seminar akuntansi pemerintahan : aset lainnya
Post on 23-Jun-2015
2.624 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN : ASET LAIN-LAINOleh:
Chenrys, Deady, Fatur, Pendik
DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET LAINNYA
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah
Par.69
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya
Par. 72
Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).
Bultek 01 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan
Klasifikasi (PSAP 01)
Aset tak berwujud
Tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan
Aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan)
Kas yang dibatasi penggunaannya
Klasifikasi (Bultek 01)
Aset Tak Berwujud,
Tagihan Penjualan Angsuran,
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi (TP/TGR),
Kemitraan dengan Pihak Ketiga, dan
Aset Lain-lain.
Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang
dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang
atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Meliputi:• Software komputer,• Lisensi dan franchise,• Hak cipta (copyright), paten, dan
hak lainnya,• Hasil Kajian/penelitian yang
memberikan manfaat jangka panjang.
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan penjualan angsuran
menggambarkan jumlah yang dapat
diterima dari penjualan aset
pemerintah secara angsuran kepada
pegawai pemerintah.
TP dan TGR
Tuntutan perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan
melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan
tugas kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan
terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengantujuan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh
negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut
atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan kemitraan dengan pihak ketiga adalah kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bersangkutan.
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
Bangun Kelola Serah
Bangun Serah Kelola
Bangun Kelola Serah
Bangun, Kelola, Serah adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan
aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya
dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan kembali
bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah setelah
berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa konsesi).
Bangun Serah Kelola
Bangun, Serah, Kelola (BSK) adalah pemanfaatan aset
pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak
ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya
kemudian menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada
pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset
tersebut. Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah disertai dengan kewajiban pemerintah untuk
melakukan pembayaran kepada pihak ketiga/investor. Pembayaran
oleh pemerintah ini dapat juga dilakukan secara bagi hasil.
Aset Lain-lain
Aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah.
TPA
Pengakuan : pada saat terjadinya penjualan angsuran
Pengukuran : sebesar nilai nominal dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan
Pelaporan : Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo > 12 bulan setelah tanggal
pelaporan Aset Lainnya. Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo < 12 bulan
setelah tanggal pelaporan (Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran) Aset Lancar.
Contoh
Berdasarkan berita acara penjualan aset nomor BA-456/XYZ/2004 tanggal 1 Maret 2013 diketahui bahwa Kementerian Pekerjaan Umum telah menjual rumah dinas kepada pegawai dengan harga Rp500.000.000,- (sebesar nilai buku) secara angsuran selama 10 kali. Angsuran dibayarkan setiap semester di mana angsuran pertama dilakukan pada tanggal 1 September 2013.
Jurnal
1 Maret 2013
Tagihan Penjualan Angsuran
Rp500.000.000,-
Akumulasi Depresiasi Rumah Dinas
Rp200.000.000,-
Aset Tetap – Rumah Dinas Rp700.000.000,-
1 November 2013
Kas Rp50.000.000,-
Tagihan Penjualan Angsuran
Rp50.000.000,-
Estimasi Perubahan SAL Rp50.000.000,-
Pendapatan TPA – LRA Rp50.000.000,-
31 Desember 2013
Bagian Lancar TPA Rp100.000.000,-
Tagihan Penjualan Angsuran
Rp100.000.000,-
TP dan TGR
Kriteria PengakuanTagihan TP/TGR: • Telah ditandatanganinya Surat
Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM);
• Telah diterbitkan Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian Sementara (SKP2KS) kepada pihak yang dikenakan tuntutan Ganti Kerugian Negara; atau
• Telah ada putusan Lembaga Peradilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) yang menghukum suatu entitas atau seseorang untuk membayar kepada Pemerintah.
Pengukuran:• Tuntutan perbendaharaan dinilai
sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas negara.
• Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara.
TP dan TGR
TP dan TGR
Penyajian di neraca:• TP/TGR yang jatuh tempo > 12 bulan setelah tanggal pelaporan Aset Lainnya.
• Tagihan TP/TGR yang jatuh tempo < 12 bulan setelah tanggal pelaporan (Bagian Lancar Tagihan TP/TGR) Aset Lancar
Contoh
Berdasarkan SKTJM tanggal 1 Oktober 2013 diketahui bahwa seorang PNS harus membayar ganti kerugian negara sebesar Rp50.000.000,-. Pada tanggal 1 November 2013 PNS tersebut menyetor pembayaran ganti
kerugian negara sebesar Rp20.000.000,-. Tanggal 31
Desember dilakukan reklasifikasi dan diperkirakan 10% tidak
tertagih.
