skripsi - core.ac.uk · 13. kepada saudara-saudaraku ppgt jemaat bukit tamalanrea terima kasih...
Post on 24-May-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
ANALISIS RETRIBUSI PARIWISATA
DAN RETRIBUSI POTONG HEWAN DALAM
MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA
KALSY PATANDEAN
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
SKRIPSI
ANALISIS RETRIBUSI PARIWISATA
DAN RETRIBUSI POTONG HEWAN DALAM
MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
KALSY PATANDEAN
A31109271
kepada
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
iii
SKRIPSI
ANALISIS RETRIBUSI PARIWISATA
DAN RETRIBUSI POTONG HEWAN DALAM
MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA
disusun dan diajukan oleh
KALSY PATANDEAN A31109271
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, 20 Agustus 2015
Pembimbing I Pembimbing II Dr. Hj. Haliah, SE., M.Si., Ak.,CA Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak., CA NIP 19650731 199103 2 002 NIP 19620817 199002 1 001
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001
iv
SKRIPSI
ANALISIS RETRIBUSI PARIWISATA
DAN RETRIBUSI POTONG HEWAN DALAM
MENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA
disusun dan diajukan oleh
KALSY PATANDEAN
A311 09 271
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi
pada tanggal 20 Agustus 2015 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui,
Panitia Penguji
No. Nama Penguji Jabatan Tanda tangan
1. Dr. Hj. Haliah, SE.,M.Si., Ak., CA Ketua 1. …………...
2. Drs. Agus Bandang, M.Si, Ak., CA Sekretaris 2. …………...
3. Dr. Hj.Andi Kusumawati, SE., M.Si., Ak., CA Anggota 3. …………...
4. Drs.M.Christian Mangiwa, M.Si., Ak., CA Anggota 4. …………...
5. Drs. Muh. Nur Aziz, MM. Anggota 5. …………...
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA NIP 19650925199002200
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : Kalsy Patandean
NIM : A311 09 271
jurusan/program studi : Akuntansi
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
ANALISIS RETRIBUSI PARIWISATA DAN RETRIBUSI POTONG HEWAN
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA
adalah karya ilmiah kami sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah usulan skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makasssar, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Kalsy Patandean
vi
PRAKATA
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir (Pengkhotbah,3:11)
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
hikmat, akal budi dan berkat yang Ia berikan Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti
berikan kepada beberapa pihak, antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Gagaring Pagalung, M.Si., Ak., selaku Dekan, Ibu
Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si., selaku Wakil Dekan I, Ibu
Dr. Hj. Kartini, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Wakil Dekan II, serta Ibu
Prof. Dr. Hj. Rahmatiah, M.A., selaku Wakil Dekan III.
2. Ibu Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan motivasi mengenai
penelitian ini.
3. Bapak Dr. Yohanis Rura, SE., M.SA., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan arahan
mengenai penelitian ini.
4. Ibu Dr. Hj. Haliah, SE., M.Si., Ak., CA., selaku dosen penasehat
akademik serta pembimbing satu yang telah membimbing, memberikan
vii
arahan, memberikan motivasi, dan mendiskusikan mengenai penelitian
ini.
5. Bapak Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak., CA., selaku dosen pembimbing
kedua yang telah membimbing, memberikan arahan, memberikan
motivasi dan mendiskusikan mengenai penelitian ini.
6. Seluruh dosen-dosen pengajar yang selama masa perkuliahan telah
membimbing, dan memberikan pelajaran yang bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak Meyer Dengen selaku Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Asset Daerah yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian pada kantor tersebut dan staf pegawai yang
telah membantu peneliti.
8. Kedua orang tua peneliti, ayahanda Andarias Maku Patandean (alm) dan
ibunda Rospin Sonda Palinggi yang selalu setia memberi motivasi,
semangat dan terus mendoakan hingga selesainya tugas akhir ini dengan
baik.
9. Saudara peneliti, Pebriani Patandean, S.Hut., Anthon Patandean, S.T.,
Fernandel Patandean, S.T., yang senantiasa memberi motivasi,
semangat dan dengan penuh kasih membiayai pendidikan peneliti serta
ponakan yang ganteng Gabrylliant dan si cantik Queenaya.
10. Seluruh pegawai akademik Pak Aso, Pak Ical, Pak Asmari, Pak Budi, Pak
Safar, dan Pak Tarru yang telah membantu dalam proses perkuliahan
sampai penyusunan berkas ujian.
11. Teman-teman terhebat dan seperjuangan Imelda Priska Takbi, S.E.,
Mersy, S.E., Annica Bungin Paddyland, S.E., Ak., CA., Nony
Tanggo, S.E., Natalia Daud Songli, S.E., Maydeline Ararat Malewa S.E.,
Resky Restiani, S.E., yang selama ini telah memberikan bantuan,
viii
motivasi dukungan doa selama masa perkuliahan hingga sampai
penyusunan skripsi ini. Semoga kita semua sukses dalam perjuangan
masa depan.
12. Peneliti juga ucapkan terima kasih untuk “Pilatus” terima kasih untuk
segala dukungan, motivasi, doa serta senantiasa setia membantu,
menemani dan tidak berhenti saya repotkan hingga akhirnya selesainya
penyusunan tugas akhir ini.
13. Kepada saudara-saudaraku PPGT Jemaat Bukit Tamalanrea terima kasih
untuk persaudaraan yang terjalin, untuk semua pelajaran hidup yang
peneliti dapatkan selama ini.
14. Kepada teman-teman PMKO Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan dukungan doa selama proses perkuliahan hingga proses
penyusunan skripsi ini.
15. Kepada teman-teman K09nitif yang telah memberikan bantuan motivasi
selama perkuliahan hingga akhir penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan
dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan
saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini.
Makassar, Agustus 2015
Peneliti
ix
ABSTRAK
ANALISIS RETRIBUSI PARIWISATA DAN RETRIBUSI POTONG
HEWAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA
ANALYSIS OF THE TAX LEVIES TOURISM AND THE TAX LEVIES
SLAUGHTER TO INCREASE LOCAL REVENUES
IN TANA TORAJA REGENCY.
Kalsy Patandean
Haliah Agus Bandang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi retribusi pariwisata dan
retribusi potong hewan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten
Tana Toraja. Data penelitian diperoleh dengan mengambil data pendapatan asli
daerah (sekunder) di kantor dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset
daerah (DPPKAD), melakukan wawancara dengan pegawai pada kantor
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk melihat
sejauh mana retribusi pariwisata dan retribusi potong hewan berkontribusi
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Tana Toraja. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa retribusi pariwisata berkontribusi 0,031% tahun
2011, 0,048% tahun, dan 0,049% tahun 2013 terhadap pendapatan asli daerah
di Kabupaten Tana Toraja dan retribusi potong hewan berkontribusi 0,091%
tahun 2011, 0,074% tahun 2012, dan 0,059% tahun 2013 terhadap pendapatan
asli daerah di Kabupaten Tana Toraja.
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah, Retribusi Potong Hewan, Retribusi
Pariwisata
The purpose of this research was to determine the contribution of the tourism
levies and levies slaughter to increase local revenues in Tana Toraja regency.
Were obtained by taking the data revenue (secondary) in the offices of the
financial and asset management income areas (DPPKAD), conduct interviews
with employees at the office. This research used descriptive method to see the
extent to which tourism levies and a levies of slaughter contributes to an increase
in local revenues in Tana Toraja regency. These results indicate that the tourism
levies of 0.031% in 2011, 0,048% in 2012,and 0,049% in 2013 contribute to local
revenues in Tana Toraja regency and levies slaughter contributes 0,091% on
2011, 0,074% in 2012,and 0,059% in 2013 to increase revenue in Tana Toraja.
Keyword: Income Local Revenues, Levies Slaughter,Levies tourism
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
PRAKATA .................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................... 5
1.4.2 Kegunaan Penelitian ..................................................... 5
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1 Pengertian Pajak ................................................................... 7
2.1.1 Tinjauan Pajak Berbagai Aspek .................................... 8
2.1.2 Fungsi Pajak ................................................................. 11
2.1.3 Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak .................... 11
2.1.4 Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak Formal.. .......... 13
2.1.5 Perbedaan Pajak dan Jenis Pungutan Lainnya ............. 13
2.1.6 Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan
Pemungutannya ............................................................ 14
2.1.7 Asas-Asas Pemungutan Pajak ...................................... 15
2.1.8 Cara Pemungutan Pajak ................................. .............. 15
2.2 Pariwisata ............................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Pariwisata ..................... .............................. 16
2.2.2 Jenis Pariwisata ...... ..................................................... 18
2.3 Upacara Adat Rambu Solo’ ................................................... 19
2.3.1 Sejarah Singkat Rambu Solo’ .......................... 19
2.3.2 Pengertian Rambu Solo’ ................................................ 20
2.4 Pendapatan Asli Daerah ....................................................... 24
2.4.1 Pajak Daerah ................................................................ 25
xi
2.4.2 Retribusi Daerah ........................................................... 26
2.5 Penelitian Terdahulu .............................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 30
3.2 Kehadiran Peneliti ................................................................... 30
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 31
3.4 Sumber Data ........................................................................... 31
3.5 Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 32
3.6 Analisis Data ........................................................................... 34
3.7 Pengecekan Keabsahan Temuan ........................................... 36
3.8 Tahap-tahap Penelitian ........................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 39
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Tana Toraja ............................ 39
4.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam ....................... 39
4.1.2. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya ...................... 40
4.1.3. Perkembangan Penduduk …………………………. 41
4.2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Tana Toraja ...................................................... ….. 42
4.3. Pendapatan Retribusi Pemotongan Hewan ............................ 43
4.4. Pariwisata Kabupaten Tana Toraja ........................................ 44
4.4.1. Potensi Pariwisata Tana Toraja .............................. 47
4.4.2. Perkembangan Kunjungan Wisatawan di
Kabupaten Tana Toraja ......................................... 52
4.5. Pembahasan .......................................................................... 54
4.5.1. Kontribusi Retribusi Sektor Pariwisata
terhadap Pendapatan Asli Daerah ......................... 54
4.5.2. Kontribusi Retribusi Pemotongan Hewan
terhadap Pendapatan Asli Daerah ......................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 56
5.2. Saran .................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata,Retribusi
Potong Hewan Tana Toraja 2009-2013 ........................................ 3
4.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di
Kabupaten Tana Toraja ................................................................ 42
4.2 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja ......................... 43
4.3 Retribusi Potong Hewan ............................................................... 44
4. 4 Retribusi Pariwisata ...................................................................... 53
4.5 Kontribusi Retribusi Pariwisata Terhadap PAD ............................. 55
4.6 Kontribusi Retribusi Potong Hewan Terhadap PAD....................... 56
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No. 23 tahun 2014 Tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi dasar bagi setiap daerah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan
daerahnya melalui upaya peningkatan pendapatan asli daerah. Adapun sumber-
sumber penerimaan daerah menurut Undang-Undang ini meliputi: (1)
Pendapatan Asli Daerah, (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Demikian halnya dengan daerah Tana
Toraja, sebagaimana daerah-daerah lainnya yang ada dalam Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dituntut untuk berupaya menggali dan
meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerahnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Singkat kata, adanya kewenangan
yang dimilki ini memberikan konsekuensi adanya tuntutan peningkatan
kemandirian daerah.
