skripsi kesiapan keberhasilan penerapan sistem...
Post on 13-Mar-2019
249 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
KESIAPAN KEBERHASILAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI ACCURATE BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNANYA
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
LATIFA ZAHRA
1113093000018
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
ii
SKRIPSI
KESIAPAN KEBERHASILAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI ACCURATE BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNANYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
LATIFA ZAHRA
1113093000018
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
iv
v
vi
ABSTRAK
Latifa Zahra 1113093000018. Kesiapan Keberhasilan Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Accurate Berdasarkan Persepsi Penggunanya dibawah
bimbingan Aang Subiyakto, dan Nur Aeni Hidayah.
Kesiapan pengguna sistem atau user merupakan salah satu pengaruh dari
keberhasilan penerapan Sistem Informasi (SI). Beberapa perusahaan telah
menerapkan Accurate sebagai salah satu Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang
membantu dalam pembukuan perusahaan. Namun, kurangnya kesiapan pengguna
dalam memanfaatkan sistem mengakibatkan kinerja operasional perusahaan tidak
berjalan maksimal. Selain itu, belum pernah dilakukan pengujian terkait
keberhasilan penerapan SI dari sisi kesiapan pengguna. Sehingga perlu dilakukan
penelitian terkait kesiapan pengguna terhadap keberhasilan SIA Accurate.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model kesiapan dan
keberhasilan SI dengan teknik analisis PLS-SEM dengan SmartPLS 3.0. Hasilnya,
terdapat 23 hipotesis yang diuji 14 hipotesis yang diterima atau berpengaruh dan 9
hipotesis ditolak. Sehingga faktor-faktor pengaruh kesiapan pengguna terhadap
keberhasilan penerapan SI yaitu optimism melalui information quality, system
quality, dan service quality. Innovativeness melalui system quality dan service
quality. Discomfort berpengaruh secara negatif melalui system quality dan
information quality. Insecurity berpengaruh secara negatif melalui information
quality, system quality, dan service quality. Information quality melalui success
information system. Service quality melalui user satisfaction dan success
information system. User satisfaction melalui success information system. Dengan
demikian, hasil ini dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini yaitu dengan diketahui
sejauh mana kesiapan pengguna terhadap keberhasilan penerapan SIA Accurate dan
juga faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan penerapan SIA
Accurate.
Kata kunci : Sistem Informasi Akuntansi, Accurate, Technology Readiness Index,
Model Keberhasilan Sistem Informasi, PLS-SEM.
BAB I-V + 109 Halaman + xv + 18 Gambar + 18 Tabel + 47 Daftar Pustaka +
Lampiran
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan
hidayah-Nya yang sungguh melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Kesiapan Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi
Akuntansi Accurate Berdasarkan Persepsi Penggunanya dengan baik. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya hinga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk dapat
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, S.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Meinarini Catur Utami, MT selaku
Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Bapak Aang Subiyakto, M.Kom sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, dan arahan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak untuk seluruh waktu, tenaga,
kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa memberikan
dukungan moril serta membagikan banyak pengetahuan agar penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
viii
4. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu
ada setiap saat, tidak pernah lelah menyemangati penulis, mengingatkan
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
kesabarannya dalam membimbing penulis, selalu memberi masukkan yang
positif, arahan yang jelas sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah membagikan
ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak Arifin Adam dan Ibu Sri Mulyati. Terima
kasih untuk mama dan papa yang telah membesarkan dan mendidik penulis
dari lahir hingga saat ini, terima kasih untuk seluruh cinta dan kasih yang
mama dan papa berikan untukku. Terima kasih untuk doa-doa yang selalu
mengiri langkahku disegala cuaca, saat senang maupun sedih.
7. Adikku tersayang, Laristi, Lahun, Laiyla. Terima kasih telah mengisi hari-
hari penulis sehingga penulis tidak pernah merasa kesepian, semoga kalian
akan selalu menjadi saudara dan sahabat terbaik yang mengiri langkah
penulis kedepannya.
8. Sahabatku Dwi Rizki Sabarkhah. Terima kasih karena telah menerima
penulis apa adanya, selalu ada setiap saat dan memberikan pengaruh yang
positif, tidak pernah bosan mendengar keluh kesah penulis. Terima kasih
juga untuk teman-teman Nia, Amel, Fira, Ana serta grup NASGOR GX
PEDES yang selalu menghibur penulis dengan canda dan tawanya.
ix
x
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah....................................................... 7
1.5 Tujuan dan Sasaran Penelitian .................................................................. 7
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.7 Metodologi Penelitian ............................................................................... 9
1.8 Model Penelitian ....................................................................................... 9
1.9 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 10
1.10 Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 2
2.1 Definisi Kesiapan ...................................................................................... 2
2.2 Definisi Keberhasilan................................................................................ 2
2.3 Definisi Pengguna Sistem ......................................................................... 3
2.4 Definisi Sistem Informasi ......................................................................... 5
2.5 Definisi Sistem Informasi Akuntansi ........................................................ 5
2.6 Sistem Informasi Akuntansi Accurate ....................................................... 7
2.6.1 SIA Accurate versi 5 .......................................................................... 8
2.6.2 Modul SIA Accurate versi 5 .............................................................. 9
2.6.3 Kelebihan SIA Accurate versi 5 dengan versi sebelumnya ............. 11
2.6.4 Kekurangan SIA Accurate versi 5.................................................... 12
xi
2.7 Konsep Dasar Kesiapan Teknologi (Technology Readiness) ................. 13
2.8 Konsep Dasar Keberhasilan Sistem Informasi (Success SI) ................... 14
2.9 Populasi Dan Sampel .............................................................................. 18
2.9.1 Teknik Sampling .............................................................................. 19
2.9.2 Teknik Menentukan Ukuran Sampel ............................................... 21
2.10 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 22
2.11 Skala Likert ............................................................................................. 23
2.12 PLS-SEM ................................................................................................ 24
2.11 Model yang Diadopsi .............................................................................. 28
2.11.1 Model IPO Logic .............................................................................. 32
2.11.2 Model Kesiapan Teknologi (Technology Readiness) ...................... 33
2.11.3 Model Keberhasilan Sistem Informasi (Success Information) ........ 37
2.12 Penelitian Sejenis .................................................................................... 43
2.13 Pengembangan Hipotesis ........................................................................ 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 49
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 49
3.2 Prosedur Penelitian ................................................................................. 50
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 51
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 52
3.5 Pengumpulan dan Pemrosesan Data ....................................................... 54
3.6 Analisis dan Interpretasi Data ................................................................. 54
BAB IV HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI ......................................... 56
4.1 Hasil Analisis .......................................................................................... 56
4.1.1 Hasil Analisis Demografis ............................................................... 56
4.1.2 Hasil Analisis Pengukuran Model .................................................... 61
4.1.3 Hasil Struktur Model ........................................................................ 70
4.2 Interpretasi Hasil dan Pembahasan ......................................................... 78
4.2.1 Interpretasi Hasil dan Pembahasan Analisis Data Demografis ........ 78
4.2.2 Interpretasi Hasil dan Pembahasan Hasil Pengukuran Model ......... 80
4.2.3 Interpretasi Hasil dan Pembahasan Hasil Struktural Model ............ 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 96
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 96
xii
5.2 Saran ....................................................................................................... 98
Daftar Pustaka .................................................................................................... 100
LAMPIRAN ...................................................................................................... 114
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Model Penelitian ............................................................................... 10
Gambar 2. 1 Model Pengukuran Keberhasilan Proyek SI .................................... 17
Gambar 2. 2 Revisi Model .................................................................................... 18
Gambar 2. 3 IPO LOGIC ...................................................................................... 32
Gambar 2. 4 Model TRI 2.0 .................................................................................. 33
Gambar 2. 5 Model Keberhasilan SI ..................................................................... 37
Gambar 2. 6 Model Keberhasilan SI ..................................................................... 42
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian ............................................................................ 50
Gambar 4. 1 Diagram Jenis Kelamin Responden .................................................. 56
Gambar 4. 2 Diagram Pendidikan Terakhir Responden ....................................... 57
Gambar 4. 3 Diagram Pengetahuan Keberadaan Sistem ...................................... 58
Gambar 4. 4 Diagram Pengalaman Penggunaan Sistem ....................................... 58
Gambar 4. 5 Diagram Skala Intensitas Penggunaan Sistem ................................. 59
Gambar 4. 6 Status/Posisi Pekerjaan ..................................................................... 60
Gambar 4. 7 Diagram Kemampuan Penggunaan Komputer ................................. 60
Gambar 4. 8 Hasil Awal Analisis Outer Model ................................................... 68
Gambar 4. 9 Hasil Akhir Analisis Outer Model Setelah Penghapusan Indikator 69
Gambar 4. 10 Hasil Uji T-test ............................................................................... 72
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perbedaan Varian Accurate 5 .................................................................. 9
Tabel 2. 2 Variabel TRI dan Keberhasilan SI ........................................................ 29
Tabel 2. 3 Indikator TRI dan Keberhasilan SI ....................................................... 29
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ................................................................................... 51
Tabel 3. 2 Indikator dan Butir Pertanyaan Penelitian ............................................ 52
Tabel 4. 1 Hasil Awal Uji Loading Factor ............................................................ 62
Tabel 4. 2 Hasil Uji Loading Factor Setelah Penghapusan Indikator ................... 63
Tabel 4. 3 Hasil Uji Composite Reliability ............................................................ 64
Tabel 4. 4 Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE) ...................................... 65
Tabel 4. 5 Hasil Uji Discriminant Validity (Cross Loading) ................................. 66
Tabel 4. 6 Hasil Uji Discriminant Validity (Cross Loading Fornell-Lackers) ..... 67
Tabel 4. 7 Hasil Uji Path Coefficient ..................................................................... 70
Tabel 4. 8 Hasil Uji Coefficient of Determination (R-Square) .............................. 72
Tabel 4. 9 Hasil Uji T-test ...................................................................................... 73
Tabel 4. 10 Hasil Uji Effect Size ............................................................................ 74
Tabel 4. 11 Hasil Uji Predictive Relevance ........................................................... 75
Tabel 4. 12 Hasil Uji Relative Impact .................................................................... 76
Tabel 4. 13 Hasil Analisis Struktural Model .......................................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya SI telah
sering sekali kita gunakan dalam kegiatan sehari-hari. Sutabri (2012) menyatakan
bahwa SI tidak lagi dipandang hanya sebagai pelengkap, tetapi sudah menjadi
pendukung utama dalam proses bisnis yang ada pada suatu organisasi. Oleh karena
itu, Peranan TIK dapat berkontribusi pada perubahan cara manusia dalam bekerja
dan berinteraksi di bidangnya (Patel, Gali, Patel, & Parmar, 2011).
