strategi dinas pariwisata dan kebudayaan …eprints.uns.ac.id/5536/1/207181812201104541.pdfstrategi...
Post on 16-Jun-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN BOYOLALI
DALAM PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PENGGING
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Meraih Sarjana Sosial
UniversitasSebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh:
HARYANTO
D0106063
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan
Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”
(Q.S. Ali Imran : 148)
“There is a will, there is a way”
(Rizal mallarangerng)
“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,
hari esok harus lebih baik dari hari ini”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini aku persembahkan untuk:
© ALLAH SWT atas semua hal terbaik yang diberikan untukku. © Bapak dan Ibuku, Wagimin Pono Sukarto dan Giyarni, atas semua doa, kasih
sayang, pengertian dan pengorbanan yang diberikan untukku. © Kakakku, wahyudi dan Muladi, yang telah memberikan semangat dan nasehat
terbaik untukku © Keluarga besarku, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga aku bisa
melalui semua tantangan dalam meraih mimpiku. © Sahabat-sahabatku Terimakasih atas persahabatan yang tulus yang kalian
berikan untukku. © Sahabatku terbaik dimasa-masa kuliah Di masa-masa kuliah ini, banyak hal
yang kita lewati untuk mengerti tentang hidup. Mari kita raih sukses bersama-sama teman. All is well.
© Teman-teman Administrasi Negara angkatan 2006. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb,
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan Obyek
Pariwisata Pengging”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka
pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan khusus kepada:
1. Drs. Sukadi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Budiarjo, M.Si. selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis
yang telah diberikan selama ini.
3. Drs. Sudarto, M.Si. dan Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ir. Rahmad Hadi Santoso, MM. selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Ibu Dra Kristina Purwanti, Bapak Sri Hartono, Bpk Tubinu S.sos, Bpk Drs.
Sutrisno M.Hum, Drs M. Basuni dan Ibu Dra Suciati MM, selaku Staf dinas
pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali yang telah bersedia menjadi
informan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Rusmanto, Sholeh Abas dan Suratmin yang telah bersedia menjadi
informan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Dwi Santoso, S. Sos. yang banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi
ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan
penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...…...ii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………...……....iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………..….…..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………..….…...v
KATA PENGANTAR…………………………………………………vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………...vii
DAFTAR TABEL………………………………………………….....viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………........x
ABSTRAK…………………………..…….………………………..…..xi
ABSTRACT............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………….……………….…..1
B. Rumusan Masalah…………………………….…………….....5
C. Tujuan Penelitian……...…………………….………………...5
D. Manfaat Penelitian………………………………………….....6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..………………………………………............7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………...........33
B. Lokasi Penelitian ....................................................................33
C. Sumber Data ………………………………….......………...34
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………….....35
E. Teknik Sampling…..………………………………………...37
F. Validitas Data……………………………………………….38
G. Teknik Analisis Data……………………………………….38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Boyolali……......................................................42
B. Analisis Swot dan Strategi dalam Pengembangan Obyek
Pariwisata Pengging Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
kabupaten Boyolali………………........................................56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………. 123
B. Saran ..…………………………………………………… 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
1.1 Tabel jumlah pengunjung Obyek Pariwisata Pengging……………...4
2.2 Tabel pedoman test limuts…………………………………………..23
2.3 Tabel pedoman matrik SWOT…………………………...…………25
4.1 Tabel potensi Obyek Pariwisata Pengging………………………….51
4.2 Tabel Tingkat Pendidikan Pegawai Disparbud……………………..58
4.3 Tabel Pegawai dan Tingkat pendidikan UPT Pengging…………….60
4.4 Tabel rincian Anggaran Non Rutin tahun 2006-2010………………62
4.5 Tabel Pendapatan Obyek Pariwisata Pengging……………………..63
4.6 Tabel Sarana dan Prasarana Disparbud……………………………..64
4.7 Tabel Sarana dan Prasarana Obyek Pariwisata Pengging…………..65
4.8 Tabel Jumlah Pengunjung…………………………………………..72
4.9 Tabel Analisis SWOT……………………………………………....81
4.10 Tabel Test limuts isu-isu startegis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Boyolali……………………………………………….84
4.11 Tabel Peningkatan SDM………………………………………….114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Gambar Diagram Analisis SWOT……………………………..27
2.2
3.1
4.1
Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Pariwisata Dan
Kebudayaan Kabupaten Boyolali Dalam Pengembangan Obyek
pariwisata Pengging………………………………..................32
Model Analisis Interaktif …………...………………………..41
Bagan Susunan Organisasi DISPARBUD Kabupaten Boyolali
……………………………………………………...................55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
HARYANTO. D0106063. STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN (DISPARBUD) KABUPATEN BOYOLALI DALAM PENGEMBANGAN OBYEK PARIWISATA PENGGING. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 135 hal
Pariwisata pada era otonomi daerah merupakan bidang yang sangat penting bagi daerah dalam konstribusinya terhada Pendapatan asli Daerah. Untuk Kabupaten Boyolali Pariwisata merupakan bidang yang mempunyai kontribusi yang sangat besar, hal itu dikarenakan bpyolali mempunyai bebrapa obyek pariwisata yang menarik, salah satunya obyek pariwisata Pengging. Pengging merupakan Obyek Pariwisata yang memiliki lebih dari satu obyek pariwisata yang mempunyai daya tarik tinggi, tetapi masih terdapat kendala tentang pengembanganya seperti terutama dalam pembangunan dan pengelolaanya yang kurang optimal . Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging yang dilakukan Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai Disparbud Kabupaten Boyolali. Snowball sampling digunakan untuk menentukan siapa narasumber selanjutnya yang mengetahui permasalahan penelitian setelah pegawai Disparbud Kabupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali telah melaksanakan bebrapa kegiatan berdasarkan analisis SWOT tahun Anggaran 2006-2010 seperti strategi pengembangan infrastruktur, pengembangan promosi dan pemasaran, strategi kerjasama di bidang kepariwisataan, strategi peningkatan kualitassumberdaya manusia dan strategi pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui hambatan yang ditemui dalam implementasi strategi Dimnas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan obyek pariwisata Pengging yaitu ,terbatasnya anggaran, keterbatasan infrastruktur, masih rendahnya sumber daya Manusia yang ada, rendahnya investasi dan dukungan Stake holder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
HARYANTO. D0106063.TOURISM AND CULTURE DEPARTMENT (DISPARBUD)STRATEGIC IN DEVELOPING TOURISM OBJECT.SCRIP STATE ADMINISTRATION DEPARMENT.SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE FACULTY SEBELAS MARET UNIVERSITY. SURAKARTA .2011.135 pages
Tourism is regional authority era is a crucial section for the region in its contribution to the original income. For boyolali regency tourism is a section that gives a great contribution, because Boyolali owred several interesting tourism object, one of it is Pengging. Pengging is tourism object that has more than has more than are object of attraction , therefore thre are still obsctudes to develop. It is mainly on developing and maintainance that hasn’t been don’t optimally . this study is directed to describe development of Pengging Tourism Object that is done by Tourism and Culture Deparment Boyolali
Method used in this study descriptive qualitative method. The data source is obtained by doing interview with informant and files or document related with the study. The obtaining the sample uses purposive sampling and snowball sampling. Purposive sampling was used when the writer determined the informant that is the DISPARBUD official in Boyolali. Snowball sampling was used to determine who is the next informant who has information about the object of the study after the DISPARBUD official in Boyolali. The technique in obtaining the data is by doing interview , observation and document study . the validity of the data used in this study is data triangulation method. The data analysis used in the study is interactive analysis data model
The result of the study thas awas done by tourism and culture department Boyolali , regency can be seen that tourism and culture Department Boyolali has carried out several activities based on SWOT analysis 2006-2010 budget years as a strategy of developing infrastructure, promotion and marketing development , cooperation strategy in tourism section, human resources quality developing strategy an empowering society strategi
Based on the result of the study can also be known the obstacles in implementing tourism and culture department strategy in developing tourism object in pengging. That is limitation of the budget, the limitation of infractructure, the lack of human sourse available the investation is low and the sfule holdy suppart is also low.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Otonomi daerah memberikan implikasi pada peningkatan pendapatan
daerah (PAD). Dengan adnya otonomi daerah yang diatur dengan Undang-
Undang No 32 tahun 2004 memaksa bagi pemerintah daerah untuk mulai
meninjau ulang pendekatan dan cara pandang mereka dalam mengelola
pemerintahan daerah, di mana salah satunya adalah bidang kepariwisataan. Di era
otonomi daerah ini pariwisata merupakan aset yang sangat berharga bagi
pemerintahan daerah, dengan adanya pariwisata akan menambah pendapatan asli
daerah ( PAD ) bagi pemerintah daerah. Selain berperan dalam menambah PAD
suatu pemerintahan daerah, industry pariwisata juga berperan dalam
pembangunan suatu pemerintah daerah. Untuk pembangunan, pariwisata
merupakan bagian integral pembangunan nasional dan daerah yang menyumbang
terhadap bidang-bidang strategis dalam pembangunan, diantaranya adalah
nenciptakan dan memperluas lapangan usaha, menciptakan dan memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan pencapatan masyarakat dan pemerintahan
daerah, mendorong pelestarian pengembangan dan pelestarian kebudayaan,
mendorong peningkatan pembangunan di sector lainya dan, mendorong
perkembangan daerah ( Hari karyono, 1997 : 89)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Boyolali merupakan Kabupaten, dimana berdasarkan Undang-undang no
32 tahun 2004 Pemerintaha Daerah Boyolali merupakan daerah otonomi, dimana
Pemerintah Boyolali lebih mempunyai wewenamg untuk menyelenggarakan
pemerintahan sendiri dengan bertumpu pada pendapatan asli daerah (PAD). Untuk
itu agar bisa mendapatkan PAD yang dapat menunjang pelaksanaan
Pemerintahan, Pemerintah Boyolali harus dapat mengembangkan potensi daerah
yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan pasal 1 butir 6 Undang-Undang no 32
tahun 2004 yang berbunyi pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk
mengembangkan sumberdaya produktif ( Tumar Sumiharjo, 2008; 29), hal itulah
sebagai pijakan Pemerintah Daerah Boyolali untuk menggali dan meningkatkan
pengembangan sumberdaya dan potensi lokal yang dapat dijadikan unggulan
daerah. Bicara tentang potensi produktif yang dimiliki daerah Boyolali salah
satunya adalah potensi bidang pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu
sektor yang berkembang di Kabupaten Boyolali, pada saat ini sektor pariwisata
bersama-sama sektor lain diharapkan menjadi andalan untuk menggerakkan
seluruh ptensi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan PAD Kabupaten Boyolali.
Ditinjau dari segi pariwisata Boyolali mempunyai masa depan yang sangat
baik, alasan yang pertama adalah mempunyai letak yang strategis yaitu terletak
pada jalur arteri Solo Jakarta dan Solo Semarang. Kedudukan yang strategis ini
memberikan dampak positif bagi Kabupaten Boyolali dalam perkembangan
pembangunan dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Hal itu merupakan peluang
bagi pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang menaungi kepariwisataan untuk mendapatkan pasar ke luar daerah boyolali
dalam upaya pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ( ODTW) di
Kabupaten Boyolali.
Alasan yang kedua adalah Kabupaten Boyolali mempunyai beberapa
obyek pariwisata yang menarik antara lain Obyek Pariwisata Tlatar sebagai obyek
pariwisata pemandian, Obyek Pariwisata Merapi, Cepogo dan Selo sebagai
pariwisata alam, serta Obyek Pariwisata Pengging sebagai obyek pariwisata air,
pemandian dan budaya atau ritual. Selain itu masih beberapa obyek pariwisata
lain yang dimiliki Kabupaten Boyolali. Dari obyek-obyek pariwisata tersebut
yang paling menonjol adalah Obyek Pariwisata Pengging, karena di daerah obyek
pariwisata Pengging merupakan obyek pariwisata yang mempunyai atraksi
pariwisata cukup banyak antara lain adalah atraksi pariwisata air atau pemandian
dengan beberapa kolam renang baik yang dibuat atau terbentuk secara alami,
ataraksi pariwisata ziarah dengan adanya makam R. Ng. Yosodipuro, atraksi
pariwisata pemancingan serta atraksi pariwisata budaya dengan beberapa event
kebudayaan yang diselenggarakan. Dilihat sangat banyaknya atraksi pariwisata
tersebut, pengging merupakan obyek daerah pariwisata yang potensial untuk
dijadikan ikon pariwisata Boyolali. Di obyek Pariwisata pengging banyak
wisatawan yang berkunjung, untuk wisata pemandian dan pemancingan biasanya
pengunjung membludak pada hari-hari libur, sedangkan untuk wisata ziarah dan
budaya membludak pada hari-hari tertentu yaitu malam jumat, khususnya malam
jumat pahing. Walaupun dengan fasilitas yang terbatas dan ada beberapa dari
bagian pariwisata yang rusak dan tidak terawat, pengunjung obyek pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak berkurang, malah semakin lama-semakin meningkat. Hal tersebut terlihat
dari tabel pengunjung Obyek Pariwisata Pengging tiga tahun terakhir
Tabel 1.1
Jumlah Pengunjung Obyek Pariwisata Pengging
no tahun Jumlah
pengunjung
ziarah pemandian
1 2008 53.745 0rang 11.358 orang 42.387orang
2 2009 59.509 orang 14.638 orang 44.871 orang
3 2010 67.197orang 18,458 orang 49.739 orang
Sumber : kantor dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, 2010
Akan tetapi di obyek pariwisata pengging masih terdapat beberapa kekurangan
khususnya dalam sarana dan prasarana penunjang seperti penginapan atau hotel
untuk para wisatawan khususnya dari luar daerah atau mancanegara.
Semakin meningkatnya pengunjung serta kebutuhanya, maka diperlukan
perbaikan dan pengembangan kawasan wisata Pengging sebagai upaya pemuasan
para pengunjung dan untuk memaksimalkan pendapatan Asli Daerah dari sector
pariwisata. Terdapatnya perpaduan atraksi pariwisata dan gairah masyarakat di
sekitar obyek pariwisata Pengging dinilai menjadi aspek pendukung untuk
mengembangkan dan memajukan Obyek Pariwisata Pengging, karena selain
berkonstribusi sebagai penyumbang PAD, Obyek pariwisata Pengging juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berkonstribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar terutama
melalui kegiatan perdagangan.
Untuk itulah diperlukan strategi untuk pengembangan Obyek pariwisata
Pengging agar dapat mendukung semua kegiatan wisata dan terpenuhinya semua
kebutuhan sarana dan prasarana dari seluruh aspek pendukung pariwisata serta
secara sosial ekonomi dapat meningkatkan PAD dan meningkatkan kesjahteraan
masyakat Boyolali pada umumnya, dan masyarakat disekitar pariwisata Pengging
pada khususnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian
ini penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :
Bagaiman strategi dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging ?
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapakan penulis mampu mengetahui
strategi yang dilakukanDinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
serta menganalisis kesesuaian antara strategi dengan kondisi internal dan eksternal
dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat penelitian
1. Dari penelitian ini diharapkan dapat member masukan kepada Pemerintah
Boyolali khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam
pengembangan Obyek Pariwisata Pengging.
2. Dapat menjadi tambahan sumbangan pemikiran dalam bidang lingkungan
hidup, terutama dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging.
3. Memberikan tambahan pustaka bagi siapapun yang ingin mengetahui,
mempelajari dan meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bab II
Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir
A. Tinjauan Pustaka
1. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang
memiliki arti harfiah “jenderal”. Sehingga dapat pula diartikan
sebagai seni perang para jenderal yang memimpin suatu peperangan
(fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008:11).
Sedangkan menurut Matloff (1967) dalam J. Salusu
(2004;85) menerangkan strategy adalah the art of general (seni
jenderal). Dalam yunani kuno jenderal dianggap bertanggung jawab
pada peperangan, kalah atau menang. Dengan kata lain strategi
adalah sebuah seni dalam berperang.
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (1994:964) strategi
memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang,
tempat yang baik menurut siasat perang atau dapat pula diartikan
sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus. Dari pengertian di atas maka pengertian strategi
sangat berkaitan erat dengan perang.
Saat ini istilah strategi banyak digunakan dalam organisasi.
Strategi sangat diperlukan dalam perusahaan dalam pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tujuan organisasi. Strategi adalah rencana yang disatukan
menyeluruh dan terpadu mengkaitkan keunggulan strategi
perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaaan. (R.Jauch,
William F. Glueck 1999:2) dalam, skripsi Dwi Irawati 2008
Dalam Rangkuti (2006:4), Argyris (1985), Mintzberg (979),
Steiner dan Miner (1977) menerangkan bahwa:
“Stategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi.”
Sedangkan Chandler (1962) menjelaskan bahwa:
“strategi merupkan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya” ( Rangkuti (2006:4).
Selain definisi strategi di atas ada juga pengertian strategi
menurut Hamel dan Parlad (1995) dalam Husein Umar (2001: 31)
mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahan nya sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola consumen memerlukan kompetensi inti (core competencias). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dalam bisnis yang dilakukan.” (Hamel dan Parlad dalam Husein Umar (2001: 31)).
Sementara, Kennet Andrew dalam fitri Lukiastuti dan
Muliawan, 2008 menjelaskan bahwa strategi sebagai upaya untuk
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan
dengan peluang serta ancaman dalam lingkungan yang dihadapi.
Namun secara umum strategi diartikan sebagai suatu cara yang
digunakan oleh manager atau pimpinan puncak untuk mencapai
tujuan orgnisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah
organisasi untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan
dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Strategi bisa juga
digunakan untuk mengubah suatu budaya organisasi agar organisasi
tersebut dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Dari beberapa pendapat, definisi, pengertian dan penjelasan
seperti yang tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu seni,siasat,ide dan rencana yang
cermat untuk digunakan menghadapi tantangan atau permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang sedang di hadapi dengan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan organisasi dibandingkan dengan peluang serta ancaman
yang dapat mempengaruhi organisasi. Strategi juga melihat
perubahan lingkungan organisasi yang selalu berubah yang bertujuan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, konsep
strategi berkembang sangat pesat dan memiliki arti yang lebih luas.
