sist pel for pus

Post on 25-Sep-2015

14 Views

Category:

Documents

7 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

sistem pelayanan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangPelayanan masyarakat oleh profesi kedokteran di puskesmas tidak hanya mencakup peningkatan kesehatan masyarakat secara fisik saja, namun juga dimaksudkan agar semua orang dapat memperoleh hak yang diberikan oleh negara. Salah satu pelayanan kedokteran yang dituntut oleh undang-undang untuk mutlak dapat dilaksanakan oleh setiap dokter di Indonesia adalah pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal. Tuntutan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum saat ini meningkat seiring meningkatnya pendidikan masyarakat. Keberadaan dokter forensik atau dokter yang menjalankan perintah undang-undang (dalam hal ini KUHAP), yang melakukan pemeriksaan atas diri korban tindak pidana, atau tersangka pelaku tindak pidana (misalnya pada kasus penyalahgunaan obat), merupakan suatu hal yang mutlak dan tidak dapat diabaikan. Keberadaan pelayanan Kedokteran Forensik dan medikolegal merupakan salah satu bentuk pelayanan kedokteran yang tidak dapat dipisahkan dari kesatuan pelayanan kedokteran bagi masyarakat.Proses penegakan hukum dan keadilan merupakan suatu usaha ilmiah dan bukan sekedar common-sense, non-scientific belaka. Dengan demikian di dalam penyelesaian perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia; seperti kasus pembunuhan, penganiayaan, kejahatan seksual, perbuatan yang menyebabkan kematian atau perlukaan, pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di puskesmas mutlak diperlukan.Terkait dengan permasalahan diatas, puskesmas sebagai sarana kesehatan rujukan juga memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal tersebut. Untuk itu diperlukan acuan bagi puskesmas dalam mempersiapkan sumber daya bagi penyelenggaraannya. Departemen Kesehatan bersama organisasi profesi Persatuan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) telah menyusun Pedoman Pelayanan Forensik dan Medikolegal di RS. Diharapkan dengan adanya pedoman ini, pelayanan forensik dan medikolegal dapat dikembangkan di RS-RS kelas A hingga kelas C di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan juga dengan ketentuan yang ada dalam undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Puskesmas.

1.2. TujuanMakalah ini dibuat sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di departemen kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Makalah ini juga bertujuan agar yang membaca khususnya yang sedang belajar ilmu kedokteran akan mengetahui dan mengerti tugas-tugas seorang dokter dalam lingkup ilmu kedokteran forensik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi dan KlasifikasiPelayanan Kedokteran Forensik dan Medikolegal :Adalah pelayanan kedokteran untuk memberikan bantuan profesional yang optimal dalam memanfaatkan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal mencakup 5 bidang, yaitu :1.Pelayanan Forensik Klinik :Adalah pelayanan pemeriksaan forensik terhadap korban hidup yang dikirim penyidik ke puskesmas dan pelayanan pemeriksaan forensik pada pasien dalam rangka pembuatan visum et repertum, surat keterangan atau lainnya.2.Pelayanan Forensik Patologi :Adalah pelayanan pemeriksaan forensik terhadap korban mati yang dikirim oleh penyidik ke puskesmas dan bantuan pelayanan pemeriksaan bedah mayat klinis terhadap mayat pasien sesuai permintaan pihak yang berkepentingan.3.Pelayanan Laboratorium Kedokteran Forensik :Adalah pelayanan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang kepentingan pelayanan forensik klinik, forensik patologi, maupun pelayanan medikolegal.4.Pelayanan Konsultasi Medikolegal Adalah pelayanan konsultasi ahli yang dilaksanakan seorang dokter spesialis kedokteran forensik secara tersendiri atau dibantu oleh ahli lain dan atau dokter spesialis lain dalam bidang terkait untuk : prosedur medikolegal, penyusunan by-laws, pembuatan dokumen medik, dan penyelesaian sengketa medik.5.Pelayanan Identifikasi Orang HilangAdalah pelayanan identifikasi terhadap temuan mayat tidak dikenal, meliputi pemeriksaan kedokteran forensik serta bantuan untuk pemeriksaan identifikasi non kedokteran (bantuan pengambilan foto wajah, sidik jari, dsb).

