sistem pemungutan pajak penghasilan di praja … · adi gunanto, c0506003, 2011, sistem pemungutan...
Post on 07-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN DI PRAJA MANGKUNEGARAN
TAHUN 1917-1942
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
ADI GUNANTO C0506003
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN DI PRAJA MANGKUNEGARAN
TAHUN 1917-1942
Disusun oleh
ADI GUNANTO C0506003
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Sri Agus, M.Pd NIP.19590813986031001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP.195402231986012001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN
DI PRAJA MANGKUNEGARAN
TAHUN 1917-1942
Disusun oleh
ADI GUNANTO C.0506003
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal 20 Januari 2011
Jabatan Nama TandaTangan Ketua Penguji Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum (……………....) NIP.195402231986012001
Sekretaris Penguji Insiwi Febriary Setiasih, S.S, M.A (……………....) NIP.198002272005012001 Penguji Drs.Sri Agus, M.Pd (……………....)
NIP.19590813986031001 Penguji II Dr.Warto, M.Hum (………………) NIP.196109251986031001
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. NIP.195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN Nama : Adi Gunanto NIM : C.0506003 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Sistem Pemungutan
Pajak Penghasilan di Praja Mangkunegaran Tahun 1917-1942 adalah betul-betul
karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, Maret 2011 Yang membuat pernyataan Adi Gunanto
C.0506003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Bayar Pajak, Awasi Penggunaanya”
(Direktorat Jenderal Pajak)
“Tiada Keimanan, Tanpa Kesabaran”
“Perjuangkanlah setiap jengkal waktu yang Dia berikan kepada kita karena perjuangan itu tidak hanya menyelamatkan kita di dunia
tapi juga di akhirat ’’
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
� Ayah dan Ibu serta Adikku tercinta
� Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan dalam penyusunan skripsi.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan arahan dan petunjuk.
3. Drs. Sri Agus, M.Pd selaku Pembimbing Skripsi yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
selama penyusunan skripsi.
4. Widhi Waskito Wardjojo, S.S selaku Pembimbing Akademis yang selalu
memberikan motivasi selama menempuh pendidikan.
5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat
bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Segenap Staf UPT Perpustakaan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Segenap Staf UPT Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret.
8. Ibu Koestrini Soemardi (alm), Bapak Basuki, Ibu Darweni, Bpk. Waluyo,
Ny. Sudarsi, Bpk. Angga, Ibu Dinar dan segenap Staf Perpustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Reksopustaka yang telah memberikan bantuan dalam pencarian data
kepada penulis serta terimakasih atas kehangatannya selama ini.
9. Bapak dan Ibu serta adikku yang selalu memberikan kasih sayang dengan
tulus ikhlas serta doa yang tidak pernah putus kepada penulis.
10. Teman-teman angkatan Ilmu Sejarah ’06, Memik, Indras, Lissa, Septa,
Endah, Dyah, Putut, Ari, Helmy, Embri, Lia, Hasri, Veri, Aga, Bagus,
Adit, Gilang P, Gilang W, Bayu, Yudis, Candra, Ulwa, Mira, Anton, Eko,
Edi, Trisna, Wawan, Soma, Jarot, Benny, Ellyas, Andi Pramono, Sunu,
dan teman-teman 2006 yang lain, terimakasih atas kebersamaannya
selama ini.
11. Teman-teman jurusan Ilmu Sejarah ’03, ’04, ’05, dan ’07.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
berbagai kekurangan. Oleh karena itu, semua saran dan kritik yang sifatnya
membangun akan sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga karya ini dapat
berguna untuk civitas akademika. AMIN.
Wassalamualikum wr.wb
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DARTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
ABSTRAK........................................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
F. Metode Penelitian ..................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 12
BAB II. GAMBARAN UMUM PERPAJAKAN MANGKUNEGARAN .. 14
A. Wilayah Mangkunegaran dan Perkembangannya .................... 14
B. Perekonomian Penduduk Mangkunegaran ..................... 20
C. Latar belakang diberlakukan Pajak Penghasilan ....................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III. MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN DI
PRAJA MANGKUNEGARAN .................................................... 27
A. Sistem Pemungutan Pajak Penghasilan ..................... 27
1.Pengertian Pajak Penghasilan ............................................... 27
2.Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan ...................... 30
3.Subjek Pajak Penghasilan ...................................................... 31
4.Objek Pajak Penghasilan ....................................................... 32
a. Penghasilan Kena Pajak ................................................... 32
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak ....................................... 34
B. Petugas Penarik Pajak Penghasilan ............................................ 35
C. Mekanisme Pemungutan Pajak Penghasilan ............................. 38
1. Pendaftaran ........................................................................... 38
2. Pemeriksaan Buku Kekayaan ............................................... 43
3. Penetapan Pajak .................................................................... 45
4. Perhitungan Pajak ................................................................. 48
5. Pengurangan Pajak ............................................................... 56
6. Pembayaran Pajak................................................................. 59
D. Sanksi Atas Pelanggaran............................................................. 74
BAB IV. KASUS-KASUS PENYIMPANGAN PAJAK PENGHASILAN
DI PRAJA MANGKUNEGARAN TAHUN 1917-1942............ .. 76
A. Kasus Tunggakan Pajak .......................................................... 76
B. Kasus Penggelapan Pajak oleh Pejabat Desa ........................... 83
C. Kasus Penggelapan Pajak oleh Mantri Martanimpuna ............ 106
BAB V. KESIMPULAN .............................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 112
LAMPIRAN...................................................................................................... 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
1. Luas desa Babok tahun 1757...................................... ...................................... 15
2. Keadaan tenaga kerja pertanian dan perkebunan Praja Mangkunegaran
Tahun 1930........................................................................................................ 22
3. Tarif pajak penghasilan tahun 1919................................................................... 51
4. Tarif pajak penghasilan tahun 1933................................................................... 53
5. Tarif pajak penghasilan tahun 1935................................................................... 55
6. Rekapitulasi pajak penghasilan di Kota Mangkunegaran tahun 1934............... 62
7. Rekapitulasi pajak penghasilan di Wonogiri tahun 1934................................... 64
8. Rekapitulasi pajak penghasilan di Karanganyar tahun 1934.............................. 65
9. Pajak Penghasilan dalem Mangkunegaran tahun 1917-1942............................ 67
10. Perbandingan Pemasukan Pajak Penghasilan ke kas Praja Mangkunegaran
tahun 1939 dan 1940......................................................................................... 70
11. Pajak Penghasilan (Inkomstenbelasting) Praja Mangkunegaran
Tahun 1917-1942................................................................................................ 72
12. Rincian Tunggakan Pajak Penghasilan Raden Mas Ngabei Prawirasewaja
tahun 1933........................................................................................................ 82
13. Pajak Penghasilan yang digelapkan Raden Mas Parmokoesoemo..................... 89
14. Hasil penjualan tanah kas desa yang hasilnya digelapkan Raden
Mas Parmokoesoemo.......................................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
15. Susunan pejabat Pengadilan dalem pradata Mangkunegaran atas kasus
Raden Parmokoesoemo...................................................................................... 94
16. Nama desa, wajib pajak dan jumlah uang pajak yang digelapkan Raden
Mas Parmokoesoemo........................................................................................ 99
17. Rincian Uang yang digelapkan Raden Mas Parmokoesoemo............................ 100
18. Rincian pajak penghasilan yang digelapkan Martadisastro….......................... 103
19. Pajak penghasilan yang digelapkan Raden Mas Ngabei Soemowinoto............ 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISTILAH
Aangifte bilyet : surat pemberitahuan objek pajak.
Aanslag bilyet : surat ketetapan pajak.
Apanage : tanah jabatan yang diberikan untuk pegawai kerajaan.
Bau : ukuran luas tanah (7096 M2), tenaga.
Bekel : orang yang mendapat wewenang menjaga kebaikan desa, petani
penghubung antara pemilik atau penguasa tanah dengan penggarap
tanah.
Brutto : penghasilan kotor.
Bumi Sudiyan : tanah cadangan.
Bupati Patih : sebutan patih di Praja Mangkunegaran.
Cacah : ukuran luas tanah (7096 M2), jumlah kepala keluarga.
Carik : pejabat desa yang bertugas mengurusi surat-surat, sekretaris desa.
Comandite : persekutuan dagang.
Desa Babok : desa inti atau desa induk.
Devide et empera : politik adu domba.
Dwangschrift : surat paksa untuk membayar pajak.
Enclave : daerah kantong, sebidang tanah yang ada di tengah-tengah tanah
milik orang lain.
Gunung : polisi, pejabat keamanan.
Inkomstenbelasting : pajak penghasilan.
Innatura : uang, bukan barang.
Jung : ukuran luas tanah (28.384 M2), 1 jung = 4 karya, 1 karya = 4 bau, 1
jung =16 bau.
Kamitua : sesepuh desa, wakil lurah desa.
Karya : penduduk yang mendapat tanah apanage dari kerajaan, wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Kohir : surat pajak.
Landrente : pajak tanah.
Lijfrente : tunjangan seumur hidup.
Legiun : tentara, korps militer.
Lungguh : tanah jabatan sebagai gaji, kedudukan.
Mantri : pejabat rendahan untuk fungsi tertentu dibawah panewu.
Mantri Gunung : pejabat kepolisian di bawah wedana gunung.
Martanimpuna : kantor inspektur pajak.
Narakarya : petani penggarap.
Narapraja : birokrat.
Netto : penghasilan bersih.
Obligasen : surat obligasi.
Onderdistrik : kapanewon (kecamatan).
Onderregentshap : kabupaten.
Onderneming : perkebunan.
Panewu : abdi dalem yang mempunyai lungguh 1000 cacah.
Pangrehpraja : pemerintah dalam negeri.
Patuh : pemegang tanah lungguh.
Pethuk : kartu pembayaran.
Pikukuh : surat keputusan.
Pranatan : peraturan.
Rijksblad : lembaran kerajaan.
Staatsblad : peraturan yang dibuat pemerintah kolonial Hindia-Belanda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rijksblad Mangkunegaran No. 10 tahun 1919.......................................... 116
2. Rijksblad Mangkunegaran No. 3 tahun 1935............................................ 130
3. Rijksblad Mangkunegaran No. 4 tahun 1935............................................. 139
4. Surat pemberitahuan objek pajak penghasilan (Aangifte Bilyet)................. 141
5. Surat keputusan perkara tunggakan pajak atas nama Raden Mas Ngabei
Atmasoetardja............................................................................................. 143
6. Proses-verbaal Pengadilan dalem pradoto atas nama Raden Mas Parmokoesoemo ........................................................................................... 147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Adi Gunanto, C0506003, 2011, Sistem Pemungutan Pajak Penghasilan di Praja Mangkunegaran Tahun 1917-1942, Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian historis, yang berusaha mendeskripsikan serta
menganalisa tentang sistem pemungutan pajak penghasilan di praja Mangkunegaran pada tahun 1917-1942. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Gambaran umum perpajakan di praja Mangkunegaran, (2) Mekanisme pemungutan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran tahun 1917-1942, dan (3) Kasus-kasus penyimpangan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran tahun 1917-1942.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, intrepretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi dokumen dan studi pustaka. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisis dan diintrepretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk menganalisis data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekonomi, hukum, dan sosiologi.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa latar belakang diberlakukannya pajak penghasilan adalah adanya pembaharuan yang dilakukan Mangkunegara IV dengan menarik tanah-tanah apanage yang semula digunakan sebagai gaji bagi kerabat dan narapraja Mangkunegaran. Dengan adanya penarikan tersebut, maka penduduk Mangkunegaran juga terkena dampaknya karena tanah-tanah apanage yang semula dikerjakan penduduk ditarik kembali sehingga penduduk Mangkunegaran beralih ke sektor perkebunan. Dengan adanya peralihan tersebut maka mulai diberlakukannya sistem uang sebagai gaji penduduk Mangkunegaran. Dengan diberlakukannya sistem uang tersebut maka diperlukan suatu pajak penghasilan sebagai sebuah cara bagi praja Mangkunegaran untuk tetap memungut penghasilan rakyat sebagai pemasukan kas praja. Pajak penghasilan ini merupakan salah satu sumber pemasukan besar bagi praja Mangkunegaran. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada rakyat maupun perkumpulan yang mengerjakan kegiatan untuk mendatangkan keuntungan.Mekanisme pemungutan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran meliputi pendaftaran objek pajak yang dilakukan dengan pengisian aangifte bilyet, pemeriksaan buku-buku kekayaaan, penetapan pajak, perhitungan pajak, pengurangan pajak, dan pembayaran pajak. Bagi wajib pajak yang melakukan tindakan pelanggaran dalam ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam mekanisme pajak penghasilan maka akan dikenakan sanksi. Selain berdampak positif untuk pembangunan praja Mangkunegaran, pajak penghasilan juga berdampak negatif karena beban yang dipikul rakyat semakin berat, keadaan tersebut diperparah dengan ditemukannya berbagai kasus penyimpangan pajak penghasilan yang dilakukan petugas pemungut pajak. Bagi petugas pajak yang terbukti melakukan tindakan penyimpangan pajak maka Praja Mangkunegaran akan memberikan sanksi sesuai dengan kesalahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sistem Pemungutan Pajak Penghasilan di Praja Mangkunegaran Tahun 1917-1942, Skripsi, Jurusan Ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Adi Gunanto, C0506003, 20111
Drs. Sri Agus, M.Pd2
ABSTRAK
2011. Penelitian ini merupakan penelitian historis, yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisa tentang sistem pemungutan pajak penghasilan di praja Mangkunegaran pada tahun 1917-1942. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Gambaran umum perpajakan di praja Mangkunegaran, (2) Mekanisme pemungutan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran tahun 1917-1942, dan (3) Kasus-kasus penyimpangan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran tahun 1917-1942. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, intrepretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui studi dokumen dan studi pustaka. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisis dan diintrepretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk menganalisis data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekonomi, hukum, dan sosiologi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa latar belakang diberlakukannya pajak penghasilan adalah adanya pembaharuan yang dilakukan Mangkunegara IV dengan menarik tanah-tanah apanage yang semula digunakan sebagai gaji bagi kerabat dan narapraja Mangkunegaran. Dengan adanya penarikan tersebut, maka penduduk Mangkunegaran juga terkena dampaknya karena tanah-tanah apanage yang semula dikerjakan penduduk ditarik kembali sehingga penduduk Mangkunegaran beralih ke sektor perkebunan. Dengan adanya peralihan tersebut maka mulai 1 Mahasiswa Jururan Ilmu Sejarah dengan NIM C0506003 2 Pembimbing Skripsi
diberlakukannya sistem uang sebagai gaji penduduk Mangkunegaran. Dengan diberlakukannya sistem uang tersebut maka diperlukan suatu pajak penghasilan sebagai sebuah cara bagi praja Mangkunegaran untuk tetap memungut penghasilan rakyat sebagai pemasukan kas praja. Pajak penghasilan ini merupakan salah satu sumber pemasukan besar bagi praja Mangkunegaran. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada rakyat maupun perkumpulan yang mengerjakan kegiatan untuk mendatangkan keuntungan.Mekanisme pemungutan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran meliputi pendaftaran objek pajak yang dilakukan dengan pengisian aangifte bilyet, pemeriksaan buku-buku kekayaaan, penetapan pajak, perhitungan pajak, pengurangan pajak, dan pembayaran pajak. Bagi wajib pajak yang melakukan tindakan pelanggaran dalam ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dalam mekanisme pajak penghasilan maka akan dikenakan sanksi. Selain berdampak positif untuk pembangunan praja Mangkunegaran, pajak penghasilan juga berdampak negatif karena beban yang dipikul rakyat semakin berat, keadaan tersebut diperparah dengan ditemukannya berbagai kasus penyimpangan pajak penghasilan yang dilakukan petugas pemungut pajak. Bagi petugas pajak yang terbukti melakukan tindakan penyimpangan pajak maka Praja Mangkunegaran akan memberikan sanksi sesuai dengan kesalahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu yang sudah bekerja wajib menyisihkan sebagian kecil dari
penghasilannya untuk diserahkan kepada Negara. Penyerahan sebagian penghasilan
tersebut dilakukan sebagai balas jasa kepada Negara karena telah memberikan
fasilitas untuk memperoleh penghasilan tersebut. Penyerahan sebagian penghasilan
kepada Negara tersebut diwujudkan dengan adanya pajak penghasilan.
Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah
ada sejak zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama
tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 SM. Pengenaan pajak penghasilan
secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang-undang sebagai Income Tax
ditemukan di Inggris pada tahun 1799.
Di Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New
Plymouth pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah " a person's
faculty, personal faculties and abilitites", pada tahun 1646 di Massachusett dasar
pengenaan pajak didasarkan pada "returns and gain". “Personal faculty and abilities"
secara implisit adalah pengenaan pajak penghasilan atas orang pribadi, sedangkan
"Returns and gain" berkonotasi pada pajak penghasilan badan. Tonggak-tonggak
penting dalam sejarah pajak di Amerika Serikat adalah Undang-Undang Pajak
Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah beberapa kali mengalami tax reform,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986. Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
(tax return) yang dibuat pada tahun 1860-an berdasarkan Undang-Undang Pajak
Federal tersebut telah dipergunakan sampai dengan tahun 1962.
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Hindia-Belanda dimulai dengan
adanya Paten Recht pada tahun 1878. Kemudian peraturan pajak penghasilan
diperbaharui dengan Ordonantie Op De Inkomsten Belasting No.298 tahun 1908 yang
tertuang dalam Staatsblad tahun 1908. Berdasarkan atas ketentuan yang tercantum
dalam Staatsblad tahun 1908 tersebut maka pada tahun 1917 Praja Mangkunegaran
mulai memberlakukan pemungutan pajak penghasilan dengan mengeluarkan
Peraturan Bab Pajeg Penghasilan.1
Pajak penghasilan yang diterapkan di Praja Mangkunegaran merupakan
dampak adanya perubahan sistem uang sebagai gaji bagi penduduk Mangkunegaran.
Perubahan sistem gaji tersebut terjadi akibat adanya pembaharuan pada masa
Mangkunegara IV yaitu adanya penarikan tanah-tanah apanage yang semula
digunakan sebagai gaji bagi para narapraja dan kerabat Mangkunegaran. Dengan
adanya penarikan tanah apanage tersebut, maka para narapraja dan kerabat
Mangkunegaran digaji dengan menggunakan uang. 2
Penarikan tanah apanage tersebut tidak berdampak pada narapraja dan kerabat
Mangkunegaran saja. Selain itu, penarikan tanah apanage juga berdampak pada
rakyat yang semula menggarap tanah apanage tersebut kemudian banyak beralih ke
1 Peraturan bab pajeg penghasilan, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. DI 256.
2 Wasino, 2008, Kapitalisme Bumi Putra (Perubahan Masyarakat Mangkunegaran) , Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi Aksara, hlm.37-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bidang perkebunan. Peralihan tersebut dikarenakan banyak dibukanya area
perkebunan, bukan saja oleh pihak swasta tetapi juga Praja Mangkunegaran. Hal
tersebut didukung dengan adanya peraturan baru dari Praja Mangkunegaran yang
mewajibkan semua pihak perkebunan harus menggaji tenaga kerjanya dengan
menggunakan uang.3 Dengan adanya perubahan tersebut maka pada saat
Mangkunegara VII berkuasa, Praja Mangkunegaran mulai memberlakukan pajak
penghasilan.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada rakyat maupun
perkumpulan yang mengerjakan kegiatan untuk mendatangkan keuntungan. Pajak
penghasilan tersebut merupakan pajak yang dipungut atas harta bergerak, harta tidak
bergerak, pekerjaan, dan hasil pembayaran tidak tetap. 4
1. Harta tidak bergerak
Pajak yang dipungut berdasarkan atas penghasilan yang berasal dari harta
yang sifatnya tidak bergerak, misalnya sawah, rumah, dan pamelikan.
2. Harta bergerak
Pajak yang dipungut berdasarkan penghasilan yang berasal dari harta yang
sifanya bergerak, misalnya hasil dari piutang, obligasen, dan mandeel.
3 Th.Metz, 1987, Mangkunegaran: Analisis Sebuah Kerajaan Jawa, Surakarta: Reksopustaka.
Hlm.43 4 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Pekerjaan
Semua pembayaran atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diperoleh termasuk gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya yang diperoleh
karena melakukan sebuah pekerjaan.
4. Hasil pembayaran tidak tetap.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak tetap berupa gratifikasi,
tunjangan cuti, wachtgeld, bonus, premi-premi, sumbangan, pensiunan, bunga dari
lijfrente dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
Pemungutan pajak penghasilan (Inkomstenbelasting)5 dilaksanakan oleh
Mantri Martanimpuna dengan membentuk komisi-komisi pajak (aanslag commisie)
di setiap wilayah Kapanewon. Komisi pajak tersebut beranggotakan 5 sampai 7
orang, sudah termasuk ketuanya. Sebagai ketuanya harus dari golongan
Martanimpuna. Bupati patih akan menetapkan wilayah kerja dari komisi-komisi
tersebut. Komisi tersebut bertugas untuk menjalankan dan mengawasi pemungutan
pajak. Dalam penarikan pajak, komisi pajak dibantu pejabat desa yang berada di
wilayahnya masing-masing. 6
Sistem pemungutan pajak penghasilan yang diterapkan di Praja
Mangkunegaran sudah dilaksanakan secara modern dan pemungutan pajak
penghasilan di Praja Mangkunegaran ini merupakan satu-satunya pemungutan pajak
penghasilan yang diterapkan di bekas wilayah Vorstenlanden.
5 Dalam Rijksblad Mangkunegaran, Pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) disebut juga
pajak kaskoyo dan pajak pametu. 6Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka pokok
permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang munculnya pemungutan pajak penghasilan di praja
Mangkunegaran tahun 1917-1942 ?
2. Bagaimana mekanisme pemungutan pajak penghasilan di praja
Mangkunegaran tahun 1917-1942 ?
3. Bagaimana kasus-kasus penyimpangan pajak penghasilan di praja
Mangkunegaran tahun 1917-1942 ?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan permasalahan diharapkan kajian tentang pajak penghasilan di
Praja Mangkunegaran dapat memberikan jawaban atas beberapa masalah yang telah
dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya pemungutan pajak penghasilan
di praja Mangkunegaran tahun 1917-1942.
2. Untuk mengetahui mekanisme pemungutan pajak penghasilan di praja
Mangkunegaran tahun 1917-1942.
3. Untuk mengetahui kasus-kasus penyimpangan pajak penghasilan di praja
Mangkunegaran tahun 1917-1942.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Dari kajian mengenai pajak penghasilan di praja Mangkunegaran diharapkan
mampu memberikan manfaat yaitu memberikan pengetahuan tentang sistem
pemungutan pajak penghasilan di praja Mangkunegaran tahun 1917-1942 sehingga
masyarakat dapat mengetahui mekanisme pemungutan pajak penghasilan pada masa
kerajaan tradisional khususnya di praja Mangkunegaran. Dengan demikian
pemahaman masyarakat terhadap pajak akan lebih lengkap.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang
relevan dan menunjang tema yang dikaji.
Rijksblad Mangkoenegaran tahun 1917-1940 (tt) yang memuat berbagai
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Mangkunegara VII, yang salah satunya
adalah peraturan mengenai pemungutan pajak termasuk pajak penghasilan. Peraturan
ini juga memuat tentang tata cara pemungutan pajak, ketentuan-ketentuan
pemungutan pajak serta perubahan kebijakan yang berkaitan dengan pemungutan
pajak serta besarnya tarif pajak. Pranatan yang dikeluarkan oleh praja
Mangkunegaran tersebut sangat bermanfaat bagi penulis karena menguraikan pokok-
pokok masalah yang berkaitan dengan mekanisme pemungutan pajak terutama pajak
penghasilan di praja Mangkunegaran. Selain itu, dalam pranatan ini juga diatur
mengenai pembentukan petugas pajak yang melaksanakan pemungutan pajak di praja
Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Mangkunegaran : Analisis Sebuah Kerajaan Jawa karya Th. Metz yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh R.Tg.Muhammad Husudo
Prnggokusumo Tahun 1987. Buku ini berisi mengenai praja Mangkunegaran pada
masa pemerintahan Mangkunegara VII. Buku ini dibagi dalam 6 bab yaitu meliputi
sejarah Mangkunegaran, pribadi Sri Mangkunegara VII, daerah dan rakyat
Mangkunegaran, hubungan dengan pemerintah Hindia-Belanda dan organisasi
swapraja bagian terpenting dari pemerintahan Mangkunegaran, dan penutup. Secara
umum, buku ini berisi tentang gambaran umum praja Mangkunegaran dan kondisi
sosial ekonomi rakyat di Praja Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VII. Buku
ini mempermudah penulis untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi di praja
Mangkunegaran.
