solusi makalah bkt-final
Post on 24-Jun-2015
905 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SOLUSI MASALAH BANJIR KANAL TIMUR
KELOMPOK IX
Rizky Ardhy Maulana (0906636983)
Mahfut Ardi (0906636882)
Fachri Artadi (0906515982)
Marcelino Dwi Prayogo (0906636895)
Muhammad Anugerah (0906553274)
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2009
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis sembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis
sebagai Mahasiswa Bimbingan (Mabim) Departemen Teknik Sipil Universitas
Indonesia 2009. Dalam makalah ini penulis mengambil tema Banjir Kanal Timur
(BKT) terutama mengenai beberapa masalah yang terjadi selama proses
pembangunan BKT tersebut. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Jehan Elkausar yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada kami
mengenai tata cara penyusunan makalah yang baik dan benar selaku asisten
pembimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
berharap para pembaca dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan
sekitar setelah membaca makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis memohon kritik dan
saran dari para pembaca agar pada kesempatan selanjutnya penulis dapat
membuat karya yang lebih baik lagi.
Wassalammualaikum.Wr.Wb.
Depok, 2009
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................3
Abstrak.....................................................................................................4
BAB I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang.......................................................................5
I.2 Rumusan masalah...................................................................6
I.3 Tujuan Penulisan.....................................................................6
I.4 Metode Analisis......................................................................6
I.5 Sistematika Penulisan..............................................................7
BAB II. Tinjauan Pustaka
II.1 Banjir Kanal Jakarta..............................................................8
II.2 Banjir Kanal Barat.................................................................9
II.3 Banjir Kanal Timur................................................................9
BAB III. Pembahasan
III.1 Masalah Banjir Kanal Timur..............................................12
III.2 Dampak Proyek BKT Jika Tidak Terselesaikan.................13
III.3 Solusi Masalah BKT...........................................................17
BAB IV. PENUTUP
IV.1 Kesimpulan..........................................................................19
IV.2 Saran....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................21
3
ABSTRAK
Banjir Kanal Timur menjadi pilihan untuk mengatasi masalah banjir di
Jakarta. Proyek ini bertujuan memperpanjang aliran sungai dengan melewati
pinggiran Jakarta. Pembangunan Banjir Kanal Timur sangat diharapkan
keberhasilannya. Dalam pembangunannya, Banjir Kanal Timur mengalami
kendala yang sangat rumit. Pembebasan lahan yang menjadi hambatan membuat
pembangunan Banjir Kanal Timur terhenti. Penyelesaian melalui jalur negosiasi
dan peminjaman dana kembali menjadi solusi yang dapat dilakukan. Solusi ini
diharapkan dapat memperlancar kembali pembangunan Banjir Kanal Timur yang
begitu dinantikan keberadaannya.
Kata kunci: Banjir Kanal Timur, Dampak Proyek, Pembebasan Lahan,
4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Banjir merupakan hal yang yang biasa bagi kota Jakarta, bahkan sejak
masa kolonial Belanda, saat Jakarta masih bernama Batavia, banjir sudah menjadi
rutinitas Kota Jakarta. Macam-macam cara ditempuh pemerintah untuk
menanggulangi banjir di Jakarta, salah satunya adalah pembangunan kanal banjir.
Ada dua kanal banjir yang direncanakan pemerintah, yaitu Banjir Kanal Barat
(BKB) dan Banjir Kanal Timur (BKT).
Banjir kanal adalah saluran air yang didesain agar air, dalam hal ini dari
Sungai Ciliwung, tidak melewati tengah kota, tetapi pingggiran kota. Banjir kanal
merupakan gagasan Prof . H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau
disingkat BOW, cikal bakal Departemen PU, yang dirilis tahun 1920. Studi ini
dilakukan setelah banjir besar melanda Jakarta dua tahun sebelumnya.
Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur diharapkan dapat menjadi
solusi terbaik untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta. Keberhasilan
pembangunan Banjir Kanal Barat tidak diikuti oleh kesuksesan pembangunan
Banjir Kanal Timur. Proyek yang direncanakan selesai tepat pada waktu tiba-tiba
mendapat masalah yang cukup berat. Beberapa masalah menyebabkan
pembangunan ini tertunda. Mengingat pentingnya Banjir Kanal Timur ini demi
semua warga Jakarta, solusi yang tepat menjadi kebutuhan untuk menyelesaikan
masalah ini.
5
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah Banjir Kanal
Timur ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja masalah BKT ?
2. Apa dampak dari tertundanya pembangunan BKT ?
3. Apa solusi dari masalah-masalah BKT ?
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan kami menyusun makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran mengenai pentingnya BKT sebagai solusi banjir di
Jakarta.
2. Memberikan solusi dari masalah-masalah dalam pembangunan BKT
3. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai kasus BKT ini.
I.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
dengan mencari sumber berita (literatur) dari internet. Metode ini digunakan
untuk mencari berbagai informasi yang diperlukan juga sebagai pembanding
antara sumber berita yang satu dengan sumber berita lainnya.
6
I.5 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan masalah
I.3 Tujuan Penulisan
I.4 Metode Analisis
I.5 Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Banjir Kanal Jakarta
II.2 Banjir Kanal Barat
II.3 Banjir Kanal Timur
BAB III Pembahasan
III.1 Masalah Banjir Kanal Timur
III.2 Dampak Proyek BKT Jika Tidak Terselesaikan
III.3 Solusi Masalah BKT
BAB IV Penutup
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Banjir Kanal Jakarta
Banjir kanal timur adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung
melintas di luar Batavia, tidak di tengah kota Batavia. Banjir kanal ini merupakan
gagasan Prof. H. van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat
BOW, cikal bakal Departemen PU, yang dirilis tahun 1920. Studi ini dilakukan
setelah banjir besar melanda Jakarta dua tahun sebelumnya. Inti konsep ini adalah
pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke
kota Jakarta. Termasuk juga disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.
Antara tahun 1919 dan 1920, gagasan pembuatan Banjir Kanal dari
Manggarai di kawasan selatan Batavia sampai ke Muara Angke di pantai utara
sudah dilaksanakan. Sebagai pengatur aliran air, dibangun pula Pintu Air
Manggarai dan Pintu Air Karet.
Banjir Kanal Barat dan Timur
Dengan bantuan Netherlands Engineering Consultants, tersusunlah
"Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta" pada Desember 1973.
Berdasarkan rencana induk ini, seperti yang ditulis Soehoed dalam “Membenahi
Tata Air Jabotabek”, pengendalian banjir di Jakarta akan bertumpu pada dua
terusan yang melingkari sebagian besar wilayah kota.
Terusan itu akan menampung semua arus air dari selatan dan dibuang ke
laut melalui bagian-bagian hilir kota. Kelak terusan itu akan dikenal dengan nama
Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur. Ini merupakan salah satu upaya
pengendalian banjir Jakarta di samping pembuatan waduk dan penempatan pompa
pada daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut.
Di dalam rencana induk itu dirancang sistem pengendalian dengan
membuat kanal yang memotong aliran sungai atau saluran di wilayah Jakarta
8
Barat. Kanal ini adalah perluasan terusan banjir peninggalan Van Breen, yang
kemudian dikenal sebagai Banjir Kanal Barat (BKB). Tetapi, karena sebagian
besar alur kanal ini melintasi daerah permukiman padat, untuk pembebasan
tanahnya dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang panjang. Akibatnya,
pembuatan perluasan BKB tersebut pun tertunda.