Jurnal
ASET KEMITRAAN
Definisi
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan kemitraan dengan pihak ketiga adalah kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bersangkutan
Jenis
Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan kerjasama/kemitraan.
Bangun Guna Serah (BGS), adalah pemanfaatan barang milik pemerintah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.Bangun Serah Guna (BSG), adalah pemanfaatan barang milik pemerintah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset tersebut.
Jenis
Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan Barang Milik Pemerintah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan pemerintah.Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah dan mitra kerjasama masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.
Pengakuan
Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/
kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari
aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan.
Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau
sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerja sama BSG,
diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung dan/atau Sarana
berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk
digunakan/dioperasikan.
Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset
kerjasama/kemitraan harus diaudit oleh aparat pengawas
fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola
Barang.
Pengakuan
Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya kepada Pengelola
Barang dilaksanakan setelah berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara
serah terima barang.
Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta bangunan dan fasilitas hasil kerjasama/ kemitraan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.
Klasifikasi aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari “Aset Lainnya” menjadi “Aset Tetap” sesuai jenisnya setelah berakhirnya
perjanjian.
Pengukuran
Aset yang diserahkan oleh Pemerintah untuk diusahakan dalam perjanjian kerjasama/kemitraan harus dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan
sebesar nilai bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar pada saat perjanjian,
dipilih yang paling objektif atau paling berdaya uji.
Dana yang ditanamkan Pemerintah dalam Kerjasama/Kemitraan dicatat sebagai penyertaan
Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor mencatat dana yang diterima ini sebagai kewajiban.
Aset hasil kerjasama yang telah diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status penggunaannya, dicatat
sebesar nilai bersih yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diserahkan, dipilih
yang paling objektif atau paling berdaya uji
Penyajian dan Pengungkapan
Aset kerjasama/kemitraan disajikan dalam neraca
sebagai aset lainnya. Dalam hal sebagian dari luas aset kemitraan (tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai
perjanjian, digunakan untuk kegiatan operasional, harus diungkapkan dalam CaLK.
Aset kerjasama/kemitraan selain tanah harus dilakukan
penyusutan selama masa kerjasama.
Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka
Bangun Guna Serah (BGS) melanjutkan masa penyusutan
aset sebelum direklasifikasi menjadi aset kemitraan.
Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka
Bangun Serah Guna (BSG) adalah selama masa
kerjasama
Penyajian dan Pengungkapan
Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aset, pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset kerjasama/kemitraan :• Klasifikasi aset yang membentuk aset
kerjasama;• Penentuan biaya perolehan aset
kerjasama/kemitraan;• Penentuan depresiasi/penyusutan aset
kerjasama/kemitraan.Setelah aset diserahkan dan ditetapkan penggunaannya, aset hasil kerjasama disajikan dalam neraca dalam klasifikasi aset tetap.
Bangun, Guna, Serah (BGS)
Bentuk kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak
ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya
dalam jangka waktu tertentu, untuk kemudian menyerahkan kembali
bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah setelah
berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa konsesi). Dalam
perjanjian ini pencatatannya dilakukan terpisah oleh masing-masing pihak.
Bangun, Guna, Serah (BGS)
Pada akhir masa konsesi ini, penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah sebagai pemilik aset, biasanya tidak disertai dengan pembayaran oleh pemerintah. Kalaupun disertai pembayaran oleh pemerintah, pembayaran tersebut dalam jumlah yang sangat rendah. Penyerahan dan pembayaran aset BGS ini harus diatur dalam perjanjian/kontrak kerjasama.Bangun, Guna, Serah dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak ketiga/investor untuk membangun aset BGS tersebut. Aset yang berada dalam BGS ini disajikan terpisah dari Aset Tetap.
Bangun, Guna, Serah (BGS)
Contoh:• Dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, Pemerintah telah mengikat kerjasama BGS dengan PT Abadi Jaya untuk membangun gedung olahraga. Total nilai aset yang diserahkan pemerintah dalam kemitraan tersebut adalah sebesar RP 100.000.000Kemitraan dengan Pihak Ketiga - BGS 100.000.000 -
Aset Tetap- 100.000.000
Bangun, Serah, Guna (BSG)
Pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut
mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya
kemudian menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada
pemerintah untuk dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset
tersebut.
Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah
disertai dengan kewajiban pemerintah untuk melakukan
pembayaran kepada pihak ketiga/investor. Pembayaran oleh
pemerintah ini dapat juga dilakukan secara bagi hasil.