Buku Kapitalisme Bumi Putra (Perubahan Masyarakat Mangkunegaran),
Buku karya Wasino yang diterbitkan tahun 2008. Buku ini secara garis besar
menjelaskan tentang perekonomian rakyat di Praja Mangkunegaran terutama di
wilayah perkebunan. Selain itu, buku ini juga menjelaskan tentang wilayah awal
Mangkunegaran pada awal terbentuk, pola kepemilikan tanah, perkembangan
penduduk di wilayah Praja Mangkunegaran, perubahan sosial dan gerakan politik.
Buku ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui pola perekonomian
penduduk di wilayah Praja Mangkunegaran.
Skripsi karya Sumantri Ibnu R (2004) yang berjudul Sistem Perpajakan dan
Pemanfaatannya di Praja Mangkunegaran Tahun 1917-1942. Skripsi ini menjelaskan
mengenai sistem pemungutan pajak secara umum yang ada di praja Mangkunegaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
tahun 1917-1942. Dalam skripsi ini juga menjelaskan tentang jenis-jenis pajak yang
diterapkan di Praja Mangkunegaran meliputi pajak tanah, pajak tanah perkotaan, dan
pajak penghasilan, dan lain-lain. Selain itu, skripsi ini juga membahas tentang
peranan inspektur pajak dalam penarikan pajak. Pembahasan dalam skripsi ini
kemudian dilanjutkan pada manfaat pemungutan pajak bagi pembangunan sarana
dan prasarana di praja Mangkunegaran. Dampak dari pembangunan tersebut adalah
meningkatnya kesejahteraan hidup rakyat Mangkunegaran dalam bidang pendidikan,
pertanian dan kehutanan. Skripsi ini mempermudah penulis untuk mengetahui jenis-
jenis pajak yang diterapkan di Mangkunegaran.
Skripsi tentang pajak lainnya karya Evi Widyaningsih (2008) yang berjudul
”Pajak Tanah Perkotaan di Praja Mangkunegaran Tahun 1917-1942”. Dalam skripsi
ini dibahas mengenai mekanisme pemungutan pajak tanah perkotaan meliputi
penetapan pajak, pemungutan pajak dan pembayaran pajak. Selain itu, skripsi ini juga
membahas peranan penting Mantri Martanimpuna dalam penarikan pajak dan juga
sistem pemungutannya. Dijelaskan pula tentang dampak adanya pemungutan pajak
tanah perkotaan yang tidak hanya berdampak positif untuk pembangunan sarana dan
prasarana tetapi juga berdampak negatif yaitu bertambah beratnya beban hidup rakyat
Mangkunegaran. Skripsi ini mempermudah penulis untuk mengetahui tentang
mekanisme pemungutan pajak di praja Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode
sejarah adalah kumpulan prinsip-prinsip atau aturan yang sistematis yang
dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan
bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu
sintesa daripada hasil-hasil dalam bentuk tertulis. 7
Metode historis terdiri dari 4 tahap yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya:
a. Heuristik yaitu suatu proses pengumpulan bahan atau sumber-sumber sejarah.
Penulis mengumpulkan bahan di perpustakaan Reksopustaka, karena ditempat
tersebut terdapat sumber penulisan baik sumber primer maupun sekunder
yang membantu dalam penulisan penelitian ini.
b. Kritik sumber yaitu usaha pencarian keaslian atau otentitas sumber yang
diperoleh melalui kritik intern dan ekstern. Kritik intern bertujuan untuk
mencari keaslian isi sumber sedangkan kritik ekstern bertujuan mencari
keaslian sumber.
c. Intrepretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang dimunculkan dari data
yang sudah terseleksi. Tujuan dari intrepretasi adalah menyatukan sejumlah
fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori
7 Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah,edisi terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI
Press, hal. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
disusunlah fakta tersebut ke dalam intrepretasi yang menyeluruh.8 Ketepatan
teknik analisa dalam penulisan sangat menentukan bobot penelitian sehingga
memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan penelitian yang sejalan
dengan permasalahan yang dirumuskan.
d. Historiografi yaitu penulisan sejarah kedalam suatu tulisan yang bermakna
berdasarkan data-data dan fakta yang ada.9 Data yang telah diseleksi dan diuji
kebenarannya itu adalah fakta-fakta yang diuraikan dan dihubungkan menjadi
kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.10
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumen dan studi pustaka.
a. Studi Dokumen
Dalam penelitian sejarah penggunaan dokumen adalah penting.
Dokumen berfungsi menyajikan data untuk memperoleh pengertian historis
tentang fenomena unik.11
Keberadaan dokumen dalam penelitian ini adalah sebagai sumber
utama. Dokumen dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen dalam arti
8 Dudung Abdurrahman, 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu , hlm 58.
9 Louis Gottshalk, op.cit, hlm 17. 10 Helius Syamsudin, 2007, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, hlm.156. 11 Louis Gottshalk, op.cit, hlm 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sempit dan dokumen dalam arti luas. Dokumen dalam arti sempit meliputi
surat, catatan harian, memoar dan laporan sedangkan dokumen dalam arti luas
meliputi monumen, foto, dan lain-lain.
Penggunaan dokumen dalam penelitian ini adalah dokumen dalam arti
sempit. Studi dokumen mempunyai arti metodologis yang sangat penting,
sebab selain bahan dokumen menyimpan sejumlah besar fakta dan data
sejarah, bahan ini juga dapat untuk menjawab pertanyaan apa, kapan dan
mengapa.12
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Rijksblad Mangkunegaran tahun 1917-1940, Staatsblad Mangkunegaran,
Peraturan bab pajak penghasilan arsip Mangkunegaran No.DI 256, Bundel
pajak penghasilan arsip Mangkunegaran No.K 333, Berkas masalah pajak
penghasilan arsip Mangkunegaran No. P 1548 , Bundel daftar penerimaan
pajak penghasilan arsip Mangkunegaran No.1427 , Bundel daftar tunggakan
pajak penghasilan tahun 1934 arsip Mangkunegaran No.1536, buku-buku
penarikan pajak penghasilan arsip Mangkunegaran No.P 3033, dan sumber-
sumber lain yang berhubungan dengan tema ini. Sumber-sumber tersebut
diperoleh dari arsip perpustakaan Reksopustaka.
b. Studi pustaka
Selain menggunakan studi bahan dokumen, penelitian ini juga
menggunakan studi pustaka dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
studi pustaka bertujuan untuk melengkapi data-data yang belum terungkap
12 Dudung Abdurrahman, op.cit, hlm.39-41.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dari sumber primer. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang
teoritis. Studi pustaka yaitu pengumpulan data melalui buku, majalah, surat
kabar, artikel dan sumber sekunder lainnya yang masih ada relevansi dengan
permasalahan yang akan diteliti. Dengan melakukan studi pustaka dapat
menambah teori dan konsep yang diperlukan dalam penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dijelaskan beberapa permasalahan yang
dituangkan dalam tiap bab. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang gambaran umum perpajakan Mangkunegaran yang
meliputi, wilayah Mangkunegaran dan perkembangannya, perekonomian penduduk
Mangkunegaran,dan latar belakang pemungutan pajak penghasilan.
Bab III berisi mengenai pengertian pajak penghasilan, dasar hukum
pemungutan pajak penghasilan, obyek dan subjek pajak penghasilan, petugas penarik
pajak penghasilan, mekanisme pemungutan pajak penghasilan di praja
Mangkunegaran, yang meliputi pendaftaran, pemeriksaan buku kekayaan, penetapan
pajak, pengurangan pajak dan pembayaran pajak penghasilan serta sanksi-sanksi bagi
wajib pajak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan
dalam perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Bab IV berisi mengenai kasus-kasus penyimpangan pajak penghasilan
meliputi kasus tunggakan pajak penghasilan oleh wajib pajak serta penggelapan uang
pajak penghasilan yang dilakukan oleh pejabat desa serta petugas pajak.
Bab V Penutup berisi mengenai Kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
GAMBARAN UMUM PERPAJAKAN MANGKUNEGARAN
A.Wilayah Mangkunegaran dan Perkembangannya
Berdirinya Praja Mangkunegaran ditandai dengan dilaksanakannya perjanjian
Salatiga antara Raden Mas Said, Belanda, dan Sunan Paku Buwono III. Perjanjian
tersebut menyepakati beberapa hal yang meliputi:
1. Raden Mas Said diangkat menjadi Pangeran Miji, yang berkedudukan di
bawah Sunan. Raden Mas Said bergelar Pangeran Adipati Mangkunegara.
2. Raden Mas Said mendapatkan tanah sebesar 4000 karya1, yang terletak di
Keduwang, Laroh, Matesih dan Gunung Kidul.
3. Raden Mas Said harus bersumpah setia kepada Sunan, Sultan, dan Belanda.
Raden Mas said juga harus tunduk kepada perintah raja. Ia juga harus tinggal
dan berkedudukan di ibukota Surakarta.2
Berdasarkan perjanjian Salatiga tersebut disepakati bahwa Raden Mas Said
mendapat tanah lungguh (apanage) seluas 4000 karya. Tanah apanage yang
diberikan kepada Raden Mas Said merupakan tanah yang pernah dikuasai oleh Raden
1 Luas satu karya sekitar 7.096,5 M2 atau sama dengan satu bau (3/4 hektar). Lihat Wasino, 2008, Kapitalisme Bumi Putra, (Perubahan Masyarakat Mangkunegaran), Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi Aksara.
2 A.K.Pringgodigdo, 1938, Lahir Serta Tumbuhnya Praja Mangkunegaran , Surakarta:
Reksopustaka, hlm 8.
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Mas Said. Wilayah awal praja Mangkunegaran disebut sebagai desa Babok (desa inti
atau desa induk).
Tabel 1
Luas desa Babok tahun 1757
Nama Wilayah Luas (jung) Luas (karya)
Keduwang 141 564
Laroh 115,5 462 Matesih 218 872
Wiraka 60,5 242
Haribaya 82,5 330 Hanggabayan 25 100
Sembuyan 133 532
Gunung Kidul 71,5 286 Pajang (Sebelah selatan jalan besar Surakarta -Kartasura)
58,8 235,2
Pajang (sebelah utara jalan Surakarta - Kartasura)
64,5 258
Mataram (pertengahan Yogyakarta) 64,5 258 Kedu 8,5 34
Jumlah
975,5
3,918 = 4000
Sumber : Wasino, 2008, Kapitalisme Bumi Putra, (Perubahan Masyarakat Mangkunegaran), Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi Aksara, hlm 13.
Di bawah pemerintahan Mangkunegara II (1756-1835), wilayah praja
Mangkunegaran mengalami pertambahan wilayah sebanyak dua kali. Pada tahun
1813, Praja Mangkunegaran mendapat tambahan tanah sebesar 240 jung3 atau 1000
karya sehingga luasnya menjadi sekitar 5.000 karya. Wilayah tambahan ini terpencar
3 Satu jung sekitar 28.386 M2 atau 4 karya. Lihat Wasino, 2008, Kapitalisme Bumi Putra
(Perubahan Masyarakat Mangkunegaran) , Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi Aksara, hlm.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
di sejumlah tempat, yaitu yang terletak di Keduwang (72 jung), Sembuyan (12 jung),
Mataram (2,5 jung), Sukawati bagian barat (28,5 jung) dan daerah di lereng gunung
Merapi bagian timur (29,5 jung). Tambahan tanah ini sebagai hadiah karena jasa
Mangkunegara II yang mengirimkan prajuritnya membantu Inggris dalam konflik
melawan Sultan Sepuh di Yogyakarta dan Susuhunan Pakubuwana IV.4
Penambahan kedua terjadi pada tahun 1830, masih dalam pemerintahan
Mangkunegara II. Ketika itu, wilayah Mangkunegaran bertambah luasnya 120 jung
atau 500 karya lagi sehingga luas wilayah secara keseluruhan menjadi sekitar 5.500
karya atau 3.850 hektar. Tambahan wilayah kedua ini terletak di Sukawati bagian
utara. Penambahan wilayah ini sebagai hadiah atas jasa Sri Mangkunegara
mengirimkan prajuritnya membantu Belanda dalam menumpas perlawanan
Diponegoro. Berbeda dengan tanah-tanah babok yang umumnya tanah yang kurang
subur, tanah-tanah tambahan ini terdiri dari tanah-tanah yang subur di lembah
Bengawan Solo.
Oleh Karena banyak lokasi tanah Mangkunegaran yang berada dalam
administrasi Sunan dan Sultan maka pada tahun 1831 diadakan saling tukar wilayah
untuk mempermudah kontrol administrasi terhadap wilayah tersebut. Adapun
pertukaran wilayah itu antara lain : (1) Tanah Mangkunegaran sebanyak 64 jung yang
terletak di Gunung kidul bagian barat, yaitu Ponjong dan Semanu ditukar dengan
tanah Sultan Yogyakarta yang terletak di Sembuyan selatan (sebelah timur
Surakarta), (2) Tanah-tanah di wilayah Gubernemen, yakni Kedu (8,5 jung), dan
4 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tanah Kalitan (Majak, Ketinggi, dan Tuk Sanga) diserahkan pada pemerintah Belanda
dan pihak Mangkunegaran mendapatkan ganti rugi sebesar f 1.297,98.5
Pada masa pemerintahan Mangkunegara III tepatnya pada tahun 1847, secara
administrasi Praja Mangkunegaran dibagi menjadi tiga daerah Onderregentschap
yang meliputi Wonogiri ( Laroh, Hanggabayan, Keduwang ), Karanganyar (Sukawati,
Matesih, Haribaya) dan Malangjiwan. Sedangkan pada masa Mangkunegara IV
tepatnya pada tahun 1875 terjadi perubahan lagi dengan dihapuskannya
Onderregentschap Malangjiwan dan kemudian dibentuk Onderregentschap
Baturetno yang wilayahnya meliputi tanah Wiraka dan Sembuyan. Hal ini berarti
pada masa Mangkunegara IV Praja Mangkunegaran terbagi menjadi tiga wilayah
meliputi Wonogiri, Karanganyar, dan Baturetno. 6
Pada masa pemerintahan Mangkunegara V, yaitu tepatnya pada tahun 1891
Onderregentschap Baturetno dihapuskan dan wilayahnya digabungkan dengan
Onderregentschap Wonogiri. Saat pemerintahan Mangkunegara VI tepatnya tahun
1903 terjadi perubahan wilayah lagi yaitu dibentuknya Onderregentschap kota
Mangkunegaran sehingga wilayah Mangkunegaran pada tahun tersebut terbagi
menjadi tiga Onderregentschap yaitu Kota Mangkunegaran, Karanganyar, dan
Wonogiri ditambah enclave Ngawen.7
5 Wasino, 2008, Kapitalisme Bumi Putra (Perubahan Masyarakat Mangkunegaran) ,
Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi Aksara, hlm.15. 6 Sutrisno Adiwardoyo, 1974, Pertumbuhan Kadipaten Mangkunegaran Sampai Masuknya ke
Provinsi Jawa Tengah, Surakarta: IKIP, hlm 30. 7 Wasino, 1994, Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintahan Praja Mangkunegaran (Akhir
abad XIX-Pertengahan Abad XX), Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, hlm 54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pada awal abad XX batas-batas antara daerah Mangkunegaran dengan daerah
swapraja lainnya semakin dipertegas, terutama dengan menghilangkan daerah-daerah
enclave.8 Wilayah Mangkunegaran meliputi daerah seluas 2815,14 Km2, yang
meliputi lereng barat dan selatan gunung Lawu yang meluas sampai daerah hulu
Bengawan Solo menuju Gunung Kidul. Bagian selatan dari praja ini membentang
pada bagian timur gunung Sewu yang sangat tandus hingga Samudra Hindia. Di
sebelah barat, daerahnya sebagian menuju barat melalui dataran rendah Bengawan
Solo sampai pada ujung kaki Gunung Merapi dan Merbabu yang keadaanya sangat
subur. 9
Pada tahun 1917 Praja Mangkunegaran masih tetap membawahi 3 kabupaten
yaitu kabupaten Karanganyar, kabupaten Wonogiri dan kabupaten Kota
Mangkunegaran. Pada tahun 1929 terjadi perubahan kembali, praja Mangkunegaran
menghapus kabupaten Kota Mangkunegaran. Wilayah yang semula kabupaten Kota
Mangkunegaran digabungkan dengan wilayah kabupaten Karanganyar, sehingga pada
waktu itu Praja Mangkunegaran membawahi 2 kabupaten yaitu Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri.
Penggabungan kabupaten Kota Mangkunegaran dengan kabupaten
Karanganyar tersebut dilakukan oleh Mangkunegara VII dalam rangka penghematan
anggaran pemerintahan dikarenakan saat itu dampak-dampak krisis ekonomi yang
terjadi di seluruh penjuru dunia sudah mulai dirasakan di Praja Mangkunegaran.
Akan tetapi, perubahan ini tidak berlangsung lama, setahun kemudian diadakan
8 Enclave adalah sebidang tanah yang berada di wilayah orang lain atau daerah kantong. 9Wasino,op.cit, 2008, hlm 52.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perubahan lagi yaitu dengan dihidupkannya lagi kabupaten Kota Mangkunegaran.
Bekas daerah kabupaten Karanganyar menjadi daerah kabupaten kota
Mangkunegaran.10
Tatanan pemerintahan Praja Mangkunegaran berkembang sampai tingkat
desa. Hal ini terlihat dengan dibentuknya susunan desa. Pada tahun 1920 praja
Mangkunegaran memiliki 561 desa sedangkan pada tahun 1926 telah memiliki
sebanyak 738 desa. Dalam perkembangannya sampai tahun 1933, praja
Mangkunegaran telah memiliki seluruhnya 754 desa dan kampung. Kemudian
diadakan penggabungan kelurahan-kelurahan tersebut. Sampai tahun 1939, Praja
Mangkunegaran telah membentuk 154 kalurahan baru.11
Reorganisasi desa-desa tersebut dilakukan Mangkunegara VII untuk
memperkuat moral masyarakat desa agar tidak jatuh karena masuknya pengaruh
dunia luar terhadap desa-desa di Mangkunegaran. Mangkunegara VII yang
memerintah tahun 1916-1944 memiliki harapan agar desa tetap bertahan berdasarkan
moral lama.12
10 Wasino, op.cit,1994, hlm 54. 11 Mohamad Dalyono, 1977, Ketataprajaan Mangkunegaran, Surakarta: Reksopustaka,
hlm.110. 12 Wasino, op.cit, 2008, hlm 124.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Perekonomian Penduduk Mangkunegaran
Wilayah Mangkunegaran secara ekologis terdiri dari dua bentang alam
yang kontras, yaitu dataran tinggi dan rendah. Daerah pegunungan lokasinya sangat
jauh dari kota Praja yaitu terletak di sebelah timur dan bagian selatan kota
Mangkunegaran. Di pegunungan kondisi tanahnya berkontur tidak rata sehingga
persediaan air tidak banyak seperti di dataran rendah. Di wilayah ini penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani lahan kering atau tegalan. Tanaman yang ditanam
oleh rakyat adalah tanaman tahunan, seperti kelapa, melinjo, dan tanaman palawija,
jenis padi-padian hanya ditanam dalam bentuk gaga. Sedangkan tanaman perkebunan
yang cocok adalah tanaman kopi.
Dataran rendah Mangkunegaran yang berlokasi di distrik Karanganyar dan
Kota Mangkunegaran merupakan daerah persawahan. Daerah ini tanahnya cukup
subur dengan aliran air yang memadai. Aliran air terutama dari sungai-sungai kecil
dari lereng gunung Lawu untuk distrik Karanganyar dan Bengawan Solo untuk distrik
Kota Mangkunegaran. Sebagai daerah persawahan, tanaman utama penduduk di
wilayah tersebut adalah padi. Penanaman padi tampaknya telah menjadi tradisi
berabad-abad pada masyarakat Surakarta yang tinggal di lembah Bengawan Solo.
Daerah Mangkunegaran bagian selatan yaitu Sembuyan dan Baturetna wilayah
kurang subur karena tanahnya mengandung batu kapur sehingga wilayah ini kurang
cocok untuk pertanian padi. 13
13Wasino, op.cit, 2008, hlm 15-16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dasar ekonomi praja Mangkunegaran adalah pertanian.14 Penghasilan petani
di Praja Mangkunegaran berasal dari panen padi dan palawija. Namun, setelah adanya
pembukaan areal perkebunan oleh pihak Eropa muncul lingkungan perkebunan baru
yang mengusahakan tanaman ekspor.
Pembukaan areal oleh pihak swasta dilakukan dengan cara menyewa tanah-
tanah di wilayah Mangkunegaran. Tanah-tanah yang disewa meliputi tanah yang
berada di Batujamus, Tarikngarum, dan Manggis. Sebagian besar lahan yang disewa
oleh pengusaha swasta tersebut digunakan sebagai perkebunan kopi. Selain untuk
perkebunan kopi, lahan yang disewa oleh pemodal swasta juga digunakan untuk
usaha perkebunan lain, seperti tembakau, nila, dan tebu.
Selain perkebunan yang dikelola perkebunan swasta tersebut, Praja
Mangkunegaran juga memiliki beberapa perusahaan perkebunan milik langsung
Mangkunegaran, antara lain pabrik gula Colomadu yang berada di wilayah Pajang
Utara ( Malangjiwan) dan Tasikmadu berada di wilayah Sukawati bagian timur
(Karanganyar, Afdeeling Sragen). Keberadaan industri di Praja Mangkunegaran
tersebut sangat membantu penghasilan Praja. Keuntungan yang diperoleh dari pabrik
gula sebagian digunakan raja untuk membayar gaji para bangsawan dan pepanci bagi
kerabat dekatnya. 15
Selain perusahaan-perusahaan di atas, Praja Mangkunegaran masih
mempunyai perusahaan-perusahaan lainnya misalnya perusahaan beras Mojoretno,
14 Th.Metz, op.cit, hlm.37. 15 Wasino, op.cit, 2008, hlm 51.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
perusahaan Polokarto, perusahaan kapuk randu Wonogiri, perusahaan Hutani, dan
perusahaan-perusahaan lainnya yang skalanya lebih kecil.16
Sektor perkebunan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja pada
perkebunan di wilayah Mangkunegaran diambil dari penduduk yang berada disekitar
perkebunan. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan ditiap-tiap perkebunan berbeda-
beda perubahan tergantung bagaimana keadaan perkebunan saat itu. Untuk
mengetahui keadaan tenaga kerja pertanian dan perkebunan di praja Mangkunegaran
tahun 1930 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Keadaan tenaga kerja pertanian dan perkebunan
Praja Mangkunegaran tahun 1930
No Jenis Tenaga Kerja Pria
Tenaga Kerja
Wanita
% dari seluruh Tenaga Kerja
%dari penduduk
1. 2.
3.
Pertanian rakyat di luar kota: a. Kabupaten Wonogiri b. KabupatenKota
Mangkunegaran Perkebunan-perkebunan tebu:KabupatenKota Mangkunegaran Perkebunan-perkebunan lain bukan milik Bumiputera : KabupatenKota Mangkunegaran
101.104 46.738
9.498
3.603
20.745 4.433
4.702
5.439
72,5 43,4
10,7
21,2 16,2
Sumber: Th. M. Metz, 1987, Mangkunegaran : Analisis Sebuah Kerajaan Jawa,
Surakarta: Reksopustaka hlm 38.
