skripsi ericson gultom 0506111596 hpt
Post on 30-Jul-2015
1.714 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK
LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA
KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA
Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.)
Oleh :
ERICSON GULTOM
0506111596
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
SKRIPSI
PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK
LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA
KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA
Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.)
Oleh :
ERICSON GULTOM
0506111596
Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK
LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA
KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA
Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.)
Oleh :
ERICSON GULTOM
0506111596
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Agus Sutikno, SP. MSi Ir.Jeltje Hennie Laoh.MS
NIP. 196808291997021001 NIP. 195002041986012001
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agroteknologi
Universitas Riau Fakultas Pertanian
Prof.Dr. Ir. Usman Pato, MSc Ir. Armaini, MSi
NIP. 19660201990031001 NIP. 195711201985032001
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji ujian
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Riau dan
dinyatakan lulus pada tanggal 19 juli 2012
No Nama Jabatan
1
2
3
4
5
Agus Sutikno, SP, MSi.
Ir. Jeltje Hennie Laoh, MS.
Dr. Rusli Rustam, SP, MSi.
Ir. Desita Salbiah, MSi.
Ir. Murniati, MP
KETUA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ericson Gultom lahir pada tanggal 08 Oktober 1987 di
Minas, anak kedua dari 3 (Tiga) bersaudara dari pasangan
E. Gultom dan K. Silitonga. Penulis pertama
mendapatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 011
Minas Barat pada tahun 1993, dan kemudian pada tahun
1999 melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP
Negeri 1 Minas. Penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMK Negeri 5
Rumbai tahun 2005.
Pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) diterima menjadi mahasiswa Program Studi Hama dan Penyakit
Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pada
bulan Juni sampai bulan Agustus 2009 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Kelurahan Kampung Pulau, Kecamatan Rengat, Kotamadya Indragiri Hulu.
Pada tanggal 2012 dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana
Pertanian melalui sidang terbuka Program Studi Agroteknologi Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Giving of Tobacco Extract From Clove Cigarette Stub From Different
Brands With Some Concentration Of Extract To Control
Aphis craccivora Koch In String Bean Plant (Vigna sinensis L.)
By Ericson Gultom (0506111596)
Under supervision by Agus Sutikno, SP. MSi
and Ir. Jeltje Hennie Laoh, MS
ABSTRACT
Aphis craccivora Koch is a major pest of String Bean plans (Vigna sinensis
L.). Up to now, the control of the pest is by the use of chemical pesticides that
have many negative effects. One of the alternatives control that save for the
environment and can minimize the use of camical pesticide is the use of tobacco
extracts as a botanical pesticide. The research conducted in Experimental area of
tech. Implementation Unit and in Laboratory of Plant Pest, Faculty of Agriculture,
University of Riau from October 2011 until December 2011. This research used
26 extracts of clove cigarette stub from different brand with 5 concentrations of
extracts that are 0,2 g of tobacco / l of water, 0,4 g of tobacco / l of water, 0,6 g of
tobacco / l of water, 0,8 g of tobacco / l of water and 1 g of tobacco / l of water.
The result indicate that an extract of tobacco from cigarette stub "Lintang Enam"
with 1 g of tobacco / l of water concentration is better to control Aphis craccivora
Koch. This can cause 90% total mortality of test insects and 50% mortality
reached with 14,33 hours
Keywords: Aphis craccivora Koch, String Beans (Vigna sinensis L), Tobacco
extracts from different brands.
ERICSON GULTOM (0506111596) telah melaksanakan penelitian dengan judul
“Pemberian Ekstrak Tembakau dari Berbagai Merek Limbah Puntung Rokok
Kretek dengan Beberapa Konsentrasi untuk Mengendalikan Hama Aphis
craccivora Koch pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)” dibawah
bimbingan Agus Sutikno, SP.MSi. sebagai pembimbing I dan Ir. Jeltje Hennie
Laoh, MS. sebagai pembimbing II.
RINGKASAN
Selain rasanya enak, Kacang panjang juga mengandung zat gizi yang
cukup banyak. Kandungan gizi pada polong maupun pada daun tanaman ini cukup
lengkap. Polong muda banyak mengandung protein, vitamin A, lemak, dan
karbohidrat. Komoditas ini merupakan sumber protein nabati yang cukup
potensial.
Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam budidaya kacang panjang
adalah serangan hama kutu daun Aphis craccivora Koch. Usaha pengendalian
hama A. craccivora Koch yang dilakukan oleh para petani lebih banyak
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida kimia sintetis merupakan cara
yang praktis dan efisien, namun penggunaan yang berlebihan dan tidak bijaksana
dapat membunuh musuh-musuh alami (predator) dari hama tersebut, berdampak
negatif pada lingkungan dan bahaya keracunan pada manusia dan hewan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa konsentrasi ekstrak
limbah tembakau dari puntung rokok kretek berbagai merek untuk mengendalikan
hama Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang panjang. Penelitian ini
dilaksanakan di areal Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Riau dan Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Riau Pekanbaru, dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember
2011. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 26
perlakuan dan 3 ulangan, sehingga di dapat 78 unit percobaan. Setiap unit
percobaan terdiri dari 1 tanaman kacang panjang dan 10 ekor imago hama
A. craccivora Koch. Perlakuan yang digunakan adalah 0 g ekstrak puntung
rokok/liter air, konsentrasi 0,20 g puntung rokok A/liter air, konsentrasi 0,40 g
puntung rokok A/liter air, konsentrasi 0,60 g puntung rokok A/liter air,
konsentrasi 0,80 g puntung rokok A/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok
A/liter air, konsentrasi 0,20 g puntung rokok B/liter air, konsentrasi 0,40 g
puntung rokok B/liter air, konsentrasi 0,60 g puntung rokok B/liter air, konsentrasi
0,80 g puntung rokok B/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok B/liter air,
konsentrasi 0,20 g puntung rokok C/liter air, konsentrasi 0,40 g puntung rokok
C/liter air, konsentrasi 0,60 g puntung rokok C/liter air, konsentrasi 0,80 g
puntung rokok C/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok C/liter air, konsentrasi
0,20 g puntung rokok D/liter air, konsentrasi 0,40 g puntung rokok D/liter air,
konsentrasi 0,60 g puntung rokok D/liter air, konsentrasi 0,80 g puntung rokok
D/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok D/liter air, konsentrasi 0,20 g
puntung rokok E/liter air, konsentrasi 0,40 g puntung rokok E/liter air, konsentrasi
0,60 g puntung rokok E/liter air, konsentrasi 0,80 g puntung rokok E/liter air,
konsentrasi 1,00 g puntung rokok E/liter air. Parameter yang diamati adalah waktu
awal kematian, lethal time 50 %, persentase mortalitas total, perubahan tingkah
laku dan morfologi Aphis craccivora Koch, suhu dan kelembaban.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tembakau dari
berbagai merek mampu mengendalikan hama Aphis craccivora Koch dengan
konsentrasi yang efektif adalah 1,00 g/liter air dari ekstrak limbah puntung rokok
merek Lintang Enam karena mampu mematikan Aphis craccivora Koch sebesar
90% dan menyebabkan mortalitas serangga uji sebesar 50% dalam waktu 14,33
jam.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kehendakNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pemberian Ekstrak Tembakau dari Berbagai Merek Limbah Puntung
Rokok Kretek dengan Beberapa Konsentrasi untuk Mengendalikan Hama
Aphis craccivora Koch pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, motivasi dan bantuan dari
berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua saya, E. Gultom dan K. Br. Silitonga yang senantiasa
memberikan dukungan motivasi, kasih sayang, cinta dan ketulusan doanya
yang tak pernah habis ditelan waktu, sehingga anaknya mampu menggapai
cita-cita dan mimpinya.
2. Kakak dan adik saya, Dr. Anita Gultom dan S. Boy Marsen Gultom yang
selalu memberika motivasi dan doanya, sehingga saya mampu menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Pembimbing pertama Agus Sutikno, SP, MSi. dan juga sebagai penasehat
akademis saya, yang tidak pernah bosan-bosanya memberikan waktu, saran
dan motivasi kepada saya sampai selesainya skripsi ini.
4. Pembimbing kedua Ir. Jeltje Hennie Laoh, MS terima kasih atas dorongan ibu
selama ini, juga kesabaran ibu yang selalu mengingatkan saya agar tidak
pernah lengah dalam mengerjakan tugas akhir ini.
5. Prof. Dr. Usman Pato, MSc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Riau, Ir. Armaini, MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Ir. Ardian, MS
selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.
6. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Pertanian, terimakasih telah bekerja
dengan baik demi kemajuan Fakultas Pertanian Universitas Riau.
7. Seluruh teman-teman HPT '05, Delwis Kurniawan, Roni Setiawan, M. Zaenal
Abidin (Tatap semangat dalam mengerjakan skripsinya). Musa Romadhon,
SP, Korinika Br Bangun, SP, Ida Lestari, SP, Reza Wijaya, SP, dan juga
kepada teman-teman yang talah wisuda yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, tetap semangat dalam mengerjakan sesuatu, jangan paksa apa
yang tidak dapat kamu lakukan, lakukan apa yang dapat kamu lakukan, dan
biarkan Tuhan yang melakukan sisanya.
8. Seluruh senior dan junior HPT, M. Iqbal Rangkuti, SP, Sri wahyuni, SP,
Hengki Susilo, SP, Jhonly M Damanik, SP, Rina Susiwiyati, SP, Veronika
Perangin-angin, SP, Musdawaty Simanjuntak, SP, Rilla Ferina, SP, Liza
Andriani, SP, Al Prianti Jasmin, SP ,Delviza, SP, Daud, Nechiyana, Wawan
Hendra, M Al Hafis dan juga kepada teman-teman yang tidak dapat
disebutkan. Sukses dalam hidup tidak di tentukan oleh kartu baik, tapi
bagaimana cara memainkan kartu buruk dengan baik.
