siklus materi dan jaring makanan pada ekosistem terumbu karang
Post on 13-Jun-2015
10.183 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas MakalahProgram PascasarjanaIlmu PerikananUniversitas Hasanuddin2009
SIKLUS MATERI DAN JARING MAKANAN PADAEKOSISTEM TERUMBU KARANG
Muh.Hasby RasyadP3300 209 040
Pendahuluan
Laut merupakan salah satu bagian utama dari komposisi permukaan bumi.
Perbandingan daratan dan lautan adalah 30 % bagian dari permukaan bumi adalah daratan,
dan 70 % sisanya adalah lautan. Presentase wilayah lautan yang besar ini akan lebih mudah
diamati jika dibagi berdasarkan sub–sub bagian, dan prinsip ekologi yang berlangsung
didalamnya. Nybaken (1992) membagi secara garis besar daerah perairan laut, menjadi 2 (dua)
kawasan utama yaitu pelagik dan bentik. Zona pelagik adalah zona permukaan laut yang
menerima cahaya matahari (fotik), sedangkan zona bentik adalah zona dasar laut yang kurang
atau tidak sama sekali menerima cahaya matahari (afotik).
Pada zona pelagik terdapat 3 jenis ekosistem utama, dan umum dijumpai, yaitu
ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Ketiga ekosistem ini memiliki
produktivitas primer yang tinggi. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang memiliki
produktivitas tertinggi di seluruh ekosistem alamiah yang terdapat di sekitarnya. Romimohtarto
dan Juwana (1999) menyatakan bahwa produktivitas primer rata-rata terumbu karang adalah
20.000 Kcal/m2/tahun atau sekitar 10 g/m2/hari. Nybakken (1992) menyatakan terumbu
memiliki kemampuan untuk menahan bahan organik dan menjalankan fungsinya seperti
layaknya sebuah kolam yang akan menampung sesuatu segala dari luar.
Bahan organik yang tertampung adalah indikator kesuburan ekosistem terumbu karang.
Karena bahan organik tersebut akan didekomposisi oleh bakteri dan selanjutnya menjadi
nutrien anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh produser untuk kebutuhan fotosintesis.
Nutrien tersebut berupa Karbon organik, Nitrogen, dan Posfat. Selanjutnya kesuburan
ekosistem terumbu karang, menghadirkan keanekaragaman (biodiversity) organisme perairan
di dalamnya. Dimana organisme-organisme perairan ini memiliki fungsi secara ekonomi dan
ekologi. Secara ekonomi, Nontji (1993) menjelaskan bahwa organisme yang hidup di terumbu
mempunyai nilai niaga seperti udang karang, rajungan, kerang lola dan berbagai jenis ikan
karang, yang biasanya dimanfaatkan sebagai ikan hias.
Pemanfaatan secara ekonomi semata-mata, akan menyebabkan degradasi lingkungan
dan overeksploitasi dimana akan memberikan dampak negatif secara ekologi. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah kajian yang mendalam tentang materi unsur hara yang mempengaruhi
biodiversity dan untuk mengetahui beberapa organisme perairan yang dalam siklus hidupnya
berinteraksi dengan ekosistem karang, seperti pada jaring makanan.
Siklus Materi
a. Siklus Karbon
Karbon adalah unsur utama yang dimanfaatkan oleh tumbuhan dan alga untuk berfotosintesis. Sumber
karbon yang ada di perairan adalah berasal dari udara dan dari dalam perairan itu sendiri. Di atmosfer
terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan
hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara bertukar
dengan di air jika terjadi persentuhan antara udara dan air seperti gelombang. Nybakken (1992)
menyatakan dalam daur karbon, bentuk sistem asam karbonat adalah ion bikarbonat dan karbonat.
Karbon diikat menjadi senyawa organik oleh tumbuh-tumbuhan, dipindahkan ke hewan melalui
herbivora dan pemangsaan (predasi) dan dikembalikan ke cadangan melalui pernapasan dan kegiatan
bakteri.