16 Wasino, op.cit,1994, hlm 182.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sektor pertanian rakyat di kabupaten Wonogiri dapat menyerap tenaga kerja
tenaga kerja pria sebanyak 101.104 jiwa sedangkan tenaga kerja wanita jumlahnya
20.745. Pertanian rakyat Kota Mangkunegaran dapat menyerap tenaga kerja pria
sebanyak 46.738 jiwa sedangkan tenaga kerja wanita jumlahnya 4.433 sedangkan
untuk perkebunan tebu di kabupaten Mangkunegaran dapat menyerap tenaga kerja
pria sebanyak 9.498 dan tenaga kerja wanita sebanyak 4.702. Untuk perkebunan-
perkebunan lain bukan milik bumiputera yang berada di kabupaten Kota
Mangkunegaran dapat menyerap tenaga kerja pria sebanyak 3.603 dan tenaga kerja
wanita sebanyak 5.439.
Sektor pertanian dan perkebunan tersebut dapat menyerap banyak tenaga
kerja. Hal ini disebabkan oleh kebijakan dari Mangkunegara VII yang mewajibkan
seluruh perkebunan dan perusahaan yang ada di Praja Mangkunegaran untuk
menggaji tenaga kerjanya dengan menggunakan uang.17 Hal ini mengakibatkan
terjadinya pergeseran perekonomian desa ke arah ekonomi pasar.
Selain dalam bidang pertanian dan perkebunan, rakyat Mangkunegaran juga
mempunyai pekerjaan lain yaitu pekerjaan dalam bidang industri batik dan kerajinan
tangan seperti dalam bidang perkayuan, perkulitan,dan bambu, sedangkan sektor
perdagangan sebagian besar dikuasai golongan Cina dan Arab.18 Akan tetapi, sektor
industri ini skalanya lebih kecil daripada bidang pertanian dan perkebunan.
17 Th.Metz, op.cit, hlm.43. 18 Larson,G.D, 1990, Masa Menjelang Revolusi (Keraton dan Kehidupan Politik di
Surakarta) Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
C. Latar Belakang Diberlakukan Pajak Penghasilan
Ketika perjanjian Salatiga ditandatangani pada tahun 1757, hukum
pertanahan yang berlaku di Mangkunegaran masih mengikuti hukum pertanahan yang
berlaku di Kasunanan. Berdasarkan hukum tersebut, tanah adalah milik raja. Raja
merupakan pemilik mutlak atas tanah.
Semula tanah-tanah Mangkunegaran merupakan tanah lungguh atau tanah
jabatan Mangkunegara I dari Kasunanan. Sebagai tanah jabatan, tanah-tanah milik
Mangkunegara secara hukum dapat diambil kembali oleh Sunan. Akan tetapi dalam
perkembangannya, status tanah jabatan itu mengalami perubahan. Tanah tersebut
diberikan sepenuhnya kepada Mangkunegara. Sebagai hak milik mutlak maka tanah
Mangkunegara dapat diwariskan kepada keturunannya.
Seperti halnya Kasunanan, tanah-tanah Mangkunegaran ada yang dikuasai
secara langsung oleh raja dan ada yang diserahkan kepada para bangsawan dan
pejabat sebagai tunjangan lungguh.Tanah-tanah yang dikuasai langsung disebut siti
daleman, sedangkan tanah yang tidak dikuasai secara langsung disebut tanah
apanage.19
Tanah apanage merupakan tanah gaji bagi para bangsawan dan pejabat praja.
Luas tanah apanage tiap pejabat atau bangsawan tidak sama. Luas tanah apanage
bagi bangsawan tergantung dari kedekatan dengan sang raja dan tinggi rendahnya
jabatan mereka. 20
19 Wasino, op.cit, 2008, hlm 22- 23. 20 Suhartono, 1991, Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920,
Yogyakarta: Tiara Wacana hlm.35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Penerima tanah apanage disebut patuh. Patuh tersebut berhak menikmati hak-
hak yang muncul dari tanah itu yang semula menjadi hak milik raja, seperti hasil
bumi dan tenaga kerja dari penduduk yang mengerjakan tanah tersebut. Akan tetapi,
hak ini hanya bersifat sementara artinya hanya diberikan selama mereka masih
memegang jabatan.
Patuh tidak mengerjakan tanahnya sendiri karena mereka tidak tinggal didekat
tanah lungguhnya, para patuh biasanya tinggal di pusat kerajaan. Oleh karena itu,
para patuh mempercayakan pengolahan tanah tersebut kepada para bekel. Bekel yang
diserahi tugas oleh para patuh ini, diangkat dan dikukuhkan dengan piagem
pengangkatan. Bekel inilah yang sesungguhnya bertindak sebagai manager organisasi
produksi pertanian di pedesaan Mangkunegaran. Bekel merupakan orang yang
membagikan tanah-tanah apanage kepada para petani penggarap. Tanah-tanah
apanage biasanya dibagi dalam plot-plot kecil dan tersebar diberbagai tempat.21
Para bekel berhak menerima seperlima dari luas tanah yang digarap oleh
penduduk yang mendapat tanah apanage. Bekel juga mempunyai kewajiban untuk
menarik pajak hasil tanah apanage. Pemungutan pajak dapat berupa uang ataupun
hasil tanah (natura). Pajak yang dipungut berupa uang disebut dengan majegan,
sedangkan pajak yang dipungut berupa hasil tanah disebut maron. 22
Penduduk yang memperoleh tanah apanage beserta kewajiban yang melekat
dari tanah tersebut disebut sebagai cacah atau narakarya. Cacah merupakan keluarga
21Suhartono, op.cit, hlm 28. 22 Pringodigdo, op.cit, hlm 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
petani yang menggarap tanah milik raja. Meskipun cacah tidak memiliki hak milik
atas tanah, keberadaan mereka dianggap cukup penting bagi kerajaan.
Tanah-tanah apanage tersebut kemudian ditarik kembali oleh Mangkunegara
IV. Mangkunegara IV mempunyai pandangan bahwa model gaji berupa tanah
apanage kepada para kerabat dan narapraja kurang menguntungkan bagi praja dan
rakyat Mangkunegaran. Para pemegang tanah apanage mulai saat itu digaji dengan
uang yang disesuaikan dengan lebar kecilnya tanah apanage yang pernah dikuasai.
Hal ini berarti, gaji para kerabat dan nara praja Mangkunegaran berubah yang semula
berupa tanah apanage menjadi gaji yang berupa uang yang diberikan setiap
bulannya.23
Adanya perubahan sistem apanage menjadi sistem uang, maka Praja
Mangkunegaran menganggap perlunya suatu peraturan mengenai pajak untuk tetap
memungut penghasilan dari rakyat. Sehubungan dengan hal itu, maka pada saat
Mangkunegara VII berkuasa, praja Mangkunegaran mengeluarkan peraturan tentang
pajak penghasilan yaitu peraturan bab pajeg penghasilan sebagai peraturan resmi
tentang pemungutan pajak penghasilan yang dikenakan kepada rakyat yang bertempat
tinggal di seluruh kawasan Praja Mangkunegaran.24
23 Wasino, op.cit, 2008, hlm.37-38.
24 Peraturan bab pajeg penghasilan, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran
No. DI 256.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB III
MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN
DI PRAJA MANGKUNEGARAN
A. Sistem Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas Negara
yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, menurut peraturan yang telah ditetapkan serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik secara langsung, melainkan untuk memelihara
kesejahteraan umum.1
Pengenaan pajak secara teratur dan permanen sudah dilakukan sejak zaman
kolonial. Akan tetapi, perlu juga diingat bahwa ketika wilayah nusantara masih terdiri
dari kerajaan pun sudah ada pungutan semacam pajak. Ungkapan yang
menggambarkan hal itu tercermin dalam kata-kata bahasa Jawa, misalnya:”asok
glondhong pengareng-areng, peni-peni rojo peni, guru bakal guru dadi, ngaturaken
putri tondho lintuning sih katresnan”. Persembahan itu disampaikan kepada raja
dengan maksud sebagai wujud rasa hormat dan upeti, yang disampaikan oleh rakyat
di wilayah kekuasaan kerajaan.2
1 Siti Resmi, 2009, Perpajakan :Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, hlm 1.
2 Y.Sri Pudyatmoko , 2006, Pengantar Hukum Pajak, Yogyakarta : C.V.Andi Offset, hlm 91.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Bagi Praja Mangkunegaran, pajak merupakan salah satu primadona bagi
pemasukan kas Praja Mangkunegaran. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis pajak
yang diberlakukan di wilayah ini. Banyaknya jenis pajak yang diterapkan tersebut
menyebabkan perlu adanya perbaikan sistem perpajakan yang ada dengan
membentuk Mantri Martanimpuna.3 Mantri Martanimpuna bertugas dalam
melaksanakan pemungutan semua jenis pajak yang diterapkan di praja
Mangkunegaran, termasuk pajak penghasilan.
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
seseorang yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan seseorang
yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.4 Pajak penghasilan merupakan
pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak. Pajak penghasilan juga dapat diartikan
pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam suatu tahun pajak.5
Pajak penghasilan merupakan pajak yang bersifat persooniljk yaitu pajak yang
dalam penetapannya memperhatikan keadaan dari diri serta keluarga wajib pajak,
keadaan dan kemampuan wajib pajak harus diperhatikan misalnya status wajib pajak,
berapa tanggungannya, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan
penghasilan yang diperoleh.
3 Rijksblad Mangkoenegaran No.5 Tahun 1917, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran. 4 Rochmat Soemitro, 1993, Pajak Penghasilan, Bandung: Eresco, hlm 18-19. 5 Siti Resmi, op.cit, hlm 80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tahun pajak penghasilan adalah jangka 1 tahun takwim, dimulai sejak tanggal
1 Januari sampai tanggal 31 Desember. Penetapan pajak penghasilan dilakukan pada
awal tahun. Hal ini berarti bahwa pajak penghasilan merupakan pajak terutang karena
penetapan pajak dilakukan diawal tahun pajak. Pajak terutang adalah pajak yang
harus dibayar pada suatu suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam
bagian tahun pajak meskipun penetapan besarnya pajak sudah dilakukan pada awal
tahun pajak. 6
Pajak penghasilan di praja Mangkunegaran dipungut atas dasar asas domisili
yaitu suatu asas pemungutan pajak di mana negara tempat tinggal wajib pajak
berwenang untuk memungut pajak atas segala penghasilan yang diperoleh wajib
pajak yang berdomisili di negara itu, tak pandang di mana penghasilan itu diperoleh
baik dari wilayah Mangkunegaran maupun luar Mangkunegaran.
Pajak penghasilan mulai diberlakukan di wilayah praja Mangkunegaran pada
masa Mangkunegara VII memegang tampuk kekuasaan. Tepatnya pada tahun 1917,
Mangkunegara VII mengeluarkan Peraturan Bab Pajeg Penghasilan sebagai suatu
peraturan yang mengatur tentang pemungutan Pajak Penghasilan di wilayah Praja
Mangkunegaran. Pajak penghasilan mulai dilaksanakan di Praja Mangkunegaran
dikarenakan sistem gaji yang diterapkan menggunakan sistem uang.
6 Y.Sri Pudyatmoko , op.cit. hlm 63.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan
Pajak atas penghasilan di Hindia Belanda mulai dipungut dengan
diberlakukannya Paten Recht pada tahun 1878. Kemudian peraturan pajak
penghasilan diperbaharui dengan Ordonantie Op De Inkomsten Belasting No.298
tahun 1908 yang dituangkan dalam Staatsblad tahun 1908. Berdasarkan atas
ketentuan yang tercantum dalam Staatsblad tahun 1908 tersebut maka pada tahun
1917 Praja Mangkunegaran mulai memungut pajak penghasilan dengan
mengeluarkan Peraturan Bab Pajeg Penghasilan.
Selain peraturan bab pajeg penghasilan tersebut, dasar hukum pemungutan
pajak penghasilan meliputi Rijksblad Mangkunegaran No.10 tahun 1919, Rijksblad
Mangkunegaran No.1 tahun 1922, Rijksblad Mangkunegaran No.10 tahun 1933,
Rijksblad Mangkunegaran No.3 tahun 1935, Rijksblad Mangkunegaran No.8 tahun
1936, Rijksblad Mangkunegaran No.13 tahun 1937 dan Rijksblad Mangkunegaran
No. 1 tahun 1940. Rijksblad Mangkunegaran tersebut mengatur tentang perubahan-
perubahan dalam pemungutan pajak penghasilan. Perubahan tersebut mengenai
perubahan tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak yang disesuaikan dengan
peningkatan penghasilan yang diperoleh subjek pajak.
Pemungutan pajak penghasilan menggunakan fictieve stelsel yaitu penetapan
pajak dilaksanakan dengan sistem anggapan. Sekalipun dasarnya anggapan, akan
tetapi anggapan ini tidak dilakukan dengan sembarangan yaitu anggapan bahwa
penghasilan yang diterima oleh setiap wajib pajak adalah sama besarnya untuk setiap
tahun pajak. Oleh karenanya, begitu tahun pajak berakhir dapat diketahui besarnya
penghasilan dari wajib pajak yang bersangkutan maka sudah dapat ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
besarnya pajak penghasilan untuk tahun berikutnya. Fictie lain yang dapat digunakan,
misalnya bagi wajib pajak yang menerima gaji bulanan, penghasilan dalam satu tahun
pajak adalah sama dengan penghasilan pada bulan pertama dikalikan duabelas.
Dengan demikian setelah bulan pertama berakhir dapat diketahui semua penghasilan
bulan itu maka sudah dapat digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan
setahun. Dengan demikian stelsel ini menerapkan sistem pemungutan pajak di depan
(voor heffing).
3. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi
untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak
Penghasilan. Subjek pajak sering disebut juga wajib pajak. Subjek pajak penghasilan
meliputi:
a. Subjek pajak orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak yang bertempat tinggal di Praja
Mangkunegaran.
b. Subjek pajak badan
Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan yang
melakukan usaha untuk memperoleh keuntungan. Badan usaha yang
dimaksud meliputi vennootschap, maatschap, firma dan commandite serta
badan usaha dengan nama dan bentuk apapun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Subyek pajak harta warisan yang belum dibagi
Warisan tersebut mendatangkan penghasilan, sehingga penghasilan tersebut
dikenakan pajak. 7
Menurut peraturan praja Mangkunegaran, ada beberapa golongan yang
dibebaskan dari pungutan pajak penghasilan oleh pihak praja Mangkunegaran.
Golongan tersebut meliputi:
a. Pengageng trah Mangkunegaran dan permaisuri.
b. Penduduk praja yang mempunyai penghasilan kecil sehingga penghasilan
tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.8
c. Penduduk praja yang meninggal dunia meskipun penghasilannya masih
diterima. 9
4. Objek Pajak Penghasilan
a. Penghasilan Kena Pajak
Obyek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun
asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak tersebut. Objek pajak tersebut dapat berupa uang ataupun barang yang
mempunyai nilai uang.
7 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran. 8 Penghasilan yang tidak dikenakan pajak pada tahun 1919 ditentukan sebesar f.90. 9 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berdasarkan Rijksblad Mangkunegaran No.10 tahun 1919, objek pajak
penghasilan di Praja Mangkunegaran adalah pungutan berdasarkan penghasilan yang
diperoleh dari:
1. Harta Tidak Bergerak
a. Hasil dari penyewaan rumah/penginapan yang di peroleh wajib pajak.
b. Hasil dari sawah dan pekarangan yang dimiliki.
c. Hasil yang diterima dari pemelikan (tambak, umbul dan sejenisnya)
d. Sewa gudang yang digunakan sebagai tempat usaha.
2. Harta Bergerak
a. Hasil keuntungan (bunga) dari piutang, hasil dari sewa barang-barang
bergerak, hasil keuntungan dari uang yang digunakan untuk usaha,
serta keuntungan apapun yang berasal dari barang-barang bergerak
yang digunakan untuk pekerjaan.
b. Pembagian uang dari sebuah perkumpulan misalnya koperasi atau
perkumpulan dagang (comandhiter) ataupun pembagian uang dari
kepemilikan saham dalam sebuah perkumpulan.
c. Hasil dari obligasen, mandeel atau effechten lainnya.
d. Pengembalian hutang yang lebih dari jumlah hutang semula.
e. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Pekerjaan
Semua pembayaran atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diperoleh termasuk gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya yang diperoleh
karena melakukan sebuah pekerjaan. 10
Pajak penghasilan yang dikeluarkan dari pekerjaan misalnya buruh pabrik,
pegawai negeri, dokter, penjual jamu, pekerjaan membuat kapal, berdagang,
pekerjaan dalam bidang pertanian, pekerjaan dalam bidang kesenian, dan pekerjaan
lainnya.
4. Pembayaran tidak tetap
Yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak tetap berupa
gratifikasi, tunjangan cuti, wachtgeld, bonus, premi-premi, sumbangan, pensiunan,
bunga dari lijfrente dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap. Apabila
penghasilan tersebut terhenti maka pajak yang dibebankan akan dihilangkan.11
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan yang dibebaskan dari pemungutan pajak yang biasa disebut
penghasilan tidak kena pajak antara lain:
1. Hasil dari tanah yang sudah dibebani pajak landrente maupun pajak tanah
perkotaan, penghasilan dari rumah-rumah yang berada diatas tanah tersebut.12.
10 Rijksblad Mangkoenegaran No.1 tahun 1922, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
11 Rijksblad Mangkonegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
12 Pada tahun 1919 ditetapkan penghasilan yang berasal dari tanah dan rumah yang lebih dari
f.60 tidak dibebaskan dari pungutan pajak sedangkan pada tahun 1933 sebesar f.120.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Keuntungan dari naiknya nilai suatu barang yang tidak digunakan untuk
pekerjaan.
3. Keuntungan dari jual beli barang bergerak maupun tidak bergerak, kecuali
jual beli barang tersebut untuk keperluan usaha.
4. Hasil dari menggadaikan barang yang sudah dipotong sesuai dengan peraturan
gadai tanggal 12 November 1902 angka 19/Q.
5. Penghasilan legiun yang pangkatnya di bawah opsir.
6. Uang pertolongan (onderstand) karena meninggal dunia, kecelakaan atau
jompo.
7. Upah yang diterima sebagai utusan dari praja.
8. Pemberian dari sanak-saudara, pasangan atau orang lain yang bertempat
tinggal di Praja Mangkunegaran.13
B. Petugas Penarik Pajak Penghasilan
Petugas penarik pajak di Praja Mangkunegaran dibentuk oleh Mangkunegara
VII melalui Rijksblad Mangkunegaran No.5 Tahun 1917. Petugas pemungut pajak
tersebut selanjutnya disebut Mantri Martanimpuna.
Pemungutan pajak penghasilan dilaksanakan oleh Mantri Martanimpuna
dengan membentuk komisi-komisi pajak (Aanslag Comissie) di setiap daerah
13 Rijksblad Mangkonegaran No.1 Tahun 1922 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kapanewon. Komisi pajak tersebut terdiri dari 5 sampai 7 orang, sudah termasuk
ketuanya. Sebagai ketuanya harus dari golongan Martanimpuna.14
Sebelum ditetapkan sebagai petugas penarik pajak, anggota komisi
diwajibkan mengucap sumpah setia kepada praja Mangkunegaran. Sumpah tersebut
diucapkan di depan Bupati Patih. Sumpah tersebut berisi kesanggupan komisi pajak
untuk melaksanakan tugas pemungutan pajak dengan sebaik-baiknya dan siap
dikenakan sanksi apabila melakukan pelanggaran yang merugikan praja
Mangkunegaran. Bupati Patih dapat sewaktu-waktu mengganti anggota komisi,
anggota komisi yang kinerjanya dianggap baik akan dipertahankan sedangkan
anggota komisi yang kinerjanya buruk dapat dikeluarkan.
Dalam menetapkan pajak, komisi tidak boleh memutuskan banyaknya pajak
jika belum dimusyawarahkan kepada minimal 5 anggota termasuk sang ketua. Tetapi
jika anggotanya hanya terdiri dari 5 orang maka pengambilan keputusan minimal 3
orang. Apabila tidak terjadi kesepakatan bersama antara anggota komisi maka akan
diadakan pengambilan keputusan dengan cara votting, jika dengan votting pun
suaranya sama besar maka ketua komisi berhak sepenuhnya mengambil keputusan
akhir.
Komisi pajak datang ke desa-desa untuk memungut pajak setiap tanggal 1
pada bulan-bulan yang telah ditentukan yaitu April, Juni, Agustus, Oktober, dan
Desember.15 Pada hari yang telah ditentukan, komisi pajak datang ke kelurahan untuk
14 Rijksblad Mangkonegaran no.10 Tahun 1919 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
15 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
memungut pajak dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. 16 Komisi Pajak berkewajiban
memungut pajak hanya di daerah yang sudah ditentukan oleh Bupati Patih.
Selain itu, dalam penarikan pajak komisi pajak juga dibantu pejabat desa
setempat misalnya lurah atau carik. Kerjasama pejabat desa sangat dibutuhkan
mengingat pejabat desa tersebut memegang kontrol sosial penduduk di kelurahannya.
Pejabat desa tersebut dilibatkan untuk mempermudah proses penarikan karena
biasanya penduduk sangat patuh terhadap perintah pejabat desa.
Setelah menerima uang pajak, Komisi Pajak menyerahkan ke Kantor Mantri
Martanimpuna. Mantri Martanimpuna kemudian menyerahkan uang pajak yang
sudah masuk kepada Panewu Martanimpuna. Selanjutnya uang pajak tersebut
disetorkan kepada Bupati patih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan
dibawah ini:
Bagan 1. Struktur Martanimpuna
Bupati Patih
Panewu Martanimpuna
Mantri Martanimpuna Wedana dan Panewu Gunung
bertindak sebagai controller
Komisi Pajak (Aanslag Commisie)
Lurah dan carik
16Rijksblad Mangkonegaran No.5 Tahun 1917, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tugas masing-masing jabatan meliputi:
1. Bupati Patih : Mengangkat dan menetapkan Panewu dan Mantri
Martanimpuna serta menerima uang pajak yang selanjutnya diserahkan ke kas
Praja Mangkunegaran.
2. Panewu Martanimpuna : Mengawasi kinerja Mantri Martanimpuna dan
menerima setoran uang dari Mantri Martanimpuna.
3. Mantri Martanimpuna : Mengawasi aanslag commisie dan menerima uang
pajak dari komisi.
4. Komisi Pajak : Menetapkan besarnya pajak dan melakukan pungutan
pajak kepada para wajib pajak.
5. Lurah dan Carik : Membantu komisi pajak dalam memungut pajak
khususnya dalam proses pencatatan.
B. Mekanisme Pemungutan Pajak Penghasilan
Pajak merupakan perikatan yang lahir dari sebuah peraturan sehingga
mekanisme pemungutan pajaknya pun harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Pemungutan pajak penghasilan di praja Mangkunegaran dilakukan oleh
komisi pajak (Comissie aanslag) dan dibantu pejabat desa yang ada di wilayahnya
masing-masing. Mekanisme pemungutan pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Pendaftaran
Setiap orang yang tinggal di praja Mangkunegaran yang sudah menerima
surat pemberitahuan objek pajak (aangifte bilyet) wajib memberikan pelaporan
penghasilan. Wajib pajak memberikan pelaporan pajaknya dengan mengisi surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pemberitahuan objek pajak (aangifte bilyet). Pelaporan tersebut dilakukan satu tahun
sekali.17
Pengisian aangifte bilyet harus dilakukan secara jujur sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Pelaporan yang dilakukan oleh wajib pajak meliputi:
a. Nama kecil, nama tua, nama istri dan alamat wajib pajak.
b. Jenis Pekerjaan dan lokasi kantor yang digunakan untuk bekerja, sudah
bekerja mulai awal tahun atau saat pertengahan tahun pemungutan pajak, atas
usaha sendiri atau ikut orang lain.
c. Tafsiran banyaknya penghasilan (penghasilan Brutto).
d. Asal penghasilan yang dijelaskan secara rinci.
e. Banyaknya penghasilan bersih (penghasilan Netto).
f. Biaya-biaya yang dikurangkan terhadap penghasilan Brutto sehingga menjadi
penghasilan Netto.
g. Uang tabungan yang dimiliki dan bunga yang diperoleh jika uang tersebut
disimpan di bank.
h. Penghasilan yang diperoleh dalam tahun pajak yang sudah berlalu dan kantor
pajak yang mengurusi.
i. Warisan yang belum dibagi dan keuntungan yang didapat dari warisan
tersebut.
j. Nama-nama orang yang tinggal satu rumah dengan wajib pajak.
