strategi dakwah padepokan al qur’an tanpa nama...
Post on 09-Jun-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI DAKWAH PADEPOKAN AL-QUR’AN TANPA
NAMA DALAM PROGRAM DAKWAH UNTUK
MENINGKATKAN MINAT MEMBACA AL-QUR’AN DI
KAMPUNG BARU CIREUNDEU TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Alwan Abdul Muchlis
1111051000107
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H /2018
Dengan ini saya menlratakan bahwa:
MG¨ 囃 t astt sttLヌ電 dttllb■ llllmk mcmenuhi nlah sam
「
哩剛直雛 mmperoleL ЁoLば 織 鰹 l di univesims lsLttn NcgeI.cUINゆ
Syarlf勁劉田正lah J轟 .
Smtt mmber yangi呼 騨 山 腱 軸 m pmulin ini telall saya
…
Setti dengm嫡 輔 囲 yang berlab di UniveFSitaS I鍋
Negeri tt Sy=f菫&ッ動 J範
」通曖 醸 k理 直 輸 L haFi… b■ Wa kava隠 要 EEll輸 haSil暉 t器 懸
saya atu memphn hsil jiplabn dari l蜘げaα覆壌 ]」亀 maka響a
besedia m漱山 m saElkSi酔電 b団セ山u di UttitaslslmNcgen o』卜DSyarifHimy‐llall J』L躍tL
JJL雛t町 26』1・‐12018
?
一
3.
菫 wtt Attd M覆劇騰
i
ABSTRAK
NAMA : Alwan Abdul Muchlis
NIM : 1111051000107
JUDUL SKRIPSI : Strategi Dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Dalam Program Dakwah untuk Meningkatkan Minat Membaca Al-Qur’an di
Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan
Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama adalah sebuah lembaga pengajian
yang berada di wilayah Kampung Baru Cireundeu, pengajian yang membawa
warna baru di daerah tersebut, karena bukan hanya anak-anak yang mengaji,
tetapi orang tua pun ikut mengaji. Banyaknya masyarakat yang belajar di
Padepokan tersebut adalah bukti bahwasanya diterimanya dakwah Padepokan
Al-Qur’an Tanpa Nama di masyarakat Cireundeu. Keberhasilan itu pastilah
memerlukan sebuah strategi dakwah untuk menjalankan visi dan misinya. Dari
keberhasilan tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui strategi
dakwah apa yang digunakan oleh Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama.
Berdasarkan latar belakang di atas adalah bagaimana perumusan
strategi dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama dalam Program dakwah
untuk meningkatkan minat membaca Al-Qur’an Di Kampung Baru
Cireundeu? bagaimana implementasi strategi dakwah Padepokan Al-Qur’an
Tanpa Nama dalam Program Dakwah untuk meningkatkan minat membaca
Al-Qur’an Di Kampung Baru Cireundeu? Dan bagaimana evaluasi strategi
dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama dalam Program Dakwah untuk
meningkatkan minat membaca Al-Qur’an Di Kampung Baru Cireundeu?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Fred R David
tentang manajemen strategi konsep. Teori tersebut dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahapan perumusan, implementasi, dan evaluasi. Peneliti juga
menggunakan teori dari Asmuni Syukir tentang asas-asas dakwah di tahapan
perumusan strategi.
Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Dengan teknik pengambilan
data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian dan analisis yang di lakukan yaitu strategi dakwah
yang di gunakan Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama dibagi menjadi 3
tahapan. Tahapan perumusan terfokus pada visi dan misi, dan juga
menetapkan kekuatan, tujuan, dan sasaran. Tahapan kedua terfokus pada
kegiatan dalam meningkatkan minat membaca Al-Quran berupa kegiatan
internal dan eksternal. Dan tahapan evaluasi adalah peninjauan kembali faktor
pendukung dan penghambat.
Kata Kunci : Strategi, dakwah, Al-Qur’an, perumusan, implementasi, dan
evaluasi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak akan
berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. DR. Dede Rosyada MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Dr Suparto, S.Ag, M.Ag Selaku Wakil Dekan Bidang
Akdemik, Dr. H. Roudhonah, M.Ag,Selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si, Selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
3. Drs. Masran MA Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, beserta
Fita Fathurokhmah, M.Si Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
4. Drs. Jumroni, M.Si Dosen penasihat akademik yang memberikan nasehat
serta arahan bagi peneliti.
5. Terimakasih kepada Dosen Pembimbing skripsi saya, H . Zakaria MA,
yang sabar membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi
ini.
iii
6. Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membantu
peneliti untuk menemukan referensi buku yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Staf TU (Tatat Usaha) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu peneliti dalam kepengurusan terselesaikannya skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.
9. Kepada kedua orang tua saya, Mamah dan Babeh terima kasih karena
tidak pernah lelah mendoakan anakmu ini, untuk menyelesaikan skripsi
ini, dan melihat anaknya sukses dan menjadi sarjana.
10. Kepada kedua adik saya adinda dan Adlan, yang selalu mendoakan
abangnya sukses, dan menjadi sarjana.
11. Keluarga besar saya yang di bogor dan di Cireundeu, yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa-doa kalian.
12. Terima kasih kepada Om bagus dan Mba Wie yang selalu mendo’akan
muridnya ini untuk sukses dan menjadi sarjana.
13. Terima kasih kepada Rahajeng Ayesha Abdella dan juga keluarganya yang
selalu menyemangati, dan men support saya agar bisa menyelesaikan
skripsi ini.
14. Terima kasih banyak kepada Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama, Cak
Doel, Ning Ida, Bang Bilal, Pak Bayan, Ka Ulfa, Bang Ari, Bang Maja
dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih karena
mau menjadi narasumber dalam penelitian skripsi ini, dan juga telah
iv
bersedia memberikan waktu, dan banyak informasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
15. Teman-teman KPI D 2011, Zahid, Wawi, Ican, mamik, Ajat, Wira, Ojan,
Lukem, Fais, Anhar, Kahfi, Miler, Ganjar, Ical, Edvan, Uuz, Kiki,
Dita,Tria, Ijah, Ita, Nay, Tebe, Lely, Rina, Rani, Nadhiroh, Hasna, Sifa,
Fitri. Terima kasih untuk masa-masa kuliah bersama.
16. Teman-teman KPI angkatan 2011 yang mau berjuang sampai akhir, yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih perjuangannya.
17. Teman-teman KKN OASIS yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih atas kkn nya.
18. Teman-teman Kahfi BBC Motivator School, terkhusus angkatan 14,
terima kasih atas motivasi yang selama ini di berikan.
19. Dan semua pihak yang terlibat yang tidak bisa di sebutkan satu persatu,
dan tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu peneliti membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
Jakarta, 26 juni 2018
Alwan Abdul Muchlis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... .......... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ........ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ ..... Error!
Bookmark not defined.
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... ............. 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... ............. 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ .............. 9
E. Metodologi Penelitian .................................................................... ............... 10
1. Pendekatan Penelitian .............................................................. ................. 10
2. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................... ................. 11
3. Teknik Pengambilan Data ...................................................... ................... 11
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... ................ 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 16
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Strategi ................................................................................................... 18
1. Pengertian Strategi ................................................................................. 18
2. Tahapan-tahapan Strategi ......................................................... ................. 20
B. Dakwah ........................................................................................... .......... 21
1. Pengertian Dakwah ................................................................. .................. 21
2. Unsur-unsur Dakwah ................................................................ ................ 23
vi
3. Tujuan Dakwah ......................................................................... ................ 27
A. Strategi Dakwah .............................................................................. .......... 29
1. Pengertian Strategi Dakwah .................................................... .................. 29
2. Asas-asas Strategi Dakwah ...................................................... ................. 30
B. Minat ............................................................................................ ............. 32
1. Pengertian Minat ...................................................................... ................. 32
2. Ciri-ciri Minat ........................................................................... ................ 33
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ................... ................. 35
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya PQTN................................................................ .......... 36
B. Profil PQTN...................................................................................... ......... 39
1. Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama .......................................... ................ 39
2. Motto, Visi dan Misi PQTN........................................................ ............... 41
3. Susunan Kepengurusan Organisasi PQTN................................................. 42
4. Profil Pendiri PQTN................................................................... ................ 43
5. Metode Pengajaran ................................................................... ................. 44
6. Tingkatan Pendidikan ................................................................................ 45
C. Kegiatan Dakwah di PQTN............................................................. .......... 46
D. Data Murid dan Alumni.................................................................. ........... 49
E. Data Prestasi PQTN......................................................................... .............. 52
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
vii
A. Perumusan Strategi Dakwah PQTN................................................ ........... 55
B. Implementasi Strategi Dakwah PQTN............................................ ........... 63
C. Evaluasi Strategi Dakwah PQTN................................................... ............ 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... ........ 84
B. Saran ................................................................................................. ......... 86
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................87
LAMPIRAN - LAMPIRAN
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... .......... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. .........v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... ..............8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... ..............9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ ...............9
E. Metodologi Penelitian .................................................................... ............10
1. Pendekatan Penelitian .............................................................. ................. 10
2. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................... ................. 11
3. Teknik Pengambilan Data ...................................................... ................... 11
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... .............12
G. Sistematika Penulisan .................................................................... ............16
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Strategi ..................................................................................................... 18
1. Pengertian Strategi ................................................................................... 18
2. Tahapan-tahapan Strategi ......................................................... ................. 20
B. Dakwah ........................................................................................... ...........21
1. Pengertian Dakwah ................................................................. .................. 21
vi
2. Unsur-unsur Dakwah ................................................................ ................ 23
3. Tujuan Dakwah ......................................................................... ................ 27
C. Strategi Dakwah .............................................................................. ...........29
1. Pengertian Strategi Dakwah .................................................... .................. 29
2. Asas-asas Strategi Dakwah ...................................................... ................. 30
D. Minat ............................................................................................ ..............32
1. Pengertian Minat ...................................................................... ................. 32
2. Ciri-ciri Minat ........................................................................... ................ 33
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ................... ................. 35
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya PQTN................................................................ ...........36
B. Profil PQTN...................................................................................... ..........39
1. Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama .......................................... ................ 39
2. Motto, Visi dan Misi PQTN........................................................ ............... 41
3. Susunan Kepengurusan Organisasi PQTN................................................. 42
4. Profil Pendiri PQTN................................................................... ................ 43
5. Metode Pengajaran ................................................................... ................. 44
6. Tingkatan Pendidikan ................................................................................ 45
C. Kegiatan Dakwah di PQTN............................................................. ...........46
D. Data Murid dan Alumni.................................................................. ............49
E. Data Prestasi PQTN......................................................................... ...........52
vii
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Perumusan Strategi Dakwah PQTN................................................ ............55
B. Implementasi Strategi Dakwah PQTN............................................ ............63
C. Evaluasi Strategi Dakwah PQTN................................................... .............78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... .........84
B. Saran ...........................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................87
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan
memerintahkan umatnya untuk selalu menyebar dan menyiarkan ajaran Islam
kepada seluruh umat manusia.1 Dakwah adalah berbicara tentang komunikasi,
karena komunikasi merupakan kegiatan informatif, yakni agar orang lain mengerti
dan memahami kegiatan persuasif, menerima paham atau keyakinan, melakukan
paham atau keyakinan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari paham atau
keyakinan yang diperolehnya.2
Didalam Al-qur’an terdapat perintah yang menyuruh kaum muslimin agar
mendakwahi manusia dengan berjuang dijalan Allah. Sesungguhnya para ulama
sepakat bahwa dakwah menuju agama Allah hukumnya wajib. Hal ini berdasarkan
perintah Allah untuk berdakwah sebagaimana terdapat di beberapa tempat di
dalam Al Qur`an.
كي عن إل ولت ة يدت و ٱوكهت أ يت
لت مرون بتروف ٱويأ تىعت ن عي ل ت ت تىكر ٱوي ل
ه ولئك نحن ٱوأ تىفت ١٠٤ ل
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran : 104)
1 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987) hal.1
2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya,
2002), hal. 9
2
Dan di ayat yang lain :
دتع ٱ ىة ٱإل سبيل ربك ب كت تعظة ٱو لت تى ة ٱ ل س لت ه ب ت سي إن ربك مت ٱوجدل حت
ه أ
نه بىي ضل عي سبين عت أ ۦ نه ب عت
أ تديي ٱو ت تى ١٢٥ ل
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl : 125)
Dari nukilan ayat-ayat Al-Quran dan penjelasannya, dapat di simak bahwa
dakwah islamiyah tiada lain merupakan kegiatan mengkomunikasikan ajaran
Allah yang terkandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah, agar manusia dapat
mengambil hikmah ataupun pelajaran yang baik untuk menjadi pedoman di jalan
hidupnya dan bisa menjalankan kehidupan bermasyarakat dengan baik.
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang
terikat oleh satuan, adat, ritus atau hukum khas, dan hidup bersama. Demikian
satu dari sekian banyak definisinya. Ada beberapa kata yang digunakan Al-Quran
untuk menunjuk kepada masyarakat atau kumpulan manusia. Antara lain: qawm
(golongan), ummah (masyarakat), syu'ub (rakyat), dan qabail (kabilah-kabilah).
Di samping itu, Al-Quran juga memperkenalkan masyarakat dengan sifat-sifat
tertentu, seperti al-mala'(orang banyak/publik), al-mustakbirun (orang yang
mendekatkan diri), al-mustadh'afun (orang lemah), dan lain-lain.3
Setiap masyarakat mempunyai ciri khas dan pandangan hidupnya. Mereka
melangkah berdasarkan kesadaran tentang hal tersebut. Inilah yang melahirkan
watak dan kepribadiannya yang khas. Dalam hal ini, Al-Quran menyatakan dalam
3 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik atas Pelbagai persoalan umat
(jakarta : mizan) h. 307.
3
surat Al-An’am ayat 108 yang artinya : “Demikianlah, Kami jadikan indah (di
mata) setiap masyarakat perbuatan mereka”.4
Jadi ini dimaksudkan untuk menambahkan arti masyarakat pada kalimat
sebelumnya, yaitu ciri khas dari masyarakat itu sendiri, dimana masyarakat
terbentuk dikarenakan lingkungan yang mereka tinggali, jika lingkungan itu baik,
maka baik pula masyarakatnya, dan apabila lingkungan itu buruk, maka buruk
pula masyarkatnya.
Dalam Surat Ar-Rad yang berbunyi :
وويت خنتف ۥل يديت ۦوعقبت وي بيت ر ۥيتفظ مته ٱويت أ ٱإن لل وا لل ل يغي
و وا يغي م حت ت راد بق أ ه إوذا هت فس
ٱا بأ ءا فل مرد ل لل م س ت ه وي ۥ بق ووا ل
١١وي وال ۦدو
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS.Ar-
Rad : 11)
Ayat di atas berbicara tentang manusia dalam keutuhannya, dan dalam
kedudukannya sebagai kelompok, bukan sebagai wujud individual. Dipahami
demikian, karena pengganti nama pada kata anfusihim (diri-diri mereka) tertuju
kepada qawm (kelompok/masyarakat). Ini berarti bahwa seseorang, betapapun
hebatnya, tidak dapat melakukan perubahan, kecuali setelah ia mampu
mengalirkan arus perubahan kepada sekian banyak orang, yang pada gilirannya
4 Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik atas Pelbagai persoalan umat. h. 307
4
menghasilkan gelombang, atau paling sedikit riak-riak perubahan dalam
masyarakat.5
Dari pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan, bahwasanya
masyarakat yang baik adalah masyarakat yang mengerti dan sadar akan dirinya
dan lingkungannya, karena perubahan disini bukanlah dari satu orang saja,
melainkan setiap orang juga harus sadar dan mengerti akan dirinya, sehingga
perubahan yang dilakukan oleh satu orang bisa menyebabkan perubahan untuk
orang banyak.
Sama halnya dengan berdakwah, pada dasarnya dakwah merupakan proses
komunikasi dalam rangka mengembangkan ajaran islam, dalam arti “mengajak”
orang lain ke arah sikap, sifat, pendapat dan perilaku yang Islami. Dalam hal
demikian, sudah tentu terkandung makna mempengaruhi orang lain, agar orang
lain itu mau dan mampu mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilakunya sesuai
dengan apa yang dikehendaki maksud ajakannya.6 Dalam kegiatan dakwah, pesan
dimaksud tiada lain bisa berupa materi dakwah yang bernuansa ajaran Islam, yang
merupakan pengelolaan para da’i terhadap isi Al-Qur’an dan Al-hadist, yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana proses itu berlangsung
dengan melibatkan pihak da’i dan mad’u.7
Maksud dari pembahasan kalimat tersebut adalah anda sebagai da’i di
haruskan mengerti akan kondisi dan situasi yang terjadi di masyarakat sekitarnya,
dikarenakan yang terlibat dari kegiatan dakwah tersebut adalah da’inya sebagai
5Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik atas Pelbagai persoalan umat
(Jakarta: mizan), h. 310. 6Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 22.
7 Suhandang, Strategi Dakwah. h. 21.
5
orang yang mengajak akan kebenaran, dan masyarakat disini sebagai mad’u atau
pun orang yang di ajak menuju kebenaran.
Menurut hasil observasi yang kebetulan peneliti tinggal di Kampung Baru
Cireundeu, sekitar tahun 2005 pengajian-pengajian yang berada disini lumayan
banyak, tapi pengajian tersebut membawa konsep yang biasa berformat TPA
(Taman Pendidikan Al-Qur’an) yaitu hanya diisi oleh anak-anak usia dini, kisaran
6 sampai dengan 12 tahun, yaitu usia anak sekolah dasar (SD), dan jarang sekali
anak SMP yang belajar mengaji, apalagi SMA. Dengan format seperti itulah
pengajian-pengajian yang ada di Cireundeu kampung baru, hampir bisa dikatakan
tidak ada yang luar biasa, masuk dalam kategori biasa saja.
Masyarakat di Cirendeu pada saat itu dalam hal agamapun, seperti
pengajian orang tua, atau yang biasa disebut yasinan atau tahlil setiap malam
jum’at berjalan sebagaimana biasanya. Seperti halnya orang-orang dulu.
Maksudnya adalah dari cara membaca Al-Qur’an, dari cara memimpin yasin,
tahlil dan tahmid, ya mengikuti saja dari orang tuanya dulu.
Mengikuti yang dimaksud adalah menurut atau mengikuti pendapat
perbuatan orang tuanya terdahulu. Sehingga bisa dikatakan Ittiba’ yaitu menurut
bahasa yang artinya mengikuti atau menurut. Sedangkan menurut istilah adalah
mengikuti semua yang diperintahkan atau yang dilarang dan yang dibenarkan oleh
Rasullullah SAW. Salah satu ulama yang berpendapat bahwa ittiba’ adalah
menerima atau mengikuti pendapat perbuatan seseorang dengan mengetahui dasar
pendapat atau perbuatannya itu.8 Nah inilah yang terjadi di masyarakat pada saat
itu. Masyarakat Cireundeu pada saat itu bukanlah tidak bisa mengaji, mereka
8 http://www.bacaanmadani.com/2016/10/pengertian-ittiba-dan-taqlid.html
6
biasa dan bisa mengaji, tetapi kurang dari segi hal ilmu dalam membaca Al-
Qur’annya. Maksudnya dari segi kaidah dan ke ilmuannya belum sesuai.
Kurangnya sosok orang yang paham dalam ilmu Al-Qur’an menjadi salah
satunya.9
Dan ada salah satu pengajian yang berada ditengah masyarakat Kampung
Baru Cireundeu yaitu Padepokan Al-Quran Tanpa Nama yang di pimpin oleh
Ustadz Abdullah As’ad AH. SQ. S.Pd.I atau yang lebih sering disapa “Cak Doel”.
Ketika banyaknya pengajian-pengajian yang ada di Cirendeu pada saat itu,
Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama atau yang biasa disebut PQTN hadir dengan
membawa perubahan dan perbedaan di masyarakat Cireundeu.
Perubahan yang dibawa PQTN adalah lebih mendalamnya cara
pembelajaran dalam membaca Al-Qur’an, sehingga tidak hanya sekedar
membaca, tetapi membaca yang menggunakan ilmunya. Dan perbedaan yang
dibawa PQTN adalah dengan adanya Syahadah atau ijazah dengan satu guru
ketika mengaji, sehingga bacaan Al-Qur’an tersebut sanadnya sampai dengan
Rasulullah SAW.10
Dan dengan hadirnya pengajian PQTN di tengah-tengah masyarakat
dengan visinya yang membentuk generasi Qur’ani, ini menjadi jawaban untuk
warga Kampung Baru yang butuh dalam hal ilmu membaca Al-Qur’an.
Istilah kata Padepokan itu memiliki kepanjangan yaitu “Pade Kapok
Kan?”, “Pade” yang merupakan bahasa Betawi memiliki arti pada atau tiap
individu, “Kapok” artinya jera, sedangkan “Kan” sebagai kalimat penguat
9 M. Abdullah As’ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama, berlokasi
di PQTN, 1 mei 2018. 10
M. Abdullah As’ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 juni 2018
7
sekaligus pertanyaan. Istilah ini berarti setiap individu merasa jera terhadap
kebodohan, kemalasan dalam belajar ilmu Al-Qur’an yang selama ini melekat
pada diri masing-masing. Dengan harapan santri padepokan akan jadi jera atau
menyesal, kapok (Jawa) yaitu kapok tidak bisa mengaji, kapok bodoh dan kapok
malas serta kapok dari hal-hal yang jelek.11
PQTN hadir sudah cukup lama sejak tahun 2005 di daerah Cireundeu
khususnya di Kampung Baru. Dahulunya PQTN hanya memiliki murid atau santri
2 anak di tahun tersebut, namun seiring berjalannya waktu, dan dengan semakin
dikenalnya Cak Doel di masyarakat dengan bacaan yasinnya membuat jumlah
santri ataupun murid semakin bertambah.12
Hingga saat ini berjumlah kurang
lebih sekitar 215 santri anak dan ditambah kurang lebih sekitar 140 anggota terdiri
dari bapak, ibu, wali santri dan masyarakat sekitar. Dan jika ditotal bisa mencapai
hampir 350 santri termasuk anak-anak dan orang tua, dan itu di luar jumlah santri
yang sudah di wisuda.
PQTN membuat masyarakat di daerah Cireundeu Kampung Baru yang
dahulunya kurang memahami Ilmu Al-Qur’an khususnya dalam membaca Al-
Qur’an dan tahfidz, menjadi masyarakat yang mengerti akan Ilmu Al-Qur’an
dalam hal membaca Al-Qur’an dan tahfidz.
Dakwah Islam memerlukan sebuah strategi baru yang mampu
mengantisipasi perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh karena itu dalam
11
Artikel diakses pada 21 April 2018 dari http://pqtn.web.id/profil-pqtn/motto-visi-misi- 12
M. Abdullah As’ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 mei 2018
8
rekayasa peradaban Islam sekarang ini untuk menyongsong kebangkitan umat di
zaman modern diperlukan formasi strategi yang tepat.13
Untuk mempermudah dakwah Islam maka dibentuklah suatu organisasi
atau lembaga yang merupakan sebuah kekuatan umat yang disusun dalam satu
kesatuan berupa bentuk persatuan, mental, dan spiritual serta fisik material
dibawah pimpinan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih mudah, terarah, dan
lebih jelas motivasinya serta jelas arah dan tujuannya sehingga dapat mengetahui
tahapan-tahapan yang harus dilaluinya.14
Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti tertarik untuk mengambil tema “STRATEGI DAKWAH
PADEPOKAN AL-QUR’AN TANPA NAMA DALAM PROGRAM
DAKWAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT MEMBACA AL-QUR’AN
DI KAMPUNG BARU CIREUNDEU TANGERANG SELATAN”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari perluasan penelitian, maka peneliti membatasi
penelitian ini hanya terfokus pada Strategi Dakwah Padepokan Al-Qur’an
Tanpa Nama dalam program dakwah untuk meningkatkan minat membaca
Al-Qur’an di daerah Kampung Baru Cirendeu Tangerang Selatan. Peneliti
menggunakan teori Fred R. David dalam menganalisis Strategi yang
digunakan dan menambahkan juga teori strategi dakwah Asmuni Syukir
13
M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah
(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33. 14
Tuty Alawiyah, AS, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Ta’lim (Bandung: Mizan,
1997), h. 64.
9
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana perumusan strategi dakwah PQTN dalam program
dakwah untuk meningkatkan minat membaca Al-Qur’an di
Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan?
b) Bagaimana implementasi strategi dakwah PQTN dalam program
dakwah untuk meningkatkan minat membaca Al-Qur’an di
Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan?
c) Bagaimana evaluasi strategi dakwah PQTN dalam program
dakwah untuk meningkatkan minat membaca Al-Qur’an di
Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
terkait bagaimana perumusan, implementasi dan evalusi strategi dakwah
Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama dalam program dakwah untuk meningkatkan
Minat membaca Al-Qur’an di daerah Kampung Baru Cireundeu Tangerang
Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan pada masa mendatang bisa menjadi
masukan untuk mengembangkan strategi-strategi dakwah, terutama untuk
pengajian anak sejak dini lainnya yang serupa, dan diharapkan pula
penelitian ini berguna bagi perkembangan dalam bidang dakwah.
10
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu berguna di masa mendatang.
Sebagai bahan masukan atau referensi bagi para pembaca maupun peneliti
lain yang memiliki fokus permasalahan yang terkait.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana
pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.15
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang hanya
menggambarkan, melukiskan, memaparkan, dan melaporkan suatu
keadaan objek penelitian.16
Di mana peneliti akan menggambarkan
bagaimana perumusan strategi PQTN dalam program dakwah untuk
meningkatkan minat membaca Al-Qur’an, bagaimana implementasi
strategi dakwah PQTN dalam program dakwah untuk meningkatkan minat
membaca Al-Qur’an, dan bagaimana evaluasi strategi dakwah PQTN
dalam program dakwah untuk meningkatkan minat membaca Al-Qur’an di
daerah Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan secara deskriptif.
15
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006) 16
M. Ahmad Anwar, Prinsip-prinsip Metodologi Research (Yogyakarta: Sumbangsih,
1975), h. 22.
11
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan April 2018
hingga bulan Juni 2018. Lokasi penelitian dilakukan di Padepokan Qur’an
Tanpa Nama (PQTN) yang terletak di Kampung Baru Jl. Mushola Baitul
Muqorrobin Rt 01/ Rw 006 No. 63, Kel.Cireundeu, Kota Tangerang
Selatan.
3. Teknik Pengambilan Data
a) Wawancara, maksudnya adalah teknis dalam upaya menghimpun
data yang akurat untuk keperluan melaksakan proses pemecahan
masalah tertentu, yang sesuai dengan data. Data yang diperoleh
dengan teknis ini adalah dengan cara tanya jawab secara lisan dan
bertatap muka langsung antara seorang dan beberapa interviewer
(pewawancara) dengan seorang atau beberapa orang interviewer
(yang diwawancarai).17
Wawancara untuk mendapatkan data yang
akurat maka peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap
Ust. M. Abdullah As’ad AH selaku pendiri dan pengasuh
Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama, dan Ida Sri Hidayati selaku
pemimpin dan pengajar Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama,
pembimbing/guru, dan santri.
b) Observasi, observasi atau pengamatan merupakan salah saatu cara
penelitian ilmiah pada ilmu-ilmu sosial. Cara ini bisa hemat biaya
dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan mengunakan
mata sebagai alat melihat data serta menilai keadaan lingkungan
17
Wardi bachtiar, metodologi penelitian dakwah, (jakarta : logos), h. 72
12
yang dilihat, pengamatan atau observasi bermaksud
mengumpulkan fakta, yaitu mengumpulkan pernyataan-pernyataan
yang merupakan deskripsi, penggambaran dari kenyataan yang
menjadi perhatiannya.18
Observasi ini dilakukan untuk melihat
interaksi sosial atau aktivitas yang terjadi di Padepokan Al-Qur’an
Tanpa Nama yang tidak didapatkan melalui wawancara mendalam.
c) Dokumentasi, Dokumentasi yang di maksud disini adalah berupa
data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta
pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.19
Dokumentasi
dilakukan untuk memperkuat data penelitian yang kemudian akan
dilampirkan pada bagian lampiran akhir laporan penelitian.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini dimuat esensi-esensi hasil penelitian literatur, yaitu
teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas
dengan tidak mengurangi makna teori tersebut, dapat juga dalam bentuk kutipan
dari tulisan orang lain, yaitu kutipan langsung tanpa merubah kata-kata atau tanda
bacaan, kemudian dianalisis dibandingkan dan dikonstruksikan.20
Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti memiliki 4 referensi penelitian
terdahulu yang terkait dan relevan dengan fokus kajian permasalahan yang
peneliti lakukan, di antaranya sebagai berikut:
1) Strategi Dakwah Bakor Risma dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak
pada Remaja di Bandar Lampung
18
Wardi bachtiar, metodologi penelitian dakwah, (jakarta : logos), h. 78 19
Bachtiar, metodologi penelitian dakwah, h. 77 20
Bachtiar, metodologi penelitian dakwah, h. 51
13
Skripsi yang ditulis oleh Rohmatinisah dengan judul “Strategi Dakwah
Bakor Risma dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak pada Remaja di Bandar
Lampung” pada tahun 2017 dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, bertujuan untuk mengetahui
bagaimana strategi dakwah yang digunakan Bakor Risma dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan
(Field Reseacrh) dengan sifat penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah strategi dakwah yang dilakukan
Bakor Risma dalam menanamkan nilai-nilai akhlak terhadap remaja adalah
menggunakan strategi sentimental, strategi rasional, dan strategi indrawi. Serta
diimbangi dengan azas-azas strategi dakwah yaitu azas psikologis dan azas
efektivitas, dan efisiensi. Strategi dan azas-azas sesuai dengan apa yang ada di
lapangan yakni da’i menggunakan strategi dakwah tersebut karena sasaran
dakwahnya adalah remaja. Adapun temuannya adalah Bakor Risma sebagai da’i
dan juga juru dakwah memberikan arahan dan juga bimbingan terhadap sasaran
dakwahnya yakni remaja dalam menanamkan nilai-nilai akhlak, sehingga remaja
dapat meningkatkan keimanan dan juga pengetahuan serta mempunyai akhlakul
karimah yang baik dalam kehidupannya.
