sistem kesehatan
Post on 20-Oct-2015
59 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SISTEM KESEHATAN
Pengertian Sistem Kesehatan menurut WHO, 2000 ialah semua kegiatan yang secara bersama-sama diarahkan
untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan & pemeliharaan kesehatan. Adapun tujuan yang dimaksud
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, merespon harapan-harapan/ kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sesuai harga diri & hak azasi manusia (kepedulian) serta memberikan perlindungan finansial bagi
masyarakat terhadap kemungkinan biaya kesehatan (keadilan dalam pembiayaan).
GAMBAR: SISTEM SEDERHANA
MAKSUD DAN KEGUNAAN
Penyusunan Sistem Kesehatan dimaksudkan untuk menyesuaikan berbagai perubahan dan tantangan eksternal
dan internal, agar dapat dipergunakan sebagai landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan
kesehatan baik oleh masyarakat, swasta maupun oleh pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota) serta pihak-
pihak terkait lainnya.
Sistem Kesehatan merupakan acuan dalam menerapkan pendekatan pelayanan kesehatan primer (Primary
Health Care) yang secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi
semua, yang untuk Indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat.
ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN
Kita sudah memiliki Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang telah ditetapkan pada tahun 1982. Esensi
SKN 1982 telah dipergunakan dalam penyusunan GBHN Bidang Kesehatan, utamanya GBHN 1988, 1993, dan
1998 dan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Lebih operasional, SKN 1982 juga dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan seperti RPJPK, Indonesia Sehat 2010, Repelita, Propenas, dan Rencana
Strategis Pembangunan Kesehatan.
Sesuai dengan amanat TAP MPR-RI No. X tahun 1998, reformasi di bidang kesehatan juga telah
dilakukan dengan disusunnya Rencana Pembanguan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, memuat Visi,
Misi, dan strategi Pembangunan Kesehatan dengan menerapkan paradigma baru, yaitu Paradigma Sehat.
Paradigma Sehat menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai
investasi bangsa, dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional.
Visi Pembangunan Kesehatan
Adalah Indonesia Sehat 2010 yaitu masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
Misi Pembangunan Kesehatan adalah:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya
Strategi Pembangunan Kesehatan adalah:
1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
2. Profesionalisme;
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat;
4. Desentralisasi
SKN diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional 1982, khususnya pada bagian bentuk pokoknya yang merupakan struktur dan wujud
penyelenggaraan pembangunan kesehatan hanya diatur/diuraikan secara ringkas (pokok-pokok) saja, kurang
terinci.
Di samping itu, banyak kebijakan baru yang telah ditetapkan dan munculnya berbagai tantangan atau
perubahan lingkungan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, seperti: globalisasi, demokratisasi,
desentralisasi, kesehatan sebagai investasi, dan kesehatan sebagai hak azasi manusia.
Oleh karena itu perlu disusun SKN yang baru. Kita telah berhasil menyusun SKN yang baru. Sistem
Kesehatan Nasional yang baru telah ditetapkan menggantikan Sistem Kesehatan Nasional 1982 dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No:131/MENKES/SK/II/2004. Dengan demikian penye-lenggaraan pembangunan
kesehatan dilaksanakan tidak saja oleh Departemen Kesehatan, namun oleh semua potensi bangsa termasuk
Pemerintah Daerah, masyarakat, dan swasta. Oleh karena itu SKN yang baru perlu dipahami oleh semua pihak.
PERKEMBANGAN POKOK-POKOK SUBSTANSI SKN & KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
SKN 1982 yan ditetapkan dengan SK Menkes No. 999/1982 berisikan lengkap tata nilai, proses, dan
struktur & wujud pembangunan kesehatan. Lengkapnya substansi SKN 1982 ini telah dimanfaatkan dalam
penyusunan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Sesuai amanat Tap MPR X/1998 tentang Reformasi, tata nilai pembangunan kesehatan ini juga telah
direformasi, yaitu dengan ditetapkannya Visi Indonesia sehat 2010 yang termuat dalam Rencana Pembangunan
Kesehatan menuju indonesia 2010. Dalam dokumen rencana kebijakan ini memuat pula proses pembangunan
kesehatan yang meliputi kebijakan dan program-program pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010.
Sesuai Tap MPR No. VII/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, yang menetapkan pula visi
antaranya yaitu Indonesia 2020, maka proses pembangunan kesehatan juga sedang diperbaharui, dimana
dewasa ini kita sedang menyusun RPJPK 2005-2020.
SKN yang ditetapkan tahun 2004 ini menyampaikan secara rinci struktur dan wujud pembangunan
kesehatan. Bila RPJPK 2005-2020 telah selesai disusun, maka diharapkan materi yang meliputi tata nilai,
proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan menjadi lengkap guna merevisi UU No. 23/1992 tentang
Kesehatan.
ANALISIS SKN
Seperti dalam penyusunan rencana pada umumnya, perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui sejauh
mana berjalannya dan keberhasilan dari sistem kesehatan yang telah kita miliki. Dari laporan WHO tahun 2000,
dengan cara pengukuran keberhasilan sistem kesehatan di suatu negara (meskipun sampai saat metode ini
masih terus dibahas dan disempurnakan), yang digunakan 2 (dua) indikator, yaitu “indikator pencapaian” dan
“indikator kinerja”.