9. Teman-teman Master Community, bang Ricard, mas Yandi, bang Marlin, mas
Mudi, kang Wahyu, Koko, Nurdin, Eli. M, J. Edi saputra, Agus, Dhani,
Fauzan Romadhoni, Indra Naslan Wahid, Syarif Hidayat dan seluruh anggota
yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian selama
ini. Lakukan yang terbaik maka akan mendapatkan hasil yang terbaik pula.
10. Kelurga besar Planet Motor, koko B. Kosasih, Billy Prananda, Om Eka,
Om Rozy, Om Boby, Om Yoyok, Arif, Jheksen dan seluruh teman-taman
terima kasih atas dukungan dan motivasi kalian.
Pekanbaru, Juli 2012
Ericson Gultom
DAFTAR ISI
RINGKASAN .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) ................................ 6
2.2. Hama Kutu Daun (Aphis craccivora Koch.) ................................... 7
2.3. Tembakau Sebagai Pestisida Nabati ................................................ 9
III. BAHAN DAN METODE ......................................................................... 11
3.1. Tempat dan Waktu........................................................................... 11
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................ 11
3.3. Metode Penelitian ............................................................................ 11
3.4. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 13
3.5. Parameter yang Diamati .................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 21
4.1. Waktu Awal Kematian (Jam) .......................................................... 21
4.2. Lethal Time 50 (LT50) (Jam) .......................................................... 23
4.3. Persentase Mortalitas Total (%) ...................................................... 27
4.4. Perubahan Tingkah Laku dan Morfologi ........................................ 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Halaman
1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mematikan serangga uji paling
awal dengan pemberian ekstrak tembakau dari berbagai limbah puntung
rokok kretek ............................................................................................. 21
2. Rata-rata Lethal Time 50 A. craccivora Koch dengan penyemprotan
ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi
(jam) ......................................................................................................... 24
3. Rata-rata mortalitas total A. craccivora Koch dengan penyemprotan
ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi
(jam) .......................................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L) ........................................... 6
2. Bagian kutu daun Aphis craccivora Koch ................................................ 8
3. Perbanyakan dan pemindahan Aphis craccivora Koch ke tanaman
perlakuan ................................................................................................... 15
4. Pembuatan ekstrak limbah puntung rokok kretek ..................................... 16
5. Tanaman perlakuan dalam sungkup .......................................................... 17
6. Morfologi Aphis craccivora Koch ............................................................ 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel sidik ragam masing-masing parameter pengamatan ....................... 38
2. Tabel rata-rata persentase mortalitas total ............................................... 40
3. Tabel rata-rata suhu dan kelembaban di laboratorium selama penelitian . 41
4. Tabel kandungan nikotin dari masing-masing merek ............................... 42
5. Tabel perubahan tingkah laku Aphis craccivora Koch ............................. 43
6. Bagan penelitian menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) .................. 44
7. Gambar sungkup ....................................................................................... 45
8. Gambar puntung rokok ............................................................................. 46
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang panjang merupakan sayuran yang sangat digemari oleh berbagai
kalangan masyarakat dengan tingkat konsumsi yang cukup besar. Selain rasanya
enak, sayuran ini juga mengandung zat gizi yang cukup banyak. Kandungan gizi
pada polong maupun pada daun tanaman ini cukup lengkap. Polong muda banyak
mengandung protein, vitamin A, lemak, dan karbohidrat. Komoditas ini
merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial (Haryanto, et al, 1999).
Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu
sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Konsumsi sayuran
pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa
dengan mengkonsumsi sayuran berarti hidup akan bertambah sehat (Sunaryono
dan Ismunandar, 1981).
Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam budidaya kacang panjang
adalah serangan hama kutu daun Aphis craccivora Koch (Aphididae; Homoptera).
Hama ini berukuran kecil dan tersebar secara kosmopolitan, merupakan salah satu
hama tanaman dari famili Leguminoceae di Indonesia (Kalshoven, 1981).
A. craccivora Koch ini mempunyai kemampuan hidup yang tinggi karena mampu
bereproduksi secara partenogenesis, serta bersifat polimorfisme, selain sebagai
hama serangga ini juga berperan sebagai vektor bermacam-macam virus penyebab
penyakit.
2
Hama ini hinggap di permukaan bawah daun dan di pucuk-pucuk sulur
untuk menghisap cairan tanaman. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini
adalah daun menjadi keriting dan berkerut, pertumbuhan sulur terhenti dan mati.
A. craccivora Koch juga sering menyerang bunga dan polong. Tanaman yang
terserang berat akan menghasilkan daun-daun berwarna kekuningan, kerdil,
mengalami malformasi dan kehilangan vigor. Semakin banyak aphid yang
menyerang tanaman, mengakibatkan daun dan pucuk sulur banyak yang rusak dan
akhirnya mati. Kehilangan hasil akibat hama ini apabila tidak dikendalikan dapat
mencapai 65,87% (Prabaningrum, 1996).
Usaha pengendalian hama A. craccivora Koch yang dilakukan oleh para
petani lebih banyak menggunakan insektisida dibandingkan cara lain. Penggunaan
insektisida kimia sintetis merupakan cara yang praktis dan efisien, namun
penggunaan yang berlebihan dan tidak bijaksana dapat membunuh musuh-musuh
alami (predator) dari hama tersebut dan jika digunakan secara terus menerus dan
berlangsung lama akan menimbulkan masalah yang cukup serius. Dampak
penggunaan pestisida sintetis menyebabkan hama menjadi resisten dan terjadi
resurgensi hama, timbulnya hama sekunder menjadi hama utama, serta berdampak
negatif pada lingkungan dan bahaya keracunan pada manusia dan hewan
(Kardinan, 1998 dalam Novizan, 2002). Pemanfaatan bahan alami sebagai
insektisida nabati merupakan suatu alternatif pengendalian hama yang ramah
lingkungan selain itu murah, bahan mudah didapat dan praktis dalam pembuatan
maupun aplikasi dilapangan.
Lebih dari 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 253 famili
dilaklporkan mengandung bahan pestisida. Tembakau merupakan salah satu
3
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida karena mengandung
senyawa alkaloid yang disebut nikotin. Nikotin dapat digunakan untuk
mengendalikan serangga dari golongan aphid dan serangga betubuh lunak serta
berukuran kecil (Kardinan, 2000 dalam Irwanto, 2006).
Penelitian Delita dan Yursida (1999) menunjukkan bahwa teknis
pemakaian puntung rokok untuk mengendalikan hama kutu putih yang menyerang
anggrek Cateleya sp., yaitu dengan melarutkan 2 batang puntung rokok (0,4 g)
yang direndam pada 1 liter air kemudian disemprotkan 3 hari sekali. Setelah tiga
kali penyemprotan ternyata mampu menghentikan semua serangan kutu daun.
Cremlyn (1991) dalam Simbolon (2012) menjelaskan bahwa nikotin dapat
menyerang sistem saraf serangga, khususnya saraf otot yang menyebabkan saraf
ini tidak aktif, akibatnya mati. Mekanisme penetrasi senyawa tersebut diawali
dengan masuk melalui lubang-lubang alami dan melalui mulut bersamaan dengan
bahan makanan yang dimakan. Bahan makanan yang mengandung nikotin masuk
keorgan pencernaan dan diserap oleh dinding usus selanjutnya ditranslokasi
menuju pusat saraf. Sel saraf A. craccivora Koch yang terganggu akan
mempengaruhi keseimbangn ion-ion yang ada dalam sel saraf. Penembusan
membran sel oleh nikotin menyerupai acetycoline, kemudian mengikat reseptor
acetylcoline pada sambungan saraf otot akibatnya terjadi tarikan saraf sehingga
saraf rusak atau tidak berfungsi yang menyebabkan kematian.
Rokok merupakan silinder dari kertas yang memiliki ukuran panjang
sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok kretek memiliki sekitar
4 - 5 mg nikotin dan 20 mg tar, sedangkan perbandingan antara tembakau dan
4
cengkeh dalam sebatang rokok kretek adalah 60 : 40. Disebut rokok kretek karena
menurut penggemarnya rokok jenis ini jika dibakar akan mengeluarkan bunyi
kretek-kretek yaitu suara kertas bercampur tembakau cacahan agak kasar yang
terbakar (Anonim, 2011).
Puntung rokok dengan bahan baku tembakau merupakan limbah yang
belum termanfaatkan dan masih berlimpah. Dari setiap batang rokok kira-kira
20% akan terbuang sebagai puntung rokok setelah dihisap oleh konsumen rokok.
Kandungan nikotin dalam rokok berkisar antara 6 - 18% (Vickery dan Mickery,
1981 dalam Delita dan Yursida, 1999). Namun dari berbagai merek rokok kretek
yang ada mempunyai kandungan nikotin yang berbeda-beda.
Hasil penelitian Irwanto (2006) menunjukan bahwa pada konsentrasi
0,80 g/l - 1,0 g/l pada semua merek rokok filter (A: Sampoerna, B: Star Mild,
C: Marlboro, D: Ardath E: Country, F: Surya 16) menyebabkan mortalitas lebih
cepat dan tinggi, mampu menghambat jumlah nimfa yang dilahirkan. Mortalitas
dan jumlah A. craccivora Koch membentuk sayap tertinggi terjadi pada
konsentrasi 1,0 g/l, dan jumlah nimfa yang paling sedikit dilahirkan terjadi pada
konsentrasi 0,80 g/l ekstrak tembakau puntung rokok filter.
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2008
menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara terbesar ke-3 dalam jumlah
perokok di dunia dengan jumlah perokok 65 juta orang atau
28% per penduduk, dengan konsumsi rokok 225 milliar batang pertahun
(Anonim, 2011 a). Dari banyaknya jumlah rokok yang dihisap pertahun maka
limbah dari puntung rokok juga akan semakin banyak dan berlimpah, oleh sebab
itu dicari upaya untuk memanfaatkan limbah puntung rokok yang tidak terpakai
5
tersebut dengan cara memanfaatkannya sebagai bahan pembuat pestisida nabati
untuk mengendalikan hama.