2) Strategi Dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia
(BMOIWI) dalam Pembinaan Akhlak Muslimah di Masjid Istiqlal
Tinjauan pustaka kedua adalah Skripsi dengan judul “Strategi Dakwah
Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) dalam
Pembinaan Akhlak Muslimah di Masjid Istiqlal” yang disusun oleh Revina
14
Septhiani pada tahun 2014 dari Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perumusan, implementasi dan evaluasi strategi yang dilakukan BMOIWI dalam
mensinergikan gerakan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan dan
ketahanan keluarga dengan ruh gerakan tidak lepas dari nilai-nilai Islam. Dalam
penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif,
sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian yang dapat ditemukan adalah strategi dakwah yang telah
direncanakan dengan melihat hubungan organisasi, adapun asas-asasnya yaitu
dengan memperhatikan asas-asas dakwah seperti halnya asas filosofis, asas
sosiologis, asas keahlian dan kemampuan da’i, asas psikologis, asas efektivitas
dan asas efisiensi dakwah. Setelah itu di implementasikan dalam proses
pelaksanaan di lapangan yang bertumpu pada program kegiatan dakwah yang
sudah di susun, dan setelah itu dilakukanlah sebuah evaluasi untuk menjaga
keseimbangan antara perumusan strategi dengan pelaksanaan meninjau sumber
daya manusia (SDM), rapat evaluasi kegiatan, dan memperbaiki mekanisme kerja.
3) Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra dalam Menciptakan Keluarga Sakinah
Ketiga adalah tinjauan pustaka Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah
Majelis Az-Zikra dalam Menciptakan Keluarga Sakinah” yang ditulis oleh Bobby
Rahman pada tahun 2010 dari Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
15
dakwah majelis Az-Zikra dalam menciptakan keluarga yang sakinah melalui
Lembaga Titian Keluarga Sakinah. Penelitian ini menggunakan observasi dan
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan dua
strategi, dimana yang pertama adalah pembekalan fikriyah, dan yang kedua
adalah dengan pembekalan ruhiyah. Pembekalan fikriyah adalah melakukan
program-program seperti tausiyah, ceramah, dan konsultasi. Sedangkan
pembinaan ruhiyah dilakukan dengan kegiatan dzikir dan do’a bersama.
4) Startegi Dakwah Komunitas Pejuang Subuh dalam Mengajak Shalat
Subuh berjamaah di Jakarta
Keempat adalah tinjauan pustaka Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah
Komunitas Pejuang Subuh Dalam Mengajak Shalat Subuh Berjamaah Di
Jakarta” yang ditulis oleh Sitty Annisaa pada tahun 2016 dari Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah komunitas pejuang subuh
dalam mengajak shalat subuh berjamaah di Jakarta. Penelitian ini menggunakan
observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini
menggunakan teori dari Fred R David dimana ada tiga tahapan, yaitu perumusan,
implementasi, dan evaluasi. Dan didalam implementasi terdapat teori asmuni
syukir tentang asas-asas dakwah. Dan juga secara keseluruhan startegi dakwah
yang digunakan komunitas pejuang subuh adalah melalui cara online dan offline.
Dari keempat referensi di atas, ada persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya adalah ketiga penelitian tersebut
sama-sama memiliki fokus permasalahan mengetahui bagaimana strategi dakwah.
16
Namun, fokus peneliti adalah terkait tentang strategi dakwah untuk meningkatkan
minat membaca Al-Qur’an di lembaga pengajian PQTN, sedangkan penelitian
lainnya memiliki perbedaan seperti pada Skripsi Rohmatinisah (2017) adalah di
Bakor Risma yang ingin menanamkan nilai-nilai akhlak pada remaja di Bandar
Lampung, lalu penelitian Revina (2014) adalah Badan Musyawarah Organisasi
Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) untuk pembinaan akhlak muslimah, lalu objek
penelitian referensi ketiga yang disusun oleh Bobby (2010) adalah di Majelis Az-
Zikra untuk menciptakan keluarga yang sakinah, dan objek penelitian referensi
keempat yang di susun Sitty (2016) adalah komunitas pejuang subuh dalam
mengajak solat subuh berjama’ah di Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5 bab. Setiap bab-nya
terdiri dari sub-bab pembahasan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan
yang lainnya, sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat pertama, latar belakang masalah. Kedua, batasan dan
rumusan penelitian. Ketiga, tujuan penelitian. Keempat, manfaat penelitian.
Kelima, metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, waktu dan
lokasi penelitian, teknik pengambilan data. Keenam, tinjauan pustaka. Dan
terakhir yaitu sistematika penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORITIS
Bab ini berisi kerangka teoritis di mana peneliti memaparkan secara lebih
rinci dan detail terkait strategi, dakwah, dan strategi dakwah. Strategi terbagi
menjadi pengertian strategi dan tahapan-tahapan strategi. Sedangkan dakwah
17
terdiri dari pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, dan tujuan dakwah. Adapun
strategi dakwah terbagi menjadi pengertian strategi dakwah serta asas-asas strategi
dakwah. Dan pengertian tentang minat.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan mengenai gambaran umum mengenai objek penelitian
peneliti yaitu Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama. Sejarah, profil lembaga, motto,
visi dan misi, metode pembelajaran, tingkatan pendidikan, kegiatan-kegiatan, dan
lain sebagainya.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan temuan dan analisis hasil penelitian yang akan
menjawab rumusan masalah pada bab pendahuluan.
BAB V : PENUTUP
Sebagai bab terakhir yang merupakan penutup memuat kesimpulan dari
hasil penelitian, serta terdapat saran bagi akademisi dan praktisi atau terhadap
berbagai pihak yang terkait di dalam penelitian ini.
18
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi jika ditinjau dari segi etimologi pada awalnya berasal dari
bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein”
yang berarti memimpin. Menurut pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
strategi adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya
pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang
bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal atau suatu rancangan yang
terbaik untuk memenangkan peperangan. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyebutkan bahwa istilah strategi adalah seni atau ilmu yang
menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan tertentu.1
Karl Von Clausewitz (1780-1831) yang merupakan seorang pensiunan
jenderal Prusia dalam bukunya On War merumuskan strategi adalah suatu seni
yang menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang. Dalam
konteks awalnya, strategi di artikan sebagai generalship atau tujuan yang
dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh
dan memenangkan peperangan. Suatu strategi memiliki dasar-dasar atau
skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu.2
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), h. 199. 2Setiawan Hari Purwono dan Zalkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 20.
19
Adapun pengertian strategi jika ditinjau dari segi terminologi adalah
sebagai berikut, sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa
strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai sebuah tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan
harus menunjukkan bagaimana teknik atau cara operasionalnya.3 Selanjutnya
strategi menurut Din Syamsudin mengandung arti sebagai berikut:
a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan
b. Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan
c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi
dan peran penting dalam mencapai keberhasilan4
Adapun strategi juga memiliki beberapa bentuk. Gregory G. Dess dan
Alex Miller yang dikutip oleh H. Djaslim Salidin berpendapat bahwasanya
bentuk strategi terbagi menjadi dua, yaitu pertama adalah bentuk strategi yang
dikehendaki, dan kedua adalah bentuk strategi yang direalisasikan.5 Bentuk
strategi yang dikehendaki (intended strategic) terdiri dari tiga elemen, antara
lain sebagai berikut:
a. Sasaran-Sasaran (Goals)
Merupakan apa yang ingin dicapai dalam suatu pelaksanaan
pencapain tujuan. Sasaran disini memiliki arti sempit maupun luas. Seperti
3Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 32. 4Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta: Logos,
2000), h. 127. 5Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah Penerapan Strategi Komunikasi Dalam Dakwah.
h.102.
20
halnya dakwah, tujuan akhirnya ingin menciptakan masyarakat madani
yang islami. Tentu saja jika ingin menuju arah harus menyelesaikan
berbagai tujuan yang menjadi bagian dari tujuan akhir tersebut. Dengan
demikian tujuan akhir bisa dikatakan sebagai sasaran yang lebih luas dari
pada tujuan-tujuan bagiannya secara sempit.
b. Kebijakan (Policies)
Merupakan suatu garis pedoman untuk bertindak guna mencapai
sasaran atau tujuan-tujuan yang diinginkan.
c. Rencana-rencana (Plans)
Merupakan pernyataan dari setiap tindakan terhadap apa yang
diharapkan yang nantinya akan terjadi.
Adapun bentuk strategi yang direalisasikan (realized strategic)
merupakan apa yang telah terwujud pencapaiannya. Strategi ini sering
mengalami perubahan dalam keseluruhan implementasinya, sesuai dengan
peluang dan ancaman yang dihadapi. Sebenarnya strategi yang terwujudkan
selalu lebih banyak atau sedikit daripada strategi yang dikehendakinya.
2. Tahapan-tahapan Strategi
Menurut konsep manajemen strategis Fred R. David menyebutkan
manajemen strategis adalah seni atau ilmu yang terdiri atas perumusan,
implementasi, dan evaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya.6 Dan di dalam strategi terdapat
proses yang berupa berbagai tahapan yang harus dilalui, seperti menurut Fred
R. David yang terdiri tiga tahapan, yaitu:
6 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 3.
21
a. Perumusan Strategi. Inilah tahapan pertama yang ada di dalam strategi, di
tahap ini yang di lakukan adalah membangun visi dan misi,
mengidentifikasikan kesempatan dan ancaman dari luar organisasi,
menetapkan kekuatan internal dan kelemahan, menetukan tujuan jangka
panjang, menghasilkan alternatif strategi, serta menentukan sasaran yang
tepat.
b. Implementasi Strategi. Implementasi strategi ini adalah tahapan kedua dari
Fred R. David, dimana setelah kita melakukan perumusan strategi dibutuhkan
implementasi atau pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi Strategi. Inilah tahapan terakhir yang menentukan, dimana
diperlukan karena dalam tahapan ini keberhasilan yang telah dicapai dapat
diukur kembali untuk penetapan tujuan berikutnya.7
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah jika dilihat secara etimologi berasal dari bahasa
Arab yaitu do’a, yad’u, da’watan yang artinya panggilan, ajakan, atau
seruan.8 Sedangkan dalam kamus Munjid dakwah berasal dari fi’il Madhi
(do’a) yang berarti menyeru, memanggil.9 Warson Munawwir menyebutkan
bahwa dakwah artinya memanggil (to call), mengundang (to invite),
mengajak (to summon), menyeru (to purpose), mendorong (to urge), dan
memohon (to pray).10
Dakwah dalam pengertian tersebut, dapat dijumpai dalam ayat Al-
Qur’an dalam QS. Yunus ayat 25 yang berbunyi:
7Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 3.
8Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 17.
9Kamus, Al-Munjid Fil Lughoh (Beirut: Daarul Masyriq), h. 216.
10Warson Munawwir, Kamus Almunawwir (Surabaya: Pustaka Progesif, 1994), h. 439.
22
اري للهٱو د اإل هٱدعه ست قيملسل طو صر اءهإل يي ش ديو ي ٢٥و
Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan
menunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”
(QS. Yunus: 25)
Adapun dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar
atau masdar. Kata kerjanya adalah do’a yang mempunyai arti memanggil,
menyeru, atau mengajak.11
Dakwah menurut istilah sebenarnya banyak
mengandung pengertian dari para ahli ilmu dakwah antara lain sebagai
berikut:
Menurut Asmuni Syukir, dakwah dapat diartikan dari dua segi antara
lain pertama adalah bersifat pembinaan dan kedua adalah bersifat
pengembangan. Pembinaan memiliki arti suatu kegiatan untuk
mempertahankan dan menyempurnakan suatu hal yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan pengembangan memiliki arti suatu kegiatan yang mengarah pada
pembaharuan atau mengadakan sesuatu yang belum ada.12
Lain halnya dengan pendapat Zulkifli Muston yang mengemukakan
bahwasanya dakwah adalah segala sesuatu dan kegiatan yang disengaja dan
berencana dalam wujud sikap, ucapan, dan perbuatan yang mengandung
ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung ditujukan kepada orang
perorangan, masyarakat atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil
11
Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999), h. 280. 12
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1989), h. 20.
23
hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati
serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.13
Dakwah merupakan proses “Al-Tahawwul Wal taghayyur”
(transformasi dan perubahan) dari sesuatu yang tidak baik menuju yang baik
atau sesuatu yang sudah baik menuju yang lebih baik lagi.14
Adapun selain itu Jamaluddin Kafie berpendapat bahwa dakwah
adalah suatu sistem dari seseorang atau kelompok atau segolongan umat
Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifasekan dalam bentuk seruan,
ajakan, panggilan, undangan do’a yang menyentuh yang disampaikan dengan
ikhlas dengan menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu agar
menyentuh tingkah lakunya untuk mencapai tujuan tertentu.15
2. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah berbagai komponen yang terdapat dalam
kegiatan dakwah. Berbagai macam unsur ini harus dipenuhi ketika akan
melaksanakan kegiatan dakwah, karena jika tidak terpenuhi unsur-unsur
dakwah akan diprediksi nantinya bahwa dakwah akan mengalami hambatan.
Unsur-unsur tersebut terdiri atas da’i atau pelaku dakwah, mad’u atau
penerima dakwah, maddah atau materi dakwah, wasilah atau media dakwah,
thariqah atau metode dakwah, dan atsar atau efek dakwah. Berikut
penjelasannya:
a) Pelaku Dakwah (Da’i)
Pelaku dakwah atau da’i adalah orang yang melakukan dakwah.
Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang
13
Zulkifli Muston, Ilmu Dakwah Jilid I (Makassar: Yayasan Fatiya, 2002), h. 3. 14
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), h. 165. 15
Jamaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah (Surabaya: Offset Indah, 1993), h. 29.
24
menyampaikan pesan komunikasi kepada orang lain. Pendakwah bisa
bersifat individu maupun kelompok. Pendakwah yang bersifat individu
ketika dakwah yang dilakukan adalah perseorangan. Pendakwah yang
bersifat kelompok adalah dakwah yang digerakkan oleh sebuah kelompok
atau organisasi.16
b) Penerima Dakwah (Mad’u)
Penerima dakwah atau mad’u adalah manusia yang menjadi
sasaran dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak. Terdapat tiga golongan
mad’u, yaitu pertama golongan cerdik cendekiawan, kedua golongan
awam, dan ketiga golongan yang berbeda dengan kedua golongan
tersebut.17
c) Materi Dakwah (Maddah)
Materi dakwah atau maddah adalah isi pesan atau materi yang
disampaikan oleh da’i kepada mad’u, yang sumber utamanya adalah Al-
Qur’an dan hadits. Secara umum, materi dakwah dapat diklasifikasikan
menjadi empat permasalahan pokok, yaitu pertama masalah akidah, kedua
masalah syariah, ketiga masalah muamalah, dan keempat adalah masalah
akhlak.18
Masalah akidah atau keimanan merupakan aspek yang membentuk
moral manusia, iman merupakan esensi dalam ajaran agama Islam. Lalu
masalah syariah dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar,
pandangan yang jernih, dan kejadian secara cermat terhadap dalil-dalil
16
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 216. 17
Muh. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 23. 18
Munir dan Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 24.
25
dalam melihat setiap persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terpelosok
ke dalam keburukan.
Kemudian masalah muamalah menekankan pada aspek ibadah
yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada
Allah. Selanjutnya masalah akhlak mengenai sifat dan kriteria perbuatan
manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya.
d) Media Dakwah (Wasilah)
Media dakwah atau wasilah merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah.19
Media dakwah
digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi dakwah atau ajaran
Islam kepada mad’u. Hamzah Ya’Qub membagi media dakwah menjadi
lima macam, antara lain sebagai berikut:
1) Lisan, merupakan bentuk dakwah yang paling sederhana. Melalui media
ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan
lain-lain.
2) Tulisan, media ini dapat berupa buku, surat kabar, majalah, surat
menyurat (korespondensi), spanduk, dan lain-lain.
3) Lukisan, gambaran, karikatur, dan lain sebagainya.
4) Audio Visual, merupakan alat dakwah yang merangsang indera
pendengaran atau penglihatan dan keduanya, berupa televisi, film,
internet, dan lain-lain.
19
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
163.
26
5) Akhlak, adalah berbagai perbuatan nyata yang mencerminkan
ajaran Islam yang dapat dinikmati atau pun didengarkan oleh
mad’u.20
e) Metode Dakwah (Thariqah)
Segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos.
Meta berarti melalui atau mengikuti, sedangkan hodos berarti jalan, cara,
atau arah.21
Metode dakwah atau thariqah adalah jalan atau cara yang
dipakai oleh pelaku dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah.
Metode memiliki peranan penting, dikarenakan jika sebuah pesan
walaupun baik jika tidak tersampaikan melalui metode yang tepat, maka
pesan tersebut bisa saja tidak diterima oleh penerima pesan atau penerima
dakwah.
Metode dakwah terbagi menjadi tiga, yaitu pertama adalah bi al
hikmah, kedua adalah mau’izatul hasanah, dan ketiga adalah mujadalah
billati hiya ahsan. Ketiga hal tersebut terdapat dalam QS. An-Nahl ayat
125 yang berbunyi:
دعهٱ ب ب ك بيلر س ةٱإل ةٱو لكى عظ ة ٱلى ل س هب ه دل ج يه متٱو حس أ ه
بين يس لع يض بى عن هه أ ه بك ۦإنر ب عن هه
أ ه ت ديي ٱو ١٢٥لىه
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yag lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
20
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120. 21
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i (Bandung:
Sinar Grafika Offset), h. 238.
27
Bi al hikmah adalah berdakwah dengan memperhatikan situasi dan
kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan
mereka, sehingga mereka tidak merasa terpaksa atau keberatan. Sedangkan
mau’izatul hasanah adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga dapat
menyentuh hati mereka. Adapun mujadalah billati hiya ahsan adalah
berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang
sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan yang memberatkan
sasaran dakwah.
f) Efek Dakwah (Atsar)
Efek dakwah atau atsar merupakan umpan balik atau feedback dari
proses dakwah. Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah dilaksanakan
secara radikal dan komprehensif, artinya tidak setengah-setengah. Para
pelaku dakwah harus memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaruan
dan perubahan, di samping bekerja dengan menggunakan ilmu.22
3. Tujuan Dakwah
Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah untuk mengajak manusia ke
jalan Tuhan, jalan yang benar dan lurus, yaitu Islam.23
Tujuan dakwah sangat
menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media
dakwah, sasaran dakwah dan juga strategi dakwah ditentukan oleh tujuan
dakwah. Jadi setiap berdakwah harus memiliki tujuan yang akan dicapai, hal
ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan dakwah. Tujuan dakwah
sendiri terbagi dalam dua bagian, antara lain sebagai berikut:
22
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 32. 23
Raffiuddin dan Maman A. Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia,
1997), h. 32.
28
a) Tujuan Umum
Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang akan dicapai dalam
aktivitas dakwah, hal ini berarti tujuan dakwah masih bersifat umum dan
utama dimana seluruh proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan
kepadanya.24
Tujuan dakwah secara umum masih memerlukan rincian di
bagian berikutnya. Sebab ada yang bertanggapan bahwa tujuan dakwah
yang utama adalah dakwah kepada seluruh kaum baik yang sudah
memeluk agama Islam atau pun yang belum memeluk agama Islam.
Sedangkan yang berkewajiban dakwah kepada seluruh umat adalah
Rasulullah SAW dan utusan-utusannya. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Maidah ayat 67 yang berbunyi:
ا ي أ لهٱ۞ي هلرسه ال رس اب نغت ى لف إونمهت فع ويرب ك ك إل زل
هاأ ب ن غو ۥ
للهٱو وي ك عصىه ديلل ٱإننلاس ٱي ي م ٱل فريي ٱمق ٦٧مك
Artinya: “Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan dari
Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya, Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
bagi orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah: 67)
Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa Nabi diperintahkan untuk
menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh umat manusia tanpa
terkecuali, karena Allah tidak akan memberi petunjuk terhadap orang kafir
atau musyrik, maka jika manusia ingin mendapat petunjuk Allah harus
beriman kepada-Nya terlebih dahulu.
24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 51.
29
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dari rincian
tujuan umum dakwah dan sifatnya lebih spesifik. Oleh karena itu tujuan
khusus dakwah adalah mengajak umat manusia yang sudah memeluk
agama Islam agar selalu meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, lalu membina mental agama Islam bagi kaum yang
masih muallaf, kemudian mengajak manusia yang belum beriman agar
lebih beriman dan memeluk agama Islam, serta mendidik dan mengajarkan
kepada anak-anak untuk tidak menyimpang dari fitrahnya.
C. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi dakwah dapat diartikan sebagai suatu metode, siasat, taktik
atau manuvers yang digunakan dalam kegiatan dakwah.25
Menurut Moh. Ali
Aziz, strategi dakwah merupakan perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan
yang di desain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan dalam hal ini, antara lain sebagai berikut:
a) Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya
atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses
penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tingkat tindakan.
b) Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab
25
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32.
30
itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas
dan dapat diukur keberhasilannya.26
Strategi dakwah adalah kolaborasi yang tepat antara semua unsur
dakwah mulai dari da’i atau pelaku dakwah serta organisasi atau lembaganya,
pesan metode, dan media yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak.
Selain itu strategi dakwah dimaksudkan untuk meminimalisir hambatan yang
akan terjadi, baik yang bersifat teknis, psikologis, sosial, dan kultural, serta
melakukan konfrontasi dengan pesan lainnya. Lalu strategi dakwah harus
dipandang sebagai kiat yang melibatkan penalaran dengan menggunakan
semua sumber daya dan mencapai tujuan secara efisien dan efektif.27
2. Asas-asas Strategi Dakwah
Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus diperhatikan
agar kegiatan dakwah berjalan secara efektif dan tepat sasaran sehingga
dakwah bisa maksimal. Asas-asas strategi dakwah terbagi dalam lima bentuk,
pertama, asas filosofis, kedua, adalah asas kemampuan dan keahlian da’i,
ketiga, adalah asas sosiologis, keempat, adalah asas psikologis, dan kelima,
adalah asas efektifitas dan efisiensi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Asas Filosofis
Dalam asas ini, hal yang utama adalah membicarakan masalah
yang erat kaitannya dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses
atau kegiatan dakwah.
b) Asas Kemampuan dan Keahlian Da’i (Achievement and Professional)
26
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 349. 27
Anwar A., Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 232.
31
Asas ini berkaitan dengan pembahasan mengenai kemampuan dan
tingkat profesionalitas da’i atau pelaku dakwah.
c) Asas Sosiologis
Yang dibahas dalam asas sosiologis ini adalah mengenai masalah-
masalah terkait dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah atau mad’u.
Misalnya masalah politik pemerintahan setempat, lalu mayoritas agama di
daerah setempat, kemudian filosofis sasaran dakwah, serta sosiokultural
sasaran dakwah, dan lain sebagainya.
d) Asas Psikologis
Asas psikologis membahas berbagai masalah yang erat kaitannya
dengan kejiwaan manusia. Seorang pelaku dakwah atau da’i adalah
manusia, sama halnya dengan sasaran dakwah atau mad’u. Sasaran
dakwah memiliki berbagai macam karakter kejiwaan yang unik, yakni
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Terlebih permasalahan agama,
yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan tidak luput dari
masalah-masalah psikologis sebagai asas atau dasar dakwahnya.
e) Asas Efektifitas dan Efisiensi
Dalam aktivitas dakwah harus diusahakan untuk menyeimbangkan
antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian
hasilnya. Akan lebih baik jika antara waktu, biaya, dan tenaga yang sedikit
dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin, atau setidaknya
seimbang antara hal tersebut.28
28
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33.
32
Tak jauh berbeda, M. Abzar D. dalam jurnal yang ditulisnya
menyatakan bahwa ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dalam
strategi dakwah. Pertama, para aktivis dakwah dapat meningkatkan
kualitasnya, terutama dalam peningkatan kualitas pendidikan dan wawasan
keagamaan yang terintegrasi dengan wawasan keilmuan yang lain. Kedua,
para aktivis dakwah dapat mempertimbangkan penggunaan media informasi
sebagai sarana dakwah secara professional. Ketiga, pelaksanaan dakwah
dapat terevaluasi dengan baik, baik dari aspek metodologi pendekatan
maupun dari aspek materi-materi yang disampaikan kepada masyarakat.29
D. Minat
1. Pengertian Minat
Slameto mengatakan bahwa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka
semakin besar minat.30
Menurut crow and crow yang dikutip oleh Djaali mengatakan bahwa
minat ber ubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, kegiatan, benda dan pengalaman
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Selain itu, Djaali juga mengutip
pendapat Holland yang mengatkan bahwa minat merupakan kecendrungan
hati yang tinggi terhadapsesuatu. Minat tidak timbul sendirian, ada unsur
29
M. Abzar D., “Strategi Dakwah Masa Kini (Beberapa Langkah Strategis Pemecahan
Problematika Dakwah,” Lentera, Vol. XVIII, No. 1 (Juni 2015): h. 49-50. 30
Slameto, 2003, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, h. 180.
33
kebutuhan, misalnya minat belajar, minat terhadap suatu benda atau hal-hal
lainnya.31
Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa pada semua usia, minat
memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai
dampak yang besar atas perilaku dan sikap, terutama selama masa kanak-
kanak. Karena jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan oleh minat yang
berkembang selama masa kanak-kanak. Di samping itu pengalaman belajar
dari anak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan minat anak.32
2. Ciri-Ciri Minat
Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa cirri-ciri minat yaitu33
:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan
mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan
dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih
cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang
lambat matang, karena sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu,
menghadapi masalah social karena minat mereka minat anak,
sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.
b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat
mempunyai minat sebelum mereka secara fisik dan mental.
Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang
31
Djaali, 2012, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 121-122.
32 Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga, h. 215
33 Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga, h. 117
34
sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki
kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan
bola tersebut.
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk
belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak
maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak.
Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah.
Minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya
lingkup social mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar
rumah yang mulai mereka kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Ketidakmampuan fisik dan
mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat
anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai
minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang
perkembangan fisiknya normal.
e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya. Anak-anak mendapat
kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk
belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka
dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan
untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka
oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional – aspek afektif – dari
minat menemukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak
35
menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang
menyenangkan memperkuatnya.
g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu
egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika, sering
berlandaskan keyakinan, kepandaian di bidang matematika di
sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang
menguntungkan di dunia usaha.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Slameto membagi kedalam dua bahagian tentang faktor-faktor yang
bisa mempengaruhi minat siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern.34
Faktor intern meliputi keinginan atau kemauan, yaitu hasrat atau
kehendak yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tanpa
ada paksaan. Dan Faktor ekstern yaitu meliputi guru yang mengajar,
lingkungan belajar, dorongan orang tua, ekonomi orang tua, dan pengaruh
lingkungan sosial.
Dari teori teori yang sudah di jelaskan di atas peneliti menarik
kesimpulan bahwasanya teori yang akan digunakan untuk skripsi ini adalah
konsep dari teori Fred R David mengenai tahapan strategi, yang dimana
ditahapan strategi tersebut di kombinasikan dengan teori dari Asmuni Syukir
tentang strategi dakwah. Ini semua peneliti simpulkan berdasarkan penjabaran
yang ada, dan dari semuanya hampir menyerupai, sehingga ditentukanlah
hanya menggunakan teori-teori yang terpilih
34
Slameto, 2003, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, h. 181.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Fatir ayat 29-30 yang berbunyi1:
يو إن ٱل ب كت تلون ي ٱلل ق اموا أ ة و ل و ٱلص ني ة ل و ع ا س هم ز قن ر ا مه قوا ىف
أ و
ةل وت بور ر تج همنوف ضلهلو في هم٢٩ي رجون ي زيد جور همو أ كورۥإى هۦ فورش غ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (QS. Al-Fatir: 29-
30)
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a Rasulullah bersabda: “Sebaik-
baiknya kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(Diutarakan oleh Abdullah, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhori dalam
shahihnya yang merupakan sumber paling valid (hadits) setelah Al-Qur‟an Al-
Karim).
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang
yang membaca Al-Qur’an dan menguasainya, maka ia bersama-sama malaikat
(pencatat amal) yang mulia dan taat. Sedang yang membaca Al-Qur’an dengan
tergagap dan kesulitan maka baginya dua pahala.” (Diutarakan Al-Bukhari)
1 Artikel diakses pada 4 Mei 2018 dari http://pqtn.web.id/profil-pqtn/
37
Abu Hasan Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al-Qusyayri, dalam kedua
kitab Shahihnya). Berdasarkan dalil-dalil inilah PQTN terwujud.
