seminar nasional mipa 2017 isbn : 978-602-60761-8-2eprints.unram.ac.id/4958/1/i made...
Post on 09-Oct-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
ii
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Dengan Menyebut Nama Allah
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
iii
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
PROSIDING
SEMINAR NASIOAL MIPA 2017
TEMA
“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”
Senin, 11 Desember 2017
Safa Marwa Ballroom, Grand Madani Hotel
Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Reviewer:
Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S
Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si
iv
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Penerbit UNW Mataram Press
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017 Tema: “Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”
Penyunting : Dwi Kartika Risfianty, M.Si dkk Desain Cover : Tim UNW Mataram Press Pemeriksa Aksara: Tim UNW Mataram Press Lay Out : Tim UNW Mataram Press Cetakan Pertama : Jumadal Awwal 1439 H/ Januari 2018 M Penerbit UNW Mataram Press Jl. Kaktus No. 1 -3 Mataram (0370) 641275 unwmatarampress@gmail.com Bekerjasama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1439/ 2018, xi + 135 hlm ISBN: 978-602-60761-8-2
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
v
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Artikel pada prosiding ini dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas
untuk tujuan bukan komersil (non profit) dengan syarat tidak menghapus atau mengubah
atribut penulis. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang kecuali mendapatkan izin
terlebih dahulu dari penulis.
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2017
“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”
Mataram, 11 Desember 2017
Copyright Notice
©
Seluruh isi dalam prosiding ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing
penulis. Jika dikemudian hari ditemukan indikasi plagiasi dan berbagai macam kecurangan
akademik yang dilakukan oleh para penulis maka pihak penyelenggara dan tim penyunting
(editor) tidak bertanggungjawab atas segala bentuk plagiasi dan berbagai macam
kecurangan akademik yang terdapat pada isi masing-masing naskah yang diterbitkan dalam
Prosiding ini. Para penulis tetap mempunyai hak penuh atas isi tulisannya tetapi
mengijinkan bagi setiap orang yang ingin mengutip isi tulisan dalam Prosiding ini sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku.
Susunan Panitia Penyelenggara
Advisory committee
TGH.L.G.M. Ali Wirasakti Amir Murni, Lc.,MA
Irfan Jayadi, SP., M.Si
Reviewer:
Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S
Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si
Penyunting:
Dwi Kartika Risfianty, M.Si
Dwi Novitasari, M.Pd
Leny Fitriah, M.Pd
Irna Ilsa Nuriza, M.Si
Dwi Agustini, M.Pd
Pahrurrozi, M.Pd
Organizing committee
Leny Fitriah, M.Pd
Dwi Kartika Risfianty, M.Si
Dwi Novitasari, M.Pd
Irna Ilsa Nuriza, M.Si
Dwi Agustini, M.Pd
Pahrurrozi, M.Pd
Nurhyani
Technical Meeting
Siti Fatimah
Nurfiah
Romi Saputra
Uswatun Hasanah
Zuriya Ulva
vi
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA 2017
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
Tema
“Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”
DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab
Irfan Jayadi, SP., M.Si
(Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNW Mataram)
Reviewer
Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S
Prof. Dr. Agil Al Idrus, M.Si
Penyunting Pelaksana
Dwi Kartika Risfianty, M.Si
Dwi Novitasari, M.Pd
Leny Fitriah, M.Pd
Irna Ilsa Nuriza, M.Si
Dwi Agustini, M.Pd
Pahrurrozi, M.Pd
Diselenggarakan Oleh :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
Alamat Redaksi :
Jalan Kaktus Nomor 1-3 Mataram, Nusa Tenggara Barat
Email : unwmataramfmipa@gmail.com
vii
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terselenggaranya kegiatan Seminar
Nasional MIPA 2017 Fakultas MIPA Universitas Nahdlatul Wathan Mataram. Seminar ini
merupakan seminar pertama yang diadakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dengan mengangkat tema “Pengelolaan Ekosistem Berwawasan Lingkungan”. Seminar ini
diadakan sebagai media edukasi, diskusi, transformasi, dan aspirasi sebagai strategi pengendalian
pencemaran ekosistem secara efektif dan efisien, serta dapat memberikan solusi dan membangun
tindakan preventif bersama mencegah kerusakan lingkungan.
Seminar Nasional MIPA 2017 ini diikuti oleh berbagai kalangan yaitu siswa sekolah,
Bapak/Ibu dosen dari berbagai perguruan tinggi serta dari berbagai instansi pemerintah lainnya.
Dalam Seminar ini juga dipresentasikan sejumlah makalah/artikel hasil penelitian yang telah
dilakukan dari bidang kajian pengendalian lingkungan, pertanian, pertenakan, limbah kimia, dll.
Disamping itu untuk menambah wawasan tentang Pengelolaan Ekosistem kepada para
peserta seminar secara komprehensif, kami mengundang narasumber utama/ Keynote Speaker
yaitu:
1. Dr. Ir. Aryo Hanggono, DEA. Staf ahli bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut
Kementerian Perikanan dan Kelautan RI
2. Ir. Kemal Amas, M.Sc.Sekertaris Direktorat Jendral Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
3. Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, M.S ahli bidang penyakit tumbuhan dari Universitas
Mataram dengan judul makalah “Eksplorasi Sumber Daya Alam (Biokompos,
Bioaktivator, Biochar dan FMA) untuk Mengembangkan Tanaman Pangan Sisitem
Organik di Lahan Kering”
4. Prof. Ir. M. Taufik Fauzi, M.Sc, Ph.D ahli bidang penyakit tumbuhan dari Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram dengan judul makalah “Mikrobia
untuk Mengendalikan Tumbuhan Pengganggu yang Ramah Lingkungan pada Berbagai
Ekosistem”
5. Prof. Julian Heyes BSc (Hons), D.Phil.,PGDip. ahli bidang Postharvest Technology dari
Massey University of New Zealand dengan judul makalah “Sustainability Issues In
Postharvest Handling Of Fresh Products”
Makalah-makalah yang terhimpun pada kegiatan Seminar Nasional MIPA 2017 kami
sajikan dalam Prosinding Seminar Naional MIPA. Upaya penyuntingan Prosiding ini telah
diupayakan sebaik mungkin. Kami menyadari sepenuhnya, bahwa masih terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan Prosiding ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna
perbaikan pada penerbitan yang akan datang.