Dari hasil penilaian tersebut, dalam indikator pencapaian Sistem Kesehatan Indonesia berada pada
peringkat 106 dari 191 negara yang dinilai. Sedangkan dari sisi indikator kinerja, berada pada peringkat 92 dari
191 negara yang dinilai.
Sudah barang tentu pencapaian dan kinerja sistem kesehatan tersebut, dipengaruhi oleh sejauh mana
berjalannya subsistem – subsistemnya, yaitu: upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan.
Upaya Kesehatan
Meskipun telah banyak hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai; antara lain Puskesmas sudah
terdapat di semua kecamatan yang ditunjang oleh 3-4 Puskesmas Pembantu, Tenaga bidan di desa juga sudah
ada di desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Umum sudah dimiliki oleh semua
kabupaten/kota (kecuali kab. baru/pemekaran); namun masih dihadapi permasalahan pemerataan, mutu, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sistem refferal juga belum menggembirakan.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan tantangan sekaligus peluang dalam upaya
meningkatkan pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat seperti Posyandu berjumlah lebih dari 200.000 buah, disamping
berkembangnya Polindes, Pos Obat Desa, dan sebagainya. Namun akhir-akhir ini dilaporkan pendayagunaannya
menurun, yang antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya angka drop-out kader dan menurunnya persentase
kader Posyandu yang aktif.
Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, baru 2,2% dari PDB; masih jauh dari standard atau anjuran
WHO sebesar 5% PDB. Pembiayaan kesehatan dari masyarakat cukup besar (70%), namun pengelolaan
pendayagunaannya tidak efisien (antara lain out of pocket), dan pembelanjaan belum mengedepankan keluarga
miskin.
Sementara itu pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah yang terbatas, dialokasikan ke semua lini; banyak
dialokasikan kepada “private goods”, sehingga tidak efektif. Sejalan dengan perkembangan iptek, biaya
kesehatan juga meningkat. Sementara itu jumlah penduduk yang memiliki jaminan kesehatan (Askes, Jamsostek,
Asuransi Kesehatan Swasta, JPKM, dan lain-lain), masih terbatas. Dapat dijelaskan secara singkat tentang
jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, antara lain dengan adanya penyebaran risiko, kendali biaya, dan
kendali mutu pelayanan kesehatan.
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Masalah SDM kesehatan sangat kompleks, antara lain dapat dikemukakan: Jumlah, jenis, dan mutu tenaga
kesehatan belum memenuhi kebutuhan untuk pelayanan kesehatan. Ratio tenaga terhadap penduduk masih
rendah, dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Singapore, Malaysia, Thailand). Yang menarik ratio
tenaga kesehatan terhadap penduduk di KTI lebih baik dari KBI (att: luas wilayah, jumlah penduduk lebih kecil,
letak geografi, dan sebagainya). Namun bila dilihat ratio tenaga kesehatan terhadap fasilitas kesehatan keadaan
di KTI jauh lebih jelek dibandingkan dengan KBI. Dapat dikemukakan pula tentang tidak sinkronnya antara
perencanaan kebutuhan, pengadaan (pendidikan & latihan), dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
Obat dan Perbekalan Kesehatan
Industri farmasi, PBF dan jaringan distribusi obat telah berkembang, CPOB telah diterapkan dan kebijakan obat
generik telah dilaksanakan. Banyak kemajuan yang telah dicapai, namun ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat masih merupakan masalah besar. Harga obat yang mahal disebabkan karena sebagian
besar (95%) bahan baku masih diimport; sementara itu bea masuk juga tinggi.
Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat telah dikenal seperti UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes,
Pos UKK), SDBM (Dana sehat, Dana Sosial Kemasyarakatan), Yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan
(kanker, jantung, thalasemia, ginjal), Percepatan pencapaian IS-2010 dan kesertaan serta kemitraan berbagai
LSM/NGO dalam berbagai program kesehatan (Koalisi IS, Gebrak malaria, Gerdunas TB, Gerakan Sayang Ibu,
Gerakan Pita Putih, Gerakan Pita Merah) tetapi masih terbatas pada mobilisasi masyarakat. Peranan to serve
(memberikan pelayanan), to advocate (advokasi) dan to watch (melakukan pengawasan) belum dikembangkan
secara optimal, sementara public-private mix masih dalam perintisan.
Manajemen Kesehatan
Masalah pokok dalam manajemen kesehatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Dalam era desentralisasi, pasokan data SIM kesehatan di berbagai jenjang administrasi menjadi berkurang,
sehingga kurang dapat menunjang Administrasi kesehatan (perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian).
• Iptek kesehatan kurang dapat mengimbangi pesatnya kemajuan ilmu, teknologi, dan globalisasi. Hasil-hasil
penelitian kesehatan kurang dapat dimanfaatkan oleh Administrasi kesehatan.
• Perkembangan lingkungan strategis pembangunan kesehatan, baik internal maupun eksternal, menuntut revisi
dan penyesuaian dari berbagai peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang ada.
POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL
PENGERTIAN
Secara ringkas pengertian “SISTEM”; terdiri dari beberapa komponen/unsur yang saling berinteraksi
dan saling ketergantungan, dan mempunyai suatu tujuan yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) salah satu dari arti kata sistem adalah “TATANAN”.