Ada pula faktor lain terbentuknya PQTN yaitu Berawal sejak pendirinya
yang bernama Cak Doel bersama istrinya masuk ke wilayah Kampung Baru pada
tahun 2005. Saat itu Cak Doel menetap di sebuah kontrakan dan merupakan
pasangan yang baru menikah, sedangkan belum mengetahui bagaimana kondisi
lingkungan masyarakat di Kampung Baru. Sekitar dua minggu menjadi warga
baru di wilayah Kampung Baru, ada seorang tetangga di lingkungan kontrakannya
ingin menitipkan kedua anak laki-laki mereka untuk diajarkan mengaji,
dikarenakan tetangga tersebut mengetahui bahwa Cak Doel berkuliah di
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an. Namun pada awalnya Cak Doel tidak
membuka pengajian, tetapi tetangga tersebut memaksa untuk tetap meminta
anaknya diajarkan mengaji, dan dimulai dari situ setiap sore hari pengajian
dilakukan di kontakan Cak Doel.2
Pengajian tersebut berjalan terus-menerus hingga ada warga lain yaitu
seorang Ustadz yang bernama Ustadz Hasan, ia memiliki dua putri yang dititipkan
pula pada pengajian Cak Doel. Selain itu juga terdapat almarhum Pak Abdullah.
Sehingga murid Cak Doel dari yang hanya 2 orang saja, bertambah menjadi 5
murid. Setelah itu Cak Doel yang notabenenya merupakan warga baru, ia mulai
memikirkan bahwa ia ingin mencari tahu bagaimana kebiasaan yang dilakukan
oleh masyarakat Kampung Baru.3
2 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN 1 mei 2018 3 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 mei 2018.
38
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat tersebut antara lain seperti
mengadakan tahlilan rutin setiap malam Jum‟at, selain itu juga melaksanakan
tahlilan jika ada seorang warga yang meninggal. Setelah mengikuti kegiatan
tersebut, Cak Doel mengamati dan berkesimpulan bahwa ketika warga membaca
surat Yasin, tidak ada sebuah landasan atau pedoman utama bagaimana
membacanya, warga pun membaca secara tidak bersamaan. Maka dari itu, Cak
Doel ingin mengubah sistem tersebut.4
Seiring berjalannya waktu anak-anak di pengajian Cak Doel semakin
bertambah banyak, hal tersebut membuat keyakinan Cak Doel bertambah dengan
metode bacaan Al-Qur‟an yang diajarkannya terhadap anak-anak pengajian.
Sehingga kemudian Cak Doel membawa metode tersebut ke masyarakat
Kampung Baru. Namun rencana Cak Doel tidak berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkannya, Cak Doel menerima beberapa penolakan dari para sesepuh
wilayah tersebut karena dianggap merubah kebiasaan yang sudah ada. Pada tahun
2009, Cak Doel mendapatkan rezeki untuk membangun sebuah aula di tempat
yang dahulunya kebun, yang digunakan untuk melaksanakan pengajian Cak Doel.
Terkait pembacaan surat Yasin yang dibacakan oleh warga namun tidak secara
bersamaan, Cak Doel kembali mengamati bahwa ada kemungkinan terdapat ilmu
dasar yang tidak mereka pelajari sebelumnya. Hingga kemudian tercetus sebuah
ide bahwa bagi anak-anak maupun orang dewasa yang ingin belajar membaca Al-
Qur‟an harus dimulai dari dasar terlebih dahulu.5
4 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber
lokasi di PQTN, 1 mei 2018. 5 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber
lokasi di PQTN, 1 mei 2018.
39
Dahulunya PQTN bernama Padepokan Al-Qur‟an Om Doel. Karena pada
waktu itu Cak Doel dipanggil “Om” Maksudnya om itu untuk membahasakan
anak-anak bahwasanya saya adalah adik dari orang tua mereka. Dan mulai tahun
2010 akhirnya Om Doel, di panggil Cak Doel, bukan ustadz atau kiyai. Walaupun
Cak Doel hidup di betawi, tapi ada panggilan yang unik yang ingin dijadikan ciri
khas, yaitu “Cak” yang dalam bahasa malangnya artinya abang, karena Cak Doel
berasal dari Malang dan ingin memposisikan diri Cak Doel sebagai abang untuk
mereka para santri.6
B. Profil Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
1. Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama merupakan ide dari pendiri
yang bernama Muhammad Abdullah As‟Ad AH, SQ, S.Pd.I. Pada awalnya
diambil dari istilah kata “Padepokan” yang merupakan singkatan dari
“Pade Kapok Kan?”. Pade berasal dari kata Betawi yang mempunyai arti
pada atau tiap individu. Sedangkan kapok berarti jera. Lalu kan merupakan
kalimat penguat sekaligus pertanyaan. Istilah ini memiliki arti bahwa
setiap individu merasa jera terhadap kebodohan, kemalasan dalam belajar
Al-Qur‟an yang selama ini melekat pada diri masing-masing. Dengan
harapan santri padepokan akan jadi jera atau menyesal, kapok merupakan
bahasa Jawa yaitu kapok tidak bisa mengaji, kapok bodoh dan kapok
malas serta kapok dari hal-hal yang jelek.7
Berikut terdapat beberapa alasan pengambilan nama “Padepokan”
oleh Cak Doel, pertama yaitu agar kesan pendidikan di dalamnya tidak
6 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber
lokasi di PQTN, 1 mei 2018. 7 Artikel diakses pada 4 Mei 2018 dari http://pqtn.web.id/profil-pqtn/
40
hanya mendidik ilmu agama saja namun semua aspek yang memiliki
kemampuan di bidangnya pun dapat dikembangkan pula. Lalu yang kedua
adalah sesuai dengan keinginan pendiri agar PQTN dan santri serta
masyarakat dapat menyatu dan berbaur menandakan keakraban hubungan
agar pendekatan dakwah Islam melalui Al-Qur‟an mudah di terima, baik
yang sudah baik dalam mengenal Al-Qur‟an maupun yang belum
mengenalnya. Dan yang ketiga adalah sekaligus padepokan itu bukan
hanya tempat mengaji saja namun multi guna dan menampung setiap
lapisan masyarakat, tidak memandang lapisan sosial, maupun budaya serta
usianya.
Adapun alasan pendiri mengambil sebuah nama “Tanpa Nama”
adalah berdasarkan beberapa alasan antara lain sebagai berikut. Pertama
adalah ketika santri yang majemuk sudah masuk dalam naungan PQTN,
mereka tidak membawa latar belakang baik itu status sosial, jabatan,
keturunan atau nasab, usia, maupun pendidikan, karena syarat mencari
ilmu adalah niat tulus ikhlas mencari ridho Allah swt dan menghilangkan
kebodohan. Lalu alasan yang kedua adalah tidak susah diucapkan dan
tidak berat untuk dihafalkan, ini juga sebagai harapan dan do‟a semoga
santri padepokan dimudahkan segala urusannya oleh Allah swt dalam
belajar dan menghafal Al-Qur‟an.8
PQTN ini berlokasi di daerah Cireundeu Tangerang selatan lebih
tepatnya Jl. Mushola Baitul Muqorrobin Rt 01/ Rw 006 No. 63 Kampung
Baru. Untuk bisa mencapai ke lokasi PQTN dari arah Lebak Bulus Jakarta
8Artikel diakses pada 5 Mei 2018 dari http://pqtn.web.id/profil-pqtn/pqtn-sebuah-nama/
41
Selatan kurang lebih 3 km, begitupun dari arah UIN Jakarta. Untuk
mencapai ke lokasi PQTN bisa mengunakan kendaraan roda dua, maupun
roda empat.
2. Motto, Visi dan Misi Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Dalam menjalankan kegiatannya agar berjalan dengan baik, PQTN
memiliki visi dan misi tersendiri. Antara lain sebagai berikut:
Visi: Memberantas Buta Baca Al-Qur‟an, Membentuk Generasi Qur‟ani.
Misi:
1) PQTN sebagai wadah dakwah dengan ikon Al-Qur‟an
2) PQTN wajib fasih dan disiplin bertajwid dalam membaca Al-
Qur‟an
3) PQTN pantang malas, wajib disiplin dalam semua hal sebagaimana
ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan Hadits.
PQTN juga memiliki motto, yaitu “Meng Al-Qur‟ankan
Masyarakat dan Memasyarakatkan Al-Qur‟an”. Adapun tujuan PQTN
lebih cenderung kepada cara membaca Al-Qur‟an itu sendiri. Kemudian
selanjutnya agar bisa memaknai Al-Qur‟an. Lalu agar bisa mengamalkan
dan mengaplikasikan Al-Qur‟an dalam setiap aspek kehidupan manusia.
Dan yang terakhir bisa mengajarkan Al-Qur‟an. Karena ilmu yang
diajarkan bisa menjadi lading amal jariyah.
42
3. Susunan Kepengurusan Organisasi Padepokan Al-Qur’an Tanpa
Nama
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama mempunyai struktur
keorganisasian seperti layaknya lembaga-lembaga lain, yaitu sebagai
berikut9 :
a) Kepengurusan Lembaga Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
a. Pendiri dan Pengasuh PQTN : M. Abdullah As‟ad
b. Pimpinan PQTN : Ida Sri Hidayati
c. Sekretaris : Maja Marjuki
d. Bendahara : Yuli Rahmawati
e. Penanggung jawab media : Hariyanto
f. Penangung jawab Dokumentasi : Ahmad Syukur
g. Penanggung jawab Santri Bapak : Rosiyan yahya
h. Penanggung jawab Santri Ibu : Witri Nurjayanto
i. Penanggung jawab Santri Anak Putra : Bilal Aradea M.
j. Penanggung jawab Santri Anak Putri : Ulfa Dwi Nofitasari
b) Ostana (Organisasi Santri Tanpa Nama Putra)
a. Ketua : Fikri Irfanudin
b. Wakil : Dzufi Ramadhan
c. Sekretaris : M. Adam & M. Daffa
d. Bendahara : Azhar & Ichwan
e. Sie. Keamanan : Redza & Michael
f. Sie. Pengajaran : Syahrul R. & Fandhika
9 Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu 12 juni 2018 via Aplikasi WhatsApp.
43
g. Sie. Perlengkapan : Apri, Alief & Arjuna
h. Sie. Kebersihan : Damar Hisam, Bayu Putra & Tizar
c) Ostani (Organisasi Santri Tanpa Nama Putri)
a. Ketua : Kak Isma
b. Wakil : Nabilla
c. Sekretaris : Jihan & Seffi
d. Bendahara : Safa & Putri
e. Sie. Ibadah : Aulia P. & Nabilla Luth
f. Sie. Olahraga : Intan & Raidha
g. Sie. Fundraising : Naja & Maryani
h. Sie. Kebersihan : Silvi & Dhea
i. Sie. Sosial : Amanda & Anna
4. Profil Pendiri Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
PQTN didirikan Oleh Ustadz Muhammad Abdullah As‟ad AH.
SQ. S.Pd.I, beliau lahir di kota Malang, Jawa Timur tanggal 15 desember
tahun1975, dilahirkan Oleh ibunya yang bernama Hj. Arumi, dan ayah
beliau bernama Bapak Husein Ismail Bin Ismail. Beliau menikah dengan
Ida Srihidayati (Ning ida) anak dari Bapak Aliman marzuki dan ibu Suyati
Sofyan. Dan dari pernikahan tersebut dikaruniakanlah 3 orang anak
perempuan, yaitu Iftinah Nisrina Labila, Isqina Efriya Zanjabila, dan
terakhir Ilena Azwida lauziyah.
Beliau menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Raudatul
Falah pada tahun 1983-1988, dan melanjutkan pendidikan ke madrasah
44
tsanawiyah Al-Furqon di malang pada tahun 1989-1991, dan selanjutnya
ke sekolah menengah atas Al-Furqon pada tahun 1992-1994.
Dan beliau memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya
kepondok pesantren Tahaffidzul Al-Qur‟an (PPTQ) Asuhan Syaikhuna Wa
Murabbi Ruhina Abuya Abdullah Umar Al-Hafizh Kauman, Semarang,
Jawa Tengah selama 5 tahun. Dan beliau lulus dari pesantren tersebut dan
menjadi Tahfidz Al-Qur‟an 30 juz dan di syahadah langsung oleh guru
beliau.Dan selanjutnya beliau meneruskan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi yaitu S.1, dan beliau berkuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an
dari tahun 2001-2007.
Sekarang kegiatan beliau mengajar dibeberapa tempat diantaranya
di PT. Pilar di daerah Kemang Jakarta Selatan, di sebuah perkantoran di
daerah bsd Tangsel, di markas besar komandan pasukan khusus daerah
cijantung Jakarta Timur, di kantor indosat di wisma nusantara. Dan beliau
beberapa kali menjadi juri di tingkatan perkantoran di daerah jabodetabek,
dan juga menjadi juri di beberapa perlombaan di tingkat kecamatan.
Dan beliau membuat teori yang diberi nama hukum 8 (5 hukum
bab nun mati dan tanwin, dan 3 hukum untuk mim mati) dalam
memudahkan anak-anak paham ilmu tajwid. Dan mendedikasikan dirinya
untuk Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama hingga sekarang.10
5. Metode Pengajaran
Sistem pendidikan dan pengajaran PQTN banyak mengadopsi
sistem pendidikan dan pengajaran pesantren, pendidikan akhlaq, adab
10
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, lokasi
di PQTN, 1 mei 2018.
45
(sopan santun) dalam mencari ilmu, maupun metode pengajaran Al-
Qur‟an sendiri. Al-Qur‟an di ajarkan secara11
:
Talaqqi (menirukan gurunya langsung),
Tasmi‟ (menyimak bacaan gurunya),
Tahsin (memperbaiki bacaan Al-Qur‟an baik dari segi makhraj
sampai tajwid),
Tahfidz (menghafal Al-Qur‟an)
Takror (mengulang-ulang hafalan, baik disimakan ataupun diulang
sendirian)
Al-Qur‟an menjadi pelajaran utama di Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama, tetapi ada beberapa tambahan pelajaran lain, yang
menunjang ke Al-Qur‟an seperti : adab, ta‟lim, hadits, fiqih, serta majelis
dzikirb dan do‟a.
6. Tingkatan Pendidikan
Tingkatan pendidikan Al-Qur‟an :
Iqra‟ (jilid 1-6)
Tajwid dan Juz „Amma
Tahfizh dan Binnazhar Juz 30
Al-Qur‟an Binnazhar 30 Juz
Al-Qur‟an Bilghaib 30 Juz
Pengembangan Bakat
Majelis Istighotsah
11
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 5 mei 2018.
46
C. Kegiatan-Kegiatan Dakwah di Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
a. Kegiatan Dakwah PQTN Untuk Menarik Minat Masyarakat
Umum Dalam Membaca Al-Qur’an12
1. Istighotsah. Istighotsah menurut PQTN adalah untuk berdoa
bersama dan untuk silahturahmi antara wali santri dengan Cak
Doel dan juga untuk Masyarakat umum. Dan juga di wajibkan
seluruh santri ABI ( anak, bapak, ibu) untuk ikut istighotsah yang
menjadi kegiatan rutin setiap akhir bulan.
2. Tahsin masal dalam istighotsah. Tahsin yang berarti
memperbaiki, meningkatkan, atau memperkaya. Tahsin dalam
islam mengandung makna bahwa tuntutan agar dalam membaca
Al-Qur‟an harus benar dan tepat sesuai dengan contohnya demi
terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan sunnah
Rasulullah SAW.
3. Perayaan hari besar. Perayaan hari besar yang di adakan oleh
PQTN adalah bentuk dari pengenalan dari kegiatan-kegiatan yang
ada di PQTN, sehingga masyarakat luas bisa mengetahui kegiatan
yang ada di Padepokan. Yaitu diantara kegiatan dalam
memperingati hari-hari besar adalah sebagai berikut : Muharam,
Peringatan 17 agustus, Takbiran, Isra mi‟raj, Maulid Nabi dan lain
sebagainya.
12
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 20 juni 2018.
47
4. Turun gunung (Yasinan dan tahlil). Turun gunung adalah
kegiatan yang dilakukan oleh santri bapak dan masyarakat sekitar
yang berminat untuk tahlilan dan membaca yasin bersama.
5. PNS (pengajian niat sendiri). Kegitan PNS (pengajian niat
sendiri) adalah untuk merangkul masyarakat yang mau mengaji
rasa PQTN, tapi dengan gaya yang berbeda yaitu lebih santai dan
antara bapak-bapak dengan ibu-ibu campur, dan itu di pimpin
langsung oleh Cak Doel setiap malam rabu dan kamis.13
Program-program atau kegiatan diatas adalah cara-cara dari
PQTN untuk bisa meningkatkan minat membaca Al-Qur‟an untuk
masyarakat umum, khususnya di Lingkungan Kampung Baru
Cireundeu.
b. Kegiatan Dakwah PQTN Untuk Meningkatkan Minat Membaca
Al-Qur’an14
1. Tahsinul qur’an. Seperti penjelasan tahsin di sebelumnya yaitu
merperbaiki, meningkatkan atau memperkaya bacaan Al-Qur‟an.
Tahsin itu pembenaran tata cara baca, Tahsin itu dimana santri
akan diminta untuk membaca Al-Qur‟an dan Cak Doel akan
membaca sebagai contoh dan santri tinggal mengikuti bacaannya
beliau.
2. Takror. Takror itu adalah murojaah atau mengulang-ulang, ini
salah satu cara untuk memperkuat bacaan dan hapalan para santri
13
Harianto, Santri Bapak Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, lokasi di Cireundeu, 30
Mei 2018. 14
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 20 juni 2018.
48
3. Tahfidz. Tahfizd itu menghafal. Yaitu kegiatan santri dari kelas 1,2
dan 3 diminta untuk menghafal sesuai tingkatan kelasnya.
4. Tasmi antar santri. Tasmi antar santri itu adalah untuk saling
mendengarkan bacaan dari masing-masing santri, dan tetap di
awasi oleh Cak Doel atau pembimbing.
5. Talaqi. Talaqi itu setoran santri kepada 1 guru untuk mendapatkan
ijazah dan sanad. Untuk Talaqqi hanya 30 juz binnadzar
(membaca) atau bilghoib (hafalan).
6. Yasinan di Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama. Yasinan disini
adalah rutinitas setiap hari kamis malam jum”at dari sehabis
maghrib sampai dengan jam 8. Kegiatannya membaca yasin, tahlil
dan dzikir, setelah itu biasanya ada sedikit masukan atau
pencerahan dari Cak Doel.
7. Lomba untuk meningkatkan jiwa kompetitif yang di miliki.
Lomba antar santri di PQTN adalah salahsatu kegiatan untuk
mengukur sejauhmana peningkatan santri dalam mengaji di PQTN.
8. Bekerja sama dengan masjid dan mushola untuk menjadi
imam taraweh dan tadarus di sekitar Cireundeu. Tarling atau
tadarus keliling ini adalah hasil dari kerjasama PQTN dengan
beberapa masjid atau mushola di sekitar Cireundeu.
9. MTSN (main tapi sambil ngaji). Program MTSN ini adalah main
tapi sambil ngaji, di maksudkan untuk santri agar bisa lebih
semangat dalam belajar mengaji dengan cara yang berbeda.
49
10. Wisuda. Program wisuda adalah program tahunan. Dimana ini
adalah bentuk apresiasi untuk santri yang sudah berhasil dalam
mengikuti kegiatan belajar di PQTN dan berhasil mengikutinya
sampai ujian untuk di syahadah.
D. Data Murid Dan Alumni
Penerimaan Santri putra dan putri untuk kategori usia SD sampai dengan
SMA dibuka sebanyak 2 periode dalam satu tahun sejumlah 50 orang, masing-
masing periode maksimal sejumlah 25 santri, walaupun terkadang bisa lebih dari
itu, Ini di maksudkan karena terbatasnya kuota tempat untuk belajar di Padepokan
Al-Qur‟an Tanpa Nama, karena sampai saat ini PQTN masih dalam tahap
pembangunan gedung.15
Saat ini santri Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama berjumalah sekitar 355
santri yang terdiri dari santri anak putra dan putri berjumlah 215 santri, santri
bapak berjumlah 60 santri, dan santri ibu berjumlah 80 santri. Dan Padepokan Al-
Qur‟an Tanpa Nama sudah melakukan 6 kali wisuda dalam 10 tahun terakhir,
wisuda tersebut dari tahun ajaran 2011/2012 sampai dengan 2016/2017, berikut
tabelnya.16
Santri Putra
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. khatam binnadzar 30 juz 4 wisudawan
2. Tahfizh juz 30 16 wisudawan
Santri Putri
1. Khatam binnadzar 30 juz 3 wisudawati
2. Tahfizh juz 30 25 wisudawati
15
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 5 mei 2018. 16
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 5 mei 2018.
50
Santri Bapak
1. Iqra talaqqi 4 wisudawan
Total santri yang diwisuda tahun ajaran 2011-2012
sejumlah 52 santri
Santri Putra
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. khatam binnadzar 30 juz 3 wisudawan
2. Tahfizh juz 30 3 wisudawan
Santri Putri
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. Khatam binnadzar 30 juz 4wisudawati
2. Tahfizh juz 30 9 wisudawati
Santri Bapak
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. Iqra talaqqi 10 wisudawan
Total santri yang diwisuda tahun ajaran 2012-2013
sejumlah 29 santri
Santri Putra
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. khatam binnadzar 30 juz 7 wisudawan
2. Tahfizh juz 30 16 wisudawan
Santri Putri
1. Khatam binnadzar 30 juz 1 wisudawati
2. Tahfizh juz 30 8 wisudawati
Santri Bapak
1. Iqra talaqqi 4 wisudawan
2. Tahfizh juz 30 4 wisudawan
Total santri yang diwisuda tahun ajaran 2013-2014
sejumlah 40 santri
51
Santri Putra
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. khatam binnadzar 30 juz 1 wisudawan
2. Tahfizh juz 30 9 wisudawan
Santri Putri
1. Khatam binnadzar 30 juz 4 wisudawati
2. Tahfizh juz 30 8 wisudawati
Santri Bapak
1. Iqra talaqqi 3 wisudawan
2. Khatam binnadzar 30 juz 1 wisudawan
Total santri yang diwisuda tahun ajaran 2014-2015
sejumlah 26 santri
Santri Putra
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. khatam binnadzar 30 juz 1 wisudawan
2. Tahfizh juz 30 4 wisudawan
Santri Putri
1. Khatam binnadzar 30 juz 3 wisudawati
2. Tahfizh juz 30 4 wisudawati
Santri Bapak
1. Iqra Talaqqi 2 wisudawan
Santri Ibu
1. Iqra Talaqqi 20 wisudawati
Total santri yang diwisuda tahun ajaran 2015-2016
sejumlah 34 santri
Santri Putra
No. Kelas Jumlah Wisuda
1. khatam binnadzar 30 juz 2 wisudawan
Santri Putri
1. Tahfizh juz 30 5 wisudawati
Santri Bapak
1. Iqra Talaqqi 11 wisudawan
52
Santri Ibu
1. Iqra Talaqqi 12 wisudawati
Total santri yang diwisuda tahun ajaran 2016-2017
sejumlah 30 santri
Total alumni yang sudah di wisuda oleh PQTN sampai dengan wisuda ke 6
sejumlah 211 santri yang terdiri dari santri ABI (anak-anak, bapak-bapak, ibu-
ibu).
E. Data Prestasi Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
PQTN dikenal dengan pengajian yang selalu memenangkan berbagai
macam perlombaan ketika di undang untuk mengikuti acara lomba di berbagai
tempat, sehingga membuat pengajian-pengajian lain minder ketika bertemu
dengan PQTN di sebuah perlombaan. Oleh karena itu banyak dari pengajian-
pengajian lain yang sudah jarang mengundang PQTN untuk mengikuti
perlombaan di pengajiannya. Dan berikut inilah daftar prestasi yang pernah di
ikuti17
:
Juara 1 lomba MHQ Adh-duha sampai An-nas event KKL IIQ Jakarta
Juara 1 lomba pildacil event KKL IIQ Jakarta
Juara 2 lomba MUROTAL event KKL IIQ Jakarta
Juara 2 lomba MHQ An-naba sampai An-nas event KKL IIQ Jakarta
Juara 1 lomba fashion show event FORKOMDA Al-Mujahidin
Juara 1 lomba MTQ event FORKOMDA Al-Mujahidin
Juara 1 lomba MHQ surat pendek event FORKOMDA Al-Mujahidin
Juara 2 lomba cerdas cermat event FORKOMDA Al-Mujahidin
Juara 3 lomba cerdas cermat event FORKOMDA Al-Mujahidin
17
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 19 juni 2018 via aplikasi Whatsapp
53
Juara umum event FORKOMDA Al-Mujahidin
Juara 1 lomba tahfizh qur‟an tingkat SMP event Festival Santri Indonesia
Juara 1 lomba tahfizah qur‟an tingkat SMP event Festival Santri Indonesia
Juara 1 lomba menggambar event Festival Santri Indonesia
Juara 1 lomba nasyid putra event Festival Santri Indonesia
Juara 2 lomba nasyid putri event Festival Santri Indonesia
Juara 1 lomba pidato event Festival Santri Indonesia
Juara 1 lomba hafalan do‟a harian putra Lomba TKA-TPA Se-TangSel
Juara 3 lomba hafalan do‟a harian putri Lomba TKA-TPA Se-TangSel
Juara 1 lomba hafalan surat pendek putri Lomba TKA-TPA Se-TangSel
Juara 2 lomba hafalan surat pendek putra Lomba TKA-TPA Se-TangSel
Juara 2 lomba adzan putra event Lomba TKA-TPA Se-TangSel
Juara 3 lomba adzan putra event Lomba TKA-TPA Se-TangSel
Juara 1 lomba MHQ tingkat SD/MI event Festival Anak Soleh
Juara 2 lomba MHQ tingkat SD/MI event Festival Anak Soleh
Juara 2 lomba MHQ tingkat TK event Festival Anak Soleh
Juara 2 lomba mewarnai kaligrafi tingkat SD/MI Festival Anak Soleh
Juara 2 lomba adzan tingkat SD/MI event Festival Anak Soleh
Juara 1 lomba MTQ antar TPA/TPQ Se-Kelurahan Lebak Bulus event
memperingati maulid Nabi Muhammad SAW
Juara 3 lomba MHQ antar TPA/TPQ Se-Kelurahan Lebak Bulus event
memperingati maulid Nabi Muhammad SAW
Juara 3 lomba mewarnai antar TPA Se-Kelurahan Lebak Bulus event
memperingati maulid Nabi Muhammad SAW
54
Juara 1 lomba MHQ Juz „amma Festival Santri TPA/TPQ se-Lebak Bulus
Juara 2 lomba MHQ Juz „amma Festival Santri TPA/TPQ se-Lebak Bulus
Juara 3 lomba cerdas cermat Festival Santri TPA/TPQ se-Lebak Bulus
Juara 1 praktek sholat event Festival Santri TPA/TPQ se-Lebak Bulus
Juara 2 praktek sholat event Festival Santri TPA/TPQ se-Lebak Bulus
Juara 1 lomba MUROTTAL event Ramdhan DKM Al-Ikhlas Cireundeu
Juara 2 lomba MUROTTAL event Ramadhan DKM Al-Ikhlas Cireundeu
Juara 3 lomba MUROTTAL event Ramadhan DKM Al-Ikhlas Cireundeu
Juara 2 lomba adzan event Ramadhan DKM Al-Ikhlas Cireundeu
Juara 1 lomba da‟i cilik event Festival Santri Anak Soleh DKM Al-Barkah
Juara 1 lomba adzan event Festival Santri Anak Soleh DKM Al-Barkah
Juara 1 lomba Tahfidzah event Festival Santri Anak Soleh DKM AlBarkah
Juara 2 lomba Tahfidz event Festival Santri Anak Soleh DKM Al-Barkah
55
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL TEMUAN
A. Perumusan Strategi Dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Menurut konsep Fred R. David tentang startegi ada 3 tahapan yang harus
di kerjakan, yaitu perumusan, implementasi dan evaluasi. Dan ditahapan
perumusan yang dilakukan adalah membangun visi dan misi, mengidentifikasikan
kesempatan dan ancaman dari luar organisasi, menetapkan kekuatan internal dan
kelemahan, menetukan tujuan jangka panjang, menghasilkan alternatif strategi,
serta menentukan sasaran yang tepat.1 Perumusan strategi dakwah PQTN
diantaranya adalah membangun visi dan misi. Visi dan misi ini adalah langkah
awal dalam perumusan strategi dakwah.
Visi dari PQTN Memberantas Buta Baca Al-Qur‟an dan Membentuk
Generasi Qur‟ani, ini menjadi visi yang sesuai dimana di daerah Cireundeu pada
saat itu masih banyak orang yang buta akan bacaan Al-Qur‟an, mungkin bisa
membaca tetapi dari segi keilmuannya masih banyak yang salah, dari ilmu
tajwidnya, makhrojnya dan lain sebaginya.2 Apalagi masyarakat di cireundeu
mayoritas beragama islam, jadi sangat disayangkan jika membaca Al-Qur‟annya
masih banyak yang salah. Sehingga ini akan berpengaruh kegenerasi-generasi
yang akan datang jikalau di biarkan begitu saja. Dan dengan hadirnya PQTN bisa
membentuk generasi Qur‟ani, dimana bukan hanya generasi anak-anak yang cinta
akan Al-Qur‟an tapi juga lintas generasi hingga orang tua.
1 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 3.
2 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di PQTN, 7 juni 2018.
56
Sedangkan misi PQTN adalah sebagai wadah dakwah dengan ikon Al-Qur‟an,
wajib fasih dan disiplin bertajwid dalam membaca Al-Qur‟an, pantang malas dan wajib
disiplin dalam semua hal sebagaimana ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan
Hadits.3 Dengan misi yang dibawa oleh PQTN yang menjadikan Padepokan ini
menjadi tempat untuk berdakwah tentang ilmu Al-Qur‟an yang menjadi sumber
utama dalam kehidupan ini. Dan juga misi yang lain yaitu di wajibkan fasih,
disiplin bertajwid dalam membaca, dan disiplin dalam semua hal. Kedisplinan di
PQTN memanglah sangat di Utamakan, dan ini yang membedakan PQTN dengan
pengajian yang lain. Ketika saya observasi di PQTN di saat pengajian berlangsung
suasana disana sangat kondusif, santri tidak ada yang bercanda, semua khusuk
dalam mengaji, karena memang kedisiplinannya sangat di terapkan, selain
menjaga adab ketika membaca Al-Qur‟an.