17 Rijksblad Mangkonegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
k. Anggota keluarga yang sudah bekerja sendiri dan besarnya penghasilannya.
l. Apabila pekerjaan dilakukan bersama-sama maka harus mencantumkan nama
rekan kerja dan alamatnya.
m. Orangtua wajib pajak.
n. Tandatangan wajib pajak sehingga pelaporan tersebut dianggap sah.18
Apabila ada kekurangan dalam pelaporan tersebut dapat dilengkapi
belakangan sehingga tidak menghilangkan kewajiban membayar pajak, tetapi dalam
melengkapi kekurangan harus pada bulan yang sama dengan bulan pelaporan.
Aangifte bilyet yang sudah diisi harus ditandatangani oleh wajib pajak. Apabila
aangifte bilyet tersebut tidak ditandatangani wajib pajak atau ditandatangani orang
lain maka pelaporan tersebut dianggap tidak sah.
Bagi wajib pajak yang tidak bisa menulis maka surat pemberitahuan objek
pajak (aangifte bilyet) akan diisi oleh petugas pajak tetapi harus atas permintaan
wajib pajak. Setelah petugas pajak selesai mengisi aangifte bilyet tersebut, maka
petugas pajak harus membacakan serta menunjukkan kepada wajib pajak apakah isi
aangifte bilyet tersebut sudah sesuai dengan pelaporan wajib pajak. Apabila dianggap
sudah sesuai dengan pelaporan, maka wajib pajak harus menandatangani aangifte
bilyet tersebut serta disaksikan oleh satu orang saksi yang juga harus tandatangan.19
18 Surat Pertanyaan untuk Menentukan Banyaknya Pajak Penghasilan, Surakarta :
Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P 1572. 19 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Bagi anak-anak yang belum akil baliq, orang yang hilang ingatan dan orang
yang sedang bekerja di luar praja Mangkunegaran dapat mewakilkan pelaporan
pajaknya kepada seseorang yang dipercaya yang bertempat tinggal di Praja
Mangkunegaran. Sedangkan wajib pajak yang sudah meninggal dunia dapat
mewakilkan pelaporan kepada orang yang menerima wasiat (exeouter-testamentair)
atau dapat juga diwakilkan kepada orang yang menguasai barang peninggalannya
serta keturunannya. Bagi wajib pajak yang tidak melakukan pelaporan baik sendiri
ataupun perwakilan maka besarnya pajak akan ditentukan komisi tanpa harus
meminta persetujuan wajib pajak yang bersangkutan.
Pelaporan yang diwakilkan harus disertai surat kuasa. Dalam surat kuasa
tersebut juga harus dijelaskan mengenai alasan wajib pajak tidak melakukan
pelaporannya sendiri. Dengan alasan yang kuat maka komisi akan memaklumi hal
perwakilan tersebut.20
Orang yang melaporkan objek pajak baik untuk keperluan sendiri maupun
orang lain wajib melaporkan objek pajaknya menurut ketentuan-ketentuan yang
sudah ditetapkan oleh Bupati Patih. Komisi berkewajiban menjalankan dan
mengawasi pelaksanaan pemungutan pajak supaya tidak menyimpang dari peraturan
yang telah ditetapkan praja Mangkunegaran.
Komisi pajak mempunyai wewenang memerintahkan wajib pajak untuk
memberikan laporannya dengan mengucap sumpah, laporan tersebut dianggap sangat
penting karena digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya pajak.
20 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Kesalahan dalam menentukan pajak akan mengurangi pendapatan Negara. Dalam
mengucap sumpah disaksikan oleh ketua komisi. Wajib pajak yang tidak bersedia
untuk mengucap sumpah maka komisi berwenang menaikkan pajak sesuai dengan
peraturan yang ada.21
Pelaporan yang sudah dilakukan wajib pajak kemudian diperiksa oleh komisi,
jika sudah tidak ada yang bermasalah maka besarnya pajak dapat segera ditentukan.
Akan tetapi, jika komisi menganggap pelaporan tadi tidak benar (pelaporan palsu)
maka komisi berhak meminta keterangan lebih lanjut kepada wajib pajak. Wajib
pajak yang sudah memberikan keterangan tambahan dan menurut komisi keterangan
tersebut dianggap cukup maka komisi sudah bisa menentukan besarnya pajak.
Seseorang yang semula bertempat tinggal di Praja Mangkunegaran tetapi
orang tersebut pindah tempat tinggal ke luar Praja Mangkunegaran kemudian kembali
lagi ke praja Mangkunegaran maka perhitungan pajak penghasilannya diganti dengan
perhitungan pajak yang baru.
Pria dan wanita yang terikat perkawinan sebagai suami istri pada prinsipnya
wajib pajaknya cukup suami saja tetapi perhitungan pajaknya berdasarkan jumlah
penghasilan keduanya. Akan tetapi, untuk suami-isteri yang dalam perkawinan
mengadakan perjanjian pemisahan harta kekayaan sehingga pemenuhan kewajiban
membayar pajak juga terpisah, maka isteri tersebut juga wajib untuk mendaftarkan
diri sebagai wajib pajak dan harus menunjukkan surat perjanjian pemisahan
21 Rijksblad Mangkoenegaran No. 10 Tahun 1933, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kekayaan. Demikian halnya bila terjadi perceraian, maka wanita tersebut akan
dikenakan pajak sendiri sehingga juga wajib melaporkan penghasilannya pada
komisi.22
2. Pemeriksaan Buku Kekayaan
Setelah pemeriksaan keterangan kepada wajib pajak, ternyata komisi masih
menemukan hal-hal yang tidak benar maka komisi berhak memeriksa buku kekayaan
wajib pajak. Apabila menurut pemeriksaan buku kekayaan, ternyata pelaporan yang
diberikan merupakan pelaporan palsu sehingga menyebabkan penetapan pajak yang
terlalu sedikit maka komisi berhak menambah besarnya pajak tersebut sesuai dengan
perhitungan berdasarkan pemeriksaan buku kekayaaan.
Dalam pemeriksaan buku kekayaan, komisi dibantu oleh satu orang ahli
bahasa. Ahli bahasa tersebut sebelum memulai pekerjaannya harus mengucap sumpah
di depan ketua komisi atas nama rumahnya, jika terjadi pelanggaran maka rumah dari
ahli bahasa tersebut akan disita oleh komisi.23
Pembukuan secara umum, sebenarnya merupakan suatu proses pencatatan
yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi
keadaan harta, kewajiban atau hutang, modal, penghasilan serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang terutang maupun tidak terutang,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba
22 Ibid 23 Rijksblad Mangkoenegaran No.1 tahun 1922, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
rugi pada setiap tahun pajak berakhir. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan pajak,
pembukuan mempunyai arti yang sangat penting.24
Informasi yang terdapat dalam pembukuan sangat penting karena digunakan
oleh komisi untuk dasar dalam penetapan pajak penghasilan sehingga sudah
seharusnya pembukuan dilakukan dengan benar. Kebenaran tersebut terlihat dari
kecocokan apa yang tertulis dalam pembukuan dengan kenyataan yang benar-benar
terjadi sehingga informasi dalam pembukuan tersebut dapat digunakan untuk
menetapkan pajak penghasilan. Akan tetapi, jika dalam pembukuan tersebut terdapat
informasi yang tidak benar maka komisi mempunyai hak untuk menentukan pajak
penghasilan sesuai dengan perhitungan komisi pajak sendiri.
Komisi berhak menentukan besarnya pajak menurut perhitungannya sendiri
apabila komisi menemukan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan wajib pajak.
Hal-hal yang dianggap sebagai pelanggaran tersebut meliputi:
a. Tidak melaporkan apa yang menjadi kewajibannya.
b. Wajib pajak bersedia memberikan pelaporan tetapi keterangan yang diberikan
palsu.
c. Komisi yang sudah meminta keterangan tetapi belum percaya atas keterangan
tersebut sehingga perlu memeriksa buku-buku keuangan tetapi wajib pajak
tidak bersedia menunjukkan buku-buku tersebut.
Sebaliknya wajib pajak harus bersikap kooperatif yaitu dengan
memperlihatkan dan meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain yang
24 Y.Sri Pudyatmoko , op.cit, hlm 134-135.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh. Wajib pajak juga harus
memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sesuai dengan kenyataan yang ada.
Setelah ketua komisi menentukan waktu dan tempat pemeriksaan buku
kekayaan, akan tetapi wajib pajak tidak bersedia memperlihatkan buku-buku tersebut
maka komisi akan memberikan sanksi kepada wajib pajak tersebut. Menurut
peraturan, bagi wajib pajak yang keberatan untuk meminjamkan buku kekayaan maka
pajaknya akan dinaikkan f. 25,- setiap f. 100,-nya.25
3. Penetapan Pajak
Penghasilan yang sifatnya tetap ditentukan pada awal tahun pemungutan
pajak, sedangkan penghasilan yang diperoleh pada pertengahan tahun maka
perhitungannya akan disalin ketika tahun pajak sudah berjalan. Untuk orang-orang
yang bekerja setelah 3 bulan dimulainya tahun pemungutan pajak maka harus
membuat pelaporan sebelum bulan November.26
Penghasilan yang belum diterima setahun, hanya beberapa bulan tetapi
diperkirakan akan diterima selama setahun maka perhitungan pajak penghasilan
berdasarkan tafsiran selama beberapa bulan tersebut akan dijadikan perhitungan
selama satu tahun. Apabila dalam penafsiran tersebut ternyata salah maka
penyesuaian perhitungan pajak tersebut akan disalin ketika pajak sudah berjalan 6
bulan.
25 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
26 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Komisi menetapkan pajak berdasarkan aangifte bilyet dan pemeriksaan
terhadap buku-buku kekayaan wajib pajak. Komisi tidak boleh memutuskan
banyaknya pajak jika belum dimusyawarahkan kepada minimal 5 anggota termasuk
sang ketua. Tetapi jika anggotanya hanya terdiri dari 5 orang maka pengambilan
keputusan minimal 3 orang. Apabila tidak terjadi kesepakatan bersama antara anggota
komisi maka akan diadakan pengambilan keputusan dengan cara votting, jika dengan
votting pun suaranya sama besar maka ketua komisi berhak sepenuhnya mengambil
keputusan akhir.
Kohir ditetapkan oleh komisi menurut aangifte bilyet yang sudah
dikembalikan oleh wajib pajak dalam tempo 30 hari. Setelah besarnya pajak
ditentukan maka komisi akan mengirimkan aanslag bilyet (Surat Ketetapan Pajak)
kepada wajib pajak. Aanslag bilyet yang diberikan tersebut memuat besarnya pajak
yang dibebankan kepada wajib pajak yang besarnya sama dengan buku kohir yang
dipegang komisi. Aanslag bilyet yang diberikan kepada wajib pajak dibungkus
tingkeman.
Pajak yang tercantum dalam aanslag bilyet harus dibayar oleh wajib pajak
tiap bulan angsuran, apabila wajib pajak sampai pada bulan angsuran tidak bersedia
membayar pajak maka komisi akan mengeluarkan surat paksa (dwangschrift) kepada
wajib pajak yang bersangkutan. 27 Dwangschrift merupakan surat perintah membayar
pajak yang dikeluarkan oleh komisi apabila dalam waktu yang sudah ditentukan
wajib pajak tidak bersedia membayar pajak.
27 Petunjuk cara pemakaian surat pameksa untuk urusan pajak, Surakarta: Reksapustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P 3158.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pajak yang ditetapkan oleh komisi harus tepat dan benar, supaya bisa
menentukan besarnya pajak dengan tepat dan benar maka komisi harus melakukan
rapat di kemantren gunung. Komisi dapat meminta keterangan kepada panggedhe
desa sehingga penentuan besarnya pajak bisa tepat sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Wajib pajak dan kerabatnya tidak diperbolehkan mengikuti rapat penetapan
pajak. Akan tetapi, pejabat-pejabat praja diperbolehkan menghadiri rapat penetapan
pajak walaupun bukan dari golongan Martanimpuna. Para pejabat praja tersebut
mempunyai hak untuk memberikan saran dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh komisi.
Pola dan alur pelaporan sampai pembayaran pajak ditetapkan oleh Bupati
Patih sesuai dengan peraturan yang ada di Praja Mangkunegaran. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Bagan 2. Mekanisme Penetapan Pajak Penghasilan
Sumber: Diolah dari Rijksblad Mangkunegaran No.10 Tahun 1919, Rijksblad
Mangkunegaran No.1 Tahun 1922, dan Rijksblad Mangkunegaran No.10
Tahun 1933.
Wajib Pajak
Pembayaran
Pelaporan Aangifte bilyet
Keterangan lanjutan
Pemeriksaan buku
kekayaan Kohir
Aanslag bilyet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa mekanisme penetapan pajak
penghasilan dimulai dengan pelaporan wajib pajak yang dilakukan dengan mengisi
aangifte bilyet, kemudian komisi pajak akan meminta keterangan lanjutan dari
informasi yang terdapat dalam aangifte bilyet tersebut selanjutnya komisi akan
memeriksa buku-buku kekayaan yang dimiliki oleh wajib pajak. Komisi selanjutnya
akan menetapkan besarnya pajak sesuai dengan peraturan yang ada. Besarnya pajak
penghasilan tersebut kemudian dicatatkan dalam kohir yang selanjutnya dikirimkan
ke wajib pajak dengan aanslag bilyet. Wajib pajak yang telah menerima aanslag
bilyet tersebut maka sudah bisa membayar pajak penghasilannya.
4. Perhitungan pajak
Cara menghitung Pajak Penghasilan adalah Penghasilan Brutto dikurangi
biaya-biaya sehingga menjadi Penghasilan Netto. Berdasarkan perhitungan
Penghasilan Netto tersebut akan disesuaikan dengan tarif pajak yang telah dibuat
pihak Praja Mangkunegaran.
Untuk mendapatkan penghasilan Netto maka penghasilan Brutto dapat
dikurangi biaya-biaya yang meliputi:
a. Upah, biaya transportasi, biaya asuransi, biaya sewa kantor, biaya sewa
gudang, dan biaya-biaya lainnya untuk menjaga agar penghasilan dapat terus
lancar bahkan bisa meningkatkan penghasilan tersebut. Tetapi biaya-biaya
untuk membeli barang yang baru tidak termasuk untuk pengurangan pajak.
b. Hasil keuntungan yang merupakan hak milik orang lain sehingga harus
diberikan kepada orang yang bersangkutan, misalnya dalam bagi hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
koperasi harus dibagi kepada seluruh anggota sesuai dengan ketentuan yang
ada.
c. Biaya perawatan yang tetap dan biaya lainnya untuk menunjang keadaan
barang agar tetap dalam keadaan baik.
d. Sumbangan-sumbangan bandha sudiyan yang diperbolehkan pihak praja
untuk pertolongan kepada orang-orang yang bekerja untuk wajib pajak,
premi-premi yang diberikan kepada orang-orang tersebut karena mengalami
kecelakakan atau karena sudah tua (jompo), hal tersebut merupakan
kewajiban wajib pajak yang memperkerjakannya atau keturunan wajib pajak
tersebut.
e. Uang yang harus dibayar oleh wajib pajak tetapi tidak berhubungan dengan
penghasilan wajib pajak yaitu entresan utang, premi untuk tanggungan jiwa
(lijfrente). Premi-premi untuk lijfrente tidak boleh dari 5 % dari penghasilan
dan tidak boleh lebih dari f. 200.28
f. Tabungan untuk hari tua tetapi harus sewajarnya.
Uang yang tidak digunakan untuk usaha apapun sehingga uang tersebut hanya
ditabung saja maka uang tersebut akan dikenakan pemotongan sebesar 5% dari
keseluruhan uang tabungan. Uang yang berasal dari gratifikasi, upah-upahan tidak
diwajibkan untuk dibebankan pajak sebelum benar-benar diterima wajib pajak.29
28 Rijksblad Mangkonegaran No.1 Tahun 1922 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
29 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam perhitungan pajak
penghasilan meliputi:
a. Biaya yang digunakan untuk kepentingan wajib pajak sendiri misalnya biaya
untuk mengurus orangtua wajib pajak, untuk membiayai istri dan anak cucu.
b. Biaya untuk membeli barang-barang baru, meskipun barang-barang tersebut
digunakan untuk bekerja.
c. Uang penghasilan yang digunakan sebagai modal usaha dan untuk membayar
hutang.
d. Uang penghasilan yang digunakan untuk membeli tanah dan mendirikan serta
memperbaiki rumah.
e. Kerugian yang dikarenakan jual beli barang baik barang bergerak maupun
barang tidak bergerak, kecuali jual beli tersebut dalam lingkup pekerjaan.
f. Berkurangnya nilai suatu barang kecuali untuk kepentingan pekerjaan yang
sebelumnya sudah ada kesepakatan.
g. Pembayaran yang digunakan untuk bersenang-senang.30
Perhitungan pajak penghasilan dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh penghasilan wajib pajak (penghasilan Brutto) dalam setahun kemudian
dikurangi biaya-biaya sehingga menjadi penghasilan bersih (penghasilan Netto)
kemudian penghasilan bersih tersebut disesuaikan dengan tabel yang memuat
besarnya tarif pajak sehingga besarnya pajak penghasilan dapat ditentukan.
30 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1933, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tabel 3 Tarif Pajak Penghasilan Praja Mangkunegaran Tahun 1919
No Banyaknya Penghasilan Bersih (f)
Pajak (f)
No Banyaknya Penghasilan Bersih (f)
Pajak (f)
1. Kurang dari 90 - 29. 360,- sampai kurang dari 370,-
11.34,-
2. 90,- sampai kurang dari 100,-
1,- 30. 370,- sampai kurang dari 380,-
11.82,-
3. 100,- sampai kurang dari 110,-
1.98,- 31. 380,- sampai kurang dari 390,-
12.30,-
4. 110,- sampai kurang dari 120,-
2.28,- 32. 390,- sampai kurang dari 400,-
12.78,-
5. 120,- sampai kurang dari 130,-
2.58,- 33. 400,- sampai kurang dari 410,-
13.32,-
6. 130,- sampai kurang dari 40,-
2.68,- 34. 410,- sampai kurang dari 420,-
13.86,-
7. 140,- sampai kurang dari 150,-
3.18,- 35. 420,- sampai kurang dari 430,-
14.40,-
8. 150,- sampai kurang dari 160,-
3.48,- 36. 430,- sampai kurang dari 440,-
14.94,-
9. 160,- sampai kurang dari 170,-
3.78,- 37. 440,- sampai kurang dari 450,-
15.48,-
10. 170,- sampai kurang dari 180,-
4.08,- 38. 450,- sampai kurang dari 460,-
16.08,-
11. 180,- sampai kurang dari 190,-
4.38,- 39. 460,- sampai kurang dari 470,-
16.68,-
12. 190,- sampai kurang dari 200,-
4.68,- 40. 470,- sampai kurang dari 480,-
17.28,-
13. 200,- sampai kurang dari 210,-
5.04,- 41. 480,- sampai kurang dari 490,-
17.88,-
14. 210,- sampai kurang dari 220,-
5.40,- 42. 490,- sampai kurang dari 500,-
18.48,-
15. 220,- sampai kurang dari 230,-
5.76,- 43. 500,- sampai kurang dari 510,-
19.44,-
16. 230,- sampai kurang dari 240,-
6.12,- 44. 510,- sampai kurang dari 520,-
19.80,-
17. 240,- sampai kurang dari 250,-
6.48,- 45. 520,- sampai kurang dari 530,-
20.46,-
18. 250,- sampai kurang dari 260,-
6.84,- 46. 530,- sampai kurang dari 540,-
21.42,-
19. 260,- sampai kurang dari 270,- 7.20,- 47. 540,- sampai kurang dari 550,- 21.78,- 20. 270,- sampai kurang dari 280,- 7.56,- 48. 550,- sampai kurang dari 560,- 22.50,- 21. 280,- sampai kurang dari 290,- 7.92,- 49. 560,- sampai kurang dari 570,- 23.22,- 22. 290,- sampai kurang dari 300,- 8.82,- 50. 570,- sampai kurang dari 580,- 23.94,- 23. 300,- sampai kurang dari 310,- 8.70,- 51. 580,- sampai kurang dari
590,- 24.66,-
24. 310,- sampai kurang dari 320,-
9.12,- 52. 590,- sampai kurang dari 600,-
25.36,-
25. 320,- sampai kurang dari 330,-
9.54,- 53. 600,- sampai kurang dari 610,-
26.16,-
26. 330,- sampai kurang dari 340,-
9.96,- 54. 610,- sampai kurang dari 620,-
26.94,-
27. 340,- sampai kurang dari 350,-
10.38,- 55. 620,- sampai kurang dari 630,-
27.72,-
28. 350,- sampai kurang dari 360,-
10.86,- 56. Di atas dari 630,- 4,50 per100nya
Sumber : Rijksblad Mangkunegaran No.10 tahun 1919.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Penduduk yang berpenghasilan di bawah f. 90 tidak dikenakan pajak.
Penghasilan yang dikenakan pajak mulai dari f. 90 sampai diatas f.630 yang
besarnya pajak berbeda-beda tergantung besarnya penghasilan yang diperoleh.
Semakin besar penghasilan yang diperoleh tiap tahunnya maka pajaknya yang
dikenakanpun akan semakin banyak.
Tarif pajak diatas mengalami perubahan pada tahun 1933. Perubahan tersebut
menyangkut besarnya tarif pajak yang semakin tinggi karena menyesuaikan
perkembangan kurs uang. Hal ini juga mempengaruhi besarnya pajak yang akan
ditetapkan karena semakin tinggi tarif pajak maka pajaknya pun akan meningkat.
Dalam Rijksblad Mangkunegaran tahun 1933 tersebut juga ditetapkan bahwa:
a. Jumlah pajak dikurangi ½ jika banyaknya penghasilan kurang dari f.300,-.
b. Jumlah pajak dikurangi 2/5 jika banyaknya penghasilan lebih dari f.300,-
tetapi kurang dari f.400,-.
c. Jumlah pajak dikurangi 1/5 jika banyaknya penghasilan lebih dari f.400,-
tetapi kurang dari f.500,-.31
Untuk mengetahui tarif pajak penghasilan pada tahun 1933 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
31 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 4
Tarif Pajak Penghasilan Praja Mangkunegaran Tahun 1933
Besarnya Pajak No Banyaknya Penghasilan Bersih (f) Baku
(f) Tambahan
(f) 1. Kurang dari 120,- Tiap 10,-
Dikenakan pajak sebesar 0.10,-
-
2. 120,- sampai kurang dari 560,- 1.20,- 0.20,- 3. 560,- sampai kurang dari 1.200,- 10,- 0.25,- 4. 1.200,- sampai kurang dari 2.000,- 26,- 1.50,- 5. 2.000,- sampai kurang dari 2.800,- 50,- 4,- 6. 2.800,- sampai kurang dari 3.600,- 78,- 4.50,- 7. 3.600,- sampai kurang dari 4.400,- 110,- 5,- 8. 4.400,- sampai kurang dari 5.200,- 146,- 5.5,- 9. 5.200,- sampai kurang dari 6.000,- 186,- 6,- 10. 6.000,- sampai kurang dari 8.000,- 230,- 7,- 11. 8.000,- sampai kurang dari 10.000,- 350,- 8,- 12. 10.000,- sampai kurang dari 14.000,- 490,- 9,- 13. 14.000,- sampai kurang dari 18.000,- 810,- 10,- 14. 18.000,- sampai kurang dari 22.000,- 1.170,- 11,- 15. 22.000,- sampai kurang dari 26.000,- 1.570,- 12,- 16. 26.000,- sampai kurang dari 30.000,- 2.010,- 13,- 17. 30.000,- sampai kurang dari 34.000,- 2.490,- 14,- 18. 34.000,- sampai kurang dari 38.000,- 3.010,- 15,- 19. 38.000,- sampai kurang dari 43.000,- 3.570,- 16,- 20. 43.000,- sampai kurang dari 48.000,- 4.320,- 17,- 21. 48.000,- sampai kurang dari 54.000,- 5.120,- 18,- 22. 54.000,- sampai kurang dari 60.000,- 6.140,- 19,- 23. 60.000,- sampai kurang dari 66.000,- 7.220,- 20,- 24. 66.000,- sampai kurang dari 74.000,- 8.360,- 21,- 25. 74.000,- sampai kurang dari 82.000,- 9.960,- 22,- 26. 82.000,- sampai kurang dari 90.000,- 11.640,- 23,- 27. 100.000,- sampai kurang dari 110.000,- 15.700,- 24,- 28. 110.000,- sampai kurang dari 120.000,- 18.100,- 25,- 29. 120.000,- sampai kurang dari 130.000,- 20.660,- 26,- 30. 130.000,- sampai kurang dari 140.000,- 23.200,- 27,- 31. 140.000,- sampai kurang dari 150.000,- 25.200,- 28,- 32. 150.000,- sampai kurang dari 160.000,- 28.700,- 29,- 33. 160.000,- sampai kurang dari 175.000,- 31.600,- 30,- 34. 175.000,- sampai kurang dari 190.000,- 36.100,- 31,- 35. Di atas 190.000 40.750,- 32,-
Sumber : Rijksblad Mangkunegaran No.10 Tahun 1933.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Penghasilan penduduk kurang dari f.120 dikenakan pajak sebesar f 0.10 tiap
f.10-nya. Penghasilan diatas f. 120 sampai kurang dari f.560 dikenakan pajak sebesar
f. 140. Tarif pajak tersebut terus meningkat sesuai dengan penghasilan yang
diperoleh. Besarnya pajak yang dikenakan kepada penduduk Mangkunegaran
berbeda-beda, semakin besar penghasilan seseorang maka pajak penghasilan yang
dikenakan juga semakin banyak.