Sistem informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu sistem yang mengumpulkan,
merekam, menyimpan, dan mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi para
pembuat keputusan (Romney & Steinbart, 2012). Pemanfaatan SIA dalam industri
keuangan telah meningkat di segala bidang dan telah mengubah tatanan sistem
keuangan modern. Dengan menggunakan teknologi SI terbukti dapat menekan
biaya, menciptakan proses kerja yang lebih cepat dan efisien, serta menawarkan
tingkat fleksbilitas yang tinggi (Arvidsson, Holmstrm, & Lyytinen, 2014). Salah
satu contoh SIA adalah SIA Accurate. Penggunaan SIA Accurate sesuai dengan
salah satu tujuan utama SI yaitu untuk menyajikan informasi sebagai pendukung
pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian, dan perbaikan selanjutnya.
(Puspitawati & Anggadini, 2011).
Accurate adalah merupakan salah satu program/software SIA buatan putra-
putri bangsa. Pengembang sistemnya (developer system) adalah CPSSoft (PT. Cipta
2
Piranti Sejahtera), dan CPSSoft tidak melayani penjualan mereka fokus di
pengembangan program dan administrasi. Berbagai perusahaan hampir di seluruh
indonesia telah menggunakan SIA Accurate dari tahun 1998 hingga sekarang.
Karena SIA Accurate merupakan produk lokal yang sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Perpajakan di Indonesia. SIA Accurate
ini merupakan salah satu program pembukuan perusahaan dalam bentuk paket
modul lengkap siap pakai yang terdiri dari General Ledger, Cash/Bank, Inventory,
Purchase, Sales, Fixed Asset, dan tersedia untuk varian project dan manufaktur
yang bisa diaplikasikan di berbagai jenis dan skala usaha kecil menengah bagi
perusahaan baik yang bergerak di bidang trading, distribusi, service, atau
manufaktur dan lain sebagainya. SIA Accurate ini menyediakan layanan dengan
menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga penggunaan sistem ini akan mudah
dipahami oleh masyarakat Indonesia.
Menurut Parasuraman dalam Lazuardi (2017) menyatakan bahwa setiap
orang bisa menjadi pengguna teknologi informasi (TI) atau SI, namun cara
mengimplementasikannya tergantung pada derajat kesiapan seseorang dalam
menerima teknologi atau sistem tersebut. Dan langkah pertama yang harus
dilakukan dalam implementasi teknologi adalah mengetahui kesiapan pengguna
dalam menerima teknologi tersebut (Parasuraman & Colby, 2015). Adanya
pengidentifikasian akan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pengguna
dalam pengadopsian teknologi penting agar tujuan dari adopsi teknologi dapat
tercapai dan lebih bermanfaat (Noprianto et al., 2017).
3
Hasil observasi peneliti dalam penerapan SIA Accurate menemukan beberapa
masalah dari sisi pengguna dan juga kelemahan dari SIA Accurate itu sendiri.
Seperti mesin pencarian SIA Accurate tidak dapat mendeteksi keyword secara
keseluruhan kalimat hanya dapat mendeteksi kata pertama dalam kalimat. Contoh
lainnya adalah output atau laporan yang dihasilkan terkadang tidak sesuai dengan
filter yang telah diatur oleh pengguna. Oleh karena itu, para pengguna yang
menggunakan SIA Accurate masih mengalami kesulitan dalam mempelajari
hal/kasus baru lainnya. Beberapa pengguna yang malas belajar tidak dapat
memanfaatkan sistem secara baik, sehingga mengakibatkan pengguna menunda
pekerjaannya dengan menggunakan sistem atau cara lama kemudian meminta
bantuan pengguna/user lainnya yang lebih mengerti untuk memindahkannya ke
SIA Accurate. Melihat kasus diatas, tingkat kesiapan pengguna dalam
menggunakan SIA Accurate ini mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam
menerapkan teknologi atau sistem baru.
Selain itu, belum pernah dilakukan pengujian keberhasilan penerapan SIA
Accurate dari persepsi kesiapan pengguna sehingga studi penelitian ini akan
menguji tingkat keberhasilan penerapan SIA Accurate yang dinilai dari sikap
kesiapan pengguna dan keberhasilan sistem. Penelitian ini menggunakan
pengembangan model kesiapan dan keberhasilan SI oleh Subiyakto (2017). Model
ini sesuai dengan kasus yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti memilih model
ini agar mengetahui apa saja faktor-faktor yang mepengaruhi keberhasilan
penerapan sistem dari sisi pengguna maupun sistem itu sendiri. Diketahuinya
faktor-faktor yang berpengaruh akan menjadi harapan dari penelitian ini untuk
4
memberikan masukan atau rekomendasi bagi para pengguna SIA Accurate dalam
memanfaatkan SIA Accurate.
Menurut peneliti, model yang diajukan ini memiliki sembilan variabel,
dimana lima variabel diantaranya merupakan faktor dari pengguna dan empat
variabel lainnya merupakan faktor dari sistem itu sendiri. Kelima faktor dari
pengguna tersebut adalah Optimism, Innovativeness, Discomfort, Insecurity, dan
User Satisfaction. Sedangkan, keempat faktor dari sistem adalah Indormation
Quality, System Quality, Service Quality, dan Success Information System.
Variabel di atas menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi pengguna
terhadap penggunaan sistem, seperti apakah pengguna memiliki rasa optimis
(Optimism) atau keyakinan terhadap sistem yang akan memberikan output sesuai
ekspektasinya, apakah pengguna memiliki kecenderungan dalam ingin mencoba hal
baru (Innovativeness) terhadap sistem, apakah pengguna merasa terbebani
(Discomfort) karena kurang menguasai sistem, apakah pengguna memiliki rasa
tidak aman (Insecurity) dan keraguan terhadap integritas sistem, dan apakah
pengguna merasa puas (User Satisfaction) terhadap keseluruhan penerapan sistem.
Selain itu variabel diatas juga dapat memaparkan faktor yang mempengaruhi sistem
terhadapkeberhasilan penerapannya, seperti apakah kualitas output (Information
Quality) yang dihasilkan oleh sistem sudah sesuai dengan harapan pengguna,
apakah kualitas sistem (System Quality) secara keseluruhan mudah digunakan,
apakah peningkatan kualitas layanan (Service Quality) telah diberikan sesuai
5
kebutuhan pengguna, dan apakah penerapan sistem telah berhasil (Success
Information System) dimanfaatkan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna.
Upaya mengetahui tingkat kesiapan pengguna dan keberhasilan pemerapan
SI perlu adanya pengukuran sejauh mana kesiapan pengguna terhadap keberhasilan
penerapan SIA Accurate. Karena kecenderungan sikap seseorang dalam
menggunakan SI akan mencerminkan kesiapan pengguna dalam pemanfaataan
sistem dan tingkat keberhasilan penerapan sistem. Penggunaan model ini sesuai
dengan peneliti sebelumnya (Subiyakto, 2017) yang menggabungkan model
kesiapan teknologi Technology Readiness Index (TRI) Parasuraman dan Colby
(2015) serta model keberhasilan SI Delone dan McLean (2003) yang telah
dimodifikasi oleh Subiyakto (2015) sebagai salah satu model alternatif pengukuran
keberhasilan proyek SI.
Berdasarkan pembahasan diatas, penelitian ini bermaksut untuk mencari tahu
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan pengguna dalam keberhasilan
menggunakan SIA Accurate. Pengukuran kesiapan merupakan hal penting untuk
dilakukan karena salah satu tantangan terberat dalam penerapan sistem maupun
teknologi informasi baru adalah kesiapan dari penggunanya (Jogiyanto, 2007;
Pambudi, 2015). Ketidaksiapan dapat menimbulkan dampak kegagalan dalam
penerapan teknologi informasi itu sendiri (Florestiyanto, 2012; Subiyakto, 2017).
Harapan dari penelitian ini dapat memaparkan faktor-faktor penting yang
mempengaruhi tingkat kesiapan dan keberhasilan penerapan SIA Accurate,
sehingga akan menjadi rekomendasi/masukan bagi para pengguna dalam
memanfaatkan SI dan teknologi informasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
6
melakukan penelitian dengan judul Kesiapan Keberhasilan Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Accurate Berdasarkan Persepsi Penggunanya.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah berdasarkan latar belakkang yang telah dijelaskan di
atas adalah sebagai berikut:
1. Ditemukan kelemahan dari SIA Accurate seperti output dari mesin
pencarian dan laporan yang dihasilkan oleh SIA Accurate tidak sesuai
dengan harapan pengguna sehingga menyebabkan kesulitan dalam
pemanfaatan sistem.
2. Ditemukan masalah dari beberapa pengguna SIA Accurate yang malas
belajar tidak dapat menggunakan sistem secara maksimal karena masih
menunda dan memberikan pekerjaannya kepada pihak lain apabila
mengalami kesulitan baru.