Berdasarkan uraian diatas, telah dilakukan penelitian yang berjudul
“Pemberian Ekstrak Tembakau dari Berbagai Merek Limbah Puntung
Rokok Kretek dengan Beberapa Konsentrasi untuk Mengendalikan Hama
Aphis craccivora Koch pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa konsentrasi ekstrak
tembakau dari limbah puntung rokok kretek berbagai merek untuk mengendalikan
hama Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang panjang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
Kacang panjang (Vigna sinensis L.) adalah tanaman hortikultura yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun
sebagai lalapan. Kacang panjang merupakan anggota Famili Fabaceae yang
termasuk kedalam golongan sayuran. Kacang panjang dibudidayakan untuk
dimanfaatkan polong mudanya atau kadang-kadang daunnya sebagai lalapan.
Kacang panjang diperbanyak melalui benih (Sunaryono dan Ismunandar 1981).
Sistimatika tanaman kacang panjang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: Divisi: Spermatophyta, Sub divisi: Angiospermae, Kelas:
Dicotyledoneae, Bangsa: Rosales, Suku: Leguminosae (Papilionaceae), Marga:
Vigna, Jenis: Sinensis (Hutapea et al., 1994) Nama ilmiah: Vigna sinensis L.
Gambar 1. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L)
Sumber: Foto penelitian (2011)
Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha tani
karena selain mudah dibudidayakan, pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Secara
ekonomis, tanaman ini memiliki kekuatan pasar yang cukup besar. Pasar mampu
menyerapnya meskipun produksi kacang panjang berlimpah pada musim panen,
7
kacang panjang juga dipasarkan ke luar negeri. Belanda membutuhkan lebih dari
3 ton tiap minggunya (Haryanto et al, 1999).
2.2. Hama Kutu Daun (Aphis craccivora Koch)
Aphis craccivora Koch termasuk kedalam Filum: Arthropoda, Sub Filum:
Mandibulata, Kelas: Insekta, Ordo: Homoptera, Famili: Aphididae, Genus: Aphis,
Species: Craccivora (Klingauf, 1987 dalam Herlina, 1998) Nama ilmiah:
Aphis craccivora Koch.
Aphis craccivora Koch berbentuk seperti buah peer, panjang sekitar
1,8 - 2,3 mm dan lunak. Bagian mulut terdiri atas jarum yang tajam untuk
menusuk tanaman dan mengisap cairan. Aphis hidup secara bergerombol pada
daun dan tunas muda. Perkembangbiakannya ada dua macam, yaitu secara seksual
dan aseksual parthenogenesis. Aphis dewasa dapat menghasilkan 2 - 20 anak
setiap hari dan bila keadaan baik daur hidupnya mencapai 2 minggu. Ada Aphis
yang bersayap dan ada yang tidak bersayap (Pracaya, 2008).
Serangga ini berperan sebagai vektor bermacam-macam virus penyebab
penyakit, seperti virus mosaik kedelai, virus daun kecil kacang panjang dan virus
sapu kacang tanah. Penyakit ini dapat menurunkan kandungan lemak 21 - 27%
dan kandungan protein 16 - 27% pada biji kacang-kacangan (Bernabe, 1972),
dapat pula menyerang Mirabilis jalapa, Moringa oleifera, Antigonon leptopus,
dan Glyricidia sepium (Nayar, 1982).
8
Gambar 2. Bagian kutu daun Aphis craccivora Koch
Sumber: Cottier (1953) Dalam Irwanto (2006).
1. Antena, 2. Kepala, 3. Kornikel, 4. Kauda,
5.Lempeng genital, 6. Toraks dan abdomen imago tidak bersayap.
Pada populasi tinggi tanaman yang terserang akan menjadi layu, daun
berguguran dan sering kali tanaman menjadi kerdil. Tanaman layu karena kutu
daun menghisap cairan daun. Kutu daun menghasilkan embun madu yang
merupakan media yang cocok untuk jamur jalaga yang akan menghambat proses
fotosintesis. Disamping merusak secara langsung hama ini juga merupakan vektor
13 macam virus. Sebagai vektor virus yang bersifat sistemik, serangga ini
meghisap cairan tanaman selama satu jam. Virus tersebut tetap bertahan dalam
serangga selama 10 hari dan tidak hilang dalam pergantian kulit. Semua fase
mampu menularkan virus tetapi nimfa lebih efektif dalam menularkan virus
(Suharto, 2007).
Kutu daun A. craccivora Koch menyebar diseluruh bagian Asia Tenggara.
dan memiliki tanaman inang kacang-kacangan, terutama kacang panjang, kacang
hijau dan kacang tanah. Siklus hidup: 5 - 8 hari, Nimfa dan imago hidup
bergerombol, terutama pada bagian tangkai bunga. Serangan biasanya mulai
9
terjadi ketika tanaman mulai membentuk bunga. Serangan selanjutnya juga dapat
terjadi pada pucuk-pucuk tanaman dan pada permukaan bawah daun.
Aphis craccivora Koch merusak tanaman dengan cara menghisap cairan
daun atau bagian tanaman yang masih muda. Kutu daun dapat berkembang biak
dengan cara partenogenesis (tanpa dibuahi oleh serangga jantan). Sekitar lima hari
kemudian, kutu yang baru menetas sudah mampu beranak sehingga menghasilkan
keturunan-keturunan baru dalam jumlah banyak. Hama ini berwarna hitam dengan
panjang 1 - 2,3 mm. Nimfa setelah satu minggu menjadi dewasa dan mulai
menyerang dari balik daun dan kuncup tunas (Qusaeri, 2010).
2.3. Tembakau Sebagai Insektisida Nabati
Produksi tembakau yang melimpah di Indonesia hanya bermanfaat sebagai
industri rokok saja yang sangat berdampak negatif bagi kesehatan manusia.
Tembakau mengandung alkaloid nikotin yang berdampak buruk bagi kesehatan
manusia juga sangat beracun bagi serangga sehingga nikotin dapat dimanfaatkan
oleh manusia sebagai insektisida nabati. Nikotin pertama kali digunakan sebagai
insektisida pada tahun 1763, dan alkaloid murninya diisolasi tahun 1828 oleh
Posset dan Reimann, kemudian disintesis tahun 1904 oleh Piclet dan Rotschy.
Alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya digunakan sebagai
racun kontak, fumigasi, dan racun perut. Insektisida ini diperdagangkan sebagai
Black Leaf 40R mengandung 40% nikotin, untuk mengendalikan serangga yang
bertubuh lunak (Baehaki, 1993 dalam Susilowati, 2006).
Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural ditanaman tembakau.
Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae
10
seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil
dibanding pada tembakau. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tidak
berwarna, tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin
dapat menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan
yang dibasakan. Efek penggunaan nikotin (sebagai salah satu zat aditif) yang
terdapat ditembakau adalah penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang
mengganggu keseimbangan syaraf. Ketergantungan fisik dan psikologi pada
nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek
nikotin pada SSP dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau
dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3 - 5 menit (Susilowati, 2006).
Senyawa insektisida botani ini efektif disemprotkan pada waktu cuaca
panas, namun demikian nikotin akan mengalami degradsi dengan cepat. Efektif
digunakan pada tanaman hias dan sayuran untuk mengontrol serangga Aphid,
Thrips, kepik, penggerek daun, wereng, siput, tungau, laba-laba, serta banyak
digunakan dirumah kaca (Kardinan, 1998).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau,
kampus Bina Widya Kelurahan Simpang Baru Panam. Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2011.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih kacang
panjang varietas Kano 1, serangga hama Aphis craccivora Koch, polybag ukuran
6 x 17 cm, top soil, pupuk kandang, puntung rokok kretek merek (A) Lintang
Enam, (B) Djie Sam Soe, (C) Sampurna Hijau, (D) Gamelan dan (E) Gudang
Garam Merah. Kandungan nikotin Lintang Enam: 2,8 mg, Djie Sam Soe: 2,3 mg,
Sampurna Hijau: 2,2 mg, Gamelan: 2,38 mg dan Gudang Garam Merah: 2,2 mg.
Alat-alat yang perlukan dalam penelitian ini antara lain kurungan serangga
dari polinet, sungkup kecil (diameter 15 cm, tinggi 30 cm), hand sprayer 250 ml,
Blander, ayakan, cangkul, kuas, gelas ukur, timbangan analitik dan alat-alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) terdiri atas 26 perlakuan dengan 3 ulangan. Adapun
perlakuannya adalah tembakau dari puntung rokok kretek berbagai merek dengan
beberapa konsentrasi.
12
Perlakuan tersebut adalah:
1. K0 : 0 g puntung rokok/liter air
2. K1 : 0,20 g PR A/liter air
3. K2 : 0,40 g PR A/liter air
4. K3 : 0,60 g PR A/liter air
5. K4 : 0,80 g PR A/liter air
6. K5 : 1,00 g PR A/liter air
7. K6 : 0,20 g PR B/liter air
8. K7 : 0,40 g PR B/liter air
9. K8 : 0,60 g PR B/liter air
10. K9 : 0,80 g PR B/liter air
11. K10 : 1,00 g PR B/liter air
12. K11 : 0,20 g PR C/liter air
13. K12 : 0,40 g PR C/liter air
14. K13 : 0,60 g PR C/liter air
15. K14 : 0,80 g PR C/liter air
16. K15 : 1,00 g PR C/liter air
17. K16 : 0,20 g PR D/liter air
18. K17 : 0,40 g PR D/liter air
19. K18 : 0,60 g PR D/liter air
20. K19 : 0,80 g PR D/liter air
21. K20 : 1,00 g PR D/liter air
22. K21 : 0,20 g PR E/liter air
23. K22 : 0,40 g PR E/liter air
24. K23 : 0,60 g PR E/liter air
25. K24 : 0,80 g PR E/liter air
26. K25 : 1,00 g PR E/liter air
Keterangan:
PR : Puntung Rokok.
A, B, C, D, E : Merek Puntung Rokok.