Pemerintah daerah seyogyanya lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan
kekuatan ekonomi lokal, melakukan alokasi yang lebih efisien pada berbagai
potensi lokal yang sesuai dengan kebutuhan publik. Dalam usaha untuk
mengembangkan dan membangun daerahnya, pemerintah Kabupaten Tana
Toraja telah berupaya untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli
daerah yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Upaya tersebut dilakukan
dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah,
agar target pendapatan tiap tahunnya dapat diikuti dengan pencapaian realisasi
secara konsisten.
2
Pembangunan yang dilaksanakan itu meliputi beberapa sektor, salah satu di
antaranya adalah pembangunan di sektor pariwisata. Sektor pariwisata
merupakan salah satu sumber PAD yang cukup potensial untuk dikembangkan,
karena Tana Toraja kaya akan panorama alam dan budaya yang sangat menarik
untuk dijadikan objek wisata. Sejalan dengan itu, maka sektor pariwisata
ditempatkan sebagai salah satu sumber yang dapat menunjang kelangsungan
pembangunan ekonomi Tana Toraja.Sektor ini mulai dikenal di Tana Toraja
sebagai suatu industri karena pengelolaan yang professional dapat mendukung
peningkatan produktivitas pembangunan ekonomi Tana Toraja.
Upacara adat istiadat di Tana Toraja merupakan salah satu unsur wisata
yang banyak menarik para wisatawan khususnya upacara Rambu Solo’.
Kegiatan ini hampir setiap saat bisa di temui di Tana Toraja dan aktivitas tersebut
tidak lepas dengan adanya pemotongan hewan sebagai bagian dari rangkaian
upacara. Dari kegiatan yang sering dilakukan dengan jumlah hewan yang
dipotong cukup banyak tentunya akan memberikan kontribusi yang potensial
bagi Pendapatan Asli Daerah di Tana Toraja. Sebagai salah satu sumber PAD
khususnya dalam hal hasil retribusi daerah maka diharapkan bagian ini bisa
dikelolah dengan baik oleh pemerintah daerah sehingga dapat mendorong
tingkat perekonomian Kabupaten Tana Toraja. Hal ini dapat kita lihat dari tabel
1.1
3
Tabel 1.1
Jumlah Pendapatan Asli Daerah, Sektor Pariwisata, dan Retribusi Potong
Hewan Tana Toraja Tahun 2009-2013
Tahun Pendapatan Asli Daerah Pajak Sektor
Pariwisata
Retribusi Potong Hewan
2009 Rp 20.787.650.359,03 Rp 19.887.200 Rp 1.567.711.300
2010 Rp 55.014.671.126,05 Rp 38.148.400 Rp 2.064.757.500
2011 Rp 19.686.833.802,76 Rp 61.474.100 Rp 1.786.107.500
2012 Rp 31.720.677.572,15 Rp 151.673.447 Rp 2.358.965.000
2013 Rp 38.776.667.256,57 Rp 190.436.097 Rp 2.307.110.000
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) Kab. Tana Toraja 2014.
Tabel 1.1 pada pajak sektor pariwisata terjadi peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2011 pajak sektor pariwisata mengalami peningkatan akan tetapi
pendapatan asli daerah mengalami penurunan karena adanya pemekaran
Kabupaten menjadi Tana Toraja dengan Toraja Utara yeng tentunya
berpengaruh terhadap PAD. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pajak
sektor pariwisata tidak memberikan kontribusi yang potensial dalam peningkatan
pendapatan asli daerah. Demikian juga untuk sektor retribusi potong hewan pada
tahun 2011.Sektor ini mengalami penurunan begitu juga dengan pendapatan asli
daerah tahun tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa retribusi potong hewan
memiliki kontribusi yang potensial dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Melihat hal tersebut, maka akan sangat diharapkan dukungan dan
kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sarana dan prasarana agar dapat
lebih menarik minat para wisatawan yang berkunjung ke daerah Kabupaten Tana
Toraja sehingga dapat menstimulisasi peningkatan PAD. Meskipun tidak ada
4
satu sektor pun yang menjadi kunci ajaib, namun dengan memberdayakan sektor
tertentu yang dianggap sebagai ciri khas suatu daerah tersebut tentunya akan
memberikan cukup kontribusi kepada pendapatan daerah yang bersangkutan
dan tentunya masih memerlukan dukungan dari beberapa sektor terkait.
Natalia (2008) menyatakan bahwa kontribusi retribusi potong hewan tidak
potensial terhadap Pendapatan Asli Daerah. Akan tetapi hasil penelitian Pakiding
(2012) menyatakan bahwa jumlah hewan yang dipotong memiliki pengaruh
positif terhadap pendapatan asli daerah. Menurut Spillane (1987) belanja
wisatawan di daerah tujuan wisata juga akan meningkatkan pendapatan dan
pemerataan pada masyarakat setempat secara langsung maupun tidak langsung
melalui dampak berganda (multiplier effect).Daerah pariwisata dapat menambah
pendapatannya dengan menjual barang dan jasa, seperti restoran, hotel,
pramuwisata dan barang-barang souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus
dijadikan alternatif untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut.
Berdasarkan adanya perdebatan hasil penelitian mengenai analisis sektor
pariwisata dan retribusi potong hewan terhadap PAD untuk itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Retribusi Pariwisata dan
Retribusi Potong Hewan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Tana Toraja”
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua permasalahan utama yang
menjadi fokus penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Apakah jumlah pajak sektor pariwisata kontribusi besar dalam
peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana Toraja.
5
2. Apakah jumlah pendapatan retribusi potong hewan kontribusi besar
dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana Toraja.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kontribusi pajak sektor pariwisata terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana Toraja.
2. Untuk mengetahui kontribusi retribusi potong hewan terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana Toraja.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini terdiri dari kegunaan teoretis dan kegunaan
praktis.
a) Kegunaan Teoretis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam
pengelolaan sumber PAD Tana Toraja khususnya sektor pariwisata dan
retribusi potong hewan. Selain itu,dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan dan akademisi khususnya untuk menjadi referensi bagi
peneliti selanjutnya yang lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah ini.
b) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi
pemerintah Tana Toraja mengenai bagaimana mengelolah sumber PAD
khususnya sektor pariwisata dan retribusi potong hewan untuk
menunjang dan memaksimalkan PAD Tana Toraja.
6
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab sebagai
berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II merupakan tinjauan pustaka yang merupakan landasan teori yang
akan menjadi landasan bagi penulis untuk melakukan pembahasan dan
pengambilan kesimpulan mengenai judul yang dipilih.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan pembahasan mengenai metode analisis yang
digunakan dalam penelitian dan jenis data yang digunakan beserta
sumber data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi semua temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan
analisis statistik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari analisis yang dilakukan dalam penelitian
ini dan saran-saran yang dianggap perlu.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pajak
Adriani dalam Sukardji (2003:1), menyatakan
“pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Soemitro dalam Mardiasmo (2003:1), menyatakan
“pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara”.
Soemahamidjaja dalam Waluyo (2011:2),menyatakan “pajak adalah iuran
wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Seligman dalam Waluyo (2011:2)
menyatakan: “Tax is compulsary contribution from the person, to the government
to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference
to special benefit comperred”. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi
seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan
secara khusus pada seseorang.
Feldmann dalam Waluyo (2011:2), menyatakan “pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-
norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran”. Smeets
8
dalam Waluyo (2011:3),menyatakan pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya,
adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,
dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertiaan pajak adalah sebagai berikut.
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pusat maupun
pemerintah, yang baik bila dari pemasukannya masih terdapat surplus
dipergunakan untuk membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.1.1 Tinjauan Pajak Berbagai Aspek
Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan
sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya
terlihat bermacam-macam bergantung pada pendekatannya. Dalam hal inilah
pajak dapat didekati atau ditinjau dari berbagai aspek.
1. Aspek Ekonomi
Menurut Waluyo (2011:3-4) dari sudut pandang ekonomi, pajak
merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan
kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor
9
penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Meskipun kehidupan
ekonomi sebagian besar dijalankan dengan mengandalkan mekanisme
pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan apabila tidak ada
pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu
menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas, pemerintah
memerlukan pajak dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan
pemerintah merupakan suatu kepentingan umum (public utilities) untuk
kepuasan bersama sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat
akhirnya kembali untuk masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan
kebijakan ekonomi yang mengarah pada dukungan pemenuhan kenaikan
pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan.
Dalam negara yang menganut ekonomi bebas, semua orang ingin
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan atau keinginan mereka, cukup
makan, tersedianya perumahan yang memadai, pelayanan kesehatan
yang baik, fasilitas pendidikan yang cukup, dan sebagainya. Ini semua
dapat dicapai apabila pemerintah mampu menyediakan berbagai
prasarana untuk menunjang pembangunan ekonomi. Prasarana dapat
berupa jalan, jembatan, pelabuhan, air, listrik, dan sebagainya. Apabila
prasarana ekonomi tersebut kurang memadai otomatis perekonomian
tidak dapat berkembang. Prasarana ekonomi tersebut erat kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan ekonomi, negara
tidak dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Demikian pula, tanpa
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, pemerintah tidak dapat
meningkatkan prasarana ekonominya. Untuk itu, diperlukan usaha
mengerahkan dana-dana investasi yang bersumber pada tabungan
masyarakat, tabungan pemerintah, serta penerimaan devisa yang berasal
10
dari ekspor dan jasa. Pengerahan dana-dana investasi tersebut harus
ditingkatkan dengan cepat sehingga peranan bantuan luar negeri
semakin berkurang.
2. Aspek Hukum
Menurut Waluyo (2011:4) hukum pajak di Indonesia mempunyai
hierarki yang jelas dengan urutan yaitu Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden.
Hierarki ini dijalankan secara ketat. Peraturan yang tingkatannya lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya
lebih tinggi.
3. Aspek Keuangan
Menurut Waluyo (2011:5) pendekatan dari aspek keuangan ini
tercakup dalam aspek ekonomi, hanya lebih menitikberatkan pada aspek
keuangan. Pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam
penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi
keuangan negara tidak lagi semata-mata berasal dari penerimaan negara
berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan
pajak sebagai primadona penerimaan negara. Oleh karena itu, struktur
penerimaan negara sudah bergeser dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan pembangunan yaitu
tabungan pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam
negeri dan pengeluaran rutin. Alat ukur yang digunakan sebagai indikator
efektif dan produktif pemungutan pajak dalam fungsinya pengumpulan
penerimaan berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju
suatu sistem pajak suatu negara akan semakin tinggi tax ratio.Tax ratio
yaitu perbandingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk domestik
bruto (PDB).