Oleh karenanya pengertian SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
LANDASAN
SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Sedangkan
pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karenanya landasan SKN
adalah sama dengan landasan pembangunan nasional yaitu :
q Landasan idiil yaitu Pancasila
q Landasan konstitusional yaitu Undang-undang Dasar 1945
Ø Pasal 28 a
Ø Pasal 28 b ayat (2)
Ø Pasal 28 c ayat (1)
Ø Pasal 28 h ayat (1) dan (3)
Ø Pasal 34 ayat (2) dan (3)
Dua hal penting yang perlu ditekankan adalah: Kesehatan sebagai hak azasi manusia dan negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.
PRINSIP DASAR SKN
Prinsip dasar adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bermakna dari falsafah dan budaya Bangsa
Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak.
Terdapat 7 (tujuh) Prinsip Dasar SKN, dengan penekanan pada masing-masing uraian sebagai berikut:
1. Perikemanusiaan;
Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.
2. Hak Azasi Manusia;
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah hak azasi manusia, tanpa
membedakan antara golongan, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
3. Adil dan merata;
Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara ekonomi
dan geografi.
4. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat;
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dan perorangan (individu).
5. Kemitraan;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang dinamis dan harmonis antara
pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
6. Pengutamaan dan manfaat;
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan golongan dan perorangan. Pemanfaatan iptek dalam pembangunan kesehatan.
7. Tata kepemerintahan yang baik;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka, rasional/profesional,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
TUJUAN SKN
SKN merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. SKN bukan pedoman
penyelenggaraan kesehatan bagi Departemen Kesehatan saja, tapi bagi semua potensi bangsa baik pemerintah
(pusat, provinsi, kab/kota), masyarakat, maupun swasta.
Dengan demikian tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
KEDUDUKAN SKN
SKN merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan negara dan bersama subsistem lainnya,
(misal: pendidikan) diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya tanggung jawab
sektor kesehatan, tetapi tanggung jawab berbagai sektor terkait lainnya. Sebagai subsistem-subsistem dari
Sistem Penyelenggaran Negara, maka SKN berinteraksi dengan berbagai sistem nasional lainnya (seperti:
pendidikan, perekonomian, ketahanan pangan, hankamnas, dan lain-lain). Di daerah perlu dikembangkan Sistem
Kesehatan Daerah (SKD). SKD merupakan subsistem dari SKN dalam wilayah NKRI.
SKN juga merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan, yang dipergunakan sebagai acuan utama
dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.
SUBSISTEM SKN
Banyak buku referensi maupun pengalaman di beberapa negara yang menguraikan tentang subsistem –
subsistem dari suatu sistem kesehatan.
Ada yang mengemukakan bahwa dalam sistem kesehatan hanya ada 2 (dua) subsistem, yaitu
subsistem upaya/pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan. Dalam hal ini sumberdaya
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan sudah termasuk dalam subsistem upaya
kesehatan.
Dengan memperhatikan kondisi dan situasi di Indonesia serta kebutuhan dewasa ini maka diputuskan
terdapat 6 (enam) subsistem dari SKN, yaitu:
1. Subsistem upaya kesehatan
2. Subsistem pembiayaan kesehatan
3. Subsistem sumberdaya manusia kesehatan
4. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan
5. Subsistem pemberdayaan masyarakat
6. Subsistem manajemen kesehatan
POLA PIKIR SKN
Sebagai suatu sistem, maka SKN dengan 6 subsistemnya dapat digambarkan dalam input-proses-output sebagai
berikut:
Di sini kelihatan upaya kesehatan merupakan subsistem yang sentral dalam proses pembangunan kesehatan
dalam rangka mencapai tujuannya (output). Dalam proses pembangunan kesehatan, subsistem upaya kesehatan
ditunjang dengan subsistem pemberdayaan masyarakat dan subsistem manajemen kesehatan.
Sebagai input adalah sumberdaya kesehatan yang terdiri dari subsistem sumberdaya manusia kesehatan,
subsistem obat dan perbekalan kesehatan, dan subsistem pembiayaan kesehatan. Namun perlu ditekankan
bahwa antar ke-enam subsistem tersebut harus saling berinteraksi secara harmonis dan dinamis dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan.
SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN
PENGERTIAN
Pada dasarnya upaya kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
UKM adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan di masyarakat. UKM merupakan “public goods”. UKP adalah upaya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
UKP merupakan “private goods”.
Oleh karenanya pengertian subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
TUJUAN
Tujuan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yg tercapai (accessible),
terjangkau (affordable) dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masy yg setinggi-tingginya.
UNSUR-UNSUR UTAMA
1. UKM adalah “public goods”, oleh karenanya tanggung jawab dan penyelenggara utama adalah pemerintah,
namun tetap dengan mendorong peran aktif masyarakat.
2. UKP sebagai “private goods” dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat dan swasta, dengan
tetap memperhatikan fungsi sosial.
PRINSIP
Adapun prinsip dari subsistem upaya kesehatan sebagai berikut:
1. UKM diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan swasta.
2. UKP diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial.
4. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau,
berjenjang, profesional dan bermutu.
5. Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan tradisional dan alternatif, harus tidak
bertentangan dg kaidah ilmiah.
6. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial budaya serta moral dan
etika profesi
BENTUK POKOK
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) :
1. Penyelenggara UKM strata I adalah Puskesmas dgn tiga fungsi dan enam jenis pelayanan tingkat dasar yang
ditunjang oleh berbagai bentuk UKBM
2. Penanggung jawab UKM strata II adalah Dinkes kab/kota dgn fungsi manajerial dan teknis fungsional kesehatan
yg dilengkapi dengan pelbagai UPT dan sarana kesehatan masyarakat lainnya
3. Penanggung jawab UKM strata III adalah Dinkes Provinsi dan Depkes
4. Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat unggulan nasional (National Institute)
Maksud dari bentuk pokok UKM tersebut adalah bahwa UKM diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata; penanggung
jawab strata 1 adalah Puskesmas, strata 2 Dinas Kesehatan Kab/Kota, dan strata 3 Dinkes Provinsi dan
Departemen Kesehatan.