Gambar 1. Siklus Karbon di alam
Karbondiokasida ini dimanfaatkan oleh Zooxanthella karang untuk berfotosintesis dan
menghasilkan oksigen. Timotius (2003) menyatakan bahwa, hasil fotosintesis zooxanthella adalah
berupa oksigen, yang akan dimanfaatkan karang untuk respirasi, dan ion karbonat yang lebih banyak,
untuk kalsifikasi karang.
b. Siklus Nitrogen
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 78 % dari udara. Sastrawijaya (2009)
menyatakan bahwa masuk ke perairan dengan fiksasi (pengikatan) nitrogen melalui bakteri dan alga,
dan halilintar. Ledakan petir yang melalui udara memberikan cukup energi untuk menyatukan nitrogen
dan oksigen di udara membentuk nitrogen dioksida, NO2. bakteri dalam tanah yang dapat mengikat
nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat
anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen.
Sekali nitrat diabsorpsi alga/ganggang, nitrogen akan terus disintesis menjadi protein nabati. Herbivora
mengubah protein ini menjadi protein hewani. Tanaman dan hewan yang mati akan diuraikan
proteinnya menjadi amoniak dan senyawa amonium. Amoniak dirubah oleh bakteri menjadi nitrit,
bakteri lain melanjutkan ke nitrat. Ada juga bakteri dan jamur yang mengubah nitrit kembali ke nitrogen
bebas. Karena merupakan nutrien, nitrat dapat mempercepat pertumbuhan plankton.
Gambar 2. Siklus Nitrogen di alam
b. Siklus Posfor
Dalam daur posfor, cadangan utama adalah dalam bentuk batuan posfat. Nybakken (1992)
menyatakan bahwa posfor masuk ke perairan melalui erosi. Lalu ditambahkan oleh Sastrawijaya (2009)
yang menyatakan daur posfor di perairan mirip dengan daur nitrogen. Dalam perairan, terdapat tiga
bentuk posfor yaitu senyawa posfor anorganik seperti ortoposfat, senyawa organik dalam protoplasma
dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk karena kotoran atau tubuh organisme yang
mengurai. Air biasanya mengandung posfat anorganik terlarut. Fitoplankton dan tanaman lain akan
mengabsorbsi fosfat ini dan membentuk senyawa adenosine trifosfat (ATP). Herbivora yang memakan
tanaman itu akan memperoleh posfor itu. Jika tanaman dan hewan itu mati, maka bakteri pengurai
mengembalikan posfor itu kedalam air sebagai zat organik terlarut. Demikian pula dengan kotoran sisa
metabolisme hidup. Akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik itu menjadi posfor daur kembali
dapat berulang.
Gambar 3. Siklus Posfor di perairan
Jaring Makanan Terumbu Karang
Secara garis besar tingkat trofik dalam jejaring makanan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok produsen yang bersifat autotrof karena dapat memanfaatkan energi matahari untuk
mengubah bahan-bahan anorganik menjadi karbohidrat dan oksigen yang diperlukan seluruh makhluk
hidup, dan kelompok konsumen yang tidak dapat mengasimilasi bahan makanan dan oksigen secara
mandiri (heterotrof).
Gambar 4. Jaring makanan karang
Nybakken (1992) mengelompokkan produsen yang terdapat pada jaring makanan karang
adalah alga koralin, alga hijau alga coklat dan zooxanthella. Dari gambar diatas dapat diamati
bahwa produser dikonsumsi oleh sejumlah organisme avertebrata seperti bintang laut raksasa (
Acanthaster planci ) dan invertebrata seperti ikan kepe-kepe (Chaetodontidae). Terdapat juga
organisme yang memakan alga yang banyak terdapat di ekosistem karang seperti ikan famili
Acanthuridae. Tipe pemangsaan yang ada adalah 50-70 % karnivora. Goldman dan Talbot 1976
dalam Nybakken (1992) menyatakan bahwa banyak dari ikan karnivora di ekosistem terumbu
karang adalah opurtunistik. Mengambil apa saja yang berguna bagi mereka. Mereka juga
memakan mangsa yang berbeda pada tingkatan yang berbeda dalam siklus kehidupan mereka.
Daftar Acuan
Anonim. 2006. Buku Panduan Pengenalan Terumbu Karang. COREMAP II/World Bank
Anonim.2006. Modul Pengenalan Terhadap Ekosistem Teumbu Karang. COREMAP II/ Yayasan Lanra Link
Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nybaken, J.W. !992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Secara Ekologis. Gramedia. Jakarta
Romimohtarto, K. Juwana, S. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. LIPI. Jakarta
Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Timothius, S. 2003. Makalah Training Course : Karakteristik Terumbu Karang. Yayasan Terangi
top related