Kami selaku panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan
Ibu Peserta atas partisipasinya khususnya kepada narasumber dan secara seluruh pihak yang telah
mendukung dan membantu terselenggaranya acara Seminar Nasional MIPA 2017 dan
terselesaikannya penyuntingan dan penerbitan Prosiding ini. Semoga acara Seminar Nasional
MIPA 2017 dan penerbitan Prosiding ini bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, 11 Desember 2017
Ketua Panitia
viii
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
DAFTAR ISI PROSIDING Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI PROSIDING ............................................................................................. ix
DAFTAR MAKALAH
Afe Dwiani1, Suburi Rahman2
Uji Organoleptik MP-Asi Biskuit Bayi yang Terbuat Dari Campuran Tepung Pisang
Kepok, Tepung Kacang Tunggak dan Tepung Kelor (Hedonic Test of Weaning Biscuits
from Banana Flour, Moringa Flour and Cowpea Flour) ................................................... 1 – 5
I Made Mega1, I Made Oka Adi Parwata2
Screening Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Batang Gaharu
dan Minyak Atsiri Batang Gaharu (Gyrinops versteegii) .................................................. 6 – 11
Wiwi Noviati1, Eryuni Ramdhayani2
Efektivitas Daun Mimba dan Daun Jeruk Nipis Sebagai Insektisida Kutu Beras
(Sitophilus oryzae) .............................................................................................................. 12 – 15
Hermansyah1, Indah Dwi Lestari2, Syafruddin3
Identifikasi Kearifan Tradisional Masyarakat Dalam Pemanfaatan dan Pelestarian
Sumberdaya Alam Pesisir (Studi Kasus Masyarakat Pesisir di Desa Bungin,
Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa) ............................................................................ 16 – 21
Munawir Sazali1, Laili Indana Zulpa2, Ilham Kusuma3, Edwin Pane4 Peran Kanopi Pohon Sebagai Ecosystem Services Berbasis Iklim Mikroterhadap
Kenyamanan Pengendara Motor di Selaparang Kota Mataram .......................................... 22 – 27
Nefi Andriana Fajri1, Muhammad Ali2
Aplikasi Tekhnologi Molekuler Untuk Deteksi Virus Lobster Air Tawar ......................... 28 – 31
Ria Harmayani1, Dian Oktaviana Said2
Produksi Limbah Tanaman Aren (Arenga pinnata) dan Potensinya Sebagai Pakan di
Kabupaten Lombok Barat ................................................................................................... 32 – 37
Sri Mulyani1, Andi Gusti Tantu2, Wilson Reimas3
Pengaruh Suhu yang Berbeda Terhadap Penyerapan Kuning Telur Larva Ikan Kerapu
Epinephelus fuscoguttatus ................................................................................................... 38 – 42
Aria Dirawan1, Suranto2, Sunarto3
Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan di Kawasan Hutan
Kemasyarakatan (HKm) Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah ......... 43 – 47
I Gde Adi Suryawa Wangiyana 1, Sukardi Malik 2
Eksplorasi Rizosfer Hutan Senaru Sebagai Sebagai Media Tumbuh Bibit Gyrinops
versteegii Dalam Rangka Budidaya Gaharu Berkelanjutan ................................................ 48 – 52
Dahlia Andayani 1, Indah Mayang Sari2
Efek Herba Krokot (Portulaca oleracea, L.) Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit
dengan Metode Uji Toleransi Glukosa ................................................................................ 53 – 58
I Nengah Surata Adnyana
Saluran Pemasaran Padi yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo (Kasus
Disubak Tumpeng, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar) ......... 59 – 6 65
65
ix
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Indra Cahyono
Pengaruh Emulsi Limbah Perut Ikan Terhadap Pertumbuhan Kerapu Tikus (Cromileptis
altivelis) ............................................................................................................................... 66 – 69
Rahmi1, Jamaluddin Jompa2, Akbar Tahir3, Alexander Rantetondok4
Transmisi Bakteri Acinetobacter sp RA3849 Pada Acropora cervicornis–Suhu Terhadap
Laju Infeksi dan Struktur Morfologi Karang ...................................................................... 70 – 76
Muhsinul Ihsan1, Trijoko2, Nastiti Widjayanti3
Optimalisasi Bentuk, Ukuran dan Water Stability Pelet Gel Berbahan Baku Lokal Untuk
Mendukung Industri Budidaya Lobster di Indonesia .......................................................... 77 – 80
Wahyu Yuniati Nizar1 , Mareta Karlin Bonita2
Asosiasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Pada Tanaman Kehutanan di Areal
Hutan Tanaman Rakyat Koperasi Maju Bersama Desa Batu Jangkih Kabupaten
Lombok Tengah .................................................................................................................. 81 – 85
I Wayan Sweca Yasa1, Agustono Prarudiyanto2, Soegeng Prasetyo3
Perubahan Komposisi Kimia Dedak Padi Terstabilisasi Gelombang Mikro Selama
Penyimpanan ....................................................................................................................... 86 – 95
Dahlifa1, Erni Indrawati2, Rofinus Taur3
Kandungan Logam Berat Plumbum (Pb) Pada Hati Kerang Corbiculajavanica di Sungai
Maros ............................................................................................................................... 96 – 101
Mariani1, Sugiarta2
Pengaruh Air Limbah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Bawang Merah ................. 102 – 105
Yuni Mariani1, Ni Made Andry Kartika2, Nevi Adriana Fajri3
Penambahan Bakteri Lactobacillus plantarum Terhadap Kualitas Nutrisi Silase Kulit
Pisang Kepok (Musa paradisiaca L) Sebagai Pakan Ternak .............................................. 106 – 110
Ni Made Andry Kartika1, Yuni Mariani2
Addition Ekstrak Of Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) As Egg Yolk Subtitution At
Extender Base On Tris To Maintain The Quality Of Etawah Crossbreed Buck
Spermatozoa Preservad At 32⁰C ......................................................................................... 111 – 115
Didin Hadi Saputra
Pengelolaan Lingkungan Berbasis ISO ............................................................................... 116 – 118
Agil Al Idrus
Ekosistem Mangrove Dan Perubahan Paradigma Masyarakat Di Kawasan Pantai
Tanjung Luar Kecamatan Keruak Lombok Timur .............................................................. 119 – 130
Agus Sulistyono, Juli Santoso, Hadi Suhardjono, Widiwurjani
Penerapan Teknologi Internal Input dari Kotoran Sapi dalam Pengembangan Potensi
Daerah Melalui Program Akselerasi Inovasi Secara Terpadu ............................................ 131
Muhamad Husni Idris1, Mahrup2, Budi Setiawan3, Fahrudin4 Paradigma Pengelolaan Hutan Lindung Berbasis Masyarakat Dalam Integrasi Tanaman
Serbaguna dan Kayu ........................................................................................................... 132
Makhziah, Sukendah, Ida Retno Moeljani, Juli Santoso
Pendugaan Parameter Genetik Mutan Jagung yang Diradiasi dengan Sinar Gamma
Cobalt-60 ............................................................................................................................. 133
x
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Suwandi1, Hadi Suhardjono2, Sukartiningrum3
Potensi dan Efektifitas Berbagai Formulasi Pupuk Kotoran Kelinci ................................ 134
Mahmud1, Chairul Abdi2, Aulia Rahma3
Pengaruh Pra-Perlakuan Adsorpsi Karbon Aktif Terhadap Fouling Membran
Ultrafiltrasi Polisulfon (UF-PSf) Pada Penyisihan Bahan Organik Alami (BOA) Air
Gambut ................................................................................................................................ 135
I Made Sudantha (Keynote Speaker)
Eksplorasi Sumberdaya Alam (Biokompos, Bioaktivator, Biochar Dan Fma)
Untuk Mengembangkan Tanaman Pangan Sistem Organik Di Lahan Kering ………… 136-150
I Made Sudantha, M. Taufik Fauzi, Suwardji (Pemakalah)
Uji berbagai cara dan dosis aplikasi larutan ekstrak kompos yang difermentasikan
dengan jamur trichoderma spp. Terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai ……………… 151-161
136
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA)
UNTUK MENGEMBANGKAN TANAMAN PANGAN SISTEM ORGANIK
DI LAHAN KERING
Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS.
Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram Email: imade_sudantha@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pertanian organik merupakan salah satu model pertanian terpadu berkelanjutan berpotensi untuk
dikembangkan baik pada lahan basah maupun lahan kering di NTB. Beberapa komoditas prospektif yang
dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di NTB antara lain tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, tanaman rempah dan obat. Pertanian organik dapat diimplementasikan melalui perbaikan
pengharaan tanaman terpadu dan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) biointensif. (1)
Pengharaan tanaman terpadu merupakan rekayasa di bidang tanah meliputi: (a) Teknologi daur ulang
limbah pertanian menjadi pupuk organik menggunakan mikrobia pengurai seperti bakteri Azospirillum, EM-
4 dan jamur Trichoderma. Pupuk organik meliputi pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. (b) Teknologi
pupuk hayati yaitu merupakan inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk
menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman, seperti
menggunakan bakteri Rhizobium, jamur Mikoriza, jamur Trichoderma. (c) Keseimbangan pupuk anorganik,
yaitu pemberian pupuk anorganik pada porsi yang seimbang dengan pupuk organik. (2) Pengelolaan PHT
biointensif merupakan penerapan PHT dengan pendekatan ekologi yang lebih ditekankan pada kondisi yang
menguntungkan musuh alami dan merugikan OPT. Ada dua pilihan dalam pengelolaan PHT biointensif,
yaitu: (a) Proaktif dengan menerapkan rotasi tanaman dan menciptakan habitat untuk organisme yang
bermanfaat. (b) Reaktif dengan pelepasan agens pengendali hayati, pengendalian mekanik dan fisik, dan
penggunaan biopestisida atau pestisida biorasional yang berasal dari bahan alami dan mikrobia yang
mempunyai spektrum sempit dan aman terhadap lingkungan. Pestisida nabati misalnya nimba, tuba,
cengkeh. Pestisida mikroba seperti bakteri Basillus thuringiensis (Bt), jamur Beauveria bassiana (Bb) dan
Metarhizium anisopliae (Ma) untuk pengendalian hama, jamur Trichoderma harzianum (Th) dan
Gliocladium virens (Gv) untuk pengendalian patogen.