UKM strata I adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dasar yang ditujukan kepada masyarakat. UKM strata II adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.
UKM strata III adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.
Tiga fungsi Puskesmas yang dimaksud adalah: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2)
pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, (3) pusat pelayanan kesehatan dasar.
Enam jenis pelayanan kesehatan dasar adalah: (1) promkes, (2) KIA & KB, (3) perbaikan gizi, (4) kesehatan
lingkungan, (5) P2M, dan (6) pengobatan dasar.
Fungsi manajerial Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah Adminkes, mencakup perencanaan dan pengendalian,
serta pengawasan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan. Sedangkan fungsi teknis fungsional Dinkes
Kab/Kota yang dimaksud adalah penyediaan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dalam melayani rujukan dari
Puskesmas.
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP):
1. Penyelenggara UKP strata I adalah Puskesmas dgn peran serta masyarakat dan dunia usaha (sarana kesehatan
Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang
2. Penyelenggara UKP strata II adalah RS kelas C dan B non pendidikan dgn peran serta masyarakat dan dunia
usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang
3. Penyelenggara UKP strata III adalah RS kelas B pendidikan dan A serta RS khusus dgn peran serta masyarakat
dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang
4. Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat pelayanan unggulan nasional (National Center)
5. Untuk meningkatkan mutu, dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi
Maksud dari bentuk UKP tersebut adalah bahwa UKP juga diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata. UKP strata I
adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang
ditujukan kepada perorangan. UKP strata II adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada perorangan. UKP strata III adalah UKP
tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang
ditujukan kepada perorangan.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi
menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan
diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang
sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.
Dalam gambar ini dapat dijelaskan bahwa: Unsur subsistem upaya kesehatan adalah UKM & UKP. UKM dan UKP
dapat diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta. UKM maupun UKP diselenggarakan
dalam 3 (tiga) strata, dengan masing-masing penanggung-jawab/penyelenggaranya.
SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
PENGERTIAN
Dalam subsistem pembiayaan kesehatan kita berbicara tentang penggalian dana, pengalokasian dana, dan
pembelanjaannya.
Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan.
Pengalokasian dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah dihimpun, baik bersumber dari
pemerintah maupun masyarakat dan swasta. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan
sesuai dengan peruntukannya atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela.
Oleh karenanya pengertian subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
TUJUAN
Tujuan subsistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
UNSUR-UNSUR UTAMA
Unsur-unsur utama dari subsistem pembiayaan kesehatan yakni:
1. Penggalian dana (sumber dana)
Adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau
pemeliharaan kesehatan
2. Alokasi dana
Adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari
pemerintah, masyarakat maupun swasta.
3. Pembelanjaan dana
Adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai dengan
peruntukannyadan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela.
PRINSIP
Standar WHO dan TAP MPR menekankan bahwa untuk pembiayaan kesehatan secara bertahap 5% PDB atau
15% APBN/APBD. Dana pemerintah diarahkan pada “public goods” sedangkan dana masyarakat/swasta untuk
“private goods”. Untuk UKP dana pemerintah untuk masyarakat rentan dan keluarga miskin dikelola secara efektif
dan efisien serta diarahkan dalam bentuk JPK baik wajib maupun sukarela.
Adapun prinsip subsistem pembiayaan kesehatan ini sebagai berikut:
1. Jumlah dana kesehatan harus cukup dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan, didukung oleh
transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah untuk pembiayaan UKM dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan UKP yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna
melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan melalui penghimpunan dana sosial atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah.
BENTUK POKOK
Penggalian dana (sumber dana)
Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak umum,
pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public-
private partnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang
disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai
upaya kesehatan masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat,
misalnya dana sosial keagamaan.
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib.
Pengalokasian dana
Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah, pengalokasiannya diarahkan untuk UKM sebagai “public goods”
dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin. Secara bertahap diharapkan pembiayaan dari pemerintah
yang dialokasikan untuk kesehatan sebesar 15% dari total APB (anggaran pendapatan dan belanja).
Pembiayaan kesehatan bersumber dari masyarakat, pengalokasiannya untuk UKP dikelola dalam bentuk Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (wajib atau sukarela). Cara pengalokasian dana dengan cara ini diharapkan dapat lebih
efektif dan efisien, karena adanya kendali biaya sekaligus kendali mutu pelayanan.
Pembelanjaan dana
Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-proivate partnership digunakan untuk membiayai UKM.
Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana sehat dan Dana Sosial Keagamaan digunakan untuk
membiayai UKM dan UKP.
Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin dilaksanakan melalui
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan keluarga
mampu dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib dan sukarela.
Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan seluruhnya untuk pembiayaan
UKM dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin.
Dalam gambar ini dapat dijelaskan dan ditekankan bahwa unsur-unsur subsistem pembiayaan kesehatan adalah
penggalian dana, pengalokasian dana, dan pembelanjaannya. Sumber pembiayaan kesehatan dapat dari
pemerintah dan masyarakat. UKP bagi penduduk miskin dananya bersumber dari pemerintah, dan diarahkan
pengelolaannya melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib. Di masa mendatang pembiayaan kesehatan
utamanya untuk UKP dapat dikelola dalam bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan (wajib dan sukarela).
SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
PENGERTIAN
SDM merupakan komponen input pada Sistem Kesehatan Nasional. Di era desentralisasi dan globalisasi saat ini,
permasalahan SDM kesehatan sangat pelik.
Pada dasarnya, SDM kesehatan terdiri dari komponen perencanaan, pendidikan, dan pelatihan, serta
pendayagunaan tenaga kesehatan. Komponen perencanaan menyangkut upaya penetapan kebutuhan tenaga
kesehatan basic jenis, jumlah, dan kualifikasinya. Komponen Diklat mencakup upaya pengadaan tenaga
kesehatan serta peningkatan kemampuan sesuai kebutuhan. Komponen pendayagunaan mencakup upaya
pemerataan, pemanfaatan, pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan.
Oleh karenanya, pengertian subsistem SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta pendayagunaan tentang kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
TUJUAN
Tujuan subsistem SDM kesehatan adalah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi,
terdistribusi secara adil serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yg setinggi-
tingginya.
UNSUR-UNSUR UTAMA
Subsistem SDM Kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yakni
1. Perencanaan tenaga kesehatan
Adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
Adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan
serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan
Adalah upaya pemerataan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan
PRINSIP
1. Pengadaan tenaga kesehatan mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi Nakes disesuaikan dengan kebutuhan dan
dinamika pasar. Artinya Pengadaan tenaga kesehatan diupayakan tidak menyebabkan suatu kondisi dimana
“supply” jauh lebih besar dari “demand”. Sehingga ikut mempunyai andil dalam memperbesar pengangguran.
2. Pendayagunaan Nakes memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan
keadilan. Artinya Dalam pemerataan tenaga kesehatan guna memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
daerah terpencil dan daerah sulit lainnya harus pula memperhatikan kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga
kesehatan.
3. Pembinaan Nakes diarahkan pada penguasaan IPTEK serta pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan
ajaran agama dan etika profesi. Artinya Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, kualitas tenaga
kesehatan harus selalu dibina dan dikembangkan sejalan dengan perkembangan iptek kesehatan.
4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi kerja dan disesuaikan
kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional. Artinya Pembinaan karir, yang sesungguhnya sudah ada
pedomannya, perlu ditegakkan.
BENTUK POKOK
Perencanaan Tenaga Kesehatan
1. Pembentukan Masjlis Tenaga Kesehatan Nasional dan Provinsi
2. Mencakup Penetapan Jenis Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kesehatan
Artinya Kebutuhan baik jenis, jumlah, dan kualifikasi Nakes ditetapkan oleh Pemerintah Pusat berdasarkan
masukan dari Majelis Tenaga Kesehatan. Majelis Tenaga Kesehatan adalah badan otonom yang dibentuk oleh
Menteri Kesehatan di pusat serta oleh Gubernur di provinsi dengan susunan keanggotaan terdiri dari wakil
berbagai pihak terkait, termasuk wakil konsumen dan tokoh masyarakat.
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
1. Diselenggarakan oleh institusi Pendidikan dan Pelatihan yang terakreditasi
2. Pendidikan
a. Standar
b. Penyelenggaraan
Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat pertama ditetapkan oleh asosiasi institusi pendidikan
tenaga kesehatan yang bersangkutan. Penyelenggara pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat pertama
adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan
program pendidikan harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi.
Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh
pembangunan kesehatan, tetapi belum diminati oleh swasta, menjadi tanggung jawab pemerintah.
3. Pelatihan
a. Standar
b. Penyelenggaraan
Standar pelatihan Nakes ditetapkan oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Sedangkan penyelenggara
pelatihan tenaga kesehatan termasuk yang bersifat berkelanjutan (continuing education) adalah organisasi profesi
serta institusi pendidikan, institusi pelatihan dan institusi pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi oleh
organisasi profesi yang bersangkutan.
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
1. Pemerintah
a. Penempatan Nakes di sarana yankes pemerintah dilakukan dengan kontrak kerja sesuai dengan kebutuhan.
Penempatan Nakes dengan sistem kontrak atas dasar suka rela antara kedua belah pihak.
b. Penempatan Nakes sebagai PNS diselenggarakan dalam rangka mengisi formasi pegawai pusat dan pegawai
daerah, serta formasi Nakes strategis pusat yang dipekerjakan di daerah.
2. Swasta
Penempatan Nakes di sarana swasta dalam negeri melalui koordinasi dengan pemerintah.
3. Luar Negeri
a. Penempatan Ke Luar Negeri; Penempatan Nakes di luar negeri diselenggarakan oleh lembaga yang dibentuk
khusus.
b. Penempatan Dokter Lulusan Luar Negeri; Pendayagunaan Nakes WNI lulusan luar negeri didahului program
adaptasi yang diselenggarakan lembaga pendidikan yang diakreditasi organisasi profesi.
c. Penempatan Dokter Asing; Pendayagunaan Nakes asing di dalam negeri harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh organisasi profesi.
4. Pembinaan dan Pengawasan
a. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi dan pemberian lisensi.
b. Pembinaan dan pengawasan Nakes dilakukan sesuai peraturan, hukum tidak tertulis serta etika profesi.
Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kesehatan dilakukan secara serasi dan terpadu oleh pemerintah
dan masyarakat.
