skripsi - core.ac.uk · taekwondo unhas yang merupakan rumah kedua tempat peneliti ... dan anggaran...
Post on 13-Aug-2018
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)
TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN KONAWE
SUKUR
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2015
SKRIPSI
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)
TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN KONAWE
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi
disusun dan diajukan oleh
SUKUR A31108016
kepada
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2015
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Segala Puja dan Puji syukur kepada Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Meliputi Segalanya, sebanyak tetesan air hujan,
sebanyak butiran debu, sebanyak makhluk-Nya di langit, di bumi, dan diantara
keduanya. Segala Puja dan Puji yang banyak dan tak terhingga untuk Tuhan
Yang Maha Besar, meskipun puja segala pemuji selalu kurang dari sewajarnya.
Segala Puja dan Puji untuk Allah SWT seagung pujian-Nya terhadap diri-Nya.
Shalawat dan Salam yang tiada pernah terputus dan tiada pernah terhenti
terus menerus sampai akhir zaman untuk Nabi yang dicintai dan dikasihi oleh
ruh, jiwa, dan jasad kami, Muhammad SAW yang kemuliannya melahirkan
kerinduan dan tapak kakinya menggoreskan kesucian, juga untuk keluarganya
yang telah disucikan dari segala noda dan nista serta para sahabat yang berjihad
bersamanya dan selalu setia sepanjang zaman.
Skripsi dengan judul “Efektivitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Konawe” merupakan tugas akhir
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, yang secara khusus peneliti
persembahkan kepada kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda H. Baso, sosok
yang berpembawaan yang tenang, sabar dan tegas, dan Ibunda Hj. Maymi sosok
perempuan yang hanya kepadanya peneliti menyebut kata “Ibu” secara hakiki.
kalianlah Orang Tua terhebat sejagad raya, yang selalu memberikan motivasi,
nasehat, perhatian, cinta dan kasih sayang serta doa yang tak pernah putus
vii
kepada peneliti, yang tak ternilai harganya dan takkan terbalaskan sampai
kapanpun.
Kakak-kakakku tercinta, Dudi Rianto, Suldian dan Yusran, terima kasih
atas segala dukungan yang telah kalian berikan kepada peneliti. Peneliti
menyadari bahwa itu merupakan bentuk kasih sayang sehingga membuat
peneliti belajar menjadi bijaksana dalam menyikapi masalah apapun yang
dihadapi.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu, tak lupa juga peneliti mengucapkan terima
kasih tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan
skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., MS., CA, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
2. Ibu Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak. CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan
Bapak Drs. Yohanis Rura, S.E., M.S.A., Ak., CA, selaku Sekretaris
Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin beserta
jajarannya.
3. Bapak Drs. Achmad Yamang Paddere, M.Soc., Sc., Ak. selaku Penasehat
Akademik yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
memberikan masukan-masukan kepada penulis hingga menyelesaikan
masa studi ini.
4. Bapak Drs. Muh. Nur Azis, MM., selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. M.
Christian Mangiwa, M.Si., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing II yang
selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membimbing dan
mengarahkan peneliti sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
viii
5. Ibu Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA, Bapak Drs. Mushar
Mustafa, MM., Ak., CA, dan Bapak Drs. Haerial, M.Si., Ak., CA, selaku
penguji yang telah memberikan pelajaran berharga kepada peneliti.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
yang telah menitipkan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama
menjalani perkuliahan.
7. Pak Aso”, ibu Sahari bulan, pak Safar, pak Ichal, pak Akbar, pak Asmari,
pak Budi dan seluruh Pegawai Akademik yang telah banyak membantu
peneliti selama aktif sebagai mahasiswa dan terutama dalam mengurus
berbagai kelengkapan berkas untuk menyelesaikan studi.
8. Pihak Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Konawe yang
telah banyak membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data
penelitian serta informasi-informasi lain yang dibutuhkan oleh peneliti.
9. Habib, Mursyid, Randi, Adhy (Adhyatma Hasbi), Furqan, Arif, Mardi,
Saleh, Tio dan teman-teman 08’stackle yang tak pernah henti-hentinya
memberikan semangat serta banyak meluangkan waktu memberikan
arahan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
10. Taekwondo Unhas yang merupakan rumah kedua tempat peneliti
berteduh serta banyak mendapatkan pelajaran yang peneliti tidak
dapatkan di bangku kuliah yang juga merupakan tempat keluarga kecil
bagi peneliti, K’ Hadi, K’ Arqam, Eka, Fadhil, Aswin, K’ Nompo, K’ Didi, K’
Rusman, dll, yang (maaf) tak bisa penulis sebutkan satu persatu, Terima
kasih karena tak pernah lelah memberikan semangat yang luar biasa
kepada peneliti.
11. Teman-teman KKN Gel.81 Kecamatan Labakkang yang (Maaf) tak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terkhusus Posko Kelurahan Labakkang
ix
(Ryan, Furkan, Eka, Nuzul, Rahmah, dan Indira) terima kasih atas segala
suka duka yang telah kalian hadirkan kepada peneliti selama dua bulan
berada ditempat KKN.
12. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan tugas akhir yang tak
pernah surut dalam mengajak dan saling menyemangati, Idham, Wahyu,
Uppi (Muh. Zulfikar), Fiqri, Mupe, Aan, Uppi (Taufiq Sunaryo), Yusuf,
Mardi, Iwan, Nufaj, Riska, Dian, Anti, Markos, Troy, Adit, Agon, Kappi,
Agus, Dilla “kalian sangat luar biasa kawan”.
13. Terakhir kepada Nasriani, S.Pi., M.Si., yang telah banyak memberi
semangat serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Mengingat kesempurnaan hanya untuk yang maha Sempurna, maka
penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Apabila
terdapat kesalahan-kesalahan yang material dalam skripsi ini, hal tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan
apalagi yang maha kuasa. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak baik
yang bersifat konstruktif ataupun yang deduktif akan menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, dengan segala kekurangannya, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai sebuah hasil karya sekaligus
sebagai perjuangan yang peneliti persembahkan.
Makassar, 30 Agustus 2015
Peneliti
x
ABSTRAK
Efektivitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
di Kabupaten Konawe
Effectiveness and Contributions of Land and Building Tax of Rural and Urban Sectors towards Local Original Revenue in Konawe Regency
Sukur Muh. Nur Azis
M. Christian Mangiwa
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dan seberapa besar kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan di Kabupaten Konawe. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif analitis atau penelitian penjelasan (explanatory research) yang diwujudkan dengan
menggambarkan kenyataan atau keadaan suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan dari pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Konawe tergolong tidak efektif. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penerimaan PBB-P2 dari tahun 2013 – 2014, yang berada di bawah 60% yaitu 15,77%. Selain itu, kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan Perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah termasuk dalam kategori sagat kurang yaitu sebesar 1,35% (< 10%). Kata kunci: Efektivitas, Kontribusi, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
perkotaan, Pendapatan Asli Daerah The purpose of this research is to determine the level of effectiveness and contribution of the Land and building Tax Rural and Urban in Konawe District. This research includes the type of descriptive analytical research or explanatory research which is manifested by describing the reality or state of an object in the form of description of sentence based on information from parties directly related to this research. The results show that effectiveness and contribution of the Land and building Tax Rural and Urban in Konawe Regency is not effective, it can be seen from Land and building Tax Rural and Urban revenue from 2013 to 2014 that showing under 60% is 15,77%.That is except, the contribution of PBB-P2 to Local Revenue is 1.35% (<10%) that explaining if the contribution is very low.