Pada tahun 1935, tarif pajak penghasilan di atas mengalami perubahan. Pada
tahun 1935 tersebut ditetapkan ada 3 kelas wajib pajak yang meliputi:
a. Kelas A yaitu golongan penduduk menengah ke bawah atau golongan
penduduk kurang mampu.
b. Kelas B yaitu golongan penduduk menengah.
c. Kelas C yaitu golongan penduduk menengah ke atas atau golongan
yang mampu. Pada kelas C, pembagian penetapan pajak penghasilan
dibedakan antara wajib pajak yang sudah kawin dan belum kawin.32
Untuk lebih jelasnya mengenai tarif pajak penghasilan pada tahun 1935 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
32 Rijksblad Mangkunegaran No.3 Tahun 1935, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 5
Tarif Pajak Penghasilan Tahun 1935
KELAS
C (f)
Banyaknya Penghasilan (f)
A (f)
B (f) Belum
Kawin Kawin Belum
Kawin Kawin
Kurang dari 200 2 - - - - - 200,- sampai kurang dari 300,- - 4 - - - - 300,- sampai kurang dari 400,- - 7 - - - - 400,- sampai kurang dari 500,- - 10 - - - - 500,- sampai kurang dari 600,- - 14 - - - - 600,- sampai kurang dari 700,- - 18 - - - - 700,- sampai kurang dari 800,- - 22 - - - - 800,- sampai kurang dari 900,- - 26 - - - - 900 sampai kurang dari 1.200 - - 30 30 4 4
1.200 sampai kurang dari 2.000 - - 42 45 5 5 2.000 sampai kurang dari 2.800 - - 82 85 5 6 2.800 sampai kurang dari 3.200 - - 122 133 6 6 3.200 sampai kurang dari 4.400 - - 146 157 6 7 4.400 sampai kurang dari 6.000 - - 218 241 7 8 6.000 sampai kurang dari 8.000 - - 330 369 8 9 8.000 sampai kurang dari 12.000 - - 490 549 9 10
12.000 sampai kurang dari 15.000 - - 850 949 10 10 15.000 sampai kurang dari 18.000 - - 1.150 1.249 11 11 18.000 sampai kurang dari 21.000 - - 1.480 1.579 12 12 21.000 sampai kurang dari 27.000 - - 1.840 1.939 13 13 27.000 sampai kurang dari 33.000 - - 2.620 2.719 14 14 33.000 sampai kurang dari 39.000 - - 3.460 3.559 15 15 39.000 sampai kurang dari 45.000 - - 4.360 4.459 16 16 45.000 sampai kurang dari 51.000 - - 5.320 5.419 17 17 51.000 sampai kurang dari 57.000 - - 6.340 6.439 18 18 57.000 sampai kurang dari 65.000 - - 7.420 7.519 19 19 65.000 sampai kurang dari 73.000 - - 8.940 9.039 20 20 73.000 sampai kurang dari 81.000 - - 10.540 10.639 21 21 81.000 sampai kurang dari 90.000 - - 12.220 12.319 22 22
90.000 sampai kurang dari 100.000 - - 14.200 14.299 23 23 100.000sampai kurang dari110.000 - - 16.500 16.599 24 24 110.000sampai kurang dari120.000 - - 18.900 18.999 25 25 120.000sampai kurang dari130.000 - - 21.400 21.492 26 26 130.000sampai kurang dari140.000 - - 24.000 24.099 27 27 140.000sampai kurang dari150.000 - - 26.700 26.799 28 28 150.000sampai kurang dari160.000 - - 29.500 29.599 29 29 160.000sampai kurang dari175.000 - - 32.400 32.499 30 30 175.000sampai kurang dari190.000 - - 36.900 36.999 31 31
Di atas 190.000 - - 41.550 41.649 32 32 Sumber : Rijksblad Mangkunegaran No.3 Tahun 1935.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5. Pengurangan Pajak
Wajib pajak dapat mengajukan pengurangan pajak jika penghasilan bersihnya
dalam setahun berkurang 1/4 dari penghasilan yang sudah dilaporkan. Berkurangnya
penghasilan tersebut bisa dikarenakan pemberhentian kerja, kebakaran, atau
kecelakaan kerja. Bupati Patih akan memerintahkan komisi yang membawahi untuk
menghadap untuk kemudian memberikan keterangan tentang hal tersebut sehingga
besarnya pajak yang tercantum dalam kohir dapat dibenarkan sesuai dengan
perubahan penghasilan yang diperoleh wajib pajak .33
Wajib pajak yang sedang dalam proses meminta pengurangan pajak dapat
menunda pembayaran pajak sementara waktu sampai keputusan dari Bupati Patih
ditetapkan, penundaan pembayaran tersebut tidak dikenakan denda. Wajib pajak
tersebut akan akan dipanggil jika keputusan pengurangan pajak sudah ditetapkan oleh
Bupati Patih.
Wajib pajak yang bertempat tinggal di praja Mangkunegaran tetapi bekerja di
luar Praja Mangkunegaran dapat meminta pengurangan pajak penghasilan atas seizin
pemerintah Hindia-Belanda. Pengurangan pajak dapat dikabulkan asalkan dapat
menunjukkan surat keterangan dari pihak pemerintah Hindia-Belanda yang sudah
ditandatangani oleh pihak yang berwenang. Ketentuan-ketentuan dalam pengurangan
tersebut meliputi:
33 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1933, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Pengurangan tersebut tidak boleh lebih dari 1/5 dari jumlah keseluruhan
pajak.
b. Surat permintaan pengurangan pajak tadi harus diberikan dalam 12 hari
setelah besarnya pajak ditetapkan.
c. Surat keterangan dari pihak pemerintah Hindia Belanda dilaporkan kepada
Bupati Patih.
d. Bupati Patih akan memberikan surat keterangan permintaan pengurangan
pajak tersebut kepada komisi pajak setempat untuk kemudian diberikan
keringanan pajak. Tetapi jika dianggap perlu, komisi akan meminta
keterangan langsung dari wajib pajak yang bersangkutan.
e. Ketua komisi akan memberikan surat keputusan komisi yang diberikan
kepada wajib pajak tersebut lewat mantri gunung yang membawahi.
f. Keputusan komisi tersebut dapat digugat oleh wajib pajak tersebut jika dinilai
tidak benar menurut wajib pajak. Gugatan tersebut harus dilayangkan dalam
30 hari setelah pemberian surat keputusan.
g. Keputusan komisi dan perintah Bupati Patih tertulis dalam kohir.34
Sebagai contoh pengurangan pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) yang
diberikan kepada salah satu wajib pajak yang tinggal di Praja Mangkunegaran adalah
pengurangan pajak penghasilan Abdoellah pada tahun 1935. Semula komisi pajak
menetapkan pajak penghasilan Abdoellah sebesar f. 10,50. Akan tetapi, kemudian
Abdoellah mengajukan pengurangan pajak. Akhirnya, komisi pajak memutuskan
34 Rijksblad Mangkoenegaran No.1 Tahun 1922, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pajak penghasilan Abdoellah dikurangi f.8 sehingga Abdoellah hanya tinggal
membayar pajak penghasilannya sebesar f.2,50. Keputusan tersebut termuat dalam
surat kekancingan tanggal 11 September 1940 angka 157 Inkomstenbelasting.35
Salah satu wajib pajak yang pajak penghasilannya juga dikurangi komisi
adalah Sanadhikrama tahun 1935. Semula komisi pajak menetapkan pajak
penghasilan Sanadhikrama sebesar f. 6. Akan tetapi, kemudian Sanadhikrama
mengajukan pengurangan pajak. Akhirnya, komisi pajak memutuskan pajak
penghasilan Sanadhikrama dikurangi f. 3 jadi Sanadhikrama hanya tinggal membayar
pajak penghasilannya sebesar f. 3. Keputusan tersebut termuat dalam surat
kekancingan tanggal 10 Mei 1940 angka 102 Inkomstenbelasting.36
Komisi pajak memang mempunyai hak mengurangi besarnya pajak
penghasilan yang sudah ditentukan. Akan tetapi dalam mengambil keputusan
pengurangan pajak, komisi harus mempunyai pertimbangan yang kuat misalnya,
keadaan wajib pajak yang sedang mengalami musibah ataupun usaha wajib pajak
yang dinyatakan bangkrut.
Di sisi lain, komisi juga mempunyai hak untuk menolak pengajuan
pengurangan pajak oleh wajib pajak jika dinilai tidak ada hal-hal yang membuat
penghasilan wajib pajak berkurang ataupun berhenti. Salah satu wajib pajak yang
ditolak oleh komisi dalam hal pengurangan pajak yaitu wajib pajak yang bernama
Djajasintana. Ia mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan sebesar f. 6.
35 “Masalah pajak tahun 1940-1941”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip
Mangkunegaran No.P 1605.
36 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Akan tetapi besarnya pajak tersebut tidak dikurangi komisi karena komisi
menganggap tidak hal-hal yang menjadi alasan pengurangan pajak. Wajib pajak yang
pajaknya tidak boleh dikurangi adalah Raden Mas Notosoodirdjo. Ia dibebankan
pajak penghasilan sebesar f. 134,08. Akan tetapi, ketika Raden Mas Notosoodirjo
mengajukan pengurangan pajak, komisi tidak bersedia melakukan pengurangan pajak
tersebut.37
Pajak penghasilan dipungut sebagai konsekuensi atas kelebihan penghasilan
yang didapatkan. Akan tetapi, jika penghasilan yang didapatkan oleh wajib pajak
tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup maka sesuai peraturan pajak penghasilan
yang ada dan menurut pertimbangan komisi, pajak penghasilan yang sudah ditetapkan
sebelumnya dapat dikurangi bahkan dibatalkan.
6. Pembayaran Pajak
Penetapan pajak penghasilan menggunakan sistem pajak terutang sehingga
dalam pembayaran pajak dapat menggunakan sistem angsuran. Pembayaran pajak
penghasilan harus diangsur dalam 5 kali angsuran, setiap angsuran besarnya uang
sama. Angsuran pertama pada 1 April kemudian berturut-turut pada tanggal 1 Juni, 1
Agustus, 1 Oktober dan yang terakhir pada 1 Desember.38Apabila dalam pemungutan
pajak tertunda padahal ketentuan pembayaran angsuran sudah ditentukan maka
pembayaran angsuran tersebut harus dilakukan pada bulan angsuran terdekat.
37 “Masalah pajak tahun 1940-1941”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip
Mangkunegaran No.P 1605. 38 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Wajib pajak yang sampai tanggal 1 dalam bulan angsuran tidak membayar
pajak maka wajib pajak tersebut akan dikenakan denda yang besarnya f.5,- per
f.100,-nya. 39 Apabila terlambat dalam membayar pajak sampai dua kali masa
angsuran maka jumlah angsuran tersebut harus dibayar semua beserta dendanya.
Wajib pajak yang sedang mengajukan keberatan pajak harus tetap membayar
pajak bila sudah masuk bulan angsuran, sebelum ada ketetapan pajak yang baru.
Apabila terpaksa ditunda, padahal ketentuan angsuran sudah ditentukan maka
pembayaran angsuran tersebut harus dibayar pada bulan angsuran berikutnya.
Adakalanya wajib pajak mengalami kesulitan dalam pemenuhan kewajiban
pembayaran pajak secara tunai pada waktu yang telah ditentukan, kesulitan tersebut
dapat saja terjadi misalnya karena wajib pajak mengalami kesulitan dalam pekerjaan
pada waktu itu dan baru akan memperoleh uang pada beberapa masa berikutnya.
Untuk itu dalam ketentuan pajak dimungkinkan kepada wajib pajak untuk
mengajukan permohonan agar dapat menunda pembayaran pajaknya. Menurut
ketentuan, wajib pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk menunda
pembayaran pajak.40
Surat permohonan penundaan pembayaran harus diajukan sebelum saat jatuh
tempo pembayaran pajak dalam bulan angsuran, kecuali wajib pajak mengalami
keadaan diluar kekuasaanya, dapat mengajukan setelah batas waktu tersebut disertai
39 Rijksblad Mangkoenegaran No.1 Tahun 1922 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran. 40 Rijksblad Mangkunegaran No.10 tahun 1933, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
alasan yang kuat dan dilampiri bukti-bukti untuk menguatkan alasan penundaan
tersebut.
Sedangkan pemungutan pajak tidak dapat dilaksanakan oleh komisi
dikarenakan keadaan wajib pajak yang mengalami beberapa faktor. Pemungutan
pajak tidak dapat dilakukan jika terjadi hal-hal berikut ini:
a. Wajib pajak yang pindah dari praja Mangkunegaran
b. Wajib pajak yang sudah ditetapkan bangkrut sehingga seluruh barang-barang
nya sudah dijual semua.
c. Wajb pajak yang dipecat dari pekerjaan tetapnya. 41
Apabila dalam pemungutan pajak bersamaan dengan penagihan hutang yang
dilakukan oleh orang lain maka pemungutan dari Negara harus didahulukan daripada
penagihan orang lain tadi. Apabila barang-barang yang dimiliki wajib pajak tersebut
sampai dilelang untuk membayar pajak maka uang hasil lelangan tersebut harus
dibayarkan kepada Negara dahulu, jika terdapat kelebihan akan diberikan untuk
membayar hutang kepada orang lain tersebut.
Wajib pajak yang meninggal dunia melalui keturunannya dapat mengajukan
permintaan untuk tidak membayar pajak. Pajak yang tidak dibayar adalah pada bulan-
bulan setelah wajib pajak tersebut meninggal dunia sehingga hasil yang masih
diterima setelah wajib pajak meninggal tidak dikenakan pajak.
Para pejabat yang ditunjuk menyimpan buku-buku pajak berhak menempati
rumah di kota yang diberikan oleh Praja selama masih bertugas sebagai anggota
41 Rijksblad Mangkoenegaran No.10 tahun 1919 dan No.10 tahun 1933, Surakarta:
Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
komisi untuk menentukan pajak. Pejabat tersebut juga diwajibkan memberikan
pelayanan jika ada wajib pajak yang bertanya.42
Setiap daerah dibawah kabupaten didirikan komisi-komisi yang bertugas
menentukan besarnya pajak. Penerimaan pajak setiap daerah berbeda-beda tergantung
tingkat kemakmuran dalam di daerah tersebut. Penerimaan pajak penghasilan di Praja
Mangkunegaran pada tahun 1934 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Rekapitulasi Pajak Penghasilan di Kota Mangkunegaran Tahun 1934
No. Kelurahan Jumlah
Wajib Pajak
Jumlah Uang
Pajak (f)
Sudah
Bayar (f)
Menunggak
(f)
1. Keprabon 181 1248.42 446.08 802.34
2. Gilingan 344 1483.25 261.85 1221.40
3. Setabelan 143 1067.10 532.42 534.68
4. Mangkubumen 248 2072.52 865.95 1206.57
5. Ketelan 196 2129.39 830.42 1298.97
6. Manahan 151 1512.60 577.40 935.20
7. Kestalan 143 647.82 39.61 608.21
8. Punggawan 242 2598.13 1234.35 1363.78
9. Timuran 279 3764.23 2398.54 1365.69
Jumlah 1897 16523.04 7186.62 9339.84
Sumber : diolah dari Daftar Tunggakan Pajak Penghasilan tahun 1934, koleksi
Arsip Mangkunegaran No.1536.
42 Rijksblad Mangkonegaran No 1 tahun 1922.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Kota Mangkunegaran terdapat 9
daerah majegan yang meliputi Keprabon, Gilingan, Setabelan, Mangkubumen,
Ketelan, Manahan, Kestalan, Punggawan dan Timuran. Dari 9 kelurahan tersebut
jumlah wajib pajak terbanyak yaitu di kelurahan Timuran dengan 279 wajib pajak.
Hal tersebut menjadikan kelurahan Timuran sebagai penyetor uang terbanyak dengan
f.3.764,23, tetapi yang baru masuk sebesar f.2398.54 dan menunggak sebesar f.
1365,69. Sedangkan kelurahan yang paling sedikit pajak penghasilannya adalah
kelurahan Kestalan yaitu f.647,82 dari 143 wajib pajak. Pajak penghasilan yang sudah
masuk sebesar f.39,61 sedangkan tunggakan pajak penghasilannya sebesar f.608,21.
Total pajak penghasilan yang seharusnya diterima Praja Mangkunegaran dari Kota
Mangkunegaran tahun 1934 adalah sebesar f.16.523,04 yang diperoleh dari 1897
wajib pajak. Akan tetapi, pajak penghasilan yang baru masuk sebesar f.7.186,62 dan
tunggakan pajaknya sebesar f.9.339,84.
Sementara itu, pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) di Wonogiri dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 7
Rekapitulasi Pajak Penghasilan di Wonogiri Tahun 1934
No
.
Kelurahan Jumlah
Wajib
Pajak(f)
Jumlah Uang
Pajak
(f)
SudahBayar
(f)
Menunggak
(f)
1. Bulukerto 100 185.14 171.15 13.99
2. Girimarto 73 160.90 135.92 24.78
3. Djatisrono 35 69.90 31.58 38.32
4. Purwantoro 80 299.30 198.90 100.40
5. Ngadirojo 118 199.75 128.75 7
6. Djatiroto 39 106.07 88.20 17.87
7. Baturetno 255 675.68 175.04 500.64
8. Slogolimo 58 110.50 57.21 53.29
9. Sidohardjo 20 35.80 15.94 19.86
10. Girirojo 120 201.75 131.01 70.74
11. Batuwarno 86 153.30 132.90 20.40
12. Tirtomoyo 131 262.45 189.69 72.76
13. Giritontro 62 82.60 21.15 61.45
14. Selogiri 105 226.42 167.41 46.83
15. Giritirto 42 160.92 24.54 136.38
16. Wonoboyo 18 44 19.70 24.30
17. Giripurwa - 466.12 90.57 375.53
Jumlah 1342 3440.60 1779.66 1584.54
Sumber : diolah dari Daftar Tunggakan Pajak Penghasilan tahun 1934, koleksi
Arsip Mangkunegaran No.1536.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Wonogiri terdapat 17 daerah
majegan yang meliputi Bulukerto, Girimarto, Djatisrono, Purwantoro, Ngadirojo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Djatiroto, Baturetno, Slogolimo, Sidohardjo, Girirojo, Batuwarno, Tirtomoyo,
Giritontro, Selogiri , Giritirto , Wonoboyo, dan Giripurwa. Dari 17 kelurahan tersebut
jumlah wajib pajak terbanyak yaitu di kelurahan Baturetno dengan 255 wajib pajak
dengan Jumlah uang pajak sebesar f. 675.68. Kelurahan yang membayar pajak paling
banyak yaitu Purwantoro sebesar f.198.90. Sedangkan tunggakan uang terbanyak
yaitu kelurahan Baturetno sebesar f. 500.64. Jumlah uang pajak penghasilan terkecil
dari kelurahan Wonoboyo yaitu sebesar f. 44 yang diperoleh dari 18 wajib pajak.
Pajak tersebut baru masuk sebesar f.19,70 dan tunggakan pajaknya sebesar f.24,30.
Total uang pajak penghasilan yang seharusnya diterima Praja Mangkunegaran dari
Wonogiri pada tahun 1934 yaitu sebesar 3.440,60 yang diperoleh dari 1342 wajib
pajak. Akan tetapi pajak penghasilan dari Wonogiri tersebut baru masuk f.1.799,66
dan tunggakan pajaknya sebesar f.1.584,54.
Tabel 8
Rekapitulasi Pajak Penghasilan di Karanganyar Tahun 1934
No. Kelurahan Jumlah
Wajib
Pajak(f)
Jumlah Uang
Pajak(f)
Sudah
Bayar(f)
Menunggak
(f)
1. Colomadu 554 2006.17 1458.83 547.34
2. Gondangrejo 271 652.90 53.71 599.19
3. Karanganyar 418 1172.93 611.53 561.40
4. Jaten 111 193.65 46.40 147.45
Jumlah 1354 4025.65 2170.47 1855.38
Sumber : diolah dari Daftar Tunggakan Pajak Penghasilan tahun 1934, koleksi Arsip Mangkunegaran No.1536.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karanganyar terdapat
4 daerah majegan yang meliputi Colomadu, Gondangrejo, Karanganyar dan Jaten .
Dari 4 kelurahan tersebut jumlah wajib pajak terbanyak yaitu di kelurahan Colomadu
dengan 554 wajib pajak. Hal tersebut menjadikan kelurahan Colomadu sebagai
penyetor uang terbanyak dengan f.2006.17, tetapi yang baru masuk sebesar f. 1458,83
dan menunggak sebesar f. 547.34. Sedangkan kelurahan yang paling sedikit pajak
penghasilannya adalah kelurahan Jaten yaitu sebesar f.193,65 yang diperoleh dari
111 wajib pajak, pajak yang baru masuk sebesar f.46,40 sedangkan tunggakan
pajaknya sebesar f.147,45. Total pajak penghasilan yang seharusnya diterima Praja
Mangkunegaran dari Karanganyar pada tahun 1934 sebesar f.4025,65 yang diperoleh
dari 1354 wajib pajak, uang pajak tersebut baru masuk sebesar f.2.170,47 dan
tunggakan pajak penghasilannya sebesar f.1855,38.
Jumlah uang pajak yang diterima setiap kabupaten berbeda-beda. Pemasukan
uang pajak di kabupaten Kota Mangkunegaran pada tahun 1934 sebesar f 16523.04,
tetapi yang sudah masuk sebesar f 7186.62 dan tunggakan pajaknya sebesar f
9339,84. Uang pajak tersebut didapat dari 1897 wajib pajak. Sedangkan di kabupaten
Wonogiri, jumlah wajib pajaknya sebanyak 1342 orang. Uang pajak yang seharusnya
diterima sebesar f 3440,60, tetapi pajak yang sudah masuk sebesar f 1779,66 dan
tunggakan pajaknya sebesar f 1584,54. Di kabupaten Karanganyar, wajib pajaknya
berjumlah 1354 orang uang pajak yang seharusnya diterima sebesar f 4025,65, tetapi
pajak yang sudah masuk sebesar f 2170,47dan tunggakan pajaknya sebesar f 1855,3.