_________________________________________________
Kata kunci: Pertanian organik, biokompos, bioaktivator, biochar, FMA,jamur Trichoderma spp., lahan kering
I Made Sudantha
137
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
PENDAHULUAN
Pembangunan bidang pertanian di Indonesia yang sudah dimulai sejak Pelita I telah
menunjukkan keberhasilan dengan semakin meningkatnya berbagai hasil tanaman dan semakin
banyaknya komoditas yang diusahakan. Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan tersebut, maka
kebijaksanaan pembangunan pertanian lebih ditekankan pada agribisnis dan agroindustri yang
berwawasan lingkungan, agar tercapai sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable
agriculture).
Pembangunan di bidang pertanian tidak hanya terbatas pada tanaman pangan semata, tetapi
juga tanaman hortikultura. Untuk tanaman pangan khususnya beras Indonesia pernah
bersuasembada yaitu pada tahun 1984 dan dengan hasil kerja keras kembali berswasembada beras
pada tahun 2007, sedangkan perkembangan tanaman hortikultura saat ini sangat pesat sejalan
dengan semakin banyaknya permintaan terhadap hasil tanaman hortikultura seperti sayuran, buah-
buahan dan tanaman hias.
Pertanian modern yang dibutuhkan masa kini adalah pertanian yang mampu berproduksi
tinggi secara terus menerus (berkelanjutan), tanpa merusak lahan dan lingkungan, serta
menghasilkan bahan makanan yang sehat dan bergizi.
Konsep pertanian modern berkelanjutan pada dasarnya adalah pengelolaan ekosistem
pertanian (agroekosistem), yaitu ditujukan untuk meningkatkan produksi tanaman dengan
memperhatikan kelestarian lahan dan sumber daya alam lainnya, kualitas pangan serta kesehatan
manusia. Implementasi pertanian modern ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan limbah organik
dan mampu berproduksi tinggi serta berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan memiliki tujuan dan
sifat sebagai berikut: (1) Aman dari segi lingkungan, (2) produktif, (3) layak ekonomi, dan (4)
secara sosial diinginkan.
Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam
model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, dan sistem pertanian
masukan luar rendah.
Pertanian organik akhir-akhir ini semakin marak dibicarakan karena didasari oleh rasa
keprihatinan yang serius terhadap timbulnya berbagai permasalahan pada sebagian besar lahan
pertanian akibat penerapan teknik budidaya yang berorientasi pada sistem pertanian anorganik,
yaitu penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan.
Penerapan sistem pertanian anorganik yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan
pupuk kimia, walaupun dapat meningkatkan produksi tanaman secara nyata (untuk sementara
waktu), pada kenyataannya menyebabkan kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya
bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal. Selain itu menimbulkan pencemaran
pada tanah dan tanaman, sehingga hasil panen menjadi tidak laku di pasar dunia karena
mengandung residu pestisida yang membahayakan bagi konsumen.
Dalam upaya meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura baik kuantitas
mapun kualitas sudah selayaknya praktek pertanian anorganik ditinggalkan, karena pertanian
anorganik sangat bertumpu pada penggunaan masukkan produksi berenergi tinggi dan tidak
ekonomis seperti penggunaan pupuk buatan atau pestisida yang berlebihan dan tidak akrab
lingkungan.
Bahaya dan dampak negatif praktek pertanian anorganik bagi lingkungan hidup antara
lain: (1) terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan, (2) bahaya bagi kesehatan manusia,
(3) merugikan dari segi keamanan dan kualitas makanan, (4) terjadinya penurunan keanekaragaman
hayati, (5) pembunuhan satwa liar dan serangga berharga lain oleh pestisida, (6) berkembangnya
sifat ketahanan berbagai hama dan penyakit terhadap pestisida, (7) pengurangan kadar bahan
organik tanah, (8) ketergantungan yang besar terhadap sumber daya alam yang tidak terbarukan,
(9) resiko terhadap kesehatan dan keamanan bagi pekerja.
Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan pembangunan ber-kelanjutan cara pendekatan,
strategi dan teknologi pertanian anorganik secara bertahap harus dirubah dan diperbaiki menjadi
pertanian organik sebagai bagian dari sistem pertanian berkelanjutan. Salah satu unsur yang
mendukung terlaksananya sistem ini adalah penggunaan bahan-bahan akrab lingkungan seperti
kompos dan biopestisida sebagai pengganti pupuk atau pestisida sintetis.
I Made Sudantha
138
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Untuk mengatasi gangguan fisiologis pada produk-produk pangan dan hortikultura yang
akan dipasarkan yang mana kesehatan produksi dan lingkungan sudah menjadi persyaratan utama.
Dalam UU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dalam pengendalian hama dan
penyebab penyakit digunakan sistem Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu diupayakan sebesar-
besarnya pemanfaatan unsur-unsur alami, sedangkan penggunaan pestisida kimiawi apabila unsur-
unsur lingkungan sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyebab penyakit. Dengan
demikian, sistem produksi yang ramah lingkungan sebagaimana kecenderungan konsumen di
negara-negara maju saat ini dapat dipenuhi.
POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian dengan
memanfaatkan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya
tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan
menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimak-
sud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta
lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada
penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Pendekatan sistem pertanian ber-kelanjutan adalah pendekatan sistem pertanian yang
mengintegrasikan agroteknologi baru ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan (quality of life). Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat proaktif, berdasarkan
pengalaman dan partisipatif.
Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan meng-gunakan empat macam
model sistem, yaitu sistem pertanian organik, sistem pertanian terpadu, dan sistem pertanian
masukan luar rendah.
Konsep sistem pertanian terpadu adalah mengkombinasikan berbagai macam spesies
tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok
untuk melindungi lingkungan juga membantu petani menjaga produktivitas lahan mereka dan
meningkatkan pendapatan mereka dengan adanya diversifikasi usaha tani.
Pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam, yaitu
mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling
menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat,
dengan meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan limbah organik.
Peningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting dalam menanggulangi hama penyakit,
pengurangan resiko, sedangkan pemanfaatan limbah organik perlu untuk menciptakan
keseimbangan siklus energi (terutama unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan
konservasi tanah dan air.
POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian
berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti
tumpangsari (inter-cropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen.
Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan
bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang mampu menyeimbangkan secara alami
antara produktivitas dengan berbagai permasalahan dalam produksi pertanian seperti permasalahan
hama, penyakit, gulma dan rusaknya lingkungan serta dapat mempertahankan kualitas lahan untuk
kepentingan generasi yang akan datang. Dalam prakteknya pertanian organik merupakan sistem
bertani yang menghindarkan atau menggunakan seminimal mungkin masukan pupuk anorganik,
pestisida, zat pengatur tumbuh, makanan tambahan dengan bahan kimia untuk peternakan, bahan-
I Made Sudantha
139
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
bahan kimia lain yang mempunyai potensi membahayakan kesehatan. Teknologi yang diterapkan
termasuk rotasi tanaman, teknik tanpa olah tanah, penggunaan residu tanaman, pupuk organik,
pupuk hayati, pupuk hijau, dan hasil limbah organik pertanian lainnya serta penggunaan batuan
alam yang kaya unsur hara.
The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM)
menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang
berkualitas dengan kuantitas memadai, (2) membudidayakan tanaman secara alami, (3)
mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4)
memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh
bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara keragaman genetik
sistem pertanian dan sekitarnya, dan (7) mem-pertimbangkan dampak sosial dan ekologis
yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian
Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi
bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi
secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak
dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis.
Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup,
mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus
berkembang.
Di Indonesia, pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu,
kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, yang mana sebagian besar saprodi
yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif
lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik
mulai mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok
petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten,
Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan
Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali dan NTB.