Setelah terjadi banjir di wilayah Jakarta Barat pada Januari 1979,
pemerintah pusat bersama Pemerintah Daerah DKI Jakarta mencari jalan
pemecahan untuk mengurangi potensi terjadinya genangan pada masa yang akan
datang. Rencana perluasan BKB pun diganti dengan pembuatan jaringan
pengendali banjir lainnya, yakni jaringan kanal dan drainase yang dinamakan
Sistem Drainase Cengkareng. Saluran banjir Cengkareng selesai dibuat pada
tahun 1983.
II.2 Banjir Kanal Barat
Pembangunan saluran banjir Banjir Kanal Barat, atau juga sering disebut
Kali Malang (Barat) ini dimulai tahun 1922, dengan bagian hulu berawal dari
daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu
membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya ke arah Tanah
Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di sebuah reservoar di muara,
di daerah Pluit.
II.3 Banjir Kanal Timur
Untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta
bagian timur dibangun Banjir Kanal Timur (BKT). Sama seperti BKB, BKT
mengacu pada rencana induk yang kemudian dilengkapi "The Study on Urban
Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta" tahun 1991,
serta "The Study on Comprehensive River Water Management Plan in Jabotabek"
pada Maret 1997. Keduanya dibuat oleh Japan International Cooperation Agency.
BKT berfungsi untuk mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan,
melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta bagian
9
timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian
kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air.
Selain itu, BKT berfungsi sebagai sarana pengendalian banjir di wilayah
Timur Jakarta yang masih sangat minim. Penanganan banjir direncanakan
membuat flood way yang akan mensudet sungai-sungai di wilayah Timur Jakarta
untuk langsung dialirkan ke laut. BKT juga merupakan lanskap pengembangan
wilayah timur dan utara Jakarta sebagai kawasan bisnis, industri pergudangan, dan
wisata (resort, dermaga marina, & fasiltas olahraga).
BKT bertujuan untuk melayani wilayah seluas 207 Km2 dan melindungi
wilayah seluas 270 Km2 di timur bagian utara DKI Jakarta yang merupakan
kawasan industri, perdagangan, pergudangan, dan permukiman. Di samping itu,
BKT menjadi prasarana konservasi air untuk pengisian air tanah dan sumber air
baku, lalu lintas air juga berpotensi menjadi motor pertumbuhan wilayah Timur
dan Utara yang bersuasana Water Front serta untuk mengurangi genangan atau
rawan banjir di 13 kawasan di wilayah DKI Jakarta.
BKT direncanakan untuk menampung aliran Kali Cipinang, Kali Sunter,
Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Daerah tangkapan air (catchment
area) mencakup luas lebih kurang 207 kilometer persegi atau sekitar 20.700
hektar. Rencana pembangunan BKT tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi
DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010
Provinsi DKI Jakarta.
BKT akan melintasi 13 kelurahan (2 kelurahan di Jakarta Utara dan 11
kelurahan di Jakarta Timur) dengan panjang 23,5 kilometer. Total biaya
pembangunannya Rp4,9 triliun, terdiri dari biaya pembebasan tanah Rp2,4 triliun
(diambil dari APBD DKI Jakarta) dan biaya konstruksi Rp2,5 triliun dari dana
APBN Departemen Pekerjaan Umum.
10
Untuk pembuatan BKT, perlu pembebasan lahan seluas 405,28 hektar
yang terdiri dari 147,9 hektar di Jakarta Utara dan 257,3 hektar di Jakarta Timur.
Sampai dengan September 2006, lahan yang telah dibebaskan 111,19 hektar
dengan biaya sekitar Rp700 miliar. Untuk tahun 2007, direncanakan pembebasan
267,36 hektar dengan biaya Rp1,2 triliun.
Dalam kenyataannya, pembuatan kanal yang sudah direncanakan lebih
dari 30 tahun lalu itu menghadapi pembebasan tanah yang berjalan alot.
Pembangunannya menjadi lambat. Rencana tersebut tidak kunjung selesai
direalisasikan, dan banjir seperti yang kini dirasakan warga Jakarta menjadi
kenyataan setiap tahun.