Tidak terkecuali dalam berbagai bidang, seperti halnya dalam bidang
organisasi. Dalam sebuah organisasi, upaya untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut dibutukan suatu strategi. Sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2000:147-148) strategi secara
etiomolgi dalam manajemen sebuah organisasi dapat diartikan
sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik
dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada
tujuan strategi organisasi. Disadari atau tidak bahwa, strategi
memiliki andil dalam setiap pengambilan keputusan manajerial dan
juga secara teoritis menjadi suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari
setiap organisasi. Strategi sebagai perencanaan suatu organisasi
dalam menjalankan kegiataannya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Sementara itu, Fauklner dan Johnson dalam bukunya Michael
Amstrong (2003:38) strategi memperhatikan sungguh-sungguh arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis
memperhatikan dengan sunguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri
dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan
pesaingnya. Strategi memperhatikan secara sungguh-sungguh
pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal berkelanjutan
sepanjang waktu, tidak dengan manuver teknis, tetapi dengan
menggunakan perspektif jangka panjang secara keseluruhan. Pada
dasarnya, strategi adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi)
dan mengalokasikan atau menyesuaikan sumber daya dengan peluang
(strategi berbasis dumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian
stratejik diantara mereka. Dalam bukunya, Michael Amstrong
(2003:39) memberikan tiga konsep utama dalam strategi yakni:
1. Keunggulan kompetitif Konsep keunggulan kompetitif ini diformulasikan oleh Porter (1985). Keunggulan kompetitif, seperti yang dikatakannya timbul dari sebuah perusahaan yang menciptakan nilai untuk pelanggannya. Kemudian, dia mengembangkan kerangka kerjanya yang terkenal mengenai tiga strategi generik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, ketiga hal tersebut adalah : a. Inovasi
Menjadi produser yang unik. b. Kualitas
Menyampaikan barang dan jasa yang berkualitas tinggi kepada pelanggan.
c. Kepemimpinan biaya Hasil kebijakan yang direncanakan bertujuan kepada pengelolaan pengurangan pengeluaran.
2. Kapabilitas khusus Merupakan karakteristik yang tidak dapat ditiru oleh pesaing, atau sulit sekali ditiru. Kapabilitas khusus atau kompetensi inti, mendiskripsikan sesuatu yang secara khusus atau unik dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan oleh organisasi. Empat kriteria yang diusulkan oleh Barry dalam bukunya Michael Amstrong (2003:41) mengatakam dalam menentukan apakah sumber daya dapat dianggap sebagai kapabilitas khusus atau kompetensi khusus: a. Penciptaan nilai bagi pelanggan b. Memiliki sesuatu yang sangat langka c. Tidak dapat ditiru d. Tidak ada subsitusinya
3. Kesesuaian stratejik Menyatakan bahwa untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka harus menyesuaikan kapabilitas dan sumber daya yang ada dengan peluang yang tersedia dalam lingkungan ekternal. Seperti halnya yang disimpulkan oleh Hofer dan Schendel (1986) dalam Michael Amstrong (2003:42): Bagian penting dari tugas manajemen puncak pada saat ini adalah memasukkan kompetensi organisasi yang sesuai (sumber daya internal; dan ketrampilan) dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh perubahan lingkungan sehingga akan efektif dan efisien sepanjang waktu seperti ketika sumber daya akan direncanakan.
Sementara itu, dalam menetapkan suatu strategi dibutuhkan
berbagai informasi yang dapat memperkaya organisasi dalam
menetapkan alternatif-alternatif. Sarah Kaplan dan Paula Jarzabkowski
(2006:7-8) dalam AIM Working Paper Series: 047-August-2006
menegaskan bahwa:
“Indeed, much of the information needed for making strategy may be unclear or conflicting. As strategy is about the future, there will always be an aspect that cannot be known, so that setting a strategy means deciphering existing information and deriving a point of view about what to do. Such uncertainty can result in myriad interpretations about what is going on and what should be done.” (Memang, sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak jelas atau bertentangan. Seperti strategi adalah tentang masa depan, akan selalu ada sebuah aspek yang tidak dapat diketahui, sehingga penetapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
strategi berarti mengartikan informasi yang ada dan menurunkan sudut pandang tentang apa yang harus dilakukan. Ketidakpastian tersebut dapat menghasilkan berbagai interpretasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan).”
Dari pemikiran diatas, dijelaskan bahwa informasi yang
dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak berhubungan
bahkan bertentangan. Strategi merupakan sesuatu yang dilakukan
organisasi di masa depan. Maka dalam membuat strategi, organisasi
perlu menggali informasi yang ada tentang apa yang harus dilakukan
organisasi. Sehingga akan didapatkan informasi yang lengkap tentang
peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam menetapkan
strategi. Sedangkan Hax dan Majluf (dalam Salusu,1998:100) mencoba
menawarkan rumusan yang komprehensif tentang strategi sebagai
berikut. Strategi:
1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral;
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;
3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;
4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal oganisasi, dan kekuatan serta kelemahanya;
5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
Di lain pihak, Bryson (2005:189), mengemukakan bahwa
strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan
bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa
organisasi melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan
misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi
biasanya digunakan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan
respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Lain halnya
dengan J. Salusu (2004:101) mengatakan bahwa:
Strategi adalah suatu seni yang menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Kotten (dalam Salusu, 1998:105) mencoba menjelaskan
mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan
berikut ini sering pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe
strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan,
nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru.
Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang
dilakukan dan untuk siapa.
b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada
implikasi-implikasi stratejik dari program tertentu. Apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kira-kira dampaknya apabila program tertentu
diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber
daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan
sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna
meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya
itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan
sebagainya.
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan
kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-
inisiatif stratejik.
Setiap strategi yang disusun, diharapkan dapat secepatnya
dilaksanakan agar dapat segera bisa mencapai tujuan organisasi.
Untuk bisa mencapai tujuan organisasi, menurut Hatten dan Hatten
(dalam Salusu, 1998:107) mengatakan bahwa terdapat prinsip-
prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu :
1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya 2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi 3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan
menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis 6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak
terlalu besar 7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan
yang telah dicapai 8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan
adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi Sama halnya Fuchs and his colleagues (Fuchs et al, 2000) dalam
Gursoy, Guner (2009:214) mengemukakan bahwa:
”The key dimensions of effective strategy development and implementation as orchestrating all the elements of strategy around a powerful core theme and alignment of coherent product-market focus supported by operating capabilities and resources. (Dimensi kunci dari efektifitas pengembangan strategi dan implementasi seperti mengarang musik semua unsur-unsur strategi di sekitar kekuatan tema inti dan meluruskan fokus pasar produk yang padu didukung dengan operasi kemampuan dan sumber daya.)” (International Journal of Bussines and Emerging Market, 2009: 214)
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa dimensi kunci dari
membangun dan implementasi strategi yang efektif itu seperti
mengarang musik semua unsur disekitar inti tema yang kuat dan
hubungan fokus produk pemasaran yang berurutan didukung oleh
kemampuan beroperasi dan sumber daya.
Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapan-
harapan masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok
masyarakat yang dilayani. Harapan dan kepentingan masyarakat itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diseimbangkan dengan harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan
para karyawan organisasi. Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni
antara kepentingan organisasi dan kepentingan masyarakat. Strategi
yang mengabaikan kepentingan masyarakat tidak akan memberikan
hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para eksekutif (Salusu,
1998:110). Dari berbagi definisi yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut, secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang
digunakan oleh manajer atau manajemen puncak untuk mencapai tujuan
organisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi
dan elemen-elemen di dalamnya untuk menyusun langkah-langkah atau
tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan
eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam keberhasilan berjalanya sebuah strategi, Bryson
menganggap sangat ditentukan oleh proses penyusunan strategi.
Menurut Bryson, terdapat delapan tahapan dalam proses penyusunan
strategi, yaitu :
1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategi.
2. Mengidentifikasi mandat strategi. 3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. 4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman 5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan. 6. Mengidentifikasi isu strategi yang dihadapi organisasi. 7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu 8. menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa
depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Delapan langkah diatas menurut Bryson harus mengarah kepada
tindakan, hasil, dan evaluasi. Dan setiap tindakan, hasil dan evaluasi
tersebut harus ada setiap langkah, dengan kata lain implementasi dan
evaluasi tidak harus menunggu sampai akhir namun menjadi bagian
yang menyatu dari proses dan terus menerus (Bryson, 2007:55).
Selanjutnya dalam hal ini untuk melihat strategi yang ada di
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, peneliti
mengacu pada langkah-langkah proses perencanaan strategis Bryson.
Peneliti hanya membatasi pada empat langkah saja yaitu dimulai dari
langkah menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman), menilai
lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan), mengidentifikasi isu
strategis dan merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. Hal ini
dikarenakan organisasi yang diteliti sudah mempunyai visi dan misi.
1) Menilai Lingkungan eksternal : Peluang dan Ancaman
Lingkungan eksternal adalah suatu kekuataan yang berada diluar
perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali
trhadapnya (uncontrollable) sehingga perubahan-perubahan yang
terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua
perusahaani dalam industri tersebut (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:47),
jadi lingkungan eksternal meupakan lingkungan diluar organisasi yang
tidak dikendalikan oleh organisasi, namun mempengaruhi organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lingkungan ini terdiri atas dua variabel yaitu peluang dan ancaman.
Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi
suatu organisasi, yaitu perubahan undang-undang yang membuka
kesempatan baru dalam kegiatan usaha, identifikasi segmen pasar yang
belum diperhatikan, perubahan dalam kondisi persaingan. Ancaman
adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan organisasi,
seperti : masuknya pesaing baru pertumbuhan ekonomi yang pesat,
undang-undang yang terlalu membatasi, dan sebagainya (Siagian,
2004:173). Analisis lingkungan eksternal dalam penelitian ini dilakukan
melalui:
a) Identifikasi trhadap prubahan sistem politik, ekonomi,
fenomena dan perkembangan teknologi yang dapat
mempengaruhi aktivitas-aktivitas organisasi.
b) Identifikasi pihak-pihak berkepentingan (stakeholder)
yang meliputi:
1. Konsumen
Konsumen yang dimaksud di sini adalah pengunjung
yang merupakan kelompok sasaran organisasi, untuk
itu perlu bagi organisasi mengetahui karakteristik
dan minat pasien.
2. Kolaborator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kolaborator adalah pihak-pihak yang bekerja sama
dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
dalam menjalankan aktivitasnya
3. Kompetitor
Kompetitor adalah pesaing yang menjadi ancaman
bagi organisasi dalam menjalankan aktivitasnya.
Oleh karena itu, oganisasi perlu menyusun langkah-
langkah strategis agar apa yang disajikan dapat
menjadi daya tarik konsumen
2) Menilai Lingkungan Internal : Kekuatan dan Kelemahan
Lingkungan internal adalah lebih pada analisis intern perusahaan
dalam rangka menilai tau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
(Agustinus Sri Wahyudi, 1995:49). Lingkungan internal merupakan
situsi dan kondisi organisasi yang saling mempengaruhi serta terkait
dengan misi, mandat, tugas dan fungsi organisasi tersebut dalam rngka
pencapaian tujuan organisasi. Adapun variabel dari lingkungan internal
adalah kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah meupakan
kompetensi khusus yang tedapat dalam organisasi yang menjadi
keunggulan komparatif organisasi tersebut. Kompetensi tersebut
meliputi sumber daya, ketrampilan, produk andalan dan sebagainya
yang membuat organisasi lebih kuat dari pesaingnya dalam memuaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebutuhan pelanggan (pemilih). Kelemahan adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang
menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang
memuaskan (Siagian, 2004: 172-173).
Hasil identifikasi terhadap lingkungan tersebut memberikan
gambaran mengenai kekuatan (strenght), Kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (treath) yang dijabarkan sebagai
berikut :
a) Kekuatan (strenght) adalah keunggulan dalam sumber
daya, ketrampilan atau keunggulan lainya yang
dimiliki organisasi dan tidak dimiliki pesaing.
b) Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan dan
kemampuan yang dapat menghambat pelaksanaan
aktivitas organisasi.
c) Peluang (opportunity) adalah kondisi yang
menguntungkan organisasi, seperti perubahan
peraturan, perubahan teknologi, dan perubahan minat
pemilih.
d) Ancaman (treath) adalah kondisi yang tidak
menguntungkan organisasi dan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengganggu dalam kelancaran aktivitas organisasi,
seperti perubahan dan munculnya pesaing.
3) Mengidentifikasi Isu Strategis Yang Dihadapi Organisasi
Setelah pengidentifikasian lingkungan internal dan eksternal
kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap
isu-isu strategis. Isu-isu strategis adalah faktor-faktor lingkungan yang
berasal dari lingkungan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi
yang akan memberikan pengaruh langsung terhadap kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuanya (Crown Dirgantoro, 2001:45).
Indentifikasi isu organisasi adalah marupakan jantung dalam proses
penyusunan strategi. Karena hal ini sangat terkait dengan pemilihan
kebijakan pokok organisasi yang didasarkan pada kekuatan dan peluang
yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada.
Setidaknya ada tiga macam isu strategis yang akan dihadapi organisasi:
1. Isu-isu yang tidak dibutuhkan tindakan sekarang, namun isu
tersebut harus terus dipantau.
2. Isu-isu dapat ditangani sebagai bagian dari strategi reguler
organisasi.
3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan tidak dapat
ditangani dengan strategi yang bersifat reguler.
Mengidentifikasi isu-isu strategis merupakan tahapan yang
paling menentukan dalam proses perencanaan strategi, identifikasi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dengan berdasarkan dari analisis SWOT. SWOT adalah
merupakan akronim dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Oportunities (peluang), dan Treaht (ancaman). Dalam proses
perencanaan strategi model Bryson, langkah 4 dan 5 mengarsip peluang
dan ancaman eksternal maupun kekuatan dan kelemahan internal. Dari
hasil penilaian tersebut akan menjadi wahana untuk mengidentifikasi
isu-isu strategi, sebab isu strategi berkenaan dengan bagaimana
organisasi berhubungan dengan lingkungan yang lebih besar dimana
organisasi menjadi penghuni.
Manfaat menggunakan analisis SWOT (Bryson, 2007:147)
adalah : Pertama, membantu berfikir logis para pengambil keputusan
kunci, yaitu dalam memilih alternatif stategis. Kedua, dengan
pendekatan ini akan diperoleh gambaran mengenai posisi organisasi
atau perusahaan, yaitu dengan melihat perbandingan antara kekuatan
dan peluang yang dimiliki juga kelemahan dan ancaman dimasa depan.
Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu stategis
adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu
organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya.
Setelah diidentifikasi kemudian isu strategis tersebut harus
diurutkan berdasarkan urutan prioritas, logis, atau aturan temporal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai urutan temporal sebagai pendahuluan dalam pengembangan
strategi dalam langkah berikutnya strategi dipandang sebagai pola
tujuan, kebijakan program, tindakan, keputusan, alokasi sumber daya
yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan,
dan mengapa organisasi melakukanya. Untuk menentukan strategisnya
sebuah isu dapat menggunakan teknik “Litmust Test” yaitu setiap isu
strategis yang sudah teridentifikasi diberikan tiga belas pertanyaan. Dari
setiap petanyaan kemudian diberikan penilaian. Isu yang memiliki skor
tertinggi adalah isu yang benar-benar strategis dan isu operasional
adalah yang memiliki skor terendah. Penentuan skor sebagai berikut :
· Skor 1 untuk isu yang bersifat operasional.
· Skor 2 untuk isu yang cukup strategis.
· Skor 3 untuk isu yang sangat strategis.
Dari hasil peralian antara jumlah soal dan skor diperoleh nilai
tertinggi 39 dan terendah 13. Sehingga ditrapkan kategorisasi sebagai
berikut:
· Nilai 13-21 untuk isu kurang strategis
· Nilai 22-30 untuk isu cukup strategis
· Nilai 31-39 untuk isu sangat strategis
Untuk memperjelas akan peneliti sajikan dalam bentuk lembar
kerja dibawah ini
Tabel 2.2 Tes Litmus untuk Isu-Isu Strategis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Operasional........................................Strategis
Pertanyaan (1) (2) (3)
1. Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis ada dihadapan anda?
Sekarang Tahun Depan
Dua Tahun atau lebih
dari sekarang
2. Seberapa luas isu akan berpengaruh pada organisasi anda?
Unit atau devisi tunggal
Beberapa devisi
Seluruh Departemen
3. Seberapa banyak resiko/pluang keuangan organisasi anda?
Kecil Sedang Besar
4. Apakah strategi bagi pemecahan membutuhkan: a.Pengembangan
saaran program?
b.Perubahan signifikan dalam sumber-sumber atau jumlah pajak
c.Perubahan signifikan dalam ketepatan peraturan?
d.Penambahan modifikasi fasilitas?
e.Penambahan staff yang signifikan?
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
5. Bagaimana pendekatan terbaik bagi pemecahan isu?
Jelas, siap untuk diemplementasikan
Parameter luas, agak terperinci
Terbuka luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Merumuskan Strategi untuk mengelola isu-isu
“Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan,
program, tindakan, keputusan alokasi sumber daya yang
mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang
dilakukan, dan mengapa organisasi itu melakukanya”.
(Bryson, 2005:189)
6. Tingkat manajemen manakah yang dapat menetapkan bagaimana menanggulangi isu?
Pengawas staff lini Ketua Tim sukses Ktua DPD
7. Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak diselesaikan? Ada gangguan
efisiensi
Kekacauan kinerja
organisasi, kehilangan
sumb er dana
Kekacauan kinerja
organisasi jangka
panjang, biaya besar, merosotnya perolehan
suara 8. Seberapa banyak
departemen lain dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan?
Tidak ada Satu sampai tiga
Empat atau lebih
9. Bagaimana sensitifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religius, dan kultural?
Lunak sedang keras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jadi, merumuskan trategi adalah merumuskan program-program
strategis atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan
organisasi untuk mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-
program strategis, alternatif-alternatif kebijakan mendasar yang akan
dilakukan organisasi untuk menanggapi isu strategis yang berada pada
tahap sebelumnya.
Untuk merumuskan strateginya digunakan analisis SWOT
dengan melihat faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman). Dengan menggunakan analisis
SWOT tersebut akan diperoleh kemungkinan alternatif strateginya.
Berikut ini Matriks analisis SWOT:
Tabel 2.3 Matriks Analisis SWOT
IFAS EFAS
STRENGHTS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor yang menjadi peluang
ekstrnal
STRATEGI (SO) Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI (WO) Ciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang THREATS (T)
Tentukan 5-10 faktor yang menjadi ancaman
ekstrnal
STRATEGI (ST) Ciptakan strategi
yang menggunkan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI (WT) Ciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: Matriks Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2001:31)
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan
yang similiki untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yan
ada serta menghindari ancaman.
Dari Matrik SWOT diatas dapat digambarkan diagram
SWOTnya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.1 Diagram Analisisis SWOT
1. Mendukung
Strategi Agresif 3. Mendukung Strategi Turnaround
4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi
(Freddy Rangkuti, 2001:19)
· Kuadran 1
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Groth Orinted
System)
Berbagai Peluang
Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
Kelemahan Internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
· Kuadran 2
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan ipeluang jangka panjang dengan cara
strategi diversivikas (produk/pasar)
· Kuadran 3
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi
dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan
Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik.
· Kuadran 4
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan terebut menghadapi ancaman dan kelemahan
internal.
Ada beberapa cara juga untuk menentukan atau menyusun
strategi menurut Hadari Nawawi, 2000:176-177, diantaranya adalah:
1. Strategi Agresif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan
mendobrak penghalang, rintangan, atau ancaman untuk
mencapai keunggulan/prestasi yang ditargetkan.
2. Strategi Konsevatif
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan
dengan cara sangat berhati-hati disesuaikan dengan
kebisasaan yang berlaku.
3. Strategi Difensif
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan
untuk mempertahankan kondisi keunggulan atau prestasi
yang sudah dicapai.
4. Strategi Kompetitif
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan
untuk mewujudkan keunggulan yang melebihi organisasi
non profit lainya yang sama posisi dan jenjangnya
sebagai paratur pemerintah.