13
Model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut:
Yij =μ + τi + εij
Yij = Nilai tengah pengamatan pada satuan percobaan perlakuan ekstrak
tembakau puntung rokok kretek berbagai merek dengan beberapa
konsentrasi ke-i yang mendapatkan ulangan ke-j.
µ = Nilai tengah umum.
τi = Pengaruh perlakuan ekstrak tembakau puntung rokok kretek
berbagai merek dengan beberapa konsentrasi ke-i
εij = Pengaruh galat perlakuan berbagai jenis ekstrak tembakau puntung
rokok kretek berbagai merek pada satuan percobaan dengan
beberapa konsentrasi dan ulangan ke-j.
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik
menggunakan sidik ragam dan uji lanjut DNMRT (Duncan’s New Multiple Range
Test) pada taraf 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Penyediaan tanaman untuk perbanyakan Aphis craccivora Koch
Penyediaan tanaman untuk perbanyakan Aphis craccivora Koch bertujuan
untuk perbanyakan hama A. craccivora Koch, makanan dan tempat hidup hama
itu sendiri. Tanaman tersebut ditanam di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun
Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Tanaman untuk perbanyakan
hama ditanam terpisah dan diberi sungkup untuk menjaga agar hama tidak
menyebar ke tanaman lain dan menghindari serangan predator. Sungkup ini dibuat
menggunakan polynet dengan memakai kerangka tiang empat persegi dengan
14
ukuran 2,5 x 5 m. Tanaman kacang panjang ditanam didalam polybag ukuran 6 x
17 cm. Penanaman dilakukan dengan mengikuti anjuran penanaman tetapi tidak
menggunakan pestisida.
a. Pengolahan tanah.
Media yang digunakan adalah tanah yang diambil dari Unit Pelaksana
Teknis (UPT). Kebun Pertanian Organik Fakultas Pertanian Universitas Riau
Uniersitas Riau. Tanah yang sudah diambil lalu dijemur hingga kering dibawah
sinar matahari kemudian dilakukan pengayakan. Tanah yang sudah diayak
tersebut dicampur dengan pupuk kandang ayam, dengan perbandingan antara
tanah dan pupuk kandang ayam adalah 2 : 1 dan dimasukkan kedalam polybag
ukuran (12 x 17 cm) sebanyak 800 gr.
b. Penanaman.
Penanaman dilakukan dengan cara menugal benih kacang panjang didalam
media tanam yang tersedia. Dalam satu polybag ditanam 2 benih kacang panjang.
c. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiraman tanaman dan penyiangan gulma.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari jika tidak hujan.
Penyiangan gulam dilakukan jika terdapat tanaman pengganggu baik yang tumbuh
pada polybag maupun pada sekeliling polybag.
3.4.2. Perbanyakan Aphis craccivora Koch
Perbanyakan Aphis craccivora Koch dilakukan pada tanaman sediaan.
A. craccivora Koch yang akan diinfestasikan ke tanaman sediaan diambil dari
tanaman sayuran petani di daerah Kartama, Pekanbaru. A. craccivora Koch yang
15
diambil adalah imago yang tidak bersayap dengan ciri-ciri tubuh berwarna hitam
mengkilap, sifunkuli (kornikel) berbentuk silindris menyempit kearah ujung.
Kauda berduri dan menyempit ke ujung, kauda memiliki rambut lima sampai
tujuh helai, pada bagian dorsal yang berwarna hitam mengkilap terdapat bercak
agak gelap (Blackman dan Eastop, 1984 dalam Irwanto, 2006).
Pemindahan A. craccivora Koch dilakukan dengan menggunakan kuas
kecil untuk menggambilnya dari tanaman inang, dan dipindahkan ke tanaman
sediaan. Imago yang diambil dari lahan dibiakkan sehingga menghasilkan turunan
ke-1 (F1). Imago A. craccivora Koch segera dipindahkan agar F1 tidak tercampur.
F1 dipelihara sampai menjadi imago (umur 4 hari) dan digunakan sebagai
serangga uji.
Gambar 3. Perbanyakan dan pemindahan Aphis craccivora Koch ke tanaman
perlakuan
Sumber: Foto penelitian (2011)
16
3.4.3. Pembuatan sungkup untuk tanaman perlakuan
Pembuatan sungkup saat penelitian dimaksudkan untuk menjaga agar
hama A. craccivora Koch tidak pindah dari tempat uji ketanaman uji lainnya
selain itu untuk mencegah masuknya musuh alami. Sungkup dibuat menggunakan
plastik mika yang dibentuk menjadi silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm dan dibuat jendela dengan ukuran 3 x 3 cm, pada sisi atas sungkup ditutup
dengan kain kasa yang sudah dibentuk menjadi melingkar. Bagian atas Polybag
diberi penutup kertas putih agar memudahkan untuk pengamatan apabila ada
A. craccivora Koch yang jatuh. Fungsi sungkup adalah untuk menutup wadah
pucuk kacang panjang sedangkan fungsi jendela untuk lobang tempat melakukan
penyemprotan hal ini dimaksudkan agar butiran air pestisida yang keluar dari
Hand sprayer dapat merata pada tanaman uji.
Gambar 5. Tanaman perlakuan dalam sungkup
Sumber: Foto penelitian (2011)
3.4.4. Pembuatan ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok
Puntung rokok yang digunakan adalah puntung rokok kering yang
diperoleh dangan cara mengumpulkan dari orang-orang yang mengkonsumsi
rokok. Sebelumnya diarahkan agar mengumpulkan puntung rokok yang telah
dihisap pada wadah yang telah disediakan sesuai merek. Puntung rokok yang telah
17
dikumpulkan dengan merek yang sama diambil tembakaunya lalu dihaluskan
dengan blender tanpa menggunakan air, setelah itu ditimbang menggunakan
timbangan digital sesuai dengan perlakuan. Kemudian direndam dalam 1 liter air
selama 24 jam dan dilakukan penyaringan sehingga diperoleh ekstrak yang siap
digunakan.
Gambar 4. Pembuatan ekstrak limbah puntung rokok kretek
Sumber: Foto penelitian (2011)
3.4.5. Penyediaan tanaman untuk perlakuan
a. Pengolahan tanah.
Media yang digunakan adalah tanah yang diambil dari Unit Pelaksana
Teknis (UPT). Universitas Riau. Tanah yang sudah diambil dikeringkan kemudian
dilakukan pengayakan. Tanah yang sudah diayak tersebut dicampur dengan pupuk
kandang ayam dengan perbandingan antara tanah dan pupuk kandang ayam
adalah 2 : 1 dan dimasukkan kedalam polybag ukuran (6 x 17 cm) sebanyak
800 gr.
b. Penanaman.
Penanaman dilakukan dengan cara menugal benih kacang panjang didalam
media tanam yang tersedia dimana dalam satu polybag ditanam 2 benih kacang
panjang. Selain menanam langsung di polybag sebagai tanaman perlakuan, juga
18
dilakukan penanaman kacang panjang pada polybag lain yang berfungsi sebagai
tanaman penggati jika tanaman pada polybag ada yang mati.
c. Pemeliharaan.
Pemeliharaan meliputi penyiraman tanaman dan penyiangan gulma.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari jika tidak turun hujan.
Penyiangan gulma dilakukan jika terdapat tanaman pengganggu.
3.4.6. Infestasi hama
Diinfestasikan sebanyak 10 nimfa A. craccivora Koch tiap perlakuan,
pemindahan dilakukan dengan menggunakan kuas kecil. A. craccivora Koch
disentuh sedikit agar bergerak setelah itu baru dipindahkan secara hati-hati, hal ini
untuk menghindari agar stilet A. craccivora Koch tidak putus. A. craccivora Koch
yang akan dijadikan serangga uji adalah imago A. craccivora Koch dan tanaman
untuk perlakuan berumur 30 hari.
3.4.7. Aplikasi perlakuan
Aplikasi perlakuan dilaksanakan pada jam 05.00 sore, di Laboratorium
Hama Tumbuhan. Aplikasi dilakukan sehari setelah A. craccivora Koch
diinfestasikan pada tanaman kacang panjang dengan tujuan A. craccivora Koch
dapat beradaptasi terlebih dahulu. Tanaman kacang panjang yang telah diinfestasi
A. craccivora Koch disemprot dengan ekstrak tembakau dengan menggunakan
hand sprayer 250 ml. Masing-masing perlakuan disemprotkan sampai membasahi
seluruh pucuk daun kacang panjang. Sebelum melakukan penyemprotan terlebih
dahulu dilakukan kalibrasi dengan cara, hand sprayer ukuran 250 ml diisi dengan
air sebanyak 250 ml, kemudian disemprotkan pada tanaman kacang panjang umur
19
30 hari hingga merata, lalu dihitung jumlah volume air yang tersisa dalam Hand
sprayer dengan menggunakan gelas ukur. Volume air awal (250 ml) dikurangi
volume air yang tersisa dalam Hand sprayer adalah volume semprot per polybag.
Dari hasil kalibrasi didapatlah volume semprot sebanyak 10 ml per polybag.
3.5. Parameter yang Diamati
3.5.1. Waktu awal kematian (jam)
Pengamatan dilakukan setiap jam dengan menghitung waktu yang
dibutuhkan untuk mematikan paling awal salah satu A. craccivora Koch dari
setiap unit pelakuan.
3.5.2. Lethal Time (LT50) (jam)
Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan dari
perlakuan untuk mematikan 50% A. craccivora Koch uji. Pengamatan dilakukan
setiap jam.
3.5.3. Persentase mortalitas total (%)
Pengamatan dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah nimfa
A. craccivora Koch yang mati, dilakukan pada akhir penalitian. Persentase
mortalitas dihitung dengan meggunakan rumus yang mengacu pada Natawigena
(1993) sebagai berikut:
MH =b
a + b× 100%
Dimana: MT = Persentase mortalitas total
a = Jumlah serangga hidup
b = Jumlah serangga yang mati
20
3.5.4. Perubahan tingkah laku dan morfologi Aphis craccivora Koch
Pengamatan dilakukan setiap jam dengan melihat perubahan yang terjadi
pada A. craccivora Koch setelah diberi perlakuan hingga mati. Data yang didapat
dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.