11
Bab III
Pembahasan
III.1 Masalah Banjir Kanal Timur
Banjir Kanal Timur adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung
tidak melintas tepat di tengah Jakarta, melainkan melewati bagian timur Jakarta.
Inti konsep kanal ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur
volume air yang masuk ke kota Jakarta. Dalam pembangunan kanal ini terdapat
beberapa masalah, diantaranya adalah:
a. Masalah Teknis
Masalah teknis di sini yaitu penundaan proyek dikarenakan masih adanya
lahan yang perlu dibebaskan untuk pembangunan kanal yang belum dibayar
oleh Pemerintah DKI Jakarta. Hal ini terjadi karena banyak tanah yang
dibebaskan menggunakan calo atau makelar tanah sehingga hasil pembayaran
tersebut masih ada yang belum diterima para pemilik tanah.
b. Masalah lingkungan
Masalah ini ditimbulkan oleh tanah-tanah yang sudah berubah menjadi
debu dan pasir hasil pengerukan tanah untuk membuat kanal di daerah sekitar
pembangunan BKT.
c. Masalah Sosial
Masalah sosial yang ditemukan berupa aksi anarkis warga sekitar daerah
proyek sebagai protes keras atas pembangunan BKT. Dalam kasus ini, warga
Bambu Kuning, Marunda, Jakarta Utara pada hari Rabu, tanggal 13 Februari
2008, mengamuk dan merobohkan tiang pancang pembangunan proyek
(BKT).
12
III.2 Dampak jika proyek BKT tidak segera diseleseaikan
Bila proyek BKT selesai tepat pada waktunya serta sesuai dengan
rancangan, pastilah BKT akan memiliki peranan yang penting bagi kota Jakarta
beserta warganya. Tertundanya pembangunan BKT ini berdampak negatif bagi
warga Jakarta pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Dampak-dampak
tersebut antara lain :
a. Banjir
Banjir telah menjadi masalah bagi Jakarta sejak kota ini masih
bernama Batavia pada masa penjajahan Belanda. Untuk
meminimalisasikan dampak banjir itu pada tahun 1918 pemerintah
kolonial membuat rancangan, yang dikenal sebagai Rencana van Breen,
pembangunan duo bush kanal yang berfungsi mengalihkan aliran air
sungai ke sisi barat dan timur kota, sehingga Batavia terhindar dari banjir.
Kanal di wilayah barat selesai dibangun pada tahun 1920, tetapi kanal di
wilayah timur belum terealisasi, bahkan berpuluh tahun kemudian setelah
Indonesia merdeka di tahun 1945. Ketika telah menjadi ibu kota Republik
Indonesia, pada puncak musim hujan Jakarta kerap dilanda banjir. Pada
tahun 1965 Presiden Soekarno membentuk Kornando Proyek Pencegahan
Banjir di DKI Jakarta yang bertanggungjawab untuk pengendalian banjir
di Ibu Kota. Kerjasama Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
(PUTL) dengan Netherlands Engineering Consultants (Nedeco), konsultan
dari Negeri Belanda, pada 1973, menghasilkan Rencana Induk
Pengendalian Banjir.
Salah satu rekomendasinya adalah merealisasikan rencana van
Breen: pembangunan kanal banjir di wilayah timur Jakarta. Ketiadaan
dana mengakibatkan pembangunan kanal - yang lazim disebut sebagai
Banjir Kanal Timur (BKT) - itu tertunda. Perkembangan kota Jakarta
beserta wilayah pendukung di sekitarnya - Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi - mengakibatkan dampak banjir makin buruk dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2002 Jakarta kembali dilanda banjir. Setahun sesudah itu
(2003) pembangunan BKT yang direncanakan 30 tahun yang lampau
13
akhirnya dicanangkan. Meski demikian, realisasi pembangunan BKT tetap
tersendat-sendat. Banjir yang terjadi pada awal tahun 2007 membuat
pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkuat
komitmen merealisasikan pembangunan BKT.