11
4. Aspek Sosiologi
Menurut Waluyo (2011:6) pada aspek sosiologi ini, ditinjau dari segi
masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap
masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan
kepada masyarakat. Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan
negara untuk membiayai pembangunan. Berarti, pembangunan ini
dibiayai masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana
yang dihimpun berasal dari rakyat (Private Saving) atau berasal dari
pemerintah (Public Saving). Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak
sasaran yang disetujui adalah memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan
pembangunan di berbagai sektor.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2011:6) sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang
melekat pada pengertiaan pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi
pajak yaitu:
1) Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2) Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
2.1.3 Pengertiaan dan Kedudukan Hukum Pajak
Menurut Waluyo (2011:7-8) kewenangan pemungutan pajak berada pada
Pemerintah. Di negara-negara hukum segala sesuatu harus ditetapkan undang-
undang. Seperti di Indonesia pemungutan pajak di atur dalam Pasal 23 (2)
12
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa pengenaan dan pemungutan pajak untuk
keperluan negara berdasarkan undang-undang. Atas dasar undang-undang
dimaksudkan pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat ke
pemerintah,untuk membiayai peraturan kekayaan dari masyarakat ke
pemerintah, untuk membiayai pengeluaran negara dengan tidak mendapatkan
kontraprestasi yang langsung. Peralihan kekayaan dapat pula terjadi karena
hibah atau kemungkinan peristiwa perampasan atau perampokan. Oleh karena
itu, segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat sebagai contoh
pajak harus ditetapkan dengan undang-undang yang telah mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Selanjutnya, keseluruhan peraturan-peraturan yang meliputi kewenangan
pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali
kepada masyarakat melalui kas negara termasuk dalam ruang lingkup pengertian
hukum pajak. Mengingat peraturan ini menyangkut hubungan hukum antara
negara dengan orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban membayar
pajak, hukum pajak merupakan bagian hukum publik. Hukum pajak sebenarnya
mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak hanya menelaah keadaan-keadaan
dalam masyarakat yang dihubungkan dengan pengenaan pajak dan
merumuskan serta menafsirkan peraturan hukum dengan memperhatikan
ekonomi dan keadaan masyarakat, hukum pajak memuat unsur hukum pidana
dan peradilan seperti yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa yang diberlakukan sejak tanggal 1
Januari 1998 (pembaruan di tahun 2001). Seperti telah diuraikan di atas, hukum
pajak adalah bagian dari hukum publik. Yang termasuk hukum publik adalah
Hukum Tata Negara, Hukum Pidana, dan Hukum Administrasi.
13
2.1.4 Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak Formal
Menurut Waluyo (2011:11) hukum pajak mengatur hubungan antara
pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan wajib pajak. Apabila
memerhatikan materinya, hukum pajak dibedakan menjadi:
1) Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Sebagai contoh: Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2) Hukum pajak formal, memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat, antara lain: a. Tata cara penetapan utang pajak. b. Hak-hak fiscus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan
dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. c. Kewajiban wajib pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan/
pencatatan dan hak-hak wajib pajak mengajukan keberatan dan banding.
2.1.5 Perbedaan Pajak dan Jenis Pungutan Lainnya
1. Retribusi
Menurut Waluyo (2011:6) jenis pungutan seperti retribusi mempunyai
pengertian lain dibandingkan dengan pajak. Retribusi pada umumnya
mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi karena
pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan prestasi dari
pemerintah. Pungutan retribusi di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal
1, angka 26 undang-undang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah,
yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Untuk tata cara pemungutannya, retribusi tidak dapat diborongkan dan retribusi
dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen
yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan. Dalam hal
14
Wajib Retribusi tertentu kepada mereka yang tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi
Daerah (STRD).
2. Sumbangan
Menurut Waluyo (2011:7) pengertiaan sumbangan ini tidak boleh
dicampuradukkan dengan retribusi. Dalam retribusi dapat ditunjuk seseorang
yang menikmati kontraprestasi dari pemerintah, sedangkan pada sumbangan
seseorang yang mendapatkan prestasi justru tidak dapat ditunjuk, tetapi
golongan tertentu yang dapat menikmati kontraprestasi.
2.1.6 Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutannya
Menurut Waluyo (2011:12) pajak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok:
1) Menurut Golongan a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebannya tidak dapat dilimpahkan pihak
lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: PajakPertambahan Nilai.
2) Menurut Sifat
Pembagian pajak menurut sifatnya, maksudnya pembedaan dan pembagiannya berdasarkan pada ciri-ciri prinsip: a. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya
yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3) Menurut Pemungutan a. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak daerah adalah yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame dan Pajak hiburan.
15
2.1.7 Asas-Asas Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu dipegang teguh asas-
asas dalam memilih alternatif pemungutannya. Dengan demikian, terdapat
keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan
lagi, yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan
pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam Waluyo (2011:13)
bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada:
1) Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
2) Certainly Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar serta batas waktu pembayaran.
3) Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn.
4) Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.
2.1.8 Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2011:16) ada 3 cara pemungutan pajak, yaitu sebagai berikut.
1) Stelsel Pajak Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu: a. Stelsel nyata (rill stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riel diketahui).
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannnya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
16
c. Stelsel campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, kelebihannya dapat diminta kembali.
2) Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi: a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.pemerintah (fiscus) menentukan besarnya pajak terutang. Ciri-ciri Official Assessment System: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiscus. 2) Wajib Pajak bersifat pasif. 3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiscus.
b. Self Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewewenang, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Witholding System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.2 Pariwisata
2.2.1 Pengertian Pariwisata
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka
sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris.
Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “Wisata” yang berarti “perjalanan” yang
sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi
orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya
dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan
kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya,
keahliannya, keadaannya,jabatannya,dan kedudukan seseorang.
Menurut 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-
bangsa No. 870 (dalam Yoeti, 2008 : 133 ) pengertian wisatawan adalah: “Setiap
orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya
17
yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu
pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”.
Pariwisata berasal dari kata yakni, Pari dan Wisata. Pari diartikan sebagai
banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat
diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan
kata travel; dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu maka kata Pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari
suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut tour. (Yoeti,
2008 : 103).
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke
tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Seseorang dapat melakukan perjalanan dengan berbagai cara karena
alasan yang berbeda-beda pula. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan
wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut.
1. Harus bersifat sementara
2. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi paksaan
3. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.
Mengingat pentingnya pembangunan di bidang kepariwisataan tersebut,
maka dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha
bersama, kekeluargaan, adil, merata, peri kehidupan dalam keseimbangan dan
kepercayaan pada diri sendiri.
Menurut Spillane (1987), peranan pariwisata dalam pembangunan Negara
pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu segi ekonomis (sumber devisa,
18
pajak-pajak), segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan
(memperkenalkan kebudayan kita kepada wisatawan-wisatawan asing).
Dampak positif yang langsung diperoleh pemerintah daerah atas
pengembangan pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah dan pajak lainnya.
Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah,
laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa
pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor
pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan
dan lain-lain.
Dalam perkembangannya untuk sektor Pariwisata di Tana Toraja,
mengalami kemajuan bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun terlihat
dari jumlah wisatawan yang berkunjung dari tahun 2012 sampai dengan 2013.
Hal ini dapat dilihat pada data dari Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya yang
memperlihatkan peningkatan jumlah kunjungan wisata tahun tersebut. Jumlah
kunjungan wisatawan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 42.319
jiwa,terjadi lonjakan 30 persen kunjungan wisatawan dari tahun 2012. Sementara
disebutkan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia sebagaimana atas
data yang diperoleh melalui BPS (Badan Pusat Statistik) bahwa jumlah
kunjungan Wisatawan Mancanegara (wisman) ke Tana Toraja Tahun 2010
sangat memprihatinkan.
2.2.2 Jenis Pariwisata
Walaupun banyak jenis wisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan,
menurut Spillane (1987 : 28-31) dapat juga dibedakan adanya beberapa jenis
pariwisata khusus sebagai berikut :
19
1. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan untuk berlibur,mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan mendapatkan kedamaian
2. Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism) Pariwisata untuk rekreasi dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan.
3. Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) Pariwisata untuk kebudayaan ditandai serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi monumen bersejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni musik.
4. Pariwisata Untuk Olah Raga (Sports Tourism) Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing.
5. Pariwisata Untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Pariwisata untuk urusan usaha dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau industrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.
6. Pariwisata Untuk Berkonvensi (Convention Tourism) Pariwisata untuk berkonvensi berhubungan dengan konferensi, simposium, sidang dan seminar internasional.
2.3 Upacara Adat Rambu Solo’
2.3.1 Sejarah Singkat Rambu Solo’
Di daerah Tana Toraja sekarang ini masih hidup sebuah kepercayaan purba
yang bernama Aluk Todolo yang lazim juga disebut Alukta. Aluk Todolo
merupakan agama leluhur orang Toraja yang masih dipraktikkan oleh sejumlah
besar penduduk Toraja hingga kini.Kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli
masyarakat Toraja walaupun sekarang ini mayoritas penduduknya telah
beragama terutama agama Kristen Protestan dan agama Kristen Katholik,
bahkan pada tahun 1970, agama ini sudah dilindungi oleh negara dan resmi
diterima ke dalam sekte Hindu-Bali. Aluk Todolo adalah kepercayaan animisme
tua yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh ajaran hidup Konfusius dan
agama Hindu sehingga ia merupakan kepercayaan yang bersifat politeisme yang
dinamistik (Alwi,1993;112).
20
Tangdilintin,(2001: 75), Toraja dan kebudayaannya mengatakan bahwa
kepercayaan tradisional Aluk Todolo bersumber dari dua ajaran utama yaitu aluk
7777 (aluk sanda pitunna) dan aluk serba seratus (sanda saratu’). Aluk sanda
pitunna disebarkan oleh Tangdilino’ dan merupakan sistem religi yang dipercayai
oleh orang Toraja sebagai aluk yang diturunkan dari langit bersama umat
manusia dan karena itu ia merupakan aluk yang tertua yang menyebar secara
luas di Tana Toraja. Sedangkan aluk sanda saratu’ datang kemudian dan
disebarkan oleh puang Tamborolangi’ dan hanya berkembang dalam daerah
Tallu Lembangna (Makale, Sangalla’,dan Mengkendek).
Aluk sanda pitunna ini bersumber dari ajaran agama (sukaran aluk) yang
meliputi upacara (aluk), larangan (pemali), kebenaran umum (sangka’) dan
kejadian sesuai alurnya (salunna). Aluk sendiri meliputi upacara yang terdiri atas
tiga pucuk dan empat tumbuni (aluk tallu lolona, a’pa’ sulapa’na). Disebut tallu
lolona karena ia meliputi tiga aspek yaitu lolo tau,lolo patuan,dan lolo tananan.