3. Belum pernah dilakukan pengujian terkait dengan keberhasilan penerapan
SIA Accurate berdasarkan persepsi kesiapan penggunanya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan indentifikasi di atas, Kecenderungan sikap seseorang dalam
menggunakan SI akan mencerminkan kesiapan pengguna sedangkan ketidaksiapan
dapat menimbulkan dampak kegagalan dalam penerapan TI itu sendiri
(Florestiyanto, 2012; Subiyakto, 2017). Dari beberapa hasil pengamatan peneliti,
sedikitnya penelitian yang menguji keberhasilan penerapan SIA Accurate
7
berdasarkan persepsi kesiapan pengguna. Harapan dari penelitian ini dapat
memaparkan faktor-faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesiapan dan
keberhasilan penerapan SIA Accurate, sehingga akan menjadi
rekomendasi/masukan bagi para pengguna dalam memanfaatkan SI dan TI.
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Berikut beberapa batasan dalam penelitian ini :
1) Peneliti mengambil sampel dengan teknik pengambilan sampel pusposive
sampling sejumlah 125 responden yaitu pengguna SIA Accurate versi 5 di
beberapa perusahaan Jakarta yang telah menggunakan sistem ini tanpa
dibatasi lamanya waktu penggunaan.
2) Proses yang dilakukan pada penelitian ini adalah menguji pengaruh kesiapan
pengguna SIA Accurate terhadap keberhasilan penerapan SIA Accurate.
3) Secara teori, penelitian ini mengadopsi 9 variabel dari penggunaan model
keberhasilan SI oleh Subiyakto (2017).
4) Teknik analisis data ini penulis menggunakan metode PLS SEM dan untuk
pengelolaan data yang didapat peneliti menggunakan software SmartPLS
versi 3.0.
1.5 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1) Menguji kesiapan pengguna terhadap keberhasilan penerapan SIA Accurate
8
2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pengguna terhadap
keberhasilan penerapan SIA Accurate.
Merujuk pada tujuan penelitian diatas, sasaran penelitian ini ialah:
1) Diketahuinya keberhasilan penerapan SIA Accurate berdasarkan persepsi
kesiapan pengguna.
2) Diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh dalam kesiapan pengguna
dalam keberhasilan penerapan SIA Accurate.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak.
Manfaat tersebut adalah:
1) Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan refrensi baru dalam
penggunaan model kesiapan dan keberhasilan dalam penerapan SIA
Accurate.
2) Secara metodologi, penelitian ini akan menambah refrensi penggunaan
pendekatan kuantitatif untuk riset pada prodi Sistem Informasi Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi pihak terkait
sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam rencana pemanfaatan dan
perkembangan sistem berikutnya.
9
1.7 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode untuk membantu
dalam melakukan analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara
kuantitatif dan model kesiapan dan keberhasilan SI oleh Subiyakto (2017).
Kuesioner yang dibuat dari pemaduan variabel dan indikator dari kedua model
tersebut. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive
sampling dimana sampel responden adalah seluruh pengguna sistem yang
khususnya pernah menggunakan SIA Accurate di perusahaannya masing-masing
dan berdomisili Jakarta. Kuesioner disebarkan secara langsung penyebaran secara
langsung bertujuan untuk mendapatkan responden yang sesuai dan pernah
menggunakan SIA Accurate secara langsung. Tahap akhir seluruh kuesioner yang
telah terisi akan ditampung di MS. Excel dan nantinya akan dianalisis. Penelitian
ini menggunakan teknik analisis data adalah PLS-SEM dengan tools SmartPLS
versi 3.0.
1.8 Model Penelitian
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model kesiapan dan keberhasilan
SI dari Subiyakto (2017) yang telah menggabungkan diantara model kesiapan TRI
2.0 (Parasuraman & Colby, 2015) dengan model Keberhasilan SI Delone dan
McLean (2003) yang telah dimodifikasi oleh Subiyakto (2015).Model penelitian
pengukuran pengaruh kesiapan terhadap keberhasilan penerapan sistem ini terdiri
dari 9 variabel yaitu Optimism (OPT), Innovativeness (INN), Discomfort (DIS),
Insecure (INS), Information Quality (INQ), System Quality (SYQ), Service Quality
10
(SVQ), User Satisfaction (USF), Success Information System (SIS). Untuk
pengadopsian, penggabungan, dan pengkombinasian kedua model tersebut peneliti
sebelumnya (Subiyakto, 2017) menggunakan asumsi mengenai model logika input-
process-output oleh (Davis & Yen, 1998). Berikut model yang diajukan pada
penelitian ini
Gambar 1. 1 Model Penelitian
1.9 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan tujuan dan sasaran pada penelitian ini, maka pertanyaan penelitian
dalam hal ini:
11
1. Apakah kesiapan pengguna berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan
SIA Accurate?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesiapan pengguna dalam keberhasilan
penerapan SIA Accurate dari persepsi kesiapan pengguna?
2.1 Apakah OPT berpengaruh secara signifikan terhadap INQ, SYQ,
SVQ, dan USF?
2.2 Apakah INN berpengaruh secara signifikan terhadap INQ, SYQ,
SVQ, dan USF?
2.3 Apakah DIS berpengaruh negatif secara signifikan terhadap INQ,
SYQ, SVQ, dan USF?
2.4 Apakah INS berpengaruh negatif secara signifikan terhadap INQ,
SYQ, SVQ, dan USF?
2.5 Apakah INQ berpengaruh secara signifikan terhadap USF dam SIS?
2.6 Apakah SYQ berpengaruh secara signifikan terhadap USF dan SIS?
2.7 Apakah SVQ berpengaruh secara signifikan terhadap USF dan SIS?
2.8 Apakah USF berpengaruh secara signifikan terhadap SIS?
1.10 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan penelitian, pembahasan terbagi dalam lima bab yang
secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :
12
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup dan batasan,
tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, metodologi penelitian, model penelitian,
pertanyaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai dasar-dasar teori yang mendukung tentang
pengukuran pengaruh kesiapan dan keberhasilan pengguna terkait penerapan SIA
Accurate.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan analisis data dan hasilnya serta interpretasi hasil penelitian
dengan merujuk kepada basis teori sebelumnya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan masalah serta
beberapa saran untuk pengembangan keberhasilan penerapan SIA Accurate.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Kesiapan
Kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses
perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan
emosional (Hamalik, 2008). Kesiapan adalah kondisi seseorang secara keseluruhan
yang dapat membuatnya siap untuk dapat memberikan respon atau jawaban dalam
suatu cara tertentu terhadap suatu situasi yang dihadapinya. Maka seseorang akan
menyesuaikan kondisi tersebut dan akan berpengaruh atau memiliki kecenderungan
untuk memberi respon (Slameto, 2010).
Definisi Kepuasan menurut Kotler dalam Abdurrahman dan Prasetyo
(2016) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
dengan harapannya. Kepuasan dapat dilihat dari kesesuaian harapan dengan apa
yang didapat dari suatu pelayanan (Tjiptono dalam Abdurrahman dan Prasetyo,
2016). Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin satis (artinya
cukup baik, memadai) dan facio (artinya melakukan atau membuat), sehingga
secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu (Tjitptono
dalam Hartono dan Wahyono, 2015).
2.2 Definisi Keberhasilan
Dalam buku Djamarah dan Zain (2010), W.J.S Poerwadarminto berpendapat,
bahwa keberhasilan adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
3
sebagainya). Sedangkan menurut Masud Khasan Abdul Qohar, keberhasilan
adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan
hati yanng diperoleh dengan jalan keuletan kerja
Keberhasilan dari sistem informasi ditentukan bagaimana sistem itu dapat
dijalankan oleh pengguna dengan efektif, dan pengguna merasa puas menggunakan
sistem tersebut dan juga bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari
sistem yang digunakannya. Doll dan Torkzadeh dalam Istianingsih dan Wiwik
Utami (2009) menyatakan bahwa kepuasan pengguna sistem informasi dapat
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu sistem informasi. Kepuasan
pengguna akhir ini kemudian menjadi bagian dalam pengembangan model
keberhasilan sistem informasi selanjutnya.
2.3 Definisi Pengguna Sistem
Dalam bukunya Rusdiana dan Irfan (2014), Pelaku sistem terdiri atas tujuh
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Pemakai
Pada umumnya ada tiga jenis pemakai, yaitu operasional, pengawas,
dan eksekutif.
2) Manajemen
Ada tiga jenis manajemen, yaitu manajemen pemakai yang bertugas
menangani pemakaian ketika sistem baru diterapkan, manajemen sistem
yang diterapkan dalam pengembangan sistem, manajemen umum yang
terlibat dalam strategi perencanaan sistem dan sistem pendukung
pengambilan keputusan.
4
3) Pemeriksa
Pemeriksa menentukan segala sesuatunya berdasarkan ukuran
ukuran standar yang dikembangkan di banyak perusahaan sejenis.
4) Penganalisis sistem
Fungsi dari penganalisis sistem antara lain sebagai berikut:
a) Arkeolog, yaitu menelusuri cara sistem lama berjalan, sistem
tersebut dijalankan, dan segala hal menyangkut sistem lama;
b) Inovator, yaitu membantu mengembangkan dan membuka
wawasan pemakai bagi kemungkinan lain;
c) Mediator, yaitu menjalankan fungsi komunikasi dari semua level,
antara lain pemakai, manajer, programmer, pemeriksa, dan pelaku sistem
lain yang mungkin belum memiliki sikap dan cara pandangan yang sama;
dan
d) Pimpinan, yaitu penganalisis sistem harus personal yang
berpengalaman dari programmer atau desainer.