Penelitian tentang "Upaya Pengendalian Banjir di DKI Jakarta:
Realisasi dan Rencana Pembangunan Banjir Kanal Timur" adalah
penelitian tentang permasalahan yang rumit yang terkait dengan sejarah,
kebijakan dan manajemen yang memerlukan pendekatan kualitatif dengan
grounded theory. Penelitian bertujuan mengungkapkan apa daya upaya
pengendalian banjir di DKI Jakarta yang telah dilaksanakan, dan apa
kendala yang dihadapi ketika pembangunan BKT mulai dilaksanakan.
Penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah
narasumber dan perighimpunan data lewat dokumen pemerintah. Seluruh
informasi yang diperoleh dikelompokkan, dilakukan pengkodean, dan
dianalisis. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa upaya pengendalian
banjir di DKI Jakarta tidak disertai oleh komitmen yang kuat, baik dari
pemerintah pusat maupun dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Ketidakjelasan realisasi pembangunan BKT, mengakibatkan
daerah yang pada tahun 1973 sudah direncanakan akan digunakan sebagai
trace BKT berkembang menjadi permukiman penduduk yang pada
gilirannya menimbulkan kesulitan penyediaan tanah untuk trace kanal
tersebut. Hasil penelitian ini memberi kejelasan tentang upaya
pengendalian banjir di DKI Jakarta yang pernah dan sedang dilakukan.
Implikasi dari penelitian ini adalah perbaikan pada kinerja pemerintah kota
terutarna yang menyangkut tata ruang kota yang terkait dengan kondisi
geografis DKI Jakarta.
b. Lingkungan yang tidak terawat dan masalah kesehatan
Traktor-traktor seperti berebut menggali kanal di daerah Buaran,
Jakarta Timur. Lubang-lubang yang digali tampak lebar dan dan dalam,
seperti danau. Lubang itu adalah galian untuk pembangunan Banjir Kanal
14
Timur, sebuah proyek besar Pemerintah Kota Jakarta untuk mengatasi
yangt masalah banjir.
Namun proyek yang dirancang sejak tahun 2003 ini direncanakan
baru akan selesai dalam tujuh tahun. Lubang-lubang besar selebar hampir
100 meter itu tampak menganga, seperti danau tanpa air. Tanah merah
bekas pengerukan proyek Banjir Kanal Timur di daerah Jakarta Timur itu
tampak masih menunggu untuk dilanjutkan. Akibat terbengkalainya
lubang itu, tanah-tanah yang dikeruk untuk pembuatan kanal berubah
menjadi pasir dan debu.
Hingga sekarang, daerah pembangunan BKT yang berada di
daerah buaran sangat gersang dan sangat berdebu. Potensi besar terjadinya
pencemaran lingkungan, salah satunya pencemaran tanah. Tanah-tanah
disekitar areal pembangunan BKT sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk
ditanam pohon-pohon, yang tersisa hanyalah tanah berpasir yang gersang.
Masalah lain adalah pencemaran udara akibat debu-debu yang bertebaran
di udara, itu juga dapat mengganggu kesehatan bagi pengguna jalan yang
melewati daerah sana dan juga warga sekitarnya.
c. Kerugian Finansial Pemerintah
Berdasarkan sumber yang kami dapat , pembangunan BKT ini juga
dibiayai oleh Jepang melalui skema pendanaan Japan Bank for
International Cooperation (JBIC). Dalam kasus ini Jepang berperan
sebagai pemberi utang. Jadi dapat dapat kita tarik kesimpulan bahwa dari
awal pemerintah sudah menggunakan utang untuk membiayai proyek ini.
Hal ini menjadi semakin parah karena pemerintah menggunakan
calo (makelar tanah) untuk membebaskan lahan yang akan digunakan
untuk pembangunan kanal, sehingga pemilik tanah yang asli belum
menerima pembayarannya.