Selanjutnya, dikatakan empat tumbuni karena di samping ketiga hal di atas ada
lagi satu upacara yang disebut upacara suru’ berfungsi untuk menebus
kesalahan (pengkalossoran). Inti ajaran alukta menyatakan bahwa manusia
harus menyembah kapada 3 oknum.
Oleh karena itu keselarasan dan keharmonisan harus tetap dijaga. Maka
untuk itu sebelum di lepas ke alam arwah , keluarga mengadakan serangkaian
upacara sakral dengan harapan dapat diterima di sana nantinya (alam puya) dan
tidak mendatangkan bencana. Upacara tersebut dinamakan Rambu Solo’.
2.3.2 Pengertian Rambu Solo’
Adat istiadat adalah kebiasaan-kebiasaan atau aktivitas sosial yang sejak
lama ada dalam masyarakat sebagai sebuah aturan (tata tertib masyarakat) atau
21
cerminan atas sesuatu yang sakral (mengacu pada kepercayaan yang terdapat
pada tiap-tiap kawasan). Pada umumnya adat istiadat merupakan tradisi. Adat
bersumber pada sesuatu yang suci (sakral) dan berhubungan dengan tradisi
rakyat yang telah turun temurun. Sedangkan kebiasaan lainnya hanyalah
aktivitas profane karena ada motivasi tertentu yang tiada kaitannya dengan alam
sakral.
Koentjaraningrat (1990:80-81) mengurai tentang unsur-unsur yang
membangun kebudayaan, beliau menyebutkan bahwa unsur-unsur kebudayaan
kita temukan di semua bangsa di dunia ini berjumlah 7 buah, yang antara lain
adalah adanya sistem bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup, dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi
(kepercayaan), dan kesenian.
Adapun upacara adat istiadat merupakan bagian dari sistem agama atau
kepercayaan yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja.Kegiatan ritual semacam
ini menjadi sebuah tontonan yang menarik bagi kalangan-kalangan yang tidak
lazim dengan aktivitas semacam ini. Maka dari itu upacara adat istiadat di
Kabupaten Tana Toraja pada akhirnya menjadi objek wisata kebudayaan yang
mampu mendatangkan banyak wisatawan ke Tana Toraja baik wisatawan lokal
maupun mancanegara.
Adapun beberapa contoh upacara adat istiadat yang sering dilakukan dalam
masyarakat Tana Toraja serta mampu merangsang hadirnya banyak pengunjung
adalah Upacara Rambu Solo’.Selain itu, masih banyak lagi upacara-upacara
yang lazim dalam masyarakat di Tana Toraja. Rambu Solo’ berasal dari 2 suku
kata yaitu : Rambu yang artinya asap, dan kata Solo yang berarti turun/ ke
bawah. Upacara Rambu Solo’ adalah upacara kedukaan yang dalam
pelaksanaannya tidak kalah meriah dari pelaksanaan upacara Rambu Tuka’.
22
Leluhur orang Toraja mengatakan upacara-upacara kematian yang dalam istilah
orang Toraja dengan istilah Rambu Solo’ karena penuh dengan duka, sedih dan
ratapan para rumpun keluarga. Kemeriahan upacara Rambu Solo ditentukan
oleh status sosial keluarga yang meninggal, diukur dari jumlah hewan yang
dikorbankan.
Acara pemotongan hewan memang tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan
yang menjadi adat istiadat masyarakat di Tana Toraja. Dalam pesta kematian di
Tana Toraja khususnya dalam upacara Rambu Solo’ penyembelihan hewan
berupa kerbau dan babi sudah menjadi bagian dari rangkaian upacara adat
istiadat yang tengah berlangsung di sana. Tingginya kebutuhan hewan untuk
disembelih seakan tidak berbanding dengan jumlah hewan yang tersedia,
sehingga kadang kadang dalam sebuah acara kematian, tidak jarang warga
harus memesan hewan dari luar daerah. Untuk jenis kerbau, hewan ini telah
menjadi bagian yang menjadi syarat untuk tiap-tiap upacara adat di Tana Toraja.
Menurut JHI. Patty dalam jurnal Filsafat UGM, Masyarakat Toraja menganggap
ternak kerbau sebagai simbol kemakmuran seseorang. Selain itu, ternak kerbau
juga merupakan simbol pengorbanan untuk menghormati orang yang meninggal
sehingga memiliki arti penting dalam setiap ritual pesta kematian (Patty, 2008).
Pada Seminar Lokakarya Kerbau yang dilaksanakan oleh Pemda
Kabupaten Tana Toraja bersama dengan Dirjen Peternakan (2009) dinyatakan
bahwa populasi kerbau belang di Toraja sudah tinggal 3.675 ekor saja. Data Biro
Pusat Statsitik, Kabupaten Tana Toraja tahun 2009 menunjukkan penurunan
populasi ternak kerbau di Tana Toraja, sejak dari tahun 2003. Rata-rata
penurunan populasi ternak kerbau tersebut setiap tahun adalah 4.212 ekor.
Dengan berdasar pada hal di atas, maka Pemerintah Kabupaten Tana
Toraja pada tahun 2009 menaikkan retribusi potong hewan menjadi 50%.
23
Sebagaimana yang yang terdapat dalam pemberitaan, ORTAX (Media Online),
”Pada 2009, kami akan menaikkan retribusi potong hewan 50% di setiap upacara
adat yang digelar warga dalam wilayah Tator,” kata Kepala Dinas Pendapatan
Daerah (Dispenda) Tator Enos Karoma kepada SINDO di Makale. Dia
menjelaskan,sebelumnya, retribusi potong hewan pada upacara adat pada 2008,
jenis kerbau sebesar Rp100.000 per ekor dan jenis babi Rp50.000 per
ekor.Adanya kenaikan retribusi pajak 50%, besarnya retribusi jenis kerbau
Rp150.000 per ekor dan jenis babi Rp75.000 per ekor. Adapun pada tahun 2011
pada tiap pelaksana upacara kematian di Tana Toraja dikenai retribusi Rp
150.000 untuk setiap kerbau dan Rp 50.000 untuk setiap babi persembahan.
Undang-undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan Rumah Pemotongan Hewan mengamanatkan bahwa setiap
kabupaten/kota harus mempunyai RPH yang memenuhi persyaratan teknis yang
ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Pelaksanaan dari undang-undang tersebut
adalah keluarnya Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 13 Tahun 2010 tentang
persyaratan Rumah Pemotongan Hewan Rumianansia dan Unit Penanganan
Daging (meat cutting plan). Beberapa hal yang diatur dalam Keputusan Menteri
Pertanian antara lain sebagai berikut.
1. Setiap hewan potong yang akan dipotong harus sehat dan telah diperiksa kesehatannya oleh petugas pemeriksa yang berwenang.
2. Pemotongan hewan harus dilaksanakan di rumah pemotongan hewan atau tempat pemotongan hewan lainnya yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
3. Pemotongan hewan potong untuk keperluan keluarga, upacara adat dan keagamaan serta penyembelihan hewan potong secara darurat dapat dilaksanakan diluar RPH tetapi harus dengan mendapat izin terlebih dahulu dari Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuknya.
4. Syarat-syarat rumah pemotongan hewan, pekerja, cara pemeriksaan kesehatan, pelaksanaan pemotongan dan pemotongan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.
24
2.4 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Susdiawaty (2003) pendapatan daerah merupakan suatu
komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen
yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam
rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Menurut Mangkosubroto (2001) bahwa pada umumnya penerimaan
pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pada
umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak
dan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan
pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal
dari dalam negeri maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri.
Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.
Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa
sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak
dan Bukan Pajak. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari: pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan lain-
lain PAD yang sah.
Klasifikasi PAD yang terbaru terdiri dari:Pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan
sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis
25
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaaan modal pada
perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal
pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain
PAD yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak
termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup hasil
penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan,
ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang
dan / atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi.
Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2.4.1 Pajak Daerah
Pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih (2005:61), yang dimaksud
dengan pajak daerah adalah “iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah”. Menurut Halim (2004:67), “pajak daerah merupakan
pendapatan daerah yang berasal dari pajak”. Jenis-jenis pajak daerah untuk
kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (2002:77) antara lain ialah: pajak hotel,
26
pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
pengambilan bahan galian golongan C, pajak parkir.
2.4.2 Retribusi Daerah
Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2005:65) adalah
“pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan
orang pribadi atau badan”.
Menurut Halim (2004:67), “retribusi daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari retribusi daerah”.Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi
menjadi 2, yakni:
1. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-masing daerah, terdiri dari: 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu,
2. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang diberikan oleh masing-masing daerah, terdiri dari: 13 jenis retribusi jasa usaha.(Kadjatmiko,2002:78).
Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan
adalah : retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, retribusi jasa usaha pasar
grosir atau pertokoan, retribusi jasa usaha tempat khusus parkir, retribusi jasa
usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi jasa usaha rumah potong
hewan, dan lain-lain.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu oleh Susiana (2003),untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata di Kota
Surakarta dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel
independen terhadap Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata sebagai
variabel dependennya. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan penerimaan daerah dari sektor pariwisata sebagai variabel
27
dependen dan lima variabel sebagai variabel independen yaitu jumlah obyek dan
aktraksi wisata, jumlah kamar hotel berbintang dan melati terhuni, jumlah wartel
dan pos-pos telepon, jumlah armada biro perjalanan wisata dan jumlah
kunjungan wisatawan dikota Surakarta. Dari hasil uji signifikansi diperoleh bahwa
keseluruhan semua variabel independen berpengaruh dan dapat menjelaskan
variabel dependen sebesar 76,5 persen.
Dicky Satrio (2002); Perkembangan Pendapatan Pendapatan Asli Daerah
dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Blora dan Faktor yang Mempengaruhi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah darisektor pariwisata di Kabupaten Blora
dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel
independen terhadap pendapatan pariwisata sebagai variabel dependennya. Alat
analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan pendapatan
pariwisata sebagai variabel dependen dan empat variabel sebagai variabel
independen yaitu jumlah rumah makan, jumlah sarana angkutan, jumlah
pengunjung obyek wisata, jumlah kamar hotel dan dana pengembangan. Dari
hasil uji signifikansi diperoleh bahwa tiga variabel yaitu jumlah rumah makan,
jumlah sarana angkutan dan jumlah pengunjung obyek wisata berpengaruh
positif terhadap pendapatan pariwisata pada taraf signifikan 5 persen dan
variabel jumlah kamar hotel dan dana pengembangan berpengaruh negatif.
Ida Austriana (2005); Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah Dari Sektor Pariwisata di Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
dari sektor pariwisata kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Tengah dan untuk
menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan pemerintah
daerah kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Tengah. Alat analisis yang
28
digunakan adalah regresi linear berganda dengan penerimaan daerah sebagai
variabel dependen dan lima variabel sebagai variabel independen yaitu jumlah
wisatawan, jumlah kamar hotel berbintang dan melati, jumlah sarana angkutan,
pendapatan perkapita danjumlah obyek wisata. Dari hasil regresi dan uji
signifikansi dapat diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel sebesar
0,674 untuk jumlah wisatawan, 0,426 untuk jumlah kamar hotel berbintang dan
melati, 0,410 untuk jumlah sarana angkutan dan 0,282 untuk jumlah pendapatan
perkapita pada taraf signifikansi 5 persen dan jumlah obyek wisata berpengaruh
negatif terhadap penerimaan daerah kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah
dengan koefisien regresi sebesar -0,588.