6.Pelayanan Extra Mural ForensikAdalah pelayanan kedokteran forensik di luar RS, termasuk pemeriksaan penggalian jenazah (ekshumasi), identifikasi temuan kerangka korban perang dsb

7.Pelayanan ForensikAdalah pelayanan pengesahan tindakan medis terhadap pasien (keadaan mati batang otak, terkait masalah transplantasi dsb) atau yang terkait dengan ketentuan hukum tentang kemampuan/kompetensi seseorang dimuka hukum untuk memberi kesaksian dsb.

8.Pelayanan Wet LabAdalah pelayanan penyediaan kadaver (dengan persyaratan khusus antara lain ada izin ahli waris, tidak ditemukan ahli waris, tidak termasuk korban kejahatan dsb) bagi pelatihan ketrampilan klinik spesialistik

9.Pelayanan Kamar JenazahAdalah pelayanan pengurusan jenazah sesuai kondisinya hingga siap untuk dimakamkan meliputi kegiatan pemulasaran jenazah, termasuk pengawetan jenazah, dan surat surat yang terkait dengan penguburan.

10.City Morgue Adalah tempat pemulasaraan dan layanan kematian bagi jenazah dari seluruh kota/kabupaten dengan kriteria kematian tidak wajar, kematian yang tidak diketahui penyebabnya, dan kematian di tempat umum. Selanjutnya City Morgue dapat dikembangkan menjadi pusat layanan dan registrasi kematian yang lebih menyeluruh, tidak terbatas pada yang memerlukan pemeriksaan kedokteran forensik saja.

2.2.Tujuan Tujuan pelayanan forensik di Puskesmas adalah :1. Memberikan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal menyeluruh pada korban kekerasan, kekhususan pada perempuan dan anak di bidang klinik dan psikososial sesuai amanat undang-undang2.Memberi pelayanan forensik bagi klien sesuai standar dan peraturan berlaku. 3.Memberi layanan konsultasi medikolegal dan etika dalam lingkungan puskesmas, keprofesian maupun antar institusi.

2.3.Falsafah Pelayanan Kedokteran Forensik dan medikolegal1.Pelayanan kedokteran forensik untuk kepentingan penegakan hukum pidana serta kepentingan internasional merupakan pelayanan kelembagaan publik yang dilaksanakan oleh rumah sakit pendidikan milik pemerintah, bukan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh dokter selaku praktisi perorangan.2.Mengutamakan obyektifitas dan imparsialitas. Puskesmas sebagai lembaga imparsial independen yaitu lembaga yang dalam mengemban amanah membantu penegakan keadilan harus memiliki otonomi sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun dalam memberikan keterangan medis3.Memperhatikan autonomy, beneficence, non maleficence dan justice, terutama dalam menangani korban hidup4.Menjunjung tinggi kebebasan profesi dan Rahasia Kedokteran5.Menunjukan profesionalisme dalam melayani masyarakat7.Mematuhi prosedur hukum yang berlaku

2.4.Pelayanan Kedokteran Forensik dan Medikolegal di IndonesiaUntuk dapat memberikan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal secara merata di Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan, terutama KUHAP, UU Kesehatan, UU Praktik Kedokteran dan UU Rumah Sakit, dibuat strategi pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal berjenjang di rumah sakit dan puskesmas. Strategi ini dikembangkan dan disesuaikan secara etik dan legal dengan kebijakan, standar, pedoman dan by-laws yang telah ada sebelumnya.1. Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di PuskesmasUpaya pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di Puskesmas ditujukan memberikan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal yang bersifat dasar, seperti pelayanan pemeriksaan mayat, pemeriksaan korban kekerasan fisik dan seksual, tata laksana barang bukti dan pelayanan laboratorium forensik sederhana. Puskesmas juga diharapkan dapat memberikan pembinaan kepada masyarakat dan melaksanakan sistem rujukan sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Karena distribusi spesialis kedokteran forensik dan dokter umum terlatih belum merata di seluruh Indonesia, dimungkinkan pelayanan kedokteran forensik extra-mural (keliling) ke tempat kejadian perkara yang memerlukannya.