Di samping itu, kami kutip dari detikNews.com, Kepala Balai
Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Pitoyo Soebandrio mengatakan
bahwa anggaran untuk pembangunan BKT hanya sampai 2009. Jika
hingga akhir 2009 pengerjaan BKT belum rampung juga, itu berarti
15
pihaknya harus mencari dana lagi untuk menyelesaikan BKT. Ia yakin,
jika pembebasan lahan rampung pada pertengahan 2009, pengerjaan BKT
akan tuntas. Namun kalau pembebasan lahan lewat dari itu, ia pesimis
BKT bisa rampung tahun ini.
Beberapa dampak di atas jelas merugikan pemerintah secara
finansial, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Akibat
penggunaan calo, pemerintah diharuskan membayar ganti rugi atas
pembebasan lahan ini kepada pemilik tanah yang asli.. Di samping itu,
setelah proyek selesai, pemerintah juga diwajibkan membayar utang
kepada JBIC yang telah membantu membiayai proyek BKT. Hal ini hanya
salah satu bentuk penghamburan APBN dan APBD.
d. Dampak Sosial
Tidak sedikit aksi protes yang dilakukan warga terhadap
pembangunan BKT ini, mulai dari sekedar protes hingga protes yang
disertai tindakan anarkis. Pemerintah dianggap lambat dalam
menyelesaikan pembebasan lahan yang akan dilalui oleh BKT menjadi
masalah.
Secara umum, tertundanya pembangunan BKT ini menyebabkan
timbulnya sikap kurang percaya masyarakat pada pemerintah yang tengah
berkuasa. Hal ini berbahaya karena akan menghambat jalannya
pemerintahan. Di samping itu, bila dibiarkan berkepanjangan hanya akan
memicu terjadinya aksi-aksi protes lain yang mungkin bisa disertai
tindakan anarkis masyarakat.
Secara khusus, aksi protes yang disertai tindakan anarkis juga
dapat menghambat proses pembangunan proyek ini. Tindakan anarkis
tersebut seringkali mengakibatkan kerusakan infrastruktur dari kanal itu
sendiri atau melukai sebagian orang yang terlibat dalam aksi tersebut.
16
III.3 Solusi masalah BKT
Penundaan pembangunan BKT ini tidak bisa dibiarkan berlarut-
larut karena hanya memicu terjadinya masalah-masalah lain. Maka
diperlukan solusi untuk mengatasi masalah yang sudah ada, antara lain :
A. Membayar lahan yang belum dibebaskan secepat mungkin
Masalah pembebasan tanah ini sebenarnya tertuju pada uang ganti
rugi yang belum diterima para pemilik tanah yang asli. Adapun masalah
pembayaran utang merupakan prioritas kedua setelah proyek ini selesai.
Solusi kami, pemerintah sebaiknya mengurus pembebasan lahan ini
secepat mungkin. Pemerintah juga sebaiknya tidak lagi menggunakan calo
dalam menangani pembebasan tanah ini dan dalam proyek-proyek lain ke
depan. Pemerintah juga harus mencari donatur untuk membiayai proyek
ini.
B. Sistem kerja dan pembukuan yang baik sebagai upaya pencegahan korupsi
Disisi lain, tertundanya proyek ini dijadikan lahan untuk korupsi
oleh sebagian oknum yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu,
suatu sistem kerja yang jelas serta pemantauan kerja yang baik sangat di
perlukan sehingga pelaksanaan pembangunan dapat terkontrol dengan
baik. Di samping itu, suatu pembukuan yang baik juga di perlukan
sehingga lalu lintas uang dalam proyek ini dapat tercatat dengan jelas,
baik yang keluar maupun yang masuk. Dengan demikian tidak ada celah
untuk melakukan korupsi dan pemerintah pun tidak perlu merugi lagi.