Selain itu juga terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Qadarrochman
(2010) membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan daerah
sektor wisata di kota Semarang dan seberapa besar pengaruh yang diberikan
atas penerimaan sektor Pariwisata di kota Semarang. Dalam penelitiannya ini,
dari keempat variabel yang dianalisis yaitu variabel jumlah obyek wisata,variabel
jumlah wisatawan dan variabel tingkat hunian hotel dinyatakan signifikan semua,
sedangkan variabel pendapatan perkapita dinyatakan tidak signifikan.
Penelitian terkait dengan retribusi potong hewan yaitu Pakiding (2012)
mengatakan bahwa variabel jumlah hewan yang dipotong berpegaruh positif dan
terhadap pendapatan asli daerah di Tana Toraja. Dengan menggunakan metode
penelitian regresi linear berganda.
Penelitian Natalia (2008) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi retribusi potong hewan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Tana Toraja. Data yang digunakan adalah jenis data sekunder yang
bersumber dari realisasi retribusi potong hewan dan realisasi PAD dari tahun
2001-2006. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kontribusi, analisis
29
pertumbuhan, dan analisis trend. Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat
kontribusi pajak potong hewan pada tahun anggaran 2001-2006 tidak potensial
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Kemudian pertumbuhan dari pajak potong
hewan adalah positif dan trend retribusi potong hewan untuk masa mendatang
mengalami penurunan. Ini disebabkan karena makin kurangnya pelaksanaan
upacara-upacara adat Rambu Tuka dan Rambu Solo.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokusnya adalah
penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi.Dengan kata lain,
penelitian ini disebut penelitian deskriptif kualitatif karena merupakan penelitian
yang menggunakan fenomena yang diteliti.
Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu
sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma,
2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan
data lisan suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan
masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan
secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu,
dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Dengan
kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.
3.2 Kehadiran Peneliti
Dalam hal ini kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai
pencari pengumpul data yang kemudian data tersebut dianalisis. Peneliti hadir
langsung dalam rangka menghimpun data, peneliti menemui secara langsung
pihak-pihak yang mungkin bisa memberikan informasi atau data seperti halnya
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, ketua adat dan masyarakat sebagai sampel untuk
memperoleh data keadaan sektor pariwisata dan pendapatan pemotongan
31
hewan. Dalam melakukan penelitian, peneliti bertindak sebagai pengamat penuh
dan keadaan atau status peneliti diketahui oleh informan.
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangat menentukan keabsahan dan
kevalidatan data dalam penelitian yang ilmiah, hal ini harus dilaksanakan
semaksimal mungkin walaupun harus mengorbankan waktu, materi, dan sarana-
sarana lain bahkan peneliti melakukan perpanjangan kehadiran ditempat
penelitian untuk memperoleh data atau keterangan -keterangan yang benar-
benar valid.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian guna memperoleh data yang diperlukan untuk
mendukung penulisan skripsi ini, maka memilih lokasi penelitian dengan sektor
pendapatan daerah sebagai salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
pendapatan pajak potong hewan. Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Tana Toraja. Dalam
proses waktu penelitian serta pengambilan data dilakukan selama dua bulan
mulai bulan april sampai juni tahun 2015.
3.4 Sumber Data
Dalam hal ini, data dikategorikan menjadi tiga kelompok besar yaitu
sebagai berikut.
1. Person atau sumber data yang berupa memiliki kompetensi terhadap
masalah yang diteliti.
2. Place atau tempat dan alat yang digunakan dalam peneltian atau kinerja dan
aktifitas yang ada di dalamnya.
3. Paper atau data yang bersumber dari dokumen.
32
Dalam penelitian ini, lebih banyak menggunakan sumber data yang berupa
person atau responden sebagai informan yang di mana informan ialah orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Untuk menentukan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
dan tujuan-tujuan tertentu (purposive sampling), dengan cara bola salju (snow
ball) yaitu menelusuri terus data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan
yang ada.
Informan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Informan Kunci
Informasi kunci dalam peneltian ini adalah kepala dinas kebudayaan dan
pariwisata serta kepala dinas pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah
Kabupaten Tana Toraja.
2. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Kepala Seksi Keuangan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan.
b. Pegawai Dinas Kebudayaan dan pariwisata tanah toraja
c. Ketua adat
d. Masyarakat Tanah Toraja
Selain informan pendukung, penelitian ini juga menggunakan sumber data
yang berupa place atau paper untuk mendukung data yang bersumber dari
person atau responden. Setelah memperoleh data dari informan penelitian
melakukan pencocokan data yang didapatkan dari beberapa sumber sehingga
data lebih valid dan lebih objektif.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan atau memperoleh data menggunakan beberapa
prosedur yaitu :
33
1. Observasi
Observasi adalah suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang
keadaan atau fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
mengamati dan mencatat.
Teknik observasi dalam penelitian adalah cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi objek yang diteliti.Observasi dalam penelitian adalah
suatu hal perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan pengindraan yang dilanjutkan dengan adanya pengamatan.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang :
a. Gambaran umum tentang pariwisata.
b. Gambaran tentang tradisi pemotongan hewan
c. Gambaran umum tentang pendapatan daerah
2. Interview/Wawancara
Interview adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si
peneliti,disamping itu juga Wawancara merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dengan cara bercakap-cakap, bersua muka dengan
responden (face to face) wawancara adalah percakapan dua belah pihak dangan
maksud tertentu. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi
antara peneliti dengan responden.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bebas
terpimpin, sebab sekalipun wawancara dilakukan secara bebas tetapi sudah
dibatasi oleh struktur pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut.
34
a. Pajak sektor pariwisata terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Tana Toraja.
b. Pajak potong hewan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Tana Toraja
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat dan
menyelidiki data-data tertulis yang ada dalam buku, majalah, dokumen, surat-
surat, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
Selain itu Dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data
yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat dokumenter, seperti kondisi
pariwisata, budaya pemotongan hewan, upacara dan hal-hal penting lainnya
yang mendukung terhadap kelengkapan data.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang :
a. Kondisi pariwisata Tanah Toraja
b. Budaya pemotongan hewan.
c. Sarana dan Fasilitas yang dipakai dalam pemotongan hewan.
3.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Data yang telah
terhimpun kemudian diklarifikasikan untuk dianalisis dengan menggunakan
pendekatan analisis induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus,
peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa-
peristiwa yang khusus konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum.
35
Selanjutnya menggunakan analisis data yang dikembangkan dengan tiga
jenis kegiatan, yaitu; reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar.
Alur pertama adalah reduksi data, merupakan kegiatan pemilihan,
pemilahan, penyederhanaan dan transformasi data kasar yang berasal dari
lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian sampai
tersusunnya laporan akhir penelitian. Sejak tahap ini analisis data sudah
dilaksanakan karena reduksi data juga merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari analisis data.
Alur kedua adalah penyajian data yang merupakan sekumpulan informasi
yang tersusun dalam teks naratif. Penyusunan informasi tersebut dilakukan
secara sistematis dalam bentuk tema-tema pembahasan sehingga mudah
difahami makna yang terkandung di dalamnya.
Alur ketiga adalah menarik kesimpulan atau verifikasi dari semua kumpulan
makna setiap kategori, peneliti berusaha mencari makna esensial dari setiap
tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus penelitian. Selanjutnya
ditarik kesimpulan untuk masing-masing fokus tersebut, tetapi dalam suatu
kerangka yang sifatnya komprehensif.
Ilustrasi dari prosedur di atas adalah pertama, peneliti mengadakan
pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan pedoman yang sudah
disiapkan sebelumnya. Pada saat itulah dilakukan pencatatan dan tanya jawab
dengan informan. Dari informasi yang diterima tersebut seringkali memunculkan
pertanyaan-pertanyaan baru, baik pada saat wawancara berlangsung maupun
sudah berakhir atau disebut proses wawancara mendata.
36
Setelah data dilacak, diperdalam dan diuji kebenarannya, selanjutnya dicari
maknanya berdasarkan kajian kritik yang digunakan, dengan cara pemilihan,
pemilahan, dan penganalisaan data. Langkah selanjutnya data ditransformasikan
dan disusun secara tematik dalam bentuk teks naratif sesuai dengan karakter
masing-masing. Terakhir, dicari makna yang paling esensial dari masing-masing
tema berupa fokus penelitian yang dituangkan dalam kesimpulan.
3.7 Pengecekan Keabsahan Temuan
Hasil data atau temuan selama pelaksanaan penelitian berlangsung
penting untuk diuji validitas dan kehandalannya, untuk membuktikan bahwa hasil
penelitian sesuai dengan fakta dan realita yang ada.
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negative dan membercheck.
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik perpanjangan pengamatan
karena dengan perpanjangan pengamatan ini berarti telah menambah keakraban
antara peneliti dengan narasumber, sehingga antara narasumber dengan peneliti
semakin terbuka dan cenderung transparan dan tidak akan ada yang ditutup-
tutupi lagi, dari itu Validitas data akan semakin kuat, lebih lanjut dalam menguji
kredibilitas data peneliti memfokuskan pada data yang telah diperoleh, apakah
data yang telah diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan valid atau tidak,
berubah atau tidak, bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar
berarti data tersebut kredibel maka perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan apakah peneliti melakukan uji kredibelitas melalui
perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik bila dibuktikan
37
dengan adanya surat keterangan perpanjangan, selanjutnya surat keterangan
tersebut dilampirkan dalam laporan penelitian.
3.8 Tahap-Tahap Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian
noneksperimental dengan menggabungkan dua macam rancangan yang ada
didalamnya, yaitu rancangan survey deskriptif dan rancangan analitik.
Rancangan survey diskriptif adalah racangan yang bertujuan untuk melakukan
eksplorasi terhadap sebuah fenomena baik yang berupa faktor maupun resiko
maupun efeknya. Sedangkan rancangan analitik adalah rancangan yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa sebuah fenomena dapat terjadi.
2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Pralapangan
Dalam tahapan ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan ditambah
dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.
Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini:
1) Menyusun Rancangan Penelitian
2) Memilih Lapangan Penelitian
3) Mengurus Perizinan
4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan
6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
7) Persoalan Etika Penelitian
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
a) Pembatasan Latar dan Peneliti
38
b) Penampilan
c) Pengenalan Hubungan Peneliti Di Lapangan
d) Jumlah Waktu Penelitian
2) Memasuki Lapangan
a) Keakraban Lapangan
b) Mempelajari Bahasa
c) Peranan Peneliti
3) Berperan Serta Sambil Mengumpulkan Data
a) Mengarahkan Batas Penelitian
b) Mencatat Data
c) Analisis di Lapangan.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tana Toraja
4.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam
Adapun lokasi objek penelitian yang menjadi tempat penelitian terletak di
Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun wilayah-wilayah yang
masuk dalam pengamatan penelitian ini terletak pada objek wisata adat
istiadat yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja.