5. Strategi Inovatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau
tindakan agar organisasi non profit selalu tampil sebagai
pelopor pembaharuan dalam bidang pemerintahan
khususnya dibidang tugas pokok masing-masing, sebagai
suatu keunggulan.
6. Strategi Diversivikasi
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau
tindakan berbeda dari strategi yang biasanya dilakukan
sebelumnya, atau berbeda dari strategi yang
dipergunakanorganisasi non profit lainya dibidang
politik dan dalam melaksanakan pembangunan.
7. Strategi Preventif
Strategi ini dilakukan dengan membuat program-
program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau
tindakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kekeliruan,
baik yang dilakukan oleh organisasi sendiri maupun
yang diperintahkan oleh organisasi diatasnya.
B. Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kerangka pemikiran adalah landasan berfikir seseorang
tentang bagaimana ia menjelaskan suatu fakta atau hubungan antara
faktor atau dapat juga menjelaskan antar variabel atau hubungan
antar variabel dengan mengacu pada landasan teori. Untuk
mempermudah memahami mengenai Strategi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan Obyek
Pariwisata Pengging
Kerangka berpikir ini berawal dari adanya otonomi daerah
yang memaksa Pemerintah Daerah Boyolali untuk mengoptimalkan
sumberdaya produktif dimana salah satunya adalah sektor
pariwisata. Kabupaten Boyolali merupakan daerah tingkat dua yang
mempunyai banyak potensi pariwisata, salah satunya adalah Obyek
Pariwisata Pengging. Obyek Pariwisata Pengging merupakan
potensi pariwisata yang sangat potensial untuk berkontribusi dalam
peningkatan PAD, Namun di dalam potensi yang besar tersebut
belum bisa dioptimalkan oleh Pemerintah Boyolali untuk
meningkatkan PAD. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan yang memayungi urusan pariwisata yang bertujuan
untuk terwujudnya Kabupaten Boyolali sebagai tujuan wisata yang
kompetitif dan peningkatan PAD melalui kegiatan pariwisata
dituntut untuk memiliki strategi untuk merespon hal tersebut.
Sehingga mampu untuk mencapai tujuan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam menentukan strategi tersebut tentunya Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali akan menghadapi lingkungan
organisasi, baik yang ada dalam organisasi (internal) dan yang ada
diluar organisasi (eksternal). Namun Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Boyolali juga dihadapkan pada hambatan-
hambatan dan tantangan-tantangan. Oleh karena itu, dalam
menghadapi berbagai kondisi tersebut Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Boyolali perlu membuat strategi untuk
pengembanagn Obyek Pariwisata Pengging dengan menggunakan
analisis SWOT dimana dalam melakukan analisis SWOT ini
langkah yang dilakukan yakni menganalisis lingkungan eksternal
dan internal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali,
langkah selanjutnya mengidentifikasi isu-isu strategis kemudian
menentukan strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Boyolali dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat pada bagan
kerangka berfikir dibawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Mandat, Visi, dan Misi DISPARBUD Kab. Boyolali
Analisis SWOT DISPARBUD. Boyolali
Identifikasi Isu Strategi DISPARBUDr Kab. Boyolali
Strategi DISPARBUD kab. Boyolali dalam Pengembangan
Obyek Pariwisata Pengging
Lingkungan Internal
DISPARBUD Kab. Boyolali
Lingkungan Eksternal
DISPARBUD Kab. Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah dan tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah dengan memaparkan,
menggambarkan serta menganalisa keadaan atau fenomena sosial masyarakat
berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Menurut H. B. Sutopo (2002:111), deskriptif kualitatif adalah metode
yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan
secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan. Jadi penelitian deskriptif
kualitatif digunakan untuk menyusun gambaran mengenai objek apa yang
diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi
penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari
data yang telah disajikan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Boyolali. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari atas
pertimbangan bahwa instansi inilah yang mempunyai tugas pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang pariwisata di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali, termasuk didalamnya
pengembangan Obyek Pariwisata Pengging.
C. Sumber Data
Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2000:112)
mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti arsip,
dokumen, dan lain-lain. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara
atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai
berikut :
a. Informan.
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/
narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki
informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan
narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta
peneliti, tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam
menyajikan informasi yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50).
Informan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Staf Seksi pengembangan Pariwisata Kabupaten Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Staf UPT Pengging Kabupaten Boyolali
3. Masyrakat
b. Dokumen atau arsip
Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang
telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari
dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti (H.B. Sutopo, 2002:54).
Dalam penelitian ini dokumen atau arsip yang digunakan, antara
lain : Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Boyolali dan Obyek Pariwisata
Pengging, Laporan Berkala pengunjung dan pendapatan dari Obyek
Pariwisata Pengging Tahun 2009, Laporan Akhir Tahun Seksi UPT
Pengging Tahun 2009, Laporan Kegiatan Pengembangan dan
Pembangunan Obyek Pariwisata Pengging Tahun 2009
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Moleong, 2000:135).
Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan
konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep mengenai pribadi, peristiwa,
aktivitas, organisasi, perasaan, persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan
dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai
bagian dari masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dengan
harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang (H.B Sutopo,
2002:58).
Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung kepada informan dalam
bentuk wawancara mendalam dengan menggunakan kerangka atau daftar
pertanyaan sebagai pedoman mengenai apa yang akan ditanyakan supaya
lebih terarah. Peneliti melakukan wawancara dengan Staf Seksi
pengembangan Obyek Pariwisata Kabupaten Boyolali dan Staf Seksi UPT
Pariwisata Pengging Kabupaten Boyolali
2. Observasi
Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan
secara sistemik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan
hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan (Iskandar, 2009:121). Dalam hal ini peneliti mendatangi secara
langsung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dan
Kantor UPT Pengging yang berada di Lokasi Objek Pariwisata untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti.
3. Telaah Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan cara analisis dokumen dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang
berada di tempat penelitian ataupun yang berada di luar tempat
penelitian, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut (Iskandar,
2009:134). Peneliti mengumpulkan dan memahami data-data yang
diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai pendukung dan pelengkap data
penelitian yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
Kabupaten Boyolali.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
snowball sampling dimana pemilihan informan berdasarkan petunjuk dari
informan sebelumnya dan seterusnya sehingga didapatkan data yang lengkap
dan akurat. Seperti yang diungkapkan Susanto (2006:121) bahwa :
“Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Jadi penarikan sampel dilakukan melalui
beberapa tahap, ibarat bola salju yang bila menggelinding, makin lama
makin besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Validitas Data
Pengembangan validitas data dapat digunakan dengan pemilihan teknik
trianggulasi. Trianggulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi data. Patton (dalam H.B Sutopo, 2002:79) menyatakan bahwa
dalam trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang
berbeda untuk mengumpulkan data yang sama. Dalam penelitian ini,
trianggulasi data dilakukan dengan menggunakan sumber data yang berbeda-
beda sehingga sumber data yang satu dan yang lainnya dapat saling
melengkapi untuk kemudian dapat dibandingkan dan diuji.
G. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisis terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan dan menentukan hasil akhir, tiga komponen tersebut menurut H.
B. Sutopo (2002:91-94) adalah :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data
dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan
data. Artinya, rreduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil
keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus,
menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu cara menentukan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengumpulan data yang akan digunakan.
Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan
dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan.
Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding,
memusatkan tema dan menentukan batas-batas permasalahan, dan juga
menulis memo. Proses reduksi data berlangsung terus sampai laporan akhir
penelitian selesai disusun.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis
dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bias mudah dipahami berbagai
hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada
analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannnya tersebut.
Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebagai petanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan
menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data selain dalam bentuk
narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau
skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung
narasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Penarikan Simpulan
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantab dan benar-benar
bias dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan
cepat, mungkin sebagai akibat fikiran kedua yang timbul melintas pada
peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar
pada catatan lapangan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis ,yaitu:
reduksi data, sajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi
berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data sebagai satu
siklus yang berlangsung sampai akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya
dapat terlihat skema bagan model analisis interaktif berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo, 2002:96)
Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyajian Data
Penarikan Simpulan / Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DISKRIPSI LOKASI
A.1 DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAAN KABUPATEN
BOYOLALI
Boyolali merupakan Kabupaten yang memiliki beberapa potensi unggulan
yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, salah
satu potensi tersebut adalah potensi pariwisata yang siap untuk dikembangkan. di
Boyolali Potensi Pariwisata belum berkembang secara optimal, hal itu tampak
masih sedikitnya jumlah wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di kabupaten
Boyolali. Padahal pariwisata di Kabupaten Boyolali mempunyai peranan Strategis
antara lain peningkatan PAD Kabupaten Boyolali, peningkatan taraf hidup
masyarakat sekitar obyek pariwisata melalui kegiatan perekonomian, serta
mengurangi pengangguran.
Banyak usaha selama ini yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Boyolali dalam mengembangkan Pariwisata Boyolali baik dalam
unsur internal kelembagaan maupun unsur eksternal dalam kelembagaan. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai Dinas yang memayungi kepariwisataan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebudayaan daerah Kabupaten Boyolali, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Boyolali mempunyai Visi dan Misi:
1. VISI Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
“Terwujudnya Kabupaten Boyolali sebagai daerah tujuan Wisata yang
Kompetitif melalui Pengembangan “.
Sedangkan Misinya adalah :
1. Meningkatkan kualitas produk pariwisata dan deversifikasi produk
wisata serta pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha pariwisata
2. Menguatkan SDM pariwisata melalui pelatihan yang relevan dan
Berkelanjutan.
3. Meningkatkan upaya konservasi Budaya
4. Meningkatkan pemasaran dan
5. Meningkatkan jaringan kerja sama antar daerah dalam bidang promosi
pariwisata
2. Tujuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
1. Meningkatkan dan promosi daerah tujuan pariwisata serta
bertambahnya kerjasama antar daerah dalam bentuk paket-paket
wisata
2. Meningkatkan kerjasama antar daerah se-
SUBOSUKOWONOSRATEN antara lain Surakarta, Boyolali,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, dan Klaten sesuai dengan
keputusan bersama
3. Meningkatkan mutu pelayanan dan deversifikasi produk wisata
yang dapat menaikkan daya tarik obyek wisata
4. Meningkatkan kualitas pelayanan pada setiap obyek wisata
5. Melestarikan budaya daerah Kabupaten Boyolali hingga mampu
dijadkan salah satu daya tarik wisata.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu rangka yang menunjang
dan menunjukkan alur distribusi fungsi, tugas, dan wewenang dari
seluruh sumber daya manusia yang ada dalam sebuah organisasi.
Tugas dan wewenang masing-masing jabatan sesuai dengan tingkatan
dalam struktur organisasi.
Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2001. Struktur organisasi
dan Kebudayaan Boyolalali Kabupaten Boyolali sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Bagian Tata Usaha;
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
3. Bidang Obyek dan daya tarik Wisata terdiri :
a. Seksi Obyek dan Atraksi Wisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Seksi Usaha Rekreasi dan Hiburan
4. Bidang Sarana Pariwisata Terdiri dari :
a. Seksi Tenaga Kerja
b. Seksi Akomodasi
c. Seksi Restoran dan Makanan
5. Bidang Pemasaran Terdiri dari:
a. Seksi Promosi
b. Seksi Informasi
c. Seksi Bimbingan Wisata
6. Bidang Kebudayaan terdiri dari:
a. Seksi Kesenian, bahasadan satra daerah
b. Seksi Akomodasi
c. Seksi Bimbingan Wisata
7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari :
a. UPTD Obyek Wisata Kawasan Pengging
b. UPTD Arga Merapi Merbabu
c. UPTD obyek Wisata Tlatar
d. UPTD Pengeloal Lapangan dan Olahraga
Berikut ini adalah uraian tugas pokok dan fungsi dari Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali :
1. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
Tugas pokok Dinas pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
melaksanakan kewenagna otonomi daerah di bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pariwisata dan Kebudayaan yang menjadi
tanggungjawabnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas-tugas lain
yang diberikan Bupati.
Untuk melaksanakan sebagaimana yang dimaksud di atas
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali mempunyai
fungsi :
a. Perumusan Teknis pemberian bimbingan dan
pembinaan terhadap urusan objek wisata, pramuwisata
khusus, penginapan remaja, urusan rumah makan
restoran, usaha rekreasi dan hiburan umumserta atraksi
pariwisata, promosi pariwisata serta urusan kebudayaan
b. Perencanaan teknis operasional dan pengembangan
urusan-urusan kepariwisataan dan kebudayaan yang
menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
d. Pemberian perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Pengawasan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan
tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku
f. Penyusunan dan pelsksanaan tugas administrasi Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan.
2. Bagian Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan
rumah tangga, perencanaan dan pelaporan keuangan dan
umum.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas,
bagian tat usaha mempunyai fungsi :
a. Pengelolaan perencanaan dan pelaporan
b. Pengelolaan kepegawaian
c. Pengelolaan keuangan
d. Pengelolaan urusan umum
3. Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata
Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas
pemimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan,
pengembangan dan pemantauan obyek wisata, atraksi wisata,
rekreasi dan hiburan umum.
Dalam melaksanakan tugasnya di atas sub dinas obyek dan
daya tari wisata mempunyai fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan
pembinaan, pengembangan , dsn pemantauan obyek wisata
dan atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum
b. Penyiapan perijinan di bidang pengembangan obyek wisata,
atraksi wisata rekreasi dan hiburan
c. Pengawasan dan pengendalian kegiatan obyek
wisata,atraksi wisata, rekrasidan hiburan umum
4. Sub Dinas Sarana Pariwisata
Sub dinas sarana pariwisata mempunyai tugas memimpin dan
membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan
dan pemantauan pengusaha akomodasi rumah makan dan
restoran serta tenaga kerja pariwisata
Dalam melaksanakan tugasnya diatas sub dinas sarana
pariwisata mempunyai fungsi
a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan
pembinaan pengembangan perijinan dan pemantauan
pengusaha akomodasi, rumah makan dan restoran serta
tenaga kerja pariwisata
b. Pengawasan dan pengendalian atas pembinaaan
pengembangan perijinan dan pemantauan pengusaha
akomodasi, rumah makan dan restoran serta tenaga kerja
pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Sub Dinas Pemasaran dan Penyuluhan
Sub dinas pemasaran dan penyuluhan mempunyai tugas
memimpin dan membina penyiapan bahan pembinaan,
pengembangan dan pemantauan pemasaran dan penyuluhan
wisata
Dalam melaksanakan tugasnya di atas Sub dinas pemasaran
dan penyuluhan mempunyai fungsi :
a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan
pembinaaan pengembangan pemasaran dan penyuluhan
pariwisata
b. Pengawasan dan pengandalian dan pelaporan kegiatan
pemasaran dan penyuluhan pariwisata
6. Sub Dinas kebudayaan
Sub dinas Kebudayaan mempunyai tugas memimpin dan
membina penyiapan bahan pembinaan , pengembangan
pelestarian dan pengelolaan kebudayaan
Dalam melaksanakan tugasnya di atas sub dinas Pemasran dan
Penyuluhan mempunyai fungsi :
a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan
kegiatan pembinaan, pengembangan, pelestarian dan
pengelolaan kebudayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pengawasan dan pengendalian dan pelaporan kegiatan
pembinaan, pengembangan pelestarian dan pengeloalaan
kebudayaan
7. Unit Pelaksana Tekhnik Dinas
Unit pelaksana Teknis Dinas mempunyai tugas melaksanakan
perencanaan, pengelolaaan obyek, pengawasan obyek dan
memberikan informasi kepariwisataan serta melaksanakan
evaluasi dan melaporkan hasil evaluasi.
A.2 Obyek wisata pengging
Obyek Wisata Pengging dterletak di Desa Dukuh Kecamatan
Banyudono 12 KM sebelah timur Kota Boyolali atau 17 Km sebelah
barat Kota Surakarta. Obyek Pariwisata Pengging merupakan Obyek
Pariwisata Tirta, Ziarah dan Kebudayaan.
Di dalam pengelolaannya Parwisata Pengging dikelola oleh UPTD
Obyek Pariwisata Pengging yang merupakan bagian dari Sub Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali. Didalam UPT Bidang Obyek dan
Daya Tarik Wisata mempunyai tugas memimpin dan membina kegiatan
penyiapan bahan pembinaan, pengembangan, dan pemantauan Atraksi
Wisata, Rekreasi dan Hiburan Umum. Dibawah ini merupakan potensi
wisata yang dimiliki oleh Obyek Pariwisata Pengging
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1
Daftar potensi yang dimilkiki oleh Obyek Pariwisata Pengging
Jenis Obyek Pariwisata Obyek Pariwisata
1. Pariwisata tirta
Umbul Penganten, Umbul
Ngabean, Umbul Dudo, Umbul
Sungsang, Umbul Ngendad,
Kolam ikan besar dan kecil
2. Pariwisata Ziarah
Makam Sri Amangkurat
Hadayaningrat, Makam R.Ng
Yosodipuro, Makam Dyah Ayu
Retno Kedaton (Roro Kendad),
makam R.Ng kebo Kenongo
3. Atraksi /Pariwisata budaya
Sebaran Apem, Padusan,
pertunjukkan Wayang Kulit dan
keroncong.
4. Bangunan Yang mempunayi
Unsur Budaya
Masjid besar tirto mulya,
bangunan Umbul Nganten,
Bangunan Umbul Ngabean,
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A.2.1 Fungsi UPT Obyek Pariwisata Pengging
Dalam pelaksanaan tugas pokok UPT Obyek Pariwisata Pengging
mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan teknis penerimaan jenis pendapatan yang
berada di obyek wisata di wilayah kerjanya.
b. Pemeliharaan kekayaan yang berada di obyek wisata di
wilayah kerjanya.
c. Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan obyek wisata di
wilayah kerjanya
A.2.2 Tugas UPT Pengging
1. Kepala UPT Obyek Pariwisata Pengging
Untuk kepala UPT Obyek Wisata mempunyai tugas pokok
memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan sebagian
kegiatan operasional dan kegiatan teknis penunjang dalam urusan
pengeloalan obyek wisata
Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud sebagai berikut
a. Merumuskan kebijaksanaan teknis pada unit kerjanya
b. Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan
kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
c. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pada
unit kerjanya
d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada
atasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan
kepada bawahan
f. Menyiapkan sarana dan prasarana bagi pengunjung obyek
wisata
g. Melaksanakan pungutan retribusi pengadministrasian
retribusi pengunjung dan penyetoran hasil pendapatan ke
kas daerah
h. Melakukan pemeliharaan, perawatan dan pengamanan asset
obyek wisata di wilayah kerjanya
i. Pengaturan, pebgawasan dan pengendalian pemanfaatan
asset obyek wisata di wilayah kerjanya
j. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di unit kerjanya
k. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta
memberikan DP3
1. Sub Bagian Tat Usaha UPT Obyek Pariwisata Pengging
Sub bagian tata usaha pada UPT Obyek Wisata mempunyi
tugas pokok untuk melaksanakan urusan rumah tangga ,
kepegawaian keuangan umum, pengelolaan barang,
perencanaan dan pelaporan
Kepala Sub bagian Tata Usaha pada UPT Obyek Wisata
mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan urusan rumah
tangga, kepegawaian, keuangan umum, pengeloalan barang,
perencanaan dan pelaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penjabaran tugas pokok sebagaimana yang dimaksud sebagai
berikut :
a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pada
unitnya
b. Menyusun rencana program kerja, kegiatan , laporan
kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja
c. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas sub
bagian tat usaha unut kejanya
d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada
atasanya
e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan
kepada bawahan
f. Menyelenggarakan urusan umum dan kepegawaian,
keuangan dan pengelolaan barang serta perencanaan dan
pelaporan
g. Mengelola administrasi surat menyurat, pengarsipan
pemeliharaan rumah tangga kantor
h. Melakuakan monitoring dan evaluasi kinerja sub bagian tat
usaha unit kerjanya
i. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta
memberikan DP3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Analisis Swot dan Strategi Pengembangan Obyek Pariwisata
Pengging oleh dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis bagi
perekonomian daerah Kabupaten boyolali yang apabila dikembangkan
akan membuka peluang yang dapat mendorong kesejateraan masyarakat
Kabupaten Boyolali khususnya pada masyarakat di dekat daerah obyek
pariwisata. Dalam pembahasan ini akan dibahas strategi pengembangan
Obyek Pariwisata Pengging. Dalam pengembangan Obyek Pariwisata
Pengging pemerintahan kabupaten boyolali memberikan kewenangan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, karena dinas ini
yang berkompeten untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang kepariwisataan seni, dan budaya termasuk dalam mengambil
kebijakan dalam bidang kepariwisataan.