Provinsi NTB dengan Program PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput laut) sebenarnya
merupakan adopsi dari konsep pertanian terpadu. Dalam usahatani jagung untuk mendapatkan
tingkat produktivitas yang tinggi, kualitas yang baik, dan efisien maka penerapan teknologi
produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT-jagung) dengan
memadukan berbagai komponen teknologi yang memberikan pengaruh sinergistik. Teknologi
produksi yang dimaksud meliputi varietas unggul, benih bermutu, populasi tanaman yang optimal,
pengelolaan hara dan air yang efisien, pengendalian jasad pengganggu dan teknologi pasca panen
yang sesuai dengan kondisi lahan dan sosial ekonomi petani.
Perubahan paradigma pertanian baru dari pertanian anorganik menuju pertanian organik
untuk tanaman lainnya tidak bisa dilakukan secara drastis, apalagi sistem yang ada sudah berjalan
dalam kurun waktu cukup panjang dan program paket masih terus berjalan. Dengan demikian di
NTB perlu adanya sosialisasi pertanian organik secara bertahap yaitu membangun kembali
kesadaran akan pentingnya penggunaan pupuk organik, meluruskan berbagai pandangan yang
kurang tepat dan mengembangkan cara penggunaan yang efektif dan efesien serta membangun
industri penghasil pupuk organik. Akhir-akhir ini di kota-kota besar terlihat ada kecenderungan
bahwa harga hasil tanaman dengan pupuk organik relatif lebih tinggi daripada tanaman dengan
pupuk anorganik, sehingga hal ini dapat digunakan sebagai pendorong penerapan pertanian
organik.
Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi
pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria
dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organik diperkirakan
mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura
meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun.
Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik
untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa negara berkembangpun mulai
memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya
I Made Sudantha
140
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika
Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang.
Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20%
lebih tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pertanian organik sangat
bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki
akses nyata terhadap prospek jangka panjang. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian
organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan
pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi
tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan
tenaga kerja berdasarkan waktunya.
Komoditas pertanian organik yang dapat dikembangkan di NTB dan memiliki potensi
pasar yang baik, yaitu:
1. Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah)
2. Hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam
daun, pare, kacang panjang, mentimun).
3. Buah (nangka, durian, mangga, jeruk, anggur dan manggis),
4. Perkebunan (kelapa, jambu mete, cengkeh, pisang, vanili dan kopi),
5. Rempah dan obat (Jahe, kunyit, dan temu-temuan lainnya),
Beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam pengembangan pertanian organik,
antara lain:
1. Adanya hama/penyakit “migran” dari kebun/sawah yang non-organik ke organik, sehingga
produktivitas lahan menjadi semakin rendah.
2. Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.
3. Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal
penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.
4. Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
5. Kesulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai
kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.
Ada dua model pertanian organik yang dapat diterapkan pada tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan rempah/obat yaitu: model perharaan terpadu dan model pengelolaan hama dan
penyakit terpadu (PHT).
MODEL PERHARAAN TERPADU
Model Perharaan tanaman terpadu merupakan rekayasa di bidang tanah, meliputi:
a. Teknologi daur ulang limbah pertanian menggunakan bakteri Azospirillum dan jamur
Trichoderma. Selain itu penggunaan pupuk hijau seperti Sesbania rostrata, Albizia falcataria
dan biomasa Azola. Tanaman-tanaman ini mampu menyuplai nitrogen secara terus menerus.
b. Teknologi Pupuk Hayati: Nitrogen, dengan menginokulasi bakteri Rhizobium, Azotobacter dan
Azospirillum ke dalam tanah dalam bentuk inokulan yang sudah banyak diperdagangkan.
Fosfor dengan menginokulasi bakteri/jamur pelarut P atau mikoriza. Penggunaan pupuk
kandang baik yang berasal dari ternak ruminan (sapi dan kambing) maupun ternak unggas
(ayam dan itik).
c. Keseimbangan Pupuk Anorganik: Dalam praktek sehari-hari, upaya penyuburan tanah tidak
cukup hanya memberikan pupuk organik atau anorganik saja, melainkan kedua-duanya saling
dibutuhkan dalam porsi yang seimbang.
I Made Sudantha
141
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
MODEL PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU BIOINTENSIF
Pengelolaan hama dan penyakit dilakukan dengan penerapan konsep PHT yaitu dengan
mengupayakan sebesar-besarnya pemanfaatan unsur-unsur alami, sedangkan penggunaan pestisida
kimiawi dilakukan secara bijaksana apabila unsur-unsur lingkungan sudah tidak mampu lagi
mengendalikan hama dan penyebab penyakit.
Teknologi PHT ini pernah diterapkan di Indonesia melalui Inpres No. 3 Tahun
1986 dan berhasil menekan penggunaan pestisida pada tahun 1989. Berkurangnya
penggunaan pestisida ini bukan semata-mata karena pelaksanaan PHT di tingkat petani
berhasil tetapi lebih disebabkan karena pencabutan subsidi untuk pestisida. Penggunaan
pestisida kimiawi dalam teknologi PHT masih dibenarkan yaitu digunakan sebagai
alternatif terakhir apabila teknik-teknik pengenadalian lainnya tidak mampu menekan
populasi OPT.
Dalam upaya lebih memperkecil resiko penggunaan pestisida maka penerapan PHT
konvensional yang telah diuraikan di atas perlu ditingkatkan menjadi PHT Biointensive
berbasis pertanian berkelanjutan.
Teknologi PHT Biointensive pada prinsifnya sama dengan PHT Konvensional,
perbedaannya adalah pendekatan ekologinya lebih ditekankan pada kondisi yang
menguntungkan musuh alaminya dan merugikan OPT dengan cara mendesign ulang
agroekosistemnya dan lebih mengutamakan kesehatan lingkungan secara berkelanjutan.
PHT Biointensive sebenarnya merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari PHT
Konvensional yaitu pengelolaan OPT dilakukan berdasarkan ekologi OPT. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mendiagnosis secara akurat biologi OPT dan organisme
bermanfaat yang berasosiasi dengan OPT dan interaksinya dalam lingkungan usahatani.
Pengetahuan lengkap dari perkembangan OPT yang penting adalah hubungannya fase
lemah dalam siklus hidupnya. Pase lemah dalam siklus hidup ketika OPT peka terhadap
perlakuan pengendalian. Pengelolaan OPT harus sesuai dengan alat dan teknik dari PHT
Biointensive dalam mengelola beberapa OPT. Sebagai pengganti pestisida kimiawi
digunakan biopestisida atau biorational pesticide yaitu formulasi pestisida yang berasal
dari bahan alami dan mikroorganisme. Biorational pesticide mempunyai spektrum sempit
dan aman terhadap lingkungan. Pestisida nabati misalnya nimba, tuba, cengkeh. Pestisida
mikroba seperti bakteri Basillus thuringiensis (Bt), jamur Beauveria bassiana (Bb) dan
Metarhizium anisopliae (Ma) untuk pengendalian hama, jamur Trichoderma harzianum
(Th) dan Gliocladium virens (Gv) untuk pengendalian patogen.
EKSPLORASI SUMBERDAYA ALAM (Biokompos, Bioaktivator, Biochar dan FMA)
Biokompos
Biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik yang
tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman
dan agensia pengurai bahan organik (Sudantha & Suwardji, 2013). Sudantha (2009) melaporkan
bahwa penggunaan biokompos hasil fermentasi Trichoderma sp. pada bibit vanili dapat
meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium dan dapat memacu
pertumbuhan vegetatif bibit vanili. Peran tersebut disebabkan karena jamur Trichoderma sp.
menghasilkan hormon IAA berupa auxin dan giberelin (Dani, 2008).
Kompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat berfungsi untuk: (1) sumber unsur
hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat tanah,
memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih
ringan, mempertinggi kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada
I Made Sudantha
142
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
tanah berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh dan berkembang lebih
baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia antagonis, (5) untuk mencegah patogen
tular tanah.
Jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur T. koningii isolat SAPRO-02
diformulasi dalam bentuk bioaktivator (Sudantha, 2010) dan telah didaftarkan ke Kantor Paten
Ditjen HKI Kemenkumham RI pada tahun 2013 dengan No. Pendaftaran P00201100717 dan telah
diumumkan di Kantor Paten. Demikian pula telah dikembangkan penggunaan kedua jamur
antagonis ini sebagai pengurai dalam pembuatan biokompos (Sudantha, 2010).
Sudantha dan Abadi (2006) melaporkan bahwa Jamur Endofit Trichoderma spp. Isolat lokal
NTB yang diinokulasikan kedalam biokompos efektif menekan jamur Fusarium oxysporum f. sp.
vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili. Lebih lanjut Multazam dan Sudantha
(2010) mengatakan bahwa kompos yang diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan kering
dengan pengairan sistem irigasi sprinkel big gun dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
jagung. Sudantha dan Abadi (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis
dapat menekan serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici penyebab penyakit layu dan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat. Lebih lanjut Sudantha, Kusnarta dan Sudana
(2011) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. saprofit yang digunakan dalam pembuatan
kompos dan diaplikasikan pada tanaman pisang dapat menghambat terjadinya penyakit layu yang
disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense. Sudantha dan Abadi (2006) juga melaporkan bahwa jamur endoffit Trichoderma spp. isolat lokal NTB efektif mengendalikan jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili.
Jayadi, Sudantha dan Taufik (2018) mengatakan bahwa kompos hasil fermentasi jamur
endofit dan saprofit Trichoderma spp. dapat meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa varietas
pisang terhadap penyakit layu Fusarium. Multazam dan Sudantha (2010) mengatakan bahwa
kompos yang diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan kering dengan pengairan sistem irigasi
sprinkel big gun dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung. Sudantha dan Abadi (1991)
mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis dapat menekan serangan jamur
Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici penyebab penyakit layu dan dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tomat. Sudantha (2010a) jamur saprofit dan endofit Trichoderma spp.
berpotensi digunakan dikembangkan dalam pertanian organik. Sudantha (2010) mengatakan
bahwa selain digunakan sebagai decomposer jamur Trichoderma spp. dapat digunakan sebagai
bahan aktif biofungisida. Lebih lanjut Sudantha (2012} mengatakan bahwa jamur Trichoderma
spp. selain untuk pembuatan biokompos dapat juga digunakan untuk pembuatan bioaktivator
dengan teknologi fermentasi. Sudantha (2014) mengatakann bahwa biokompos, biofungisida dan
bioaktivator selain untuk menekan penyakit pathogen tular tanah dapat juga untuk memacu
pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman. Sudirman dan Sudantha (2013) mengatakan bahwa
jamur Trichoderma harzianum dapat digunakan untuk fermentasi MOL gula aren dan daun legundi
untuk pengendalian jamur Sclerotium rolfsii dan ulat Spodoptera pada tanaman kedelai.
Sudanthan dan Suwardji (2015) mengatakan bahwa penggunaan biokompos yang disertai
bioaktivator formulasi granula yang difermatasi dengan jamur Trichoderma spp. dapat memacu
pertumbuhan dan meningkatkan hasil kedelai di Lahan Kering. Sudantha dan Suwardji (2016)
menjelaskan bahwa penggunaan biokompos dan bioaktivator yang difermatasi dengan jamur jamur
Trichoderma spp. juga dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil bawang merah.
Sudantha dan Suwardji (20170 mengatakan bahwa penerapan pupuk organik berupa biokompos
hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. bersama petani di Desa Montong Are Kecamatan Kediri
Lombok Barat secara nyata dapat meningkatkan hasil jagung hingga mencapai 8 ton/ha.
Bioaktivator
Bioaktivator yang merupakan inokulan unggul lokal NTB (jamur saprofit T. harzainum
isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04) sebagai pemacu pertumbuhan
dan pembungaan berbagai tanaman (Sudantha, 2010a). Sudantha (2010b) melaporkan bahwa
percobaan di rumah kaca aplikasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. polysporum isolat
ENDO-04 lebih memacu pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, sedang jamur T. harzianum isolat
I Made Sudantha
143
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
SAPRO-07 dan T. hamtum isolat SAPRO-09 lebih memacu keluarnya bunga lebih awal,
menambah polong isi dan bobot biji kering kedelai per tanaman. Lebih lanjut penggunaan
bioaktivator yang mengandung jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit
T. koningii isolat ENDO-02 telah terbukti efektif mengendalikan penyakit layu Fusarium pada
tanaman vanili (Sudantha, 2010), penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai (Sudantha 2011),
penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang (Sudantha 2009), penyakit layu Fusarium pada
tanaman jagung (Sudantha dan Suwardji, 2013), penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai
(Sudantha dan Suwardji, 2014) dan penyakit layu Fusarium pada tanaman bawang merah
(Sudantha, 2015). Sudantha, Suwardji dan Suwardji (2016) melaporkan bahwa pada percobaan di
rumah kaca penggunaan bioaktivator yang mengandung jamur T. harzianum isolat Sapro-07 dan T.
koningii isolat Endo-02 sebanyak 15 g/pot efektif mengendalikan jamur F. oxysporum f.sp. cepae
pada tanaman bawang merah mencapai 42,26%. Sedangkan penggunaan bioaktivator sebanyak 10
g/pot mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman bawang merah.
Jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat
ENDO-04 yang digunakan untuk fermentasi bioaktivator dapat berkolonisasi dengan baik dalam
bioaktivator formulasi granula yang kemudian diberikan ke dalam tanah. Pada penelitian ini
ditemukan populasi jamur Trichoderma spp. dalam bioaktivator adalah 20,0 x 106 propagul/g
bahan dan di daerah perakaaran tanaman kedelai 15,0 x 106 propagul/g tanah. Hal ini berarti
bioaktivator dengan bahan dasar daun kopi dengan tanah liat/clay merupkan host yang baik untuk
jamur Trichoderma spp. Substrat daun kopi dan tanah liat yang digunakan mengandung bahan
organik yang berperan sebagai stater untuk pembiakan massal kedua jamur ini di dalam tanah.
Menurut Sudantha (2010b) bahwa peran jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 di dalam
jaringan tanaman kedelai menstimulir etilen dapat memacu pemanjangan sel sehingga
bertambahnya tinggi tanaman, sedangkan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 di
rhizosfer atau daerah perakaran tanaman kedelai mengeluarkan etilen yang didifusikan ke tubuh
tanaman melalui silem yang berperan memacu pertumbuhan generatif.
Peran jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp. dalam memacu pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti terdahulu. Windham et al. (1986)
melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan
pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan
bahwa penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. koningii untuk melindungi tanaman strawberi
dari penyakit busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal. Salisbury dan Ross (1995)
mengatakan bahwa dari empat macam auxin yaitu geberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen,
diduga etilen merupakan hormon yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma spp. yang dapat
memacu pembungaan pada tanaman. Lebih lanjut Salisbury dan Ross (1995) mengungkapkan
bahwa beberapa jenis jamur yang hidup di tanah dapat menghasilkan etilen. Diduga etilen yang
dilepaskan oleh jamur tersebut membantu mendorong perkecambahan biji, mengendalikan
pertumbuhan kecambah, memperlambat serangan organisme patogen tular tanah, dan memacu
pembentukan bunga. Pada tumbuhan berbiji semua bagian tumbuhan menghasilkan etilen, baik
pada akar, batang, daun dan bunga. Etilen merupakan hormon yang mudah menguap sehingga
mudah berpindah dari satu organ tanaman ke organ lainnya. Pengaruh etilen dalam jaringan dapat
meningkatkan sintesis enzim, jenis enzimnya bergantung pada jaringan sasaran. Saat etilen
memacu gugur daun, sellulase dan enzim pengurai dinding sel lainnya muncul di lapisan absisi.
Jika sel terluka, fenilalanin amonialiase muncul, enzim ini penting dalam pembentukan senyawa
fenol yang berperan dalam pemulihan luka. Jika jamur patogenik tertentu menyerang sel, etilen
menginduksi tanaman untuk membentuk dua macam enzim yang menguraikan dinding sel jamur
tersebut, yaitu β-(1,3) glucanase dan chitinase (Boller, 1988 dalam Salisbury dan Ross, 1995).