5) Pendesain Sistem
Pendesain sistem menerima hasil penganalisis sistem berupa
kebutuhan pemakai yang tidak berorientasi pada teknologi tertentu,
kemudian ditransformasikan ke desaian arsitektur tingkat tinggi dan dapat
diformulasikan oleh programmer.
6) Programmer
Setelah penganalisis sistem memberikan hasil kerjanya dan diolah
oleh pendesain sistem, programmer dapat mulai bekerja.
5
7) Personal Pengoperasian
Pelaku ini bertugas dan bertanggung jawab di pusat komputer,
misalnya jaringan, keamanan perangkat lunak, pencetakan, back-up.
2.4 Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang membantu
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi
yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi organisasi agar dapat
menyediakan laporan yang diperlukan oleh pihak luar (Sutabri, 2012).
Menurut pandangan Hall dalam Kadir (2014), sistem informasi adalah
sebuah rangkaian prosedur formal di mana data dikelompokkan, diproses menjadi
informasi, dan didistribusikan kepada pemakai. Sama halnya seperti menurut
Sidharta dalam (Rusmana, 2015) bahwa sebuah sistem informasi adalah sistem
buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen-komponen
manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk
mengumpulkan data, memproses data, dan menghasilkan informasi untuk pemakai.
2.5 Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi sering dirancang dengan menggunakan software agar
informasi yang dihasilkan menjadi lebih akurat, efisien dan tepat waktu (Davis,
Alderman, & Robinson, 1990). Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem
yang mengumpulkan, merekam, menyimpan, dan mengolah data untuk
menghasilkan informasi bagi para pembuat keputusan (Romney & Steinbart, 2012).
Terdapat 6 komponen dalam Sistem Informasi Akuntansi, yakni:
6
1. Orang yang menggunakan sistem.
2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah
dan menyimpan data.
3. Data tentang organisasi dan kegiatan bisnisnya.
4. Software yang digunakan untuk mengolah data.
5. Infrastruktur teknologi informasi meliputi komputer, perangkat tambahan,
dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan dalam Sistem
Informasi Akuntansi.
6. Sistem pengendalian internal dan perangkat keamanan untuk menjaga data
Sistem Informasi Akuntansi.
Menurut Romney dan Steinbart (2012), sebuah sistem informasi akuntansi
yang didesain dengan baik dapat:
1. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya dari produk dan jasa.
2. Meningkatkan efisiensi.
3. Meningkatkan pembagian pengetahuan.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari suatu rantai Supply.
5. Meningkatkan struktur dari pengendalian internal.
6. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
Menurut Sutabri (2004), sistem informasi akuntansi meliputi beragam
aktivitas yang berkaitan dengan siklus pemrosesan akuntansi perusahaan. Meskipun
tidak ada dua organisasi yang identik, tetapi sebagian besar mengalami jenis
kejadian ekonomi yang serupa. Kejadian-kejadian ini menghasilkantransaksi-
7
transaksi yang dapat dikelompok menjadi empat siklus aktivitas bisnis yang umum
yaitu:
1. Siklus pendapatan.
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa
ke entitas-entitas lain dan pengumpulan pembayaran yang berkaitan
2. Siklus pengeluaran.
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan barang dan jasa dari
entitas-entitas lain dan pelunasan kewajiban-kewajiban yang berkaitan
3. Siklus produksi.
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pengubahan sumber daya menjadi
barang dan jasa.
4. Siklus keuangan.
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan dan manajemen dana
modal, termasuk kas.
2.6 Sistem Informasi Akuntansi Accurate
Salah satu contoh sistem informasi akuntansi adalah Accurate. Penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) Accurate sesuai dengan salah satu tujuan utama sistem
informasi yaitu untuk menyajikan informasi sebagai pendukung pengambilan
keputusan, perencanaan, pengendalian, dan perbaikan selanjutnya (Puspitawati &
Anggadini , 2011). SIA Accurate merupakan salah satu program akuntansi buatan
putra-putri bangsa. Pengembang sistemnya (developer system) adalah CPSSoft (PT.
Cipta Piranti Sejahtera), dan CPSSoft tidak melayani penjualan mereka fokus di
pengembangan program dan administrasi. Versi pertama SIA Accurate adalah
8
Accurate 2000 Accounting Software yang diliris sekitar tahun 2000. Sistem
Acccurate merupakan produk lokal yang sesuai dengan Pernyataan Standard
Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Perpajakan di Indonesia.
2.6.1 SIA Accurate versi 5
SIA Accurate ini merupakan salah satu program pembukuan perusahaan
dalam varian paket modul lengkap siap pakai dan tersedia untuk varian
project ataupun manufaktur yang bisa diaplikasikan di berbagai jenis dan
skala usaha kecil menengah bagi perusahaan baik yang bergerak di bidang
trading, distribusi, service, atau manufaktur dan lain sebagainya. SIA
Accurate ini menyediakan layanan dengan menggunakan Bahasa Indonesia,
sehingga penggunaan sistem ini akan mudah dipahami oleh masyarakat
Indonesia.
SIA Accurate versi 5 memiliki 3 varian paket dengan beragam
modul yang ditawarkan bagi setiap perusahaan yaitu Standard Edition,
Deluxe Edition, dan Enterprise Edition. Untuk varian Standar Edition
cocok untuk perusahaan skala kecil seperti jasa dan dagang yang hanya
cukup menghasilkan laporan keuangan standar tanpa perlu laporan
keuangan perproyek atau perdepartment. Sedangkan Deluxe Edition
merupakan perpaduan dari beberapa modul standar ditambah dengan fungsi
berupa pengisian proyek dan departemen. Kalau varian Enterprice Edition
cocok untuk perusahaan manufacturing karena sudah dilengkapi dengan
Bill Of Material, Production Order, Production Activity, Finished
Production Activity, dan bahkan dapat mengetahui selisih antara Bill Of
9
Material Budged dengan Production Activity. Berikut tabel perbedaan
daftar modul dan fitur pada setiap varian paket:
Tabel 2. 1 Perbedaan Varian Accurate 5 (sumber : www.cpssoft.com)
Modul dan Fitur Standard
Edition
Enterprise
Edition
Deluxe
Edition
Modul Pembelian
Modul Penjualan Modul Persediaan Modul Buku Besar Modul Kas Bank Modul Aktiva Tetap Modul RMA Modul Proyek Modul Manufaktur
Transaksi berulang dengan pengingat Mengakses grafik laporan dengan
tablet/smartphone
2.6.2 Modul SIA Accurate versi 5
Berikut beberapa penjelasan modul yang tersedia :
1. Modul Pembelian (Purchase Module)
Modul ini terdiri dari Formulir Permintaan Pembelian (Purchase
Requisition Form), Formulir Pesanan Pembelian (Purchase Order
Form), Formulir Penerimaan Barang (Received Item Form), Formulir
Faktur Pembelian (Purchase Invoice Form), Formulir Retur Pembelian
(Purchase Return Form) dan Formulir Pembayaran Pembelian
(Purchase Payment Form).
2. Modul Penjualan (Sales Module)
Modul ini terdiri dari Formulir Penawaran Penjualan (Sales
Quotation Form), Formulir Pesanan Penjualan (Sales Order Form),
10
Formulir Faktur Penjualan (Sales Invoice Form), Formulir Retur
Penjualan (Sales Return Form) dan Formulir Penerimaan Penjualan
(Sales Receipt Form).
3. Modul Persediaan (Inventory Module)
Modul ini terdiri dari Daftar Barang dan Jasa (List Of Item),
Formulir Penyesuain Persediaan (Inventory Adjustment Form),
Formulir Pembiayaan Pesanan (Job Costing Form), Daftar Gudang
(List Of Warehouse), Formulir Grup Barang (Item Grouping Form),
Formulir Penyesuaian Harga Jual Barang (Set Selling Price Adjustment
Form), dan Formulir Pindah Barang (Item Transfer Form)
4. Modul Buku Besar (General Ledger Module)
Modul ini terdiri dari Daftar Akun (List Of Account), Daftar Mata
Uang (List Of Currency), Informasi Perusahaan (Company Info),
Formulir Bukti Jurnal (Journal Voucher Form), Proses Akhir Bulan
(Period End Process), dan Laporan Keuangan (Financial Statemen)
5. Modul Kas Bank (Cash Bank Module)
Modul ini terdiri dari Formulir Pembayaran (Payment Form,
Formulir Penerimaan (Deposit Form), Buku Bank (Bank Book),
Formulir Rekonsiliasi Bank (Bank Reconcile Form).
6. Modul Aktiva Tetap (Fixed Asset Module)
Modul ini terdiri dari Formulir Aktiva Tetap Baru (New Fixed Asset
Form), Daftar Tipe Aktiva Tetap Pajak (List Of Fiscal Fixed Asset
11
Type), Daftar Tipe Aktiva Tetap (List Of Fixed Asset Type), Daftar
Aktiva Tetap (Fixed Asset List).
7. Modul RMA (Return Merchandise Authorization Module)
Modul ini terdiri dari Formulir RMA (RMA Form) dan Formulir
RMA Action (RMA Action Form).
8. Modul Proyek (Project Module)
Modul ini terdiri dari Daftar Bahan Baku, Daftar Biaya Proyek,
Formulir Work Price Analysis, Formulir Proyek, Formulir Material In
Used, Formulir Project Survey, Formulir Project Bill, Formulir Project
Ending
2.6.3 Kelebihan SIA Accurate versi 5 dengan versi sebelumnya
Berikut beberapa perbedaan antara SIA Accurate versi 4 dan Accurate versi
5 yaitu :
1. Adanya Fitur E-Faktur
Fitur E-Faktur dibuat untuk membantu pengguna SIA Accurate
terutama Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk menghasilkan laporan siap
pakai sekaligus sebagai pendukung kebijakan dari Direktorat Jendral
Pajak yang mewajibkan penggunaan E-Faktur bagi perusahaan PKP.