Banyaknya jumlah tunggakan pajak dikarenakan pada saat itu Praja Mangkunegaran
sedang mengalami krisis ekonomi yang juga melanda seluruh belahan dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Sementara itu di dalem kota Mangkunegaran dapat diketahui pajak
penghasilan antara tahun 1917-1942. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 9
Pajak Penghasilan (Inkomstenbelasting) dalem Mangkunegaran
Tahun 1917-1942
Sumber: diolah dari Daftar Penerimaan Pajak Penghasilan, koleksi Arsip Mangkunegaran No.1427.
Untuk mengetahui lebih jelas perbandingan pajak penghasilan di dalem
Kota Mangkunegaran antara kurun waktu tahun 1924 sampai 1934 dapat dilihat pada
diagram dibawah ini:
Tahun Pajak Penghasilan
(f)
Sudah Masuk
(f)
Tunggakan (f)
Tahun Pajak Penghasila
n (f)
Sudah Masuk
(f)
Tunggakan (f)
1917 1918 1919 1920 1921 1922 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929
- - - - - - -
16.489,17 16.360,08 17.013,85 16.263,21 16.883,92 18.052,17
- - - - - - -
15.356,89 15.218,99 15.217,93 14.881,67 14.436,54 13.004,14
- - - - - - -
1.132,28 1.141,09 1.795,92 1.381,53 2.447,03 5.048,06
1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 1938 1939 1940 1941 1942
18.506,52 19.679,06
- -
16.523,04 - - - - - - - -
6.283,46 9.573,83
- -
7.186,62 - - - - - - - -
12.229,06 10.105,23
- -
9.339,84 - - - - - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sumber: diolah dari Daftar Penerimaan Pajak Penghasilan, koleksi Arsip Mangkunegaran No.1427.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penetapan pajak penghasilan di dalem
kota Mangkunegaran pada tahun 1924 sampai tahun 1930 mengalami peningkatan.
Sementara pada tahun 1934, penetapan pajak penghasilan mengalami penurunan yang
cukup drastis. Sedangkan untuk tunggakan pajak mengalami peningkatan mulai tahun
1928 sampai tahun 1934. Penetapan pajak penghasilan terbanyak pada tahun 1931
yaitu sebesar f.19.679,06. Sedangkan penetapan pajak penghasilan paling sedikit
terjadi pada tahun 1927 yaitu sebesar f.16.263,21.Sedangkan pajak penghasilan yang
masuk terbanyak terjadi pada tahun 1924 yaitu sebesar f.15.356,89 sedangkan yang
terkecil pada tahun 1930 yaitu sebesar f.6.283,46. Tunggakan pajak penghasilan
Tunggakan Pajak
Penetapan Pajak
Pajak sudah Masuk
Tunggakan Pajak
Penetapan Pajak
Pajak sudah Masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
terbanyak pada tahun 1931 yaitu sebesar f.9.573,83 dan terkecil pada tahun 1924
yaitu sebesar f.1.132,28. Jumlah keseluruhan pajak penghasilan dalem kota
Mangkunegaran tersebut adalah f. 155.771,02 sedangkan yang sudah masuk sebesar
f. 111.160,07 dan tunggakan pajaknya sebesar f. 44.610,95.
Sementara itu, di seluruh wilayah Praja Mangkunegaran pada tahun 1931
diketahui mendapatkan pemasukan dari pajak penghasilan sebesar f.39.640,48 dan di
rencanakan mendapatkan pemasukan pajak penghasilan pada tahun 1932 sebesar
f.42.400 dan pada tahun 1933 sebesar f.40.000. Sedangkan pada tahun 1939
direncanakan mendapatkan pemasukan dari pajak penghasilan sebesar f.29.000 dan
mendapatkan pajak penghasilan sebesar f.30.571,48. Sedangkan pada tahun 1940
direncanakan sebesar f.48.000 dan mendapatkan pajak penghasilan sebesar
f.50.096,78. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 10
Perbandingan Pemasukan Pajak Penghasilan
ke kas Praja Mangkunegaran
Tahun 1939 dan 1940
Pajak Penghasilan
(Inkomstenbelasting)
Bulan 1939
(f)
1940
(f)
Januari 836,85 1.289,37
Februari 1.156,58 1.106,17
Maret 1.907,75 3.210,62
April 2.651,34 4.121,41
Mei 2.720,58 4.312,95
Juni 3.438,09 5.231,25
Juli 3.356,84 4.299,76
Agustus 2.458,79 4.911,42
September 2.607,47 4.307,75
Oktober 2.875,95 4.460,40
November 3.337,93 4.267
Desember 3.223,31 8.578,68
TOTAL 30.571,48 50.096,78
Sumber: Vergelijkingstaats Betalingen Inkomstenbelasting
1939 en 1940, koleksi Arsip Mangkunegaran P.1489.
Untuk mengetahui lebih jelas perbandingan pemasukan pajak penghasilan
ke kas Praja Mangkunegaran tahun 1939 dan 1940 dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sumber: Vergelijkingstaats Betalingen Inkomstenbelasting 1939 en 1940, koleksi Arsip Mangkunegaran P.1489.
Sedangkan pada tahun 1941 diketahui pajak penghasilan yang seharusnya
masuk ke kas Praja Mangkunegaran dari seluruh wilayah Praja Mangkunegaran
adalah sebesar f.25.441,57. Akan tetapi, dari jumlah pajak tersebut baru masuk ke kas
Praja Mangkunegaran sebesar f.1.972,85 dan tunggakan pajaknya sebesar f.23.468,72.
Tahun 1939
Tahun 1940
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pajak penghasilan yang diterapkan di Praja Mangkunegaran mampu
memberikan kontribusi besar bagi pemasukan kas Praja Mangkunegaran. Hal ini
terlihat dari besarnya pemasukan pajak penghasilan ke kas Praja Mangkunegaran
setiap tahunnya. Untuk mengetahui pemasukan kas Praja Mangkunegaran dari sektor
pajak penghasilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11
Pajak Penghasilan (Inkomstenbelasting) Praja Mangkunegaran
Tahun 1917-1942
Tahun Besarnya Pajak
(f)
Tahun Besarnya Pajak
(f)
1917
1918
1919
1920
1921
1922
1923
1924
1925
1926
1927
1928
1929
-
-
-
5.000
11.478
20.000
43.625
39.601
38.595
39.945
40.000
40.000
40.000
1930
1931
1932
1933
1934
1935
1936
1937
1938
1939
1940
1941
1942
42.700
42.400
42.400
40.000
30.000
46.000
20.000
-
25.000
30.571,48
50.096,78
-
-
Sumber: Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917-1942.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Untuk mengetahui pemasukan pajak penghasilan Praja Mangkunegaran dari
pajak penghasilan setiap tahunnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
PAJAK PENGHASILAN PRAJA MANGKUNEGARAN TAHUN 1917 -1942
Sumber: Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917-1942.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pajak penghasilan
(Inkomstenbelasting) dapat memberikan pemasukan besar ke kas Praja
Mangkunegaran. Besarnya pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) tersebut
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pajak penghasilan yang masuk ke kas Praja
Mangkunegaran terbanyak terjadi pada tahun 1940 yaitu sebesar f. 50.096,78
sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 1920 yaitu sebesar f. 5.000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Sanksi Atas Pelanggaran
Pemungutan pajak merupakan sebuah kewajiban yang diatur dalam sistem
perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang tersebut mengatur mekanisme
pemungutan pajak yang benar. Dalam undang-undang tersebut juga diatur pula
sanksi-sanksi atas pelanggaran yang terjadi dalam pemungutan pajak. Pelanggaran-
pelanggaran tersebut dapat terjadi mulai dari pengisian aangifte bilyet sampai dengan
pembayaran pajak.
Dalam pengisian aangifte bilyet, kebenaran informasi dalam aangifte bilyet
sangat penting karena berdasarkan informasi tersebut besarnya pajak dari wajib pajak
yang bersangkutan dapat ditetapkan. Apabila terjadi kesalahan pengisian aangifte
bilyet yang menyebabkan kerugian Negara maka wajib pajak mendapat hukuman
kurungan paling lama 6 bulan serta dikenakan denda sebanyak f. 500,-. 43 Akan tetapi,
hukuman tersebut dapat dibatalkan jika wajib pajak segera menyadari kesalahannya
dan langsung memberikan pelaporan pajak yang benar. Dengan pelaporan wajib
pajak yang benar tersebut maka komisi dapat menentukan besarnya pajak dengan
benar pula.
Dalam pelaporan, wajib pajak diharuskan mengucapkan sumpah dihadapan
ketua komisi. Pengucapan sumpah tersebut sangat penting karena berkaitan dengan
benar apa tidaknya informasi dalam aangifte bilyet. Wajib pajak yang tidak bersedia
43 Rijksblad Mangkunegaran No.10 Tahun 1919, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengucapkan sumpah maka kepada wajib pajak tersebut akan dikenakan denda pajak
sebanyak f.500,-.44
Komisi mempunyai kewenangan untuk meminta pelaporan dari wajib pajak
untuk menentukan besarnya pajak karena laporan tersebut sangat penting sehingga
bagi wajib pajak yang tidak bersedia melakukan pelaporan akan dikenakan denda
sebesar f. 300, sedangkan bagi mereka yang menghalang-halangi wajib pajak untuk
melakukan pelaporan akan dikenakan denda sebesar f. 100.
Bagi wajib pajak yang tidak mau menunjukkan buku-buku kekayaan kepada
petugas pajak maka komisi akan menaikan pajak sebesar f. 25 setiap f. 100 nya.
Sedangkan bagi wajib pajak yang menyerahkan buku-buku kekayaan palsu kepada
komisi sehingga pajak yang dibebankan kepada wajib pajak terlalu sedikit sehingga
Negara mengalami kerugian maka menurut peraturan yang ada, pemalsuan buku-
buku kekayaan tersebut akan dikenakan hukuman penjara paling lama 2 tahun.45
Setelah pajak penghasilan ditetapkan, wajib pajak akan diberi aanslag bilyet
oleh komisi pajak. Aanslag bilyet tersebut harus disimpan baik-baik oleh wajib pajak.
Bagi wajib pajak yang menghilangkan aanslag bilyet, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja akan diberikan sanksi berupa denda sebesar f.10 sampai f.100.46
44 Ibid 45 Rijkblad Mangkunegaran No.1 Tahun 1922 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran. 46 Rijkblad Mangkunegaran No.3 Tahun 1935 , Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
KASUS-KASUS PENYIMPANGAN PAJAK PENGHASILAN
DI PRAJA MANGKUNEGARAN TAHUN 1917-1942
A. Kasus Tunggakan Pajak
Krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1930-an akhirnya menjalar
sampai ke Jawa khususnya praja Mangkunegaran. Krisis ekonomi tersebut
mengakibatkan menurunnya kesejahteraan rakyat di Praja Mangkunegaran. Hal ini
dapat terlihat dari merosotnya hasil pertanian dan upah buruh sehingga penghasilan
rakyat di wilayah Praja Mangkunegaran mengalami penurunan. Penurunan
penghasilan tersebut berdampak langsung pada pemasukan praja Mangkunegaran
khususnya dari sektor pajak dikarenakan banyak wajib pajak yang menunggak
pembayaran pajak.
Salah satu kasus tunggakan pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) di Praja
Mangkunegaran adalah kasus penunggakan pajak yang dilakukan oleh salah seorang
wajib pajak yang bernama Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo yang bertempat tinggal
di Keprabon, Kabupaten Kota Mangkunegaran. Kasus tunggakan pajak tersebut
terjadi pada tahun 1935. Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo mempunyai tunggakan
pajak sebesar f.18,44.1 Komisi pajak Keprabon telah berulang kali mengirim
1 “Perkara Tunggakan Pajak Penghasilan Raden Mas Ngabei Atmasoetardja”, Surakarta:
Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P.718.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dwangschrift kepada Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo. Akan tetapi, Raden Mas
Atmasoetardjo tidak bersedia membayar tunggakan pajaknya.
Sampai pada akhirnya Raden Mas Atmasoetardjo meninggal dunia pada
tanggal 21 Agustus 1938.2 Meskipun wajib pajak yang bersangkutan telah meninggal
dunia tetapi komisi memutuskan untuk tetap melakukan penagihan pajak kepada ahli
waris dari Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo. Komisi sudah mengirimkan surat
perintah kepada ahli waris Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo untuk segera membayar
tunggakan pajak Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo tetapi ahli waris tersebut tidak
bersedia membayarnya. Ahli waris Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo tersebut tidak
mempunyai itikad baik dengan tidak hadir setiap kali diundang komisi untuk
membahas masalah tersebut. Bahkan pada tanggal 27 Agustus 1938, ahli waris yang
bersangkutan pindah rumah dari desa Punggawan pindah ke desa Pasar Legi No.167
untuk menghindari pemanggilan.3
Akhirnya pihak komisi pajak Keprabon memutuskan untuk melimpahkan
kasus ini ke Pengadilan dalem pradata Mangkunegaran. Pengadilan ini ditugaskan
untuk memutuskan perkara-perkara yang meliputi perkara pidana, perkara
pelanggaran, dan perkara perdata. 4
Melalui proses persidangan, Pengadilan dalem pradata memutuskan bahwa
barang-barang peninggalan Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo harus dilelang untuk
2 “Surat keterangan meninggalnya Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo tertanggal 26 agustus 1938” Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P.718.
3 “Surat Keterangan Pindah Rumah Ahli Waris Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo” ,
Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P.718.
4 Mohammad Dalyono, op.cit, hlm.59.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
membayar tunggakan pajaknya.5 Pengadilan dalem pradata memerintahkan
verbalisant untuk melelang barang-barang peninggalan Raden Mas Ngabei
Atmasoetardjo. 6
Pada hari Kamis tanggal 29 September 1938 jam 10.00 bertempat di
kelurahan Setabelan, Verbalisant Wadana pangreh praja melelang barang-barang
peninggalan Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo. Barang-barang yang dilelang
meliputi:
1. Satu buah lemari ditafsir laku f. 5,- hanya laku f. 4.75,-
2. Satu buah lonceng tembok ditafsir laku f.3,- hanya laku f. 2,-
3. Kenap kayu ditafsir laku f. 0,50 laku f. 0.50,-
4. Satu buah kursi duduk ditafsir laku f.0,50 hanya laku f. 0.10,-
5. Satu buah kursi males ditafsir laku f.0,50 hanya laku f. 0.15,-
Jumlah f. 7.50,-
dipotong untuk membayar ongkos kuli yang mengangkat barang peninggalan Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo ke kelurahan Setabelan karena jika dilelang di rumah Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo lokasinya kurang strategis
f. 0.40,-
Pendapatan bersih f. 7.10,-7
5 “Dasar hukum pelelangan barang-barang untuk membayar pajak penghasilan adalah
Rijksblad Mangkoenegaran No.10 Tahun 1919 bab 21/Q”. 6 “Surat dari Panewu Jaksa No. 352/24 tentang pelelangan barang-barang peninggalan
R.M.Ng. Atmasoetardja tertanggal 20 September 1938”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No. P 718.
7 “Surat Keputusan Pengadilan dalem Pradoto Mangkunegaran tertanggal 29 September
1938, dalam “process-Verbaal Pengadilan dalem Pradoto Raden Mas Ngabei Atmasoetardja”,
Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No. P 718.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil barang yang dilelang tidak
sesuai dengan tafsiran verbalisant misalnya harga satu buah lemari yang semula
ditafsir laku f. 5,- hanya laku f. 4.75,-, satu buah lonceng tembok ditafsir laku f.3,-
hanya laku f. 2,-, satu buah kursi duduk ditafsir laku f.0,50 hanya laku f. 0.10,-,
satu buah kursi males ditafsir laku f.0,50 hanya laku f. 0.15. Sedangkan tafsiran
harga kenap kayu sudah tepat yaitu laku f. 0,50. Hasil yang didapatkan dari lelang
tersebut yaitu f.7,50 kemudian uang tersebut dipotong ongkos untuk membayar kuli
sebesar f. 0.40 sehingga penghasilan bersih yang diperoleh dari lelang barang-barang
Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo sebesar f. 7,10.
Setelah proses lelang tersebut dilakukan, ternyata diketahui bahwa Raden Mas
Ngabei Atmasoetardjo juga mempunyai hutang kepada Liki Yu Pung yang bertempat
tinggal di kampung Tambak Segaran Surakarta sebesar f.1566,65 tetapi sudah dibayar
sebanyak f.1544,97 sehingga hutangnya tinggal f. 21,68. 8
Liki Yu Pung merasa mempunyai hak atas hasil dari lelang barang-barang
peninggalan Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo sehingga mengajukan surat
permohonan kepada Pengadilan dalem pradata agar mendapat bagian atas hasil
lelang yang telah dilakukan.
Dalam memutuskan suatu perkara, Pengadilan dalem pradata harus
berpedoman pada peraturan-peraturan yang ada di Praja Mangkunegaran. Dalam
penyelesaian kasus Raden Mas Ngabei Atmasoetardjo tersebut, Pengadilan dalem
8 Perkara Tunggakan Pajak Penghasilan Raden Mas Ngabei Atmasoetardja”, Surakarta:
Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No. P718
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pradata berpedoman pada peraturan yang telah dibuat untuk menyelesaikan kasus-
kasus serupa. Peraturan yang digunakan tersebut meliputi:
1. Peraturan Mangkunegaran tertanggal 18 Rejeb Dal 1807 atau 18 Juli 1878.
2. Peraturan Mangkunegaran tertanggal 14 Sura Jumadil akhir 1818 atau 20
September 1888.
3. Peraturan Mangkunegaran tertanggal 18 Jumadil Akhir Ehe 1820 atau 29
Januari 1891 angka 2.
4. Peraturan Mangkunegaran tertanggal 4 Sapar, Alip 1842 atau 13 Januari 1913
angka 1 dan 2.
5. Peraturan Pengadilan dalem pradata bab I yang memuat keterangan dari
Wedana Satria I, II Mangkunegaran tertanggal 16 Januari 1939 yang
menjelaskan bahwa Raden Mas Ngabei Atmasoetardja merupakan Santana
buyut (grand III) dari almarhum Kangjeng Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara II.9
Berdasarkan peraturan di atas, Pengadilan dalem pradata memutuskan
tunggakan pajak penghasilan Raden Mas Ngabei Atmasoetardja sebesar f.18,44 dan
hutang Raden Mas Ngabei Atmasoetardja kepada Liki Yu Pung sebesar f.21,68 harus
dibayar dari uang hasil lelang barang-barang peninggalan Raden Mas Ngabei
Atmasoetardja sebesar f.7,10. Uang sebesar f.7,10 tersebut kemudian dipotong 5 %
atau sebesar f.0,35 untuk biaya administrasi sehingga uang tersebut tersisa f.6,75.
Meskipun uang tersebut tidak mencukupi tetapi Pengadilan dalem pradata
9 “Verklaring Wedana Satria III, IV Mangkunegaran tanggal 16 Januari 1939, Surakarta:
Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No. 718.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
memutuskan uang tersebut harus dibagi antara pihak praja Mangkunegaran dengan
Liki Yu Pung dengan rincian sebagai berikut:
1. Untuk membayar tunggakan pajak penghasilan yang seharusnya f.18,44 tetapi
dapat dibayar sebesar f.3,09
2. Untuk membayar hutang kepada Liki Yu Pung yang seharusnya f.21,68 tetapi
dapat dibayar sebesar f.3,66
Dengan keputusan tersebut maka kasus tunggakan pajak penghasilan dan
hutang kepada Liki Yu pung oleh Raden Ngabei Atmasoetardja dinyatakan selesai.
Hal tersebut tercantum dalam surat keputusan Pengadilan dalem pradata
Mangkunegaran tertanggal 16 Besar Jimmawal 1869 atau 6 Februari 1939.10
Selain kasus tunggakan pajak penghasilan yang dilakukan Raden Mas Ngabei
Atmasoetardja tersebut, masih terdapat juga kasus penunggakan pajak penghasilan
lainnya. Kasus pajak tersebut dilakukan oleh sentana dalem Mangkunegaran yang
bernama Raden Mas Ngabei Prawirasewaja. Wajib pajak tersebut melakukan
penunggakan pajak pada tahun 1933 dan 1934.11 Pada tahun 1933, Raden Mas
Ngabei Prawirasewaja menunggak pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) sebesar
f.17,44. Dengan rincian pajak penghasilan sebagai berikut:
10 Perkara Tunggakan Pajak Penghasilan Raden Mas Ngabei Atmasoetardja”, Surakarta:
Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P 718. 11 “ Staats Tunggakan pajak Inkomstenbelasting Raden Mas Ngabei Prawirasewaja”dalam
arsip Masalah pajak tahun 1940-1941, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P 1605.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 12
Rincian Tunggakan Pajak Penghasilan
Raden Mas Ngabei Prawirasewaja
tahun 1933
Bulan Besarnya Pajak
(f)
Denda
(f)
Januari 2,44 -
Februari 2,38 -
Maret 2,38 -
April 2,38 4 X 0,12
= 0,48
Mei 2,38 0,12
Juni 2,38 0,12
Juli 2,38 -
Jumlah 16,72 0,72
Sumber: “ Staats Tunggakan pajak Inkomstenbelasting Raden Mas Ngabei Prawirasewaja”, Koleksi Arsip Mangkunegaran No.P 1605.
Dari tabel diatas dapat diketahui total tunggakan pajak penghasilan Raden
Mas Ngabei Prawirasewaja pada tahun sebesar f.17,44. Tunggakan pajak tersebut
oleh Komisi pajak dipotongkan belanja bulanan Raden Mas Ngabei Prawirasewaja
sampai lunas.
Raden Mas Ngabei Prawirasewaja juga menunggak pajak penghasilan pada
tahun 1934 sebesar f.13,75. Tunggakan pajak tersebut dipotongkan gaji Raden Mas
Ngabei Prawirasewaja sebagai sentana dalem Mangkunegaran pada tahun 1941
sebesar f.7,14 sehingga tunggakan pajak penghasilan Raden Mas Ngabei
Prawirasewaja tinggal f.6,61. Akan tetapi, tunggakan pajak tersebut bertambah f.7,53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
sehingga total tunggakan pajak penghasilan Raden Mas Ngabei Prawirasewaja
sebesar f.14,04. Hal tersebut dikarenakan wajib pajak yang bersangkutan tidak
bersedia membayar pajak penghasilannya. Komisi pajak akhirnya memutuskan
melunasi tunggakan pajak penghasilan Raden Mas Ngabei Prawirasewaja dengan
memotong gaji Raden Mas Ngabei Prawirasewaja perbulan sehingga tunggakan pajak
penghasilan Raden Mas Ngabei Prawirasewaja tersebut dinyatakan lunas.
Dalam penyelesaian kasus tunggakan pajak penghasilan antara Raden Mas
Ngabei Atmasoetardja dan Raden Mas Ngabei Prawirasewaja mengalami perbedaan,
jika penyelesaian kasus Raden Mas Ngabei Atmasoetardja dilakukan dengan
melelang barang-barang peninggalannya, maka kasus pajak Raden Mas Ngabei
Prawirasewaja diselesaikan dengan memotong gajinya sebagai sentana dalem
Mangkunegaran.12
B. Kasus Penggelapan Pajak oleh Pejabat Desa
Mantri Martanimpuna dalam pemungutan pajak dibantu pejabat desa seperti
lurah dan carik. Pejabat desa tersebut membantu dalam hal memobilisasi penduduk
untuk membayar pajak. Akan tetapi, tidak jarang pula Mantri Martanimpuna
mempercayakan pemungutan pajak kepada lurah. Selanjutnya pada waktu yang telah
ditentukan, lurah tersebut menyetorkan uang pajak kepada Mantri Martanimpuna.
Setiap lurah yang diberi kepercayaan oleh Mantri Martanimpuna ingin
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, niat tersebut terkadang
terkendala kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Hal tersebut menyebabkan
12 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
lurah yang bersangkutan menggelapkan uang pajak demi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Salah satu kasus penggelapan pajak oleh lurah desa ditemukan di Wonogiri
pada tahun 1940.