Selain dari visi dan misi, PQTN juga memiliki motto yaitu “Meng Al-
Qur‟ankan Masyarakat dan Memasyarakatkan Al-Qur‟an”. Maksudnya adalah
menjadikan Al-Qur‟an sebuah kebutuhan.4 Karna Qur‟an itu dunia akhirat, bukan
hanya dunia saja. Jadi masyarakat di Cirendeu harus paham bagaimana tata cara
membaca Al-Qur‟an yang baik, bagaimana tata cara baca Qur‟an dengan
menggunakan tajwid atau tartil. Itu yang paling utama. Dan yang paling utamanya
lagi bagaimana kita bisa menghormati Al-Qur‟an itu sendiri sebagai teman kita
sehari-hari.5 Dan akhirnya masyarakat luas khususnya Kampung Baru Cireundeu
bisa menjadi masyarakat yang cinta akan Al-Qur‟an, yang tidak hanya
membacanya tetapi juga mengamalkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
3 Artikel diakses pada 5 Mei 2018 dari http://pqtn.web.id/profil-pqtn/pqtn-sebuah-nama/
4 Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di Cireundeu, 5 mei 2018. 5 Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 5 Juni 2018.
57
sehari-hari, bahkan mengajarkan kembali ke generasi-generasi berikutnya. Itu
sesuai dengan tujuan hadirnya PQTN yang lebih cenderung kepada cara membaca
Al-Qur‟an itu sendiri. Kemudian selanjutnya agar bisa memaknai Al-Qur‟an. Lalu
agar bisa mengamalkan dan mengaplikasikan Al-Qur‟an dalam setiap aspek
kehidupan manusia. Dan yang terakhir bisa mengajarkan Al-Qur‟an. Karena ilmu
yang diajarkan bisa menjadi lading amal jariyah.6
Selanjutnya adalah tahapan yang kedua dalam perumusan strategi yaitu
mengidentifikasikan kesempatan dan ancaman dari luar organisasi. Dalam tahapan
ini Cak Doel sebagai pendiri sekaligus pengasuh dan guru di PQTN
mengidentifikasikan kesempatannya dengan cara terjun langsung ke masyarakat
sekitar Kampung Baru Cireundeu mencari tahu apa yang di butuhkan oleh
masyarakat, melihat kondisi di masyarakat, dan menentukan apa yang masyarakat
butuhkan. Dan memang ketika Cak Doel terjun ke masyarakat seperti ikut dalam
pengajian yang diadakan masyarakat, yang pada saat itu Cak Doel memperhatikan
bacaan Al-Qur‟an di masyarakat, mereka bisa membaca, tapi masih ada beberapa
hal yang salah dalam bacaan tersebut, entah tajwidnya, makhrojnya dan lain
sebagainya, dan pada saat itu ketika membaca yasin, kok ada sesuatu yang aneh,
yaitu dimana ketika masyarakat membaca yasin, seperti terburu-buru, dan tidak
kompak. Dan kultur ini memang sudah berlangsung lama di masyarakat
Cireundeu. Dan akhirnya cak doel mengambil point, bahwasanya yang
dibutuhkan oleh masyarakat adalah ilmu membaca Al-Qur‟an yang sejatinya
adalah kelebihan yang dimiliki oleh Cak Doel.7
6 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di PQTN, 1 Mei 2018. 7 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di PQTN, 7 Juni 2018.
58
Dan selanjutnya adalah mengidentifikasi ancaman dari luar, inipun Cak
Doel lakukan yaitu dengan cara bertemu dengan tokoh masyarakat yang dituakan/
bisa disebut tokoh masyarakat yang dihormati di lingkungan Cirendeu. Sehingga
dengan pertemuan tersebut bisa menemukan apa yang harus di hindari dan apa
yang harus di kerjakan. Karena pada saat itu Cireundeu sangatlah kuat dengan
Tokoh-tokoh masyarakatnya, sehingga tidak bisa sembarangan merubah suatu
kultur yang memang sudah ada sejak lama di Cireundeu.8
Tahapan selanjutnya dalam rumusan strategi adalah menetapkan kekuatan
internal dan kelemahan. Pada tahapan ini Cak Doel sadar bahwasanya untuk bisa
merubah kultur yang sudah sangat mendalam di Cireundeu dibutuhkan cara-cara
yang pas, sehingga Cak Doel menetapkan kekuatan internal yang Cak Doel miliki
yaitu mengkuatkan PQTN yang berisi para santri yang sudah mendapatkan ilmu
membaca Al-Qur‟an, sehingga menjadi kekuatan yang bisa di gunakan di
masyarakat. Seperti membuat nada yang khas dan kompak ketika membaca
Yasiin dengan tetap memperhatikan bacaan, makhrojnya dan ilmu tajwidnya.
Yang nantinya ketika Cak Doel memimpin Yasiin di masyarakat beserta dengan
para santri yang memang warga sekitar menjadi kekuatan yang kuat untuk bisa
merubah kultur yang ada. Dan juga dengan adanya santri di PQTN bisa
menentukan kelemahan-kelemahan apa yang Cak Doel miliki, salah satunya
dengan kurangnya tenaga pengajar di PQTN.9
Tahapan selanjutnya adalah menentukan tujuan jangka panjang. Tujuan
jangka panjang dari berdirinya PQTN adalah untuk memberantas buta aksara
8 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi
di PQTN, 1 Mei 2018. 9 M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 Mei 2018.
59
dalam membaca Al-Qur‟an, selain itu juga untuk bisa menularkan ilmu dalam
membaca Al-Qur‟an dan akhirnya bisa menjadikan Masyarakat di cireundeu
menjadi masyarakat yang Qur‟ani bahkan bisa dikatakan kota santri.10
Dan selain itu tujuan adanya padepokan ini, lebih cenderung kepada Cara-
cara dasar dalam membaca Al-Qur‟an itu sendiri, Sedikit-sedikit belajar untuk
bisa memaknai dari pada Al-Qur‟an itu dan Mengamalkan Al-quran, sebisa
mungkin apa yang ada di dalam al-Qur‟an itu bisa di amalkan, bisa di aplikasikan
dalam kehidupan, dan yang terakhir Mengajarkan Al-Qur‟an, dan Cak Doel pun
berpesan kepada seluruh santri ilmu yang sudah di dapat disini, terus ketika ada
orang yang meminta untuk diajarkan, jangan sampai di tolak, harus diajarkan,
karena ini termasuk sebagai penyambung lidah tuan-tuan guru yang pernah
mengajari kita, yang sanadnya sampai ke baginda Rasulullah SAW.11
Dan yang terakhir dalam perumusan strategi adalah menentukan sasaran
yang tepat. Begitupula dengan PQTN dalam menentukan sasaran dakwahnya
yaitu adalah Awalnya anak-anak. Karna semakin berkembangnya zaman itu akan
semakin berkurangnya anak-anak dalam membaca Al-Qur‟an, jadi mereka lebih
asik untuk bermain di luar dibanding dengan baca Qur‟an. Dan dari anak-anaknya
itu akan menyambung ke orang tua. Anak kecil aja mau ngaji masa orang tuanya
yang udah berumur nggak mau ngaji. Kenapa anak-anak, agar generasi berikutnya
tidak hilang Qur‟annya. Yang awalnya hanya anak-anak, tapi sekarang hampir
dari semua kalangan.12
Bahkan ada ustadz itu ikut mengaji kembali di PQTN.
10
Ida Sri Hidayati, Pimpinan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi di PQTN, 30
Mei 2018. 11
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 Mei 2018. 12
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 5 Juni 2018.
60
Karena memang belajar itu tidak mengenal usia, tidak mengenal jabatan, dan tidak
mengenal waktu, selagi kita mau belajar, maka belajarlah sampai ajal menjemput.
Selain perumusan strategi menurut Fred R. David ada pula asas-asas dalam
teori Asmuni Syukir yang harus di perhatikan dalam strategi dakwah yaitu asas
filosofi, asas kemampuan dan keahlian da‟i, asas sosiologis, asas psikologis, dan
asas efektifitas dan efisiensi.13
Asas filosofis adalah membicarakan masalah yang erat kaitannya dengan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses atau kegiatan dakwah. oleh karena
itu penulis dapat menganalisis dari hasil wawancara mendalam dengan Cak Doel
dan Ning Ida bahwasanya asas filosofis disini adalah dimana tujuan dari di
dirikannya PQTN adalah untuk memberantas buta aksara baca, dan mengajarkan
Ilmu Al-Qur‟an secara baik dan benar dari segi kelimuannya, dan bacaannya.
Apalagi generasi-generasi muda jaman sekarang yang sudah semakin jarang untuk
mau belajar membaca Al-Qur‟an, oleh karena itu PQTN Hadir di masyarakat
Cireundeu Kampung Baru untuk menjawab tantangan itu.14
Kemudian asas kemampuan dan keahlian da‟i yaitu berkaitan dengan
pembahasan mengenai kemampuan dan tingkat profesionalitas da‟i atau pelaku
dakwah. Dan peneliti menganalisis bahwasanya kemampuan dan keahlian dari
pelaku dakwah yaitu Cak Doel sebagai pendiri dan pengajar di Padepokan Al-
Qur‟an Tanpa Nama sangat memahami sekali ilmu Al-Qur‟an karena beliau
adalah alumni dari Pondok Pesantren Tahaffidzul Al-Qur‟an (PPTQ) Asuhan
Syaikhuna Wa Murabbi Ruhina Abuya Abdullah Umar Al-Hafizh Kauman,
13
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
33. 14
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018.
61
Semarang, Jawa Tengah selama 5 tahun. Dan beliau lulus dari pesantren tersebut
dan menjadi Tahfidz Al-Qur‟an 30 juz dan telah di syahadah oleh guru beliau dan
sanadnya samapi dengan Rasulullah. Dan selanjutnya beliau meneruskan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi yaitu S.1, dan beliau berkuliah di Perguruan
Tinggi Ilmu Al-Qur‟an dari tahun 2001-2007. Dari pendidikan tersebut bisa
dilihat jelas bahwasanya beliau sangat mendalami Ilmu Al-Qur‟an. Oleh karena
itu apa yang diajarkan oleh Cak Doel, semua adalah ilmu Al-Qur‟an.15
Selanjutnya asas sosiologis yaitu mengenai masalah-masalah terkait
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah atau mad‟u. Masalah masalah yang
terkait dengan situasi dan kondisi yang ada di sekitar masyarakat kampung baru
adalah kurangnya sosok panutan yang paham betul dengan ilmu Al-Qur‟an
sehingga pada saat itu masyarakat kampung baru yang mayoritas penduduknya
betawi ini bisa mengaji tetapi hanya sebatas membaca,mungkin dari segi bacaan,
keilmuan masih banyak yang salah, ini di karenakan kurangnya pendidikan
mengaji pada jaman dahulu yang menerapkan ilmu membaca Al-Qur‟an yang
sempurna. Sehingga masyarakat Cireundeu hanya bisa mengikuti apa-apa yang
sudah diajarkan dahulu oleh orangtuanya dalam kata lain hanya Ittiba (menurut
atauikuti-ikutan).16
Asas selanjutnya adalah psikologis yang membahas berbagai masalah yang
erat kaitannya dengan kejiwaan manusia. Di asas ini peneliti menganalisis
bahwasanya asas psikologi sangatlah penting, kenapa sangat penting, karena ini
berkaitan dengan jiwa seseorang, yang mana ketika dia sudah tersentuh hatinya,
15
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 Mei 2018. 16
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 Mei 2018.
62
maka dia akan dengan mudah untuk mengikutinya. Cak Doel disini menggunakan
sifat dasar dari manusia, yaitu manusia suka sekali dengan sesuatu yang beda,
yang unik, yang berseni yang tidak seperti biasanyaa. Contoh dakwah yang Cak
Doel gunakan adalah dengan cara merubah bacaan yasin yang ada di daerah
Cireundeu yang biasanya lurus-lurus saja, bahkan standar dan flat, sehingga
kurang menarik. Dan ini dirubah oleh Cak Doel dengan Bacaan surat yasin yang
kompak, nadanya ataupun lagunya yang membuat orang tertarik, tanpa
meninggalkan kaidah-kaidah ataupun ilmu dalam membaca Al-Qur‟an. Dan
akhirnya tersentuhlah hati atau jiwa dari masyarakat sekitar sehingga mengikuti
dan mau belajar untuk bisa membaca Al-Qur‟an seperti itu.17
Dan asas terakhir adalah asas efektifitas dan efesiensi yaitu Dalam aktivitas
dakwah harus diusahakan untuk menyeimbangkan antara biaya, waktu, maupun
tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. PQTN sangat menjunjung
asas ini, yaitu dalam aktivitas dakwah Cak Doel beliau selalu melakukan
musyawarah bersama untuk kemaslahatan bersama. Untuk masalah biaya, waktu,
maupun tenaga yang di keluarkan itu dengan cara yang bijaksana.
Untuk masalah biaya ketika kita mau mengaji di PQTN kita hanya perlu
membayar uang infaq seikhlasnya, sehingga tidak memberatkan bagi siapa saja
yang mau mengaji. Dan ketika mengadakan acara-acara besar maka biaya yang di
keluarkan adalah hasil dari pengumpulan dana seikhlasnya dari murid atau santri
yang belajar di PQTN yang terdiri dari wali santri, santri anak-anak, bapak-bapak,
dan ibu-ibu.
17
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 Mei 2018.
63
Sedangkan untuk masalah waktu dalam belajar antara Cak Doel sebagai
Pelaku Dakwah kepada Santri atau murid sebagai mad‟u ini sesuai dengan asas
efektifitas dan efesiensi yaitu menggunakan sistem yang fleksibel terlebih kepada
santri dari golongan bapak-bapak dan ibu-ibu, itu menyesuaikan waktu dari murid
atau pun santrinya, dikarenakan kesibukan yang dimiliki oleh santri yang sudah
berkeluarga. Seperti jadwal pengajian untuk santri bapak-bapak yang hanya
seminggu 2 kali, begitupula ibu-ibu.
B. Implementasi strategi dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Menurut Fred R David tahapan kedua dari strategi adalah implementasi,
yaitu adalah bentuk penerapan atau pelaksanaan setelah merumuskan strategi atau
bisa dikatakan tindakan yang dilakukan.18
Berbicara tentang kegiatan dakwah atau
tindakan yang dilakukan oleh PQTN di dalam meningkatkan minat membaca Al-
Qur‟an itu terbagi menjadi 2 jenis, yang pertama adalah kegiatan atau program
yang dibuat untuk menarik minat membaca Al-Qur‟an untuk masyarakat umum,
khususnya masyarakat di wilayah Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan.
Selanjutnya yang kedua adalah kegiatan utama atau program utama yang
di buat untuk meningkatkan minat membaca Al-Qur‟an untuk para santri di
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama. Kenapa di buat seperti itu, dikarenakan agar
masyarakat yang awalnya belum berminat untuk mengaji agar disarankan
mengikuti kegiatan yang memang di buat untuk masyarakat umum, ketika sudah
mengikuti kegiatan tersebut, maka tahapan kedua adalah mengikuti kegiatan
utama yang dibuat khusus untuk para santri PQTN yang notabenenya sudah
memiliki minat lebih dalam membaca Al-Qur‟an.
18
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 3.
64
a. Kegiatan Dakwah untuk menarik minat membaca Al-Qur’an untuk
masyarakat umum
1. Istighotsah
Istighotsah menurut PQTN adalah untuk berdoa bersama, untuk
ajang silahturahmi antara wali santri dengan Cak Doel sebagai Guru dan
pendiri PQTN, karena wali santri sudah menitipkan anaknya ke Padepokan
sehingga antara wali santri dengan Cak Doel akan saling mengenal dan
juga secara tidak langung membuat wali santri ikut dalam pengajian yang
di adakan oleh PQTN dan juga untuk memperkenalkan ke masyarakat luas
apa yang dipelajari, seperti cara mengaji, cara membaca dan lain
sebaginya.19
Kata “istighotsah” berasal dari “al-ghouts” yang berarti
pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan)
"istaf‟ala" atau "istif'al" menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan.
Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata “ghufron”
yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif'al menjadi istighfar yang
berarti memohon ampunan. Jadi istighotsah berarti "thalabul ghouts" atau
meminta pertolongan. Para ulama membedakan antara istghotsah dengan
"istianah" meskipun secara kebahasaan makna keduanya kurang lebih
sama. Karena isti'anah juga pola istif'al dari kata "al-aun" yang berarti
"thalabul aun" yang juga berarti meminta pertolongan. Istighotsah adalah
19
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
65
meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti'anah
maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum.20
Lokasi dari istighotsah berpindah-pindah sesuai dengan permintaan
yang memang sudah di buat jadwalnya di awal tahun. Dan untuk panitia
istighotsah itu dari santri bapak dan santri ibu, dan juga adapun biaya yang
dikeluarkan untuk acara istighotsah yaitu dari santri untuk santri
maksudnya seluruh santri ikut menyumbang di acara tersebut.
Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat itu
istighotsah ini menjadi agenda wajib dan menjadi daya tarik tersendiri dari
PQTN, karena dengan adanya istighotsah ini menjadi pembeda dengan
pengajian-pengajian lain, yang mungkin bertemu dengan gurunya hanya
ketika mengambil rapot, tetapi menjadi sebuah rutinitas setiap bulannya.
Dan dalam kegiatan ini saya sebagai peneliti merasakan antusiasme yang
tinggi dari masyarakat sekitar yang bukan kalangan santri dari Padepokan
dengan ramainya kegiatan istighotsah tersebut. Dan ini menandakan
memang butuhnya masyarakat dengan kegiatan yang seperti ini.
Bahkan PQTN sering di undang oleh pihak Kecamatan Ciputat
Timur untuk merayakan hari jadi Tangerang selatan dan Ciputat Timur
untuk melakukan Istighotsah akbar untuk Tangerang selatan yang lebih
baik. Dan ini menjadi ajang untuk memperkenalkan PQTN ke masyarakat
yang lebih luas lagi, agar semakin meningkatnya minat dalam membaca
Al-Qur‟an.
20
Artikel di akses pada 21 juni dari http://www.nu.or.id/post/read/16743/makna-
istighotsah
66
2. Tahsin Masal Dalam Istighotsah
Tahsin yang berarti memperbaiki, meningkatkan, atau
memperkaya. Tahsin dalam islam mengandung makna bahwa tuntutan
agar dalam membaca Al-Quran harus benar dan tepat sesuai dengan
contohnya demi terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan
sunnah Rasulullah SAW.
Tahsin menurut bahasa berasal dari „hassana-yuhassinu‟ yang
artinya membaguskan. Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata
tajwid yang berasal dari „jawwada-yujawwidu‟ apabila ditinjau dari segi
bahasa. Oleh karena itu, pendefinisian tahsin menurut istilah disamakan
dengan pendefinisan tajwid.
Tahsin atau tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf-huruf Al-
Qur‟an dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.
Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan
kesempurnaan pengucapan huruf-huruf Al-Qur‟an dari aspek sifat-sifatnya
yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan
hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar,
idgham, ikhfa dan sebagainya.21
Begitupula dengan PQTN yang mengadakan tahsin masal yang
biasanya materinya itu adalah membaca yasin, yang di pimpin langsung
oleh Cak Doel. Dan yang terlibat disini adalah santri dan masyarakat
umum. Sistematisnya adalah Cak Doel yang membaca terlebih dahulu,
baru jama‟ah mengikuti. Jadi Cak Doel yang membenarkan cara baca
21
Artikel diakses pada 20 juni dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tahsin
67
makhrojnya, tajwidnya dan lain sebagianya. Jama‟ah semuanya mengikuti
setelah beliau memberikan contoh.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan wadah kepada
masyarakat umum yang bukan dari kalangan santri untuk belajar mengaji
ala PQTN, sehingga masyarakat umum bisa merasakan apa yang biasanya
di pelajari di Padepokan. Yang nantinya akan membuat masyarakat umum
tersebut tertarik, dan akhirnya meningkatlah minat membaca Al-Qur‟an di
lingkungan tersebut.
3. Perayaan hari Besar
Semua kegiatan dalam memperingati hari besar adalah bertujuan
untuk syi‟ar dakwah kepada masyarakat sekitar PQTN dan memberitahu
apa saja kegiatan yang ada, sehingga menjadi transparan antara warga
sekitar dengan PQTN, dan juga masyarakat sekitar bisa melihat hasil dari
pembelajarannya.
Karena di dalam acara-acara besar tersebut PQTN selalu
melakukan zikir bersama dan mengaji bersama seperti pada saat perayaan
Muharom yaitu membaca yasiin beserta zikir dan mengaji secara bersama-
sama, setelah itu barulah di isi dengan penampilan-penampilan dari para
santri PQTN. Selanjutnya kegiatan takbir keliling dengan pawai obor
sambil bertakbir dan berzikir, ada juga memperingati isra mi‟raj, maulid
nabi dan ada juga acara yang memperingati hari besar nasional seperti
HUT RI disitu juga diisi dengan pawai keliling sambil berzikir, untuk
HUT RI yang ke 72 tahun lalu PQTN membacakan 5000 Al-Fatihah untuk
68
Indonesia dan kegitan lain sebagainya dengan tetap di isi dengan berzikir
bersama.22
4. Turun Gunung (Yasinan Dan Tahlil)
Yang biasanya di mulai setelah isya kurang lebih jam 8 malam,
ditempat yang kebetulan terpilih dan jadwalnya itu berbeda setiap harinya.
Jadi sistematis adalah belajar untuk memimpin tahlil dan yasin tapi di
kalangan santri bapak, jadi suatu saat nanti dia terjun di masyarakat jadi
udah punya bekel, jadi isinya memang hanya yasin tahlil atau yasin
istigosah di sambung dengan ceramah atau sedikit kultum dari tuan rumah
atau dari Cak Doel itu sendiri, jadi setelah itu ada evaluasi kurangnya apa,
salahnya dimana sehingga bisa saling membenarkan.23
5. PNS (Pengajian Niat Sendiri)
Kegitan PNS (pengajian niat sendiri) adalah untuk merangkul
masyarakat yang mau mengaji rasa PQTN, tapi dengan gaya yang berbeda
yaitu lebih santai dan antara bapak-bapak dengan ibu-ibu campur, dan itu
di pimpin langsung oleh Cak Doel setiap malam rabu dan kamis.
Kegiatan ini berawal dari inisiatif kelompok pemuda yang pada
saat itu ingin mengadakan acara yang bisa merangkul masyarakat dengan
mengadakan pengajian yang tidak didasari saling mengajak antara yang 1
dengan yang lainnya, tetapi harus memiliki niat sendiri untuk mengaji. Ini
didasari banyak orang itu mengaji karna ikut-ikutan, tetapi ketika
temannya yang mengajak keluar dari kelompok pengajian itu, maka orang
22
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018. 23
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
69
itupun ikut keluar dari kelompok pengajian tersebut. Oleh karena itu
dibuat pengajian dengan sistem seperti ini.yang mana tidak ada yang
namanya ikut-ikutan, tetapi itu semua berdasarkan niat dari individu
masing-masing.
b. Program Dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama untuk
meningkatkan minat membaca Al-Qur’an
1. Tahsinul qur’an
Seperti penjelasan tahsin di sebelumnya yaitu merperbaiki,
meningkatkan atau memperkaya bacaan Al-Qur‟an. Tahsin itu
pembenaran tata cara baca, Tahsin itu dimana santri akan diminta untuk
membaca contohnya surat Al-Baqarah ayat 1, Cak Doel akan membaca
sebagai contoh seperti ini loh bacanya, dan santri tinggal mengikuti
bacaannya beliau. Atau tahsin lagunya, misal membaca surat Al-Mulk
beliau langsung yang bikin nada-nada lagunya, dan santri tahsin nada
lagunya.
Tujuannya untuk menyeragami, biar semuanya sama satu nada dan
bacaannya juga baik dan benar. Dan dikoreksi langsung seperti
makhrojnya, tajwidnya, temponya itu semua dilakukan pada saat tahsin.
Jadi setelah tahsin pada surat itu telah lewat, otomatis santri sudah punya
ilmunya, sudah ada bekalnya. Dan untuk bacaan berikutnya dia sudah tau
bacaannya seperti apa, karna sebelumnya santri tersebut sudah tahsin
dengan Cak Doel.
Tahsin disini menjadi kegiatan utama para santri, baik santri anak-
anak, bapak-bapak, dan juga santri ibu-ibu. Sistematisnya adalah untuk
70
santri anak-anak di bagi menjadi 3 kelas, Kelas 1,2 dan 3. Untuk kelas 1
dan 2 dimana masing-masing kelas ada pembimbing yang memang sudah
di amanahkan langsung oleh Cak Doel.
Untuk kelas 1 terfokus pada bacaan Iqra yaitu susunan huruf
hijaiyah, dan juga bacaan solat. Untuk kelas 1 itu ada 6 kelas (3 kelas sore
dan 3 kelas malam) masing-masing kelas ada sekitar 15 santri, sehingga
ketika waktu belajar kelas 1 berlangsung dibutuhkan bantuan dari kelas
tahfidz agar lebih efisien dalam segi waktu belajar yang sangat terbatas.
Setiap kelas di ajarkan oleh salah satu pengajar dan ditemani oleh santri
kelas tahfizh yang sudah di izinkan untuk membantu mengajar, kelas
tahfizh ini di perbantukan untuk tujuan agar memudahkan pengajar dalam
hal setoran para santri di kelas 1.
Dan untuk kelas 2 terfokus pada bacaan Juz „Amma yaitu juz 30
yang terdiri dari surat-surat pendek. Untuk kelas 2 ada 4 kelas (ada yang
sore dan ada yang malam) masing-masing kelas kurang lebih berisi 15
santri, kecuali kelas 2 yang baru naik dari kelas 1 itu ada 25 santri.
Sistematika tahsin untuk kelas 1 dan kelas 2 sama seperti
penjelasan sebelumnya, hanya saja yang membedakan adalah materinya
yaitu bacaan Iqro dan bacaan solat untuk kelas 1, dan untuk kelas 2
bacaannya Juz „Amma.
Untuk kelas 3 di khususkan, karena yang mengajar langsung
adalah Cak Doel sendiri yaitu pendiri sekaligus pengasuh di Padepokan
Al-Qur‟an Tanpa Nama. Dan untuk materi di kelas 3 adalah membaca juz
29, juz 28 dan surat-surat pilihan. Dan sistematika dari tahsin di kelas 3
71
yaitu lebih kebacaan-bacaan yang kurang populer, Cak doel menerangkan
dan mencontohkan, dan santrinya pun mengikuti.24
2. Takror
Takror itu adalah murojaah atau mengulang-ulang, ini salah satu
cara untuk memperkuat bacaan dan hapalan para santri. Yang dapat
program untuk takror (mengulang-ulang) adalah kelas 2,3, tahfidz dan
kelas khatam itu untuk santri anak. Sistemnya hampir sama untuk kelas 2
mengulang bacaan juz „amma sedangkan untuk kelas 3 fokus mengulang-
ulang di juz 29, 28 dan surat-surat pilihan. Sedangkan kelas tahfidz dan
kelas khatam fokus dengan bacaannya.
Dan tidak jauh berbeda dengan kelas santri bapak dan santri ibu
lebih terfokus kepada juz 30 dan surat-surat pilihan. Dan untuk waktu
takror disini adalah dimana waktunya mereka mengaji, dan biasanya
setelah hafalan akan ada takror.
3. Tahfizd
Tahfizd itu menghafal. Untuk kelas 1 mereka diminta untuk tahfidz
atau menghapal bacaan sholat dan doa-doa sehari-hari. Jadi sistemnya
mereka di tahsin bacaan sholatnya, dan setelah itu dihafal bacaan
sholatnya dan juga doa sehari-hari. Untuk kelas 2 sama prosesnya, tapi di
tambah dengan bacaan Juz „Amma. Dan untuk tahfizd kelas 3 hanya
terfokus pada juz 30, juz 29, dan juz 28. Jadi sebelum dia menyelesaikan
24
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
72
30 juznya, itu biasanya belum bisa masuk kelas tahfidz. Kecuali orang
yang di pilih langsung oleh Cak Doel.25
4. Tasmi antar santri
Tasmi itu adalah mendengarkan bacaan. Tasmi antar santri itu
biasanya seminggu dijatahi oleh Cak Doel yaitu 1 hari 3 ayat, Jadi 21 ayat
selama seminggu. Begitu sudah selesai 21 ayat, di tasmi oleh temen-
temennya 21 ayat itu. Jadi sistematisnya adalah santri anak-anak kelas 3
dan kelas tahfidz. Tetapi tetap diawasi oleh Cak Doel. Dan untuk Kelas 1
belum ada tasmi.26
Dengan ada tasmi ini membuat antara santri yang satu dengan yang
lainnya menjadi lebih peduli lagi, dan juga bisa menjadikan santri-santri
belajar bagaimana caranya menjadi pendengar yang baik, yang nantinya
dia harus membenarkan bacaan dari teman nya tersebut.