Berikut gambaran secara geografis wilayah Kabupaten Tana Toraja :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan daerah Kabupaten Toraja Utara
2. Sebelah Timur berbatasan dengan daerah Kabupaten Luwu
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan daerah Kabupaten Enrekang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Kabupaten Polewali
Mamasa, Majene dan Mamuju
Kabupaten Tana Toraja terletak di sekitar 315 km dari ibukota Propinsi
Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja adalah 3.205,77 km
atau sekitar 5% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan, daerah ini terletak antara
1190-1200BT dan 020-030LS. Kondisi daerah ini terdiri atas pegunungan
karang lebih 40% dataran tinggi kurang lebih 20% dataran rendah kurang
lebih 38%, dan sungai kurang lebih 2%. Kabupaten Tana Toraja berada di
ketinggian 600 m - 2800 m dari permukaan laut.
Iklim wilayah Kabupaten Tana Toraja tergolong dalam iklim tropis dengan
suhu udara antara 140C – 260C dan kelembaban udara antara 82% - 86%.
Curah hujan rata-rata tahunan antara 1.500 mm – 3.500 mm dengan jumlah
bulan basah (8 bulan) dan bulan kering (4 bulan). Perpaduan antara topografi
40
pegunungan dan iklim yang sejuk serta corak adat-istiadat dan budaya
masyarakat Toraja yang unik menjadikan daerah ini sebagai salah satu
tujuan wisata Nasional dan Internasional. Pada sensus penduduk tahun
2010,jumlah penduduk Kabupaten Tana Toraja sebanyak 221.081 jiwa dan pada
tahun 2013 penduduk mengalami peningkatan menjadi 226.212 jiwa,dengan
kepadatan penduduk sebanyak 110jiwa/km2,dengan tingkat penyebaran yang
tidak merata.
Ditinjau dari aspek sosial pendidikan dapat dilihat dari tingkat rata-rata
jumlah murid tiap sekolah menunjukkan angka 175 (SD), 251 (SLTP), 369
(SLTA) sedangkan rasio jumlah murid/guru menunjukkan angka 21 (SD), 16
(SLTP), 15 (SLTA).
4.1.2. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya
Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi
dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang
bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki tersebut.
Untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kabupaten
Tana Toraja selalu mengembangkan potensi yang dimiliki.
Ditinjau lewat sisi mata pencaharian, masyarakat Toraja banyak yang
memiliki kebun sehingga sebagian besar penduduk Toraja bermata
pencaharian dengan cara berkebun. Dalam rumah tangga bagi orang Suku
Toraja suami dan isteri sama-sama mencari nafkah, seperti dalam pertanian
kalau suami mencangkul di sawah adalah kewajiban isteri menanaminya. Selain
bertani di sawah, masyarakat Toraja juga berkebun yang hasilnya adalah
ketela yang dalam bahasa Toraja disebut dua’kayu . Ketela dan bambu yang
banyak tumbuh di sekitar pemukiman juga banyak dimanfaatkan. Sedangkan
41
untuk mata pencaharian memelihara ternak, ternak yang banyak dipelihara
masyarakat Toraja adalah kerbau dan babi. Kedua ternak ini penting dalam
berbagai upacara adat Toraja.
Masyarakat Toraja memiliki kepercayaan yang disebut Aluk Todolo. Aluk
berarti aturan dan Todolo berarti nenek moyang. Hakikat Aluk Todolo
adalah pandangan terhadap alam dan pandangan terhadap leluhur yang
diimplementasikan dalam aturan-aturan dan upacara-upacara adat. Sampai saat
ini masyarakat Toraja masih memegang teguh aturan upacara-upacara adat
seperti Aluk Tuka’ Aluk Matallo aturan pengucapan syukur untuk kehidupan dan
keselamatan serta Aluk Rambu Solo’ / Aluk Rampe Matampu’ aturan kematian
pemakaman. Toraja juga mengenal Liang atau kuburan adat Toraja. Menurut
ajaran Aluk Todolo, seperti halnya semasa hidup, pada waktu mati pun manusia
berkumpul dalam satu tongkonan (Tangdilingtin, 2001)
Sekarang ini mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen,
sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal
sebagai Aluk To Dolo sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya di
atas. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian
dari Agama Hindu Dharma.
4.1.3. Perkembangan Penduduk
Wilayah Kabupaten Tana Toraja memiliki luas 2.054,30 Km2 yang terbagi
dalam 159 Desa / Kelurahan dan 19 Kecamatan (± 62%). Jumlah penduduk
tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 469.339 jiwa karena pada tahun
terbsebut Kabupaten Tana Toraja belum mekar. Namun mengalami penurunan
yang sangat drastis pada tahun 2010 sebesar 221.306 jiwa,karena pada
tahun tersebut Kabupaten Tana Toraja sudah mekar menjadi Tana Toraja dan
Toraja Utara.
42
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di KabupatenTana Toraja
Tahun Jumlah (orang)
Pertumbuhan
2009 469.339
2010 221.306 -52,84%
2011 223.306 0,43%
2012 224.852 0,33%
2013 289.193 13,71% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di kabupaten
Tana Toraja dari tahun 2009 sampai 2011 mengalami penurunan penduduk
rata-rata 26,63% persen setiap tahun. Namun dari tahun 2012 sampai 2013
terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk mengalami pertumbuhan yang
signifikan, yaitu sekitar 13,71% persen.Penurunan laju pertumbuhan penduduk
diasumsikan terjadi karena terjadinya migrasi dan angka kematian yang tinggi.
4.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja
Taraf kehidupan masyarakat Kabupaten Tana Toraja secara rata-rata
semakin menurun. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 4.2, nilai PAD dari
tahun 2009-2013 selalu berfluktuasi. Nilai PAD tertinggi yang dicapai dalam
kurun lima tahun tersebut adalah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
Rp 55.014.671.126,05. Namun laju pertumbuhan nilai PAD tertinggi terjadi dari
tahun 2009 ke 2010 sebesar 1.64%. Sedangkan laju pertumbuhan nilai PAD
terendah terjadi dari tahun 2010 ke 2011 sebesar -1,69%.
Dari data tersebut, terlihat bahwa potensi-potensi yang dapat
dijadikan sebagai sumber PAD misalnya pariwisata merupakan pasar yang
perlu ditingkatkan karena faktor tersebut akan mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah.
43
Tabel 4.2
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja
Tahun PAD Pertumbuhan (%)
2009 Rp 20.787.650.359,03
2010 Rp 55.014.671.126,05 164%
2011 Rp 19.686.833.802,76 -1,69%
2012 Rp 31.720.677.572,15 O,58%
2013 Rp 38.776.667.256,57 0,86% Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Kabupaten
Tana Toraja Data diolah, 2015
Dari tabel 4.2 ditunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah rata-rata
mengalami peningkatan. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Tana Toraja yang sangat signifikan di tahun 2010 disebabkan pada tahun
tersebut diadakan Toraya Mamali’ yang dihadiri oleh para perantau Toraja
dari berbagai daerah. Kedatangan para perantau ditambah lagi dengan para
wisatawan lokal maupun mancanegara yang bertujuan menyaksikan acara
tersebut memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan PAD . Di tahun itupun
banyak diadakan upacara rambu solo’ karena sesuai dengan kebiasaan
masyarakat Toraja yang berusaha menghadirkan sebagian besar anggota
keluarga untuk mengadakan upacara rambu solo’ .
4.3 Pendapatan Retribusi Pemotongan Hewan
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah hewan yang dipotong pada
setiap upacara adat selalu mengalami fluktuasi. Jumlah pendapatan retribusi
hewan yang dipotong tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp
2.358.965.000 sedangkan jumlah pemotongan hewan terendah terjadi pada
tahun 2009.
44
Tabel 4.3
Tingkat Pendapatan Retribusi Pemotongan Hewan
Tahun Pendapatan Hewan yang Di Potong (%)
2009 Rp 1.567.711.300
2010 Rp 2.064.757.500 0.31%
2011 Rp 1.786.107.500 -0.13%
2012 Rp 2.358.965.000 0,36%
2013 Rp 2.307.110.000 -0.03%
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Kabupaten Tana Toraja Data diolah, 2015
Persentase tingkat pemotongan hewan pada upacara rambu pada
tabel 4.3 terlihat mengalami fluktuasi. Persentase penurunan pemotongan
hewan terendah terjadi dari tahun 2010 ke 2011 sebesar -0.13 persen.
Sedangkan persentase pemotongan hewan tertinggi terjadi dari tahun 2010
dan 2012 yaitu sebesar 0.36% persen. Peningkatan di tahun 2010 dan 2012
tersebut terjadi di dukung oleh banyaknya penyelenggaraan upacara rambu
solo’. Besarnya jumlah hewan yang dipotong setiap tahunnya bergantung
pada jumlah pesta atau rambu yang diadakan setiap tahunnya dan juga
bergantung pada kondisi ekonomi masyarakat
4.4 Pariwisata Kabupaten Tana Toraja
Pada dasarnya pariwisata Kabupaten Tana Toraja bertumpu pada budaya
dan alam lingkungannya.Budaya Toraja yang teraktualisasikan dalam pola
kehidupan masyarakat, adat istiadat, ritual-ritual, seni tari, seni ukir, dan seni
suara mempunyai keunikan-keunikan yang mengagumkan dan menarik untuk
dilihat serta dinikmati.
45
Kehidupan masyarakat Tana Toraja pada umumnya bekerja di sektor
pertanian (dalam arti luas) yang dibentuk oleh kondisi geomorfologi wilayah dan
lingkungannya yang merupakan dataran tinggi dengan kondisi topografi yang
miring, bergelombang dan berbukit-bukit hingga bergunung-gunung.Oleh karena
itu, sistem pertanian yang dikembangkan pada umumnya adalah pertanian
tanaman keras yang diselingi dengan tanaman pangan khususnya sawah.
Mengingat kondisi topografi yang pada umumnya miring, maka pembuatan
petakan-petakan sawah dilakukan sepanjang lereng-lereng perbukitan yang
dihiasi tanaman khas daerah Tana Toraja serta batu-batuan di sekitar
persawahan merupakan suatu arsitektur alam yang indah dan sekaligus menjadi
objek yang cukup menarik untuk dinikmati.
Pada lahan-lahan kering di sela-sela pemukiman, persawahan dan gunung-
gunung dimanfaatkan untuk budidaya kopi arabika, berbagai jenis bambu dan
lain-lain yang menjulang tinggi benar-benar merupakan suatu panorama alam
yang mengagumkan. Dalam mempersiapkan tanaman, menanam, memelihara,
memetik hasil, mengolah sampai menyajikan hasil-hasil pertanian seluruhnya
dilakukan khas daerah Tana Toraja yang diselingi dengan acara ritual.