Skandal penggelapan uang pajak yang dilakukan oleh seorang lurah desa
terjadi di desa Wonokerto, Wonogiri pada tahun 1940. Lurah tersebut bernama Raden
Mas Parmakoesoema. Sebelum bekerja sebagai lurah Wonokerto, Raden Mas
Parmokoesoemo diketahui bekerja sebagai carik desa Wanabaya, Wonogiri. 13
Penggelapan uang pajak yang dilakukan Raden Mas Parmakoesoema terjadi selama
18 bulan, periode waktu antara 16 Februari 1939 sampai 2 Mei 1940 di desa
Wonokerto, Wonogiri.14
Raden Mas Parmakoesoema bernama kecil Raden Mas Soeparma. Ia lahir di
Jatipuro. Ia juga diketahui sebagai graad III almarhum Paduka Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Aria Mangkunegara III.15 Pada saat menjabat lurah desa Raden Mas
Parmakoesoema berumur 40 tahun. Berdasarkan Surat Paduka Tuan Bupati Pangreh
Praja Wonogiri tertanggal 16 Februari 1939 No : 1050/48, Raden Mas
Parmakoesoema diangkat sebagai pegawai negeri (ambtenar) yang ditugaskan untuk
menerima segala jenis uang pajak dari rakyat yang tinggal di desa Wonokerto untuk
kemudian diserahkan kepada Mantri Martanimpuna Wonogiri. Akan tetapi, setelah
13 “Surat pengangkatan Raden Mas Parmokoesoemo sebagai carik desa Wanabaya
tertanggal 1 Mei 1934”, “, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
14 “Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M. Parmakoesoema tertanggal 15 Oktober 1940“, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
15 “Verklaring Wedana satrio Mangkungaran tertanggal 12 juni 1940”, Surakarta:
Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
diketahui telah mengelapkan uang pajak maka ia diberhentikan dari jabatannya
sebagai lurah Wonokerto.16
Skandal penggelapan uang pajak oleh Raden Mas Parmakoesoema diketahui
oleh salah seorang carik desa Wonokerto yang bernama Hatmasuroto pada tanggal 22
Mei 1940. Hatmasuroto menemukan ketidakcocokan antara buku register dengan
pengakuan wajib pajak yang menyatakan telah membayar kewajiban pajaknya hampir
lunas. Akan tetapi, dalam buku register menerangkan bahwa para wajib pajak masih
mempunyai tunggakan pajak dalam jumlah yang banyak. Setelah diselidiki lebih
lanjut ternyata diketahui bahwa uang pajak tersebut dibayarkan kepada Raden Mas
Parmakoesoema. Selanjutnya, oleh yang bersangkutan uang tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi. Kasus penggelapan uang pajak tersebut kemudian ditangani
Mantri pangrehprojo Wonogiri untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Proses penyelidikan Mantri pangrehprojo Wonogiri dengan tersangka Raden
Mas Parmakoesoema dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi
yang dianggap mempunyai informasi penting berkaitan dengan kasus penggelapan
uang pajak tersebut. Proses penyelidikan tersebut diketuai oleh Raden Ngabei
Soeparno Darmosarkoro.
Pada tanggal 31 Mei 1940, Mantri Pangrehprojo Wonogiri mengadakan
sidang kasus penggelapan uang pajak atas nama Raden Mas Parmakoesoema dengan
menghadirkan saksi I yang bernama Hatmasoeroto. Ia berumur 38 tahun dan bekerja
sebagai carik desa Wonokerto, Wonogiri. Hatmasoeroto mulai bekerja sebagai carik
16 “Turunan surat schors Raden Mas Parmokoesoemo tertanggal 2 Mei 1940”, Surakarta:
Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Wonokerto pada Januari 1940. Sebelumnya, Ia bekerja sebagai carik di desa
Purwosari Kidul kemudian pada Januari 1940 pindah ke Wonokerto.17
Hatmasoeroto yang sebelumnya telah melakukan penyelidikan sendiri
menjelaskan bahwa menurut keterangan yang didapatkannya dari para wajib pajak
bahwa telah membayar kewajiban pajaknya kepada Raden Mas Parmakoesoema.
Pembayaran pajak dilakukan wajib pajak setiap minggunya di rumah Raden Mas
Parmakoesoema.
Saksi I selanjutnya menjelaskan bahwa wajib pajak tersebut membayar pajak
membawa aanslag bilyet. Akan tetapi, aanslag bilyet tersebut tidak dikembalikan
oleh terdakwa. Aanslag bilyet tersebut tidak ditandatangani Raden Mas
Parmakoesoema karena yang bersangkutan memang tidak berhak untuk
menandatangani aanslag bilyet. Aanslag bilyet seharusnya ditandatangani Mantri
Martanimpuna setelah pejabat desa menyetorkan uang pajak dari wajib pajak.18
Pada tanggal 19 Juni 1940, sidang kembali mendengarkan kesaksian dari
Hatmasoeroto. Pada sidang tersebut Hatmasoeroto menjelaskan bahwa Raden Mas
Parmakoesoema telah menggelapkan uang pajak sebanyak f.450,20 dan uang kas desa
pada tahun 1940 dan 1941 sebanyak f.89,90 sehingga total uang yang digelapkan
Raden Mas Parmakoesoema sebanyak f.539,29. Atas kesaksian tersebut,
17 “ Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran kesaksian Hatmosoeroto
tertanggal 12 Juni 1940”, Surakarta: Reksopustaka , Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435. 18 Rijksblad Mangkonegaran No.5 Tahun 1917, Surakarta: Reksopustaka, Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Hatmasoeroto bersumpah di hadapan president bahwa yang ia ucapkan adalah
benar.19
Pada tanggal 1 Juni 1940, Mantri pangrehprojo Wonogiri menghadirkan saksi
ke II yang bernama Trunakarya. Ia berumur 45 dan sebelumnya bekerja sebagai
kamituwa di dukuh Kalimati, Wonokerto, Wonogiri. Trunakarya sementara
menggantikan posisi Raden Mas Parmakoesoema sebagai lurah Wonokerto.
Dalam persidangan Trunakarya menjelaskan bahwa Raden Mas
Parmakoesoema membuat peraturan baru dengan memerintahan wajib pajak
membayar kewajiban pajaknya setiap hari minggu dirumah Raden Mas
Parmakoesoema. Hal tersebut berarti memajukan jadwal penarikan pajak yang sudah
disepakati dengan Mantri Martanimpuna sebelumnya. Trunakarya menjelaskan
bahwa kelurahan Wonokerto mendapat teguran dari conferentie karena mempunyai
tunggakan pajak dalam jumlah yang banyak sehingga para punggawa desa
Wonokerto langsung membicarakan hal tersebut kepada kepala desa dan barulah hal
penggelapan pajak tersebut diketahui. Selanjutnya, saksi II dan para punggawa desa
lainnya mencocokan buku register pajak dengan keterangan wajib pajak ternyata
tidak cocok. Wajib pajak menyatakan bahwa kewajiban pajaknya sudah dibayar dan
hampir lunas sedangkan dalam register menerangkan bahwa wajib pajak tersebut
mempunyai tunggakan pajak yang banyak dengan jumlah yang berbeda-beda setiap
19 “Proces verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran kesaksian Hatmosoeroto
tertanggal 21 Juni 1940”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P 1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
wajib pajak.20 Saksi juga menjelaskan bahwa aanslag bilyet wajib pajak yang
diserahkan kepada terdakwa tidak dikembalikan.
Mantri pangrehprojo selanjutnya mendengarkan kesaksian III pada tanggal 21
Juni 1940. Saksi bernama Tokarjo. Ia berumur 60 tahun dan bekerja sebagai petani.
Tokarjo bertempat tinggal di Kalibang, Wonokerto, Wonogiri.
Tokarjo memberikan keterangan perihal pajak penghasilan
(inkomstenbelasting) Karjokromo. Lebih jauh Tokarjo menjelaskan bahwa pada bulan
Maret 1940 ia dipanggil ke Kelurahan untuk menghadap Raden Mas Parmakoesoema,
kemudian diperintahkan untuk menarik pajak penghasilan atas nama Karjokromo
sebanyak f.1,00 di Kalibang. Setelah Karjokromo menyerahkan uang kepada Tokarjo
kemudian Tokarjo langsung menyerahkannya kepada Raden Mas Parmakoesoema.
Aanslag bilyet yang diserahkan lama tidak dikembalikan sehingga Tokarjo meminta
kembali aanslag bilyet tersebut. Akan tetapi, aanslag bilyet Karjokromo tidak
dikembalikan dan hanya diberi karcis izin perusahaan.21
Setelah medengarkan kesaksian Tokarjo, Mantri pangrehprojo kemudian
menghadirkan saksi yang ke-IV yang bernama Pokarno. Ia berumur 25 dan bekerja
sebagai petani dan kuli. Pokarno bertempat tinggal di Ketimang, Wonokerto,
Wonogiri.
Sama seperti Tokarjo tadi, Pokarno juga ditugaskan untuk menarik pajak
penghasilan atas nama Sutodikromo yang bertempat tinggal di desa Ketimang.
20 “ Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran kesaksian Trunakarya tertanggal 10 Juni 1940”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435
21 “ Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran kesaksian Tokarjo tertanggal
21 Juni 1940”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Sutodikromo membayar kewajiban pajaknya lewat Pokarno sebanyak 4 kali. Masing-
masing cicilan sebanyak f. 0,25 sehingga total menjadi f.1,00. Aanslag bilyetnya pun
ditahan Raden Mas Parmakoesoema tetapi Sutodikromo tidak memintanya karena
tidak mengerti mengenai hal aanslag bilyet tersebut. Pokarno juga menjelaskan
bahwa Sutodikromo merasa sudah membayar pajaknya dengan lunas sehingga tidak
mempunyai tunggakan pajak. Akan tetapi, dalam buku register pajak menerangkan
bahwa Sutidikromo masih mempunyai tunggakan pajak.22 Sutidikromo baru
mengetahui hal tersebut setelah petugas menagih pembayaran pajak kembali. Untuk
lebih jelasnya rincian pajak penghasilan yang digelapkan terdakwa dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 13
Pajak Penghasilan (Inkomstenbelasting) yang digelapkan
Raden Mas Parmakoesoema
No. Nama Wajib Pajak Alamat Banyaknya pajak
(f)
1. Karjokromo Kalibang 1.00
2. Soetodikromo Ketimang 1.00
Jumlah 2.00
Sumber: “Staat pajak penghasilan tahun 1940 yang digelapkan Raden Mas Parmakoesoema”, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435.
Pajak penghasilan yang digelapkan oleh Raden Mas Parmakoesoema sebesar
f.2.00. Penggelapan uang pajak penghasilan tersebut terjadi pada tahun 1940. Dengan
22 “ Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran kesaksian Pokarno
tertanggal 21 Juni 1940”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
rincian uang pajak penghasilan Karjokromo yang bertempat tinggal di Kalibang
sebesar f.1,00, kemudian uang pajak penghasilan Soetodikromo yang bertempat
tinggal di Ketimang sebesar f.1,00 sehingga total pajak penghasilan
(Inkomstenbelasting) yang digelapkan Raden Mas Parmakoesoema adalah sebesar
f.2,00.
Pada tanggal 25 Juni 1940, Mantri pangrehprojo Wonogiri menghadirkan
saksi ke-V sekaligus saksi terakhir. Saksi ini dihadirkan atas keterangan saksi
pertama yang menyatakan bahwa Raden Mas Parmokoesoemo juga telah
menggelapkan uang kas desa yang berasal dari penjualan tanah desa. Hal tersebut
diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan buku ”Bondo” yang ada di kelurahan
Wonokerto. Saksi terakhir ini bernama Raden Slamet Darmosuwito. Ia berumur 40
tahun dan bekerja sebagai pedagang. Raden Slamet Darmosuwito bertempat tinggal
di Kaliurang, kelurahan Kaliurang, onderdistrik Pakem, District Sleman,
Regentschap kota Jogyakarta, Gouvernement Jogyakarta.
Saksi menjelaskan bahwa pada tanggal 29 November 1939, terdakwa
mengirimkan surat kepada saksi dengan maksud menawarkan akan menyewakan
tanah-tanah kas desa di Kelurahan Wonokerto untuk tahun 1940. Saksi kemudian
memilih tanah-tanah mana yang dianggap cocok. Tanah yang disewa rencananya
akan ditanami bunga gambir dan bunga sari atas permintaan pabrik teh “ Kwik Hoo
Ton” di Solo. Setelah memilih tanah yang dianggap cocok kemudian saksi meminta
keterangan di Kawadanan Pangrehpraja Wonogiri tentang hal sewa-menyewa tanah
di daerah tersebut. Setelah mendapat keterangan yang diperlukan kemudian saksi dan
terdakwa kemudian bertemu untuk menentukan harga sewanya. Setelah sama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
setuju kemudian disepakati harga sewa tanah kas desa untuk tanah seluas 126.243 HA
harga sewanya sebesar f.43,09. Sewa tanah tersebut berlaku untuk tahun 1940.23
Setelah kesepakatan tersebut, tidak begitu lama terdakwa mengirimkan surat
kembali kepada saksi yang isinya menjelaskan tentang perpanjangan sewa tanah kas
desa Wonokerto untuk tahun 1941. Dalam surat itu terdakwa juga menjelaskan bahwa
alasan untuk melakukan perpanjangan tersebut dikarenakan terdakwa sangat
membutuhkan uang.
Terdakwa menawarkan harga yang sama untuk perpanjangan tahun 1941
yakni sebesar f.43,09. Akan tetapi, saksi menawar harga sewa tanah tersebut menjadi
f.40,00. Terdakwa kemudian menyetujui penawaran harga tersebut. Pada tanggal 30
Maret 1940, saksi membayar sewa tanah kas tersebut sekaligus yang jumlahnya
sebesar f.83,09.24 Uang tersebut ditambah uang yang didapatkan terdakwa dari
menjual tanah lungguh punggawa desa sebesar f.1,00 dan uang hasil menjual padi
sebesar f.5,00. Berikut ini rincian uang yang digelapkan terdakwa:
23 “ Perjanjian dalam surat turunan dari kertas zegel f 1,50 tertanggal 30 maret 1940”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435
24 “ Proces-Verbaal pengadilan pradoto Mangkunegaran kesaksian Raden Darmosuwito
tertanggal 25 Juni 1940”, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 14
Hasil penjualan tanah kas desa yang hasilnya digelapkan
Raden Mas Parmakoesoema
No. Macam-macam tanah kas desa Lebar Tanah (M2) Harga Sewa (f)
1. Tanah-tanah kas A tahun 1940 54.935 16,06
2. Tanah-tanah kas B tahun 1940 71.310 27,03
3. Tanah-tanah kas 0.0 tahun 1940 15.000 1,00
4. Tanah-tanah kas lungguh
punggawa tahun 1940
7100 5,00
5. Tanah-tanah kas A+B tahun 1941 126.245 40,00
Jumlah 252.490 89,09
Sumber:” Staat hasil penjualan tanah desa di kelurahan Wonokerto yang
digelapkan Raden Mas Parmokoesoemo”, Koleksi arsip Mangkunegaran,
No.P.1435.
Tanah-tanah kas desa Wonokerto, Wonogiri yang digelapkan Raden Mas
Parmakoesoema pada tahun 1940 dan 1941 adalah seluas 504.980 m2. Dari total luas
tersebut uang sewa yang didapatkan Raden Mas Parmakoesoema sebesar f. 89,09.
Uang hasil lelang tersebut digunakan Raden Mas Parmakoesoema untuk
kepentingannya sendiri.
Pada kesempatan terakhir, saksi mengajukan permohonan kepada ketua
Mantri Pangrehprojo agar mengambil keputusan yang tidak merugikannya. Saksi
merasa dalam proses menyewa tanah kepada terdakwa sudah sesuai dengan prosedur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang ada sehingga pengadilan tidak mempunyai dasar untuk menarik kembali tanah
kas desa yang telah disewanya apalagi menjatuhkan hukuman kurungan kepadanya.25
Seluruh keterangan saksi-saksi termuat dalam voorloopig onderzoek yang
dibuat oleh Raden Ngabei Soeparno Darmosarkoro selaku Mantri Pangrehprojo di
Wonogiri yang melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Berdasarkan keterangan
kelima saksi diatas, Mantri Pangrehprojo Wonogiri menyimpulkan bahwa Raden
Mas Parmokusumo telah melakukan tindak kejahatan dengan menggelapkan uang
pajak. Berikutnya Mantri Pangrehprojo melimpahkan kasus Raden Mas
Parmokusumo ke Pengadilan dalem pradata.26 Dalam voorloopig onderzoek yang
diserahkan ke pengadilan dalem pradata Mangkunegaran, Raden Ngabei Soeparno
Darmosarkoro juga menyertakan pasal-pasal yang diduga telah dilanggar oleh Raden
Mas Parmokoesoemo yaitu artikel 372 jo. 374 jo.415 jo.375 jo.52 dari W.v.S.
Sementara itu, saksi-saksi yang sudah memberikan keterangannya yang termuat
dalam voorloopig onderzoek menyatakan kesanggupannya jika sewaktu-waktu
dipanggil Pengadilan dalem pradata untuk memberikan kesaksian.
Sidang Pengadilan dalem perdata atas kasus penggelapan uang pajak oleh
Raden Mas Parmakoesoema dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Agustus 1940.
Raden Mas Parmakoesoema tidak ditahan. Sidang dilaksanakan secara terbuka.
Sidang tersebut dihadiri seorang President (hakim ketua), 2 orang Leden (hakim
25 Ibid. 26“ Proces-verbaal van Bevinding en Plaatselijk-onderzoek tertanggal 11 Juni 1940”,
Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
anggota), seorang djaksa (jaksa), seorang Griffier (sekretaris) dan seorang Adviseur
(ahli agama). Berikut ini susunan pejabat tersebut:
Tabel 15
Susunan Pejabat Pengadilan dalem pradata Mangkunegaran
Atas Kasus R.M.Parmokoesoemo
No.
Nama Jabatan (Pangreh
Praja
Mangkunegaran)
Jabatan dalam
sidang
1. Kanjeng Raden Mas Tumenggung
SarwokoMangunkusumo
Bupati Patih President
2. Bandara Raden Mas Aria
Soerjosoemanto
Wedana Satria
IV, V, VI, VII
Leden
3. Raden Mas Ngabei
Hardjosoegondo
Wedana Satria
III, IV
Leden
4. Raden Mas Meester Gondowinoto Wedana Panewu
Jaksa
Jaksa
5. Mas Ngabei Tjitrodarjono Griffier Griffier
6. Mas Penghulu Haji
Imamrhosjidhie
Wedana Yogiswara Adviseur
Sumber: “Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M. Parmakoesoemo “, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435.
Sidang dimulai dengan memanggil Raden Mas Parmakoesoema ke muka
pengadilan. President menyarankan agar terdakwa berkata jujur agar proses
persidangan dapat berjalan lancar sehingga terdakwa mendapatkan keringanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
hukuman. Sebelumnya meberikan keterangannya, terdakwa disumpah menurut
agamanya terlebih dahulu.27
Sidang membacakan voorloopig onderzoek yang telah dibuat Mantri
Pangrehprojo Wonogiri. Saksi-saksi yang sebelumnya telah dimintai keterangan juga
dihadirkan dalam sidang tersebut. Saksi-saksi tersebut antara lain Hatmosoeroto,
Trunokaryo, Tokarjo, Raden Slamet Darmosuwito. Pokarno tidak dapat hadir dalam
persidangan tersebut.
President memerintahkan kepada para saksi agar berkata jujur, tidak
menambah ataupun mengurangi fakta yang terjadi. Sebelum memberikan keterangan
saksi-saksi disumpah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Secara
keseluruhan saksi memberikan keterangan yang sesuai dengan voorloopig onderzoek
yang telah dibuat sebelumnya.
Saksi pertama yang dipanggil adalah Hatmosoeroto. President mengajukan
beberapa pertanyaan kepada Hatmosoeroto. Hatmosoeroto menjawab sesuai dengan
voorloopig onderzoek yang telah dibuat sebelumnya oleh Mantri Pangreh Praja
Wonigiri. Saksi I juga menjelaskan bahwa memang betul hasil sawah Raden Mas
Parmokoesoemo memang jelek sehingga tidak bisa mengganti pajak yang telah
digelapkan oleh terdakwa.
Setelah selesai memberikan keterangan, saksi I disuruh mundur. Selanjutnya,
saksi II dipanggil ke muka persidangan. Saksi II bernama Troenokarjo. Saksi II
27 “Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M.
Parmakoesoema “, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
menyatakan bahwa ia mengetahui besarnya uang pajak yang digelapkan oleh Raden
Mas Parmokoesoemo. Secara garis besar, saksi II menjawab seluruh pertanyaan
president seperti yang tertera dalam voorloopig onderzoek yang telah dibuat
sebelumnya.
Selanjutnya saksi III dipanggil ke muka persidangan. Saksi III bernama
Tokarjo. Saksi menjawab pertanyaaan sesuai dengan voorloopig onderzoek. President
kemudian bertanya kepada terdakwa apakah semua keterangan yang diberikan saksi
III benar semua dan terdakwa menjawab bahwa keterangan tersebut benar adanya.
President memerintahkan saksi III untuk mundur, kemudian saksi IV
sekaligus saksi terakhir dipanggil ke muka persidangan. President mengingatkan
saksi IV agar berkata jujur, tidak berbelit-belit dalam memberikan keterangan,
menceritakan dengan sebenar-benarnya, tidak boleh mengurangi apalagi
menambahkan keadaan yang sebenarnya terjadi, agar proses persidangan berjalan
lancar dan dapat menjatuhkan hukuman yang tepat kepada terdakwa
Saksi IV mengaku bernama Raden Ngabei Slamet Darmosuwito . Ia berumur
40 tahun dan bekerja sebagai pedagang. Raden Slamet Darmosuwito bertempat
tinggal di Kaliurang, kelurahan Kaliurang, onderdistrik Pakem, District Sleman,
Regentschap kota Jogyakarta, Gouvernement Jogyakarta. Saksi menyatakan
mengenal terdakwa, bukan saudara terdakwa.28
Saksi IV menjawab seluruh pertanyaan president sesuai dengan voorloopig
onderzoek tertamggal 25 Juni 1940 yang dibuat oleh Raden Mas Ngabei Soeparno
28 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Darmosarkoro. Selanjutnya, president memerintahkan griffer untuk membacakan
perjanjian sewa-menyewa tanah kas desa yang dibuat di atas kertas zegel f.1,50
tertanggal 25 Februari 1940 dan surat perjanjian sewa menyewa tanah kas desa zegel
f.1,50 tertanggal 30 Maret 1940. 29
Terdakwa menjelaskan bahwa uang hasil penjualan tanah kas desa tersebut
tidak dimasukan ke kas desa karena pada saat itu terdakwa sedang sakit sehingga
membutuhkan uang untuk perawatan dan terpaksa terdakwa menggunakan uang kas
desa tersebut.
Selanjutnya, president bertanya kepada terdakwa apakah keterangan yang
diberikan saksi-saksi tersebut benar. Terdakwa menjawab bahwa semua keterangan
yang diberikan saksi-saksi tersebut benar adanya. President juga bertanya mengenai
aanslag bilyet wajib pajak yang sudah diberikan kepada terdakwa. Terdakwa
menjawab bahwa semula aanslag bilyet tersebut ia simpan. Akan tetapi, lama-
kelamaan semua aanslag bilyet tersebut hilang.30
Dengan mendengarkan keterangan saksi-saksi diatas, president
menyimpulkan bahwa Raden Mas Parmakoesoema bersalah. Terdakwa juga tidak
mempunyai pembelaan yang dapat membenarkan tindakannya. Berdasarkan
keterangan saksi-saksi tersebut juga diketahui modus yang digunakan dalam
menggelapkan uang pajak.
29 “Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M.