2. Database Server Firebird 2.5
Database firebird yang digunakan di dalam aplikasi Accurate versi
4 adalah Firebird versi 2.1 dan untuk Accurate versi 5 ini, dikembangkan
12
dengan menggunakan database Firebird 2.5 dengan konfigurasi Super
Classic(SC). yang sudah diakui secara umum.
3. Lisensi SIA Accurate
Di Accurate sebelumnya, lisensi Accurate berupa nomor serial di-
input langsung ke SIA Accurate di masing-masing komputer. Pengguna
memerlukan bantuan customer support CPSSoft atau tenaga penjual
untuk mendapatkan nomor serial yang dimaksud. Di Accurate 5, License
Manager yang berkomunikasi dengan License Server CPSSoft untuk
mendapatkan nomor serial lisensi kemudian dikirimkan ke komputer
Accurate Client secara otomatis.
2.6.4 Kekurangan SIA Accurate versi 5
1. Tidak bisa di Custom.
SIA Accurate adalah software paket. Kenapa tidak bisa? Karena SIA
Accurate sudah mensurvei ke perusahaan-perusahaan dari UMKM,
UKM di Indonesia, dan Perusahaan menengah ke atas. Jadi SIA Accurate
di buat sesuai dengan kebutuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia,
sesuai dengan PSAK dan perpajakan di Indonesia juga. Laporan dan
form seperti PO, Invoice dan lain-lain, masih bisa di custom.
2. Tidak mencakup Seluruh Operasional Perusahaan.
Basic dari program SIA Accurate adalah accounting software bukan
oprasional software. Contoh seperti pembayaran gaji perkaryawan belum
bisa di 5, bisa di catat secara global saja. Untuk pencatatan gaji
13
perkaryawan dan SIA Accurate pajaknya baru bisa di SIA Accurate
Online.
3. Tidak mendapatkan Training Pembelian Baru
Dulu SIA Accurate memang mempaket kan dalam pembelian baru
SIA Accurate maka mendapatkan training, namun harganya lebih mahal.
Sekarang, sudah banyak SMK dan Universitas di Indonesia yang bekerja
sama dengan SIA Accurate sehingga SDM siap pakainya sudah banyak.
Maka dari itu, SIA Accurate menekan harga software semurah mungkin,
dan jika di perusahaan Anda sudah ada karyawan yang sudah bisa
menggunakan SIA Accurate. Kenapa harus mengambil jasa training?.
Jadi training di SIA Accurate sangat flexibel, tergantung kebutuhan
perusahaan.
2.7 Konsep Dasar Kesiapan Teknologi (Technology Readiness)
Penelitian Sheu & Kim (2008) yang melibatkan 50 organisasi sebagai obyek
penelitian menyatakan bahwa tingkat kesiapan yang rendah menjadi sebab
kegagalan proyek SI, khususnya kesiapan pengguna yang paling dominan
berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi SI. Penelitian Sheu dan Kim
menunjukkan bahwa faktor kesiapan pengguna lebih kuat pengaruhnya terhadap
keberhasilan proyek SI dibandingkan dengan keterlibatan pengguna dalam proyek
SI.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa adanya proses penerapan
teknologi atau sistem pada suatu organisasi menyebabkan beberapa tantangan baru
14
bagi organisasi tersebut, seperti beberapa pengguna yang memiliki tingkat kesiapan
rendah pada sistem atau teknologi baru akan mengalami kesulitan dalam
mempelajari hal baru, bahkan beberapa pengguna baru lainnya dapat memberikan
penolakan, merasa enggan, atau tidak mampu dalam menggunakan teknologi atau
sistem baru tersebut, sehingga penerapan teknologi atau sistem baru pada organisasi
tersebut akan menjadi sia-sia bahkan gagal. Oleh karena itu, dengan adanya suatu
pengukuran dan penilaian dalam tingkat kesiapan dan kemampuan pengguna suatu
teknologi maka akan meminimalisir tingkat kesalahan, kesulitan dan resiko yang
ada (Pambudi, 2015).
2.8 Konsep Dasar Keberhasilan Sistem Informasi (Success SI)
Selama bertahun-tahun, para peneliti dan praktisi telah berusaha untuk berhasil
dalam mengelola proyek SI sehingga dapat mencapai kinerja yang maksimal.
Pengukuran keberhasilan proyek SI pun menjadi topik yang menarik di kalangan
peneliti dan praktisi tersebut sejak Standish Group mempublikasikan penemuan
mereka pada tahun 1994. Keberhasilan proyek adalah konsep utama tetapi teori
tersebut masih merupakan konsep yang ambigu. Antara para peneliti dan praktisi
pun juga masih terjadi kurang sepakat tentang model tersebut. Mereka cenderung
fokus pada satu atau sebagian dimensi. Sehingga mereka belum mendapat
gambaran yang jelas tentang pengukuran keberhasilan SI.
Subiyakto dan Ahlan (2014) mencoba menjawab permasalahan tersebut
dengan mengembangkan model alternatif pengukuran keberhasilan proyek
berdasarkan input-process-output (IPO) model. Mereka membandingkan,
15
mengadopsi, mengadaptasi, dan mengkombinasi teori sebelumnya yaitu Daviss
IPO model, teori keberhasilan proyek, model Delone dan McLean, dan kerangka
klasifikasi proyek.
Pertama, Subiyakto (2014) membandingkan dua model, yaitu model Delone
dan McLean dan Model IPO. Mereka menemukan bahwa model proses dan model
kausal Delone dan McLean tidak lengkap dalam istilah model IPO sebuah proyek.
Model ini hanya fokus pada pemanfaatan dan layanan dari produk. Dalam konteks
pengukuran keberhasilan proyek, model ini kurang menjelaskan dimensi input dari
model IPO. Dengan demikian model IPO lebih komprehensif dibandingkan model
Delone dan McLean.
Kedua, Subiyakto (2014) mengadopsi teori keberhasilan proyek,
pengukuran keberhasilan SI Delone dan McLean, dan kerangka klasifikasi proyek.
Pengadopsian teori keberhasilan proyek dilaksanakan untuk mengembangkan
aspek kausalitas model. Mereka mengadopsi semua variable model Delone dan
McLean, serta tiga dari empat variabel kerangka klasifikasi proyek (McLeod &
MacDonell, 2011) yaitu konten proyek, orang dan aksi, konteks organisasi. Hal ini
dikarenakan proses proyek akan diwakili oleh dimensi proses.
Ketiga, Subiyakto dan Ahlan (2014) menyesuaikan penempatan variable
sejalan dengan logika IPO dan definisi keberhasilan proyek. Tiga penyesuaiannya
adalah sebagai berikut.
a. Menempatkan 2 dimensi model Delone dan Mclean (system creation dan
system utilization) ke dalam dimensi proses dari model. Hal ini didukung
juga oleh beberapa peneliti bahwa proses proyek terdiri dari dua subproses
16
yaitu produksi produk dan pemanfaatannya. Penempatan dimensi dampak
sistem dari model DeLone dan McLean sebagai dimensi output dari model
sejalan dengan definisi keberhasilan proyek.
b. Mengembangkan hubungan antara variabel dimensi input terhadap
variable dimensi proses. Dalam hal ini, masing-masing varibel dimensi
input memiliki hubungan terhadap masing-masing variabel dari dimensi
proses yang sejalan dengan model proses dan kausal dari IPO model.
c. Mengembangkan hubungan antara konteks organisasi terhadap semua
variabel dalam model yang berdasarkan konsep pengaruh lingkungan
sistem.
Keempat, model dikembangkan atas kombinasi dari empat teori yang telah
disebutkan sebelumnya. Kombinasi ini dilakukan untuk menanggapi dua isu utama
di lingkup model keberhasilan proyek SI, yaitu validitas dan kelengkapan
pengukuran model. Kelengkapan model berarti model tersebut dikembangkan
untuk mencakup dimensi keseluruhan proyek dalam konteks aspek proses dan
kausal. Validitas adalah berarti bahwa model ini mewakili secara teori keberhasilan
proyek. Tiga dimensi utama yang dari model ini adalah dimensi input, proses, dan
output. Dimensi proses terdiri dari dua subdimensi yaitu pembuatan sistem (system
creation) dan pemanfaatan sistem (system utilization). Model ini (Gambar 3.4)
mengandung 9 variabel dan 36 hubungan antar variable tersebut. Konten proyek
(project content), orang dan aksi (people and action), dan konteks organisasi
(institutional contexts) adalah tiga variabel dimensi input. Kualitas informasi
(information quality), kualitas sistem (system quality), kualitas layanan (service
17
quality), penggunaan (system use), dan kepuasan pengguna (user satisfaction)
adalah lima variabel untuk dimensi proses. Manfaat bersih (net benefit) adalah
variabel untuk dimensi output.
Gambar 2. 1 Model Pengukuran Keberhasilan Proyek SI Berdasarkan Model IPO
(Subiyakto dan Ahlan, 2014)
Selanjutnya pada tahun 2015, Subiyakto, Ahlan, Kartiwi, dan Sukmana
memvalidasi model baru tersebut secara kualitatif untuk mengetahui kelayakan
model tersebut melalui Focus Group Study (FGS). Mereka melakukan 4 teknik FGS
yaitu interview, konsultasi, diskusi, dan seminar. Ada 16 partisipan (9 doktor, 3
calon doktor, dan 4 akademisi) dari 20 anggota terdaftar yang tergabung dalam
kelompok penelitian ini. Mereka memiliki kepentingan, keterampilan,
penegtahuan, dan pengalaman dalam bidang penelitian SI. Mereka juga dipilih
karena kredibilitas mereka sebagai key informants.