2.5.Strata Pelayanan Kedokteran Forensik dan Medikolegal di PuskesmasPelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di puskesmas dalam penyelenggaraannya dibagi dalam beberapa strata pelayanan. Strata pelayanan ini ditetapkan berdasarkan jenis tenaga dan kelengkapan pelayanan yang tersedia di rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Strata I: Pelayanan PrimerPelayanan kedokteran forensik dan medikolegal dasar (rumah sakit kelas D dan Puskesmas). Pelayanan mencakup pelayanan forensik klinik, pemeriksaan luar jenazah untuk pembuatan Visum et Repertum (sesuai dengan permintaan penyidik), surat keterangan kematian, kamar jenazah sederhana. Tenaga yang tersedia adalah dokter umum terlatih dan perawat.Strata II: Pelayanan SekunderPelayanan kedokteran forensik dan medikolegal spesialistik (rumah sakit kelas B non pendidikan dan kelas C)Pelayanan mencakup :1. Pelayanan patologi forensik (termasuk pemeriksaan autopsi forensik)2. Pelayanan forensik klinik3. Pelayanan laboratorium forensik sederhana: pemeriksaan darah, cairan mani, spermatozoa, rambut, air liur, penentuan pengguna narkoba (kualitatif)4. Pelayanan konsultasi medikolegal terbatas dan surat keterangan kematian5. Pelayanan kamar jenazah ( penanganan jenazah infeksius, embalming) 6. Pelayanan identifikasi orang hilang: DVITenaga yang tersedia : dokter spesialis kedokteran forensik, dokter umum terlatih forensik dan medikolegal, perawat dan tenaga keteknisan kedokteran forensik & medikolegal.

Strata III: Pelayanan TersierPelayanan kedokteran forensik dan medikolegal spesialistik dan subspesialistik (rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A)Pelayanan mencakup :1. Pelayanan patologi forensik2. Pelayanan forensik klinik3. Pelayanan laboratorium forensik (dasar, DNA dan toksikologi)4. Pelayanan konsultasi medikolegal dan etika5. Pelayanan kamar jenazah (city morgue)6. Pelayanan wet lab7. Pelayanan extra mural8. Pelayanan surat keterangan medik9. Pelayanan identifikasi orang hilang Tenaga yang tersedia : dokter spesialis kedokteran forensik dan dokter spesialis konsultan kedokteran forensik, dokter terlatih forensik, perawat, tenaga keteknisan kedokteran forensik dan medikolegal, psikolog, petugas sosial medik.Pendidikan : pendidikan dokter spesialis, jejaring pendidikan spesialis, pendidikan profesi dokter umum, pelatihan perawat dan tenaga keteknisan kedokteran forensik dan medikolegal. Penelitian dan pengembangan : penelitian dasar dan terapan, pengembangan forensik dan medikolegal.

2.6. Sistem Pelayanan di PuskesmasPelayanan bagian/departemen/instalasi kedokteran forensik dan medikolegal di puskesmas dilaksanakan melalui sistem pendekatan pelayanan terpadu, artinya klien, korban atau pasien yang memerlukan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal dilayani melalui 2 akses utama. Akses tersebut adalah :1. Korban atau pasien yang telah meninggal dunia memperoleh pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal setelah terdaftar untuk memperoleh pelayanan pada instalasi kamar mayat /mortuary/pemulasaraan jenazah yang ada di rumah sakit. Pelayanan patologi forensik di luar gedung rumah sakit berupa ekshumasi / penggalian mayat dilakukan dengan koordinasi bersama penanggung jawab instalasi pemulasaraan jenazah. 2. Korban, klien atau pasien hidup yang memperoleh pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal melalui instalasi gawat darurat, pusat pelayanan terpadu (PPT), poliklinik atau datang ke kantor bagian/departemen/instalasi kedokteran forensik dan medikolegal.2.7. Jenis Pelayanan Kedokteran Forensik di Puskesmas 1) Pemeriksaan Luar Jenazah

Pemeriksaan luar jenazah dilakukan secara teliti dan seksama dengan mengikuti format laporan obduksi. Adapun data-data yang perlu dicari dan dicatat dalam laporan obduksi adalah data-data berikut ini:

Dokter pemeriksa, nama serta alamat instansinyaTanggal dan jam pemeriksaanPenulis laporan obduksiIdentitas jenazah: data ditulis sesuai dengan data pada kartu identitas atau SPVLabel: disini dicatat ada tidaknya label, bahan label, ada tidaknya lak dan isi informasi pada label.