Dalam gambar ini dapat sekali lagi secara ringkas dikemukakan bahwa unsur dalam subsistem SDM kesehatan
adalah: (1) perencanaan, (2) pendidikan dan pelatihan, dan (3) pendayagunaannya; dengan memperhatikan jenis,
jumlah, dan kualifikasi SDM kesehatan sesuai kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP) dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
PENGERTIAN
Subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama yakni jaminan ketersediaan, jaminan
pemerataan serta jaminan mutu, obat dan perbekalan kesehatan.
Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jaminan pemerataan obat dan
perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan
berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat. Jaminan mutu obat dan
perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan, serta keabsahan obat dan perbekalan
kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.
Oleh karenanya pengertian subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yg menghimpun berbagai
upaya yg menjamin ketersediaan, pemerataan serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya.
TUJUAN
Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang
aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
UNSUR-UNSUR UTAMA
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan perbekalan kesehatan
secara merata dan berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat.
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan, serta keabsahan obat
dan perbekalan kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.
PRINSIP
1. Obat dan perbekalan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia dan berfungsi sosial, sehingga tidak boleh
diperlakukan sebagai komoditas ekonomi.
2. Obat dan perbekalan kesehatan harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga penetapan
harganya dikendalikan oleh pemerintah.
3. Agar harga obat tidak terlampau mahal dan terjangkau oleh masyarakat, maka obat dan perbekalan kesehatan
tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan.
4. Peredaran serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan tidak boleh bertentangan dengan hukum, etika dan
moral.
5. Penyediaan obat mengutamakan obat esensial generik bermutu yang didukung oleh pengembangan industri
bahan baku yang berbasis pada keanekaragaman sumberdaya alam.
6. Penyediaan perbekalan kesehatan diselenggarakan melalui optimalisasi industri nasional dengan
memperhatikan keragaman produk dan keunggulan daya saing.
7. Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar formularium obat rumah sakit, sedangkan di
sarana kesehatan lain mengacu DOEN
8. Pelayanan obat dan perbekalan kesehatan harus rasional memperhatikan aspek mutu, manfaat, harga, mudah
diakses serta aman.
9. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional agar obat tradisional bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat
nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat
maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.
10. Pengamanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan mulai dari tahap produksi, distribusi dan
pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan.
11. Kebijaksanaan Obat Nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait lainnya.
BENTUK POKOK
Jaminan Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional diselenggarakan pemerintah bersama
pihak terkait.
2. Perencanaan obat merujuk pada DOEN
3. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional.
4. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan dan secara
ekonomis belum diminati swasta menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah.
6. Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang ditetapkan oleh Komite Farmasi dan
Terapi Rumah Sakit
Jaminan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui pedagang besar farmasi.
2. Pelayanan dengan resep dokter diselenggarakan melalui apotek, sedangkan pelayanan obat bebas
diselenggarakan melalui apotek, toko obat dan tempat-tempat yang layak lainnya, dengan memperhatikan fungsi
sosial.
3. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat memberikan pelayanan obat
secara langsung kepada masyarakat.
4. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab
apoteker.
5. Pendistribusian, pelayanan dan pemanfaatan perbekalan kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial.
Jaminan Pengawasan Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Pengawasan mutu dilakukan industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi dan masyarakat.
2. Pengawasan distribusi dilakukan pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.
3. Pengamatan efek samping dilakukan pemerintah, bersama dengan kalangan pengusaha, organisasi profesi dan
masyarakat.
4. Pengawasan promosi dilakukan pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha, organisasi profesi dan
masyarakat.
5. Pengendalian harga dilakukan pemerintah bersama pihak terkait.
6. Pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya
lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektor, organisasi profesi dan masyarakat.
7. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan Batra dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektor,
organisasi profesi dan masyarakat.
Dengan gambar ini dapat dikemukakan secara ringkas tentang unsur-unsur subsistem obat dan perbekalan
kesehatan, yaitu:
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya jaminan jenis dan jumlah
obat dan perbekalan kesehatan yang memenuhi kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya pemerataan obat dan
kesinambungan sesuai kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan agar adanya jaminan khasiat, keamanan, dan
keabsahan obat dan perbekalan kesehatan, NAPZA, dan obat tradisional.
SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENGERTIAN
Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan,
pemberdayaan kelompok, dan pemberdayaan masy. umum.
Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan perorangan dalam
membuat keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri sendiri yakni
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh keluarga dan masyarakat sekitar.
Sedangkan target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam menggerakkan masyarakat
untuk berperilaku hidup bersih & sehat.
Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-kelompok di
masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi
kelompok dan di pihak lain dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan masyarakat
di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kes. (to watch).
Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan masyarakat,
termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di
masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masy. secara keseluruhan. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan,
atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan.
Oleh karenanya pengertian Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perorangan, kelompok, dan masy. umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
TUJUAN
Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi dan
pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
UNSUR-UNSUR UTAMA
1. Pemberdayaan Perorangan
Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan perorangan dalam membuat keputusan untuk
memelihara kesehatan. Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri sendiri yakni mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Sedangkan target maksimal
adalah berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
& sehat.
2. Pemberdayaan Kelompok
Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat, termasuk swasta
sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan di pihak lain dapat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa
program pengabdian (to serve), memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate),
atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kes. (to watch).
3. Pemberdayaan Masyarakat Umum
Adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa
sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak lain dapat
meningkatkan derajat kesehatan masy. secara keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program
pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial
terhadap pembangunan kesehatan.