Sudantha dan Abadi (1991) mengatakan bahwa penggunaan kompos dan jamur antagonis
sebagai biofungisida dan bioaktivator dapat menekan serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp.
lycopersici penyebab penyakit layu dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat.
Sudantha (1994) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. dapat digunakan sebagai bahan
biofungisida untuk pengendalian penyakit layu Sclerotium dan dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil kedelai. Sudantha (1996) mengatakan bahwa jamur Trichoderma harzianum sebagai
fungisida mikroba dan bioaktivator berperan dalam pengendalian patogen tular tanah pada tanaman
I Made Sudantha
144
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
kedelai pada kondisi lapang. Sudantha (1997) mengatakan bahwa jamur Trichoderma harzianum
sebagai biofungisida dapat mengendalikan patogen tular tanah pada tanaman tomat. Sudantha,
(1998) mengatakan bahwa uji multilokasi penggunaan biofungisida “BIOTRIC” (bahan aktif
jamur Trichoderma harzianum) untuk pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai di
lahan Sawah dan Lahan Kering Nusa Tenggara Barat. Sudantha (1999) mengungkapkan bahwa
jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah
Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB.
Sudantha dan Abadi (2011) mengungkapkan bahwa beberapa jenis jamur endofit
Trichoderma spp. isolat lokal NTB sebagai biofingisida dan bioaktivator efektif mengendalikan
jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili dan
memacu pemanjangan sulur. Sudantha dan Abadi (2006) mengatakan bahwa beberapa jenis
jamur endofit Trichoderma spp. isolat lokal NTB terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp.
vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili. Sudantha (2007) menerangkan bahwa
jamur endofit dan saprofit antagonistik Trichoderma spp. sebagai agens pengendali hayati jamur
Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili di Pulau Lombok NTB. Sudantha,
Hadiastono, Abadi dan Djuhari (2007) menambahkan bahwa jamur Trichoderma spp. dapat saling
bersinergis dalam mengendalikan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dan meningkatkan ketahanan
terinduksi terhadap penyakit layu. Lebih lanjut Sudantha (2009a) mengatakan bahwa jamur
endofit dan saprofit antagonis Trichoderma spp. dapat sebagai agens pengendali hayati patogen
tular tanah untuk meningkatkan kesehatan dan hasil tanaman.
Sudantha (2009b) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04
serta SAPRO-07 dan 09) dapat digunakan sebagai biofungisida, dekomposer dan bioaktivator
untuk memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman vanili dan pada tanaman hortikultura dan
pangan lainnya. Lebih lanjut Sudantha (2009c) mengatakan bahwa jamur saprofit Trichoderma spp. efektif untuk untuk pengendalian jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada tanaman vanili. Sudantha (2009d) mengatakan bahwa beberapa isolat jamur Trichoderma spp. endofit antagonistik dapat meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa klon vanili terhadap penyakit busuk batang.
Sudantha dan Suwardji (2015a) mengatakan bahwa penggunaan biokompos dan
bioaktivator formulasi granula yang mengandung bahan aktif jamur Trichoderma spp. dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan kering. Lebih lanjut Sudantha dan Suwardji
(2015b) mengungkapkan bahwa pemberian beberapa formulasi bioaktivator dari bahan dasar
jamur antagonis Trichoderma Harzianum isolat Sapro-07 dan Trichoderma Polysporom isolat
Endo-04 dapat memacu pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai. Sudantha dan Suwardji.
(2016) mengatakan bahwa penggunaan biokompos dan bioaktivator yang difermentasi dengan
jamur Trichoderma spp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah. Selanjutnya
Sudantha dan Suwardji (2017) bahwa aplikasi pupuk organik pada tanaman jagung dapat
meningkatkan hasil di lahan kering.
Biochar
Biochar atau arang biologis adalah arang hitam hasil proses pemanasan biomassa organik
pada keadaan oksigen terbatas (Tunggal, 2009). Hasil penelitian aplikasi biochar limbah arang
tempurung kelapa yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan
jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 pada tanaman jagung yang dilakukan di lahan kering
pada dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung (Sudantha dan Suwardji,
2015).
Biochar yang telah difermentasi dengan kedua species jamur ini berpengaruh langsung
dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan demikian sifat fisik, kimia dan
biologi tanah yang baik dapat meningktkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Pada
penelitian ini analisis tanah setelah pemberian biochar menunjukkan bahwa pH tanah meningkat
dari 6,0 menjadi 6,2; terjadi peningkatan C organik dari 1,93% menjadi 2,09%; terjadi peningkatan
N total dari 0,16% menjadi 0,44%; terjadi peningkatan P tersedia dari 0,46 ppm menjadi 43,86
I Made Sudantha
145
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
ppm, terjadi peningkatan K tertukar dari 1,28 M% menjadi 2,68 M%; dan terjadi peningkatan KTK
dari 11,25 Me% menjadi 17,67 Me%. Menurut Sukartono dan Utumo (2012) bahwa peningkatan
pH tanah pada perlakuan biochar berkaitan dengan bahan baku biochar yang di gunakan yaitu
tempurung kelapa yang memiliki tingkat alkalin yang tinggi. Lebih lanjut Priyono (2005)
mengatakan bahwa pH tanah berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara karena merupakan
salah satu sifat kimia tanah yang penting yang dapat menentukan kualitas tanah sebagai media
tumbuh tanaman. Lehman et al. (2006) mengatakan bahwa peningkatan C-Organik pada perlakuan
biochar disebabkan oleh kandungan C-organik pada biochar memiliki struktur C aromatik yang
lebih tahan terhadap dekomposisi, sehingga keberadaan C-Organik pada tanah meningkat bahkan
bertahan lama. Menurut Islami (2012) bahwa peningkatan C-Organik tanah berimplikasi terhadap
peningkatan kandungan bahan organik didalam tanah dan selanjutnya akan berpengaruh juga
terhadap perbaikan kualitas tanah dan keberadaan unsur hara di dalam tanah karena bahan organik
tanah merupakan salah satu kunci yang menentukan kesuburan dan produktivitas tanah. Bahan
organik merupakan sumber utama beberapa unsur hara tanaman terutama N, P, S dan sebagian
besar K. Selanjutnya Priyono (2005) berpendapat bahwa peningkatan nilai KTK pada perlakuan
biochar menunjukkan terjadi perbaikan sifat tanah setelah aplikasi karena nilai KTK suatu tanah
mempunyai kaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah. Selanjutnya Islami (2012) menyatakan
peningkatan efisiensi pemupukan terjadi sebagai akibat adanya KTK yang tinggi pada perlakuan
biochar sehingga mampu menyerap hara pada pupuk dan selanjutnya memperkecil kehilangan hara
karena pencucian. Sukartono (2011) mengatakan bahwa peningkatan kadar N Total pada tanah
setelah aplikasi biochar berkaitan erat dengan peningkatan C-Organik didalam tanah. Peningkatan
C-Organik didalam tanah tersebut selanjutnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik
sehingga akan berdampak juga terhadap peningkatan nitrogen di dalam tanah karena salah satu
sumber utama nitrogen di dalam tanah adalah bahan organik. Nurida dan Rachman (2012)
mengatakan bahwa peningkatan kadar P Tersedia dan K Tertukar ini berkaitan dengan peningkatan
pH dan KTK didalam tanah setelah aplikasi biochar tersebut. Nilai KTK tanah dapat menjadi
indikator kesuburan tanah dalam hal ini mampu menyediakan unsur hara P dan K didalam tanah
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sukartono dan Sudantha (2016) melaporkan bahwa penggunaan biokompos dan biochar
pada tanaman kedelai dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta kesuburan tanah menjadi
meningkat. Menurut Sanuriza, Sudantha dan Fauzi (2016), aplikasi biokompos dan biochar hasil
fermentasi dengan jamur Trichoderma spp. dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil
kedelai di lahan kering sedangkan Apzani, Sudantha dan Fauzi (2014) mengaplikasikan
biokompos stimulator jamur Trichoderma spp. dan biochar tempurung kelapa dapat memacu
pertumbuhan dan hasil jagung di lahan kering. Prayoba, Sudantha dan Suwardji (2017)
mengungkapkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa dan biokompos formulasi butiran dan
cairan dapat memacu pertumbuhan tanaman kedelai dan dapat menekan perkembangan penyakit
layu.