Dalam upaya pengembangan Pariwisata Pengging dibutuhkan
suatu strategi yang tepat yang didasarkan pada kondisi internal dan
eksternal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dan
Obyek Pariwisata Pengging yang selalu berubah dengan cepat serta tidak
terlepas dari misi dan visi yang diemban DISPARBUD . Sesuai dengan
pendapat para ahli Argrys, minzberg, steiner dan miner yang menyatakan
strategi merupakan respon terus menerus maupun adaptif terhadap peluang
dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
mempengaruhi organisasi ( dikutip dari Freddy Rangkuti, 2008 :4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam
pengembangan obyek pariwisata pengging oleh dinas pariwisata
dibutuhkan starategi dengan analisis lingkungan internal ( kelemahan
/weaknesses(W)dan kekuatan / Strength(S)) serta lingkungan eksternal
(peluang /Opportunity(O)dan ancaman /Threat(T)) atau sering disebut
dengan analisis SWOT.
B. 1 Analisis Factor Lingkungan DISPARBUD
1. Factor lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan situasi dan kondisi dalam
organisasi yang saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan dan
tugas suatu organisasi. Analisa lingkungan internal ini bertujuan untuk
mengidentifikasikelemahan dan kekuatan DISPARBUD yang merupakan
aspek untuk membantu dan menghalangi pencapaian misi dan visi
DISPARBUD. Factor internal DISPARBUD yang dianalisa adalah sebagai
berikut
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan hal yang
komplek untuk dimiliki karena keberadaan SDM merupakan sebagai
pelaku utama dalam melaksanakan aktifitas dalam organisasi . Dalam
analisa SDM DISPARBUD dapat dilakukan pada dua aspek yaitu segi
kualitas dan segi kuantitas yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Segi kualitas SDM
Kualitas pegawai umumnya diukur dari tingkat pendidikan dan
pengalaman kerja pegawai. Untuk kualitas dari SDM DISPARBUD
Kabupaten boyolali belum optimal jika dilihat dari segi pendidikan
akan tetapi jika dilihat dari pengalaman kerja ada sebagian pegawai
yang mempunyai masa kerja yang lebih dari lima tahun.
Sesuai dengan bapak Tubinu S. Sos selaku kepala sub bagian
umum dan kepegawaian
“ memang mas jika dilihat dari tingkat pendidikan SDM yang kita miliki mempunyai kualitas yang kurang karena masih banyak terdapat dari pegawai kita yang berpendidikan rendah dan walaupun ada yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi masih banyak terdapat yang tidak sesuai dengan lulusan dan penempatanya ( wawancara 12 oktober 2010)”
Hal tersebut didukung oleh data tentang tingkat pendidikan
pagawai DISPARBUD. Berikut ini perincian Pegawai Disparbud
Tabel 4.2
Tingkat pendidikan Pegawai DISPARBUD
Status SD SMP SMA/
SMK
D3 S1 S2
a. PNS/CPNS
b. PTT
1 3
1 15
21 42
5 4
29 1
4 -
Jumlah Pejabat Struktural 18 orang terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
· Esselon IIb : 1 orang
· Eselon III a : 5 orang
· Eselon IV a : 18 orang
Dari table diatas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang
mempunyai pendidikan sebagian besar adalah SMA atau SMK
sebanyak 63 orang dan disusul dengan S1 yang berjumlah 30 orang.
Tetapi dari sekian bnayak pegawai tersebut semua jabatan struktural
dijabat oleh pegawai yang berpendidikan sarjana dan untuk yang
berpandidikan SD-SMK/SMA hanya pegawai yang bersifat
operasional. Semua itu termasuk staf UPT Pengging, untuk lebih
rincinya dapat dilihat dalam table sebagai berikut
Tabel 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel Pendidikan Staf UPT PEngging
Dilihat dari tingkat pendidikanya dapat dikatakan bahwa kualitas SDM
yang dimiliki oleh DISPARBUD dan UPT Pengging masih kurang
baik.
2) Segi Kuantitas SDM
no nama pendidikan S2 S1 SMA SMP Jabatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sri Waliyanto Msi
Siti Kostiyah SE
Saptono SE
Supriyadi SE
Purwadi
Sutiman
Joko Mulyono
Kirman
Sri Suwarni
Mardiningsih
Priyono
Slameto
S2
Si
SI
S1
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMP
SMP
Kepala UPT
Kasi TU
Staf
Staf
Staf
STaf
Staf
Staf
Staf
Staf
Staf
Staf
1 3 6 2 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah pegawai DISPARBUD Kabupaten Boyolali sebanyak
Jumlah SDM dinas Pariwisata dan Kabupaten Boyolali terdiri dari 136
orang dengan komposisi PNS 57 orang, CPNS 4 orang, PTT 65 orang.
Dari jumlah pegawai yang 136 orang tersebut dirasakan sudah sangat
mewadai mengingat tugas-tugas dan tujuan yang ada
b, Sumber daya Keuangan
sumber daya keuangan merupakan sumber daya pendukung yang
sangat penting dalam berjalanya organisasi di dalam membiayai aktivitas
organisasi dan program-program kerja yang disusun oleh DISPARBUD.
Sumber daya keuangan Disparbud diperoleh sepenuhnya dari APBD
Kabupaten Boyolali. hal ini dikemukakan oleh Dra. Kristiana Purwanti
selaku Sekretariat DISPARBUD
“selama ini alokasi dana yang diterima DISPARBUD memang berasal dari Alokasi APBD kabupaten Boyolali saja mas, untuk sumber dana yang lain selama ini memang belum adamas, sehingga dengan dana yang terbatas harus dapat manfaatkan tepat dengan sasaran”(wawancara 12 Oktober 20100).
Hasil dari wawancara terebut didukung dengan rincian table sebagai berikut
Tabel 4.4 Rincian Anggaran Non Rutin Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali untuk Obyek
Pariwisata Pengging tahun 2006-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Memang hal tersebut sangatlah memprihatinkan dengan hanya
dana dari APBD tidaklah mungkin cukup untuk membiayai terhadap
no Rincian Penggunaaan tahun Biaya
1
2
3
4
5
6.
7.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Saparan Pengging
Padusan
Rehailitasi obyek pariwisata
Pengembangan obyek wisata pengging
Pemasyarakatan sapta pesona
Saparan Pengging
Padusan
Rehabilitasi padmanegara
Pengadaan alat kesenian
Saparan Pengging
Padusan
Pemberdayaan peran masyarakat pengging
Saparan Pengging
Padusan
Rehabilitasi makam pamonegoro
Padusan
Saparan
2006
2006
2006
2007
2007
2007
2007
2008
2008
2008
2008
2009
2009
2009
2009
2010
2010
21.828.000
12.260.000
100.000.000
800.000.000
10.000.0000
22.500.000
20.000.000
150.000.000
25.000.000
23.500.000
25.000.000
30.000.000
25.000.000
23.500.000
100.000.000
25.000.000
21.000.000
jumlah 1.425.088.0000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebutuhan DISPARBUD dan pengembangan obyek Pariwisata terutama
Obyek Paeriwisata Pengging. Akan tetapi hal tersebut bukan berarti
DISPARBUD tidak memiliki penerimaan dana. Disparbud sebenarnya
memiliki penerimaan dana yang berasal dari retribusi tempat rekreasi,
akan tetapi dana tersebut tidak dikelola langsung oleh DISPARBUD
melainkan disetorkan langsung dan dikelola oleh DIPENDA Kabupaten
Boyolali . berikut ini adalah pendapatan dari Pariwisata Pengging tiga
tahun terakhir
Tabel 4. 5
Table pendapatan Obyek Pariwisata Pengging
c. Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas merupakan pendukung bagi kelancaran
aktifitas organisasi. Sarana yang memadai akan mempelancar aktifitas
organisasi dan sebaliknya sarana yang tidak memadai akan menghambat
jalanya proses organisasi, hal itupun juga akan terjadi dalam Disparbud.
Sarana yang dimiliki Disparbud dapat dilihat dalam table sebagai berikut
no Tahun Target Realisasi Persentase
1 2008 140.500.000 151.152.000 111,85
2 2009 152.000.000 155.354.000 100,21
3 2010 156.000.000 159.000.000 100,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.6
Sarana dan Prasara DISPARBUD
no Barang tidak
bergerak
Jumlah Barang bergerak jumlah
Tanah
Bangunan air
Instalasi
Jaringan
Bangunan gedung
8
4
38
3
43
Alat-alat besar
Alat-alat angkutan
Alat kantor dan rumah
tangga
Alat studio
Alat kedokteran
Alat keamanan
5
15
1014
61
4
78
Dari sarana yang dimiliki Disparbud diatas masih terdapat sarana
yang masih kurang di dalam mendukung aktivitas organisasi, seperti yang
diungkapkan ibu Kristiana Puwanti
“ memang mas kami memiliki sarana kantor dan rumah tangga sebanyak 1014 unit tapi itu sebagian besar berupa sarana yang tidak dapat mendukung aktifitas para pegawai disini, dan untuk sarana yang penting bagi jalanya aktifitas masih terdapat kekurangan seperti computer mas, kami hanya memilki kurang dari sepuluh computer mas, dan itu hanya terdapat satu computer yang dapat digunakan bagi internet. Dan semua computer itu hanya terdapat dim kantor pusat sedangkan untuk kantor UPT seperti Kantor UPT pengging tidak ada computer jadi semuanya masih manual , hal itu sangat menghambat kerja pegawai terutama dalam dokumentasi atau pengarsipan”
Sedangkan untuk sarana di dalam Objek Pemandian Pengging
sendiri sebenarnya sudah mendukung aktifitas para wisatawan hal itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat terlihat dari kondisi sarana dan fasilitas yang ada sangatlah
mencukupi akan tetapi dalam perawatanya sangat memprihatinkan. Hal itu
diungkapkan oleh bapak Sri Waliyanto
“ sarana dan fasilitas pariwisata di Pengginng sebenarnya sudah memadai mas setelah adanya revitalisasi dan rehabilitasi akan tetapi kuarngnya perawatan dari sarana dan fasilitas tersebut membuat terdapat sarana dan fasillitas yang rusak sehingga tidak dapat digunakan”
Pernyataan tersebut didukung dengan data sebagai berikut
Tabel 4.7
Tabel sarana dan Prasarana obyek Pemandian Pengging
no jenis Jumlah
1 Kamar mandi
a. Umbul sungsang 4
b. Umbul ngabean 6
c. Umbul nganten 6
d. Umbul ngendad -
e. Makam Yosodipuro 5
2
Tempat ganti pakaian
a. Umbul sungsang 2
b. Umbul ngabean 3
c. Umbul siramandalem 3
d. Umbul ngendad -
4 Tempat aula pertunjukkan 1
5 Tempat olahraga 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek internal yang
kadang tidak diperhatikan keberadaanya, padahal budaya organisasi
merupakan sangat berpengaruh terhadap organisasi. Di dalam
DISPARBUD kabupaten Boyilali akan dianalisa mengenai etos kerja para
pegawai. Semangat etos kerja dapat diukur dari tingkat kehadiran dan
disiplin pegawai dalam menjalankan tugasnya. Secara umum semangat
kerja pegawai DISPARBUD cukup baik , hal itu diungkapkan oleh Ibu
Kristina Purwanti
“ semangat kerja para pegawai relative sudah baik mas, hal itu dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan dan intensitas kehadiran pegawai. Kalaupun ada pegawai yang keluar dan tidak masuk pasti ijin dahulu atau ada kerja lapangan yang diberikan oleh dinas” (wawancara 12 oktober 2010)
Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan bapak Sri Waliyanto selaku Kepala UPT Pengging
“ untuk staf UPT Pengging Sendiri juga mempunyai semangat kerja yang tinggi hal itu dilihat dari tingkat kehadiran para staf setiap hari padahal dalam UPT ini tidak ada hari libur, dan apabila tidak bisa datang pasti selalu meminta ijin kepada dinas dan kemudian memberitahu saya sebagai kepala UPT di sini, selain absen di dinas di UPT sini pun juga saya adakan absen sebagai laporan ke dinas, hal itu saya lakukan untuk menghindari ketidakdisiplinan pegawai”
e. Kegiatan Pemasaran dan Promosi Pariwisata
Kegiatan pemasaran pariwisata meliputi kegiatan untuk
mempengaruhi , menghimbau dan merayu wisatawan atau konsumen agar
datang ketempat pariwisata. tujuan dari pemasran adalah agar para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
wisatawan membeli produk industry pariwisata baik berupa jasa atau
barang.
Unttuk pemasaran obyek pariwisata pengging penulis membatasi
pemasaran pariwisata menjadi dua yaitu promosi pariwisata pengging serta
pelayanan dan informasi pariwisata. hal ini seperti yang djelaskan Drs. M
Basuni selaku seksi Promosi dan Informasi
“ untuk pemasaran obyek wisata pengging kami hanya melakukan promosi dan memberikan informasi pariwisata obyek pengging maupun even-even yang akan dilaksanakan di obyrek pariwisata Pengging” (wawncara 13 Oktober 2010)
Kegiatan promosi sangatlah penting untuk memperkenalkan obyek
pariwisata pengging ke seluruh masyarakat luas baik itu di dalam
kabupaten Boyolali maupun di luar kabupaten boyolali. di dalam
melaksanakan kegiatan promosi pariwisata pengging DISPARBUD telah
menyiapkan bahan-bahan informasi pariwisata pengging. Untuk promosi
sendiri diakui promosi pariwisata Pengging kurang optimal karena masih
terbatas ruang dan waktunyamasih terbatas.
f. Pengelolahan Obyek Pariwisata Pengging
Salah satu kewenangan Disparbud adalah mengelola obyek
pariwisata termasuk obyek pariwisata pengging. Di dalam pengelolahanya
diserahkan kepada UPT Pemandian dan Ziarah Pengging yang berkantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di pengging tetapi masih berinduk pada Disparbud. Pengging merupakan
obyek pariwisata yan mempunyai keunggulan dalam segi atraksi dan
variasi obyek pariwisata di banding dengan obyek lain yang ada di
boyolali. Pariwisata pengging di dalam pengelolahanya sebenarnya sudah
cukup baik akan tetapi karena masih terganjal dalam keterbatasan
infrastruktur, sarana serta factor pendukung lain sedangkan jumlah dana
untuk pengembanganya sangatlah terbatas, maka pariwisata pengging
masih kalah pendapatnya dari obyek pariwisata lain baik itu yang ada di
boyolali maupun yang ada di luar kabupaten boyolali. hal itu dapat dilihat
dari beberapa obyek pariwisata pengging yang belum dikembangkan.
Untuk masalah lokasi obyek pariwisata pengging sangat strategis
karena terletak diantara jalan SOLO- Semarang-Jakarta serta Solo – Jogja
dan telah memiliki jaringan transportasi udara , darat serta medan yang
ditempuh sangatlah mudah. Dari segi itulah pengging merupakan Obyek
Pariwisata yang sebenarnya sangat startegis dan potensial.
2. Faktor Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal merupakan lingkungan diluar organisasi
yang tidak dikendalikan oleh organisasi tapi sangat berpengaruh terhadap
organisasi. Lingkungan eksternal DISPARBUD kabupaten Boyolali
sangatlah komplek serta selalu berubah-ubah, agar DISPARBUD tidak
mengalami kemunduran maka harus dapat mengikuti perkembangan dan
bias beradaptasi dengan keadaan lingkungan eksternal . Lingkungan
Eksternal ini dapat menimbulkan ancaman dan peluang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Factor eksternal yang dihadapi DISPARBUD Kabupaten Boyolali
meliputi
a. Faktor politik
DISPARBUD sebagai organisasi public sangatlah dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan politik dari pemerintahan di atasnya. Factor
politik yang mempengaruhi DISPARBUD salah satunya adalah
dinamika kewenangan penyelenggaraan kewenangan pemerintah
daerah di bidang pariwisata. sejalan dengan dilaksanakanya Undang-
Undang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah , semua
sector pariwisata juga diserahkan kepada pemerintahan kabupaten atau
kota . hal tersebut didasarkan pada PP No 25 tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonom yang salah satunya untuk mengurusi urusan dan
penyelenggaraan kepariwisataan
Dengan pemberlakuan UU No 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun
2000 merupakan peluang bagi Kabupaten Boyolali melalui
DIPARBUD dalam pengembangan pariwisata salah satunya dalam
pengembangan obyek pariwisata pengging sebagai asset Kabupaten
boyolali di dalam bidang pariwisata terutama untuk Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Hal itu seperti yang diungkapkan ibu Dra. Kristiana
Purwanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“ dengan adanya otonomi daerah ini kami selaku dinas yang diberikan wewenang dari PEMDA biasa bergerak lebih bebas dan leluasa untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengembangan pariwisata, salah satunya pengging mas. Pengging merupakan objek wisata yang sangat potensial bagi Boyolali, dengan adanya otonomi daerah ini maka kami lebih leluasa untuk mengambil program-program di dalam pengembangan pengging walaupun ada sebagian di dalam pengembangan pengging masih ikut dengan kebijakan pemerintah pusat seperti program revitalisasi. ( 12 Oktober 2010)
b. Faktor Sosial
Masyarakat Boyolali khususnya Pengging dikenal dengan
keramahanya . sopan santun, berbudi pekerti hal itu dikarenakan
pengging pada sejarahnya merupakan dekat denga keluarga keratin .
hal di atas merupakan keunggulan yang dapat dijadikan modal bagi
kesiapan pengembangan obyek pariwisata pengging dengan
meningkatkan peran serta masyarakat bagi kegiatan kepariwisataan.