Keywords: Effectiveness, Contribution, Land Tax and Rural and Urban Building,
Local Original Revenue
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... v PRAKATA ................................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................... x ABSTRACT ................................................................................................ xi DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5 1.3 TujuanPenelitian..................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................. 6
1.4.1 Kegunaan Teoritis ......................................................... 6 1.4.2 Kegunaan Praktis .......................................................... 7 1.4.3 Kegunaan Kebijakan ..................................................... 7
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep ................................................... 9
2.1.1 Otonomi Daerah ............................................................ 9 2.1.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah .................................. 10 2.1.3 Pajak Daerah ............................................................... 12 2.1.4 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan .. 17 2.1.5 Pengertian Efektivitas .................................................... 20 2.1.6 Pengertian Kontribusi ................................................... 21
2.2 Tinjauan Empirik .................................................................... 21 2.3 Kerangka Pemikiran .............................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 24 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................ 24 3.2 Tempat dan Waktu ................................................................. 24 3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 25 3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 25 3.5 Teknik Analisis Data ............................................................... 26
3.5.1 Analisis Efektivitas......................................................... 26 3.5.2 Analisis Kontribusi ......................................................... 27
xii
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................. 29 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 29
4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Konawe ............................ 29 4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Konawe .................................. 34
4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 36 4.3 Hasil Penelitian ...................................................................... 36
4.3.1 Efektivitas Penerimaan PBB-P2 ................................... 37 4.3.2 Kontribusi PBB-P2 Terhadap PAD ................................ 38
BAB V Penutup ........................................................................................ 40 5.1 Kesimpulan dan Saran .......................................................... 40
5.1.1 Kesimpulan .................................................................. 40 5.1.2 Saran ............................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42
LAMPIRAN ................................................................................................. 45
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Interpretasi nilai efektivitas ................................................................... 27
3.2 Klasifikasi kriteria kontribusi ................................................................. 28
4.1 Target dan realisasi PBB-P2 Kab. Konawe tahun 2013-2014 .............. 37
4.2 Persentase penerimaan PBB-P2 Kab. Konawe tahun 2013-2014 ........ 38
4.3 Persentase PBB-P2 terhadap PAD Kab. Konawe tahun 2013-2014 .... 39
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema kerangka pemikiran .................................................................. 23
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Biodata Diri .......................................................................................... 46
2 Surat Keterangan Penelitian ................................................................ 48
3 Peta Wilayah Kabupaten Konawe ........................................................ 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era otonomi daerah yang mulai dilaksanakan tahun 1999, setiap
daerah memiliki hak dalam penataan sistem pemerintahan dan sistem
perekonomiannya. Dengan otonomi daerah, diharapkan peran daerah dalam
mendukung perekonomian nasional menjadi semakin besar.hal ini disebabkan
karena kondisi perekonomian saat ini cenderung menuntut adanya peran aktif
dari pemerintah daerah untuk lebih banyak menggali potensi perekonomian di
daerahnya, serta memainkan peranan yang lebih besar dalam merangsang
aktifitas ekonomi daerah.
Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan menggali
sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakannya untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya. Dalam hal ini,
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin
sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan utama
dengan didukung oleh kebijaksanaan Perimbangan keuangan pusat dan daerah
sebagai pra syarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.
Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah
dan anggaran daerah. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan manajemen keuangan
daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan dan akuntabel.
2
Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya pemerintah
Indonesia yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual.
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut diperlukan pembiayaan
pembangunan yang berasal dari penerimaan negara. Dimana salah satu sumber
penerimaan yang cukup besar adalah dari sektor pajak.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan. Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di
Indonesia pajak dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat
merupakan pajak dimana pengelolaan atau pemungutannya dilakukan oleh
pemerintah pusat, dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang
berguna untuk membiayai rumah tangga pemerintah pusat dan tercantum dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sedangkan pajak daerah
merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik Provinsi maupun
Kabupaten atau Kota yang berguna untuk menunjang pendapatan asli daerah
dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Di Indonesia, Lebih dari 75% pada tahun 2013 total penerimaan negara
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) disumbang dari
penerimaan perpajakan untuk mengamankan anggaran negara dalam APBN
setiap tahun. Demikian pula pemerintah daerah yang juga dituntut untuk
berperan aktif dalam proses pembangunan nasional. Sehingga pemerintah
daerah harus mengusahakan keuangan daerahnya sendiri yang tercermin dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disetiap periode. Selain itu,
pajak juga merupakan bukti nyata peran aktif masyarakat dalam membiayai roda
pemerintahan dan pembangunan daerahnya. Hal ini dikarenakan pajak dapat
3
dikenakan dan dipaksakan kepada semua warga negara yang telah memenuhi
ketentuan yang berlaku sesuai undang-undang.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya
disebut PBB-P2 adalah salah satu dari beberapa jenis pajak yang dikenakan
kepada masyarakat yang diberlakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berlakunya Undang-
undang tersebut menjadikan PBB-P2 menjadi Pajak Daerah yang diharapkan
mampu menjadi salah satu sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang potensial bagi setiap daerah. Oleh karena itu, segala kewenangan dalam
kegiatan yang terkait dengan PBB-P2 yang meliputi proses pendataan, penilaian,
penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan terkait
PBB-P2 menjadi milik pemerintah daerah.
Kabupaten Konawe merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi tenggara yang beribukota di Unaaha. Kabupaten Konawe memiliki luas
679,245 Km2 atau 17,81%, yang terbagi dalam 357 Desa dan Kelurahan dan 27
Kecamatan yang secara geografis terletak pada 02o45o 04o30o Lintang Selatan
dan 121o15o 123o15o Bujur Timur, dengan batas wilayahnya sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Kolaka, sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Konawe Utara, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan. (Lampiran 1)
Berdasarkan arah dan kebijakan pembangunan wilayah Sulawesi
Tenggara, Kabupaten Konawe termasuk sebagai kawasan andalan yang
diperuntukkan menjadi kawasan pertanian dan agroindustri. Sedangkan
berdasarkan RT/RW kabupaten Konawe, pembangunan wilayah dilakukan
dengan pendekatan kawasan prioritas yaitu:
4
- Kawasan andalan meliputi Kota Unaaha dan Wawotobi dengan fungsi
sebagai pusat pelayanan antar wilayah.
- Kawasan pengembangan ekonomi kerakyatan, meliputi kecamatan
Lambuya, Pindidaha, Wawotobi, Abuki, Lainea, Unaaha sebagai wilayah
pengembangan tanaman pangan. Sedangkan Kecamatan Asera, Wiwirano,
Lasolo, Sawa, Abuki, Lambuya sebagai wilayah pengembangan perkebuan.
- Kawasan sentra produksi, meliputi kecamatan Moramo, Lainea, Unaaha,
Lasolo, Wawonii dan Waworete. Sebagai wilayah produksi pertanian
tanaman pangan, perkebunan dan holtikultura, perternakan, perikanan,
industri, pariwisata, kehutanan, pertambangan.
- Kawasan lahan kritis, meliputi kecamatan Soropia, Waworete, Wawonii,
Wiwirano, Latoma, Tongauna, Unaaha, Lambuya, Wonggeduku, Wawotobi,
Abuki, Pondidaha, Lasolo dan Asera, sebagai kawasan penyangga
bawahannya.
- Kawasan pulau-pulau kecil, meliputi P. Wawonii, P. Bahubulu, P. Labengke.
Pulau-pulau tersebut diperuntukan sebagai kawasan pengembangan
perikanan, perdagangan dan jasa, transportasi, pariwisata, tambang dan
industri.
Selain pembagian kawasan diatas, sektor pajak juga merupakan sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang turut memberikan sumbangsih terhadap
penerimaan di Kabupaten Konawe. Sebagai salah satu kabupaten yang
menetapkan PBB-P2 sebagai pajak kabupaten/daerah berdasarkan Perda
Nomor 1 tahun 2012, pembiayaan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan di daerah Kabupaten Konawe perlu diciptakan berbagai
upaya yang maksimal dalam rangka meningkatkan penerimaan PBB-P2.