Parmakoesoema “, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
30 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Modus yang digunakan Raden Mas Parmakoesoema adalah dengan
memungut uang pajak kepada penduduk di Wonokerto setiap minggunya. Wajib
pajak diperintahkan untuk membayar uang pajak setiap hari minggu. Hal ini
bertentangan dengan ketentuan yang dibuat Mantri Martanimpuna karena seharusnya
pemungutan dilakukan setiap bulannya. Apabila terjadi perubahan dalam pemungutan
pajak seharusnya minta izin terlebih dahulu pada Mantri Martanimpuna. Raden Mas
Parmakoesoema beralasan bahwa pemungutan yang dilakukan perminggu merupakan
kemajuan yang akan mempermudah dalam proses pemungutan pajak. Dengan modus
seperti ini maka Raden Mas Parmakoesoema dapat menggunakan uang setoran pajak
untuk kepentingan pribadi tanpa ada pengawasan dari Mantri Martanimpuna. Jumlah
uang pajak yang digelapkan Raden Mas Parmakoesoema sebesar f.448,2. Berikut ini
rincian desa serta uang pajak yang digelapkan Raden Mas Parmakoesoema.31
31 “Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M.
Parmakoesoema tertanggal 15 Oktober 1940“, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 16
Nama Desa, Wajib Pajak, dan Jumlah Uang Pajak yang
digelapkan Raden Mas Parmakoesoema
No. Nama Desa Jumlah
Wajib Pajak
Jumlah Uang Pajak
(f)
1. Kedungsono 43 34.78
2. Kalibang 52 41.4
3. Ketimang 69 55.85
4. Ketimang Etan 29 52.77
5. Ketimang Kulon 27 18.26
6. Grombjang 22 114.68
7. Jaten 15 11.09
8. Sonoharjo 32 40.76
9. Wonokerto 3 32.22
10. Tangkil 29 21
11. Plosodojong 45 46.05
12. Malangsari 31 36.48
13. Pencil 7 3.8
14 Warung 4 4.02
15. kalimati 32 38.77
Jumlah 438 450.2
Sumber: Di olah dari“Staats dari adanya padjek-padjek yang digelapkan Raden Mas Parmakoesoema”, Koleksi arsip Mangkunegaran No.
P. 1435.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah wajib pajak yang uangnya
digelapkan Raden Mas Parmakoesomo sebanyak 438 wajib pajak yang tersebar di 15
desa di praja Mangkunegaran. Pajak yang paling banyak digelapkan adalah desa
Grombjang yaitu sebesar f.114,68 yang diperoleh dari 22 wajib pajak sedangkan yang
terkecil yaitu desa Pencil yaitu sebesar f. 3,8 yang diperoleh dari 7 wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Sedangkan jumlah keseluruhan uang pajak yang digelapkan terdakwa sebesar f 450,2
yang digelapkan dari 438 wajib pajak.
Dalam persidangan tersebut juga terungkap bahwa jumlah uang keseluruhan
yang digelapkan Raden Mas Parmakoesoema sebesar f.539,29. Keterangan tentang
nomimal uang tersebut didapat dari saksi I yaitu Hatmosoeroto yang telah melakukan
penyidikan dengan mencocokan buku register pajak yang ada di kelurahan dengan
keterangan wajib pajak. Fakta yang disodorkan tersebut diakui dengan jujur oleh
Raden Mas Parmakoesoema. Dengan rincian uang yang digelapkan Raden Mas
Parmokoesoemo sebagai berikut:
Tabel 17
Rincian Uang yang digelapkan
Raden Mas Parmokoesoemo
No. Asal Uang Tahun Jumlah Uang (f)
1. Pajak Penghasilan (InkomstenBelasting)
1940 2,-
2. Pajak Tanah (Landrente)
1939 257,90
3. Pajak Kepala (Hoofgeld)
1939 126,11
4. Pajak Kepala (Hoofgeld)
1940 64,19
5. Uang Kas Desa 1940 49,09 6. Uang Kas Desa 1941 40,-
JUMLAH 539,29.
Sumber:“Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M. Parmakoesoemo “, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Uang hasil penggelapan sebesar f.539,29 tersebut digunakan Raden Mas
Parmakoesoema untuk kepentingannya sendiri. Uang tersebut digunakan untuk
membayar hutang, membiayai saudara yang sakit dan untuk membiayai diri-sendiri
karena saat itu juga sering jatuh sakit.
Terdakwa juga menyatakan bahwa tidak sanggup mengembalikan uang pajak
yang telah digelapkannya dikarenakan sawahnya hanya sedikit yaitu 8 bau tetapi
yang bisa ditanami hanya 4 bau. Sawah tersebut dikerjakan oleh orang lain, terdakwa
mendapat setengah dari hasil sawah tersebut (maro). Selain itu, rumahnya hanya
sederhana sehingga hasil dari sawah dan rumah tersebut tidak cukup untuk mengganti
uang pajak yang telah digelapkan tersebut.
Selanjutnya, president memerintahkan griffier untuk membacakan
benoemings besluit ddo:16 Februari 1939 No:1050/48 tentang pengangkatan Raden
Mas Parmoekoesomo sebagai petugas penarik pajak di kelurahan Wonokerto, dan
schorsings besluit ddo: 2 Mei 1940 No:3150/48 tentang pemberhentian Raden Mas
Parmoekoesomo sebagai petugas penarik pajak dan lurah Wonokerto.32
Sebelum menjatuhkan hukuman, president bertanya kepada terdakwa terlebih
dahulu, apakah terdakwa pernah tersangkut kasus hukum sebelumnya. Terdakwa
menjawab bahwa sebelumnya belum pernah tersangkut kasus hukum apapun
sehingga terdakwa berharap president menjatuhkan hukuman yang ringan kepadanya.
32 “Proces-Verbaal pengadilan dalem pradoto Mangkunegaran penggelapan uang pajak R.M.
Parmakoesoema “, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No. P 1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Setelah mendengarkan keterangan saksi-saksi, president menyatakan bahwa
Raden Mas Parmakoesoema bersalah. Raden Mas Parmakoesoema diputuskan
melanggar artikel 52 jo.55 jo.65 jo.66 jo.362 jo.372 jo.374 jo.415 jo.375 dari
Wetboek Van Straftrecht33 yang mengatur tentang penggelapan uang milik Negeri
Mangkunegaran lebih dari f.25 dengan tuntutan penjara selama 10 bulan.
Jaksa kemudian memberikan pandangannya bahwa terdakwa dengan
menyakinkan telah melakukan pelanggaran yaitu dengan sengaja menggelapkan uang
pajak sehingga praja Mangkunegaran mengalami kerugian. Terdakwa dengan jujur
mengakui kejahatannya serta tidak mempunyai pembelaan yang dapat membenarkan
tindakannya tersebut. Jaksa kemudian memberikan pertimbangan kepada president
untuk menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada terdakwa.
Setelah Pengadilan dalem pradata selesai melakukan seluruh pemeriksaan
terhadap Raden Mas Parmakoesoema dan mendengarkan keterangan saksi-saksi serta
mendengarkan pertimbangan Jaksa maka pengadilan dalem pradata memutuskan
bahwa yang bersangkutan dinyatakan bersalah. Raden Mas Parmakoesoema dijatuhi
hukuman kurungan selama 10 bulan di penjara Sentana Mangkunegaran dan
diharuskan membayar seluruh biaya persidangan. 34
Setelah menjalani hukuman penjara 10 bulan akhirnya Raden Mas
Parmokoesoemo dibebaskan. Raden Mas Parmokoesoemo mulai ditahan di penjara
33 Wetboek Van Straftrecht atau W.v.S adalah kitab undang-undang hukum yang dibuat oleh
pemerintah Hindia-Belanda yang diberlakukan di seluruh wilayah kekuasaan Belanda.. 34 Penget karampungan saka pradoto Mangkunegaran tertanggal 15 Oktober 1940
penggelapan uang pajak Raden Mas Parmakoesoema “,Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
sentono Mangkunegaran pada tanggal 26 Oktober 1940 dan dibebaskan pada tanggal
22 Agustus 1941, hari jumat jam 9 pagi.35 Hukuman tersebut sudah sesuai keputusan
Pangadilan dalem pradata Mangkunegaran.
Selain kasus Raden Mas Parmoekoesoemo tersebut, masih ada kasus
penggelapan pajak yang dilakukan oleh pejabat desa lainnya. Penggelapan uang pajak
penghasilan tersebut dilakukan oleh seorang lurah Wonoharjo yang bernama
Martadisastro. Hal penggelapan pajak tersebut diketahui setelah adanya pemeriksaan
yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 1936.
Kasus penggelapan pajak penghasilan atas nama Martadisastro kemudian
dilimpahkan ke Pengadilan dalem pradata. Setelah melalui proses persidangan,
diketahui jumlah pajak penghasilan yang digelapkan Martadisastro sebesar f.106,76.
Penggelapan pajak tersebut terjadi dalam kurun waktu 5 tahun yaitu mulai tahun 1931
sampai tahun 1935. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini:
Tabel 18
Rincian Pajak Penghasilan
yang digelapkan Martadisastro
Tahun Uang Pajak (f)
1931 3.93 1932 3.80 1933 10.83 1934 18.10 1935 70.10
Jumlah 106,76 Sumber: “Diambil dari arsip kasus-kasusPenggelapan pajak oleh
pejabat pajak”, Koleksi arsip Mangkunegaran No.K344.
35 Surat lepasan Raden Mas Parmokoesoemo dari penjara sentono Mangkunegaran tertanggal 22 Agustus 1941, “,Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.P.1435.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Dari data di atas dapat diketahui kasus penggelapan uang pajak penghasilan
(Inkomsten belasting) terjadi dari tahun 1931 sampai tahun 1935 dengan rincian
sebagai berikut, tahun 1931 sebesar f.3,93 kemudian tahun 1932 sebesar f.3,80, tahun
1933 sebesar f.10,83, tahun 1934 sebesar f.18,10, dan tahun 1935 sebesar f.70,10
sehingga total uang pajak penghasilan yang digelapkan lurah Martadisastro sebesar
f.106,76.
Setelah mengumpulkan bukti-bukti dan mendengarkan keterangan saksi-saksi
serta mendengarkan pertimbangan djaksa maka president memutuskan bahwa lurah
Martadisastro dengan terbukti secara menyakinkan telah menggelapkan uang pajak
penghasilan sebesar f.106,76. Pengadilan dalem pradata kemudian menjatuhkan
hukuman kurungan 7 bulan kepada yang bersangkutan. Keputusan tersebut tercantum
dalam ddo.26/11.36.36
Kasus penggelapan pajak penghasilan (inkomsten belasting) oleh kepala desa
juga terjadi di dukuh Balepandjang desa Balepandjang onderdistrik distrik Djatipuro.
Kasus penggelapan uang pajak penghasilan tersebut terjadi pada tahun 1936. Kepala
desa Balepandjang tersebut diketahui bernama Djogosoenggoto.
Setelah hal penggelapan pajak penghasilan tersebut diketahui, kasus tersebut
selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan dalem pradata Mangkunegaran. Dalam
persidangan diketahui bahwa uang pajak penghasilan yang digelapkan oleh
Djogosoenggoto sebesar f.7,41. Uang tersebut merupakan penghasilan yang diperoleh
36 “Kasus-kasus penggelapan pajak oleh pejabat pajak “,Surakarta: Reksopustaka, Koleksi
arsip Mangkunegaran No.K344.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
desa Balepandjang. Setelah melalui proses persidangan Djogosoenggoto dinyatakan
bersalah oleh pengadilan dalem pradata Mangkunegaran. Selanjutnya
Djogosoenggoto dicopot dari jabatannya sebagai lurah desa Balepandjang oleh
pangreh praja Wonogiri.37
Lurah desa yang lain yang juga menggelapkan uang pajak penghasilan adalah
Somo. Ia merupakan lurah desa Manahan, onderdistrik Kota Mangkunegaran. Somo
diketahui menggelapkan uang pajak penghasilan sebesar f.171,71. Uang pajak
penghasilan (inkomsten belasting) tersebut dihabiskan pada tanggal 4 April 1935.38
Selain lurah desa, penggelapan pajak penghasilan (inkomsten belasting) juga
dilakukan oleh seorang carik desa. Carik desa tersebut bernama Resosodirdjo. Ia
merupakan carik desa Biting, onderdistrik Poerwantoro distrik Wonogiri. Kasus
penggelapan pajak penghasilan tersebut terjadi pada tahun 1936.
Seperti halnya kasus-kasus yang lain, kasus yang menyeret carik desa tersebut
juga dilimpahkan ke pengadilan dalem pradata Mangkunegaran. Setelah dilakukan
proses peradilan dan mendengarkan keterangan saksi-saksi diketahui bahwa pajak
penghasilan yang digelapkan oleh Resosodirdjo sebesar f.2,-.
Pengadilan dalem pradata Mangkunegaran memutuskan untuk mencopot
jabatan Resosodirdjo sebagai carik desa desa Biting, onderdistrik Poerwantoro distrik
37 “Staat adanya penggelapan pajak tahun 1936 dalam arsip Kasus-kasus penggelapan
pajak oleh pejabat pajak “,Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.K344.
38 “Staat adanya penggelapan uang pajak penghasilan di Mangkunegaran”, Laporan tertanggal 28 Januari 1937, Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.K344.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Wonogiri karena terdakwa diputus bersalah dalam kasus penggelapan pajak
penghasilan (inkomstenbelasting).39
C. Kasus Penggelapan Pajak oleh Mantri Martanimpuna
Sesuai dengan Rijksblad Mangkunegaran No.5 Tahun 1917, pemungutan
pajak di praja Mangkunegaran dilaksanakan oleh Mantri Martanimpuna. Mantri
Martanimpuna diangkat langsung oleh Bupati Patih melalui persetujuan
Mangkunegara. Biasanya yang dipilih sebagai Mantri Martanimpuna adalah mereka
yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap praja Mangkunegaran. Akan tetapi setelah
terpilih menjadi Mantri Martanimpuna, biasanya para petugas pajak tersebut
terpengaruh gaya hidup narapraja yang terkenal boros dan suka bermewah-mewahan.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya kasus penggelapan pajak di praja
Mangkunegaran oleh Mantri Martanimpuna. Kondisi semacam ini semakin sering
terjadi setelah adanya kebijakan pengurangan gaji pegawai akibat terjadinya krisis
ekonomi tahun 1930-an.
Salah satu kasus penggelapan pajak yang dilakukan Mantri Martanimpuna
ditemukan di Mojogedang, distrik Karanganyar, Regentschap Kota Mangkunegaran.
Kasus tersebut diketahui pada tahun 1937. Mantri Martanimpuna yang
menggelapkan pajak tersebut bernama Raden Mas Ngabei Soemowinoto.
Raden Mas Ngabei Soemowinoto menggelapkan uang pajak penghasilan
sebesar f. 179,64. Penggelapan uang pajak tersebut terjadi dalam kurun waktu 4 tahun
39“Staat adanya penggelapan pajak tahun 1936” dalam arsip “Kasus-kasus penggelapan pajak oleh pejabat pajak “,Surakarta: Reksopustaka, Koleksi arsip Mangkunegaran No.K344.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
yaitu 1933, 1934, 1935 dan 1936. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 19
Pajak Penghasilan yang digelapkan
Raden Mas Ngabei Soemowinoto
Jenis Pajak Tahun Uang Pajak
(f)
1933 4,99
1934 7,51
1935 149,08
Pajak penghasilan
(Inkomstenbelasting)
1936 18,06
Jumlah 179,64
Sumber: Diambil dari arsip” kasus-kasus penggelapan pajak oleh
pejabat pajak”, Koleksi arsip Mangkunegaran No.K344.
Pajak penghasilan yang digelapkan Raden Mas Ngabei Soemowinoto terjadi
dalam kurun waktu 4 tahun yaitu tahun 1933 sebesar f.4,99, tahun 1934 sebesar
f.7,51, berikutnya tahun 1935 sebesar f.149,08, dan yang terakhir tahun 1936 sebesar
f.18,06. Total pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) yang digelapkan Mantri
Martanimpuna Raden Mas Ngabei Soemowinoto tersebut adalah f.179,64
Setelah melalui proses persidangan pengadilan dalem pradata, Raden Mas
Ngabei Soemowinoto dinyatakan bersalah dan diharuskan mengganti seluruh uang
pajak yang telah digelapkan yaitu sebesar f. 179,64. Meskipun terdakwa dinyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
bersalah dan diharuskan mengganti uang pajak, tetapi terdakwa tidak dihukum
kurungan penjara.40
Selain kasus penggelapan pajak penghasilan yang dilakukan lurah desa dan
Mantri Martanimpuna secara sendiri-sendiri, terdapat pula kasus penggelapan pajak
penghasilan yang dilakukan sebagai hasil konspirasi antara lurah desa dengan Mantri
Martanimpuna. Kasus tersebut terjadi di desa Berdjo onderdistrik Ngargojoso distrik
Karangpandan.
Kasus penggelapan pajak penghasilan tersebut dilakukan oleh seorang lurah
desa Berdjo yang bernama Hartomokarojo dan seorang Mantri Martanimpuna
Ngargojoso yang bernama Raden Ngabei Sastrosowondo. Kasus penggelapan pajak
tersebut terjadi pada tahun 1933 dan 1934. Dengan rincian pada tahun 1933, pajak
penghasilan yang digelapkan oleh kedua pejabat Praja Mangkunegaran tersebut
sebesar f.109,03 dan pada tahun 1934 sebesar f.30,20.
Pada perkembangan, Hartomokarojo dan Raden Ngabei Sastrosowondo
meninggal dunia sehingga kasus penggelapan pajak penghasilan tersebut tidak dapat
diajukan ke pengadilan dalem pradata Mangkunegaran sehingga keduanya
dinyatakan bebas oleh pengadilan dalem pradata Mangkunegaran. 41
40 Surat keterangan penggelapan pajak oleh Raden Mas Ngabei Soemowinoto dalam kasus
kasus penggelapan pajak oleh pejabat pajak”,Surakarta: Reksopustaka Koleksi arsip Mangkunegaran
No.K344.
41 “Staats adanya pajak penghasilan yang digelapkan punggawa tertanggal 31 Desember
1936”, Surakarta: Reksopustaka Koleksi arsip Mangkunegaran No.K344.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kasus-kasus penggelapan pajak yang terjadi di Praja Mangkunegaran tersebut
mengakibatkan menurunnya pemasukan kas Praja Mangkunegaran khususnya dari
sektor pajak. Penurunan pemasukan kas Praja tersebut cukup signifikan karena kasus-
kasus penggelapan pajak terjadi hampir di seluruh pos-pos pajak yang tersebar di
seluruh kawasan praja Mangkunegaran. Keadaan ini mengakibatkan pembangunan
fasilitas Negara mengalami kendala karena keterbatasan dana. Hal ini bertentangan
dengan asas pemungutan pajak yang bersifat keadilan karena uang pajak yang
dipungut dari rakyat seharusnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat Mangkunegaran.
Setiap bentuk pelanggaran terhadap Undang-Undang sudah sepantasnya
mendapat sanksi yang setimpal dengan pelanggaran tersebut. Hukuman yang
dijatuhkan kepada pejabat penarik pajak baik pejabat desa maupun mantri
Martanimpuna merupakan sebuah bentuk penegakan hukum yang dilaksanakan di
Praja Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN
Pemungutan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran dilaksanakan sebagai
akibat dari penarikan tanah-tanah apanage pada masa Mangkunegara IV. Penarikan
tanah-tanah apanage tersebut berdampak kepada seluruh rakyat Mangkunegaran
karena tanah-tanah apanage yang semula dikerjakan penduduk ditarik kembali
sehingga banyak penduduk Mangkunegaran beralih ke sektor perkebunan. Dengan
adanya peralihan tersebut maka mulai diberlakukannya sistem uang sebagai gaji
penduduk Mangkunegaran.
Adanya perubahan sistem apanage menjadi sistem uang, maka Praja
Mangkunegaran menganggap perlunya suatu peraturan mengenai pajak penghasilan
untuk tetap memungut penghasilan dari rakyat. Sehubungan dengan hal itu, maka
pada saat Mangkunegara VII berkuasa, Praja Mangkunegaran mengeluarkan
peraturan tentang pajak penghasilan yaitu peraturan bab pajeg penghasilan sebagai
peraturan mengenai pemungutan pajak penghasilan yang dikenakan kepada rakyat
yang tinggal di wilayah Praja Mangkunegaran.
Pajak penghasilan (Inkomstenbelasting) merupakan salah satu jenis pajak
yang diterapkan di praja Mangkunegaran. Pajak ini merupakan salah satu jenis pajak
yang memberikan pemasukan besar terhadap keuangan praja Mangkunegaran. Pajak
penghasilan semula diterapkan di Hindia Belanda berdasarkan Paten Recht tahun
1878 yang kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Ordonantie Op De
Inkomsten Belasting No.298 tahun 1908 yang dituangkan dalam Staatsblad tahun
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
1908. Sedangkan di Praja Mangkunegaran pajak penghasilan mulai diterapkan setelah
Praja mengeluarkan peraturan bab pajeg penghasilan pada tahun 1917. Dalam
pranatan ini diatur mengenai mekanisme pemungutan pajak penghasilan. Apabila
terjadi perubahan mekanisme pemungutannya diatur dalam Rijksblad Mangkunegaran
setiap tahunnya. Dalam Rijksblad tersebut juga diatur perubahan besarnya tarif pajak
yang disesuaikan dengan perkembangan perekonomian.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dipungut kepada rakyat atau
perkumpulan yang melakukan usaha untuk mendatangkan keuntungan. Pajak
penghasilan merupakan pajak yang dipungut atas penghasilan yang diperoleh dari :
(1) Harta tidak bergerak yaitu pajak yang dipungut berdasarkan atas penghasilan yang
berasal dari harta yang sifatnya tidak bergerak, misalnya sawah, rumah, dan
pamelikan, (2) Harta bergerak yaitu pajak yang dipungut berdasarkan penghasilan
yang berasal dari harta yang sifanya bergerak, misalnya hasil dari piutang, obligasen,
dan mandeel, (3) Pekerjaan yaitu semua pembayaran atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diperoleh termasuk gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya yang diperoleh karena melakukan sebuah pekerjaan, dan (4) Pembayaran
tidak tetap yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak tetap berupa
gratifikasi, tunjangan cuti, wachtgeld, bonus, premi-premi, sumbangan, pensiunan,
bunga dari lijfrente dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap. Segala
jenis penghasilan tersebut harus dikenakan pajak penghasilan. Besarnya pajak
ditentukan sesuai dengan besar kecilnya penghasilan yang diperoleh wajib pajak
dalam jangka waktu satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Pemungutan pajak penghasilan dilaksanakan oleh Mantri Martanimpuna
dengan membentuk komisi-komisi pajak (Aanslag Commisie) di wilayah Kapanewon.
Dalam pemungutan pajak penghasilan, aanslag commisie dibantu oleh pejabat desa
setempat. Aanslag commisie datang ke kelurahan-kelurahan setiap tanggal 1 pada
bulan-bulan yang telah ditentukan yaitu April, Juni, Agustus, Oktober, dan Desember.
Mekanisme pemungutan pajak penghasilan di Praja Mangkunegaran meliputi
pendaftaran objek pajak yang dilakukan dengan pengisian aangifte bilyet,
pemeriksaan buku-buku kekayaaan, penetapan pajak, perhitungan pajak, pengurangan
pajak, dan pembayaran pajak. Bagi wajib pajak yang melakukan pelanggaran
terhadap mekanisme pajak penghasilan yang telah ditetapkan tersebut maka akan
dikenakan sanksi berupa denda dan kurungan.
Pajak penghasilan yang diterapkan di Praja Mangkunegaran mengakibatkan
sebagian rakyat Mangkunegaran merasa keberatan dengan pemungutan pajak
penghasilan tersebut. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus-kasus tunggakan pajak
penghasilan yang terjadi di setiap pos pemungutan pajak. Kasus-kasus tunggakan
pajak tersebut mengakibatkan pemasukan kas praja Mangkunegaran dari sektor pajak
berkurang. Keadaan tersebut diperparah dengan ditemukan kasus-kasus pengelapan
pajak yang melibatkan para pejabat penarik pajak baik pejabat desa maupun Mantri
Martanimpuna. Bagi pejabat penarik pajak yang diketahui melakukan tindakan
penyimpangan pajak maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat
penyimpangan yang dilakukan petugas penarik pajak penghasilan tersebut.
top related