3.5.5. Suhu dan kelembaban
Pengamatan dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembaban ditempat
perlakuan penelitian, yang dilakukan setiap pagi dan sore selama penelitian
dengan menggunakan alat Termohigrometer. Data yang didapat dianalisis secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbanyakan A. craccivora Koch dilakukan di Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Riau dengan rata-rata suhu 26.62 oC dan kelembaban udara
91.75% dengan hasil sebagai berikut:
4.1. Waktu Awal Kematian (Jam)
Hasil pengamatan lama awal kematian A. craccivora Koch setelah
dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi
ekstrak limbah puntung rokok kretek memberikan pengaruh yang nyata terhadap
lama awal kematian A. craccivora Koch (Lampiran 1a). Hasil uji lanjut DNMRT
pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mematikan serangga uji
paling awal dengan pemberian ekstrak tembakau dari berbagai limbah
puntung rokok kretek
Konsentrasi ekstrak tembakau
limbah puntung rokok
Rerata
(Jam)
0 g / liter 48,00 j
B 0,20 g/liter air 11,67 i
C 0,20 g/liter air 11,67 i
D 0,20 g/liter air 11,33 hi
B 0,40 g/liter air 11,00 hi
E 0,20 g/liter air 11,00 hi
A 0,20 g/liter air 10,67 hij
A 0,40 g/liter air 10,33 ghij
C 0,40 g/liter air 10,33 ghij
C 0,60 g/liter air 10,00 ghij
D 0,40 g/liter air 10,00 ghij
E 0,40 g/liter air 9,67 fghi
E 0,60 g/liter air 9,00 efgh
B 0,60 g/liter air 8,67 defg
C 0,80 g/liter air 8,67 defg
D 0,60 g/liter air 8,67 defg
D 0,80 g/liter air 8,00 cdef
22
A 0,60 g/liter air 7,33 bcde
B 0,80 g/liter air 7,00 bcd
E 0,80 g/liter air 7,00 bcd
A 0,80 g/liter air 6,67 abc
C 1,00 g/liter air 6,67 abc
D 1,00 g/liter air 6,67 abc
B 1,00 g/liter air 5,67 ab
E 1,00 g/liter air 5,67 ab
A 1,00 g/liter air 5,00 a
KK = 9,82 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT
pada taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak limbah
puntung rokok kretek memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tanpa
pemberian ekstrak limbah puntung rokok. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
mematikan serangga uji paling awal berkisar antara 5,00 sampai 11,67 jam.
Rata-rata konsentrasi 0,2 g/l air dari semua merek dan konsentrasi puntung
rokok 0,4 g/l air rokok B memberikan pengaruh yang sama, berkisar antara 10,67
- 11,67 jam. Hal ini diduga karena pemberian perlakuan mendapatkan respon yang
sama dari serangga uji. Selain itu ekstrak yang diberikan belum mencapai dan
belum bereaksi pada bagian yang menjadi sasaran didalam tubuh serangga uji.
Perlakuan ekstrak Puntung Rokok A konsentrasi 1,00 g/liter, Puntung
Rokok E 1,00 g/liter air, Puntung Rokok B 1,00 g/liter air, Puntung Rokok D 1,00
g/liter air, Puntung Rokok C 1,00 g/liter air dan Puntung Rokok A 0,80 g/liter air
memberikan waktu yang dibutuhkan mematikan paling awal berkisar antara (5,00
- 6,67) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diakibatkan karena
konsentrasi puntung rokok yang digunakan merupakan konsentrasi tinggi yaitu
0,80 - 1,00 g/l air. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin
banyak senyawa nikotin yang dihasilkan dan dapat mempercepat awal kematian
23
A. craccivora Koch. Menurut Sutoyo dan Wirioadmodjo (1997) dalam Sinaga
(2009), bahwa setiap tanaman yang diaplikasikan sebagai pestisida nabati yang
mengandung racun memiliki konsentrasi yang berbeda-beda. Bahkan semakin
tinggi konsentrasinya, maka jumlah racun yang mengenai serangga akan semakin
banyak. Berbeda nyatanya perlakuan ekstrak puntung rokok yang diatas dengan
perlakuan lainnya disebabkan konsentrasi yang berbeda sehingga bahan aktif
(nikotin) yang terkandung juga tidak sama, akibatnya waktu yang dibutuhkan
untuk mematikan salah satu serangga uji juga berbeda. Keadaan ini akan
menghambat perkembangan hama dan menyebabkan kematian lebih cepat. Dilain
pihak kandungan nikotin dari masing-masing merek puntung rokok hampir sama
namun yang tertinggi pada merek Lintang enam (A).
Senyawa nikotin yang terdapat pada ekstrak limbah puntung rokok kretek
berfungsi sebagai racun kontak dan racun syaraf bagi kutu daun A. craccivora
Koch. Hal ini menyebabkan terganggunya aktifitas makan A. craccivora Koch
yang sudah terlihat beberapa jam setelah pemberian ekstrak limbah puntung rokok
kretek. Pada pengamatan parameter ini daun tanaman kacang panjang tidak
terdapat kerusakan sama seperti halnya pada perlakuan tanpa ekstrak puntung
rokok kretek.
4.2. Lethal Time 50 (LT50) (Jam)
Hasil pengamatan LT50 setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi ekstrak limbah puntung rokok kretek memberikan pengaruh
nyata terhadap waktu yang dibutuhkan ekstrak limbah puntung rokok kretek untuk
mematikan 50% dari A. craccivora Koch uji (Lampiran 1b). Hasil uji lanjut
DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Rata-rata LT50 A. craccivora Koch dengan penyemprotan ekstrak
tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi (jam)
Konsentrasi ekstrak tembakau
limbah puntung rokok
Rerata
(Jam)
0 g/liter air 48,00 g
D 0,20 g/liter air 28,67 f
B 0,20 g/liter air 28,33 ef
C 0,20 g/liter air 28,33 ef
E 0,80 g/liter air 28,33 ef
C 0,40 g/liter air 28,00 def
B 0,40 g/liter air 27,33 cdef
D 0,40 g/liter air 27,00 cdef
A 0,40 g/liter air 26,33 cdef
B 0,60 g/liter air 26,33 cdef
C 0,60 g/liter air 25,33 cdef
D 1,00 g/liter air 25,33 cdef
D 0,80 g/liter air 25,00 cdef
E 0,20 g/liter air 25,00 cdef
E 1,00 g/liter air 25,00 cdef
D 0,60 g/liter air 24,33 cdef
C 0,80 g/liter air 24,00 cdef
C 1,00 g/liter air 24,00 cdef
E 0,40 g/liter air 23,67 cdef
A 0,60 g/liter air 23,33 cde
E 0,60 g/liter air 23,00 bcd
A 0,20 g/liter air 22,33 bc
A 0,80 g/liter air 22,33 bc
B 0,80 g/liter air 22,33 bc
B 1,00 g/liter air 18,33 ab
A 1,00 g/liter air 14,33 a
KK = 10,43 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT
pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak limbah
puntung rokok kretek memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tanpa
pemberian ekstrak limbah puntung rokok kretek. Hasil uji lanjut menunjukkan
bahwa konsentrasi puntung rokok A 1,00 g/liter air dan puntung rokok B 1,00
g/liter air lebih cepat mematikan 50% A. craccivora Koch dan berbeda nyata
terhadap semua perlakuan. Hal ini diduga karena kandungan nikotin yang terdapat
25
pada rokok merek Lintang Enam lebih tinggi dari pada merek yang lain sehingga
megakibatkan konsentrasi Puntung Rokok A 1,00 g/liter air lebih cepat
menyerang sistem saraf A. craccivora Koch. Sementara kandungan nikotin pada
puntung rokok A dan puntung rokok B tidak terlalu berbeda (Lampiran 4).
Semakin tinggi kandungan bahan aktif yang terdapat pada Puntung Rokok
A 1,00 g/liter air dan konsentrasi paling tinggi yang diberikan pada perlakuan,
maka akan semakin tinggi senyawa nikotin yang terkandung dalam ekstrak
puntung rokok menghambat perkembangan A. craccivora Koch, sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk mematikan 50% A. craccivora Koch akan semakin cepat.
Tarumingkeng (1992), menyatakan bahwa nikotin berperan sebagai racun saraf
yang bereaksi cepat. Akibatnya bahan aktif nikotin dapat mencapai sasaran pada
tubuh serangga dan berinteraksi dengan cepat sehingga mengacaukan sistem saraf
serangga. Keadaan ini yang membuat ekstrak Puntung Rokok A 1,00 g/liter air
lebih cepat mematikan 50% A. craccivora Koch yang dicapai dalam waktu 14,33
jam. Kemampuan nikotin dalam menyerang sistem saraf A. craccivora Koch
tersebut khususnya saraf otot yang menyebabkan sistem saraf tidak aktif dan
akhirnya mati. Harnoto et al (2004) dalam Irwanto (2006), menyatakan bahwa
semakin tinggi konsentrasi senyawa nikotin yang digunakan maka semakin kuat
pula pengaruhnya terhadap kematian serangga.
Hal ini sejalan dengan pengamatan waktu yang dibutuhkan untuk
menyebabkan kematian awal A. craccivora Koch bahwa perlakuan puntung rokok
A 1,00 g/liter air memperoleh perlakuan yang tercepat yaitu 5 jam. Konsentrasi A
1,00 g/liter air berbeda tidak nyata dengan Puntung Rokok B 1,00 g/liter air hal
26
ini disebabkan karena konsentrasi yang diberikan sama dan kandungan nikotinnya
juga tidak terlalu berbeda.