5
Agar usaha-usaha yang telah dilakukan dan kebijakan yang telah
ditempuh supaya hasil penerimaan PBB-P2 dapat teratasi dan terealisasi sesuai
target yang ditetapkan, maka pencapaian target diperlukan untuk mendukung
APBD yang tentunya akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal
ini dikarena penerimaan PBB-P2 memiliki potensi dalam menunjang pembiayaan
pembangunan daerah pada khususnya dan pembangunan nasional pada
umumnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas dan
Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Konawe”.
1.2 Rumusan Masalah
Sejak berlakunya otonomi daerah, kemandirian suatu daerah menjadi
tuntutan utama yang tidak dapat dihindarkan lagi. Berbagai upaya dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk dapat memaksimalkan potensi penerimaan yang
nantinya digunakan sebagai sumber pembiayaan daerah. Selanjutnya, masing-
masing daerah berlomba-lomba menggali potensi penerimaan daerah yang
dimilikinya untuk meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan daerah.
Potensi penerimaan daerah ini dapat bersumber dari pajak daerah, retribusi
daerah, penerimaan dari dinas, laba bersih dari perusahaan daerah (BUMD) dan
penerimaan lainnya. Salah satu sumber penerimaan tersebut adalah dari pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
6
1. Berapa besar pertumbuhan PBB-P2 di Kabupaten Konawe pada
tahun 2013 - 2014?
2. Berapa besarkah tingkat efektivitas penerimaan PBB-P2 di Kabupaten
Konawe pada tahun 2013 - 2014?
3. Berapa besar kontribusi PBB-P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Konawe pada tahun 2013 - 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui pertumbuhan penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Konawe
pada tahun 2013 - 1014.
2. Mengetahui tingkat efektivitas penerimaan PBB-P2 di Kabupaten
Konawe pada tahun 2013 - 1014.
3. Mengetahui seberapa besar kontribusi PBB-P2 terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) pada tahun 2013 - 1014.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan bagi masyarakat ilmiah, khususnya bagi penulis, mengenai pajak
khususnya pada PBB-P2 serta hal-hal yang mempengaruhinya. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya
demi pengembangan ilmu pengetahuan kedepannya.
7
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan
kepada pihak pemerintah daerah, dalam hal ini pihak pemerintah daerah
Kabupaten Konawe dalam rangka usaha memaksimalkan peningkatan
Pendapatan asli daerah.
1.4.3 Kegunaan Kebijakan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding terhadap
berbagai hasil penelitian dan referensi bagi pembuat kebijakan dalam
menetapkan aturan mengenai pajak terkhusus pada PBB-P2.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, pembahasan proses dan penyajian hasil penelitian
akandisusun dengan gambaran sistematika sebagai berikut.
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan definisi dan teori yang mendasari penelitian dan
menjadi landasan pembahasan dalam skripsi ini. Tinjauan pustaka terdiri atas
tinjauan teori dan konsep, tinjauan empirik penelitian dan kerangka pikir yang
digunakan sebagai pedoman dalam menganalisis masalah. Teori-teori yang
digunakan berasal dari literatur-literatur yang ada, baik dari perkuliahan maupun
sumber lain yang valid.
8
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan rancangan penelitian, tempat dan waktu, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data yang digunakan
dalam mengolah data penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan hasil penelitian berdasarkan analisis data dan
pembahasan. Bab ini berisi penjelasan tentang model analisis yang digunakan
untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan, saran untuk pihak yang berkepentingan
dengan penelitian ini, dan keterbatasan penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1 Otonomi Daerah
2.1.1.1 Pengertian otonomi daerah
Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara
kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang
dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan inti dari
pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah
(discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar
prakarsa, kreativitas dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan
dan memajukan daerahnya.
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah.
Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti
sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan
sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat
aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa “otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku” (Laki, 2011:10)
10
Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian
“otonomi derah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Sedangkan pendapat
lain memberikan pengertian bahwa “otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat” (Suparmoko
2002:61).
2.1.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU No. 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari
penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal dari
daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta pendapatan lain-lain yang
sah. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi,
dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta
besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28
Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Nurcholis (2007:182), memberikan pengertian bahwa
“pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari
11
penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah dan lain-lain
yang sah.”
Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tercermin kemampuan
daerah dalam menggali sumber-sumber penerimaan daerah sangat ditentukan
oleh potensi yang dimilki. Adapun sumber-sumber pendapatan tersebut,
sebagaimana yang diatur dalam pasal 157 UU Nomor 32 tahun 2004 terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah yang diusahakan langsung oleh pemerintah
daerah (UU Nomor 33 tahun 2004 pasal 6) bersumber dari:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah, Meliputi:
- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
- Jasa giro;
- Pendapatan bunga;
- Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
- Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
12
2.1.3 Pajak Daerah
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar
kecilnya pajak akan menetukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai
pengeluaran negara. Oleh karena itu, guna mendapatkan penerimaan negara
dari sektor pajak, maka dibutuhkan serangkaian upaya yang dapat
meningkatkan, baik subjek maupun objek pajak yang ada.
Pengertian pajak memiliki dimensi yang berbeda-beda. Mangkoesoebroto
(1998:181) mengatakan bahwa:
“Pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak preogratif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang, pemungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak tanpa balas jasa yang langsung dapat ditunjukan penggunanya”.
Rachmat Soemitro (1990:5) juga memberikan pengertian tentang pajak
dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan”
sebagai berikut:
“Pajak ialah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukan, yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada dalam bidang keuangan negara”.
Sedangkan dalam buku De Economische Betekenis Belastingen (terjemahan)
Prof.Dr.M.J.H Smeets (Agung, 2007:1) menjelaskan bahwa:
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.
Salah satu definisi pajak yang banyak menjadi acuan adalah yang
diajarkan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani (Simanjuntak, Mukhlis 2012:11)
mendefinisikan pajak sebagai berikut:
13
“pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Mr.Dr.N.J.Feldmann (Agung, 2007:1) dalam buku De Over Heidsmiddelen
Van Indonesia (terjemahan) menyebutkan sebagai berikut:
“pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada Penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan tersebut di atas maka
penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa ada beberapa unsur yang penting,
antara lain :
a. Iuran masyarakat kepada penguasa publik atau pemerintah/negara;
b. Bedasarkan norma-norma umum yang dapat dipaksakan;
c. Tidak adanya kontrak prestasi atau balas jasa dapat ditunjuk secara
langsung;
d. Adanya kegiatan-kegiatan pengeluaran pemerintah.
Untuk membiayai dan memajukan suatu daerah maka ditempuh suatu
kebijaksanaan yang mewajibkan setiap orang untuk membayar pajak sesuai
dengan kewajibannya. Pajak daerah pada hakekatnya tidak ada perbedaan
pengertian pokok antara pajak negara dengan pajak daerah mengenai prinsip-
prinsip umum hukumnya. Perbedaan yang hanya pada aparat pemungut dan
penggunaan pajak.
Pajak daerah sebagai salah satu sumber PAD diharapkan menjadi salah
satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahdan pembangunan
daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.
14
Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Daerah kabupaten/kota diberi peluang oleh pemerintah untuk menggali
potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain
yang telah ditetapkan pemerintah, sepanjang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dalam Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 disebutkan “pajak daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi/badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah”.
2.1.3.1 Fungsi Pajak
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan bagi pemerintah. Selain
menjadi sumber penerimaan terbesar, pajak mempunyai arti dan fungsi yang
sangat penting untuk proses pembangunan. Dalam hal ini pajak selain berfungsi
sebagai budgetair juga dapat berfungsi regulerend. untuk lebih jelasnya sebagai
berikut :
Fungsi Budgeter (anggaran)
Fungsi budgeter dari pajak adalah untuk mengisi kas negara atau
pemerintah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah dalam menjalankan tugasnya, baik itu pengeluaran rutin,
pengeluaran pembangunan atau transfer ke daerah. Jadi menurut fungsi ini
tujuan pemerintah untuk memungut pajak dari masyarakat adalah bertujuan
untuk mengisi kas pemerintahan sebanyak mungkin untuk menutupi biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam menjalankan tugasnya.