Fungi Mikoraiza Arbuskular (FMA)
FMA merupakan salah satu anasir hayati tanah yang memiliki kemampuan tumbuh dan
berkembang pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroba tanah
lainnya (Sasli, 2004). Beberapa genus FMA yang umum dijumpai adalah Glomus, Gigaspora,
Acaulospora dan Scutellospora (Brundrett et al., 1996). FMA dapat menghasilkan antibiotik dan
memacu perkembangan mikroba saprofitik di sekitar perakaran sehingga patogen tidak
berkembang (Liderman,1988). Oleh karena itu, FMA memiliki peran dalam pengendalian penyakit
tanaman. Selain itu, FMA juga dapat meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkatkatkan
efisiensi penggunaan air, transpirasi dan laju fotosintesis (Sasli, 2004). Sudantha et al. (2016)
melaporkan bahwa pada percobaan di rumah kaca aplikasi kombinasi FMA dan bioaktivator yang
mengandung jamur T. harzianum isolat Sapro-07 dan T. koningii isolat Endo-02 dapat menekan
penyakit layu Fusarium dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman bawang merah.
I Made Sudantha
146
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Sudantha, Fauzi, dan Suwardji (2016) mengatakan bahwa aplikasi fungi mikoriza
arbuskular (FMA) dan bioaktivator (mengandung jamur Trichoderma spp.) dapat menekan
terjadinya penyakit layu Fusarium pada tanaman merah, dapat memacu pertumbuhan dan
meningkatkan hasil. Yudhiarti, Sudantha, dan Fauzi (2107) mengatakan bahwa aplikasi FMA
dan bioaktivator formulasi tablet dan cairan yang difermentasi dengan jamur Trichoderma spp.
dapat menekan terjadinya penyakit layu pada tanaman kedelai dan memacu pertumbuhan. Menurut
Yusrinawati, Sudantha dan Astiko (2017.), perlakuan FMA dan bioaktivator hasil fermentasi jamur
Trichoderma spp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Rektor Universitas
Mataram, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Mataram
yang telah memberikan DANA PENELITIAN TIM PASCASARJANA, sehingga bagian dari data
penelitian digunakan untuk menyusun makalah ini. Terima kasih juga kepada Rektor Universitas
Nahdlatul Wathan Mataram, dan Panitian Seminar Nasional FMIPA Universitas Nahdlatul Wathan
Mataram yang telah memberikan kesempatan sebagai KEYNOTE SPEAKER pada Seminar
Nasional ini.
REFERENSI
Adie, M. M. dan A. Krisnawati. 2007. Biologi tanaman kedelai, hal 45-73. Di dalam: Wirdoyo,
S.D.Y. Uji Daya Hasil Lanjutan Galur-Galur Harapan Kedelai (Glycine Max (L) Merr.).
Berdaya Hasil Tinggi. Bogor; IPB.
Adisarwanto.T., 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil
Akar Kedelai. Bogor: Penebar Swadaya.
Anonim, 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem
Budidaya Tanaman. Diperbanyak oleh Bagian proyek Peningkatan Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Barat,
Mataram. 68 hal.
Apzani, W.; I. M. Sudantha; M. T. Fauzi. 2014. Aplikasi Biokompos Stimulator Trichoderma spp.
dan Biochar Tempurung Kelapa Untuk Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) di
Lahan Kering. Jurnal Agroteknologi, 2015 - jurnal.unej.ac.id
Arsyad dan Syam. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan Teknik Budidaya Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian 30 hal. Akses: 20 Janwari 2016
Azwar. 1990. Fisiologi Stres Lingkungan. PAU-IPB: Bogor.
Badan Agribisnis. 1994. Sistem dan Strategi Pengembangan Agribisnis. Badan Agribisnis,
Departemen Pertanian, Jakarta. 28 hal.
Balitbang Pertanian, 2007. Teknologi Produksi Jagung Melalui Pendekatan Pengelolaan Sumber
Daya dan Tanaman Terpadu (PTT)
Bharat, R., R. S. Upadhayay and A. K.Srivastava. 1988. Utilization of Cellulose and Gallic Acid by
Litter Inhabiting Fungi and Its Possible Implication in Litter Decomposition of A Tropical
Deciduous Forest, Pedobiologia. Dept. Bot. Banaes Hindu University, Varanasi, India.
BPS, 2011. Data Strategis BPS. Jakarta: CV. Nasional Indah.
BPS, 2014. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (ASEM) Berita Resmi Statistik. Badan Pusat
Statistik. Jakarta. Hal 7.
I Made Sudantha
147
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Budiyanto, M.A.K., (2002), Dasar-dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM Press. Hal.149.
Darwis. 1992. Potensi Sirih (Piper betleLinn.) Sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan Obat
Indonesia.1(1):9–11.
Departemen Pertanian. 2006. Budidaya Kedelai di Lahan Kering. Deptan
(Online).http://agribisnis.deptan.go.id/web/dipertantb/Juklak/budidayakedelai.lk.htm
diaksestanggal 18 janwari 2016.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, 2009. Program Unggulan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB.
Dufour, R., 2011. Biointensive Integrated Pest Management (IPM). NCAT Agriculture Specialist.
www.attra.ncat.org.
FKIP JATIM, 2000. Pertanian Organik dan Gerakan Petani Sebagai Produsen dan Pengguna
Saprotan Organik. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Sampah Organik Untuk
Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lahan Pertanian. Masyarakat
Pertanian Organik Indonesia, Malang. 5 hal.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1991. Fisilogi Tanaman Budidaya. Penerbit
Universitas Indonesia.
Grand Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di NTB (2009-2013). Membumikan Jagung
Merebut Pasar;
Herniwati dan Nuppu, B., 2011. Peran dan Manfaatkan Mikro Organisme Lokial (MOL)
Mendukung Pertanian Organik. Buletin No. 5. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Selatan.
Hasanah, U.; N. M. L. Ernawati; I. M. Sudantha. 2016. Uji Campuran Trichoderma Spp Dengan
Ekstrak Fungisida (Kunyit dan Daun Sirih) Terhadap Jamur Fusarium Oxysporum capsici
Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Cabai. Jurnal Ekosains 8 (3)
Islami, T. 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L) Sebagai
Tanaman Sela Pertanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta L.). Jurusan Agronomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya,Malang. Buana Sains Vol 12 No 1:131 136,2012
http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/viewFile/160/161
Juanda, Irfan, dan Nurdiana, 2011. Pengaruh Metode dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu MOL
(Mikro Organisme Lokal). J. Floratek 6: 140-143.
Karama, S., A., 2000. Pengelolaan Limbah Organik Untuk Melestarikan Program Ketahanan
Pangan. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Sampah Organik Untuk Mendukung
Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lahan Pertanian. Masyarakat Pertanian
Organik Indonesia, Malang. 7 hal.
Kemtan (Kementerian Pertanian). 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian
Tahun 2010-2014. Kementerian Pertanian, Jakarta. 184 hlm.
Pirngadi K., 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan
Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1) : 48-64
Prayoba, U. E.; I. M. Sudantha; Suwardji. 2017. Influence of Coconut Shell Biochar and Dose
Biocompost (Granules and Liquid Form) Fermented with Trichoderma spp. Against
Growth and Wilt Disease on Soybean. Proceeding of 2nd ICST 2017. The 2nd
International Conference on Science and Technology 2017 “Joint International Conference
on Science and Technology in The Tropic”. Mataram, August, 23th-24th 2017. 442 – 451.
Priyono, J. 2005. Kimia tanah.Mataram University Press. Mataram
Purwasasmita. M. 2009. Mikro organisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam
Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009.
I Made Sudantha
148
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Purwono, L dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit Agromedia. Jakarta.
Rao, N.S.S.2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. (Penerjemah Herawati
Susilo). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rukmini. 2006. Budidaya dan Pemupukan yang Baik untuk Kedelai. Grafindo. Surabaya.