Namun seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi nilai-
nilai tersebut lama-lama luntur. Bahkan menurut DISPARBUD sikap
masyarakat terhadap sadar wisata sangat rendah khusunya pada anak-
anak remaja. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan bapak Sri
Waliyanto S.sos.Msi selaku kepala UPT obyek wisata Pengging
“ di dalam lingkungan wisata Pengging kami sadari tingkat kesadaran pariwisatanya sangat rendah, tapi kami juga berusaha untuk pembentukan sadar wisata di masyarakat pengging ini melalui sapta pesona dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya dan manfaat pariwisata dalam kesehjateraan rakyat.” ( 14 oktober 2010)
c. Pihak-Pihak Berkepentingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DISPARBUD merupakan birokrasi dalam lingkungan yang sangat
kompleks dengan berbagai pihak yang berkepentingan . pihak-pihak
yang berkepentingan dalam DISPARBUD antara lain
1, Konsumen
Konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan
yang membeli produk baik itu jasa maupun barang hasil dari produksi.
Pengenalan dan identifikasi terhadap konsumen sangatlah penting
dalam rangka memperoleh segmentasi pasar. Dengan segmentasi yang
luas maka akan memberikan peluang bagi obyek pariwisata pengging
dalam pangsa pasar pariwisata di Boyolali dan daerah lainya.
Permintaan wisatawan yang berkunjung disayangkan hanya wisatawan
domestik saja hal itu dikarenakan kurangnya optimal promosi dan
kinerja yang dilakukan. Padahal pariwisata pengging mempunyai
potensi pariwisata budaya, untuk lebih jelasnya jumlah pengunjung
dapat dilihat dalam table berikut
Tabel 4.8
Jumlah Pengunjung obyek Pariwisata Pengging
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No tahun Jumlah
pengunjung
ziarah pemandian
2008 53.745 0rang 11.358 orang 42.387orang
2009 59.509 orang 14.638 orang 44.871 orang
2010 67.197orang 18,458 orang 49.739 orang
2. KOLABOLATOR
Kegiatan pariwisata tidak mungkin oleh satu pihak saja oleh
DISPARBUD , melainkan membutuhkan keterlibatan dari pihak lain di
dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging . DISPARBUD
melibatkan kolaborator antara lain kolaborator internal dan kolabarator
eksternal.
Kolabolator internal meliputi keterlibatan antar instansi pemerintah
boyolali di dalam pengembangan obyek pariwisata Penngging .
Instansi-Instansi tersebut antara lain Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Perhubungan, Dinas Perdagangan dan Industri. Sedangkan
Kolabarator eksternal meliputi kerjasama dengan kelompok-kelompok
lain di luar kabupaten boyolali antara lain dengan menyusun paket
wisata yang melibatkan daerah lain di luar kabupaten Boyolali dan
menitipkan brosur kepada dinas pariwisata lain diluar daerah Boyolali.
3. Kompetitor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kompetitor utama obyek pariwisata Pengging terbagi menjadi dua
yaitu competitor yang berasal dari obyek pariwisata boyolali lainya
baik itu yang dikelola swasta maupun DISPARBUD sendiri seperti
Tlatar, Waterboom, pemancingan janti yang semuanya ini merupakan
obyek pariwisata sejenis, tapi dalam hal ini Pengging masih
mempunyai keunggulan yaitu pengging mempunyai obyek wisata
ziarah, kebudayaan dan event-even pariwisata. sedangkan untuk
competitor dari luar daerah meliputi obyek pariwisata yang berada di
luar kabupaten Boyolali sepaerti daerah Surakarta, Klaten, Magelang,
Semarang memiliki obyek pariwisata yang hampir sama dengan obyek
pariwisata Pengging.
C. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
(Analisis Swot)
Dari berbagai analisa factor lingkungan DISPARBUD baik factor
lingkungan internal yang menimbulkan kekauatan dan kelemahan
maupun lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman akan
dilakukan analisi swot yaitu membuat daftar kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman
a. Analisis Kekuatan-Kekuatan Disparbud
1) Struktur organisasi yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Struktur organisasi yang dimiliki oleh Disparbud mulai dari
hierarki kepala staf dan tenaga operasional memiliki tugas
masing-masing sesuai dengan Keputusan Bupati Nomor 512
tahun 2001 ( Rencana Strategis DISPARBUD 2006-2010) ,
hal tersebut menjadi kekuatan bagi DISPARBUD dalam
menjalankan tugasnya di bidang pariwisata yang sangat
komplek dan bertambahnya beban tugas sebagai implikasi dari
pelimpahan kewenangan di bidang pariwisata
2) Kuantitas Pegawai yang cukup memadai
Dari data menunjukkan bahwa jumlah pegawai DISPARBUD
yang cukup banyak yaitu sejumlah 136 orang dengan
komposisi PNS 57 orang, CPNS 4 orang, PTT 65 orang. Dari
jumlah pegawai yang 136 orang tersebut dirasakan sudah
sangat mewadai mengingat tugas-tugas yang ada baik tugas
structural, fungsional maupun operasional.
3) Etos Kerja
dilihat dari intensitas kerja dan disiplin kerja semangat
pegawai DISPARBUD relative cukup baik, hal tersebut
merupakan suatu kekuatan bagi DISPARBUD dalam upaya
pengembangan obyek pariwisata Pengging
4) Lokasi pariwisata Pengging yang Strategis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lokasi merupakan salah satu factor penting di dalam pariwisata
untuk menarik wisatawan, hal itu juga dimiliki oleh obyek
pariwisata pengging dengan letak di antara jalan Solo-Jakarta
dan Solo Yogyakarta maka obyek pariwisata pengging
mempunyai letak yang strategis yang menjadi modal kekuatan
untuk pengembanganya.
b. Analisa Kelemahan DISPARBUD
1) Kualitas Sumber Daya manusia Yang masih rendah
dari data menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai
DISPARBUD berpendidikan SMA sederajat yaitu sebanyak 63
orang dan terdapat pendidikan SD sampai SMP sebanyak 20
orang. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pegawai
DISPARBUD masih rendah, karena dengan kemajuan jaman
dan persaingan yang semakin ketat ini tugas dibidang
pariwisata semakin kompleks pula sehingga dibutuhkan
pegawai-pegawai yang berpendidikan tinggi
2) Sumber Daya Keuangan Terbatas
Berdasarkan pembahasan mengenai sumber daya keuangan
kegiatan-kegiatan pengembangan pariwisata tergantung pada
APBD Kabupaten Boyolali yang jumlahnya relatif
terbatas.padahal dana yang dibutuhkan untuk pengembangan
obyek pariwisata pengging sangatlah banyak mengingat masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyaknya obyek pariwisata yang belum dikembangkan di
daerah obyek pariwisata Pengging.
3) Fasilitas kantor masih kurang memadai
Dari data menunjukkan bahwa jumlah sarana yang penting
dalam menunjang kegiatan organisasi seperti halnya computer ,
namu dalam hal ini pegawai berusaha dengan baik untuk
memanfaatkan fasilitas yang ada guna menunjang aktivitas
kerjanya.
4) Pemasaran dan Promosi yang dilakukan belum optimal
Berdasarkan anlisa bahwa yang dilakukan DISPARBUD dalam
promosi dan pemasaran obyek pariwisata pengging kurang
optimal Karen ahanya menjangkau wisatawan domestic itupun
sebagian besar hanyalah wisatawan yang bertempat tinggal di
boyolali ataupun sekitar boyolali saja.
c. Analisi peluang DISPARBUD
1) Diterapkan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 yang
diperbarui dengan UU no 32 tahun 2004 dan PP No. 25
tahun 2000
Dengan ditetapkanya Undang—Undang no 22 tahun 1999 dan
no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berimplikasi pada penyerahan wewenang sector pariwisata
pada Pemerintah Kabupaten Boyolali memberikan peluang
bagi DISPARBUD dalam pengembangan Pariwisata Pengging
dengan mengambil kebijakan-kebijakan dalam
pengembanganya sesuai dengan karakteristik daerah obyek
pariwisata Pengging.sedangkan dengan diterapkan PP no 25
tahun 2000 memberikan batasan-batasan yang jelas mana yang
menjadi wewnwngpemerintah kabupaten, provinsi dan pusat
sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
2) Medan yang mudah ditempuh
Medan yang mudah ditempuh oleh semua kendaraan darat
sangatlah memberikan peluang bagi Pariwisata Pengging di
dalam pengembanganya. Dengan medan yang mudah akan
memudahkan bagi para pengunjung untuk mendatanginya
dengan kendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum,
sehingga pengunjung tidak susah mencapai Obyek Pariwisata
Pengging.
d. Analisi Ancaman DISPARBUD
1) Sadar Wisata Masyarakat Masih rendah
Salah satu factor sosial yang mempengaruhi pengembangan
Wisata Pengging adalah sikap masyarakat terhadapa pariwisata.
menurut penilaian Disparbud sadar wisata masyarakat
pengging masih rendah ini menjadi salah satu ancaman bagim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
upaya pengembangan pariwisata , karena upaya pengembangan
pariwisata tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat
sekitar
2) Kompetisi dari obyek pariwisata lain
Adanya persaingaan industri pariwisata yang pesat, Pengging
mengalami dampaknya yaitu terdapat persaingan dari obyek
pariwisata lain yang sejenis dengan Obyek Pariwisata Pengging
baik itu berasal dari dalam Daerah Boyolali maupun yang
berada diluar Daerah Boyolali. Hal ini akan menjadi ancaman
bagi obyek pariwisata pengging jika tidak bisa memperbaiki
dalam segi pelayanan, pengelolaan serta pembangunan hal ini
memerlukan pengembangan lebih lanjut.
Dari analisa diatas dapat dibuat analisis swot sebagai berikut
berdasarkan rencana strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
Tahun Anggaran 2006-2010
D. Analisis SWOT
a. Kekuatan / Strenght :
- Obyek Pariwisata Pengging sangat vareatif (pemandian,budaya,
ziarah,buatan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Struktur organisasi dinas pariwisata dan kebudayaan yang baik
- letak kantor yang strategis
- semangat dan etos kerja yang baik
- Kuantitas SDM yang cukup memadai
- Letak obyek pariwisata yang starategis
b. Kelemahan / Weakness :
- Kualitas SDM kurang memadai
- Sarana prasarana kurang memadai
- Pemasaran Obyek pariwisata pengging kurang efektif Anggaran
kecil
- anggaran terbatas
c. Peluang / Opportunity :
- Adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
- Pengembangan obyek wisata sangat luas
- Komitmen Pemerintah Daerah tenteng Dikeluarkannya Undang –
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerinthan Daerah
- Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang penyerahan Sebagaian wewenang pemerintah pusat ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemerintah daerah sebagai daerah otonom Untuk menangani
urusan dan penyelengaraan kepariwisataan.
- Jaringan kerja sama antar daerah dan pusat sangat mendukung
d. Ancaman / Threat :
- Persaingan industri pariwisata yang sangat luas
- Stabilitas politik
- Sadar wisata masyarakat rendah
Untuk mengetahui keterkaitan antara kedua lingkungan yang
menimbulkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, berikut disajikan
bagan Matrik SWOT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari analisi SWOT tersebut maka dapat diidentifikasi isu-isu strategis
yang dihadapi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali berkaitan
dengan pengembangan Obyek Pariwisata Pengging
Isu starategis yang diperoleh dari kekuatan dan peluang ( SO) adalah
sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Peningkatan manajemen dan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata
(pembangumnan infrastruktur, sarana dan prasarana obyek pariwisata)
Isu Strategis yang diperoleh dari kelemahan dan peluang (WO) adalah
sebagai berikut
2. Peningkatan manajemen pemasaran dan promosi obyek pariwisata
Pengging
Isu strategis yang diperoleh dari kekuatan dan ancaman (ST) adalah sebagai
beriku
3. Peningkatan kemitraan dengan unsur pelaku pariwisata antar daerah
Isu Strategis yang diperoleh dari kelemahan dan ancaman (WT) adalah
sebagai berikut
4. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Optimalisasi peningkatan sadar wisata masyarakat guna nmendukung
penegembangan potensi pariwisata
Identifikasi Isu-isu Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Boyolali
Untuk menetapkan strategi, maka isu-isu strategi yang telah didentifikasi
harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan test limuts. Setiap isu yang
diidentifikasi dikenai 13 pertanyaan dan kemudian diberikan penilaian atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut. Isu dengan nilai tertinggi adalah isu
yang strategis. Penentuan skor sebagai berikut :
· Skor 1 untuk yang bersifat operasional
· Skor 2 untuk isu yang cukup strategis
· Skor 3 untuk isu yang sangat startegis
Dari hasil peralian antara jumlah soal dan skor diperoleh nilai tertinggi 35 dan
terendah 28 sehingga diterapkan kategorisasi sebagai berikut :
· Nilai 13-21 untuk isu kurang strategis
· Nilai 22-30 untuk isu cukup strategis
· Nilai 31-39 untuk isu yang sangat strategis
Tabel 4.10
Tes Litmus
No. Pertanyaan Isu 1
Isu 2
Isu 3
Isu 4
Isu 5
1 Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis ada dihadapan anda?
1 1 1 1 1
2 Seberapa luas isu akan berpengaruh pada organisasi anda?
2 3 2 2 1
3 Seberapa banyak resiko/pluang keuangan 3 3 1 1 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
organisasi anda?
4 Apakah strategi bagi pemecahan membutuhkan:
a Pengembangan sasaran program? 3 1 3 3 1
b Perubahan signifikan dalam sumber-sumber atau jumlah pajak
1 1 1 1 1
c Perubahan signifikan dalam ketepatan peraturan?
1 1 1 1 1
d Penambahan modifikasi fasilitas?
1 3 1 3 1
e Penambahan staff yang signifikan?
1 3 3 3 1
5 Bagaimana pendekatan terbaik bagi pemecahan isu?
2 1 1 1 2
6 Tingkat manajemen manakah yang dapat menetapkan bagaimana menanggulangi isu?
2 3 3 2 3
7 Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak diselesaikan?
3 2 3 1 1
8 Seberapa banyak departemen lain dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan?
3 2 2 2 2
9 Bagaimana sensitifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religius, dan kultural?
2 3 1 3 2
Jumlah 25 27 23 24 20
Dari hasil test limuts diatas dapat diketahui kesetrattegian masing-masing sebagai
berikut
1. Isu strategis pengembangan infrastruktur , sarana dan prasarana memiliki
nilai total 25 berarti isu ini merupakan isu yang cukup starategis, strategis
karena di dalam peningkatan daya tarik dan pelayanana pada konsumen
dibutuhkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur, sarana dan
prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Isu strategis pengembangan pemasaran dan promosi obyek pariwisata
pengging mendapatkan nilai total 27 berarti isu ini cukup strategis karena
untuk pengembangan pariwisata sangatalah penting dibutuhkan pemasaran
dan promosi merupakan hal yang utama yang harus dilakukan. Dalam hal
ini penyajian isi dalam pemasaran dan promosi sangat berpengaruh secara
signifikan terhadapa pembaca untuk mengunjungi obyek pariwisata.
3. Isu strategis kerjasama di bidang kepariwisataan mendapatkan skor total
23, isu ini dikatakan cukup strategis. Dengan kerjasama di bidang
kepariwisataan dapat besama-sama dengan stakeholder untuk saling
membantu dan mendorong dalam pengembangan Obyek Pariwisata
Pengging
4. Isu peningkatan sumber daya manusia mendapatkan nilai total 24, ini
menunjukkan isu ini cukup strategis. Karena di dalam pelaksanaan
pengembangan Obyek pariwisata Pengging sangat dibutuhkan SDM yang
berkualitas selain Sumber daya yang alain. Hal itu dikarenakan SDM
merupakan pengegrak dari Sumber Daya yang lain
5. Isu peningkatan Pemberdayaan masyarakat Setempat mendapatkan nilai
total 20, berarti isu ini kurang strategis. Isu ini dikatakan kurang strategis
karena di dalam prosesnya tergantung dari kesaaran masyarakat masing-
masing. Walaupun dengan demikaian isu ini harus perlu diperhatikan,
karena pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu tujuan
penegembangan pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Strategi yang dilakukan Dinas Pariwista dan Kebudayaan Boyolali
1. Pengembangan Infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek
pariwisata Pengging
a. Pengembangan Infarsturktur Pariwisata
Di dalam pengembangan infrastuktur pariwisata Pengging terbagi
menjadi dua, yaitu yang dilakukan oleh dinas pariwisata dan
kebudayaan dan yang dilakukan Oleh pemerintahan pusat.
1. Pengembangan Infrastruktur yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
Untuk yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
berupa pemugaran obyek pariwisata dan penataan obyek-obyek
pariwisata serta sarana rekreasi pariwisata di lokasi pariwisata
pengging. Obyek pariwisata yang terdapat di Pengging telah
mengalami pemugaran dan pembagunan di dalam pengembanganya
baik itu pariwisata yang sudah dikelola oleh Dinas Pariwisata maupun
yang belum dukelola oleh Dinas Pariwisata dengan maksud ke
depanya obyek pariwisata yang belum dikelola tersebut akan dikelola
oleh dinas. Bentuk pengembangan infrastruktur Obyek Pariwisata
Pengging yang dilakukan oleh dinas sebagai berikut.
1.1 Obyek pemandian NGABEAN
Kolam ini pada jaman sri paduka susuhuna Pakubuwono X khusus
hanya dipergunakan mandi para keluarga kasunanan Surakarta. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjaga ketertiban dan keamanan serta kebersihan juga keindahan
oleh raja ditugaskan seorang berpangkat Ngabehi sebagai penjaganya.
Yang akhirnya umbul tersebut sampai sekarang disebut dengan nama
umbul Ngabean
Umbul ini adalah suatu kolam pemandian berpagar tembok
berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 meter dengan
kedalaman 1,5 meter, dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti
pakean serta WC dan kamar mandi. Sebelum diadakan pengembangan
kondisi umbul ini sangatlah memprihatinkan sebagai obyek tujuan
pariwisata, dimana untuk tembok pagarnya yang banyak coretanya,
kamar mandinya antara laki-laki dan perempuan menjadi satu dan
lantainya berlubang dan kolam yang berlumut. Selain itu masih
terdapat beberapa fasilitas yang rusak seperti pintu masuk umbul dan
atap aula yang rusak dan tidak terawat. Dari kondisi inilah maka Dinas
pariwisata dan kebudayaan boyolali mengambil stategi untuk
melakukan pemugaran demi menarik para wistawan, upaya yang
dilakukan adalah dengan memperbaiki kondisi tembok dan
mengecatnya putih bersih. Memperbaiki kamar mandi yang sudah ada
serta membangun kamar mandi lagi guna memisahkan antara kamar
mandi perempuan dan laki-laki dan mengganti ubin aula dari yang dulu
hanya biasa menjadi keramik. Sedangkan untuk pintu dan genteng
yang dulu berkesan tradisional diganti dengan pintu dan genteng yang
lebih modern. Untuk mendukung keindahan sekarang di sekitar kolam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diberi tempat duduk dan ditanami pohon perdu dan rumput, sehingga
terkesan terdapat taman di sekitar kolam
Hal itu sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bapak Sutanto sebagi
Kepala UPT obyek pariwisata pengging
“ kondisi umbul Ngabean sebelum ada pemugaran memang memprihatinkan dan banyak pengunjung yang mengeluh tentang fasilitas yang kami sediakan, menurut saya kondisi tersebut tidak layak bagi tujuan pariwisata, sebenarnya kami sebagai pengelola langsung obyek pariwisata pengging berusaha untuk menjaganya, akan tetapi karena pengunjung kadang tidak mempunyai kesadaran untuk menjaga fasilitas tersebut diluar sepengetahuan kami mereka merusak fasilitas yang ada dan mencoret-coret tembok yang dapat merusak keindahan umum, tapi setelah pemugaran yang dilakukan keadaan berbalik 180 derajat, kondisi yang sekarang menjadi nyaman dan asri, untuk penggantian pintu dan atap sebenarnya sangat disayangkan, karena peninggalan yang mempunyai nilai budaya yang dapt menjadi daya tari tersendiri, akan tetapi hal itu tidak dapat dihindarkan karena pintu dan atap sudah terlalu rusak. Untuk bentuk bangunan tetap dipertahankan karena agar nilai kebudayaan yang ada tidak hilang”( wawancara 13 oktober 2010)
Dari wawancara tersebut dapat diketahui sebelum adanya
pengembangan Umbul Ngabean kurang terawat dan belum sebagus
sekarang. Dalam melakukan pengembanganya dinas pariwisata
melakukan pemugaran dengan mempertahankan bentuk bangunan
yang telah ada serta perbaikan fasilitas yang ada dan membangun
fasilitas guna melengkapi fasilitas yang sudah ada.