5. Talaqi
Talaqi itu setoran santri kepada 1 guru untuk mendapatkan ijazah
dan sanad. Untuk Talaqqi hanya 30 juz binnadzar (membaca) atau
bilghoib (hafalan). Untuk talaqi kelas 1 dan 2 itu setorannya kepada para
pembimbingnya atau pengajarnya, setelah itu baru di uji langsung dengan
Cak Doel untuk mendapatkan ijazahnya. Sedangkan untuk Talaqi kelas 3
langsung ke Cak Doel. Dan untuk santri bapak dan santri ibu itu juga
langsung ke Cak Doel. Jadi talaqi disini yaitu yang mempunyai ijazah ya
Cak Doel, jadi semua santri yang ada di PQTN jikalau ingin mendapat
25
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018. 26
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
73
ijazah atau sanad yang bersambung ke Rasulullah SAW ya harus talaqi ke
Cak doel. Dan ini yang membedakan PQTN dengan pengajian yang lain.27
6. Yasinan di Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Yasinan disini adalah rutinitas setiap hari kamis malam jum”at dari
sehabis maghrib sampai dengan jam 8. Dan yang hadir hanyalah santri
anak-anak seluruhnya, dari kelas 1,2,3, khatam dan tahfidz. Bahkan kalo
ada santri bapak-bapak yang ikut itu hanya 1 atau 2 orang karna itu tidak
wajib. Yang wajib hanyalah santri anak-anak. Kegiatannya membaca
yasin, tahlil dan dzikir, setelah itu biasanya ada sedikit masukan atau
pencerahan dari Cak Doel.28
Karena ini menjadi pembelajaran untuk para
santri ketika nanti di haruskan memimpin yasin di masyarakat, sehingga
sudah mempunyai bekal sejak dini, dan terbiasa.
7. Lomba untuk meningkatkan jiwa kompetitif yang di miliki
Lomba antar santri di PQTN adalah salahsatu kegiatan untuk
mengukur sejauhmana peningkatan santri dalam mengaji. Jadi lomba yang
dilibatkan itu kelas 1,2 dan 3. Dan materi yang diajarkan seputar Iqro,
bacaan sholat, doa sehari-hari untuk kelas 1. Untuk Kelas 2 dan 3
materinya Musabaqah Tilawatil Qur‟an dan Musabaqah Hifdzil Qur‟an.
Dan diperlombakan antar kelas yaitu maksudnya kelas 3 putra dengan
kelas 3 putri, kelas 2 putra dengan kelas 2 putri, kelas 1 putra dengan kelas
27
Ida Sri Hidayati, Pimpinan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi di PQTN, 30
Mei 2018 28
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
74
1 putri. Dan jurinya dari santri bapak-bapak dan ibu-ibu PQTN. Hadiahnya
berupa juz amma dan Al-Qur‟an.29
8. Bekerja sama dengan masjid dan mushola untuk menjadi imam
taraweh dan tadarus di sekitar Cireundeu
Tarling atau tadarus keliling ini adalah hasil dari kerjasama PQTN
dengan beberapa masjid atau mushola di sekitar Cireundeu. Kerjasama
sistemnya santri PQTN mengikuti masjid atau mushola tersebut, jadi santri
ikut dalam tadarus di masjid atau mushola tersebut.
Kalo untuk imam tarawih itu hanya bekerja sama antara PQTN
dengan musholah baitulmuqorobin Cireundeu. Baru sebatas itu. Jadi
belom kemana-mana untuk tarawihnya. Tadarus keliling itu kelas 3, kelas
tahfidz, dan kelas khatam. Untuk tadarus keliling hanya santri putra, tidak
ada santri putrinya.
9. MTSN (main tapi sambil ngaji)
Program ini yang terlibat hanyalah kelas 2 dan 3. Karna program
MTSN ini diluar dari jam ngaji. Dimana Cak Doel sendiri yang
memberikan waktu untuk para santri yang ingin setoran tambahan. Tapi
program ini hanya setoran. Setelah itu boleh pulang. Dan nggak ada takror,
atau murojaah, hanya mengejar bonus dari Cak Doel, sehingga jadi
mempercepat setorannya.30
29
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018. 30
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
75
10. Wisuda
Program wisuda adalah program tahunan. Untuk bisa wisuda itu
yang pertama harus bisa menyelesaikan 30 juz binnadzar dan 30 juz
bilghoib untuk kelas anak-anak. Untukr30 juz binadzar untuk yang kelas 3
dan untuk kelas 2 menyelesaikan 1 juz raitu juz 30.
Tetapi untuk santri bapak dan ibu ada wisuda Iqro untuk jilid 1
sampe jilid 6. Dan santri bapak-bapak juga terlibat dengan wisuda juz 30
atau 30 juz binnadzarnya. Program ini melibatkan semua kelas santri anak,
santri bapak dan santri ibu, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.31
Dari semua kegiatan yang bertujuan untuk masyarakat umum yang
di lakukan oleh PQTN ini semua adalah bentuk dari strategi dakwah.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan nyata kepada masyarakat,
kegiatan-kegiatan ini termasuk dalam bentuk dakwah bi al hal, yakni
dakwah melalui tindakan yang nyata. Dakwah bi al lisan juga termasuk di
dalamnya, seperti dengan adanya zikir dan tahlil. Dan hal-hal tersebut
adalah bertujuan untuk mengajak sasaran dakwah agar semakin ingin
belajar membaca Al-Qur‟an.
Dan untuk kegiatan yang bertujuan untuk masyarakat ini adalah
bentuk untuk meningkatkan kemampuan dari santri-santri di Padepokan
dalam membaca Al-Qur‟an. Karena pada awalnya mungkin masyarakat
belum berminat membaca Al-Qur‟an atau memperdalami Al-Qur‟an,
tetapi ketika mengikuti kegiatan PQTN yang dikhususkan untuk
masyarakat luas, akhirnya masyarakat bisa tertarik dan mau belajar.
31
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
76
Dimaksudkan dengan kegiatan yang dibagi menjadi 2 kategori ini
adalah dengan maksud adalah metode yang yang digunakan oleh cak Doel,
yaitu Cak doel menggunakan pendekatan sosial yang dilakukan dari segi
internal dan segi eksternal. Yaitu dari segi internal Cak Doel menguatkan
dengan kegiatan atau program yang ada di PQTN seperti program yang
sudah di jelaskan di atas. Setelah itu dari segi eksternal yaitu program
yang Cak Doel gunakan untuk masyarakat umum, sehingga dengan itu
semua peningkatan minat dalam membaca Al-Qur‟an di Kampung Baru
semakin bertambah yang nantinya sesuai dengan tujuannya PQTN, yaitu
membentuk generasi Qur‟ani.32
Dari semua kegiatan yang di buat oleh PQTN semuanya membahas
tentang materi Al-Qur‟an dan keilmuannya, terutama dari segi bacaannya,
entah tajwid, makhrojnya dan lain sebagainya.33
Ini semua berdasarkan
data yang ada di lapangan, bahwasanya masyarakat Cireundeu
membutuhkan itu.
Implementasi atau penerapan strategi yang dimaksud Fred R.
David ini di tambahkan dengan teori dari Asmuni Syukir, yaitu dimana
dakwah dapat diartikan dari dua segi yaitu adalah bersifat pembinaan dan
bersifat pengembangan. Pembinaan memiliki arti suatu kegiatan untuk
mempertahankan dan menyempurnakan suatu hal yang telah ada
sebelumnya. Sedangkan pengembangan memiliki arti suatu kegiatan yang
mengarah pada pembaharuan atau mengadakan sesuatu yang belum ada.
32
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 juni 2018. 33
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018.
77
Dan yang dilakukan oleh PQTN yaitu yang bersifat pembinaan
adalah dengan membuat pengajian yang memang sudah ada sebelumnya di
daerah Cireundeu, pengajian yang memang menjadi kegiatan bagi para
anak-anak di daerah Cireundeu. Karena memang masyarakat Cireundeu
mayoritas muslim dan betawi yang suka akan pengajian. Tetapi konsep
yang di bawa Oleh PQTN bukanlah sekedar pengajian biasa, yaitu hanya
pengajian yang mendengar saja, atau pengajian yang sekedar bisa
membaca saja. Berbeda dengan PQTN yang menggunakan sistem
pengajian bertaraf pesantren, dari segi ilmu, kedisplinan dan lain
sebagainya itu sangat di perhatikan sekali, bahkan PQTN menggunakan
sistem talaqi yaitu setoran kepada satu guru, yang nantinya akan di ijazah
sehingga sanadnya sampai dengan Rasullulah SAW.34
Dan yang bersifat pengembangan adalah pembaharuan dan
mengadakan sesuatu yang belum ada yaitu adalah sistem yang di buat di
PQTN, tingkat kedisiplinan nya sangat tinggi yang tidak dimiliki oleh
pengajian lain di Cireundeu, seperti ketika belajar dan sudah masuk
kedalam lingkungan PQTN, maka santri di wajibkan untuk fokus dan
tertib dalam belajar. Bahkan pernah ada dari salah satu pengajian yang
ingin mengundang PQTN untuk ikut sebuah perlombaan kaget dengan
aktifitas yang di lakukan santri PQTN, yaitu sangat disiplin sekali, tidak
ada yang mengobrol, fokus dengan bacaan Al-Qur‟an nya dan lain
sebagainya. Itulah disiplinnya PQTN, Karna menghormati Qur‟an,
34
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018.
78
bukannya apa-apa, karna yang dihadapi ini Qur‟an, bukan pelajaran yang
hanya sementara, Qur‟an ini adalah dunia akhirat.35
Dan mengadakan sesuatu yang belum ada, dan ini menjadi daya
tarik tersendiri untuk PQTN bagi masyarakat sekitar yaitu adalah dengan
mengadakannya Istighotsah bersama dan keliling ke masjid/mushala di
sekitar Kampung Baru Cireundeu, bahkan kegiatan ini sudah menjadi
agenda tahunan untuk Kecamatan Ciputat Timur. Istighotsah disini adalah
berzikir bersama dengan membaca tahlil, tahmid dan memanjatkan doa,
dan juga di isi dengan doa-doa atau bacaan yang sudah di siapkan Oleh
PQTN. Ini adalah sesuatu yang baru yang belum ada di masyarakat
Cireundeu36
C. Evaluasi strategi dakwah Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Menurut teori Fred R. David tentang konsep strategi, evaluasi strategi
Inilah tahapan terakhir yang menentukan, dimana diperlukan karena dalam
tahapan ini keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk penetapan
tujuan berikutnya. Ada tiga hal yang dilakukan dalam tahapan ini, diantaranya
meninjau kembali faktor pendukung dan penghambat baik dari internal dan
eksternal, mengukur hasil, serta pengambilan aksi-aksi untuk dijadikan perbaikan.
Evaluasi yang dilakukan oleh PQTN dalam meningkatkan minat membaca
Al-Qur‟an di Kampung Baru Cireundeu diantaranya dilihat dari faktor internal
dan faktor eksternal.
Faktor penghambat internal disini adalah kurang sumber daya
35
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 5 Juni 2018. 36
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
79
manusianya, yaitu kurangnya pengajar yang berkompeten di bidang selain ilmu
Al-Qur‟an, seperti ilmu fiqih, ilmu hadist, ilmu bahasa arab, dan lain
sebagainya.37
Selain tenaga pengajar yang kurang berkompeten di bidang lain,
tenaga pengajar di bidang Al-Quran pun sangat terbatas. Sehingga murid atau
santri yang diterima di batasi, akibat kurangnya tenaga pengajar. Pengajar-
pengajar yang ada di PQTN adalah lulusan-lulusan dari Padepokan, karena
padepokan tidak menggunakan pengajar yang dari luar padepokan yang sejatinya
tidak tahu metode yang digunakan oleh PQTN, berbeda dengan para alumninya,
yang paham betul dengan konsep pengajian di Padepokan.38
Dan faktor penghambat internal kedua adalah bangunan fisik yang belum
memadai, ini menjadi kendala yang sangat berarti bagi PQTN, karena dengan
kurangnya bangunan fisik yang memadai membuat PQTN tidak bisa menerima
murid atau santri baru dengan jumlah yang banyak, sehingga sangat dibatasi, dan
mengakibatkan sedikit terhambatnya proses penerimaan murid atau santri baru.39
Faktor penghambat internal lainnya adalah kurangnya ke istiqomahan dari
santri itu sendiri, kalau untuk santri anak terkadang kurangnya istiqomah di
akibatkan dari padatnya jadwal sekolah yang membuat santri anak tidak bisa ikut
mengaji, begitupun dengan santri bapak yang mayoritas sudah mempunyai
tanggung jawab mencari nafkah untuk keluarganya, sehingga ketika waktunya
mengaji tidak bisa hadir, dan juga dengan santri ibu yang bertugas sebagai ibu
rumah tangga, yang mempunyai banyak pekerjaan rumah, yang membuat tidak
37
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018. 38
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 5 Juni 2018. 39
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018.
80
bisa mengaji juga.40
Sedangkan Faktor penghambat Eksternal yang dihadapi PQTN adalah
faktor dimana ada kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar akibat perbedaan
pendapat dari tokoh masyarakat setempat dalam hal bacaan, yang dianggap
hadirnya PQTN merubah kebiasaan yang ada.41
Walaupun masalah ini sedikit demi sedikit sudah bisa atasi, dengan
semakin banyaknya masyarakat sekitar yang mau ikut mengaji di PQTN ini
menjadi jawaban, bahwasanya konsep yang di bawa PQTN di terima di
masyarakat.
Faktor kedua adalah hasil dari implementasi atau penerapan yang sudah
dilakukan oleh PQTN, dari semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan ataupun
program-program tersebut itu bisa dilihat dari hal yang kecil yaitu bacaan yasinn
di Kampung Baru Cireundeu.
“Hasil daripada penerapan strategi dakwah yang kami lakukan melalui Al-
Qur‟an di padepokan ini untuk masyarakat itu salah satunya adalah
semacam kalo dulu seperti pembacaan dalam kematian itu pembacaan
surah yasin dan tahlil itu belum bisa bareng, nah saat ini sudah bisa
bareng.42
Bahkan bukan hanya bareng, tapi kompak, nadannya atau lagunya,
bacaannya secara tajwid, makrojnya dan lain sebagainya.Bukan hanya itu saja tapi
suasana di Kampung Baru Cireundeu sudah lebih berbeda dari sebelumnya, yaitu
dimana semakin banyaknya anak-anak yang mengaji.
“sekarang Alhamdulillah kalo sore menjelang ashar itu sudah mulai ada
anak-anak yang pake baju putih, pake baju koko, atau mungkin pakai
40
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018. 41
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 1 Mei 2018. 42
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018.
81
jilbab, busana muslimah untuk dateng ke tempat ngaji di padepokan atau
ke tempat ngaji lain. Maksud saya ini bisa merubah nuanasa suasana, yang
dulunya seperti apa, dan Alhamdulillah sekarang ini kata dari masyarakat
juga ini yang mengatakan bahwa seperti sudah suasana Kampung Santri
gitu katanya.”43
Ini semua adalah hasil dari apa yang sudah PQTN kerjakan, sesuai dengan
apa yang dirumuskan, di terapkan, dan melihat dari hasilnya. Dan tentunya atas
kerjasama semuanya.
Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
Kampung Baru Cireundeu, akibat dari kegiatan-kegiatan atau program-program
yang PQTN berikan. Sehingga semakin banyaknya masyarakat Cireundeu yang
mengaji dan membaca Al-Qur‟an ini menjadikan sebuah keberkahan bagi
masyarakat Cireundeu. Dimana banyak keutamaan-keutamaan ketika kita
membaca Al-Qur‟an.
Seperti keutamaan dalam membaca Al-Qur‟an menurut H. Otong
Surahman S.Q MA salah satu Sarjana Al-Qur‟an lulusan Pascasarjana Perguruan
Tinggi Ilmu Al-Qur‟an Jakarta yang menawarkan terobosan baru dalam belajar
membaca Alquran.44
Keutamaan Pertama, mendapatkan pahala yang sangat banyak, di mana
satu huruf diberi balasan dengan sepuluh kebajikan, sebagaimana diriwayatkan
oleh Iman At-Tirmidzi dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. Tentu untuk
meraihnya, kita harus berusaha memperbanyak membaca Alquran. Baik sebulan
sekali, dua bulan sekali, atau bahkan tiga bulan sekali. Bahkan banyak di antara
ulama Alquran yang mampu mengkhatamkan Alquran setiap seminggu sekali.
43
M. Abdullah As‟ad, Pendiri dan Pengasuh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama,
berlokasi di PQTN, 7 Juni 2018. 44
Artikel di akses pada 26 juni 2018 dari https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/hikmah/12/07/23/m7luhc-inilah-5-keutamaan-membaca-alquran
82
Keutamaan Kedua yaitu Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang
selalu membaca Alquran, mempelajari isi kandungannya dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam hadist berikut “Sesungguhnya Allah
mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab Alquran dan Allah merendahkan
kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan
Alquran).” (HR Bukhari).
Keutamaan ketiga, mendapatkan ketengan jiwa atau hati yang sangat luar
biasa, di mana setiap ayat Alquran yang dibacanya akan mendatangkan
ketenangan dan ketentraman bagi para pembacanya. Sebagaimana diterangkan
dalam surah Al-Isra ayat 82, Alquran diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat
segala macam penyakit kejiwaan. Sehingga para pembaca Alquran, bahkan orang
yang mendengarkan bacaannya mendapat pula ketenangan jiwa.
Keutamaan keempat, mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari
Kiamat. Hal ini dijelaskan pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam
Muslim. “Bacalah Alquran oleh kamu sekalian, karena bacaan Alquran yang
dibaca ketika hidup di dunia ini, akan menjadi syafaat/penolong bagi para
pembacanya di hari Kiamat nanti.”
Keutamaan kelima, akan terbebas dari aduan Rasulullah SAW pada hari
Kiamat nanti, di mana ada beberapa manusia yang diadukan Rasulullah SAW
pada hari Kiamat dihadapan Allah SWT.
Dan kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh PQTN adalah evaluasi internal
dimana disitu di bahas tentang sistem belajar yang di gunakan oleh PQTN. Seperti
membuat terobosan baru dengan adanya sistem rapot per satu bulan sekali, yang
biasanya di pengajian lain itu, persemester atau 6 bulan sekali. Sehingga dengan
83
sistem rapot per satu bulan sekali bisa membuat santri yang belajar di PQTN lebih
terarah dan jelas dalam pembelajarannya.45
Selain itu evaluasi internal yang dilakukan adalah dengan melaporkan
hasil kegiatan belajar mengajar antara para pengajar atau pembimbing dengan
pendiri sekaligus pengasuh dari PQTN. Seperti laporan tentang santri dalam
menghafal atau setoran bacaan Al-Qur‟an, yang terkadang berbeda ketika di
ajarkan oleh pengajar seperti apa, dan menurut pengajar sudah bagus dan sesuai,
tetapi ketika ujian dengan Cak Doel untuk setoran terakhir hasilnya kurang
memuasakan.46
Itu semua adalah evaluasi-evaluasi yang di lakukan oleh PQTN, setelah
melakukan perumusan strategi dan pelaksanan berupa kegiatan dari rumusan
tersebut, yang bertujuan untuk semakin meningkatnya minat membaca Al-Qur‟an
di Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan.
45
Ida Sri Hidayati, Pimpinan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, berlokasi di PQTN, 30
Mei 2018 46
Bilal Aradea M., Pengajar/ Pembimbing Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama, ber lokasi
di Cireundeu, 20 Juni 2018.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan temuan data yang peneliti dapatkan, maka
peneliti mengambil sebuah kesimpulan dari strategi dakwah Padepokan Al-
Qur’an Tanpa Nama dalam program dakwah untuk meningkatkan Minat
membaca Al-Qur’an di Kampung Baru Cireundeu Tangerang Selatan, yaitu :
1. Perumusan strategi dakwah
a. Visi dari PQTN Memberantas Buta Baca Al-Qur’an dan
Membentuk Generasi Qur’ani.
b. Misi dari PQTN adalah PQTN sebagai wadah dakwah dengan ikon
Al-Qur’an, wajib fasih dan disiplin bertajwid dalam membaca Al-
Qur’an, pantang malas dan wajib disiplin dalam semua hal
sebagaimana ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan
Hadits.
c. Mengidentifikasikan kesempatan dan ancaman dari luar organisasi.
Terjun langsung ke masyarakat sekitar Kampung Baru Cireundeu
mencari tahu apa yang di butuhkan oleh masyarakat, melihat
kondisi di masyarakat, dan menentukan apa yang masyarakat
butuhkan.
d. Mengidentifikasi ancaman dari luar. Dengan cara bertemu dengan
tokoh masyarakat yang dituakan/ bisa disebut tokoh masyarakat
yang dihormati di lingkungan Cirendeu.
85
e. Menetapkan kekuatan internal dan kelemahan. Menetapkan kekuatan
internal yaitu santrinya dan kelemahannya.
f. Menentukan tujuan jangka panjang. Memberantas buta aksara
dalam membaca Al-Qur’an. Setelah membaca Al-Quran, maka
memaknainya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
g. Menentukan sasaran yang tepat. Semua kalangan dari anak-anak,
dewasa, hingga orang tua.
2. Implementasi strategi dakwah
a. Kegiatan yang bertujuan untuk masyarakat umum. Yaitu
istighotsah, tahsin masal dalam istighotsah, perayaan hari besar,
turun gunung (yasinan dan tahlil), pns (pengajian niat sendiri).
b. Kegiatan yang bertujuan untuk santri PQTN. Yaitu tahsinul qur’an,
takror, tahfidz,tasmi antar santri, talaqi, yasinan di padepokan al-
qur’an tanpa nama, lomba untuk meningkatkan jiwa kompetitif
yang di miliki, bekerja sama dengan masjid dan mushola untuk
menjadi imam taraweh dan tadarus di sekitar cireundeu, mtsn
(main tapi sambil ngaji), wisuda.
3. Evaluasi strategi dakwah
1. Meninjau kembali faktor pendukung dan penghambat baik dari
internal dan eksternal. Penghambat internal disini adalah
kurangnya pengajar, yang kedua bangunan fisik yang belum
memadai, kurangnya ke istiqomahan dari santri. Faktor eksternal
perbedaan pendapat dari tokoh masyarakat setempat
2. Mengukur hasil. Perubahan yang terjadi di masyarakat sekitar
tentang bacaan Al-Qur’an yang sudah semakin baik
86
3. Serta pengambilan aksi-aksi untuk dijadikan perbaikan. Evaluasi
internal untuk kemajuan PQTN, dari sistem belajar dan lain
sebaginya.
B. Saran
1. Saran kepada PQTN adalah untuk lebih banyak lagi program-program
yang di khususkan untuk masyarakat umum, sehingga dalam
berdakwah bisa lebih masive lagi, dan masyarakat lebih merasakan
dampak yang lebih besar dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dan lebih
menciptakan inovasi-inovasi baru, seperti membuat seragam untuk
santri anak, membuat sistem dalam administrasi Padepokan, membuat
buku-buku tentang ilmu Al-Qur’an, dan terakhir mulailah
menggunakan media sosial untuk perkembangan yang lebih baik lagi.
2. Saran kepada Akademisi, strategi dakwah yang terbaik adalah apa
yang dibutuhkan oleh mad’u. Sebaik apapun strategi jikalau itu tidak
dibutuhkan, maka hanya menjadi teori saja. Oleh karena ini pahami
betul yang terjadi di masyarakat, sehingga bisa menentukan teori mana
yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
87
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alawiyah, Tuty. Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Ta’lim. Bandung: Mizan,
1997.
An-Nabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i.
Bandung: Sinar Grafika Offset, t.t.
Anwar, M. Ahmad. Prinsip-prinsip Metodologi Research. Yogyakarta:
Sumbangsih, 1975.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011.
Aripuddin, Acep dan Sambas, Syukriadi. Dakwah Damai: Pengantar Dakwah
Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004
Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhallindo, 2002.
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1993.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2006.
Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999.
Ghazali, M. Bahri. Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
88
E.B. Hurlock. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga, 1994.
Kaffie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Offset Indah, 1993.
Kamiso. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Surabaya: PT. Karya Agung, t.t.
Kamus. Al-Munjid Fil Lughoh. Beirut: Daarul Masyriq, t.t.
Mahfud, Ali. Hidayah Al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Khitabah. Beirut:
Darul Ma’arif, t.t.
Munawwir, Warson. Kamus Almunawwir. Surabaya: Pustaka Progesif, 1994.
Munir, Muhammad dan Ilaihi, Wahyu. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana,
2009.
Munir, Muhammad. Metode Dakwah.Jakarta: Kencana, 2006.
Muston, Zulkifli. Ilmu Dakwah Jilid I. Makassar: Yayasan Fatiya, 2002.
Noor, Farid Ma’ruf. Dinamika dan Akhlak Dakwah. Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1981.
Omar, Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004.
Purwono, Setiawan Hari dan Zalkiflimansyah. Manajemen Strategi Sebuah
Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2001.
Raffiuddin dan Jalil, Maman Abdul. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung:
Pustaka Setia, 1997.
Rukmana, Nana. Masjid dan Dakwah. Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002.
Said Bin Ali Bin Wahi Al-Qathani. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: PT.
Gema Insani Press, 1994.
Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik atas Pelbagai persoalan
umat. Jakarta: Mizan.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992.
Siagan, Sondang. Analisis Serta Perumusan Kebijakan Dan Strategi Organisasi.
Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986.
89
Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003
Steiner, George A. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1997.
Suhandang, Kustadi. Strategi Dakwah Penerapan Strategi Komunikasi Dalam
Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Syamsudin, Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta:
Logos, 2000.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
DOKUMEN ELEKTRONIK DARI INTERNET
Artikel diakses pada 21 April 2018 dari http://pqtn.web.id/profil-pqtn/motto-visi-
misi-pqtn/
Artikel diakses pada 20 juni dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tahsin
Artikel diakses pada 21 juni dari http://www.nu.or.id/post/read/16743/makna-
istighotsah
Artikel diakses pada 26 juni 2018 dari https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/hikmah/12/07/23/m7luhc-inilah-5-keutamaan-membaca-alquran
Artikel diakses pada 30 juni 2018 dari
http://www.bacaanmadani.com/2016/10/Pengertian-ittiba-dan-taqlid.html
JURNAL
D., M. Abzar. “Strategi Dakwah Masa Kini (Beberapa Langkah Strategis
Pemecahan Problematika Dakwah,” Lentera, Vol. XVIII, No. 1 (Juni
2015): h. 49-50.
SKRIPSI
Annisaa, Sitty. “Strategi Dakwah komunitas pejuang subuh dalam mengajak
shalat subuh berjamaah di jakarta” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.
Rahman, Bobby. “Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra dalam Menciptakan
Keluarga Sakinah.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
90
Rohmatinisah. “Strategi Dakwah Bakor Risma dalam Menanamkan Nilai-nilai
Akhlak pada Remaja di Bandar Lampung.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2017.
Septhiani, Revina. “Strategi Dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam
Wanita Indonesia (BMOIWI) dalam Pembinaan Akhlak Muslimah di Masjid
Istiqlal.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
A. PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat
untuk keperluan melaksakan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai
dengan data. Data yang diperoleh dengan teknis ini adalah dengan cara tanya
jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang dan beberapa
interviewer (pewawancara) dengan seorang atau beberapa orang interviewer (yang
diwawancarai).1
1. Pertanyaan berdasarkan rumusan masalah menurut pendiri dan
pimpinan Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
A. Bagaimana strategi dakwah Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di daerah Kampung Baru
Cirendeu Tangerang Selatan?
B. Bagaimana perencanaan dan tindakan dakwah Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama dalam meningkatkan Minat baca tulis Al-Qur‟an di daerah
Kampung Baru Cirendeu Tangerang Selatan?
1) Strategi Dakwah apa yang Cak Doel gunakan dalam meningkatkan
minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
2) Bagaimana pandangan Cak Doel tentang Dakwah khususnya di
bidang Al-Qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
3) Apa tujuan Cak Doel dalam berdakwah di Kampung Baru
Cireundeu? Dan kenapa Dakwah itu di perlukan?
1 Wardi bachtiar, metodologi penelitian dakwah, (jakarta : logos), h. 72
4) Metode dakwah apa yang Cak Doel gunakan dalam meningkatkan
minat baca tulis al-qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
5) Media dakwah apa yang Cak Doel gunakan dalam menunjang
proses keberhasilan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-
Qur‟an di kampung Baru Cireundeu?
6) Materi dakwah apa yang Cak Doel gunakan dalam meningkatkan
Minat baca tulis Al-qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
7) Siapa saja yang menjadi sasaran Cak Doel dalam berdakwah
khususnya bidang minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cireundeu?
8) Kegiatan apa yang dilakukan oleh Pqtn untuk meningkatkan minat
baca tulis al-qur‟an?
9) Pembaharuan apa yang dilakukan oleh pqtn untuk meningkatkan
minat baca tulis al-qur‟an?
10) Adakah evaluasi yang dilakukan oleh Cak Doel dalam Padepokan
Al-Qur‟an Tanpa Nama untuk perkembangan yang lebih baik lagi?
11) Apa harapan Cak Doel dalam pelaksanaan/implementasi dari
strategi dakwah yang Cak Doel gunakan untuk meningkatkan
minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
12) Bagaimana hasil dari implementasi strategi dakwah yang Cak Doel
lakukan di Kampung Baru Cireundeu?
13) Apa saja Hambatan yang dialami Cak Doel dalam Melakukan
Strategi dakwah di kampung baru Cireundeu?
Jika ada, apa solusi yang dilakukan?
14) Bagaimana perkembangan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
dari semenjak berdiri hingga saat ini?
2. Pertanyaan untuk pembimbing atau guru Padepokan Al-Qur’an
Tanpa Nama
1) Strategi Dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cireundeu?
2) Bagaimana pandangan anda tentang Dakwah khususnya di bidang
Al-Qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
3) Apa tujuan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam berdakwah
di Kampung Baru Cireundeu? Dan kenapa Dakwah itu di
perlukan?
4) Metode dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis al-qur‟an di
Kampung Baru Cireundeu?
5) Media dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam menunjang proses keberhasilan dalam
meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di kampung Baru
Cireundeu?