PRINSIP
1. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, dan masyarakat, sesuai dengan sosial
budaya, kebutuhan, dan potensi setempat.
2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan kesempatan
untuk mengemukakan pendapat, serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembangunan kesehatan.
3. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.
4. Pemberdayaan masyarakat dilakuakan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat
kebersamaan dan gotong-royong serta terorganisasikan dalam berbagai kelompok atau kelembagaan
masyarakat.
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggung-jawab, dan bertanggung gugat dan tanggap terhadap aspirasi
masyarakat, serta berperan sebagi pendorong, pendamping, fasilitator, dan pemberi bantuan (asistensi) dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat.
BENTUK POKOK
Pemberdayaan Perorangan
1. Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat termasuk swasta dan pemerintah.
2. Pemberdayaan perorangan terutama ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik,
tokoh swasta dan tokoh populer (Sasaran utama pemberdayaan perorangan adalah tokoh masyarakat)
3. Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan perilaku hidup bersih dan
sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan (Target minimal adalah untuk diri sendiri dan keluarga dlm
menerapkan PHBS dan Target maksimal dapat sebagai teladan dan aktif sebagai kader di masyarakat).
Pemberdayaan Kelompok
1. Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat
termasuk swasta.
2. Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan yang ada di masyarakat
seperti: RT/RW, kelurahan/ banjar/ nagari, kelompok pengajian, kelompok budaya, kelompok adat, organisasi
swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi (Sasaran utama adalah kelompok/
kelembagaan masyarakat seperti: RT/RW, kelurahan/ banjar/ nagari, organisasi keagamaan, dan sebagainya).
3. Pemberdayaan kelompok dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau peningkatan
kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan (Target minimal adalah terbentuknya kelompok
(LSM)/kelembagaan masyarakat yang peduli kesehatan dan Target maksimal, kelompok kemasyarakatan aktif
dalam To Serve, To Advocate, dan To Watch).
Pemberdayaan Masyarakat Umum
1. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat termasuk swasta.
2. Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah (Sasaran
pemberdayaan masy umum adalah seluruh masyarakat dalam suatu wilayah).
3. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang peduli
kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan Penyantun Puskesmas (di kecamatan),
Konsil/Komite Kesehatan Kabupaten/Kota (di kabupaten/kota), atau Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di
provinsi dan nasional) dengan Target minimal adalah terbetuknya wadah perwakilan masyarakat dan Target
maksimal adalah ikut aktif dalam mengatsi masalah di masy, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
aktif dalam to Serve, to Advocate, dan to Watch.
Dalam gambar ini dapat dijelaskan kembali secara ringkas: Unsur-unsur utama pemberdayaan masyarakat adalah
pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok, dan pemberdayaan masyarakat umum.
Sasaran pemberdayaan perorangan adalah individu dan tokoh masyarakat dengan target maksimal yang
bersangkutan dapat menjadi kader masyarakat yang ber-PHBS. Sasaran pemberdayaan kelompok adalah
kelompok atau lembaga kemasyarakatan dengan target maksimal terwujudnya kelompok peduli kesehatan.
Sasaran pemberdayaan masyarakat umum adalah seluruh masyarakat dalam satu wilayah dengan target
maksimal terwujudnya perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan.
Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat berperan dalam memberikan pelayanan (to serve), advokasi, dan
melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan/upaya kesehatan.
SUBSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN
PENGERTIAN
Sebelumnya perlu dikemukakan bahwa pengertian manajemen di sini bukan seperti pada buku-buku referensi
(“text book”). Karena akan membingungkan bahwa dalam manajemen kesehatan terdapat unsur Administrasi
Kesehatan (Adminkes).
Adminkes mengacu kepada Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggung jawaban
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Oleh karenanya pengertian subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
Adminkes yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
TUJUAN
Tujuan subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya fungsi-fungsi Adminkes yang berhasil-guna
dan berdaya-guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
UNSUR-UNSUR UTAMA
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari 4 unsur utama yakni :
1. Administrasi Kesehatan
Adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
2. Informasi Kesehatan
Adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan dibidang
kesehatan.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang
kesehatan.
4. Hukum Kesehatan
Adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan bagi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
PRINSIP
1. Administrasi Kesehatan
q Administrasi diselenggarakan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
perbantuan dalam kerangka NKRI.
q Administrasi diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi dengan berbagai sektor
pembangunan lain.
q Administrasi kesehatan diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan berbagai sektor
pembangunan lain serta antar unit kesehatan dalam satu jenjang administrasi pemerintahan.
q Adminkes diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab
antar unit kesehatan dalam jenjang yang sama dan di berbagai jenjang.
2. Informasi Kesehatan
q Infokes mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari
berbagai sektor pembangunan lain.
q Infokes mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang Adminkes.
q Infokes disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
q Infokes yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu, dengan mendayagunakan
teknologi informasi dan komunikasi.
q Pengelolaan Infokes harus dapat memadukan pengumpulan data melalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan
pelaporan) dan cara-cara nonrutin (yaitu survai, dan lain-lain).
q Akses terhadap Infokes harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
q Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kes adalah untuk kepentingan masyarakat yang sebesar-besarnya.
q Pengembangan dan pemanfaatan IKTEK kesehatan tidak boleh bertentangan dengan etika moral dan nilai agama.