Sanuriza, I I.; I.M. Sudantha; Fauzi, M.T. (2016). Aplikasi Biokompos dengan Beberapa
Suplemen dan Biochar Hasil Fermentasi Jamur Trichoderma spp. Untuk Memacu
Pertumbuhan Kedelai di Lahan Kering. Biowallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi, 2 (1). PP.
6-12. ISSN: 2442-2622
(http://eprints.unram.ac.id/4533/)
Schaller, N., 1993. The Concept of Agricultural Sustainability. Agric.. Ecos. and Env. 46 : 89 - 97.
Setyowati, N., Bustamam, dan M. Derita, 2003. Penurunan Penyakit Busuk Akar dan Pertumbuhan
Gulma Pada Tanaman Selada yang Dipupuk Mikroba. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,
5(2):48-57.
Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 1991. Penggunaan Kompos dan Jamur Antagonis untuk Menekan
Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici (Sacc) Snya Hans penyebab penyakit layu
pada tomat. Tesis S2 UGM.
Sudantha, I. M. 1994. Potensi beberapa jamur antagonistik sebagai biofungisida untuk
pengendalian penyakit layu Sclerotium pada tanaman kedelai. Laporan Penelitian Didanai
Proyek ARMP Deptan. Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram, 35 hal.
Sudantha, I. M. 1996. Pemanfaatan jamur Trichoderma harzianum sebagai fungisida mikroba
untuk pengendalian patogen tular tanah pada tanaman kedelai di Nusa Tenggara Barat.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing.
Sudantha, I. M. 1997. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk
Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim
Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram, Direktorat Pembinaan Penelitian dan pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti.
Sudantha, I. M. 1998. Uji Multilokasi Penggunaan Biofungisida “BIOTRIC” (bahan aktif jamur
Trichoderma harzianum) Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai
di lahan Sawah dan Lahan Kering Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Universitas
Mataram Edisi A (IPA) Vol. I (17): 70 - 80.
Sudantha, I. M. 1999. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk
Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim
Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
Sudantha, I. M. 1998. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk
Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim
Lainnya di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Selama Lima Tahun
1994 - 1998. Fakultas Pertanian Universitas Mataram dengan Dirbinlitabmas Dirjen Dikti.
Sudantha, I. M. 2000. Paket Teknologi Budidaya dan Agribisnis Sayuran Organik. Program Semi-
Que Proyek Peningkatan Manajemen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram, Mataram. 34 hal.
Sudantha, I. M. 2000. Produksi Tanaman Hortikultura Berbasis Pertanian Organik dan
Agroindustri. Unit Jasa dan Industri Pertanian Organik Universitas Mataram, Mataram.
Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia
Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit
Busuk Batang. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas
Pertanian Universitas Mataram, Mataram 107 hal.
I Made Sudantha
149
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Sebagai
Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman
Vanili di Pulau Lombok NTB. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang. 259 hal.
Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. (2007). Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme
Antagonismenya terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman
Vanili. Agroteksos, 17 (1). PP. 23-38. (http://eprints.unram.ac.id/4637/)
Sudantha, I. M. 2009a. Pemanfaatan Jamur Endofit Dan Saprofit Antagonis Sebagai Agens
Pengendali Hayati Patogen Tular Tanah Untuk Meningkatkan Kesehatan Dan Hasil
Tanaman. Pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Sudantha. I. M. 2009b. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04 serta SAPRO-
07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan Bioaktivator Pertumbuhan dan
Pembungaan Tanaman Vanili dan Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan
Pangan Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M Dikti, Mataram.
Sudantha, I. M. (2009c). Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk Pengendalian Jamur
Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos, 19 (3). PP. 89-100.
ISSN 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4638/)
Sudantha, I. M. (2009d). Uji Efektivitas Beberapa Isolat Jamur Endofit Antagonistik dalam
Meningkatkan Ketahanan Terinduksi Beberapa Klon Vanili terhadap Penyakit Busuk
Batang. Agroteksos, 19 (1-2). PP. 18-28. ISSN 0852-8286
(http://eprints.unram.ac.id/4641/
Sudantha, I. M. 2010a. Potensi Pengembangan Pertanian Organik sebagai salah Satu Model
Pertanian Berkelanjutan. Makalah Seminar Regional Program Magister Pengelolaan
Sumberdaya Lahan Kering. Program Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram.
Sudantha. I. M. 2010b. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan Biokompos
pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Sudantha, I. M. (2010c). Pengujian Beberpa Jenis Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp.
terhadap Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Kedelai. Agroteksos, 20 (2-3). Pp. 90-
102. Issn 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4639/)
Sudantha, I.M. 2011. Makalah Seminar Regional Potensi Pengembangan Pertanian Organik
Sebagai Salah Satu Model Pertanian Terpadu Berkelanjutan. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Mataram.
Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan Pengendaliannya. Percetakan
Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-56-0. 250 hal.
Sudantha, I. M. 2015. Kiat Mendapatkan Vanili Bebas Penyakit Busuk Batang Menggunakan
Jamur Endofit Antagonis. Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-55-
3. 128 hal.
Solihah, Z.; I M. Sudantha; Fauzi, M.T. (2016) Utilization of Biomol and Tea Compost Solution
Fermented by The Fungus Trichoderma spp. on The Growth of Soybean (Glycine max (L.)
Merr.) in Dry Land. Jurnal simbiosis, IV (2). Pp. 46-49. ISSN 2337-7224
(http://eprints.unram.ac.id/4531/)
Sudradjat. 2006, Mengelola Sampah Kota, Jakarta: Penebar Swadaya.
I Made Sudantha
150
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
Suhardi, 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. kanisius. yogyakarta.
Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal yang Digunakan
pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Sukartono and Sudantha. (2016). Agronomic Response of Soybeans and Soil Fertility Status under
Application of Biocompost and Biochar on Entisols Lombok, Eastern Indonesia. IOSR
Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT), 10
(11). pp. 6-11. ISSN e-ISSN: 2319-2402,p- ISSN: 2319-2399
(http://eprints.unram.ac.id/4496/)
Sukartono. 2011. Pemanfaatan Biochar Sebagai Bahan Amendemen Tanah Untuk Meningkatkan
Efisiensi Penggunaan Air Dan Nitrogen Tanaman Jagung (Zea Mays) Di Lahan Kering
Lombok Utara. Laporan Hasil Penelitian Disertasi Doktor Tahun Anggaran 2011.
Sumarsih, S., 2003. Mikrobiologi Dasar. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta.
Suprapto. 1991. Bertanam Kedelai. Penerbit Swadaya. Jakarta. 74 hal.
Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 2-5.
Syekhfani, 2000. Arti Penting Bahan Organik Bagi Kesuburan Tanah. Seminar dan Lokakarya
Pengelolaan Sampah Organik Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan dan
Kelestarian Lahan Pertanian. Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Malang. 8 hal.
Untung, K. 1994. Konsep Pengendalian Hama Terpadu Sebagai Model Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Pemasyarakatan PHT di Universitas
Mataram, Mataram 23 Februari 1994. 13 hal.
Yudhiarti, S.; I. M. Sudantha; M. T. Fauzi. 2107. Influence of Arbuscular Fungi Mycorrhiza and
Dose Bioactivator (Tablet and Liquid Form) Fermented with Trichoderma spp. Against
Growth and Wilt Disease on Soybean. Proceeding of 2nd ICST 2017. The 2nd
International Conference on Science and Technology 2017 “Joint International Conference
on Science and Technology in The Tropic”. Mataram, August, 23th-24th 2017. 432 – 441.
Yusrinawati, I. M. Sudantha, W. Astiko. 2017. The Effort of Increasing Growth And Harvest of
Local Variety Red Onion With Applications of Some Dose of Indigenous Mycorrhizal And
Bioactivator Trichoderma Spp. in Dry Land. IOSR Journal of Agriculture and Veterinary
Science (IOSR-JAVS). 10 (9). pp. 42-49. ISSN e-ISSN: 2319-2380, p-ISSN: 2319-2372.
I Made Sudantha
151
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
I Made Sudantha
152
Seminar Nasional MIPA 2017
ISBN : 978-602-60761-8-2
I Made Sudantha
top related