15
Fungsi Regularend (mengatur)
Fungsi regularend atau biasa disebut juga fungsi mengatur dan mem-
pengaruhi dalam masyarakat. Dalam hal ini pajak dipandang sebagai alat
kebijaksanaan pemerintah dalam mengatur kehidupan masyarakat baik dalam
kehidupan ekonomi maupun dalam kehidupan sosial yang dianggap merupakan
kewajiban mutlak dari pemerintah. Selain itu, fungsi ini juga digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan
antara lain sebagai alat pemerataan distribusi pendapatan. Dengan semakin
berkembangnya kemajuan maka peranan fungsi mengatur dari pajak semakin
besar pula, sehingga tujuan suatu pajak tidak lagi bersifat budgetair semata,
akan tetapi fungsi regularend (mengatur) yang semakin menonjol.
2.1.3.2 Kriteria Pajak daerah
Davey (1988) mengatakan bahwa Ada lima kriteria yang harus dipenuhi
agar dapat menjadi obyek pengenaan Pajak Daerah, dimana meliputi kecukupan
dan elastisitas, pemerataan, kelayakan administrasi, kesepakatan politis dan
distorsi terhadap perekonomian.
1. Kecukupan dan elastisitas
Pendapatan pajak harus lebih besar dibandingkan dengan seluruh atau
sebagian biaya yang dikeluarkan. Keadaan demikian menunjukkan elastisitas
pajak, artinya pajak tersebut harus mampu menghasilkan tambahan pendapatan
untuk menutupi setiap kenaikan pengeluaran pemerintah.
2. Pemerataan
Pembebanan tarif pajak yang dikenakan harus bersifat proporsional yaitu
presentase yang dibayarkan untuk pajak sesuai dengan tingkat pendapatan.
16
3. Kemampuan administratif (tax administration)
Berbagai jenis pajak ataupun pungutan pajak di daerah sangat berbeda-
beda mengenai jumlah, integritas dan keputusan yang diperlukan dalam
administrasinya. Untuk itu, diperlukan administrasi perpajakan yang mudah dan
sederhana.
4. Kesepakatan Politis
Keputusan pembebanan pajak sangat bergantung pada kepekaan
masyarakat, pandangan masyarakat secara umum tentang pajak dan nilai-nilai
yang berlaku pada masyarakat di suatu daerah. Oleh karenanya dibutuhkan
suatu kesepakatan bersama bila dirasakan perlu dalam pengambilan keputusan
perpajakan.
5. Distorsi terhadap perekonomian
Implikasi pajak atau pungutan yang secara minimal berpengaruh
terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan
menimbulkan suatu beban, baik bagi konsumen maupun produsen.
Persoalannya, jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban
tambahan yang berlebihan, sehingga akan merugikan masyarakat secara
menyeluruh.
Adapun kriteria Pajak Daerah secara spesifik diuraikan oleh Davey (1988)
dalam bukunya Financing Regional Goverment, terdiri atas empat hal yaitu:
- Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan pajak
sendiri
- Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi
penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah
- Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah
17
- Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi
hasil pemungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.
2.1.4 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu pajak tertua yang
diberlakukan di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pajak atas tanah
(landrent), yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, diganti namanya
menjadi Pajak Bumi. Pada tahun 1959, Pajak Bumi kembali diganti namanya
menjadi Pajak Hasil Bumi berdasarkan UU No. 11 Prp Tahun 1959. Pada masa
itu, objek pajak yang dikenakan tidak lagi nilai tanah, melainkan hasil yang keluar
dari tanah. Sejalan dengan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi kepada
pemerintah daerah, Pajak Hasil Bumi kemudian diubah menjadi Iuran
Pembangunan Daerah (IPEDA), di mana hasilnya diserahkan kepada pemerintah
daerah walaupun pajak itu masih merupakan pajak pusat. Pada tahun 1983,
pemerintah mengadakan reformasi pajak untuk pertama kalinya, dan
menghasilkan salah satunya UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dan mulai berlaku secara efektif sejak 1 Januari 1986.
PBB merupakan pajak pusat yang sepenuhnya disetor ke kas negara,
tetapi hasil penerimaannya sebagian besar diserahkan kepada pemerintah
daerah, dengan imbangan 10 persen untuk pemerintah pusat dan sebesar 90
persen untuk pemerintah daerah dengan perincian sebagai berikut: 16,2 persen
untuk pemerintah daerah propinsi; sedangkan 64,8 persennya lagi untuk
pemerintah daerah kota dan kabupaten. Hasil penerimaan PBB merupakan
Pendapatan asli daerah dan setiap tahun dicantumkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Namun sesuai dengan kesepakatan
pemerintah yang dituangkan dalam pasal 182 ayat 1 Undang-Undang No.28
18
tahun 2009, Pajak Bumi Bangunan dialihkan sebagai Pajak Daerah yaitu Pajak
Kabupaten/Kota yang efektif diberlakukan mulai 1 januari 2014 yang berbunyi
sebagai berikut: “Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri Dalam
Negeri mengatur tahapan persiapan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat 31
Desember 2013”. Jadi Pajak Bumi dan Bangunan saat ini telah menjadi pajak
daerah dengan nama Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang
disingkat PBB-P2.
2.1.4.1 Objek PBB-P2
Objek PBB-P2 seperti yang terdapat pada Peraturan Daerah Kabupaten
Konawe no.10 Tahun 2013 tentang PBB-P2 yang berbunyi “Objek pajak bumi
dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atai badan,
kecualikawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan
dan pertambangan”, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:
a. PBB-P2 adalah merupakan iuran masyarakat kepada pemerintah
b. PBB-P2 dipungut berdasarkan undang-undang (Undang-Undang No.28
tahun 2009) dan dapat dipaksakan.
c. Tidak ada jasa balik dari pemerintah yang langsung dapat ditunjukkan.
d. Obyek PBB-P2 adalah harta tak gerak dan keadaan atau status orang atau
yang paling menonjol yang juga menjadi ciri tersendiri dari PBB-P2. Contoh
objek PBB-P2 adalah jalan lingkungan yang terletak dalam kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, emplasemennya dan lain-lain yang
merupakan kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut, jalan tol, kolam
renang, pagar mewah, tempat olahraga, galangan kapal, dok dan dermaga,
19
taman dan kuburan mewah; tempat penampungan/kilang minyak, pipa
minyak air dan gas serta fasilitas lain yang memberikan manfaat.
e. Keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek dari PBB-P2
tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak sehingga dengan
demikian pengenaan atau besar kecilnya jumlah pajak yang harus dibayar
oleh wajib pajak ini ditentukan oleh besar kecilnya harta tak gerak yang
dimiliki orang atau badan yang menjadi obyek pajak bumi dan bangunan ini
selama harta tak gerak tersebut tidak digunakan untuk kepentingan umum
atau bersifat sosial.
Sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka berikut ini adalah objek
dan subjek dari PBB-P2. Adapun objek dari PBB-P2, yaitu:
- Bumi/Tanah meliputi; tanah sawah, tanah kebun (yang ditanami berbagai
macam tanaman yang tidak mendapat pengairan secara teratur), tanah
perumahan, pertanian, perkebunan dan perhutanan, tanah industri,
pertokoan/perkantoran dan tanah peternakan dan empang
- Bangunan meliputi; Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks
bangunan, kolam renang, pagar sawah dan taman mewah, tempat olah
raga, Galangan Kapal/Dermaga, tempat penampungan/kilang minyak, air,
gas dan pipa minyak. Fasilitas lain yang memberikan manfaat dan jalan tol.