Tutup/bungkus mayat: disini dicatat kain atau selimut yang digunakan untuk membungkus atau menutupi mayat, yaitu data mengenai jenis bahan, warna, motif bahan serta keterangan lainnya (lusuh, berlumur lumpur/darah dsb)Perhiasan: disini dicatat mengenai jenis perhiasan, bahan, warna serta keterangan lain mengenai perhiasan yang dikenakan

Pakaian: disini dicatat pakaian yang dikenakan, dideskripsikan mulai dari atas ke bawah, dari luar ke dalam, yaitu data mengenai jenis pakaian (baju kemeja lengan panjang, kaos oblong dsb), bahan (kaos, katun,dsb), warna, merek serta nomor dan keterangan lainnyaBenda disamping mayat: disini dicatat benda-benda yang ditemukan di samping mayat.

Tanatologi: disini dicatat mengenai perubahan-perubahan setelah kematian yang meliputi data (1) lebam mayat (lokasinya, warnanya dan apakah hilang atau tidak dengan penekanan), (2) kaku mayat (lokasinya, mudah atau tidak dilawan) serta (3) perubahan kematian lanjut (jika ada), yaitu tanda tanda pembusukan, adiposera atau mumifikasi (lokasi dan deskripsinya).

Mata: disini dicatat kondisi kedua mata meliputi data tentang selaput bening (kornea) apakah masih jernih atau sudah keruh, teleng mata (pupil) bagaimana bentuknya serta berapa diameternya, warna tirai mata (iris), selaput bola mata (sclera atau konjunctiva bulbi) apakah warnanya pucat, kuning atau kemerahan serta ada tidaknya bintik atau bercak perdarahan, selaput kelopak mata (conjuctiva palpebra) apakah warnanya pucat, kuning atau kemerahan dan apakah menunjukkan adanya bintik atau bercak perdarahan.

Hidung (dicatat bentuknya, apakah biasa, pesek atau mancung), telinga (dicatat bentuknya apakah biasa, atau ada ciri khusus tertentu) dan lidah (dicatat apakah lidah terjulur atau tergigit).

Gigi geligi: disini dicatat gigi geligi pada rahang atas kiri, atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan, yaitu data mengenai jumlah gigi, keutuhannya, ada tidaknya bolong/caries, adanya kelainan bentuk, kawat, tambalan dsb.

Luka luka: disini dicatat luka-luka pada tubuh korban sedetil dan selengkap mungkin sebagai berikut:

Memar: dicatat lokasi, koordinat, warna serta ukurannya.

Luka terbuka: dicatat lokasi, koordinat (sumbu X dan Y serta jarak dari tumit), tepi luka (rata/tak rata), sudut luka (tajam/tumpul), dinding luka (kotor/bersih), dasar (jaringan bawah kulit, otot, tulang), adanya jembatan jaringan, sekitar luka (adanya luka lecet/memar serta ukurannya), ukuran luka dalam keadaan aslinya dan ukuran setelah luka dirapatkan.

Luka tembak: dicatat lokasi, kkordinat (sumbu X, Y serta jarak dari tumit), bentuk luka (lubang, bintang atau luka terbuka), ukurannya, adanya lecet di sekitar lubang luka (kelim lecet) serta ukuran lebar lecetnya, adanya jelaga di sekitar luka (kelim jelaga) serta ukurannya, adanya bintik-bintik hitam di sekitar luka (kelim tattoo) serta ukurannya, adanya cekungan di sekitar lubang luka (jejas laras) dan ukurannya.

Jejas jerat atau gantung pada leher: dicatat bentuk luka, lokasi ketinggian luka pada GPD, sisi kanan dan kiri, lokasi hilangnya jejas serta lokasi (perkiraan lokasi) simpul serta lebar luka pada lokasi-lokasi tersebut.

Luka bakar: dicatat lokasi, koordinat, deskripsi luka serta luasnya (mengikuti rule of nine)Patah tulang: disini dicatat mengenai tulang yang patah, yaitu nama tulangnya, lokasi patahan, jenis patah (terbuka, tertutup).