Bangun, Serah, Guna (BSG)
BSG dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan oleh pihak ketiga/investor untuk membangun aset tersebut
Bangun, Serah, Guna (BSG)
Contoh:• Dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, Pemerintah telah mengikat kerjasama BSG dengan PT Ranggataksaka untuk membangun rumah sakit. Untuk menyelesaikan pembangunan rumah sakit tersebut, investor telah mengeluarkan dana sebesar Rp. 500.000.000,- sedangkan tanah yang diserahkan oleh Pemerintah untuk pembangunan rumah sakit tersebut adalah senilai Rp. 100.000.000,- Aset BSG tersebut telah selesai dibangun dan telah diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah telah memberikan bagi hasil kepada investor sebesar Rp. 50.000.000,- yang mengurangi nilai utang kemitraan dengan pihak ketiga tersebut.
Bangun, Serah, Guna (BSG)
Kode Akun Uraian Debet Kredit
XXX
Kemitraan dengan Pihak Ketiga – BSG
600.000.000 -
XXX
Aset Tetap
- 600.000.000
XXX
Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran Utang
450.000.000 -
XXX
Utang Jangka Panjang Lainnya
- 450.000.000
ASET TAK BERWUJUD
Definisi
Aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk
tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Kriteria ATB
Dapat diidentifikasi
Dikendalikan oleh entitas
Mempunyai potensi manfaat ekonomi
masa depan
Untuk dapat diakui sebagai ATB aktivitas/kegiatan harus memenuhi
Kriteria ATB; dan
Kriteria pengakuan.
Sesuatu diakui sebagai ATB jika dan hanya jika:
Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari ATB tersebut akan mengalir kepada/dinikmati oleh entitas; danBiaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.
ATB yang Diperoleh Secara Internal
Untuk menentukan apakah perolehan internal ATB memenuhi kriteria untuk pengakuan, perolehan ATB dikelompokkan dalam 2 tahap, yaitu:• Tahap penelitian atau
riset• Tahap pengembangan
Software Komputer
Untuk software yang diperoleh atau dibangun oleh
internal instansi 1 pemerintah dapat
dibagi menjadi dua, yaitu dikembangkan
oleh instansi pemerintah sendiri
atau oleh pihak ketiga (kontraktor)
Dalam kasus perolehan software secara pembelian,
harus dilihat secara kasus per kasus
Paten
Hak Paten yang dalam proses pendaftaran dan dokumen sumber belum
terbit, maka entitas dapat mengakui sebagai Hak
Paten terlebih dahulu dengan nilai sebesar biaya pendaftaran ditambah nilai Hasil
Kajian/Pengembangan yang telah dikapitalisasi sebagai ATB, kemudian memberikan penjelasan yang memadai dalam
CaLK.
ATB dalam Pengerjaan
Aset Tidak Berwujud yang diperoleh secara internal yang jangka waktu penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran.
Diakui sebagai Aset Tidak Berwujud dalam pengerjaan (Intangible Asset-Work In Progress)
Setelah pekerjaan selesai kemudian akan direklasifikasi menjadi Aset Tidak Berwujud yang bersangkutan.
Pengukuran ATB yang Diperoleh Secara Eksternal
Pembelian
Pertukaran
Kerja Sama
Donasi/ Hibah
Pengembangan Secara Internal
Nilai perolehannya diakui sebesar biaya perolehan
Nilai perolehan meliputi biaya yang dikeluarkan sejak
ditetapkannya ATB tersebut memiliki masa manfaat di masa
yang akan datang sampai dengan ATB tersebut telah selesai
dikembangkan
Pengeluaran atas unsur aset tidak berwujud yang awalnya telah
diakui oleh entitas sebagai beban tidak boleh diakui sebagai
bagian dari harga perolehan ATB di kemudian hari
Aset Budaya/Bersejarah Tak Berwujud
Tidak diharuskan untuk disajikan di neraca
Diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
Jika didaftarkan hak paten, hak patennya dicatat di neraca sebesar nilai pendaftarannya.
Amortisasi
Amortisasi untuk ATB dengan Masa Manfaat • Ditetapkan dalam jumlah yang
sama pada periode, atau dengan suatu basis alokasi garis lurus
Amortisasi untuk ATB dengan Masa Manfaat Tak Terbatas• Tidak boleh diamortisasi
Ilustrasi 1 (pencatatan)
Pemerintah Daerah X telah membeli Hak Paten atas Temuan yang berhubungan dengan penggunaan dan pemanfaatan mesin pengelola sampah menjadi pupuk dari Perusahaan Y. Perusahaan dimaksud menjual hak paten tersebut dengan nilai Rp. 1 milyar kepada Pemda X.