Namun ada beberapa objek pajak yang tidak dikenakan PBB-P2 menurut
Pasal 3 undang-undang PBB-P2 yaitu objek pajak yang dimiliki / dikuasai /
digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintah yang diuraikan sebagai berikut:
- Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
20
- Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenisnya
- Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak
- Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan perlakuan
timbal balik
- Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Apabila suatu objek pajak tidak diketahui secara jelas siapa yang akan
menanggung pajaknya maka yang menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak
adalah Direktorat Jenderal Pajak. Penetapan ini ditentukan berdasarkan bukti-
bukti :
Apakah ada perjanjian antara pemilik dan penyewa yang mengatur?
Siapa yang menanggung kewajiban pajaknya?, Dan
siapa yang secara nyata mendapat manfaat atas bidang tanah dan
bangunan tersebut?.
Adapun subjek PBB-P2, Menurut Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten
Konawe no.10 tahun 2013, yang menjadi subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan
2.1.5 Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Mardiasmo (2004:134) “Efektivitas adalah ukuran
berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya”. Apabila suatu organisasi
berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan
21
dengan efektif. Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan
suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri. Sedangkan efektivitas penerimaan
PBB-P2 adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan PBB-P2 dengan
potensinya.
2.1.6 Pengertian Kontribusi
Menurut kamus ekonomi (T Guritno 1992:76) Kontribusi adalah sesuatu
yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau
kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat
diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pendapatan PBB-P2 terhadap
besarnya pendapatan asli daerah (PAD).
Jika potensi penerimaan PBB-P2 semakin besar dan pemerintah daerah
dapat mengoptimalkan sumber penerimaannya dengan meningkatkan target dan
realisasinya yang berlandaskan potensi sesungguhnya, hal ini dapat
meningkatkan total hasil dana perimbangan. Sehingga akan mengurangi
ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. untuk mengetahui
bagaimana dan seberapa besar kontribusi PBB-P2.
2.2 Tinjauan Empirik
Penelitian tentang PBB-P2 telah beberapa kali dilakukan sebelumnya
oleh peneliti yang berbeda. Penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda
dengan objek dan perlakuan yang berbeda-beda pula. Berikut adalah beberapa
penelitian terdahulu yang dilakukan tentang topik ini:
Ferian Dana Pradita, dkk (2014) dengan Judul efektivitas intensifikasi
pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
22
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa di Kota Surabaya hanya dilakukan
pemungutan PBB untuk wilayah Perkotaan, karena semua wilayah Kota
Surabaya merupakan wilayah Perkotaan. Pelaksanaan intensifikasi pemungutan
PBB Perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya untuk mengoptimalkan
penerimaan PBB Perkotaan setiap tahunnya. Upaya mengoptimalkan
penerimaan PBB Perkotaan dengan melakukan beberapa kegiatan. Pertama,
pemeliharaan dan perbaikan basis data PBB Perkotaan. Kedua, memperkuat
proses pemungutan dilakukan dengan cara menetapkan Perda Nomor 10 Tahun
2010 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan serta meningkatkan
kemampuan Sumber Daya Manusia. Ketiga, meningkatkan pengawasan objek
pajak. Keempat, meningkatkan efisiensi administrasi. Kelima, DPPK Kota
Surabaya melakukan koordinasi dengan beberapa instansi. Keenam, sosialisasi.
Serta yang terakhir dengan melakukan mobil keliling. Semua kegiatan tersebut
dilakukan secara intensif oleh DPPK Kota Surabaya dalam rangka meningkatkan
realisai PBB Perkotaan setiap tahunnya.
Syarifah Nadhia, dkk (2014) yang meneliti tentang efektivitas prosedur
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari pajak pusat ke pajak daerah
pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Palembang. Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa peralihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari pajak
pusat menjadi pajak daerah berpedoman pada Undang–undang PDRD dan
Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
213/PMK.07/2010 dan nomor 58 tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan
Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. Pajak yang
dialihkan dari pajak pusat menjadi pajak daerah hanya PBB sektor Perdesaan
dan Perkotaan (P2). Sedangkan PBB sektor Perhutanan, Perkebunan dan
23
Pertambangan (P3) masih tetap menjadi Pajak Pusat. Peralihan PBB-P2 ini
dimulai pada tahun 2011. Untuk kota atau kabupaten yang belum mengalihkan
PBB-P2 dari pajak pusat menjadi pajak daerah, paling lambat tanggal 31
Desember 2013 sudah harus mengalikan PBB-P2 dan pada tanggal 1 Januari
2014, Pemerintah Daerah di seluruh kota/kabupaten di Indonesia sudah harus
mengambil alih PBB-P2.
Ida Ayu, dkk (2015) dengan judul analisis strategi penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta efektivitas
penerimaannya di Pemerintah Kota Denpasar tahun 2013-2014. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa terdapat tiga proses dalam pelaksanaan strategi
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pemerintah Kota. Pertama yaitu proses
perencanaan strategi. Kedua yaitu pelaksanaan strategi. Ketiga yaitu proses
evaluasi. Penerimaan PBB-P2 Kota Denpasar tergolong sangat efektif. Hal ini
dilihat dari rasio yang berada di atas 100%.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk lebih
jelasnya maka dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran berikut ini:
Efektivitas dan Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD
Gambar 2.1: Skema Kerangka Pemikiran
Realisasi Penerimaan PBB-P2 Target Penerimaan PBB-P2
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pendapatan Asli Daerah
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan suatu penelitian. Dalam pengertian yang lebih
sempit menurut E. A. Suchman dalam Nazir (2005), desain penelitian hanya
mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas
menurut V. Shah dalam Nazir (2005), desain penelitian mencakup proses
identifikasi, pemilihan serta perumusan masalah, sampai dengan perumusan
hipotesis serta kaitannya dengan teori kepustakaan yang ada.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif analitis atau penelitian
penjelasan (explanatory research). Dapat dikatakan demikian karena penelitian
ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesis, yaitu menjelaskan tentang pertumbuhan PBB-P2, tingkat efektivitas
penerimaan PBB-P2 dan Kontribusi PBB-P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah.
3.2 Tempat dan Waktu
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kabupaten Konawe yang
merupakan salah satu Kabupaten yang tingkat pertumbuhan ekonominya sedang
berkembang dan dengan pembangunan yang pesat. Jadi berdasarkan judul yang
diangkat oleh peneliti, yaitu “Efektivitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Terhadap Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Konawe”, maka data yang
25
dibutuhkan peneliti diperoleh dari Dispenda Kabupaten Konawe, serta data-data
yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk
penelitian ini kurang lebih selama satu bulan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu berupa laporan-laporan dan salinan dokumentasi data Penerimaan PBB-P2
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2013-2014 yang diterbitkan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Konawe.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data berarti sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan
(observasi) langsung atau survei (Indriantoro, 1999:10). Sedangkan menurut
Sugiyono (2010:193) mengemukakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, sumber, dan berbagai cara. Adapun data yang akan
digunakan adalah data sekunder, dimana teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Studi Kepustakaan (Library Research), dilakukan dengan mengumpulkan
literatur-literatur yang relevan dengan pembahasan penelitian yang dapat
berupa buku, tulisan ilmiah, majalah, surat kabar, situs internet, peraturan
perundang-undangan, serta dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini.
b. Dokumentasi (Documentation), dilakukan dengan melakukan
pengumpulan data-data historis atau dokumen-dokumen yang relevan
dengan penelitian ini. Data sekunder yang dibutuhkan dalam
penelitian ini terdiri dari:
26
1. Data realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Konawe tahun 2013-2014.
2. Data target dan realisasi PBB-P2 Kabupaten Konawe tahun 2013-2014
yang diterbitkan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten
Konawe. Data yang ada kemudian dibuat salinannya dan digandakan
untuk selanjutnya didokumentasikan.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, analisis deskriptif kualitatif
adalah analisis yang diwujudkan dengan cara menggambarkan kenyataan atau
keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan
keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan
penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan guna
memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan
(Tarigan, 2013).