2) Pemeriksaan Barang Bukti

Pada saat dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan perlukaan ada kemungkinan diperoleh barang bukti yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, seperti anak peluru, serpihan misil, senjata yang tertancap pada tulang dsb. Berbagai benda tersebut dapat diperoleh di IGD pada saat pemeriksaan, tetapi dapat juga diperoleh pada saat operasi.

Barang bukti tersebut harus disimpan untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara forensik dan dibuatkan berita acara pemeriksaan barang bukti. Barang bukti ini sebaiknya baru diserahkan kepada penyidik apabila telah dilakukan pemeriksaan terhadapnya. Setelah diperiksa, barang bukti tersebut dibungkus, dan dimasukkan ke dalam amplop, disegel, diberi label dan dilak dengan diberi cap. Selanjutnya dibuat berita acara pembungkusan dan penyegelan serta berita acara serah terima barang bukti. Barang tersebut diserahkan kepada petugas kepolisian yang meminta VER, dengan meminta tanda tangan petugas pada berita acara serah terima bartang bukti. Kepada penyidik yang sama diberikan satu kopi berita acara pemeriksaan, pembungkusan dan penyegelan barang bukti yang telah dibuat dan ditandatangani oleh dokter.

3) Pembuatan VER4) Kewajiban dan kewenangan membuat VER ada pada dokter yang memeriksa dan merawat pasien. Dokter adalah orang yang paling mengetahui mengenai perlukaan yang terjadi pada pasien, sehingga paling mengetahui mengenai mengetahui mengenai derajat luka yang terjadi. Penentuan derajat luka merupakan tanggung jawab dokter yang paling utama karena atas dasar kesimpulan itulah berat ringannya tindak pidana yang telah diperbuat tersangka dapat ditentukan.

Setelah selesai pengobatan dan derajat luka telah dapat ditentukan, maka dokter ruang membantu membuatkan resume kasus. Berdasarkan resume tersebut dokter IGD dan dokter yang merawat pasien merancang konsep VER dan membuat kesimpulan yang mereka anggap paling tepat. Berkas ini kemudian diserahkan ke bagian TU Visum untuk dibuatkan VERnya. Setelah VER selesai semua dokter yang memeriksa pasien membubuhkan tandatangannya. Bersama VER ini, bagian TU Visum juga membuatkan surat pengantar untuk VER yang ditujukan ke kepolisian peminta VER yang ditandatangani.

2.8. Sistem Rujukan di PuskesmasKonsep rujukan adalah suatu upaya pelimpahan tanggung jawab dan wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk mencapai suatu pelayanan forensik dan medikolegal yang bermutu dan tepat sasaran.Rujukan ini dapat bersifat vertikal maupun horizontal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang dimiliki. Rujukan dapat terjadi dari Puskesmas ke Puskesmas lain, Puskesmas ke Rumah Sakit, Rumah Sakit ke Rumah Sakit dengan kelas rujukan yang lebih tinggi.Kegiatan rujukan ini mencakup :a. Rujukan korban/klien (internal dan eksternal)b. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk peningkatan kemampuan tenaga Kedokteran Forensik dan Medikolegal serta sumber daya berupa dana, alat dan sarana.c. Pembinaan manajemen

2.9.Sistem Pelayanan Rujukan Pelayanan Kedokteran Forensik dan Medikolegal1.Koordinasi dan mekanisme kerja internal dalam tim kedokteran forensik dan medikolegal, dan antar instalasi dalam rumah sakit.a.Koordinasi dan mekanisme kerja internal dalam tim kedokteran forensik dan medikolegal dalam rumah sakit mengikuti peraturan yang berlaku, serta berpedoman pada tata aturan baku pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal pada rumah sakit (hospital by-laws).b.Rujukan intern rumah sakit berpedoman pada prosedur rujukan di dalam rumah sakit dan mekanisme kerja di bagian/departemen/instalasi kedokteran forensik dan medikolegal.

BAB IIIKESIMPULAN

Puskesmas yang telah atau akan menyelenggarakan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal agar menyesuaikan dengan ketentuan dan dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi bagi tiap puskesmas. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan standar pelayanan kedokteran di bidang kedokteran forensik dan medikolegal.

top related