6) Materi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan Minat baca tulis Al-qur‟an di
Kampung Baru Cireundeu?
7) Siapa saja yang menjadi sasaran Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam berdakwah khususnya bidang minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cireundeu?
8) Kegiatan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama untuk meningkatkan minat baca tulis al-qur‟an?
9) Pembaharuan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama untuk meningkatkan minat baca tulis al-qur‟an?
10) Adakah evaluasi yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama untuk
perkembangan yang lebih baik lagi?
11) Apa harapan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
pelaksanaan/implementasi dari strategi dakwah yang digunakan
untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cireundeu?
12) Bagaimana hasil dari implementasi strategi dakwah yang
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama lakukan di Kampung Baru
Cireundeu?
13) Apa saja Hambatan yang dialami Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam Melakukan Strategi dakwah di kampung baru
Cireundeu?
Jika ada, apa solusi yang dilakukan?
14) Bagaimana Perkembangan peminat Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama sejak didirikan hingga saat ini?
3. Pertanyaan untuk santri (orang tua) Padepokan Al-Qur’an Tanpa
Nama
1) Sejak kapan anda mengikuti pengajian di Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama?
2) Alasan apa yang membuat anda mengikuti pengajian di Padepokan
Al-Qur‟an Tanpa Nama?
3) Materi apa yang di ajarkan di Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama?
4) Kegiatan apa saja yang dilaksanakan di Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama?
5) Menurut anda kelebihan apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama miliki?
TRANSKRIP WAWANCARA
1. Narasumber 1
Profil Narasumber
Nama : M. Abdullah As’ad AH. S.Q, S.Pd.I (Cak Doel)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pendiri PQTN
Waktu Wawancara : Kamis, 7 Juni 2018. Pukul 10:12 WIB
Peneliti : “Strategi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Strategi yang saya pake lebih kepada pendekatan sosial. Artinya
ketika saya bermasyarakat itu tidak langsung menawarkan atau
mengajarkan mereka tentang Al-Qur‟an, tidak, tapi lebih kepada
hanya sekedar bincang-bincang ngalor ngidul lah bahasanya
mungkin. Tapi dari situ lah akhirnya bisa ketemu hati gitu, nah
ketika sudah ketemu hati baru kita mengangkat arah untuk masalah
pembelajaran Al-Qur‟an. Tapi biasanya bukan dari saya yang
menawarkan, tapi dari masyarakat yang ada itu menginginkan
untuk ya mungkin mohon maaf diajarkan gitu. Kalo selain dari segi
sosial ya pemberantasan tentang buta huruf Al-Quran di kampung
ini, di Kampung Baru Cirendeu, itu sebenernya targetnya lebih
menekankan kepada anak-anaknya, karna maksud saya untuk
mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak-anak itu supaya memangkas
generasi yang dulunya mungkin belum tau tentang Qur‟an atau
mungkin secara pembacaan belum fasih nah ketika kita bikin
generasi dari anak-anak ini itu nanti yang kita harapkan untuk bisa
menggantikan generasi sebelumnya untuk lebih baik di dalam Al-
Qur‟an. Jadi sasarannya khusus pada anak-anaknya.”
Peneliti : “Bagaimana pandangan anda tentang dakwah khususnya di
bidang Al-Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Sebenernya ketika saya masuk di Kampung Baru di awal tahun
2005 itu sudah melihat bagus masyarakatnya tentang pembacaan
Al-Qur‟an. Karna mungkin satu sebelum saya di sini itu banyak
senior-senior dari PTIQ yang sudah lebih dulu ada di Kampung
sini yang tentunya karna basic mereka Al-Qur‟an ya dakwah
mereka pun juga tidak jauh daripada Al-Qur‟an. Nah ketika
melihat majelis taklim yang dibina oleh para senior PTIQ, nah dari
situ saya melihat satu hal celah gitu maksudnya mereka ngajinya
itu kalo bahasa sini mah ngaji kuping ya. Saya melihat celahnya
kenapa jamaahnya kok tidak di ngajinya secara talaqi atau
berhadapan langsung saja dengan guru. Atau bahasa padepokan
mah setoran, kok hanya ngaji kuping saja. Karna memang
kecenderungan kalo ngaji kuping itu ikatannya tidak ada. Trus
yang kedua, karna tidak ada ikatan tersebut maka secara
kedisplinan dalam keilmuan ya ibaratnya siapa saja yang mau gitu,
kalo nggak mau yasudah. Dari situ lah berawal dari dua anak yang
ada kami ajar waktu itu, bertekad untuk membikin mereka bukan
hanya ngaji kuping saja, tapi bener-bener setoran kepada seorang
guru.”
Peneliti : “Apa tujuan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
berdakwah di Kampung Baru Cirendeu? Dan kenapa dakwah itu
diperlukan?”
Narasumber : “Sebenernya kalo cita-cita itu memang ya setiap segala sesuatu
yang kita lakukan itu tentunya hanya mencari ridho Allah, karna
memang basic saya dari itu pesantren pun pesantren Al-Qur‟an,
kuliah pun kuliah Al-Qur‟an, maka sedikit ilmu yang diberikan
Allah kepada saya itu dicoba untuk ditularkan atau disebarkan
terutama di Kampung sini. Cuma memang dulu belum pernah ada
cita-cita atau maksud dan keinginan tinggal di Kampung sini, karna
memang saya pribadi nggak tau mau hidup di mana gitu, tapi
ketika Allah menempatkan saya disini, trus berjalannya waktu,
kemudian ada 2 anak yang disuruh orang tuanya untuk ngaji ke
saya. Dari situ lah mulai muncul untuk bener-bener ngopenin anak-
anak meskipun hanya 2 orang saja waktu itu. Trus alasan yang
kedua karna memang latar belakang Al-Qur‟an yang ada di
Cirendeu waktu itu sebenernya sudah bagus, cuma mungkin lebih
menitikberatkan pada ilmu tajwidnya mungkin, kalo dulu kan
belajarnya kata orang sini alif-alifan gitu, nah sekarang dicoba
untuk diperkenalkan alif yang sebenernya bahasanya.”
Peneliti : “Metode dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Metode dakwahnya sebenernya lebih cenderung kepada intern,
kepada dalam gitu. Artinya ketika anak-anak itu atau mungkin
yang tergabung di dalam padepokan itu sudah ada hasilnya,
maksudnya hasilnya sudah terlihat. Dari situlah mulai muncul daya
tarik tersendiri bagi anak-anak yang lain yang belum bergabung ke
padepokan, atau mungkin orang tua dari mereka akhirnya
beranggapan „eh ngajinya dimana itu? Ohh ngajinya di padepokan,
yaudah anakku ntar taro disana deh‟. Awalnya begitu saja. Jadi
metodenya itu adalah mempersiapkan atau mematangkan dari
unsur dalamnya dulu, kemudian baru dibawa keluar. Apa namanya
tuh ya, pokoknya dari dalem dulu trus baru keluar.”
Peneliti : “Materi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Kalo materi dakwahnya ya seputar Al-Qur‟an dan keilmuannya.
Terutama masalah dari segi bacaan yang menurut kaidah
tajwidnya, kalo dilihat kan di Kampung ini bukan berarti nggak
bisa membaca Qur‟an. Mereka apalagi masyarakat Betawi itu
terkenalnya pandai mengaji. Nah cuma karna memang kita ngeliat
sisinya mungkin ada tajwidnya yang kurang, atau mungkin ada
makhrojnya yang kurang. Dari situ lah kita mencoba untuk bisa
berbagi ilmu dengan masyarakat yang ada di sini. Kalo masalah
modulnya, atau buku panduannya kami masih memakai Iqro karna
memang sejarahnya dulu ketika ada anak-anak ngaji di rumah yang
waktu itu masih belasan orang jumlahnya, trus ada salah seorang
ibu-ibu gitu datang ke rumah waktu itu masih kontrakan untuk
mensodaqohkan Iqro sejumlah 20 buku, nah dari situ akhirnya kita
pakai Iqronya.”
Peneliti : “Siapa saja yang menjadi sasaran Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam berdakwah khususnya bidang minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Sekarang sudah mulai agak mengarah. Yaitu kalo saya singkat
dengan istilah ABI. Jadi sasaran kami Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama itu anak-anak, bapak-bapak, ibu-ibu, kami singkat dengan
ABI. Nah ini tidak memandang daripada latar belakang mereka
seperti apa, yang penting berkeinginan kuat untuk belajar Al-
Qur‟an maka InsyaAllah kami bantu semampunya. Jadi untuk
kesininya itu bukan hanya sasaran anak-anak saja, tapi lebih pada
mengarah tiga generasi tentunya ya, ada anak-anak, ada bapak-
bapak, ada ibu-ibu. Alhamdulillah memang kenyataannya sampai
saat ini seperti itu, tanpa melihat latar belakang mereka.”
Peneliti : “Kegiatan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an”
Narasumber : “Kegiatan terutama kalau dalam hal keluar lingkup PQTN,
mungkin kita dengan cara mengikuti event-event MTQ meskipun
hanya sebatas ibaratnya tingkat wilayah RT/RW gitu atau mungkin
antar TPQ nah kita mencoba untuk bisa menghadirkan anak-anak
kita di sana dalam rangka dengan tujuan untuk syi‟ar Al-Qur‟an
itu. Trus juga untuk menimbulkan kecintaan daripada masyarakat
terhadap Al-Qur‟an, kita bikin semacam ada tahsin massal gitu
namanya. Jadi tahsin massal itu saya barengkan ketika ada jadwal
istigosah bulanan, yang dzikir bulanan itu. Di dalam dzikir bulanan
itu saya selipkan sedikit demi sedikit tentang cara membaca Al-
Qur‟an sesuai dengan kemampuan saya. Trus juga dari beberapa
putra-putri padepokan yang sudah bisa dibilang agak bisa gitu,
agak bagus gitu, walaupun meskipun belum bagus, tapi sudah agak
bagus maka Alhamdulillah kami bisa bekerja sama dengan DKM
Masjid dan Musholah yang berada di wilayah Kampung Baru
Cirendeu ini khususnya untuk mengadakan event seperti mereka
bisa menjadi imam rowatib maupun imam di saat kegiatan di bulan
Ramadhan seperti sekarang ini. Tadarus juga termasuknya, jadi
mempersiapkan untuk menjadi imam. Trus juga tadarus Al-Qur‟an
yang kita adakan keliling antar Musolah dan Masjid sewilayah
Cirendeu ini. Ini juga tujuan kami adalah dalam rangka untuk
membangkitkan rasa semangat kecintaan terhadap Al-Qur‟an.”
Peneliti : “Pembaharuan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an?”
Narasumber : “Ya pembaharuannya yang kedepan itu kami ingin membuat
padepokan ini terdaftar gitu, termasuknya terdaftar di Kemenag,
pokoknya terdaftar di Kementrian Agama gitu maksudnya ya. Jadi
supaya kami bisa resmi artinya memang diakui keberadaan kami di
tengah-tengah masyarakat sini. Meskipun non formalnya, di luar
resminya itu, Alhamdulillah respon masyarakat sangat baik dan
antusias terhadap perkembangan daripada padepokan ini. Itu yang
pertama masalah status daripada padepokan supaya nanti
dilegalkan. Trus yang kedua pengelompokan-pengelompokan
jadwal pengajaran yang kita lebih khususkan kepada bapak-
bapaknya gitu, nanti kita khususkan ada beberapa hari yang khusus
untuk yang dasar, dan beberapa hari untuk yang pertengahan, atau
mungkin yang sudah mahir. Yang tadinya memang kita jadikan
satu, ternyata efek daripada dijadikan satu yang pertama memang
terlalu banyak akhirnya makan waktu yang lama, trus kurang
efektif pembelajarannya, trus kalo dipisah antara yang dasar dan
yang sudah mahir di kelas masing-masing bisa memaksimalkan
diri untuk memperoleh pembelajaran yang sebaik-baik
kedepannya. Pembaharuan yang kami bawa yaitu lebih cenderung
kepada saya bilang diawal tadi bahwa rasa sosial dan solidaritas di
antara sesama anggota PQTN atau pun PQTN dengan masyarakat.
Semacam tetangga itu terkena musibah, kita berusaha mencoba
untuk bisa meringankan ikut beban mereka, kalo misalkan ada
kematian kita juga mencoba untuk bisa hadir di tengah-tengah
masyarakat itu. Intinya semuanya adalah mencoba untuk berbuat
yang tujuan kami adalah memberikan manfaat kepada orang lain.”
Peneliti : “Adakah evaluasi yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama dalam Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama untuk
perkembangan yang lebih baik lagi?”
Narasumber : “Evaluasinya yang paling mencolok adalah bahwa di padepokan
ini sangat kekurangan tenaga pengajar, terutama yang di luar Al-
Qur‟annya gitu. Semacam pembelajaran kaya masalah ilmu fiqh,
ilmu akhlak, ilmu hadits, atau mungkin bahkan ilmu bahasa Arab
di sini sangat kekurangan. Jadi kedepannya pembaharuan kami ya
ingin bisa bekerja sama dengan para guru yang memang ahli di
bidangnya untuk bisa membantu mengembangkan pembelajaran di
padepokan ini. Evaluasinya yang kedua adalah bangunan fisik,
insyaAllah cita-cita saya itu adalah ingin membuat semacam
asrama atau pondok gitu yang insyaAllah nanti dikhususkan bagi
santri yang bertujuan menghafalkan Al-Qur‟an 30 juz. Setelah
berdakwah melalui Al-Qur‟an terhadap masyarakat di Kampung
Baru Cirendeu khususnya, kemudian mereka bisa welcome
menerima kami, yang kami lakukan adalah meningkatkan mutu
dakwah itu sendiri baik secara materi yang kita punya atau secara
perbuatan atau perilaku kita sehari-hari. Jadi jangan sampai
kesehariannya kita membawa Al-Qur‟an, namun sikap kita
terhadap masyarakat kurang begitu peduli, atau mungkin
akhlaknya kurang. Itu yang terus kami tingkatkan, meskipun
sampai saat ini juga masih bisa dibilang sebagai belajar dan belajar
terus. Tujuannya sih memang dengan Al-Qur‟an dan akhlak yang
kami lakukan itu adalah bertujuan untuk bisa memberi maslahat
terhadap masyarakat.”
Peneliti : “Apa harapan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
pelaksanaan/implementasi dari strategi dakwah yang digunakan
untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Jadi implementasi daripada dakwah yang kami lakukan melalui
Al-Qur‟an itu adalah tidak lain untuk menumbuhkan minat
daripada masyarakat baik itu anak-anak, bapak-bapak, maupun
ibu-ibu untuk bisa menghafalkan Al-Qur‟an melalui Padepokan
Al-Qur‟an Tanpa Nama ini. Dan tujuan kami kedepan tentunya,
Kampung Baru Cirendeu khususnya disamping juga terlepas
daripada buta huruf tentang baca Al-Qur‟an, harapan kami banyak
mencetak generasi-generasi penghafal Al-Qur‟an seperti di
pesantren-pesantren Al-Qur‟an lain.”
Peneliti : “Bagaimana hasil dari implementasi strategi dakwah yang
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama lakukan di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Hasil daripada penerapan strategi dakwah yang kami lakukan
melalui Al-Qur‟an di padepokan ini untuk masyarakat itu salah
satunya adalah semacam kalo dulu seperti pembacaan dalam
kematian itu pembacaan surah yasin dan tahlil itu belum bisa
bareng, nah saat ini sudah bisa bareng. Sekarang kalo sore, dulu
anak-anak suka main kemana gitu lah ya namanya juga ada anak-
anak, tapi sekarang Alhamdulillah kalo sore menjelang ashar itu
sudah mulai ada anak-anak yang pake baju putih, pake baju koko,
atau mungkin pakai jilbab, busana muslimah untuk dateng ke
tempat ngaji di padepokan atau ke tempat ngaji lain. Maksud saya
ini bisa merubah nuanasa suasana, yang dulunya seperti apa, dan
Alhamdulillah sekarang ini kata dari masyarakat juga ini yang
mengatakan bahwa seperti sudah suasana Kampung Santri gitu
katanya.”
Peneliti : “Apa saja hambatan yang dialami Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam melakukan strategi dakwah di Kampung Baru
Cirendeu? Jika ada, apa solusi yang dilakukan?”
Narasumber : “Hambatannya dimanapun kita berjuang itu pasti akan ada. Dan
yang kami rasakan ketika kami berjuang Al-Qur‟an di Kampung
Baru ini adalah kendala ketidakistiqomahan dari peserta didik atau
santri dalam mengikuti pembelajaran-pembelajaran itu. Ini kami
memaklumi mungkin ada strategi yang kurang mengena di hati
masyarakat yang akhirnya mereka kurang enjoy, kurang santai atau
mungkin kendalanya juga disibukkan, kalo anak-anak tentunya
disibukkan dengan sekolahnya yang kapasitas sekolahnya itu dari
pagi sampe sore, kalau orang tua atau bapak-bapak ibu-ibu ya
kendalanya karna mereka sudah berkeluarga dan bekerja ya
kendalanya tentang mata pencaharian mereka yang mungkin
pulang malam, atau bahkan tidak pulang padahal jam dan
waktunya untuk belajar Al-Qur‟an. Ini kendala yang sampai saat
ini masih menjadi tugas kami. InsyaAllah santri yang sudah tua
bapak-bapak ibu-ibu itu pastinya akan kami beri kelonggaran
waktu sesuai dengan kesenggangan waktu yang dimiliki oleh
bapak-bapak ibu-ibu, dan memang tidak seketat daripada santri
anak-anak dalam belajar. Trus yang kedua kendalanya adalah kalau
Alhamdulillah kalo masalah materi Alhamdulillah tidak menjadi
kendala, tapi memang perkembangan untuk menunjang secara fisik
maupun non fisik itu agak lambat dikarenakan memang ya
maksudnya kalau masalah dalam hal dana gitu tidak begitu
melibatkan daripada unsur masyarakat.”
Peneliti : “Bagaimana perkembangan peminat Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama sejak didirikan hingga saat ini?”
Narasumber : “Perkembangan padepokan dari semenjak berdiri sampai saat ini
kalau melihat jumlah santrinya pasti bertambah, trus lulusan
daripada padepokan pun juga semakin banyak, itu
perkembangannya. Trus masalah pengajarannya pun juga sekarang
lebih variatif dibanding dengan yang dulu, karna kalo dulu itu dari
mulai kelas dasar kelas Iqro, kelas juz amma dan kelas Al-Qur‟an
itu hanya saya yang pegang, karna masih sedikit jumlahnya dan
masih sanggup untuk bisa memegang mereka. Nah sekarang ini
lebih kepada diperbantukan oleh ada beberapa mahasiswa dari
PTIQ atau mungkin IIQ yang membantu di sini, sebenarnya
mereka juga termasuk ikatannya masih santri juga di sini, atau
mungkin dari kelas khatam Qur‟an binnadzar itu mereka
membantu adik-adiknya sebagai masa pengabdian di padepokan
setelah di wisuda Al-Qur‟an 30 juznya. Trus yang kedua
perkembangannya adalah kalau dulu kita bertempat di satu rumah
petak kontrakan, Alhamdulillah dengan bantuan Allah dengan izin
Allah saat ini bisa memiliki lahan sendiri, tempat sendiri, dan kami
kelola sendiri. Trus yang ketiga, perkembangannya ada kegiatan-
kegiatan yang misalkan dua minggu sekali atau satu bulan sekali
yang melibatkan unsur masyarakat yang lebih luas terutama wali
santri kemudian jamaah masjid dan musholah sekitar wilayah
Cirendeu ini, dan memang itu dulu belum kami lakukan, baru
setelah punya ini sendiri baru kami bisa melakukan itu. Trus
perkembangan berikutnya masalah kelulusan atau wisuda atau
istilah kami ada pemberian syahadah itu, kalo dulu kami nggak
berani untuk memberikan syahadah karena disamping tempatnya
kurang memadai juga masih sementara. Dan Alhamdulillah
semenjak berada di tempat sendiri ini, ini merupakan tahun ketujuh
untuk bisa mengeluarkan syahadah, atau mewisuda santri, bapak-
bapak ibu-ibu maupun anak-anak yang sudah memenuhi syarat
untuk bisa diwisuda. Trus yang kesekian, perkembangan yang
kami rasakan adalah semakin dimudahkannya segala urusan, segala
sesuatunya yang akhirnya bisa kami pergunakan semaksimal
mungkin. Ya semacam ada iuran dari santri bapak-bapak itu untuk
membantu proses belajar mengajar yang ada di padepokan. Atau
mungkin ibu-ibu yang iuran juga ini untuk membantu santunan-
santunan anak yatim yang kami adakan setiap satu bulan sekali.
Alhamdulillah banyak kemudahan yang kami rasakan.”
Waktu Wawancara : Selasa 1 Mei 2018 pukul. 12.30 wib
Sejarah Terbentuknya PQTN
Berawal dari saya masuk ke kampung baru tahun 2005, itu posisinya sebagai
orang yang ngontrak, apalagi waktu itu masih penganten baru, jadi belum tau
bermasyarakat seperti apa, saya dengan istri maksudnya itu masih ada ikatan
dengan kampus masing-masing jadi belum selesai kuliah, jadi kami nikah
sebelum skripsi selesai. Waktu masuk di kampung baru tanggal 2 februari masuk
di kampung baru ngontrak, sekitar tgl 14 febuari 2 minggu setelah itu, itu ada
tetangga sebelah kontrakan yang memasrahkan anaknya dititipin ngaji ke saya,
waktu itu saya jawab saya gak buka pengajian, karena memang gak ada pengajian.
Tetapi akhirnya orang tua itu maksa karena tau latar belakang saya dari Ptiq.
Akhirnya Dari situ bismillah dua anak ini laki-laki itu setiap sore belajar ngaji di
kontrakan yang memang waktu itu bersebelahan. Berawalnya dari situ,akhirnya
berlanjut terus menerus, akhirnya dari anak ustad Hasan waktu itu ada dua putri
bersama dengan alm. Pak abdullah, akhirnya di titipin juga kerumah. Akhirnya
kita ngajar berlima, nah selang waktu berjalan, dari situ saya mulai berfikir, apa
kebiasaan orang-orang yang ada di kampung baru, termasuk tahlilan saya ikuti,
setia malam jum‟at, atau mungkin ada kematian saya ikuti juga. Nah dari belajar
mengikuti kegiatan mereka itu, akhirnya ada beberapa point yang menjadi cacatan
saya, pertama kenapa kalo yasinan itu, misalkan malam jum‟at itu yasin sama
tahlil, antara yang mimpin dengan jamaah kok gak bisa dibedakan, mana yang
lebih dulu-duluan gitukan sistemnya begitu. Nah akhirnya dari situ saya tarik satu
point, nah ini garapan saya ini. Dan akhirnya sekian tahun berada di kampung
baru, anak-anak mulai bertambah-bertambah, nah untuk menciptakan model yasin
yang sekarang model padepokan itu, nah kita garap dulu anak-anak yang ada,
lagunya sampe bisa di ulang lagi diulang lagi, terus sampe bisa kebentuk seperti
ini. Setelah mereka (santri) kebentuk barulah kita mulai berani maju kemasyarakat
bergabung lah kita ke masyarakat, dan itu juga gak semulus, apa yang kita
harapkan. Ada pertanyaan dari beberapa tokoh masyarakat disini yang di tuakan,
sepertinya saya merubah kebiasaan gitu. Yang tadinya baca yasin nya cepet, kok
sekarang agak lama, dan kok bareng selesainya. Dan akhirnya di panggil, dan dari
dipanggil itulah saya lebih yakin bahwa suatu saat ini pasti akan bisa diterima.
Dan alhamdulillah sampai sekarang inilah dari anak-anak, remaja, bahkan bapak-
bapak dan ibu-ibu bisa merasakan hasil daripada dulu pernah belajar cara
mengemasnya. Trus akhirnya sampe tahun 2009, alhamdulillah punya rizki untuk
bisa membebaskan lahan ini dan aula yang baru itu, waktu masih kebon dan
sekarang baru jadi terasnya aja. Dan tahun 2009 barulah diresmikan sama alm.
Kh. Ma‟mun mahbub itu, alhamdulillah, istilahnya udah punya tempat sendiri,
meskipun waktu itu masih belum terbentuk dan ngajinya pun masih diteras ini,
dan didalam rumah sedikit, akhirnya bertambah tahun, semakin banyak, dan
akhirnya yang dulunya kebon dan buangan air, kita bentuk semacam aula, sampai
saat ini beberapa kali renovasi.Tahun 2005 masih di kontrakan, dan akhirnya
tahun 2009 sudah mempunyai tempat sendiri.
Ada Point Yang Lain?
Ketika saya pelajari bahwa mereka kenapa bacaan, khususnya yasin aja, itu kok
tidak bisa diseragamkan, karena saya teliti lagi, itu ada ilmu dasar yang mereka
mungkin gak di dapet waktu dulu gitu, akhirnya dari situ, muncul ide lagi, oh
berarti anak-anak ataupun orang dewasa yang mau belajar al-qur‟an itu harus
dimulai dari dasar dulu. Sebenernya dasarnya udah ada, tetapi kita memperbaiki
saja, begitu nanti dasarnya sudah bagus, dan kuat membentuknya mudah dan
samapi saat ini, dan kebetulan memang waktub masih ada anak sekitar 25 sampai
40, waktu masih di kontrakan, itu ada salah seorang ibu-ibu yang menginfakkan
iqro untuk dipakai anak-anak yang ngaji, dari situ bermula akhirnya kita pakai
yang iqro, meskipun ya saya, ijasah iqro juga punya, qiroati juga punya, bahkan
alhamdulillah ijazah yang 30 juz juga ada. Jadi tidak masalah kan itu hanya modul
saja, artinya untuk mempermudah kita belajar, tetapi untuk pengajaran tetap dari
basic pesantren. Kita tetap mengunakan iqro yang seperti biasa, tetapi pengajaran
kita mengunakan basic pesantren yang dulu pernah di ajarkan. Akhirnya mulai
ada tuh tahun 2006, ada satu orang bapak-bapak, yang waktu itu tinggalnya di
karang tengah, saya juga kurang tau tuh, kalo dirumah ada pengajian, dan
akhirnya dia gabung disitu ikut, waktu itu masih suami sama istri aja,
alhamdulillah sampai khatam, dan itulah adalah santri B kita bilang, karena ibu-
ibu bapak-bapak pertama kali yang menyelesaikan 30 juz nya di padepokan. Awal
mula nama padepokannya bukan tanpa nama, tapi padepokan al-qur‟an om doel
pernah, waktu itu saya di panggilnya om, maksudnya membahasakan ke anak-
anak bahwasanya saya adik dari orangtua mereka. Mulai tahun 2010 baru di ganti
“cak” meskipun saya hidup dibetawi, tapi ada satu ciri khas bahwa saya adalah
orang wetan, orang malang gitu, orang surabaya gitu, yang memang ciri khasnya
panggilannya cak, makanya tidak di panggil ustadz, tidak bilang kiyai, tapi
dipanggil cak saja, mereka lebih akrab, “cak” kan dalam bahasa sini (betawi)
berarti abang, jadi saya lebih memposisikan diri saya sebagai abang mereka,dari
pada yang lain.
Latar Belakang Masalah
Kalo data dilapangan sebenarnya orang-orang yang lebih merasakan, dan bisa
dirasakan kan ya. Cuma kalo secara garis besarnya sebenernya kedatangan saya
beserta padepokan ini, Cuma merubah dari segi hal ilmunya saja, sementara
kebiasaan mereka orang-orang disini dan saya yakin itu mereka pasti sudah bisa
mengaji, meskipun kalo bahasa sini mah, ngajinya kaya orang dulu, maksudnya
begitu. Begitu saya masuk disini bukan ingin menggeser mereka yang sudah
menjadi kebiasaan nya tidak, cuman lebih mengedepankan bagaimana mereka
bisa melek gitu, bahwa oh ternyata ilmunyan orang baca Qur‟an, mempelajari
Qur‟an itu seperti ini, saya berani begitu karena meskipun sebentar saya pernah
belajar di pesantren ataupun di kuliahnya di PTIQ, untuk memberanikan diri bisa
merubah yang tadinya kurang sesuai dengan kaidahnya, untuk mencoba lebih
mendekati pada kaidah, meskipun proses itu tidak mudah dan belum bisa
mencapai 100%. Dan setelah adanya anak-anak, kemudian bapak-bapak gabung
2. Narasumber 2
Profil Narasumber
Nama : Ida Sri Hidayati (Ning Ida - Istri Cak Doel)
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Pimpinan PQTN
Waktu Wawancara : Rabu, 30 Mei 2018. Pukul 20:12 WIB
Peneliti : “Strategi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama/Ning Ida gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Mungkin kalo Ning Ida kan basicnya sama ya mungkin dari
Qur‟an juga, trus memang suka anak-anak jadi gimana cara anak
itu mau ngikutin kesukaan anak, kan kebanyakan kalo pesantren
tahfidz itu mereka khusus ya ngaji doang, tapi Ning Ida coba
masuk dulu awal-awal berdirinya PQTN itu biar mereka pada mau
ngaji pendekatannya lewat seni gitu. Mereka lama-lama tertarik,
trus akhirnya disiplinnya dimasukan. Gitu aja.”
Peneliti : “Bagaimana pandangan anda tentang dakwah khususnya di
bidang Al-Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Alhamdulillah sih termasuk mungkin karna pendekatannya pas
jadi Alhamdulillah mudah, dengan banyaknya kesulitan biasa lah,
orang dakwah dimana-mana biasa ya. tapi ya Alhamdulillah, yang
penting telaten deh, insyaAllah mencapai titik hasilnya. Kita mau
anaknya apa, jadi setelah itu mereka mau kita apa gitu. Kita dulu
yang ngalah buat mereka kemudian mereka harus ikut peraturan
kita jadi disiplinnya dapet.”