1.2 UMBUL PENGANTEN
Umbul Nganten pada awalnya terdapat dua buah umbul yang pada
saat kunjungan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X di Sabda atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dicipta menjadi satu dan ternyata benar-benar menjadi satu. Karena
dua umbul telah menjadi satu, sehingga umbul tersebut
diibaratkansebagai sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu.
Sehingga akhirnya umbuk tersebut sampai sekarang dikenal dengan
nama umbul penganten
Umbul ini adalah suatu kolam pemandian yang berpagar tembok
dengan ukuran lebar 24 meter, dan panjang 33 meter dengan
kedalaman berturut-turut dari 0,7 m, 1,40 m, dan 1,80 m. fasilitas yang
ada dalam umbul ini adalah bangunan ruang tungu, ruang ganti pakean,
WC dan kamar mandi. Umbul ini tidak terlepas dari pemugaran yang
dilakukan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali walaupun
sebenarnya keadaan umbul ini tidak terlalu parah akan tetapi dari segi
keamanan kondisi umbul ini kurang menjanjikan, karena tembok pagar
yang sudah rapuh dan alas dari kolam renang yang masih berupa
kerikil. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan
pembangunan pagar tembok yang mengelilingi umbul dan mengganti
ubin kolam renangnya dengan keramik. Hal itu dilakukan dinas dengan
alasan keamanan, keindahan seta kenyamanan para pengunjung umbul
Penganten.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Slameto sebagai salah satu staf
UPT obyek pariwisata pengging yang bertugas dalam tiket masuk
umbul penganten
“ saya sebagai petugas yang menjaga tiket masuk umbul Penganten sangat merasakan perbedaan kondisi umbul anten yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekarang terutama pada segi keamanan, dimana yang dulu pagarnya sangat rapuh dimana seolah-olah tinggal menunggu waktu untuk runtuhnya saja, sampai-sampai adsa larangan agar tidak dekat-dekat dengan pagar untuk menghindari kalau sewaktu-waktu akan roboh, tetapi dengan adanya pemugaran di Umbul Penganten ini hal kekahawatiran tersebut jadi hilang, emang disayangkan dengan adanya pemugaran ini tembok yang mempunyai nilai sejarah diganti, akan tetapi dinas di dalam pembangunan tersebut membagun sesuai bentuk sepeti seperti awalnya walupun sudah tidak asli lagi, yang terpenting keamanan dan kenyamanan pengunjung tercukupi”( wawncara 13 Oktober 2010)
Dari wawancara tersebut umbul penganten dilakukan pemugaran
dengan alasan utama keamanan bagi para pengunjung, dengan
pemugaran yang dilakuakn diharapkan agar keamanan di umbul
penganten dapat terjamin, sehingga akan timbul kenyamanan.
1.3 Umbul Dudo
Awal mulanya terjadi umbul dudo adalah diketemukan seekor
kura-kura ( Bulus dalam bahasa jawa) cukup besar yang berjenis
kelamin jantan. Oleh karena itu karena hanya diketemukan seekor
kura-kura jantan diumbul tersebut, maka sampai sekarang dikenal
dengan nama umbul dudo ( sebutan sesorang yang laki-laki yang telah
ditinggal istrinya)
Umbul ini adalah suatu kolam pemandian, dengan ukuran lebar 8
m, panjang 12 m. dengan kedalaman 0.70 m yang di dalamnya terdapat
sebuah batu yoni yang terbalik. Umbul dudo pada awalnya merupakan
tempat untuk mencuci pakaian oleh warga setempat, tetapi setelah
diadakan pemugaran umbul dudo dialihkan fungsi menjadi pemandian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan kelilingnya dibangun pagar dari besi yang tngginya Cuma 1, 5
m. untuk fasilitas yang lain di umbul ini tidak dilengkapi
Seperti yang diungkapkan Bpk Sri Waliyanto
“ umbul dudo merupakan peralihan fungsi setelah terjadi pemugaran, tetapi pemugaran yang dilakukan hanyalah sebatas pembangunan pagar dan fasilitas kamar mandi yang sederhana, pengelolahan yang dilakukan di umbul ini berbeda sendiri karena tidak dipunguti karcis masuk.Hal itu dikarenakan yang menggunakan umbul ini merupakan warga sekitar. Jadi pada intinya umbul ini merupakan obyek pelengkap umbul-umbul lain “(wawancara 13 oktober 2010)
Berdasarkan hasil wawancara di atas pemugaran umbul dudo
merupakan peralihan fungsi dari yang semula untuk tempat mencuci
warga sekarang dijadikan tempat pemandian yang pengelolaanya
belum dikenakan biaya masuk karena hal tertentu.
1.4 Kolam ikan kecil dan Besar dan panggung kesenian
Kolam ikan kecil berukuran lebar 14 m, panjang 33 m, dengan
kedalaman air 0,80 m. sedang kolam ikan besar berukuran lebar 45 m,
panjang 65 m dengan kedalaman 2 m yang sumber airnya pelimpahan
dari umbul penganten dan umbul Dudo. Dimana di tengah kolam ikan
besar terdapat panggung kesenian yang berukuran 7x7 m. Kolam ini
disediakan untuk umum dan sebagai tempat rekreasi pemancingan
Setelah adanya pemugaran terjadi penataan di dalam fungsi kolam
besar dan kecil tersebut, yaitu dinas pariwisata dan kebudayaan
boyolali bekerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaanya.
Dimana kolam tersebut sekarang dialih fungsikan dari tempat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
umum sekarang sebagai restoran dan tempat pemancingan yang
dikelola swasta.
Seperti yang diungkapkan bapk Sri Waliyanto
“ untuk pengalihfungsian kolam tersebut karena merupakan tuntutan kebutuhan obyek pariwisata akan fasilitas pendukung yaitu rumah makan. Untuk hal ini kami bekerjasama dengan pihak swasta sebagai mitra dalam pengembangan dan pengelolaanya dan pihak swasta pun juga memberikan semacam pajak kepada dinas setiap tahun sekali sebesar 5 juta”( wawancara 13 oktober 2010)
Sedangkan pengelola rumah makan mengemukakan
“ dinas pariwisata dan kebudayaan Boyolali menyerahkan pengelolaan kola mini sebagai rumah makan kepada kami, hal itu dikarenakan agar fasilitas tertuma dalam rumah makan dapt terpenuhi, sehingga dapat menarik wisatawan. Namun dalam hal ini kami dengan dinas pariwisata mengadakan perjanjian yaitu enyerahkan pendapatan yang kami peroleh kepada dinas sebesar 5.0000.000 setiap tahunya. Pengelolaan yang kami lakukan nantinya akan dievaluasi dan diberi penyuluhan setiap satu tahun sekali”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pemugaran
kolam besar dan kolam kecil dengan pengalih fungsian dikarenakan
tuntutan peningkatan pemenuhan fasilitas para pengunjung akan
runmah makan demi menambah daya tarik pariwisata. Dengan adanya
pengalihfungsian ini akan menambah pendapatan yang diperoleh dari
obyek pariwisata Pengging. Karena dengan pengelolaanya yang
diserahkan kepada pihak swasta akan terjadi kemitraan yang saling
menguntungkan antara dinas dan pihak swata. Dan untuk pemantauan
pengelolaan yang dilakukan pihak swasta maka setiap satu tahun sekali
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali mengadakan evaluasi .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengembangan potensi pariwisata yang belum dikelola dinas
pariwisata dan kebudayaan boyolali berupa pembabangunan secara
bekesinambungan dengan maksud apabila sudah memenuhi syarat
sebagai obyek pariwisata akan dikelola oleh dinas pariwisata dan
kebudayaan boyolali,
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sri hartono , BA selaku kepala
Sub Bagian Perencanaan, Penelitian, dan Pelaporan
“ dinas pariwisata boyolali telah mengupayakan pembangunan potensi-potensi yang ada di pengging yang selama ini belum dikelola oleh dinas dengan cara pembangunan yang secara berkala, hal itu kita ketahui mas terdapat kendala yaitu keterbatasan anggaran yang diberikan pemerintahan Boyolali kepada dinas untuk pengembangan obyek Pariwisata. sedangkan syrat obyek wisata adalah harus mempunyai kaulitas baik dari segi keindahan, fasilitas, kebersihan serta kenyamana pengunjung pariwisata. sedangkan untuk membangun itu semua membutuhkan dana yang tidak sedikit (wawancara 14 oktober 2010)
Bapak menambahkan
“ untuk potensi yang belum dikelola karena letaknya yang sedikit jauh dan berpisah dengan obyek utama pariwisata pengging, maka dinas pariwsata berencana untuk membangun sebuah jalan yang menghubungkan antara Umbul Ngendad, makam Kebo Kenongo, Makam Roro Kendad dan makam Sri Amangkurat Hadayaningrat,walupun sampai skarang belum terlaksana tapi rencana tersebut sudah diajukankepada pemerintahan daerah.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam
pengembangan potensi pariwisata yang belum dkelola oleh dinas
dengan melakukan pembangunan secara berkala. Hal itu dikarenakan
keterbatasan anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pengembangan Infarstruktur yang dilakukan oleh pihak diluar
dinas Pariwisata dan kebudayaan Boyolali melalui revitalisasi
Revitalisasi pada obyek pariwisata pengging merupakan program
pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dengan
anggaran dana dari APBN. Dalam hal ini dinas pariwisata hanyalah
sebagai penerima program saja di dalam pelaksanaanya.
Ha ini seperti yang diungkapkan ibu Dra. Kristitiana Purwanti
selaku sekretaiat dalm DInas pariwisata dan kebudayaan
“didalam pengembanganya kami hanya melakukan pemugaran sebagian tempat pariwisata di pengging saja dan untuk revitalisasi kami hanyalah sebagai penerima program saja, karena revitalisasi ini pertama kali di usulkan oleh bpak Djoko Kirmanto sebagai Menteri paekerjaan Umum dan kemudian ditindak lanjuti dari pusat dan dengan anggaran dari pusat juga”.( wawancara 14 Oktober 2010) Dari wawancara diatas dapat diketahui revitalisasi merupakan
bentuk kerjasama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dengan
pemerintah pusat khusunya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Nergara Republik Indonesia walaupun ini merupakan bantuan dari
menteri pekerjaan umum yaitu Djoko Kirmanto yang merupakan
warga asli Pengging. Dari revitalisasi tersebut sangat membantu Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam proses Pengembangan.
Revitalisasi Obyek Pariwisata Pengging meliputi, pembangunan
pasar local pengging, penataan tata ruang obyek pariwisata pengging,
perbaikan jalan dan sarana menuju obyek pariwisata pengging,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Revitalisasi yang dilakukan di Obyek Pariwisata Pengging
2.1. Pembangunan pasar local Pengging
Pembangunan pasar lokal Pengging merupakan pasar yang terletak
kurang lebih 50 meter dan merupakan pusat perbelanjaan bagi warga
dan pariwisatawan yang sedang berkunjung di Obyek Pariwisata
Pengging, karena di dalam pasara ini terdapat kebutuhan-kebutuhan
yang dibuthkan oleh para pengunjung, seperti makanan tradisional,
pernak-pernik dan kebutuhan yang lain. Akan tetapi dikarenakan
kondiai tempat yang kurang memnuhi persyaratan tempat
perbelanjaan maka sebagian wisatawan kurang tertarik untuk
memasuki pasar local tersebut. Mengingat Pasar local yang sangat
penting di dalam dunia kepariwisataan pengging dan pusat perputaran
uag penduduk maka pada tahun 2006 Pasar Pengging mengalami
revitalisasi, dalam hal ini pasar pengging dirombak secara keseluruhan
dan dibangun dalam bentuk dan bangunan yang permanen dimana
dulu Pasar Pengging cuma bangunan yang terdiri dari pagar tembok
yang sudah tua, sehingga menimbulkan kesan kumuh. Setelah adanya
revitalisasi pasar pengging dibangung dengan dua lantai dan
berbentuk bangunan modern sehingga menambah keindahan obyek
pariwisata pengging dan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung
Pariwisata Pengging
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal itu dibenarkan oleh bapak Sri waliyanto
“Revitalisasi yang dilakukan pada pasar pengging merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk pariwisata pengging, karena dengan adanya revitalisasi yang dilakukan tersebut suasana di daerah pariwisata terlihat lebih indah dan mempunyai tempat perbelanjaan yang telah memnuhi syarat, akan tetapi yang disayangkan masih terdapat kios-kios di pasar pengging yang masih belum ditempati karena factor harga yag dinilai terlalu mahal. Itu yang menjadi pekrjaan rumah bagi pemerintah daerah agar optimalisasi kios dapat tercapai”(wawancara 13 Oktober 2010)
Dari wawancara diatas dapat diketahui dengan adanya
revitalisasi yang dilakukan di pasar pengging akan mempengaruhi
langsung atau tidak langsung dalam peningkatan daya tarik wisata
khususnya dalam hal produk wisata yang dihasilkan seperti pernak-
pernik, makanan khas dan tradisional.
2.2 Pentataan tata ruang Pariwisata Pengging
Di obyek pariwisata pengging tersebut juga dilengkapi dengan
sarana olahraga yaitu dua buah lapangan tenis yang terdapat di dalam
lokasi utama obyek pariwisata Pengging. Dengan adanya revitalisasi
maka terdapat panataan lokasi dimana lapangan tenis yang dahulu
sekarang dibangun panggung pertunjukkan dan lapangan tenisnya
diganti diluar lokasi tetapi masih di dalam pengelolaan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali. hal ini dikarenakan tuntutan
dari keterlengkapan panggung terbuka untuk acara-acara kesenian
dan pertunjukkan lainya. Dengan adanya panggung terbuka maka
dapt digelar acara kesenian dan hiburan yang nantinya akan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daya tarik tersendiri untuk para wisatawan, sedangkan sarana
olahraga yang berupa lapangan tenis dibangun di lokasi lain yang
jaraknya hanya 10 meter dari lokasi pariwisata. Lapangan tenis
tersebut merupakan sarana rekreasi olahraga yang direvitaliasasi
guna menambah sarana yang dimiliki oleh obyek pariwisata
pengging
Seperti yang dikatakan bapak Sri Waliyanto
“ revitalisasi yang dilakukan terhadap lapangan tenis berupa panataan tata ruang dan pembangunan kembali terhadap panggung pertunjukkan dan lapangan tenis, kedua sarana rekreasi tersebut merupakan sarana yang dimiliki Obyek Wisata Pengging yang berguna untuk menambah daya tarik pariwisata. kami sebagai pengelola obyek pariwisata pengging sangatlah setuju dengan penataan ruang tersebut dan pembangunan kembali panggung pertunjukkan yang dulu sempat dihilangkan, dengan panggung pertunjukkan tersebu kami dpat menambah atraksi pariwisata seperti pertunjukkan kesenian dan hiburan guna menambah daya tari kepada para wisatawan, dan biasanya kami selenggarakan pada hari minggu, libur dan hari-hari tertentu,” (wawancara 13 Oktober 2010)
Bapak menambahkan
“untuk rekreasi lapangan tenis biasanya Cuma digunakan oleh warga sekitar untuk melakukan olahraga. Akan tetapi dalam pelaksanaanya siapa yang menggunakan jasa lapangan tenis maka mereka akan dipunguti biaya yang nantinya akan masuk dalam pendapatan obyek pariwisata pengging”
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa revitalisasi yang
dilakukan adalah dengan penataan ruang dan pembangunan kembali
panggung pertunjukkan dan pengalihan lapangan tenis. Hal itu
dikarenakan guna menambah atraksi pariwisata di pengging demi
meningkatkan daya tarik pariwisata pengging
Hasil wawancara bapak Suyamto salah satu dari pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“dengan adanya panggung terbuka ini kami selaku pengunjung sangat merasakan perbedaan suasana yang terjadi, selain obyek pariwisata pengging yang lebih indah kami juga mendapat hiburan lain dengan adanya pementasan baik itu kesenian dan hiburan lain yang diselenggarakan seperti band dan dangdutan”( wawancara 13 oktober 2010)
Dengan adanya penataan tersebut Pengging mempunyai atraksi
pariwisata yang baru yang dapat dinikmati oleh pengunjung
pariwisata sehingga menambah daya tarik obyek pariwisata
pengging. Dengan bertambahnya atraksi pariwisata tersebut maka
Pariwisata Pengging merupakan salah satu daerah Obyek Pariwisata
di Kabupaten Boyolali yang mempunyai atraksi wisata yang
lengkap.
2.3 Pembangunan dan rehabilitasi umbul sungsang
Umbul Sungsang ini terdiri dari dua kolam dimana pada awalnya
yang satu merupakan pemandian untuk keluarga Sri Pakubuwono
dan yang satu untuk pemandian umum, itu merupakan sedikit
sejarah umbul sungsang dan sesudah itu umbul ini dilanjutkan
pemugaranya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
dengan dibangun kembali menjadi lebih indah dan malakukan
penataan taman pembangunan tempat parkir yang semula belum
ada. Pada tahun 2006 tepatnya umbul sungsang pun mengalami
revitalisasi dimana umbul direhab lagi menjadi lebih indah dan
dibangun satu lagi kolam dimana pada awalnya hanyalah sungai
yang mempunyai sumber air. Selain pembangunan kolam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
revitalisasi juga membuat taman di sekitar umbul tersebut dengan
didukung dengan adanya sungai yang mengalir disampingnya
taman tersebut tampak indahDengan adanya revitalisasi tersebut
umbul sungsang tampak lebih indah dengan bangunan dan
penataan taman yang berada di samping kolam
2.4 Pembangunan dan rehabilitasi makam R.ng Yosodipuro
Makam ini merupakan makam seorang pujangga kasunanan
Surakarta yang bernama R.Ng. Yosodipuro. Makam ini terletak
sekitar 200 meter sebelah utara obyek wisata pemandian Pengging.
