calon peneliti-peneliti lainnya untuk meneliti dan mengkaji praktik kawin
kontrak sehingga mendapatkan gambaran utuh mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor.
Pada penelitian ini penulis hanya menjabarkan mengenai praktik kawin kontrak yang tengah
berlangsung di Puncak Bogor, dan penelitian penulis hanya bersifat desktiptif saja, belum ada
yang menyangkut mengenai etik atau mempelajari lebih dalam mengenai jaringan sindikat yang
terjadi dalam praktik kawin kontrak. Atau jika tidak, penulis membuka bagi siapa saja untuk
melanjutkan penelitian yang telah penulis lewati.
Saran penulis untuk negara atau pemerintah adalah bahwa praktek ini merupakan praktek
yang illegal dan butuh adanya penanganan khusus karena ternyata ada juga oknum-oknum yang
terlibat dan itu dibawah tangan pemerintah sendiri. Untuk memajukan bangsa tentu tidak hanya
dari materi saja yang diperlukan, tapi juga perombakan karakter dan kepedulian kepada kaum
minoritas, yang dalam praktek ini adalah masyarakat dan kaum perempuan. Bagi penulis tidak
cukup praktek ini dihentikan hanya dengan sekedar pembuatan peraturan terhadap aktor-aktor
yang terlibat tapi juga perlunya pembentukan paradigma dan perombakan karakter mengenai
sumber daya masyarakatnya. Hal ini juga harus dibantu dengan adanya kesadaran dari
masyarakat sendiri bahwa praktek ini jangan hanya ditutupi, disembunyikan keberadaannya dan
pura-pura tidak melihat serta mendengar, tapi masyarakat jugalah yang bergerak aktif
memanfaatkan lokasi Puncak Bogor sebagai tempat wisata dengan kegiatan atau pekerjaan yang
positif dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Onong Uchjana, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra
Aditya Bakti.
Kotler, Philip, 1989. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian
Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip & Gary Amstrong, 1996. Dasar – Dasar Pemasaran Jilid 2. Jakarta :
Prenhallindo.
Muamar, Akhsin, 2005. Nikah Bawah Tangan (Versi Anak Kampus). Jakarta : Qultum
Media.
Susanto, Budi S.J., 2008. Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial. Yogyakarta : Kanisius.
top related