Peneliti : “Apa tujuan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama/Ning Ida dalam
berdakwah di Kampung Baru Cirendeu? Dan kenapa dakwah itu
diperlukan?”
Narasumber : “Awalnya ya memberantas buta aksara baca ya khususnya orang
muslim, paling engga jangan sampe nggak bisa baca sama sekali
gitu. Plus bacanya harus yang baik dan benar sekalian gitu. Dirasa
perlu karna jaman sekarang nih anak-anak lebih cenderung kemana
larinya, baca araba ja tuh nunggu mereka gede kan, kadang ada
mereka kuliah baru butuh mereka cari. Kita kan orang muslim ya,
masa dari kecil nggak ngerti hal itu kan sayang. Mayoritas di sini
kan orangnya muslim semua kan.”
Peneliti : “Metode dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama/Ning Ida gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Kita tuh sangat sederhana sebenernya metodenya yang dipake,
nggak muluk-muluk. Ada tuh, nggak neybutin merk ya, hehe, jadi
ada beberapa metode pengajaran terlalu rumit buat saya, jadi apa
yang menurut saya mudah mereka terima saya pake yang
umumnya aja. Jadi kan ada tuh tingkatannya, kadang metode ini
tingkatannya seperti ini harus seperti ini, terlalu rumit buat saya.
Jadi metode yang saya pake sangat simple menurut saya dan
umum. Jadi yang penting patokannya adalah fasih, benar, disiplin
bertajwid sudah cukup. Kalo kita metode pake Iqro, kalo kita
bandingkan dengan Qiraati kan ada jalurnya sendiri jadi rumit
menurut saya. Sebenarnya nggak boleh membandingkan, tujuannya
sama, Cuma pendekatan apa yang paling mudah, yang paling
simple ya itu metode yang sederhana.”
Peneliti : “Media dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama/Ning Ida gunakan dalam menunjang proses keberhasilan
dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Yang pasti media buku ya, buku panduan itu aja. Iqro ada buku
panduannya tinggal pake jadi enak, kita nggak bikin sendiri,
memang sudah ada kita kembangkan. Sebenernya ini kunci ya dari
sebuah pengajaran atau metode apapun itu sepinter apapun
gurunya, kalo dia nggak bisa mentrasfer, nggak berhasil. Jadi
intinya gimana guru itu menyuapi ilmu itu ke anak. Apapun
metodenya ya menurut saya. Pokoknya itu lah kualitas guru
menentukan bacaan anak itu bagaimana.”
Peneliti : “Materi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama/Ning Ida gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Materi yang digunakan ya materi dasar. Kita kan pake Iqro ya,
itu kadar 6 jilid. Jilid awal itu dasar banget, pengenalan bukan
huruf. Jadi kalo yang di Iqro itu baca perhuruf yang sudah
berharakat, kemudian setelah habis dari Iqro 1 baru mereka
pengenalan huruf. Menurut saya, saya selama metode ini paling
lama murid belajar di Iqro 1 justru. Itu mungkin kuncinya dia fasih,
kuncinya dia tau perbedaan makhroj di situ. Kalo udah masuk Iqro
2 & 3 mudah, kemudian agak sulit tuh ketika dia masuk ke Iqro 5
& 6. Tapi yang dasarnya tetep paling lama itu di Iqro 1. Kita bisa
liat anak itu punya karakter makhroj itu bagaimana di Iqro 1. Kalo
itu berhasil insyaAllah kesananya bagus bacaannya. Ada 6 jilid tadi
ya, paling dasar itu paling lama, susah untuk lulus di Iqro 1 kalo
belom standar kita, standar PQTN ya. di tempat lain sama-sama
Iqro, tapi standar kita apa istilahnya standar nilainya lah ya, kita
nggak bakal ngelulusin kalo nilainya 80, belom gitu. Harus 99 atau
95 lah. Setelah 6 jilid, kemudian mereka ujian. Ujian ke Cak Doel
langsung itu bagaimana keberhasilan Iqro itu di Cak Doel,
kemudian mereka akan naik kelas 2. Kelas 2 itu kelas tahfidz juz
30, khusus 1 juz harus hafal baik benar itu udah pasti, dia nggak
bakal ke juz 30 kalo nggak melalui Iqro. Bisa bertahun-tahun.
Bukannya mereka nggak bisa baca, tapi target kita kan ada tadi itu
ya, standar kita ada. Kelas 2 naik ke kelas 3, kelas 3 itu kelas baca
Qur‟an, juz 1- juz 30. Mereka kelas 2 udah selesai ya juz 30,
kemudian kelas 3 juz 1-30 binadzar, membaca talaqi ke Cak Doel.
Nah itu kalo dia sudah dianggap mumpuni akan ditambah dengan
hafalan juz 29 & 28, juz akhir, dari belakang. Dan akhirnya bisa
wisuda. Jadi ada 3 kali proses wisuda. Pokoknya kita
menitikberatkan pada Al-Qur‟an, karna kan visi misi kita
memberantas buta baca Qur‟an ya. jadi memang itu, kalopun nanti
ada pelajaran lain sudah kelas 3 nanti aka nada akhlak, trus fiqh
dasar, hadits, yang terpenting itu harus wajib hadir itu ghorib.”
Peneliti : “Siapa saja yang menjadi sasaran Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam berdakwah khususnya bidang minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Semuanya. Kita menerima santri itu dari usia 6 tahun sampe
lanjut usia, yang penting dia mau dari awal, jadi kita tuh
dandannya dari awal lagi. Bagaimana kasusnya ada ustadz ngaji
lagi gitu ya, mereka harus bisa disamakan, bukan berarti kita
mengecilkan beliau, tetapi menstandarkan. Kalo sudah bagus ya
lulus, karna kalo disini alhamdulillahnya yang membedakan ada
syahadahnya, bersanad itu sandaran Qur‟annya sampe ke rasul ada
jalannya. Kalo di tempat TPA lain kan mungkin hanya setor, jadi
mungkin para guru itu mengaji lagi mendapatkan syahadah lagi,
sanad. Syahadah itu kaya ijazah, jadi ijazah Qur‟an yang ada
sanadnya sampe Rasulullah SAW. Semua orang bisa masuk PQTN
asalkan niat. Kan PQTN itu Tanpa Nama, jadi ketika dia masuk
nggak boleh bawa embel-embel apakah dia ustadz, apakah dia
umurnya sudah 17, apakah dia sudah mahasiswa, apakah dia sudah
guru, pokoknya dia membaur. Semuanya. Menghilangkan embel-
embel itu. Karna yang pertama belajarnya menghilangkan
keegoisan „siapa saya‟, ketika sudah masuk PQTN kita sama
belajarnya Qur‟an.”
Peneliti : “Kegiatan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an”
Narasumber : “Kegiatan ya paling lomba-lomba ya. selain itu ya paling game-
game gitu ya, ningkatin hafalan. Wisuda tadi. Trus ada murojaah.
Apalah yang menyenangkan mereka. Kita ada kegiatan tasmi,
istigosah, trus sering kita ketemu kalo ada moment-moment acara
besar, hari besar Islam, dan milad PQTN. Itu kita sering ngadain
ketemu bareng setiap kelas dari mulai ucrit ya sampe kakek
nenek.”
Peneliti : “Pembaharuan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an?”
Narasumber : “Kalo jaman awal-awal kita itu pake Iqro dengan kakunya
dibidang disiplin aja. Masalah disiplin itu udah terkenal dah
pokoknya kalo di PQTN itu mengerikan gitu ya, mengerikan dalam
kedisiplinan tapi lambat laun mulai mengikuti istilahnya kaya dulu
anak UKK itu nggak ada izin, tapi kita kasih inovasi oh nanti ada
bonus buat anak yang nggak suka izin untuk ngejar wisuda dia kita
kasih bonus tambahan hari jam-jam setoran, jadi biasanya ngaji
setoran dia ngasih 1 halaman, tapi ini dia bisa 5 halaman. Selain itu
paling pendekatan ke anak ya, cara penyampaian yang dulu agak
kaya pesantren, kaku, sekarang engga seperti itu. Jadi mulai ada
pendekatan kaya permainan tadi, pokoknya yang menyemangati
mereka lah gitu.”
Peneliti : “Adakah evaluasi yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama dalam Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama untuk
perkembangan yang lebih baik lagi?”
Narasumber : “Anak kelas 2, kelas 3 itu ada sistem rapot tiap bulan. Jadi kalo
orang mah rapot per 6 bulan sekali, tapi kita tiap bulan. Jadi anak
ini bagaimana perharinya setorannya ketauan gitu, anak ini bandel
kah kita cari gitu. Mungkin kita lebih ketat dari sekolahan kayanya,
hahaha. Jadi mereka meleng sehari kita tau gitu. Dan nanti akan
dikomunikasikan ke orang tua setiap akhir bulan. Kalo dia nggak
keliatan 2-3 hari udah kita cari, kabar apa, kita pendekatannya gitu,
ada masalah apa, dari segi apa.”
Peneliti : “Apa harapan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
pelaksanaan/implementasi dari strategi dakwah yang digunakan
untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Harapannya semua mendukung kehadiran PQTN. Bukan PQTN-
nya, tapi misi dakwah buat muslimnya. Karna menurut saya sudah
sangat jarang yang disiplin dalam hal seperti ini, mungkin ini
sepele menurut orang „ah belajar ngaji kan dimana aja bisa kok
nggak harus sampe segitunya‟ tapi justru ya menurut saya cikal
bakalnya, kalo hanya asal baca mah banyak mungkin. Saya sering
denger ya „segitunya loh belajar Qur‟an kok sampe segitunya‟ ya
itu lah sampe sekarang harapan saya semua orang dapet hidayah
dan bisa menerima misi PQTN. ”
Peneliti : “Bagaimana hasil dari implementasi strategi dakwah yang
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama lakukan di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Kalo saya nggak tau untuk itu, tapi kalo di dalem bukan PQTN-
nya, tapi anak-anak yang ngaji di sini, sebandel-bandelnya anak
kota kalo kita pendekatannya pas, trus mereka juga Alhamdulillah
terbuka hatinya mau ngaji, saya yakin bisa banyak lagi, sebenarnya
saya nggak memikirkan kuantitas, tapi kualitas. Menurut saya sih
Alhamdulillah.”
Peneliti : “Apa saja hambatan yang dialami Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam melakukan strategi dakwah di Kampung Baru
Cirendeu? Jika ada, apa solusi yang dilakukan?”
Narasumber : “Saya tuh mikir kalo hambatan itu bukan hal yang sangat berarti
ya, kalo saya sih, saya jalan aja. Tapi kalo dari dalem hambatannya
itu anak kan mentalnya naik turun, semangatnya naik turun,
hambatan saya terbesar itu. Kalo orang tua sudah bisa kita ambil
hatinya, artinya kita sudah bersinergi dengan orang tua, hambatan
apapun sih insyaAllah bisa gitu. Kita udah bersinergi dengan orang
tua, anak semangatnya nol, trus pergaulannya luar biasa, itu kalo
kita nggak bersinergi abis deh itu anak pasti udah wassalam. Itu
hambatan saya belum nemu tuh gimana caranya, solusi antara
orang tua dan guru gitu. Mengambil anak yang begitu ya, tanda
kutip gitu, itu belum berhasil. Kalo hambatan eksternal, ya pasti
ada yang kontra ya, mereka yang belum bisa menerima cara
disiplin kita mungkin. Kita kan banyak kegiatan, jadi kalo ngaji di
PQTN orangtuanya juga harus ngaji, artinya ngajinya bukan ngaji
yang setoran itu ya, ini ngajinya istilahnya ngaji diri. Jadi setiap
bulan ada istigosah itu selain mereka nitip anak, kita juga nitip bu,
pak, anaknya ngaji di doain dong. Itu kan yang paling cepet
nyampe doa orang tuanya, saya ngajak aja. Itu lah hambatannya
kayanya orang tua banyak yang belum ngerti ya, belum paham aja
gitu. Itu aja. Solusinya mah ajak terus tanpa batas.”
Peneliti : “Bagaimana perkembangan peminat Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama sejak didirikan hingga saat ini?”
Narasumber : “Pertama dari fisiknya Alhamdulillah, kayanya Allah memberi
rezeki menyesuaikan santrinya. Itu mah udah barokah Al-Qur‟an
ya secara fisik. Kita kan punya cita-cita PQTN ini ada asramanya,
mereka yang hafalan nanti bisa diasramakan. Dari 3 tahun yang
lalu sudah banyak yang daftar dari luar daerah, Cuma kita nggak
ada tempat, jadi kita pending, secara fisik ya. Dari segi
3. Narasumber 3
Profil Narasumber
Nama : Bilal Aradea Muttaqien (Bang Bilal)
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pembimbing / Guru Kelas 1 dan 2
Bergabung di PQTN sejak : 2007
Waktu Wawancara : Selasa, 5 Juni 2018. Pukul 21:08 WIB
Peneliti : “Strategi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Strategi yang digunakan padepokan itu sebenernya kita liat dari
batas kemampuan calon santri yang mau mendaftar di padepokan.
Awalnya kita ngeliat kemampuan calon santri, batasannya,
kemampuannya, setelah kita ngeliat kemampuannya monggo
silahkan ikut atau kita tarik dengan strategi kita atau dengan tata
cara padepokan itu sendiri. Bagaimana cara mengajar, bagaimana
cara belajar dengan baik, tata cara membaca Qur‟an atau tata cata
membaca Iqro yang baik. Karna kan dari PQTN sendiri memang
dari awal harus dari Iqro, karna harus mengetahui dasarnya. Ibarat
bangunan kita harus ngeliat dari fondasinya dulu, nah Iqro itu
adalah fondasi Qur‟an. Kalo misalnya mereka fondasinya masih
acak-acakan ya kita akan betulin. Makanya targetan kita adalah di
dasarnya terlebih dahulu, kita akan meningkatkan di dasarnya. Jadi
strategi kita ya didasarnya dulu. PQTN disiplin kuat, disiplin
tegas.”
Peneliti : “Bagaimana pandangan anda tentang dakwah khususnya di
bidang Al-Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Mmm untuk sekarang Alhamdulillah dakwah yang berkaitan
dengan ilmu Al-Qur‟an itu sudah Alhamdulillah sudah banyak
dimana-mana. Mungkin dengan sistematis yang berbeda saja.
Terutama sistematis adab terhadap Al-Qur‟an, tata cara membaca
Al-Qur‟an yang baik dan benar itu masih dalam perbaikan, masih
dalam pembaharusan dari masing-masing tempat pengajian,
begitupun di PQTN. Setiap minggu atau bahkan setiap bulan kami
pun mengadakan evaluasi dari masing-masing pembimbing
bersama pimpinan, apakah yang kurang, bagaimana yang kurang,
dan kami yang paling utama itu menekankan soal adab terhadap
Al-Qur‟an itu sendiri.”
Peneliti : “Apa tujuan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
berdakwah di Kampung Baru Cirendeu? Dan kenapa dakwah itu
diperlukan?”
Narasumber : “Sebenernya terbentuknya padepokan itu kan awal mulanya dari
pengasuh dan pendiri itu murojaah hafalan beliau, dan akhirnya
tetangga itu mendengar bahwasanya beliau itu ngajinya bagus dan
tartil. Akhirnya dua orang itu mulai datang ke rumahnya dan
meminta beliau untuk mengajarkan ngaji padahal beliau tidak
membuka tempat pengajian. Dari situlah PQTN berkembang.
Sebenernya tuh nggak sengaja. Cuma karna itulah barokahnya
Qur‟an, itulah manfaatnya Qur‟an. Jadi semua orang tertarik, dan
semua orang mau mempelajari, mengetahui bagaimana tata cara
membaca Qur‟an yang baik dan benar. Dan kenapa dakwah itu
diperlukan, ya karna memang perlu, untuk syiar agama Islam.
Untuk memantapkan para generasi berikutnya, atau pada generasi
berikutnya bahwasanya yang namanya Qur‟an atau yang lain itu
sangat penting terutama Qur‟an. Karna Qur‟an itu dunia akhirat,
bukan hanya dunia saja. Kalau menurut saya. Tujuan spesifiknya
berdirinya PQTN untuk memasyaratkan Al-Qur‟an, meng-Al-
Qur‟ankan masyarakat. Jadi masyarakat di Cirendeu harus paham
bagaimana tata cara membaca Al-Qur‟an yang baik, bagaimana
tata cara baca Qur‟an dengan menggunakan tajwid atau tartil. Itu
yang paling utama. Dan yang paling utamanya lagi bagaimana kita
bisa menghormati Al-Qur‟an itu sendiri sebagai teman kita sehari-
hari.”
Peneliti : “Metode dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Metode dakwahnya itu kita kaya dimulai dari anak-anaknya dulu
sih, dimulai dari para santrinya yang mengaji didalamnya, kita ajak
dalam kegiatan apapun, kegiatan rutinan bulanan, atau kegiatan
tahunan. Jadi kaya istigosah kita bulanan, itu awalnya bukan
istigosah, yaitu tasmi. Tasmi itu adalah dimana pengasuh atau
pendiri padepokan itu meminta untuk para kita santri dan jamaah
untuk menyimak hafalan Qur‟an beliau. Jadi dulu tuh ada kegiatan
tasmi setiap abis subuh, beliau baca kurang lebih setengah juz
sampai satu juz dan itu yang dilibatkan adalah santri. Tapi
disamping itu kita melibatkan masyarakat juga, maksudnya
mendorong masyarakat untuk yuk sama-sama kita ngaji, yuk sama-
sama kita mencari pahala dengan mendengarkan orang ngaji.
Karna kita mendengarkan orang ngaji saja sudah mendapatkan
pahala apalagi kita bisa ngaji juga yakan. Ketika sedang mengajar,
metodenya kita sama semuanya. Yaitu metode talaqi dimana santri
berhadapan dengan satu guru. Tapi kami ini kan pembimbing, atau
bisa dibilang pengabdian karna kami sudah menyelesaikan 30 juz
binnadzar maka pengabdian itu diperlukan untuk membagikan
ilmu yang sudah kita punya. Jadi ilmu kita itu nggak buat kita
doang, tapi untuk dibagikan ke generasi atau adik-adik kita yang
ngaji di PQTN itu sendiri. Talaqi dari mulai Iqro, setelah Iqro
setoran seperti biasa, satu orang satu. Setelah itu kita kadang
mengadakan klasikal, klasikal itu seperti bacaan solat, klasikal
seperti tata cara wudhu, klasikalnya seperti praktek sholat. Ya
seperti itu. Dan juga ada kegiatan MTSM, MTSM itu Mengaji Tapi
Sambil Main. Maksudnya di laur jam ngaji, kita masuk, hanya
setoran tapi langsung pulang, dengan menggunakan pakaian yang
bebas tapi menggunakan peci. Dan itu adalah daya Tarik kita untuk
bisa meningkatkan anak-anak dalam menghafal, dalam minat
membacanya, jadi kaya bukan berkompetisi sih, kalo di PQTN itu
kaya pinter-pinteran, jadi nggak bisa nungguin orang lain. Begitu
kita bisa nyusul, kenapa kita nggak bisa. Kelas 2nya sama, begitu
masuk ke kelas 2 mereka sudah mulai talaqi mulai dari an-naba
sampai an-nas. Sistematisnya sama tetep talaqi, belom maju simak-
simakan sama temennya baru maju. Setelah menyelesaikan juz 30
binnadzarnya, maka dimasukkan ke sistematis juz 30 bilghaib atau
dengan hafalan. Jadi sistematisnya tetep hafalan satu surat atau
misalkan satu surat dibagi dua kalo memang santri itu kurang bisa
mampu untuk menguasai untuk satu surat satu hari, maka kami
kasih kelonggaran satu surat dibagi dua. Nah setelah satu surat itu
dibagi dua, untuk setoran ketiganya itu harus menyelesaikan satu
surat. Jadi engga satu surat dibagi dua, selesai, lanjut ke surat
berikutnya. Engga, tapi satu surat dibagi dua, setelah itu satu surat
semuanya. Itu menunjang untuk dia tetep mengulang hafalan yang
sudah dihafal, jadi nggak lupa. Karna melupakan hafalan salah satu
dosa yang besar juga. Trus kelas 3nya juga sama sistematisnya
talaqi, tapi dari juz 1, dari al-baqarah juz 1 sampe 30 juz sampe an-
nas. Sistematisnya sama Cuma bedanya yang sekarang sama yang
dulu itu, kalo yang dulu setorannya dari senin selasa rabu jumat
dan sabtu waktu kita masih dikontrakan, tapi sekarang hanya senin
selasa rabu, rabu pun nggak setoran tahsin, tapi setoran tahfidz,
kadang tahfidz kadang tahsin. Pokoknya jalurnya tahsin itu ada
tahfidz, tapi giliran minggu itu tahfidz nggak ada tahsin. Sampai
kelas 3 setelah itu masuk ke kelas khatam. Kelas khatam itu
maksudnya apa dia hanya menghafalkan kurang lebih 30, 29, 28.
Nah hanya fokus disitu saja, sekaligus pengabdian. Kalo misalkan
yang setelah 30 juz binnadzarnya sudah selesai, maka penawaran
dari beliau dari pengasuh itu mau masuk ke kelas tahfidz atau
tidak. Kalo tidak masuk kelas tahfidz, maka dia masuk ke kelas
khatam. Tapi kalo masuk kelas tahfidz 30 juz bilghaib maka akan
diarahkan untuk menghafal dari juz 1 sampai juz 30. Seperti itu.
Dan akhirnya di sanadkan dengan nama syahadah.”
Peneliti : “Media dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam menunjang proses keberhasilan dalam
meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Kalo dilihat dari kami, kami para pengabdi, para pengajar, para
pembimbing, kami hanya menggunakan media-media biasa, media
klasikal lebih tepatnya. Kalo klasikal atau tatap muka kan lebih tau
kualitas dan kuantitas anak itu sendiri, jadi kaya tahsin bacaan
sholat, medianya ya kita sendiri. Kita teriak-teriakan, kita
mengawasi tata cara yang baik bagaimana cara bacanya itu, apakah
menggunakan tajwid, apakah bener makhroj bacaannya. Jadi
semua meda yang kita pakai diri kita sendiri. Tidak ada media
youtube lah, tidak ada media televisi lah, karna memang masih di
sekitar wilayah kita sendiri aja gitu. Jadi belum sampe keluar-luar
banget.”
Peneliti : “Materi dakwah apa yang Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama
gunakan dalam meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di
Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Materinya ya Iqro, juz amma, Al-Qur‟an. Pokoknya nggak jauh-
jauh dari situ.”
Peneliti : “Siapa saja yang menjadi sasaran Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam berdakwah khususnya bidang minat baca tulis Al-
Qur‟an di Kampung Baru Cirendeu?”
Narasumber : “Awalnya itu adalah anak-anak. Karna semakin berkembangnya
zaman itu akan semakin berkurangnya anak-anak dalam membaca
Al-Qur‟an, jadi mereka lebih asik untuk bermain di luar dibanding
dengan baca Qur‟an. Maka dari itu PQTN kaya yang yuk ngaji,
yuk menghafal, ya awalnya anak-anak, dan dari anak-anaknya itu
akan menyambung ke orang tua. Jadi anak itu kan pasti cerita ke
orang tua, ngaji di sini enak, ngaji di sini bagus, mungkin anak-
anak cerita seperti itu. Jadi orang tua terketuk pintunya, oh iya
anak kecil aja mau ngaji masa kita yang udah berumur nggak mau
ngaji. Awalnya kita sasarannya anak-anak, untuk generasi
berikutnya supaya nggak hilang Qur‟annya. Awalnya memang
anak-anak, tapi sekarang hampir dari semua kalangan sudah
menjadi bagian targetan, nggak targetan sih, mereka mau ngaji ayo
silahkan, kalo nggak yowes nggak papa.”
Peneliti : “Kegiatan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an”
Narasumber : “Kegiatan rutinitas itu istigosah bulanan, itu lebih tepatnya untuk
masyarakat, untuk bersosialiasi tentang apa aja yang dipelajari di
PQTN itu sendiri. Terus selain itu mengikuti perlombaan,
dimanapun itu, insyaAllah kalo memang diajak untuk ikut serta
dalam perlombaan ayo kita ikut kan nah disitu tuh banyak anak-
anak yang „oh iya saya mau ikut, saya mau ikut‟, dan dari TPQ lain
melihat kualitas kita, „oh kualitasnya bagus‟, maka kadang dari
pengajian lain pindah ke PQTN, ada juga beberapa seperti itu jadi
kaya ketertarikan. Kegiatan-kegiatan lomba pun kita ada lomba
bulanan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dengan pawai,
sebelum Isra Mi‟raj, ataupun Maulid Nabi, itu kita ada pawai. Nah
untuk menyambut 17 agustus pun kita ngadain pawai karnaval
juga. Jadi kegiatan kita tuh banyak, walaupun istilahnya disitu
memang nggak ada nilai minat ngajinya, tapi di dalam kegiatan
pawai karnaval ada ngajinya, jadi bukan cuman bersorak-sorak,
ketawa-ketawa, tapi di dalam itu kita punya yel-yel, dimana yel-yel
itu kita ada ngajinya, ada ilmunya, ada motivasi untuk diri kita dan
orang lain. Yang buat bukan kita, yang buat bukan pimpinan atau
pengasuh atau pembimbing, tapi dari kalangan anak-anak itu
sendiri, santri-santri sendiri yang bikin. Gimana caranya mereka itu
bisa bikin kreasi yang memang di dalamnya bukan cuma ketawa-
ketawa, hore-hore, teriak-teriak, tepuk tangan, tapi ada ngajinya.
Kaya taun lalu kan setiap kelompok ada ngajinya, walaupun cuma
al-fatihah aja, ataupun cuma al-ikhlas saja, tapi disitu ada ngajinya.
Nah itulah salah satu mereka untuk semangat untuk ngaji juga.
Oiya perbaikan, karna setiap latihan kita ajarkan ngajinya, simak
ngajinya seperti itu.”
Peneliti : “Pembaharuan apa yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an?”
Narasumber : “Programnya kita masih sama, mmm cuma mungkin programnya
di kelas 1 yang sudah SMP atau SMA kita tidak menyamakan
dengan program yang anak-anak usia dini. Kalo anak yang usia
dini itu program sistematisnya dia harus mengikuti jilid 1 sampai
jilid 6 bersama pendamping atau pembimbing, tapi untuk yang
SMP ke atas itu langsung ke pengasuh, sehingga setelah
menyelesaikan jilid 6 dia bisa naik ke kelas 2 secara langsung
tanpa harus ujian karna sudah langsung sama beliau. Itu yang bikin
beda dengan kelas 1 yang kecil dan kelas 1 yang besar. Trus
program yang baru tahun ini akan dijalankan itu adalah sistematis
ujian untuk mendapatkan sanad juz 30. Kalo dulu itu pas mau
puasa ujiannya, tapi sekarang programnya begitu dia
menyelesaikan seperempat seperempat empat kali, karna 1 juz
empat seperempat jadi empat kali ujian dia harus menunggu
sampai menjelang Ramadhan baru dia bisa ujian, tapi untuk
sekarang tidak. Jadi baru menyelesaikan satu juz secara seperempat
selesai mengajukan formulir untuk mengajukan ujian dan hari itu
juga bisa ujian, untuk yang juz 30. Tapi kalo untuk yang 30 juz
tetep itu sistmatisnya atau programnya di menyambut puasa.
Pembaharuan PQTN dibandingkan pengajian lain kedisiplinan sih,
peraturan PQTN tuh beda sama yang lain, dulu pernah ada
komplenan dari masyarakat karna gini dulu tuh sistematis PQTN
itu pesantren, padahal PQTN itu berada di lingkungan masyarakat,
bukan pesantren, dulu. Sekarang tetep sama, cuma disiplinnya
lebih tegas. Disiplin dalam kehadiran pertama, karna
mempengaruhi, semakin dia males ngaji maka akan semakin
rendah kualitas dia dalam membaca atau memahami Qur‟an. Trus
disiplin ketegasan dalam mengajinya itu sendiri, contohnya
maksudnya gini banyakan TPQ itu membiarkan anaknya larian
sana sini, dulu pernah ada TPQ lain datang ke PQTN itu untuk
memberikan undangan perlombaan, dan dia kaget, kenapa di
PQTN itu nggak ada anak yang lari-lari, kenapa di PQTN itu nggak
ada yang ngobrol, nggak ada yang ketawa-ketawa, karna beda.
Begitu di luar monggo silahkan ketawa main, begitu sudah masuk
wilayah PQTN jangan pernah berharap bisa bebas dari konsekuensi
kalo ketauan ngobrol, bercanda, atau bengong, bengong aja kita
ada konsekuensinya, dia diem aja itu ada konsekuensinya. Itulah
disiplinnya kita. Karna menghormati Qur‟an, bukannya apa-apa,
karna yang kita hadapi ini Qur‟an, bukan pelajaran yang hanya
sementara, Qur‟an ini adalah dunia akhirat. Dulu pernah bengong,
ketawa-ketawa, pasti kita dimarahin. Marahnya itu adalah marah
sayang, „kamu tuh nggak boleh ketawa, kamu harus fokus, harus
seris sama Qur‟anmu‟. Itulah yang membuat kita kan oh iya harus
fokus, harus bisa tetep ngaji walaupun kita lagi nyantai. Biasanya
itu anak-anak setoran selesai, selesai kan mundur, ngobrol,
bengong, itu yang paling nggak suka. Makanya setelah setoran ada
yang namanya murojaah, simak-simakan antara teman. Entah itu
hafalannya atau bacanya. Jadi mereka nggak ada waktu bengong,
keliatan sedetik bengong, bermasalah, dapet konsekuensi, entah dia
berdiri sampai pulang atau pun dia istigosah. Pembedaan lain
selain kedisiplinan ya itu cara baca kitanya, sistematis atau metode
yang kita pake dalam mengajarkan cara baca Qur‟an yang baik dan
benar, kan beda. Bedanya kenapa, kita itu nggak akan pernah
menaikkan atau meluluskan anak itu kalau belum sampai target,
maksudnya belum bener-bener pas. Jadi kaya satu bacaan tuh
bener-bener diteliti, ditekunin, digodog, harus pas, harus bener.