Makam ini setiap malam jumat pahing mencapai ribuan peziarah
yang berasal dari berbagai kota seperti Surakarta, Yogyakarta,
purwokerto, semarang, Cirebon, indramayu, tasikmalaya dan
sekitarnya. Dilihat dari pengunjungya makam R.ng yosodipuro
sangat dikenal diluar boyolali.
Pada tahun 2006 makam ini mengalami revitalisasi, karena
dianggap keadaan makam ini kurang mendukung sebagai tempat
ziarah, untuk itu dalam revitalisasi makam ini mulai dipugar agar
tampak lebih indah dan dibangun bebarapa fasilitas pendukung.
Pemugaran itu dilakukan dengan pembangunan tempat
pasanggrahan bagi para peziarah dan pembangunan jalan setapak
yang dulunya hanyalah dari tanah sekarang dibangun dengan alas
batako, untuk fasilitas pendukung dibangun beberapa kamar kecil,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sedangkan untuk memperindah area pemakaman di bangun pagar
makam dan penanaman pohon di sekitar makam
Menurut bapak Priyanto SE
“revitalisasi yang diakukan memang baik mas karena dengan revitalisasi ini pamakaman yosodipuro dan umbul sungsang tampak lebih indah dan nyaman bagi para peziarah makam dan pengunjung wisata, akan tetapi yang saya sesalkan di dalam perawatan setelah revitalisasi ini mas, mungkin karena kuantitas staf upt kami yang sedikit mas sehingga di dalam perawatan kami kuarang optimal. Dengan luas daerah yang dimiliki tidak sebanding staf upt yang kami miliki”
Bapak menambahkan “Sebenarnya untuk masalah kontribusi dalam PAD pemakaman dan umbul sungsang ini dapat berbicara banyak, akan tetapi tedapat kendala bagi kami yaitu karena lokasi umbul sungsang dan pemakaman ini terletak di tengah pemukiman masyarakat kami sangat sulit untuk menjaga akses masuk dengan staf yang sedikit ini mas, bebeda dengan obyek pariwisata umbul nganten dan Ngabeaan yang diberi pagar tinggi dengan satu pimtu masuk” ( wawncara 14 Oktober 2010)
3 Melakukan fasilitas Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging
Upaya pengembangan Obyek pariwisata Pengging diperlukan
fasilitas terhadap pengembangan obyek dan daya tarik pariwisata.
fasilitas yang dimaksud meliputi kualitas sarana prasarana,
kelengkapan sarana dan prasarana, dan kapasitas sarana dan prasarana.
Sampai sekarang keterbatasan keterbatasan kualitas sarana dan
prasarana atau fasilitas pendukung menjadi hambatan dalam melayani
aktifitas wisatawan. Keterbatsan kualitas sarana dan prasarana dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengurangi potensi dan daya tarik wisata untuk berkunjung. Oleh
karena itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali harus
memfasilitasi pengembangan terhadap potensi obyek pariwisata
pengging
Sesuai dengan perynyataan Bapak Drs Sutrisno, M. Hum sebagai
kepala Bidang Sarana Pariwisata
“di dalam pengembangan pariwisata kebutuhan fasilitas sangatlah penting, karena untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengembangan jaringan sarana yang meliputi jaringan jalan, sarana transportasi, jaringann air bersih, jaringan air kotor,jaringan listrik, jaringan komunikasi, serta jaringan sound system (wawancara 14 Oktober 2010) Fasilitasisasi pengembangan pariwisata meliputi bebrapa kegiatan
sebagai berikut
1) Jaringan Prasarana
a. Jaringan jalan
Kondisi prasarana jalan yang menuju obyek pariwisata
Pengging pada umumnya sudah baik akan tetapi dalam hal
ini belum terdapat jalan dan petunjuk jalan yang
menghubungkan antara lokasi utama obyek pariwisata
pengging dengan potensi pariwisata lain yang terpisah,
sehingga masih terdapat potensi pariwisata yang tidak
diketahui oleh pengunjung pariwisata. dalam hal ini Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali telah mengajukan
perencanaan ke Pemda Boyolali untuk pembuatan jalan
yang menghubungkan antar lokasi utam obyek pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengging dengan potensi wisata lain yang berada di lokasi
pengging, untuk sarana parkiran yang mengingat
pengunjung semakin bertambah maka pola parkir
diperluas dengan penataan agar lalu lintas kendaraan yang
keluar masuk pada area wisata dapat lancar dan tertib.
b. Sarana Transportasi
Sarana transportasi untuk pencapaian menuju lokasi untuk
pengunjung biasa menggunakan kendaraan pribadi. Akan
tetapi didalam transportasi ini Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Boyolali bekerjasama dengan para Kusir
Andong dan Becak. Untuk Andong yang merupakan alat
transportasi tradisional dan sudah langka untuk ditemukan
pada masa sekarang ini, dinas Pariwisata dan Kebudayaan
selalu membina agar andong tidak punah dari peredaran di
pariwisata pengging. Karena Andong merupakan daya
tarik tersendiri bagi Pariwisata Pengging.
Seperti yang diungkapkan oleh.Bapak Sri Hartono.
“ Andong merupakan alat transportasi yang sangat sulit ditemui sekarang ini, untuk itu kami akan berusaha melestarikan keberadaanya guna meningkatkan daya tarik pariwisata Pengging. Dalam hal ini kami selalu memberikan pembinaan dan bantuan kepada kusir Andong. Selain itu guna menambah daya tarik pariwisata kami memberikan pakain batik dan tupluk pakaian tradisional jawa untuk dipakai pada hari-hari libur dan hari tertentu” (wawancara 14 Oktober 2010)
c. Jaringan air bersih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam obyek pariwisata jaringan air bersih sangatlah
penting, di pengging mempunyai keuntungan dalam hal ini
dikarenakan pengging merupakan salah satu daerah di
boyolali yang kaya akan air. Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan dalam penyediaan air bersih menggunakan
air sumur yang dialirkan dengan pompa air dalam kamar
mandi dan tempat cuci tangan
d. Jaringan Air Kotor
Jaringan air kotor yang digunakan dalam obyek Pariwisata
Pengging menggunakan kolam filtrasi yang menampung
sampah, debu, pasir dan sebagaimana kemudian
dibersihkan secara berkala agar tidak mencemari, untuk
limbah cair yang berasal dari kamar mandi disalurkan ke
bak control dan septytank dengan peresapan.
e. Jaringan Listrik
Jaringan Listrik yang digunakan dari PLN disalurkan pada
panel keseluruh kawasan obyek wisata Pengging. Untuk
mengatasi gangguan pada pelayanan PLN dinas pariwisata
dan kebudayaan menyediakan generator yang berfungsi
sebagai sumber listrik cadangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Jaringan Komunikasi
Dalam hal ini kami bekerjasama dengan pihak lain dalam
penyediaanya. Dimana pihak tersebut menyediakan telpon
umum di dekat pariwisata obyek pariwisata pengging.
Dengan begitu para pengunjung dengan mudah untuk
mencari alat komunikasi
g. Jaringan Sound Sistem
Untuk jaringan sound system pariwisata pengging
sangatlah kurang, karena hanya ada ada dua pengeras
suara saja sehingga tidak semuanya bias dengar mengingat
lokasi pariwisata pengging sangat luas, tapi dalam hal ini
dinas pariwisata pada awal tahun 2011 ini akan menambah
sarana tersebut demi lancarnya informasi dan tatasuara
petunjuk bagi para pengunjung obyek pariwisata
4 Pengembangan Promosi Pariwisata Obyek Wisata Pengging
Promosi pariwisata merupakan faktor penting yang menjadi
kunci sukses di dalam penjualan produk pariwisata. Begitupun halnya
dengan Obyek Pariwisata Pengging. Sesuai dengan perkataan Bpk
Drs. M. Basuni selaku seksi promosi dan informasi
“ di dalam upaya pengembangan obyek pariwisata itu tidak lepas dari bagaimana strategi yang dilakukan dinas di dalam melakukan promosi obyek pariwisata. untuk pengging yaw mas mulai dari tahun 2006 kami mulai melakukan promosi-promosi ke luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daerah boyolali terutama pada daerah Solo, Wonogiri,sragen, Klaten, Magelang yogyakarta dan daerah-daerah lain. Memang sebelum tahun 2006 khusunya sebelum ada pengembangan kami hanya melakukan promosi di daerah kabupaten boyolali saja, hal itu dikarenakan pengging pada sebelum ada pengembangan belum siap untuk dipasarkan keluar dari boyolali, karena kami anggap masih ada banyak kekurangan sebagai obyek pariwisata unggulan untuk dipasarkan keluar daerah. Setelah ada revitalisasi dan pengembangan tersebut kami anggap pengging merupakan obyek pariwisata yang mempunyai pasar yang tinggi dan sudah siap sehingga kami mulai memasarakanya secara lebih luas”.
Selain itu bapak menambahkan
”juga menambahkan promosi pariwisata yang kami lakukan juga agar tambah luas kami menggunakan media internet, dengan memasukkan obyek pariwisata pengging dalam obyek wisata unggulan di boyolali di situs www. Dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten boyolali.com”
Promosi-promosi yang dilakukan adalah
1) Melakukan pengadaan barang-barang promosi seperti
pembuatan baliho, leaflet, spanduk, terbangunya gapura dan
papan penunjuk Pengging.
Bapak M Basuni mengungkapkan
“letak pariwisata Pengging yang strategis diantara jalan solo-semarang jakrta, memudahkan kami dalam melakukan promosi melewati baliho dan semacamnya. Kami memasang baliho tersebut di pinggir jalan sehingga orang yang berpergian yang melewati tersebut akan melihat baliho tersebut dan kami berharap akan tertarik untuk mengunjunginya”
Dari hasil wawncara tersebut dapat diketahui dalam
melakukan promosi melwati baliho, leaflet, spanduk dan lainya
memiliki keunggulan dimana letak pariwisata Pengging yang
sangat startegis. Dengan letak Pengging yang Strategis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempermudah dinas Pariwisata dan kebudayaan Boyolali dalam
melakukan promosi melewati Baliho, Leaflet, panduk, gapuro dan
papan petunjuk pengging, karena orang yang membaca akan
langsung mengetahui dimana lokasi pengging.
a) Melakukan promosi melalui jaringan elektronik dan media
cetak seprti radio, website, Koran, promosi multi media.
Promosi pariwisata membutuhkan jaringan yang luas agar
dikenal dan diketahui banyak orang. Untuk mencapai pada tempat
yang luas maka harus dilakuka dengan media cetak dan
elektronik. Begitupun apa yang dilakukan dengan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam melakukan promosi
melewati beberapa media
Seperti yang diungkapkan bapak M Basuni
“ ada bebrapa upaya yang kami lakukan untuk melakukan promosi salah satunya adalah melewati media elektronik dan cetak, selain menghemat waktu dan biaya promosi melewati media cetak maupun elektronik merupakan promosi yang kami anggap praktis. Karena denganpromosi tersebut objek pariwisata dapa diakses orang tanpa batas sehingga pariwisata pengging lebih banyak diketahui oleh orang”
Dari wawancara tersebut dapat diketahui dalam melakukan
promosi dinas pariwisata dan Kebudayaan Boyolali melakukan
promosi melalui media cetak dan elektronik. Hal itu dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
agar promosi mencakup daerah yang lebih luas dengan cara yang
praktis. Upaya-upaya yang dilakukan adalah
a.1)Promosi lewat media cetak seperti Koran, majalah
Promosi yang dilakukan ini biasanya memuat
akan event-even yang akan dilaksanakan di pariwisata
Pengging seperti padusan, sebaran apem dan pengging
fair. Dinas Pariwisata dan Boyolali melakukan promosi
biasanya melewati jasa media massa local daerah
boyolali dan media massa local daerah lain seperti
boyolali tersenyum, media massa SOLOPOS dan media
massa yg lain.
a.2) Promosi melewati media elektronik
Promosi melewati media elektronik merupakan
promosi yang lebih luas jangkauanya. Dalam promosi
ini dinas pariwisata dan kebudayaan Boyolali
melakukan melewati radio, satsiun televise dan web.
Untuk radio dan televisi dinas pariwisata memakai jasa
radio solo FM, JPI FM sedangkan untuk WEB dinas
mempunyai web tersendiri untuk dinas pariwisata dan
boyolali di dalam melakukan promosi. Dengan promosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lewat web dinas maka promosi yang dilakukan tanpa
batas dan seangat luas.
b) Mengikuti pekan-pekan promosi di tingkat nasional
maupun regional
Seperti yang diungkapkan bapak Bapak Basuni
“Dalam mengikuti pekan-pekan ini memang tidak hanya pengging saja untuk dipromosikan, tetapi semua obyek pariwisata yang ada diboyolali, akan tetapi salah satunya yang kami masukkan adalah Pengging dalam upaya pengembanganya yang kami promosikan sebagai wisata tirta budaya dan ziarah. Di dalam melakukan promosi pengging kami memasukkan sejarahnya terbentuknya pengging yang dulu merupakan bekas suatu kerajaan dan even-even budaya yang sering diadakan oleh pengging seperti sebaran apem dan lainya, hal itu merupakan salah satu keunggulan pengging, mengingat kedua hal tersebut merupakan pasar yang potensial pada saat ini selain keindahan alam”
Yang dilakukan dinas pariwisata dan kebudayaan
Boyolali adalah
a. Mengikuti pameran produk wisata di jateng expo
b. Mengikuti pameran di boyolali expo di Boyolali
c. Mengikuti produk pariwisata di bengawan Solo fair di
Surakarta
d. Promosi Wisata di festival Mojopahit di Yogyakarta
e. Mengikuti pameran produk wisata di BSFdi Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Mengikuti pameran produk wisata di festival Nusa Dua di
jakarta
g. Mengikuti pameran Produk wisata di Gebyar Wisata
Nusantara di bali
h. Promosi bersama dengan 14 kabupaten / kota yag dilakukan
bersama java promo di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Ke 14
kabupaten atau kota tersebut adalah Kabupaten wonosobo,
Kabupaten Temanggung, Kota Magelang, kabupaten Klaten,
Kabupaten magelang, Kabupaten Purworejo, kabupaten
kebumen, Kota Yogyakarta, kabupaten Gunung kidul,
kabupaten Sleman, dan Kabupaten Boyolali
5. Melakukan Kerja Sama Dibidang Pariwisata
Pengembangan pariwisata sangatlah perlu melibatkan
beberapa pihak di dalamnya baik itu pemerintah dalam hal ini
dinas pariwisata dan kebudayaan maupun pihak swasta serta
masyarkat. Bahkan untuk kedepanya pemerintah mendorong peran
serta swasta dan masyarakat sebagai actor utama pembangunan,
sementara pemerintah lebih ditekankan sebagai fasilitator dan
regulator dengan menciptakan peran dimasing-masing stake holder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam mengembangkan Pariwisata Pengging ini Dinas
Pariwasata dan kebudayaan boyolali tidak hanya melakukan
kerjasama di dalm internal saja tetapi juga eksternal dinas
pariwisata dan kebudayaan boyolali. kerjasama yang dilakukan
antar dinas dikabupaten Boyolali di dalam pengembangan obyek
wisata pengging adalah
a. BAPPEDA Kabupaten Boyolali
Kerjasama dinas pariwisata dan kebudayaan dengan Bappeda
merupakan dalam bidang pembanguna obyek wisata pengging, seperti
program revitalisasi obyek pariwisata penggig. Dinas Pariwsata dan
pariwisata dalam hal ini hanyalah penerima program sedangkan
pembangunan dilakukan oleh Bappeda.
b. Dinas Perhubungan Kabupaten Boyolali
Kerjasama dengan dinas ini menyangkut program pemasaran yang
dilakukan dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali. dinas pariwisata
dan kebudayaan boyolali bekerjasama dengan dinas perhubungan
untuk memasarkan daerah wisata pengging melalui penyuluhan-
penyuluhan yang dilakukan kepada biro perjalanan serta pemasran
yang melewati baleho atau poster-poster yang dipasang dipinggir
jalan. Atas ijin dinas perhubungan Kabupaten Boyolali promosi yang
dilakukan akan berjalan lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain di tingkat daerah dinas pariwisata dan kebudayaan
boyolali juga melakuakan kerjasama dengan dinas pariwisata propinsi
jawa tengah khususnya pada daerah SUBOSUKAWONOSRATEN
dengan pemerintah pusat yaitu departemen pariwisata dan kebudayaan
dan departemen dalam negeri.
Ini dibenarkan oleh Ibu Kristiana Purwati
“di dalam pengembangan obyek pariwisata pengging ini kami melakukan kerjasama dalam dinas pariwisata saja tetapi kami juga bekerjasma dengan dinas-dinas lain yang ada di boyolali maupun diluar kota boyolali serta semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam pengembangan pariwisata di obyek pariwisata pengging. Dalam melakukan pengembanganya kami telah berhasil bekerjasama dengan pemerintah pusat khusunya departemen pariwisata dan kebudayaan dengan terlaksananya program revitalisasi obyek pariwisata pengging, program tersebut merupakan hasil dari kerjasama kami dengan pemerintah pusat walaupun kami dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali hanya sebagai penerima program saja”
1. Peningkatan manajemen Dan Sumber Daya Manusia Dinas
Pariwisata Kabupaten Boyolali
Potensi yang dimiliki pengging merupakan kelebihan dari
kabupaten Boyolali untuk dikembangkan oleh Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Boyolali, akan tetapi telah diakuai potensi yang
dimiliki oleh Pengging tidak diimbangi dengan kualitas
kemampuan sumberdaya manusia (SDM) dalam pengelolaanya.