Puntung rokok A 0,20 g/l air dan puntung rokok A 0,80 g/l air dengan
puntung rokok B 0,80 g/l air berbeda tidak nyata antara sesamanya. Jelas bahwa
penambahan konsentrasi ekstrak tembakau puntung rokok ternyata tidak
memberikan pengaruh terhadap serangga uji A. craccivora Koch. Kemungkinan
nikotin dari ekstrak tembakau puntung rokok yang diaplikasikan pada saat
pengamatan belum mencapai dan berinteraksi pada bagian sasaran tubuh
A. craccivora Koch. Hal ini diduga disebabkan karena adanya perbedaan sistem
penghalang masuknya senyawa nikotin kedalam tubuh serangga A. craccivora
Koch akibat adanya perbedaan ketebalan kutikula dari serangga A. craccivora
Koch itu sendiri. Pendapat ini didukung juga oleh Prijono (1994) bahwa.
Penyerapan insektisida yang mempunyai efek racun kontak sebagian besar terjadi
pada kutikula. Senyawa aktif akan berpenetrasi ke dalam tubuh serangga
melalui bagian yang dilapisi oleh kutikula yang tipis, seperti selaput antar
ruas, selaput persendian pada pangkal embelan dan kemoreseptor pada tarsus.
Puntung rokok E 0,60 g/l air lebih cepat mematikan 50% A. craccivora
Koch dari pada puntung rokok E 1,00 g/l air hai ini diduga karena senyawa
nikotin yang masuk kedalam tubuh serangga A. craccivora Koch memiliki
perbedaan penyerapan nikotin yang bekerja sebagai racun perut. pendapat ini
didukung juga oleh Prijono (1988) dalam Wardhana et al. (2005), penyerapan
nikotin yang mempunyai efek racun perut sebagian besar berlangsung dalam
mesentron (saluran pencernaan bagian tengah). Dinding mesentron tersusun
dari sel epitelium yang terdiri atas dua lapis, yaitu senyawa lipida dan
27
protein yang tersebar pada bagian-bagian tertentu dari lapisan lipida tersebut.
Secara keseluruhan, selaput sel ini bersifat lipofilik.
4.3. Persentase Mortalitas Total (%)
Hasil pengamatan mortalitas total A. craccivora Koch setelah dianalisis
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak limbah puntung
rokok kretek memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas total A. craccivora
Koch, dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata mortalitas total A. craccivora Koch dengan penyemprotan
ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi
(jam)
Konsentrasi ekstrak tembakau
limbah puntung rokok
Rerata
(%)
A 1,00 g/liter air 90,00 e
A 0,80 g/liter air 63,33 d
B 1,00 g/liter air 63,33 d
A 0,20 g/liter air 60,00 cd
A 0,60 g/liter air 60,00 cd
C 1,00 g/liter air 56,67 bcd
A 0,40 g/liter air 53,33 bcd
E 0,20 g/liter air 53,33 bcd
E 0,40 g/liter air 53,33 bcd
E 1,00 g/liter air 53,33 bcd
B 0,60 g/liter air 50,00 bcd
B 0,80 g/liter air 50,00 bcd
C 0,80 g/liter air 50,00 bcd
D 0,60 g/liter air 50,00 bcd
D 0,80 g/liter air 50,00 bcd
D 1,00 g/liter air 50,00 bcd
E 0,60 g/liter air 50,00 bcd
B 0,40 g/liter air 50,00 b
C 0,20 g/liter air 46,67 bc
C 0,40 g/liter air 46,67 bc
D 0,40 g/liter air 46,67 bc
B 0,20 g/liter air 43,33 b
28
C 0,60 g/liter air 43,33 b
D 0,20 g/liter air 43,33 b
E 0,80 g/liter air 43,33 b
0 g/l air 0 a
KK = 9,94 % Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menyatakan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DNMRT
pada taraf 5% setelah ditransformasi dengan formula arcsin √y
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan tembakau limbah puntung rokok
kretek memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tanpa pemberian ekstrak
limbah puntung rokok kretek. Perlakuan A 1,00 g/liter air berbeda nyata dengan
semua perlakuan yang dicobakan dan dapat menyebabkkan mortalitas total
sebesar 90%. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan aktif yaitu senyawa
nikotin pada merek A lebih tinggi dari semua merek perlakuan yaitu 2,8 mg,
ditambah lagi pada perlakuan ini konsentrasi 1,00 g/liter air merupakan
konsentrasi tertinggi. Mortalitas total yang terjadi pada perlakuan puntung rokok
A 1,00 g/liter air merupakan yang tertinggi dalam perlakuan. Peningkatan jumlah
konsentrasi ekstrak limbah puntung rokok memberikan pengaruh terhadap
mortalitas total hama kutu daun A. craccivora Koch. Hasil ini didukung oleh
pendapat Natawigena (2000), bahwa proses kematian hama akan semakin cepat
dengan pertambahan konsentrsai ekstrak yang digunakan.
Ekstrak puntung rokok E 0,80 g/liter air berbeda tidak nyata terhadap
puntung rokok D 0,20 g/liter air, puntung rokok C 0,60 g/liter air, puntung rokok
B 0,20 g/liter air, puntung rokok D 0,40 g/liter air, puntung rokok C 0,40 g/liter
air, puntung rokok C 0,20 g/liter air, puntung rokok B 0,40 g/liter air, puntung
rokok E 0,60 g/liter air, puntung rokok D 1,00 g/liter air, puntung rokok D 0,80
g/liter air, puntung rokok D 0,60 g/liter air, puntung rokok C 0,80 g/liter air,
puntung rokok B 0,80 g/liter air, puntung rokok B 0,60 g/liter air, puntung rokok
29
E 1,00 g/liter air, puntung rokok E 0,40 g/liter air, puntung rokok E 0,20 g/liter
air, puntung rokok A 0,40 g/liter air dan puntung rokok C 1,00 g/liter air. Keadaan
ini disebabkan karena kandungan nikotin dari masing-masing merek rokok tidak
terlalu berbeda, dan konsentrasi dari setiap perlakuan tidak lebih dari 1,00 g/liter
air. Semakin tinggi kadar nikotin pada limbah puntung rokok maka akan semakin
cepat mematikan A. craccivora Koch. Mortalitas yang terjadi pada kutu daun A.
craccivora Koch menunjukkan bahwa ekstrak limbah puntung rokok kretek A
1,00 g/liter air dapat mematikan kutu daun A. craccivora Koch sebesar 90% dan
dapat dikatakan efektif digunakan sebagai pestisida nabati. Pendapat ini didukung
oleh Anonim (1999), bahwa pestisida alami dikatakan afektif sebagai pengendali
hama apabila dapat mengakibatkan motalitas lebih dari 90%. Berdasarkan hasil
pengamatan, kutu daun A. craccivora Koch yang mati menunjukkan gejala
terjadinya bergerak secara zig-zag, kekejangan pada otot, kelumpuhan dan
akhirnya menyebabkan kematian pada serangga. Nikotin merupakan racun saraf
bagi hama seperti: ulat perusak daun, Aphids dan trips (Anonim, 2010). Hasil
penelitian Rohman (2007), menyatakan bahwa aplikasi ekstrak tembakau dengan
konsentrasi 200 g/l air menyebabkan mortalitas hama Toxoptera citricidus sampai
100%.
Puntung rokok E 1,00 g/l air dan puntung rokok E 0,40 g/l air terjadi
penurunan kemampuan serangga dalam merubah makanan yang dikomsumsi tidak
menjadi zat pembangun tubuh yang mengakibatkan menurunmya laju
pertumbuhan dan perkembangan serta tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya
sehingga mengakibatkan mortalitas yang terjadi pada konsentrasi Puntung rokok
E 1,00 g/l air dan puntung rokok E 0,40 g/l air menyebabkan perbedaan tang tidak
30
nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarumingkeng (1992), bahwa senyawa
pestisida nabati yang masuk kedalam tubuh serangga A. craccivora Koch baik
melalui proses makan maupun kutikula serangga dapat menyebabkan gangguan
pada proses metabolisme antara lain menurunya kemampuan serangga dalam
merubah makanan yang dikomsumsinya tidak menjadi zat pembangun tubuh
serangga.
Puntung rokok E 0,20 g/l air, puntung rokok E 0,40 g/l air, puntung rokok
E 1,00 g/l air menyebabkan mortalitas total sama yaitu 53,33 % dan menghasilkan
perbedaan yang tidak nyata. Walaupun merek puntung rokok sama hanya yang
berbeda adalah konsentrasinya namun hasilnya berbeda tidak nyata. Diduga hal
ini disebabkan oleh adanya perbedaan ketebalan kutikula yang menjadi
penghalang masuknya senyawa aktif nikotin kedalam tubuh A. craccivora Koch.
Pendapat ini sejalan dengan Prijono (2010), yang menyatakan bahwa kepekaan
antarspesies serangga uji dan faktor lingkungan. Faktor dalam diantaranya yaitu
spesies, fase perkembangan serangga, umur, jenis kelamin dan ukuran. Faktor
lingkunagan yang mempengaruhi kepekaan serangga terhadap insektisida
diantaranya suhu, kelembaban, kepadatan populasi dan pencahayaan.
Mekanisme senyawa nikotin mempengaruhi A. craccivora Koch yaitu
masuk melalui lubang-lubang alami dan melalui mulut bersamaan dengan cairan
sel tanaman yang dihisap. Bahan makanan yang mengandung nikotin masuk
keorgan pencernaan dan diserap oleh ventriculus selanjutnya ditranslokasikan
menuju pusat saraf. Menurut Tarumingkeng (1992), nikotin menyerang enzim
acetylcholinesterase yang meyebabkan penumpukan acetylcholine yang menjadi
penghantar impuls dari neuron ke sel otot pada sistem syaraf serangga. Pendapat
31
diatas sejalan dengan Untung (2001), yang menyataka bahwa penumpukan
acetylcholine dapat menyebabkan kacaunya sistem penghantar impuls ke sel otot
serangga, akibatnya pesan-pesan dari pusat syaraf tidak dapat diteruskan
mengakibatkan otot serangga menjadi kejang dengan terjadi kelumpuhan dan
akhirnya mengakibatkan kematian serangga.