3.5.1 Analisis Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2009:134) efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil
mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dapat dikatakan telah berjalan dengan
efektif. jadi untuk menganlisis efektifitas dari Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengukur tingkat efektivitas, maka digunakan Indikator pada
table 3.1 dibawah ini:
27
Tabel 3.1 Interpretasi nilai efektivitas
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327
3.5.2 Analisis Kontribusi
Menurut Kamus ekonomi (T Guritno 1997:76) kontribusi adalah sesuatu yang
diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu
atau bersama. Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai sumbangan
yang diberikan oleh pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Sedangkan untuk menggambarkan indicator dalam menilai kontribusi Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD), maka digunakan Indikator pada table dibawah ini:
Persentase Kriteria
>100% Sangat efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup
60-80% Kurang efektif
< 60% Tifak efektif
28
Tabel 3.2 Klasifikasi kriteria kontribusi
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327
Persentase Kriteria
0,00% - 10% Sangat Kurang
10,01% - 20% Kurang
20,01% – 30% Sedang
30,01% - 40% Cukup Baik
40,01% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara, mulai zaman penjajahan hingga terbentuknya
Kabupaten Sulawesi Tenggara pada tahun 1952 adalah termasuk suatu Afdeling
(sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda
setingkat Kabupaten) yaitu Afdeling Baeton dan Laiwoi dengan pusat
pemerintahan di Bau-Bau.
Onderafdeling (adalah suatu wilayah administrative yang diperintah oleh
seorang kontrolir (wedana bangsa Belanda) pada masa pemerintahan colonial
Hindia Belanda. Sebuah onderafdeling terdiri atas beberapa landscha atau
setingkat kecamatan) Kolaka pada saat itu masih berada di bawah Afdeling Luwu
(Sulawesi Selatan) dan Mekongga. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor : 34
Tahun 1952, Sulawesi Tenggara menjadi suatu Kabupaten Sulawesi Tenggara
dengan Ibukota di Bau-Bau.
Selanjutnya melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 Kabupaten
Sulawesi Tenggara dimekarkan menjadi empat daerah Tingkat II, yaitu:
1. Daerah Tingkat II Boeton dengan Ibukota Bau-Bau.
2. Daerah Tingkat II Boeton dengan Ibukota Raha.
3. Daerah Tingkat II Boeton dengan Ibukota Kendari.
4. Daerah Tingkat II Boeton dengan Ibukota Kolaka.
Keempat Daerah Tingkat II merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi
Selatan–Tenggara. Pada tanggal 3 Maret 1960 Kabupaten Kendari didirikan dan
30
dibentuk dan mulai saat itu Kabupaten Kendari sudah mempunyai Seorang
Kepala Daerah. Dasar Inilah sehingga tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai hari
jadi Kabupaten Kendari yang secara berturut-turut Kepala Daerahnya adalah
sebagai berikut:
1. Drs. H. Abdullah Silondae
Pada Tanggal 3 Maret 1960, Drs. H. Abdullah Silondae ditunjuk dan diangkat
sebagai Kepala Daerah Pertama Kabupaten Kendari. Melalui Keputusan
Menteri Dalam Negeri, Tanggal 1 Oktober 1966 Nomor Pem: 7/14/18-287.
Pada tahun 1964 keluar PERPU Nomor 2 tahun 1964 Undang-Undang
Nomor 13 tahun 1964, dimana Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai
Daerah Otonom dengan Ibukota Kendari. Realisasi Pembentukan Sulawesi
Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964.
2. Abunawas
Melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Tanggal 1 Oktober 1968 Nomor
Pem. 7/14/18-287 dan pada tanggal 10 Oktober 1968 Beliau di angkat
sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kendari.
3. H. Konggoasa
Pada tanggal 8 Maret 1973 melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Pem 7/4/34-84 beliau di angkat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kendari.
4. Letkol Inf. Abd. Hamid
Melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 13 November 1973
Nomor Pem. 7/18/26-488 beliau di angkat sebagai Kepala Daerah Tingkat II
Kendari.
5. Andry Djufri, SH
Beliau diangkat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kendari melalui Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Pem. 7/14/14-152 pada tanggal 20
31
April 1976 dan dilantik pada tanggal 5 Mei 1976 untuk masa jabatan pertama
5 tahun. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
131.54.1321 Tanggal 30 September 1982 ditetapkan kembali sebagai
Kepala Daerah untuk masa jabatan kedua dan terakhir sampai tahun 1987.
Pada masa kepemimpinan beliau kabupaten Kendari dipindahkan ke
Unaaha dari Kota Kendari berdasarkan PP. Nomor 29 Tahun 1982.
6. Drs. H. Anas Bunggasi
Beliau diangkat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kendari melalui Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor. 131.54.1322 tanggal 30
September 1987.
7. Drs. H.A. Razak Porosi
Beliau diangkat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kendari Melalui Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor. 131.54-302 pada tanggal 13 Maret
1993 dan dilantik pada tanggal 27 Maret 1993 untuk masa Jabatan Pertama.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Dalam Negeri
Nomor. 131.54.1329 tanggal 1 April 1998 di angkat kembali sebagai Kepala
Daerah untuk periode kedua dan berakhir sampai 31 Maret 2003.
8. Drs. H. Lukman Abunawas, SH, M.Si
Beliau diangkat Sebagai Kepala Daerah Tingkat II Kendari melalui Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No.131.54-147 pada tanggal 21 Maret
2003. Pada masa kepemimpinan beliau terbentuk Kabupaten Konawe hasil
dari pemekaran dari Daerah Tingkat II Kendari di Unaaha berdasarkan PP.
Nomor. 26 Tahun 2004.
Kabupaten Konawe merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi tenggara yang beribukota di Unaaha. Kabupaten Konawe memiliki luas
679,245 Km2 atau 17,81%, yang secara geografis terletak pada 02o45o 04o30o
32
Lintang Selatan dan 121o15o 123o15o Bujur Timur, dengan batas wilayahnya
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka, sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Konawe Utara, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Selatan.
Kabupaten Konawe terbentuk berdasarkan Undang-undang no. 29 tahun
1959 tentang pembentukan daerah Tk.II di Sulawesi Tenggara. Pada waktu itu
ibu kotanya di Kendari, sekarang masuk Wilayah Kota Kendari. Ketika pertama
diberlakukan UU No.6 tahun 1995 tentang pembentukan Kota Madya Kendari,
Daerah Kabupaten Konawe terdiri dari 19 wilayah kecamatan dengan 334
desa/kelurahan. Namun seiring berkembangnya waktu dan semakin banyaknya
pemekaran desa, Kabupaten Konawe terbagi dalam 357 Desa/Kelurahan dan 27
Kecamatan.
Seperti Kabupaten lainnya di Indonesia, Kabupaten Konawe dikepalai
oleh seorang Bupati. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu tiga perangkat staf
pemerintahan daerah yaitu Sekretaris Daerah (Sekda); Badan Perencanaan
Pembangunan dan Penanaman Modal Daerah (Bappeda) dan Badan Pengawas
Daerah (Bawasda).
Menurut aktivitasnya, desa dapat diklarifikasikan menjadi tiga yaitu
pertama desa agraris dimana merupakan desa yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan. Kedua desa industry
dimana merupakan desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang industry kecil rumah tangga. ketiga desa nelayan dimana merupakan
desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang perikanan
dan pertambakan.
33
Menurut tingkat perkembangannya, desa dapat diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada.
1. Desa swadaya, merupakan desa yang memiliki potensi tertentu tetapi
dikelola dengan sebaik-baiknya, dimana cirri-ciri desa swadaya adalah
sebagai berikut:
- Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
- Penduduknya jarang.
- Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
- Bersifat tertutup.
- Masyarakat memegang teguh adat.
- Teknologi masih rendah.