Selain budidaya tanaman, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
masyarakat juga memelihara ternak yang tidak hanya dilihat dari segi komoditas
ekonomi tetapi juga bermakna fungsi sosial, sehingga perhatian terhadap ternak
punya kelas-kelas tersendiri.Kondisi seperti ini merupakan obyek yang menarik
untuk dinikmati.
Falsafah hidup masyarakat Kabupaten Tana Toraja menggambarkan
bahwa kehidupan ini tidak sempurna apabila tidak dengan keturunan, tanaman,
dan ternak yang disebut dengan falsafah Tallu Lolona. Berdasarkan falsafah
inilah maka muncul berbagai ritual sebagai ungkapan rasa kasih sayang pada
46
arwah dan sanak keluarga, pelaksanaan kegiatan usaha tani dan ternak serta
seni yang diilhami dalam pola kehidupan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kepariwisataan Kabupaten Tana
Toraja cukup kompleks dan sulit untuk diidentifikasi secara khusus. Oleh karena
itu, satu objek dan objek lainnya mempunyai keterkaitan dan objek itu akan
mempunyai arti bila didukung oleh panorama alam lingkungan. Keberadaan
Kabupaten Tana Toraja yang memiliki daya tarik tersendiri dan disenangi banyak
wisatawan baik dari mancanegara maupun nusantara menyebabkan pemerintah
pusat menetapkan daerah ini sebagai salah satu DTW andalan di Indonesia.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tana Toraja, teridentifikasi terdapat banyak objek dan
daya tarik wisata di Tana Toraja.Objek dan daya tarik wisata ini terbagi dalam
beberapa jenis objek wisata seperti wisata budaya, wisata sejarah, wisata alam
dan lingkungan, wisata agro dan lain-lain.Setiap titik tujuan objek wisata tersebut
masing-masing memiliki daya tarik. Klasifikasi objek wisata di Kabupaten Tana
Toraja sebagai berikut :
1. Objek wisata budaya
a) Tongkonan : rumah / perkampungan tradisional toraja
b) Rante : lapangan tempat upacara / pemakaman
c) Simbuang : batu tempat penambatan kerbau
d) Liang lo’ko’ : kuburan dalam gua alam
e) Liang erong : kuburan kuno dalam kayu dekoratif
f) Liang paa : kuburan batu pahat
g) Patane : kuburan berbentuk bangunan rumah
h) Liang pia/ passiliran : kuburan bayi pada pohon yang tumbuh
i) Tau-tau : patung orang meninggal di pekuburan
47
j) Pengrajin tenun dan pahat
k) Museum
2. Objek wisata kolam alam
3. Objek wisata panorama alam / air terjun
Selain objek wisata, Kabupaten Tana Toraja juga memiliki kuliner khas
yaitu pantollo’ pamarrasan, pa’piong, kue tori’,pa’ lawa’, tuak, sirup markisa, dan
juice terung belanda.
4.4.1 Potensi Pariwisata Tana Toraja
Kabupaten Tana Toraja yang merupakan salah satu Daerah Tujuan
Wisata (DTW) di Sulawesi Selatan memiliki daya tarik yang cukup besar, baik
yang bersifat budaya, alam, sejarah maupun buatan. Berikut beberapa potensi
wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Tana Toraja.
1. Panorama alam, panorama alam nan indah sebagai ciri khas Tana Seribu
Tongkonan ini, terdiri atas bukit-bukit batu menjulang tinggi, lembah-
lembah yang hijau serta hamparan sawah yang berpetak-petak, sungguh
merupakan anugerah sang pencipta yang patut disyukuri. Bahkan
perpaduan harmonis antara alam yang indah dengan udara sejuk dan
bersih ditandai oleh munculnya kabut di pagi hari tersebut merupakan
unsur pendukung sejumlah daya pikat yang dimilikinya. Daerah ini
merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan yang sangat
menarik, ada beberapa objek wisata antara lain sebagai berikut :
a) .Lemo, merupakan sebuah kuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit
ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah
jeruk (limau). Untuk membuat lubang ini diperlukan waktu 6 bulan
hingga 1 tahun dengan biaya sekitar Rp. 30 juta. Di pemakaman
48
Lemo terdapat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah
bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan
perpaduan antara kematian, seni dan ritual.
b) Kambira (Kuburan Bayi di dalam Pohon) obyek wisata satu ini
sangat unik, karena jenazah bayi yang sudah meninggal
dimasukkan ke batang pohon. Mayat bayi lalu diletakkan ke dalam,
dan ditutupi dengan serat pohon dari bahan pelepas enau
(kulimbang ijuk). Usia pohon sekitar 300 tahun dan tersimpan
puluhan jenazah bayi berusia 0-7 tahun di dalamnya. Saat ini
pohon tempat menyimpan mayat bayi tersebut sudah tidak
digunakan lagi. Namun pohon Tara tersebut masih terlihat tegak
berdiri, sehingga menjadi data tarik yang banyak dikunjungi
wisatawan lokal mau pun mancanegara.
c) Makula’; Makula terletak di Sangalla, sekitar 24 kilometer sebelah
selatan kota Rantepao atau lima enam kilometer di sebelah barat
kota Makale, Tana Toraja. Terdapat tiga sumber air panas di
Makula’ yang letaknya saling berdekatan. Di sekitar mata air itu,
berdiri beberapa rumah peristirahatan. Pengelolanya sengaja
menyediakan kolam-kolam untuk menampung air panas yang
dialirkan dari sumbernya.
d) Buntu Kalando; Di daerah ini ada sebuah rumah tongkonan yang
didirikan oleh raja Sangalla. ada museum di dalamnya walaupun
modelnya agak baru, museum bentuk rumah ini memiliki beberapa
benda kerajaan yang menarik dan beberapa alat rumah tangga
yang dahulunya dimiliki oleh puang Sangalla.
49
e) Sirope’ terletak ± 6 km di Kecamatan Makale Utara dan 1 km dari
jalan poros. Tempat ini merupakan pemakaman batu pahat di
tebing-tebing batu kapur, erong (tempat pemakaman purba dari
kayu) dengan beberapa patung-patung. Kompleks pemakaman ini
merupakan milik dari kaum bangsawan di sekitar wilayah Lion dan
Tondok Iring.
f) Tumbang Datu-Bebo’ adalah salah satu perkampungan adat
terletak di Kecamatan Sangalla’ Utara, ± 7 km dari Makale. Di sini
terdapat banyak rumah adat tongkonan, lokasi upacara adat, mata
air, pemakaman purba, kuburan bayi di pohon, benteng pertahanan
purba, dan lain-lain. Masyarakat masih sangat memegang teguh
tradisi.
2. Upacara-upacara ritual (Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’); Rambu
Solo’adalah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga
dari almarhum membuat sebuah upacara sebagai tanda penghormatan
terakhir dan menghantarkan arwah orang yang meninggal menuju nirwana.
Menurut kepercayaan masyarakat Toraja orang yang meninggal baru
dianggap benar-benar meninggal jika upacara adat rambu solo’
dilaksanakan. Oleh sebab itu, jasad orang yang belum diupacarakan masih
tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat
tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak
berbicara. Upacara adat Rambu Solo’ terdiri dari beberapa rangkaian ritual,
diantaranya pembungkusan jenazah, menghias peti jenazah, menurunkan
jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan
jenazah ke tempat peristirahatan terakhir. Selain itu, dalam upacara adat ini
50
terdapat berbagai kegiatan budaya yang menarik yang dipertontonkan,
antara lain :
a) Ma’pasilaga tedong (Adu kerbau). Upacara inilah yang menyedot
perhatian turis asing dan wisatawan lokal. Kerbau adalah hewan
yang dianggap suci bagi suku Toraja; dan Sisemba’ atau Adu kaki.
b) Tari-tarian yang berkaitan dengan situs rambu solo’ antara lain :
Pa’Badong, Pa’Dondi,Pa’ Randing, Pa’Katia, Pa’papanggan, dan
Passailo. Sementara itu untuk seni musik antara lain : Pa’pompang,
Pa’dali-dali dan Unnosong. Ma’tinggoro tedong (Pemotongan
kerbau dengan ciri khas masyarkat Toraja, yaitu dengan menebas
leher kerbau dengan parang, dilakukan dengan sekali tebas).
Kerbau yang akan disembelih, biasanya akan ditambatkan pada
sebuah batu yang disebut Simbuang Batu. Jenis kerbau yang
terkenal dari Toraja adalah Tedong Bonga. Tedong bonga harganya
sangat tinggi, hingga ratusan juta rupiah. Rambu Solo’
mencerminkan kehidupan masyarakat Tana Toraja yang suka
gotong royong, memiliki strata sosial, dan menghormati orang
tua.Rambu Tuka’ adalah acara yang berhungan dengan acara
syukuran misalnya acara pernikahan, syukuran panen dan
peresmian rumah adat atau tongkonan baru, atau selesai
direnovasi. Rambu Tuka menghadirkan semua rumpun keluarga.
Semua Upacara tersebut dikenal dengan nama Ma’Bua’, Meroek,
atau Mangrara Banua Sura’. Dalam upacara adat Rambu Tuka’
diikuti oleh seni tari : Pa’ Gellu, Pa’ Boneballa, Gellu Tungga’, Ondo
Samalele, Pa’Dao Bulan, Pa’Burake, Memanna, Maluya, dan lain-
lain. Untuk seni musik yaitu Pa’pompang, Pa’Barrung, Pa’pelle’.
51
Seni Musik dan seni tari yang ditampilkan dalam upacara adat
Rambu Solo’ tidak boleh (tabu) ditampilkan pada upacara adat
Rambu Tuka’.
3. Seni tari dan kesenian, Tana Toraja memiliki kesenian yang telah
mendarah daging turun-temurun pada masyarakatnya. Tana Toraja
mempunyai tari-tarian yang disesuaikan dengan upacara-upacara. Tarian
yang diperlihatkan pada upacara kematian tentu berbeda pada upacara
syukur atau gembira. Maksud tarian ini dihubungkan dengan (Dewatanya)
yang berarti berdoa. Selama menari orang biasanya menyanyi. Maksud
nyanyian tersebut ialah mengatakan pesta apa yang diadakan. Musik
Passuling, diperagakan dengan menggunakan suling lembang yaitu suling
tradisional Toraja dan dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan
lagu duka dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan duka
citanya. Musik Pa’pompang, musik bambu yang pagelarannya merupakan
satu simponi orkestra, dimainkan oleh banyak orang. Musik bambu ini
biasanya dimainkan pada perayaan bersejarah
4. Kerajinan Tangan Tana Toraja; Tana Toraja memiliki kerajinan yang
pengerjaannya mutlak membutuhkan kemampuan seni yang sangat tinggi
dan artistik, seperti; -Kerajinan Tenun Toraja,masyarakat Toraja di
Sulawesi Selatan telah lama mengenal style dalam berbusana. Baik dalam
keseharian maupun dalam pesta-pesta budaya, busana khas Toraja
menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan. Motif dan warna khas
yang dikombinasi dengan ukiran-ukiran Toraja yang unik menambah indah
kain tenun etnik Toraja.Tak jarang, hasil olah tangan yang telaten ini dijual
dengan harga selangit. bahan dasar kain umumnya adalah benang kapas
yang dipintal secara tradisional. Selain itu, ada satu jenis kesenian yang
52
terkenal dan khas dari Tana Toraja adalah Seni Ukir. Jenis ukiran ini
dipakai sebagai ragam dekorasi baik eksterior maupun interior pada rumah
adat-adat Toraja (Tongkonan) termasuk pada lumbung padi (Alang Sura’).