4.5. Perubahan Tingkah Laku dan Morfologi
Perubahan tingkah laku dan morfologi kutu daun A. craccivora Koch yang
terlihat setelah aplikasi ekstrak limbah puntung rokok kretek mulai terjadi pada 3
jam setelah penyemprotan. Namun pada puntung rokok B, C, D dan E perubahan
tingkah laku baru terlihat pada 4 jam setelah penyemprotan. Mekanisme kerja
nikotin yang bekerja sebagai racun syaraf menyerang sistem syaraf serangga
sehingga dapat menimbulkan gejala awal bergerak secara zig-zag, kekejangan,
kelumpuhan dan akhirnya menyebabkan kematian serangga. Sutikno (2001),
menyatakan bahwa mekanisme kerja racun syaraf dengan menghambat kholin
esterase yang mengakibatkan Aphis craccivora Koch bergerak secara zig-zag,
kekejangan, kelumpuhan hingga kematian.
Penambahan konsentrasi pada masing-masing merek rokok cenderung
menunjukkan adanya peningkatan reaksi terhadap A. craccivora Koch. Pada
konsentrasi 0,20 g/liter air dan 0,40 g/liter air dari masing-masing merek rokok
menunjukan perubahan yang tidak menonjol karena pada konsentrasi ini hanya
menunjukkan gejala menggerak-gerakkan tubuh dan bergerak zig-zag. Nikotin
merupakan racun saraf yang bereaksi sangat cepat. Alkaloid nikotin, sulfat nikotin
32
dan kandungan nikotin lainnya dapat digunakan sebagai racun kontak, fumigan
dan racut perut.
Konsentrasi 0,60 g/liter air sampai dengan 1,00 g/liter air menunjukkan
gejala perubahan tingkah laku yang berbeda terhadap A. craccivora Koch. Pada
konsentrasi tersebut, disamping A. craccivora Koch bergerak secara zig-zag, juga
menunjukkan perubahan pada kornikelnya yaitu menjadi lebih tegak
dibandingkan tanpa ekstrak puntung rokok. Gejala perubahan tingkah laku yang
timbul ini karena efek nikotin yang bekerja mengganggu syaraf otot serangga
yang menyebabkan bergerak secara zig-zag, kejang, kelumpuhan dan dapat
menimbulkan kematian. Menurut Novizan (2002), mekanisme kerja nikotin yang
begitu cepat menyebabkan gangguan secara umum terhadap fungsi tubuh dimana
nikotin menyerang sistem syaraf otot serangga sehingga menyebabkan terjadinya
kekejangan dan kematian. Perbedaan morfologi yang terjadi sebelum aplikasi
yaitu tubuh serangga uji yang berwarna hitam mengkilap setelah pemberian
ekstrak tembakau tubuh Aphis craccivora Koch berubah menjadi berwarna hitam
pudar, kornikel menjadi tegang dengan posisi tegak (Gambar 7).
33
Ciri-Ciri Aphis craccivora Koch sehat:
1. Tubuh berwarna hitam dan mengkilat
2. Bercak gelap dibagian dorsal abdomen
3. Panjang sifunkuli (kornikel) 0,38 mm,
berwarna hitam, berbentuk silinder yang
mengecil ke ujung.
4. Kauda berwarna hitam mengecil ke arah
ujung dengan 5 - 8 rambut. Panjang kauda
sekitar 0,21 mm.
Ciri-ciri Aphis craccivora Koch mati:
1. Warna kulit berubah menjadi hitam
kecoklatan dan pudar.
2. Kornikel menjadi lebih tegak.
3. Tubuh kaku
Gambar 7. Morfologi A. craccivora Koch
A. Kutu daun Aphis craccivora Koch yang sehat
Cottier (1953) dalam Suryadi et al (2008)
B. Kutu daun Aphis craccivora Koch yang mati (Foto penelitian, 2011).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Konsentrasi 1,00 g/liter air air ekstrak limbah puntung rokok merek
Lintang Enam merupakan konsentrasi yang efektif, karena mampu
menyebabkan mortalitas total A. craccivora Koch sebesar 90% dan
menyebabkan mortalitas serangga uji sebesar 50% dalam waktu 14,33 jam.
5.2. Saran
1. Pemanfaatan limbah puntung rokok sebagai bahan pestisida nabati dengan
kandungan nikotin memungkinkan untuk dilakukan karena disamping
ketersediaannya melimpah, juga murah dan aman bagi lingkungan.
2. Upaya pengendalian serangan hama kutu daun A. craccivora Koch
disarankan menggunakan ekstrak limbah puntung rokok merek Lintang
enam dengan konsentrasi 1,00 g/liter air.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektida
Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Tanaman. Bogor
. 2010. 10 Manfaat Tembakau yang Perlu untuk Diketahui.
http://kaskusNews.US/wp-confel. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2010.
. 2011 a. 10 Negara Jumlah Perokok Tersebar di Dunia.
http://Nusantaranews.wordprees.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-
perokok-tersebar-di-dunia/. diakses tanggal 2 September 2011.
. 2011. Rokok.http://Id.wikipedia.org/wiki/rokok. diakses tanggal 12
Oktober 2011.
Bernabe C. M. 1972. Effect of aphid infestation (Aphis craccivora Koch) on the
yield of los banos bush sitao. Journal of the Philippines Entomologi 2 (3):
209 - 21.
Delita K. dan Yursida. 1999. Pemanfaatan limbah puntung rokok sebagai
pestisida nabati untuk hama golongan aphids. Prosiding Seminar
Nasional Pertanian Organik. Fakultas Pertanian, Universitas IBA:
Palembang.
Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Herlina L. 1998. Pembiasaan A. cracicivora Koch (Homoptera: aphididae)
pengaruhnya terhadap pemilihan inang dan beberapa aspek biologi
pada tanaman kacang panjang dan kacang tanah. Skripsi. Jurusan HPT
Fakultas Pertanian Bogor IPB, Bogor.
Hutapea J.R. 1994, Inventaris tanaman obat Indonesia (III), Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Depertemen Kesehatan, Jakarta.
Irwanto. 2006. Pemanfaatan limbah puntung rokok filter untuk
mengandalikan hama Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang
panjang (Vigna sinensis L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru.
Istiaji. 1998. Pengendalian ekstrak biji srikaya (Annona squamosa) terhadap
Diadiegma semi clausum (Himenoptera: Ichnenniaunidae) dan
Serangga Inangnya) Plutella xylostela. Skripsi IPB. Tidak dipublikasikan
Kalshoven L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. PT. Ichtiar Baru van
Houve: Jakarta.
36
Kardinan A. 1998. Prospek penggunaan pestisida nabati di Indonesia. Jurnal
litbang No.XVII. Vol. 1 Balai Penelitian Rempah dan Obat.
. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Natawigena H. 1993. Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya.
Bandung.
. 2000. Pestisida dan Kegunannya. Penerbit Armico. Bandung
Nayar K. 1982. General and applied entomology. Second Edition. New Delhi:
Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Limited.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Agro Media Pustaka, Jakarta.
Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan penyakit Tanaman secara Organik.
Kanisius: Yogyakarta.
Prabaningrum L. 1996. Kehilangan hasil panen kacang panjang (Vigna
sinensis Stikm) akibat serangan kutu kacang panjang Aphis craccivora
Koch. P. 355 - 359. Prosiding Seminar Nasional Komoditas Sayuran.
Prijono D. 1994. Teknik pemanfaatan insektisida botanis. Depertemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
. 2010. Pengembangan dan pemanfaatan insektisida botani .
Depertemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Qusaeri M.A, 2010. Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman Utama
Kedelai. http://bubub99.blogspot.com/2010/04/hama-penting-tanaman -
kedelai.html?zx=6e9fc4e036345def. Diakses tanggal 20 Juni 2010.
Rohman T.S. 2007. Pengaruh ekstrak daun tembakau (Nicotiana tabacum),
biji mimba (Azadirachta indica), dan daun paitan (Tithonia diversifolia)
terhadap kutu daun Toxoptera citricidus pada tanaman jeruk (Citrus
sp). Universitas Islam Negeri Malang.
Simbolon R. 2012. Uji beberapa konsentrasi ekstrak tembakau (Nicotiana
tabaccum) untuk mengendalikan hama keong mas (Pomacea sp)
(Mesogastropoda ; Ampularidae) pada tanaman padi (Oryza sativa L.).
Universitas Riau. Pekanbaru
Sinaga R. 2009. Uji efektivitas pestisida nabati terhadap hama spodoptera
litura (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman tembakau (Nicotiana
tabaccum L.). Universitas Sumatera Utara. Medan
37
Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi:
Yogyakarta.
Sutikno A. 2001. Populasi dan penyebaran Aphis craccivora Koch ditanaman
kacang tanah pada berbagai kondisi air tanah. Tesis. Program Pasca
Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.
Sunaryono H. dan Ismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran
Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Suryadi D. et. al. 2008. Barrier crop untuk mengendalikan penyakit mosaik
pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). Departemen Proteksi
Tanaman, FAPERTA-IPB. Bogor.
Susilowati E.Y. 2006. Identifikasi nikotin dari daun tembakau (Nicotiana
tabacum) kering dan uji efaktifitas ekstrak daun tembakau sebagai
insektisida penggerek batang padi (Scirpophaga innonata). Skripsi.
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri semarang, Semarang.
Tarumingkeng R.C. 1992. Insektisida, Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak
Penggunaannya. Kanisius, Yogyakarta.
Untung. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
Universiry Press.
Wardhana A.H. dan Husein A. 2005. Efek larvasidal ekstrak air biji
srikaya (Annona squamosa L) terhadap larva lalat Chrymsomya
bezziana. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
38
Lampiran 1.