- Sarana dan prasarana sangat kurang.
- Hubungan antarmanusia sangat erat.
- Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
2. Desa swakarya, merupakan desa peralihan atau transisi dari desa
swadaya menuju desa swasembada, dimana ciri-ciri desa swakaarya
adalah sebagai berikut:
- Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh.
- Sudah mulai mempergunakan alat-alat dan teknologi.
- Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari
pusat perekonomian.
- Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan
prasarana lain.
- Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.
3. Desa swasembada merupakan desa yang masyarakatnya telah mampu
memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya
34
sesuai dengan kegiatan pembangunan regional. Adapun Ciri-ciri desa
swasembada adalah sebagai berikut:
- Kebanyakan berlokasi di ibu kota kecamatan.
- Penduduknya padat-padat.
- Tidak terikat dengan adat istiadat.
- Telah memiliki fasilitas yang memadai dan lebih maju dari desa lain.
- Partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.
4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Konawe
Guna menyamakan persepsi tentang arah dan kebijakan umum
pembangunan, perlu diketengahkan visi dan misi Kabupaten Konawe. Dengan
makin memahami visi dan misi ini, diharapkan akan terbangun komitmen yang
kuat dari pemerintahan maupun masyarakat untuk bersama membangun
Kabupaten Konawe. Disisi lain visi dan misi ini juga menjadi acuan dalam
merumuskan program-program pembangunan baik untuk jangka pendek
(Tahunan) maupun Jangka Menengah (Lima Tahunan).
Visi Kabupaten Konawe
Secara Umum, visi merupakan pandangan ideal masa depan yang ingin
diwujudkan dan secara potensial terwujud. Maka visi pembangunan Kabupaten
Konawe adalah Mewujudkan masyarakat yang produktif, sejahtera, tentram,
beriman dan bertaqwa.
Misi Kabupaten Konawe
Misi mencerminkan segala sesuatu tentang program atau layanan yang
ditawarkan dan sangat diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi. Oleh
karenannya, berdasarkan visi yang telah ditetapkan tersebut diatas, maka misi
Kabupaten Konawe yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
35
1. Meningkatkan perekonomian masyarakat dengan merenovasi pemanfaatan
dan pengelolaan sumberdaya alam, meliputi pertanian dan kehutanan.
2. Meningkatkan lembaga ekonomi kerakyatan di Perdesaan dan di perkotaan,
melalui kemitraan dengan swasta, lembaga social masyarakat dan koperasi
serta memberdayakan usaha kecil dan menengah dalam rangka
menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.
3. Meningkatkan peran aktif wanita dan peran serta masyarakat dalam
percepatan pembangunan yang merata, adil dan sejahtera.
4. Meningkatan agroindustri dan agroforsetri yang berbasis lingkungan baik
pada level Perdesaan maupun perkotaan yang sinergis dengan pertanian
dan pariwisata. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan. Peningkatan kesejahteraan guru serta
dukungan terhadap anak yang berprestasi dan masyarakat dengan akses
terbatas terhadap pendidikan.
5. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana pemukiman wilayah
Perdesaan dan perkotaan yang efisien, efektif, kompetitif dan terjangkau
dalam rangka percepatan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan khususnya di daerah-daerah terpencil.
6. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan mutu
pelayanan kesehatan khususnya bagi kelompok masyarakat miskin.
7. Meningkatkan pengalokasian pembiayaan pembangunan yang dapat
memberikan direct feed back terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) maupun masyarakat.
36
8. Menegakan supremasi hokum, meningkatkan keamanan, ketenteraman dan
ketertiban wilayah untuk mendukung terciptanya iklim usaha dan investasi
yang kondusif.
9. Melaksanakan pengelolaan tata pemerintahan yang baik.
10. Meningkatkan kualitas iman dan taqwa masyarakat.
11. Melaksanakan percepatan pembangunan yang adil dan merata dalam rangka
mendukung SULTRA RAYA 2020.
4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan yang dikelolah oleh Dinas Pendapatan Daerah
(DISPENDA) Kabupaten Konawe. Dimana dengan berlakunya Undang-undang
no.28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, menjadikan PBB-
P2 menjadi pajak daerah dan merupakan salah satu sumber penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, segala kewenangan dalam
kegiatan yang terkait dengan PBB-P2 yang meliputi proses pendataan, penilaian,
penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan terkait
PBB-P2 menjadi milik pemerintah daerah.
4.3 Hasil Penelitian
Untuk melakukan penelitian terhadap efektivitas dan kontribusi PBB-P2
terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), peneliti telah mencari data
penerimaan PBB-P2 dan data penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta
data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan mengenai “Efektifitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan
37
Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Konawe”,
maka diperoleh Informasi sebagai berikut:
4.3.1 Efektivitas Penerimaan PBB-P2
Pajak Bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak yang
bersifat kebendaan. Besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek
PBB-P2. Dalam hal ini, bumi/tanah dan/atau bangunan.
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh data penerimaan
PBB dalam tabel 4.1 tentang target dan realisasi PBB-P2 di Kabupaten Konawe
tahun 2013 – 2014 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Target dan Raelisasi PBB-P2 Kab. Konawe tahun 2013-2014
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
2013 1,301,788,186 211,178,991
2014 2,497,667,410 382,798,244
Sumber: Dispenda Kab. Konawe
Efektivitas merupakan suatu proses guna mencapai target yang telah
ditetapkan sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan PBB-
P2 Kabupaten Konawe, dapat dilakukan dengan perhitungan efektivitas, yaitu
dengan cara membandingkan realisasi pemungutan PBB-P2 dengan target
pemungutan PBB-P2 yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk menentukan
Efektivitas, maka digunakan rumus sebagai berikut:
38
Tabel 4.2 Target dan Realisasi PBB-P2 Kab. Konawe tahun 2013-2014
Tahun Target Realisasi (Rp) Presentasi Kriteria
2013 1,301,788,186 211,178,991 16,22% Tidak Efektif
2014 2,497,667,410 382,798,244 15,32% Tidak Efektif
Rata-rata 15,77% Tidak Efektif
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari tahun 2013 – 2014
memiliki rata-rata sebesar 15,77%. Jadi berdasarkan kriteria atau Indikator
tersebut maka dapat dinilai dan dikatakan bahwa efektivitas penerimaan PBB-P2
di Kabupaten Konawe adalah Tidak Efektif. Sehingga hal tersebut menunjukkan
bahwa Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) kabupaten Konawe tidak efektif
dalam mengelola PBB-P2 di Kabupaten Konawe. Hal ini terlihat dengan
menurunnya penerimaan PBB-P2 Kabupaten Konawe dari tahun 2013 – 2014.
4.3.2 Kontribusi PBB-P2 Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah
yang berasal dari kegiatan ekonomi daerah itu sendiri. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas pengelolaan potensi asli daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti, tabel berikut ini akan
menggambarkan kontribusi PBB-P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
39
Tabel 4.3 Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kab. Konawe tahun 2013 - 2014
Tahun Realisasi
PBB-P2 (Rp)
Realisasi PAD
(Rp) Persentase Kriteria
2013 211,178,991 22,125,721,136 0,95% Sangat kurang
2014 382,798,244 21,752,108,223 1,76% Sangat kurang
Rata – rata 1,35% Sangat kurang
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa kontribusi PBB-P2 terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-rata dari tahun 2013 – 2014 adalah sebesar
1.35%. Berdasarkan kriteria atau indikator yang telah ditetapkan sebelumnya,
maka dapat dikatakan bahwa kontribusi PBB-P2 terhadap Pendapatan Asli
Daerah sangat kurang. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Konawe kurang serius dalam memperhatikan, memanfaatkan
dan mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan yang terkait dengan objek
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, sehingga kontribusi PBB-
P2 sebagai pajak daerah sangat kurang memuaskan.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan Saran
5.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai efektivitas dan kontribusi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan (PBB-P2) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten
Konawe dapat disimpulkan bahwa:
1. Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di
Kabupaten Konawe dapat dikatakan tidak mengalami pertumbuhan
selama penerapan peraturan daerah tentang PBB-P2, hal ini dapat dilihat
dari tingkat penerimaan dari tahun 2013 – 2014.
2. Tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan berada dibawah 60%, hal ini menjelaskan bahwa tingkat
efektivitas penerimaan PBB-P2 di Kabupaten Konawe tidak efektif.
3. Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan Perkotaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sebesar 1,35%. Dimana,
berdasarkan kriteria dan indikator penilaian yang dipakai menjelaskan
bahwa kontribusi tersebut sangat kurang, karena kontribusi rata-ratanya
berada dibawah 10%.
41
5.1.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penulis, maka sebagai bahan pertimbangan
agar tingkat efektivitas dan kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dapat lebih optimal, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Kabupaten Konawe harus lebih banyak menggali potensi PBB-P2.
2. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Kabupaten Konawe sebaiknya melakukan berbagai macam penyuluhan
kepada masyarakat tentang PBB-P2 dalam meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah serta menunjang kesejahteraan masyarakat melalui
pelaksanaan pembangunan.
3. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Kabupaten Konawe sebaiknya melakukan Pendataan ulang Wajib PBB-
P2 agar potensi-potensi baru atas Pajak tersebut dapat terdata dengan
baik.
4. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Kabupaten Konawe harus dapat memberikan kemudahan-kemudahan
dalam pemungutan PBB-P2.
5. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Kabupaten Konawe harus meningkatkan pelayanan petugas pada saat
menerima PBB-P2 dari wajib pajak, hal tersebut dapat memberikan kesan
yang baik kepada wajib pajak dan menghindari wajib pajak mempunyai
sikap malas untuk membayar pajak karena pelayanan yang kurang baik
dari petugas pajak.
42
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, P., J., A. Tanpa Tahun. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Brotodiharjo, R.
Santoso. 1991. Bandung: PT. Eresco. Affan, S. 2012. eprints.uny.ac.id. Diakses, 5 Juni 2013.
Agung, Mulyo. 2007. Perpajakan Indonesia I Teori dan Aplikasi PPH WPOP dan
PPH Badan. Jakarta: Dinamika Ilmu.
Brotodihardjo, R, Santoso. 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi Ketiga.
Bandung: PT. Eresco. Davey, K., J. 1988. Pembiayaan Pemerintahan Daerah. Jakarta: UI Press.
Devas, C., N. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Jakarta: UI
Press. Guritno, T. 1997. Kamus ekonomi-bisnis-perbankan : Inggris-indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT. Grasindo. Hasannudin dan Heince. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak
Kendaraan Bermotor Terhadap enerimaan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Maluku Utara, (Online), (http://download.portalgaruda.org/article, 18 Agustus 2015)
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis:
Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Kesek, F. 2013. Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Parkir Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Manado.Jurnal Universitas Sam Ratulangi
Manado. Koentarto, Ilham. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
masyarakat dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus pada Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat), (Jurnal Socioscientia Kopertis) Kalimantan: Fakultas Ekonomi Universitas Antakusuma.
Laki, M., A. 2011. Anallisis Proses Penerapan Perhitungan, Dan Pelaporan Pajak
Reklame Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
43
Makmur. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PBB-Pajak Bumi dan Bangunan-di Kabupaten Kutai Barat, (Online), Jurnal Eksis Vol.6, No.2, (http://karyailmiah.polnes.ac.id).
Mangkoesoebroto, Guritno. 1998. Ekonomi Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta:
BPFE-UGM. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta.: Penerbit Andi Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1959
Tentang Pajak Hasil Bumi. 1959. Jakarta: Menteri Muda Kehakiman. Sasana, H. 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak
bumi dan bangunan (PBB) (Studi Kasus Kabupaten Banyumas). Dinamika Pembangunan. (Online), Vol. 2, No.1,
(http://eprints.undip.ac.id/16826/). Simanjuntak, T. H. dan Mukhlis, I. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan Dalam
Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses. Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan.
Bandung: PT Eresco. Soemitro, Rochmat. 2001. Azas-azas dan Dasar Perpajakan. Bandung: PT
Eresco. Sonni, Lazio. 2012. Pengertian dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah,
(Online), (http://sonnylazio.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-sumber-
sumber-pendapatan.html, diakses 12 April 2015). Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah. Yogyakarta: Andi. Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Trywilda, A. 2012. Analisis Kontribusi pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Samarinda. Jurnal Universitas
Mulawarman
Undang-undang Dasar Tahun 1945, (Online). (http://produkhukum.net/undang-undang-dasar-negara-republik-indonesia-tahun-1945-sebelum amandemen.htmlb, diakses 7 April 2015).
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Undang-undang No.12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 1994. Jakarta:
Mitra Development Consultants.
44
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2009. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 2004.
Jakarta: Direktorat Jendral Otonomi Daerah.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 2004. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang- undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2000. Jakarta: Sekretaris Negara Republik
Indonesia.
https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/02/administrasi-konawe.jpg, diakses 9 Februari 2015.
46
Lampiran 1 BIODATA DIRI
Identitas Diri Nama : SUKUR Tempat, Tanggal Lahir : Labela, 1 April 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : UKM Taekwondo Indonesia Universitas Hasanuddin Km. 10, Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kode Pos 90231 Nomor Handphone : 085341468357 Alamat e-mail : sukur1490@gmail.com
Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal :
TK Beringin Kec. Besulutu Kab. Konawe Tamat Tahun 1996
SDN 1 Besulutu Kec. Besulutu Kab. Konawe Tamat Tahun 2002
SMPN 2 Sampara Tamat Tahun 2005
SMAN 1 Pomalaa Kabupaten Kolaka Tamat Tahun 2008
Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar Tamat Tahun 2015
Pelatihan Basic Study Skills (BSS) Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (2008) Basic Training HmI Komisariat FE-UH (2009)
Pengkaderan Awal Tingkat Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (2008)
Pengkaderan Awal Tingkat Ormaju Ikatan Mahasiswa Akuntansi FE-UH (2008)
Pendidikan Dasar UKM Tae Kwon Do Indonesia UNHAS (2008)
Pra-Bina Kader Mahasiswa Akuntansi XIII (2009) Bina Kader Mahasiswa Akuntansi XIII (2009) Pelatihan Mahasiswa dan Alumni Perguruan Tinggi Bidang Perlindungan
Konsumen BPKN RI (2011) Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah SEMA FE-UH (2011) Customs goes to campus Kementrian keuagan RI Dirjen Bea dan Cukai (2014) Pelatihan Persiapan dini memasuki dunia kerja KEMENDIKBUD (2015) ESQ Leadership Training (2013 dan 2015) Workshop Program Damai di dunia maya dikalangan perguruan tinggi dalam
rangka pencegahan terorisme BNPT (2015) Pengalaman Organisasi dan Kelembagaan
Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (KEMA FE-UH)
Pengurus UKM Tae Kwon Do Indonesia UNHAS Periode 2009-2010 dan
periode 2010-2011
47
Anggota Departemen Kajian Strategi Ikatan Mahasiswa Akuntansi FE-UH Periode 2010-2011
Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo Indonesia Universitas Hasanuddin Periode 2011-2012 dan Periode 2012-2013
Kordinator Badan Pengawas UKM Taekwondo Indonesia Universitas Hasanuddin (2013-2014)
Steering Committee Pengkaderan Awal Tingkat Ormaju IMA FE-UH Periode
2010-2011 Steering Committee Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah 2013 Senat
Mahasiswa FE-UH Periode 2012-2013 Organizing Committee Seminar Internasional HmI Komisariat Ekonomi FE-UH
Demikian biodata ini saya buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 30 Agustus 2015 Hormat Saya,
SUKUR NIM : A311 08 016
top related