18
Hasil dari FGS mengungkapkan delapan tema menyeluruh berkaitan dengan
validitas model dan kelayakan pelaksanaan penelitian. Kemudian telah disimpulkan
dalam empat poin validasi yaitu kejelasan proses pemodelan, penggunaan dasar
teoritis, kewajaran metode penelitian, dan ketersediaan sumber daya penelitian.
Berdasarkan poin tersebut, Subiyakto et al. merevisi modelnya melalui
penyederhanaan jumlah hubungan antar variable dengan menghapus 6 hubungan.
Model tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. 2 Revisi Model (Subiyakto et al., 2015)
2.9 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya Guritno dan Sudaryono (2011). Dalam metode
penelitian, kata populasi amat populer dipakai untuk menyebutkan
serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian
merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa sikap hidup dan sebagainya.
19
Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2006).
Jenis populasi terbagi dua, yaitu:
1) Populasi fitnit, artinya jumlah individu ditentukan
2) Populasi infinit, artinya jumlah individu tidak terhingga atau tidak
diketahui dengan pasti.
Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sehingga pengambilan sampel harus menggunakan cara-cara tertentu yang
berdasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada (Sugiyono, 2011).
2.9.1 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Terdapat dua metode dasar
penarikan sampel yaitu (Guritno & Sudaryono, 2011):
a. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Beberapa metode penarikan sampel probabilitas
adalah sebagai berikut:
1. Simple Random Sampling
Simple random sampling dikatakan sederhana karena pengambilan
sampel dari populasinya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan status
atau tingkat pendidikan yang ada dalam suatu populasi.
2. Stratified Random Sampling
20
Stratified Random Sampling merupakan suatu prosedur penarikan
sampel berstrata, yaitu suatu subsampel acak sederhana yang ditarik dari
setiap strata atau tingkatan yang kurang lebih sama dalam beberapa
karakteristik (Siregar, 2013).
3. Cluster Sampling
Cluster Sampling merupakan suatu prosedur penarikan sampel
probabilitas yang memilih subpopulasi yang disebut cluster. Kemudian,
setiap elemen di dalam kelompok cluster tersebut dipilih sebagai anggota
sampel.
b. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling merupakan suatu prosedur penarikan
sampel yang bersifat subjektif. Dalam hal ini, probabilitas pemilihan
elemen-elemen populasi tidak dapat ditentukan. Hal ini disebabkan setiap
elemen populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Beberapa teknik pengambilan sampel nonprobabilitas sebagai
berikut (Guritno & Sudaryono, 2011).
1. Convience Sampling
Convience Sampling adalah teknik penarikan sampel berdasarkan
kemudahan. Prosedurnya adalah semata-mata langsung menghubungi
unitunit penarikan sampel yang mudah dijumpai seperti mahasiswa dalam
satu kelas, jamaah tempat ibadah, pengunjung toko dan lainnya. Seringkali
pengambilan sampel ini dilakukan untuk menguji kuesioner atau penelitian
ekspolorasi.
21
2. Quota Sampling
Quota Sampling adalah penarikan sampel berdasarkan kuota.
Prinsipnya adalah karakteristik tertentu yang relevan menjelaskan dimensi
populasi. Peneliti harus mengetahui distribusi populasi.
3. Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah penarikan sampel berdasarkan
pertimbangan atau kriteria tertentu.
4. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah metode penarikan sampel dengan
responden yang berhasil diperoleh diminta untuk menunjukkan responden
lainnya secara berantai.
5. Accidental Sampling
Accidental Sampling adalah metode penarikan sampel dimana
pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang/benda yang
kebetulan ada atau dijumpai (Hadi, 2016; Sugiyono, 2011).
2.9.2 Teknik Menentukan Ukuran Sampel
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan ketepatan ukuran pengukuran penelitian
ini menggunakan metode analisis SEM. Berdasarkan studi penelitian Monte Carlo
berbagai estimasi penentuan sampel yang disimpulkan:
1. Model SEM dengan jumlah variabel laten sampai dengan lima buah dan
setiap konstruk dijelaskan 3 atau lebih indikator jumlah sampel 100-150
sudah dianggap memadai (Santoso, 2011).
22
2. Ukuran sampel untuk model SEM adalah antara 100-200, atau dengan cara
jumlah indikator dikali 5 sampai 10 (Ferdinand A.T, 2000)
3. Ukuran sampel untuk estimasi Maximum Likehood harus setidaknya 5x
jumlah parameter bebas dalam model, termasuk error (Bentler & Chou,
1987).
4. SEM yang menggunakan model estimasi maximum likehood estimation
(MLE) adalah 100-200 sampel (Ghozali, 2011).
2.10 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Dengan metode pengumpulan data yang tepat akan
memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang valid sehingga dapat
membantu dalam penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan
berbagai metode :
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti untuk memperoleh informasi dengan cara berkomunikasi
langsung (seperti tanya jawab) antara pewawancara dan responden.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab (Sugiyono dalam Setiawan, 2016).
23
Kuesioner ini dapat membantu peneliti memperoleh informasi terkait
dengan permasalahan penelitian.
3. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan disertai dengan pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek penelitian (Fathoni dalam Setiawan, 2016). Observasi ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian secara
keseluruhan.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik survei terhadap data yang telah ada
dengan menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu
yang berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian
baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisis data yang telah
pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu (Nazir dalam Yunita,
2017).
2.11 Skala Likert
Menurut Sugiyono (2011) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial Sewaktu
menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan tingkat
persetujuan mereka terhadap suatu pertanyaan dengan memilih salah satu dari
pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti
ini:
24
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Kurang setuju
4. Setuju
5. Sangat setuju
Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga
skala dengan tujuan atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa
beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan
tersebut ternyata sangat mirip (Dawes, 2008).
2.12 PLS-SEM
PLS-SEM merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menganalisis dan
dinilai kuat karena digunakan pada setiap jenis skala data seperti, data interval, data
nominal, dan rasio serta syarat asumsi yang lebih fleksibel (Yamin & Kurniawan,
2011). Partial Least Square (PLS) dikembangkan pertama kalinya oleh Herman
Wold pada tahun 1975. Software yang digunakan untuk analisis menggunakan
PLS-SEM antara lain SmartPLS, XLSTAT, PLS-PM, Visual PLS, dan lainnya.
PLS dapat digunakan untuk tujuan konfirmasi (seperti pengujian hipotesis)
dan tujuan eksplorasi. PLS juga dapat menduga apakah terdapat atau tidak
hubungan antar variabel dan kemudian proposisi untuk pengujian. Tujuan
utamanya adalah menjelaskan hubungan antar konstruk dan menekankan
pengertian tentang nilai hubungan tersebut Penggunaan PLS untuk prediksi dan
membangun teori serta sampel yang dibutuhkan relatif kecil, dengan minimum
25
sepuluh kali item konstruk yang paling kompleks (Ghozali, 2011; Ghozali &
Hengky, 2015; Yamin & Kurniawan, 2011).
Kepopuleran penggunaan PLS-SEM diantara para peneliti dan praktisi
adalah karena empat alasan. Pertama, algoritma PLS tidak terbatas hanya untuk
hubungan antara indikator dengan konstrak latennya yang bersifat reflektif saja
tetapi algoritma PLS juga dipakai untuk hubungan yang bersifat formatif. Kedua,
PLS dapat digunakan untuk menaksir model path dengan sample size yang kecil.
Ketiga, PLS-SEM dapat digunakan untuk model yang sangat kompleks (terdiri atas
banyak variabel laten dan manifes) tanpa mengalami masalah dalam estimasi data.
Keempat, PLS dapat digunakan ketika distribusi data sangat miring (skew) (Yamin
& Kurniawan, 2011).
Evaluasi model dalam PLS meliputi dua tahap yaitu evalusi outer model
atau model pengukuran dan evaluasi terhadap inner model atau model struktural.
(Afthanorhan, 2013; Hair, 2012; Ringle, 2015; Sarstedt, 2017; Wong, 2013; Yamin,
2011):
1. Evaluasi Pengukuran Model (Outer Model)
Model ini meliputi pemeriksaan individual item reliability, internal
consistency atau construct reliability, average variance extracted dan
discriminant validity. Ketiga pengukuran tersebut dikelompokkan dalam
convergent validity, yaitu mengukur besarnya korelasi antara konstrak
dengan variabel laten. Measurement model dilakukan untuk dapat
mengetahui hubungan antara konstrak (variabel) dengan indikator-
indikatornya (Yamin & Kurniawan, 2011).
26
Pemeriksaaan individual item reliability dapat melihat nilai
standardized loading factor. Nilai ini menggambarkan besarnya korelasi
antara setiap item pengukuran (indikator) dengan konstraknya. Untuk nilai
ideal loading factor berupa diatas 0,7 ini berarti bahwa indikator tersebut
sudah valid sebagai indikator yang dapat mengukur konstrak.
Pengukuran lainnya dari convergent validity adalah melihat nilai
Average Variance Extracted (AVE). Nilai ini menggambarkan besaran varian
atau keragaman variabel manifes yang dapat dikandung oleh konstrak laten.
Untuk nilai AVE ideal yaitu 0,5 hal ini berarti convergent validity baik.
Artinya, variabel laten dapat menjelaskan rata-rata lebih dari setengah varian
dari indikator-indikatornya.
Discriminant validity dievaluasi melalui cross loading, kemudian
membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar konstrak.
Ukuran cross loading adalah membandingkan korelasi dengan konstraknya
dan konstrak blok lainnya, hal ini menunjukkan konstrak tersebut
memprediksi ukuran pada blok mereka dengan lebih baik dari blok lainnya.
Ukuran discriminant validity lainnya adalah bahwa nilai akar AVE harus
lebih tinggi daripada korelasi antara konstrak dengan konstrak lainnya atau
nilai AVE lebih tinggi dari kuadrat korelasi antara konstrak.