Tabel sidik ragam masing-masing parameter pengamatan
a. Lama awal kematian (jam)
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
P
Galat
25
52
4751,705
52,667
190,068
1,013
187,662*
1,74
Total 77 4804,372
KK = 9,82 %
* : Signifikan ns
: Non Signifikan
b. Lethal Time LT50 (jam)
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
P
Galat
25
52
2341,179
370,000
93,647
7,115
13,161*
1,74
Total 77 2711,179
KK = 10,43 %
* : Signifikan ns
: Non Signifikan
c. Persentase mortalitas total (%)
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
P
Galat
25
52
8767,039
8731,936
350,682
20,053
17,488*
1,74
Total 77 9809,786
KK = 9,94 %
* : Signifikan ns
: Non Signifikan
39
Lampiran 2.
Tabel rata-rata Persentase Mortalitas Total
a. Tabel rata-rata Persentase Mortalitas Total A. craccivora Koch dengan
penyemprotan ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek (Data Asli)
Konsentrasi ekstrak tembakau
limbah puntung rokok
Rerata (%)
A 1,00 g/liter air 90,00 e
A 0,80 g/liter air 63,33 d
B 1,00 g/liter air 63,33 d
A 0,20 g/liter air 60,00 cd
A 0,60 g/liter air 60,00 cd
C 1,00 g/liter air 56,67 bcd
A 0,40 g/liter air 53,33 bcd
E 0,20 g/liter air 53,33 bcd
E 0,40 g/liter air 53,33 bcd
E 1,00 g/liter air 53,33 bcd
B 0,60 g/liter air 50,00 bcd
B 0,80 g/liter air 50,00 bcd
C 0,80 g/liter air 50,00 bcd
D 0,60 g/liter air 50,00 bcd
D 0,80 g/liter air 50,00 bcd
D 1,00 g/liter air 50,00 bcd
E 0,60 g/liter air 50,00 bcd
B 0,40 g/liter air 50,00 b
C 0,20 g/liter air 46,67 bc
C 0,40 g/liter air 46,67 bc
D 0,40 g/liter air 46,67 bc
B 0,20 g/liter air 43,33 b
C 0,60 g/liter air 43,33 b
D 0,20 g/liter air 43,33 b
E 0,80 g/liter air 43,33 b
0 g/l air 0 a
40
b. Tabel rata-rata Persentase Mortalitas Total A. craccivora Koch dengan
penyemprotan ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek
setelah ditransformasi dengan formula Arcsin √𝒚
Konsentrasi ekstrak tembakau
limbah puntung rokok
Rerata (%)
A 1,00 g/liter air 74,04 e
B 1,00 g/liter air 52,77 d
A 0,80 g/liter air 52,86 d
A 0,20 g/liter air 50,85 cd
A 0,60 g/liter air 50,77 cd
C 1,00 g/liter air 48,84 bcd
A 0,40 g/liter air 46,92 bcd
E 0,20 g/liter air 46,92 bcd
E 0,40 g/liter air 46,92 bcd
E 1,00 g/liter air 46,92 bcd
B 0,60 g/liter air 45,00 bcd
B 0,80 g/liter air 45,00 bcd
C 0,80 g/liter air 45,00 bcd
D 0,60 g/liter air 45,00 bcd
D 0,80 g/liter air 45,00 bcd
D 1,00 g/liter air 45,00 bcd
E 0,60 g/liter air 45,00 bcd
D 0,20 g/liter air 43,33 b
C 0,20 g/liter air 43,07 bc
C 0,40 g/liter air 43,07 bc
D 0,40 g/liter air 43,07 bc
B 0,20 g/liter air 41.07 b
B 0,40 g/liter air 41.07 b
C 0,60 g/liter air 41.15 b
E 0,80 g/liter air 41.15 b
0 g/l air 2.90 a
41
Lampiran 3.
Tabel rata-rata suhu dan kelembaban di laboratorium selama penelitian
a. Rata-rata suhu di laboratorium selama penelitian
No Tanggal Suhu (
oC)
Rata-rata 07.00 14.00
1
2
12/11/11
13/11/11
26
25.5
27
27
26.5
26.75
Rata-rata 26.62
b. Rata-rata kelembaban di laboratorium selama penelitian.
No Tanggal Kelembaban (%)
Rata-rata 07.00 14.00
1
2
12/11/11
13/11/11
92
92
92
91
92
91.5
Rata-rata 91.75
42
Lampiran 4.
Tabel kandungan nikotin dari masing-masing merek berdasarkan label
Merek Kandunagan Nikotin
Lintang Enam (Puntung rokok A) 2,8 mg
Djie Sam Soe (Puntung rokok B) 2,3 mg
Sampurna Hijau (Puntung rokok C) 2,2 mg
Gamelan (Puntung rokok D) 2,38 mg
Gudang Garam Merah (Puntung rokok E) 2,2 mg
Lampiran 5.
Tabel Perubahan Tingkah Laku Aphis craccivora Koch
Konsentrasi Ekstrak PR Perubahan Tingkah Laku (Jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0 g/l air Diam Diam Bergerak Diam Diam Diam Bergerak Diam Diam Diam Diam
Puntung rokok A 0,20 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Bergerak zig-zag
Diam Bergerak Bergerak zig-zag
Diam Mati
Puntung rokok A 0,40 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Diam Bergerak Diam Bergerak
zig-zag Mati
Puntung rokok A 0,60 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Bergerak
zig-zag
Bergerak zig-zag,
Kornikel lebih tgk Mati
Puntung rokok A 0,80 g/liter air Diam Bergerak Diam Bergerak
zag-zag
Diam , Kornikel
lebih tegak Mati
Puntung rokok A 1,00 g/liter air Diam Bergerak Brgerak zig-zag,
Kornikel lbh tgk Mati
Puntung rokok B 0,20 g/liter air Bergerak Diam Bergerak Diam Bergerak zig-zag
Bergerak Diam Bergerak zig-zag
Bergerak Diam, Kornikel lebih tgk Mati
Puntung rokok B 0,40 g/liter air Diam Bergerak Diam Diam Diam Diam Bergerak Bergerak
zig-zag Bergerak Mati
Puntung rokok B 0,60 g/liter air Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak zig-zag
Diam Diam Diam Mati
Puntung rokok B 0,80 g/liter air Bergerak Bergerak Bergerak Diam Bergerak
zig-zag
Bergerak
zig-zag Mati
Puntung rokok B 1,00 g/liter air Bergerak Diam Diam Bergerak
zig-zag Mati
Puntung rokok C 0,20 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Diam Bergerak Bergerak, Kornikel lebih tegak
Kornikel lebih tegak, Bergerak zig-zag,
Diam Mati
Puntung rokok C 0,40 g/liter air Diam Bergerak Diam Diam Diam Diam Diam, Bergerak
zig-zag
Kornikel lbh tegak,
Bergrk zig-zag Mati
Puntung rokok C 0,60 g/liter air Diam Diam Diam Diam Diam Diam, Kornikel lebih Tegak
Bergerak zig-zag
Diam, Kornikel lbh tgk
Mati
Puntung rokok C 0,80 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Diam Bergerak, Kornikel lebih
tegak
Bergrk zig-zag,
Kornikel lbh tgk Mati
Puntung rokok C 1,00 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak, Kornikel
lebih tegak
Bergerak
zig-zag Mati
Puntung rokok D 0,20 g/liter air Diam Diam Bergerak Diam Diam Diam Bergerak Bergerak Bergerak zig-zag
Kornikel lebih tegak
Mati
Puntung rokok D 0,40 g/liter air Diam Diam Diam Diam Bergerak Bergerak Bergerak,
Kornikel lebih tegak
Bergerak
zig-zag Mati
Puntung rokok D 0,60 g/liter air Bergerak Diam Diam Diam Diam Diam Bergerak zig-zag
Mati
Puntung rokok D 0,80 g/liter air Bergerak Bergerak Bergerak Diam Bergerak
zig-zag
Bergerak, Kornikel lbh
tegak Mati
Puntung rokok D 1,00 g/liter air Diam Bergerak Bergerak Kornikel lbh tegak Bergerak
zig-zag Mati
Puntung rokok E 0,20 g/liter air Diam Diam Bergerak Diam Bergerak Bergerak Bergerak, Kornikel lbh tegak
Bergerak Bergerak zig-zag
Mati
Puntung rokok E 0,40 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Bergerak Diam Bergerak,
Kornikel lebih tegak Mati
Puntung rokok E 0,60 g/liter air Diam Diam Bergerak Diam Kornikel lebih tegak
Bergerak Bergerak zig-zag Mati
Puntung rokok E 0,80 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Kornikel lebih
tegak Mati
Puntung rokok E 1,00 g/liter air Bergerak Diam Diam Bergerak zig-zag Mati
43
44
Lampiran 6.
Bagan penelitian menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Keterangan:
K1, K2,...... K5 = Konsentrasi Ekstrak Puntung
Rokok
A, B, C, D, E = Merek Puntung Rokok
I, II, III = Ulangan Perlakuan
K1BIII K4E2 K3EIII
K1DIII K2CII K2DI
K1DI K3AII K2BII
K02 K5BI K2AI
K2DII K5DI K2EIII
K2E2 K5BII K1CII
K1AII K3BIII K2BIII
K4BI K5AI K3CII
K1BI K1EIII K3DI
K5DII K4EI K03
K5E2 K3AI K2AIII
K2EI K0I K4CII
K2CI K5CIII K4CI
K3AIII K2CIII K4DIII
K4AI K5DIII K5BIII
K4BIII K5EI K1BII
K4AII K1AIII K5AIII
K1EI K5CII K4DII
K1CIII K2BI K5AII
K3BII K3CI K2AII
K3DII K5EIII K3BI
K4DI K3EI K4EIII
K4CIII K5CI K4BII
K3E2 K3DIII K1E2
K3CIII K1CI K1DII
K4AIII K2DIII K1AI
45
Lampiran 7.
Gambar sungkup
46
Lampiran 8.
Gambar puntung rokok
A B C
D E
Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2011
A. Puntung rokok A (Lintang Enam), B. Puntung rokok B (Djie Sam Soe),
C. Puntung rokok C (Sampurna Hijau), D. Puntung rokok D (Gamelan),
E. Puntung rokok E (Gudang Garam Merah).
top related