Hal itu terlihat dari susunan kepegawaian dinas pariwisata dan
kebudayaan Kabupaten Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari susunan kepegawaian dapat diketahui di dalam
pengelolaanya Potensi yang dimiliki pengging belum dilakukan
oleh tenaga ahli di bidang kepariwisataan, maka Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Boyolali harus meningkatkan kualitas manajemen
dan Sumber Daya Manusia. Ini dilakukan dengan melakukan
pembinaan, pelatihan atau DIKLAT, sebagaimana yang
diungkapkan oleh bapak Tubinu S.sos
“ dalam melakukan pengembangan tidak hanya melakukan pengembangan fisik saja,tetapi pengambangan non fisik juga sangat menentukan keberhasilan pengembangan, seperti peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan melakukan pelatihan, training, diklat. Ini difokuskan pada semua stakeholder yang terlibat dalam pariwisata terutama pimpinan dan staf dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali, selain itu pengembangan SDM juga harus melibatkan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pengembangan obyek wisata seperti pedagang sekitar pariwisata pengging, masyarakat sekitar dan pengelola pariwisata pengging.” (wawancara 14 Oktober 2010)
Yang dilakukan untuk meningkatkan manajemen dan kualitas
Sumber Daya Manusia dalam rangka pengembangan Pariwisata
boyolali khusunya pariwisata pengging adalah
a. Peningkatan aparat pemerintah melalui pelatihan, pemagangan,
studi banding guna mendorong sebagai fasilitator, motivator
serta regulator,
b. Peningkatan kualitas SDM dilingkungan industry dan sector
swasta melalui kerjasama usaha besar kecil dan penyediaan
jasa dan produk terkait di bidang pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam melakukan
pemantauan dan control terhadap pembangunan serta
implementasi kegiatan kepariwisataan pengging melalui
keikutsertaanya dalam proses perencanaan, pemograman, dan
evalusai kegiatan Berikut ini
Tabel 4.11
Kegiatan atau Program Peningkatan SDM DISPARBUD
Program/ kegiatan Sumber dana lokasi
1. Lomba Pordakwis
2. Studi banding Pordakwis
3. Pengajuan Lisensi Pramuwisata
muda dan madya
4. Diklat Bahasa Asing
APBD kabupaten
APBD kabupaten
APBD kabupaten
APBD kabupaten
APBD kabupaten
Boyolali
Jateng
Boyolali
Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pemberdayaan Masyarakat setempat
Pengembangan pariwisata pengging adalah meningkatkan taraf
hidup masayarakat, khususnya masyarakat di sekitar obyek pemandian
pengging. Dari tujuan tersebut maka pengembangan pariwisata obyek
pengging tidak terlepas dari peran masyarakat sekitar. Hal itu
dikarenakan masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam
pengembangan pariwisata pengging , karena pada dasarnya pilar
pariwisata itu terdiri dari pertama pemerintah, kedua swasta dan ketiga
5. Diklat Aparatur dan pegawai
6. Meningkatkan kualitas pendidikan
khusus
7. Studi banding produk wisata
APBD kabupaten Boyolali
Bali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakat, yang sering disebut tiga pilar utama pariwisata. Dalam hal
ini tugas masyarakat adalah selain senantiasa membangkitkan kesadaran
tentang pentingnya pariwisata juga menumbuh-kembangkan kreatifitas
yang melahirkan berbagai kreasi segar yang mengundang perhatian untuk
kemudian menjadi daya pikat pariwisata.
Menggingat betapa pentingnya masyarakat dalam pengembangan
pariwisata pengging maka dinas pariwisata dan kebudayaan Boyolali
meningkatkan pemberdayaan masyarakat setempat. Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Boyolali bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam
beberapa hal guna meningkatkan daya tari pariwisata di pengging.
Untuk melangkah kearah itu masyarakat dapat memulainya dari
rumah dan halamannya. Bagaimana rumah itu ditata secara rapi baik
mulai dari ruang tamu maupun semua bagiannya siap menyambut dan
menerima tamu yang datang agar merasa enak dan betah. Begitu pula
halaman rumahnya dibikin demikian asri sehingga enak dipandang,
dalam hal ini masyarakat harus terus dibina dan dikembangkan. Tentu
agar tamu itu (baca wisman atau wisnus) dapat tinggal lebih lama dan
betah maka perlu disuguhi aneka makanan yang enak dan khas, begitu
pula agar menyenangkan kiranya perlu ditampilkan hiburan yang unik
tetapi menyenangkan, begitu pula agar tinggal lebih lama perlu melihat
berbagai koleksi khazanah yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Dra. Suciati, MM
selaku seksi peran serta masyarakat dan Sumber daya
“masyarakat pengging merupakan tuan rumah di obyek pariwisata ini mas, maka di dalam pengembanganya kami juga harus menyertakan dan memberdayakan masyarakat setempat guna menambah daya tarik pariwisata, kami dalam hal ini bekerjasama dengan masyarakat pengging dan hal itu sudah berjalan misalnya dalam hal jajanan, kami bkerjasama dengan Paguyuban Glendoh dimana paguyuban ini merupakan paguyubang pedagang daerah pengging. Dalam kerjasama ini paguyuban ini menyediakan pariwisata kuliner yang berada di pinggir-pinggir jalan dekat pariwisata pengging, dengan hal ini akan menambah daya tarik pariwisata pengging. Selain bekerjasama di bidang kuliner kami juga bekerjasama dengan Paguyuban Sopir andong, masyrakat yang bertugas parkir, serta orkes kesenian dan yang lainya dan biasanya kami mengadakan penyuluhan pada masyarakat tersebut, “(wawancara 14 Oktober 2010) Sedangkan bapak Darminto selaku ketua RT Di daerah pengging berpendapat “ masyarakat pengging dalam kesadaran wisata memang diakui sangat kurang mas, karena kita ketahui sendiri mas kebanyakan masyarakat disini adalah masyarakat awam yang kurang tau akan pentingnya pariwisata di dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu diberikan penyuluhan oleh pihak-pihak yang berwenang ”( wawancara 14 Oktober 2010)
Dari hal tersebut maka masyarakat pengging merupakan unsure
yang sangat penting dalam pengembangan obyek pariwisata pengging. Untuk
itu kami selaku dinas pariwisata melakukan sebagai berikut
a. Pembinaan dan penataan pedagang di sekitar obyek wisata
pengging
b. Pembinaan sopir andong
c. Pembinaan tukang becak
d. Pembinaan kelompok seni penduduk seperti kesenian campur
sari, reog dan kesenian lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Pembinaan rumah makan
f. Pemasyarakatan sapta pesona di masyarakat pengging
D. Analisis antara strategi yang dilakukan Dinas Pariwisata dan
kebudayaan dengan analisis SWOT
Dalam strategi yang dilakukan DISPARBUD Kabupaten Boyolali
yaitu membuat beberapa program sesuai dengan RENSTRA yang ada
yang dibuat berkelanjutan. Program pengembangan yang dilaksanakan
antara lain adalah
1. Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek Pariwisata
Pengging
2. Pengembangan Promosi dan pemasaran Pariwisata
3. Kerjasama di bidang kepariwisataan
4. Peningkatan Manajemen dan Sumber daya manusia (SDM)
5. Pemberdayaan Masyarakat setempat
Strategi pengembangan yang yang dilaksanakan oleh
DISPARBUD pada umumnya sudah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan visi, misi dan target yang dibuat . melihat dari analisi lingkungan
internal dan eksternal sebenarnya permasalahan yang dihadapi dari tahun
ke tahun adaah sama, sehingga hanya pelu optimalisasi terhadap strategi-
strategi yang telah dilaksanakan oleh DISPARBUD dan perlu
menambahkan strategi-strategi yang baru guna menunjang strategi yang
telah dilaksanakan. Untuk pengoptimalisasian strategi yang ada dibtuhkan
kerjsama dari semua stakeholder dan pengawasan di dalam pelaksanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan utuk strategi yang perlu dilaksanakan guna menunjang strategi
yang sudah dilaksanakan.
F. Faktor-faktor penghambat Dalam Pengembangan Obyek Wisata
pengging
Dalam pengembanganya obyek wisata pengging tentu saja terdapat
factor-faktor penghambat di dalam pelaksanaanya. Factor-faktor tersebut
antara lai
a. Keterbatasan Infratruktur
Terdapatnya potensi yang dimiliki oleh obyek pariwisata
pengging menyebabkan konsentrasi pembangunan terpecah.
Ditambahkan keterbatasan dana dari APBD dalam pembiayaan
infrastruktur,
Hal tersebut seperti yang dungkapkan oleh Ibu Kristiana
Purwanti
“pengembangan infrastruktur di daerah obyek pariwisata pengging memang selama ini kurang dalam hal infrastruktur, hal itu dikarenakan anggaran dari APBD yang tidak mencukupi untuk pembagunan infrastruktur, untung saja pada tahun 2006 ada bantuan dana dari pusat untuk revitalisasi, sehingga terbantu dalam pembangunan infrastruktur, wlaupun demikian masih banyak nfrastruktur yang perlu dibangun khususnya pada obyek pariwisata yang belum dikelola oleh dinas, karena ada rencana obyek pariwisata yang belum dikelola tersebut akan dikelola oleh dinas sehingga membutuhkan pembanguna infrastruktur yang banyak dengan dana yang banyak guna menjadi obyek pariwisata yang menarik”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil wawncara tersebut dapat disimplkan
pembnagunan infrastruktur terkendala dari APBD yang
dianggarkan untuk pembangunan di obyek Pariwisata Pengging,
karena itu dibutuhkan dukungan dari stakeholder dalam mengatasi
keterbatasan infrastruktur tersebut guna menambah daya tarik
pariwisata
a. Masih rendahnya Sumberdaya Manusia Kepariwisataan
Terdapatnya potensi yang terdapat di obyek pariwisata
pengging yang tidak diimbangi dengan dengan kemampuan
Sumber Daya Manusia menyebabkan tidak optimalnya potensi
obyek pariwisata yang ada.
Hal itu sesuai dengan pendapat Bapak Tubinu , S.Sos
“ pengembangan obyek pariwisata harus didukung SumberDaya MAnusia yang berkualitas, hal itulah yang masih mengalami kekurangan dalam diri kami mas, kami menyadari hal itu mas, hal tersebut dikarenakan staf yang kami punya sebagian besar merupakan staf angkatan dulu,sehingga dalam Kualitas SDM nya pun juga kurang, selain itu staf yang kami punya sebagian besar tidak berasal dari lulusan sekolah pariwisata. sehingga kurang mengetahui semua hal tentang pariwisata, untuk mengurangi kelemahan ini kami adakan diklat, studi banding dan sebagainya guna menambah kualitas SDM kami”
Dari wawancara diatas kurangnya kualitas SDM
dikarenakan kebanyakan staf merupakan angkatan tua dan bukan
lulusan dari bidang kepariwisataan, hal itu dapat diatasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbagai diklat dan studi banding untuk staf agar bias
meningkatkan kualitas SDM yang ada.
b. Rendahnya investasi dan dukungan stakeholder
Sedikitnya investasi yang masuk dan dukungan dari stake
holder terutama pihak swasta dalam pengembangan obyek
pariwisata. Terutama dalam mengatasi kekurangan dana dalam
pengembangan obyek wisata. Kemitraan yang dijalin dinas
pariwisata dan kebudayaan boyolali selama ini kurang sesuai
dengan harapan, karena dapat diliat dari investasi yang masuk
dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging. Hanya terdapat 2
pihak swasta yaitu pengelalaan rumah makan Win-Win yang
bertempat di Kolam besar dan kecil dan Water Boom yang dikelola
pihak swasta
Bapk Sri waliyanto berpendapat
“ di dalam pegembangan obyek pariwisata pengging memang selama ini campur tangan dari pihak swasta sangatlah sedikit, semua anggaran 90% dari pemerintah daerah, hal itu dikarenakan pemerintah daerah kurang dapat meyakinkan pihak swasta untuk menjadi mitra dalam pengembangan pariwisata pengging, sehingga iklim investasi dalam pengembangan obyek pariwisata pengging sangatlah tidak mendukung dikarenakan pihak sawasta menganggap pengging tidak memberikan masa depan yang menjanjikan kepada pengusaha,”(wawancara 13 Oktober 2010)
Bapak menambahkan “Di Obyek Pariwisata pengging ini hanyalah ada dua investasi yang dipegang swasta yaitu pengelolaan Kolam besar dan kecil yang dijadikan rumah makan serta water boom, memang pengelolaan penembahan fasilitas seperti rumah makan Win-Win menambah daya tarik sendiri terhadap pariwisata pengging dan juga menguntungkan kedua belah pihak karena dalam hal ini kami dan win-win mengadakan perjanjian untuk win-win memberikan uang sebesar 5 juta per tahun tapi untuk water boom adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
senjata boomerang bagi kami karena dalam pengelolaanya water boom sepenuhnya adalah pihak swasta yang tidak ada perjanjian dengan dinas, hal itu adalah kesalahan dari pemda yang yang meberikan ijin pada pihak swasta untuk membangun dan mengelola water boom secara pribadi, memang dengan adanya waterboom daya tarik pariwisata di pengging semakin bertambah akan tetapi tidak memberikan kontribusi PAD di bidang pariwisata terhadap kabupaten boyolali. hal itu dikarenakan water boom tersebut tidak ada perjanjian untuk berbagi hasil dengan dinas dan hanya memberikan permintaan ijin mendirikan bangunan dan atraksi. Water boom merupakan saingan tersendiri bagi potensi pariwisata pengging dan kerugian bagi kami dinas pariwisata”
Dari wawancara tersebut iklim investasi kurang baik karena
dukungan stake holder dari pemerintahan yang sangat kurang
dalam menyakinkan para investor di dalam pelaksanaan
pengembangan di obyek pariwisata pengging, serta kesalahan bagi
pemda yang kurang selektif memberikan ijin kepada pihak asing
dalam memberikan ijin bangunan dan usaha daya tarik
pariwisataSehingga perlu diupayakan pendekatan-pendekatan yang
lebih kooperatif dan selektif agar dapat menyakinkann para
investor dan saling bias memberikan kepada dua belah pihak..
c. Lamanya tinggal Wisatawan yang relative singkat
Wisatawan yang relative singkat berkunjung, maka
peningkatan PAD dari obyek pariwisata pengging berkurang, maka
peningkatan PAD berkurang dari hasil penerimaan obyek
pariwisata Pengging
Seperti yang dikemukakan oleh bapak Sri waliyanto
“selama ini banyak pengunjung yang melakukan kunjungan di obyek pariwisata hanya satu hari, hal itu dikarenakan masih banyak fasilitas yang kurang terutama tempat penginapan yang dekat dengan pariwisata pengging, dan biasanya para pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kalau berkunjung lebih dari satu hari hanya menginap dalam kendaraan, mungkin ini salah satu factor yang menyebabkan kunjungna pariwisata yang singkat” (wawancara 13 oktober 2010) Bapak menembahkan “obyek dipengging bisa dinikmati hanya dalam satu hari saja selesai, sebenarnya jika obyek-obyek pariwisata yang lain sudah dikelola mungkin hasilnya akan beda mas, masih banyak terdapat potensi yang belum dikelola tapi sudah dalam tahap pengembangan oleh dinas
Dari hasil kedua wawancara tersebut dapat disimpulkan ada
bebarapa factor yang menyebabkan wisatawan berkunjung dalam
waktu yan singkat, untuk hal ini maka perlu pembangunan-
pembangunan fasilitas baru yang menunjang untuk wisatawan
tinggal lebih lama dan pembangunan serta pengembangan potensi
wisata yang lain guna menambah obyek pariwisata yang tersedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Melihat rumusan di atas serta berdasarkan hasil penelitian dapat
diambilkesimpulan bahwa program pengembangan obyek pariwisata pengging
yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali sebagi berikut
1 Pengembangan Infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek pariwisata
Pengging
Pengembanga ibrastruktur sarana dan fasilitas dalam obyek pariwisata
pengging terbagi menjadi dua yaitu yangdlakukan pariwisata dan yang
dilakukan pemerintah pusat. Untuk yamh dilakukan oleh dinas pariwisata
dan kebudayaan antara lain adalah pemugaran obyek pariwisata dan
sedangkan untuk yang dilakukan oleh pemerintah pusat berupa revitalisasi
obyek pariwisata Pengging.
1. Pengembangan Promosi Pariwisata Obyek Wisata Pengging
Pengembangan yang dilakukan dinas pariwisata dalam promosi obyek
pariwisata pengging adala sebagai berikut Melakukan pengadaan barang-
barang promosi seperti pembuatan baliho, leaflet, spanduk, terbangunya
gapura dan papan penunjuk Pengging, Melakukan promosi melalui
jaringan elektronik dan media cetak seprti radio, website, Koran, promosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
multi media. Mengikuti pekan-pekan promosi di tingkat nasional maupun
regional
2. Melakukan Kerja Sama Dibidang Pariwisata
Kerjasama yang dilakukan dalam pengembangan obyek pariwisata
pengging terdiri dari kerjasam dengan dinas dilingkungan internal
kabupaten Boyolali seperti kerjas ama yang dilakukan dengan BAPPEDA
dan dinas perhubungan kabupaten Boyolali, sedangkan yang kedua yaitu
kerjasama dengan daerah lain yaitu daerah yang sering disebut
SUBOSUKAWONOSRATEN
3. Peningkatan manajemen Dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata
Kabupaten Boyolali
Untuk meningkatkan manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia
dalam rangka pengembangan Pariwisata boyolali khusunya pariwisata
pengging adalah
a. Peningkatan aparat pemerintah melalui pelatihan, pemagangan,
studi banding guna mendorong sebagai fasilitator, motivator serta
regulator,
b. Peningkatan kualitas SDM dilingkungan industry dan sector swasta
melalui kerjasama usaha besar kecil dan penyediaan jasa dan
produk terkait di bidang pariwisata
c. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam melakukan pemantauan
dan control terhadap pembangunan serta implementasi kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepariwisataan pengging melalui keikutsertaanya dalam proses
perencanaan, pemograman, dan evalusai kegiatan
4. Pemberdayaan Masyarkat Pengging
masyarakat pengging merupakan unsure yang sangat penting dalam
pengembangan obyek pariwisata pengging. Untuk itu kami selaku dinas
pariwisata melakukan sebagai berikut
a Pembinaan dan penataan pedagang di sekitar obyek wisata
pengging
a. Pembinaan sopir andong
b. Pembinaan tukang becak
c. Pembinaan kelompok seni penduduk seperti kesenian campur
sari, reog dan kesenian lain
d. Pembinaan rumah makan
e. Pemasyarakatan sapta pesona di masyarakat pengging
Pada umumnya program pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh dinas
kabupaten Boyolali sudah baik, sehingga hanya perlu pengoptimalan strategi-
strategi yang ada megingat dari lingkungan internal dan eksternal
permasalahan yang muncul dari tahun ketahun adalah permasalahan yang
sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. SARAN
· Perlu adanya upaya intensif pemerintah kabupaten Boyolali untuk terus
dapat menarik investor guna mengatasi masalah anggaran di dalam
pengembangan obyek pariwisata Pengging
· Perlu dikembangkanya paket wisata yang dapat dijadikan suatu ciri khas
dari pariwisata pengging sehingga akan menjadi magnet bagi para
wisatawan.
· Perlu perhatian lebih dari pemerintah boyolali dalam promosi dan
pengembangan terhadap potensi-potensi pariwisata pengging yang belum
dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
· Untuk pengembangan pariwisata yang paling utama adalah strategi
promosi dan pemasaran, dalam hal ini dinas pariwisata perlu mengemas isi
promosi Obyek pariwisata Pengging secara menrik. Dalam hal ini
Pengging mempunyai cerita atau sejarah yang terkenal mungkin sejarah
tersebut dapat dimasukkan dalam promosi dan pemasaran Obyek
Pariwisata Pengging .
· Dinas Pariwisata dan Pariwisata perlu mengangkat sejarah dari Pengging
untuk dijadikan muatan lokal. Dengan menjadikanya menjadi muatan lokal
maka Obyek Pariwisata Pengging dapat lebih dimengerti oleh setiap orang
mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Yang diperlukan disini adalah
kerjasama dengan stake holer lain seperti dengan Dinas Pendidikan
Boyolali, DISPARBUD dapat bekerja sama mengangkat Sejarah yang
dimiliki Oleh Obyek Pariwisata Pengging untuk dikenalakan ke siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan dimasukkan sejarahnya dalam bahan ajar yang mengajarkan
tentang muatan lokal. Dengan begitu secara tidak langsung membantu
dalam mempromosikan Obyek Pariwisata Pengging dan akan lebih efektif
untuk menarik Konsumen
top related