Makanya kita adain di dasar, kita liat kemampuan dia di dasar
untuk itu. Nah setelah itu baru masuk ke materi yang memang
mereka sedang jalani, sedang pelajari. Jadi kita tuh memang
mengkikis satu-satu.”
Peneliti : “Adakah evaluasi yang dilakukan oleh Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama dalam Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama untuk
perkembangan yang lebih baik lagi?”
Narasumber : “Evaluasi kita itu kaya masih belum tercapai, kalo saya pribadi ya
karna kenapa kami sering sharing, lebih sharingnya ke
pimpinannya. Karna memang beliau yang mengayomi kami.
Evaluasi yang kita belum dapet itu gimana caranya anak-anak itu
saat setoran dan mengulang itu sama, maksudnya sama itu apa, jadi
gini saat mereka setoran sama kita sudah kita benerin nih, sudah
kita mantepin bacaannya, hurufnya, tajwidnya. Tapi begitu
mengulang, karna mereka tidak terpantau sama kita, mereka
bacanya asal-asalan, dan begitu mereka maju lagi PR kita lagi
dong, itu belum bisa. Kalo saya pribadi evaluasinya itu. Dan juga
anak-anak yang besar ini belum bisa memberikan contoh atau
mengayomi adik-adiknya untuk „ini loh yang bener, ini loh yang
baik‟, itu yang mesti di evaluasi lagi, terutama sistematis bacaan-
bacaan yang sudah kami simakin tapi mengulangnya tidak sesuai
yang disimak, itu sebenernya PR, yang memang belum tercapai
sampai saat ini. Karna kenapa yang bergulat di dalamnya itu hanya
kita, hanya kita yang tau, orang dalem lah bisa dibilang, jadi nggak
ada orang luar, karna beda. Karna kami itu lebih internal, kami
mengabdi di dalam, belom keluar, jadi kami hanya mengajarkan
yang ada di dalem, karna kalo untuk di luar kami serahkan kepada
pengasuh. Karna beliau yang lebih tau lapangannya, karna kami
kan belum terbiasa. Walaupun kami pembimbing itu mengadakan
pertemuan, walisantri, tetep aja beliau itu lah yang mengayomi
kami, jadi kami hanya terfokus sama anak-anaknya saja.”
Peneliti : “Apa harapan Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama dalam
pelaksanaan/implementasi dari strategi dakwah yang digunakan
untuk meningkatkan minat baca tulis Al-Qur‟an di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Harapannya itu ya semoga untuk generasi berikutnya, generasi
di bawah kita itu tetep bisa menjalankan atau membiasakan diri
untuk membaca Al-Qur‟an, menghafal Al-Qur‟an, menjaga hafalan
Al-Qur‟annya, dan mengamalkan isinya. Itu harapan kita, harapan
saya pribadi juga. Karna saya msih belajar juga, setidaknya saya
sudah bisa menghafal, cuma saya lagi menjaga hafalannya, dan
mengamalkan isi hafalan saya itu sendiri.”
Peneliti : “Bagaimana hasil dari implementasi strategi dakwah yang
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama lakukan di Kampung Baru
Cirendeu?”
Narasumber : “Hasilnya kita bisa lihat dilapangan, bukan dilapangan sih, santri.
Sekarang kan bulan puasa nih, tadarusan, bisa terlihat kan tata cara
mereka mengaji, walaupun nada ngajinya nggak bagus-bagus amat,
haha, tapi kita bisa liat sistem yang beliau ajarkan kepada anak-
anak. Kita bisa lihat perkembangan disitunya. Tata cara
mengajinya, tata cara bacaannya, itu kita bisa lihat kan oh iya
memang dipakai. Yang bahagia itu tuh itu, hafalannya dipake saat
kita sedang mencoba menjadi imam. Beliau pasti mengarahkan kita
kesitu, „cobalah belajar jadi imam, belajar lah jadi imam dengan
menggunakan hafalannya, jangan surat-surat pendek‟, begitu terjun
ke lapangan ini masyarakat kan, kalo kaya tadarus di musolah atau
tadarus keliling kan lebih ke masyarakat. Nah disitu kita bisa tau
„oh iya kemampuan dia sudah bisa, sudah bisa dilepas‟, bisa
dibilang dia bisa mampu menguasainya, nah hasilnya itu disitu.
Dia bisa baca Qur‟an dengan baik dan benar, trus menggunakan
akhlak atau etika atau adab yang diajarkan oleh beliau, bukan
hanya untuk dirinya, dan bukan hanya untuk di lingkungannya, tapi
di masyakarat. Sebenernya gitu. Sebenernya kita bisa lihat oh iya
ngajinya bagus nih, berarti ilmunya dipake. Jadi bisa ngelihat anak
itu maju perkembangannya kita bisa lihat dari akhlaknya, dari
adabnya, dari hafalan Qur‟annya.”
Peneliti : “Apa saja hambatan yang dialami Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama dalam melakukan strategi dakwah di Kampung Baru
Cirendeu? Jika ada, apa solusi yang dilakukan?”
Narasumber : “Hambatannya kita itu pengajar sebenernya, karna yang PQTN
itu wajibkan untuk mengajar itu ya orang dalemnya. Karna gini,
kalo misalkan kita ngambil dari orang luar apakah sama, yakan,
metodenya. Sementara anak-anak sudah terbiasa dengan metode-
metode PTQN yang memang bisa dibilang lumayan kreatif dan
memang ketat gitu. Ya memang kita sekarang Iqro yang
digunakan, tapi tata caranya kita menggunakan pesantren yang
beliau-beliau pernah gurui, yang pernah berguru di dalam pondok
itu tersendiri, itu internalnya. Internalnya kaya kekurangan guru,
karna memang hanya orang-orang dalem yang kita gunakan. Trus
solusinya ya kalau dari beliau itu yang sudah menyelesaikan 30 juz
binnadzar itu bisa membantu. Jadi pembimbing itu dibantu,
ibaratkan ada asistennya, tapi tetap terfokus sama pembimbing.
Hambatan dari eksternal itu walisantri sebenernya, karna kalo dulu
itu wali santri belum klop sama kita, belom klop sama PQTN,
karna apa kita pakenya itu sistematis yang memang sistem pondok
pesantren, tegas, disiplin. Banyak orang tua yang „kok ngaji disitu
ketat banget, kok ngaji disitu tegas banget, kok hari merah kita
nggak libur‟, nah itu kaya yang tantangan buat Cak Doel sendiri.
Saya lebih sering ngobrol sama Cak Doel dan sharing sama Ning
Ida tentang perkembangan anak-anak, atau perkembangan
masyarakat luar, karna sejujurnya saya itu bisa dibilang orang yang
deket sama wali santri, lumayan deket. Jadi kalo wali santri ada
komen apa gitu, pasti ke saya, nggak berani ke beliau. Saya
ibaratkan tamengnya, saya harus mampu menampung semua
keluhan, jangan ke beliau. Beliau saja sudah capek buat ngurusin
kita-kita gitu, apalagi harus mendapatkan kaya gitu. Tapi
sebenernya kalo mendapatkan keluhan-keluhan kan buat evaluasi
kita sendiri, apa yang harus kita lakukan nih. Nah dari situ lah kita
adakan pertemuan, dijelaskan sama beliau, bagaimana tata tertib
kita, bagaimana wujud adab kita menghormati Qur‟an, kenapa
harus tegas, kenapa harus disiplin. Jadi kita mengadakan
pertemuan wali santri itu. Jadi monggo kalo memang tidak kuat
yasudah cari pengajian yang lain, tapi kalo misalkan mau untuk
anaknya bisa baca Qur‟an yuk monggo. Pada hakekatnya kan
bukan tanggung jawab Cak Doel, tapi kan tanggung jawab orang
tua. Nah begitu anaknya sudah dititipkan, itu sudah nggak boleh
komplen.”
Peneliti : “Bagaimana perkembangan peminat Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama sejak didirikan hingga saat ini?”
Narasumber : “Ya peminatnya lumayan, lumayan banyak ya. Karna tiap tahun
kita membuka hanya dulu 20, kalo dulu banget nggak ada batasan.
Cuma karna dulu kan tempatnya juga belom memadai, hanya
sepetak gitu, jadi ya masih bisa ditampung lah. Sistematisnya kan
sistem alam, begitu dia nggak kuat dia keluar. Jadi sekarang kita
hanya menampung 20. Itupun kalo misalkan kita hanya buka di
bulan Juni, begitu habis itu tuh sudah ada yang ngantri untuk bulan
Desember. Karna sistematis kita hanya 20-25 orang. Tapi tetep ada
yang minta masuk, tapi kita lihat kondisi dulu. Itu kan bagaimana
pimpinan atau pengasuh. Kita kan hanya menjalankan amanah, 25
tok 25 nggak bisa lebih. Kalo kata beliau 25 tapi ada 5 lagi, 5 lagi
ini untuk cadangan, nah barulah kita. Karna kan kalo bisa dibilang
dari 25 yang masuk, seleksinya kurang lebih 20-15 yang bertahan,
karna memang nggak kuat ada disiplin. Kalo kata Ning Ida tadi itu,
begitu sudah malas ngaji, begitu sudah tidak mau mengaji, silahkan
orang tuanya dateng, pamit, Ning Ida atau Cak Doel lebih ridho
yang seperti itu dibanding yang males-malesan masuk. Nah tadi
baru dibahas sama beliau tadi sore.”
Waktu Wawancara : Selasa, 20 Juni 2018. Pukul 09:31 WIB
Pertanyaan pertama: Program-program untuk menarik minat masyarakat umum
itu adalah istigosah. Nah kira-kira apasih istigosah itu dan penjelasannya?
Istigosah itu kegiatan rutinitas tiap bulannya, setiap akhir bulan PQTN
mengadakan kegiatan istigosah. Isinya istigosah itu adalah pertama yasin, hanya
yasin, dilanjutkan dengan bacaan-bacaan yang memang disingkat atau pendek tapi
banyak kaya misalnya lahaulawalaquwwata, astaghfirullah, cuma kaya dzikir-
dzikir aja, isinya kaya gitu aja. Jadi istigosah, yasinan, trus dzikir, dzikirnya
berupa beda dengan tahlil-tahlil yang kaya biasanya.
Untuk istigosah sendiri itu dipimpin oleh pendiri dan pengasuh yaitu Cak Doel,
untuk materi sebenernya materi itu tidak ada dalam daftar istigosah. Cuma kalo
misalkan kita mengadakan suatu istigosah di tempat lain biasanya yang
mengadakan atau yang menyediakan penceramah dari pihak yang ditempati, jadi
Cak Doel hanya fokus ke istigosah. Tapi adapun permintaan untuk tuan rumah,
Cak Doel bersedia untuk menyampaikan sedikit sepatah dua patah kata tentang
mengajarkan ilmu kepada para jamaah, kadang seperti itu. Tapi kebanyakan
memang dari tuan rumahnya mengambil dari penceramah lain untuk mengisi
penceramah, jadi Cak Doel hanya terfokus pada yasin istigosah saja, seperti itu.
Sasaran istigosah sendiri wali santri, jadi awalnya itu santri, trus wali santri.
Kenapa wali santri karna anaknya itu ngaji, orang tuanya menitipkan ngaji tapi
kok orang tuanya tidak ngaji, nggak ada silaturahminya sama gurunya,
maksudnya jadinya iya jadi tau nih anaknya ini, tapi kan gurunya nggak tau orang
tuanya mana, jadi ada saling silaturahmi antara pendiri pengasuh kepada wali
santri. Jadi bukan hanya santri saja, bukan hanya santri yang dilibatkan, tapi wali
santri pun ikut dilibatkan bahkan diwajibkan untuk ikut.
Istigosah itu di mulai dari jam 6:15 pagi sampai dengan paling telat itu jam 8:30,
sebenernya. Tapi kalo ada kegiatan lain itu kurang lebih jam 9 atau jam 11.
Maksudnya istigosah bulanan disambung dengan maulid, atau isra mi‟raj gitu kan,
biasanya kita kedapatannya kaya gitu, nah itu biasanya jam 11 baru pulang.
Jadi istigosah itu sebenernya untuk umum, bukan hanya untuk santri dan wali
santri, tapi untuk siapapun yang mau ikut disilahkan monggo, tidak dibatasi.
Perayaan Hari Besar
Perayaan hari besar itu dulu pernah acara muharoman itu kita melibatkan
masyarakat untuk menghadiri. Dulu depan PQTN kan kosong, kita mengadakan
muharoman disitu untuk pertama kalinya melibatkan masyarakat untuk apa untuk
bisa ikut hadir di dalamnya, karna acara atau isi acaranya itu memang tidak jauh
dari yasinan atau ngaji masal. Setelah itu barulah penampilan-penampilan dari
para santrinya. Ada juga wali santri ibu-ibu atau bapak-bapak yang ingin
menampilkan disilahkan, tapi target utamanya itu kaya syi‟ar dakwah
memberitahu kepada masyarakat bahwasanya kegiatan pengajian PQTN itu
seperti ini. Jadi kaya transparan gitu kegiatannya, jadi orang tau ohh ngajinya tuh
seperti ini, hasilnya kaya gini, jadi ada.
Dulu tuh pernah ada kegiatan 5000 al-fatihah, itu memperingati HUT RI yang ke
72. Nah tau kemarin itu kita merayakan HUT RI ke 72 dengan membacakan 5000
al fatihah dan konvoi seperti biasa pawai. Dengan sistematis dari santri ibu-ibu
anak-anak itu menyiapkan yel-yel dari masing-masing kelompok. Jadi awalnya
kita minta ridho dari pendiri untuk melaksanakan kegiatan tahunan itu dengan
tema yang berbeda. Kalo dulu biasa aja kita cuma nyanyi 17-an, tapi tahun ini
dengan 5000 al fatihah untuk mendoakan Indonesia agar bisa lebih baik
kedepannya. Kita baca al fatihah kurang lebih 1 orang itu 3 atau 5 kali. Dan
dihitung dari jumlah yang ada atau hadir di situ.
Takbiran itu kita kondisinya liat dari banyaknya santri ya. tapi kalo dulu-dulu sih
kita ngadain takbiran itu emang fokus di padepokan, jadi setelah maghrib
pengumuman bahwasanya besok adalah idul fitri maka anak-anak santri putri itu
ada di aula untuk takbirannya, putra itu ada di depan atau di kantor. Nah setelah
itu kita minta izin ke beliau untuk bisa takbiran. Kalau misalnya ada yang ngajak
gabungan monggo silahkan gabungan. Tapi kalo misalkan nggak ada berarti kita
kan sendiri.
Udah sih itu aja, muharom, isra mi‟raj, maulid, hampir semua kegiatannya sih
sama, yasinan, pawai gitu. Tapi itu dilaksanakan pawainya sebelum hari H ya. jadi
kita pawai dulu, baru isra mi‟raj, baru maulid, tapi kalo misalnya HUT RI kita
ngelaksanain hari itu juga semuanya, dari mulai al fatihah, langsung ke pawai.
Dan biasanya setelah pawai kita ada perlombaan antar santri. Perlombaannya
meliputi ala santri, kaya misalnya lomba MHQ, atau tilawatil Qur‟an, tapi
ditentukan materinya sama beliau, jadi saya pribadi membantu untuk menyiapkan
materi dan organisasi bawahnya saya untuk mengkoordinasi para pesertanya. Jadi
sama beliau coba cari soal dari juz 29, juz 28, gitu. Sebenernya itu juga selain
menarik minat seperti yang sudah-sudah, itu kaya kita tau bahwasanya anak itu
punya peningkatan dalam menghafal dalam membaca, jadi nggak cuma stuck
disitu aja. Dengan cara seperti itu kita bisa lihat oh hiya anak ini baca Qur‟annya
lebih meningkat daripada sebelumnya, ohh hafalannya lebih meningkat lebih
lancar dari sebelumnya, itu kan kita bisa melihat. Nah dari situ akan termotivasi
oleh adek-adeknya, jadi mereka tertarik. Bahkan orang tua pun, bahkan wali
santri, bahkan masyarakat umum yang melihat itu pasti akan tertarik, oh
bacaannya bagus, ohh bacannya bener. Maka mereka akan tertarik untuk
bergabung dalam pengajian PQTN itu sendiri.
Kalo turun gunung itu kan santri bapak-bapak ya. itu santri bapak-bapak itu
kumpul setelah isya kurang lebih jam 8 setelah kegiatan anak-anak itu beres
semuanya. Setelah itu ada jadwal masing-masing perharinya. Misalnya malam ini
kita turun gunung di rumanya Bang Alwan, berarti yang mimpin adalah tuan
rumahnya. Jadi sistematis Cak Doel adalah belajar untuk memimpin tapi di
kalangan santri B, jadi suatu saat nanti dia terjun di masyarakat jadi udah punya
bekel, jadi isinya memang hanya yasin tahlil atau yasin istigosah di sambung
dengan ceramah atau sedikit kultum lah dari tuan rumah atau dari Cak Doel itu
sendiri, jadi setelah itu ada evaluasi kurangnya apa nih, jadi kita saling
membenarkan.
Program utama PQTN:
Program tahsin Al-Qur’an.
Tahsin itu pembenaran tata cara baca, jadi kita tuh jadi untuk para santri entah itu
kelas Iqro, kelas juz amma bahkan kelas 3 tahfidz dan khatam itu ada sistematis
tahsin. Tahsin itu dimana ada kita itu disuruh baca contohnya surat al baqarah ayat
1 misalkan, beliau akan baca, beliau akan contohkan, seperti ini bacanya, kita
mengikuti bacanya. Atau tahsin lagunya, surat al-mulk, itu beliau yang bikin
nada-nada lagunya, dan kita tahsin nada lagunya. Tujuannya untuk menyeragami,
biar semuanya sama satu nada. Dan bacanya juga pengoreksiannya bisa pas, jadi
kaya dikoreksi makhrojnya, tajwidnya, temponya itu dari tahsin. Jadi setelah
tahsin itu surat itu lewat, otomatis dia sudah punya ilmunya, sudah ada ilmunya,
sudah ada bekalnya, jadi untuk berikutnya bacaan Qur‟an berikutnya dia sudah tau
oh hiya itu bacaannya seperti ini karna sebelumnya kita sudah tahsin sama beliau.
Kalo untuk anak-anak itu bertahap. Jadi untuk kelas 1 ada pembimbingnya
sendiri, pembimbingnya itu terfokuskan sama beberapa sudah diamanahkan oleh
beliau, dan sisanya adalah yang membantu meringankan setoran aja. Jadi
sistematisnya contoh kelas Iqro, kelas 1, kelas 1 itu tahsinnya setelah setoran, jadi
sekitar pukul 16:45 kita adakan tahsin namanya tahsin huruf hijaiyah atau bacaan
sholat. Sistematisnya sama kita dengerin mereka secara klasikal, jadi semuanya
baca, kita mendengarkan. Kita mencontohkan bacanya, mereka menirukan. Kalau
untuk yang kelas Iqro. Untuk juz amma juga sama seperti itu, cuma materinya aja
yang berbeda. Kalo Iqro ya Iqro, kalo juz amma ya surat-surat pendek. Juz amma
kelas 2.
Kelas Iqro itu yang ngajar untuk sore itu ada Pak Bayan, ada saya, ada Kak Ulfah,
dan dibantu oleh beberapa anak tahfidz. Anak tahfidz itu bertugas untuk
membantu dalam arti meringankan setoran. Jadi begitu sudah masuk setoran, tapi
kan kita punya waktu pokoknya gimana caranya jam 5 itu udah selesai semuanya,
sementara 1 kelas itu bisa 14-15 orang, dan dalam 15 orang itu kan nggak
semuanya lancar, nggak semuanya yang cepet bacanya yakan, pasti ada yang
lambat. Disitulah tugas para santri tahfidz yang diamanahkan untuk membantu
meringankan, tapi tetep tahsinnya satu orang gitu.
Kalo kelas 2 putra itu yang ngajar saya, adam sama ada anak putri. Cuma saya
kurang paham untuk sistematis itu, karna kelas 2 yang dipegang adam dan sevi itu
mereka ada yang ngebantu sekitar 3 orang. Kalo yang putra ada adam, Irfan, bilal,
kalo nggak salah. Kalo putri ada sevi, novi, putri, Aliya, ya kurang lebih segitu.
Itu nggak tau sistematisnya dia pembimbing pengajar tetap atau hanya membantu
meringankan setoran saja. Karna kan harusnya anak putri itu dipegangnya sama
Ning Ida, Cuma Ning Ida kan nggak bisa on time selalu hadir. Nah kelas 2 juga
ada yang jam 5. Masuknya jam 5, itu dipegang khusus sama Ning Ida. Karna itu
kelas 2 yang baru naik sekitar 25 orang dan itu tahsin. Jadi kelas 2 itu ada 2 kelas,
yang jam 5 sama kelas malem.
Tahsin untuk kelas 3 itu sama Cak Doel langsung dengan materi juz 29 atau juz
28 atau surat-surat seperti al baqarah, al imron. Biasanya beliau mentahsin kita itu
dengan ada bacaan-bacaan yang memang agak kurang populer, atau kurang kita
denger gitu kan. Jadi beliau yang menerangkan, mencontohkan, dan kita yang
menirukan. Untuk kelas 3 malem aja. Untuk tahsin malem. Kelas 3 tahsin itu
Jumat dan Sabtu biasanya. Kalo yang malem kelas 3 dari abis magrib jam
setengah 7-an kurang lebih sampe jam 20:15 paling lama.
Kelas 2, kelas 3, kelas tahfidz dan kelas khatam itu yang ada murojaahnya yang
ada takror.
Takror bapak-bapak nggak jauh beda sama kaya anak-anak. Tapi saya kurang tau,
kebanyakan sih surat an-naba, masih baru yang awal-awal juz 30 aja. Dan santri
ibu-ibu juga sama. Lebih terfokus sama juz 30, atau surat-surat pilihan. Waktunya
di hari mereka ngaji. Jadi takror itu setelah mereka ngaji, setelah mereka hafalan,
itu pasti ada takror.
Tahfidz.
Untuk tahfidz bacaan sholat itu dilibatkan hari sabtu, karna kita tau kan doa-doa
sehari-hari itu penting. Jadi untuk kelas 1 dilibatkan doa-doa sehari-hari sama
bacaan sholat. Jadi di tahsin bacaan sholatnya, dan dihafal bacaan sholatnya.
Tahfidz itu menghafal Al-Qur‟an.
Untuk kelas 2 sama prosesnya.
Untuk tahfidz kelas 3 hanya terfokus pada juz 30, juz 29, juz 28. Jadi sebelum dia
menyelesaikan 30 juznya, itu biasanya belum bisa masuk kelas tahfidz. Kecuali
orang pilihan dari beliau sudah bisa untuk masuk kelas hafalan baru beliau tunjuk.
Tasmi antar santri itu biasanya kalo baru-baru ini tuh kemarin kita istirahat
kurang lebih 1 minggu. 1 minggu dijatahi oleh Cak Doel itu 1 hari 3 ayat. Jadi 21
ayat. Begitu sudah selesai 21 ayat, di tasmi oleh temen-temennya 21 ayat itu. Jadi
sistematisnya di depannya santri anak-anak, kelas 3, kelas tahfidz, trus nanti siapa
yang maju. Tapi diawasi Cak Doel. Kelas 1 belum ada tasmi. Waktu tasmi itu di
jam ngaji. Jumat dan sabtu sore.
Talaqi itu setoran santri kepada 1 guru untuk mendapatkan ijazah 30 juz
binnadzar atau bilghoib. Jadi talaqi itu setoran Qur‟an kepada 1 guru saja. Untuk
talaqi 1 guru kelas 2 kelas 3.
Talaqi kelas 3 langsung ke Cak Doel.
Tahsin masal itu biasanya materinya itu yasin. Dimana yang memebrikan materi
itu langsung Cak Doelnya. Dan yang dilibatkan itu santri, wali santri dan
masyarakat umum. Sistematisnya sama, Cak Doel yang mulai dulu, baru kita
mnegikuti. Jadi Cak Doel yang membenarkan cara baca makhrojnya itu seperti ini
tajwidnya seperti ini. Kita semuanya mengikuti setelah beliau memberikan
contoh.
Yasinan setiap malam jumat di PQTN. Rutinitas setiap minggu, seminggu
sekali. Yang hadir hanya santri anak-anak, seluruhnya kelas 1,2,3, khatam,
tahfidz. Bahkan kalo ada bapak-bapak yang ikut itu hanya 1 atau 2 orang karna itu
tidak wajib. Yang wajib hanya anak-anak. Baca yasin, tahlil, dzikir, setelah itu
sedikit masukan atau pencerahan dari Cak Doel, sholat isya, pulang. Dari abis
maghrib, paling telat selesai jam 8.
Lomba.
Lomba di PQTN itu antar santri. Dulu pernah ngadain lomba antar santri akrna
kita mau idul fitri. Jadi 2 minggu kita ngaji, seminggu kita lomba. Jadi lomba
yang dilibatkan itu kelas 1, kelas 2, kelas 3. Jadi materi yang diajarkan seputar
Iqro, trus bacaan sholat kelas 1, doa sehari-hari untuk kelas 1. Kelas 2 itu MTQ,
tilawah atau MHQ. Kelas 3 juga sama kaya gitu. Jadi antar kelas tuh maksudnya
kelas 3 putra dengan kelas 3 putri, kelas 2 putra dengan kelas 2 putri, kelas 1 putra
dengan kelas 1 putri. Jadi mereka hanya lingkungan santrinya aja. Jadi jurinya
dari santri bapak-bapak dan ibu-ibu dari luar. Ada hadiahnya tapi kaya berupa juz
amma dan Al-Qur‟an dari beliau langsung.
Tarawih dan tadarus keliling.
4. Narasumber
Profil Narasumber
Nama : Hariyanto (Pak Ari)
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Santri Orang Tua
Kelas : Al-Qur’an
Bergabung di PQTN sejak : 2012
Waktu Wawancara : Rabu, 30 Mei 2018. Pukul 22:12 WIB
Peneliti : “Sejak kapan anda mengikuti pengajian di Padepokan Al-Qur‟an
Tanpa Nama?”
Narasumber : “Ya kurang lebih sekitar tahun 2012, saya berarti sudah 6 tahun di
PQTN. Sebagai santri bapak-bapak, kelas Al-Qur‟an.”
Peneliti : “Alasan apa yang membuat anda mengikuti pengajian di
Padepokan Al-Qur‟an Tanpa Nama?”
Narasumber : “Ya karna disini itu sistemnya dari nol, jadi di sini sesuai dengan
namanya Padepokan QUr‟an Tanpa Nama jadi di sini tidak
membedakan background kita itu awalnya dari mana, jadi mau dari
pesantren, atau mungkin juga ya mohon maaf tanda kutip dia itu
tukang palak atau apa di sini harus mulainya dari nol. Jadi tidak
ada oh mentang-mentang dia dari pesantren langsung masuk ke
kategori Al-Qur‟an, nggak bisa, jadi harus masuk dari nol yaitu
dari Iqro 1 dulu. Selain karna nuntut ilmu, maksudnya juga kenal
link juga, karna juga dari sini saat ini untuk di wilayah Tangerang
Selatan, di sini dijadikan patokan, sudah beberapa kali kan Cak
Doel diundang oleh Ibu Airin untuk memberikan penyamaan
metode pembelajaran di PQTN, jadi Ibu Airin ingin
menyamaratakan untuk Tangerang Selatan ini, sudah sering
diundang. Trus juga ketika ada kompetisi-kompetisi di wilayah
Ciputat perwakilan PQTN selalu menjadi juara umum, prestasinya
membanggakan, makanya saya ingin lah berkecimpung.”
Peneliti : “Materi apa yang diajarkan di Padepokan Al-Qur‟an Tanpa
Nama?”
Narasumber : “Kalo materi sih hampir menyeluruh ya tapi lebih cenderung di
sini masalah Al-Qur‟an sih, makhrojul huruf, pokoknya ya
berkaitan tentang Al-Qur‟an. Saat ini sih lebih cenderung
makhorjul huruf sih, tajwid juga, kadang belajar fiqh juga. Karna
tanya jawab itu kadang kala tentang kehidupan sehari-hari aja.
Sistemnya kan kalo di sini kan setoran ya, nah setelah setoran
nanya itu bebas, jadi nggak Cuma tentang fiqh, tapi kehidupan
sehari-hari pun ada tanya jawab, nah itu yang paling saya suka.”
A. Dokumentasi
B.1. Logo Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
B.2 Bangunan Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
B.3 Foto Prestasi Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
B.4 kegiatan-kegiatan Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Tahsin massal Di Dalam Istighotsah
Istighotsah
Tahsin Santri Bapak-bapak
Pawai Hari Besar Islam
Pawai Milad Padepokan Al-Qur’an Tanpa Nama
Tadabur Alam/ MTSN
PNS (Pengajian Niat Sendiri)
Tahsin santri Bapak-bapak Tahsin Santri Ibu- ibu
Tasmi Antar Santri
Talaqqi
Tahfidz Santri Putri
Yasinan di Padepokan Al-Qur'an Tanpa Nama
Lomba-Lomba
B.5. Foto Cak Doel dan Keluarga
B.6. Wisuda atau Syahadah
Peneliti dengan Cak Doel
top related