2. Evaluasi Struktural Model (Inner Model)
Pengukuran struktural model dilakukan untuk dapat mengetahui hubungan
antara konstrak yang dihipotesiskan oleh peneliti(Yamin & Kurniawan,
27
2011). Dalam model ini terdapat beberapa tahap dalam melakukan
evaluasinya.
Tahap pertama adalah dengan melihat signifikansi hubungan antara
konstrak. Hal ini dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient) yang
menggambarkan kekuatan hubungan antara konstrak. Pengukuran path
coefficient () memiliki nilai ambang batas diatas 0.1 hal ini untuk
menyatakan bahwa jalur (path) yang dimaksud mempunyai pengaruh di
dalam model.
Tahap kedua adalah dengan mengevaluasi nilai R2 (coefficient of
determination). Nilai ini menjelaskan varian dari tiap target endogenous
variabel dengan standar pengukuran sekitar 0,67 sebagai kuat, sekitar 0,33
moderat dan dibawah 0,19 menunjukan tingkat varian yang lemah.
Tahap ketiga adalah dengan melihati nilai t-test dengan metode
boostrapping menggunakan uji two-tailed dengan tingkat signifikansi 5%
untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian. Bila nilai t-test lebih besar dari
1,96 maka hipotesis penelitian yang dibuat dapat diterima.
Tahap keempat yaitu pengujian f2 (effect size). Pengujian ini dilakukan
untuk dapat memprediksi pengaruh variabel tertentu terhadap variabel
lainnya dalam struktur model dengan nilai ambang batas sekitar 0,02 untuk
pengaruh kecil, 0,15 untuk pengaruh menegah dan 0,35 untuk pengaruh yang
besar. f2 dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
28
Tahap kelima yaitu pengujian 2 (predictive relevance) dengan
menggunakan metode blindfolding untuk dapat memberikan bukti bahwa
variabel tertentu yang digunakan dalam suatu model yang dibuat mempunyai
keterkaitan prediktif (predictive relevance) dengan variabel lainnya dalam
model tersebut dengan nilai ambang batas pengukuran di atas nol.
Tahap keenam yaitu melakukan pengujian 2 (Relative Impact) dengan
menggunakan metode blindfolding juga untuk dapat mengukur relatif
pengaruh sebuah keterkaitan antara prediktif sebuah variabel tertentu dengan
variabel lainnya yang memiliki nilai ambang batas sebesar 0,02 untuk
pengaruh kecil, 0,15 untuk pengaruh sedang, dan 0,35 untuk pengaruh besar.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan 2 adalah sebagai berikut:
2.11 Model yang Diadopsi
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model kesiapan dan keberhasilan
SI oleh Subiyakto (2017) . Gambar model penelitian ini dapat dilihat di bab satu
pada gambar 1.1. Berikut model yang diajukan pada penelitian ini
Variabel TRI dan Keberhasilan SI
Berikut dijabarkan pengertian dari variabel yang diadopsi ke dalam model TRI
dan Keberhasilan SI, lengkap dengan referensi model tersebut.
29
Tabel 2. 2 Variabel TRI dan Keberhasilan SI Variabel Pengertian Referensi
Optimsm (OPT) Visi yang positif tentang teknologi, dan keyakinan kontrol
yang lebih besar, fleksibilitas dan efisiensi dalam
kehidupan manusia. (Parasuraman
& Colby,
2015;
Subiyakto,
2017)
Innovativness
(INN)
Kecenderungan untuk menjadi pelopor, pemimpin atau
opinion-former dalam penggunaan teknologi.
Discomfort (DIS) Persepsi tentang kurangnya kontrol atas teknologi dan
perasaan tertekan dalam penggunaan teknologi.
Insecurity (INS) Ketidakpercayaan teknologi dan skeptisis kemampuan
diri untuk menggunakannya dengan tepat.
Information
Quality (INQ)
Tingkat sejauh mana informasi yang dihasilkan secara
konsisten memenuhi persyaratan dan harapan pengguna.
(Delone &
McLean,
2003;
Subiyakto,
2017)
System Quality
(SYQ)
Tingkat untuk mendeskripsikan kualitas dari konten yang
dimiliki sistem informasi.
Service Quality
(SVQ)
Tingkat untuk menilai sebarapa baik kualitas layanan
kepada pengguna.
User Satisfaction
(USF) Kepuasan pengguna menggunakan sistem informasi.
Success
Information
System (SIS)
Pencapaian sistem informasi berdasarkan perencanaan
pengembangannya.
Indikator TRI dan Keberhasilan SI
Setelah penjabaran dari pengertian variabel, berikut ini adalah penjabaran
pengertian dari indikator-indikator yang diadopsi ke dalam model, lengkap dengan
referensinya.
Tabel 2. 3 Indikator TRI dan Keberhasilan SI Indikator Definisi Referensi
Easiness (OPT1) Tingkat yang terkait dengan kemampuan suatu sistem
untuk memberikan kebebasan dari kendala, kesulitan, dan
masalah
(Parasuraman
&
Colby, 2014;
Subiyakto,
2017)
Connectivity
(OPT2)
Tingkat yang terkait dengan kemampuan suatu sistem
untuk berhasil terhubung dengan sistem lain
Efficiency (OPT3) Tingkat yang terkait dengan pencapaian sistem untuk
menghasilkan output dibandingkan dengan sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai output
Effectiveness
(OPT4)
Tingkat yang terkait dengan kemampuan sistem untuk
mencapai tujuan penggunaannya
Productivity
(OPT5)
Tingkat yang terkait dengan dukungan sistem untuk
menghasilkan output dibandingkan dengan sumber daya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan output
30
Tabel 2. 3 Indikator TRI dan Keberhasilan SI (lanjutan)
Indikator Definisi Referensi
Problem Solving
(INN1)
Tingkat yang terkait dengan dukungan sistem untuk
menemukan solusi terhadap masalah
(Parasuraman
&
Colby, 2014;
Subiyakto,
2017)
Independence
(INN2)
Tingkat yang terkait dengan kemampuan sistem untuk
mendukung penggunanya agar bebas dari kontrol atau
pengaruh
Challenge (INN3) Tingkat yang terkait dengan dukungan sistem untuk
berhasil menangani atau mencapai sesuatu dalam situasi
atau masalah yang sulit
Stimulatioon
(INN4)
Tingkat yang terkait dengan dukungan sistem untuk
mendorong sesuatu untuk terjadi, berkembang, atau
membaik
Competitiveness
(INN5)
Tingkat yang terkait kemampuan sistem untuk sukses
pengguna dibanding kompetitornya
Complexity (DIS1) Tingkat yang terkait dengan fitur sistem yang
membingungkan atau sulit dipahami
(Parasuraman
&
Colby, 2014;
Subiyakto,
2017)
Difficulty (DIS2) Tingkat yang terkait dengan kondisi suatu sistem yang
tidak dapat dioperasikan dengan mudah
Dependence (DIS3) Tingkat yang terkait dengan kondisi suatu sistem yang
membutuhkan pihak lain untuk mengoperasikannya
Lack of Support
(DIS4)
Tingkat yang terkait dengan sistem yang tidak memiliki,
atau cukup, dukungan dalam operasinya
Inappropriateness
(DIS5) Tingkat yang berkaitan dengan keadaan yang tidak pantas
Failure (INS1) Tingkat yang terkait dengan kemungkinan bahwa sistem
tidak menyenangkan atau terdapat hal berbahaya yang
bisa terjadi
(Parasuraman
&
Colby, 2014;
Subiyakto,
2017)
Threat (INS2) Tingkat yang terkait dengan situasi sistem yang bisa
menimbulkan kerugian atau bahaya
Reducing
Interaction (INS3)
Tingkat yang terkait dengan implementasi sistem yang
membuat interaksi manusia semakin berkurang dalam
ukuran, jumlah, dan kepentingan
Distraction (INS4) Tingkat yang terkait dengan penggunaan sistem lebih
diperhatikan dan mencegah orang berkonsentrasi pada
hal lain
Incredulity (INS5) Tingkat yang terkait dengan keraguan sistem dari
penggunaannya
Accuracy (INQ1) Tingkat kelayakan dari informasi yang dihasilkan
(Delone &
McLean,
2003; Al-
Debei,
2013;
Subiyakto,
2017)
Timeliness (INQ2) Tingkat presisi dari proses pengolahan informasi SI pada
durasi waktu yang direncanakan
Completeness
(INQ3)
Tingkat dari informasi yang dihasilkan oleh SI utuh atau
tanpa ada bagian yang hilang
Consistency (INQ4) Kecenderungan dari SI untuk masih mendemonstrasikan
informasi yang sama dalam operasi, layanan,
pemeliharaan, atau kualitas
Relevance (INQ5) Tingkat keterkaitan dari informasi yang dihasilkan oleh
SI dengan pokok bahasannya
31
Tabel 2. 3 Indikator TRI dan Keberhasilan SI (lanjutan)
Indikator Definisi Referensi
Ease of Use
(SYQ1)
Tingkat kebebasan SI dari kendala, kesulitan, dan
masalah selama penggunaannya
(Delone &
McLean,
2003; Al-
Debei,
2013;
Subiyakto,
2017)
Maintainability
(SYQ2)
Tingkat yang terkait dengan kemudahan SI dalam
pemeliaharaannya
Response Time
(SYQ3)
Tingkat yang terkait dengan jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk menanggapi perintah dari pengguna
tersebut
Fuctionality
(SYQ4)
Tingkat yang terkait dengan SI dapat dioperasikan sesuai
dengan persyaratan yang telah direncanakan
Safety (SYQ5) Tingkat kekebalan SI dari serangan yang tak terduga,
bahaya, atau kerusakan
Responsiveness
(SVQ1)
Tingkat reaksi SI untuk melayani penggunanya dengan
cara, waktu dan situasi yang sesuai
(Delone &
McLean,
2003; Al-
Debei,
2013;
Subiyakto,
2017)
Flexibilty (SVQ2) Tingkat adaptasi SI untuk melayani penggunanya sesuai
dengan kebutuhan yang diminta
Security (SVQ3) Tingkat keamanan dari sistem yang terintegrasi untuk
melayani pengguna dengan aman dari serangan, bahaya,
atau kerusakan yang tak terduga
Fuctionality
(SVQ4)
Tingkat yang terkait dengan cakupan layanan SI sesuai
dengan persyaratan fungsional
Extension (SVQ5) Tingkat yang terkait dengan cakupan layanan tambahan
SI yang melebihi persyaratan fungsional
Efficiency (USF1) Tingkat kepuasan pengguna SI berdasarkan pada
pencapaian sistem untuk menghasilkan output
dibandingkan dengan sumber daya yang dibutuhkan
untuk mencapai output (Delone &
McLean,
2003; Al-
Debei,
2013;
Subiyakto,
2017)
Effectivity (USF2) Tingkat kepuasan pengguna SI berdasarkan pada
kemampuan sistem untuk memenuhi kebutuhan
pengguna untuk mencapai tujuannya
Flexibility (USF3) Tingkat kepuasan pengguna SI yang terkait dengan
kemampuan beradaptasi dari sistem sesuai dengan
kebutuhan yang diminta.