Semua ukiran yang terdapat pada rumah dan lumbung merupakan
lambang atau simbol makna hidup orang Toraja. Masih ada juga jenis seni
yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidup dan budaya orang
Toraja yakni Seni pahat. Seni ini dapat dilihat pada Tongkonan Merambu
(rumah adat) dan Tongkonan Tang Merambu (kuburan/patane). Sebagai
peralatan hasil seni pahat yang harus ada pada Banua Sura’, rumah adat
(tongkonan) adalah: Kabongo’, yaitu kepala kerbau yang dipahat dari kayu
cendana (sendana) atau kayu nangka dan dilengkapi dengan tanduk
kerbau asli. Kabongo’ ini mengartikan bahwa tongkonan ini adalah
Tongkonan Pemimpin Masyarakat dengan kata lain tempat melaksanakan
peranan dan kekuasaan adat Toraja.
4.4.2 Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Tana Toraja
Kabupaten Tana Toraja yang merupakan salah satu Daerah Tujuan
Wisata (DTW) di Sulawesi Selatan memiliki daya tarik yang cukup besar,
baik yang bersifat budaya, alam, maupun buatan. Salah satu daya tarik budaya
yang banyak di kenal di Kabupaten Tana Toraja adalah upacara rambu solo’ .
Di Kabupaten Tana Toraja dapat pula dikunjungi daerah wisata alam dan
hutan. Disamping itu dapat dikunjungi objek-objek wisata yang bersifat historis,
misalnya Makula’, Tilangnga’, Lemo .
53
Tabel 4.4. Pendapatan Retribusi Pariwisata
Tahun Pandapat Daerah Sektor Wisata (%)
2009 Rp 19.887.200
2010 Rp 38.148.400 0.92%
2011 Rp 61.474.100 2.91%
2012 Rp 151.673.447 4,53%
2013 Rp 190.436.097 1.94%
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Kabupaten Tana Toraja Data diolah, 2015.
Dari tabel di atas, dapat terlihat terjadinya peningkatan retribusi pariwisata
dari tahun ke tahun. Dalam perkembangannya, retribusi pariwisata ini
selalu mengalami kemajuan terlihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung dari
tahun 2009 sampai tahun 2012. Hal ini dapat dilihat pada data dari Dinas
Pariwisata, Seni, dan Budaya yang memperlihatkan peningkatan jumlah
wisatawan lima tahun tersebut. Jumlah pendapatan kunjungan wisatawan
tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 190.436.097, sedangkan
jumlah kunjungan wisatawan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp
19.887.200
Persentase pertumbuhan kunjungan wisatawan di kabupaten Tana
Toraja dari tahun ke tahun yang tertingi terjadi dari tahun 2011 ke 2012
sebesar 4,53 persen. Sedangkan persentase pertumbuhan terendah terjadi dari
tahun 2012 ke 2013 sebesar 1,94 persen. Terjadinya pertumbuhan yang rendah
jumlah wisatawan disebabkan oleh faktor keamanan yang tidak stabil yang erat
kaitannya peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2001 dan beberapa
peristiwa lainnya yang membuat negara ini tidak aman, sehingga wisatawan
yang ingin berdatangan ke Indonesia tehambat.
54
4.5 Pembahasan
4.5.1 Kontribusi Retribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli
Daerah
Tabel 4.5. Pendapatan Retribusi Pariwisata
tahun Retribusi pariwisata (RP)
PAD %
2011 Rp 61.474.100 Rp 19.686.833.802,76 0,0031%
2012 Rp 151.673.447 Rp 31.720.677.572,15 0,0048%
2013 Rp 190.436.097 Rp 38.776.667.256,57 0,0049%
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Kabupaten Tana Toraja Data diolah, 2015.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa retribusi pariwisata berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah namun tidak signifikan. Namun ini juga akan
berpengaruh terhadap sektor bisnis seperti buah tangan khas daerah sebagai
bagian dari sektor pariwisata. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Austriana semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka
semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut,
paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di
daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan
wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di
daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan
mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari
sektor pariwisata suatu daerah.
55
4.5.2 Kontribusi Retribusi pemotongan hewan terhadap pendapatan asli
Daerah
Tabel 4.6. Pendapatan Retribusi Potong Hewan
tahun Retribusi potong hewan (RP)
PAD %
2011 Rp 1.786.107.500 Rp 19.686.833.802,76 0,091%
2012 Rp 2.358.965.000 Rp 31.720.677.572,15 0,074%
2013 Rp 2.307.110.000 Rp 38.776.667.256,57 0,059%
Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Kabupaten Tana Toraja Data diolah, 2015.
Dari tabel terlihat bahwa retribusi potong hewan memiliki kontribusi
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Dan jumlah retribusi tersebut
tidak terlepas dari jumlah pesta adat (rambu tuka’ dan rambu solo’) yang
dilaksanakan di kabupaten Tana Toraja.
Pengelolaan retribusi RPH di Kabupaten Tana Toraja pada dasarnya sudah
ditetapkan dalam Perda Nomor 4 Tahun 2001 tentang Retribusi Rumah Potong
Hewan, Peraturan Bupati Tana Toraja Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor 9 Tahun 2009
tentang Perubahan Perda Nomor 4 Tahun 2001 tentang Retribusi Rumah potong
hewan. Pada penelitian ini, jumlah penduduk juga mempengaruhi penerimaan
retribusi Rumah potong hewan di mana semakin besar jumlah penduduk maka
jumlah wajib retribusi juga meningkat.
.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Retribusi pariwisata berkontribusi 0,031% pada tahun 2011, 0,048% pada
tahun 2012, dan 0,049% pada tahun 2013 terhadap pendapatan asli daerah
Kabupaten Tana Toraja.
2. Retribusi pemotongan hewan berkontribusi 0,091% pada tahun 2011,
0,074% pada tahun 2012, dan 0,059% pada tahun 2013 terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten Tana Toraja.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka pada bagian
ini dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Untuk lebih meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Tana
Toraja maka diperlukan adanya perbaikan dan peningkatan mutu sarana dan
prasarana pariwisata, seperti perbaikan jalan menuju objek wisata, perlunya
penambahan pusat informasi pariwisata demi kemudahan bagi para
wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tana Toraja, karena pusat
informasi pariwisata hanya ada 1 yaitu di kantor Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, kinerja para pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
kepariwisataan Kabupaten Tana Toraja khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata agar ditingkatkan lagi, perlunya petugas keamanan di setiap objek
wisata untuk meningkatkan keamanan di objek wisata tersebut.Jadwal
57
upacara adat supaya di upload ke internet dan selalu di update
2. Sebaiknya tarif retribusi pemotongan hewan pada upacara adat di
naikkan,sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih lagi dalam
peningkatan pedapatan asli daerah di Tana Toraja.
58
DAFTAR PUSTAKA
Austriana, Ida. 2005. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata”. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Semarang: Program Pascasarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Djajasudarma, 2006. Metode Penelitian Sosial . Rineka Cipta,Bandung
Halim,Abdul.2004.Akuntansi Sektor Publik:Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta: Salemba Empat
Koentjaraningrat.1990.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta:Pustaka Jaya
Kadjadmiko. 2002.Dinamika Sumber Keuangan bagi Daerah dalam Rangka Otonomi Daerah,Prosiding Workshop Internasional Implementasi Desentralisasi Fiskal Sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam Membiayai Pembangunan Daerah,FISIP Universitas Katolik Parahyangan,Bandung.
Mardiasmo. 2012. Edisi Revisi.Perpajakan. Andi: Yogyakarta
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. BPFE, Yogyakarta.
Mustamin,Alwi.1993.Nilai-Nilai Budaya yang Menunjang Pelestarian Lingkungan Alam di Sulawesi Selatan.Hasil Penelitian(tidak diterbitkan).Kerjasama Jurusan FISIP UNHAS dengan Pemda Sulawesi Selatan.
Natalia,Ade.2008. “Analisis Kontribusi Pajak Potong Hewan Pada Upacara Adat Rambu Tuka Dan Rambu Solo Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja”.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana Jogyakarta
Pakiding,Meilany Anzy.2012.”Pengaruh Upacara Adat Rambu Solo’ Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tana Toraja”.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Qadarrochman, Nasrul. 2010.”Analisis Penerimaan Dari Sektor Pariwisata Di Kota Semarang Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro .
Saragih, Masril Riza. 2005. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Di Kota Medan. Medan: Magister EP USU
Satrio, Dicky. 2002. ”Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Pariwisata Di Kabupaten Blora’’. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Spillane, James J. . 1987. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
60
Sukardji, Untung. 2003. Pajak Pertambahan Nilai. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Susdiawaty, Endang dan Samsubar Saleh. 2003. Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta. Thesis. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.
Susiana. 2003, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata, Kota Surakarta (1985-2000)”.Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro
Tangdilintin, L, 2001, Toraja dan Kebudayaannya, Ujung Pandang Kantor Cabang II
Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2009. (Online). (http://mastel.or.id/files/kelompok%20Kerja/Pajak%20dan%20Telekomunikasi/UU_28_Tahun_2009%20-%20PDRD.pdf, diakses 9 Februari 2015).
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. 2014. (Online), (http://pemerintah.net/download-uu-nomor-23-tahun-2014-tentang-pemerintah-daerah/, diakses 9 Februari 2015).
Waluyo, Wirawan B. Ilyas. 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.
Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Kompas.
60
BIODATA
Identitas Diri
Nama : Kalsy Patandean
Tempat, Tanggal Lahir : Makale, 6 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : JL.Andi Mangerangi 3 no.1
Telepon Rumah dan HP : 082 197 366 779
Alamat E-mail : kalsypatandean.kp@gmail.com
Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
1. SD Inp. 293 Mebali (Tana Toraja) tahun 1995 – 2002
2. SMP Kristen Makale (Tana Toraja) tahun 2002 – 2005
3. SMAN 1 Rantepao (jurusan IPS) tahun 2005 – 2008
4. Universitas Hasanuddin, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
Akuntansi tahun 2009
Pengalaman
a. Organisasi
PPGT Jemaat Bukit Tamalanrea periode 2010-2012 sebagai
bendahara umum.
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar, 20 Agustus 2015
Kalsy Patandean
top related