skripsi k3 laundry
Post on 28-Dec-2015
367 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROPOSAL
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS JULI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
ASPEL K3 PETUGAS LINEN KOTOR INSTALASI LAUNDRY DI
RUMAH SAKIT
OLEH:
Syakirah Binti Alias C111 08 778
Nur Afeeza Binti Abdul Mutallid C 11107363
PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, SpOK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “
Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja.
Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif,
higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya
(Notoadmojo, 2012).
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan
kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang
mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu
ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya (Notoadmojo, 2012).
Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal
23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah
sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Instalasi laundry merupakan bagian
dari rumah sakit yang mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat
beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit
(Depkes RI, 2009).
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan
dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu
diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih
efektif, efisien dan terpadu.
1.2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada petugas linen kotor instalasi laundry di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo.
B. Tujuan Khusus
i. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas linen kotor
instalasi laundry.
ii. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat menggangu
kesehatan petugas linen kotor instalasi laundry.
iii. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas linen kotor
instalasi laundry.
iv. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat p3k di tempat kerja petugas linen
kotor instalasi laundry.
v. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada petugas linen kotor
instalasi laundry.
vi. Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan rumah sakit perusahaan tentang
k3 di tempat kerja.
vii. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan pada petugas linen kotor instalasi laundry.
viii. Untuk mengetahui upaya k3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan,
pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang
pernah diadakan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya
(Notoadmojo, 2012).
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada
penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan
diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme
dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang
diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan
berbahaya (OHSAH 2003).
Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien,
pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit (Depkes RI, 2009).
2.2 Petugas Linen Instalasi Laundry
A. Faktor Hazard
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan,
getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam
tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung
dengan segera maupun secara kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja
(faktor hazard) perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa
didapatkan dari kotoran pada kain cucian atau di tempat tugasan. Ia bisa dibagi
kepada faktor biologi (debu dari serat linen yang mengandung virus), faktor fisik
(kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko), faktor kimia (detergen, desinfektan
dan pewangi) dan faktor ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai
selesai).
B. Alat Kerja
Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk mencuci
sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti dokter atau perawat.
Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan adalah laundry disinfectant yang
digunakan untuk membunuh kuman-kuman, bakteri yang menempel pada serat kain,
bleaching atau pemutih untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih.
Selain itu, penghilang noda darah digunakan dan neutralizer digunakan pada setiap
pembilasan terakhir untuk meneutralkan sisa pencucian.
Antara alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering, strika,
boiler dan sebagainya.
C. Alat Pelindung
Bagi petugas laundry di rumah sakit akan disediakan alat pelindung diri yang
digunakan oleh petugas-petugas laundry sewaktu melakukan tugas mereka. Alat-
alat yang disediakan seharusnya diberikan mengikut tingkat keselamatan yang
diperlukan. Dalam hal ini dibagikan keperluan alat pelindung diri berdasarkan;
i. Kontaminasi dengan darah patogen – pihak rumah sakit harus
menyediakan sarung tangan tebal, sarung tangan, baju, pelindung wajah,
masker ketika menyortir cucian terkontaminasi.
ii. Penggunan atau kontaminasi dengan benda tajam – petugas harus diberi
pendedahan mengenai cara dan tempat pembuangan benda tajam yang
terkontaminasi pada wadah yang tepat.
iii. Pendedahan pada bahan kimia - Pelayanan Medis dan Pertolongan
Pertama diberikan dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan
korosif merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk
membasahi cepat atau pembilasan mata dan tubuh dalam area kerja untuk
penggunaan darurat. Selain itu, pada paparan pekerja yang alergi lateks
harus menggunakan sarung tangan lateksyang cocok untuk mereka
D. Kesediaan Obat P3K
Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di
setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun
kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan.
E. Pemeriksaan Kesehatan
Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang
telah memiliki sertifikasi.
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja
sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita
penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum
bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun
sekali.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu
yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan
khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang
mereka derita.
F. Peraturan Pimpinan Rumah Sakit Tentang K3
Sistem management K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber daya, dan
tanggungjawab organisasi. Tujuan dari Sistem management K3 RS adalah
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif
disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri. Prinsip yang digunakan
dalam sistem management K3 adalah AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation
dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja (Kepmenkes RI,
2007).
G. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaangas tersebut.
Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan
petugas tersebut. Pada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit, terdapat
beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama penyakit yang menular. Penyakit
penularan ini bisa saja menular melalui cucian yang dibersihkan seperti jika pada
cucian yang terkena darah atau cairan tubuh patogen.
Selain itu, kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka bakar akibat
terkena aliran listrik, pengsan karena kepanasan dan sebagainya. Pada pekerja yang
sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh menderita
nyeri pinggang bawah (low back pain). Pada pekerja yang sensitif terhadap bahan
pencuci bisa saja menderita dermatitis kontak akibatdetergen.
H. Upaya K3 lain yang Dijalankan
Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap rumah sakit
karena menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja mulai
meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus didedahkan dengan K3. Dengan
itu, pihak rumah sakit harus aktif melakukan training kesehatan dan keselamatan
kerja di rumah sakit ini kepada petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak
rumah sakit perlu melakukan evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap aspek K3.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.3. Bahan dan cara
A. Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist
ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan.
Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat
kerja apa yang digunakan,, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat p3k
di tempat kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan
pimpinan tentang k3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya
pengetahuan mengenai k3 kepada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit
yang berkaitan.
B. Cara
Bagi cara survey dilakukan pula adalah dengan menggunakan kaedah Walk
Through Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational
Health Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui
tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan
survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul,
merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey.
Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja
dalam Walk Through Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan
kimia tambahan yang digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk
samping yang dihasilkan.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring
survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
risk assessment.
Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi,
denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas
pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan
timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang
telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.
1.4. Jadwal survei
Tempat survey akan dilakukan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dan
waktu penelitian adalah mulai tanggal 29 Juli 2013 hingga 3 Augustus 2013.
No. Tanggal Kegiatan
1.
2.
3.
4
5.
6.
29 Juli 2013
30 Juli 2013
31 Juli 2013
1 Augustus 2013
2 Augustus 2013
3 Augustus 2013
- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
- Pengarahan kegiatan
- Penyusunan Tinjauan Pustaka
- Penyusunan Proposal
- Walk Through Survey
- Penyusunan laporan Walk Through Survey
- Walk Through Survey
- Penyusunan laporan Walk Through Survey
- Presentasi laporan Walk Through Survey
1.5. Daftar pustaka
1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006
[cited; Available from:
http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-
kerja-1.ppt
2. Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2006.
3. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2009.
4. Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry
Rumah Sakit X (Study Kasus Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja).
2011 [cited; Available from:
http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?s_title=dermatitis-
kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumah-
sakit&user_login=hengkiferdianto.
5. Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3).
2010 [cited; Available from:
http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-
by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptx
6. RSS. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3). 2012
[cited; Available from:
http://aneukngupi.wordpress.com/2012/11/29/sistem-k3-di-instalasi-
laundry-rs-kesmas-stase-k3/
CHECK LIST ASPEK K3 PADA PETUGAS LINEN KOTOR INSTALASI
LAUNDRY DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
i. Faktor kebisingan
1. Mesin cuci
b. Faktor kimia
1. Detergen
2. Disinfektan
3. Pewangi
c. Faktor biologi
1. Debu dari serat linen
d. Faktor ergonomis
i. Posisi bekerja
1. Berdiri
2. Duduk
ii. Cara bekerja
1. Mengangkat
2. Mendorong / menarik
e. Faktor Psikososial
1. Jadwal kerja
2. Hubungan kerja
3. Beban kerja
4. Gaji
Alat kerja yang digunakan
1. Mesin cuci
Alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan rumah tangga
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Baju pelindung diri
4. Pelindung kepala
5. Kaca mata
Ketersediaan obat P3K
Pemeriksaan kesehatan
1. Berkala
2. Pemeriksaan khusus
Peraturan pimpinan rumah sakit tentang K3
Keluhan /p enyakit yang dialami
2. Luka bakar
3. Dermatitis
4. Low back pain
Upaya lain perusahaan tentang K3
top related