Aset Lainnya- Aset Tidak Berwujud 1 milyarDiinvestasikan dalam Aset Lainnya 1 milyar
Ilustrasi 2 (pencatatan)
Instansi B berhasil membuat disain struktur jembatan dan disain tersebut telah digunakan oleh Instansi lain bahkan perusahaan swasta untuk membuat jembatan di Indonesia. Instansi telah mengembangkan disain tersebut dengan biaya keseluruhan Rp.700 juta.
Aset Lainnya- Aset Tidak Berwujud 700 juta
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 700 juta
Ilustrasi 3 (pencatatan)
Instansi X mendapat hibah dari perusahaan software berupa software yang dapat digunakan oleh Instansi itu sendiri atau dapat digunakan oleh pihak lain namun Instansi tersebut mendapatkan imbalan secara ekonomi. Nilai software yang dihibahkan tersebut telah diestimasi memiliki nilai wajar sebesar Rp 1,5 milyar.
Aset Lainnya- Aset Tidak Berwujud 1,5 milyar
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 1,5 milyar
Penyajian Aset Tak Berwujud
Neraca
Per 31 Desember 20xx
ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
------------ Kewajiban Jangka Panjang
Aset Tetap
----------- EKUITAS DANA
Aset Lainnya xxx ------------
Aset Tidak Berwujud xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Pengungkapan Aset Tak Berwujud
Hal-hal yang harus diungkapkan:• Masa manfaat atau tingkat amortisasi
yang digunakan. Apakah masa manfatnya terbatas atau tidak terbatas;
• Metode amortisasi yang digunakan, jika aset tidak berwujud tersebut terbatas masa manfaatnya;
• Rincian masing-masing pos ATB yang signifikan
• Nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang digabungkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
• Unsur pada laporan keuangan yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak berwujud; dan
Pengungkapan Aset Tak Berwujud
Hal-hal yang harus diungkapkan:• Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan
akhir periode yang menunjukkan:• Penambahan aset tidak berwujud yang
terjadi, dengan mengungkapkan secara terpisah penambahan yang berasal dari pengembangan di dalam entitas;
• Penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud;
• Amortisasi yang diakui selama periode berjalan;
• Perubahan lainnya dalam nilai tercatat selama periode berjalan.
• Kondisi ATB yang mengalami penurunan nilai yang signifikan (impaired)
Tambahan…
Disamping informasi-informasi sebelumnya, entitas juga perlu melaporkan perubahan-perubahan terhadap:
Periode amortisasi;
Metode amortisasi; atau
Nilai sisa.
Selain itu, Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
Alasan penentuan atau faktor-faktor penting penentuan masa manfaat suatu aset tidak berwujud;
Penjelasan, nilai tercatat, dan periode amortisasi yang tersisa dari setiap aset tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan secara keseluruhan;
Keberadaan ATB yang dimiliki bersama.
ASET LAIN-LAIN
Aset Lain-Lain
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari :• Aset Tak Berwujud• Tagihan Penjualan Angsuran• Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti
Rugi (TP/TGR)• Kemitraan dengan Pihak Ketiga• Aset Lain-lain
Definisi
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain. Hal ini dapat
disebabkan karena rusak berat, usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang
menunggu proses pemindahtanganan (proses
penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
Pengakuan
Pengakuan aset lain-lain diakui
pada saat dihentikan dari penggunaan
aktif pemerintah dan
direklasifikasikan ke dalam aset
lain-lain.
Pengukuran
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain menurut nilai tercatatnya.
Aset lain – lain yang berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti kebijakan penyusutan aset tetap.
Proses penghapusan terhadap aset lain – lain dilakukan paling lama 12 bulan sejak direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan perundang-undangan
Penyajian dan Pengungkapan
Aset Lain-lain disajikan di
dalam kelompok Aset Lainnya dan
diungkapkan secara memadai di dalam CaLK.
Hal-hal yang perlu
diungkapkan antara lain
adalah faktor-faktor yang
menyebabkan dilakukannya penghentian penggunaan,
jenis aset tetap yang dihentikan penggunaannya,
dan informasi lainnya yang
relevan.
LKPP tahun 2012
Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah, aset yang belum ditetapkan status
penggunanya seperti aset eks Pertamina, aset yang dikelola
pihak lain seperti aset pemerintah eks BPPN yang dialihkan kepada
PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA).
Aset eks BPPN berupa kredit atau tagihan pada LKPP Tahun 2012
disajikan sebagai Piutang Lain-lain sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
top related