C. Kerja sama banyak pihak untuk mempercepat selesainya proyek BKT
Fakta lain yang muncul dalam masalah BKT ini adalah bahwa
proyek ini terihat seperti proyek eksklusif Pemprov DKI Jakarta. Fakta ini
dapat terlihat dari sumber pendanaan pembangunan dan juga orang-orang
dibalik pembangunan proyek ini. Seharusnya pemerintah pusat juga ikut
bertanggung jawab penuh dalam pembangunan proyek ini karena proyek
ini dilaksanakan di ibukota negara. Jadi sudah sewajarnya pemerintah
pusat melakukan itu.
17
Demikian beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pihak yang
berwenang sehingga pembangunan kanal yang tertunda ini dapat segera
dilanjutkan. Di samping itu, masyarakat juga diharapkan dapat mendukung
usaha yang telah maupun yang akan dilakukan oleh pemerintah sehingga
pembangunan proyek BKT ini dapat berjalan dengan lancar.
18
BAB IV
Penutup
IV.1 KESIMPULAN
Dari awal pemerintah sudah melakukan beberapa kesalahan dalam proyek
ini, mulai dari menggunakan utang untuk membiayai proyek dan menggunakan
calo untuk pembebasan lahan yang berujung pada tertundanya proyek BKT ini.
Selain itu pemerintah juga lamban dalam menangani masalah ini.
Masyarakat sebenarnya telah menyadari betapa pentingnya peranan BKT
ini terutama menyangkut keselamatan dan kenyamanan mereka ketika musim
penghujan datang, terlebih daerah timur tersebut. Dalam hal ini upaya pemerintah
sudah mulai tampak, tetapi masih terdapat kendala dalam menyelesaikan
pembangunan kanal tersebut sehingga seharusnya masyarakat mendukung
pemerintah bukan hanya memprotes maupun bertindak anarkis.
Dalam masalah ini masih ada sebagian oknum yang mencoba
memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari tertundanya
proyek ini. Hal ini sebenarnya menjadi faktor penghambat proses pembangunan
tersebut, diluar kurangnya kebijaksanaan pemerintah dalam merealisasikan
percepatan pembangunan.
Selain itu, perlu adanya perubahan pola hidup masyarakat yang selama ini
kurang memperhatikan lingkungan. Ituakan menjadi faktor utama dalam
mengatasi banjir yang sering melanda Jakarta.
19
IV.2 SARAN
Pemerintah perlu menangani berbagai masalah yang ada dengan serius
agar proyek BKT ini dapat selesai tepat pada waktu sesuai rencana. Dalam hal
ini pemerintah -sebagai pihak yang paling berwenang dalam mengurus
permasalahan ini- dapat lebih tanggap dalam menyikapi masalah yang telah ada
maupun yang akan mengahadang nantinya .
Dalam kasus ini seharusnya masyarakat dapat bekerja sama dengan
pemerintah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang menghambat proses
pembangunan kanal tersebut. Pemerintah juga harus bersikap tegas dalam
menangani warga yang mencoba mengeruk keuntungan dari proses ganti rugi
lahan di daerah tersebut atau dari tertundanya proyek ini.
Pemerintah perlu mencanangkan program yang tepat serta
melaksanakannya dan rakyat harus mendukung serta berpartisipasi sesuai
kemampuan. Ini merupakan bentuk kerja sama yang harus terjadi agar
pembangunan kanal ini dapat dilanjutkan secepat mungkin dan selesai sesuai
rencana.
20
DAFTAR PUSTAKA
BanjirKanalTimurProyekBanjirKanalTimur_lintasjakarta.com
Detiknews.com/banjir-kanal-timur-rampung-2009.htm
Detiknews.com/banjir-kanal-timur-akan-dikebut.htm
http://id.wikipedia.org
http://www.wikimu.com/Opinion/Display.aspx?id=11
http://melampauipemilu.com/bkt-proyek-salah-kelola/
21
top related