Overall Satisfaction
(USF4)
Tingkat kepuasan pengguna SI terkait dengan
kecukupan keseluruhan aspek sistem
IS Efficiency (SIS1) Tingkat yang terkait dengan perbandingan dari nilai
output SI dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai output
(Delone &
McLean,
2003; Al-
Debei, 2013;
Subiyakto,
2017)
IS Effectivity (SIS2) Tingkat yang terkait dengan kapabilitas kemampuan
sistem untuk memenuhi kebutuhan pengguna untuk
mencapai tujuannya
User Satisfaction
(SIS3)
Sejauh mana SI dapat membantu pengguna menciptakan
nilai bagi bisnis mereka
Productictivity
Improvement
(SIS4)
Tingkat yang terkait dengan dukungan sistem untuk
meningkatkan output dibandingkan dengan sumber daya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan output
Competitive
Advantage (SIS5)
Tingkat yang terkait dengan posisi yang menguntungkan
dari pengguna SI yang terintegrasi untuk bersaing dalam
kompetisi bisnis
32
2.11.1 Model IPO Logic
Beberapa penelitian menggunakan input-process-output Logic pada model
penelitiannya. Logika IPO di adopsi untuk tujuan yang sama dalam
pengukuran kualitas dari suatu sistem. Teori dasar sistem ini digunakan untuk
dapat memberi gambaran akan konsep sistematis dari suatu sistem (Subiyakto
et al., 2014). Model logika komputer IPO logic yang digunakan milik Davis
(1998) dan Kellogg (2004) sampai saat ini masih banyak digunakan dalam
penelitian di bidang teknologi dan informasi. Logika IPO ini digunakan pada
penelitian yang bertujuan dalam hal pengukuran kualitas suatu sistem.
Teori dasar IPO digunakan juga untuk menggambarkan konsep
sistematis dari suatu sistem dan mudah dimengerti oleh para pengguna, para
desainer pun juga dapat mengevaluasi dan memperbaiki desain (Davis, 1998;
Kellogg, 2004). Model logic bila digambarkan secara langsung belum tentu
dapat dilihat hubungan sebab-akibat atau hubungan tujuan dan dampak dari
program ataupun proyek secara langsung. Namun ini bukan berarti bahwa
program tersebut dikatakan tidak berhasil, tetapi kemungkinan adanya bahwa
program sebagai salah satu dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi
suatu dampak yang dapat ditimbulkannya (Solihin, Dadang. 2012). Berikut
adalah gambar 2.5 merupakan alur dari IPO logic.
Gambar 2. 3 IPO LOGIC (Davis, 1998)
33
2.11.2 Model Kesiapan Teknologi (Technology Readiness)
Technology Readiness atau kesiapan penggunaan teknologi merupakan
kecenderungan sikap masyarakat dalam merangkul dan menggunakan
teknologi baru di rumah dan di tempat kerja (Parasuraman, 2000).
Setiap orang bisa menjadi konsumen teknologi, namun cara
mengimplementasikannya tergantung pada derajat kesiapan seseorang
dalam menerima teknologi tersebut. Menurut Parasuraman (2000), langkah
pertama yang harus dilakukan dalam implementasi teknologi adalah
mengetahui kesiapan konsumen dalam menerima teknologi tersebut. Dalam
konteks ini, Technology Readiness Index dikembangkan oleh Parasuraman
(2000) untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana seseorang atau
organisasi siap untuk mengadopsi sebuah teknologi informasi. Berikut
gambar terbaru dari model TRI 2.0 :
Gambar 2. 4 Model TRI2.0 oleh Parasuraman dan Colby, 2015
(Sumber Rockresearch.com)
34
TRI merupakan skala multy-item yang terdiri dari 36 pertanyaan untuk
mengukur technology readiness. Skala 36-item terdiri dari empat dimensi
komponen keyakinan yang berkaitan dengan teknologi yang memperngaruhi
tingkat seseorang dalam Technology Readiness. Keyakinan ini menetapkan
kesediaan seseorang untuk berinteraksi dengan teknologi baru. Seiring
berjalannya waktu dan perkembangan IT yang meningkat dengan pesat maka
pemilik model melakukan pembaharuan di tahun 2014 bersama Charles L.
Colby sehingga menghasilkan model TRI 2.0 tetap dengan mempertahankan
4 dimensi sebelumnya namun perubahan serta pembaharuan instrumen
menjadi 16 butir. Model TRI 2.0 ini terdiri dari empat dimensi, dua adalah
kontributor dan dua lagi adalah inhibitor pada adopsi teknologi.
Kontributornya sebagai berikut:
1. Optimism (kepercayaan diri) yaitu menggambarkan sebuah ekspektasi
dari kebenaran positif teknologi.
2. Innovativeness (inovasi) yaitu mengenai otoritas penggunaan teknologi.
Sedangkan inhibitor adalah:
3. Discomfort (ketidaknyamanan) adalah keraguan tentang jaminan orang
awam akan pengalamannya dengan teknologi.
4. Insecurity (ketidakamanan) adalah resiko kemungkinan orang-orang
melakukan transaksi berbasis teknologi (technology-based transactions)
Sebagai kontributor, optimisme dan inovasi sebagai penggerak dari
Technology Readiness. Pada kenyataannya, skor tinggi diukur pada dimensi-
dimensi ini yang pada umumnya akan memperbesar kesiapan teknologi
35
(Technology Readiness). Sabaliknya, ketidaknyamanan dan ketidakamanan
mencegah atau menunda, berkecenderungan membuat orang-orang untuk
menggunakan teknologi baru. Dengan demikian, skor tinggi yang diukur pada
dimensi-dimensi ini akan menurunkan seluruh kesiapan teknologi
(Technology Readiness). Selama bertahun-tahun, TRI telah banyak
bermanfaat bagi para peneliti yang tertarik pada media sosial, akses mobile
dan layanan teknologi lainnya. Skala 36-item yang di bangun oleh
Parasurman telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa untuk memfasilitasi
perkembangannya di banyak Negara dan telah digunakan di berbagai sektor
layanan termasuk pendidikan, perbankan, telekomunikasi, kesehatan dan
layanan professional lainnya.
Parasuraman (2000) memberikan tiga kategori pada pengukuran
Technology Readiness Index, yaitu:
1. High Technology Readiness (TRI > 3.51)
2. Medium Technology Readiness (2.9 =< TRI =< 3.51)
3. Low Technology Readiness (TRI =< 2.89)
Terdapat 5 segmen kategori pengguna sistem yang didefiniskan oleh
Parasuraman dan Colby (2015):
1. Explolers : Memiliki optimisme dan rasa inovatif yang tinggi terhadap
teknologi/sistem, sehingga memiliki antusiasme terhadap penggunaan
teknologi/sistem informasi.
2. Pioneer : Memiliki optimisme dan rasa inovatif yang tinggi terhadap
teknologi/sistem, namun memiliki sikap kritis terhadap penggunaan
36
teknologi/sistem informasi. Hal tersebut menyebabkan pengguna akan
selektif dalam penggunaan teknologi/sistem informasi.
3. Paranoids : Memiliki rasa optimis terhadap teknologi/sistem namun
memiliki rasa inovatif yang rendah. Pengguna kategori ini memiliki
ketidaknyamanan dan keraguan yang tinggi terhadap penggunaan
teknologi/sistem. Hal ini menyebabkan rendahnya antusiasme terhadap
penggunaan teknologi.
4. Laggards : Memiliki rasa optimis dan rasa inovatif terhadap
teknologi/sistem yang rendah. Jenis pegguna seperti ini memiliki
ketidaknyamanan dan keraguan yang tinggi terhadap penggunaan
teknologi/sistem. Hal ini menyebabkan penolakan terhadap penggunaan
teknologi.
5. Skeptics : Memiliki rasa optimis dan rasa inovatif yang rendah terhadap
teknologi/sistem. Jenis pegguna seperti ini juga memiliki
ketidaknyamanan dan keraguan yang rendah terhadap penggunaan
teknologi/sistem. Pengguna seperti ini akan menerima teknologi/sistem
namun tidak memiliki antusiasme terhadap teknologi/sistem.
37
2.11.3 Model Keberhasilan Sistem Informasi (Success Information)
Gambar 2. 5 Model Keberhasilan SI (DeLone & McLean, 1992)
Model keberhasilan ini didasarkan pada proses dan hubung
top related