4. Hukum Kesehatan
q Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem hukum kesehatan yang mencakup
pengembangan substansi hukum, pengembangan kultur dan budaya hukum serta pengembangan aparatur
hukum kesehatan.
q Tujuan pengembangan hukum kesehatan adalah untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum
dan manfaat hukum.
q Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika moral dan agama.
BENTUK POKOK
1. Administrasi Kesehatan
a. Penanggung jawab Adminkes menurut jenjang administrasi pemerintahan adalah Departemen Kesehatan di
pusat, Dinas Kesehatan Provinsi di provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Kabupaten/Kota. Dinas
kesehatan adalah instansi kesehatan tertinggi dalam satu wilayah administrasi pemerintahan.
b. Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan Dinkkes Kabupaten/Kota dan
sebaliknya.
c. Fungsi Depkes adalah mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang kesehatan, pembinaan dan bantuan
teknis serta pengendalian pelaksanaan pembangunan kesehatan.
d. Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi bidang kesehatan dengan
fungsi perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinkes Kab/Kota.
e. Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan, dengan fungsi perumusan
kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan serta pembinaan
terhadap UPTD kesehatan.
f. Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan program pembangunan kesehatan
nasional yang menjadi acuan perencanaan daerah.
g. Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman dan
standar nasional.
h. Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di daerah didasarkan atas
kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan.
i. Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman,
standar dan indikator nasional.
j. Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan
kepada Departemen Kesehatan dan Dinkes Provinsi.
k. Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan
kepada Depkes.
l. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah, pemerintah
pusat melakukan asistensi, advokasi dan fasilitasi.
m. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya dalam penanggulangan wabah dan bencana,
pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban program pembangunan kesehatan
diselenggarakan langsung oleh pemerintah pusat.
2. Informasi Kesehatan
a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem informasi kesehatan daerah dan
sistem informasi lain yang terkait.
b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan yang
teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai, survailans dan sensus.
c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan serta manajemen kesehatan.
d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan secara berjenjang, terpadu,
multidisipliner dan komprehensif.
e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat secara luas untuk
pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh pusat-
pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, swasta dan pemerintah.
b. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselenggarakan oleh lembaga khusus yang
berwenang.
c. Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusat-pusat penelitian dan pengembangan unggulan.
d. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kesehatan dilakukan
melalui pembentukan jaringan informasi dan dokumentasi IPTEK kesehatan.
4. Hukum Kesehatan
a. Hukum kesehatan dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan peraturan
perundang-undangan kesehatan daerah.
b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-undangan, pelayanan advokasi
hukum dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan masyarakat.
c. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan pengembangan jaringan informasi dan
dokumentasi hukum kesehatan serta pengembangan satuan unit organisasi hukum kesehatan di Departemen
Kesehatan.
Dalam gambar ini dapat kembali dijelaskan secara ringkas bahwa: Unsur-unsur subsistem manajemen kesehatan
adalah administrasi kesehatan, iptek, dan hukum kesehatan.
Administrasi kesehatan yang didukung infokes, iptek, dan hukum kesehatan menunjang penyelenggaraan
subsistem lainnya dari SKN (upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat
dan perbekalan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat).
PENYELENGGARAAN SKN
PELAKU SKN
Pembangunan kesehatan bukan saja tanggung jawab departemen atau sektor kesehatan saja, namun merupakan
tanggung jawab semua potensi bangsa.
Oleh karenanya pelaku SKN adalah masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara negara yang terdiri dari
pemerintah, badan legislatif, dan badan yudikatif.
Peran masyarakat & swasta; advokasi, pengawasan sosial, dan pelaksanaan pembangunan kesehatan sesuai
keahlian dan kemampuannya.
Peran pemerintah; penanggung jawab, penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan kesehatan. Dapat
ditambahkan pembagian peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Peran Badan legislatif; budget dan pengawasan.
Peran Badan yudikatif; penegakkan pelaksana hukum dan perundang-undangan kesehatan.
PROSES PENYELENGGARAAN SKN
Pendekatan kesisteman dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis, komprehensif,
dan holistik.
Sebagai suatu sistem, maka SKN harus diselenggarakan dengan adanya interaksi yang harmonis dan dinamis
antara subsistem-subsistemnya. KISS harus diterapkan antar pelaku SKN, antar subsistem-subsistem SKN dan
antara SKN dengan sistem-sistem nasional lainnya.
PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN SKN
Pada dasarnya pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagaimana siklus perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan khususnya, yaitu: perencanaan dan
penetapannya, pelaksanaan dan pengendaliannya.
SKN telah ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan, yang oleh sementara pihak SK Menteri dinilai kurang kuat.
Dapat saja nanti dasar hukum ini ditingkatkan menjadi yang lebih tinggi, misalnya PP atau bahkan Undang-
undang. Yang penting adalah materi SKN dapat dimuat dalam revisi atau perubahan Undang-undang Kesehatan
yang baru nanti.
Pedoman penyusunan SKD sudah disusun, mudah-mudahan dapat dimanfaatkan oleh daerah dalam penyusunan
SKD.
Dewasa ini Depkes juga sedang melakukan pembahasan-pembahasan dalam menyepakati metode atau cara
untuk melakukan penilaian sistem kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. DR.Dr. Azrul Aswar, MPH, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996.
2. Departemen Kesehatan RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta 2004
3. Departemen Kesehatan RI, Materi Sosialisasi SKN dan Kebijakan Depkes Tingkat Regional di Makassar 30 – 31
Agustus 2004
top related